• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku saku gizi kapankah masalah ini berakhir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Buku saku gizi kapankah masalah ini berakhir"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI

612.3 

Ind b

Indonesia. Departemen Kesehatan . Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Buku saku gizi .

--Jakarta :Departemen Kesehatan RI , 2009.

1.Judul I.NUTRITION

(4)

SAM BUTAN

MENTERI KESEHATAN R.I . 

Penelitian dan pengembangan merupakan lokomotif pembangunan kesehatan . Dari hasil penelitian dan pengembangan yang mendapatkan perhatian serius untuk ditindak-lanjuti secara berkesinambungi:m adalah masalah gizi. Terkait dengan masalah gizi ini , patut dibanggakan adanya buku saku tentang gizi yang dibuat oleh para peneliti khususnya peneliti di Puslitbang Gizi dan Makanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan bersama para pakar dan sejawat dari organisasi profesi gizi.

(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karen a Rahmat dan . Hidayah-NYA sehingga Buku Saku Gizi ini dapat disusun , sebagai salah satu Program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu II dari Departemen Kesehatan RI.

Buku ini disusun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan yang bekerja sama dengan Jurusan Gizi Klinik FK Universitas Indonesia, SEAM EO, dan organisasi profesi seperti PersatuanAhli Gizi Indonesia (PERSAGI) , Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) serta Direktorat Bina セゥコゥ@ Masyarakat, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat - DEPKES RI. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih.

(7)

Buku saku ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan acuan pengertian dan pemahaman dalam menyelesaikan masalah gizi secara proporsional dengan lebih jelas memetakan tanggung jawab sektoral maupun komprehensif baik jajaran pemerintah pusat, pemerintah daerah, para pengambil keputusan di lembaga legislatif, para akademisi , masyarakat madani dan dunia usaha

Semoga buku saku ini berguna sebagai upaya Departemen Kesehatan mencapai visi dan menjalankan segenap misinya.

(8)

DAFTAR  lSI 

Sambutan  Menteri  Kesehatan  R.I. .. ... .. ... ..

Kata  Pengantar ... .. .. ... .. ... ... iii  

Bab  I  Pendahuluan ... .. ... ... ... ... .. . Bab  II  Pengertian  Permasalahan  Gizi di   Bab  V  Cara Menentukan  Ciri­ciri  Masalah   Bab VI  Penanggulangan Masalah  Gizi  di   Bab VII  Peran  Berbagai  Sektor Dalam Upaya   Daftar lsi ... .. .... ...

v  

Tim  Penyusun .. .. .... .. .... ... .... .. .... .. .. .. .. .. .. ... vi  

Masyarakat ... 7  

Bab  III  Dampak Masalah  Gizi ... 19  

Bab  IV  Keadaan  Gizi  di  Indonesia Saat  Ini ...

25

Gizi  di  Masyarakat .. .... .. ... ... ... 31  

Masyarakat .... ... 37  

Perbaikan  Gizi  Masyarakat .. .. .. .. .. .. .... .. .... 47  

Bab VIII  Penutup .. .... .. ... .. ... .. ... .. .. .. .. . 53  

(9)

TIM  PENYUSUN  

Penanggung  : Kepala Badan Penelitian dan

Jawab  Pengembangan Kesehatan

Ketua  : Abas Basuni Jahari, M.Se, Ph.D (Puslitbang Gizi dan Makanan)

Wakil  Ketua  : dr. Widjaja Lukito, PhD, Sp.GK (SEAMEO)

Sekretaris  : 1. Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Se (FKUI)

Anggota  : 1. Prof. Dr. Herman Sudiman, SKM (P3GM)

2. Moesjanti Soekatri, MCN , Ph.D (PERSAGI)

3. Dr. Raehmi Untoro, MPH (PDGMI)

4. Dr. Djoko Kartono, M.Si (Balai GAKY)

5. Dr. Ir. Anies Irawati, M.Kes (P3GM)

6. Atmarita, MPH, Ph. D (Puslitbang BMF)

7.  Nurhasnah Husin, SKM , M.Kes (P3GM)

8. Nurfi Afriansyah, SKM, MSe '(P3GM)

9. Bambang

P. 

Cadrana, SKM, MKM (P3GM)

10. dr. Wiji lセウエ。イゥ@ (FKUI) 11 . Fithia Dyah Puspitasari, S.Gz

(10)
(11)
(12)

BAB  I  

_ ­ ­ ­ ­ ­ PENDAHULUAN 

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar . (Riskesdas) tah un 2007 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI, masih terdapat ban yak anak bawah umur lima tahun (Balita) yang menderita masalah gizi dan masih merupakan masalah gizi masyarakat. Masalah gizi balita yang dihadapi Indonesia saat ini sudah merupakan masalah gizi ganda, artinya selain masalah kurang gizi juga masalah kegemukan. Dari sekitar 25 juta balita 4,6 juta diantaranya menderita gizi kurang dimana berat badannya tidak memenuhi berat badan normal menurut umurnya. Disamping itu sebanyak 3,4 juta balita tergolong kurus dimana berat badannya ku rang proporsional dengan tinggi badannya, dan 3,1 juta balita kegemukan.

(13)

balita pendek bukan hanya terjad i setelah anak lahir, tetapi juga terjadi pada saat anak masih di dalam kandu ngan ibunya sebagai akibat keadaan gizi dan kesehatan ibu selama hamil yang kurang baik. Keadaan gizi dan kesehatan ibu hamil yang kurang baik mencerminkan pula keadaan gizi remaja putri calon ibu yang kurang baik yang erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi , seperti: kemiskinan, ketidaktahuan, perilaku hidup yang tidak sehat, dan keadaan lingkungan yang kurang sehat.

Upaya penanganan balita kurus lebih mudah dilakukan dengan pemberian makanan tam bah-an atau pengobatbah-an agar berat badbah-annya ber-tam bah sehingga kembali proporsional dengan tinggi badannya. Penanganan balita gemuk dapat dilakukan dengan memperbaiki kebiasaan makan dan meningkatkan aktivitas anak melalui penyuluhan/edukasi gizi seimbang.

(14)

peri-laku hidup bersih dan sehat dan kesadaran gizi masyarakat, serta perbaikan lingkungan hidup.

Upaya yang komprehensif ini disamping akan berakibat pada lahirnya generasi ュ ・ョ、セエ。ョァ@

(balita) yang tidak pendek, tetapi juga akan mencegah terjadinya balita kurus atalJ balita gemuk. Pada akhirnya upaya yang komprehensif ini juga akan memiliki dampak terhadap menurunnya jumlah balita gizi kurang atau yang berat badannya tirjak memenuhi 'standar berat badan menurut umurnya, sekaligus mencegah terjadinya gizi buruk.

Hal ini berarti kita akan mampu berjalan menuju target Milleneum Developmen Goal (MDG) yaitu menurunkan jumlah balita gizi kurang menjadi separuh dari keadaan sekarang atau dari 18,4% pada tahun 2007 menjadi kurang dari 10% pada tahu n 2020.

(15)
(16)
(17)
(18)

BAB II

_ . _ PENGERTIAN PERMASALAHAN

Gill 01 MASYARAKAT

セセ@

I.   Pengertian  keadaan  gizi 

1. "Gill BAlK ", bila asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan (Gill SEIMBANG).

1. "KURANG Gill ", bila asupan zat gizi lebih sedikit dari yang dibutuhkan, seperti: gizi kurang dan buruk, pendek, kurus dan sangat kurus.

2. "KELEBIHAN Gill " atau kegemukan, bila asupan zat gizi lebih banyak dari yang dibutuhkan.

II.   Pengertian balita gizi  kurang  (berat 

badan  kurang) 

(19)

Serat badan anak berkaitan dengan dua hal, yaitu umur dan tingg i badan anak terse but. Dalam keadaan sehat semaki n bertambah umur semakin bertambah berat badannya.

Anak yang sehat bertambah tinggi badannya bertambah pula berat badannya secara proporsional.

(20)

Suatu daerah yang memiliki banyak anak gizi kurang (berat badan kurang) adalah daerah yang memiliki masalah gizi walaupun tidak jelas apakah masalahnya AKUT atau KRONIS.

Oleh karena itu untuk memahami eiri masalah gizi di suatu wilayah tidak eukup hanya didasarkan pada jumlah balita gizi kurang saja, tetapi harus juga dilihat berapa banyak balita PENDEK dan berapa banyak balita KURUS.

III. Pengertian  balita  pendek 

Berkaitan dengan hal ini ada dua istilah, yaitu:

• Panjang badan digunakan untuk anak berumur kurang dari 24 bulan dan tinggi badan digunakan untuk anak berumur 24 bulan ke atas.

Balita pendek ditandai dengan tinggi atau panjang badan menu rut umur anak (TB/U).

(21)
(22)

Ana yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi badannya.

Anak yang pendek diakibatkan oleh kekurangan makan atau sakit yang terjadi dalam waktu lama.

Keadaan tersebut berkaitan erat dengan kondisi yang tidak menguntungkan yang terjadi dalam waktu yang lama, seperti:

• Kemiskinan, perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang, kesehatan lingkungan yang ku rang baik, pola asuh yang kurang baik, rendahnya tingkat pendidikan atau karena terkait dengan budaya.

Oleh karena itu masalah balita pendek, merupakan cerminan dari keadaan so sial ekonomi masyarakat.

Karena masalah balita pendek diakibatkan oleh keadaan yang berlangsung lama, maka ciri masalah gizi yang ditunjukkan oleh balita pendek adalah masalah gizi yang sifatnya KRONIS.

(23)

IV. Pengertian  balita kurus 

Balita kurus ditandai dengan proporsi berat badan menurut panjang badannya (BB/PB) atau berat badan menu rut tinggi badannya (BBrTB).

Seorang balita laki-Iaki dengan panjang badan 71 em berat badan minimalnya adalah 7,5 kg . Bila berat badannya kurang dari 7,5 kg , maka anak tersebut disebut kurus ("WASTING").

Balita kurus disebabkan karen a kekurangan makan atau terkena penyakit infeksi yang terjadi dalam waktu yang SINGKAT.

Balita yang terkena penyakit infeksi dapat berakibat menurunnya nafsu makan atau penyerapan zat gizi yang terganggu.

Oleh karena itu masalah balita kurus merupakan eerminan dari perubahan keadaan yang terjadi dalam waktu yang singkat.

Karena masalah balita kurus diakibatkan oleh perubahan keadaan yang berlangsung singkat , maka karakteristik masalah gizi yang ditunjukkan oleh balita kurus adalah masalah gizi AKUT.

(24)

v.

Pengertian balita gemuk 

Balita gem uk semakin ban yak jumlahnya, dan hal ini menjadikan masalah gizi yang dihadapi indonesia menjadi MASALAH GIZI GANDA, yang berarti selain masalah kekurangan gizi indonesia juga sudah dihadapkan pada masalah kelebihan gizi.

(25)

Balita gemuk diakibatkan oleh pola asuh (kebiasaan pemberian makanan yang kurang baik), banyak makanan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan anak.

Ada juga pendapat orangtua yang keliru bahwa balita gemuk adalah sehat dan lucu.

Karena balita gemuk terjadi dalam waktu yang LAMA (tidak terjadi mend adak) , maka ciri masalah gizinya merupakan masalah gizi KRONI S,

Dengan demikian penanganan masalah balita gemuk juga sudah harus menjadi perhatian pemerintah untuk mengatasinya.

VI.  Masa  kritis  pertumbuhan  dan 

perkembangan  balita 

Masa kritis tumbu h kembang balita adalah selama bayi berada dalam kandungan ibu sampai 2 tah un ーセイエ。ュ。@ kehidupan sete-lah sete-lahir.

(26)

Gangguan tumbuh-kembang balita terjadi sebagai aki bat dari tidak terpenuhinya kebutuhan gizi ibu selama hamil dan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi anak dalam 2 tahun pertama setelah lahir.

Kebutuhan gizi ibu selama hamil lebih banyak dari kebutuhan ibu dalam keadaan tidak hamil karena sebagian zat gizi yang dimakan diberikan kepada janin untuk pertumbuhan otak, panjang badan dan berat badannya.

MASA KRITIS TUMBUK KEMBANG ANAK

Tumbuh Kembang Bayl & Anak 

Mtimbangun tlnggl セ「・。エ@ Mencapal tinggi badan. bara!

b. d.n polen.lel blidahpOlllnl'" badan dan perkembangan optimal 

(27)
(28)
(29)
(30)

BABIII

. . ._ _ _

DAMPAK MASALAH GIZI

1.   Akibat masalah  gizi pada  usia  dini 

Kekurangan gizi pad a usia dini dapat berakibat terganggunya pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti:

Meningkatnya kematian balita kecer-dasan  yang  rendah ,  keterbelakangan  mental , ketidak  mampuan  berprestasi,  roduktivitas  yang  rendah  lebih  lanjut  berakibat  pad a  terciptanya  sumberdaya  manusia  (SOM)  yang  rendah  kualitasnya. 

Masalah  kegemukan  dan  masalah  kekurangan  gizi  pada  usia  dini  (balita)  memiliki  akibat  yang  sama  yaitu  beresiko  tinggi untuk menderita pen yak it degeneratif,  seperti: 

(31)

2.   Dampak gizi terhadap pembangunan 

ekonomi 

Oengan meningkatnya status gizi , produktivitas kerja akan meningkat sehingga akan menambah nilai ekonomi bagi masyarakat dan negara.

Oi sam ping itu dengan membaiknya status gizi masyarakat akan berakibat pada menurunnya angka morbiditas. Oengan demikian pengeluaran keluarga untuk pengobatan dapat ditekan dan biaya pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan pun dapat ditekan . Jadi , upaya perbaikan gizi masyarakat mempunyai implikasi yang kuat terhadap pembangunan ekonomi.

Perbaikan gizi juga dapat menghasilkan generasi yang sehat, kuat dan cerdas sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan ketahanan nasional.

3.   Dampak gizi  terhadap  prestasi 

bangsa 

(32)

tingkat internasional, baik dalam 

peristiwa-peristiwa olahraga maupun  dalam 

mengantisipasi kemajuan zaman  terkait 

dengan perkembangan teknologi modern 

dan ilmu pengetahuan mutakhir.

4.   Dampak  masalah  gizi  terhadap 

ketahanan  nasional 

(33)
(34)
(35)
(36)

BABIV

- - - KEADAAN Gill DI INDONESIA

SAAY INI

Oi dalam buku saku ini informasi tentang masalah gizi dititikberatkan pada masalah gizi balita karena merupakan akibat lanjut dari masalah gizi pad a kelompok usia lainnya dalam siklus kehidupan manusia (WUS termasuk ibu hamil, bayi dan anak balita, anak usia sekolah, remaja dan dewasa) .

Jadi, perbaikan gizi pada balita bukan berarti hanya menangani masalah gizi pada balita tetapi juga meningkatkan status gizi kelompok usia lainnya, di antaranya adalah perbaikan gizi remaja perempuan dan ibu hamil.

1.  Batas masalah  gizi  masyarakat 

(WHO)

(37)

2. Pendek ("stunting ") ­7  20%.

Bila dari 100 balita ada lebih dari 20 balita yang pend ek maka kita masih memiliki masalah gizi masyarakat.

3. Kurus ("wasting ") S 5% Bila dari 100 balita ada lebih dari 5 balita yang kurus maka kita masih memi liki masalah gizi masyarakat.

Bila jumlah balita yang kekurangan gizi tidak melebihi batas WHO bukan berarti tidak ada masalah gizi masyarakat. Masalah gizi mungkin masih ada tetapi penanganannya bersifat orang per orang (INDIVIDUAL).

Bila masalah gizi masyarakat sudah tidak ada lagi bukan berarti program gizi sudah tidak diperlukan lag i. Program gizi tetap diperlukan untuk mempertahankan keadaan yang sudah baik terse but (PREV ENTIF-PROMOTIF) . 

2.   Jumlah balita bermasalah gizi  di 

Indonesia  berdasarkan  riskesdas 

2007

Dari sekitar 25 juta balita terdapat: 

(38)

• 9,3 juta balita pendek di antaranya 4,7 juta sangat pendek.

3,4 juta balita kurus di antaranya 1,6 juta sangat kurus.

3,1 juta balita ァ ・ ュ オォ セ@

セNM MMMMMMMMMMMMMMMM MMMMMMMMMMMᆳ

セ@ KM MMMMMMMMMMMMMMMMMM MMMMMMMMMᆳ

セャs@

KMMM

MMMMMMMMMMMMMMMM

MMMMMMMMMᆳ

セ@

i!

s  

o  

ゥュKM

MMMMMM

MMセ

セ MMMMMMMMMMMM

MMMᆳ

Gambar 6.

Jumlah balita yang mengalami masalah gizi Berdasarkan riskesdas 200 7

Persyaratan jumlah balita kurang gizi menurut batas masalah gizi masyarakat [WHO] :

• Balita gizi kurang: 2,5 juta.

• Balita pendek: 5 juta.

(39)

3.   Kontribusi  balita  pendek  terhadap 

kekurangan  dan  kelebihan  berat 

badan balita di  Indonesia 

Dari 4,6 juta balita gizi kurang, yang pendek berjumlah 3,3 juta.

• Dari 3,1 juta balita gemuk, yang pendek berjumlah 2 juta.

セ@ 6 

+­­­­­-GAM BAR 7. PERBANDINGAN JUMLAH BALITA KURANG GIZI DENGAN JUMLAH BATAs MAsALAH GIZI MAsYARAKAT

01 INDONESIA , TAHUN 2007

MASIH  MERUPAKAN  MASALAH  GIZI

Qセイ]]]]]]]

セセ セセ]]]]

MMMMZ@

MASYARAKAT 

+­­­­­-S.  

•  Jumlah Balita Kurang  

Giz i :I: 

:5 4  • Bata s Masalah Gizi

:IE Masyarakat

セ@ 3 

Glzi Kurang  Pendek  Kurus 

(40)
(41)
(42)

BABV

CARA MENENTUKAN CIRI-CIRI

MASALAH GIZI 01 MASYARAKAT

<­­­­­­I 

1.  Pengertian ciri  masalah  gizi 

1. MASALAH GIZI AKUT adalah masalah gizi yang diaki batkan oleh peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat), misalnya:

Terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan (kelaparan) . 2. MASALAH GIZI KRONIS Adalah

masalah gizi yang diakibatkan oleh keadaan yang lama berlangsung , misalnya:

Kemiskinan, perilaku hidup sehat yang ku rang baik, pola asuh yang kurang baik, sebagai akibat rendahnya ting kat pendidikan atau karena terkait dengan budaya.

3. MASALAH GI ZI AKUT-KRONIS adalah masalah gizi yang memiliki ciri masalah AKUT dan KRONIS seperti tersebut di atas.

(43)

akut-kronis merupakan langkah penting sebagai masukan untuk:

1. Perumusan kebijakan sesuai dengan ciri masalah gizi yang dihadapi.

2. Perencanaan upaya perbaikan gizi, yang tepat.

3. Keputusan untu k tindakan segera, dan

4. Sebagai bahan untuk evaluasi.

Penentuan ciri masalah gizi di suatu wilayah harus dilakukan mengingat penanganan masalah gizi yang berciri AKUT berbeda dengan penanganan masalah gizi yang berciri KRONIS. Apalagi kalau ciri masalah gizi yang dihadapi memiliki ciri akut-kronis.

2.   Ciri  masalah  gizi  wilayah 

1. Suatu wilayah memiliki masalah gizi akut. bila:

Banyak balita kurus, sedikit balita pendek dan banyak balita gizi kurang .

2. Suatu wilayah memiliki masalah gizi kronis bila:

(44)

---3. Suatu wilayah memiliki masalah gizi akut-kronis bila:

• Banyak balita kurus, banyak balita pendek dan banyak balita gizi kurang

Yang dimaksud BANYAK  dalam kete-rangan di atas adalah bila jumlahnya melebihi batas WHO, sedangkan yang dimaksud SEOIKIT adalah bila jumlahnya lebih sedikit dari batas WHO.

Oi bawah ini adalah diagram yang meng-gambarkan bagaimana ciri masalah gizi di suatu wilayah ditentukan .

BANVAK  BAUTA  GIZI  KURANG 

BANVAK  BAUTA  SEDIKIT BAUTA 

PENDEK  PENDEK 

セ@

1

BANVAK  BALITA  SEDIKIT BALITA  BANVAK  BAUTA 

KURUS  KURUS  KURUS 

1

1

1

CIRI  MASALAH  GIZI  CIRI  MASALAH GIZI  CIRI  MASALAH  GIZI 

AKUT·KRONIS  KRONIS  AKUT 

CATATAN: ISTILAH BANYAI( BILA  LEelH llNGGI OARIBATAS WHO. DAN SEDU(JT BILA 

SAMA ATAU lEBIH SEOIKIT OARI BAlAS WHO

Gambar 8. Penentuan ciri masalah gizi suatu wi/ayah

(45)

­­­­

-

­

­­

­

­ ­ ­

--

-­­­

­­

--1

!

1

CIIII _ _  

1

C I I I I _ 6lll1IIOIlS 

....__lOIP_ 

セMMMNMMMMwaiiqLMMᆳ

­­.­­­­­

Gambar 9. Penentuan ciri masa/ah gizi suatu wi/ayah

(46)
(47)
(48)

BAB VI

PENANGGULANGANMASALAH

Gill 01 MASYARAKAT '---\

1.  Penanggulangan  masalah balita 

pendek  (kronis) 

Mengingat masa kritis pertumbuhan dan perkembangan anak dimulai sejak janin dalam kandungan ibu dan 2 tahun pertama kehidupan, maka:

1. Semua ibu hamil harus memperoleh pelayanan kesehatan dan gizi dan peningkatan pelayanan kesehatan dan gizi terutama bagi balita yang berada dalam masa kritis tumbuh kembang di bawah 2 tahun agar terhindar dari kegagalan tumbuh kembang.

2. Menciptakan keluarga sadar gizi, dengan sasaran seluruh kelompok umur, utamanya remaja calon orang-tua, dan ibu rumahtangga. 

3.   Menggalakkan kampanye: 

(49)

b. Pemberian ASI sampai umur 24 bulan disamping makanan pendamping ASI.

c. Meningkatkan kampanye untuk tidak memberikan susu formula pada bayi dan anak pad a anak selama dalam masa pertumbuhan-perkembangan  kritis  untuk  men-cegah  akibat  buruk  sebagai  aki-bat  praktik  penyirripanan  dan  pemberian  susu  formula  yang  tidak sehat. 

4.   Refu ngsionalisasi sistem kewaspadaan  pang an  dan  gizi  (SKPG)  dan  pe-mantauan  pertumbuhan  balita  di  posyandu . 

Karena  masalah  gizi  kro nis  terkait  dengan  masalah  kemiskinan,  sosial-budaya  dan  perilaku  yang  menga-kibatkan  kekurangan  makan  dan  sakit  yang  berkepanjangan  atau  berulang ,  maka  perlu  dilakukan ,  maka  upaya  tersebut di atas harus ditunjang dengan  upaya: 

(50)

2.   Penanggulangan masalah gizi akut 

Karena masalah gizi akut terkait dengan masalah penyakit infeksi dan kekurangan makan, maka perlu dilakukan pengobatan terhadap penyakit dan/atau pemberian makanan tam bahan (makanan pendamping

ASI) .

Upaya tersebut di atas harus ditunjang dengan :

1. Menciptakan : keluarga sadar gizi , dengan sasaran semua kelompok umur, utamanya remaja dan calon ibu .

1 . Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan status gizi melalui pemberdayaan masyarakat.

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan dan gizi bagi balita yang berada dalam periode kritis tumbuh kembang (di bawah 2 tahun).

3. Meningkatkan kegiatan surveilens gizi melalui reaktivasi SKPG serta kegiatan pemantauan pertumbuhan di posyandu untuk pencegahan balita kurus ataupun gizi buruk.

(51)

5. Menggalakkan kampanye:

a. Pemberian hanya air susu ibu (ASI) sampai bayi berusia 6 bulan (ASI ekslusif).

b. Pemberian ASI sampai umur 24 bulan disamping makanan pemdamping ASI.

c. Meningkatkan kampanye untuk tidak memberikan susu formula pad a bayi dan anak pad a anak selama dalam masa pertumbuhan-perkembangan  kritis  untuk  mencegah  akibat  buruk  sebagai  akibat  praktik  penyimpanan  dan  pemberian  susu  formula  yang  tidak sehat. 

3.   Penanggulangan  masalah  gizi  yang 

berciri  akut­kronis 

Penanggulangan  masalah  gizi  yang  berciri  akut­kronis  merupakan upaya  yang  sangat  kompleks  karena  menyangkut  kombinasi  upaya  penanggulangan  masalah  gizi  akut  dan  kron is, diantaranya yaitu: 

1 .   Pengentasan  kemiskinan . 

(52)

3. Peningkatan pendidikan.

4. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.

5. Perbaikan pola asuh anak.

6. Penanganan penyakit infeksi.

7. Penangananmasalah gizi balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa dan wanita hamil.

8. Menciptakan keluargasadargizi melalui penyuluhan , edukasi dan promosi gizi.

9. Menggalakkan kampanye:

a. Pemberian hanya air susu ibu

(ASI) sampai bayi berusia 6 bulan

.(ASI ekslusif).

b. Pemberian ASI sampai umur 24 bulan disamping makanan pendamping ASI .

(53)

4.   Sistem  kewaspadaan  pangan  dan 

gizi  (SKPG)  atau  surveilans 

pangan

dan  gizi 

1. SKPG didasarkan pad a alur kejadian yang berakibat pad a terjadinya masalah gizi (Lihat gam bar di bawah).

2. SKPG merupakan alat penting penyedia informasi situasi pang an dan gizi wilayah bagi perumusan kebijakan , perencanaan prog ram dan evaluasi program , serta dan untu k melaku kan tindakan pen cegahan segera.

3. SKPG berfungsi memberikan informasi dini tentan g masalah pangan dan masalah gizi dan penyebabnya seh in gga keadaan yang lebih buruk dapat dicegah.

KEGAG ALA N PrJl(f"g.Jh,In

PRODU KSI ,  ­ ­ · 5.tng.:u d,n ,

I I

' - - I

- t)\'

KetefRdlaan  p・ョ」セィ。ョ@

Pangan dl f ­ ­ ­ Cuk up dlnl 

Masyantkat kur-ang I

KRI SIS  J I Pencegahan 

I Ketersedlaan  Kurang

EKO NOM I I I Pangan k.eIUIHga  , ­M セdint

I kurang  ,

Kesempatan kerja  I aウuセ [M|@

_ _ _ .I befkurang  I I Zat glzl 

p・ョ、。ー。エ。セ@ I kut;lng ゥョセZセQエ@

セ@

KURANG

1- - - GI71

(54)

4. Contoh SKPG sebagai penyedia informasi dini :

1. Kegagalan tanam padi atau kerusakan tanaman akibat hamal bencana banjir mengisyaratkan bakal terjadi masalah keh ilangan mata pencaharian bagi buruh tani,oleh karena itu perlu segera dilakukan ti ndakan untuk men ce-gah  akibat  yang  lebih  buruk  seperti  menurunnya  daya  beli  buruh  tani  yang  dapat  berakibat  kerawanan pangan  dan gizi buru h  tani  tersebut. 

2.   Meningkatnya  jumlah  balita  yang  tidak  naik  berat  badannya  saat  diti mbang  di  Posyandu  meng-isyaratkan  kemungkinan  sedang  wabah penyakit atau sedan g te rjadi  kekurangan  pang an.  Informasi ini  dapat  digunakan  untuk  menelaah  penyebabnya  dan  tindakan  untuk  mencegah akibat yang lebih buruk  dapat segera dilakukan. 

Pemetaan situasi pangan dan gizi 

(55)

6. Oaya  bell keluarga  2. Harp pangan 1. Ketersediaan pangan 

,

t '

....

---"Oi

...

ZMMMMLセ@ dimasy...kat 

I

5. Pendapatan  7. Ketersedlaan  pangan keluarga  セ@

keluarga  _ _ _ _ _ _+ ____

セ@

セ|Bャ

j keセ@

i

セ@

STATUS 

セ@

3 + ­ +  セ N セ@

" セQャ@ - 0 GIZI  セ@

セ i|@ セ@

セセOサョ|セGセ

t

9 , Kebersihan t ngkungan,  10, Akse: ke  pelayanan  Kesehatan  perorangan  kesehatan 

[image:55.292.4.268.10.328.2]

L

8. Pola Asuh/Perawatan 

セ@

Pelayanan 

,

anggota keluarga  kesehatan 

..

Gambar 11 .

Berbagai Kemungkinan Penyebab Masalah Pangan Dan Gizi

(56)
(57)
(58)

BAB VII

PERAN BERBAGAI SEKTOR

DALAM UPAYA PERBAIKAN GIZI

MASYARAKAT

Mengingat ko mpleksnya masalah yang ber-akibat pada status gizi masyarakat seperti terlihat pada gam bar sebelumnya, maka banyak sektor yang memiliki peran penting dalam upaya perbaikan gizi masyarakat. Diantara sektor-sektor yang mempunyai peran penting disajikan dalam gam bar berikut ini.

[image:58.293.2.271.8.421.2]

Bapenas/Sapeda  Pertanian Statistik  Organisasi profesi  LSM  Sosial  Agama Kependudukan/KB Perdagangan  Kesehatan Perindustrian  Komunikasi!  Koperasi Informasi  Pendidikan  Tenaga  kerja  Kelautan PKK Pemberdayaan  Bulog masyarakat 

(59)

1.   Peran  masing­masing  seldor  dalam 

upaya perbaikan gizi  masyarakat 

1 . Sektor kesehatan berperan dalam berbagai upaya penanggulangan masalah gizi.

2. Sektor pertanian berperan dalam menjamin prod uksi pangan yang cukup bagi masyarakat.

3. Sektor kelautan berperan menjamin tersedianya makanan hewani hasil laut byang cukup bagi masyarakat.

4. Sektor kependudukan/KB berperan dalam upaya peningkatan keluarga sejahtera, dan pembatasan pertum -buhan  penduduk. 

5.   Kantor  statistik  berperan  dalam  moni-toring  dan  penyediaan  data  yang  berkaitan  dengan  masalah  pangan  dan  gizi. 

6.   Sektor  agama  berperan  dalam  penyuluhan  atau  edukasi  gizi  melalui  dakwah , khotbah, atau  melalui  saluran  informal. 

7.   Sektor  perdagangan  berperan  dalam  peningkatan  keadaan  ekonomian  masyarakat. 

(60)

9. Sektor tenaga kerja berperan daJam penyediaan lapangan kerja melalui peningkatan potensi sumberdaya manusia dan alam .

10. Sektor pemberdayaan masyarakat berperan dalam peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya perbaikan gizi masyarakat.

11 . Lembaga sosial masyarakat (LSM) berperan dalam monitoring upaya perbaikan gizi dan meningkatkan peran serta masyarakat.

12. Organisasi profesi berperan dalam melakukan kajian situasi pangan dan gizi serta memberikan masukan bagi pemerintah dalam upaya perbaikan gizi masyarakat.

13. Sektor sosial berperan dalam intervensi gizi dalam bentuk bantuan pangan bagi masyarakat miskin maupun dalam keadaan darurat.

14. Bulog/Dolog berperan dalam menjamin ketersediaan pangan yang cukup di masyarakat.

15. Sektor komunikasi/informasi berperan dalam membantu pengembangan sistem surveilans pangan dan gizi yang cepat dan tepat waktu.

(61)

perguruan tinggi , serta dalam menghasilkan kader pembangunan di bidang pang an dan gizi yang profesional .

17. PKK berperan dalam meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya perbaikan gizi masyarakat.

18. BAPENAS / BAPEDA berperan dalam penyusunan kebijakan dan perencanaan program perbaikan gizi yang terintegrasi antar berbagai sektor terkait yang berbasis bukti (evidens) .

Untuk terjam innya koordinasi dan integrasi berbagai upaya yang melibatkakan berbagai sekto r tersebut diperlukan dukungan: 1. Komitmen politik pimpi nan nasional/

daerah dan DPR/DPRD sehingga terjaminnya anggaran dan pengawasan terhadap upaya perbaikan glzl masyarakat mulai dari perencanaan, pemantauan dan evaluasi.

(62)
(63)
(64)

BAB VIII

PENUTUP 

Masalah gizi utama yang harus mendapat perhatian serius adalah banyaknya balita yang pendek atau mengalami masalah gizi kronis . . Menurunkan jumlah balita yang pendek bukan berarti hanya melakukan penanganan terhadap balita yang yang sudah pendek, tetapi juga harus diarahkan pad a pencegahan terhadap anak yang akan dilahirkan agar tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Oleh karena itu pelayanan kesehatan dan gizi terhadap ibu hamil harus lebih diintensifkan. Termasuk juga meningkatkan keadaan gizi bagi calon ibu (orangtua) . Sehingga berimplikasi pula pada peningkatan status gizi kelompok umur lainnya dalam siklus kehidupan (anak usia sekolah, remaja dan dewasa).

Untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang sehat, kuat, cerdas dan berkualitas melalui upaya perbaikan gizi masyarakat tidak mungkin akan tercapai secara optimal bila hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan.

Dalam melaksanakan upaya perbaikan gizi masyarakat secara terintegrasi baik mulai dari

(65)

perumusan kebijakan , perencanaan program dan pelaksanaannya diperlukan koordinasi dan kerjasama yang harmonis dari berbagai sektor terkait.

(66)
(67)
(68)

LAMPIRAN 

_  • • •_  SEKILAS TANYA JAWAB 

TENTANG  GIZI 

f.

1lpa}jaYIJ climak.J'uJcfeYIJan!Jizi?

(69)

2.

:ltfa :;aflJ limak;uaIeflJan J'fafuJ'Jiz

i

?

Status glzl adalah ce rmi nan ukuran terpenuhinya kebutuhan glZI. Status gizi secara parsial dapat diukur dengan antropometri (pengukuran bagian te rtentu dari tubuh) atau bioki mia atau secara klinis.

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara asupan zat gizi dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses biologis.

Kurang gizi adalah keadaan yang diaki-batkan oleh kuran gnya intake zat gizi dibandingkan dengan kebutuhannya, sedangkan lebih gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh intake zat gizi yang ber-lebih dibandingkan dengan kebutuhannya. Keadaan gizi yang baik adalah jika intake zat gizi sesuai dengan kebutuhan . Oleh karena itu sering juga disebut dengan gizi seimbang .

:ltfJa

I1Qn.q

limah'ua IenJan inlikafor

J'fMuryizi'!

Indikator status gizi adalah tanda-tanda atau petunjuk yang dapat memberikan indikasi tentang keadaan keseimbangan antara asu pan (intake) zat gizi dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses biologis.

(70)

Indikator antropometri yang sering digu-nakan adalah 8erat 8adan menurut Umur (88/U) ,. Tinggi 8adan menurut Umur . (T8/U), 8 erat 8adan menurut Tinggi 8adan (88/T8). Indikator biokimia gizi antara lain kadar hemoglobin darah, kadar vitamin A serum , kadar ekskresi yodium dalam urine. Adapun tanda-tanda klinis antara lain tanda-tanda yang terlihat pada anak yang menderita kurang gizi berat, yaitu : marasmus, kwasiorkor, atau marasmus-kwasiorkor.

;t{pq

!jaYlj clima/vucf cfenaan maJ'afah

JfZJ?

J

Kurang Energi Protein (KEP)

Keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) dalam jangka waktu yang lama. Ciri fisik KEP adalah bila berat badan berada di bawah standar normal.

Kurang gizi akut

Kond isi kurang gizi yang diukur berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan dibandingkan dengan .standar, biasanya digunakan pada balita. Kurang gizi akut disebut juga kurus. 8ila berat badan anak di bawah berat bad an normal menurut tinggi badannya diklasifikasikan kurang gizi akut. Kurang gizi kronis

(71)

biasanya digunakan pada balita. Kurang gizi kronis disebut juga pendek yaitu bila tinggi badan anak lebih rendah daripada standar tinggi badan normal menurut umurnya.

Marasmik­kwasiorkor 

Bentuk gizi buruk yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama, dengan tanda dan gejala campuran dari beberapa gejala klinik kwasiorkor dan marasmus, disertai edema yang tidak mencolok .

(72)

Marasmus 

Bentuk gizi buruk yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalarn waktu yang eukup lama dengan tanda dan gejala tampak sangat ku rus, hingga tulang terbungkus kul it, wajah seperti orang tua, eengeng , rewel, kulit keriput , jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pada daerah pantat tampak seperti memakai/ eel ana longgar/" baggy pants"), perut eekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) , diare.

Kwasiorkor 

(73)

warna ram but jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, ron tok, perubahan status mental, apatis, dan rewel , pem besaran hati, otot mengecil (hipotrofi) , lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk, kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi cokelat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi , umumnya akut, anemia, dan diare.

Anemia gizi  besi 

(74)

Gangguan  akibat  kekurangan  yodium  (GAKY)

Secara klinis dapat didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan unsur iodium secara terus-menerus, dalam jangka waktu yang cukup lama atau kelainan akibat kekurangan iodi um pada berbagai tahapan kehidupan (dari janin hingga dewasa) di dalam suatu populasi yang dapat dicegah dengan mengoreksi kekurangan iodium. Tanda-tanda ini khas dengan dominasi defisiensi mental yang disertai manifestasi gangguan saraf pada organ ekstremitas, auditori , dan atau mata.

Kurang  vitamin  A 

Keadaan di mana simpanan vitamin A dalam tubuh yang sebagianbesar terdapat dalam hati menjadi sangat kurang, sehingga timbul tanda dan gejala fisik , klinis, dan subklinis yang dapat dideteksi. Gejalanya adalah buta senja, pada mata terdapat bercak Bitot, xerophthalmia, dan secara subklinis kadar vitamin Adarah kurang dari 20 J.lg/dL.

Kegemukan 

Suatu penyakit kronis dengan Clrl­Clrl 

(75)

Namun , berat badan saja tidak eukup karen a tinggi badan, bentuk dan besar rangka ikut menentukan berat badan. Pada berat badan yang sama bisa berbeda tingkat obesitas. Oi Indonesia dinilai dengan memakai indeks massa tubuh (IMT), berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter). disebut obesitas jika nilainya lebih dari 27,0. Kegemu kan merupakan indikator risiko terhad ap beberapa penyakit dan Kematian.

Kegemukan  perut 

Kegemukan yang dinilai dari rasio lingkar perut dibagi lingkar pinggul. Oapat pula dinilai hanya dari lingkaran perut saja. Oisebut mengalami obesitas sentral bila lingkaran perut lebih dari 90 em pad a laki-laki dewasa, dan lebih dari 80 em pad a wan ita dewasa . Kegemukan merupakan indikator risiko terhadap beberapa penyakit dan kematian .

(Sumber: Kamus Gizi, Persagi 2009)

(76)

badan (BBffB). Istilah status gizi yang digunakan berbeda antara satu indikator dengan indikator lainnya. Dalam menilai status gizi balita digunakan tabel standar pertumbuhan balita yang memuat nilai pertumbuhan normal dan nilai-nilai batas pengkategorian masalah status gizi. Menurut indikator BB/U status gizi anak dikategorikan dalam :

1. Gizi buruk atau berat badan sangat ku rang. bila berat bad an anak jauh berada di bawah batas normal berat badan menurut umur.

2. Gizi kurang .atau berat bad an kurang . bila berat badan anak berada tidak terlalu jauh di bawah batas normal be rat badan menurut umur.

3. Gizi baik atau be rat badan normal . bila berat bad an anak berada dalam batas normal berat badan menurut umur. 4. Gizi lebih atau berat badan lebih. bila

berat badan anak berada di atas batas normal berat badan menu rut umur. Menurut indikator BBffB status gizi anak dikategorikan dalam :

(77)

3. Normal, bila berat badan anak berada dalam batas normal berat badan menurut tinggi badannya.

4. Gemuk, bila berat badan anak berada di atas batas normal berat badan menurut tinggi badannya.

Menurut indikator TB/U status gizi anak dikategorikan dalam :

1 . Sangat pendek, bila tin ggi badan anak jauh berada di bawah batas normal tinggi badan badan menurut umurya. 2. Pendek, bila tinggi badan anak beradci

tidak terlalu jauh di bawah batas normal tinggi badan menu rut um urnya. 3. Normal , bila tinggi bad an anak berada

dalam batas normal tinggi badan menurut umurnya. Dalam hal ini tidak ad a kategori "sangat tinggi ", semua yang berada di atas normal digolongkan kedalam kategori normal.

6. M eYffla/J9 mflsafqh !Jizi

.

eli

indonesia

masffl

duk.

u

(1

bYIJJ1?

Sejak Indonesia mengalami krisis multi -dimensi  pertengahan  tahun  1997  dan  merebaknya isu  "Gizi  Buruk" atau  "Busung  Lapar"  terjadilah  pergeseran  pusat  per-hatian  pada  anak  gizi  buruk.  Kejadian  gizi  buruk menjadi isu  politik yang sangat kuat.  Sehingga upaya perbaikan  gizi  pada balita  terfokus  pad a  penanganan  anak  yang  ditemukan gizi buruk yang bersifat kuratif. 

(78)

lebih memfokuskan pada upaya kuratif terhadap anak yang mengalami gizi buruk, sedangkan upaya preventifnya tidak digalakkan. Masih banyak anak balita kita yang berdiri dalam antrian untuk menjadi gizi buruk, jadi seperti pepatah "sembuh satu tumbuh gizi buruk yang lain". Padahal dalam upaya penanggulangan masalah gizi buruk seperti yang termuat dalam pedoman yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes, mengisyaratkan pen-tingnya upaya Preventif-promotif disamping yang bersifat Kuratif. Sekarang ini upaya pelacakan dan pencarian anak gizi buruk seperti menjadi primadona upaya perbaikan gizi masyarakat.

7-

Menfla(la,. c1afJCJ'Xt terjadi masa{a.h qjzj

qandtl

{m(llala

'f(uICJnq

C/1ZJ

'tIan

"k..BjemukflnJ (la a anal( hafifa?

Sebanyak 3,1 juta dari sekitar 25 juta balita merupakan balita gem uk. Dari 3,1 juta balita gemuk ini terdapat 1,71 juta balita gemuk yang memiliki kond isi sebagai berikut: pendek dan berat badan menu rut umurnya (BB/U) normal. Ini merupakan fenomena yang kita kenai dengan balita "pendek-gemuk".

(79)

Indikator BB/U hanya dapat memberikan gambaran secara umum bahwa suatu daerah mengalami masalah gizi , tetapi tidak memberikan kejelasan tentang karakteristik masalah gizi yang dihadapi daerah tersebut, apakah sifatnya KRONIS , AKUT atau KRONIS-AKUT. Karakteristik Ini hanya dapat diketahui kalau kita memiliki indikator tinggi bad an menu rut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/ TB) .

Balita yang memiliki BB/U kurang belum berarti mem iliki masalah gizi akut (BB/ TB kurus) karena berat badannya sudah sesuai dengan tin ggi badannya. Anak ini bila menjadi targ et intervensi PMT atau MP-ASI akan bertambah cepat pertambahan berat badannya dibandingkan dengan pertambahan tin g,gi badannya, sehingga akan terjadi fenomena balita pendek-gemuk .

Ketidak-tepatan pemilihan balita sebagai sasaran intervensi merupakan salah satu penyebab terjadinya balita "pendek-gemuk".

8.

Nfenqana me."!qefahui ciri maJafah 3izi ferJffltH (lenfinJ?
(80)

sektor dengan sektor-sektor lain yang terkait dengan pembangunan kesejahteraan masyarakat.

Masalah gizi akut lebih terkait dengan masalah keku rangan asupan zat gizi dan masalah penyakit infeksi, sehingga penanganannya lebih banyak menjadi tanggung jawab sektor kesehatan.

Masalah kronis-akut memiliki implikasi dari kombinasi masalah gizi yang bersifat kronis dan masalah gizi yang bersifat akut.

9,

Menqapa flkhir-a{{hir ipi penanq;man

maJ'tirlah haTita ·pendek. me,alli iJ'IA

pentiYIJ?

Masalah balita ditentukan dengan indikator TB/U yang memberikan gambaran masalah gizi kronis.

Pertama:

Masalah balita pendek (kronis) memiliki implikasi penanganan yang luas dan bersifat lintas sektor maupun lintas program secara teri ntagrasi. Pelayanan kesehatan dan gizi harus mencakup seluruh siklus kehidupan manusia, utamanya ibu hamil , Wanita Usia Su bur (WUS), remaja agar anak yang lahir menjadi generasi peneru s akan terjamin status gizi, kesehatan dan intelektualnya. Sektor non-kesehatan (" beyond health") harus menjamin perubahan keadaan sosial-ekonomi masyarakat untuk dapat hidup sehat dengan keadaan pertu mbuhan dan perkembangan balita yang optimal.

(81)

tujuannya bukan hanya perbaikan status gizi balita tetapi juga perbaikan status gizi manusia lainnya yang bersiap-siap menjadi orangtua dan yang akan melahirkannya.

Kedua :

Masalah balita pendek di Indonesia merupakan masalah gizi tertinggi dengan prevalensi 37% (Riskesdas 2007), masih di atas batas WHO 20%.

Ketiga :

Hasil analisis data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa balita pendek menyumbang sebesar 72% terhadap prevalensi "underweight" nasional (berat badan kurang atau yang selama ini dikenal dengan istilah gizi kurang) . Demikian pula dalam hal kegemukan , balita pendek menyumbang sebesar 63% terhadap prevalensi nasional balita gem uk.

Keempat:

(82)

PER PUSTAKAA N 

セ@

DEPARTEMEN  KESEHATAN 

エセ@

REPUBLIK  INDONESIA 

Kセ i@ セセセセ@

11 111111 111111 111111111  11111 

Gambar

Gambar 11 .
Gambar 12. Instansi/sektor Yang Terkait Dengan

Referensi

Dokumen terkait

1) Nama penulis diketik dengan huruf kapital pada awal namanya dengan mencantumkan lebih dahulu nama keluarga atau marga yang ditulis lengkap dan dibubuhi tanda koma di

Induksi dihentikan pada hari ke-7 karena setelah data tekanan darah pasca induksi dianalisis statistik melalui uji anava dan uji Beda Nyata Terkecil (LSD) dengan nilai

Ditinjau dari sifatnya penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, yaitu penelitian yang langsung bertujuan untuk memberikan data

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan para ahli diatas, peneliti dapat Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan para ahli diatas, peneliti

Tata letak usulan opsi 3 merupakan modifikasi dari tata letak usulan opsi 2, dimana tata letak opsi 2 dalam penentuan jarak antar mesin dilakukan secara

Ini sesui dengan penelitian Yuningsih (2017) bahwa ada pengaruh yang signifikan terapi napas dalam terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien yang

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap variabel kinerja karyawan yang bekerja di

1) bagi siswa, dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori diharapkan mampu mendorong siswa untuk memposisikan dirinya sebagai peserta didik yang aktif