MONITORING TO FOREIGNER EXISTENCE BY IMMIGRATION
OFFICE IN BANDAR LAMPUNG
By
Raden Hidayatullah Akbar
The immigration breach is still happening in Bandar Lampung, including the
breach of staying permission due date by foreigners. Therefore, monitoring needs
to be done to foreigner existence in Bandar Lampung. Law number 6 in 2011
about immigration rules the monitoring of foreigner existence; the Article 66
clause (22) letter b states that immigration monitoring includes monitoring to
foreigner traffic coming in and out Indonesia regions, and monitoring to the
existence and activity of foreigner in Indonesia regions. Monitoring of foreigner
existence is conducted when foreigners come in, are inside, and come out of
Indonesia regions. The foreigner monitoring is preventive and repressive in
nature. The preventive monitoring is conducted by requiring foreigner to complete
requirements to stay in Bandar Lampung. This conducted for foreigners in order
to keep them not to disturb order and security in Bandar Lampung. Repressive
monitoring is conducted when foreigners breach immigration and commit crimes
in Indonesia regions.
The problems of the research are: (1) how does the monitoring to foreigners by
Immigration Office in Bandar Lampung? (2) what are inhibiting factors of
foreigner existence monitoring by Immigration Office in Bandar Lampung?
This research uses normative and empirical approaches. Normative approach is
conducted by collecting and studying books, documents, and current applied
regulations, relating to discussed problems in this research. Empirical approach is
conducted by observing to facts in the field in conducting the regulations about
foreigner existence monitoring by Immigration Office in Bandar Lampung.
repressive monitoring of foreigner breaching stay permission due date or
committing crime endangering safety and welfare of Indonesian people, and to be
deported to their origins.
PENGAWASAN TERHADAP KEBERADAAN ORANG ASING OLEH
KANTOR IMIGRASI DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
Raden Hidayattullah Akbar
Pelanggaran keimigrasian masih terjadi di Kota Bandar Lampung. Pelanggaran
keimigrasian tersebut, antara lain pelanggaran batas waktu izin tinggal yang
dilakukan oleh orang asing. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan terhadap
keberadaan orang asing di Kota Bandar Lampung. Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2011 tentang Keimigrasian telah mengatur mengenai pengawasan
keberadaan orang asing, yaitu dalam Pasal 66 ayat (2) huruf b yang menyatakan
pengawasan keimigrasian meliputi pengawasan terhadap lalu lintas orang asing
yang masuk atau ke luar Wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap
keberadaan dan kegiatan orang asing di Wilayah Indonesia. Pengawasan terhadap
keberadaan orang asing dilakukan pada saat orang asing masuk, berada dan ke
luar wilayah Indonesia. Pengawasan terhadap keberadaan orang asing bersifat
preventif dan respresif. Pengawasan yang sifatnya preventif dilakukan dengan
mewajibkan orang asing untuk melengkapi berbagai persyaratan untuk dapat
tinggal di Kota Bandar Lampung. Ini dilakukan agar orang asing yang berada di
Kota Bandar Lampung tidak mengganggu keamanan dan ketentaraman.
Pengawasan respresif dilakukan pada saat orang asing telah melakukan
pelanggaran keimigrasian atau melakukan tindak pidana di Wilayah Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, Penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: (1)
Bagaimanakah pengawasan terhadap keberadaan orang asing oleh Kantor Imigrasi
di Kota Bandar Lampung? (2) Apakah faktor penghambat pengawasan terhadap
keberadaan orang asing oleh Kantor Imigrasi di Kota Bandar Lampung?
cara mengumpulkan dan mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen, dan
peraturan-peraturan yang berlaku, yang ada kaitannya atau hubungannya dengan
permasalahan yang sedang dibahas, sedangkan pendekatan secara empiris yaitu
pendekatan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan terhadap kenyataan
yang ada di lapangan dalam rangka pelaksanaan peraturan-peraturan yang berlaku
khususnya mengenai pengawasan terhadap keberadaan orang asing oleh Kantor
Imigrasi di Kota Bandar Lampung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung
dalam melaksanakan pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing
di wilayah Kota Bandar Lampung terdiri dari pengawasan administrasif dan
pengawasan lapangan. Pengawasan administratif yang dilakukan oleh Kantor
Imigrasi Kota Bandar Lampung dilakukan dengan cara penyusunan daftar nama
orang asing, penerbitan atau pembuatan kartu pengawasan dan pengawasan
pemegang izin kunjungan.
Pengawasan lapangan meliputi pemantauan,
pengamatan, pelacakan dan pembuntutan. Faktor-faktor penghambat pengawasan
terhadap keberadaan orang asing oleh kantor imigrasi di Kota Bandar Lampung
adalah jumlah dana operasional pengawasan yang terbatas dan jumlah petugas
lapangan yang masih kurang, hal ini termasuk dalam pengawasan preventif dan
Orang asing yang melakukan pelanggaran batas waktu izin tinggal atau
melakukan tindak pidana lainnya yang dapat mengancam keselamatan dan
kesejahteraan rakyat Indonesia akan di pulangkan kembali ke Negara asal orang
asing tersebut, hal ini termasuk dalam pengawasan represif.
I. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Dampak era globalisiasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara Indonesia dan untuk mengantisipasinya diperlukan perubahan peraturan perundang-undangan, baik di bidang ekonomi, industri, perdagangan, transportasi, ketenagakerjaan, maupun di bidang lalu lintas orang dan barang. Perubahan tersebut diperlukan untuk meningkatkan itensitas hubungan negara Indonesia dengan dunia internasional yang mempunyai dampak besar terhadap pelaksanaan fungsi keimigrasian.
Ketentuan keimigrasian yang bersifat universal berimplikasi kepada setiap negara memiliki wewenang untuk mengizinkan atau melarang seseorang untuk masuk maupun keluar suatu negara. Berdasarkan pengakuan universal tersebut, keberadaan peraturan keimigrasian merupakan atribut yang sangat penting dalam menegakkan kedaulatan hukum suatu negara di dalam wilayah teritorial negara yang bersangkutan dan setiap orang asing memasuki wilayah suatu negara akan tunduk pada hukum negara tersebut sebagaimana halnya warga itu sendiri (Yudha Bhakti, 2003: 19-17).
prinsip ini, hanya orang-orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Republik Indonesia, serta tidak membahayakan keamanan dan ketertiban Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diizinkan masuk atau keluar wilayah Indonesia. Oleh karena itu, perlu ada pengaturan dan batasan berupa perizinan yang diberikan kepada orang asing apabila hendak tinggal di Indonesia.
Pelaksanaan fungsi keimigrasian sangat penting artinya dalam menjaga kedaulatan Republik Indonesia, mengingat Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau. Kepulauan Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat garis lintang selatan dan dari 95 derajat sampai 141 derajat garis bujur timur, serta terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia/Oceania. Posisi strategis Indonesia mempunyai pengaruh terhadap karakteristik kebudayaan, sosial, politik dan ekonomi. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Apabila perairan antara pulau-pulau itu digabungkan, maka luas Indonesia menjadi 1,9 juta mil persegi (http://www.indonesia.go.id/home. diakses pada tanggal 27 Februari 2012).
lebih mudah mendapat dan mengetahui keberadaan orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia dan menyediakan data dan informasi yang akurat sehingga dapat memudahkan siapa saja baik masyarakat atau siapapun dapat mengetahui data tentang orang asing dengan mudah dan cepat.
Pengawasan tentang keberadaan orang asing yang dilakukan oleh Kantor Keimigrasian tersebut dapat meminimalkan terjadinya pelanggaran keimigrasian yang dilakukan orang asing di wilayah Indonesia khususnya. Kantor Imigrasi mengadakan pengawasan setiap ada orang asing yang masuk ke Indonesia agar mereka dapat didata secara terinci dan jelas izin tinggalnya. Orang asing yang datang ke Indonesia dengan berbagai tujuan antara lain wisata dan bekerja.
Di sisi lain, pengawasan terhadap orang asing diperlukan sejalan meningkatnya kejahatan internasional atau tindak pidana internasional, seperti perdagangan manusia, penyelundupan manusia dan tindak pidana narkotika yang banyak dilakukan oleh sindikat kejahatan internasional yang terorganisasi.
Selanjutnya bentuk pengawasan terhadap orang asing adalah pada saat orang asing tersebut memasuki wilayah Indonesia melalui Tempat Pemeriksaan Keimigrasian (TPI). Pelaksanaan dari kebijakan nasional mengenai keimigrasian menganut kebijakan selektif yang dalam implementasinya yaitu:
a. Hanya orang asing yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa dan negara yang diizinkan masuk ke wilayah Indonesia.
b. Tidak membahayakan dari segi keamanan dan tidak mengganggu ketertiban dan kesusilaan.
c. Harus mentaati ataupun mengindahkan peraturan yang diadakan bagi orang asing yang hendak masuk ataupun berada di Indonesia.
Kebijakan nasional yang secara selektif menentukan orang asing yang mana saja boleh masuk ke Indonesia dan sanksi hukum apa saja yang dikenakan terhadap ketentuan yang mengatur mengenai hal-hal yang harus dipatuhi selama warga negara asing tersebut berada di Indonesia. Selain itu, hukum keimigrasian sebagai himpunan petunjuk yang mengatur tata tertib orang-orang yang berlalu lintas masuk keluar wilayah Indonesia dan pengawasan orang-orang yang berada di wilayah Indonesia (Abdullah Syahriful, 1993: 58).
pelayanan bagi orang asing. Langkah pengawasan tersebut pada dasarnya juga diikuti dengan penindakan keimigrasian demi terciptanya penegakan hukum yang cepat dan tepat atas setiap pelanggaran keimigrasian yang dilakukan oleh orang asing yang berada di Indonesia.
Pelanggaran keimigrasian yang banyak terjadi adalah pelanggaran terhadap batas waktu izin tinggal yang dilakukan oleh orang asing dan juga imigran gelap yang memasuki wilayah Indonesia tanpa izin. Undang-undang keimigrasian telah memberikan sanksi pidana yang tegas. Sanksi pidana tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
Demi meminimalkan pelanggaran keimigrasian yang dilakukan oleh orang asing yang berada di Kota Bandar Lampung, Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung juga melakukan pengawasan terhadap orang asing yang akan menetap atau tinggal di wilayah Kota Bandar Lampung untuk kepentingan apapun. Pengawasan yang sifatnya preventif dilakukan dengan mewajibkan orang asing untuk melengkapi berbagai persyaratan untuk dapat tinggal di Kota Bandar Lampung. Ini dilakukan agar orang asing yang berada di Kota Bandar Lampung tidak mengganggu keamanan dan ketentraman.
tetapi didasarkan sistem atau peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan proses penyelesaian perkara keimigrasian secara cepat, efektif dan efisien.
Kantor imigrasi dibentuk dengan harapan pemerintah dapat memperoleh data dan informasi secara lengkap dan akurat mengenai orang asing yang tinggal di Kota Bandar Lampung sehingga dapat membantu mengantisipasi dan mengatasi masalah orang asing. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka Penulis tertarik untuk meneliti hal ini dalam bentuk skripsi dengan judul: “Pengawasan Terhadap Keberadaan Orang Asing Oleh Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung”.
1. 2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian
1. 2. 1 Permasalahan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimanakah pengawasan terhadap keberadaan orang asing oleh Kantor Imigrasi di Kota Bandar Lampung?
b. Apakah faktor penghambat pengawasan terhadap keberadaan orang asing oleh Kantor Imigrasi di Kota Bandar Lampung?
1. 2. 2 Ruang Lingkup Penelitian
1. 3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. 3. 1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui dan menganalisis mengenai pengawasan terhadap keberadaan orang asing oleh Kantor Imigrasi di Kota Bandar Lampung.
b. Mengetahui faktor penghambat pengawasan terhadap keberadaan orang asing oleh Kantor Imigrasi di Kota Bandar Lampung.
1. 3. 2 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah:
a. Kegunaan teoritis, yaitu sebagai upaya pengembangan wawasan pemahaman di bidang ilmu Hukum Administrasi Negara pada umumnya dan khususnya mengenai pengawasan terhadap keberadaan orang asing oleh Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Pengawasan
2. 1. 1 Pengertian Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam pencapaian suatu tujuan manajemen. Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting agar pekerjaan maupun tugas yang dibebankan kepada aparat pelaksana terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan (Nurmayani, 2009: 81). Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sondang P. Siagian yang menyatakan pengawasan
adalah suatu proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Sondang P. Siagian, 1980: 135).
agar apa yang diselenggarakan sejalan dengan rencana (Nurmayani, 2009: 82). Hal ini dipertegas kembali oleh T. Hani Handoko yang menyatakan bahwa pengawasan adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai (T. Hani Handoko, 1984: 354).
Dari beberapa pendapat tersebut di atas, penulis sepaham dengan pengertian pengawasan yang diungkapkan oleh Sondang P. Siagian karena pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.
pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan peraturan atau suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya. Sementara itu, dari segi hukum administrasi negara, pengawasan dimaknai sebagai proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan.
Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan terjadinya kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang muncul. Dalam
konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), pengawasan merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good governance itu sendiri.
Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:
a. mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan; b. menyarankan agar ditekan adanya pemborosan;
c. mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.
2. 1. 2 Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan adalah suatu kegiatan yang dijalankan oleh pimpinan ataupun suatu badan dalam mengamati, membandingkan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepada aparat pelaksana dengan standar yang telah ditetapkan guna mempertebal rasa tanggung jawab untuk mencegah penyimpangan dan memperbaiki kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan (Nurmayani, 2009: 82).
Hakekatnya setiap kebijaksanaan yang dilakukan oleh pimpinan suatu badan mempunyai fungsi tertentu yang diharapkan dapat terlaksana, sejalan dengan tujuan kebijaksaan tersebut. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan pengawasan pada suatu lingkungan kerja atau suatu organisasi tertentu. Pengawasan yang dilaksanakan mempunyai fungsi sesuai dengan tujuannya. Mengenai hal ini, Soerwarno Handayanigrat menyatakan empat hal yang terkait dengan fungsi pengawasan, yaitu:
a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaannya;
b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan;
c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelalaian, dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan;
2. 1. 3 Tujuan Pengawasan
Pengawasan yang dilakukan adalah bermaksud untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan sehingga dapat terwujud daya guna, hasil guna dan tepat guna sesuai rencana dan sejalan dengan itu, untuk mencegah secara dini kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan. Dengan demikian pada prinsipnya pengawasan itu sangat penting dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga pengawasan itu diadakan dengan maksud sebagai berikut:
a. mengetahui lancar atau tidaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan yang telah direncanakan;
b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat dengan melihat kelemahan-kelemahan, kesulitan-kesulitan dan kegagalan-kegagalan dan mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan
yang sama atau timbulnya kesalahan baru;
c. Mengetahui apakah penggunaan fasilitas pendukung kegiatan telah sesuai dengan rencana atau terarah pada sasaran;
d. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan semula;
e. Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan dapatkah diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut sehingga mendapatkan efisiensi yang besar.
kegiatan rutin dan rencana berikutnya. Menurut Sujamto, “pengawasan diadakan dengan tujuan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas dan pekerjaan, apakah sesuai dengan semestinya atau tidak” (Sujamto, 1986: 115).
2. 1. 4 Jenis-Jenis Pengawasan
Pengawasan merupakan fungsi manajerial yang keempat setelah perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan. Sebagai salah satu fungsi manajemen, mekanisme pengawasan di dalam suatu organisasi memang mutlak diperlukan. Pelaksanaan suatu rencana atau program tanpa diiringi dengan suatu sistem pengawasan yang baik dan berkesinambungan, jelas akan mengakibatkan lambatnya atau bahkan tidak tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditentukan.
Pengawasan dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis, dengan tinjauan dari beberapa segi, antara lain:
1. Pengawasan ditinjau dari segi cara pelaksanaanya. Pengawasan ini dibedakan atas:
a. Pengawasan Langsung
Dengan demikian, dapat melihat bagaimana pekerjaan itu dilaksanakan dan bila dianggap perlu dapat memberikan petunjuk-petunjuk dan instruksi maupun keputusan-keputusan yang secara langsung menyangkut dan mempengaruhi jalannya pekerjaan.
b. Pengawasan tidak langsung
Pengawasan tidak langsung adalah kebalikan dari pengawasan langsung, yang dilakukan tanpa mendatangi tempat pelaksanaan pekerjaan atau objek yang diawasi. Pengawasan ini dilakukan dengan mempelajari dan menganalisa dokumen yang menyangkut objek yang diawasi yang disampaikan oleh pelaksana atau pun sumber lain. Dokumen-dokumen tersebut bisa berupa:
a) Laporan pelaksanaan pekerjaan, baik laporan berkala maupun laporan insidental;
b) Laporan hasil pemeriksaan yang diperoleh dari perangkat pengawas lainnya;
c) Surat pengaduan dari masyarakat; d) Berita atau artikel dari media massa; e) Dokumen-dokumen lainnya.
Selain melalui laporan tertulis tersebut, pengawasan ini juga dapat dilakukan dengan mempergunakan bahan yang berupa laporan lisan.
2. Pengawasan ditinjau dari segi hubungan antara subjek pengawasan dan objek yang diawasi.
a. Pengawasan intern.
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi itu sendiri artinya bahwa subjek pengawas yaitu pengawas berasal dari dalam susunan organisasi objek yang diawasi. Pada dasarnya pengawasan ini harus dilakukan oleh setiap pimpinan, akan tetapi dapat saja dibantu oleh setiap pimpinan unit sesuai dengan tugas masing-masing.
b. Pengawasan ekstern.
Pengawasan ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dari luar organisasi sendiri, artinya bahan subjek pengawas berasal dari luar susunan organisasi yang diawasi dan mempunyai sistem tanggung jawab tersendiri.
3. Pengawasan dilihat dari segi kewenangan.
Pengawasan jenis ini juga terbagi atas beberapa bagian yaitu:
a. Pengawasan formal
Pengawasan formal adalah pengawasan yang dilakukan oleh instansi/pejabat yang berwenang (resmi), baik yang bersifat intern maupun ekstern. Pengawasan jenis ini hanya dapat dilakukan oleh instansi pemerintah.
b. Pengawasan informal
Pengawasan informal adalah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat baik langsung maupun tidak langsung. Pengawasan ini sering juga disebut sosial kontrol (social control) misalnya pengawasan melalui surat pengaduan
4. Pengawasan ditinjau dari segi waktu pelaksanaan pekerjaan.
Pengawasan yang melihat dari segi pelaksanaan pekerjaan masih dibagi atas beberapa bagian yaitu:
a. Pengawasan preventif
Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, misalnya dengan mengadakan pengawasan terhadap persiapan rencana kerja, rencana anggaran, rencana penggunaan tenaga dan sumber-sumber lainnya.
b. Pengawasan refresif
Pengawasan refresif adalah pengawasan yang dilakukan setelah pekerjaan atau kegiatan tersebut dilaksanakan, hal ini diketahui melalui audit dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pekerjaan di tempat dan meminta laporan pelaksanaan kegiatan.
2. 1. 5 Sistem Pengawasan Keimigrasian
Keimigrasian dalam hal implementasinya secara operasional yang memenuhi tuntutan perubahan zaman reformasi. Begitu juga dalam hal sistem yang digunakan diperlukan suatu sistem hukum, yang jelas dengan prosedur yang sederhana prinsip public accountability yang berlandaskan pada asas transparansi (keterbukaan).
tinggi maka tujuan dari pembentukan Undang-Undang Keimigrasian yang ada tidak akan tercapai secara optimal.
Pembenahan sistem agar lebih optimal dan tepat agar mengurai keluhan-keluhan yang bersifat negatif, perlu dilakukan dengan membentuk grand design sistem informasi manajemen dan informasi keimigrasian. Kebijakan yang telah diambil, sebagaimana dirumuskan dalam panca program keimigrasian pada rapat kerja 2002 yang memunculkan berbagai implikasi bagi pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang keimigrasian yang menyangkut bidang-bidang peraturan perundang-undangan, kelembagaan, ketatalaksanaan, sumber daya manusia serta bidang sarana dan prasarana. Adapun sistem pengawasan keimigrasian yang ada meliputi dua cara:
1. Pengawasan administrasi, diatur dalam Pasal 67 dan Pasal 68 Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, yakni melakukan pemeriksaan dan penelitian terhadap surat perjalanan, surat atau dokumen lain, daftar cekal, pemotretan, pengambilan sidik jari dan pengelolaan data keimigrasian daripada warga Negara Indonesia maupun orang asing, pemeriksaan dilakukan sewaktu memberikan atau menolak memberikan perizinan keimigrasian di tempat pemeriksaan imgrasi, kantor imigrasi, bidang imigrasi pada kantor wilayah Kementerian Hukum dan HAM maupun perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dan Direktorat Jenderal imigrasi.
dengan melakukan serangkaian pemantauan atau penyelidikan secara wawancara, pengamatan dan penggambaran, pengintaian, penyadapan, pemotretan, penyurupan, penjejakan, penyusupan, penggunaan informasi dan kegiatan lain. Kesemua kegiatan tersebut adalah untuk memperoleh bahan keterangan atau informasi yang dibutuhkan pada pengambilan keputusan dalam rangka merumuskan dan menetapkan kebijakan keimigrasian, khususnya dalam hal mengawasi setiap orang baik warga negara Indonesia maupun orang asing yang masuk dan keluar wilayah Indonesia, mengawasi keberadaan dan kegiatan orang asing yang melanggar atau tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku, berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum, permusuhan terhadap rakyat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, untuk kelancaran dan keberhasilan penyelidikan, dilakukan tindakan pengamanan dan penggalangan.
Konsepsi kebijakan keimigrasian di Indonesia adalah merujuk pada tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebagaimana dimaksud alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Hal ini, menjadi dasar dan acuan bagi penyelenggara negara khususnya dalam hal merumuskan kebijakan di bidang keimigrasian. Kemudian politik Indonesia dalam bidang keimigrasian sekarang bukan politik pintu terbuka tetapi politik saringan yang berarti bahwa pemerintah hanya mengizinkan masuk orang asing yang akan mendatangkan keuntungan untuk Indonesia (Wahyudin Ukun, 2004: 18).
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia, selain itu melalui pendekatan sekuriti yakni mengizinkan memberikan perizinan keimigrasian hanyalah terhadap mereka yang tidak akan membahayakan keamanan negara dan ketertiban umum
(Wahyudin Ukun, 2004: 18).
2. 2 Orang Asing dan Keberadaan Orang Asing di Indonesia
Lalu lintas orang masuk dan keluar wilayah Negara Republik Indonesia dan pengawasan orang asing di wilayah Negara Republik Indonesia yang disebut juga kemigrasian. Kemudian dijelaskan pula tentang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah Negara Republik Indonesia yang meliput darat, laut dan udara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian telah mengatur tentang kewajiban memiliki visa oleh orang asing, tapi undang-undang juga memuat pengecualian terhadap orang asing dari negara tertentu dapat dibebaskan dari kewajiban memiliki visa yang berdasarkan keputusan presiden. Pejabat imigrasi di tempat pemeriksaan imigrasi dapat menolak atau tidak memberikan izin kepada orang asing untuk masuk ke wilayah Indonesia apabila tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. Terhadap penanggung jawab alat angkut juga ditetapkan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi khususnya terhadap alat angkat yang membawa penumpang ke dalam atau keluar wilayah Indonesia.
Setiap orang asing yang berada di wilayah Indonesia wajib memiliki izin keimigrasian. Izin keimigrasian tersebut dalam prakteknya adalah berupa izin
masuk, yang diatur menurut kepentingan atapun tujuan masuknya orang asing ke wilayah Indonesia dan dari izin masuk diberikan izin tinggalnya. Izin tersebut terdiri dari:
a. Izin singgah, diberikan kepada orang asing yang memerlukannya singgah di wilayah indonesia untuk meneruskan perjalanan ke negara.
b. Izin kunjungan, diberikan kepada orang asing berkunjung ke wilayah indonesia untuk waktu yang singkat dan dalam rangka tugas pemerintahan, pariwisata, kegiatan sosial budaya atau usaha.
c. Izin tinggal terbatas, diberikan kepada orang asing untuk tinggal di wilayah indonesia dalam jangka waktu terbatas.
Pejabat imigrasi di tempat pemeriksaan imigrasi dapat menolak atau tidak memberikan izin kepada orang asing untuk masuk ke wilayah Indonesia apabila orang asing tersebut:
a. Tidak memiliki surat perjalanan yang sah.
b. Tidak memiliki visa kecuali yang tidak diwajibkan memiliki visa.
c. Menderita gangguan jiwa atau penyakit menular yang membahayakan kesehatan umum.
d. Tidak memiliki izin masuk kembali atau tidak mempunyai izin untuk masuk ke negara lain.
e. Ternyata telah memberikan keterangan yang tidak benar dalam memperoleh surat perjalanan atau visa.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian telah
memberikan beberapa persyaratan ataupun ketentuan dalam pemberian izin keimigrasian terhadap orang asing. Beberapa pendapat dalam hukum internasional mengenai hak-hak dan kewajiban negara-negara berkenaan dengan orang-orang asing mengenai izin masuk ada 4 (empat) pendapat penting dinyatakan berkenaan dengan izin masuk (admission) orang-orang asing ke negara-negara bukan negara mereka, yaitu:
a. Suatu negara berkewajiban memberikan izin kepada semua orang asing. b. Suatu negara berkewajiban untuk memberi izin kepada semua orang asing,
c. Suatu negara terikat untuk mengizinkan orang-orang asing untuk masuk tetapi dapat mengenakan syarat-syarat yang berkenaan dengan izin masuk mereka.
d. Suatu negara sepenuhnya berhak melarang semua orang asing menurut kehendaknya. Sejauh menyangkut praktek negara, boleh dikatakan bahwa pendapat yang pertama di atas tidak pernah diterima sebagai suatu kaidah umum hukum internasional.
2. 3 Pengawasan Orang Keberadaan Orang Asing di Indonesia
Pengawasan orang asing adalah keseluruhan rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengontrol apakah keluar masuknya serta keberadaan orang asing di Indonesia telah atau tidak sesuai dengan ketentuan keimigrasian yang berlaku.
Pengawasan orang asing meliputi masuk dan keluarnya orang asing ke wilayah Indonesia atau dari wilayah Indonesia dan keberadaan serta kegiatan orang asing di wilayah Indonesia.
Pengawasan orang asing dilakukan oleh Tim Koordinasi Pengawasan Orang Asing. Tim Koordinasi Pengawasan Orang Asing terdiri dari:
1. Tingkat pusat; 2. Tingkat provinsi;
3. Wilayah/Daerah lain yang terdapat kantor imigrasi yaitu instansi pemerintah yang terkait di bidang tugasnya menyangkut pengawasan orang asing.
keluar masuk orang asing di wilayah Indonesia. Kemudian pengawasan yang bersifat operasional, pelaksanaan pengawasan terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dilakukan secara terkoordinasi.
Ada dua hal yang menjadi sasaran pengawasan terhadap orang asing di Indonesia, yaitu pengawasan terhadap keberadaannya (secara immigratoir) dan pengawasan terhadap kegiatan orang asing selama berada di Indonesia. Aspek pengawasan kegiatan orang asing memerlukan suatu kegiatan terkoordinir antar instansi dalam hal pelaksanaan pengawasannya. Menteri Kehakiman selaku koordinator Tingkat Pusat (nasional) bersama badan atau instansi pemerintah lainnya yang terkait sebagai pelaksana pengawasan orang asing secara terkoordinasi yang disebut Koordinasi Pengawasan Orang Asing (SIPORA).
Pada dasarnya pengawasan orang asing menjadi tanggung jawab menteri kehakiman dalam hal ini pejabat imigrasi selaku operator pelaksana. Mekanisme pelaksanaannya harus dilakukan dengan mengadakan koordinasi dengan badan atau instansi pemerintah yang bidang tugasnya menyangkut orang asing, badan atau instansi tersebut antara lain Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertahanan dan Keamanan, Kementerian Tenaga Kerja, Kejaksaan Agung, Badan Intelijen Negara dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Koordinasi Pengawasan Orang Asing (SIPORA) dilakukan secara terpadu dan SIPORA dibentuk di tingkat pusat, di tingkat provinsi dan di tingkat daerah.
Berdasarkan prinsip ini hanya orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Republik Indonesia serta tidak membahayakan keamanan dan ketertiban, serta tidak menimbulkan permusuhan terhadap rakyat dan negara yang diizinkan masuk wilayah Indonesia.
Sikap dan cara pandang seperti ini merupakan hal yang wajar, terutama apabila dikaitkan dengan pembangunan nasional yang sedang giatnya dilakukan di negara ini, yang berarti dalam pembangunan tersebut diperlukan ilmu, teknologi, kerjasama regional dan internasional yang mendorong meningkatnya arus lintas orang asing yang masuk dan keluar wilayah Negara Indonesia. Pengawasan terhadap orang asing dilakukan pada waktu mereka masuk atau keluar wilayah Indonesia melalui tempat pemeriksaan imigrasi. Setelah orang asing masuk wilayah Indonesia dilakukan pengawasan terhadap keberadaannya yaitu izin
tinggalnya di Indonesia dengan segala aspek seperti penyalahgunaan izin tinggal telah berakhir.
Pengawasan keimigrasian terhadap orang asing berdasarkan Pasal 68 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 dilaksanakan pada saat permohonan visa, masuk atau ke luar dan pemberian izin tinggal yang dilakukan dengan:
a. pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan informasi;
b. penyusunan daftar nama orang asing yang dikenai penangkalan atau pencegahan;
c. pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing di wilayah Indonesia;
d. pengambilan foto dan sidik jari; dan
e. kegiatan lain yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Pengawasan preventif yaitu dalam rangka upaya pencegahan orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia khususnya melakukan pelanggaran atau tindak
pidana keimigrasian, misalnya tidak memiliki izin tinggal yang jelas atau resmi dan atau melakukan tindak pidana lainnya yang bertentangan dengan perundang-undangan atau dapat mengganggu keamanan dan ketertiban bangsa dan negara, maka instansi terkait yang khusus menangani keberadaan orang asing di Indonesia melakukan beberapa langkah preventif yaitu melakukan pemeriksaan, pengawasan dan monotoring.
a. Memiliki pasport yang dikeluarkan oleh negara orang asing tersebut, karena dengan pasport tersebut akan diketahui identitas diri dan tujuan masuk ke wilayah Indonesia.
b. Memiliki dana yang cukup selama berada di Indonesia, hal ini untuk menjamin adanya pemenuhan kebutuhan sehari-hari selama berada di wilyah Indonesia.
c. Tidak mengalami ganguaan kejiwaan, hal ini agar orang asing tersebut tidak mengganggu ketertiban dan kenyamanan dalam masyarakat.
d. Memiliki tujuan jelas, hal ini untuk dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara Indonesia.
Setelah melakukan pemeriksaan, maka petugas keimigrasian mengambil sikap antara lain:
a. Memberikan izin masuk apabila orang asing tersebut telah memenuhi persyaratan keimigrasian.
b. Melakukan penolakan izin apabila orang asing tersebut tidak dapat memperlihatkan atau menunjukkan persyaratan keimigrasian, sampai waktu orang asing tersebut dapat memenuhi persyaratan keimigrasian.
Keimigrasian dan berkoordinasi dengan instansi pemerintah yang terkait termasuk Kepolisian Negara Republik Indonesia, dengan cara:
a. Setiap orang asing yang berada di wilayah Indonesia wajib melapor kepada aparat kepolisian dan pemerintah yang diberi wewenang setempat, hal ini guna untuk melakukan:
1. Pendataan keberadaan orang asing.
2. Pemeriksaan administrasi orang asing tersebut.
3. Pencatatan orang asing termasuk photo dan sidik jari sebagai dokumentasi pengawasan terhadap orang asing.
b. Melakukan pemantauan dan gerak gerik orang asing selama berada di Indonesia, apakah telah sesuai dengan izin keimigrasian.
c. Melakukan pengarahan terhadap orang asing selama berada di wilayah Indonesia.
Dalam hal pengawasan yang dilakukan oleh kepolisian terhadap orang asing selama berada di Indonesia, sesuai dengan ketentuan Pasal 15 ayat (2) huruf (i) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang menyebutkan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi dengan instansi terkait.
Pendaftaran orang asing dilakukan setelah berada di wilayah Indonesia selama 3 (tiga) bulan ke atas, yaitu orang asing yang memiliki izin kunjungan sampai 3 (tiga) bulan, sedangkan izin tinggal terbatas dan izin tinggal tetap umumnya lebih dari 3 (tiga) bulan.
Bagi orang asing yang memiliki izin kunjungan, pendaftaran dilakukan pada waktu yang bersangkutan memohon perpanjangan yang berlaku lebih dari 3 (tiga) bulan, sedangkan bagi orang asing yang memiliki izin tinggal terbatas dan izin tinggal tetap pendaftaran dilakukan pada waktu orang asing diberikan izin tinggalnya. Tindakan terhadap orang asing diberlakukan jika terjadi pelanggaran atau penyimpangan perbuatan melawan hukum terhadap salah satu aspek tersebut, seperti aspek masuk dan ke luarnya orang asing dari wilayah Indonesia, meliputi penyimpangan atau pelanggaran tidak memenuhi persyaratan, menggunakan
dokumen palsu atau memberikan keterangan yang tidak benar mengenai diri, dokumen atau kedatangannya yang habis masa berlakunya untuk masuk dan ke luar wilayah Indonesia.
Selanjutnya mengenai aspek kegiatan-kegiatan orang asing selama berada di wilayah Indonesia meliputi:
a. Menyalahgunakan perizinan, yaitu melakukan kegiatan menyimpang dari tujuan kedatangannya di Indonesia, seperti memiliki izin tinggal wisata tetapi menggunakannya untuk bekerja di Indonesia;
c. Selama di wilayah Indonesia melakukan kegiatan merugikan negara, pemerintah dan masyarakat atau kegiatan yang membahayakan negara di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan.
2. 4 Imigrasi dan Keimigrasian
2. 4. 1 Pengertian Imigrasi dan Keimigrasian
Kata imigrasi berasal dari bahasa latin yaitu immigrare yang artinya masuk untuk bertempat tinggal, pindah atau masuk ke negara lain untuk menetap, sedangkan menurut ensiklopedi umum, kata imigrasi yaitu perpindahan orang dari negara asing untuk menetap dan menjadi warga negara yang didatanginya itu. Pengertian tersebut dapat diketahui bahwa agar seseorang dikatakan telah melakukan imigrasi di negara lain, unsur yang mutlak harus ada dalam imigrasi yaitu unsur menetap dan unsur negara lain atau negara asing yang bukan negaranya, sehingga pengertian imigrasi dapat diartikan masuknya orang asing ke negara Indonesia untuk tujuan menetap atau bertempat tinggal di negara Indonesia, sehingga setiap orang asing yang datang ke negara Indonesia disebut imigrasi.
orang asing memasuki wilayah negara indonesia, serta keamanan pelanggaran yag dilakukan orang asing selama berada di wilayah Negara Republik Indonesia.
Orang yang melakukan imigrasi dinamakan imigran, sehingga orang yang masuk ke negara Indonesia tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan disebut imigran gelap. Oleh karena itu, orang tersebut melanggar Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, namun beberapa hal yang tidak termasuk dalam kategori imigran yaitu seorang diplomat atau turis yang berada di negara Indonesia, karena kedua kelompok ini telah memenuhi persyaratan untuk melakukan imigrasi karena mencari kehidupan yang layak tersebut.
Beberapa faktor lain yang mendorong seseorang melakukan imigrasi antara lain karena situasi dan kondisi politik negaranya yang tidak stabil, keadaan ekonomi keluarga yang mendesak sehingga kebutuhan pekerjaan diluar negeri memberi peluang untuk mengubah nasib, karena melakukan bisnis perdagangan, pernikahan campuran atau dipengaruhi sosial budaya atau faktor lain yang menggugah orang asing untuk masuk Indonesia.
sebaliknya sering menimbulkan ketegangan politik antar negara, ketegangan sosial antar orang akibat adanya pertentangan antara orang-orang yang memilik latar belakang yang berbeda, jenis kulit berbeda, pola pikir berbeda serta etnis yang berbeda, dimana orang asing dapat mengancam kehidupan sosial orang Indonesia, dan orang Indonesia dapat mengancam orang asing yang tinggal di Indonesia, hal ini dimaklumi karena memiliki kepentingan berbeda, oleh karenanya untuk menghindari ketegangan tersebut pemerintah telah menyiapkan perangkat hukum yang mengatur orang asing masuk ke Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dan peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan keimigrasian.
Kebijakan keimigrasian di Indonesia untuk mengizinkan orang asing masuk ke Indonesia karena dapat manfaat bagi pembangunan Indonesia dalam mewujudkan
tujuan nasional baik kemajuan ekonomi, sosial dan budaya. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan kebijakan keimigrasian mengizinkan orang asing masuk ke Indonesia dapat menimbulkan dampak yang negatif terhadap kestabilan keamanan dan ketertiban negara dan bangsa Indonesia yang akhirnya merugikan perekonomian negara Indonesia.
dapat menimbulkan ketidakstabilan keamanan dan ketertiban karena orang asing tersebut dapat melakukan tindak pidana terhadap Warga Negara Indonesia.
2. 4. 2 Izin Keimigrasian
Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian menyatakan setiap orang asing yang masuk wilayah Indonesia wajib memiliki visa yang sah dan masih berlaku, kecuali ditentukan lain berdasarkan undang-undang ini dan perjanjian internasional. Pengertian visa berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 adalah keterangan tertulis yang diberikan pejabat yang berwenang di Perwakilan Republik Indonesia atau di tempat lain yang ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia yang memuat persetujuan bagi orang asing untuk melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia dan menjadi dasar untuk pemberian izin tinggal. Visa tersebut terdiri dari:
a. visa diplomatik; b. visa dinas; c. visa kunjungan; d. visa tinggal terbatas.
Visa merupakan syarat bagi orang asing untuk mendapatkan izin tinggal di wilayah Indonesia. Izin tinggal yang dimaksud sesuai dengan visa yang dimilikinya. Izin tinggal berdasarkan Pasal 48 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, yaitu:
III. METODE PENELITIAN
3. 1 Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan, sehingga mencapai tujuan penelitian. (Abdulkadir Muhammad, 2004: 112). Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua metode pendekatan, yaitu pendekatan secara normatif dan pendekatan secara empiris.
1. Pendekatan secara normatif
Pendekatan secara normatif, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen, dan peraturan-peraturan yang berlaku, yang ada kaitannya atau hubungannya dengan permasalahan yang sedang dibahas.
2. Pendekatan secara empiris
penelitian ini, yaitu Kepala Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung maupun pihak-pihak terkait lainnya.
3. 2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. 1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat (Abdulkadir Muhammad, 2004: 82). Untuk memperoleh data secara langsung, maka peneliti mengambil data primer dari obyek penelitian lapangan dengan menggunakan metode wawancara yaitu mengumpulkan data secara langsung dengan mengadakan wawancara dengan informan. Wawancara tersebut dilakukan dengan Kustono selaku Kasubsi Pengawasan Keimigrasian di Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung.
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan pustaka dan terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier (Abdulkadir Muhammad, 2004: 81).
1) Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat secara umum (perundang-undangan) atau mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak-pihak berkepentingan (Abdulkadir Muhammad, 2004: 82). Dalam penelitian ini bahan hukum primer yang digunakan adalah:
b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing;
c. Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.02-PW.09.02 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian.
2) Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer (Abdulkadir Muhammad, 2004: 82). Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah literatur-literatur, makalah-makalah dan tulisan-tulisan hasil karya kalangan hukum atau instansi terkait yang berkaitan penelitian ini.
3) Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder (Abdulkadir Muhammad, 2004: 82). Bahan hukum tersier yaitu kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia majalah, surat kabar dan jurnal penelitian hukum serta bersumber dari bahan-bahan yang didapat melalui internet.
3. 3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data
3. 3. 1Metode Pengumpulan Data
Penulis dalam pengumpulan data menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Studi Kepustakaan (Library Research)
kutipan-kutipan serta menelaah bahan-bahan pustaka yaitu berupa karya tulis dari para ahli yang tersusun dalam literatur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini.
2. Studi Lapangan (Field Research)
Studi lapangan merupakan usaha yang dilakukan untuk memperoleh data primer. Usaha untuk memperoleh data primer tersebut dilakukan dengan memberikan pertanyaan dan meminta penjelasan kepada beberapa pihak yang dianggap mengetahui masalah yang berhubungan dengan penelitian ini. Metode yang dipergunakan adalah wawancara terbuka.
3. 3. 2 Metode Pengolahan Data
Setelah data sekunder dan data primer terkumpul dan diolah, maka untuk menentukan hal yang baik dalam melakukan pengolahan data, penulis melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Editing, yaitu memeriksa dan mengoreksi data yang masuk, apakah berguna atau tidak, sehingga data yang terkumpul bermanfaat untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.
2. Sistematisasi, yaitu proses penyusunan data menurut sistem yang telah ditetapkan.
3. 5 Analisis Data
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
a. Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung dalam melaksanakan pengawasan
terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing di wilayah Kota Bandar
Lampung terdiri dari pengawasan administrasif dan pengawasan lapangan.
Pengawasan administratif yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi Kota Bandar
Lampung dilakukan dengan cara penyusunan daftar nama orang asing,
penerbitan atau pembuatan kartu pengawasan dan pengawasan pemegang izin
kunjungan. Pengawasan lapangan meliputi pemantauan, pengamatan,
pelacakan dan pembuntutan. Kantor Imigrasi dalam melakukan pengawasan
di lapangan dengan melibatkan instansi terkait lainnya, seperti kepolisian,
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik dan Dinas Tenaga Kerja. Selain itu,
pengawasan lapangan juga melibatkan peran serta masyarakat setempat dan
pengawasan dengan membentuk tim gabungan dengan instansi lainnya.
Pengawasan yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi di Kota Bandar Lampung
belum optimal, karena kurangnya pengawasan yang melibatkan instansi
peran masyarakat untuk mencegah orang asing yang melakukan tindak pidana
keimigrasian dan tindak pidana yang dapat membahayakan keamanan dan
ketentraman masyarakat, walaupun pada saat ini terlihat masih sedikit terjadi
pelanggaran keimigrasian yang dilakukan orang asing yang berada di Kota
Bandar Lampung, namun pengawasan tersebut harus tetap dilakukan.
b. Faktor-faktor penghambat pengawasan terhadap keberadaan orang asing oleh
kantor imigrasi di Kota Bandar Lampung adalah jumlah dana operasional
pengawasan yang terbatas dan jumlah petugas lapangan yang masih kurang.
5. 2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan:
a. Sebaiknya Kantor Imigrasi Kota Bandar Lampung lebih meningkatkan
pengawasan orang asing yang ada di Kota Bandar Lampung dengan
melibatkan instansi pemerintah lainnya seperti kepolisian dan dinas
kependudukan, serta melibatkan peran serta masyarakat demi mencegah
orang asing melakukan tindak pidana keimigrasian dan tindak pidana yang
dapat membahayakan keamanan dan ketentraman masyarakat di Kota Bandar
Lampung.
b. Sebaiknya anggaran dana operasional Kantor Imigrasi untuk kepentingan
pengawasan harus ditingkatkan, dengan dana operasional yang memadai,
pengawasan terhadap keberadaan orang asing diharapkan dapat berjalan
secara optimal. Selain itu, petugas pengawas lapangan yang terdidik dan
Oleh
Raden Hidayatullah Akbar
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Administrasi Negara
Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
(skripsi)
Oleh
Raden Hidayattullah Akbar
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
Halaman
ABSTRAK
PERSETUJUAN
PENGESAHAN
RIWAYAT HIDUP
MOTTO
PERSEMBAHAN
SANWACANA
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ...
1
1. 1 Latar Belakang ...
1
1. 2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian ...
6
1. 2. 1 Permasalahan ...
6
1. 2. 2 Ruang Lingkup...
6
1. 3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...
7
1. 3. 1 Tujuan ...
7
1. 3. 2 Kegunaan ...
7
II. TINJAUAN PUSTAKA...
8
2. 1 Pengawasan ...
8
2. 1. 1 Pengertian Pengawasan ...
8
2. 1. 2 Fungsi Pengawasan ...
11
2. 1. 3 Tujuan Pengawasan...
12
2. 1. 4 Jenis-Jenis Pengawasan...
13
2. 1. 5 Sistem Pengawasan Keimigrasian...
16
2. 2 Orang Asing dan Keberadaan Orang Asing di Indonesia ...
19
2. 3 Pengawasan Orang Keberadaan Orang Asing di Indonesia...
22
2. 4 Imigrasi dan Keimigrasian ...
29
2. 4. 1 Pengertian Imigrasi dan Keimigrasian ...
29
3. 2 Sumber Data...
35
3. 3 Pengumpulan dan Pengolahan Data...
36
3. 4 Analisis Data ...
38
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...
39
4. 1 Keberadaan Orang Asing di Kota Bandar Lampung ...
39
4. 2 Pengawasan Terhadap Keberadaan Orang Asing Oleh Kantor
Imigrasi Kota Bandar Lampung...
43
4. 3 Faktor Penghambat Pengawasan Terhadap Keberadaan
Orang Asing Oleh Kantor Imigrasi di Kota Bandar Lampung ...
54
V. KESIMPULAN DAN SARAN ...
57
5. 1 Kesimpulan ...
57
5. 2 Saran ...
58
Buku:
Abdullah, Syaiful, 1993.
Memperkenalkan Hukum Keimigrasian
, Ghalia, Jakarta.
_________
, 1992.
Komentar Atas Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992
tentang Keimigrasian
, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Adikun Sudikun, Mertokusumo, 1991.
Mengenal Hukum Keimigrasian
, Liberty,
Jakarta.
Atmosdirjo, S. Prajudi. 1994.
Hukum Administrasi Negara
. Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Barda Nawawi Arief, 1996.
Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana
, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Indra, Muhammad, 2008
. Perspektif Penegakan Hukum dalam Sistem
Keimigrasian Indonesia,
Universitas Padjadjaran, Bandung.
Manan, Bagir. 2000.
Hukum Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional,
Jakarta.
Nurmayani. 2009.
Hukum Administrasi Daerah
. Universitas Lampung, Bandar
Lampung.
Santoso, M. Imam, 2004.
Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan
Ketahanan Nasional
, UI Press, Jakarta.
Soetorawiro, Koemiatmanto, 1996.
Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian
Indonesia,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ukun, Wahyudin, 2004.
Telaah Masalah-Masalah Keimigrasian
,
Kumpulan
Artikel Keimigrasian
, PT. Adi Kencana Aji, Jakarta.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing;
Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.02-PW.09.02 Tahun 1995 tentang
BANDAR LAMPUNG
Nama Mahasiswa
:
Raden Hidayatullah Akbar
No. Pokok Mahasiswa
: 0812011247
Bagian
: Hukum Administrasi Negara
Fakultas
: Hukum
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Nurmayani, S.H., M.H.
Upik Hamidah, S.H., M.H.
NIP 1961 1219 198803 2 002
NIP 1960 0606 198703 2 012
2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara
1. Tim Penguji
Ketua
:
Nurmayani, S.H., M.H.
...
Sekretaris
:
Upik Hamidah, S.H., M.H.
...
Penguji Utama
:
Syamsir Syamsu, S.H., M.H.
...
2. Dekan Fakultas Hukum
Dr. Heryandi, S.H., M.S.
NIP
1962 1109 198703 1 003
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 18 Juni 1990.
Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara, dari
pasangan Bapak Abdul Halim, S.M., H.K. (Alm) dan Ibu
Suherniyati, S.H. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK
Budi Bhakti 1 Bandar Lampung pada tahun 1995-1996, Sekolah Dasar di SD
Kartika II-5 Bandar Lampung pada tahun 1996-2002, Sekolah Menengah Pertama
di SMP Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2002-2005, dan Sekolah Menengah
Atas di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2005-2008. Dengan
mengikuti jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
penulis diterima di Fakultas Hukum Universitas Lampung pada tahun 2008.
“ Tak ada yang tak mungkin selama dirimu yakin“
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan skripsi ini sebagai wujud
kasih sayangku kepada Mama dan Papa (Alm) tercinta yang tak henti-hentinya
selalu mendoakan untuk keberhasilanku.
Keluarga yang selalu mendukungku, terimakasih untuk semuanya.
Sahabat-sahabat yang selalu ada di saat suka dan duka. Terimakasih sudah
menjadi sahabat yang baik, sukses untuk kita semua.
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “
Pengawasan
Terhadap Keberadaan Orang Asing Oleh Kantor Imigrasi Di Kota Bandar
Lampung
”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati saya menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1.
Ibu Nurmayani, S.H., M.H., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu serta memberikan arahan, bimbingan, dan masukan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2.
Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang telah meluangkan
waktu serta memberikan arahan, bimbingan, dan masukan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
memperbaiki dan menyempurnakan skripsi ini.
5.
Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
6.
Ibu Nurmayani, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi
Negara dan Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Sektertaris Bagian Hukum
Administrasi Negara.
7.
Ibu Lindati Dwiatin, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik terima kasih
atas bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama studi di Fakultas
Hukum Universitas Lampung.
8.
Bapak Drs. Johny Johan Saad selauku Kepala Kantor Imigrasi Kota Bandar
Lampung yang telah bersedia meluangkan waktunya yang padat dan menjadi
informan dalam pembuatan skripsi ini.
9.
Bapak Kustono selaku Kepala Seksi Bagian Pengawasan Keimigrasian Kota
Bandar Lampung yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi
informan dalam pembuatan skripsi ini.
10. Seluruh staf dan pegawai Kantor Imigasi Kota Bandar Lampung. Terimakasih
telah bersedia meluangkan waktunya yntuk membamtu saya.
11. Mama, Papa, dan Kakak terimakasih untuk semua dukungan, semangat, dan
doa yang diberikan. Semoga saya bisa menjadi anak yang membanggakan
untuk keluarga.
Terimakasih untuk pertemanan kalian selama ini,
14. Teman-teman HIMA HAN, Iqbal, Raydo, Anday, Meyzon, Aldi, Tangguh,
Shandi, Dova, Danu, Dimas Akbar, Gery, dll yang gak bisa di sebutin satu
persatu namanya, Terimakasih atas kebersamaannya kita selama ini.
15. Keluarga KKN Desa Sungai Badak Kabupaten Mesuji, teman-teman KKN
yang berjuang sama-sama selama 40 hari.
16. Teman-teman anggota Angkatan Muda Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Hukum (BEM FH) periode 2008-2009, teman-teman anggota Perhimpunan
Mahasiswa Hukum Untuk Seni ( PERSIKUSI) periode 2008-sekarang, dan
teman-teman angkatan 2008 Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Penulis menyadari meskipun telah berusaha semaksimal mungkin skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
serta mengaharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Hanya ucapan terimakasih
yang dapat penulis berikan semoga kebaikan dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis mendapat ridho-Nya, aamiin.
Bandar Lampung,
Mei 2012
Penulis,