• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS PIUTANG DAN SIKLUS PENDAPATAN USAHA (Studi Kasus pada PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS PIUTANG DAN SIKLUS PENDAPATAN USAHA (Studi Kasus pada PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan)"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS PIUTANG DAN SIKLUS

PENDAPATAN USAHA

(Studi Kasus pada PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Rian Widyotomo NIM. 1111082000035

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Rian Widyotomo

2. Tempat, Tanggal Lahir : Batam, 30 Oktober 1993

3. Agama : Islam

4. Alamat : Komplek Unilever Jalan Meranti no. 14, Pesanggrahan, Petukangan Selatan, Jakarta Selatan

5. Telepon : 085285570318

6. Email : riantomo@outlook.com

II. PENDIDIKAN

1. SD Bhayangkari 1 Medan Tahun 1999-2005

2. SMP Hang Tuah 2 Jakarta Tahun 2005-2008

3. SMA Negeri 90 Jakarta Tahun 2008-2011 4. S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Tahun 2011-2015

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. SEMINAR DAN TRAINING

1. Peserta pada “One Think, One Step, One Purpose is Accounting” Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Peserta pada Seminar Nasional Accounting Fair 2014 “Kredibilitas

Seorang Akuntan dalam Menghadapi Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia” di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

vii IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Joko Raharjo

2. Ibu : Anik Kristanti

3. Alamat : Komplek Unilever Jalan Meranti no. 14, Pesanggrahan, Petukangan Selatan, Jakarta Selatan

(8)

viii

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out how is implementation of sarbanes-oxley act in internal control of account receivable cycle and revenue cycle, study in PT. Telkom Kalimantan Regional Division. This research used interview and observation method to collect data needed to be analyzed . Analysis method used is descriptive analysis.

The result indicates that internal control in PT. Telkom Kalimantan Regional Division had been managed corresponding to SOX and risks appearing in control mostly appear from external and not only from internal company so that risks could not be removed totally and risks are just able to be minimized with good services given by Telkom to consumers.

(9)

ix ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan sarbanes-oxley act dalam pengendalian intern siklus piutang dan siklus pendapatan, studi pada PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi dalam memperoleh data yang diperlukan untuk dianalisis. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian intern pada PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan sudah dikelola sesuai dengan SOX dan risiko-risiko yang muncul dalam pengendalian sebagian besar muncul dari eksternal perusahaan dan tidak hanya dari internal perusahaan sehingga risiko-risiko tersebut tidak dapat dihapuskan secara total dan hanya bisa diminimalisir dengan layanan-layanan baik yang diberikan oleh Telkom kepada pelanggan.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tidak ada kata yang lebih tepat selain ucapan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ruang, waktu, kesehatan, dan kesempatan bagi penulis dan atas semua limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Penerapan Sarbanes-Oxley Act dalam Pengendalian Intern Siklus Piutang dan Siklus Pendapatan Usaha.”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan bagi semua umat manusia.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus dielesaikan sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis haturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah anugerahkan. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tuaku, ibunda Anik Kristanti dan ayahanda Joko Raharjo tercinta atas segala kasih sayang, cinta, perhatian, semangat, dukungan, dan doa yang tiada pernah henti, yang merupakan motivator terbesar di hati peneliti sekaligus guru kehidupan penulis.

(11)

anak-xi

anak yang membanggakan bagi kedua orang tua baik di dunia maupun di akhirat kelak.

3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri, SE., Msi., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Dr. Rini, Ak., CA. selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing peneliti selama menyusun skripsi. Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan selama ini.

6. Ibu Atiqah, SE., MS., Ak. selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan, saran, motivasi, dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas segala bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama ini.

7. Bapak Arif selaku Senior Manager Financial & Payment Collection Telkom Divisi Regional Kalimantan yang telah bersedia meluangkan waktu, dan memberikan bimbingan selama saya melakukan penelitian ini di Balikpapan. Terima kasih atas segala bimbingan dan ilmu yang telah diberikan.

8. Seluruh Dosen dan karyawan Univeritas Islam Negeri yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada peneliti selama menuntut ilmu yang menjadi bekal bagi peneliti serta motivasi yang tidak henti-henti diberikan kepada peneliti.

9. Sahabat-sahabat peneliti yang selalu memberikan semangat, canda, tawa, perhatian terbaik, ada dikala suka maupun duka, serta selalu mampu menghibur peneliti. Terimakasih atas segala bantuan, dukungan, pembelajaran, dan nasihat-nasihat yang membangun dari kalian, semoga kita semua sukses di kemudian hari.

(12)
(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... viii

(14)

xiv

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

(15)

xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. 1 Latar Belakang Masalah ... 1

1. 2 Perumusan Masalah ... 7

1. 3 Tujuan Penelitian ... 8

1. 4 Manfaat Penelitian . ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2. 1 Piutang Usaha ... 10

2. 1. 1 Pengertian Piutang Usaha ... 10

2. 1. 2 Penilaian Piutang Usaha ... 13

2. 2 Pendapatan ... 14

2. 2. 1 Pengertian Pendapatan ... 14

2. 2. 2 Pengakuan Pendapatan ... 16

2. 3 Pengendalian Intern ... 18

2. 3. 1 Pengertian Pengendalian Intern... 18

2. 3. 2 Keterbatasan Pengendalian Intern ... 19

2. 3. 3 Peran dan Tanggung Jawab dalam Pengendalian Intern ... 21

2. 3. 4 Komponen Pengendalian Intern ... 23

2. 4 Sarbanes-Oxley Act ... 40

(16)

xvi

2. 6 Penelitian Sebelumnya ... 53

2. 7 Kerangka Pemikiran ... 64

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 65

3. 1 Ruang Lingkup Penelitian ... 65

3. 2 Sumber Data ... 66

3. 3 Metode Pengumpulan Data ... 67

3. 4 Metode Analisis Data ... 68

3. 5 Operasionalisasi Penelitian ... 69

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 70

4. 1 Gambaran Umum Perusahaan ... 70

4. 1. 1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 70

4. 1. 2 Visi dan Misi Perusahaan ... . 73

4. 1. 3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 74

4. 1. 4 Portfolio Bisnis Perusahaan ... 80

4. 1. 5 Bisnis Proses SOX ... 88

4. 2 Analisis ... 90

4. 2. 1 Tahapan-Tahapan Bisnis Proses dalam Siklus Pendapatan ... 90

(17)

xvii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 110

5. 1 Kesimpulan ... 110

5. 2 Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 113

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1. 1 Skandal-Skandal Keuangan Besar yang Pernah Terjadi ... 1

2. 1 Penelitian Sebelumnya ... 53

3. 1 Operasionalisasi Penelitian ... 69

4. 1 Risiko dan Pengendalian Proses Billing & Rating POTS ... 98

4. 2 Risiko dan Pengendalian Proses Pengakuan Pendapatan ... 101

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2. 1 COSO Internal Control Framework ... 24

2. 2 Pemisahan Tugas ... 31

2. 3 Kerangka Pemikiran ... 64

4. 1 Struktur Organisasi PT. Telkom ... 77

4. 2 Struktur Organisasi Divisi Regional PT. Telkom ... 78

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah

Semasa terjadinya kasus Enron, WorldCom, Tyco International, Ltd., Adelphia Communications, dan skandal-skandal keuangan lain di awal tahun 2000, para stockholder, kreditor, dan investor lain di Amerika Serikat mengalami kerugian jutaan atau dalam beberapa kasus mengalami kerugian milyaran dolar. Hal ini memicu protes keras dari masyarakat dan Kongres Amerika Serikat meresponnya dengan mengeluarkan undang-undang Sarbanes-Oxley Act pada tahun 2002 (Reeve, Warren, & Duchac, 2012:392). Untuk lebih jelasnya, skandal-skandal besar yang pernah terjadi pada perusahaan-perusahaan di Amerika dan skandal-skandal keuangan besar yang terjadi pada akhir-akhir ini akan dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 1. 1 Skandal-Skandal Keuangan Besar yang Pernah Terjadi

No. Kasus Tahun Deskripsi

1. Enron 2001

Pemegang Saham kehilangan $ 74 milyar, ribuan karyawan dan investor kehilangan rekening pensiun mereka,

dan banyak karyawan kehilangan pekerjaan mereka.

(22)

2

Tabel 1. 1 Skandal-Skandal Keuangan Besar yang Pernah Terjadi (Lanjutan)

No. Kasus Tahun Deskripsi

2. WorldCom 2002

Aset meningkat sebanyak $ 11 milyar, menyebabkan 30.000 pekerjaan hilang

dan $ 180 milyar kerugian bagi investor.

3. Tyco

International 2002

CEO dan CFO mencuri $ 150 juta dan laba perusahaan meningkat sebesar $

500 juta.

4. HealthSouth 2003

Angka laba diduga meningkat $ 1,4 milyar untuk memenuhi harapan

pemegang saham.

5. Freddie Mac 2003 Terdapat $ 5 miliar laba yang salah saji.

6. American

Insurance Group 2005

Penipuan akuntansi besar yang diduga mencapai $ 3,9 miliar, bersama dengan

tawaran kecurangan dan manipulasi harga saham.

7. Lehman Brothers 2008

Menyembunyikan lebih dari $ 50 miliar pinjaman yang disamarkan sebagai

penjualan. 8. Bernie Madoff 2008

Ditipu investor dari $ 64,8 milyar melalui skema Ponzi terbesar dalam

sejarah.

9. Satyam 2009 Mendorong pendapatan sebesar $ 1,5 miliar.

10. Olympus 2011 Mengubur kerugian sebesar $ 1,7 milyar selama 13 tahun

11. Tesco 2014 Melebih-lebihkan laba yang

diestimasikan sebesar £ 263 juta 12. Toshiba 2015 CEO Melebih-lebihkan laba sebesar £

780 juta dalam beberapa tahun Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber

(23)

3

oleh Chief Executive & Vice Chairman Toshiba. Menurut investigator independen, Tanaka (Chief Executive Toshiba) dan Sasaki (Vice Chairman Toshiba) telah menetapkan target laba operasi berlebih yang harus dicapai untuk setiap kepala divisi. Dalam Toshiba, ada budaya perusahaan di mana seseorang tidak bisa melawan keinginan atasan. Karena itu, ketika manajemen puncak menyajikan “tantangan”, presiden divisi, manajer lini dan karyawan di bawah mereka terus melakukan praktik akuntansi yang tidak pantas untuk memenuhi target sesuai dengan keinginan atasan mereka. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen puncak Toshiba melakukan praktik kecurangan ini dengan unsur kesengajaan dan sangat mudah bagi manajemen dalam melakukan kecurangan untuk tidak terdeteksi oleh auditor (The Guardian Newspaper, 2015).

Dalam meminimalisir terjadinya fraud, regulator pasar modal Amerika Serikat, atau yang biasa dikenal dengan US SEC (United States Securities and Exchange Commissions) menetapkan bahwa seluruh perusahaan publik yang listed di New York Stock Exchange (NYSE) diharuskan mengikuti sebuah prosedur yang dibuat oleh US SEC yang mana di dalam prosedur tersebut bertujuan untuk memperbaiki kualitas laporan keuangan dan untuk meningkatkan kepercayaan investor. Tidak hanya dalam laporan keuangan suatu perusahaan, akan tetapi, berisi tentang peraturan-peraturan yang mengacu pada standar pengendalian intern untuk perusahaan. Prosedur ini ini disebut dengan undang-undang Sarbanes-Oxley Act (Peter, 2010).

(24)

4

menjaga hak-hak dari pemegang saham suatu perusahaan. Untuk melakukan itu, SOX menekankan pentingnya pengendalian intern yang efektif. SOX mengharuskan perusahaan mempertahankan pengendalian intern yang kuat dan efektif terhadap pencatatan transaksi dan pembuatan laporan keuangan. Pengendalian seperti itu sangat penting karena dapat mencegah kecurangan dan pembuatan laporan keuangan yang menyesatkan (Yesshy, 2010)

Pengendalian intern mempunyai peranan penting dalam suatu perusahaan agar perusahaan dapat mencapai tujuan yang diinginkan melalui proses yang seefektif dan seefisien mungkin. Pengendalian intern diharapkan dapat mencegah penyimpangan-penyimpangan yang terjadi yang akan menghambat operasional perusahaan. SOX yang dikeluarkan oleh SEC berisi tentang prosedur dan sanksi yang melibatkan pengendalian intern dalam suatu perusahaan. Pada 2003, The Securities and Exchange Comission (SEC) mengimplementasikan Section 404 di dalam SOX yang mana mengharuskan perusahaan untuk menguji prosedur-prosedur yang mengawasi sistem internal yang memastikan laporan-laporan keuangan yang akurat (Peter, 2010).

(25)

5

pelaporan keuangan dan garansi dari manajemen PT. Telkom agar seluruh informasi dalam laporan keuangan adalah akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk memenuhi persyaratan dari SOX, PT. Telkom sudah mengadakan perbaikan intern melalui transformasi organisasi dan aplikasi dari kebijakan Good Corporate Governance (GCG) (Laporan Tahunan PT. Telkom, 2014). Pengendalian intern atas pelaporan keuangan ini sudah menjadi prioritas untuk memperbaiki sistem (Reeve, Warren, & Duchac, 2012:393).

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (biasa disebut dengan PT. Telkom) adalah satu-satunya BUMN telekomunikasi serta penyelenggara layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. PT. Telkom melayani jutaan pelanggan di seluruh Indonesia dengan rangkaian lengkap layanan telekomunikasi yang mencakup sambungan telepon kabel tidak bergerak (POTS) dan telepon nirkabel tidak bergerak, komunikasi seluler, layanan jaringan dan interkoneksi serta layanan internet dan komunikasi data. PT. Telkom juga menyediakan berbagai layanan di bidang informasi, media dan edutainment, termasuk cloud-based and server-based managed services, layanan Payment dan IT enabler, e-Commerce dan layanan portal lainnya (Laporan Tahunan PT. Telkom, 2014).

(26)

6

sebelumnya, yaitu dengan cara memelihara atau memutakhirkan parameter yang berupa parameter tarif dan parameter numbering, dan juga dengan cara memproses call data recording (CDR) dari pelanggan yang berlangganan. Kemudian, kedua proses tersebut diproses dalam billing (penagihan) yang mana jika sudah masuk dalam proses billing, selanjutnya, perusahaan akan mengakui pendapatan dari piutang tersebut. Dalam proses ini akan kita ketahui piutang dari Telkom akan bertambah, begitu pula akan menambah pendapatan dari telkom, dan jika billing tersebut sudah dilunasi pada hari jatuh temponya, maka akan terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang usaha tersebut dan proses ini masuk ke dalam penerimaan pendapatan dari POTS itu sendiri. Telkom juga mengantisipasi adanya piutang yang tidak tertagih dari pelanggan yang berlangganan layanan POTS. Telkom mengantisipasi piutang tidak tertagih tersebut melalui proses penyisihan dan penghapusan piutang usaha dalam bisnis prosesnya yang mana nantinya masuk pada proses klaim dan restitusi serta berujung pada proses pencabutan sementara (isolir) atau pencabutan permanen layanan karena permintaan pelanggan atau karena pelanggan yang tidak membayar tagihan (Siklus Pendapatan POTS PT. Telkom, 2015).

(27)

7

perusahaan. Kecurangan-kecurangan atau salah saji yang terjadi dalam bisnis proses siklus piutang dan pendapatan ini dikategorikan sebagai risiko dalam siklus yang harus dikelola Telkom yang dapat dikendalikan secara manual oleh entitas-entitas yang berperan mengontrol bisnis proses atau secara terotomatisasi yang diperankan oleh aplikasi yang keseluruhan proses ini termasuk dalam sistem pengendalian intern dalam bisnis proses dan mengacu pada standar-standar dari Sarbanes-Oxley Act yang terangkum dalam section 404 (Laporan Tahunan PT. Telkom, 2014).

Dari penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh guna mengetahui bagaimana sebenarnya penerapan Sarbanes-Oxley Act dalam pengendalian intern piutang dan pendapatan usaha yang diterapkan pada PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan, sehingga peneliti tertarik untuk mengangkat sebuah penelitian skripsi dengan judul : “Analisis Penerapan Sarbanes Oxley Act dalam Pengendalian Intern Siklus Piutang dan Siklus Pendapatan Usaha (Studi Kasus pada PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan)”.

1. 2 Perumusan Masalah

(28)

8

1. Bagaimanakah tahapan-tahapan dalam bisnis proses SOX yang diterapkan oleh Telkom pada siklus piutang dan pendapatan layanan telepon kabel tidak bergerak (POTS)?

2. Apakah penyebab risiko-risiko (risks) yang muncul dan bagaimanakah pengendalian-pengendalian (controls) untuk meminimalisir risiko-risiko (risks) yang berfokus pada penagihan (billing) piutang hingga penerimaan pendapatan dalam siklus piutang dan pendapatan pada POTS?

1. 3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk:

1. Menjelaskan tahapan-tahapan dalam bisnis proses SOX yang diterapkan oleh Telkom pada siklus piutang dan pendapatan layanan telepon kabel tidak bergerak (POTS).

2. Mengetahui penyebab risiko-risiko (risks) yang muncul dan mengetahui pengendalian (controls) yang dilakukan untuk meminimalisir risiko-risiko (risks) yang berfokus pada penagihan (billing) piutang hingga penerimaan pendapatan pada siklus piutang dan pendapatan pada POTS.

1. 4 Manfaat Penelitian

(29)

9

1. Bagi peneliti, untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan Sarbanes-Oxley Act dalam pengendalian intern piutang dan pendapatan usaha.

2. Bagi PT. Telkom, sebagai bahan informasi bagi pihak manajemen mengenai pengendalian intern terhadap piutang usaha.

(30)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Piutang Usaha

2. 1. 1 Pengertian Piutang Usaha

Piutang usaha meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Dalam kegiatan perusahaan yang normal, biasanya piutang akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun sehingga digolongkan dalam aset lancar. Menurut Reeve, Warren, & Duchac (2012:442) “Account receivable are normally expected to be collected within a relatively short period, such as 30 or 60 days. They are

classified on the balance sheet as a current asset”.

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no. 1 yang diterbitkan IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) (2014), entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika:

a. entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal;

b. entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan;

(31)

11

d. kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam PSAK 2: Laporan Arus Kas) kecuali aset tersebut dibatasi pertukarannya atau penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.

Menurut IFRS (International Financial Reporting Standart) IAS 1 (Revised 2009) Precentation of Financial Statement “Account Receivable is amount owed to

the company for services performed or products sold but not yet paid for”.

Piutang usaha menurut Kieso, Weygandt, & Warfield (2011:347) “Account receivable are oral promises of the purchaser to pay for goods and

services sold. They represent “open accounts” resulting from short-term

extensions of credit. A company normally collects them within 30 to 60 days”.

(32)

12

receivable are expected to be collected within a year, they are normally classified

on the balance sheet as a current asset”.

Dari uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa piutang usaha (trade receivables) dapat diklasifikasikan berdasarkan ada atau tidaknya perjanjian ke dalam dua kelompok, yaitu piutang usaha (account receivable) dan wesel tagih (notes receivable). Selain piutang (account receivable) dan wesel tagih (notes receivable), ada yang disebut dengan piutang non usaha (non-trade receivables / other receivables). Piutang non usaha timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak luar. Piutang atau hal-hal lain yang termasuk non-trade receivables menurut Kieso, Weygandt, & Warfield (2011:347), adalah:

a. Piutang kepada pegawai dan karyawan b. Piutang kepada anak perusahaan

c. Deposito yang dibayar untuk menutupi kerusakan atau kehilangan yang potensial

d. Deposito yang dibayar sebagai garansi dari kinerja atau pembayaran e. Piutang dividen dan bunga

f. Klaim terhadap: a) perusahaan asuransi b) terdakwa

c) pemerintah untuk pengembalian pajak

(33)

13

Untuk non-trade receivables atau bisa pula disebut dengan other receivables, biasanya perusahaan melaporkannya secara terpisah pada laporan posisi keuangan. Menurut Reeve, Warren, & Duchac (2012:443) “Other receivables are normally listed separately on the balance sheet. If they are

expected to be collected within one year, they are classified as current assets. If

collection is expected beyond one year, they are classified as noncurrent assets

and reported under the caption investments.”

2. 1. 2 Penilaian Piutang Usaha

Menurut Kieso, Weygandt, & Warfield (2011:350), perusahaan menilai dan melaporkan piutang pada nilai kas yang dapat direalisasi (cash realizable value), yaitu jumlah bersih yang diharapkan dalam penerimaan kas. Menentukan cash realizable value memerlukan pengestimasian piutang yang tidak tertagih dan pengembalian atau penyisihan yang diakui. Terdapat dua metode akuntansi untuk mencatat piutang yang tidak tertagih, yaitu :

a. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-Off Method)

(34)

14

Bad Debt Expense xxx

Account Receivable xxx

b. Metode Penyisihan (Allowance Method)

Metode allowance menggunakan pengestimasian berapa piutang yang tak tertagih pada akhir periode. Metode ini memastikan perusahaan menyatakan piutang pada laporan posisi keuangan pada nilai kas yang dapat direalisasi (cash realizable value). Cash realizable value adalah jumlah bersih yang diharapkan perusahaan pada penerimaan kas. Dalam metode ini, jumlah piutang tak tertagih yang telah diestimasi mengurangi piutang dalam laporan posisi keuangan. Jurnal untuk metode ini dibuat pada akhir periode dan termasuk ke dalam jurnal penyesuaian, jurnalnya adalah sebagai berikut:

December 31

Bad Debt Expense xxx

Allowance for doubtful Accounts xxx

2. 2 Pendapatan

2. 2. 1 Pengertian Pendapatan

(35)

15

kontribusi penanam modal. Pendapatan hanya meliputi arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh entitas untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke entitas dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas. Oleh karena itu, hal tersebut dikeluarkan dari pendapatan.

Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) no. 3 yang diterbitkan oleh Financial Accounting Standars Board (FASB), pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva sebuah entitas atau pelunasan kewajiban sebuah entitas (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode tertentu yang dihasilkan oleh penyampaian atau produksi barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang menjadi bagian dari operasi-operasi pusat atau utama entitas yang sedang berjalan.

(36)

16 2. 2. 2 Pengakuan Pendapatan

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no. 23 yang diterbitkan IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) (2014), kriteria pengakuan pendapatan adalah berbeda pada setiap transaksinya, yaitu dijelaskan sebagai berikut:

a. Penjualan Barang

Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:

a) entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan kepada pembeli;

b) entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual;

c) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;

d) kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada entitas tersebut; dan

e) biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut dapat diukur dengan andal.

b. Penjualan Jasa

(37)

17

a) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;

b) kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut dapat diperoleh entitas;

c) tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal; dan

d) biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.

c. Bunga, Royalti, Dividen

Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen diakui atas dasar, jika:

a) kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh entitas; dan

b) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.

Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:

a) bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif seperti yang dijelaskan di PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen keuangan: Pengakuan dan Pengukuran paragraf 8 dan PA 17-20;

b) royalti diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan; dan

(38)

18 2. 3 Pengendalian Intern

2. 3. 1 Pengertian Pengendalian Intern

Pengendalian intern merupakan suatu aktivitas yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Pengendalian intern dapat membantu perusahaan dalam mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan. Menurut Committee of Sponsoring Organizations (COSO) (Boynton & Johnson, 2006:391), pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas dewan komisaris, manajemen atau pegawai lainnya yang didesain untuk memberikan keyakinan yang wajar tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini :

a. Keandalan pelaporan keuangan

b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku c. Efektivitas dan efisiensi operasi

Menurut Romney & Steinbart (2006:229), pengendalian intern (internal control) adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Pengendalian intern melaksanakan tiga fungsi penting, yaitu :

(39)

19

memadai, dan secara efektif mengendalikan akses fisik atas aset, fasilitas dan informasi.

b. Pengendalian pemeriksaan (detective control), yaitu dibutuhkan untuk mengungkap masalah begitu masalah tersebut muncul. Contohnya, pemeriksaan salinan atas perhitungan, mempersiapkan rekonsiliasi bank dan neraca saldo setiap bulan.

c. Pengendalian korektif (corrective control), dibutuhkan untuk memecahkan masalah yang ditemukan oleh pengendalian pemeriksaan. Pengendalian ini mencakup prosedur yang dilaksanakan untuk mengidentifikasi penyebab masalah, memperbaiki kesalahan atau kesulitan yang ditimbulkan, dan mengubah sistem agar masalah di masa mendatang dapat diminimalisasikan atau dihilangkan. Contoh dari pengendalian ini termasuk pemeliharaan kopi cadangan (backup copies) atas transaksi dan file utama, dan mengikuti prosedur untuk memperbaiki kesalahan memasukkan data, seperti juga kesalahan dalam meyerahkan kembali transaksi untuk proses lebih lanjut.

2. 3. 2 Keterbatasan Pengendalian Intern

(40)

20

keterbatasan atau kelemahan yang melekat pada sistem pengendalian intern antara lain :

a. Kesalahan dalam pertimbangan

Kadang-kadang, manajemen dan personel lainnya dapat melakukan pertimbangan yang buruk dalam membuat keputusan bisnis atau dalam melaksanakan tugas rutin karena informasi yang tidak memadai, kendala waktu, atau prosedur-prosedur lainnya.

b. Kemacetan

Kemacetan dalam melaksanakan pengendalian dapat terjadi karena personel salah memahami instruksi atau membuat kekeliruan akibat kecerobohan, kebingungan, atau kelelahan. Perubahan sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem atau prosedur juga dapat berkontribusi pada terjadinya kemacetan.

c. Kolusi

(41)

21 d. Penolakan manajemen

Manajemen dapat mengesampingkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk tujuan tidak sah seperti keuntungan pribadi atau presentasi mengenai kondisi keuangan suatu entitas yang dinaikkan atau status ketaatan (misalnya, menaikkan laba yang dilaporkan untuk menaikkan pembayaran bonus atau nilai pasar dari saham entitas, atau menyembunyikan pelanggaran dari perjanjian hutang atau ketidaktaatan terhadap hukum dan peraturan). Praktik penolakan (override) termasuk membuat penyajian salah dengan sengaja kepada auditor dan lainnya seperti menerbitkan dokumen palsu untuk mendukung pencatatan transaksi penjualan fiktif.

e. Biaya versus manfaat

Biaya pengendalian intern suatu entitas seharusnya tidak melebihi manfaat yang diharapkan untuk diperoleh. Karena pengukuran yang tepat baik dari biaya dan manfaat biasanya tidak memungkinkan, manajemen harus membuat baik estimasi kuantitatif maupun kualitatif dalam mengevaluasi hubungan antara biaya dan manfaat.

2. 3. 3 Peran dan Tanggung Jawab dalam Pengendalian Intern

(42)

22 a. Manajemen

Tanggung jawab manajemen adalah mendirikan pengendalian intern yang efektif. Secara khusus, manajemen senior seharusnya mengatur “tone at

the top” untuk kesadaran pengendalian dalam organisasi dan melihat semua komponen dari pengendalian intern adalah pada tempatnya. Manajemen senior yang memegang pimpinan unit-unit organisasi (divisi-divisi) harus akuntabel untuk sumber daya dalam unit-unit mereka. CEO dan CFO dari perusahaan-perusahaan publik harus membuat penilaian dari kecukupan pengendalian intern atas laporan keuangan juga.

b. Dewan Direktur dan Komite Audit

Dewan direktur, sebagai bagian dari tanggung jawab pengelolaan dan pengawasan umum, harus menentukan bahwa manajemen bertanggung jawab untuk mendirikan dan memperbaiki pengendalian intern. Komite audit mempunyai kepentingan peran pengawasan dalam proses pelaporan keuangan.

c. Auditor Internal

(43)

23 d. Personel Entitas lain

Peran dan tanggung jawab dari semua personel lain yang menyediakan informasi, atau menggunakan informasi dari sistem yang memasukkan pengendalian intern harus mengerti bahwa mereka mempunyai sebuah tanggung jawab untuk mengkomunikasikan masalah-masalah dengan ketidakpatuhan terhadap pengendalian-pengendalian atau tindakan-tindakan yang ilegal yang mana mereka menjadi sadar terhadap tingkat yang lebih tinggi dalam organisasi.

e. Auditor Independen

Ketika menjalankan prosedur-prosedur penilaian risiko, auditor independen mungkin menemukan defisiensi dalam pengendalian intern yang mana dia mengkomunikasikan ke manajemen dan komite audit, bersamaan dengan rekomendasi-rekomendasi dan perbaikan-perbaikan. Penerapan-penerapan ini adalah yang utama terhadap pengendalian laporan keuangan dan termasuk tingkat yang lebih rendah dalam pengendalian pemenuhan dan operasi.

2. 3. 4 Komponen Pengendalian Intern

(44)
[image:44.595.125.504.100.410.2]

24

Gambar 2. 1 COSO Internal Control Framework

Sumber: Metodologi ICOFR PT. Telkom

a. Lingkungan Pengendalian.

Inti dari bisnis apapun adalah orang-orangnya---ciri perorangan termasuk integritas, nilai- nilai etika, dan kompetensi---serta lingkungan tempat beroperasi. Mereka adalah mesin yang mengendalikan organisasi dan dasar tempat segala hal terletak. Lingkungan pengendalian terdiri dari faktor-faktor berikut ini :

a) Komitmen atas integritas dan nilai – nilai etika

(45)

25

Kebijakan- kebijakan ini harus secara khusus mencakup isu-isu yang tidak pasti atau tidak jelas, seperti konflik kepentingan dan penerimaan hadiah.

b) Filosofi pihak manajemen dan gaya beroperasi

Filosofi pihak manajemen dan gaya beroperasi dapat dinilai dengan cara menjawab pertanyaan berikut :

 Apakah pihak manajemen mengambil risiko yang tidak sepantasnya untuk mencapai tujuan perusahaan, atau apakah pihak manajemen menilai potensi risiko dan penghargaan sebelum bertindak?

 Apakah pihak manajemen mencoba untuk memanipulasi ukuran-ukuran kinerja seperti pemasukan bersih, agar kinerja dapat terlihat dalam pandangan yang lebih baik?

 Apakah pihak manajemen menekan para pegawai untuk mencapai hasil apapun metode yang dipergunakan, atau apakah pihak manajemen menuntut perilaku yang beretika? Dengan kata lain, apakah pihak manajemen yakin bahwa hasil dapat membenarkan cara?

c) Struktur organisasional

(46)

26

desentralisasi otoritas, penetapan tanggung jawab untuk tugas-tugas tertentu, cara alokasi tanggung jawab mempengaruhi permintaan informasi pihak manajemen, dan organisasi fungsi sistem informasi dan akuntansi. Struktur organisasi yang sangat kompleks dan tidak jelas dapat menunjukkan masalah yang lebih serius.

d) Badan audit dewan komisaris

Seluruh perusahaan yang terdaftar di New York Stock Exchange harus memiliki komite audit yang secara keseluruhan terdiri dari komisaris (pegawai) dari luar perusahaan. Komite audit bertanggung jawab dalam mengawasi struktur pengendalian internal perusahaan, proses pelaporan keuangannya, dan kepatuhannya kepada hukum, peraturan dan standar yang terkait. Komite tersebut bekerja dekat dengan auditor eksternal dan internal perusahaan. Salah satu tanggung jawab komite ini adalah menyediakan penyediaan independen atas nama pemegang saham perusahaan, terhadap para manajer perusahaan. Peninjauan ini berfungsi untuk memeriksa integritas manajemen dan meningkatkan kepercayaan publik yang berinvestasi, atas kesesuaian pelaporan keuangan.

e) Metode untuk memberikan otoritas dan tanggung jawab

(47)

27

tersebut. Otoritas dan tanggung jawab dapat diberikan melalui deskripsi pekerjaan secara formal, pelatihan pegawai, dan rencana operasional, jadwal dan anggaran. Salah satu hal yang sangat penting adalah peraturan yang menangani masalah seperti standar etika berperilaku, praktik bisnis yang dapat dibenarkan, peraturan persyaratan dan konflik kepentingan. Buku pedoman dan kebijakan prosedur adalah alat yang penting untuk memgberikan otoritas dan tanggung jawab. Buku pedoman tersebut menjelaskan tentang kebijakan manajemen sehubungan dengan penanganan setiap transaksi. Sebagai tambahan, buku pedoman tersebut mendokumentasikan sistem dan prosedur yang dipergunakan dalam proses transaksi. Termasuk didalammya akun organisasi, dan kopi contoh berbagai formulir serta dokumen. Buku pedoman tersebut membantu dalam referensi bagi para pegawai, dan alat yang berguna dalam melatih pegawai baru.

f) Kebijakan dan praktik-praktik dalam sumber daya manusia

(48)

28

penting untik mengevaluasi kualifikasi para pelamar pekerjaan. Program pelatihan harus membuat pegawai baru mengetahui dengan baik tanggung jawab mereka, dan juga kebijakan serta prosedur organisasi. Terakhir, kebijakan yang berhubungan dengan kondisi bekerja, pemberian kompensasi, insentif bekerja, dan kemajuan karir dapat merupakan dorongan yang kuat dalam pelayanan yang efisian dan kesetiaan. Kebijakan pengendalian tambahan dibutuhkan bagi para pegawai yang memilik akses ke kas atau properti lainnya. Mereka harus diminta mengambil libur tahunan, dan selama waktu tersebut, fungsi pekerjaan mereka harus dilaksanakan oleh anggota staf lainnya. Banyak penipuan pegwai yang ditemukan ketika pelaku tiba-tiba terhalang oleh sakit atau kecelakaan yang memaksa mereka harus mengambil cuti. Rotasi tugas secar periodik diantara pegawai utama dapat mencapai hasil yang sama. Tentu saja keberadaan kebijakan semacam ini menghalangi penipuan dan meningkatkan pengendalian internal. Terakhir, jaminan asuransi kesetiaan para pegawai utama melindungi perusahaan dari kerugian yang ditimbulkan oleh tindakan penipuan yang disengaja oleh para pegawai yang diikat tersebut.

g) Pengaruh- pengaruh eksternal

(49)

29

bursa efek, oleh Financial Accounting Standards Board (FASB) dan oleh Securities and Exchange Commission (SEC) termasuk dalam pengaruh eksternal juga persyaratan peraturan lembaga, seperti bank, sarana umum (utility), dan perusahaan asuransi. Termasuk dalam contoh adalah ketentuan pengendalian internal oleh Foreign Corrupt Practices Act yang dibuat oleh SEC dan audit lembaga keuangan yang dibuat oleh Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC).

b. Aktivitas Pengendalian

Kebijakan dan prosedur pengendalian harus dibuat dan dilaksanakan untuk membantu memastikan bahwa tindakan yang diidentifikasi oleh pihak manajemen untuk mengatasi resiko pencapaian tujuan organisasi, secara efektif dijalankan. Aktivitas-aktivitas pengendalian terdiri dari:

a) Otoritas transaksi dan kegiatan yang memadai

(50)

30

tanda paraf, atau memasukan kode otoritas atas dokumen atau catatan transaksi.

b) Pemisahan tugas

Pengendali internal yang baik mensyaratkan bahwa tidak ada pegawai yang diberi tanggung jawab terlalu banyak. Pemisahan tugas yang efektif dicapai ketika fungsi-fungsi berikut ini dipisahkan :

 Otoritas – menyetujui transaksi dan keputusan

 Pencatatan – mempersiapkan dokumen sumber; serta mempersiapkan laporan kinerja

(51)
(52)

32

perlengkapan. Akan tetapi, dimasa sekarang ini, salah satu aset terpenting perusahaan adalah informasi. Oleh sebab itu, harus diambil langkah-langkah untuk menjaga baik aset berupa informasi maupun fisik. Prosedur-prosedur berikut ini menjaga aset pencurian, penggunaan tanpa otorisasi dan vandalisme :

 Mensupervisi dan memisahkan tugas secara efektif

 Memelihara catatan aset, termasuk informasi secara akurat

 Membatasi akses secara fisik ke aset ( mesin kas, lemari besi, kotak uang, dan akses terbatas ke safe deposit box kas, sekuritas, dan aset dalam bentuk surat- surat berharga). Area penyimpanan yang terlarang, dipergunakan untuk melindungi persediaan

 Melindungi catatan dan dokumen

 Mengendalikan lingkungan

 Pembatasan akses ke ruang komputer, file komputer, dan informasi

e) Pemeriksa Independen atas Kinerja

(53)

33

Berbagai jenis pemeriksaan independen didiskusikan dalam sub-bagian berikut :

 Rekonsiliasi dua rangkaian catatan yang dipelihara secara terpisah

Salah satu cara untuk memeriksa keakuratan dan kelengkapan catatan adalah merekonsiliasi catatan tersebut dengan catatan lainnya yang seharusnya memiliki saldo yang sama. Comtohnya, rekonsiliasi bank memverifikasi bahwa akun pemeriksa telah sesuai dengan laporan bank.

 Perbandingan jumlah aktual dengan yang dicatat

Kas dalam laci mesin kas pada akhir pergantian staf administrasi, harus sama jumlahnya dengan jumlah yang dicatat dalam pita mesin kas. Seluruh persediaan harus diitung paling tidak per tahun, dan hasilnya dibandingkan dengan catatan persediaan. Barang- barang berharga seperti perhiasan harus sering dihitung.

 Pembukuan berpasangan

(54)

34

alokasikan ke beberapa akun kewajiban untuk utang upah dan gaji.

f) Peninjauan independen

Setelah seorang memproses sebuah transaksi, orang kedua kadang kala meninjau pekerjaan orang pertama. Orang kedua memeriksa keberadaan tanda tangan otorisasi yang memadai, meninjau dokumen pendukung, dan memeriksa keakuratan bagian data yang penting, seperti harga , jumlah, dan pemberian kredit.

c. Penilaian Risiko

(55)

35 a) Identifikasi ancaman

 Strategis (contoh : melakukan hal yang salah)

 Operasional (contoh : melakukan hal yang benar, tetapi dengan cara yang salah)

 Keuangan (contoh : adanya kerugian sumber daya keuangan, pemborosan, pencurian atau pembuatan kewajiban yang tidak tepat)

 Informasi (contoh : menerima informasi yang salah atau tidak relevan, sistem yang tidak andal, dan laporan yang tidak benar atau menyesatkan)

Perusahaan yang menerapkan EDI (Electronic Data Interchange) harus mengidentifikasi ancaman-ancaman yang akan diahadapi oleh sistem tersebut, yaitu :

 Pemilihan teknologi yang tidak sesuai. Perusahaan mungkin pindah ke EDI sebelum pelanggan dan pemasok siap.

 Akses sistem yang tidak diotorisasi. Hackers dapat menerobos sistem dan mencuri data atau menyabot sistem.

(56)

36

 Hilangnya integritas data. Kesalahan mungkin masuk ke data karena kesalahan yang ditimbulkan oleh software atau pegawai, masukan yang salah, transmisi yang gagal, dan lain- lain.

 Transaksi yang tidak lengkap. Komputer penerima mungkin tidak menerima paket data yang lengkap dari komputer pengirim.

 Kegagalan sistem. Masalah software dan hardware, pemadaman listrik, sabotase, kesalahan pegawai, atau faktor-faktor lainnya, dapat menyebabkan sistem EDI gagal atau tidak dapat diakses pada waktu tertentu

 Sistem yang tidak kompatibel. Beberapa perusahaan dapat mengalami kesulitan berinteraksi dengan sistem yang lain karena sistem komputer yang tidak kompatibel.

b) Perkiraan risiko

Beberapa ancaman menunjukan risiko yang lebih besar karena probabilitas kemunculannya lebih besar.

c) Perkiraan pajanan ( Eksposure )

(57)

37

karena kebanyakan penipuan tdak mengancam keberadaan perusahaan.

d) Identifikasi pengendalian

Manajemen harus mengidentifikasi salah satu atau beberapa pengendalian yang akan melindungi perusahaan dari setiap ancaman.

e) Perkiraan biaya dan manfaat

Tidak ada sistem pengendalian internal yang dapat menyediakan perlindungan anti penipuan terhadap seluruh ancaman dalam pengendalian internal. Biaya atas sistem anti penipuan akan menjadi halangan. Tujuan untuk mendesain sebuah sistem pengendalian internal adalah untuk menyediakan jaminan yang wajar bahwa tidak akan muncul masalah dalam sistem pengendalian itu sendiri.

(58)

38 d. Informasi dan Komunikasi

Di sekitar aktivitas pembelian terdapat sistem informasi dan komunikasi. Mereka memungkinkan orang-orang dalam organisasi untuk mendapat dan bertukar informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan, mengelola dan mengendalikan operasinya. Oleh karena itu, akuntan perlu memahami bagaimana:

a) Transaksi diawali,

b) Data didapat dalam bentuk yang dapat dibaca oleh mesin, c) File komputer diakses dan diperbarui,

d) Data diproses untuk mempersiapkan sebuah informasi, dan

e) Informasi dilaporkan ke para pemakai internal dan pihak eksternal. Akuntan juga harus memahami catatan dan prosedur akuntansi, dokumen-dokumen pendukung, dan akun laporan keuangan tertentu yang terlibat dalam pemrosesan dan pelaporan transaksi.

e. Pengawasan

Seluruh proses harus diawasi dan perubahan dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Melalui cara ini sistem dapat beraksi secara dinamis, berubah sesuai tuntutan keadaan. Pengawasan terdiri dari:

a) Supervisi yang efektif

(59)

39

akses ke hal-hal tersebut. Supervisi merupakan hal yang penting bagi organisasi yang tidak mampu melaporkan tanggung jawab secara rinci, atau terlalu kecil untuk memiliki pemisahan tugas yang memadai.

b) Akuntansi pertanggungjawaban

Sistem akuntansi pertanggungjawaban mencakup anggaran, kuota, jadwal, biaya standar, dan standar kualitas; laporan kinerja yang membandingkan kinerja yang aktual dengan kinerja yang direncanakan, serta menunjukkan perbedaan signifikan; dan prosedur untuk menyelidiki perbedaan yang signifikan dan mengambil tindakan tepat pada waktunya untuk mengoreksi kondisi-kondisi yang mengarah pada perbedaan tersebut.

c) Audit internal

(60)

40

asset yang kurang digunakan, persediaan yang usang, penggantian biaya perjalanan yang tidak diperlukan, anggaran dan kuota yang terlalu longgar, pengeluaran modal yang kurang tepat, dan produksi yang menjadi semakin lambat. Objektivitas dan keefektifan memerlukan fungsi audit internal yang independen secara organisasional dari fungsi akuntansi dan operasional. Misalnya, kepala audit internal harus melapor ke komite audit dari dewan komisaris, bukan kepada kontroler atau Chief Financial Officer.

2. 4 Sarbanes-Oxley Act

Undang-undang Sarbanes Oxley ini diprakarsai oleh Senator Paul Sarbanes (Maryland) dan Representative Michael Oxley (Ohio), dan telah ditandatangani oleh Presiden George W. Bush pada tanggal 20 Juli 2002. Undang-undang ini dikeluarkan sebagai respons dari Kongres Amerika Serikat terhadap berbagai skandal pada beberapa korporasi besar seperti: Enron, WorldCom (MCI), AOL TimeWarner, Aura Systems, Citigroup, Computer Associates International, CMS Energy, Global Crossing, HealthSouth, Quest Communication, Safety-Kleen dan Xerox; yang juga melibatkan beberapa KAP yang termasuk dalam “the big five” seperti: Arthur Andersen, KPMG dan PWC (Yesshy, 2010).

(61)

41

dimaksudkan untuk memastikan pengungkapan yang lebih akurat dari informasi keuangan kepada investor. Tindakan-tindakannya adalah sebagai berikut:

a. Memberdayakan Public Company Accounting Oversight Board untuk memeriksa kantor akuntan. Kantor akuntan dibebankan biaya tahunan, dan dinilai oleh dewan setiap satu sampai tiga tahun. (Section 1)

b. Memungkinkan kantor akuntan publik untuk menawarkan konsultasi layanan non-audit kepada klien audit hanya jika komite auditnya klien menyetujui pra-layanan non-audit yang akan diberikan sebelum audit dimulai. (Section 201)

c. Mencegah kantor akuntan publik mengaudit perusahaan klien yang CEO, CFO, atau karyawan lain dengan deskripsi pekerjaan yang sama dipekerjakan oleh perusahaan audit dalam satu tahun sebelum audit. (Section 206)

d. Membutuhkan bahwa perusahaan menggunakan komite audit independen, yang terdiri dari hanya satu anggota dewan luar, dan salah satu dari anggota mereka harus menjadi seorang ahli keuangan. (Section 301, Section 407)

e. Membutuhkan bahwa perusahaan dengan setidaknya $75 juta aset yang mengajukan 10-Ks meningkatkan sistem pengendalian internal mereka (ketentuan ini dilaksanakan sebagai 15 November 2004) (Section 404) f. Membutuhkan bahwa CEO dan CFO perusahaan yang setidaknya pada

(62)

42

diaudit akurat, dan mereka bertanggung jawab dalam verifikasi mereka. (Section 302)

g. Membutuhkan dan meningkatkan pengungkapan lebih tepat waktu dalam laporan keuangan, (terutama untuk item off-balance sheet). (Section 401) h. Menentukan denda besar atau penjara bagi karyawan yang menyesatkan

investor atau menyembunyikan bukti. (Section 8, 9 dan 11)

i. Menyediakan penyitaan bonus jika laporan keuangan disajikan kembali. (Section 304)

j. Menghilangkan pinjaman pribadi. (Section 402)

2. 5 SOX404: Internal Control Over Financial Reporting (ICOFR)

Menurut SEC, SOX section 404 mengharuskan para manajer melaporkan temuan-temuan mereka di dalam laporan manajemen yang spesial, dan auditor dari luar meyakinkan ke penilaian manajemen dalam pengendalian-pengendalain perusahaan. Menurut SEC, prosedur-prosedur section 404 dimaksudkan untuk menolong perusahaan-perusahaan untuk mendeteksi kecurangan dalam pelaporan lebih awal, dan dengan demikian untuk menghalangi kecurangan keuangan, dan secara langsung memperbaiki keandalan dalam laporan-laporan keuangan (Peter, 2010).

(63)

43

persyaratan yang dibuat oleh Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB), antara lain “Auditing Standard No. 5 – An Audit of Internal Control Over Financial Reporting That Is Integrated with An Audit of Financial

(64)

44 Ruang Lingkup

Berdasarkan metodologi ICOFR PT. Telkom, ruang lingkup pengendalian intern atas pelaporan keuangan (ICOFR) dikelompokkan menjadi tiga dan dijelaskan secara terperinci sebagai berikut:

1. Pengendalian intern tingkat entitas adalah pengendalian yang memiliki dampak menyebar (pervasive) ke seluruh jajaran perusahaan, termasuk juga dampak terhadap pengendalian intern tingkat transaksional. Pengendalian intern tingkat entitas merupakan landasan bagi kerangka pengendalian intern perusahaan. Meskipun pengendalian intern tingkat entitas juga berperan dalam pencapaian tujuan operasional dan kepatuhan terhadap peraturan/ ketentuan yang berlaku, dalam kaitannya dengan SOX 404, pengendalian intern tingkat entitas yang relevan adalah hanya pengendalian intern tingkat entitas dalam rangka pelaporan keuangan.

(65)

45

penerapan nilai etika dan pedoman perilaku (code of conduct), menetapkan wewenang dan struktur organisasi yang jelas, serta upaya-upaya pencegahan kesalahan (error) dan kecurangan (fraud) di setiap tingkat organisasi perusahaan.

(66)

46

langsung terhadap efektivitas pengendalian di tingkat transaksional, akan dapat mempengaruhi cakupan pengujian yang harus dilakukan. Tim penguji akan lebih efektif dalam melakukan penilaian terhadap kemungkinan terjadinya suatu kesalahan atau ketidakakuratan dalam laporan keuangan dengan mempertimbangkan kombinasi antara faktor kualitatif yang mempengaruhi risiko melekat dan dampak dari efektivitas pengendalian intern tingkat entitas terhadap akun, proses atau kelompok transaksi yang akan diuji:

 Faktor kualitatif , seperti sifat dari akun dan tipe transaksi. Sebagai contoh, suatu akun yang terdiri dari transaksi-transaksi yang bersifat rutin, tidak kompleks dan homogen akan memiliki kemungkinan kesalahan (error) yang rendah apabila dibandingkan dengan suatu akun yang terdiri dari transaksi-transaksi yang kompleks, sensitif terhadap kecurangan (fraud) dan melibatkan proses estimasi atau judgment.

(67)

47

efektivitas pengendalian pada transaksi terkait dan mengurangi tingkat risiko kesalahan (error) dan kecurangan (fraud) pada akun terkait.

Menurut PCAOB AS 5 paragraph 23, terdapat beberapa sifat dan tingkatan ketepatan (precision) dari pengendalian tingkat entitas:

 Pengendalian tingkat entitas seperti lingkungan pengendalian, memberikan dampak yang signifikan tetapi tidak langsung (indirect) terhadap kemungkinan suatu kesalahan (misstatement) dapat dideteksi atau dicegah secara tepat waktu. Akan tetapi pengendalian tingkat entitas tersebut dapat mempengaruhi pengendalian lain yang akan diuji dan mempengaruhi sifat, waktu dan cakupan prosedur pengujian yang dilakukan terhadap pengendalian lainnya.

(68)

48

 Pengendalian entitas yang dirancang untuk dapat memberikan tingkatan ketepatan yang memadai untuk mendeteksi dan mencegah kesalahan (misstatement) pada asersi laporan keuangan yang relevan secara tepat waktu. Apabila pengendalian tingkat entitas ini beroperasi secara efektif dan dapat memitigasi suatu risiko kesalahan, maka tim penguji tidak perlu melakukan pengujian tambahan terhadap pengendalian terkait dengan risiko tersebut.

Tingkat risiko yang ada setelah mempertimbangkan faktor kualitatif dan pengaruh efektivitas pengendalian tingkat entitas yang relevan akan menjadi acuan dalam menetapkan tingkat kedalaman (persuasiveness) pengujian yang harus dilakukan pada tingkat transaksional. Apabila berdasarkan hasil analisa faktor kualitatif dan pengaruh efektivitas pengendalian tingkat entitas tim penguji menyimpulkan bahwa tingkat kedalaman (persuasiveness) pengujian yang harus dilakukan dapat dikurangi, maka strategi pengujian dapat mengandalkan pada hasil pengujian pengendalian tingkat entitas dan/atau melakukan reperformance yang terbatas (limited reperformance) atas hasil control self assessment.

(69)

49

strategi dan ruang lingkup pengujian pengendalian tingkat proses, transaksi, dan aplikasi telah mempertimbangkan efektivitas pengendalian tingkat entitas. Pengendalian tingkat entitas IT dalam COBIT juga menganut top-down approach dan level di bawah entitas dikenal dengan tingkat aktivitas yang oleh PCAOB disebut sebagai ITGC (IT General Control).

2. Pengendalian intern tingkat transaksional adalah pengendalian yang dilakukan pada setiap proses bisnis yang berfokus pada akun-akun yang signifikan dan proses serta transaksi terkait yang berpotensi terjadinya kesalahan (error) atau kecurangan (fraud) yang berdampak pada kesalahan saji pada laporan keuangan.

Pengendalian ini diwujudkan dalam bentuk kegiatan otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi dan kegiatan lainnya seperti upaya pencegahan dan identifikasi terjadinya kesalahan dan kecurangan, serta upaya pengamanan aset perusahaan. Pengujian atas pengendalian tingkat transaksional merupakan serangkaian aktivitas yang ditujukan untuk mengukur efektivitas rancangan dan pelaksanaan pengendalian intern pada tingkat transaksional, baik yang berupa pengendalian manual maupun pengendalian aplikasi.

(70)

50

Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari peranan teknologi informasi (TI) yang sangat penting dalam mencapai tujuan di atas. TI mengotomatisasi aktivitas proses bisnis dalam perusahaan, baik melalui sistem Enterprise Resource Planning (ERP) yang terintegrasi ataupun sekumpulan sistem aplikasi yang terpisah, yang akan berdampak pada keandalan data dan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

Berdasarkan CobIT, pengendalian berbasis TI meliputi: a) IT Control Environment

Mencakup proses tata kelola TI (IT governance atau IT Entity Level), seperti rencana strategis sistem informasi, proses manajemen risiko TI, manajemen kepatuhan, kebijakan, prosedur dan standar TI, serta pemantauan dan pelaporan aktivitas TI.

b) IT General Controls

IT General Control adalah pengendalian yang diperlukan untuk mendukung berfungsinya pengendalian di tingkat aplikasi. Dibagi menjadi empat kategori umum, yaitu:

Computer Operations

(71)

51

availability, customer relationship management, pengelolaan sistem dan konfigurasi, pengelolaan masalah dan insiden, operations management, scheduling, dan pengelolaan fasilitas.

Access to Program and Data

Mencakup pengendalian atas aplikasi, database, dan jaringan untuk memastikan bahwa akses hanya dilakukan oleh pihak yang berwenang untuk menjaga integritas data.

 Program Development

Pengendalian atas desain dan implementasi sistem untuk memastikan bahwa persetujuan atas pengembangan sistem, proses pengembangan, konfigurasi, dan migrasi sistem/program dilakukan secara memadai.

Program Change

Pengendalian atas modifikasi sistem yang ada, baik aplikasi, database, atau operating systems, untuk memastikan bahwa setiap usulan perubahan telah disetujui pihak yang berwenang, diuji, dan diimplementasi secara memadai.

Selain itu, COSO principle 14 mengenai informasi teknologi, menambahkan bahwa dalam pengendalian intern berbasis teknologi informasi meliputi pula:

Application Controls

(72)

52

validasi, dan pemrosesan, termasuk pengendalian manual yang terkait dengan pengendalian aplikasi tersebut.

End-User Computing

(73)

53 2. 6 Penelitian Sebelumnya

[image:73.842.111.750.20.477.2]

Penelitian sebelumnya mengenai “Penerapan Sarbanes-Oxley Act dalam Pengendalian Intern Siklus Piutang dan Siklus Pendapatan Usaha”

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya

No Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian Hasil

1. Lukyta Saraswati dan I Ketut Yadnyana.

Pengaruh Struktur Pengendalian Intern terhadap Kelancaran

Pengembalian Kredit pada Koperasi Simpan Pinjam di Kota Denpasar. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 2014: 122-134

 Jenis penelitian: Kuantitatif

 Sumber data: Kuesioner

 Sampel: 34 koperasi simpan pinjam

 Tahun data: 2012

 Metode analisis: Regresi Berganda, Uji Validitas, Uji

Reliabilitas, Uji Asumsi Klasik

a. Lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian dan pemantauan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit pada Koperasi Simpan Pinjam di Kota Denpasar.

b. Lingkungan pengendalian dan informasi komunikasi berpengaruh positif secara parsial terhadap kelancaran pengembalian kredit pada koperasi simpan pinjam di Kota Denpasar.

c. Penilaian risiko, aktivitas pengendalian, dan pemantauan menunjukkan variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit.

(74)
[image:74.842.109.736.17.409.2]

54

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)

No Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian Hasil

2. Ruzanna Amanina.

Evaluasi terhadap Sistem

Pengendalian Intern pada Proses Pemberian Kredit Mikro (Studi pada PT. Bank Mandiri

(PERSERO) tbk. Cabang Majapahit Semarang).

E-prints Universitas Diponegoro. 2011.

 Jenis penelitian: Kualitatif

 Sumber data: Primer & Sekunder

 Sampel: 100 formulir pemberian kredit Bank Mandiri Cabang Majapahit Semarang

 Tahun data: 2009-2010

 Metode analisis: Deskriptif

 Variabel lainnya: -

Penerapan pengendalian internal dalam pemberian kredit mikro kurang lebih berjalan dengan baik walaupun belum sepenuhnya, sedangkan dalam hal keefektifan pengendalian intern, pengendalian internnya sudah efektif.

(75)
[image:75.842.108.739.18.368.2]

55

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)

No Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian Hasil

3. Eleonora Kontus, M. S. Management of Account Receivable in A Company.

ProQuest Documents Vol. 22. 2013

 Jenis penelitian: Kuantitatif

 Sumber data: Sekunder

 Sampel: 120 perusahaan di Kroasia

 Tahun data: 2010

 Metode analisis: Statistik Deskriptif

 Variable lainnya: -

“Corporate model” dapat digunakan sebagai alat untuk mempertimbangkan perubahan pada kebijakan kredit dan untuk membuat penggunaan piutang usaha yang optimum di dalam pesanan untuk mencapai pengembalian maksimal di tingkat risiko yang diterima.

(76)
[image:76.842.108.737.13.370.2]

56

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)

No Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian Hasil

4. Philip Leitch dan Dawne Lamminmaki.

Refining Measures to Improve Performance Measurement of the Accounts Receivable Collection Function.

Journal of JAMAR. 2011

 Jenis penelitian: Kuantitatif

 Sumber data: Sekunder

 Sampel: -

 Tahun data: -

 Metode analisis: Analisis korelasi

 Variable lainnya: -

Pemantauan yang akurat dan pengelolaan yang semestinya dari piutang usaha adalah dimensi penting dari manajemen keuangan di dalam organisasi terhadap kredit penjualan.

(77)
[image:77.842.105.743.19.417.2]

57

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)

No Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian Hasil

5. Dumitrascu Mihaela dan Savulescu Iulian .

Internal Control and Impact on Corporate Governance, in Romanian Listed Companies. Journal of Eastern Europe Research in Business & Economics.

http://www.ibimapublishing.com/jo urnals/JEERBE/jeerbe.html. 2012

 Jenis penelitian: Kuantitatif

 Sumber data: Primer dan Sekunder

 Sampel: 44 perusahaan yang terdaftar di Bucharest Stock Exchange

 Tahun data: -

 Metode analisis: Statistik Deskriptif

 Variable lainnya: -

Corporate Governance tidak akan efektif secara keseluruhan tanpa adanya pengendalian intern yang baik. Pengendalian intern atau corporate governance tidak akan berkelanjutan dengan baik jika kedua variabel tersebut berjalan dengan sendiri-sendiri.

(78)
[image:78.842.114.735.14.363.2]

58

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)

No Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian Hasil

6. Siyanbola Trimisiu Tunji.

Effective Internal Control System as Antidote for Distress in The Banking Industry in Nigeria.

http://www.projournals.org/JEIBR. 2013

 Jenis penelitian: Kuantitatif

 Sumber data: Primer

 Sampel: 56 pekerja dari 5 bank di Nigeria

 Tahun data: -

 Metode analisis: Uji t

 Variable lainnya: -

Sistem pengendalian internal yang kuat harus dibatasi untuk mengendalikan dan mencegah efek penipuan dan kesalahan manajemen. Agar pekerjaan auditor menjadi efektif dalam organisasi, ada setiap kebutuhan bagi manajemen untuk menghormati pandangan dari auditor, dalam upaya mereka terhadap pemantauan efektivitas sistem pengendalian internal yang ditetapkan. Sebuah situasi di mana rekomendasi auditor internal tidak dihadiri oleh orang-orang yang bertindak atas mereka dapat menyebabkan penghapusan total pembentukan, tidak hanya bank.

(79)
[image:79.842.108.715.16.377.2]

59

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)

No Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian Hasil

7. Putri Dwi Hapsari

Evaluasi Sistem Pengendalian Internal atas Informasi Akuntansi Pendapatan pada BMW Sales Operation Surabaya

Journal of Brawijaya University 2012

 Jenis penelitian: Kualitatif

 Sumber data: Primer

 Sampel: -

 Tahun data: -

 Metode analisis: Deskriptif

 Vairabel lainnya: -

Dari segi pengendalian internal, dapat dikatakan pengendalian internal atas siklus pendapatan telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya SOP yang menjelaskan prosedur-prosedur risiko-risiko beserta pengendaliannya. Struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan telah menggambarkan adanya pemisahan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas. Selain itu, pengendalian atas aset, data dan informasi juga telah dilakukan dengan cara menggunakan brankas, membatasi akses ke gudang parts, menyimpan arsip-arsip dalam filling cabinet, serta menggunakan user id dan password untuk mencegah manipulasi data.

(80)
[image:80.842.110.730.19.419.2]

60

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)

No Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian Hasil

8. Nur Fakhrur Razy

Analisis Pengendalian Internal atas Siklus Pendapatan Jasa

(Studi Kasus Pada Hotel Griyadi Montana Malang)

2012

 Jenis penelitian: Kualitatif

 Sumber data: Primer

 Sampel: -

 Tahun data: -

 Metode analisis: Deskriptif

 Variabel lainnya: -

Peneliti menilai dokumen yang digunakan oleh perusahaan cukup efektif. Informasi atas rekaman transaksi yang termuat dalam dokumen cukup memberikan informasi yang berguna bagi piha

Gambar

Tabel 1. 1 Skandal-Skandal Keuangan Besar yang Pernah Terjadi
Tabel 1. 1 Skandal-Skandal Keuangan Besar yang Pernah Terjadi (Lanjutan)
Gambar 2. 1 COSO Internal Control Framework
Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa karakter kerapatan sto- mata dalam proses seleksi tidak langsung untuk kandungan katekin dapat menjadi perhatian dengan

1) Tidak memiliki biaya lintas operator. Maksudnya tidak ada biaya lintas operator adalah tidak ada kegiatan yang membuat adanya biaya antar provider operator. Semua

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada jangka pendek variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap rasio pembiayaan PPK dan pada

Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan survei batimetri guna mengetahui kedalaman dari perairan Semarang Utara yang akan digunakan sebagai analisis pembuatan

Sebab dalam bermain futsal, mahasiswa menunjukkan kemampuannya dalam belajar gerak, dan menurut pengamatan penulis jika kemampuan belajar gerak mahasiswa baik maka

Artikel ini menjelaskan tentang pemakian salah satu dari elemen visual, yaitu garis, dalam karya fotografi sebagai elemen visual yang tidak hanya mampu untuk membuat perbedaan

Air merupakan suatu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan media dari berbagai macam penularan pentakit infeksi bakteri bakteri usus tertentu

Sementara wawancara dilakukan untuk mengungkap lebih mendalam tentang sikap dan perilaku subjek penelitian yang berhubungan dengan moralitas, visi serta misi dari kegiatan