• Tidak ada hasil yang ditemukan

1013068072

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "1013068072"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangka kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik agar menadi manusia yang beriman dan bertaqwa kapada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sekolah merupakan salah satu wadah yang berfungsi untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi peserta didik yang beriman, cerdas, disiplin, terampil dan bertanggung jawab serta sehat jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, sekolah dijadikan sebagai salah satu lembaga pendidikan formal yang dalam

penyelenggaraan pendidikannya dilakukan secara terorganisir, sistematis dan berkesinambungan dengan maksud agar tujuan pendidikan nsional itu sendiri dapat tercapai. Disinilah peranan Pendidikan Jasmani ikut andil yang merupakan sebuah investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia di Indonesia.

(2)

kesegaran jasmani, kemempuan, keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribaduan yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan

mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya.Oleh karena itu, Pendidikan jasmani dan kesehatan adalah termasuk mata pelajaran di sekolah yang merupakan bagian tujuan hidup sehat menuju pertumbuhan jasmani, mental, social, dan emosional yang selaras serasi dan seimbang dari berbagai bentuk dan macam-macam kegiatan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan disekolah salah satunya yaitu dengan diberikannya materi pembelajaran tentang cabang olahraga bola tangan.

Bola tangan adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri atas dua tim

beranggotakan masing-masing lima orang yang saling bertanding mencetak poin dengan memasukkan bola ke dalam keranjang lawan. Terdapat beberapa gerakan yang dipergunakan dalam permainan bola tangan seperti: passing (melempar bola), dribling (menggiring), shooting (menembak), ball handling (penguasaan bola),

rebounding (memantulkan bola), intercept (memotong arah passing bola), steals

(3)

Passing adalah gerakan mengoper bola dalam permainan basket yang dilakukan

dengan cara menolak, melempar, dan memantulkan bola menggunakan dua tangan atau satu tangan, gerakan ini memegang peranan yang penting dalam proses permainan sebab dengan gerakan ini tim bisa menyusun srategi penyerangan yang baik sehingga tim tersebut bisa memperoleh skor.

Dari berbagai macam gerak dasar dribble yang terdapat dalam permainan bola tangan, bounce pass merupakan salah satu jenis dribble yang dipelajari oleh siswa kelas V SD. Dribble adalah cara membawa bola dengan memantulkan bola kelantai dengan satu tangan. Untuk dapat melakukan gerak dasar dribble yang baik dan benar diperlukan suatu penguasaan gerak dasar yang baik pula. Selain itu, kelentukan lengan sangatlah diandalkan dalam melakukan bentuk gerak dasar ini. Tanpa adanya penguasan gerak dasar yang baik dan benar serta kelentukan lengan yang baik maka akan sulit untuk melakukan gerak dasar dribble dengan baik. Penguasaan gerak dasar dribble dengan baik dan benar dalam bola tangan dinilai penting karena dribble

merupakan salah satu jenis membawa bola digunakan dalam melakukan suatu permainan bola tangan.

(4)

peserta didik masih mendapatkan nilai dibawak Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah tersebut, yaitu ≥ 70.

Setelah dilakukan pengamatan lebih jauh, ternyata rendahnya hasil pembelajaran gerak dasar dribble yang terjadi di kelas V tersebut diakibatkan oleh kurang mendukungnya sarana yang digunakan dalam permainan bola tangan, sehingga model pembelajaran yang dilakukanpun menjadi kurang beragam. Selain itu, kurang efektifnya media yang dipergunakan guru dalam pembelajaran gerak dasar dribble merupakan salah satu penyebab dari rendahnya hasil belajar siswa di sekolah terebut, hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam

menguasai bola Tangan yang dikarenakan ukuran bola tangan yang kurang sesuainya dengan kondisi fisik siswa sekolah dasar. Oleh sebab itu, hasil pembelajaran bola tangan khususnya pembelajaran gerak dasar dribble di sekolah tesebut terbilang belum berhasil.

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti bermaksud untuk memecahkan suatu permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran dribble dalam permainan bola tangan di sekolah tersebut, yaitu dengan penelitian

tentang “Peningkatan Gerak Dasar Dribble Melalui Pembelajaran Kelompok Pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Kampung Baru Kecamatan Kedaton Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

(5)

2. Kurang mendukungnya sarana yang digunakan dalam permainan bola tangan sehingga model pembelajaran yang dilakukan menjadi terbatas atau kurang beragam.

3. Kurang efektifnya media yang dipergunakan guru dalam pembelajaran gerak dasar dribble.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya ruang lingkup dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini hanya pada masalah Meningkatkan Gerak Dasar Dribble Melalui Pembelajaran Kelompok Pada Siswa kelas V SD Negeri 3 Kampung Baru Kecamatan Kedaton Tahun Pelajaran 2012/2013.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah yang telah dipaparkan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:: “Apakah gerak dasar dribble dalam bola tangan pada siswa kelas V SD Negeri 3 Kampung Baru Kecamatan Kedaton Tahun Pelajaran 2012/2013 dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kelompok?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan di dalam latar belakang, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk memperbaiki gerak dasar dribble pada siswa kelas V SD Negeri 3 Kampung Baru Kecamatan Kedaton Tahun Pelajaran 2012/2013.

(6)

F. Manfaat Penelitian

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: a. Peneliti lain

Salah satu bahan informasi bagi peneliti lain mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan gerak dasar dribble bola tangan.

b. Siswa

Membantu siswa untuk meningkatkan hasil pembelajaran gerak dasar dribble bola tangan.

c. Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Sebagai bahan referensi bagi para guru Pendidikan Jasmani dalam meningkatkan gerak dasar dribble bola tangan peserta didiknya.

d. Sekolah

Sebagai bahan referensi bagi pembina sekolah mengenai penerapan model pembelajaran kelompok pada pembelajaran gerak dasar dribble pada bola tangan.

e. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Mengajar

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut james O. Whittaker dalam Djamarah (1999: 22) belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Selain itu, R. Gagne dalam Djamarah (1999: 22) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.

Seseorang dikatakan belajar apabila memiliki ciri-ciri belajar, yaitu sebagai berikut : 1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat

pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.

(8)

4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

Sedangkan mengajar merupakan aktivitas yang identik dan erat pengertiannya dengan tugas seorang guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada para peserta didiknya. Selain itu, mengajar tak terlepas dari aktivitas belajar yang dilakukan oleh peserta didik, karena dengan adanya proses belajar dan mengajar timbul suatu proses yang dinamakan pembelajaran.

Pembelajaran adalah separangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadia-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa

(Winkel,1991) dalam http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/. Jadi, dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu sistem pendidikan tidaklah terlepas dari proses pembelajaran yang di dalamnya terkait dengan dua aktivitas, yaitu belajar dan mengajar, karena tanpa adanya salah satu dari aktivitas tersebut tidaklah akan terjadinya suatu proses pembelajaran.

B. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Melalui pendidikan jasmani siswa di sosialisasikan kedalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga. Tidaklah mengherankan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian pendidikan menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk

(9)

Selain itu, Pendidikan Jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional (Lutan dkk, 1996/1997: 3). Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

Jadi, pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga. Inti pengertiannya adalah mendidik anak. Yang

membedakannya dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik.

C. Belajar Motorik

Motorik adalah keseluruhan proses yang terjadi pada tubuh manusia, yang meliputi proses pengendalian (koordinasi) dan proses pengaturan (kondisi fisik) yang

dipengaruhi oleh faktor fisiologi dan faktor psikis untuk mendapatkan suatu gerakan yang baik. Motorik berfungsi sebagai motor penggerak yang terdapat didalam tubuh manusia. Motorik dan gerak tidaklah sama, namun tetapi berhubungan.

Definisi lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan motorik ialah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Dalam

(10)

dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih sempurna keadaannya. Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesempurnaan otak juga turut menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil.

Sedangkan belajar motorik adalah proses perubahan individu sebagai hasil timbal balik antara latihan dan kondisi lingkungan (Drowazky, 1981 belajar motorik adalah suatu perubahan perilaku gerak yang relatif permanen sebagai hasil dari latihan dan pengalaman (Oxendine, 1984).

Belajar motorik adalah suatu proses perubahan merespons yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman (Schmidt dalam Lutan, 1988:102).

Selain itu, proses belajar motorik dapat diartikan sebagai berikut : 1. hasil belajar/ kemampuan merespon dalam bentuk gerak. 2. perubahan relatif permanen.

3. perubahan akibat pengalaman dan latihan. 4. perubahan bisa ke arah negatif.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar motorik adalah proses perubahan individu baik berupa perilaku gerak maupun respon yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman.

D. Keterampilan Gerak Dasar

(11)

fisik yang diperoleh melalui Pendidikan Jasmani tidak hanya berguna menguasai cabang olahraga tertentu tapi juga untuk melakukan aktivitas dan tugas fisik dalam kehidupan sehari-hari. Manusia pada kodratnya adalah benda hidup, bukan benda mati. Benda mati dapat bergerak disebabkan apabila ada gaya eksternal yang mempengaruhi benda tersebut. Sedangkan benda hidup dapat bergerak baik karena pengaruh gaya eksternal maupun karena pengruh gaya internal.

Keterampilan merupakan gambaran kemampuan motorik seseorang yang ditujukkan melalui penguasaan suatu gerak. Dalam meningkatan penguasaan gerak khususnya dalam olahraga, maka diperlukan suatu proses pembelajaran untuk sampai ke tingkat terampil. Mengenai terampil sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lutan (1988: 76) bahwa terampil juga dinyatakan untuk menggambarkan tingkat kemahiran seseorang melaksanakan suatu penguasaan suatu hal yang memerlukan tubuh.

Keterampilan gerak bagi anak-anak sekolah dasar diartikan sebagai sikap

perkembangan dan penghalusan aneka keterampilan gerak yang tentunya berkaitan dengan permainan olahraga. Keterampilan gerak ini diupayakan untuk

dikembangkan dan diperhalus agar anak dapat melakukan dengan benar dengan sesuai tenaga dan sesuai dengan keadaan lingkungan. Apabila gerakan ini sudah matang maka dilanjutkan untuk diterapkan pada suatu permainan, aneka olahraga dan aktivitas jasmani yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

(12)

1. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini terdiri dari Pengetahuan (Knowledge), Pemahaman

(Comprehension), Penerapan (Aplication, Penguraian (Analysis), Memadukan

(Synthesis), Penilaian (Evaluation).

2. Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari Penerimaan (receiving/attending), Sambutan (responding), Penilaian (valuing), Pengorganisasian (organization), Karakterisasi (characterization).

3. Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari Kesiapan

(set), Meniru (imitation), Membiasakan (habitual), Adaptasi (adaption).

Sedangkan gerak dasar menurut M Furqon H, (2002) merupakan pola gerak yang inheren yang membentuk dusar-dasar untuk ketrampilan gerak yang kompleks yang meliputi gerak lokomotor, gerak non lokomotor dan gerak manipulatif. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan gerak dasar adalah kemampuan seseorang dalam membentuk kemampuan motoriknya melalui pola-pola gerak.

E. Model Pembelajaran Kelompok

(13)

adalah sebuah perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk menjabarkan kurikulum untuk merancang materi pembelajaran danuntuk memadukan kegiatan pemebelajaran di dalam kelasatau setting kelas yang lain (Ahmad H. P, 2005: 15). Proses dan produk pembelajaran yang semula berorientasi pada guru (teacher centred) berubah menjadi berpusat pada siswa (student centred). Oleh karena itu,

Mosston (dalam Lutan dan Toho, 1996/1997) mengklasifikasi model pembelajaran Pendidikan Jasmani antara lain; (1) model komando, (2) pembelajaran tugas, (3) pembelajaran perseorangan, (4) pembelajaran berpasangan, (5) pembelajaran kelompok, (6) penemuan terbimbing, dan (7) pemecahan masalah.

Kita semua mengetahui bahwa manusia adalah makluk sosial dimana mengandung arti bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan crang lain pengertian itu bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari karena tanpa bantuan oran lain kita tidak bisa mencukupi kebutuhan manusia. Oleh karena itu, manusia harus hidup berkelompok dan membentuk suatu organisai dalam uraha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Karena hakekatnya manusia kemampuannya terbatas.

Kelompok adalah kumpulan bebrapa orang atau benda yang berkumpul dan atau dikumpulkan menjadi satu ikatan atau kumpulan. Sebagai kelompok manusia dimana anggotanya dapat beritregasi atau sama lain dapat berkerja sama yang baik tapi juga bisa melahirkan perbedaan dan pertentangan yang menyebabkan kelompok tersebut pecah dan bercerai berai.

Disisi lain fungsi dari kelompok juga dapat memberikan adanya suatu kepastian dan ketentuan-ketentuan tentang pelaksanaan hubungan kerja tersebut. Selain itu

(14)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelompok pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor :

1. Internal

Faktor internal di anggap sebagai unsur penting karena manusia mempunyai kecakapan yang berbeda satu sama lain. Disamping itu komunikasi juga sangat berperan dalam membuat kelompok manusia yang dinamis.

2. Eksternal

Faktor ini adalah faktor lingkungan dimana kelompok harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Dapat kita pahami bagaimana faktor internal dan eksternal tersebut sangat mempengaruhi kelompok. Dimana untuk menjaga kelangsungan hidupnya kelompok tersebut harus senantiasa menyesuikan diri dimana kelompok itu berada.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan mengenai pengertian pembelajaran kelompok adalah pembelajaran yang dimana setiap pesertanya harus menjadi bagain dari regu atau kelompok tersebut. Jumlah peserta dalam setiap kelompok tergantung proses pembelajaran apa yang hendak dimainkan, dan tujuan dari pembelajaran kelompok selain meningkatkan gerak motorik anak tersebut tapi juga diharapkan dapat terjadi komunikasi sehingga terbina kekompakan, rasa saling memiliki, keakraban dan memupuk rasa kebersamaan. Tujuan lain dari pembelajaran kelompok ini, menciptakan suasana yang sehat dalam persaingan serta meningkatkan semangat perjuang yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

(15)

1) untuk membangkitkan kepekaan diri seseorang anggota kelompok terhadap anggota lainnya dalam kelompok sshingga timbul rasa saling menghargai, saling keterbukaan dan saling toleransi.

2) untuk menimbulkan rasa solidaritas dari seluruh anggota kelompok sehingga timbul partisipasi yang spontan atau tidak disengaja dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Selain kelebihan, ada pula kekurangan dari model pembelajaran kelompok, yaitu : 1) dalam permainan dimana ada kelebihan pasti juga ada kekurangan diantaranya

kekurangan itu adalah apabila siswa masuk kelompok yang kurang disukai maka akan menimbulkan perpecahan sehingga tidak terjadi kerja sama atau

kekompakan.

2) apabila seorang siswa melakukan kesalahan atau hal yang merugikan kelompok tersebut maka semua anggota kelompoknya juga akan mendapat hukuman.

F. Permainan Bola Tangan

(16)

lainnya, antara lain di Amerika Selatan, Eropa Selatan, Lithuania, dan juga di Indonesia.

Lapangan yang dipergunakan dalam bermain bola tangan berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang lapangan yaitu 26 meter serta lebar lapangan yaitu 14 meter. Tiga buah lingkaran yang terdapat di dalam lapangan basket memiliki panjang jari-jari yaitu 1,80 meter.

Jumlah pemain dalam permainan bola tangan adalah 5 orang dalam satu regu dengan cadangan 5 orang. Sedangkan jumlah wasit dalam permainan bola tangan adalah 2 orang. Wasit 1 disebut referee sedangkan wasit 2 disebut umpire.

Waktu permainan 4x10 menit. Di antara babak 1, 2, 3 dan babak 4 terdapat waktu istirahat selama 10 menit. Bila terjadi skor yang sama pada akhir pertandingan harus diadakan perpanjangan waktu sampai terjadi selisih skor. Di antara dua babak tambahan terdapat waktu istirahat selama 2 menit. Waktu untuk lemparan ke dalam yaitu 5 detik.

Keliling bola yang digunakan dalam permainan bola Tangan adalah 75 cm - 78 cm. Sedangkan berat bola adalah 600 - 650 gram. Jika bola dijatuhkan dari ketinggian 1,80 meter pada lantai papan, maka bola harus kembali pada ketinggian antara 1,20 - 1,40 meter.

G. Pembelajaran Gerak Dasar Dribble dalam Bola Tangan

(17)

yang baik harus dilakukan sehingga dapat bermain dengan baik jika setiap unsur gerak dapat dikuasai, maka pemain akan dapat dengan mudah mengkombinasikan gerakannya dan dapat mengembangkan dalam berbagai macam gerakan.

Dalam permainan bola Tangan penguasaan bola merupakan hal yang paling penting, karena keberhasilan serangan tergantung pada setiap kemampuan pemain dalam menguasai bola dan mampu membuat point. Salah satu gerak dasar yang sangat penting untuk dikuasai adalah Dribble atau cara membawa bola.

Dalam peraturan permainan, dijelaskan bahwa seorang pemain diperkenankan melangkah sebanyak 3 langkah sambil memegang bola setelah memantulkan bola pada saat berlari. Dalam hal ini, seorang pemain juga diperkenankan melakukan gerakan menggiring bola/memantulkan bola seperti dalam permainan bola basket. Namun cara tersebut tentu saja akan merugikan, baik bagi pemain tersebut maupun bagi regunya, karena akan memperlambat jalan pemain.

Sebaiknya, teknik dribbling ini baru diajarkan, bila para pemain sudah menguasai dengan baik keterampilan melempar, mengoper dan menangkap bola. Dengan demikian latihan dribbling pada bagian akhir, hal ini secara tidak langsung akan memberikan keuntungan dalam pembinaan kekompakan regu. Pada saat latihan bermain, tanpa adanya dribble, akan memaksa para pemain untuk bekerja sama, lebih memantapkan teknik passing serta memahami taktik bermain.

Cara melakukan dribble adalah sebagai berikut : bola dipantulkan dengan satu tangan. Bola dipantulkan kira-kira 1 meter di depan pemain yang sedang

(18)

tangan yang memegang bola. Bola lepas dari tangan setelah pada saat terakhir menyentuh ujung-ujung jari tangan. Latihan dribbling harus dilakukan secara sistematis maksudnya diawali dengan gerakan yang mudah kemudian setelah gerakan tersebut sudah dikuasai, gerakan ditambah dengan gerakan-gerakan yang lebih sulit/kompleks.

Suatu bentuk sistematika latihan dribbling : 1. Dribble lurus dengan satu tangan.

2. Dribble lurus dengan berganti-ganti tangan yang memantulkan bola. 3. Dribble zig-zag.

4. Dribble – pivot – dribble zig-zag. 5. Body weaving – dribble zig-zag.

H. Kerangka Berpikir

Tujuan utama belajar gerak dasar adalah untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar yaitu perubahan perilaku yang bersifat psikomotor dan perubahan penguasaan keterampilan gerak suatu cabang olahraga. Selain perubahan yang bersifat afektif dan kognitif, untuk dapat bermain bola Tangan dengan baik siswa diharapkan terlebih dahulu menguasai gerak dasar salah satu adalah dribble.

Dribble merupakan salah satu jenis operan jarak dekat yang sangat baik dilakukan

(19)

pembelajaran kelompok yang dipadupadankan dengan penggunaan alat pemebelajaran yang dimodifikasi kedalam bentuk yang lebih sederhana tanpa mengurangi fungsi alat pembelajaran yang sebenarnya, diharapkan dapat memperbaiki mutu serta hasil pembelajaran yang dilaksanakan.

Begitu pula yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini yaitu, jika poses

pembelajaran gerak dasar dribble pada siswa kelas V SD Negeri 3 Kampung Baru Kecamatan Kedaton Tahun Pelajaran 2012/2013 dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kelompok dan modifikasi alat yang dirancang dengan kreatif dapat memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan tersebut.

I. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara yang sangat besar kegunaannya, karena dapat menjadi penuntun kea rah proses penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang harus dicari pemecahnnya.

Pada penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : “Jika model

(20)

III.METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode Penelitian ini dilakukan dengan metode kaji tindak dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan dikelas atau dilapangan , hal ini karena ada 3 kata yang membentuk pengertian tersebut. 1). Penelitian menunjukkan pada suatu kegiatan yang mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang brmanfaat dalam meningkatkan mutu suatu yang menarik minat dan penting bagi peneliti. 2). Tindakan menuju pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dalam penelitian pembentuk rangakaian siklus kegiatan siswa. 3). Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi ruang kelas dalam penelitian yang lebih spesifik.

Pada penelitian tindakan ini memilii ciri-ciri sebagai berikut : a) Praktis dan langsung relevan untuk situasi actual, b) menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan perkembangan-perkembangan yang lebih baik, c) dilakukan melaui putaran-putaran yang berspiral.

(21)

dan tahap refleksi. Yang dimaksud dengan penelitian yang dilakukan melalui putaran spiral adalah penelitian yang melalui siklus-siklus berikut ini :

Gambar 1. Bagan Model Penelitian Tindakan Arikunto (2007:16)

Keterangan gambar :

Perencanaan (planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang aoa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

Aksi atau pelaksanaan tindakan

Aksi atau pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas.

Observasi

(22)

Refleksi

Refleksi adalah merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Tujuan dari refleksi adalah memperbaiki suatu tindakan yang sudah dilaksankan apabila tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau tindakan sesuai rencana guna menentukan rencana yang akan dilaksanakan berikutnya.

B. Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini penulis melaksanakan penelitian sampai tiga siklus (enam kali pertemuan) kemudian diantara setiap siklusnya direncanakan kegiatan tindakan yang berbeda pada setiap siklusnya, akan tetapi setiap siklus saling berkaitan, setiap proses penelitian merupakan tindakan lanjutan dari siklus penelitian sebelumnya.

1. Tes awal

2. Siklus I.

a. Perencanaan

1. Menyiapakan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran, yaitu bola Tangan yang diganti dengan bola plastik.

2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran siklus pertama. 3. Mempersiapkan instrumen untuk observasi/pengamatan proses

pembelajaran dan alat untuk dokumentasi seperti kamera.

b. Tindakan

(23)

2. Guru memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan pembelajaran gerak dasar dribble secara berkelompok dengan menggunakan alat

pembelajaran bola tangan yang diganti dengan bola plastik pada siklus pertama.

3. Guru memberikan latihan dribble bergantian dengan bola tangan yang diganti dengan menggunakan bola plastik secara berkelompok dengan jarak lemparan 2, 3, dan 4 meter.

4. Guru mengoreksi setiap gerak dasar siswa dan memberikan contoh gerakan yang baik dan benar, kemudian memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya mengenai kesulitan yang dialami dalam melakukan rangkaian gerak dasar dribble yang diajarkan.

c. Observasi

Setelah tindakan dilakukan, peneliti melakukan tes keterampilan gerak dasar lempar dribble siswa secara individu dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan berupa lembar penilaian gerak dasar dribble dalam bola Tangan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai rangkaian gerak dasar dribble yang telah diajarkan.

d. Refleksi

(24)

dribble. Sebagai perbaikan dari kekurangan yang nampak pada siswa yang

terdapat pada siklus pertama, maka menjadi bahan untuk mengetahui tahapan pada siklus kedua.

3. Siklus II

a. Perencanaan

1. Menyiapakan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran, yaitu bola Tangan yang diganti dengan penggunaan bola karet dan simpai sebagai titik sasaran dalam melakukan lemparan dribble.

2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran siklus kedua. 3. Mempersiapkan instrumen untuk observasi/pengamatan proses

pembelajaran dan alat untuk dokumentasi seperti kamera.

b. Tindakan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tingkatan siklus kedua adalah : 1. Langkah-langkah yang dilakukan pada tingkatan siklus pertama adalah

siswa dibariskan ke dalam dua sab secara berhadapan.

2. Guru memberikan penjelasan cara pelaksanaan pembelajaran gerak dasar dribble secara berkelompok dengan menggunakan alat

pembelajaran bola Tangan yang diganti menjadi bola karet pada siklus pertama dan pada siklus kedua ini ditambahkan simpai sebagai titik sasaran dalam melakukan lemparan dribble..

(25)

4. Guru mengoreksi setiap gerak dasar siswa dan memberikan contoh gerakan yang baik dan benar, kemudian memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya mengenai kesulitan yang dialami dalam melakukan rangkaian gerak dasar dribble yang diajarkan.

c. Observasi

Setelah tindakan dilakukan, peneliti melakukan tes keterampilan gerak dasar lempar dribble siswa secara individu dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan berupa lembar penilaian gerak dasar dribble dalam bola Tangan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai rangkaian gerak dasar dribble yang telah diajarkan.

d. Refleksi

Hasil observasi pada siklus kedua disimpulkan dan didiskusikan.

Kesimpulan dari hasil pembelajaran gerak dasar dribble dalam bola Tangan, berapa persen tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh siswa.

4. Siklus III

a. Perencanaan

1. Menyiapakan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran, yaitu bola Tangan yang diganti dengan penggunaan bola karet dan simpai sebagai titik sasaran dalam melakukan Dribble.

2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran siklus kedua. 3. Mempersiapkan instrumen untuk observasi/pengamatan proses

(26)

b. Tindakan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tingkatan siklus kedua adalah : 1. Langkah-langkah yang dilakukan pada tingkatan siklus pertama adalah

siswa dibariskan ke dalam dua sab secara berhadapan.

2. Guru memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan pembelajaran gerak dasar dribble secara berkelompok dengan menggunakan alat

pembelajaran bola Tangan yang diganti menjadi bola karet pada siklus pertama dan pada siklus kedua ini ditambahkan simpai sebagai titik sasaran dalam melakukan lemparan dribble..

3. Guru memberikan latihan dribble bergantian dengan bola Tangan yang diganti dengan menggunakan bola karet dan simpai secara berkelompok dengan jarak lemparan ditambah menjadi 4 meter.

4. Guru mengoreksi setiap gerak dasar siswa dan memberikan contoh gerakan yang baik dan benar, kemudian memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya mengenai kesulitan yang dialami dalam melakukan rangkaian gerak dasar dribble yang diajarkan.

c. Observasi

Setelah tindakan dilakukan, peneliti melakukan tes keterampilan gerak dasar Dribble siswa secara individu dengan menggunakan instrumen yang telah

(27)

d. Refleksi

Hasil observasi pada siklus kedua disimpulkan dan didiskusikan.

Kesimpulan dari hasil pembelajaran gerak dasar dribble dalam bola tangan, berapa persen tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh siswa dan disajikan dalam bentuk data.

C. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitan ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 3 Kampung Baru Kecamatan Kedaton Tahun Peajaran 2012/2013, yaitu berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 8 putra dan 18 putri.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lapangan SD Negeri 3 Kampung Baru Kecamatan Kedaton.

2. Pelaksanaan penelitian

Lama waktu penelitian yang dilakukan dalam penelitian satu setengah bulan dan terdapat 3 siklus, satu siklusnya dilaksanakan 3 kali pertemuan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK (penelitian tindakan kelas) disetiap siklusnya. Menurut Freir and Cuning ham dalam Muhajir (1997: 58) Menyatakan “Alat untuk ukur instrument dalan PTK dikatan

(28)

Alat ukur itu berupa indikator-indikator dari penilaian ketrampilan gerak dasar Dribbledalam bola tangan. Instrumen penelitian terlampir dilampiran halaman 44 .

F. Teknik Analisi Data

Setelah data dikumpulkan melalui tindakan disetiap siklusnya, selanjutnya data dianalisis melalui tabulasi, persentase dan normative. Teknik penilaian dalam proses pembelajaran menggunakan penilaian kwantitatif untuk melihat kwalitas hasil tindakan di setiap siklus menggunakan rumus sebagi berikut :

%

100

N

f

P

(Subagio dalam Surisman, 1997)

Keterangan :

P = Persentase keberhasilan

(29)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis, maka dapat disimpulkan bahwa : “Melalui model pembelajaran kelompok dapat meningkatkan pembelajaran gerak dasar dribble dalam bola tangan pada siswa kelas V SD Negeri 3 Kampung Baru Kecamatan Kedaton Tahun Pelajaran 2012/2013.”

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Lain

Pembelajaran gerak dasar dribble masih belum tercapai ketuntasan belajar sebesar 100% atau semua siswa belum mencapai ketuntasan belajar, hal ini dapat diteliti kembali guna menentukan tindakan yang lebih tepat dan menarik agar dapat meningkatkan penguasaan keterampilan gerak dasar dribble.

2. Bagi Siswa

(30)

dilakukan dengan sunguh-sungguh akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

3. Bagi Guru Pendidikan Jasmani

Ada baiknya jika hasil penelitian ini dijadikan sebagai salah satu sumber pengetahuan bagi guru Pendidikan Jasmani untuk pedoman dalam mengajar khususnya pada materi permainan bola tangan.

4. Bagi Sekolah

Sebaiknya dijadikan sebagai sumbangan pemikiran di sekolah dalam usaha peningkatan gerak dasar memukul pada permainan bola bakar.

5. Bagi Program Studi Penjaskes Universitas Lampung

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Nuril. 2007. Permainan Bola Tangan. Era Intermedia. Solo.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Ar-ruzz media. Jogjakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri.1999. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Bandung.

http://grandmall10.wordpress.com/2011/05/21/mengembangkan-keterampilan-gerak-dasar-lompat-dengan-permainan-tradisional/

http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/.

http://tangguhabiyoga.wordpress.com/2011/02/14/pengertian-belajarmotorik-dan-belajar-motorik/.

Imam Sodikun. 1992. Olahraga Pilihan Bola Tangan. Jakarta: PPLPTK Dirjen Dikti Depdikbud.

Lutan. 1988, Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud. Jakarta.

Lutan, Rusli dan Toho Cholik M, 1996/1997. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Dirjen Dikti. Jakarta.

Lutan, Rusli. 2000, Manajemen Penjaskes. Depdikbud. Jakarta.

Ma’mun, Amung. 1999. Perkembangan Gerak Dan Belajar Gerak. Depdikbud. Jakarta.

(32)

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Surisman. 2007. Penilaian Hasil Pembelajaran. Universitas Lampung. ________ .2010. Permainan Bola Tangan. Universitas Lampung

Gambar

Gambar 1. Bagan Model Penelitian Tindakan Arikunto (2007:16)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Di Kabupaten Seruyan Kuala Pembuang Program ini berjalan dengan baik sesuai kebijakan pemerintah, Aktifitas para ibu hamil dan ibu menyusui dalam melakukan pemeriksaan ke

Ini berarti bahwa terdapat perbedaan nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Arab materi alat-alat sekolah kelas IV antara sebelum dan sesudah

Setelah citra dibaca kemudian dilakukan dekomposisi wavelet 2 dimensi terhadap citra tersebut untuk mendapatkan nilai koefisien-koefisien wavelet , yang akan digunakan untuk

Pada meja pendaftaran dilakukan beberapa kegiatan yaitu, (a) Mendaftar balita, ibu hamil, ibu menyusui (b) Setiap pengunjung yang datang ke Posyandu

Berdasarkan hasil analisis serta berbagai pengujian maka dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa variabeldari Promotion mix ( Advertising, Personal selling, Sales

Penelitian yang berjudul Penyelenggaraan Pembinaan Program Kelas Khusus Olahraga (KKO) di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sewon, Bantul oleh Amirin dkk

Upaya dalam mempertahankan budaya sibali - sipatambak pada masyarakat Desa Batetangnga Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar: menghilangkan kebiasaan bahwa segala sesuatu

Tingginya angka pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di lingkungan perumahan telah meningkatkan keresahan di masyarakat. Untuk itu, penelitian ini bertujuan