• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS, KREATIF, DAN HABITS OF MIND MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH : Eksperimen terhadap Siswa Madrasah Aliyah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS, KREATIF, DAN HABITS OF MIND MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH : Eksperimen terhadap Siswa Madrasah Aliyah."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS, KREATIF, DAN

HABITS OF MIND MATEMATIS

MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

(Eksperimen terhadap Siswa Madrasah Aliyah)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh

Gelar Doktor Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

Euis Setiawati

0907864

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Mengembangkan Kemampuan

Berpikir Logis, Kreatif, dan Habits

of Mind Matematis melalui

Pembelajaran Berbasis masalah

Oleh Euis Setiawati

Dra. IAIN “SGD” Bandung, 1992

M.Pd in Mathematics Education UPI, 2005

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Fakultas Pendidikan Matematika

© Didi Sukyadi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI

UNTUK MENGIKUTI UJIAN TAHAP II:

Prof. H. Yaya S. Kusumah, M.Sc. Ph.D Promotor Merangkap Ketua

Prof. Dr. Utari Sumarmo Kopromotor Merangkap Sekretaris

Prof. Dr. Darhim, M.Si Anggota

Drs. Turmudi, M.Ed.,M.Sc.,Ph.D Anggo ta

Prof. Dr. M. Salman, A.N.

Anggota Merangkap Penguji Luar Perguruan Tinggi

Mengetahui

(4)

ABSTRAK

Euis Setiawati (2014). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis, Kreatif, dan

Habits of Mind Matematis Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Eksperimen

terhadap Siswa Madrasah Aliyah)

Penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen untuk mengetahui bagaimana kemampuan berpikir logis, kemampuan berpikir kreatif dan Habits of Mind matematis siswa sebagai akibat dari penerapan pembelajaran berbasis masalah. Subyek penelitian adalah siswa kelas X, dari dua Madrasah Aliyah yang termasuk sekolah level tinggi dan level sedang, berjumlah 147 siswa yang berasal dari empat kelas. Dari empat kelas penelitian, dua kelas terpilih sebagai kelas eksperimen dan diberi jenis pembelajaran berbasis masalah, sedangkan dua kelas lain terpilih sebagai kelas kontrol dan diberi jenis pembelajaran matematika biasa. Penelitian ini menggunakan instrumen jenis tes dan skala sikap tentang kebiasaan berpikir. Pengolahan data menggunakan uji statistik Independent Sample-t Test,

Paired Sample-t Test, ANAVA satu jalur, ANAVA dua jalur yang dilanjutkan

dengan uji-Scheffe, dan uji Chi-Square. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1) kemampuan berpikir logis, kemampuan berpikir kreatif dan Habits of Mind matematis siswa, setelah mendapatkan jenis pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang mendapatkan jenis pembelajaran matematika biasa ditinjau dari (a) keseluruhan siswa; (b) level sekolah; dan (c) Kemampuan Awal Matematis (KAM); 2) tidak terdapat interaksi antara: (a) faktor pembelajaran yang digunakan dan faktor level sekolah; (b) faktor pembelajaran yang digunakan dan faktor KAM siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir logis, berpikir kreatif dan Habits of Mind matematis; 3) terdapat asosiasi antara: kemampuan berpikir logis dan berpikir kreatif matematis; kemampuan berpikir logis dan perilaku HOM matematis; kemampuan berpikir kreatif dan perilaku HOM matematis siswa; 4) kegiatan siswa selama PBM lebih mendukung berkembangnya kemampuan berpikir logis, berpikir kreatif, dan perilaku HOM matematis daripada kegiatan siswa dalam PB.

(5)

ABSTRACT

Euis Setiawati (2014). Enhancing Logical Thinking Ability, Mathematical

Creative Thinking Ability, And Habits Of Mind Through Problem-Based Learning (Experimental Study in Islamic Senior High Schools Bandung)

The focus of this experimental research is logical thinking ability, mathematical creative thinking ability, and mathematical habits of mind of Islamic Senior High Schools students as the impacts of the implementation of Problem-Based Learning (PBL). The subject of this research is students at grade X from two Islamic Senior

High Schools (high –levels school and medium-levels school), consisting of 147

students divided into four classes. From four classes, two classes were selected as exsperimental group and given PBL, while two other group were selected as control group and given the conventional mathematics learning. This research used two kinds of instruments: logical thinking ability and mathematical creative thinking ability tests and habits of mind attitude scales. This research uses Paired Samples t-Test, Independent Samples t-Test, One-Way ANOVA, Two-Way ANOVA and followed by Scheffe-Test, and Chi-Square Test. Conclusions of this research are: 1) logical thinking ability, mathematical creative thinking, and mathematical habits of mind of students who were given PBL are better than students who were given conventional learning, based on: (a) students of all; (b) school levels; and (c) Prior Mathematical Ability (PMA); 2) there are no interaction between: (a) the kinds of mathematics learning and school levels; (b) the kind of mathematics learning and PMA, toward the students enhancement of logical thinking ability, mathematical creative thinking ability, and mathematical habits of mind; 3) there are association between: (a) logical thinking ability and mathematical creative thinking ability; (b) logical thinking ability and mathematical habits of mind; (c) creative thinking ability and mathematical habits of mind; 4) student activity during PBL supported toward the students enhancement of logical thinking ability, mathematical creative thinking, and mathematical habits of mind are better than students activity who were given conventional learning.

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. Kemampuan Berpikir Logis ... Error! Bookmark not defined.

B. Kemampuan Berpikir Kreatif ... Error! Bookmark not defined.

C. Habits of Mind ... Error! Bookmark not defined.

D. Pembelajaran Berbasis Masalah ... Error! Bookmark not defined.

E. Bahan Ajar ... Error! Bookmark not defined.

F. Learning Obstacles (Hambatan Belajar) Siswa pada Permasalahan Persamaan Kuadrat ... Error! Bookmark not defined.

G. Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELI TIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

(7)

C. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya Error! Bookmark not

defined.

1. Kemampuan Awal Matematis (KAM) ... Error! Bookmark not

defined.

2. Kemampuan Berpikir Logis Matematis Error! Bookmark not

defined.

3. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... Error! Bookmark

not defined.

4. Habits of Mind Matematis ... Error! Bookmark not defined.

D. Bahan Ajar ... Error! Bookmark not defined.

E. Pembelajaran Berbasis Masalah ... Error! Bookmark not defined.

F. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

G. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

H. Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

A. Analisis Data dan Hasil Penelitian . Error! Bookmark not defined.

1. Analisis Kemampuan Awal Matematis (KAM) ... Error!

Bookmark not defined.

2. Pengujian Hipotesis Penelitian Error! Bookmark not defined.

B. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.

1. Jenis Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

2. Level Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

3. Kemampuan Awal Matematis (KAM) ... Error! Bookmark not

defined.

4. Analisis Kekeliruan, Kesalahan, dan Kekurangan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Kemampuan Awal Matematis,

Kemampuan Berpikir Logis, Berpikir Kreatif, dan Perilaku

HOM Matematis. ... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... Error!

Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

(8)

C. Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

GLOSARIUM ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISTILAH ... Error! Bookmark not defined.

RIWAYAT HIDUP ... 498

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Faktorial Penelitian Kemampuan Berpikir Logis, Kreatif, dan

HOM Matematis Siswa Ditinjau dari Jenis Pembelajaran, Level

Sekolah KAM ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.2 Kriteria Kemampuan Awal Matematis .... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.3 Subyek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.4 Kriteria Penskoran Kemampuan Berpikir Logis Matematis ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 3.5 Kriteria Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Isi dan Validitas Muka Kemampuan Awal

Matematis ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.8 Hasil Uji Coba Validitas Kemampuan Berpikir Logis Mmatematis ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.9 Uji Validitas Isi dan Validitas Muka Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.10 Uji Validitas Isi dan Validitas Muka Habits of Mind ... Error! Bookmark

not defined.

Tabel 3.11 Bahan Ajar, Tahapan PBM dan Aspek Pengemabangan Kemampuan ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.12 Keterkaitan Permasalahan Penelitian, Hipotesis, Kelompok Data dan Jenis Uji Statistik ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.13 Kategori Kemampuan Berpikir Logis Matematis, Berpikir Kreatif

Matematis, dan Habits of Mind Matematis ... Error! Bookmark not

defined.

(9)

Tabel 4. 1 Sebaran Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 2 Kategori KAM ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 3 Data KAM berdasarkan Jenis Pembelajaran ... Error! Bookmark not

defined.

Tabel 4. 4 Data KAM berdasarkan Level Sekolah . Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 5 Deskripsi Data KAM Berdasarkan Kemampuan Siswa ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4. 6 Hasil Uji Normalitas KAM berdasarkan Jenis Pembelajaran di Setiap Level Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 7 Uji Homogenitas KAM Siswa berdasarkan Jenis Pembelajaran di Setiap Level Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 8 Uji Perbedaan Rata-rata Tingkat KAM Menurut Kelompok Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 9 Rekapitulasi Data Kemampuan Berpikir Logis, Berpikir Kreatif, dan

HOM Matematis Siswa ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 10 Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Logis Matematis berdasarkan Jenis Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 11 Uji Homogenitas Varians Kemampuan Berpikir Logis Matematis berdasarkan Jenis Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 12 Uji Perbedaan Rata-rata Kemampuan Berpikir Logis berdasarkan Jenis Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 13 Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis berdasarkan Jenis Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 14 Uji Homogenitas Varians Kemampuan Berpikir Logis Matematis berdasarkan Jenis Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 15 Uji Perbedaan Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis berdasarkan Jenis Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 16 Uji Normalitas HOM Matematis berdasarkan Jenis Pembelajaran ...

Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 17 Uji Homogenitas Varians Kemampuan Berpikir Logis Matematis berdasarkan Jenis Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 18 Uji Perbedaan Rata-rata HOM Matematis berdasarkan Jenis

Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 19 Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Logis Matematis berdasarkan Level Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 20 Uji Homogenitas Varians Kemampuan Berpikir Logis Matematis

Siswa yang Mendapat PBM berdasarkan Level Sekolah ... Error!

(10)

Tabel 4. 21 Uji Perbedaan Rata-rata Kemampuan Berpikir Logis Matematis

PBMberdasarkan Level Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 22 Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis berdasarkan Level Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 23 Uji Homogenitas Varians Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa yang Mendapat PBM berdasarkan Level Sekolah ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4. 24 Uji Perbedaan Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

PBM berdasarkan Level Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 25 Uji Normalitas HOM Matematis berdasarkan Level Sekolah ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4. 26 Uji Homogenitas Varians HOM Matematis Siswa yang Mendapat

PBM berdasarkan Level Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 27 Uji Perbedaan Rata-rata HOM Matematis PBM berdasarkan Level Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 28 Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Logis Matematis PBM

berdasarkan KAM Siswa ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 29 Uji Homogenitas Varians Kemampuan Berpikir Logis Matematis

Siswa yang Mendapat PBM berdasarkan Level KAMError! Bookmark

not defined.

Tabel 4. 30 Uji ANAVA Kemampuan Berpikir Logis Matematis PBM berdasarkan KAM Siswa ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 31 Perbedaan Rata-Rata Kemampuan Berpikir Logis Matematis PBM setiap Kategori KAM ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 32 Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis PBM

berdasarkan KAM Siswa ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 33 Uji Homogenitas Varians Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa yang Mendapat PBM berdasarkan Level KAMError! Bookmark

not defined.

Tabel 4. 34 Uji ANAVA Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis PBM

berdasarkan KAM Siswa ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 35 Perbedaan Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis PBM setiap Level KAM ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 36 Uji Normalitas HOM Matematis PBM berdasarkan KAM SiswaError!

Bookmark not defined.

Tabel 4. 37 Uji Homogenitas Varians HOM Matematis Siswa yang Mendapat

(11)

Tabel 4. 38 Uji ANAVA HOM Matematis Siswa yang Mendapat PBM

berdasarkan KAM Siswa ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 39 Perbedaan Rata-rata HOM Matematis PBM setiap Level KAM .. Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4. 40 Uji Homogenitas Varians Kemampuan Berpikir Logis Matematis

Siswa berdasarkan Jenis Pembelajaran dan Level Sekolah ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4. 41 Interaksi Faktor Pembelajaran dan Level Sekolah dalam

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Matematis ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4. 42 Uji Homogenitas Varians Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa berdasarkan Jenis Pembelajaran dan Level Sekolah ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4. 43 Interaksi Faktor Pembelajaran dan Level Sekolah dalam

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4. 44 Uji Homogenitas Varians HOM Matematis Siswa berdasarkan Jenis

Pembelajaran dan Level Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 45 Interaksi Faktor Pembelajaran dan Level Sekolah dalam

Meningkatkan Perilaku HOM Matematis ... Error! Bookmark not

defined.

Tabel 4. 46 Uji Homogenitas Varians Kemampuan Berpikir Logis Matematis

Siswa berdasarkan Jenis Pembelajaran dan Level KAM ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4. 47 Interaksi Faktor Pembelajaran dan Level KAM dalam Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Logis Matematis Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 48 Perbedaan Rata-rata Kemampuan Berpikir Logis Matematis Setiap Kategori KAM... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 49 Uji Homogenitas Varians Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa berdasarkan Jenis Pembelajaran dan Level KAM ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4. 50 Interaksi Faktor Pembelajaran dan Level KAM dalam Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... Error! Bookmark not

defined.

(12)

Tabel 4. 52 Uji Homogenitas Varians HOM Matematis Siswaberdasarkan Jenis

Pembelajaran dan Level KAM ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 53 Interaksi Jenis Pembelajaran dan Level KAM dalam Meningkatkan Perilaku HOM Matematis ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 54 Perbedaan Rata-rata Perilaku HOM Matematis setiap Kategori KAM ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 55 Kontingensi Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 56 Nilai Asosiasi dan Koefisien Kontingensi antara Kemampuan Berpikir

logis Matematis dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis .... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4. 57 Kategori Koefisien Kontingensi ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 58 Kontingensi antara Kemampuan Berpikir Logis Matematis dan HOM Matematis ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 59 Nilai Asosiasi dan Koefisien Kontingensi antara Kemampuan Berpikir

logis Matematis dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis .... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4. 60 Asosiasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan HOM Matematis ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 61 Nilai Asosiasi dan Koefisien Kontingensi antara Kemampuan Berpikir

logis Matematis dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis .... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4. 62 Kategori Koefisien Kontingensi Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematisdengan HOM Matematis ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 63 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 64 Gambaran Kegiatan Siswa setiap Tahapan dalam PBM dan PB ... Error!

Bookmark not defined.

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Contoh Tingkatan Kreativitas... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 2 Grafik Fungsi Kuadrat ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 3 Contoh Kecenderungan pada Tipuan Pengalaman Intuisi... Error!

Bookmark not defined.

Gambar 2. 4 Kecenderungan pada Membuat Generalisasi Error! Bookmark not

defined.

Gambar 4. 1 Grafik Perbedaan Rata-rata Kemampuan Berpikir Logis Matematis berdasarkan Level Sekolah dan Jenis Pembelajaran ... Error!

Bookmark not defined.

Gambar 4. 2 Grafik Perbedaan Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis berdasarkan Level Sekolah dan Jenis Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 3 Grafik Perbedaan Rata-rata HOM Matematis berdasarkan Level Sekolah dan jenis Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 4 Grafik Perbedaan Rata-rata Kemampuan Berpikir Logis Matematis berdasarkan Level Sekolah dan KAM ... Error! Bookmark not

defined.

Gambar 4.5 Perbedaan Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis berdasarkan ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 6 Perbedaan Rata-rata HOM Matematis berdasarkan Kategori KAM dan Jenis Pembelajaran... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 7 Contoh Jawaban Siswa yang Benar untuk Kemampuan Berpikir Logis Matematis ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 8 Contoh Jawaban Siswa yang Salah untuk Kemampuan Berpikir Logis Matematis ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 9 Contoh Jawaban Siswa mengenai Penalaran Korelasional yang Salah ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 10 Contoh Jawaban Siswa dalam Aspek Kelancaran Error! Bookmark

not defined.

Gambar 4. 11 Posisi Kursi sebelum ditata ulang .. Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 12 Posisi Kursi setelah Diatur Ulang ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 13 Contoh Originalitas Level Rendah .. Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. 14 Contoh Originalitas Level Sedang .. Error! Bookmark not defined.

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A-1 LEMBAR PERTIMBANGAN VALIDATAS MUKA (FACE

VALIDITY) DAN VALIDITAS ISI (CONTENT

VALIDITY)...205

Lampiran A-2 HASIL PERTIMBANGAN VALIDITAS MUKA DAN ISI KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS...210

Lampiran A-3 HASIL PERTIMBANGAN VALIDITAS MUKA DAN ISI

KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS ...211

Lampiran A-4 HASIL PERTIMBANGAN VALIDITAS MUKA DAN ISI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS... 212

Lampiran A-5 HASIL PERTIMBANGAN VALIDITAS MUKA DAN ISI

HABITS OF MIND MATEMATIS... 213

Lampiran A-6 DATA HASIL UJI COBA KEMAMPUAN AWAL

MATEMATIS...214

Lampiran A-7 DATA HASIL UJI COBA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS ... 215

Lampiran A-8 DATA HASIL UJI COBA KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS ...216

Lampiran A-9 DATA HASIL UJI COBA HABITS OF MIND MATEMATIS.217

Lampiran A-10 RELIABILITAS DAN VALIDITAS KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS ...218

Lampiran A-11 RELIABILITAS DAN VALIDITAS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS... 220

Lampiran A-12 RELIABILITAS DAN VALIDITAS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS... 222

Lampiran A-13 RELIABILITAS DAN VALIDITAS HABITS OF MIND

MATEMATIS... 224

Lampiran A-14 KISI-KISI INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR

KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS SISWA MADRASAH ALIYAH... 228

(15)

Lampiran A-16 KISI-KISI INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR

KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS SISWA

MADRASAH ALIYAH... 240

Lampiran A-17 KISI-KISI INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA MADRASAH ALIYAH...244

Lampiran A-18 INSTRUMEN UJI COBABUTIR SKALA HABITS OF MIND ... 249 Lampiran A-19 UJI COBA BAHAN AJAR DAN RANCANGAN PEMBELAJARAN ... 251

Lampiran B-1 RENCANA PEMBELAJARAN ... 265

Lampiran B-2 BAHAN AJAR ... 269

Lampiran B-3 KISI-KISI INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS SISWA MADRASAH ALIYAH ... 281

Lampiran B-3 KISI-KISI SOAL KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA .... 285

Lampiran B-4 KISI-KISI INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS SISWA MADRASAH ALIYAH ... 290

Lampiran B-5 KISI-KISI INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA MADRASAH ALIYAH ... 294

Lampiran B-6 INSTRUMEN BUTIR SKALA HABITS OF MIND ... 297

Lampiran B-7 SOAL PENGETAHUAN AWAL MATEMATIKA ... 300

Lampiran B-8 TES KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS ... 304

Lampiran B-9 TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS ... 307

Lampiran B-10 INSTRUMEN BUTIR SKALA HABITS OF MIND ... 309

Lampiran C-1 SKOR TES KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS KELAS EKSPERIMEN SEKOLAH LEVEL TINGGI ... 313

Lampiran C-2 SKOR TES KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS KELAS KONTROL SEKOLAH LEVEL TINGGI ... 314

(16)

Lampiran C-4 SKOR TES KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS KELAS KONTROL SEKOLAH LEVEL SEDANG ... 316

Lampiran C-5 SKOR TES KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS KELAS EKSPERIMEN SEKOLAH LEVEL TINGGI ... 317

Lampiran C-6 SKOR TES KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS KELAS KONTROL SEKOLAH LEVEL TINGGI ... 318

Lampiran C-7 SKOR TES KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS KELAS EKSPERIMEN SEKOLAH LEVEL SEDANG ... 319

Lampiran C-8 SKOR TES KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS KELAS KONTROL SEKOLAH LEVEL SEDANG ... 320

Lampiran C-9 SKOR TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS KELAS EKSPERIMEN SEKOLAH LEVEL TINGGI ... 321

Lampiran C-10 SKOR TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS KELAS KONTROL SEKOLAH LEVEL TINGGI ... 322

Lampiran C-11 SKOR TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS KELAS EKSPERIMEN SEKOLAH LEVEL SEDANG ... 323

Lampiran C-12 SKOR TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS KELAS KONTROL SEKOLAH LEVEL SEDANG ... 324

Lampiran C-13 SKOR TES HABITS OF MIND MATEMATIS KELAS

EKSPERIMEN SEKOLAH LEVEL TINGGI ... 325

Lampiran C-14 SKOR TES HABITS OF MIND MATEMATIS KELAS

KONTROL SEKOLAH LEVEL TINGGI ... 326

Lampiran C-15 SKOR TES HABITS OF MIND MATEMATIS KELAS

EKSPERIMEN SEKOLAH LEVEL SEDANG ... 327

Lampiran C-16 SKOR TES HABITS OF MIND MATEMATIS KELAS

KONTROL SEKOLAH LEVEL SEDANG ... 328

Lampiran C-17 SKOR PRETES HABITS OF MIND MATEMATIS KELAS EKSPERIMEN SEKOLAH LEVEL TINGGI ... 329

Lampiran C-18 SKOR PRETES HABITS OF MIND MATEMATIS KELAS KONTROL SEKOLAH LEVEL TINGGI ... 330

Lampiran C-19 SKOR PRETES HABITS OF MIND MATEMATIS KELAS EKSPERIMEN SEKOLAH LEVEL SEDANG ... 331

(17)

Lampiran C-21 UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS LEVEL SEKOLAH TINGGI ... 333

Lampiran C-22 UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS GABUNGAN LEVEL SEKOLAH

TINGGI DAN SEKOLAH SEDANG ... 344

Lampiran C-23 UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS HIPOTESIS 1 KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS ... 351

Lampiran C-24 UJI HIPOTESIS 1 KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS

MATEMATIS ... 356

Lampiran C-25 UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS UJI HIPOTESIS 4 KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS ... 358

Lampiran C-26 UJI HIPOTESIS 4 KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS

MATEMATIS ... 363

Lampiran C-27 UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS HIPOTESIS 7 365

Lampiran C-28 UJI HIPOTESIS ... 372

Lampiran C-29 UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS HIPOTESIS 10 KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS ... 376

Lampiran C-30 UJI HIPOTESIS 10 KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS

MATEMATIS ... 386

Lampiran C-31 UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS HIPOTESIS 13 KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS ... 388

Lampiran C-32 UJI HIPOTESIS 13 KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS

MATEMATIS ... 399

Lampiran C-33 UJI HIPOTESIS 2 KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

MATEMATIS ... 402

Lampiran C-34 UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS HIPOTESISI 5 KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS ... 404

Lampiran C-35 UJI HIPOTESIS 5 KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

MATEMATIS ... 406

Lampiran C-36 UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS HIPOTESIS

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS ... 409

Lampiran C-37 UJI HIPOTESIS 8 KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

(18)

Lampiran C-38 UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS HIPOTESIS 11 KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS ... 421

Lampiran C-39 UJI HIPOTESIS 11 KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS ... 428

Lampiran C-40 UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS HIPOTESIS 14 KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS ... 431

Lampiran C-41 UJI HIPOTESIS 14 KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS ... 442

Lampiran C-42 UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS HIPOTESIS 3 HOM MATEMATIS SISWA ... 445

Lampiran C-43 UJI HIPOTESIS 3 HOM MATEMATIS SISWA ... 450

Lampiran C-44 UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS HIPOTESIS 6 HOM MATEMATIS SISWA ... 452

Lampiran C-45 UJI HIPOTESIS 6 HOM MATEMATIS SISWA MATEMATIS .... ... 457

Lampiran C-46 UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS HIPOTESIS 9 HOM MATEMATIS SISWA ... 459

Lampiran C-47 UJI HIPOTESIS 9 HOM MATEMATIS SISWA ... 465

Lampiran C-48 UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS HIPOTESIS 13

HOM MATEMATIS SISWA ... 467

Lampiran C-49 UJI HIPOTESIS 13 HOM MATEMATIS SISWA ... 472

Lampiran C-50 UJI HIPOTESIS 15 HOM MATEMATIS SISWA ... 477

Lampiran C-51 UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS UJI HIPOTESIS 15

HOM MATEMATIS SISWA ... 479

Lampiran C-52 UJI HIPOTESIS 15 HOM MATEMATIS SISWA ... 489

Lampiran C-53 UJI HIPOTESIS 16 KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KEMAMPUAN BEPIKIR KREATIF

MATEMATIS ... 492

Lampiran C-54 UJI HIPOTESIS 17 KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS

TERHADAP HOM MATEMATIS ... 494

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan berpikir logis diperlukan individu, pada saat beraktivitas

dalam mengambil keputusan, menarik kesimpulan, dan melakukan pemecahan

masalah. Bentuk aktivitas yang dilakukan dapat berkaitan dengan masalah

matematis maupun masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Aktivitas lain yang dilakukan individu dalam berpikir logis adalah ketika

menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu hasil diperoleh, bagaimana cara

menarik kesimpulan dari premis yang tersedia, dan menarik kesimpulan

berdasarkan aturan inferensi tertentu. Bentuk aktivitas yang lebih luas dari

kemampuan berpikir logis adalah menyelesaikan masalah secara masuk akal.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan kehidupan

memasuki era baru yaitu era informasi dan globalisasi. Persaingan untuk

mendapatkan kehidupan yang lebih baik tidak terjadi pada skala lokal saja,

akan tetapi meluas sampai berskala internasional. Penyelesaian permasalahan

yang ditemukan pada kondisi demikian membutuhkan individu kreatif dan

pengambil keputusan yang tepat.

Individu yang mampu bertahan dalam era informasi dan globalisasi,

adalah yang memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan kreatif

(Suryadi, 2005). Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEKS),

tantangan, tuntutan, dan persaingan global yang semakin ketat membutuhkan

manusia yang memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, serta

disposisi matematis (Sumarmo, 2010).

Orang kreatif menggunakan pengetahuan untuk membuat strategi dan

terobosan-terobosan baru, dan memandang segala sesuatu dengan cara-cara

yang baru. Individu kreatif memandang masalah sebagai sebuah tantangan, dan

mencoba mencari dan menetapkan strategi dengan perspektif yang lebih luas.

(20)

memiliki sikap, menguasai keterampilan dasar, menguasai kemampuan

berpikir, dan menguasai keterampilan interpersonal. Sikap percayaan diri, dan

motivasi untuk berprestasi adalah contoh sikap yang harus dimiliki, sedangkan

contoh keterampilan dasar adalah membaca, menulis, mendengarkan,

berbicara, dan menggunakan komputer. Penguasaan keterampilan berpikir

meliputi kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mengambil keputusan,

berpikir analitis, dan berpikir kreatif, sedangkan penguasaan keterampilan

interpersonal mencakup kemampuan menjalin bekerja sama, dan melakukan

negosiasi (Career Center Maine Department of Labor USA, 2001).

Fokus kemampuan berpikir logis dan berpikir kreatif ditemukan juga

dalam visi dan tujuan pembelajaran matematika. Visi pembelajaran matematika

merupakan harapan yang harus dicapai oleh siswa setelah melalui

pembelajaran matematika. Tujuan pembelajaran matematika adalah perubahan

yang harus muncul pada siswa, setelah melalui proses pembelajaran

matematika.

Visi dan tujuan pembelajaran matematika adalah mengembangkan

penguasaan konsep matematis, memiliki pemahaman matematis dan mampu

menerapkan konsep baik dalam mata pelajaran lain maupun dalam kehidupan

sehari-hari. Tujuan lain adalah memberi peluang berkembangnya kemampuan

bernalar yang logis, sistematis, kritis, cermat, dan kreatif. Sisi perilaku dan

sikap yang tumbuh melalui tujuan pembelajaran matematika adalah

menumbuhkan rasa percaya diri, dan rasa keindahan terhadap keteraturan sifat

matematika. Sifat yang diharapkan tumbuh dan berkembang adalah sifat

obyektif dan terbuka.

Tujuan pembelajaran matematika di Indonesia tidak terlepas dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional

adalah mengembangkan potensi peserta didik. Potensi dikembangkan ke arah

manusia yang memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

(21)

Tujuan pembelajaran matematika secara khusus diatur dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi. Tujuan pembelajaran matematika adalah:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran dalam pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Melakukan pemecahan masalah.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan

masalah.

Perubahan kurikulum dari KTSP menjadi Kurikulum 2013 tidak

mengubah visi dan tujuan pembelajaran matematika. Tujuan pembelajaran

matematika dalam Kurikulum 2013 mengacu pada tujuan Kurikulum 2013

yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(Permendikbud) Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur

Kurikulum Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah.

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia

agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang

beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif, serta mampu berkontribusi

pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Tujuan ini kemudian dipaparkan lebih khusus menjadi tujuan pembelajaran

matematika yang terdapat dalam buku guru. Tujuan pembelajaran matematika

dalam kurikulum 2013 adalah:

(22)

2. Siswa diberi kebebasan berpikir memahami masalah, membangun

strategi penyelesaian masalah, mengajukan ide-ide secara bebas dan

terbuka.

3. Guru melatih dan membimbing siswa berpikir kritis dan kreatif dalam

menyelesaikan masalah.

4. Upaya guru mengorganisasikan, bekerjasama dalam kelompok belajar,

melatih siswa berkomunikasi menggunakan grafik, diagram, skema,

dan variabel.

5. Seluruh hasil kerja selalu dipresentasikan di depan kelas untuk

menemukan berbagai konsep, hasil penyelesaian masalah, aturan

matematika yang ditemukan melalui proses pembelajaran.

Kemampuan berpikir yang berkembang pada individu seperti yang

diharapkan dalam Kurikulum 2013 maupun Permendiknas Nomor 22 Tahun

2006, tidak mungkin terjadi secara tiba-tiba. Institusi pendidikan sebagai

lembaga yang bertanggung jawab dalam mengelola dan menyelenggarakan

pendidikan, berperan untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan-kemampuan yang berguna untuk menghadapi kehidupannya kelak.

Menurut Mahmudi (2010: 2), peran dan tanggungjawab institusi

pendidikan pada saat ini, belum optimal. Pendapat ini didukung dengan temuan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Mc. Gregor di Amerika. Dia menemukan

dua pertiga warga Amerika yang berusia antara 16 tahun sampai dengan 25

tahun tidak dibekali dengan kemampuan-kemampuan yang berguna untuk

menghadapi tantangan dalam kehidupan. Kemampuan-kemampuan tersebut di

antaranya adalah kemampuan berpikir kreatif dan melakukan pemecahan

masalah (Mc. Gregor, 2007).

Kondisi pembelajaran matematika di Indonesia tidak jauh berbeda

dengan kondisi yang ditemukan oleh Mc.Gregor. Pada umumnya pembelajaran

matematika di Indonesia belum dapat mengembangkan kemampuan berpikir,

seperti kemampuan berpikir kreatif, dan berpikir logis. Hal ini disebabkan

pembelajaran matematika di Indonesia masih menggunakan pendekatan

(23)

Pembelajaran algoritmik berbeda dengan pembelajaran

konstruktivisme. Pembelajaran algoritmik adalah jenis pembelajaran yang

biasa diajarkan di sekolah. Siswa diajarkan tentang cara atau prosedur dalam

menyelesaikan masalah dengan satu solusi. Permasalahan yang diberikan

cenderung pada soal rutin, dengan demikian pembelajaran jenis ini hanya dapat

mencapai kemampuan berpikir matematis tingkat rendah. Pembelajaran

konstruktivisme mendorong siswa untuk melakukan aktivitas pemecahan

masalah. Siswa diarahkan untuk membangun dan menyusun pengetahuan

sendiri, serta memilih dan menetapkan strategi untuk menyelesaikan masalah.

Aktivitas seperti ini menjadikan siswa lebih aktif dalam melakukan

pemecahkan masalah, dan dapat mencapai kemampuan berpikir matematis

tingkat tinggi (Resnick, 1987).

Sutiarso (1999) menjelaskan proses pembelajaran matematika di

Indonesia. Pembelajaran matematika di Indonesia adalah pembelajaran yang

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran matematika pada umumnya terbatas pada

memberikan pengetahuan hafalan, dan kurang menekankan pada aspek

kognitif yang tinggi, seperti ketajaman daya analisi dan evaluasi,

berkembangnya kreativitas, pemecahan masalah, kemandirian belajar,

dan berkembangnya aspek-aspek afektif. Siswa bersikap pasif dan

pengetahuan yang diperoleh sering kali tidak berguna dalam hidup dan

pekerjaannya.

2. Guru masih menggunakan pola pembelajaran yang cenderung sama dari

tahun ke tahun. Perubahan kurikulum tidak memberikan dampak pada

perubahan materi ajar, metode, rancangan dan strategi pembelajaran.

3. Kompetensi tertentu sebagai tujuan pembelajaran kebanyakan masih

terbatas pada ranah kognitif dan psikomotor tingkat rendah.

Menurut Peterson (dalam Sumarmo, 2000), pembelajaran matematika

masih menggunakan pembelajaran langsung. Pembelajaran langsung

(24)

tingkat rendah atau pemahaman prosedural, namun tidak berkontribusi pada

kemampuan matematis tingkat tinggi.

Selain kondisi pembelajaran matematika, dalam kenyataan lain siswa

mengalami hambatan yang disebabkan oleh karakteristik konsep matematika

yang dipelajari. Siswa Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) banyak

melakukan kesalahaan mengerjakan soal matematika pada saat Ujian Nasional.

Soal matematika yang dianggap sulit oleh siswa berkaitan dengan persamaan

kuadrat. Temuan ini diperoleh dari Dinas Pendidikan Propinsi Jambi (Zakaria,

2010).

Fokus kajian penelitian ini adalah mengenai kemampuan berpikir logis,

kemampuan berpikir kreatif matematis dan Habits of Mind (HOM) matematis

siswa. Setiap kemampuan yang dikaji dan HOM matematis, diuraikan terlebih

dahulu, dengan tujuan untuk melihat kejelasan dan keterkaitannya.

Kemampuan berpikir logis memiliki peranan penting dalam proses

pembelajaran dan perkembangan individu. Pembelajaran dan perkembangan

individu adalah proses untuk mencapai kematangan melalui suatu fase, yang

disebut dengan Zone of Proximal Development (ZPD). ZPD merupakan suatu

titik tertentu dalam proses belajar. Wawasan, pengetahuan dan pandangan

yang dimiliki oleh individu sebelumnya, menjadi dasar untuk mengembangkan

dan menentukan kualitas tujuan yang dicapai, pada tahap berikutnya

(Vygotsky, 1978).

Pendapat Vygotsky tentang ZPD diperkuatkan dengan temuan

penelitian yang dilakukan oleh Veresov (2004). Hasil penelitiannya

menjelaskan bahwa ZPD akan menuju pada sebuah kematangan proses belajar

jika ditunjang oleh beberapa faktor pendukung. Faktor pendukung tersebut

adalah faktor genetik secara umum, lingkungan sosial dan pengalaman

seseorang.

ZPD dapat diperluas dan diterapkan melalui kolaborasi antara proses

internal dan proses eksternal. Proses internal menggunakan penalaran logis,

sedangkan proses eksternal melalui bimbingan seorang guru (Steiner dan

(25)

Istilah penalaran logis (logical reasoning) berbeda dengan kemampuan

berpikir logis (logical thinking), meskipun keduanya memiliki kegiatan yang

serupa. Kemampuan berpikir logis lebih luas dibandingkan dengan penalaran

logis. Berpikir logis adalah kegiatan untuk menyelesaikan masalah, baik

masalah matematis, atau masalah lain yang ditemukan dalam kehidupan

sehari-hari secara rasional dan dapat diterima oleh semua orang. Penalaran logis

adalah alasan atau penjelasan yang diberikan oleh seseorang tentang

bagaimana cara menarik kesimpulan dari premis-premis yang tersedia

berdasarkan aturan inferensi tertentu (Sumarmo, 2011)

Kemampuan berpikir logis dan berpikir kreatif memiliki kegiatan yang

berkaitan. Kemampuan berpikir kreatif adalah keyakinan dan intuisi sesesorang

berkaitan dengan ide-ide matematis yang dipersiapkan untuk menyusun strategi

dalam menyelesaikan masalah matematis (Runco, 1993). Penyelesaian masalah

matematis secara rasional adalah ciri dari berpikir logis. Jika ide yang

digunakan untuk menyusun strategi adalah konsep matematis yang sudah pasti

logis, maka keterkaitan antara berpikir logis dan berpikir kreatif adalah pada

kegiatan memunculkan ide-ide, pada saat menyusun strategi pemecahan

masalah.

Ide-ide matematis yang muncul pada seorang individu termasuk dalam

cara berpikir konvergen. Berpikir konvergen adalah gambaran kreativitas

individu dalam mengekspresikan diri, memiliki motivasi, sikap bertanya, dan

rasa percaya diri (Haylock, 1987).

Menurut Balka (dalam Sumarmo, 2010), kemampuan berpikir kreatif

memuat kemampuan berpikir konvergen, dan divergen, yang terdiri dari:

1. Merumuskan hipotesis matematis berdasarkan hubungan sebab akibat.

2. Menemukan pola matematis.

3. Mengajukan solusi baru ketika menghadapi kebuntuan dalam berpikir.

4. Mengajukan ide yang tidak biasa dan menilai konsekuensinya.

5. Mengidentifikasi informasi yang hilang.

(26)

Kemampuan merumuskan hipotesis matematis berdasarkan hubungan

sebab akibat, dan mengajukan solusi berupa ide matematis, memerlukan

penalaran logis. Uraian ini menggambarkan bahwa terdapat keterkaitan antara

berpikir kreatif dan berpikir logis, dalam kegiatan berpikir kreatif diperlukan

penalaran yang logis.

Kemampuan berpikir logis dan berpikir kreatif termasuk kemampuan

berpikir matematis tingkat tinggi. Kemampuan berpikir matematis tingkat

tinggi memerlukan sikap atau disposisi dalam pegembangannya. Sikap kritis,

kreatif, cermat, obyektif, terbuka, menghargai keindahan matematika, rasa

ingin tahu dan senang belajar matematika adalah sikap yang diperlukan seiring

dengan kemampuan berpikir yang berkembang (Sumarmo, 2010).

Kemampuan berpikir tingkat tinggi dan disposisi matematis yang

berkembang secara berkelanjutan dan terus menerus, harus diaplikasikan oleh

guru selama proses pembelajaran. Pada akhirnya proses pembelajaran seperti

ini, akan menumbuhkan kebiasaan berpikir (HOM).

Peran guru adalah memantau dan merefleksikan perilaku kebiasaan

belajar selama proses pembelajaran. Tugas matematis yang sedang diselesaikan

siswa membutuhkan sikap untuk bertahan, bekerja keras dan tidak mudah

menyerah, atau berkaca dari tugas-tugas matematis lain yang pernah dialami.

Pada akhirnya siswa akan sadar proses berpikirnya, dan direfleksikan melalui

pertanyaan yang diajukannya pada diri mereka seperti :

1. Strategi metakognitif apa yang diterapkan untuk mengatur dan

memantau tugas matematis yang dikerjakan, selama berada dalam

kelompoknya?

2. Apakah sikap bertahan dan tidak mudah menyerah memberikan

pengaruh pada keberhasilan menyelesaikan tugas matematis?

3. Apakah koneksi matematis yang dilakukan berkontribusi pada

keberhasilan tugas matematis?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut mencerminkan kebiasaan berpikir yang

tumbuh dan berkembang pada siswa. Kebiasaan berpikir tersebut tercermin

(27)

Pembelajaran yang dapat mengembangkan kebiasaan berpikir

memerlukan peranan guru. Peran guru tidak hanya memberikan informasi.

Guru harus menempatkan diri sesuai dengan kondisi siswa, memahami apa

yang ada dalam benak siswa, dan memfasilitasi siswa untuk mengembangkan

pengetahuan dan kemampuan berpikirnya. Tugas guru adalah membantu siswa

dalam membangun pengetahuannya, dan memberikan kesempatan kepada

siswa untuk berpikir sendiri (Polya, 1973).

Guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu siswa

selama proses pembelajaran, sehingga siswa mampu mengkonstruksi

pengetahuannya. Tugas guru adalah membantu siswa untuk membangun

konsep-konsep matematis dengan kemampuannya sendiri melalui proses

internalisasi. Proses internalisasi adalah suatu proses, di mana konsep atau

pengetahuan lama yang sudah ada pada siswa akan terbangun melalui

transformasi informasi, dan membentuk pengetahuan baru (Nockson dalam

Sumarmo, 2010).

Pendapat di atas pada dasarnya melukiskan pembelajaran yang

berpandangan konstruktivisme. Pembelajaran ini mempunyai ciri-ciri antara

lain:

1. Siswa terlibat aktif dalam belajar.

2. Informasi baru yang diberikan selalu dikaitkan dengan pengetahuan

yang telah dimiliki, sehingga membentuk skemata baru, dan

pemahaman terhadap informasi baru menjadi bermakna dan lebih

kompleks.

3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan.

Satu di antara pendekatan pembelajaran yang berpandangan

konstruktivisme menurut Barrows dan Kelson, Pierce dan Joes Stephen dan

Gallagher, Sears dan Hersh (dalam Sumarmo, 2010) adalah Pembelajaran

Berbasis Masalah (PBM), atau Problem-Based Learning (PBL).

PBM adalah pembelajaran yang diawali dengan menyajikan masalah

(28)

mengembangkan dan membiasakan perilaku kebiasaan berpikir, serta

keterampilan berpartisipasi dalam kerja kelompok.

PBM dalam pembelajaran matematika adalah proses di mana seorang

siswa atau kelompok siswa menerima tantangan yang berhubungan dengan

masalah matematis. Menurut Mathematics Course Development Support

Material 1989 (dalam Blane dan Evans, 1989), penyelesaian masalah yang

disajikan dalam PBM tidak langsung bisa ditentukan dengan mudah, namun

penyelesaiannya memerlukan ide matematis tertentu. Masalah yang disajikan

dalam PBM, tidak menggunakan istilah-istilah matematis secara langsung.

Masalah yang disajikan dalam PBM menggunakan masalah yang ada dalam

kehidupan kita sehari-hari (real life situation), dan pemecahannya memerlukan

ide matematis sebagai sebuah alat (tool).

Proses pembelajaran matematika dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan PBM, agar siswa memahami bahwa matematika dapat lebih

diterapkan (more applicable) dalam kehidupan sehari-hari. PBM lebih

memberikan kesempatan pada siswa untuk menyusun pengetahuannya melalui

diskusi saat menemukan dan menentukan jawaban dari permasalahan. Alasan

lebih lanjut karena PBM dapat mendorong siswa untuk menggunakan teori,

mengujinya, menguji teori temannya, membuangnya jika teori tersebut tidak

konsisten dan mencoba teori lainnya (Gervasoni, 1998).

Banyak penelitian yang menggunakan PBM sebagai model

pembelajaran, dan berbagai kemampuan yang dikembangkannya. Perbedaan

penelitian ini dibandingkan dengan penelitian lain, terletak pada kemampuan

yang akan dikembangkan. Kemampuan yang dikembangkan dalam penelitian

ini, memfokuskan pada kemampuan berpikir logis dan kreatif. Setiap langkah

dalam PBM diintegrasikan dengan perilaku kebiasaan berpikir.

Karena kebiasaan berpikir diberlakukan selama proses PBM, maka

penelitian ini mengkaji kebiasaan berpikir yang kemungkinan tumbuh dan

berkembang pada diri siswa setelah PBM berlangsung. Hal ini menyebabkan

perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahmudi (2010). Mahmudi

(29)

setelah mengikuti PBM. Perbedaan lain terletak pada srategi HOM yang

diterapkan.

Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari

beberapa materi. Materi-materi tersebut adalah persamaan dan fungsi kuadrat,

sistem persamaan linier, logika matematika, dan peluang.

B. Rumusan Masalah

Pembahasan dalam latar belakang masalah menjadi faktor untuk dikaji

dan dianalisis lebih lanjut. Faktor-faktor yang menjadi perhatian untuk

dianalisis adalah pendekatan PBM, Pembelajaran Biasa (PB), kemampuan

berpikir logis, berpikir kreatif matematis, dan HOM.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “Apakah penerapan PBM dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis, kreatif, dan HOM matematis siswa?”

Rumusan masalah tersebut diuraikan kembali menjadi sub-sub rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan berpikir logis, berpikir kreatif, dan perilaku HOM

matematis siswa yang mengikuti PBM lebih baik daripada siswa yang

mengikuti PB, ditinjau dari: (a) keseluruhan siswa; (b) level sekolah

(tinggi dan sedang); (c) kategori Kemampuan Awal Matematis (KAM)

siswa (tinggi, sedang dan rendah)?

2. Apakah terdapat interaksi antara faktor pembelajaran, level sekolah,

dan kategori KAM dalam meningkatkan kemampuan berpikir logis,

kemampuan berpikir kreatif dan perilaku HOM matematis siswa?

3. Apakah pada kelompok PBM terdapat asosiasi antara: (a) kemampuan

berpikir logis dan kemampuan berpikir kreatif matematis; (b)

kemampuan berpikir logis dan perilaku HOM matematis, (c)

kemampuan berpikir kreatif matematis dan perilaku HOM matematis?

4. Bagaimanakah gambaran kegiatan siswa selama PBM dan PB?

C. Tujuan Penelitian

(30)

matematis, dan HOM matematis. Penelitian ini menguraikan tujuan penelitian

sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan apakah kemampuan berpikir logis, berpikir kreatif,

dan perilaku HOM matematis siswa yang mengikuti PBM lebih baik

daripada siswa yang mengikuti PB, ditinjau dari: (a) keseluruhan siswa;

(b) level sekolah (tinggi dan sedang); (c) kategori Kemampuan Awal

Matematis (KAM) siswa (tinggi, sedang dan rendah).

2. Mendeskripsikan apakah terdapat interaksi antara faktor pembelajaran,

level sekolah, dan kategori KAM dalam meningkatkan kemampuan

berpikir logis, berpikir kreatif dan perilaku HOM matematis siswa.

3. Mendeskripsikan apakah pada kelompok PBM terdapat asosiasi antara:

(a) kemampuan berpikir logis dan kemampuan berpikir kreatif

matematis; (b) kemampuan berpikir logis dan perilaku HOM

matematis, (c) kemampuan berpikir kreatif matematis dan perilaku

HOM matematis.

4. Mendeskripsikan gambaran kegiatan siswa selama PBM dan PB.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini menguraikan manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil temuan akan dicapai upaya mengatasi kesulitan

dalam menyelesaikan tugas-tugas kemampuan berpikir logis dan kreatif

matematis, upaya mengembangkan perilaku HOM, dan upaya guru

untuk memperbaiki pembelajaran matematika berikutnya.

2. Hasil analisis dan temuan tentang eksistensi interaksi antara jenis

pembelajaran dengan KAM dalam meningkatkan kemampuan berpikir

logis, kreatif dan perilaku HOM matematis siswa dan asosiasi antara a)

kemampuan berpikir logis dan kemampuan berpikir kreatif matematis,

b) kemampuan berpikir logis dan perilaku HOM matematis, c)

kemampuan berpikir kreatif dan perilaku HOM matematis siswa, akan

dimanfaatkan dalam pengembangan pembelajaran matematika

(31)

3. Bagi guru yang secara khusus terlibat dalam penelitian ini, diharapkan

mendapatkan pengalaman baru sehingga dapat menerapkan PBM dan

mempergunakan bahan ajar serta rancangan pembelajaran sebagai salah

satu alternatif pembelajaran yang digunakan, untuk meningkatkan

kemampuan berpikir logis, kreatif, dan HOM matematis siswa.

4. Bagi peneliti, merupakan pengalaman yang berharga sehingga dapat

dijadikan bahan penelitian untuk mengembangkan kemampuan berpikir

logis, kreatif, dan HOM matematis pada berbagai jenjang pendidikan,

yang dapat berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam peneliitan ini untuk menghindari perbedaan

penafsiran dari istilah-istilah yang dipergunakan. Definisi operasional

diuraikan sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir logis terdiri dari aspek-aspek: variabel

pengendali, berpikir proporsional, berpikir probabilistik, berpikir

korelasional, dan berpikir kombinatorik. Indikator dari setiap aspek

kemampuan berpikir logis tersebut, adalah sebagai berikut:

a. Variabel pengendali (Controlling variable) yaitu kemampuan

menginterpretasikan informasi sebagai pengendali agar

keterkaitan antara variabel bebas dan terikat tidak dipengaruhi

oleh hal-hal yang lain..

b. Berpikir proporsional (proportional thinking) adalah

kemampuan menentukan nilai kuantitas berdasarkan nilai

proporsi yang diberikan.

c. Berpikir probalistik (probabilistic thinking) adalah kemampuan

menentukan kemungkinan terjadinya suatu kejadian tertentu.

d. Berpikir korelasional (correlational thinking) adalah

kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan hubungan sebab

(32)

e. Berpikir kombintorik (combinatorial thinking) adalah

kemampuan dalam menetapkan seluruh alternatif yang mungkin

dalam suatu peristiwa atau kejadian tertentu.

2. Kemampuan berpikir kreatif matematis terdiri dari aspek-aspek

kemahiran/kelancaran, fleksibilitas/keluwesan, originalitas, dan

elaborasi. Aspek-aspek tersebut memiliki indikator sebagai berikut:

a. Kelancaran adalah kemampuan memberikan beragam gagasan

yang tepat terhadap situasi matematis yang diberikan untuk

pemecahan masalah.

b. Keluwesan adalah kemampuan menggunakan beragam strategi

solusi masalah, atau memberikan beragam contoh atau

pernyataan yang terkait konsep atau situasi matematis tertentu.

c. Originalitas adalah kemampuan menggunakan strategi yang

bersifat baru, atau tidak biasa dalam menentukan solusi masalah;

atau memberikan contoh atau pernyataan baru yang tidak biasa.

d. Elaborasi adalah kemampuan menjelaskan secara terperinci,

teratur, dan koheren terhadap prosedur matematis, solusi

jawaban, atau situasi matematis tertentu, dengan menggunakan

konsep, representasi, istilah atau notasi matematis yang sesuai.

3. HOM meliputi perilaku yang mencerminkan kebiasaan untuk mampu

bertahan; mengatur kata hati; mendengarkan pendapat orang lain

dengan rasa empati; berpikir luwes; berpikir metakognitif; bekerja

tekun, teliti dan tepat; bertanya dan mengajukan masalah secara efektif;

menggunakan pengetahuan lama untuk situasi yang baru; berpikir dan

berkomunikasi secara jelas dan tepat; memanfaatkan indera dalam

mengumpulkan dan mengolah data; mencipta, berimaginasi, dan

berinovasi; merespon dengan semangat; bertanggung jawab dan berani

menghadapi resiko; humoris; berpikir saling bergantungan; dan belajar

berkelanjutan.

4. Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang diawali

(33)

pada masalah (the frame problem); c) mengorganisasikan siswa untuk

belajar (knowledge inventory) termasuk di dalamnya peran guru dalam

memberikan dukungan kognitif, metakognitif dan prosedural; d) siswa

menyelesaikan masalah; dan e) menganalisis dan mengevaluasi kinerja

(34)

BAB III

METODE PENELI TIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuasi eksperimen, yang

melibatkan dua kelompok penelitian. Kelompok pertama adalah kelas yang diberi

perlakuan disebut sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelompok yang tidak

diberi perlakuan disebut sebagai kelas kontrol (Sugiono, 2012).

Desain penelitian yang dipergunakan adalah desain kelompok kontrol

postes (postes-only control group deSig.n), dengan menggabungkan desain

faktorial × × . Dua jenis pembelajaran (PBM dan PB), dua level sekolah

(tinggi dan sedang), dan tiga kategori Kemampuan Awal Matematis (KAM) yaitu

tinggi, sedang dan rendah. Analisis varians menggunakan ANAVA dua jalur model

Weiner, seperti dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Desain Faktorial Penelitian Kemampuan Berpikir Logis, Kreatif, dan HOM Matematis Siswa Ditinjau dari Jenis Pembelajaran, Level Sekolah KAM

Keterangan

N : Jumlah Siswa

LM : Berpikir Logis Matematis

KM : Berpikir Kreatif Matematis

HOM : Habits of Mind Matematis

PBM : Pembelajaran Berbasis Masalah

Jenis

Tg NPBMTTg LMPBMTTg KMPBMTTg HOMPBMTTg

Sd NPBMTSd LMPBMTSd KMPBMTSd HOMPBMTSd

Rd NPBMTRd LMPBMTRd KMPBMTRd HOMPBMTRd

Total (Tt) NPBMTTt LMPBMTTt KMPBMTTt HOMPBMTTt

Sedang (S)

Tg NPBMSTg LMPBMSTg KMPBMSTg HOMPBMSTg

Sd NPBMSSd LMPBMSSd KMPBMSSd HOMPBMSSd

Rd NPBMSRd LMPBMSRd KMPBMSRd HOMPBMSRd

Total (Tt) NPBMSTt LMPBMSTt KMPBMSTt HOMPBMSTt

Jumlah (J) JNPBM JLMPBM JKMPBM JHOMPBM

Tg NPBTTg LMPBTTg KMPBTTg HOMPBTTg

Sd NPBTSd LMPBTSd KMPBTSd HOMPBTSd

Rd NPBTRd LMPBTRd KMPBTRd HOMPBTRd

Total (Tt) NPBTTt LMPBTTt KMPBTTt HOMPBTTt

Sedang (S)

Tg NPBSTg LMPBSTg KMPBSTg HOMPBSTg

Sd NPBSSd LMPBSSd KMPBSSd HOMPBSSd

Rd NPBSRd LMPBSRd KMPBSRd HOMPBSRd

Total (Tt) NPBSTt LMPBSTt KMPBSTt HOMPBSTt

(35)

PB : Pembelajaran Biasa

KAM : Kemampuan Awal Matematis

T : Tinggi (Level Sekolah)

S : Sedang (Level Sekolah)

Tg : Tinggi (KAM)

Sd : Sedang (KAM)

Rd : Rendah (KAM)

Tt : Jumlah Total

J : Jumlah Keseluruhan Siswa

Desain eksperimen yang dipilih adalah seperti di bawah ini: X O

O Keterangan :

O = Pemberian tes kemampuan berpikir logis, tes kemampuan

berpikir kreatif matematis

X = Pembelajaran Berbasis Masalah

Penelitian melibatkan dua kelompok kelas, yaitu kelompok yang

mendapatkan perlakuan PBM, dan kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan

PBM. Kelompok yang mendapatkan perlakuan PBM disebut sebagai kelas

eksperimen. Kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan disebut sebagai kelas

kontrol, dan diberi jenis PB. Untuk selanjutnya kelas eksperimen disebut sebagai

kelompok PBM dan kelas kontrol disebut dengan kelompok PB.

Tahap pertama penelitian yaitu pengkategorian sekolah menjadi sekolah

kategori level tinggi, dan sekolah level menengah. Alasan pengkategorian ini

karena kemampuan yang akan dikembangkan pada penelitian ini termasuk pada

kemampuan tingkat tinggi, dan memerlukan kemampuan awal matematis yang

tinggi. Tidak dilibatkannya sekolah level rendah disebabkan adanya asumsi bahwa

siswa-siswa yang berada pada level ini memiliki kemampuan awal matematis

yang rendah (Mahmudi, 2010).

Pengkategorian berikutnya adalah Kemampuan Awal Matematis (KAM)

siswa. KAM diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan

rendah.

(36)

sebagai variabel terikat. PBM dan PB sebagai variabel bebas. KAM, dan level

sekolah sebagai variabel kontrol.

Pengkategorian KAM siswa berdasarkan kategori tinggi, sedang dan

rendah. Kriteria untuk kategori KAM siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 2

Kriteria Kemampuan Awal Matematis

Skor Kemampuan Awal Matematis Kategori

KAM % skor ideal = Tinggi

% skor ideal = < KAM < % skor ideal = Sedang

KAM % skor ideal = Rendah

B. Subyek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Madrasah Aliyah (MA).

Siswa MA menurut Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(Mendikbud) Nomor 048/u/1992 tanggal 30 November 1992 tentang Sekolah

Menengah adalah lembaga pendidikan formal di bawah naungan Departemen

Agama. MA ditetapkan sebagai Sekolah Menengah Umum yang bercirikan

Agama Islam. Implikasi dari SK tersebut, siswa MA dituntut memiliki kualitas

lulusan yang kualifikasi akademiknya setara dengan Sekolah Mengah Atas

(SMA), namun memiliki nilai keunggulan dalam penguasaan dan pola

pembiasaan nilai-nilai diniyah sesuai dengan Islam.

Siswa MA yang menjadi subyek penelitian adalah yang berada di

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kota Bandung. MAN di Kota Bandung ada dua,

yaitu MAN model dan MAN biasa. MAN model menjadi sekolah level tinggi dan

MAN biasa menjadi sekolah level sedang.

Pemilihan MAN Model menjadi sekolah level tinggi, karena beberapa

alasan. Kementerian Agama Republik Indonesia menjadikan MAN Model sebagai

MAN yang memiliki kelebihan diantara MAN lainnya. Kelebihan dari segi

fasilitas, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang berada di sana.

Alasan lain dilihat dari siswa. Input siswa baru dilihat dari nilai UN di

MAN Model lebih tinggi, dibandingkan dengan siswa yang masuk di MA lainnya.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat menempatkan MAN

(37)

tahun 2006 sampai sekarang, MAN Model berada pada cluster 2 dan MAN biasa

pada cluster 3.

Pemilihan sampel dilakukan secara strata yaitu dua kelas dipilih secara

acak dari masing-masing level sekolah (Sugiono, 2012). Kelas pada MAN Model

terpilih dua dari 10 kelas. Kelas X MAN Model seluruhnya berjumlah 11 kelas,

namun satu kelas tidak dilibatkan dalam pemilihan, karena kelas tersebut

merupakan kelas unggulan. Siswa yang berada di kelas tersebut dikhawatirkan

memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas-kelas lainnya.

Kelas X yang berada di sekolah level sedang terpilih 2 kelas secara acak dari 10

kelas yang ada.

Jumlah siswa yang terpilih dari dua kelas pada dua madrasah adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.3 Subyek Penelitian

Subyek PBM PB Jumlah

Madrasah Level Tinggi 35 33 68

Madrasah Level Sedang 39 40 79

Jumlah 74 73 147

C. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen tes dan non

tes. Instrumen bentuk tes terdiri dari seperangkat soal tes untuk mengukur KAM,

kemampuan berpikir logis dan berpikir kreatif matematis.

Tes kemampuan berpikir logis dan berpikir kreatif matematis tidak

diberikan di awal pembelajaran. Alasannya karena dua bentuk tes kemampuan

berpikir ini termasuk baru, dan belum dikenal oleh siswa. Penyelesaian bentuk tes

ini memerlukan penguasaan konsep materi, dan strategi yang dilakukan pada saat

proses pembelajaran. Pemberian pretes kemampuan berpikir logis dan kreatif

matematis menjadi kurang relevan, dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi hasil

penelitian.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur KAM siswa diadopsi dari

(38)

Study (TIMSS). Soal TIMSS merupakan soal yang tergolong kategori tingkat

tinggi. Soal-soal tersebut memiliki karakteristik kemampuan awal untuk

mengukur kemampuan berpikir logis dan kreatif.

Peneliti mengadopsi soal TIMSS dengan beberapa penyesuaian. Soal-soal

yang diadopsi harus memiliki kesesuaian dengan Standar Kompetensi (SK),

Kompetensi Dasar (KD), dan pokok bahasan. Hal ini untuk mengantisipasi agar

siswa tidak asing dengan materi dan pokok bahasan yang sudah mereka peroleh di

Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah.

Kriteria penskoran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir

logis menggunakan skor rubrik yang dimodifikasi West Contra Costa Unifield

School District (WCCUSD) tahun 2004. Kriteria penskoran kemampuan berpikir

logis dengan aspek kemampuan yang diukur adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kriteria Penskoran Kemampuan Berpikir Logis Matematis Aspek

Kemampuan Berpikir Logis

Jawaban Siswa Skor

Variabel Pengendali

Tidak dapat menentukan informasi dari permasalahan yang diberikan, tidak memberikan jawaban atau penjelasan

0

Dapat menentukan informasi dari permasalahan yang diberikan, menjadi data yang digunakan dalam

menyelesaian masalah, namun tidak mampu menyelesaikan permasalahan dan memberikan penjelasan lebih lanjut

1

Dapat menentukan informasi dari permasalahan yang diberikan, menjadi data yang digunakan dalam

menyelesaian masalah, menyelesaikan permasalahan yang diberikan, tapi tidak tuntas, masih melakukan kesalahan dalam perhitungan dan tidak memberikan penjelasan yang lengkap dan tepat.

2

Memberikan jawaban sampai menyelesaikan

permasalahan dengan benar, tapi masih belum lengkap dan tidak memberikan penjelasan yang lengkap

3

Memberikan jawaban sampai menyelesaikan permasalahan yang dimaksud dengan benar dan memberikan penjelasan yang tepat dan lengkap

Gambar

Tabel 3.1  Desain Faktorial Penelitian Kemampuan Berpikir Logis, Kreatif, dan
Tabel 3.3  Subyek Penelitian
Tabel 3.4  Kriteria Penskoran Kemampuan Berpikir Logis Matematis
Tabel 3.5  Kriteria Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
+7

Referensi

Dokumen terkait

seperti halnya tes kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematis. Uji validitas yang dilakukan meliputi uji validitas teoritik dan validitas empirik. Berikut

Peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswa yang belajar melalui pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari siswa yang belajar.. melalui pembelajaran

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN LOGIS MATEMATIS SERTA SELF-ESTEEM SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN

Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Dan Berpikir Kreatif Matematis Serta Self-Directed Learning Siswa Smp Dengan Menggunakan Strategi Mind Mapping.. Universitas

Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara pembelajaran yang menggunakan pendekatan Concrete-Representasional-Abstract lebih baik dari siswa yang

Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran experiential learning lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kreatif matematis

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berpikir kreatif matematis adalah pengembangan instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif

Kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah (BKPM) matematis merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa untuk menghadapi tantangan dunia kerja abad 21..