SKRIPSI
ANALISIS POTENSI PAJAK REKLAME DI
KOTA MEDAN
OLEH
GRACE MARIA SITINJAK
100501171
Program StudiEkonomi Pembangunan
DepartemenEkonomi Pembangunan
FakultasEkonomi
Universitas Sumatera Utara
Medan
ABSTRAK
ANALISIS POTENSI PAJAK REKLAME DI KOTA MEDAN
GRACE MARIA SITINJAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar jumlah Potensi Pajak
Reklame di Kota Medan, , kontribusi pajak reklame terhadap pendapatan asli daerah, dan efektifitas pemungutan oleh DISPENDA Kota Medan. Penelitian ini
menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi pajak reklame yang dimiliki Kota Medan untuk tahun 2009 sampai 2013 mengalami peningkatan tiap tahunnya dengan rata-rata peningkatan 17,9%, namun masih terdapat potensi yang belum tergali secara optimal. Untuk tahun 2009 -2013 Kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah mengalami penurunan tiap tahunnya dengan rata-rata 3,2% dan kriteria kontribusi sangat kurang, namun terjadi peningkatan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2013. Pemungutan pajak reklame yang dilakukan oleh pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan pada tahun 2009 telah efektif karena mampu melebihi target yang telah ditetapkan. Namun pada tahun 2010-2013 pemungutan pajak reklame yang dilakukan oleh pihak DISPENDA tergolong tidak efektif. Secara keseluruhan efektifitas
pemungutan pajak reklame oleh DISPENDA Kota Medan tergolong kurang efektif dengan rata-rata efektifitas 67,66%
ABSTRACT
THE POTENTIAL ANALYSIS OF ADVERTISEMENT TAX IN MEDAN
GRACE MARIA SITINJAK
This research aims to determine number of advertisement tax potential in Medan, , advertisement tax contribution to local income , the effectiveness of the collection . Methode this research using descriptiveanalysis. Result from the studies showed that the potential of advertisement tax in Medan for 2009 until 2013 has increased in every year with an average increase of 17,9%, but there is still untapped potential optimally. In 2009 -2013, the contribution of advertisement tax for Local Taxes and Income has reduction in every year with an average 3,2% withthe criteria ofcontributionis veryless, but there is increased of the contribution to the Local Tax and Income in 2013. Advertisement tax collection by DISPENDA of Medan has been effective in 2009 because it can exceed the target. But for 2010 until 2013
advertisement tax collection by DISPENDA of Medan relativelyineffective. Because it can’t exceed the target. Overall effectiveness ofthe advertisement
taxcollectionbyDISPENDA of Medan relativelylesseffectivewithan average of67.66% effectiveness.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan karuniaNya penulis dapat diberi kesabaran dan kekuatan dalam penulisan
skripsi ini sehingga dapat terselesaikan guna memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi di Departemen Ekonomi Pembangunan Falkutas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara .
Adapun judul skripsi ini adalah “ Analisis Potensi Pajak Reklame Di Kota
Medan “
Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orangtua
tercinta Ayahanda Taronggal Sitinjak dan Ibunda Nurmida Br Sihombing, serta
saudara-saudara tercinta penulis Veronika Vini Vidi Vici Sitinjak dan Arie Van
Diemen yang banyak membantu penulis baik dalam hal materi, dukungan, dan
doa serta seseorang yang tetap setia membantu dan memberi semangat dalam
penyelesaian skripsi ini Ian Pasaribu.
Dalam kesempatan ini penulis juga mengucakan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian
skripsi ini baik dalam dukungan, bimbingan, motivasi serta doa dalam pengerjaan
skripsi ini terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE., M.Ec., Ak., selaku Dekan Falkutas
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo , SE, M.Ec., selaku ketua, dan Bapak Syahrir
Hakim Nasution, M.si, Selaku sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan
Falkutas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.S, Ph.D, selaku Ketua dan Bapak Paidi
Hidayat, SE, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan
S1 Falkutas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra.Raina Linda Sari, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan
masukan, petunjuk dan bimbingan mulai dari awal pengerjaan sampai dengan
selesainya skripsi ini.
5. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si dan Bapak Haroni Doli Hamoraon Ritonga,
SE,M.Si, selaku Dosen Pembanding yang telah memberi banyak saran dan
masukan dalam rangka penyempurnaan penyusunanan skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Falkutas ekonomi terkhusus Departemen
Ekonomi Pembangunan atas pengajaran, bimbingan, dan bantuannya kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan dan membantu dalam penyelesaian
skripsi.
7. Pimpinan dan staf pegawai Dinas Pendapatan dan Dinas Pertamanan Kota
Medan yang telah banyak memberikan bantan dalam penelitian terutama
8. Teman-teman seperjuangan didalam masa pengerjaan skripsi serta
teman-teman Ep 2010. Serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satupersatu yang
telah banyak membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini.
penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan
mahasiswa dan bagi para pembaca sekalian. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih
Medan, Juli 2014
Penulis
Grace Maria
SitinjakNIM:
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar isi……… i
Daftar Tabel……….. v
Daftar Gambar………... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……… 1
1.2 Perumusan Masalah……… 10
1.3 Tujuan Penelitian……… 11
1.4 Manfaat Penelitian……… 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Otonomi Daerah……….. 13
2.1.2 Keuangan Daerah……… 14
2.1.3 Pendapatan Asli Daerah……….. 14
2.1.4 Pajak……… 15
2.1.4.1 Pengertian Pajak……… 15
2.1.4.2 Tujuan dan Fungsi Pajak……… 17
2.1.4.3 Pengelompokan Pajak……… 18
2.1.4.4 Unsur-Unsur dan Ciri-ciri Pajak……… 21
2.1.6 Pajak Daerah……….... 23
2.1.7 Pajak Reklame………... 30
2.1.7.1 Pengertian Pajak Reklame………... 30
2.1.7.2 Dasar Hukum Pajak Reklame……….. 31
2.1.7.3 Objek Pajak Reklame……….. 32
2.1.7.4 Tarif Pajak dan Dasar Pengenaan Pajak………. 36
2.1.8 Perhitungan Pajak Reklame……… 38
2.1.9 Pengertian Potensi ………..……… 41
2.1.10 Pengertian Efektivitas……… 42
2.2 Penelitian Terdahulu……… 43
2.3 Kerangka Konseptual……….. 44
2.4 Hipotesis Penelitian………. 46
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian……… 47
3.2 Ruang Lingkup Penelitian………... 47
3.3 Lokasi Penelitian………. 47
3.4 Defenisi Operasional .……… 48
3.5 Batasan Operasional .……….…… 48
3.6 Jenis dan Sumber Data……… 49
3.7 Metode Analisis……….. 49
3.7.2 Analisis Kontribusi Pajak Reklame Terhadap Pendapatan
Asli Daerah….………. 50
3.7.3 Analisis Efektifitas Pemungutan Pajak Reklame yang dilakukan DISPENDA Kota Medan ………. 51
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian……… 53
4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan Ruang Lingkup Peneliti…………. 53
4.1.2 Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan……….. 54
4.1.2.1 Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.……… 54
4.1.2.2 Visi & Misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ……… 55
4.1.2.3 Tugas dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan …55 4.1.2.4 Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan……… 56
4.1.2.5 Proses Pengurusan Izin reklame/ Merek Usaha...………… 57
4.2 Hasil Analisis dan Pembahasan ……… 58
4.2.1 Analisis Potensi Pajak Reklame di Kota Medan……… 58
4.2.2 Analisis Kontribusi Pajak Reklame di Kota Medan terhadap PendapatAsli Daerah Kota Medan……… 78
4.2.3 Analisis Efektifitas Pemungutan Pajak Reklame yang dilakukan oleh DISPENDA Kota Medan ………. 81
4.2.3.2 Analisis Efektifitas Perbandingan Target Pajak Reklame dan
Realisasi Pajak Reklame……….... 85
4.2.3.3 Analisis Efektifitas Perbandingan Realisasi, Target dan Potensi
Pajak Reklame……….……….…
88
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ……….……….………… 92
5.2 Saran……….……….……… 94
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan DISPENDA Kota Medan dari Pajak
Reklame dan Kontribusinya terhadap PAD ……… 8
Tabel 2.1 Pajak Propinsi……… 25
Tabel 2.2 Pajak Kabupaten/Kota……… 25
Tabel 2.3 Pajak Reklame Menurut Perda No.11 Tahun 2011………. 35
Tabel 4.1 Penggolongan Jenis Reklame & Jumlah Reklame tahun 2009-2013…… 59
Tabel 4.2 Analisis Ukuran Potensi Pajak Reklame Kota Medan tahun 2009-2013 ..62
Tabel 4.3 Potensi Pajak Reklame Kota Medan Tahun 2009……… 66
Tabel 4.4 Potensi Pajak Reklame Kota Medan Tahun 2010……… 68
Tabel 4.5 Potensi Pajak Reklame Kota Medan Tahun 2011……… 70
Tabel 4.6 Potensi Pajak Reklame Kota Medan Tahun 2012……… 72
Tabel 4.7 Potensi Pajak Reklame Kota Medan Tahun 2013……… 74
Tabel 4.8 Potensi Pajak Reklame Kota Medan Tahun 2009-2013……… 76
Tabel 4.9 Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame terhadap Pendaapatan Asli Daerah Kota Medan……… 78
Tabel 4.11 Tingkat Efektifitas Perbandingan Realisasi Pajak Reklame & Potensi
Pajak Reklame Kota Medan Tahun 2009-2013……… 82
Tabel 4.12 Tingkat Efektifitas Perbandingan Realisasi Pajak Reklame & Target Pajak
Reklame Kota Medan Tahun 2009-2013……….…………... 85
Tabel 4.13 Tingkat Efektifitas Perbandingan Realisasi Pajak Reklame, Target Pajak
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual……….……… 46
Gambar 4.1 Grafik Kontribusi Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota
Medan Tahun 2009-2013……….……... 79
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Potensi dan Realisasi Pajak Reklame …….….. 82
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Target dan Realisasi Pajak Reklame …….….. 86
ABSTRACT
THE POTENTIAL ANALYSIS OF ADVERTISEMENT TAX IN MEDAN
GRACE MARIA SITINJAK
This research aims to determine number of advertisement tax potential in Medan, , advertisement tax contribution to local income , the effectiveness of the collection . Methode this research using descriptiveanalysis. Result from the studies showed that the potential of advertisement tax in Medan for 2009 until 2013 has increased in every year with an average increase of 17,9%, but there is still untapped potential optimally. In 2009 -2013, the contribution of advertisement tax for Local Taxes and Income has reduction in every year with an average 3,2% withthe criteria ofcontributionis veryless, but there is increased of the contribution to the Local Tax and Income in 2013. Advertisement tax collection by DISPENDA of Medan has been effective in 2009 because it can exceed the target. But for 2010 until 2013
advertisement tax collection by DISPENDA of Medan relativelyineffective. Because it can’t exceed the target. Overall effectiveness ofthe advertisement
taxcollectionbyDISPENDA of Medan relativelylesseffectivewithan average of67.66% effectiveness.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Sebagai sebuah Negara yang berkembang Indonesia memiliki fungsi untuk
mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Untuk mewujudkan hal tersebut
alokasi yang efisien dan efektif dalam pengelolaan potensi dan sumber daya yang ada
sangat diperlukan.Pembangunan merupakan upaya pemanfaatan segala potensi yang
ada dimasing-masing daerah, oleh karena itu pembangunan lebih diarahkan ke
daerah-daerah,sehingga pelaksanaan pembangunan tersebut diserahkan langsung pada
tiap-tiapdaerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri (Ghofir, 2000). Untuk itu
tahun2000 diberlakukan otonomi daerah yang ditandai dengan dikeluarkannya
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undang-Undang No.
32 tahun2004. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban Daerah
Otonom untukmengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakatsetempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Suparmoko,
2001).
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah
daerahdan masyarakat bersama-sama mengelola sumber daya yang ada dan
membentuksuatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk
menciptakansuatu lapangan kerja baru yang merangsang perkembangan kegiatan
ekonomi dalamwilayah tersebut (Lincolin Arsyad, 1997) dalam (Dini, 2010).Namun
menjadi tugas dari pemerintah pusat saja, namun juga menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah (otonomi daerah). Munculnya otonomi daerah ini mengakibatkan
terjadinya pergeseran paradigma dari sistem pemerintah sentralisasi kepada sistem
pemerintahan yang desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan terhadap
daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang bertanggung jawab, untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat dan kepentingan rumah tangganya sendiri
sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Untuk
otonomi daerah yang terbagi dalam daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah
kota yang bersifat otonom sesuai dengan ketentuan pasal 1 huruf 1 dalam Undang –
UndangNo 32 Tahun 2004 dirumuskan bahwa : “Daerah Otonom”, selanjutnya
disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah
tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dalam ikatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.Artinya daerah otonom harus memiliki
kemampuan untuk mengatur dan mengurus sendiri rumah tangganya melalui
sumber-sumber pendapatan yang dimiliki yang meliputi semua kekayaan yang dikuasai oleh
daerah dengan batas-batas kewenangan dan selanjutnya digunakan untuk membiayai
semua kebutuhan dalam rangka penyelenggaraan urusan rumah tangganya sendiri.
Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan
pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat
diandalkan.Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak
2001.Dengan adanya otonomi daerah dipacu untuk dapat berkreasi mencari sumber
penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan pengeluaran daerah.
Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Program Pembangunan
Nasional,menegaskan bahwa program penataan pengelolaan keuangan daerah
secaraprofesional, efisien, transparan, dan bertanggung jawab.Sasaran yang ingin
dicapaiadalah semakin meningkatnya proporsi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
secarasignifikan dalam pembiayaan bagi kegiatan pelayanan masyarakat dan
pembangunan.
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004 pasal 157 tentang
PemerintahDaerah, sumber pendapatan tetap yang digunakan untuk membiayai
berbagaikegiatan Daerah Otonom terdiri dari:
1. Pendapatan Asli Daerah
2. Dana Perimbangan
3. Lain-lain Pendapatan Yang Sah
Dalam pelaksanaan otonomi daerah, sumber keuangan yang berasal dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih penting dibandingkan dengan sumber-sumber
diluar Pendapatan Asli Daerah (PAD), karena Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat
dipergunakan sesuai dengan prakarsa dan inisiatif daerah sedangkan bentuk
pemberian pemerintah (non PAD) sifatnya lebih terikat. Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah bersumber pada pendapatan daerah terdiri atas pendapatan asli
daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,
sah.Selain PAD, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Sedangkan yang paling potensial berupa pemasukan dari sektor pajak daerah dan
retribusi daerah yang tetapkan dengan Undang-Undang yang pelaksanaannya
didaerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan daerah.
Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,Pendapatan Asli Daerah terdiri dari:
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, yang bersumber dari:
a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah (BUMD).
b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara (BUMN).
c. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta.
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah, bersumber dari:
a. Hasil penjualan aset daerah.
b. Penerimaan jasa giro.
c. Penerimaan bunga deposito.
d.Denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
Pada pengertian lain pemerintah daerah dilarang melakukan pungutan atau
dengan sebutan lain di luar yang telah ditetapkan Undang-Undang.Pemberlakuan
Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang
No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
sesungguhnya. Peran Pemerintah Daerah dalam era ekonomi sangat besar karena
dituntut kemandiriannya dalam melaksanakan fungsi dan memberlakukan
pembiayaan atas seluruh kegiatan daerah. Pemerintah Daerah juga diharapkan
mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan memaksimalkan
potensi sumber-sumber daya daerah, selain itu pemerintah daerah juga dituntut untuk
mampu mengatur pengelolaan dana dan sumber daya yang tersedia dengan seefisien
dan seefektif mungkin. Pendapatan Asli Daerah dapat diperoleh dengan
mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan pajak daerah yang dikelola ataupun
yang berpotensi untuk dipungut pajak daerah agar dapat digunakan secara efisien dan
efektif.
Pajak mempunyai mempunyai peranan penting dalam membiayai keperluan
Negara maupun daerah. Ditinjau dari lembaga pemungutannya pajak dibedakan
menjadi dua , yaitu pajak pusat ( disebut juga pajak Negara ) dan pajak daerah.
Pajak Pusat (Negara) pertama kali dilaksanakan di Indonesia pada tahun 1983,
sedangkan pajak daerah dan restribusi daerah pertama kali baru dilakukan pada
tahun 1997. Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Agus Setiawan,dkk,2006).
Pajak daerah ini digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah daerah dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) masing-masing,yang gunanya
untuk membiayai urusan rumah tangga daerah dan untuk membiayai pengeluaran
Salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah yang mempunyai kontribusidan
potensi terbesar di Kota Medan adalah pajak daerah.Pajak Daerah merupakansumber
pendapatan yang dapat dikembangkan berdasarkan peraturan-peraturan pajakyang
diterapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tanggapemerintah
daerah tersebut (Syuhada Sofian, 1997) dalam (Dini: 2010)
Sebagai salah satu sumber utama dalam pembiayaan urusan rumah tangga,
pajak daerah mendapat perhatian khusus dalam pengelolaannya. Hal ini terlihat dari
banyaknya penggunaan jasa yang disediakan oleh pemerintah kepada orang pribadi
maupun pihak swasta, sehingga pemerintah memiliki peluang dalam
mengoptimalisasikan pemungutan pajak daerah secara maksimal.
Kota Medan adalah Ibu kota Provinsi Sumatera Utara,Indonesia. Kota Medan
memiliki luas 26.510 Hektar (1265,10 km2) atau 3,6 % dari keseluruhan luas wilayah
Sumatera Utara. Dengan demikian dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya,
Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk
yang relatif besar. Secara geografis Kota Medan terletak pada 30 30’– 3043’ Lintang
Utara dan 98035’ – 98044’ Bujur Timur. Sebagai daerah yang pada pinggiran jalur
pelayaran Selat Malaka,maka Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu
masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa baik perdagangan domestik maupun
luar negeri (ekspor-impor). Tentu dalam perdagangan dibutuhkan wadah
untukpemasaran produk lewat media cetak maupun media elektronik mengingat
jumlah penduduk Kota Medan yang relatif besar dan berpotensi sebagai konsumen
dijadikan sebagai modal besar bagi pengguna sektor perdagangan dan salah satu yang
paling diminati oleh pengguna adalah pemasaran lewat media reklame.Media reklame
ini dianggap sebagai pilihan paling alternatif dalam pemasaran karena dianggap
menguntungkan dan sangat efektif. Reklame dianggap mampu menarik calon
konsumen karena reklame dapat diakses oleh berbagai pihak. Hal ini menjadikan
reklame sebagai salah satu yang harus diperhatikan oleh pemerintah, baik dalam hal
pemberian aturan dan tarif pemasangan reklame yang diatur oleh undang-undang
maupun peraturan daerah.
Menurut Siahaan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal
1 angka 26 dan 27 , Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame
.Menurut Perda Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame,Reklame
adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnyadirancang
untuk tujuan komersial, memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan,
atauuntuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa orang atau badan yang
dapat dilihat,dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.
Realisasi pajak reklame setiap tahunnya masih cukup kecil dibanding jenispajak lain
yaitu rata-rata sebesar 24.343.255. Hal ini membuktikan bahwa pajakreklame bukan
merupakan pajak unggulan di Kota Medan. Tetapi cukup menarikuntuk diteliti,
melihat kenyataan di lapangan reklame banyak ditemukan reklame-reklame di tempat
umum, namun masih saja kecil sumbangannya rata-rata hanya 4,0 % terhadap PAD.
Kenyataan ini dapat dilihat pada Tabel 1.1:
Realisasi Penerimaan Dinas Pendapatan Kota Medan Dari Pajak Reklame dan Kontribusinya Terhadap PAD
Tahun
Sumber : Diolah sendiri
Pajak Reklame dapat memberikan kontribusi tersendiri terhadap penerimaan
pendapatan asli daerah (PAD), hal ini terlihat pada penerimaan Pajak Reklame Kota
Medan di tahun 2011 mampu memberikan kontribusi sebesar Rp. 26.757.363.691,-
dari target sebesar Rp.48.161.250.000,- artinya realisasi penerimaan Dinas
Pendapatan Kota Medan terhadap Pajak Reklame adalah 55,6% .Pada tahun 2012
sebesar Rp. 25.954.919.442,7,- dari target sebesar Rp.64.161.250.000,- artinya
realisasi penerimaan Dinas Pendapatan Kota Medan terhadap Pajak Reklame adalah
40,45% dan tahun 2013 sebesar Rp. 22.648.466.759,7,- dari target sebesar Rp
69.161.250.000,- artinya realisasi penerimaan Dinas Pendapatan Kota Medan
terhadap Pajak Reklame adalah 32,75%.Sehingga pemerintah diharap dapat
mengoptimalkan objek pajak ini guna menambah pendapatan asli daerah (PAD) yang
akan digunakan untuk membiayai kegiatan rutin pemerintahan dan membiayai
pembangunan.Sebagai sumber penerimaan yang dapat memberikan kontribusi
tersendiri terhadap pendapatan asli daerah di kota Medan, pemerintah diharap mampu
mengoptimalkan potensi yang dimiliki pajak reklame. Namun dalam
medan yang dari tahun ke tahun semakin menurun, yakni pada tahun 2011 berkisar
55,6% menurun 15,15 % menjadi 40,45 % pada tahun 2012, kemudian menurun 7,7
% pada tahun 2013 menjadi 32,75 %. Hal tersebut menyiratkan bahwa potensi pajak
reklame Kota Medan sebenarnya cukup besar , dilihat dari target penerimaan pajak
reklame Kota Medan selalu meningkat setiap tahunnya.
Bila dilihat dari kontribusinya bagi Pajak Daerah, Pajak Reklame sebagaisalah
satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang berpotensi dan dapat
dilakukanpemungutan secara efisien dan efektif sehingga dapat lebih berperandalam
usaha peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota Medan. Menurut(Marihot
P.Siahaan dan Ahmad Sofyan : 2005) dalam (Dini: 2010), pemasukan dari pajak
reklame didapatdari nilai sewa reklame yang dipasang dengan tarif sewa reklame
berdasarkan darilokasi pemasangan reklame, lamanya pemasangan reklame, dan jenis
ukuran reklame.Pihak-pihak yang menggunakan jasa reklame dari bidang pendidikan,
industri,perhotelan, hiburan, bank-bank dan lembaga keuangan, transportasi,
komunikasi danpihak pemerintah.
Hal yang menjadi kendaladalam pencapaian target pajak reklame di kota
Medan, salah satu faktor penyebabnya adalah masih banyaknya reklame-reklame
illegal yang bertebaran di jalan dan tidak taat pajak.Masih ada industri atau usaha
kecil yang belum membayar pajak, tidak membayar pajak, tidak memiliki izin
pemasangan reklame dan juga dikarenakan masa tayangnya sudah habis oleh karena
itu akan dilakukan penertiban reklame.Selain banyaknya reklame illegal, faktor
memungut pajak reklame sudah melaksanakan tugasnya dengan baik atau malah
sebaliknya aparat tersebutlah yang justru membuat pencapaian target penerimaan
realisasi pajak reklame tidak tercapai. Disamping itu kesadaran masyarakat maupun
oknum industri yang berkepentingan dalam membayar pajak reklame juga masih
perlu ditingkatkan agar target yang telah ditetapkan tercapai. Agar reklame-reklame
illegal menjadi reklame yang taat pajak sehingga dapat mencapai target yang telah
ditetapkan dan meningkatkan PAD yang akan digunakan dalam membangun Kota
Medan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memutuskan untuk melakukan
penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Potensi Pajak Reklame di
Kota Medan”.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam pelaksanaan daerah otonom, tentu Kota Medan memerlukan biaya
yang relatif besar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya sendiri. Untuk itu
pemerintah Kota Medan perlu untuk meningkatkan pendapatan daerah terutama yang
bersumber dari pajak daerah .salah satunya adalah Pajak Reklame. Besarnya
penerimaan Pajak Reklame pada dasarnya tergantung pada kesiapan daerah dan
potensi daerah tersebut. Di samping itu partisipasi dan peran serta masyarakat akan
sangat mendukung keberhasilan pelaksanaan pajak reklame khususnya wajib pajak
reklame. Berdasarkan uraian latar belakang maka permasalahan yang dihadapi
ketidakstabialanpertumbuhan pajak reklame dan kontribusi pajak reklame terhadap
PAD.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti
mengemukakan pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Seberapa besar potensi pajak reklame Kota Medan sebagai salah satu
Pendapatan Asli Daerah ?
2. Seberapa besar kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kota Medan ?
3. Apakah pemungutan pajak reklame Kota Medan yang dilakukan
DISPENDA Kota Medan tahun anggaran periode 2009-2013 sudah
efektif?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui besarnya potensi pajak reklame sebagai salah satu
pendapatan asli daerah Kota Medan.
2. Untuk mengetahui besar kontribusi pajak reklame tehadap Pendapatan
Asli Daerah Kota Medan.
3. Untuk mengetahui tingkat efektifitas pemungutan pajak reklame yang
dilakukan DISPENDA Kota Medan selama tahun anggaran 2009-2013.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang berkaitan dengan
pengoptimalisasian potensi pajak reklame secara efektif dalam rangka
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD) Kota Medan.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah terutama aparat
Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan untuk meningkatkan pemungutan
serta pengelolaan pajak reklame sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Otonomi Daerah
Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas
desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada Daerah untuk menyelenggarakan Otonomi
Daerah. Karena itu, Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, antara lain menyatakan
bahwa pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk
dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Prinsip
penyelenggaraan pemerintah daerah adalah :
• Digunakannya asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.
• Penyelenggaraan asas desentralisasi secara utuh dan bulat yang dilaksanakan
di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
• Asas tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan di Daerah Propinsi , Daerah
Kabupaten , Daerah Kota dan Desa.
Selanjutnya keuangan daerah harus dilaksanakan denganpembukuan yang terang
dan rapi dan pengurusan keuangan secara sehat termasuk sistem
admininstrasinya.
Pasal 37 Undang-Undang mengenai Keuangan Daerah menyebutkan bahwa
a. Pajak daerah dan retribusi
b. Pendapatan hasil perusahaan daerah
c. Pajak Negara yang diserahkan pada daerah
d. Dan lain-lain (seperti pinjaman, subsidi penjualan, atau penyewaan
barang-barang milik daerah)
2.1.2 Keuangan Daerah
Undang-Undang No,22 Tahun 1999 menekan pada otonomi daerah , maka
peneyelenggaraan keuangan daerah diatur sbb :
a. Untuk meneyelenggarakan Otonomi Daerah yang luas, nyata, dan
bertanggungjawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber
keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah serta antara propinsi dan Kabupaten/Kota yang
merupakan prasyarat dalam sistem Pemerintahan Daerah.
b. Dalam rangka menyelenggarakan Otonomi Daerah Kewenangan keuangan
yang melekat pada setiap kewenangan pemerintahan menjadi kewenangan
Daerah.
2.1.3Pendapatan Asli Daerah
Definisi Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 adalah:
“Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang
diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan
Sumber Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 pasal 6 ayat (1) yaitu sebagai berikut:
a. pajak daerah;
b. retribusi daerah;
c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
d. lain-lain PAD yang sah.
Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 pasal 6 ayat (2) meliputi:
a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
b. jasa giro;
c. pendapatan bunga;
d. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.
2.1.4 Pajak
2.1.4.1 Pengertian Pajak
Pengertian Pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Pasal 1 Angka 1 adalah:
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Definisi pajak juga dikemukakan oleh Andriani (Bohari, 2012:23)
adalah:
“Pajak adalah iuran pada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas pemerintah”.
Definisi lain dikemukakan oleh Soemitro (Bohari, 2012:24) adalah:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal
(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum”.
Definisi tersebut kemudian disempurnakan sebagai berikut.
“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas
negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan ‘surplus-nya’ digunakan untuk
‘public saving’ yang merupakan sumber utama untuk membiayai ‘public
investment’”.
Melihat beberapa definisi pajak di atas, penulis akhirnya
menyimpulkan bahwa pajak merupakan iuran wajib masyarakat kepada
negara yang dalam pemungutannya dapat dipaksakan namun tidak memberi
pajak menjadi sumber penerimaan utama dalam membiayai pengeluaran rutin
pemerintah yang nantinya secara tidak langsung juga ditujukan kepada
masyarakat.
2.1.4.2 Tujuan dan Fungsi Pajak
Secara umum tujuan yang dapat dicapai dari diberlakukannya pajak
adalahuntuk mencapai kondisi meningkatnya ekonomi suatu negara yaitu (1)
untukmembatasi konsumsi dan dengan demikian mentransfer sumber dari
konsumsi keinvestasi. (2) untuk mendorong tabungan dan menanam modal.
(3) untuk mentransfersumber dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah
sehingga memungkinkanadanya investasi sumber dari tangan masyarakat ke
tangan pemerintah sehinggamemungkinkan adanya investasi pemerintah. (4)
untuk memodifikasi pola investasi. (5) untuk mengurangi ketimpangan
ekonomi dan (6) untuk memobilisasi surplusekonomi (R. Nurkse, 1971)
dalam (Dini, 2010).
Pajak dilihat dari fungsinyamenurut (Suparmoko, 1992; Munawir,
1992; Guritno, 1992 dan 1994) dalam (Dini: 2010) mempunyaidua fungsi:
1. Fungsi Budgeter (penerimaan negara)
Pajak berfungsi budgeter artinya pajak bersifat konstraksi terhadap
danamasyarakat dan memberikan kontribusi sebesar-besarnya untuk
APBN,sedangkan sisi lain APBN yaitu sisi belanja atau pengeluaran
dengan cara ekstensifikasimaupun intensifikasi pemungutan pajak melalui
penyempurnaan peraturanberbagai jenis pajak.
2. Fungsi Regulereend (pengatur)
Pada fungsi regulereend, pajak dimaksudkan untuk mengatur
perekonomian yang sesuai dengan kebijakan pemerintah, artinya pajak
dapat digunakan olehpemerintah sebagai alat untuk menjalankan
perannya.Peran pemerintah dalamarti luas adalah mengatur
kegiatan-kegiatan produsen dan konsumen mencapaitujuan masing-masing.
2.1.4.3Pengelompokan Pajak
Menurut (S. Munawir, 2000) dalam (Irma, 2014) dalam hukum pajak
terdapat berbagaipembedaan jenis-jenis pajak yang terbagi dalam
golongan-golongan besar.Pembedaan dan pengelompokan ini mempunyai fungsi yang
berlainan pula. Berikutadalah penggolongan pajak:
1. Pengelompokan Pajak Menurut Golongannya
Dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Pajak Langsung
adalah pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak
yangbersangkutan, tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain, atau
menurutpengertian administrasif pajak yang dikenakan secara periodik
atau berkala dengan menggunakan kohir. Kohir adalah surat ketetapan
jumlah pajaknya yangterhutang, yang merupakan dasar dari penagihan.
Misalnya: PajakPenghasilan.
b. Pajak Tidak Langsung
adalah pajak yang oleh si penanggung dapat dilimpahkan kepada orang
lain,atau menurut pengertian administratif pajak yang dapat dipungut
tidak dengankohir dan pengenaanya tidak secara langsung periodik
tergantung adatidaknya peristiwa atau hal yang menyebabkan
dikenakannya pajak, misalnya:Pajak Penjualan, Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa.
2. Pengelompokan Pajak Menurut Sifatnya
Dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Pajak Subjektif
adalah wajib pajak yang memperhatikan pribadi wajib pajak
pemungutannyaberpengaruh pada subjeknya, keadaan pribadi wajib
pajak dapatmempengaruhi besar kecilnya pajak yang harus dibayar.
Misalnya: PajakPenghasilan.
b. Pajak Objektif
adalah pajak yang tidak memperhatikan wajib pajak, tidak memandang
siapapemilik atau keadaan wajib pajak, yang dikenakan atas objeknya.
Misalnya:Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
3. Pengelompokan Pajak Menurut Lembaga yang Memungut
a. Pajak Pusat atau Negara
adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat yang
penyelenggaraannyadi daerah dilakukan oleh inspeksi pajak setempat
dan hasilnya digunakanuntuk pembiayaan rumah tangga negara pada
umumnya, yang termasuk dalampajak yang dipungut oleh Pemerintah
Pusat adalah:
1. Pajak yang dikelola oleh inspektorat jendral pajak, misalnya:
PajakPenghasilan, pajak kekayaan, pajak pertambahan nilai barang
dan jasa,pajak penjualan barang mewah, bea materai, IPEDA, bea
lelang.
2. Pajak yang dikelola direktorat moneter, misalnya : pajak minyak
bumi.
3. Pajak yang dikelola direktorat jendral bea cukai, misalnya : bea
masuk, pajak eksport.
b. Pajak Daerah
adalah pajak yang dipungut oleh Daerah beradasarkan
peraturan-peraturanpajak yang ditetapkan oleh Daerah untuk kepentingan
pembiayaan rumahtangga di daerahnya, misalnya : pajak radio, pajak
2.1.4.4 Unsur-unsur dan Ciri-ciri Pajak
Unsur adalah sesuatu yang harus ada supaya sesuatu itu ada. Maka
dapatdisebutkan unsur-unsur pajak adalah (Rochmat Soemitro, 1990)
dalam (Irma, 2014):
1. Adanya penguasaan pemungut pajak
2. Adanya subjek pajak
3. Adanya objek pajak
4. Adanya masyarakat atau kepentingan umum
5. Adanya surat ketetapan pajak (SKP)
6. Adanya Undang-Undang pajak yang mendasari
Ciri adalah apa yang tampak dari luar kepada kita melalui panca indera.
Ciri-ciriyang melekat pada pajak (Ahmad Tjahjono dan M. Fakhir Husein,
2000):
1. Pajak dipungut oleh negara (pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah),berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaanya.
2. Dalam pembayaran pajak-pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontra
prestrasiindividu oleh pemerintah atau tidak ada hubungan langsung antara
jumlahpembayaran pajak dengan kontra prestasi secara individu.
3. Penyelenggaraan pemerintah secara umum merupakan kontra prestasi
4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran–pengeluaran pemerintah, yang bila
daripemasukannya surplus, dipergunakan untuk membiayai public
invesment.
5. Pajak dipungut disebabkan adanya suatu keadaan, kejadiaan dan
perbuatan yangmemberikan kedudukan tertentu pada seseorang.
6. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak budgeter yaitu mengatur.
2.1.5 Sumber – Sumber Pendapatan Daerah
Sumber pendapatan daerah diartikan secara luas, artinya sumber pendapatan
tidak hanya meliputi Pendapatan Asli Daerah tetapi termasuk pula sumber
pendapatan daerah yang berasal dari penerimaan pajak dari Pusat atua lainnya
yang berbentuk subsidi untuk keperluan pembangunan daerah.Dengan berlakunya
otonomi daerah maka mengharuskan pemerintah daerah untuk mengurus sendiri
urusan rumah tangganya termasuk pembiayaan terhadap pembangunan
daerahnya. Artinya, pemerintah daerah dituntut untuk mandiri dalam mengurus
dan memaksimalkan penerimaan daerahnya, termasuk memaksimalkan PAD dan
pajak daerah di darah otonom bersangkutan.
Sumber-sumber Penerimaan Daerah untuk melaksanakan azas desentralisasi
terdiri atas Pendapatan Daerah dan Pembiayaan (pasal 5 Undang-undangNomor
33 tahun 2004). Sedangkan Pendapatan Daerah itu sendiribersumber dari:
1. Pendapatan Asli Daerah.
2. Dana perimbangan .
Masih menurut Undang-undang ini,pasal 6 disebutkan bahwa sumber-sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah terdiri dari:
a. Hasil pajak daerah.
b. Hasil retribusi pajak daerah.
c. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan dan,
d. Lain-lain PAD yang sah.
Selanjutnya Dana Perimbangan terdiri dari:
a. Dana bagi hasil.
b. Dana alokasi umum.
c. Dana alokasi khusus.
2.1.6 Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah
daerahberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan
pasal 1 undang nomor 34 tahun 2000 tentang perubahan
Undang-undangNomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, yang
dimaksud dengan pajakdaerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib
yang dilakukan oleh orangpribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yangdapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yangdigunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembanguandaerah.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki
1. Iuran dari rakyat kepada negara, bahwa yang berhak memungut pajakhanyalah
negara dan iuran tersebut berupa uang (bukan barang).
2. Berdasarkan Undang-undang, pajak dipungut berdasarkan atau dengankekuatan
undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsungdapat
ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, lalu pengeluaran
yangbermanfaat bagi masyarakat luas.
Menurut Undang–undang No.18 Tahun 1987, sebagaimana telah
diubahdengan Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan
retribusidaerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan olehorang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yangdigunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah
dan pembangunan daerah.
Dari jenis pajak yang dipungut, masing-masing tingkat daerah (propinsi dan
kabupaten/kota) memiliki jenis yang berbeda.
1. Pajak Propinsi
Jenis pajak propinsi berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang
Daerah,jenis-jenis pajak propinsi ditetapkan sebanyak 4 jenis , yakni sebagai
berikut lihat tabel 2.1 :
NO
Objek Pajak Propinsi
Menurut UU No.18 Tahun 1997
Menurut UU No.34 Tahun 2000
1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air
2 Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Air
3 Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4
Pajak Pengambilan dan
Pemamfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
2. Pajak Kabupaten / Kota
Jenis pajak kabupaten/kota berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun
2000 tentang perubahan pertama Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997
tentang pajak daerah, jenis-jenis pajak daerah ditetapkan sebanyak 7, namun
dengan adanya UU No.34 Tahun 2000 penambahan objek untuk jenis
kabupaten/kota yakni untuk pajak parkir yang sebelumnya tidak terdapat dalam
UU No.18 Tahun 1997 seperti yang tertera di tabel 2.2 berikut :
NO
Objek Pajak Kabupaten/kota Menurut UU No.18
Tahun 1997
Menurut UU No.34 Tahun 2000
1 Pajak Hotel Pajak Hotel
2 Pajak Restoran Pajak Restoran
3 Pajak Hiburan Pajak Hiburan
4 Pajak Reklame Pajak Reklame
5 Pajak Penerangan Pajak Penerangan
pengolahan Bahan Galian Bawah Tanah dan Air Permukaan
-
8 Pajak Parkir
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
jenis Pajak Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :
1. Pajak Hotel
a. Pengertian
Hotel adalah bangunan khusus yang disediakan bagi orang untuk dapat
menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan memperoleh pelayanan
dan atua fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan
lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama,
kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.
Pajak Hotel yang selanjutnya disebut pajak merupakan pungutan daerah
atas pelayanan hotel.
b. Objek pajaknya adalah fasilitas penginapan, pelayanan penunjang,
fasilitas olahraga dan hiburan, jasa persewaan ruangan untuk pertemuan.
c. Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran kepada hotel.
d. Tarif pajak hotel adalah paling tinggi sebesar 10% yang ditetapkan
2. Pajak Restoran
a. Pengertian
Restoran adalah tempat menyantap makanan dan minuman yang
dsediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga atau
catering.
b. Objek pajaknya adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan
pembayaran.
c. Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran kepada restoran.
d. Tarif pajak restoran adalah paling tinggi 10%, yang ditetapkan dengan
peraturan daerah.
3. Pajak Hiburan
a. Pengertian
Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan, permainan
ketangkasan, dan keramaian dengan nama dan bentuk apa pun yang
ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak
termasuk penggunaan fasilitas olahraga.
b. Objek pajak hiburan adalah penyelenggara hiburan yang dipungut
bayaran.
c. Subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atua badan yang menonton
d. Tarif pajak hiburan adalah sebesar 35% dari yang ditetapkan dalam
peraturan daerah.
4. Pajak Reklame
a. Pengertian
Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yamg menurut bentuk
corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untukb
memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa, atau
orang yang ditempatkan atau dapat diliha, dibaca, atua didengar dari
suatu tempat oleh umum kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.
b. Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame.
c. Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan atau melakukan pemesanan reklame.
d. Tarif pajak reklame paling tinggi 25% dari yang ditetapkan oleh
peraturan daerah.
5. Pajak Penerangan Jalan
a. Pengertian
Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik,
dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan
jalan, yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.
b. Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik,di
wilayah yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh
c. Subjek pajak penerangan jalan yakni orang pribadi atau badan yang
menggunakan tenaga listrik.
d. Tarif peneranggan jalan paling tinggi yakni sebsar 10% yang ditetapkan
dalam peraturan daerah.
6. Pajak Pengambilan Bahan galian Golongan C
a. Pengertian
Pajak pengambilan bahan galian golongan c adalah pajak atas kegiatan
pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Objek pajak pengambilan bahan galian golongan C adalah kegiatan
pengambilan bahan galian golongan C meliputi : asbes, batu tulis, batu
setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonite,,
dolomit, feldspar, garam batu, grafit, granit, gips, kalsit, kaolin, leusit,
magnesit, mika dll.
c. Subjek pajak pengambilan bahan galian golongan C adalah orang pribadi
atau badan yang mengambil bahan galian golongan C.
d. Tarif pajak pengambilan bahan galian golongan C paling tinggi yakni
sebesar 20%, yang ditetapkan dengan peraturan daerah.
7. Pajak Parkir
a. Pengertian
Pajak parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat
disediakan berkaitan dengan pokok uasaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor dan garasi kendaraan bernotor yang memungut bayaran.
b. Objek pajak parkir yakni pemyelenggara tempat parkir di luar badan
jalanoleh orang pribadi atau badan.
c. Subjek pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran atas tempat parkir.
d. Tarif pajak parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 20%yang ditetapkan
dalam peraturan daerah.
2.1.7 Pajak Reklame
2.1.7.1 Pengertian Pajak Reklame
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 26 dan 27
tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, Pajak Reklame adalah pajak
atas penyelenggaraan reklame. Sedangkan yang dimaksud dengan reklame
adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya
dirancang untuk tujuan komersial, memperkenalkan, menganjurkan,
mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang,
jasa orang atau badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan,
dan/atau dinikmati oleh umum sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Daerah No 11 tahun 2011 Tentang Pajak Reklame.Subjek pajak reklame
adalah semua orang pribadi atuapun badan yang menggunakan
Penyelenggaraan reklame adalah orang ataubadan yang
menyelenggarakan reklame, baik untuk dan atas namanya sendiri atau
untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya.
Pajak reklame adalah pajak yang dipungut oleh daerah yang
nantinya akan digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah yang
dimaksud.Dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame yang
ditetapkan berdasarkan nilai kontrak reklame. Nilai sewa reklame dihitung
dengan mempertimbangkan faktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi
penempatan reklame, waktu, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah dan
ukuran media reklame. Pajak reklame tersebut dikenakan terhadapobjek
pajak yaitu berupa reklame dan nilai sewa reklame dan didasarkan pada
besarnya biaya pemasangan reklame, besarnya biaya pemeliharaan
reklame, lama pemasangan reklame, nilai strategis pemasangan reklame
dan jenis reklame.
2.1.7.2 Dasar Hukum Pajak Reklame
Perkembangan dasar hukum pajak reklame meliputi :
• Undang-undang No.34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Restribusi
Daerah
• Undang-undang No.18 tahun 1997 tentang Pajak dan Restribusi
• undang No.34 tahun 2000 tentang Perubahan atas
Undang-Undang No.18 tahun 1997 tentang Pajak dan Restribusi Daerah.
• Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang
Pajak Reklame
• Peraturan Walikota medan Nomor 58 Tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011
Tentang Pajak Reklame
• Undang-Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 Tentang
pajak daerah dan Restribusi daerah
Perkembangan-perkembangan yang terjadi pada dasar hukum pajak
reklame ini diharapkan akan semakin meningkatkan kesadaran
masyarakat akan wajib pajak sehingga akan meningkatkan pendapatan
asli daerah yang nantinya akan digunakan untuk mendukung
perkembangan ekonomi daerah.
2.1.7.3 Objek Pajak Reklame
Penyelenggaraan reklame yang ditetapkan menjadi objek Pajak
Reklame(Perda Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak
Reklame) adalahsebagaimana tersebut di bawah ini:
1. Reklame Papan atau billboardReklame yang terbuat dari papan, kayu,
atau dibuat pada bangunan, tembok, dinding, pagar, pohon, tiang, dan
sebagainya.
2. Reklame Megatron atau Videotron atau Large Electronic Display (LED)
Reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program
reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan/atau tulisan berwarna
yang dapat berubah-ubah, terprogram dan difungsikan dengan tenaga
listrik.
3. Reklame Kain
Reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kain,
termasuk kertas, plastik, karet atau bahan lain yang sejenis dengan itu.
4. Reklame Melekat (stiker)
Reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara
disebarkan, dipasang, digantungkan pada suatu benda dengan ketentuan
luasnya tidak lebih dari 200 cm2 per lembar.
5. Reklame Selembaran
Reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara
disebarkan, diberikan, atau dapat diminta dengan ketentuan tidak
ditempelkan , diletakkan, dipasang, atau digantung pada suatu benda
6. Reklame Berjalan
Reklame yang ditempatkan atau ditempelkan pada kendaraan yang
diselenggarakan dengan menggunakan kendaraan atau dengan cara
dibawa oleh orang.
7. Reklame Udara
Reklame yang diselenggarakan di udara dengan menggunakan gas, laser,
pesawat, atau alat lain yang sejenis.
8. Reklame Apung adalah Reklame yang diselenggarakan berupa gambar,
lukisan dan/atau tulisan dengan cara disebarkan atau dipasang pada
suatu alat/benda yang diletakkan di atas permukaan air.
9. Reklame Suara
Reklame yang diselenggarakan dengan kata-kata yang diucapkan atau
dengan suara yang ditimbulkan dari atau oleh perantaraan alat.
10.Reklame Film atau Slide
Reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan klise berupa kaca
atau film, ataupun bahan-bahan yangs sejenis, sebagai alat untuk
diproyeksikan dan atau dipancarkan pada layar atau benda lain yang
ada diruangan.
11.Reklame Peragaan
Reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu
Namun terdapat pengecualian dalam objek pajak.
Menurut Perda Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011, terdapat pengecualian
dalam objek pajak reklame, meliputi :
1. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta berita,
warta mingguan,warta bulanan, dan sejenisnya;
2. Label/merk produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan,
yang berfungsi untukmembedakan dari produk sejenis lainnya;
3. Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada
bangunan tempat usahaatau profesi diselenggarakan sesuai dengan
ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut;
4. Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah
Daerah.
Berikut rangkuman pajak reklame menurut Perda Kota Medan No 11 Tahun
2011 ( Tabel 2.3) :
No Keterangan Pajak Reklame
1 Objek Pajak Semua Penyelenggaraan Reklame.
2
Subjek Pajak Orang pribadi atau Badan yang
menggunakan reklame 3
Wajib Pajak Orang pribadi atau Badan yang
menyelenggarakan reklame
4 Dasar Pengenaan Pajak Nilai Sewa Reklame
5
Perhitungan nilai sewa reklame
Penjumlahan antara Nilai Jual Reklame dengan Nilai Strategis Reklame
6 Tarif Pajak 25 % (dua puluh lima persen)
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak daerah dan Restribusi daerah Pajak Reklame adalah pungutan daerah
atas penyelenggaraan reklame di daerahnya.Artinya pungutan itu menjadi
hak daerah dalam pengelolaannya. Sedangkan Reklame adalah benda, alat,
perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk
tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau
untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan,
yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh
umum.
Pemungutan Pajak Reklame tidak seluruhnya terdapat pada seluruh daerah
kabupatenatau daerah kota di Indonesia. Hal ini tergantung pada kewenangan
yang diberikan kepada pemerintah Kabupaten atau Kota untuk memungut
pajak reklame di daerah kewenangannya. Untuk dapat dipungut pada suatu
daerah Kabupaten atau Kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu
menerbitkan peraturan daerah tentang Pajak Reklame yang akan menjadi
landasan hukum dalam pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak
reklame di daerah Kabupaten atau Kota yang bersangkutan.
2.1.7.4 Tarif Pajak dan Dasar Pengenaan Pajak
Dalam UU pajak Daerah 3 ayat (2) ditetapkan tentang ketentuan tarif
Pajak Kabupaten/Kota yang menyatakan bahwa tarif pajak untuk
• 10% untuk pajak hotel
• 10% untuk pajak restoran
• 35% untuk pajak hiburan
• 25% untuk pajak reklame
• 10% untuk pajak penerangan jalan
• 20% untuk pajak pengambilan bahan galian golongan C
• 20% untuk pajak parkir
Tarif tersebut merupakan tarif tertinggi atau tarif maksimal yang
dapat ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten atau kota dalam
melakukan pemungutan pajak daerah untuk kabupaten/kota diwilayah
masing-masing. Artinya tarif pajak daerah setiap kabupaten atau kota
dapat berbeda, dapat lebih tinggi atau lebih rendah tergantung dengan
kondisi daerah kabupaten / kota masing-masing namun tarif tersebut tidak
boleh lebih tinggi dari yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 25%.
Ketentuan ini memberikan kesempatan bagi pemerintah daerah
kabupaten/kota untuk mengatur sendiri besarnya tarif yang diberlakukan
dalam rangka pemungutan pajak kabupaten/kota diwilayah
masing, sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat didaerah
masing-masing, termasuk membebaskan pajak bagi masyarakat yang kurang
Tarif pajak reklame Kota Medan ditetapkan 25% sesuai dengan Perda
Nomor 11 Tahun 2011.Dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa
reklame.Nilai sewa reklame adalah nilai yang ditetapkan sebagai dasar
perhitungan penetapan besarnyapajak reklame.
2.1.8 Perhitungan Pajak Reklame
Berdasarkan Peraturan Daerah No 11 Tahun 2011 tentang pajak
reklame maka ditetapkan nilai sewa rekalme sebagai berikut :
Nilai Jual reklame adalah perkaliaan antara luas/ukuran media reklame
dengan jangka waktu dengan harga satuan reklame.
Nilai sewa Rekalme dihutung dengan memperhatikan faktor jenis, bahan
yang digunakan, lokasi penempatan, waktu, jangka waktu
penyelenggaraan, jumlah dan ukuran media Reklame.
Untuk materi reklame rokok besarnya nilai sewa reklame ditambah 15 %
(lima belas persen) dari pokok pajak. Setiap penambahan ketinggian
sampai dengan 15 m (lima belas meter) pertama dan kelipatannya,
besarnya Nilai Sewa Reklame ditambah 15 % (lima belas persen).
Menurut Peraturan Walikota Medan No 58 Tahun 2011 Tentang Pajak
PEMBOBOTAN KELAS JALAN
a. Untuk jenis reklame Billboard / Baliho / Bando / Videotron /
Megatron / dan Mini Billboard sejenisnya ditetapkan sebagai
berikut :
Jenis Reklame Ukuran
Reklame
Jenis Reklame Nilai Startegis (Rp)
Kelas I Kelas II Kelas III
Billboard/Baliho/ Bando/Videotrom
/Megatron
215.000.000,- 185.000.000,- 155.000.000,-
Mini Billboard 37.000.000 31.000.000 25.000.000
b. Untuk jenis reklame kain berupa umbul-umbul, spanduk, dan
Banner, Reklame menempel/ Rombong/ Reklame Berjalan serta
Reklame Neon Box ditetapkan sebagai berikut :
Jenis Reklame Ukuran Luas
Reklame
Nilai Sewa Reklame untuk jenis reklame kain,reklame melekat/stiker,
Reklame udara, Reklame apung, Reklame suara, Reklame film/slide,
dan Reklame Peragaan menurut Peraturan Walikota Medan Nomor 11
Tahun 2011 ditetapkan sebagai berikut :
a. Reklame Melekat
Rp. 600/cm2 sekurang-kurangnya Rp. 3.250.000 setiap kali
penyelenggaraan
b. Reklame Selebaran
Rp. 600/lembar sekurang-kurangnya Rp. 3.250.000 setiap kali
penyelenggaraan
c. Reklame berjalan/kendaraan
Rp. 5000/m2/hari
d. Reklame Udara
Rp. 2.600.000,- sekali peragaan, paling lamasatu bulan.
e. Reklame Suara
Rp. 1.300/15 detik, bagian-bagian yangkurang dari 15 detik
dihitung menjadi 15detik.
f. Reklame Film/Slide
Rp. 6.500/15 detik dengan suara, Rp 2.000/15 detik tanpa
suara.Bagian-bagianyang kurang dari 15 detik dihitung menjadi
15detik.
g. Reklame paragaan
h. Reklame Apung
Rp 2.600.000, sekali peragaan paling lama 1 Bulan
2.1.9Pengertian Potensi
Defenisi Potensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah :
“Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, daya”
Sehingga potensi pajak reklame adalah kemampuan yang dimiliki oleh pajak
reklame untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan asli
daerah yang memiliki kontribusi penting dalam pembangunan daerah
bersangkutan. Potensi pajak reklame ini dapat dikatakan pula target
penerimaan pajak reklame yang ditargetkan oleh Kota Medan.
Potensi penerimaan daerah dapat diukur melalui 2 pendekatan yaitu :
1. Berdasarkan fungsi penerimaan
2. Berdasarkan atas indikator sosial ekonomi
Adapun rumus perhitungan potensi pajak reklame menurut (Prakosa,
2005:151) dalam Irma yaitu:
Keterangan:
PPrk : Potensi Pajak Reklame
R : Jumlah Reklame
S : Ukuran Reklame/ Luas Reklame
D : Jumlah hari
Pr : Tarif Reklame
2.1.10 Pengertian Kontribusi
Kontribusi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
sumbangan; sedangkan menurut Kamus Ekonomi ( T Guritno 1992:76)
kontribusi adalah sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain
untuk tujuan biaya atau kerugian tertentu atau bersama. Dari defenisi diatas
dapat disimpulkan bahwa kontribusi pajak reklame adalah besarnya
sumbangan yang diberikan pajak reklame terhadap Pendapatan asli daerah
dalam membangun Kota Medan.
2.1.11 Pengertian Efektivitas
Efektivitas menurut Wikipedia (2014:Online) adalah :
“Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih
tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternative atau pilihan cara dan
menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.”
Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas dijadikan
sebagai tolak ukur dalam mencapai suatu tujuan. Dalam pajak reklame, pajak
reklame tersebut dapat dikatakan telah efektif apabila realisasi penerimaan
pajak reklame telah mencapai target yang ingin dicapai oleh pemerintah Kota
2.2 Penelitian Tedahulu
Penelitian ini dimaksudkan untuk menggali informasi tentang
penelitian PajakReklame yang sudah diteliti oleh peneliti terdahulu yang akan
dijadikan pembanding dalam mengembangkan penelitian ini.
Penelitian-penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Syafiani Putri (2006) melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang
berjudul “Analisis Potensi Pajak Daerah di Kota Medan”. Penelitian
ini menitikberatkan kajian pada pajak daerah dengan focus utama pada
potensi pajak dan perangkat pajak pada Kota Medan. Metode yang
digunakan adalah metode analisis deskriptif, yaitu menggambarkan atau
menerangkan data sehingga diperoleh kesimpulan-kesimpulan melalui
metode statistic sederhana.
2. Irma Sulistiani Rusdy (2014) melakukan penelitian dalam bentuk skripsi
yang berjudul “Analisis Potensi Pajak Reklame Terhadap Pendapatan
Asli Daerah di Kota Masyarakat”. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis data kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif yaitu metode yang berusaha menampilkan kondisi yang
didapatkan peneliti pada saat melakukan penelitian. Penelitian deskriptif
ini bertujuan untuk menggambarkan Potensi yang dimiliki Pajak Reklame
sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota
3. Widyaningsih (2009) melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang
berjudul “Analisis Potensi Penerimaan Pajak Reklame Kota Bandung
Periode 2001-2007”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui potensi penerimaan pajak reklame dan kontribusi pajak reklame di Kota
Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
analitis.
2.3 Kerangka Konseptual
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber keuangan daerah,
pada hakekatnya menempati posisi yang paling strategis bila dibandingkan
dengan sumber keuangan daerah lainnya. Dikatakan menempati posisi yang
paling strategis, karena dari sumber keuangan daerah yang berasal dari
pendapatan asli daerah inilah yang dapat membuat daerah mempunyai
keleluasaan yang lebih besar dan didasarkan kreatifitas masing-masing daerah
untuk semaksimal mungkin memperoleh sumber pendapatannya sendiri
berdasarkan kewenangan yang ada padanya dan dapat secara bebas pula
menggunakan hasil-hasil sumber keuangan daerah untuk membiayai jalannya
pemerintahan dan pembangunan daerah.Salah satu sumber penerimaan daerah
adalah Pajak Reklame.Pajak reklamemerupakan pajak daerah yang pengelolaan
dan penerimaannya diserahkan kepada pemerintah daerah Kabupaten atau Kota
sehingga pemerintah daerah yang bersangkutan dapat memanfaatkan hasil
penerimaan pajak tersebut untuk membiayai pembangunan daerahnya
penerimaan dari pajak reklamenya karena pajak reklame merupakan salah satu
penerimaan pajak yang sangat potensial.
Kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Pajak Reklame Pendapatan Asli
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Dini (J. Supranto, 1997)Hipotesis adalah pendapat sementara dan
pedoman serta arah dalam penelitianyang disusun berdasarkan pada teori yang terkait,
dimana suatu hipotesis selaludirumuskan dalam bentuk pernyataan yang
menguhubungkan dua variabel atau lebih.
Dilihat dari kerangka pemikiran pada penelitian ini, maka penelitian ini memiliki
hipotesis sebagai berikut :
1. Peneliti menduga bahwa potensi penerimaan pajak reklame sebagai salah satu
sumber pendapatan asli daerah Kota Medan dari tahun 2009 – 2013 sudah
mencapai target yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Medan.
2. Peneliti menduga Pajak reklame Kota Medan memberikan kontribusi yang besar
bagi pendapatan asli daerah.
3. Peneliti menduga tingkat efektifitas penerimaan pajak reklame di Kota Medan
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif yaitu suatu penelitian dengan mengumpulkan, menyusun, mengolah
dan menganalisis data angka agar dapat memberikan gambaran mengenai suatu
keadaan tertentu sehingga dapat diambil kesimpulan dari penelitian tersebut.
Angka-angka ini, pada umumnya menceritakan atau menggambarkan keadaan
yang sudah lampau ataupun yang sedang dialami. Angka-angka dalam
kenyataan ini disebut juga data. Data kuantitatif sangat bervariasi karena nilai
yang dikandungnya selalu berubah-ubah. Fokus pendeskripsian dari penelitian
ini adalah pajak reklame di Kota Medan
3.2Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi pajak Reklame di Kota
Medan dengan menghitung potensinya berdasarkan fungsi penerimaan pajak
reklame.Selain itu penulis juga ingin menganalisis efektifitas pajak reklame dan
sejauh mana pajak reklame dapat mempengaruhi atau memberi kontribusi
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis potensi pajak reklame di kota
Medan dan dalam hal ini peneliti menempatkan Dinas Pendapatan Daerah