LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI
PROSEDUR PENGHITUNGAN, PENGISIAN DAN PELAPORAN
SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK HOTEL DI DINAS
PENDAPATAN KOTA MEDAN
Diajukano l e h
NAMA : ELVINA HARAHAP
NIM : 062600087
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menamatkan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT, karena berkat Ridho dan Karunianya,
penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini, yaitu
mengenai PROSEDUR PENGHITUNGAN, PENGISIAN DAN PELAPORAN
SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK HOTEL DI DINAS PENDAPATAN KOTA
MEDAN. Dan juga kepada Kedua Orang Tua yang telah memberi dukungan baik
moril dan materi.
Adapun tujuan dari penulisan laporan praktek kerja lapangan mandiri ini
adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program
Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. Selain itu, juga diharapkan laporan
ini dapat menjadi bagi siapapun yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan
Mandiri ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan-kekurangan,
baik dalam hal penyajian meteri maupun dalam penyampaian bahasanya. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam sebagai bahan
masukan bagi penulis di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih tang
sebesar besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. arif Nasution, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
2. Bapak Drs. Husni Thamrin Nst, M.si, selaku Ketua Program D-III
Administrasi Perpajakan FISIP USU
3. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A, selaku Dosen Pembimbing
4. Ibu Popy Maya selaku supervisor di Dinas Pendapatan Kota Medan
5. Pak Edi selaku Kasubag Dinas Pendapatan Kota Medan
6. Seluruh Dosen/Staf Pengajar pada Program D-III Administrasi Perpajakan
FISIP USU
7. Thanks to all my friends in our Lovely Tax Administration, specially to Fika
Spears, Dora Gamalama, Sendy Sobirah, Dita Tingkir, Eci Carey, Audry
Murphy, He..He..He..
8. Sobat-sobat di 22’Resort, K’ Devi, Mie2, K’ Kasuari, K’Irna, Rina, Yuan,
Dll, maaf ya gak semua bisa disebut, pegel ngetiknya.
9. Temen-temen SMA, and temen-temen semua yang udah ngedukung penulis.
Tengkyu So Muchh
Penulis berharap, semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi setiap
pembacanya.
Medan, Juni 2009
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1
B. Tujuan Dan Manfaat Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 3
C. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 5
D. Metode Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 5
E. Metode Pengumpulan Data 7
F. Sistematika Penulisan Laporan PKLM 8
BAB II : GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
A. Sejarah Singkat dinas pendapatan Kota Medan 10
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan 11
C. Uraian Tugas Pokok Dinas Pendapatan Kota Medan 13
D. Gambaran Data Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan 25
BAB III: GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL
A. Uraian Teoritis tentang Pajak Hotel 28
1. Defenisi Pajak Hotel 28
2. Ketentuan Pajak Hotel 29
4. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hotel 34
5. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Penghitungan Pajak Hotel 34
B. Prosedur Penghitungan Pajak Hotel 35
C. Prosedur Pengisian SPT Pajak Hotel 39
D. Prosedur Pelaporan SPT Pajak Hotel 44
BAB IV: ANALISIS DAN EVALUASI
A. Prosedur Penghitungan, Pengisian dan pelaporan SPT Pajak Hotel 46
B. Jumlah Wajib Pajak Hotel di Kota Medan 47
C. Data Target dan Realisasi Pajak Hotel di Dinas Pendapatan Kota Medan 48
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Hotel 50
E. Upaya-Upaya Peningkatan Penerimaan Melalui Pajak Hotel 51
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 54
B. Saran 55
DAFTAR TABEL
I Komposisi Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2009 25
II Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Berdasarkan Golongan 26
III Jumlah Wajib Pajak Hotel sampai dengan Mei 2009 48
IV Target Dan Realisasi Pajak Hotel di Dinas Pendapatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dengan adanya Undang-Undang yang mengatur tentang Otonomi Daerah
yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah serta
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah, hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah
Pusat telah memberikan wewenang kepada Pemerintah Daerah untuk
menyelenggarakan pemerintahan daerahnya sendiri dengan bertanggung jawab untuk
mengelola keuangan daerahnya dengan baik.
Terutama dalam hal sumber penerimaan daerah, karena untuk
menyelenggarakan pemerintahan daerahnya sendiri, Daerah memerlukan sumber
penerimaan untuk membiayai pelaksanaan sistem pemerintahan dan
pembangunannya. Didalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah, disebutkan
bahwa Pendapatan Daerah bersumber dari :
a. Pendapatan Asli Daerah,
b. Dana Perimbangan, dan
c. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah.
Salah satu Pendapatan Asli Daerah bersumber dari Pajak Daerah. Pajak Daerah
pusat, serta merupakan salah satu bentuk peran masyarakat dalam penyelenggaraan
Otonomi Daerah.
Salah satu dari jenis Pajak Daerah tersebut adalah Pajak Hotel yang dipungut
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Didalam Peraturan Pemerintah Nomor 65
Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah, disebutkan bahwa Hotel adalah bangunan yang
khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh
pelayanan, dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan
lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk
pertokoan dan perkantoran.
Namun, untuk melaksanakan penerimaan Pajak Hotel tersebut, selain harus
memiliki Peraturan Perundang-Undangan sebagai dasar hukum yang sah dan salah
satu syarat untuk memungut pajak, dalam pelaksanaannya juga ada prosedur dan
sarana administrasi yang harus dilakukan.
Prosedur yang harus dilaksanakan itu adalah mulai dari bagaimana kita
melakukan penghitungan terhadap Pajak Hotel tersebut, juga pengisian serta
pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Hotel yang digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut Perundang-Undangan
dan Peraturan Daerah.
Agar penerimaan Pendapatan Daerah yang bersumber dari Pajak Hotel dapat
ditingkatkan dan lebih dioptimalkan lagi maka salah satu yang harus dilakukan adalah
dengan prosedur yang benar di dalam pelaksanaan penghitungan dan penggunaan
sendiri. Berdasarkan pemikiran diatas maka penulis berkeinginan untuk membahas
serta membuatnya dalam laporan tugas akhir yang berjudul “Prosedur
Penghitungan, Pengisian Dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Hotel Di Dinas Pendapatan Kota Medan”.
B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Setiap yang kita lakukan pasti memiliki tujuan, demikian juga halnya dengan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang kita laksanakan, khususnya bagi
mahasiswa perpajakan itu sendiri serta manfaat yang diperoleh Mahasiswa, Dinas
Pendapatan Kota Medan juga bagi Universitas Sumatera Utara.
1. Tujuan PKLM
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan PKLM ini adalah :
a. Untuk mengetahui prosedur penghitungan Pajak Hotel yang terutang dengan
menggunakan Sistem Penghitungan Self Assesment dan Official Assesment.
b. Untuk mengetahui prosedur pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
untuk Pajak Hotel secara benar.
c. Untuk mengetahui prosedur administrasi didalam penggunaan dan pelaporan
Surat Pemberitahuan Pajak Hotel.
2. Manfaat PKLM 1. Bagi Mahasiswa :
a. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang diperoleh di perkuliahan kedalam
b. Memahami dan mengetahui Dasar Pengenaan Pajak Hotel, Tarif
Perhitungan untuk penetapan pajak terutang, serta Prosedur Pengisian
dan Pelaporan SPT Pajak Hotel
c. Memperoleh pengetahuan baru menyangkut pemungutan Pajak Hotel
di Kota Medan
2. Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan :
a. Sebagai sarana untuk membina kerjasama dengan Universitas
Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan
b. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga pendidikan dalam
peningkatan kualitas sumber daya manusia
c. Mendapat masukan dan saran dari dunia perguruan tinggi untuk
menyempurnakan pelaksanaan pungutan Pajak Hotel
d. Mempromosikan image (pandangan) Dinas Pendapatan Kota Medan
pada Universitas Sumatera Utara khususnya Sivitas Akademika
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
3. Bagi FISIP Universitas Sumatera Utara :
a. Meningkatkan hubungan kerja sama FISIP USU dengan Dinas
Pendapatan Kota Medan
b. Memberikan kesempatan bagi Dosen Program Studi Diploma III
Pendapatan Kota Medan menyangkut penelitian dan pengembangan
Pajak Daerah
c. Mempromosikan sumber daya manusia Universitas Sumatera Utara,
khususnya Program Studi Diploma III Admnistrasi Perpajakan
d. Mendapatkan ide, informasi, masukan, gagasan dan saran untuk
evaluasi bagi penyempurnaan kurikulum khususnya di Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan
C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Untuk meningkatkan sumber penerimaan daerah yang salah satu sumbernya
yaitu Pajak Daerah, Pajak Hotel melalui Dinas Pendapatan Kota Medan sekaligus
diharapkan menjadi sumber pendanaan daerah yang berasal dari sektor Pajak Daerah
Kabupaten/Kota yaitu Pajak Hotel.
Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang dilaksanakan di Dinas
Pendapatan Kota Medan, maka hanya akan membahas tentang Prosedur
Penghitungan, Pengisian dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Hotel di Dinas
Pendapatan Kota Medan.
D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, terdapat beberapa
1. Tahap Persiapan
Hal ini berkaitan dengan persiapan yang dilakukan mahasiswa dalam
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, mulai dari menentukan Tempat
Praktik Kerja Lapangan Mandiri, pengajuan judul, mencari dan mengumpulkan bahan
untuk pembuatan proposal dan melakukan konsultasi dengan pihak dosen yang
bersangkutan serta pengurusan surat-surat untuk melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri di Fakultas.
2. Studi Literatur
Dalam hal ini berkaitan dengan pemahaman tentang Pajak Hotel melalui
berbagai sumber bacaan, Undang-Undang, dan buku perpajakan daerah.
3. Observasi Lapangan
Pengamatan yang dilakukan sesuai data yang ada di Dinas Pendapatan Kota
Medan, khususnya tentang Prosedur Penghitungan, Pengisian, Dan Pelaporan Pajak
Hotel, dengan mengamati Formulir-Formulir yang digunakan untuk Pajak Hotel.
4. Metode Pengumpulan Data
Mengumpulkan data-data mengenai “Prosedur Penghitungan, Pengisian Dan
Pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Hotel Di Dinas Pendapatan Kota Medan”.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Data Primer
Mengumpulkan data secara langsung dari sumbernya, yaitu dengan
bidang tentang Prosedur Penghitungan, Pengisisan dan Pelaporan SPT Pajak
Hotel di Dinas Pendapatan Kota Medan.
b. Data Sekunder
Mengumpulkan data dari hasil dokumen berupa buku-buku ilmiah, literatur,
Undang-Undang, majalah yang berhubungan dengan Prosedur Penghitungan,
Pengisian dan Pelaporan SPT Pajak Hotel.
5. Analisis Data dan Evaluasi
Setelah memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan, penulis akan
menganalisa dan mengevaluasi data secara jelas, objektif dan sistematis.
E. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam praktik kerja
lapangan mandiri ini, maka akan digunakan Metode Pengumpulan Data sebagai
berikut :
1. Daftar Observasi (Observation Guide)
Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung tentang objek
PKLM untuk mendapatkan gambaran dari sumber data yang diperlukan di Dinas
Pendapatan Kota Medan.
2. Daftar Pertanyaan (Interview Guide)
Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung yang melibatkan
Penghitungan, Pengisian dan Pelaporan SPT Pajak Hotel di Dinas Pendapatan Kota
Medan.
3. Daftar Dokumentasi
Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi, misalnya dengan
mengumpulkan daftar dokumentasi mengenai Prosedur Penghitungan, Pengisian dan
SPT Pajak Hotel di Dinas Pendapatan Kota Medan.
F. Sistematika Penulisan Laporan
Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan praktik kerja
lapangan mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan
Mandiri, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Ruang
Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja
Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika
Penulisan Laporan.
BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
Pada bab ini akan diuraikan sejarah singkat Dinas Pendapatan Kota
tugas pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan dan gambaran
data pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL
Pada bab ini akan diuraikan defenisi Pajak Hotel, Ketentuan Pajak
Hotel, Objek Pajak Hotel, Subjek Pajak Hotel, Dasar Pengenaan dan
Tarif Pajak Hotel, Prosedur Penghitungan Pajak Hotel, Prosedur
Pengisian dan Pelaporan SPT Pajak Hotel.
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan membahas tentang analisis dan evaluasi data
yang diperoleh mengenai Prosedur Penghitungan, Pengisian dan
Pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Hotel Di Dinas Pendapatan Kota
Medan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis mengemukakan tentang kesimpulan dan
saran-saran mengenai objek praktik kerja lapangan mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan
Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu sub bagian pada
bagian keuangan yang mengelola bidang penerimaan dan pendapatan daerah. Pada
sub bagian ini belum terdapat sub seksi, karena pada saat itu wajib pajak / wajib
retribusi yang berdomisili di daerah kota Medan belum begitu banyak.
Dengan mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju
pertumbuhan penduduk di kota Medan melalui peraturan daerah sub bagian keuangan
tersebut dirubah menjadi bagian pendapatan. Pada bagian pendapatan dibentuklah
beberapa seksi yang mengelola penerimaan pajak dan retribusi daerah yang
merupakan kewajiban para wajib pajak / wajib retribusi didalam daerah kota Medan,
yang terdiri dari 21 kecamatan diantaranya kecamatan Medan Tuntungan, Medan
Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Timur, Medan Kota,
Medan Area, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Selayang,
Medan Sunggal dan lainnya.
Sehubungan dengan instruksi Mentri Dalam Negeri KUPD No.7/12/41- 10
tentang Penyeragaman Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah di seluruh
Indonesia. Maka Pemerintah Kota Medan, berdasarkan Peraturan Daerah No. 12
tahun 1978 menyesuaikan dan membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan yang
seksi-seksi administrasi Dinas Pendapatan, juga dibentuk Bagian Tata Usaha yang
membawahi 3 (tiga) Kepala Sub Bagian yaitu sub sektor perpajakan, retribusi daerah,
dan pendapatan daerah lainnya yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi
pemerintah daerah dalam mendukung serta memelihara pembangunan dan didalam
peningkatan penerimaan pendapatan daerah.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000
Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, maka Pemerintah Kota Medan
melakukan Penataan Organisasi yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Dinas-Dinas Daerah Di Lingkungan Pemerintahan Kota Medan, salah satu
diantaranya adalah Dinas Pendapatan Kota Medan.
B. Sruktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan
Berdasarkan Peraturan Daerah No.4 Tahun 2001 khusus untuk Dinas
Pendapatan Kota Medan telah ditetapkan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan
Kota Medan beserta Struktur Organisasi melalui Surat Keputusan Walikota No.25
Tahun 2002 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota
Medan.
Adapun stuktur organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai
berikut:
2. Bagian Tata Usaha terdiri dari:
a. Sub Bagian Keuangan
b. Sub Bagian Kepegawaian
c. Sub Bagian Perlengkapan
3. Sub Dinas Program terdiri dari:
a. Seksi Penyusunan Program
b. Seksi Pemantauan dan Pengendalian
c. Seksi Pengendalian Pendapatan
d. Seksi Evaluasi dan Pelaporan
4. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan terdiri dari:
a. Seksi Pendataan dan Penetapan
b. Seksi Pengolahan Data Informasi
c. Seksi Penetapan
d. Seksi Pemeriksaan
5. Sub Dinas Penagihan terdiri dari:
a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan
c. Seksi Restitusi dan Pembukuan
d. Seksi Pertimbangan dan Keberatan
6. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-Lain terdiri dari:
a. Seksi Penatausahaan Penerimaan Retribusi dan Pendapatan Lain-Lain
c. Seksi Penerimaan BUMD dan Pendapatan Lain-Lain
d. Seksi Legalisasi Pembukuan Surat-Surat Berharga
7. Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari:
a. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak
b. Seksi Bagi Hasil Pajak
c. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
9. Unit Pelaksana Tekhnis Dinas (UPTD)
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan
Dinas Pendapatan Kota Medan mempunyai tugas melaksanakan sebagian
urusan rumah tangga daerah dalam bidang pendapatan daerah dan melaksanakan
tugas-tugas lainnya sesuai dengan bidang tugasnya.
Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Dinas Pendapatan mempunyai fungsi:
1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan tekhnis dibidang pendapatan
daerah.
2. Melakukan pembukuan dan pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak daerah,
retribusi daerah dan penerimaan asli daerah lainnya, serta penagihan Pajak
Bumi Bangunan.
3. Melaksanakan koordinasi dibidang pendapatan daerah dengan unit dan
4. Melakukan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah
lainnya serta PBB.
5. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidangnya.
6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala daerah.
1) Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok
dinas dibidang ketatausahaan yang meliputi pengelolaan administrasi keuangan,
kepegawaian, perlengkapan, kerumahtanggaan dan urusan umum lainnya.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Bagian Tata Usaha
mempunyai fungsi:
1. Menyusun rencana kerja kegiatan
2. Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum lainnya
3. Mengelola urusan keuangan dan perbendaharaan serta penyusunan laporan
keuangan
4. Mengelola administrasi kepegawaian
5. Mengelola urusan perlengkapan, kerumahtanggaan dan pengadaan barang
dinas
6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugasnya.
Bagian Tata Usaha terdiri dari:
a. Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas mengelola keuangan dan
b. Sub Bagian Kepegawaian, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengelolaan
administrasi dibidang kepegawaian.
c. Sub Bagian Perlengkapan, mempunyai tugas kegiatan melaksanakan dibidang
perlengkapan, kerumahtanggaan dan pengadaan barang.
d. Sub Bagian Umum, mempunyai tugas mengelola tata usaha dan surat menyurat
serta urusan umum lainnya.
2) Sub Dinas Program
Sub Dinas Program mempunyai tugas mempunyai sebagian tugas dinas di
bidang penyusunan program.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sub Dinas Program
mempunyai fungsi:
1. Menyusun rencana kerja kegiatan
2. Mengumpulkan bahan dan data untuk penyusunan program kegiatan dan
perencanaan Pendapatan Daerah
3. Menyusun kebijaksanaan tekhnis serta program kerja jangka pendek,
menengah dan panjang
4. Menyusun penerimaan Pendapatan Daerah, merencanakan sistem dan
prosedur kerja
5. Menyusun rencana serta mengkaji pengembangan potensi pendapatan daerah
6. Melaksanakan pembinaan tekhnis dibidang pendapatan terhadap semua unit
7. Menyajikan data statistik target dan realisasi pendapatan serta
mengidentifikasikan permasalahan pendapatan daerah
8. Melaksanakan penyuluhan dibidang pendapatan daerah
9. Melaksanakan tukar menukar informasi tentang target dan realisasi
penerimaan daerah dengan daerah lainnya
10. Mempersiapkan Rancangan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah
tentang Pajak Daerah
11. Mengevaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan tekhnis operasional
pengelolaan pendapatan daerah
12. Menyusun laporan realisasi pendapatan daerah
13. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya.
Sub Dinas Program terdiri dari:
a. Seksi Penyusunan Program, mempunyai tugas merencanakan penerimaan
Pendapatan Daerah, sistem dan prosedur kerja serta menyusun kebijaksanaan
tekhnis dan progran kerja jangka pendek, menengah serta jangka panjang
b. Seksi Pemantauan dan Pengendalian, mempunyai tugas melaksanakan pembinaan
tekhnis dibidang pendapatan terhadap semua unit yang melaksanakan pungutan
pendapatan daerah dan melaksanakan kegiastan pemantauan dan pengendalian
terhadap tugas yang dilaksanakan dibidang pendapatan serta melaksanakan
c. Seksi Pengembangan Pendapatan, mempunyai tugas menyusun rencana serta
mengkaji untuk pengembangan potensi pendapatan daerah dan mempersiapkan
Rancangan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daera tentang Pajak Daerah,
Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya
d. Seksi Evaluasi dan Pelaporan, mempunyai tugas mengevaluasi dan memonitor
pelaksanaan tekhnis operasional pengelolaan pendapatan daerah, menyajikan data
statistik target dan realisasi pendapatan daera, mengidentifikasi permasalahan
pendapatan daerah dan menyusun laporan realisasi pendapatan daerah.
3) Sub Dinas Pendataan dan Penetapan
Sub Dinas Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas dinas dibidang pendataan dan penetapan.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sub Dinas Pendataan dan
Penetapan mempunyai fungsi:
1. Menyusun rencana kegiatan kerja
2. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh Wajib Pajak, Wajib
Retribusi dan Pendapatan Daerah Lainnya
3. Melaksankan pengolahan data dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD),
Hasil Pemeriksaan dan Informasi Terkait lainnya.
4. Melaksanakan Penetapan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan
5. Merencanakan dan menatausahakan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
dan Wajib Retribusi
6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidangnya.
Sub Dinas Pendataan dan Penetapan terdiri dari:
a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran, mempunyai tugas melaksanakan Pendataan
Objek Pajak Daerah/Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya melalui
Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi
Daerah (SPTRD), melaksanakan pendaftaran Wajib Pajak Daerah/Wajib
Retribusi Daerah melalui formulir pendaftaran, menyimpan, mendistribusikan,
memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah/Wajib Retribusi Daerah dan
menyusun Daftar Induk Wajib Pajak Daerah serta menyusun Surat Perpajakan
Daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan.
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, mempunyai tugas melaksanakan
pemgumpulan dan pengolahan data Objek Pajak Daerah/Retribusi Daerah,
menuangkan hasil pengolahan data dan informasi data kedalam kartu data serta
mengirimkan kartu data kepada Seksi Penetapan dan demikian sebaliknya.
c. Seksi Penetapan, mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penetapan Pokok
Pajak Daerah/Retribusi Daerah berdasarkan kartu data termasuk perhitungan
denda dan sanksi lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan
penetapan, melaksanakan perhitungan jumlah angsuran pembayaran/penyetoran
atas permohonan Wajib Pajak
d. Seksi Penerimaan, mempunyai tugas menyusun rencana pemeriksaan dan
melaksanakan pemeriksaan Objek Pajak/Retribusi, menatausahakan hasil
pemerikasaan lapangan atas objek pajak/retribusi dan subjek pajak/retribusi serta
mengirimkan laporan pemeriksaan kepada Seksi Pengolahan Data Informasi.
4) Sub Dinas Penagihan
Sub Dinas Penagihan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di
bidang penagihan meliputi kegiatan pembukuan, verifikasi, penagihan dan
perhitungan restitusi, pemindahbukuan serta pertimbangan terhadap keberatan Pajak
Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sub Dinas Penagihan
mempunyai fungsi :
1. Menyusun rencana kerja kegiatan
2. Melaksnakan pembukuan dan verifikasi atas Pajak Daerah, Retribusi Daerah
dan Pendapatan Daerah Lainnya
3. Melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya.
4. Melaksanakan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas Pajak
Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya.
5. Melaksanakan telaah dan saran pertimbangan terhadap keberatan WP atas
6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya.
Sub Dinas Penagihan terdiri dari:
a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi, mempunyai tugas melaksanakan pembukuan
dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah
dan Pendapatan Daerah lainnya, melaksanakan pembukuan dan verifikasi
penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta pencatatan uang dari hasil
pungutan benda berharga kedalam Kartu Persediaan Benda Berharga.
Menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan Pajak Daerah,
Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya serta menyiapkan lapaoran
tentang realisasi penerimaan, pengeluaran dan sisa persediaan benda berharga
secara berkala.
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan, mempunyai tugas melaksanakan penagihan
atas tunggakan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya,
menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan
daerah/retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan.
c. Seksi Restitusi dan Pemindahbukuan, mempunyai tugas menerima permohonan
restitusi dan pemindahbukuan dari Wajib Pajak, meneliti kelebihan pembayaran
Pajak Daerah/Retribusi Daerah yang dapat diberikan restitusi dan atau
pemindahbukuan serta mempersiapkan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang
d. Seksi Pertimbangan dan Keberatan, mempunyai tugas menerima Surat Keberatan
dari Wajib Pajak/Restitusi dan meneliti keberatan WP serta membuat
pertimbangan atas keberatan WP dan mempersiapkan Surat Keputusan Kepala
Dinas tentang persetujuan atau penolakan atas keberatan tersebut.
5) Sub Dinas Restribusi Dan Pendapatan Lain-Lain
Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-Lain dipimpin oleh seorang Kepala
Sub Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas.
Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-Lain mempunyai tugas sebagai
berikut:
1. Menyusun rencana kegiatan kerja.
2. Melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan pendapatan lain-lain.
3. Melaksanakan penetausahaan penerimaan retribusi dan pendapatan lain-lain
termasuk pinjaman daerah dan dana darurat.
4. Melaksanakan penetausahaan penerimaan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) dan pendapatan lain-lain.
5. Melaksanakan legalisasi dan pembukuan surat-surat berharga.
6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-Lain terdiri dari:
a. Seksi Penatausahaan Penerimaan Retribusi dan Penerimaan Lain-Lain, mempunyai
tugas melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan melaksanakan
penatausahaan pendapatan lain-lain.
b. Seksi Penerimaan Lain-Lain, mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan
penerimaan lain-lain, merencanakan dan mengupayakan penerimaan lain-lain baik
dari pemerintah, wakil pemerintah di daerah maupun di lembaga-lembaga
keuangan dan atau badan-badan lain termasuk pinjaman daerah dan dana darurat.
c. Seksi Penerimaan Badan Usaha Milik Daerah dan Pendapatan Lain-Lain,
mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan penerimaan Badab Usaha Milik
Daerah (BUMD) dan melaksanakan penatausahaan hasil pengolahan kekayaan
daerah yang dipisahkan.
d. Seksi Legalisasi Pembukuan Surat-Surat Berharga, mempunyai tugas
melaksanakan legalisasi surat berharga dan melaksanakan pembukuan
surat-surat berharga.
Setiap seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam menjalankan
tugasnya berad dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Retribusi
dan Pendapatan lain-Lain.
6) Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan
Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas
yang dalam menjalankan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan mempunyai fungsi:
1. Menyusun rencana kegiatan kerja.
2. Melaksanakan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak.
3. Melaksanakan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak, non pajak.
4. Melaksanakan perhitungan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana
Alokasi Khusus (DAK).
5. Melaksanakan pengkajian pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan dan
pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang bagi hasil pendapatan.
6. Melaksanakan tugas lain-lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
bidang tugasnya.
Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari:
a. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak, mempunyai
tugas melaksanakan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak Bumi dan
Bangunan, menatausahakan pendapatan bagi hasil pajak dan bukan pajak.
b. Seksi Bagi Hasil Pajak, mempunyai tugas menerima dan mendistribusikan Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak
(DHPP), Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) Bumi dan Bangunan,
melaksanakan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan, melaksanakan perhitungan
penerimaan bagi hasil pajak lainnya serta membantu menyampaikan Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) PBB kepada Wajib Pajak, menerima kembali
c. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak, mempunyai tugas melaksanakan perhitungan
penerimaan dari hasil Dana Alokasi Umum, melaksanakan perhitungan penerimaan
dari Dana Alokasi Khusus.
d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan, mempunyai
tugas mengkaji tentang pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan dan
melaksankan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan Peraturan
Perundang-Undangan serta melaksanakan pengkajian atas penerimaan pendapatan
daerah secara periodik.
7) Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian
D. Gambaran Data Pegawai Dinas Pendapatan
Komposisi pegawai/karyawan di Dinas Pendapatan Kota Medan adalah
sebagai berikut:
TABEL I
Komposisi Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2009
No Bagian/Subdis Jumlah
1 Kepala Dinas 1 orang
2 Bagian Tata Usaha 22 orang
3 Sub Dinas Program 11 orang
4 Sub Dinas Pendataan dan Penetapan 53 orang
5 Sub Dinas Penagihan 29 orang
6 Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-Lain 21 orang
7 Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan 66 orang
8 Bagian Pemegang Kas 22 orang
9 Bagian Pemegang Barang Berharga 6 orang
10 Bagian Pemegang Barang 5 orang
11 Bagian Swakelola 80 orang
Keterangan:
Pegawai Negeri Sipil : 236 orang
Pegawai Swakelola : 80 orang
TNI yang dikaryakan
Jumlah Pegawai DIPENDA : 317 orang : 1 orang
Tabel II
Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan Tahun 2009
Golongan Jumlah
Golongan IV/c 1 orang
Golongan IV/b 4 orang
Golongan IV/a 5 orang
Golongan III/d 35 orang
Golongan III/c 25 orang
Golongan III/b 78 orang
Golongan III/a 39 orang
Golongan II/d 21 orang
Golongan II/c 17 orang
Golongan II/b 3 orang
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL
A. Uraian Teoritis Tentang Pajak Hotel
1. Defenisi Pajak Hotel
Dalam rangka meningkatkan keuangan daerah agar dapat melaksanakan
otonomi daerah, Pemerintah melakukan berbagai kebijakan perpajakan daerah,
diantaranya dengan menetapkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pemberian kewenangan tersebut diharapkan
dapat lebih mendorong pemerintah daerah agar terus berupaya untuk mengumpulkan
Pendapatan Asli Daerah.
Salah satu dari pendapatan asli daerah adalah Pajak Daerah yang diharapkan
dapat menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan daerah, meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat.
Sejalan dengan tujuan tersebut maka ditetapkanlah Peraturan Pemerintah
Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah yang berisikan ketentuan-ketentuan
pokok yang dijadikan sebagai pedoman kebijakan dan arahan bagi daerah dalam
rangka pelaksanaan pungutan pajak daerah, sekaligus menetapkan pengaturan untuk
menjamin penerapan prosedur umum perpajakan daerah.
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor.65 tahun 2001, disebutkan bahwa
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh
yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah.
Pajak Hotel merupakan salah satu dari jenis pajak daerah yang dipungut oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Menurut Perda Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Pajak Daerah Kota Medan, dijelaskan bahwa Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan
yang disediakan dengan pembayaran di hotel. Pengertian Hotel sendiri menurut Perda
tersebut adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat
menginap/istirahat, memperoleh pelayanan dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut
bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak
yang sama kecuali untuk pertokoaan dan perkantoran.
2. Ketentuan Pajak Hotel
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 telah menyebabkan perubahan yang mendasar mengenai
pengaturan hubungan antara pusat dan daerah, khususnya dalam bidang administrasi
pemerintahan maupun dalam hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah yang dikenal sebagai Otonomi Daerah. Sehingga pelaksanaaan sistem
administrasi pajak hotel harus berdasarkan pada ketentuan hukum yang telah di
tetapkan dalam Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan dari pihak yang
Adapun yang menjadi Dasar Hukum Pelaksanaan Pajak Hotel adalah
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2000 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak
Daerah Dan Retribusi Daerah.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2001 Tentang Pajak
Daerah.
3. Keputusan Menteri Dalam Negri Nomor 43 tahun 1999 Tentang Sisitem Dan
Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah Dan Penerimaan
Pendapatan Lain-Lain.
4. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan
Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan, yang
diedarkan melalui Surat Keputusan Walikota Nomor 25 Tahun 2002 Tentang
Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
5. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan.
Di dalam Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Kepmendagri dan Peraturan
Daerah tersebut, terdapat Ketentuan Umum yang perlu diketahui, yaitu :
1. Peraturan Daerah adalah peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
2. Dinas Pendapatan Daerah yang disingkat Dipenda adalah unsur pelaksana
Pemerintah Daerah dibidang Pendapatan Daerah.
3. Fungsi adalah satu jenis pekerjaan/kegiatan yang saling berkaitan dengan
4. Sub Unit adalah organisasi kerja terkecil yang melaksanakan suatu fungsi
tertentu dalam prosedur pendapatan daerah.
5. Unit adalah pengelompokan dari beberapa Sub Unit-Sub Unit yang saling
terkait.
6. Pendapatan Daerah adalah seluruh penerimaan daerah yang bersumber dari
Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Lain-Lain yang sah.
7. Sistem dan Prosedur selanjutnya disingkat SISDUR adalah tata urutan
pelaksanaan pekerjaan dalam suatu kegiatan, serta hubungannya dengan
kegiatan lain dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam suatu fungsi,
untuk menghasilkan sesuatu yang akan menjadi masukan bagi pelaksanaan
pekerjaan atau kegiatan pada fungsi lain sebagai suatu kelanjutan dalam
proses.
8. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan
Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis,
lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.
9. Subjek Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang dapat dikenakan Pajak
10. Wajib Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan menurut Peraturan
Perundang-Undangan Perpajakan Daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran
pajakyang terutang, termasuk pemungut atau pemotaong pajak tertentu.
11. Objek Pajak adalah segala sesuatu yang karena Peraturan
Perundang-Undangan dapat dikenai pajak.
12. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 bulan takwim
atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
13. Tahun Pajak adalah janka waktu yang lamanya sama dengan 1 tahun takwim
atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
14. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam
masa pajak, tahun pajak, atau dalam bagian tahun pajak menurut Ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan Daerah.
15. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang dapat disingkat dengan SPTPD
adalah surat yang oleh wajib pajak digumakan untuk melaporkan perhitungan
dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau
harta dan kewajiban menurut Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan
Perpajakan Daerah.
16. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi meliputi keadaan harta, kewajiban
atau hutang, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
3. Objek Pajak Hotel
Objek Pajak Hotel adalah setiap pelayanan yang disediakan Hotel dengan
melakukan pembayaran kepada hotel.
Yang termasuk Objek Pajak Hotel adalah sebagai berikut:
a. Fasilitas Penginapan atau tinggal jangka pendek.
Dalam pengertian rumah penginapan termasuk rumah kos dengan jumlah
kamar sepuluh atau lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah
penginapan. Fasilitas penginapan/fasilitas tinggal jangka pendek, antara lain:
gubuk pariwisata (cottage), motel, wisma pariwisata, pesanggrahan (hostel),
losmen dan rumah penginapan.
b. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tinggal
jangka pendek maupun jangka panjang yang sifatnya memberikan
kemudahan dan kenyamanan.
Pelayanan penunjang antara lain telapon, faksimile, teleks, internet, fotokopi,
pelayanan cuci, setrika, taksi dan pengangkutan lainnya yang diadakan dan
dikelola oleh pihak hotel.
c. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel,
bukan untuk umum.
Fasilitas olahraga dan hiburan antara lain adalh pusat kebugaran (fitness
center), kolam renang, tenis, golf, karoke, pub, diskotik, yang disediakan
atau dikelola oleh hotel.
Yang dikecualikan dari Objek Pajak Hotel adalah :
a. Penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan atau fasilitas tempat tinggal
lainnya baik bangunan, pekarangan dan menagementnya yang tidak
menyatudengan hotel.
b. Pelayanan tinggal di asrama dan pondok pesantren
c. Fasilitas olahraga dan hiburan disediakan di hotel yang dipergunakan oleh
bukan tamu hotel dengan pembayaran.
d. Pertokoan, perbankan, perkantoran, salon yang dipakai oleh umum di hotel
e. Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat
dimanfaatkan oleh umum.
4. Subjek Pajak Dan Wajib Pajak Hotel
Yang menjadi Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pembayaran kepada hotel. Dalam hal ini, konsumen yang menikmati dan
membayar pelayanan yang diberikan oleh hotel adalah merupakan subjek pajak hotel.
Wajib Pajak Hotel adalah Pengusaha Hotel, yaitu orang pribadi atau badan
dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya
melakukan usaha di bidang penginapan, termasuk didalamnya pengusaha tempat kost,
wisma, pondok wisata, dan gedung pertemuan yang bertanggung jawab sepenuhnya
untuk menyetor pajak yang terutang.
5. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Penghitungan Pajak Hotel
Dalam Perda No. 12 Tahun 2003 disebutkan mengenai dasar pengenaan
a. Dasar Pengenaan Pajak Hotel
Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel.
b. Tarif Pajak Hotel
Tarif Pajak Hotel adalah sebesar 10 % (sepuluh persen)
c. Penghitungan Pajak Hotel
Pajak Hotel yang terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
Contoh Penghitungan :
Tuan Budiman menginap dengan keluarganya di Hotel Tentakel di Medan tanggal
1 Agustus jam 14.00 WIB dan menginap sampai 5 Agustus. Tuan Budiman
menggunakan 2 kamar standar dengan harga Rp.150.000/kamar. Hotel Tentakel
mengenakan Tax sebesar 10%.
Berapa Pajak Hotel yang dikenakan terhadap Tuan. Budiman?
Jawab :
Sewa Kamar (4 hari, 2 kamar @ Rp.300.000,00) = Rp. 2.400.000,00
Pajak 10% (10% x 240.000,00)
Jumlah Pembayaran Tuan Budiman Rp. 2.640.000,00
Rp. 240.000,00
B. Prosedur / Tata Cara Penghitungan Pajak Hotel
Tarif Pajak Hotel paling tingggi sebesar 10%. Besarnya pokok pajak hotel
Perhitungan atas Pajak Hotel dapat dilakukan dengan sisitem:
1. Official assesment, yakni dengan berdasarkan penetapan kepala daerah melalui
penerbitan surat ketetapan pajak daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Kota Medan.
Rumus penghitungan pajak hotel dengan Official assesment adalah:
Pajak Hotel = Jumlah Kamar X Tarif Rata-Rata X 1 Bulan (30 hari)
X Tingkat Hunian X Tarif Pajak Hotel Keterangan :
Jumlah Kamar diperoleh dari jumlah semua jenis kamar.
Tarif Rata-Rata diperoleh dari Jumlah Keseluruhan jumlah kamar yang dikalikan
dengan tarif kamar kemudian dibagi dengan jumlah kamar.
Tingkat Hunian ditetapkan dengan persen (%), yaitu tingkat penghuni hotel yang
datang selama 1 bulan dan jumlah kamar yang terisi dari setiap jenis kamar yang
ada di hotel.
Contoh Soal :
PT. Hotel Gembira yang terletak di Kota Medan memiliki data jenis kamar, jumlah
kamar, dan tarif kamar sebagai berikut:
1. Standart Double 10 kamar dengan tarif/hari Rp.50.000,00
2. Standart Triple 8 kamar dengan tarif/hari Rp.75.000,00
3. Deluxe Double 10 kamar dengan tarif/hari Rp.110.000,00
5. Superior 4 kamar dengan tarif/hari Rp.200.000,00
Jika diketahui tingkat hunian 30%, tarif pajak hotel 10%, hitung pajak hotel yang
harus dibayar tiap bulannya oleh PT. Hotel Gembira?
Jawab:
Jumlah Keseluruhan dari jumlah kamar dikali tarif kamar perhari=
Rp.4.000.000,00
Maka Tarif Rata-Rata untuk Hotel Gembira, Jumlah keseluruhan kamar dari setiap
jenis kamar dibagi dengan Jumlah Keseluruhan jumlah kamar dikali tarif kamar per
hari = Rp.4.000.000,00 : 40 kamar = Rp. 100.000,00
Diketahui:
Jumlah Kamar = 40
Tarif Rata-Rata = Rp.100.000,00
Jumlah hari dalam 1 bulan = 30 hari
Tingkat Hunian = 30%
Pajak Hotel = Jumlah Kamar X Tarif Rata-Rata X 1 Bulan (30 hari)
X Tingkat Hunian X Tarif Pajak Hotel
= 40 X Rp. 100.000,00 X 30 hari X 30 % X 10 %
= Rp. 3.600.000,00
2. Self Assesment, sistem ini dilakukan oleh wajib pajak sendiri didalam menghitung
Pajak Hotelnya yang terutang. Sistem Self Assesment ini menganjurkan wajib pajak
agar dapat menghitung pajak, memungut, menyetor, melunasi, dan melaporkan
Rumus Penghitungan Pajak Hotel dengan Self Assesment adalah :
Pajak Hotel Terutang = Penghasilan Bruto dalam 1 Bulan X Tarif Pajak Keterangan :
Penghasilan Bruto di dapat dari jumlah Keseluruhan banyaknya hari dalam
penggunaan kamar hotel dalam 1 bulan dikali dengan Tarif kamar/hari
Tarif pajak adalah sebesar 10%
Contoh Soal :
PT. Hotel Kembang Wangi memiliki data jenis kamar, jumlah kamar, dan tarif
kamar sebagai berikut :
1. Standart Double 10 kamar dengan tarif/hari Rp.50.000,00
2. Standart Triple 10 kamar dengan tarif/hari Rp.75.000,00
3. Deluxe Double 10 kamar dengan tarif/hari Rp.100.000,00
4. Deluxe Triple 8 kamar dengan tarif/hari Rp.125.000,00
5. Superior 6 kamar dengan tarif/hari Rp.200.000,00
Pada Mei 2003 memperoleh penghasilan dari penggunaan kamar sebagai berikut :
a. Kamar Standart Double sebanyak 20 hari
b. Kamar Standart Triple sebanyak 20 hari
c. Kamar Deluxe Double sebanyak 15 hari
d. Kamar Deluxe Triple sebanyak 10 hari
Hitunglah berapa pajak hotel yang harus dibayar PT. Kembang Wangi untuk bulan
Mei 2003?
Jawab :
Pembayaran dari kamar selama bulan Mei
= (20 hari X Rp.50.000,00) + (20 hari X Rp.75.000,00) + (15 hari X
Rp.100.000,00) + (10 hari X Rp.125.000,00) + (12 hari X Rp.200.000,00)
= Rp.1.000.000,00 + Rp.1.500.000,00 + Rp.1.500.000,00 + Rp.1.250.000,00 +
Rp.2.400.000,00
= Rp. 7.650.000,00 adalah Penghasilan Bruto selama Bulan Mei 2003
Maka, Pajak hotel yang terutang = 10% X Rp.7.650.000,00
= Rp. 765.000,00
C. Prosedur Pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) Pajak Hotel
Seperti maksud dan pengertian SPTPD, bahwa SPTPD adalah surat yang
digunakan oleh WP untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang
terutang menurut Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan Daerah, maka isis
SPTPD tersebut harus juga memuat tentang penghitungan, dan jumlah pajak yang
harus dibayar.
Selain itu, SPTPD juga harus diisi dengan benar, lengkap dan jelas. Benar
maksudnya adalah bahwa semua yang harus diisi dalam SPTPD harus berdasarkan
harus diisi dengan lengkap keseluruhannya, tidak terlewat satu pun, termasuk
kelengkapan lampiran fotocopy dokumen yang diperlukan. Jelas maksudnya adalah
bahwa penulisan didalam mengisi SPTPD harus dapat dibaca dengan jelas, baik huruf
maupun angka.
SPTPD Pajak Hotel terdiri dari dua lembar, lembar kedua adalah sambungan
dari lembar pertama. Adapun yang menjadi isi pada lembar pertama SPTPD Pajak
Hotel adalah sebagai berikut:
- Pada sudut kiri atas terdapat tulisan PEMERINTAH KOTA MEDAN DINAS
PENDAPATAN DAERAH dan Alamat serta Nomot Telepon Dinas Pendapatan.
- Pada sudut kanan paling atas terdapat No.SPTPD, Masa Pajak dan Tahun Pajak.
No.SPTPD diisi oleh pegawai Dipenda, pada masa pajak yang diisi adalah bulan
yang akan dilaporkan pajak terutangnya dan pada tahun pajak diisi dengan tahun
yang sedang berjalan.
- Pada kolom NPWPD diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah yang telah
dimiliki oleh masing-masing Wajib Pajak.
- Kata PERHATIAN merupakan petunjuk dan perintah yang harus dilaksanakan
untuk mengisi kolom selanjutnya.
- Pada bagian A, diisi oleh Pengusaha Hotel, Penginapan, dan Sejenisnya, terdiri dari
beberapa kolom, yaitu:
a. Nama Wajib Pajak, diisi dengan nama Wajib Pajak tersebut
b. Merek Usaha, diisi dengan nama usaha yang telah ditetapkan oleh WP
d. Alamat Usaha, tempat lokasi kegiatan usaha tersebut dijalankan
e. Nama Pengusaha/Penangggung Jawab, nama orang pribadi yang menjadi
penanggung jawab usaha tersebut
f. Alamat Pengusaha/Penanggung Jawab, alamat pribadi yang menjadi
penanggung jawab usaha tersebut
g. Nomor Telepon, diisi dengan nomor telepon penanggung jawab usaha tersebut
- Pada angka 1, terdapat beberapa pilihan Golongan Hotel yang ada dalam formulir
SPTPD Pajak Hotel.
- Pada angka 2, terdapat Tarif dan Jumlah Kamar Hotel yang dibuat dalam empat
kolom. Kolom Nomor diisi dengan angka sesuai dengan jumlah, kolom Golongan
Kamar diisi dengan tipe atau jenis kamar yang ada di masing-masing hotel, Tarif
dalam Rupiah diisi dengan jumlah tarif kamar sesuai dengan golongan kamar per
hari. Kolom Jumlah diisi dengan jumlah kamar yang dimiliki untuk masing-masing
golongan kamar.
- Pada angka 3, terdapat pilihan Ya atau Tidak di dalam penggunaan Kas Register
yaitu mesin Cash Register yang wajib memasukkan program pengenaan pajak
hotel sebesar 10%.
- Pada angka 4 juga terdapat pilihan kolom Ya atau Tidak, apakah wajib pajak
mengadakan pembukuan atau pencatatan.
- Pada bagian B, diisi oleh Pengusaha Hotel dengan sistem self assesment yaitu:
1. Jumlah Pembayaran dari pajak Terutang untuk masa sebelumnya (akumulasi
keseluruhan pembayaran yang dibayar oleh semua pengunjung hotel pada bulan
yang lalu, termasuk pembayaran pajak hotel dalam Rupiah.
a. Masa Pajak, jangka waktu yang sudah ditetapkan dari tanggal sekian sampai
tanggal berikutnya, untuk masa pajak berikutnya.
b. Dasar Pengenaan (Jumlah Pembayaran Yang Diterima), adalah jumlah
pembayaran yang diterima oleh pihak hotel, tidak termasuk pembayaran untuk
pajak hotel.
c. Tarif Pajak, ditetapkan dengan %, paling tinggi 10%.
d. Pajak Terutang, diisi dengan hasil perkalian huruf b dikali huruf c, yakni
Dasar Pengenaan dikali tarif pajak hotel 10%.
2. Jumlah Pembayaran dari Pajak Terutang untuk masa pajak sekarang, diisi
dengan jumlah keseluruhan pembayaran, termasuk pembayaran pajak hotel yang
dibayar oleh semua pengunjung hotel selama bulan yang akan dilaporkan dalam
Rupiah.
a. Masa Pajak, jangka waktu pelaksanaan pemungutan pajak hotel dari tanggal
sekian sampai tanggal berikutnya yang akan dilaporkan.
b. Dasar Pengenaan (Jumlah Pembayaran Yang Diterima), diisi dengan jumlah
pembayaran yang diterima oleh pihak hotel, tidak termasuk pembayaran untuk
pajak hotel.
c. Tarif Pajak, ditetapkan dengan % yakni 10%.
d. Pajak Terutang, diisi dengan hasil perkalian antara huruf b dengan huruf c,
- Pada bagian C, diisi oleh Pengusaha Hotel dengan Penetapan atau Penghitungan
dari Pejabat Dipenda dengan sistem official assesment
a. Masa Pajak, diisi dari tanggal berapa sampai tanggal berapa yang akan
dilaporkan.
b. Dasar Pengenaan (Jumlah Pembayaran Yang Diterima), diisi dengan jumlah
pembayaranyang diterima oleh pihak hotel, tidak termasuk pembayaran untuk
pajak hotel.
- Pada bagian D, yakni kolom PERNYATAAN diisi dengan nama kota, tanggal,
bulan, dan tahun serta tanda tangan dan nama jelas wajib pajak
- Pada bagian E, diisi oleh petugas Dinas Pendapatan, yakni dengan memilih apakah
tata cara penghitungan dengan official assesment atau dengan self assesment.
a. Diterima Tanggal, diisi pada saat SPTPD diterima oleh pegawai Dinas
Pendapatan.
b. Nama Petugas, diisi dengan Nama orang pribadi pegawai Dinas Pendapatan
yang menerima SPTPD.
c. Nomor Induk Pegawai, diisi oleh petugas Dinas Pendapatan yang menerima
SPTPD.
- Pada bagian bawah, terdapat No.SPTPD, yakni nomor surat yang diisi oleh Petugas
Dinas Pendapatan.
- Lembaran Tanda Terima diberikan kepada Wajib Pajak sebagai bukti bahwa SPTPD
telah diterima oleh Petugas Dinas Pendapatan, yang berisi:
b. Nama, nama wajib pajak.
c. Alamat, merupakan tempat tinggal wajib pajak. Semuanya diisi oleh petugas
Dinas Pendapatan yang menerima SPTPD.
Formulir SPTPD Pajak Hotel dapat dilihat di Lampiran.
E. Prosedur Pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) Pajak
Hotel
Selain setiap Wajib Pajak harus mengisi SPTPD dengan jelas, benar dan
lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya, SPTPD harus
disampaikan kepada Kepala Daerah melalui Dinas Pendapatan Kota Medan
selambat-lambatnya 15 hari setelah berakhir masa pajak.
SPTPD Pajak Hotel yang dilaporkan juga harus melampirkan fotokopi
dokumen-dokumen yang menjadi pendukung proses penghitungan Dasar Pengenaan
dan Penetapan Pajak Terutang. Yang dimaksud dokumen antara lain berupa nota
perhitungan.
Wajib Pajak wajib menggunakan nota penjualan sebagai bukti atas
pembayaran yang dilakukan kepada Hotel. Nota Penjualan disediakan oleh WP
dengan terlebih dahulu diberikan tanda khusus oleh Pemerintah Daerah. Apabila WP
menggunakan cash register, maka wajib memasukkan program pengenaan Pajak
Hotel sebesar 10% dan kepada Konsumen diberikan nota cash register sebagai bukti
Bagi WP yang memenuhi kewajibannya dengan cara membayar sendiri,
diwajibkan melaporkan pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD untuk
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A. Prosedur Penghitungan, Pengisian dan Pelaporan SPT Pajak Hotel
Sejak berlakunya Otonomi daerah, Pemerintah Daerah secara otomatis
memiliki kewenangan yang utuh dalam penyelenggaraan pemerintahan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi pada daerahnya.
Di dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 dan juga Perda
No.12 Tahun 2003, telah diatur mengenai prosedur penghitungan, pengisian dan
pelaporan SPT pajak hotel di kota medan.
Wajib pajak yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah
(NPWPD) wajib mengisi Suarat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) setiap awal
masa pajak. Pengisian SPTPD pajak hotel harus dilakukan dengan benar, lengkap dan
jelas. Selain itu, SPTPD juga harus memuat tentang perhitungan, dan jumlah pajak
yang harus dibayar serta ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya.
Penghitungan pajak hotel dapat dilakukan dengan dua sistem, yakni official
assesment system dan self assesment system. Pada official assesment system,
penghitungan ditetapkan oleh Kepala Daerah melalui penerbitan surat ketetapan pajak
daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan,
sedangkan pada self assesment system, wajib pajak diberikan kepercayaan untuk
menghitung, memungut, menyetor, dan melaporkan pajak terutangnya sendiri.
pajak dengan dasar pengenaan pajak. Tarif pajak hotel berdasarkan Perda No.12
tahun 2003 yaitu sebesar 10%.
Umumnya SPTPD harus disampaikan selambat-lambatnya lima belas hari
setelah berakhir masa pajak kepada Kepala Daerah atau tempat lain yang ditunjuk
kepala daerah, yang dalam praktik sehari-hari adalah kepada Dinas Pendapatan. Atas
permohonan wajib pajak dengan alasan yang sah dan dapat diterima, Kepala Daerah
dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPTPD untuk jangka waktu
tertentu, yang diatur dalam peraturan daerah. SPTPD dianggap tidak dimasukkan
apabila wajib pajak tidak melaksanakan atau tidak sepenuhnya melaksanakan
ketentuan pengisian dan penyampaian SPTPD yang telah ditetapkan. Wajib pajak
yang tidak melaporkan atau melaporkan tidak sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sesuai ketentuan dalam
peraturan daerah.
B. Jumlah Wajib Pajak Hotel Di Kota Medan
Jumlah Wajib Pajak Hotel sampai dengan Bulan Mei 2009 yang terdaftar di
Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebanyak 179 wajib pajak.
Yang menggunakan sistem self assesment sebanyak 67 wajib pajak hotel, dan
Tabel III
Jumlah Wajib Pajak Hotel sampai dengan Mei Tahun 2009
No Golongan Pajak
Hotel
Wajib Pajak Jumlah
Self assesment Official
assesment
1 Bintang 5 3 - 3
2 Bintang 4 5 - 5
3 Bintang 3 10 - 10
4 Bintang 2 1 - 1
5 Bintang 1 15 - 15
6 Melati 3 22 - 22
7 Melati 2 10 - 10
8 Melati 1 1 112 113
JUMLAH 67 112 179
C. Data Target Dan Realisasi Pajak Hotel Di Dinas Pendapatan Kota Medan Target adalah sasaran atau batas ketentuan yang telah ditetapkan untuk
dijadikan acuan untuk mencapainya. Namun, adakalanya target tersebut tidak dapat
dapat dicapai dan ada juga yang melebihi target.
Begitu juga dalam penetapan penerimaan pajak hotel, pemerintah daerah juga
menetapkan target yang hendak dicapai. Berikut ini adalah tabel data target dan
realisasi penerimaan pajak hotel dari tahun 2006-2008.
Tabel IV
Target Dan Realisasi Pajak Hotel Di Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2006 – Tahun 2008
NO Tahun Anggaran Target (Rp) Realisasi (Rp) %
1 2006 17.670.000.000,00 17.684.311.839,64 100,08
2 2007 18.553.500.000,00 18.716.303.526,64 100,88
3 2008 20.455.233.700,00 23.233.320.037,71 113,58
Dari tabel data target dan realisasi pajak hotel diatas dapat dilihat bahwa pada
tahun 2006 target yang ditetapkan sebesar Rp. 17.670.000.000,00 dengan realisasi
penerimaan sebesar Rp. 17.684.311.839,64 dan persentase pencapaian target sebesar
100,08%. Pada tahun 2007, target yang ditetapkan sebesar Rp. 18.553.500.000,00
dengan realisasi sebesar Rp.18.716.303.526,64 dan persentase pencapaian target
sebesar Rp.100,88. Pada tahun 2008, target yang ditetapkan sebesar Rp.
20.455.233.700,00 dengan realisasi sebesar Rp. 23.233.320.037,71 dengan persentase
Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa setiap tahunnya realisasi penerimaan
dari pajak hotel selalu melebihi dari target yang ditetapkan dengan persentase
pencapaian target sebesar 100,08% , 100,88% bahkan mencapai 113,58%. Jadi, dapat
ditarik kesimpulan bahwa setiap tahunnya realisasi penerimaan selalu mengalami
kenaikan. Secara keseluruhan pencapaian target penerimaan pajak hotel Kota Medan
termasuk kedalam katagori sangat baik. Hal ini merupakan hasil yang memuaskan
khususnya bagi Dinas Pendapatan Kota Medan.
Tercapainya target tersebut bahkan mampu melebihi dari target yang telah
ditetapkan, dipengaruhi oleh penetapan target yang realistis tiap tahunnya. Dan juga
didukung dengan adanya peningkatan kinerja kerja Dinas Pendapatan Kota Medan,
dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak hotel serta memaksimalkan Pendapatan
Asli Daerah.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Hotel
1. Faktor Pendukung Penerimaan Pajak Hotel
a. Adanya penambahan wp-wp baru sejalan dengan perkembangan Kota Medan
b. Tersedianya Peraturan Daerah yang mengatur tentang pajak hotel
c. Adanya kesadaran wajib pajak untuk mematuhi peraturan yang berlaku
dengan melaporkan dan membayar pajak hotel tepat pada waktunya
2. Faktor Penghambat Penerimaan Pajak Hotel
a. Masih ada wajib pajak yang melaksanakan pembayaran tidak sesuai dengan
b. Masih ada wajib pajak yang menyampaikan SPTPD tidak tepat waktu
c. Adanya wajib pajak yang belum sepenuhnya melaporkan dan menyetorkan
pajak sesuai dengan yang dikutip dari subyek pajak
d. Adanya tekanan ekonomi yang dialami wajib pajak sehingga wajib pajak
merasa keberatan atas tarif pajak yang telah ditetapkan sebesar 10%, bahkan
tidak mau membayar pajak. Khusus untuk pajak hotel, dikarenakan sepinya
pelanggan yang datang membuat penghasilan yang diperoleh sangat minim
e. Masih ada wajib pajak yang kurang menyadari pentingnya membayar pajak
f. Masih adanya pengusaha yang memiliki bangunan yang disediakan sebagai
tempat penginapan dan telah memenuhi syarat sebagai Hotel, namun tidak
mendaftarkan diri sebagai wajib pajak hotel
g. Terdapat wajib pajak yang menutup usahanya tanpa pemberitahuan ke Dinas
Pendapatan Kota Medan
E. Upaya-Upaya Peningkatan Penerimaan Melalui Pajak Hotel
Berbagai upaya dan kebijakan telah dilakukan oleh Dinas Pendapatan untuk
meningkatkan penerimaan pajak hotel, antara lain melalui Ekstensifikasi dan
Intenfikasi dibidang Pajak Hotel, yaitu sebagai berikut:
1. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran bagi wajib pajak baru.
Kegiatan pendataan dan pendaftaran wajib pajak dilaksanakan untuk
mengetahui data para wajib pajak sehingga diketahui potensi riil di lapangan.
Pendataan ulang biasanya dilakukan secara berkala yaitu setiap tiga bulan
sekali (triwulan). Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan menilai apakah pajak
yang dilaporkan oleh wajib pajak sudah benar atau tidak.
3. Menyampaikan surat teguran kepada wajib pajak yang tidak/terlambat
menyampaikan SPTPD.
4. Penghitungan SPTPD dan Pemberian Angsuran Pajak Daerah.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk melakukan penghitungan besaran pajak yang
akan disetor oleh wajib pajak potensial ke kas Pemerintah Kota Medan serta
melaksanakan perjanjian angsuran pajak jika wajib pajak tidak mampu untuk
membayar dengan tunai.
5. Melaksanakan penagihan langsung kepada wajib pajak atas tunggakan pajak
Pelaksanaan kegiatan penagihan tunggakan pajak daerah ini merupakan
kegiatan yang langsung menagih pajak daerah kepada wajib pajak yang
menunggak pajak sehingga pajak yang tertahan pada wajib pajak dapat segera
masuk ke kas Pemerintah Kota Medan.
6. Melaksanakan verifikasi/pemeriksaan terhadap wajib pajak.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui kebenaran dan kepatuhan wajib
pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak sesuai dengan Peraturan
Daerah dan jika masih terdapat kekurangan pembayaran pajak, maka wajib
pajak dapat membayar kekurangan pajak ke kas Pemerintah Kota Medan
7. Sosialisasi
Kegiatan ini dilaksanakan untuk memberi pemahaman (sosialisasi) kepada para
wajib pajak yang bertujuan agar para wajib pajak dapat memahami dan
mematuhi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dengan adanya gambaran umum dan uraian-uraian mengenai pajak hotel serta
faktor pendukung dan penghambat penerimaan melalui pajak hotel, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang. Pajak daerah
dapat dipaksakan berdasarkan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
2. Dinas Pendapatan Kota Medan adalah salah satu perangkat Pemerintah
Daerah Kota Medan yang mengelola pendapatan daerah dari Pajak Daerah.
3. Pajak Hotel merupakan salah satu jenis Pajak Daerah yang dipungut oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan
yang disediakan dengan pembayaran di hotel.
4. Objek Pajak Hotel adalah setiap pelayanan yang disediakan Hotel dengan
melakukan pembayaran kepada hotel.
5. Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran kepada hotel sedangkan Wajib Pajak Hotel adalah Pengusaha
Hotel termasuk di dalamnya pengusaha tempat kost, wisma, pondok wisata,
dan gedung pertemuan yang bertanggung jawab sepenuhnya untuk menyetor
6. Tarif Pajak Hotel di Kota Medan sebesar 10 % (sepuluh persen).
7. Besarnya pokok pajak hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan
tarif dengan dasar pengenaan pajak.
8. Sistem penghitungan / penetapan pajak dapat menggunakan self assesment
system atau official assesment system.
9. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah harus diisi dengan benar, lengkap dan jelas
serta harus disampaikan kepada Kepala Daerah melalui Dinas Pendapatan
Kota Medan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhir masa
pajak.
10. Realisasi penerimaan dari pajak hotel di Kota Medan selama tahun 2006-2008
selalu dapat mencapai target yang telah ditetapkan, bahkan dapat melebihi
dari target tersebut.
B. Saran
Berdasarkan uraian-uraian dalam laporan ini, penulis ingin memberikan saran
yang mungkin dapat bermanfaat bagi Dinas Pendapatan Kota Medan dalam rangka
meningkatkan penerimaan Pajak Hotel di Kota Medan, antara lain sebagai berikut:
1. Dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak, semua aparat atau petugas
Dinas Pendapatan Kota Medan agar selalu memelihara sifat jujur, sopan, dan
tegas yang akan menambah kepercayaan wajib pajak terhadap petugas.
2. Dinas Pendapatan Kota Medan harus lebih meningkatkan sosialisasi kepada