• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Distributor Produk Minuman Kesehatan K-Liquid Chlorophyll Pada Pola MLM Terhadap Kinerja Manajemen PT. K-Link Indonesia (Kasus Distributor Daerah Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penilaian Distributor Produk Minuman Kesehatan K-Liquid Chlorophyll Pada Pola MLM Terhadap Kinerja Manajemen PT. K-Link Indonesia (Kasus Distributor Daerah Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara)"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN DISTRIBUTOR PRODUK MINUMAN KESEHATAN K-LIQUID CHLOROPHYLLPADA POLA MLM TERHADAP KINERJA

MANAJEMEN PT. K-LINK INDONESIA

(Kasus Distributor Daerah Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara)

Oleh :

Ardhita Achmad Zibril A14105654

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

ARDHITA ACHMAD ZIBRIL. Penilaian Distributor Produk Minuman Kesehatan K-Liquid Chlorophyll Pada Pola MLM Terhadap Kinerja Manajemen PT. K-Link Indonesia (Kasus Distributor Daerah Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara). (Dibawah bimbingan NETTI TINAPRILLA).

Bertambahnya produsen baru yang memproduksi minuman kesehatan Chlorophyll menyebabkan timbulnya persaingan untuk memperoleh pangsa pasar sehingga konsumen memiliki alternatif dalam memilih salah satuh merek untuk dikonsumsi inilah yang menyebabkan aspek pemasaran banyak ditentukan oleh peranan pola distribusi. Pola distribusi yang berperan dalam pemasaran minuman kesehatan Chlorophyll diantaranya adalah Multi Level Marketing (MLM).

PT. K-Link Indonesia dalam memasarkan produknya menggunakan pola pemasaran MLM. Dalam sistem MLM seorang member berperan sebagai distributor dimana promosi dilakukan oleh member dan biaya untuk melakukan promosi tersebut ditanggung oleh member yang bersangkutan. Selain itu, besar dan perubahan volume penjualan sangat tergantung kepada ke aktifan dan inisiatif member/distributor. Dari hal-hal tersebut maka sangat penting melakukan sebuah kajian mengenai kinerja manajemen perusahaan yang berpola MLM berdasarkan penilaian distributornya. Karena penilaian distributor terhadap pihak perusahaan memiliki efek psikologi, dimana dengan persepsi distributor cukup baik, maka keaktifan disrtributor akan tinggi.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis penilaian distributor aktif dan tidak aktif terhadap kinerja manajemen PT. K-Link Indonesia dan merumuskan rekomendasi terkait dengan perbaikan kinerja manajemen terhadap distributor.

Penelitian ini dilakukan pada lokasi yang telah ditentukan sebelumnya dengan sengaja (purposive), yaitu di stokist center Kelapa Gading PT. K-Link, Jln. Boulevard Barat Raya Blok F No.28 Jakarta Utara. Pelaksanaan penelitian dan pengambilan data dilakukan mulai bulan Agustus sampai Oktober 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan untuk memperoleh informasi langsung tentang kondisi perusahaan secara keseluruhan, karakteristik distributor, keterlibatan/partisipasi distributor, persepsi langsung distributor terhadap perusahaan serta data lain yang perlu diamati secara langsung. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi litelatur, yaitu mempelajari data – data atau bahan – bahan informasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Informasi data dari instansi terkait seperti Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI), serta Badan Pusat Statistik (BPS).

(3)

ii bulan berturut-turut tetapi sudah mengikuti modul pelatihan K-Link. Pemilihan tersebut dilakukan karena distributor yang sudah mengikuti modul pelatihan K-link, akan dapat mendeskripsikan penilaian nya terhadap kinerja manajemen perusahaan. Responden yang diambil yaitu sebanyak 100 responden, karena telah mewakili penelitian ini. Terdiri dari 50 distributor aktif dan 50 distributor tidak aktif.

Jika dilihat dari analisis IPA pada distributor aktif dan tidak aktif maka prioritas utama yang harus di lakukan perusahaan sama yaitu memperbaiki kinerja kemampuan dalam pengadaan barang di stokist, ketepatan dalam pembayaran bonus bagi distributor, kemampuan dalam memberikan fasilitas informasi perkembangan jaringan dan ketepatan dalam pengiriman bonus statement. Adanya kesamaan prioritas utama pada distributor aktif dan tidak aktif dikerenakan adanya kekecewaan terdahulu pada distributor tidak aktif terhadap atribut yang masuk dalam kuadran I sehingga membuat distributor memutuskan untuk tidak aktif sedangkan pada distributor yang masih aktif tetap bertahan dengan harapan adanya perbaikan pada kinerja manajemen perusahaan.

(4)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Pola Distribusi MLM ... 24

2. Saluran Pemasaran ... 26

3. Kerangka Pemikiran Operasional ... 31

4. Diagram Kartesius Performance dan Importance ... 39

5. Diagram Kartesius Performance dan Importance Pada Distributor Aktif ... 52

6. Diagram Kartesius Performance dan Importance Pada Distributor Tidak Aktif ... 60

DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Uji Validitas ... 71

2. Tanda Keanggotaan PT. K-LINK INDONESIA ... 73

3. Karakteristik Distributor ... 74

4. Perhitunagan Metode Importance Performance Analysis (IPA) ... 75

(5)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Merek Produk Minuman Kesehatan Chlorophyll Yang Ada Di Pasaran...4

2. Jumlah Distributor PT. K-Link Indonesia Tahun 2005-2007………..………6

3. Matrik Tabel Penelitian Terdahulu………14

4. Dimensi Atribut Penilaian Distributor Terhadap Kinerja Manajemen PT. K-Link Indonesia...28

5. Variabel – Variabel Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja distributor...35 6. Skor Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja...36

7. Atribut Aspek – Aspek Kemampuan Kinerja Manajemen Perusahaan yang di Uji...42

(6)

DAFTAR ISI

3.2.4 Analisis Kepentingan Kinerja (Importance Performance Analysis) ... ... 26

3.3 Bauran Pemasaran (4P) ... 26

3.4 Kerangka Pemikiran Operasional ... 29

IV METODE PENELITIAN ... 32

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.2 Pengumpulan Data dan Penarikan Sampel ... 32

4.3 Metode Analisis Data ... 34

4.3.1 Analisis Deskriptif Kuantitatif ... 34

4.3.2 Metode Importance Performance Analysis (IPA)... 34

(7)

x

4.4 Pengujian Kuisioner ... 41

4.4.1 Uji Validitas ... 41

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 44

5.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 44

5.1.1 Visi dan Misi Perusahaan ... 45

5.1.2Sertifikat Resmi dan Penghargaan Perusahaan ... 45

5.2 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 46

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

6.1 Analisis Persepsi Distributor Terhadap Kinerja Manajemen ... 48

6.1.1 Karakteristik Responden Distributor ... 48

6.1.2 Analisis Kepentingan Kinerja (Importance Performance Analysis) 48 6.2 Perhitungan Important Performance Analysis ... 49

6.2.1 Analisis IPA Distributor Aktif ... 50

6.2.2 Analisis IPA Distributor Tidak Aktif ... 58

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

7.1 Kesimpulan ... 67

7.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(8)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia dengan jumlah penduduk sebesar 226 juta jiwa dan tingkat pertumbuhan sebesar 1,43 persen per tahun (Badan Pusat Statistik, 2006) merupakan pasar yang sangat potensial untuk berbagai jenis produk untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kemajuan sosial ekonomi dan perkembangan informasi saat ini menyebabkan perubahan segala sesuatunya ke arah yang lebih praktis dan efisien. Perubahan tersebut berdampak pada perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat.

Berdasarkan warta konsumen (1995), masyarakat Indonesia mulai meninggalkan pola makan tradisional dan beralih pola makan serba instan yang dianggap praktis, tanpa mengindahkan keseimbangan gizinya, sebagai kompensasi masyarakat mulai melirik kepada produk suplemen yang dianggap bisa memenuhi kebutuhan gizi.

(9)

2 Konsumsi suplemen dibutuhkan oleh tubuh jika sering berada atau melewati lingkungan yang tercemar polusi, mengalami gangguan kesehatan yang diduga kuat karena kekurangan zat gizi dalam makanan sehari-hari dengan frekuensi sering, tubuh dalam kondisi masa penyembuhan yang memerlukan tambahan suplemen, kondisi tubuh yang selalu dituntut prima dengan pekerjaan yang sering diluar batas kewajaran (lembur), harus menjalankan operasi besar, menjalani diet keras, stress berkepanjangan selain itu pada wanita dengan kondisi tertentu seperti hamil, menyusui, mulai menopause, pengikut vegetarian ketat dan mangalami gangguan metabolisme termasuk kelompok yang memerlukan suplemen makanan (Gunawan, 1999).

Kebiasaan mengkonsumsi suplemen makanan menjadi trend masyarakat perkotaan (Anonymous, 2002). Fenomena ini di Indonesia mengakibatkan semakin gencarnya promosi tentang produk-produk suplemen yang dilakukan dengan disertai klaim bombatis yang mengindikasikan ke arah pengobatan dan kesehatan. Berbagai klaim suplemen diantaranya dapat mengembalikan energi/stamina yang terkuras setelah melakukan aktivitas, memberikan energi tambahan, membuat rambut atau kulit lebih sehat, meningkatkan daya fikir dan membantu pencegahan dan penanggulangan stress (Sudarisman, 1996).

(10)

Salah satu produk suplemen bentuk cair dari alam yang sudah beredar dipasaran adalah K-Liquid Chlorophyll yang diproduksi oleh PT. K-Link Indonesia. K-Liquid Chlorophyll di buat dari tumbuhan alfalfa (Medicago Sativa) yang memiliki fungsi sebagai antioksidan dimana kandungan Chlorophyll yang terdapat dalam tumbuhan alfalfa mengandung anti-oksida yang dapat mengurangi radikal bebas dalam tubuh. Tanaman Alfalfa banyak tumbuh liar di dataran gurun, akarnya dapat mencapai kedalaman 30 meter dan lebar akar dapat mencapai 10 meter. Pada saat ini lebih dari 80 juta hektar tanaman Alfalfa di seluruh dunia, dan 27 juta hektar terdapat di Amerika Serikat. (http://misinomorsatu.blogspot.com/2008/10/bae-synergy-alfalfa-concentrated.html).

K-Liquid Chlorophyll dilihat dari proses pengolahan merupakan salah satu produk Agribisnis yang termasuk ke dalam Sub sistem Agribisnis Hilir dimana K-Liquid Chlorophyll merupakan diversifikasi produk hilir tanaman alfalfa dan merupakan salah satu produk yang sangat prospektif untuk dikembangkan pada sektor agribisnis. (http://misinomorsatu.blogspot.com/2008/10/bae-synergy-alfalfa-concentrated.html)

(11)

PENILAIAN DISTRIBUTOR PRODUK MINUMAN KESEHATAN K-LIQUID CHLOROPHYLLPADA POLA MLM TERHADAP KINERJA

MANAJEMEN PT. K-LINK INDONESIA

(Kasus Distributor Daerah Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara)

Oleh :

Ardhita Achmad Zibril A14105654

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

ARDHITA ACHMAD ZIBRIL. Penilaian Distributor Produk Minuman Kesehatan K-Liquid Chlorophyll Pada Pola MLM Terhadap Kinerja Manajemen PT. K-Link Indonesia (Kasus Distributor Daerah Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara). (Dibawah bimbingan NETTI TINAPRILLA).

Bertambahnya produsen baru yang memproduksi minuman kesehatan Chlorophyll menyebabkan timbulnya persaingan untuk memperoleh pangsa pasar sehingga konsumen memiliki alternatif dalam memilih salah satuh merek untuk dikonsumsi inilah yang menyebabkan aspek pemasaran banyak ditentukan oleh peranan pola distribusi. Pola distribusi yang berperan dalam pemasaran minuman kesehatan Chlorophyll diantaranya adalah Multi Level Marketing (MLM).

PT. K-Link Indonesia dalam memasarkan produknya menggunakan pola pemasaran MLM. Dalam sistem MLM seorang member berperan sebagai distributor dimana promosi dilakukan oleh member dan biaya untuk melakukan promosi tersebut ditanggung oleh member yang bersangkutan. Selain itu, besar dan perubahan volume penjualan sangat tergantung kepada ke aktifan dan inisiatif member/distributor. Dari hal-hal tersebut maka sangat penting melakukan sebuah kajian mengenai kinerja manajemen perusahaan yang berpola MLM berdasarkan penilaian distributornya. Karena penilaian distributor terhadap pihak perusahaan memiliki efek psikologi, dimana dengan persepsi distributor cukup baik, maka keaktifan disrtributor akan tinggi.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis penilaian distributor aktif dan tidak aktif terhadap kinerja manajemen PT. K-Link Indonesia dan merumuskan rekomendasi terkait dengan perbaikan kinerja manajemen terhadap distributor.

Penelitian ini dilakukan pada lokasi yang telah ditentukan sebelumnya dengan sengaja (purposive), yaitu di stokist center Kelapa Gading PT. K-Link, Jln. Boulevard Barat Raya Blok F No.28 Jakarta Utara. Pelaksanaan penelitian dan pengambilan data dilakukan mulai bulan Agustus sampai Oktober 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan untuk memperoleh informasi langsung tentang kondisi perusahaan secara keseluruhan, karakteristik distributor, keterlibatan/partisipasi distributor, persepsi langsung distributor terhadap perusahaan serta data lain yang perlu diamati secara langsung. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi litelatur, yaitu mempelajari data – data atau bahan – bahan informasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Informasi data dari instansi terkait seperti Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI), serta Badan Pusat Statistik (BPS).

(13)

ii bulan berturut-turut tetapi sudah mengikuti modul pelatihan K-Link. Pemilihan tersebut dilakukan karena distributor yang sudah mengikuti modul pelatihan K-link, akan dapat mendeskripsikan penilaian nya terhadap kinerja manajemen perusahaan. Responden yang diambil yaitu sebanyak 100 responden, karena telah mewakili penelitian ini. Terdiri dari 50 distributor aktif dan 50 distributor tidak aktif.

Jika dilihat dari analisis IPA pada distributor aktif dan tidak aktif maka prioritas utama yang harus di lakukan perusahaan sama yaitu memperbaiki kinerja kemampuan dalam pengadaan barang di stokist, ketepatan dalam pembayaran bonus bagi distributor, kemampuan dalam memberikan fasilitas informasi perkembangan jaringan dan ketepatan dalam pengiriman bonus statement. Adanya kesamaan prioritas utama pada distributor aktif dan tidak aktif dikerenakan adanya kekecewaan terdahulu pada distributor tidak aktif terhadap atribut yang masuk dalam kuadran I sehingga membuat distributor memutuskan untuk tidak aktif sedangkan pada distributor yang masih aktif tetap bertahan dengan harapan adanya perbaikan pada kinerja manajemen perusahaan.

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Pola Distribusi MLM ... 24

2. Saluran Pemasaran ... 26

3. Kerangka Pemikiran Operasional ... 31

4. Diagram Kartesius Performance dan Importance ... 39

5. Diagram Kartesius Performance dan Importance Pada Distributor Aktif ... 52

6. Diagram Kartesius Performance dan Importance Pada Distributor Tidak Aktif ... 60

DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Uji Validitas ... 71

2. Tanda Keanggotaan PT. K-LINK INDONESIA ... 73

3. Karakteristik Distributor ... 74

4. Perhitunagan Metode Importance Performance Analysis (IPA) ... 75

(15)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Merek Produk Minuman Kesehatan Chlorophyll Yang Ada Di Pasaran...4

2. Jumlah Distributor PT. K-Link Indonesia Tahun 2005-2007………..………6

3. Matrik Tabel Penelitian Terdahulu………14

4. Dimensi Atribut Penilaian Distributor Terhadap Kinerja Manajemen PT. K-Link Indonesia...28

5. Variabel – Variabel Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja distributor...35 6. Skor Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja...36

7. Atribut Aspek – Aspek Kemampuan Kinerja Manajemen Perusahaan yang di Uji...42

(16)

DAFTAR ISI

3.2.4 Analisis Kepentingan Kinerja (Importance Performance Analysis) ... ... 26

3.3 Bauran Pemasaran (4P) ... 26

3.4 Kerangka Pemikiran Operasional ... 29

IV METODE PENELITIAN ... 32

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.2 Pengumpulan Data dan Penarikan Sampel ... 32

4.3 Metode Analisis Data ... 34

4.3.1 Analisis Deskriptif Kuantitatif ... 34

4.3.2 Metode Importance Performance Analysis (IPA)... 34

(17)

x

4.4 Pengujian Kuisioner ... 41

4.4.1 Uji Validitas ... 41

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 44

5.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 44

5.1.1 Visi dan Misi Perusahaan ... 45

5.1.2Sertifikat Resmi dan Penghargaan Perusahaan ... 45

5.2 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 46

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

6.1 Analisis Persepsi Distributor Terhadap Kinerja Manajemen ... 48

6.1.1 Karakteristik Responden Distributor ... 48

6.1.2 Analisis Kepentingan Kinerja (Importance Performance Analysis) 48 6.2 Perhitungan Important Performance Analysis ... 49

6.2.1 Analisis IPA Distributor Aktif ... 50

6.2.2 Analisis IPA Distributor Tidak Aktif ... 58

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

7.1 Kesimpulan ... 67

7.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(18)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia dengan jumlah penduduk sebesar 226 juta jiwa dan tingkat pertumbuhan sebesar 1,43 persen per tahun (Badan Pusat Statistik, 2006) merupakan pasar yang sangat potensial untuk berbagai jenis produk untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kemajuan sosial ekonomi dan perkembangan informasi saat ini menyebabkan perubahan segala sesuatunya ke arah yang lebih praktis dan efisien. Perubahan tersebut berdampak pada perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat.

Berdasarkan warta konsumen (1995), masyarakat Indonesia mulai meninggalkan pola makan tradisional dan beralih pola makan serba instan yang dianggap praktis, tanpa mengindahkan keseimbangan gizinya, sebagai kompensasi masyarakat mulai melirik kepada produk suplemen yang dianggap bisa memenuhi kebutuhan gizi.

(19)

2 Konsumsi suplemen dibutuhkan oleh tubuh jika sering berada atau melewati lingkungan yang tercemar polusi, mengalami gangguan kesehatan yang diduga kuat karena kekurangan zat gizi dalam makanan sehari-hari dengan frekuensi sering, tubuh dalam kondisi masa penyembuhan yang memerlukan tambahan suplemen, kondisi tubuh yang selalu dituntut prima dengan pekerjaan yang sering diluar batas kewajaran (lembur), harus menjalankan operasi besar, menjalani diet keras, stress berkepanjangan selain itu pada wanita dengan kondisi tertentu seperti hamil, menyusui, mulai menopause, pengikut vegetarian ketat dan mangalami gangguan metabolisme termasuk kelompok yang memerlukan suplemen makanan (Gunawan, 1999).

Kebiasaan mengkonsumsi suplemen makanan menjadi trend masyarakat perkotaan (Anonymous, 2002). Fenomena ini di Indonesia mengakibatkan semakin gencarnya promosi tentang produk-produk suplemen yang dilakukan dengan disertai klaim bombatis yang mengindikasikan ke arah pengobatan dan kesehatan. Berbagai klaim suplemen diantaranya dapat mengembalikan energi/stamina yang terkuras setelah melakukan aktivitas, memberikan energi tambahan, membuat rambut atau kulit lebih sehat, meningkatkan daya fikir dan membantu pencegahan dan penanggulangan stress (Sudarisman, 1996).

(20)

Salah satu produk suplemen bentuk cair dari alam yang sudah beredar dipasaran adalah K-Liquid Chlorophyll yang diproduksi oleh PT. K-Link Indonesia. K-Liquid Chlorophyll di buat dari tumbuhan alfalfa (Medicago Sativa) yang memiliki fungsi sebagai antioksidan dimana kandungan Chlorophyll yang terdapat dalam tumbuhan alfalfa mengandung anti-oksida yang dapat mengurangi radikal bebas dalam tubuh. Tanaman Alfalfa banyak tumbuh liar di dataran gurun, akarnya dapat mencapai kedalaman 30 meter dan lebar akar dapat mencapai 10 meter. Pada saat ini lebih dari 80 juta hektar tanaman Alfalfa di seluruh dunia, dan 27 juta hektar terdapat di Amerika Serikat. (http://misinomorsatu.blogspot.com/2008/10/bae-synergy-alfalfa-concentrated.html).

K-Liquid Chlorophyll dilihat dari proses pengolahan merupakan salah satu produk Agribisnis yang termasuk ke dalam Sub sistem Agribisnis Hilir dimana K-Liquid Chlorophyll merupakan diversifikasi produk hilir tanaman alfalfa dan merupakan salah satu produk yang sangat prospektif untuk dikembangkan pada sektor agribisnis. (http://misinomorsatu.blogspot.com/2008/10/bae-synergy-alfalfa-concentrated.html)

(21)

4 Berdasarkan asumsi hukum Pareto, bisa dikatakan bahwa 20 persen penduduk Indonesia adalah kelas menengah ke atas dan membelanjakan total 80 persen kebutuhan konsumsi nasional untuk sektor rumah tangga dan sebaliknya 80 persen penduduk Indonesia adalah kelas menengah ke bawah, yang hanya membelanjakan total 20 persen kebutuhan konsumsi nasional untuk sektor rumah tangga (http://www.indomedia.com)

Bertambahnya produsen baru yang memproduksi minuman kesehatan Chlorophyll menyebabkan timbulnya persaingan untuk memperoleh pangsa pasar sehingga konsumen memiliki alternatif dalam memilih salah satuh merek untuk dikonsumsi inilah yang menyebabkan aspek pemasaran banyak ditentukan oleh perananan pola distribusi. Pola distribusi yang berperan dalam pemasaran minuman kesehatan Chlorophyll diantaranya adalah Multi Level Marketing (MLM). Berikut ini merek produk minuman kesehatan Chlorophyll yang beredar dipasaran melalui pola distribusi MLM.

Tabel 1. Merek Produk Minuman Kesehatan Chlorophyll Yang Ada Di Pasaran

No Merek Satuan (ml) Harga Distributor (Rp)

1 K-Liquid Chlorophyll 500 117.000

2 Chloro Mint 500 112.500

3 Liquid Chlorophyll 32 OZ 500 180.000

4 Bio Energy Chlorophyll 60 210.000

5 Nn Liquid Chlorophyll 500 90.000

Sumber : Infomlm.com (2008)

(22)

ditanggung oleh member yang bersangkutan. Selain itu, besar dan perubahan volume penjualan sangat tergantung kepada ke aktifan dan inisiatif member/distributor. Dari hal-hal tersebut maka sangat penting melakukan sebuah kajian mengenai kinerja manajemen perusahaan yang berpola MLM berdasarkan penilaian distributornya. Karena penilaian distributor terhadap pihak perusahaan memiliki efek psikologi, dimana dengan penilaian distributor cukup baik, maka keaktifan disrtributor akan tinggi.

1.2Permasalahan

PT. K-Link Indonesia berdiri pada bulan September 2002 dan merupakan salah satu perusahaan bersistem MLM yang telah terdaftar di Asosiasi Penjualan Langsung (APLI) dengan nomor anggota 0069/04/03 untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Lampiran 1. Perusahaan ini diharapkan dapat memberikan motivasi dan contoh kepada distributor perusahaan MLM lain untuk dapat bergabung dalam perusahaan dan bagi masyarakat yang belum terjun ke bisnis MLM dapat membuka wawasan tentang konsep MLM yang sebenarnya dan ikut serta bergabung dalam perusahaan. Tetapi dalam dalam perkembangannya perusahaan ini mengalami kendala/masalah.

(23)

6 perusahaan sehingga banyak distributor yang memutuskan untuk tidak aktif lagi menjalankan usahanya. distributor ini disebut sebagai distributor tidak aktif. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak manajemen di tahun 2005, distributor yang aktif sebanyak 150.091 distributor dari 263.318 distributor yang ada, tahun 2006 sebanyak 155.453 distributor dari 317.250 distributor yang ada dan tahun 2007 sebanyak 181.890 distributor dari 423.000 distributor yang ada, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Distributor PT. K-Link Indonesia Tahun 2005-2007 Tahun Jumlah

Distributor

Distributor Persentase Distributor Aktif Tidak Aktif Aktif (%) Tidak Aktif (%)

2005 263.318 150.091 113.227 57 43

2006 317.250 155.453 161.797 49 51

2007 423.000 181.890 241.110 43 57

Sumber : Manajemen PT. K-Link Indonesia, 2008

(24)

dilakukan, maka dapat dirumuskan bagaimana penilaian distributor PT. K-Link Indonesia terhadap kinerja manajemen perusahaan ?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan : 1. Menganalisis penilaian distributor aktif dan tidak aktif terhadap kinerja

manajemen PT. K-Link Indonesia.

2. Merumuskan rekomendasi terkait dengan perbaikan kinerja manajemen terhadap distributor.

1.4Kegunaan Penelitian

1. Bahan masukan bagi PT. K-link Indonesia tentang pentingnya melibatkan distributor dalam menilai kinerja manajemen perusahaan.

2. Sebagai sarana yang efektif dalam menambah wawasan dan pengetahuan serta menganalisis kasus berdasarkan fakta yang ada bagi penulis.

(25)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Suplemen

Suplemen adalah zat tambahan, bukan zat pengganti zat gizi atau obat, sebab tidak ada suplemen yang dapat menggantikan khasiat dan keaslian dari zat-zat gizi yang berasal dari makanan alami. Suplemen dapat digolongkan menjadi dua yaitu, suplemen natural dan suplemen sintetis. Suplemen natural adalah hasil ekstraksi dari sumber makanan yang mengandung unsur-unsur alami berasal dari jaringan tubuh hewan dan organisme tumbuh-tumbuhan sedangkan tumbuhan sintetis pada umumnya merupakan rekayasa di dalam laboratorium walaupun keduanya dianggap sama efektifnya karena mempunyai struktur kimia yang sama kecuali vitamin E (Gunawan, 1999).

Istilah suplemen makanan berbeda-beda di beberapa negara, seperti Healthy Food (Cina). Healthy Supplement Food (Korea), Dietary Supplement (Amerika), Complementary Product. Sedangkan di Indonesia digunakan istilah Suplemen Makanan (Hardiansyah, 2002).

(26)

yang memberi penyuluhan tentang gizi kepada masyarakat luas ( Karyadi & Hermana,1995)

Berdasarkan sumbernya, Wirakusumah (1995) membedakan suplemen menjadi tiga kategori yaitu suplemen vitamin dan mineral, suplemen atau jamu, dan suplemen khusus yang berasal dari bahan tertentu seperti beepollen, sirip paus, dan cuka badak. Sedangkan berdasarkan kandungannya Hendler membedakan suplemen sebagai vitamin, mineral, asam amino, asam nukleat, asam lemak, serta kelompok lainnya meliputi L.Carnitine, serta makanan, garlic, ginseng, asam pengamik, superoxide,dismitase, beepollen, royal jelly, dan lain-lain.

Makanan suplemen terdiri dari dua jenis yaitu yang berasal dari alam dan buatan (sintesis). Jenis bahan alami dibuat dengan cara ekstraksi, preparat, dan biakan murni. Contoh yang paling banyak diperjualbelikan seperti dari ekstrak hati ikan hiu, rumput laut, beragam jenis ganggang dan tumbuhan bersel tunggal lainnya. Makanan suplemen buatan berupa senyawa kimia yang dibuat sama dengan struktur kimia bahan alami (Efendi, 1993)

2.2Konsumsi Suplemen

(27)

10 menyusui, mulai menopause, pengikut vegetarian ketat dan mangalami gangguan metabolisme termasuk kelompok yang memerlukan suplemen makanan (Gunawan, 1999).

Secara umum manfaat suplemen adalah untuk meningkatkan stamina kesehatan, daya ingat, penampilan. Suplemen peningkat stamina biasanya mengandung energi, vitamin, asam amino atau herbal yang meningkatkan penggunaan energi tubuh dan zat anti mengantuk seperti kafein. Suplemen peningkat daya ingat biasanya mengandung vitamin serta herbal yang memicu aliran darah ke otak dan aktivitas fisik (Hardinsyah,2002).

Suplemen untuk pencegahan penyakit atau mempercepat masa penyembuhan (kesehatan) amat beragam, tergantung penyakit apa yang akan dicegah. Pada umumnya suplemen yang ditujukan untuk ini mengandung zat gizi, enzim, serta herbal yang meningkatkan anti oksidan dan imunitas tubuh, serta mengendalikan kadar kolesterol, gula darah dan tekanan darah. Suplemen untuk meningkatkan kecantikan biasanya berkaitan dengan zat-zat serta herbal untuk kehalusan kulit, kesuburan rambut dan pengendalian berat badan (Hardinsyah, 2002).

(28)

memperbaiki pertahanan tubuh misalnya bagi mereka yang perokok berat dan pecandu alkohol. (Whitney dan Rafles, 1997).

Salah satu alasan mengkonsumsi suplemen adalah karena stres, menurut Soewondo dalam Anonymous (2000), stress saat ini sudah masuk dalam lingkungan kerja. Stres jenis ini merupakan suatu kondisi dimana satu atau beberapa faktor di tempat kerja berinteraksi dengan pekerja sehingga bisa mengganggu keseimbangan fisiologi dan psikologis.

2.3Hasil Penelitian Terdahulu

Tobing (2003) melakukan penelitian tentang Analisis Pemasaran Produk Minuman Kesehatan Jus Mengkudu Dengan Pola MLM dan Konvensional studi kasus di PT. Morindo Indah Utama dan PT. Mitra Sitta Fallah) menggunakan metode analisis efisiensi jalur pemasaran dan marjin pemasaran Dimana menghasilkan kesimpulan PT. Morindo Indah Utama sebagai perusahaan MLM masih sangat rendah dalam melakukan pelatihan dan training untuk membantu para member mengatasi kesulitan dalam membina jaringan dan agar member lebih memahami marketing plan yang dimiliki perusahaan sehingga termotivasi untuk meningkatkan penjualan. Sementara PT. Mitra Sitta Fallah sebagai perusahaan konvensional masih sangat rendah frekuensi promosi yang bersifat insidentil untuk mempertahankan tingkat retensi jangka panjang dari konsumennya.

(29)

12 menguntungkan. Hal ini terlihat pada hasil perhitungan pendapatan usaha dan R/C dari keempat IBO, dimana keempat-empatnya menyatakan hasil yang sesuai dengan kriteria menguntungkan tetapi berdasarkan kriteria investasi, IBO empat dinyatakan tidak layak hasil NPV, Net B/C dan IRR nya tidak memenuhi syarat layak. Untuk membuat membuat bisnis Amway menguntungkan dan layak seorang IBO harus memiliki minimal 100.000 PV pribadi per bulan dan jaringan yang terus berkembang minimal mensponsori satu per bulan, begitu juga downline-downlinenya

Menurut Aida (2005), mengenai Analisis Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Minuman Suplemen Berserat. Sumber informasi maupun media informasi yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian minuman suplemen berserat adalah televisi, baik untuk responden laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan unsur iklan, isi pesan merupakan hal utama yang dipilih oleh responden laki-laki maupun perempuan. Sedangkan tahap evaluasi alternatif, sebagain besar responden laki-laki maupun perempuan memilih khasiat dan kegunaan sebagai pertimbangan awal dalam memilih minuman suplemen berserat. Dalam penelitiannya metode analisis yang digunakan adalah analisis faktor dan fishbein.

Rohiman (2007) dalam penelitiannya berjudul Hubungan Persepsi Pegawai Terhadap Penerapan Program Penilaian Tenaga Penunjang Dengan Motivasi Kerja ( studi Kasus lingkungan rektorat IPB) Menyatakan kebijakan penerapan penilaian penunjang kurang memberikan pengaruh nyata terhadap motivasi kerja pegawai penunjang di lingkungan rektorat IPB.

(30)

sumberdaya manusia sperti tenaga programer untuk pembuatan sistem informasi terpadu (sistem informasi penilaian pegawai), tenaga administrator jaringan untuk mengatur sistem dan jaringan, maupun sarana dan prasarana seperti jaringan, komputer server, dan sebagainya tetapi kecil pengaruhnya terhadap motivasi kerja pegawai rektorat IPB.

(31)

14 Tabel 3. Matrik Tabel Penelitian Terdahulu

Nama Judul Analisis Hasil memperkecil biaya pemasaran yang terjadi sewaktu produk dipindahkan dari produsen ke konsumen.

- PT. Morindo Indah Utama (MLM) harus rutin mengadakan pelatihan bagi para

member untuk dapat membina jaringannya dengan baik dan secara kontinu memotivasi

membernya.

Dari keempat IBO dalam pembahasan analisis usaha Amway, bisnis Amway dinyatakan menguntungkan. Hal ini terlihat pada hasil perhitungan pendapatan usaha dan R/C dari keempat IBO, dimana keempat-empatnya menyatakan hasil yang sesuai dengan kriteria menguntungkan tetapi berdasarkan kriteria investasi, IBO empat dinyatakan tidak layak hasil NPV, Net B/C dan IRR nya tidak

Kebijakan penerapan penilaian penunjang kurang memberikan pengaruh nyata terhadap motivasi kerja pegawai penunjang di lingkungan rektorat IPB.

Nur Aida (2005) Analisis Perilaku Konsumen Dalam Proses

Televisi merupakan sumber informasi yang paling mempengaruhi konsumen dalam pembelian minuman suplemen berserat.

Berdasarkan pengolahan metode pengambilan keputusan melalui PHA terhadap strategi bauran pemasaran yang di jalankan PT. Alco

Company, diketahui bahwa tujuan

(32)

2.3.1 Kontribusi Penelitian Terdahulu

Kontribusi penelitian sebelumnya terhadap penelitian yang akan dilakukan adalah : 1) memberikan gambaran mengenai penilaian kinerja lembaga yang ada di masyarakat, 2) memberikan acuan terhadap persepsi penggunaan metode analisis data, dan 3) memberikan acuan terhadap penelusuran atribut.

(33)

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Persepsi

Persepsi adalah pendapat atau pandangan, pengertian dan interpretasi seseorang mengenai suatu objek yang di informasikan kepadanya, terutama bagaimana orang tersebut menghubungkan informasi tersebut dengan dirinya sendiri dan lingkungan dimana seseorang berada. Persepsi anggota terhadap pengurus memiliki efek psikologis, dimana dengan persepsi anggota cukup baik, maka partisipasi anggota akan tinggi (Yuliyati, 1998).

Persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami (Mardawati, 1997). Persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor – faktor yang terdapat dalam diri individu, seperti jenis kelamin, perbedaan generasi (umur), tingkat pendidikan, dan tingkat pengetahuan. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan diluar yang mempengaruhi persepsi seseorang, seperti lingkungan sosial budaya (suku bangsa) dan media komunikasi dimana seseorang memperoleh informasi tentang suatu objek.

(34)

3.1.2 Jasa

Jasa adalah jenis bisnis yang menjual bantuan, keahlian dan memberikan produk tidak berwujud yang diperkerjakannya dilakukan oleh satu orang untuk memberikan manfaat bagi orang lain (Imper dan Tofler, 2002). Menurut Kotler (2002), jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.

3.1.3 Penilaian Kualitas Jasa

Menurut Zeitheml dalam Suprantik o (2001), untuk menilai dan mengevaluasi suatu jasa digunakan tiga karekteristik berikut, yaitu :

1. Search Qualities, yaitu karakteristik yang dapat dinilai konsumen sebelum mengkonsumsi jasa seperti bentuk, warna dan karakteristik lain. Karakteristik ini kebanyakan dimiliki oleh produk barang.

2. Experience Qualities, yait u karakteristik yang dapat dinilai konsumen setelah mengkonsumsi. Karakteristik ini dapat ditemukan di produk barang dan jasa. 3. Credence Qualities, yaitu karakteristik yang sulit ditemukan konsumen untuk

dievaluasi bahkan saat setelah mengkonsumsi. Karakteristik ini ditemukan di sebagaian besar jasa.

3.1.4 Harapan Terhadap Kualitas Jasa

(35)

18 industri yang berbeda yang di konsumsi sebelumnya. Apabila belum memiliki pengalaman yang relevan, konsumen akan menggunakan faktor-faktor seperti word of mouth dan iklan sebagai pembentuk harapan mereka seiring dengan berjalannya waktu, dalam diri konsumen akan terbentuk nilai-nilai yang akan mempengaruhi harapannya. Nilai-nilai tersebut dapat berbeda antara terhadap suatu jasa dan jasa lainnya dan antar kelompok-kelompok demografi. Nilai-nilai tersebut merupakan hasil akumulasi antara pengalaman konsumen dan usaha perusahaan seperti iklan, strategi harga dan perbaikan-perbaikan unsur-unsur fisik (Lovelock,1997).

Harapan terhadap jasa menurut Lovelock (1997) terdiri dari beberapa tingkatan. Tingkatan terhadap jasa tersebut, terdiri dari :

1. Desired Service Level, yaitu tingkat kualitas jasa yang ingin atau diharapkan diterima konsumen yang merupakan gabungan dari yang ”dipercaya” mampu dan ”harus” diterima.

2. Adequate Service Level, yaitu standar tingkatan jasa yang masih dapat diterima karena dapat dimengerti oleh konsumen akibat adanya satu dan lain keterbatasan untuk mewujudkan desired level.

3. Zone of Tolerance, yaitu kualitas jasa yang berada antara desired level dan adequate level.

(36)

3.1.5 Kepuasan

Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya (Lilies, 1996). Kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesanya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya (Kotler,2002). Jika kinerja memenuhi harapan maka konsumen akan merasa puas dan jika kinerja melebihi harapan, maka konsumen akan merasa amat puas atau senang.

3.1.6 Kepuasan Pelanggan

Pelanggan adalah seseorang yang membeli produk atau jasa (Basterfield, 1999). Setiap karyawan dalam perusahaan harus mengetahui bahwa tugas utamanya adalah meningkatkan kepuasan pelanggan. Kinerja perusahaan harus dapat ditingkatkan dengan tujuan mempertahankan pelanggan dan menarik pelanggan baru.

Menurut Kotler (2002) kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dia rasakan dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan kinerja yang dirasakan dengan harapannya. Apabila kinerja di bawah harapan pelanggan akan kecewa dan apabila kinerja melebihi harapan maka pelanggan sangat puas.

3.1.7 Faktor-Faktor Pendorong Kepuasan

(37)

20 1. Kualitas Produk

Kualitas produk mencangkup enam elemen yaitu Performance, Durability, Feature, Reability, Consistency dan Design.,

2. Harga

Komponen harga sangat penting karene dinilai mampu memberikan kepuasan yang relatif besar dalam industri ritel. Harga yang murah akan memberikan kepuasan bagi pelanggan yang sensitif terhadap harga karena mereka akan mendapatkan value for money yang tinggi.

3. Kualitas Pelayanan

Salah satu konsep sevice quality adalah servqual sangat tergantung dari tiga faktor, yaitu : sistem, teknologi dan manusia. Berdasarkan konsep servqual, komponen ini mempunyai banyak dimensi, yaitu : reliability, responsiveness, assurance, emphaty dan tangible.

4. Faktor Emosional

Kepuasan pelanggan didasari atas rasa bangga, rasa percaya diri, simbol sukses bagian dari kelompok orang penting dan sebagainya.

5. Kemudahan

(38)

3.1.8 Kualitas Pelayanan

Zeithaml dan Bitner ( Supranto, 2001) mengemukakan bahwa perusahaan yang bergerak dibidang jasa sangat tergantung pada kualitas jasa yang diberikan. Zeithaml dan Bitner berpendapat bahwa jasa terdiri dari lima dimensi, yaitu :

1. Keandalan (reliability)

Keandalan merupakan kemampuan dari penyedia jasa untuk memberikan service yang telah dijanjukan secara akurat, dapat dipercaya dan diandalkan. Dengan kata lain, keandalan berarti sejauh mana penyedia jasa mampu memberikan apa yang telah dijanjkan kepada konsumen.

2. Responsif (respon siveness)

Responsif merupakan kesediaan penyedia jasa terutama stafnya untuk membantuu konsumen. Dimensi ini menekankan pada sikap permintaan, keluhan dan masalah konsumen.

3. Keyakinan (assurance)

Keyakinan merupakan dimensi yang menekankan kemampuan penyedia jasa untuk membangkitkan rasa percay diri dan kyakinan diri konsumen bahwa pihak penyedia jasa terutama para pegawainya mampu memenuhi kebutuhan konsumennya.

4. Berwujud (tangible)

(39)

22 5. Empaty (empathy)

Empaty merupakan kemampuan penyedia jasa memperlakukan konsumen sebagaii individu-individu yang spesial.

3.2 Multi Level Marketing (MLM) 3.2.1 Konsep Distributor Dalam MLM

Perseorangan yang telah mengisi formulir keanggotaan yang disahkan perusahaan dan dicatat secara resmi pada sistem administrasi. Distributor membeli atau mendapatkan produk dari tangan pertama. Distributor tidak diberikan hak wewenang wilayah/daerah tertentu dalam memasarkan produknya. Sedangkan agen/grosir adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan barang dagangannya dari distributor yang biasanya diberi daerah kekuasaan penjualan. Pengecer merupakan pedagang yang menjual barang yang dijualnya langsung ketangan pemakai akhir atau konsumen dengan jumlah satuan atau eceran.

3.2.2 Konsep Multi Level Marketing (MLM)

(40)

Pola MLM tidak banyak berpengaruh pada biaya produksi dan harga jual produk yang dipasarkan, sebab yang dikelola sesungguhnya hanyalah biaya pemasaran dan biaya distribusi (Yusuf, 2002). Artinya, perusahaan MLM yang benar dan syah tidak memasang harga jual yang tinggi untuk produk-produknya, kerena bagaimanapun mereka tetap bersaing dengan perusahaan bukan MLM dalam hal penjualan produk sejenis. Keunikan utama pola MLM terletak antara lain pada ekslusivitas cara pendistribusiannya dimana hasil produksinya tidak dapat dibeli secara umum di tempat-tempat seperti toko, pasar swalayan atau departemen store dan lain-lain, tetapi hanya dapat diperoleh melalui para distributor langsung tersebut atau disebut member.

Perusahaan MLM dapat dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) kekuatan atau power (hasan, 2000). Pertama, product power yaitu perusahaan MLM yang bertumpu pada kekuatan produk. Kedua, system power perusahaan MLM yang bertumpu pada kekuatan sistem pengembangan. Ketiga, image power perusahaan MLM yang berumpu pada kekuatan penampilan walaupun bonus kecil, namun yang penting adalah penanmpilan prima. Yang terbaik adalah kekuatan produk didukung oleh sistem dan penampilan yang baik.

(41)

24 Bonus dan royalty yang diberikan oleh perusahaan sebagai kompensansi terhadap penjualan yang dilakukan oleh member; (9) Bekerja Penuh; (10) Pensiun.

Keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh bisnis MLM seperti yang dijelaskan oleh Yusuf (2001) sehingga seseorang perlu mempertimbangkan peluang yang ada antara lain : (1) Setiap orang dapat melakukannya; (2) Nyaris tanpa resiko; (3) Tidak ada atasan; (4) Pelatihan, nasional dan bantuan oleh perusahaan yang diberikan dalam bentuk buku-buku pegangan, seminar-seminar dan rapat-rapat serta pelatihan-pelatihan; (5) waktu yang diinvestasikan sekarang untuk berguna di kemudian hari; (6) Rasa aman kerena sistem pembagian bonus dan royalty kepada ahli warisnya; (7) Bisnis siap pakai dan siap dijalankan; (8) Tidak ada wilayah-wilayah yang membatasi daerah operasi para distributor; (9) Modal yang diperlukan untuk memulai bisnis sangat kecil yaitu hanya membayar formulir pendaftaran dan produk perusahaan; (10) mendapat penghasilan sesuai dengan penjualan dan pembinaan jaringan yang dikembangkannya.

(42)

3.2.3 Saluran Distribusi

Menurut Limbong dan Sitorus (1987), saluran distribusi adalah saluran pemasaran yang digunakan produsen untuk menyalurkan produknya kepada konsumen dari titik produsen. Setiap produk yang disalurkan dari produsen ke konsumen akan menghadapi saluran distribusi yang berbeda. Pemilihan saluran distribusi bertujuan untuk mencapai pasar-pasar tertentu (Angiospora, 1999).

Jalur pemasaran atau saluran distibusi adalah saluran yang dipergunakan oleh produsen untuk menyalurkan produknya kepada konsumen. Ada faktor penting yang harus dipertimbangkan bila hendak memilih pola saluran pemasaran (Limbong dan Sitorus, 1987) yaitu :

1. Pertmbangan pasar yang meliputi konsumen sasaran akhir mencangkup potensi pembeli, geografi pasar, kebiasaan pembeli dan volume pesanan.

2. Pertimbangan barang yang meliputi nilai barang per unit, berat barang, sifat teknis barang, apakah barang tersebut memenuhi pesanan atau pasar.

3. Pertimbangan intern perusahaan yang meliputi besarnya modal dan sumber permodalan, pengalaman manajemen, pengawasan, penyaluran, dan pelayanan. 4. Pertimbangan terhadap lembaga dalam rantai pemasaran, yang meliputi segi

kemampuan lembaga perantara dan kesesuaian lembaga perantara dengan kebijaksanaan perusahaan.

(43)

26 tangan konsumen. Hal ini diperjelas oleh Cravens, 1998 dalam gambar sebagai berikut :

Gambar 2. Saluran Pemasaran Sumber : Cravens, 1998

Ada beberapa faktor yang dapat menjadi pertimbangan bagi produsen untuk menyalurkan produk. Menurut Limbong dan Sitorus (1987), faktor pertimbangan produsen dalam memilih saluran pemasaran antara lain meliputi pertimbangan dari segi perusahaan dan pertimbangan terhadap lembaga-lembaga perantara. Faktor-faktor tersebut sangat berguna bagi produsen karena semakin panjang saluran pemasaran maka semakin kecil nilai marjin pemasaran yang diterima di tiap-tiap saluran pemasaran.

3.2.4 Analisis Kepentingan Kinerja (Importance Performance Analysis)

Importance Performance Analysis digunakan untuk menjawab perumusan masalah mengenai sejauh mana tingkat kepentingan distributor yang didasarkan atas persepsi nilai terhadap pelayanan manajemen perusahaan. Analisis menggunakan gambaran yang terdiri dari empat kuadran yang menunjukan pentingnya tiap bentuk dari aspek persepsi ditributor terhadap pelayanan manajemen perusahaan.

3.3 Bauran Pemasaran (4P)

Kotler (2000), mendefinisikan bauran pemasaran (marketing mix) adalah kombinasi satu perangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran tersebut merupakan satu perangkat yang akan menentukan tingkat keberhasilan pemasaran bagi perusahaan

(44)

dan ditunjukan untuk memberikan kepuasan kepada segmen pasar atau konsumen yang akan dipilih. Konsep bauran pemasaran terdiri dari empat komponen yakni produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion).

1. Produk

Menurut Kotler (2002), Produk dapat diartikan pula sebagai salah satu yang ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk merupakan alat bauran pemasaran yang paling mendasar kerena merupakan penawaran berwujud perusahaan kepada pasar yang mencakup kualitas, kuatitas, rancangan, bentuk, merek, dan kemasan produk. Dalam pengertian luas, produk dapat mencangkup apa saja yang bisa ditawarkan termasuk benda-benda fisik, jasa manusia, tempat, organisasi dan gagasan.

2. Harga

Harga (price) adalah jumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa. Harga dalam sejarahnya ditentukan dari hasil negosiasi antara pembeli dan penjual. Harga merupakan salah satu elemen bauran pemasaran paling flexibel, harga diubah dengan cepat, tidak seperti feature produk dan perjanjian distribusi. Harga juga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen lainnya menimbulkan biaya (Kotler,1997).

3. Saluran Distribusi

(45)

28 produksi merupakan kegiatan yang berjalan dengan sendirinya. Hal ini menyebabkan distribusi merupakan kegiatan yang kurang mendapat perhatian padahal pola dan jalur distibusi yang cukup tinggi dalam struktur biaya oleh karena itu keefektifan dan keefisienan jalur distribusi perlu diperhatikan.

4. Promosi

Promosi adalah salah satu kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk meningkatkan volume penjualan dengan cara mempengaruhi konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Mempengaruhi konsumen dapat dilakukan dengan cara mengkomunikasikan keunggulan produknya untuk membujuk pelanggan sasaran agar mau membeli. Apabila perusahaan berhasil dalam mengkomunikasikan keungguln produk, maka akan mendapatkan perhatian dari konsumen terhadap produk yang di pasarkan.

Tabel 4. Dimensi Atribut Penilaian Distributor Terhadap Kinerja Manajemen PT. K-Link Indonesia

Dimensi 4P Atribut

Produk 1. Kemampuan menjaga kualitas produk Harga 1. Sistem Marketing Plan

Saluran Distribusi

1. Kemampuan dalam pengadaan barang di stokist 2. Ketepatan dalam Pembayaran Bonus bagi Distributor 3. Ketepatan dalam pengiriman Bonus Stetment

Promosi 1. Kemampuan memberikan Training The Presenter bagi distributor. 2. Kemampuan memberikan seminar Product Talk.

3.Kemampuan memberikan seminar BOP.

4. Kemampuan dalam Memberikan Informasi jadwal training dan seminar

(46)

3.4 Kerangka Operasional

Keberlangsungan PT. K-link Indonesia diharapkan dapat memberikan motivasi dan contoh kepada distributor perusahaan MLM lain untuk dapat bergabung dalam perusahaan dan bagi masyarakat yang belum terjun ke bisnis MLM dapat membuka wawasan tentang konsep MLM yang sebenarnya dan ikut serta bergabung dalam perusahaan. Tetapi dalam dalam perkembangannya perusahaan ini mengalami kendala/masalah.

Berdasarkan pengamatan dilapangan dan data dari pihak manajemen PT. K-Link Indonesia, kendala/masalah yang dihadapi adalah banyaknya distributor hanya sekedar mendaftar sebagai anggota, belanja sekali, dan selanjutnya tidak melakukan transaksi lagi, distributor ini disebut sebagai distributor tidak aktif. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak manajemen di tahun 2005, distributor yang aktif sebanyak 150.091 distributor dari 263.318 distributor yang ada, tahun 2006 sebanyak 155.453 distributor dari 317.250 distributor yang ada dan tahun 2007 sebanyak 181.890 distributor dari 423.000 distributor yang ada.

Banyaknya distributor yang tidak aktif merupakan suatu masalah dan kerugian bagi perusahaan karena distributor memegang peranan yang sangat besar dalam perubahan volume penjualan perusahaan. Tahun 2007 PT. K-Link Indonesia mempunyai target omzet penjualan sebesar Rp. 170.000.000.000 tetapi pada kenyataannya target itu tidak tercapai, omzet penjualan perusahaan hanya mencapai Rp.140.400.000.000 (Manajemen PT. K-Link. Indonesia, 2008).

(47)
(48)

Gambar 3. Kerangka Alur Pemikiran Operasional

PT. K- Link Indonesia

Minuman Kesehatan K-Liquid Chlorophyll

Strategi Pemasaran

Produk Price Place Promosi

MLM

Banyaknya Distributor yang kecewa terhadap kinerja manajemen

Analisis Penilaian Distributor Aktif

Rekomendasi Perbaikan Manajemen PT. K-Link Indonesia

Importance Performance Analysis (IPA) Pihak

Manajemen

Analisis Penilaian Distributor Tidak Aktif

(49)

BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada lokasi yang telah ditentukan sebelumnya dengan sengaja (purposive), yaitu di stokist center Kelapa Gading PT. K-Link, Jln. Boulevard Barat Raya Blok F No.28 Jakarta Utara. Pelaksanaan penelitian dan pengambilan data dilakukan mulai bulan Agustus sampai Oktober 2008.

Pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan bahwa PT. K-Link Indonesia masih termasuk baru dibentuk yaitu sekitar enam tahun yang lalu. Sejalan dengan tujuan penelitian, pada PT. K-Link Indonesia belum pernah dilakukan kajian kinerja manajemen perusahaan sehingga diharapkan penelitian ini dapat membantu dalam pengembangan kinerja perusahaan dimasa yang akan datang.

4.2 Pengumpulan Data dan Penarikan Sampel

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informasi, baik berupa data primer maupun data sekunder.

a. Data Primer

(50)

telah lama bergabung. Responden yang diambil yaitu sebanyak 100 responden. Terdiri dari 50 distributor aktif dan 50 distributor tidak aktif.

Pemilihan responden dilakukan berdasarkan teknik non probability yaitu teknik convenient sampling. Pada metode ini, responden yang dipilih adalah distributor yang berkunjung ke stokist center K-Link kelapa gading dan membeli produk K-Liquid Cholorophyll minimal 100 Pbv setiap bulan selama tiga bulan berturut-turut dan sudah mengikuti modul pelatihan K-Link. Sedangkan untuk distributor tidak aktif dilihat dari daftar jaringan dan bertempat tinggal di wilayah kecamatan kelapa gading, distributor tidak aktif yang dipilih menjadi responden adalah distributor yang tidak melakukan pembelanjaan sama sekali selama tiga bulan berturut-turut tetapi sudah mengikuti modul pelatihan K-Link. Pemilihan tersebut dilakukan karena distributor yang sudah mengikuti modul pelatihan K-link, akan dapat mendeskripsikan penilaian nya terhadap kinerja manajemen perusahaan. Responden yang diambil yaitu sebanyak 100 responden, karena telah mewakili penelitian ini.

b. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan untuk memperoleh informasi tentang keragaan lokasi penelitian, kelembagaan formal dan pihak – pihak yang terkait dengan PT. K-Link Indonesia, serta karakteristik member sebagai distributor dibandingkan dengan distributor perusahaan lain.

(51)

34

4.3 Metode Analisis Data

4.3.1 Metode Deskriptif Kuantitatif

Metode deskriptif kuantitatif merupakan suatu pendekatan untuk melihat gambaran umum PT. K-Link Indonesia dari sisi distributor. Analisis dibuat berdasarkan data yang diperoleh dari hasil laporan perkembangan usaha PT. K-Link Indonesia selama ini

4.3.2 Metode Importance Performance Analysis (IPA)

(52)

Tabel 5. Variabel – Variabel Analisis Tingkat Kepentingan dan Penilaian distributor Terhadap Kinerja manajemen Perusahaan.

Pengukuran tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan/kinerja terhadap 14 atribut aspek – aspek kinerja manajemen perusahaan digunakan skala likert lima tingkat yaitu, sangat penting, penting, cukup penting, kurang penting, dan tidak penting. Tingkat kepentingan dari kemampuan kinerja manajemen perusahaan adalah seberapa penting suatu variabel dari aspek kemampuan kinerja manajemen perusahaan bagi distributor terhadap perkembangan perusahaan. Skor dari kelima tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan/kinerja dapat dilihat pada Tabel 6.

No Variabel

1 Kemampuan dalam pengadaan barang di stokist

2 Kemampuan memberikan Training The Presenter bagi distributor

3 Kemampuan memberikan seminar Product Talk

4 Sistem Marketing Plan

5 Kedekatan pemimpin perusahaan dengan distributor

6 Ketepatan dalan Pembayaran Bonus bagi Distributor

7 Transparansi pelaporan bonus Distributor

8 Kemampuan perusahaan dalam memberikan kelonggaran waktu tutup point bagi Distributor

9 Adanya sanksi bagi distributor yang tidak menaati peraturan

10 Kemampuan dalam memberikan informasi jadwal training dan seminar

11 Kemampuan dalam memberikan fasilitas informasi perkembangan jaringan

12 Kemampuan memberikan seminar BOP

13 Ketepatan dalam pengiriman Bonus Stetment

(53)

36

Tabel 6. Skor Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja

Skala Nilai

1 2 3 4 5

Tidak penting Kurang penting Cukup penting Penting Sangat penting

Sangat sulit Sulit Biasa Mudah Sangat mudah

Sangat lama Lama Kadang - kadang Tepat waktu Sangat tepat

Sangat tidak tepat Tidak tepat Kurang tepat Tepat Sangat tepat

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

Sangat buruk Kualitas buruk Biasa Kualitas baik Kualitas sangat

baik

Sangat tidak nyaman Tidak nyaman Biasa Nyaman Sangat nyaman

Sangat buruk Buruk Biasa Bagus Sangat bagus

Sangat tidak cukup Tidak cukup Kurang cukup Cukup Sangat cukup

Total penilaian tingkat kepentingan masing – masing variabel diperoleh dengan cara menjumlahkan hasil perkalian skor masing – masing skala dengan cara menjumlahkan hasil perkalian skor masing – masing skala dengan jumlah responden yang memilih pada skala tersebut. Dalam menginterpretasikan bagaimana suatu variabel dinilai oleh keseluruhan tingkat pelaksanaannya, dibutuhkan suatu rentang skala. Adapun range untuk setiap skala adalah :

(54)

baik (skor 5) terhadap setiap unsur i dari aspek kemampuan kelompok.

Xik = Skor terkecil yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban tidak penting/tidak baik (skor 1) terhadap setiap unsur i aspek kemampuan kelompok.

Maka besarnya range untuk tiap kelas yang diteliti adalah :

Range =

[

]

40

Sehingga pembagian kelas berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan adalah :

a) 50 – 89 : tidak penting/tidak puas b) 90 – 139 : kurang penting/kurang puas c) 140 – 179 : cukup penting/cukup puas d) 180 – 219 : penting/puas

e) 220 – 259 : sangat penting/sangat puas

Hasil perhitungan di atas kemudian dinyatakan dalam diagram kartesius. Masing – masing atribut diposisikan dalam sebuah diagram, dimana skor rata – rata penilaian terhadap kinerja/pelaksanaan (X) menunjukan posisi suatu atribut pada sumbu X, sedangkan posisi atribut pada sumbu Y ditunjukan oleh skor rata – rata penilaian tingkat kepentingan terhadap suatu atribut (Y).

Rumus yang digunakan adalah :

(55)

38 i

Y = Skor rata – rata tingkat kepentingan per indikator i

Xi = Total skor tingkat kinerja/pelaksanaan pada responden ke-i Yi = Total skor tingkat kepentingan pada responden ke-i

n = Jumlah responden

Diagram kartesius merupakan suatu bagan yang dibagi menjadi empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus (Rangkuti, 2003) pada titik (A,B) dimana A adalah rata – rata dari skor rata – rata tingkat kinerja, sedangkan B adalah rata – rata dari skor rata – rata tingkat kepentingan seluruh dimensi bauran pemasaran yang mempengaruhi konsumen. Dalam penelitian ini terdapat sepuluh atribut (K = 14) dari penjabaran aspek kinerja manajemen perusahaan yang diukur. Nilai A dan B diukur dengan menggunakan rumus : B = Batas Sumbu x (tingkat kepentingan)

i

X = Skor rata – rata tingkat kinerja/pelaksanaan pada indikator ke – i i

Y = Skor rata – rata tingkat kepentingan pada indikator ke – i

(56)

adapun diagram kartesius dapat ditunjukan pada Gambar 4 dibawah ini

Y (Tingkat Kepentingan) X (Tingkat Kinerja Pelaksanaan)

Gambar 4. Diagram Kartesius Metode Importance Performance Analysis

Diagram kartesius diatas terbagi kedalam empat kuadran. Masing – masing kuadran menggambarkan keadaan yang berbeda – beda.

Kuadran A. Prioritas Utama

Menunjukan indikator – indikator pelaksanaan aspek kemampuan kinerja manajemen perusahaan yang dirasa sangat penting oleh distributor, namun pihak perusahaan belum melaksanakannya sesuai dengan harapan distributor.

Kuadran B. Pertahankan Prestasi

Menunjukan indikator – indikator pelaksanaan aspek kemampuan kinerja manajemen perusahaan yang dirasa sangat penting oleh distributor, telah dilaksanakan oleh pihak perusahaan sesuai dengan yang diharapkan distributor. Kuadran C Prioritas Rendah

(57)

40 Kuadran D. Berlebihan

Menunjukan indikator – indikator pelaksanaan aspek kemampuan kinerja manajemen perusahaan yang dirasakan kurang penting oleh distributor, namun pihak perusahaan telah melaksanakannya dengan baik sehingga dianggap berlebihan.

4.3.3 Definisi Operasional

1. Jaringan (Network) adalah suatu kumpulan distributor yang membentuk suatu hirarki yang membedakan antara upline dan downline.

2. Distributor/Member adalah perseorangan yang telah mengisi formulir keanggotaan yang disahkan perusahaan dan dicatat secara resmi pada sistem administrasi.

3. Distributor aktif adalah perseorangan yang telah mengikuti modul pelatihan yang diselenggarakan oleh perusahaan dan melakukan pembelanjaan minimal 100 Pbv per bulan selama tiga bulan berturut-turut.

4. Distributor tidak aktif adalah perseorangan yang tidak melakukan pembelanjaan sama sekali selama tiga bulan berturut-turut tetapi sudah mengikuti modul pelatihan yang diselenggarakan perusahaan.

5. Downline adalah seorang distributor yang telah direkrut dan secara hirarki berada di dalam jaringan upline perusahaan yang bersangkutan.

6. Upline adalah member yang memperkenalkan perusahaan yang bersangkutan kepada individu sebagai pribadi atau suatu badan usaha.

(58)

8. Harga Konsumen adalah harga barang yang ditetapkan perusahaan pengelolah yang berlaku pada konsumen.

9. Point Value adalah satuan dalam nilai Rupiah yang dipakai sebagai dasar perhitungan bonus. Masing-masing produk mempunyai nilai Point Value sendiri.

10.Marketing plan adalah aturan pemasaran yang direncanakan dan dibuat oleh perusahaan untuk mengatur tata acara usaha antara perusahaan dan distributor, serta memuat pula tata cara penentuan peringkat, penentuan besarnya bonus yang dapat dinikmati oleh para distributor dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para distributor.

11.Tutup Point adalah ketetapan perusahaan dimana untuk mendapatkan bonus bulanan distributor diharuskan melakukan pembelian minimal 100 Pv pada tanggal 1-30 tiap bulan berjalan.

12.Stater Kit adalah seperangkat alat pemasaran (alat bantu presentasi) yang disediakan oleh perusahaan untuk membantu distributor mengembangkan usahanya atau jaringannya.

4.4 Pengujian Kuisioner

Pengujian kuisioner dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan dalam kuisioner dapat dimengerti oleh responden. Kuisioner diuji menggunakan uji validitas terhadap 100 responden dimana 50 distributor aktif dan 50 distributor tidak aktif.

4.4.1 Uji Validitas

(59)

42 disediakan mencakup atribut – atribut yang berhubungan dengan aspek – aspek kemampuan perusahaan. Responden diminta untuk memilih atribut mana yang dianggap berkaitan dengan aspek – aspek kemampuan pelayanan manajemen perusahaan. Atribut dari aspek – aspek perusahaan yang diuji dapat dilihat pada

1 Kemampuan dalam pengadaan barang di stokist 2 Kemampuan memberikan Training The Presenter bagi

distributor

3 Kemampuan memberikan seminar Product Talk 4 Sistem Marketing Plan

5 Kedekatan pemimpin perusahaan dengan distributor 6 Ketepatan dalan Pembayaran Bonus bagi Distributor 7 Transparansi pelaporan bonus Distributor

8 Kemampuan perusahaan dalam memberikan kelonggaran waktu tutup point bagi Distributor

9 Adanya sanksi bagi distributor yang tidak menaati peraturan

10 Kemampuan dalam memberikan informasi jadwal training dan seminar

11 Kemampuan dalam memberikan fasilitas informasi perkembangan jaringan

12 Kemampuan memberikan seminar BOP 13 Ketepatan dalam pengiriman Bonus Stetment 14 Kemampuan menjaga kualitas produk

Untuk mengetahui atribut yang valid, dilakukan tes Cochran dengan prosedur sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis yang sudah dilakukan, yaitu

(60)

H1 : Kemungkinan semua atribut yang diuji tidak dipertimbangkan seluruh

C = Banyaknya variable (asosiasi) Ri = Jumlah baris jawaban ”ya” Cj = Jumlah kolom jawaban “ya” N = Total besar

3. Penentuan Qtabel dengan = 0,05, df atau derajat kebebasan adalah jumlah

(61)

BAB V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT. K-link Indonesia berdiri pada bulan september 2002 dan merupakan perusahaan bersistem MLM yang telah terdaftar di Asosiasi Penjualan Langsung (APLI) dengan nomor anggota 0069/04/2003. PT. K-Link Indonesia saat ini sudah memiliki cabang di Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya dan Papua. Perkembangan PT. K-link sangat pesat dikarenakan konsep kesehatan ”C B A ” yang mereka pasarkan, yaitu :

1. C – Cleansing, proses membersihkan toksin yang telah menumpuk di dalam tubuh selama bertahun-tahun.

2. B – Balancing, mensuplai nutrisi yang seimbang dalam tubuh.

3. A – Activating, mengaktifkan sel tubuh untuk mengoptimalkan penyerapan nutrisi dalam tubuh.

(62)

5.1.1 Visi dan Misi Perusahaan

PT. K-link Indonesia mempunyai Misi yaitu membentuk jaringan pemasaran Internasional yang sesuai dengan komitmen dan tanggung jawab PT. K-Link kepada para konsumen, distributor, pemilik, pemegang saham, mitra perusahaan dan masyarakat.

Visi PT. K-link Indonesia adalah mengubah konsumsi produk kesehatan bulanan kita menjadi bisnis yang menguntungkan melalui pengaruh bisnis jaringan. Untuk menjalankan misi dan visi tersebut PT. K-Link Indonesia menyediakan produk-produk kesehatan yang unik dan berkualitas, karena kesehatan adalah harta yang paling berharga.

5.1.2 Sertifikat Resmi dan Penghargaan Perusahaan

1. Ijin Usaha Penjualan Berjenjang (IUPB) dari Direktorat Jendral Perdagangan Dalam Negri.

2. Ijin dan keanggotaan dari Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) (dapat dilihat pada Lampiran 2.)

3. Ijin dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM).

4. Ijin Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 5. Sertfikat Halal dari Majelis Agama Islam Selangor Malaysia.

6. Ijin dari Ministry Of Domestic Trade And Consumer Affairs Malaysia. 7. Sertifikat Halal dari Majelis Agama Islam Selangor Malaysia.

Gambar

Tabel 2. Jumlah Distributor PT. K-Link Indonesia Tahun 2005-2007
Tabel 3. Matrik Tabel Penelitian Terdahulu
Gambar 1. Pola Distribusi MLM                                            Sumber : Harefa,2002
Gambar 2. Saluran Pemasaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari satu citra data uji yang sama diperoleh hasil yang berbeda pada kedua skenario, dimana skenario I dapat mendeteksi objek dengan ukuran lebih kecil, karena skenario I

Pada penelitian selanjutnya diperlukan proses tambahan untuk Koreksi Gamma dalam meningkatkan kontras warna sehingga bisa memperoleh peningkatan yang jauh lebih

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktifitas guru dan aktifitas siswa dalam pembelajaran IPA materi tumbuhan hijau sebelum dan setelah menggunakan metode

Disampaikan kepada anggota Jemaat yang telah menerima Amplop Donatur PELUNASAN MOBIL JEMAAT, mohon dengan hormat untuk memberikan konstribusinya lewat kotak

persiapan untuk AI/AK : Ibu. Untuk itu diharapkan kepada guru-guru SMGT yang melayani hadir dalam persiapan tersebut. Guru Pendamping: Sesuai dengan Program Sekolah Minggu

Undangan Ibadah Perayaan Natal : Melalui Majelis Gereja, Segenap Pengurus dan anggota Keluarga Mess Paradise, dengan penuh sukacita mengundang segenap anggota

bersifat psikologis atau kesan responden terhadap kemasan produk kacang kedelai tersebut [10], sehingga hasil dari Kansei Word dapat dipresentasikan pada desain

Dalam proses pembuatan anggaran, KUD Dadi Jaya Purwodadi Kabupaten Pasuruan mempertimbangkan kondisi yang ada pada tiap-tiap unit dan manajer yang berwenang melakukan