• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN PUPUK MIKRO PADA VIABILITAS BENIH PADI (Oryza sativa L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN PUPUK MIKRO PADA VIABILITAS BENIH PADI (Oryza sativa L.)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN PUPUK MIKRO PADA VIABILITAS BENIH PADI (Oryza sativa L.)

(Skripsi)

Oleh BAY ACHMADI

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN PUPUK MIKRO PADA VIABILITAS BENIH PADI (Oryza sativa L.)

Oleh Bay Achmadi

(3)
(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Lampung pada tanggal 17 Februari 1987, sebagai anak kelima dari enam bersaudara pasangan Bapak Zulkifli dan Ibu Hayati.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Cendrawasih Tanjung Agung, Bandar Lampung diselesaikan tahun 1993, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Tanjung Agung, Bandar Lampung pada tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTPN 23 Bandar Lampung pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 6 Bandar Lampung pada tahun 2005.

Pada tahun 2005, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa, penulis melaksanakan Praktik Umum di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Kedaton, Lampung Selatan pada tahun 2009. Dalam bidang

(5)

Kupersembahkan karya tulis ini

Kepada Bapak, Ibu, Kakak dan

(6)

SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat, kasih sayang, ridha, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini mungkin tak dapat terselesaikan tanpa bantuan orang-orang sekitar, maka penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam kepada:

1. Ir. Eko Pramono, M.S., selaku Pembimbing Pertama, Ketua Tim Penguji, atas ide, bimbingan, nasihat, arahan, koreksi, saran, kesabaran dan

perhatian yang diberikan kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P., selaku Pembimbing Kedua, Sekertaris Tim Penguji, dan sekaligus sebagai Ketua Program Studi, atas saran, semangat, motivasi, dan waktu dalam membimbing penulis selama penelitian hingga penyelesaian skripsi.

3. Ir. Yayuk Nurmiaty, M.S., selaku Penguji bukan Pembimbing yang telah memberikan saran, pengarahan, semangat, dan motivasi selama penulis menyelesaikan skripsi.

(7)

iii 5. Ayahanda Zulkifli dan Ibunda Hayati, Kiay, Uni, Ajo Karim, Mbak Wati,

Adek Uci, dan seluruh keluarga besar ku yang telah memberikan doa yang tiada henti, kasih sayang, pengertian, motivasi, kesabaran dan segala bantuan moril serta materil untuk keberhasilan penulis selama melaksanakan studi hingga penyelesaian skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat penulis (Eko, Rubi, Resti Larasati, Bahrun, dan Juhanda) atas kebersamaan, dorongan semangat, motivasi, dan canda tawa selama penulis menjadi mahasiswa hingga penyelesaian skripsi ini.

7. Keluarga besar Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, sahabat-sahabat Agronomi 2005, 2006, dan 2007 atas bantuan, saran, dorongan semangat, kesetiakawanan, keceriaan selama perkuliahan dan pertemanan. 8. Semua pihak yang telah membantu penulis dengan tulus yang tidak dapat

disebutkan satu per satu.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca, Amien.

Bandar Lampung, Mei 2012

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR………. xix

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 5

1.3 Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran... 5

1.4 Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Padi ... 9

2.2 Pupuk Organik Petroganik ... 10

2.3 Pupuk Mikro Plant Catalyst ... 11

2.4 Peran Unsur Hara terhadap Pertumbuhan... 12

2.5 Viabilitas Benih ... 19

2.6 Sifat Fisik dan Kimia Etanol ... 20

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.2 Alat dan Bahan ... 22

3.3 Rancangan Percobaan ... 23

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 24

(10)

v IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan ... 30

4.2 Pembahasan ... 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN ... 50

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(12)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun padi dapat digantikan oleh tanaman lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain.

Beras adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan sumber energi yang cukup bagi tubuh manusia, padi mengandung karbohidrat yang tinggi (85%) dari energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi. Nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah 1821 kalori yang apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras

mengandung berbagai zat makanan antara lain karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, dan vitamin. Di samping itu beras mengandung beberapa unsur mineral, yaitu kalsium, magnesium, sodium, dan fosfor (Triyono, 2007).

(13)

2 mengalami defisiensi hara, baik unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil. Sedangkan tanaman subur ialah tanaman yang pertumbuhan dan perkembangannya tidak terhambat, baik oleh kondisi biji atau kondisi lingkungan.

Berdasarkan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia pada tahun 2005 negara produsen padi terkemuka didunia adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total produksi dunia), India (20%), dan Indonesia (9%). Sebagian kecil produksi padi dunia yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia). Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang

diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brazil (3%) (Wikipedia, 2010).

Pasca pencapaian swasembada beras tahun 1984, laju peningkatan produksi padi nasional hingga tahun 2000 rata-rata hanya 2 % per tahun, lebih rendah dibanding dengan laju produksi padi dalam periode 1970—1983 yang mencapai 5,2 % per tahun, hal ini menunjukan telah terjadi pelandaian “levelling-off ” produksi padi dalam dua dekade terakhir terutama pada lahan sawah irigasi yang dikelola secara intensif.

(14)

3 memenuhi kebutuhan beras sendiri. Teknologi yang dapat diterapkan adalah penggunaan benih bermutu varietas unggul.

Hingga saat ini, Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) telah berhasil merakit beberapa varietas padi unggul dan dilepas secara resmi oleh pemerintah,

di antaranya adalah Atomita 1 tahun 1982, Atomita 2 tahun 1983, Atomita 3 tahun 1990, dan Atomita 4 tahun 1992. Setelah itu BATAN terus melakukan

pengembangan yang menghasilkan varietas-varietas unggul padi hasil program pemuliaan dengan teknik radiasi. Varietas-varietas unggul diantaranya adalah Mayang, Mira, dan Bestari.

Varietas unggul yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Mira. Varietas Mira memiliki karakter unggul antara lain: potensi hasil tinggi mencapai 9,20 ton per ha, dengan rata-rata produksi 6,29 ton per ha gabah kering giling; umur panen 115—120 hari; berat 1000 butir 26—27 gram; tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3; tahan terhadap penyakit bakteri hawar strain III dan agak tahan strain IV; kadar amilosa rendah yaitu 19%; mutu dan kualitas beras bagus; berasnya panjang dan kristal tanpa butir mengapur, dengan tekstur nasi pulen (Deptan, 2009).

(15)

4 Go Ban Hong (1998) menyatakan bahwa pertanian di Indonesia dewasa ini

sebagian besar merupakan tanah pertanian yang sudah lapar, sifat fisik, kimia, dan biologi tanah semakin merosot. Pada kondisi lahan seperti itu, meningkatkan produksi padi akan menambah pemberian masukan pupuk dalam jumlah yang relatif lebih banyak.

Di lain pihak pemerintah telah menghapuskan subsidi pupuk secara menyeluruh pada tahun 1999. Hal ini mengakibatkan harga pupuk Urea, SP-36, KCl

melambung tinggi. Kondisi seperti ini perlu segera dicarikan jalan keluarnya. Langkah yang diterapkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pupuk organik dan pupuk mikro sebagai pupuk pelengkap selain dari penggunaan pupuk dasar. Pupuk pelengkap yang digunakan adalah pupuk organik buatan PT Petro Kimia Kayaku dengan merek dagang Petroganik, pupuk mikro buatan PT CNI dengan merek dagang Plant Catalyst, diharapkan dengan penggunaan pupuk tersebut dapat meningkatkan mutu dan hasil padi selain itu pula dapat memperbaiki sifat kimia dan biologi tanah.

Selain faktor pemupukan, untuk menguji kualitas benih dilakukan pengujian dengan cara pengusangan cepat secara kimiawi dengan menggunakan larutan etanol yang merupakan uji vigor yang dikembangkan berdasarkan penemuan Sadjad tahun 1977 (Pian, 1981). Perlakuan penderaan benih dengan

(16)

5 Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam

pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah pemberian pupuk organik dapat meningkatkan viabilitas benih padi? 2. Apakah pemberian pupuk mikro dapat meningkatkan viabilitas benih padi? 3. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara dosis pupuk organik dan pupuk

mikro pada viabilitas benih padi?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik pada peningkatan viabilitas benih padi.

2. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk mikro pada peningkatan viabilitas benih padi.

3. Mengetahui pengaruh interaksi antara dosis pupuk organik dan pupuk mikro pada viabilitas benih.

1.3 Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran

(17)

6 interaksi antara faktor genetik (innate factor) dan faktor lingkungan (enforced factor) yang merupakan indikator dari mutu benih yang tinggi. Faktor genetik adalah sifat seluruh organisme yang ada didalam jenis atau varietas tanaman. Faktor lingkungan mencakup segala sesuatu disekeliling tanaman yang

berpengaruh terhadap perkembangan dan perkecambahan benih. Oleh karena itu, untuk mencapai potensi genetik yang dibawa oleh benih, maka lingkungan

produksi harus dioptimumkan. Kondisi optimum bagi produksi benih tidak selalu tersedia pada lapang produksi, terdapat berbagai faktor yang membatasi

pertumbuhan tanaman.

Salah satu langkah yaitu dengan menyertakan pupuk pelengkap selain dari penggunaan pupuk dasar. Pupuk sebagai sumber hara merupakan sarana yang memegang peran penting dalam mengatasi kesuburan tanah, mengembalikan kehilangan hara dan meningkatkan produktivitas pangan, khususnya padi.

Penggunaan pupuk pelengkap yang dimaksud yaitu penggunaan pupuk organik dan pupuk mikro. Pupuk organik atau bahan organik merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, serta berperan cukup besar dalam memperbaiki sifat fisik,

kimia, dan biologis tanah serta lingkungan. Di dalam tanah, pupuk organik akan

dirombak oleh organisme menjadi humus atau bahan organik tanah. Bahan

organik berfungsi sebagai “pengikat” butiran primer tanah menjadi butiran

sekunder dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini berpengaruh

besar pada porositas, penyimpanan, dan penyediaan air serta aerasi dan temperatur

tanah. Fungsi biologis bahan organik adalah sebagai sumber energi dan makanan

(18)

7 tanah yang sangat bermanfaat dalam penyediaan hara tanaman. Dengan demikian pemberian pupuk organik pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan dan

produksi tanaman (Setyorini, 2005)

Pupuk mikro ialah pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja. Pupuk mikro tersusun dari unsur Besi (Fe), Boron (B), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan Molibdat (Mo), umumnya unsur mikro ini tersedia pada pH tanah antara 5–6. Besi mempunyai peranan dalam menyusun enzim-enzim pada transport elektron, pembentukan ultrastruktur kloroplas, penyusun enzim-enzim katalase dan

peroksidase. Boron, mengendalikan transpor gula, pembentukan polisakarida, bagian pembentukan dari dinding sel dan metabolisme senyawa pektat. Mangan berperanan dalam aktifasi beberapa enzim yang berkaitan dengan sintesis asam lemak dan nukleotida serta memainkan peranan dalam respirasi serta fotosintesis. Tembaga, berperan dalam fotosintesis karena bagian penyusun enzim kloroplas plastosianin dalam sistem transpor elektron dan penyusun beberapa enzim oksidase. Seng merupakan penyusun dari enzim penyusun sintesis triptofan, prekursor (pra zat) dari IAA, bersama tembaga berperan dalam penyusunan enzim superoksida dismutase (enzim pemecah O2). Molibdat, berperan dalam “carier

elektron antara tahap teroksidasi dan tereduksi.

(19)

8 Untuk mengetahui pengaruh pemupukan yang digunakan dilakukan pengujian penderaan uap jenuh etanol. Etanol dengan sifatnya sebagai pelarut organik dapat merusak membran sel yang terbentuk dari fosfolipid. Menurut Priestley dan Leopold (1980), etanol mempengaruhi proses metabolisme sel di dalam benih. Pengaruhnya bersifat merusak. Mekanisme masuknya etanol melalui membran sel dengan cara (1) etanol memasuki membran fosfolipid dan protein membran, (2) mengubah konfigurasi protein membran selular. Perubahan susunan fosfolifid membran selular mengakibatkan permeabilitas membran meningkat

mengakibatkan benih mengalami kemunduran yang semakin cepat.

1.4 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah diuraikan dapat diambil kesimpulan berupa hipotesis sebagai berikut:

1. Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan viabilitas benih padi. 2. Pemberian pupuk mikro dapat meningkatkan viabilitas benih padi.

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Padi

Padi termasuk genus Oryzayang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar

didaerah tropik dan daerah subtropik seperti Asia, Afrika, Amerika, dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L. berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu

Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat.

Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang termasuk golongan rumput-rumputan. Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan ke dalam divisio Spermatophyta, sub divisio Angiospermae, termasuk ke dalam kelas

Monocotyledoneae, ordo Poales, famili Graminae, genus Oryza Linn, dan spesiesnya adalah Oryza sativa L. Spesies Oryza sativa dapat dibedakan dalam dua tipe, yaitu padi kering yang tumbuh di lahan kering dan padi sawah yang memerlukan air menggenang dalam pertumbuhan dan perkembangannya (Soemartono dkk., 1980).

Terdapat tiga subspesies padi di dunia, yaitu indica, japonica dan javonica.

Indica berhari pendek dan tumbuh terutama di wilayah tropik hangat dan lembab,

(21)

10 di wilayah iklim ekuator di Indonesia (Mugnisjah dan Asep Setiawan, 2004).

Japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, paleanya memiliki bulu (awn), bijinya cenderung panjang. Indica berumur lebih pendek, postur lebih kecil, paleanya tidak berbulu atau hanya pendek saja, dan biji cenderung oval, javonica memiliki sifat diantara keduanya (Wikipedia, 2010).

2.2 Pupuk Organik Petroganik

Pupuk Petroganik di produksi dengan menggunakan bahan baku yang terdiri dari pupuk kandang (kotoran sapi, kambing, unggas dll), limbah industri (limbah pabrik gula), dan limbah kota (sampah rumah tangga).

Pupuk organik Petroganik mempunyai spesifikasi yaitu, mempunyai kadar C-Organik 12,5%, C/N rasio 10–25%, pH 4–8, dan kadar air 4–12 %. Aturan ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian tentang persyaratan teknis Pupuk Organik No: 02/pert/HK.060/2/2006 tanggal 10 Februari 2006.

Petroganik adalah pupuk organik yang dapat digunakan untuk menggemburkan dan menyuburkan tanah, meningkatkan daya simpan dan daya serap air,

(22)

11 Beberapa dosis yang di anjurkan untuk jenis tanaman adalah sebgai berikut:

1. Padi dan palawija : 500–1000 kg/ha 2. Hortikultura : 2000 kg/ha

3. Tanaman keras : 3 kg/pohon 4. Tambak : 300–500 kg/ha

Penggunaan pupuk Petroganik seluruhnya pada pemupukan dasar, sedangkan untuk tanaman keras diberikan pada awal dan akhir musim hujan (PT. PetroKimia Gresik, 2002).

2.3 Pupuk Mikro Plant Catalyst

Plant Catalyst 2006 adalah pupuk pelengkap yang mengandung unsur hara lengkap (makro dan mikro) yang dibutuhkan tanaman agar tumbuh sehat.

Manfaat dan kegunaan pupuk mikro Plant Catalyst:

1. Pupuk ini merupakan katalisator dan berperan dalam mengefektifkkan serta mengoptimalkan tanaman dalam menyerap pupuk-pupuk utama dari dalam tanah dan dari pupuk dasar (urea, SP-36, KCl, ZA, pupuk kandang). 2. Tanaman lebih sehat dan lebih tahan terhadap serangan hama penyakit. 3. Meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil tanaman (jumlah anakan,

produksi, rendeman/kualitas).

(23)

12 Komposisi unsur plant catalyst adalah nitrogen 0,23%, phosphate 12,70%, kalium 0,88%, kalsium <0,05 ppm, magnesium 25,92 ppm, sulphur 0,02%, ferum 36,45 ppm, mangan 2,37 ppm, chlor 0,11%, copper <0,03 ppm, zinc 11,15 ppm, boron 0,25%, molibdenum 35,37 ppm, carbon 6,47%, kobalt 9,59 ppm, natrium 27,42%, Alumunium <0,4 ppm, (CNI, 2011).

2.4 Peran Unsur Hara terhadap Pertumbuhan

Unsur hara makro

1. Nitrogen

Nitrogen berperan dalam merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan dan merupakan bagian dari sel (organ) tanaman itu sendiri serta berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman, merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau) seperti daun. Tanaman yang kekurangan unsur N akan mengalami gejala pertumbuhan yang lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.

2. Phospat ( P )

Phospat berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman, merangsang pembungaan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan akar, merangsang pembentukan biji, merangsang pembelahan sel tanaman dan

(24)

13 3. Kalium ( K )

Kalium berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air, meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit. Tanaman yang kekurangan unsur K akan menimbulkan gejala batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.

Unsur hara mikro

1. Besi (Fe)

Besi (Fe) merupakan unsur mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+) ataupun fero (Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam dengan bahan organik). Mineral Fe antara lain olivin (Mg, Fe)2SiO, pirit, siderit (FeCO3), gutit (FeOOH), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3) dan ilmenit (FeTiO3). Besi dapat juga diserap dalam bentuk khelat, sehingga pupuk Fe dibuat dalam bentuk khelat. Khelat Fe yang biasa digunakan adalah Fe-EDTA, Fe-DTPA dan khelat yang lain. Fe dalam tanaman sekitar 80% yang terdapat dalam kloroplas atau sitoplasma. Penyerapan Fe lewat daun dianggap lebih cepat dibandingkan dengan penyerapan lewat akar, terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe.

(25)

14 reduktase solfat, reduktase nitrat. Kekurangan Fe menyebabakan terhambatnya pembentukan klorofil dan akhirnya juga penyusunan protein menjadi tidak sempurna. Defisiensi Fe menyebabkan kenaikan kadar asam amino pada daun dan penurunan jumlah ribosom secara drastic. Penurunan kadar pigmen dan protein dapat disebabkan oleh kekurangan Fe. Juga akan mengakibatkan pengurangan aktivitas semua enzim.

2. Mangaan (Mn)

Mangaan diserap dalam bentuk ion Mn++. Seperti hara mikro lainnya, Mn

dianggap dapat diserap dalam bentuk kompleks khelat dan pemupukan Mn sering disemprotkan lewat daun. Mangaan dalam tanaman tidak dapat bergerak atau beralih tempat dari logam yang satu ke organ lain yang membutuhkan. Mangaan terdapat dalam tanah berbentuk senyawa oksida, karbonat dan silikat dengan nama pyrolusit (MnO2), manganit (MnO(OH)), rhodochrosit (MnCO3) dan rhodoinit (MnSiO3). Mn umumnya terdapat dalam batuan primer, terutama dalam bahan ferro magnesium. Mn dilepaskan dari batuan karena proses pelapukan batuan. Hasil pelapukan batuan adalah mineral sekunder terutama pyrolusit (MnO2) dan manganit (MnO(OH)). Kadar Mn dalam tanah berkisar antara 300 sampai 2000 ppm. Bentuk Mn dapat berupa kation Mn++ atau mangan oksida, baik bervalensi dua maupun valensi empat. Penggenangan dan pengeringan yang berarti reduksi dan oksidasi pada tanah berpengaruh terhadap valensi Mn. Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan polimerase, sintesis protein,

(26)

15 kloroplas, ada indikasi dibutuhkan dalam sintesis klorofil. Defisiensi unsur Mn pada tanaman serealia menyebabkan daun bercak-bercak warna keabu-abuan sampai kecoklatan dan garis-garis pada bagian tengah dan pangkal daun muda.

3. Seng (Zn)

Seng diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++ dan dalam tanah alkalis mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)+. Di samping itu, Zn diserap dalam bentuk kompleks khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti unsur mikro lain, Zn dapat diserap lewat daun. Kadar Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam tanaman berkisar antara 20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalam tanah antara lain sulfida (ZnS), spalerit [(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3 dan ZnSiO4). Fungsi Zn antara lain untuk

mengaktif enzim anolase, aldolase, asam oksalat dekarboksilase, lesitimase,sistein desulfihidrase, histidin deaminase, super okside demutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase, proteinase dan peptidase. Juga berperan dalam biosintesis auxin, pemanjangan sel dan ruas batang.

(27)

16 4. Tembaga (Cu)

Tembaga (Cu) diserap dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin dapat diserap dalam bentuk senyawa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen diamine tetra acetate acid) dan Cu-DTPA (Cu diethilen triamine penta acetate acid). Dalam getah tanaman baik dalam xylem maupun floem hampir semua Cu membentuk kompleks senyawa dengan asam amino. Cu dalam akar tanaman dan dalam xylem > 99% dalam bentuk kompleks.

Dalam tanah, Cu berbentuk senyawa dengan S, O, CO3 dan SiO4 misalnya kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu5FeS4), luvigit (Cu3AsS4), tetrahidrit [(Cu,Fe)12SO4S3)], kufirit (Cu2O), sinorit (CuO), malasit [Cu2(OH)2CO3], adirit [(Cu3(OH)2(CO3)], brosanit [Cu4(OH)6SO4].

Kebanyakan Cu terdapat dalam kloroplas (>50%) dan diikat oleh plastosianin. Senyawa ini mempunyai berat molekul sekitar 10.000 dan masing-masing molekul mengandung satu atom Cu. Hara mikro Cu berpengaruh pada klorofil, karotenoid, plastokuinon dan plastosianin.

Fungsi dan peranan Cu antara lain untuk mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase, askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam

(28)

17 5. Molibden (Mo)

Molibdenum diserap dalam bentuk ion MoO4-. Variasi antara titik kritik dengan toksis relatif besar. Bila kadar Mo pada tanaman terlalu tinggi, selain toksis bagi tanaman juga berbahaya bagi hewan yang memakannya. Hal ini agak berbeda dengan sifat hara mikro yang lain. Pada daun kapas, kadar Mo sering sekitar 1500 ppm. Umumnya tanah mineral cukup mengandung Mo. Mineral lempung yang terdapat di dalam tanah antara lain molibderit (MoS), powellit (CaMo)3.8H2O. Molibdenum (Mo) dalam larutan sebagai kation ataupun anion. Pada tanah gambut atau tanah organik sering terlihat adanya gejala defisiensi Mo. Walaupun demikian dengan senyawa organik Mo membentuk senyawa khelat yang

melindungi Mo dari pencucian air. Tanah yang disawahkan menyebabkan

kenaikan ketersediaan Mo dalam tanah. Hal ini disebabkan karena dilepaskannya Mo dari ikatan Fe (III) oksida menjadi Fe (II) oksida hidrat.

(29)

18 6. Boron (B)

Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H2BO3) dan kadarnya berkisar antara 7—80 ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat hidrat B(OH)4-. Boron yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5% dari kadar total boron dalam tanah. Boron ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses aliran masa dan difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam bentuk senyawa organik. Boron juga banyak terjerap dalam kisi mineral lempung melalui proses substitusi isomorfik dengan Al3+ dan atau Si4+. Mineral dalam tanah yang

mengandung boron antara lain turmalin (H2MgNaAl3(BO)2Si4O2)O20 yang mengandung 3%-4% boron. Mineral tersebut terbentuk dari batuan asam dan sedimen yang telah mengalami metomorfosis. Mineral lain yang mengandung boron adalah kernit (Na2B4O7.4H2O), kolamit (Ca2B6O11.5H2O), uleksit

(NaCaB5O9.8H2O) dan aksinat. Boron diikat kuat oleh mineral tanah, terutama seskuioksida (Al2O3 + Fe2O3).

(30)

19 7. Klor (Cl)

Klor merupakan unsur yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar tanaman dan dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas tanaman, misalnya daun. Kadar Cl dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat tanaman kering. Kadar Cl yang terbaik pada tanaman adalah antara 340-1200 ppm dan dianggap masih dalam kisaran hara mikro. Klor dalam tanah tidak diikat oleh mineral, sehingga sangat mobil dan mudah tercuci oleh air drainase. Sumber Cl sering berasal dari air hujan, oleh karena itu, hara Cl kebanyakan bukan menimbulkan defisiensi, tetapi justru menimbulkan masalah keracunan tanaman.

Klor berfungsi sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan osmose sel, mencegah kehilangan air yang tidak seimbang, memperbaiki penyerapan ion lain, untuk tanaman kelapa dan kelapa sawit dianggap hara makro yang penting. Juga berperan dalam fotosistem II dari proses fotosintesis, khususnya dalam evolusi oksigen. Adapun defisiensi klor dapat menyebabkan pola percabangan akar abnormal, gejala wilting (daun lemah dan layu), warna keemasan (bronzing) pada daun, pada tanaman kol daun berbentuk mangkuk. (Ardi, 2009).

2.5 Viabilitas Benih

(31)

20

Gambar 1. Konsep Periodisasi Viabilitas Benih Steinbauer-Sadjad

Viabilitas benih terdiri dari dua komponen, yaitu viabilitas potensial dan vigor benih (Sadjad, 1993). Viabilitas potensial adalah kemampuan benih untuk menumbuhkan tanaman normal yang dapat berproduksi normal pada kondisi lingkungan yang optimum, sedangkan kemampuan benih tumbuh dan menjadi normal pada kondisi yang suboptimum, atau mampu disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan daya tahan disimpan dalam kondisi optimum merupakan vigor benih.

2.6 Sifat Fisik dan Kima Etanol

(32)

21 Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH

H H I I

H – C – C – O – H I I

H H

C2H5OH (etil alkohol)

Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik lainnya. Etanol dapat larut dalam air karena adanya ikatan hidrogen antara gugus OH dari alkohil dan gugus OH dalam air. Banyaknya gugus OH akan mempengaruhi tingkat hidrofilik dan kelarutan alkohol dalam air, semakin banyak semakin tinggi kelarutan dalam air (Fessenden, 1990).

(33)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan tahap lanjutan dari penelitian yang dilakukan di lahan sawah Desa Pujoharjo, Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung pada Juni–November 2009. Benih hasil dari penelitian di lapangan di analisis di Laboratorium Benih dan Pemulian Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang merupakan penelitian penulis pada Desember 2009 sampai Januari 2010.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Alat yang digunakan adalah timbangan elektrik, gelas ukur, kertas merang, pinset, plastik, karet gelang, alat pengecambah benih tipe IPB 73-2A, oven, mesin pengusangan cepat IPB 77-1, alat pengukur konduktivitas listrik (DHL), serta alat tulis.

(34)

23 3.3 Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan dari percobaan dilapangan. Perlakuan disusun secara faktorial (2x3) didalam rancangan kelompok petak terbagi (split splot) dengan 3 bloks ebagai ulangan. Dosis pupuk organik adalah petak utama terdiri dari 2 taraf, yaitu 0 ton/ha (O1,tanpa pemupukan), dan 2 ton/ha (O2), dan dosis pupuk mikro dalah anak petak terdiri 3 taraf, yaitu 0 kg/ha (M1, tanpa pemupukan), 1 kg/ha (M2), dan 2 kg/ha (M3). Tata letak pecobaan di lapangan dapat dilihat pada Gambar 2.

Blok

Gambar 2. Tata letak percobaan di laboratorium.

(35)

24 3.3 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian yang dilakukan penulis dimulai dari pemanenan benih padi varietas Mira-1 pada tanggal 26 nopember 2009, benih tersebut dikeringkan dengan penjemuran dibawah sinar matahari sampai kadar air 10-11%, lalu dipilah dan dibersihkan. Benih diuji di Laboratorium Benih Fakultas Pertanian

Universitas Lampung setelah benih berumur satu bulan setelah pemanenan. Benih memerlukan waktu sekitar satu bulan dari masa pemanenan untuk dapat

berkecambah normal.

Uji viabilitas yang dilakukan adalah uji kecepatan perkecambahan (UKP) benih, uji keserempakan perkecambahan (UKsP) benih, dan uji daya hantar listrik (DHL). Uji kecepatan perkecambahan dan keserempakan perkecambahan benih dilakukan dengan menggunakan metode UKDdP (Uji di atas kertas, digulung dan didirikan di dalam plastik). Sedangkan uji DHL dilakukan dengan menggunakan conductivity meter tipe inolab ph/con 720.

Uji Kecepatan Perkecambahan (UKP)

(36)

25 Uji Keserempakan Perkecambahan (UKsP)

Tolak ukur keserempakan perkecambahan merupakan tolak ukur untuk parameter vigor kekuatan tumbuh yang unitnya berupa persentase kecambah yang tumbuh kuat yang memperlihatkan keserempakan pada media pengujian. Pengamatan yang dilakukan adalah dengan melihat keserempakan perkecambahna dari benih padi pada hari ke-7. Dari pengamatan yang telah dilakukan, maka didapat

kecambah normal kuat, kecambah normal lemah, benih abnormal, dan benih mati.

Adapun ciri-ciri dari benih normal kuat, normal lemah, abnormal, dan benih mati adalah:

1. Benih normal kuat yaitu benih yang berkecambah dengan bagian-bagiannya yang lengkap. Mempunyai penampilan yang lebih kuat perkecambahannya melebihi rata-rata kecambah normal lainnya. Misalnya hipokotilnya lebih panjang dan kekar, akarnya lebih panjang atau lebih banyak, plumulanya lebih besar/lebar.

2. Benih normal lemah yaitu benih ini berpenampilan lemah dan juga bagiannya belum lengkap seperti akarnya lebih kecil dan melengkung dan plumulanya lebih kecil.

3. Benih abnormal yaitu benih yang berkecambah namun ada salah satu bagian yang tidak muncul atau mengalami kerusakan dalam prose perkembangannya. 4. Benih mati yaitu benih yang sampai akhir periode perkecambahan tidak

(37)

26 3.4 Pengamatan

(1) Persen kecambah normal (%)

Persen kecambah normal adalah semua kecambah yang dinyatakan normal dalam uji kecepatan perkecambahan, dilakukan dengan cara menanam benih padi pada kertas merang, dan diamati tingkat kecambah normalnya. Benih yang ditanam berjumlah 50 butir setiap gulungan kertas merang. Kriteria benih yang telah berkecambah normal adalah bagian-bagian kecambah benih tumbuh lengkap. Kecambah benih yang normal memiliki tajuk dengan panjang 1 cm atau lebih, dan akar primer.

Rumus persen kecambah normal adalah:

KN = Jumlah Kecambah Normal x 100% 50

Keterangan: KN = kecambah normal

50 = jumlah benih yang ditanam di kertas merang dalam satu perlakuan

(2) Kecepatan perkecambahan benih (%/hari)

Kecepatan perkecambahan dilakukan melalui UKP, kemudian diamati

(38)

27 Rumus kecepatan perkecambahan benih adalah:

Kecepatan berkecambah  x 100%

Keterangan : Xi = Persentase kecambah normal pada hari ke-i Ti = Hari ke-i

(3) Kecambah normal kuat (%)

Kecambah normal kuat adalah kecambah normal yang memiliki tampilan fisik kecambah yang lebih besar dan kuat. Kecambah normal kuat diamati pada UKSP dengan jumlah benih sebanyak 50 butir yang ditanam di kertas merang dalam satu perlakuan. Rumus persentase kecambah normal kuat adalah:

(%) KNK = KNK x 100 % 50

Keterangan: (%) KNK = persen kecambahan normal kuat KNK = jumlah kecambah normal kuat

50 = jumlah benih yang ditanam di kertas merang dalam satu perlakuan

(4) Panjang akar primer (cm)

Panjang akar primer diukur dengan menggunakan alat ukur berupa penggaris. Kegiatan pengukuran panjang akar primer ini dilakukan pada UKSP.

(39)

28 (5) Panjang tajuk kecambah normal (cm)

Sama seperti pengukuran panjang akar, panjang tajuk diukur dengan

menggunakan alat ukur berupa penggaris. Kegiatan pengukuran panjang akar primer ini dilakukan pada UKSP. Kecambah yang telah dikumpulkan pada masing-masing perlakuan kemudian diukur kemudian dicatat. Panjang tajuk diukur dari pangkal tajuk sampai ujung tajuk.

(6) Panjang kecambah normal (cm)

Panjang kecambah normal diukur dengan menjumlahkan panjang akar dan panjang tajuk. Kegiatan pengukuran panjang kecambah normal dilakukan pada UKSP.

(7) Bobot kering kecambah normal (g)

Kecambah benih yang telah serempak berkecambah kemudian ditimbang dengan neraca analitik tipe ohaus. Kecambah yang ditimbang adalah

kecambah normal kuat dan normal lemah. Kecambah ini diambil dari UKSP pada setiap perlakuan. Pengukuran awal dilakukan untuk menimbang bobot awal kecambah. Kecambah benih yang sudah diukur bobot awalnya

(40)

29 (8) Daya hantar listrik (µhos/g)

Pengukuran DHL dilakukan pada awal penyimpanan, dua bulan setelah penyimpanan, empat bulan setelah penyimpanan, enam bulan, dan delapan bulan setelah penyimpanan. Pelaksanaan kegiatan dimulai dari perendaman benih padi ke dalam akuades selama 24 jam. Masing-masing satuan

percobaan ditimbang sebanyak 15 g dan dimasukkan kedalam 150 ml aquades. Larutan blanko juga dipersiapkan dan didiamkan selama 24 jam. Larutan blanko adalah larutan pembanding berupa aquades murni. Benih-benih yang telah direndam 24 jam dan larutan blanko kemudian diamati daya hantar listriknya dengan menggunakan alat ukur DHL yaitu conductivity meter tipe inolab ph/con 720. Rumus daya hantar listrik adalah:

DHL= NKT – NKB Bobot benih

Keterangan: DHL = Daya hantar listrik

NKT = Nilai konduktivitas terukur NKB = Nilai konduktivitas blanko

Pengamatan viabilitas benih dilakukan 6 kali yaitu pada:

a. Awal sebelum benih mendapat perlakuan deraan (kontrol).

(41)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Pemberian pupuk organik dosis 2 ton/ha mampu meningkatkan viabilitas

benih padi lebih baik daripada tanpa diberi pupuk organik, berdasarkan peubah kecambah normal kuat, setelah benih didera uap etanol etanol 20 dan 30 menit, peubah kecambah normal setelah benih didera uap jenuh etanol 30 menit, dan peubah bobot kering kecambah normal setelah benih didera uap jenuh etanol 50 menit.

2. Pemberian pupuk mikro mampu meningkatkan viabilitas benih padi lebih baik daripada tanpa diberi pupuk mikro, yang ditunjukkan oleh peubah kecambah normal total, panjang tajuk, dan panjang akar primer tanpa deraan uap jenuh etanol, peubah panjang kecamabah normal, panjang tajuk, dan panjang akar primer setelah didera uap jenuh etanol 10 menit, peubah kecepatan perkecambahan setelah didera uapa jenuh etanol 30 menit.

(42)

47 jenuh etanol 10 menit. Kombinasi pupuk organik dosis 2 ton/ha dan pupuk mikro 1 kg/ha menghasilkan vigor benih paling baik, yang ditunjukkan oleh peubah panjang akar primer, dan panjang kecambah normal.

5.2 Saran

(43)

PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN PUPUK MIKRO PADA VIABILITAS BENIH PADI (Oryza sativa L.)

Oleh

BAY ACHMADI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(44)
(45)

DAFTAR PUSTAKA

Ardi, R. Unsur Hara dalam Tanah (Makro dan Mikro). Rio Ardi Blog. 2009. Diakses 29 Maret 2010 http://rioardi.wordpress.com/2009/03/03/unsur-hara-dalam-tanah-makro-dan-mikro/

CNI, PT. Plant Catalyst. CNI Produk. 2006. Diakses 29 Maret 2010 http://www.cni.co.id/product/product-list/pertanian-dan-perikanan/99-plant-catalyst-2006-meningkatkan-produktivitas-tanaman.html/ Baum, S.J. and C. W. J. Scaife. 1975. Chemistry. A life science approach.

Macmillan Publishing. 764pp.

Fessensen. 1990. Kimia Organik Jilid 1. Diterjemahkan oleh Aloyius Hadyana Pudjaatmaka. Erlangga. Hlm. 56—59

Go Bang Hong. 1998. Uraian Go Ban Hong pada pertemuan empat menteri reformasi. Berita HITI. Vol 6, No. 17. Bogor

Mugnisjah, W. Q. dan A. Setiawan. 1995. Pengantar Produksi Benih. Ed. 1. Cet. 2. PT Raja Grafindo. Jakarta. 610 hlm.

PT. Petrokimia Gresik. Pupuk Petroganik dan Petronik. Fertilizer Company. 2002. Diakses tanggal 10 Maret 2011

http://www.petrokimia-gresik.com/Pupuk Petroganik dan Petronik.asp

Pian, Z.A. 1981. Pengaruh uap alkohol terhadap viabilitas benih jagung (Zea mays L.) dan pemanfaatannya untuk menduga daya simpan. Disertasi Doktor. IPB. Bogor. 279 hlm.

Pramono, E. 1992. Etanol dan metabolisme benih. Makalah disampaikan pada Seminar Dosen Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Lampung 5 September 1992. Bandar Lampung. 13 hlm. Priestley, D.A., and A.C. Leopold. 1980. Alkohol Stress on Soybean Seeds.

(46)

49 Republik Indonesia. 2006. Keputusan Menteri Pertanian Nomor:

134/Kpts/Sr.120/3/2006 tentang: Pelepasan Galur Mutan Padi Sawah Obs-1688/Psj Sebagai Varietas Unggul Dengan Nama Mira-1. Diakses tanggal 10 januari, http://www.deptan.go.id/bdd/admin/file/SK-134-06.pdf. 5 hlm.

Sadjad, S. 1975. Proses Metabolisme Perkecambahan benih I dalam Dasar-Dasar Teknologi Benih. Kapita Selekta. Diktat Kuliah. Departemen Agronomi. IPB. Bogor

---. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT. Grasindo. Jakarta. 103 hlm. ---. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. PT Grasindo. Jakarta.

144hlm.

Setyorini, D. 2005. Pupuk organik tingkatkan produksi pertanian. Warta Penelitian dan Perkembangan Pertanian. Vol. 27. No.6. Hlm. 1—15. Soemartono, Bahrin Samad dan R. Hardjono. 1980. Bercocok Tanam Padi.

Cet. 5. CV. Yasaguna. Jakarta. 207 hlm.

Triyono, A. Menanam Padi. Ngaraho Wordpress. 2007. Diakses tanggal 10 Januari 2010 http://ngraho.wordpress.com/?s =menanam+padi

(47)

Judul Skripsi : PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN PUPUK MIKRO PADA VIABILITAS BENIH PADI (Oryza Sativa L.)

Nama Mahasiswa : Bay Achmadi Nomor Pokok Mahasiswa : 0514011018 Program Studi : Agronomi

Jurusan : Budidaya Pertanian Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Ir. Eko Pramono, M.S. Dr. Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P. NIP. 196108141986091001 NIP 196002131986102001

2. Ketua Jurusan Budidaya Pertanian

(48)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Eko Pramono, M.S.

Sekretaris : Dr. Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P.

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Yayuk Nurmiaty, M.S.

2. Dekan Fakultas Pertanian,

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001

Gambar

Gambar 1.  Konsep Periodisasi Viabilitas Benih Steinbauer-Sadjad
Gambar 2. Tata letak percobaan di laboratorium.

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana rangkaian kontrol yang dapat mengatur operasi inveter dan pemilihan jenis inverter yang tepat untuk dapat mengatasi kekurangan daya saat jaringan listrik

(2008) diketahui bahwa ekstrak n-heksan biji pepaya yang berwana putih mengandung senyawa triterpenoid aldehida yang mempunyai potensi sebagai antibakteri

Hasil penilaian ahli praktisi dikategorikan sangat layak jika X &gt; 80%; layak jika 60,01% &lt; X ≤ 80%; cukup layak jika 40,01% &lt; X ≤ 60%; kurang layak jika 20,01% &lt;

Pra siklus Siklus I Siklus II 1. Siswa antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa dapat memahami materi dengan lancar. Siswa dapat menjawab pertanyaan dengan lancar.

Setelah peneliti membahas kajian semantik yang meliputi makna, informasi, dan maksud pada syair lagu kesenian tradisional kleningan “Mekar Rahayu” di Desa

Demikian untuk diketahui secara luas dan para peserta yang keberatan atas pengumuman pemenang ini diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan, masa sanggah yang diberikan selama

Selanjutnya baja mangan Hadfield dipanaskan kembali (re-heat treatment) dari temperatur 450 ° C sampai dengan 600 ° C dengan waktu penahanan 30 menit dan 60 menit, dengan

Karya Perancangan dikirimkan Kepada Panitia Sayembara Desain Gedung Convention &amp; Expo Center dengan alamat : Dinas Tata Ruang Kota Kota Surakarta, Jalan Jenderal