i
PERKULIAHAN MATEMATIKA SPESIFIK KIMIA
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
LOGIS-MATEMATIS, KOMUNIKASI MATEMATIS, DAN
PEMECAHAN MASALAH KIMIA KUANTITATIF
DISERTASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Ilmu Pengetahuan Alam
Oleh
FAHYUDDIN
1007050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
ii
PERKULIAHAN MATEMATIKA SPESIFIK KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS-MATEMATIS, KOMUNIKASI MATEMATIS, DAN
PEMECAHAN MASALAH KIMIA KUANTITATIF
Oleh
Fahyuddin
S.Pd FKIP Unhalu, 1997 M.Si. dalam Ilmu Kimia, 2002
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Doktor Pendidikan (Dr.) dalam bidang pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
© Fahyuddin 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
iv FAHYUDDIN
PERKULIAHAN MATEMATIKA SPESIFIK KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS-MATEMATIS, KOMUNIKASI MATEMATIS, DAN
PEMECAHAN MASALAH KIMIA KUANTITATIF
Promotor
Prof. Dr. Liliasari, M.Pd. NIP. 19490927 197803 2001
Kopromotor
Prof. Jozua Sabandar, MA, Ph.D.
NIP. 19470524 198103 1001
Anggota
Dr. Muhamad Abdulkadir Martoprawiro
NIP. 19610308 198811 1001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan IPA
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M.Si.
Fahyuddin, 2014
Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir
logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Definisi Operasional ... 12
BAB II PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA SPESIFIK KIMIA (MSK) DAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS A. Pengembangan Bahan Ajar Matematika Spesifik Kimia ... 13
1. Bahan ajar MSK untuk mencapai kompetensi lulusan sarjana pendidikan kimia di Perguruan Tinggi (PT) ... 13
2. Prinsip pengembangan materi dalam bahan ajar MSK ... 15
3. Bahan ajar untuk perkuliahan matematika kimia ... 16
Fahyuddin, 2014
Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir
logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Transfer Pengetahuan antara Matematika dan Kimia ... 24
D. Penelitian Integrasi Matematika dan Kimia yang Relevan ... 27
E. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dalam Matematika dan Kimia 30
1. Berpikir Logis Matematis (LoM) ... 33
2. Kemampuan Pemecahan Masalah (PM) ... 40
3. Kemampuan Komunikasi Matematis (KoM) ... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Paradigma dan Desain Penelitian ... 56
B. Metode Penelitian ... 60
1. Analisis struktur materi kimia kuantitatif dan konsep
matematika yang relavan ... 60
2. Analisis karakteristik mahasiswa kimia ... 61
3. Penetapan konsep matematika esensial dalam bahan ajar MSK .... 61
4. Integrasi konsep matematika dan kimia menjadi bahan ajar MSK 62
5. Evaluasi bahan ajar MSK ... 63
6. Implementasi bahan ajar MSK dalam perkuliahan
Matematika kimia... 64
C. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya... 65
1. Pengembangan instrumen pada studi 1 (pengembangan
bahan Ajar MSK) ... 66
2. Pengembangan instrumen Kemampuan Berpikir Matematis (KBM) 67
3. Analisis butir soal instrumen kemampuan berpikir matematis ... 69
D. Variabel Penelitian dalam Implementasi bahan ajar MSK ... 70
E. Teknik Analisis Data ... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Struktur Materi dan Karakteristik Mahasiswa Kimia .. 77
1. Analisis struktur materi kimia dan konsep matematika
Fahyuddin, 2014
Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir
logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Analisis karakteristik mahasiswa kimia ... 79
B. Hasil Pengembangan Materi Bahan Ajar MSK ... 82
1. Konsep matematika esensial untuk mahasiswa kimia ... 82
2. Integrasi konsep matematika dan kimia dalam bahan ajar MSK ... 85
3. Evaluasi bahan ajar MSK ... 88
C. Hasil Implementasi Bahan Ajar MSK... 91
1. Analisis penguasaan konsep berdasarkan bahan ajar MSK ... 91
2. Peningkatan penguasaan konsep pada setiap jenis materi MSK ... 93
3. Analisis kemampuan berpikir LoM, KoM, dan PM ... 97
4. Peningkatan setiap jenis kemampuan KoM ... 103
5. Peningkatan kemampuan setiap jenis penalaran dalam berpikir LoM ... 105
D. Pembahasan ... 108
1. Struktur materi kimia kuantitatif dan karakteristik mahasiswa Kimia ... 108
2. Pengembangan materi bahan ajar matematika spesifik kimia (MSK) ... 111
3. Hasil implementasi bahan ajar MSK ... 116
a. Peningkatan penguasaan konsep MSK ... 116
b. Peningkatan kemampuan berpikir matematis ... 118
c. Efektivitas pendekatan belajar PLTJ dan PKoK pada implementasi bahan ajar MSK dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematis ... 128
d. Kendala dalam pengembangan kemampuan berpikir matematis melalui implementasi bahan ajar MSK ... 131
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 138
B. Implikasi ... 139
Fahyuddin, 2014
Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir
logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA ... 141
Fahyuddin, 2014
Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir
logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERKULIAHAN MATEMATIKA SPESIFIK KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS-MATEMATIS, KOMUNIKASI MATEMATIS, DAN
PEMECAHAN MASALAH KIMIA KUANTITATIF
ABSTRAK
Representasi dan komunikasi dalam kimia kuantitatif lebih banyak dilakukan melalui sistem simbol termasuk persamaan matematis. Banyak mahasiswa yang mempelajari kimia mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep kimia yang disajikan, dan menggunakan simbol-simbol dan konsep matematika. Fokus utama penelitian adalah meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berpikir logis matematis (LoM), komunikasi matematis (KoM), dan pemecahan masalah (PM) melalui pengembangan dan implementasi bahan ajar matematik spesifik kimia (MSK) dalam perkuliahan. Pengembangan bahan ajar MSK menggunakan desain eksploratori. Hasil studi ini menunjukkan bahwa prinsip dan konsep-konsep matematika yang sesuai dengan karakteristik mahasiswa kimia, yang mendukung dan memberikan kemampuan belajar kimia dasar kuantitatif adalah: nilai pendekatan dan perbandingan, prinsip aljabar, fungsi, penyelesaian sistem persamaan, diferensial, dan integral. Implementasi bahan ajar MSK pada
Fahyuddin, 2014
Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir
logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif
Fahyuddin, 2014
Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir
logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
THE CHEMISTRY SPECIFIC MATHEMATICS COURSE TO IMPROVE MATHEMATICS LOGICAL THINKING, MATHEMATICAL COMMUNICATION, AND PROBLEM SOLVING
ABILITIES OF QUANTITATIVE CHEMISTRY
ABSTRACT
In general, representation and communication of chemistry ideas or concepts use symbolic system, including mathematical expressions. Many undergarduate students who study chemsitry have difficulties in understanding chemistry concepts that presented in symbolics and mathematical equations. This study focused on the improvement of students’ abilities in mathematics logical thinking (MLT), mathematical communication (MC), and problem solving (PS) by ways of using appropriate design and implementation of teaching material, namely specific mathematics for chemistry (SMC). Exploratory design had been used in the development of SMC teaching material, that included analysis of chemistry concepts that required mathematical knowledge, analysis of students’ prior knowledge and their intellectual development. The results of this study indicated that mathematics concepts and principles that support and enable the chemistry students to deal with quantitative based chemistry concepts are: approximation and proportion, algebraic, function, solution of equation system, differential, and integral. Students of the third semester of chemistry mathematics classes with 5 8 students, which distributed into two classes had participated in a quasi-experimental study of the implementation of SMC teaching material. The SMC lecture on one class used ask-responses and drill approach (ARDA), while the other using a small-group constructivist learning approach (SGCA). The result of
implementation showed that teaching and learning with SMC improved students’
abilities on MLT, MC, and PS in moderate category. The improving of students ability on PS significantly lower than MLT and MC. Regarding of the two learning setting, group of students with ARDA get better problem solving abilities than group of SGCA students. The students’ competence in mathematical thinking was influenced by many factors, such as chemistry contexts and cognitive factors. Furthermore, the results of analysis indicated that there were some challenges that hinder the development of students’ mathematical thinking skills, namely: the
abstract nature of SMC teaching materials, students’ prior knowledge, intellectual
Fahyuddin, 2014
Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir
logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ilmu kimia perlu dipahami melalui tiga jenis representasi, yaitu:
makroskopik, submikroskopik, dan simbolik. Menurut Szostak (Repko, 2008),
fenomena yang dipelajari dalam ilmu kimia adalah karakteristik unsur-unsur
dalam membentuk senyawa, yang meliputi: komposisi, sifat, dan perubahannya.
Fenomena kimia yang dapat diobservasi (makroskopik) merupakan akibat dari
perilaku dan sifat partikel yang tidak dapat dilihat (submikroskopik) (Silberberg,
2006) dan dapat direpresentasikan ke dalam bentuk simbolik atau ekspresi
matematika (Johnstone, 1991; Chandrasegaran et al., 2007).
Karakteristik materi kimia di atas mengindikasikan bahwa untuk memahami
ilmu kimia dengan baik, mahasiswa harus mempunyai pengetahuan dan
kemampuan dasar matematika yang memadai. Nicoll and Francisco (2001);
Leopold and Edgar, (2008); Potgieter et al. (2008); Donovan and Wheland, (2009)
menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi penguasaan materi
kimia kuantitatif, namun faktor yang paling dominan adalah kemampuan
matematika. Sejumlah faktor lain yang berpengaruh terhadap kelancaran belajar
kimia adalah keterampilan berpikir logis (Valanides, 1998; Nicoll and Francisco,
2001; Tsitsipis et al., 2010), tahap perkembangan kognitif (Valanides, 1997;
Tsitsipis et al., 2010; Fahyuddin,dkk. 2013b); minat dan motivasi (Nicoll and
Francisco, 2001; Kalender and Berberoglu, 2009; Kim and Song, 2009); konten
kurikulum, kemampuan koneksi, dan transfer belajar (Gilbert, 2006); aktivitas
proses pembelajaran atau metode/strategi mengajar yang dilakukan guru/dosen
(Tai et al., 2006; Leopold and Edgar, 2008; Kalender and Berberoglu, 2009), jenis
pengetahuan awal (Hailikari and Nevgi, 2010).
Peranan matematika yang esensial diperkuat dengan hasil studi Bangash and
2
menyelesaikan masalah kimia kuantitatif disebabkan pemahaman matematika
yang kurang memadai. Tai et al. (2005); Tai et al. (2006) melaporkan bahwa nilai
matematika, kalkulus, dan statistika merupakan prediktor terhadap kesuksesan
mahasiswa dalam belajar kimia. Proses observasi dan pengumpulan data dalam
sains tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan matematika untuk menganalisis
data secara kuantitatif dan menjelaskan hubungan antara variabel (Sherrod et al.,
2009).
Kemampuan matematika sebagai syarat untuk memahami materi kimia
(sains) telah dinyatakan sejak abad ke 16 oleh Galileo Galilei (Purcell et al.,
2004), yang mengungkapkan bahwa obyek dari kajian sains direpresentasikan
dalam model matematika, sehingga untuk mempelajari sains, kita harus dapat
memahami bahasa dan karakter yang digunakan, yaitu matematika. Banyak
konsep dalam matematika sangat diperlukan untuk memahami materi kimia (Offer
et al., 2009), seperti penggunaan ekspresi matematika pada konsep pH asam/basa,
kesetimbangan kimia, laju reaksi, dan termodinamika. Hal ini menunjukkan
bahwa matematika dan sains (seperti kimia) sangat berhubungan secara logis
dalam penyelesaian masalah (Pang and Good, 2000). Untuk itu diperlukan mata
kuliah untuk memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan matematika kepada
mahasiswa kimia.
Pada kurikulum pendidikan kimia, mahasiswa di beberapa perguruan tinggi
diwajibkan mengikuti kuliah matematika dasar dan matematika kimia pada tahun
pertama dan kedua. Tujuan mata kuliah matematika dasar adalah memberikan
kemampuan dasar matematika untuk dapat diaplikasikan dalam pemecahan
masalah kimia kuantitatif. Akan tetapi, hasil studi pendahuluan yang dilakukan
pada mahasiswa calon guru kimia dan kimia menunjukkan bahwa kemampuan
mereka secara rata-rata pada konsep logaritma, notasi saintifik, dan prinsip aljabar
tergolong rendah, sedangkan kemampuan grafik termasuk kategori buruk
(Fahyuddin, 2011). Hal tersebut diduga disebabkan pelajaran matematika yang
diperoleh tidak relevan dengan kebutuhan mahasiswa dalam pemecahan masalah
kimia kuantitatif, serta tidak menggunakan konteks kimia dalam aplikasi konsep
3
konten kuliah matematika yang diambil oleh mahasiswa kimia tidak sesuai
dengan keterampilan kuantitatif yang dibutuhkan. Witten memberikan contoh
sederhana, bahwa mahasiswa kimia yang telah mengambil mata kuliah
matematika tidak dapat mengidentifikasi perbedaan antara variabel dan konstanta
dalam sebuah persamaan matematika dari konsep kimia kuantitatif. Fenomena
mahasiswa kimia yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan matematika
dasar yang rendah, terjadi juga pada sejumlah negara, seperti di Amerika Serikat
(Leopold and Edgar, 2008; Potgieter et al., 2008), di Negara Australia (Hoyles et
al., 2001; Matthews et al., 2009; Rylands and Coady, 2009).
Rendahnya kemampuan matematika dasar akan menghambat kelancaran
dalam belajar mata kuliah kimia lanjut, seperti dinyatakan oleh Potgieter et al.
(2008), bahwa mahasiswa kimia sering menemukan kesulitan dalam memahami
materi kimia pada topik yang membutuhkan penguasaan konsep matematika.
Sebagai contoh, penggunaan persamaan Nernst dalam elektrokimia dan aplikasi
dari persamaan Henderson-Hasselbach pada perhitungan pH larutan penyangga
asam lemah, menimbulkan masalah bagi sebagian besar mahasiswa kimia
(Silberberg, 2006), karena membutuhkan kemampuan matematika. Senada dengan
Nicoll and Francisco (2001) yang melaporkan bahwa mata kuliah “kimia fisik”
sangat sulit menurut pandangan mahasiswa dan dosen karena banyak
menggunakan ekspresi matematika dalam menjelaskan konsep.
Penyebab lain mahasiswa kimia kesulitan memahami dan menyelesaikan
masalah kimia kuantitatif adalah faktor transfer kemampuan matematika ke dalam
pemahaman masalah kimia. Materi yang diajarkan pada mata kuliah matematika
kimia belum menunjukkan kebutuhan secara proporsional karena tidak
berdasarkan analisis kebutuhan, dan tidak mempunyai tujuan yang jelas
(Fahyuddin, 2011). Pembelajaran lebih didominasi materi kalkulus, sedangkan
prinsip matematika yang memberikan pemahaman dasar, seperti aljabar dan
fungsi tidak diajarkan secara proporsional. Perkuliahan matematika kimia lebih
bersifat matematis, dan sedikit aplikasi atau menggunakan konteks kimia
4
Pembelajaran matematika tanpa menggunakan konteks kimia merupakan
salah satu penyebab rendahnya transfer pengetahuan dan kemampuan matematika
untuk pemecahan masalah kimia. Sesuai dengan hasil studi Akatugba and
Wallace (2009), bahwa keahlian pemecahan masalah yang dipelajari dalam
matematika tidak dapat ditransfer dalam pemecahan masalah fisika.
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan matematika yang diperoleh
dari pembelajaran yang terpisah dengan aplikasi pada konsep kimia tidak efektif
digunakan pada pemecahan masalah kimia kuantitatif. Senada dengan itu, Boaler
(1998); Walsh et al. (2007) melaporkan bahwa keahlian yang dipelajari secara
terisolasi tidak dapat ditransfer secara efektif ketika menyelesaikan masalah dalam
situasi baru.
Berdasarkan sejumlah hasil penelitian di atas, ada dua permasalahan utama
yang menghambat mahasiswa kimia memahami kimia kuantitatif. Permasalahan
pertama berhubungan dengan kemampuan matematika dasar, dan transfer
kemampuan matematika yang tidak terjadi dengan pembelajaran terpisah. Banyak
mahasiswa kimia yang belum memahami konsep dasar matematika yang
dibutuhkan. Transfer pengetahuan dan kemampuan matematika yang rendah akan
menyebabkan mahasiswa kimia mengalami kesulitan dalam belajar kimia
kuantitatif. Masalah transfer pengetahuan didukung dengan hasil penelitian
Gilbert (2006) yang menyatakan bahwa salah satu permasalahan yang dihadapi
pendidikan sains, seperti kimia adalah transfer pengetahuan antara disiplin ilmu
yang tidak terjadi. Permasalahan kedua berhubungan dengan pembekalan
kemampuan matematika yang belum memadai yang mencakup: a) konten mata
kuliah matematika yang tidak sesuai dengan kebutuhan mahasiswa kimia, b)
konsep-konsep matematika yang diajarkan pada mata kuliah matematika kimia
lebih didominasi kalkulus, dan tidak mempertimbangkan kemampuan awal
mahasiswa, c) bahan ajar perkuliahan matematika kimia yang menggunakan
konteks kimia dalam aplikasi konsep matematika belum tersedia; dan d)
pembelajaran matematika dan matematika kimia tidak memberikan penekanan
5
Untuk mengatasi sejumlah permasalahan tersebut, maka pemberdayaan
kemampuan berpikir matematis dalam konteks kimia dari mahasiswa kimia harus
menjadi penekanan melalui pengembangan bahan ajar untuk perkuliahan
matematika kimia. Kemampuan berpikir matematis merupakan hasil pendidikan
yang sesungguhnya amat bermanfaat, karena kemampuan berpikir matematis dapat
ditransfer untuk memahami konten kimia dan pemecahan masalah yang sering
dihadapi (Costa, 1989 dalam Valanides, 1998). Hal ini merefleksikan bahwa
penguasaan konten kimia hanya dapat dicapai dengan keterampilan berpikir
matematis (Resnick and Klopfer,1989). Misalnya, interpretasi variabel dan
penalaran proporsional dalam kimia dipengaruhi secara langsung oleh
kemampuan berpikir logis matematis. Menurut Nicoll and Francisco (2001);
Tsitsipis et al. (2010), berpikir logis matematis merupakan faktor yang dominan
untuk kesuksesan belajar kimia. Senada dengan hasil penelitian Chandran et
al.(1987); Niaz (1996); Boujaoude et al. (2004) yang menyimpulkan bahwa
berpikir logis sangat mempengaruhi performan siswa dalam sains dan
matematika. Dengan demikian, keterampilan berpikir matematis merupakan
representasi dari kemampuan matematika dan kemampuan transfer pengetahuan
pada pemecahan masalah kimia
Peningkatan kemampuan berpikir matematis sesuai dengan tujuan
pembelajaran matematika (Educational Policies Commission dalam Valanides,
1997), dan pembelajaran sains (Liliasari, 2005), yaitu mengembangkan
kemampuan berpikir rasional pebelajar yang merupakan bagian esensial dari
kemampuan berpikir. Senada dengan pendapat Sabandar (2006), yang
menyatakan bahwa tujuan prioritas dalam pembelajaran matematika adalah
kemampuan berpikir pemecahan masalah, sehingga pemberdayaan kemampuan
ini harus dilakukan secara proporsional dan terencana.
Bahan ajar yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis
melalui perkuliahan “matematika kimia” harus mengintegrasikan konsep
matematika dan kimia. Pembelajaran dengan materi integrasi akan dapat
memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa mengenai proses/hakikat
6
bahan ajar integrasi matematika dan kimia akan memberikan kemampuan
berpikir dalam membuat keputusan dan mengambil tindakan (American
Association for the Advancement of Science, 1993). Oleh karena itu, pemahaman
terhadap materi bahan ajar yang mengintegrasikan konsep matematika dan kimia
akan meningkatkan keterampilan berpikir matematis dalam konteks kimia.
Sejumlah organisasi profesi dari berbagai disiplin ilmu, seperti NCSS,
NSTA, dan NCTM sependapat bahwa terdapat suatu nilai dan kebutuhan dalam
pendekatan pembelajaran secara integrasi (Berlin and Lee, 2005). Nasional
Science Foundation melaporkan bahwa dibutuhkan kolaborasi interdisipliner
dalam pembelajaran matematika dan sains (Wright and Chorin, 2000). Integrasi
matematika dan kimia akan menyebabkan kedua disiplin saling melengkapi satu
sama lain dalam beberapa cara, sehingga kualitas pengetahuan matematika dan
sains dapat ditingkatkan (Sherrod et al., 2009). Dengan demikian, pembelajaran
yang mengintegrasikan matematika dan kimia akan memberikan manfaat
pada kedua disiplin ilmu (Taylor and Jones, 2009). Penggunaan bahan ajar
integrasi dapat meningkatkan motivasi (Guthrie et al., 2000) dan perhatian
mahasiswa, karena mereka dapat mengaplikasikan secara langsung konsep
matematika dalam pemecahan masalah kimia. Ketika mahasiswa mengetahui cara
dan manfaat menggunakan konsep matematika dalam konsep kimia, maka dapat
meningkatkan prestasi belajar mereka. Senada dengan itu, Hurley (2001)
mengemukakan bahwa integrasi matematika dan kimia dalam pembelajaran dapat
meningkatkan prestasi belajar dalam kimia dan matematika.
Ilmu kimia sebagai proses membutuhkan kemampuan dalam memahami
pembuktian, penalaran, dan mengevaluasi argumen. Sementara itu, ilmu
matematika bersifat abstrak dan deduktif yang terdiri atas sejumlah aksioma,
teorema, dan dalil, membutuhkan kegiatan berpikir atau penalaran. Rutherford
and Ahlgren (1990) menjelaskan bahwa matematika terletak pada logika, dan
merupakan ilmu pola dan hubungan timbal balik antara variabel, sehingga
kemampuan berpikir matematis mahasiswa kimia dapat diberdayakan melalui
perkuliahan matematika kimia menggunakan bahan ajar integrasi matematika kimia.
7
bahwa disiplin ilmu, seperti sains dapat menjadi wadah dalam pengembangan
kemampuan berpikir.
Penggunaan persamaan atau ekspresi matematika dalam merepresentasikan
masalah kimia yang dinyatakan secara verbal dapat mengembangkan kemampuan
Komunikasi Matematis (KoM) mahasiswa. Sementara itu, pemahaman terhadap
materi integrasi matematika dan kimia, seperti nilai pendekatan, bilangan
berpangkat, logaritma dalam konteks kimia akan memberdayakan kemampuan
berpikir Logis Matematis (LoM). Mahasiswa akan mengasah dan memberdayakan
potensi keterampilan kognitif mereka melalui pembelajaran integrasi, seperti
penalaran deduktif dan berpikir analogi dalam konteks kimia, ketika prinsip
matematika digunakan untuk pemecahan masalah kimia kuantitatif. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Crawford (Sabandar, 2006), bahwa pemecahan masalah
dalam matematika secara kontekstual dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman terhadap konsep-konsep matematika dan keterampilan intelektual
lainnya. Untuk itu, pembelajaran konsep matematika yang terintegrasi dengan
konsep kimia diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematik
mahasiswa kimia, khususnya kemampuan Komunikasi Matematis (KoM) dan
Logis Matematis (LoM). Selain itu, akan menghasilkan pembelajaran kimia secara
bermakna dan memudahkan transfer belajar, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan Pemecahan Masalah (PM) kimia kuantitatif. Penggunaan konteks
kimia pada pembelajaran konsep matematika dapat memberikan pemahaman
konseptual yang koheren dan meningkatkan transfer belajar (Gilbert, 2006;
Gilbert et al. 2011). Dengan demikian, keterampilan berpikir matematik dalam
konteks kimia akan dapat ditingkatkan dengan pembelajaran matematika yang
diintegrasikan dengan konsep-konsep kimia.
Kemampuan berpikir LoM, KoM, dan PM merupakan hal yang esensial
dan perlu dikembangkan pada mahasiswa agar dapat memahami kimia kuantitatif
pada tiga level representasi dan dapat memecahkan masalah kimia. Menurut
Jonassen (2011), permasalahan kimia pada umumnya disajikan dalam bentuk
cerita yang memerlukan kemampuan komunikasi matematis dan logis
8
variabel. Senada dengan pendapat Carey dan Keil (Hung and Jonassen,
2006), yang menyatakan bahwa core dari kimia kuantitatif adalah adanya
sifat hubungan sebab akibat, sehingga memerlukan kemampuan berpikir
logis matematis dan komunikasi matematis. Misalnya, dalam proses
memahami ilmu kimia pada level submikroskopik, berpikir logis-matematis
diperlukan untuk memahami hubungan sebab akibat pada sejumlah variabel, dan
berpikir komunikasi diperlukan untuk merepresentasikan fenomena dalam bentuk
simbolik dan ekspresi matematika.
Penelitian ini berfokus pada peningkatan kemampuan mahasiswa kimia
dalam berpikir LoM, KoM, dan PM melalui pengembangan bahan ajar integrasi
konsep matematika dan kimia yang disebut dengan bahan ajar “Matematika
Spesifik Kimia” (MSK). Materi matematika yang akan diintegrasikan dengan
konsep kimia kuantitatif mempertimbangkan tiga hal utama, yaitu: 1) kemampuan
awal mahasiswa pada sejumlah konsep matematika dasar 2) tahap perkembangan
intelektual mahasiswa yang menjadi sasaran bahan ajar; dan 3) satuan kredit
semester (SKS) mata kuliah matematika kimia untuk implementasi bahan ajar
MSK dalam mengembangkan kemampuan berpikir matematis mahasiswa kimia.
Berdasarkan tiga prinsip tersebut, maka tidak semua prinsip/konsep matematika
yang dibutuhkan untuk mempelajari materi kimia kuantitatif menjadi materi
dalam bahan ajar MSK. Perencanaan dan elaborasi materi perkuliahan yang
berhubungan dengan matematika di perguruan tinggi harus mempertimbangkan
tingkat pemahaman mahasiswa pada konsep dasar matematika (Nicoll and
Francisco, 2001; Rylands and Coady, 2009), dan level atau tahap berpikir
pebelajar (Tobin and Capie, 1981; Childs, 2009), karena informasi mengenai
konsepsi awal mahasiswasangat penting untuk mendisain pembelajaran bermakna
(Ausubel, 1968).
Prinsip dan konsep matematika yang relevan dengan kebutuhan belajar
kimia dasar yang bersifat kuantitatif menjadi konsep matematika esensial dalam
bahan ajar MSK. Pemahaman materi MSK memberikan kemampuan yang sangat
mendasar untuk dapat mempelajari konsep matematika dan kimia yang lebih
9
untuk mempelajari materi integrasi matematika lanjut dalam pemecahan masalah
kimia yang tidak termuat dalam bahan ajar MSK yang dikembangkan.
Desain pembelajaran integrasi matematika dan sains untuk mahasiswa telah
banyak didiskusikan dan sudah dilakukan oleh sejumlah peneliti dengan tujuan
yang berbeda. Witten, (2005) mendisain bahan ajar matematika untuk mahasiswa
kimia dan geologi yang bertujuan meningkatkan pemahaman konsep matematika.
White and Carpenter (2008) mengintegrasikan kalkulus ke dalam perkuliahan
pengantar laboratorium biologi untuk membantu pemahaman terkait dengan laju
perubahan dalam biologi. Arnett and Van Horn (2009) menghubungan
matematika dan sains untuk mengurangi kecemasan mahasiswa dalam belajar
matematika. Morrison et al.(2009) mengintegrasikan matematika dan sains untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam analisis data, representasi grafik,
dan interpretasi data. Hasil kajian pustaka menunjukkan bahwa integrasi
matematika dan kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir LoM, KoM dan
PM belum pernah dikembangkan sehingga penelitian ini merupakan hal baru.
Efektivitas bahan ajar MSK dalam meningkatkan kemampuan berpikir
matematik pada perkuliahan matematika kimia dapat dipengaruhi oleh pendekatan
belajar, seperti dinyatakan oleh Leung (2002) bahwa pemilihan strategi dan
teori belajar yang tepat pada pembelajaran sains dan matematika
berpengaruh pada prestasi belajar. Menurut Tai et al. (2006); Kalender and
Berberoglu (2009), aktivitas proses pembelajaran atau metode/strategi mengajar
yang dilakukan dosen/guru berpengaruh pada kesuksesan belajar
mahasiswa/siswa.
Secara umum, terdapat dua pendekatan utama dalam pembelajaran, yaitu
pembelajaran yang berpusat pada dosen dan pembelajaran berpusat pada
mahasiswa. Pembelajaran yang berpusat pada dosen umumunya menggunakan
teori belajar behaviorisme, sedangkan pembelajarn yang berpusat pada guru
menganut teori belajar konstruktivisme. Teori behaviorisme berpandangan bahwa
latihan dengan bimbingan dosen akan meningkatkan pemahaman dan penguasaan
materi, sementara itu aliran konstruktivisme berpandangan bahwa siswa
10
saat ini masih digunakan dalam perkuliahan, dan mempunyai efektifas yang
berbeda berdasarkan sejumlah hasil penelitian.
Kalender and Berberoglu (2009) melaporkan bahwa aktivitas proses
pembelajaran yang berpusat pada guru berkorelasi positif dengan prestasi
belajar siswa, sedangkan aktivitas yang berpusat pada siswa tidak
memberikan kontribusi pada prestasi belajar sains secara positif. Senada
dengan hasil studi Gerstner and Bogner (2010), bahwa skor rata-rata hasil belajar
siswa yang mengikuti pembelajaran yang berpusat pada guru lebih tinggi secara
signifikan dibandingkan dengan pembelajaran berpusat pada siswa dengan metode
kooperatif. Akan tetapi, Harskamp and Ding (2006) menemukan bahwa belajar
memecahkan masalah secara kolaboratif (berpusat pada siswa) dapat
meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa dibandingkan belajar
berpusat pada guru.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terhadap dua pendekatan pembelajaran di
atas, maka usaha meningkatkan kemampuan mahasiswa kimia dalam berpikir
LoM, KoM, dan PM melalui perkuliahan dengan bahan ajar MSK akan
diterapkan dua pendekatan belajar, yaitu Pendekatan Latihan dan Tanya Jawab
(PLTJ), dan Pendekatan Konstruktivis Kelompok Kecil (PKoK). Perkuliahan
MSK dengan PLTJ lebih berpusat pada guru, sedangkan pembelajaran PKoK
lebih berpusat pada mahasiswa. Lingkungan belajar yang berbeda diharapkan
akan memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam pengembangan
kemampuan berpikir matematis mahasiswa.
B.Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan utama dalam
penelitian ini adalah: ”bagaimana pengembangan bahan ajar matematika spesifik
kimia (MSK), dan peningkatan kemampuan berpikir LoM, KoM, dan PM
mahasiswa hasil perkuliahan MSK dengan PLTJ dan PKoK?”
Masalah penelitian tersebut selanjutnya dijabarkan dalam
11
1. Prinsip dan konsep-konsep matematika esensial apakah yang relevan dengan
kebutuhan belajar kimia dasar kuantitatif dan sesuai dengan kakateristik
pebelajar yang akan diintegrasikan dengan konsep kimia menjadi bahan ajar
MSK?
2. Bagaimana karakteristik bahan ajar matematika spesifik kimia (MSK) yang
dikembangkan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir LoM, KoM, dan
PM kimia kuantitatif?
3. Bagaimana penguasaan konsep mahasiswa kimia pada materi MSK dari hasil
implementasi perkuliahan dengan dua pendekatan belajar (PLTJ dan PKoK)?
4. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir LoM, KoM, dan PM mahasiswa
kimia dari hasil perkuliahan bahan ajar MSK dengan dua pendekatan belajar?
5. Bagaimana struktur berpikir matematis mahasiswa kimia pada sejumlah
penalaran LoM dan KoM?
6. Bagaimana Efektivitas dua pendekatan belajar (PLTJ dan PKoK) dalam
perkuliahan materi MSK dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematis
(LoM, KoM, dan PM) mahasiswa kimia?
7. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kapabilitas mahasiswa kimia dalam
menggunakan kemampuan berpikir matematika dalam konteks kimia?
8. Apa kendala yang dihadapi dalam implementasi bahan ajar MSK pada
perkuliahan dalam meningkatkan kemampuan berpikir LoM, KoM, dan PM
mahasiswa kimia?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengembangkan bahan ajar matematika spesifik kimia (MSK) yang dapat
memberikan pengalaman belajar berpikir matematis dalam konteks kimia.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir matematis (LoM, KoM, dan PM)
mahasiswa dalam konteks kimia melalui perkuliahan dengan bahan ajar
MSK, dan mempelajari faktor-faktror yang menghambatnya.
3. Mempelajari Efektivitas pembelajaran MSK dengan PLTJ dan PKoK dalam
12 E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian dan jawaban atas permasalahan yang
dirumuskan, maka terdapat sejumlah manfaat yang dapat diperoleh, yaitu:
1. Tersedianya bahan ajar MSK untuk perkuliahan matematika kimia yang dapat
memberikan pengalaman belajar dalam berpikir matematis, serta sesuai dengan
kebutuhan belajar kimia kuantitatif dan karakteristik pebelajar.
2. Meningkatnya kemampuan berpikir matematis (LoM, KoM, dan PM)
mahasiswa untuk memudahkan mereka dalam mempelajari kimia kuantitatif
pada tiga level representasi, khusunya level simbolik (persamaan kimia).
3. Tersedianya instrumen tes kemampuan berpikir matematika dalam konteks
kimia yang dapat mengukur efektivitas bahan ajar MSK.
F. Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Bahan ajar matematika spesifik kimia (MSK) adalah bahan ajar yang
mengintegrasikan konsep matematika dan kimia kuantitatif menggunakan
konsep matematika esensisal kimia dengan mempertimbangkan kemampuan
awal dan perkembangan intelektual pebelajar
2. Perkuliahan matematika spesifik kimia adalah pembelajaran pada mata kuliah
“matematika dengan menggunakan sumber belajar “bahan ajar MSK”.
3. Kemampuan berpikir logis matematis (LoM) adalah suatu keterampilan
penalaran berdasarkan aturan logika dan prinsip matematika yang meliputi: a)
analogi; b) deduksi eksplisit; c) deduksi implisit; d) operasi matematika.
4. Kemampuan komunikasi matematik (KoM) adalah kemampuan
mendeskripsikan fenomena dan masalah kimia menggunakan simbol/notasi,
empat macam bentuk representasi (pernyataan verbal, model matematis, tabel
numerik, dan representasi grafik), dan transformasi antar bentuk representasi.
5. Kemampuan pemecahan masalah (PM) adalah kemampuan membuat
13
dan membuat model mental terhadap msalah) dan kemampuan manipulasi
Fahyuddin, 2014
Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir
logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab tiga ini dijelaskan tentang paradigma dan metode penelitian yang
terdiri atas dua bagian utama, meliputi: pengembangan bahan ajar MSK dan
aplikasi dalam perkuliahan” matematika sepesifik kimia”. Pada bagian pertama dipaparkan langkah-langkah pengembangan bahan ajar MSK dan pengembangan
instrumen tiga tingkat untuk mengases kemampuan berpikir matematis. Bagian
kedua, menguraikan desain metode quasi eksperimen, variabel penelitian, jenis
instrumen dan responden, serta teknik analisis data.
A.Paradigma dan Desain Penelitian
Paradigma yang mendasari keseluruhan proses penelitian adalah gabungan
antara pandangan positivisme dan konstruktivisme seperti ditunjukkan pada
Gambar 3.1. Materi kimia yang bersifat kuantitatif dapat direpresentasikan secara
submikroskopik dan model matematis, sehingga membutuhkan kemampuan
berpikir logis matematis dan komunikasi matematis. Kemampuan berpikir
matematis tersebut ekivalen dengan tujuan pembelajaran matematika. Dengan
demikian, integrasi konsep matematika dan kimia dapat meningkatkan
kemampuan berpikir matematis.
Pengembangan bahan ajar integrasi matematika dan kimia dapat dilakukan
melalui analisis struktur materi kimia kuantitatif dan konsep matematika relevan.
Pemilihan materi matematika dan elaborasi bahan ajar integrasi berdasarkan
kemampuan awal dan tahap berpikir pebelajar akan menghasilkan bahan ajar
matematika sepesifik kimia (MSK), dan dapat meningkatkan hasil belajar.
Analisis struktur materi kimia kuantitatif dan konsep matematika yang
relevan menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan analisis kemampuan awal
dan perkembangan intelektual subyek sasaran bahan ajar MSK menggunakan
pendekatan kuantitatif. Kemampuan awal mahasiswa pada prinsip/konsep dasar
57
Fahyuddin, 2014
Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir
logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konsep dan peningkatan kemampuan berpikir matematis. Sejalan dengan pendapat
Piaget bahwa faktor pembatas pada materi yang dapat dipelajari kapan saja oleh
mahasiswa adalah tahap perkembangan intelektualnya.
Gambar 3.1. Paradigma penelitian
Bahan Ajar
Perkuliahan Matematika Spesifik Kimia untuk Meningkatakan Kemampuan Berpikir LoM, KoM, dan PM Kimia Kuantitatif
58
Fahyuddin, 2014
Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir
logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Implementasi bahan yang mengintegrasikan materi kimia kuantitatif dengan
konsep matematika relevan akan memberikan pengalaman belajar berpikir
matematis dalam konteks kimia. Kemampuan berpikir matematis merupakan
representasi dari pemahaman konsep matematika, dan transfer belajar matematika.
Mahasiswa menggunakan konteks kimia dalam memahami konsep matematika,
dan memecahkan masalah kimia menggunakan konsep matematika.
Pemecahan masalah kimia dengan pendekatan matematika akan
memberdayakan kemampuan berpikir LoM, KoM, dan PM kimia kuantitatif.
Ketiga kemampuan berpikir matematis tersebut sangat diperlukan untuk
memahami materi kimia kuantitatif, khususnya pada level representasi
submikroskopik dan simbolik yang banyak menggunakan model matematika,
grafik, dan tabel. Kemampuan berpikir matematis dapat diukur menggunakan
instrumen tes, sedangkan struktur berpikir matematis mahasiswa dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya dianalisis secara kualitatif.
Penelitian ini merupakan studi ganda, yaitu pengembangan bahan ajar MSK
(studi 1) dan peningkatan kemampuan berpikir LoM, KoM, PM mahasiswa kimia
melalui perkuliahan dengan materi MSK (studi 2). Desain penelitian
menggunakan Mixed Methode Research (Cresweel and Clark, 2007). Pada
pengembangan bahan ajar matematika spesifik kimia (MSK) menggunakan model
eksploratori, sedangkan pada implementasi bahan ajar MSK menggunakan kuasi
eksperimen dan follow-up explanation model (Gambar 3.2). Pada pengembangan
materi bahan ajar MSK ditekankan pada data kualitatif antara kesamaan struktur
simbolik dari konsep kimia kuantitatif dan konsep matematika relevan.
Konsep matematika dan kimia diintegrasikan berdasarkan sejumlah
pendekatan integrasi. Pemilihan model integrasi memperhatikan konteks kimia
yang diintegrasikan dan kemampuan berpikir yang akan dikembangkan pada
materi bahan ajar. Implementasi bahan ajar MSK menekankan pada peningkatan
kemampuan berpikir LoM, KoM, dan PM (data kuantitatif). Data kualitatif dari
59
Fahyuddin, 2014
Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir
logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk menjelaskan temuan data kuantitatif serta faktor-faktor yang
Fahyuddin, 2014
Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.2. Desain Peneletian. Studi satu, Exploratory Design: Concept or Content Development Model (penekanan data kualitatif) Studi dua, Model Kuasi Eksperimen dan Follow-up Explanations Model (penekanan data kuantitatif)
Data
Survei pada mhs pend. Kimia (3 angkatan) dan jurusan kimia (angk 2011)
pelaksanaan tes: (KDM, KDK, dan TOLT) Produk:
Skor matamatika dasar dan kimia dasar
Presentasi pemahaman konsep dasar matamatika
Pengelompokan dan presentasi tahap berpikir
Prosedur:
Dua kelompok belajar: PLTJ dan PKoK
Pelaksanaan tes berpikir mtk: 1) LoM, 2) KoM, dan 3) PM kimia kuant (pretes dan postes)
Penskoran, analisis deskripsi dan inferensial Produk:
Deskripsi kemampuan berpikir matematik
Peningkatan kemampuan berpikir (N-gian)
Perbandingan antar variabel independent Prosedur:
Menghitung kesalahan yang sama Produk:
Kategorisasi jenis kesalahan
Presentasi jenis kesalahan Prosedur:
Fahyuddin, 2014
Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir
logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B.Metode Penelitian
1. Analisis struktur materi kimia kuantitatif dan konsep matematika relevan
Kimia kuantitatif adalah konsep-konsep kimia yang dapat direpresentasikan
secara simbolik dengan persamaan matematis. Analisis struktur materi kimia
kuantitatif dilakukan pada sejumlah buku teks kimia dasar dan kimia lanjut yang
umum digunakan oleh dosen sebagai referensi. Sejumlah buku yang dianalisis,
seperti buku Physical Chemsitry (Atkins, 1990); Fundamental of Analytical
Chemistry (Douglas, 2002); Kimia Universitas: Asas dan Struktur (Brady, 2003);
dan Prinsip-prinsip Kimia Modern (Oxtoby et al., 2003).
Selain konsep kimia kuantitatif, dilakukan juga analisis konsep matematika
yang relevan berdasarkan struktur persamaan matematik dari konsep kimia.
Materi matematika dianalisis pada sejumlah buku teks matematika yang
digunakan diperguruan tinggi pada tahun pertama untuk jurusan eksakta, seperti
kimia, fisika, dan teknik yang dirujuk oleh sejumlah dosen pengampu mata kuliah
matematika dasar. Buku teks matematika yang dianalisis diantaranya adalah:
Kalkulus 1 (Stewar, 2001); Basic Engineering Mathematics (Bird, 2002);
Mathematics for Chemistry and Physics (Turrel, 2002) Aljabar Elementer
(Schmidt and Rich, 2002); Kalkulus 1 dan 2 (Purcell et al., 2004), dan
Mathematics for Physical Chemistry (Mortimer, 2005).
Setiap konsep kimia kuantitatif dideskripsikan kemampuan/keterampilan
matematika yang relevan untuk dapat melancarkan belajar kimia. Selanjutnya
ditetapkan konsep matematika pada setiap konsep kimia kuantitatif. Berdasarkan
hasil pemetaan kesamaan antara konsep kimia kuantitatif dengan prinsip/konsep
matematika yang dibutuhkan, ditetapkan konsep dasar matematika yang banyak
digunakan dalam pemahaman kimia kuantitatif. Untuk mendapatkan justifikasi
dan validasi awal tentang penetapan konsep matematika yang bersesuaian dengan
konsep kimia kuantitatif dilakukan diskusi dengan ahli matematika. Verifikasi
selanjutnya adalah menggunakan konteks kimia sebagai contoh pada aplikasi
62 2.Analisis karakteristik mahasiswa kimia
Karakteristik mahasiswakimia yang menjadi subyek sasaran bahan MSK di
analisis meliputi: kemampuan awal pada prinsip dan konsep matematika dasar,
dan tahap perkembangan intelektual mereka. Prinsip dan konsep-konsep
matematika dasar yang relevan dengan belajar kimia dasar dijadikan sebagai
materi untuk penyusunan instrumen dalam mengases kemampuan awal
mahasiswa kimia. Selain itu, kemampuan awal mahasiswa kimia pada konsep
kimia dasar yang membutukan pemahaman matematika dievaluasi menggunakan
konsep persamaan Nernst untuk mengetahui keterbatasan mahasiswa dalam
memahami konsep terkait dengan kemampuan matematika mereka.
Tahap perkembangan intelektual mahasiswa kimia dan pendidikan kimia
diakses menggunakan Test of Logical Thinking (TOLT) (Tobin and Capie, 1981)
dalam konteks fisika dan umum, serta tes kemampuan berpikir logis dalam
konteks kimia yang dikembangkan peneliti. Kedua tes mempunyai korelasi yang
tinggi (0,85) dalam menempatkan mahasiswa ke dalam kelompok tahap berpikir
konkrit, transisi, dan formal (Fahyuddin dkk., 2013b).
3. Penetapan konsep matematika esensial dalam bahan ajar MSK
Secara sistematik proses pengembangan bahan ajar matematika spesifik
kimia (MSK) menggunakan model yang diadaptasi dari Duit (2007), seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.3. Pada tahap awal dilakukan analisis konsep kimia
kuantitatif yang direpresentasikan secara simbolik dan persamaan matematis, serta
analisis konsep matematika yang relevan berdasarkan struktur simbolik.
Pendekatan teoritik dan empiris merupakan dua metode yang digunakan dalam
pengembangan bahan ajar.
Prinsip dan konsep matematika yang akan menjadi materi bahan ajar MSK
adalah yang sangat esensial dan dapat dianggap menjadi literasi matematika bagi
mahasiswa kimia untuk kelancaran belajar kimia dasar. Penetapan konsep
matematika dan kimia dalam bajan ajar mempertimbangkan hasil analisis
63 kredit semester (SKS) mata kuliah “matematika kimia”, dan konsep kimia kuantitatif yang telah dipelajari mahasiswa atau merupakan konsep kimia dasar.
3. Integrasi konsep matematika dan kimia menjadi bahan ajar MSK
Prinsip dan konsep-konsep matematika yang telah ditetapkan menjadi
materi bahan ajar MSK diintgerasikan dengan prinsip dan konsep-konsep kimia
dasar. Pemilihan teknik intgerasi berdasarkan konteks kimia yang dipelajari dan
tujuan memberikan pengalaman belajar yang dapat memberdayakan kemampuan
berpikir LoM, KoM, dan PM. Setiap pokok bahasan MSK atau konsep dalam Konstruksi struktur materi
MSK (untuk perkuliahan) (1)Analisis struktur materi kimia kuantitatif dan konsep
matematika
Identifikasi konten matematika yang relevan dengan kimia
Analisis keterkaitan kimia dan matematika (koherensi) Struktur Konsep yang sulit dan esensial Perkembangan kognitif pebelajar Perspektif pebelajar (konsepsi dan
variabel yang berpengaruh) Pembelajaran integrasi
(3)Integrasi matematika dan kimia, dan evaluasi bahan ajar MSK
Intgerasi pendekatan kontekstual dan interdisipliner
Pemilihan jenis integrasi berfokus pada kemampuan berpikir matematis Jusmen ahli matematika dan kimia Uji coba dan revisi teknik integrasi
64
bahan ajar ditentukan konteks kimia yang tepat untuk penyusunan standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang akan dicapai setelah
pembelajaran. Berdasarkan kompetensi dasar, dianalisis indikator kemampuan
berpikir matematis yang dapat dikembangkan dan diberdayakan dengan
mempelajari materi bahan ajar MSK. Setiap jenis penalaran yang dapat
dikembangkan dikarakterisasi dan dikelompokkan berdasarkan taksonomi
kemampuan berpikir matematis dari NCTM (2000) dan Lazear (2004).
Pada tahap ini dilakukan integrasi konsep matematika dan kimia. Salah satu
prinsip adalah penggunaan definisi, bahasa dan istilah yang sama antara
matematika dan kimia. Pada setiap konsep matematika diperluas (dielaborasi)
aplikasinya pada konsep kimia kuantitatif. Hubungan antara setiap materi bahan
ajar MSK dengan berpikir matematis yang dapat dikembangkan akan menjadi
dasar pertimbangan pemilihan pendekatan integrasi. Pengembangan materi
menggunakan model pendekatan kontekstual menurut Gilbert (2006); dan
pendekatan interdisipliner menurut Repko (2008).
4. Evaluasi bahan ajar MSK
Hasil pengembangan bahan ajar MSK dievaluasi dengan dua cara, yaitu
validasi pakar (ahli kimia dan ahli matematika) dan uji coba lapangan. Sejumlah
aspek yang di nilai oleh pakar matematika dan kimia meliputi: kebenaran konsep,
hirarki, dan kesesuaian antara konsep matematika dan kimia yang diintegrasikan.
Hasil revisi dari validator selanjutnya dilakukan uji coba selama satu
semester untuk mendapatkan gambaran kesesuaian antara kemampuan berpikir
pebelajar dan tingkat kesulitan konsep, ketepatan metode integrasi, kesesuaian
waktu dengan jumlah materi, dan perbaikan lembar kerja mahasiswa yang
digunakan dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil uji coba, bahan ajar MSK
direvisi agar lebih efektif dan efisien dalam pembelajaran guna memberdayakan
kemampuan berpikir matematis mahasiswa kimia. Bahan ajar MSK yang telah
direvisi selanjuntya diimplementasikan dalam perkuliahan matematika kimia.
65 6. Implementasi bahan ajar MSK dalam perkuliahan matematika kimia
Bahan ajar MSK yang dikembangkan diaplikasikan pada perkuliahan
matematika kimia untuk melihat efektivitas peningkatan kemampuan berpikir
matematika menggunakan dua pendekatan belajar (PLTJ dan PKoK). Subyek
penelitian adalah mahasiswa kimia semester tiga angkatan 2011/2012 di salah satu
perguruan tinggi di Sulawesi Tenggara yang terdiri atas dua kelas paralel. Kelas
pertama berjumlah 28 orang dan kelas kedua adalah 30 orang, dan telah terbentuk
sejak mereka mengikuti kuliah pada semester satu berdasarkan kategori stambuk
mahasiswa. Pengelompokkan dengan cara tersebut tidak memenuhi kaidah
random assignment sebagai syarat suatu penelitian eksperimen. Menurut Gall et
al. (2003), desain yang paling tepat untuk dua perlakuan (pendekatan belajar)
pada dua kelompok belajar yang sudah terbentuk sejak awal adalah kuasi
eksperimen. Selanjuntnya, Gall et al mengemukakan bahwa desain kuasi
eksperimen yang mempunyai validitas tinggi dalam penelitian pendidikan untuk
membandingkan dua kelompok belajar yang sudah terbentuk adalah
prettest-posttest two group disign, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Desain quasi eksperimen pada implementasi bahan ajar MSK
(prettes-posttes two group design)
Simbol Disain Uraian
KBGj O1 PLTJ O2 Eksperimen pertama
KBGn O3 PKoK O4 Eksperimen kedua
Ket: KBGj = Kelompok belajar matematika kimia stambuk ganjil (PLTJ) KBGn = Kelompok belajar matematika kimia stambuk genap (PKoK) O1 dan O3 = pretes. O2 dan O4 = postes
Bahan ajar matematika spesifik kimia (MSK) terdiri atas enam materi (sub
bab) yang meliputi: nilai pendekatan dan perbandingan, aljabar, fungsi, dan sistem
persamaan, diferensial, dan integral. Empat materi pertama diajarkan sebenyak
tujuh kali pertemuan, dan dua materi selanjutnya (diferensial dan integral) juga
diajarkan selama tujuh kali pertemuan. Sebelum pembelajaran keempat materi
66
setelah pembelajaran, mahasiwa di tes kembali dengan menggunakan instrumen
yang sama (postes). Perlakuan yang sama diterapkan juga pada pembelajaran
materi diferensial dan integral. Pemahaman konsep MSK terintgerasi dalam setiap
butir soal kemampuan berpikir matematis. Artinya, kemampuan berpikir
matematis merepresentasikan juga pemahaman konsep dari materi MSK.
C. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
Untuk mendapatkan data pada penelitian ini dikembangkan instrumen tes.
Sejumlah instrumen yang digunakan pada pengembangan bahan ajar MSK
berdasarkan jenis data dan responden disajikan pada Tabel 3.2 (studi satu). Hasil
analisis data yang dihasilkan oleh setiap instrumen menjadi panduan dalam
pemelihan materi matematika dan kimia dan elaborasi awal dalam pengembangan
bahan ajar MSK. Konsep matematika yang dipilih berdasarkan kebutuhan belajar
esensial dan tingkat pengetahuan awal matematika dan tahap perkembangan
intelektual subyek sasaran bahan ajar.
Tabel 3.2. Jenis instrumen dan responden pada pengembangan bahan ajar MSK
Nama dan Jenis Instrumen Responden
Tes kemampuan matematika dasar esensial (pilihan ganda)
Mahasiswa pendidikan kimia, terdiri tiga angkatan yang berbeda dan mahasiswa jurusan kimia semester 3
Test of logical thinking (TOLT)
konteks umum dari Tobin and Capie (pilihan ganda beralasan)
Mahasiswa pendidikan kimia (angkatan 2011) dan mahasiswa jurusan kimia (angkatan 2010)
Angket validasi bahan ajar MSK bentuk skala Likert
Ahli kimia dan ahli matematika (bergelar doktor)
Angket validasi instrumen kemampuan berpikir matematis
67
Bahan ajar MSK yang dikembangkan diimplementasikan dalam
perkuliahan matematika kimia. Instrumen yang digunakan untuk mengukur
Efektivitas bahan ajar MSK dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematis
dirangkum pada Tabel 3.3 (studi 2). Tes TOLT pada saat implementasi bertujuan
untuk mengetahui perkembangan intelektual subyek penelitian. Tes kemampuan
berpikir matematis merupakan permasalahan kimia kuantitatif yang proses
pemecahannya menggunakan keterampilan berpikir matematis (LoM, KoM, dan
PM).
Tabel 3.3. Jenis instrumen dan responden pada implementasi bahan ajar MSK
Nama dan Jenis Instrumen Responden
Test of logical thinking (TOLT)
konteks umum dari Tobin and Capie untuk mengetahui perkembangan intelektual subyek penelitian
Mahasiswa kimia semester tiga yang memprogramkan mata kuliah
matematika kimia (subyek penelitian)
Tes kemampuan berpikir logis matematis dalam konteks kimia (pilihan ganda dua tingkat dan penjelasan singkat)
Mahasiswa kimia semester tiga yang memprogramkan mata kuliah
matematika kimia (subyek penelitian)
Tes kemampuan berpikir LoM dan KoM (pilihan ganda dua tingkat dan penjelasan singkat)
Mahasiswa kimia semester tiga yang memprogramkan mata kuliah
matematika kimia (subyek penelitian)
Tes kemampuan PM (tes bentuk esai)
Mahasiswa kimia semester tiga yang memprogramkan mata kuliah
matematika kimia (subyek penelitian)
1. Pengembangan instrumen pada studi 1 (pengembangan bahan ajar MSK)
Instrumen yang digunakan dalam pengembangan bahan ajar kimia adalah,
tes kemampuan matematika dasar, Test of logical thinking (TOLT), dan angket
validasi bahan ajar MSK oleh pakar. Instrumen kemampuan matematika dasar
diadaptasi dari Leopold and Edgar (2008) (ada pada Lampiran 1). Konsep-konsep
matematika yang digunakan untuk mengases kemampuan mahasiswa merupakan
konsep-konsep dasar yang banyak dibutuhkan dalam kimia, meliputi: logaritma,
68
terhadap konsep matematika dasar sangat penting untuk pemilihan konsep
matematika dan elaborasi bahan ajar MSK.
Test of Logical Thinking (TOLT) untuk mengukur tahap perkembangan
intelektual mahasiswa kimia merupakan hasil pengembangan dari Tobin dan
Capie (1981) (ada pada Lampiran 1). Menurut Tobin dan Capie, TOLT
mempunyai korelasi yang tinggi (0,82) dengan hasil wawancara klinis dari Piaget
dalam menempatkan siswa pada tahap berpikir konkrit, praformal, dan formal.
Tes TOLT tersebut telah digunakan oleh sejumlah peneliti (seperti, Sumarmo,
1987; Valanides, 1997, 1998; Fah, 2006) pada sejumlah jenjang pendidikan
dengan disiplin ilmu yang beragam untuk mengases tingkat perkembangan
intelektual siswa dan mahasiswa.
Angket validasai bahan ajar MSK oleh pakar (Lampiran 1) dikembangkan
berdasarkan kriteria umum dari suatu bahan ajar yang baik. Sejumlah aspek yang
dinilai oleh pakar meliputi: kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafisan.
Kelayakan isi merupakan komponen penting dari bahan integrasi matematika dan
kimia. Kesesuaian dengan kebutuhan mahasiwa kimia, kebenaran konsep
matematika, kesesuaian konsep matematika dan aplikasi, dan hierarki penyajian
konsep merupakan contoh komponen dari kelayakan isi yang sangat penting.
2. Pengembangan instrumen kemampuan berpikir matematis (KBM)
Instrumen kemampuan berpikir matematis yang digunakan dalam
penelitian ini telah dikembangkan dan diuji coba oleh Fahyuddin (2013), dan
analisis terhadap kualitas butir soal menunjukkan hasil yang dapat diterima. Jenis
kemampuan berpikir matematika yang dikembangkan sesuai dengan jenis
penalaran yang dapat diberdayakan ketika memperoleh pengalaman belajar
dengan materi MSK yang meliputi: berpikir logis matemetis (LoM), komunikasi
matematis (KoM), dan pemecahan masalah (PM).
Jenis tes kemampuan berpikir LoM, KoM, dan sebagian kemampuan PM
yang dikembangkan merupakan tes pilihan ganda beralasan (tes dua tingkat) yang
disertai algoritma. Pengembangan instrumen tes pilihan ganda dua tingkat
69
meliputi: 1) analisis materi kimia yang memerlukan aktifitas kognitif berpikir
KoM, LoM, dan PM, 2) analisis kemampuan berpikir matematik mahasiswa kimia
dan miskonsepsi pada sejumlah konsep kimia, 3) pengembangan tes pilihan ganda
dua tingkat dan validasi butir soal secara kualitatif dan kuantitatif.
Analisis konsep kimia yang menjadi konteks masalah pengembangan instrumen Analisis jenis instrumen yang dapat mengases
kemampuan berpikir matematis
Tahap 1. Analisis Jenis instrumen
Analisis kemampuan berpikir matematis menggunakan tes pilihan ganda dengan
memberikan alasan terbuka
Gambar 3.4. Diagram pengembangan instrumen tes berpikir matematika tiga tingkat dalam konteks kimia (diadaptasi dari Treagust, 1988)
70 3. Analisis butir soal instrumen kemampuan berpikir matematis
Analisis butir soal bertujuan untuk meningkatkan mutu soal yang telah
dikembangkan. Terdapat dua cara dalam analisis kualitas butir soal, yaitu secara
kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif meliputi analisis isi dan kebenaran dan
kesesuaian konten dari setiap butir soal, sedangkan metode kuantitatif berkaitan
dengan ciri-ciri statistik dari hasil uji coba instrumen. Analisis secara kualitatif
mencakup pertimbangan validitas isi dan konstruk dari dua panelis (ahli
matematika dan ahli kimia). Pada analisis kuantitatif, sejumlah atribut yang
menentukan kualitas butir soal, yaitu daya pembeda, tingkat kesukaran, korelasi
(validitas), dan reliabilitas.
Hasil analisis validitas isi dan muka dari ahli matematika tidak berbeda
secara signifikan dengan hasil dari ahli kimia pada setiap butir soal yang
dikembangkan. Kedua ahli merekomendasikan bahwa ketiga instrument tes (LoM,
KoM, dan PM) memenuhi validitas isi dan konstruk berpikir matematika, dan
valid untuk mengukur kemampuan berpikir matematis dalam konteks kimia.
Selanjutnya instrumen divalidasi secara kuantitatif melalui uji lapangan dengan
mahasiswa kimia setelah memperoleh pembelajaran dengan materi MSK.
Indeks daya pembeda dari ke 31 butir soal terdistribusi antara 0,35 dan
0,68. Lien (Othman et al., 2008), merekomendasikan bahwa butir soal dengan
indeks daya pembeda antara 0,2 dan 0,4 tergolong dalam kategori memuaskan,
dan lebih besar dari 0,4 termasuk kategori sangat baik. Berdasarkan kriteria dari
Lien, butir soal kemampuan berpikir matematis mempunyai indeks daya pembeda
yang memuaskan dan sangat baik.
Tingkat kesukaran tes kemampuan berpikir matematis terdistribusi dari nilai
0,28 sampai 0,56. Menurut Tan (Othman et al., (2008), butir soal yang ideal
mempunyai indeks kesukaran sedang (0,4 - 0,6), sedangkan butir soal dengan indeks
kesukaran lebih kecil dari 0,4 dikategorikan sulit. Namun demikian, tingkat
kesukaran butir soal berdasarkan analisis klasik tidak selamanya memberikan
informasi secara akurat, karena indeks tingkat kesukaran dapat dibiaskan oleh
karakteristik sampel (Haladyna, 1997). Cheong et al. (2010), butir soal dengan
71
prestasi belajar mahasiswa dengan efektif.
Hasil analisis validitas (product moment) menunjukkan hasil yang
signifikan (valid). Reliabilitas instrumen tes ketiga kemampuan berpikir
matematis menggunakan kriteria nilai Cronbach’s alpha adalah 0,917. Hasil ini
mengindikasikan bahwa instrumen berpikir matematis yang dikembangkan
mempunyai konsistensi internal yang sangat tinggi. Instrumen tes kemampuan
berpikir LoM mempunyai reliabilitas tertinggi (0,833) dibandingkan dengan tes
kemampuanKoM (0,759), dan PMsecara matematik (0,63). MenurutCrocker and
Algina (2008), tes yang ideal mempunyai nilai reliabilitas (Cronbach’s alpha)
minimal 0,70. Akan tetapi menurut Nunnally (1978), nilai batas minimum yang
masih dapat diterima adalah 0,50. Nilai koefisien alfa dari dari semua jenis
instrumen berpikir matematika melebihi kriteria reliabilitas minimum (0,5) yang
direkomendasikan oleh Nunnally. Berdasarkan kriteria reliabilitas koefisien alfa
secara total, instrumen tes berpikir LoM, KoM, dan KoM valid untuk digunakan.
D. Variabel Penelitian dalam Implementasi bahan ajar MSK
Variabel penelitian dibagi menjadi variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah pendekatan pembelajaran pada implementasi bahan ajar
matematika spesifik kimia yang terdiri atas: 1) pembelajaran dengan pendekatan
latihan dan tanya jawab (PLTJ); dan 2) pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivis kelompok kecil (PKoK). Variabel terikat terdiri dari, 1) kemampuan
berpikir logis-matematis (LoM), 2) kemampuan komunikasi matematis (KoM),
dan kemampuan pemecahan masalah (PM). .
Indikator berpikir LoM terdiri empat jenis penalaran, yaitu: 1) analogi, 2)
deduksi eksplisit, 3) deduksi implisit, dan 4) operasi matematik. Indikator berpikir
KoM terdiri atas enam jenis komunikasi yaitu: 1) interpretasi tabel; 2) interpretasi
model matematik secara grafik, 3) representasi model matematik dari pernyataan
verbal, 4) representasi grafik dari pernyataan verbal, 5) representasi grafik dari
model matematik, dan 6) representasi model matematik dari grafik. yaitu,
representasi masalah, membuat strategi penyelesaian, dan melakasanakan
Fahyuddin, 2014
Perkuliahan matematika kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis,matematis,,komunikasi matematis,dan pemecahan masalah kimia kuantitatif
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Variabel Independen
Variabel Dependen (KBM) Indikator Setiap KBM Data dan Teknik Analisis