UJI BIOLOGIS BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas
L.) YANG DIOLAH DENGAN EKSTRAK METANOL DAN
FERMENTASI MENGGUNAKAN
Rhizopus oryzae
SERTA
Trichoderma viride
PADA AYAM BROILER
SKRIPSI NOVITA NURLAILI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
RINGKASAN
NOVITA NURLAILI. D24054341. Uji Biologis Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dengan Pengolahan Ekstrak Metanol dan Fermentasi menggunakan Rhizopus oryzae serta Trichoderma viride pada Ayam Broiler. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Sumiati, MSc
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS
Bungkil biji jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan hasil ikutan dari proses pengepresan biji jarak untuk menghasilkan minyak. Pemanfaatan bungkil biji jarak pagar sebagai pakan memiliki kendala, meskipun kandungan nutrisinya cukup tinggi (protein kasar 53-58%) namun memiliki zat anti nutrisi antara lain saponin, protease inhibitor, asam fitat serta racun yaitucurcin dan phorbolester. Anti nutrisi dan racun pada bungkil biji jarak pagar dapat diminimalkan dengan cara pengolahan. Teknik pengolahan bungkil biji jarak ini dapat berupa pengolahan fisik, kimia dan biologis. Pada penelitian ini digunakan pengolahan kimiawi berupa ekstraksi dengan metanol dan pengolahan biologis berupa fermentasi menggunakan Rhizopus oryzae danTrichoderma viride.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai uji biologis bungkil biji jarak pagar yang telah diekstraksi dengan metanol dan difermentasi menggunakan Rhizopus oryzae serta Trichodherma viride pada ayam broiler. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2008 di Bagian Metabolisme dan Biosintesis Ternak Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor ayam broiler berumur ± 6 minggu dengan rataan bobot badan 1,6±0,08 kg. Uji biologis dilakukan dengan menggunakan metode Sibbald (1980). Bahan pakan perlakuan yang diberikan pada ayam broiler adalah P0: bungkil biji jarak pagar tanpa pengolahan, P1: bungkil biji jarak pagar diekstraksi dengan menggunakan metanol 90%, P2: bungkil biji jarak pagar difermentasi Rhizopus oryzae, P3: bungkil biji jarak pagar difermentasi Tricodherma viride. Peubah yang diamati adalah kecernaan bahan kering, energi metabolis semu, retensi nitrogen, absorpsi kalsium dan absorpsi fosfor. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA), bila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji jarak Duncan.
ii lebih lanjut terutama untuk mengurangi serat kasar dengan penggunaan enzim selulase dan pengurangan asam fitat dengan enzim fitase.
iii ABSTRACT
Biological assay ofJatropha curcas mealtreated with methanol extraction and fermentation usingRhizopus oryzaeandTrichoderma viride on
broiler chicken
N. Nurlali, Sumiati, D. A. Astuti
The utilization of Jatropha curcas meal as feedstuff is restricted by anti nutrients such as saponin, protease inhibitor, phytic acid and toxic substances like curcin and phorbolester contained in the Jatropha curcas meal. This experiment was aimed to evaluate the biological value of Jatropha curcas meal treated with methanol extraction and fermentation usingRhizopus oryzaeandTrichoderma viride on broiler chickens. The biological test used twenty broiler chickens of four weeks of age and using after Sibbald method (1980). The treatments were P0 (Jatropha curcas meal without treatment), P1 (extracted Jatropha curcas meal using methanol), P2 (fermented Jatropha curcas meal using Rhizopus oryzae), and P3 (fermented Jatropha curcas meal using Trichoderma viride). Design of this study was completely randomized design, with four treatments and four replications. The data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA), and differences among treatments were further tested using Duncan Multiple Range test. The parameters observed were dry matter digestion, nitrogen retention, Apparent Metabolizable Energy (AME), calcium and phosporus absorption. The P1, P2 and P3 treatments highly significantly (P<0.01) reduced the dry matter digestion, AME and phosphorus absorption. The treatments significantly (P<0.05) reduced nitrogen retention, however its did not affect the calcium absorption. The values of dry matter digestion were 21.92% (P1), 8.88% (P2) and 21.88% (P3). The values of nitrogen retention were 36.39% (P1), 12.71% (P2) and 40.14% (P3). The values of apparent metabolizable energy were 1299.23 kcal/kg (P1), 1009.62 kcal/kg (P2) dan 1593.72 kcal/kg (P3). The values of calcium absorption were 41.04% (P1), 22,71% (P2) and 64.63% (P3). The values of absorptin phosphorus were -27.26% (P1), -95.4% (P2) and -3.94% (P3). These low values because of crude fiber contained in the treated Jatropha curcas meal. The conclusion of this experiment wasJatropha curcas meal as a single feedstuff of broiler chickens had low dry matter digestion, nitrogen retention, Apparent Metabolizable Energy, calcium and phosporus absorption. The usage of treatedJatropha curcasmeal should be mixed.
iv
UJI BIOLOGIS BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas
L.) YANG DIOLAH DENGAN EKSTRAK METANOL DAN
FERMENTASI MENGGUNAKAN
Rhizopus oryzae
SERTA
Trichoderma viride PADA AYAM BROILER
NOVITA NURLAILI D24054341
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
v
UJI BIOLOGIS BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas
L.) YANG DIOLAH DENGAN EKSTRAK METANOL DAN
FERMENTASI MENGGUNAKAN
Rhizopus oryzae
SERTA
Trichoderma viride PADA AYAM BROILER
Oleh
NOVITA NURLAILI D24054341
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 28 Agustus 2009
Pembimbing Utama
Dr.Ir. Sumiati, M.Sc. NIP. 196110171986032001
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, M.S. NIP. 196110051985032001
Dekan
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr. NIP. 196701071991031003
Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
vi RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Sepember 1987 di Kota Waringin Barat,
Kalimantan Tengah. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan
Bapak Sukir dan Ibu Sri Rupeni.
Pendidikan penulis dimulai dengan memasuki pendidikan di Taman
Kanak-kanak Markati Mukti Siwi, Pangkalan Lima, Kalimantan Tengah. Pendidikan dasar
diselesaikan pada tahun 1999 di SDN 1 Japanan, Gudo. Pendidikan lanjutan pertama
diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 1 Gudo dan pendidikan lanjutan menengah
atas diselesaikan pada tahun 2005 di SMAN 1 Jombang. Pada tahun 2005 penulis
diterima untuk menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan pada tahun 2006 diterima sebagai
mahasiswa Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Nutrisi
dan Makanan Ternak (HIMASITER) periode 2006 – 2007 pada Biro Kreatifitas
Ilmiah, pernah mengikuti program magang di Kebun Binatang Surabaya pada tahun
2007, dilanjutkan pada periode 2007-2008 menjadi sekretaris umum Himpunan
Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER). Pada tahun 2006 - 2008
Penulis mejadi anggota paduan suara “Graziono Simphonya” Fakultas Peternakan.
Pada tahun yang sama, penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga
Masiswa Institut Pertanian Bogor (BEM KM IPB) pada Departemen Komunikasi
dan Informasi. Selain itu, penulis juga menjadi asisten praktikum matakuliah Teknik
Formulasi Ransum dan Pengolahan Kesehatan Ternak Tropis pada semester genap
vii KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Baginda
Rosullullah SAW, keluarga, sahabat, serta orang-orang yang istiqomah di jalan Islam
hingga akhir zaman. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana peternakan.
Skripsi ini berjudul ’Uji Biologis BungkilBiji Jarak Pagar (Jatropha curcas
L.) dengan Pengolahan Ekstrak Metanol dan Fermentasi menggunakan Rhizopus
oryzaesertaTrichoderma viride pada Ayam Broiler‘. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan kepada seluruh pelaku peternakan tentang pakan alternatif
yang berasal dari bungkil biji jarak pagar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu hingga skripsi ini selesai. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan informasi dalam dunia peternakan dan dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Bogor, Agustus 2009
viii
Jarak Pagar (Jatropha curcasLinn) ... 3
Biji Jarak Pagar... 6
ix Fermentasi Bungkil Biji Jarak Pagar dengan
Rhizopus oryzae... 25
Fermentasi Bungkil Biji Jarak Pagar dengan Trichoderma viride... 26
Pembuatan Media Agar ... 27
Uji Biologis... 27
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
Kandungan Zat Makanan Ransum Perlakuan ... 29
Kecernaan Bahan Kering... 32
Retensi Nitrogen ... 33
Energi Metabolis... 34
Absorpsi Kalsium ... 36
Absorpsi Fosfor ... 38
KESIMPULAN DAN SARAN ... 40
Kesimpulan... 40
Saran ... 40
UCAPAN TERIMAKASIH ... 41
DAFTAR PUSTAKA... 412
UJI BIOLOGIS BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas
L.) YANG DIOLAH DENGAN EKSTRAK METANOL DAN
FERMENTASI MENGGUNAKAN
Rhizopus oryzae
SERTA
Trichoderma viride
PADA AYAM BROILER
SKRIPSI NOVITA NURLAILI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
RINGKASAN
NOVITA NURLAILI. D24054341. Uji Biologis Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dengan Pengolahan Ekstrak Metanol dan Fermentasi menggunakan Rhizopus oryzae serta Trichoderma viride pada Ayam Broiler. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Sumiati, MSc
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS
Bungkil biji jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan hasil ikutan dari proses pengepresan biji jarak untuk menghasilkan minyak. Pemanfaatan bungkil biji jarak pagar sebagai pakan memiliki kendala, meskipun kandungan nutrisinya cukup tinggi (protein kasar 53-58%) namun memiliki zat anti nutrisi antara lain saponin, protease inhibitor, asam fitat serta racun yaitucurcin dan phorbolester. Anti nutrisi dan racun pada bungkil biji jarak pagar dapat diminimalkan dengan cara pengolahan. Teknik pengolahan bungkil biji jarak ini dapat berupa pengolahan fisik, kimia dan biologis. Pada penelitian ini digunakan pengolahan kimiawi berupa ekstraksi dengan metanol dan pengolahan biologis berupa fermentasi menggunakan Rhizopus oryzae danTrichoderma viride.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai uji biologis bungkil biji jarak pagar yang telah diekstraksi dengan metanol dan difermentasi menggunakan Rhizopus oryzae serta Trichodherma viride pada ayam broiler. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2008 di Bagian Metabolisme dan Biosintesis Ternak Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor ayam broiler berumur ± 6 minggu dengan rataan bobot badan 1,6±0,08 kg. Uji biologis dilakukan dengan menggunakan metode Sibbald (1980). Bahan pakan perlakuan yang diberikan pada ayam broiler adalah P0: bungkil biji jarak pagar tanpa pengolahan, P1: bungkil biji jarak pagar diekstraksi dengan menggunakan metanol 90%, P2: bungkil biji jarak pagar difermentasi Rhizopus oryzae, P3: bungkil biji jarak pagar difermentasi Tricodherma viride. Peubah yang diamati adalah kecernaan bahan kering, energi metabolis semu, retensi nitrogen, absorpsi kalsium dan absorpsi fosfor. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA), bila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji jarak Duncan.
ii lebih lanjut terutama untuk mengurangi serat kasar dengan penggunaan enzim selulase dan pengurangan asam fitat dengan enzim fitase.
iii ABSTRACT
Biological assay ofJatropha curcas mealtreated with methanol extraction and fermentation usingRhizopus oryzaeandTrichoderma viride on
broiler chicken
N. Nurlali, Sumiati, D. A. Astuti
The utilization of Jatropha curcas meal as feedstuff is restricted by anti nutrients such as saponin, protease inhibitor, phytic acid and toxic substances like curcin and phorbolester contained in the Jatropha curcas meal. This experiment was aimed to evaluate the biological value of Jatropha curcas meal treated with methanol extraction and fermentation usingRhizopus oryzaeandTrichoderma viride on broiler chickens. The biological test used twenty broiler chickens of four weeks of age and using after Sibbald method (1980). The treatments were P0 (Jatropha curcas meal without treatment), P1 (extracted Jatropha curcas meal using methanol), P2 (fermented Jatropha curcas meal using Rhizopus oryzae), and P3 (fermented Jatropha curcas meal using Trichoderma viride). Design of this study was completely randomized design, with four treatments and four replications. The data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA), and differences among treatments were further tested using Duncan Multiple Range test. The parameters observed were dry matter digestion, nitrogen retention, Apparent Metabolizable Energy (AME), calcium and phosporus absorption. The P1, P2 and P3 treatments highly significantly (P<0.01) reduced the dry matter digestion, AME and phosphorus absorption. The treatments significantly (P<0.05) reduced nitrogen retention, however its did not affect the calcium absorption. The values of dry matter digestion were 21.92% (P1), 8.88% (P2) and 21.88% (P3). The values of nitrogen retention were 36.39% (P1), 12.71% (P2) and 40.14% (P3). The values of apparent metabolizable energy were 1299.23 kcal/kg (P1), 1009.62 kcal/kg (P2) dan 1593.72 kcal/kg (P3). The values of calcium absorption were 41.04% (P1), 22,71% (P2) and 64.63% (P3). The values of absorptin phosphorus were -27.26% (P1), -95.4% (P2) and -3.94% (P3). These low values because of crude fiber contained in the treated Jatropha curcas meal. The conclusion of this experiment wasJatropha curcas meal as a single feedstuff of broiler chickens had low dry matter digestion, nitrogen retention, Apparent Metabolizable Energy, calcium and phosporus absorption. The usage of treatedJatropha curcasmeal should be mixed.
iv
UJI BIOLOGIS BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas
L.) YANG DIOLAH DENGAN EKSTRAK METANOL DAN
FERMENTASI MENGGUNAKAN
Rhizopus oryzae
SERTA
Trichoderma viride PADA AYAM BROILER
NOVITA NURLAILI D24054341
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
v
UJI BIOLOGIS BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas
L.) YANG DIOLAH DENGAN EKSTRAK METANOL DAN
FERMENTASI MENGGUNAKAN
Rhizopus oryzae
SERTA
Trichoderma viride PADA AYAM BROILER
Oleh
NOVITA NURLAILI D24054341
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 28 Agustus 2009
Pembimbing Utama
Dr.Ir. Sumiati, M.Sc. NIP. 196110171986032001
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, M.S. NIP. 196110051985032001
Dekan
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr. NIP. 196701071991031003
Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
vi RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Sepember 1987 di Kota Waringin Barat,
Kalimantan Tengah. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan
Bapak Sukir dan Ibu Sri Rupeni.
Pendidikan penulis dimulai dengan memasuki pendidikan di Taman
Kanak-kanak Markati Mukti Siwi, Pangkalan Lima, Kalimantan Tengah. Pendidikan dasar
diselesaikan pada tahun 1999 di SDN 1 Japanan, Gudo. Pendidikan lanjutan pertama
diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 1 Gudo dan pendidikan lanjutan menengah
atas diselesaikan pada tahun 2005 di SMAN 1 Jombang. Pada tahun 2005 penulis
diterima untuk menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan pada tahun 2006 diterima sebagai
mahasiswa Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Nutrisi
dan Makanan Ternak (HIMASITER) periode 2006 – 2007 pada Biro Kreatifitas
Ilmiah, pernah mengikuti program magang di Kebun Binatang Surabaya pada tahun
2007, dilanjutkan pada periode 2007-2008 menjadi sekretaris umum Himpunan
Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER). Pada tahun 2006 - 2008
Penulis mejadi anggota paduan suara “Graziono Simphonya” Fakultas Peternakan.
Pada tahun yang sama, penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga
Masiswa Institut Pertanian Bogor (BEM KM IPB) pada Departemen Komunikasi
dan Informasi. Selain itu, penulis juga menjadi asisten praktikum matakuliah Teknik
Formulasi Ransum dan Pengolahan Kesehatan Ternak Tropis pada semester genap
vii KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Baginda
Rosullullah SAW, keluarga, sahabat, serta orang-orang yang istiqomah di jalan Islam
hingga akhir zaman. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana peternakan.
Skripsi ini berjudul ’Uji Biologis BungkilBiji Jarak Pagar (Jatropha curcas
L.) dengan Pengolahan Ekstrak Metanol dan Fermentasi menggunakan Rhizopus
oryzaesertaTrichoderma viride pada Ayam Broiler‘. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan kepada seluruh pelaku peternakan tentang pakan alternatif
yang berasal dari bungkil biji jarak pagar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu hingga skripsi ini selesai. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan informasi dalam dunia peternakan dan dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Bogor, Agustus 2009
viii
Jarak Pagar (Jatropha curcasLinn) ... 3
Biji Jarak Pagar... 6
ix Fermentasi Bungkil Biji Jarak Pagar dengan
Rhizopus oryzae... 25
Fermentasi Bungkil Biji Jarak Pagar dengan Trichoderma viride... 26
Pembuatan Media Agar ... 27
Uji Biologis... 27
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
Kandungan Zat Makanan Ransum Perlakuan ... 29
Kecernaan Bahan Kering... 32
Retensi Nitrogen ... 33
Energi Metabolis... 34
Absorpsi Kalsium ... 36
Absorpsi Fosfor ... 38
KESIMPULAN DAN SARAN ... 40
Kesimpulan... 40
Saran ... 40
UCAPAN TERIMAKASIH ... 41
DAFTAR PUSTAKA... 412
x DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produksi Jarak Pagar Beberapa Daerah di Indonesia ... 5
2. Komposisi Kimia Bungkil Biji Jarak Tanpa Kulit... 7
3. Beberapa Zat Toksik Dan Antinutrisi dalamJatropha Curcas... 7
4. Letal Dosis Minimum Biji Jarak Pagar pada Beberapa Ternak... 8
5. Kandungan Makanan dan Anti Nutrisi Ransum Perlakuan ... 30
6. Rataan Nilai Konsumsi, Ekskresi dan Kecernaan Bahan Kering ... 32
7. Rataan Nilai Konsumsi, Ekskresi Retensi Nitrogen ... 34
8. Rataan Nilai Konsumsi, Ekskresi, Retensi Nitrogen dan Energi Metabolis Semu selama 24 Jam... 376
9. Rataan Nilai Konsumsi, Ekskresi dan Absorpsi Kalsium... 37
xi DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Tanaman jarak pagar (Jatropha curcasL) (Pambudi, 2007) ... 3
2. Manfaat Tanaman Jarak Pagar (Gübitzet al., 1998) ... 4
3. Biji Jarak Pagar (Jatropha curcasL) (Pambudi, 2007)... 6
4. Struktur kimiaphorbolester (Ahmed dan Salimon, 2009) ... 9
5. Struktur kimiacurcin (Juan, 2009)... 10
6. Asam Fitat... 14
7. Rhizopus oryzae(Ellis, 2008) ... 14
8. a) Sporangiophores, b) rhizoids dan c) sporangiaR. Oryzae (Ellis, 2008) ... 14
9. Trichoderma viride (Volk, 2004) ... 15
10. HifaTrichoderma viride (Volk, 2004) ... 15
11. Alur Fermentasi BBJP denganRhizopus oryzae... 26
12. Alur Fermentasi BBJP denganTrichoderma viride... 27
13. Alur Metode Uji Biologis Bungkil Biji Jarak (Sibbald, 1976)... 28
14. Pengikatan Kalsium oleh Asam Fitat ... 38
xii DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Hasil Analisis Ragam Kecernaaan Bahan Kering ...49
2. Hasil Analisis Ragam Persen Retensi Nitrogen ...49
3. Hasil Analisis Ragam Energi Metabolis Semu Terkoreksi
Nitrogen ... 49
4. Hasil Analisis Ragam Persen Absorpsi Kalsium... 49
PENDAHULUAN Latar Belakang
Meningkatnya harga bahan bakar dunia manyebabkan pemerintah mencari
sumber bahan bakar alternatif, salah satunya adalah jarak pagar (Jatropha curcas L.).
Tanaman ini dianggap menarik sebagai sumber biodiesel (non edible oil) karena
kandungan minyaknya yang tinggi, tidak berkompetisi untuk pemanfaatan lain dan
memiliki karakteristik agronomi yang menarik (Sinaga, 2009). Pengolahan minyak
ini menghasilkan limbah berupa bungkil biji jarak pagar yang dapat digunakan
sebagai sumber bahan pakan alternatif.
Bungkil biji jarak merupakan hasil ikutan dari proses pengepresan biji jarak.
Limbah agroindusri ini memiliki potensi yang tinggi untuk dijadikan pakan ternak
karena memiliki protein kasar 53-58%, lebih tinggi dari pada protein kasar bungkil
kedelai yaitu 46%. Jumlah bungkil biji jarak cukup banyak yaitu ±50% dari biomassa
biji (Makkar dan Becker, 1998; Areghoreet al., 2003).
Keberhasilan suatu usaha peternakan unggas dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti faktor genetik, produksi, pemasaran dan pakan. Biaya pakan dalam
pemeliharaan unggas dapat mencapai 70% dari biaya produksi. Salah satu upaya
untuk menekan biaya pakan antara lain dengan memanfaatkan pakan alternatif.
Syarat pakan alternatif antara lain memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi,
mudah didapat, harga pakan relatif murah, tidak mengandung racun dan tidak
bersaing dengan manusia.
Pemanfaatan bungkil biji jarak ini memiliki kendala meskipun kandungan
nutrisinya cukup tinggi. Bungkil biji jarak memiliki zat anti nutrisi antara lain
saponin, protease inhibitor dan asam fitat serta racun yaitu curcin dan phorbolester
(Trabi et al., 1997). Adanya anti nutrisi dan racun ini dapat menyebabkan
berkurangnya pemanfaatan nutrien bakan pakan sehingga pertumbuhan kurang baik,
bahkan racun dalam bungkil biji jarak dapat menyebabkan kematian. Pemberian
bungkil biji jarak pagar tanpa pengolahan menyebabkan kematian ternak pada waktu
singkat (Areghore et al., 2003). Asam fitat pada bungkil biji jarak dapat mengikat
mineral seperti P, Ca, Zn, Fe, Mg, Mn, dan Cu serta dapat pula mengikat protein.
Anti nutrisi dan racun dalam bungkil biji jarak pagar dapat dikurangi dengan
2 pengolahan fisik (seperti: ekstraksi), kimia dan biologis (seperti: fermentasi). Proses
pengolahan ini diharapkan dapat menurunkan toksik pada bungkil biji jarak sehingga
bernilai gizi lebih baik dan dapat meningkatkan perfoma ternak.
Perumusan Masalah
Peternakan unggas memiliki masalah utama yaitu tingginya biaya pakan
karena bahan baku pakan banyak yang masih diimpor. Penekanan biaya pakan dapat
dilakukan dengan penggunaan bahan pakan alternatif yang merupakan pakan lokal
berkualiatas baik dan tidak bersaing dengan manusia. Salah satunya adalah limbah
agroindustri berupa bungkil biji jarak. Bungkil biji jarak memiliki nilai protein yang
tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan pakan sumber protein.
Pengunaan bungkil biji jarak sebagai pakan memiliki berbagai kendala, yaitu
adanya zat anti nutrisi antara lain saponin, protease inhibitor dan asam fitat serta
racun yaitu curcin dan phorbolester. Upaya detoksifikasi diperlukan untuk
meminimalisasi kandungan zat anti nutrisi dan racun sehingga bungkil biji jarak
dapat dimanfaatkan oleh ternak.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai uji biologis dari pengolahan
bungkil biji jarak pagar (Jatropha curcas) secara kimia (ekstraksi dengan metanol)
dan biologis (fermentasi menggunakan Rhizopus oryzae dan Trichoderma viride)
pada ayam broiler berupa kecernan bahan kering, retensi nitrogen, energi metabolis,
TINJAUAN PUSTAKA Jarak Pagar (Jatropha curcasLinn)
Tanaman jarak pagar berasal dari Amerika tropis dan tumbuh menyebar
hampir di seluruh dunia khususnya di wilayah tropis dan subtropis (Langdon, 1977).
Beberapa jenis tanaman jarak yang tercatat di Indonesia diantaranya adalah jarak
kaliki/kastor (Ricinus communis), jarak pagar (Jatropha curcas), jarak gurita
(Jatropha multifida), dan jarak landi (Jatropha gossypifolia) (Brodjonegoro et al.,
2005). Pohon jarak pagar dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tanaman jarak pagar (Jatropha curcasL) (Pambudi, 2007)
Tanaman jarak pagar hidup di daerah tropis dan subtropis yang mempunyai
curah hujan yang sesuai yaitu 200-1500 mm/tahun (Pambudi, 2007). Tanaman ini
banyak dijumpai pada daerah-daerah berbatu dan berlereng pada perbukitan atau
sepanjang saluran air dan batas-batas kebun (Heller, 1996). Pohon jarak biasanya
digunakan untuk pembatas ladang dan sebagai pagar, sedangkan buah dan daunnya
dibuat pakan ternak. Secara tradisional, tanaman jarak juga digunakan sebagai obat
diare, penurun panas dan gatal (Pambudi, 2007).
Menurut Hambali et al. (2006) klasifikasi dari tanaman jarak pagar adalah
sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus :Jatropha
4 Tanaman jarak mulai berbuah pada umur 5-6 bulan dan produktif penuh pada
saat umur 5 tahun serta memiliki usia produktif mencapai 50 tahun. Setelah berumur
3-5 tahun, tanaman ini mampu berproduksi 5-25 ton biji jarak per tahun untuk setiap
hektar. Bila tanaman jarak ditanam dengan baik maka produktivitas bijinya dapat
mencapai 5-10 kg/pohon/tahun, bahkan bisa lebih (Pambudi, 2007).
Pohon jarak memiliki berbagai fungsi, dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Manfaat Tanaman Jarak Pagar (Gübitzet al., 1998)
Jarak pagar merupakan tanaman semak atau pohon kecil dengan tinggi ± 6
meter (Duke, 1983; Pambudi, 2007), bercabang tidak teratur, batang berkayu,
silindris dan bila terluka mengeluarkan getah. Daun tunggal berlekuk dan bersudut
tiga atau lima, tulang daun menjari (Duke 1983), dengan 5-7 tulang utama dan
berwarna hijau serta panjang tangkai daun antara 4-15 cm. Bunga tanaman jarak Jarak pagar (Jatropha curcas Linn)
5 berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai. Bunga jantan
dan bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, yang muncul diujung
batang atau ketiak daun. Buah berbentuk bulat telur dengan diameter 2-4 cm,
berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika sudah masak. Buah jarak
memiliki tiga ruang yang masing-masing ruang diisi tiga biji. Biji berbentuk bulat
lonjong, berbentuk coklat kehitaman (Hambaliet al., 2006).
Kelebihan tanaman jarak adalah antara lain: a) dapat tumbuh di lahan kritis
atau tandus; b) relatif bebas dari hama tanaman; c) umur pohon bisa mencapai 50
tahun; d) masa panen cepat yaitu 6 bulan setelah ditanam; e) kandungan kadar
minyak relatif tinggi (rendemen 35%); f) diperkirakan dapat menghasilkan 4,5 kg
biji/batang/tahun; g) dalam satu hektar lahan dapat ditanami 2500 pohon dengan
produksi 90 ton biji/ha/tahun; h) pada umur 5 tahun, produksi biji dapat mencapai 10
ton/ha/tahun; dan i) produksi minyak diperkirakan 3500 liter/ha/tahun (Purnomo,
2007).
Berdasarkan catatan Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati
(Timnas BBN), tanaman Jarak Pagar dikembangkan di Provinsi Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua,
Irjabar, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku
Utara, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat. Harga biji jarak pagar rata-rata
berkisar antara Rp 1.000 - Rp 1.200 per kilogram biji kering di tempat petani.
Produksi jarak pagar beberapa daerah di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi Jarak Pagar Beberapa Daerah di Indonesia
Daerah Luas tanam (ha) Produksi
Jawa Barat 3374 8435 759,15
-Jawa Timur 3465,5 8663,75 779,74
-Nusa Tenggara 2677 6692,5 602250
-Sumbawa 15000 37500 3375 700
Kalimanatan Tengah 10025 25062,5 2255,63 1000
Sulawesi Tegah 3000 7500 675
6 Biji Jarak Pagar
Biji jarak pagar rata-rata berukuran 18x11x9 mm, berat 0,62 gram, dan terdiri
atas 58,1% biji inti berupa daging (kernel) dan 41,9% kulit. Biji jarak dapat dilihat
pada Gambar 3. Kulit mengandung 0,8% ekstrak eter. Kadar minyak (trigliserida)
dalam inti biji ekuivalen dengan 55% atau 33% dari berat total biji (Brodjonegoro et
al., 2005). Biji dan cangkang jarak pagar mengandung 20-40% minyak, namun
bagian inti biji (biji tanpa cangkang) mengandung 45-60% minyak kasar (Wikipedia,
2007).
Gambar 3. Biji Jarak Pagar (Jatropha curcasL) (Pambudi, 2007)
Asam lemak penyusun minyak jarak pagar terdiri atas 22,7% asam jenuh dan
77,3% asam tak jenuh. Kadar asam lemak minyak terdiri dari 17,0% asam palmitat,
5,6% asam stearat, 37,1% asam oleat, dan 40,2% asam linoleat (Brodjongoro et al.,
2005). Komposisi asam oleat dan linolat bervariasi, sedangkan asam palmitat dan
stearat berada pada komposisi yang relatif tetap (Heller, 1996).
Kadar protein biji jarak pagar berkisar antara 22,2-27,2%. Buah jarak pagar
yang berumur 7 tahun atau sampel yang segar memiliki rasio biji dengan kulit
(63:37), dengan protein kasar 25,6%, lemak 57% dan abu 3,4%. Kulit tersusun atas
serat dan lignin 45% dengan kadar protein 6% (Makkar et al., 1998). Bijinya
mengandung berbagai senyawa alkaloida, saponin dan sejenis protein beracun yang
disebutcurcin (Sinaga, 2007).
Bungkil Biji Jarak Pagar
Bungkil biji jarak pagar merupakan hasil ikutan dari pembuatan minyak biji
jarak pagar. Produktivitas per pohon jarak mencapai 2-2,5 kg biji kering/tahun.
Dalam 1 hektar lahan dengan 2000 batang pohon, akan menghasilkan 4-5 ton biji
kering dalam setahun. Satu ton biji kering akan menghasilkan 200-300 liter minyak
jarak dan 700-800 kg bungkil biji jarak, sehingga satu hektar lahan akan
7 (Brodjonegoro et al., 2005). Komposisi kimia bungkil biji jarak tanpa kulit dapat
dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Kimia Bungkil Biji Jarak Tanpa Kulit
Kandungan Nutrisi Jumlah (%)
kandungan nutrisi bungkil biji jarak pagar, tergantung pada varietas dan geografis
tempat tumbuh. Bungkil biji jarak pagar memiliki kandungan abu sekitar 10 %, serat
(NDF 10% dan ADF 7 %) (Makkaret al., 1998). Kandungan asam lemak tak jenuh
mencapai 90 % sehingga sangat potensial untuk dijadikan pengganti minyak sawit
pada aplikasi non-pangan (Pambudi, 2007). Bungkil biji jarak pagar memiliki
kandungan nutrisi yang sangat baik untuk ternak, tetapi terdapat beberapa antinutrisi
dan racun yang dapat menghambat penggunaannya. Kandungan racun biji jarak
pagar mencakupphorbolester, curcinataulectin (Brodjonegoroet al.,2005),phenol,
tanin, phitat, saponin dan antitripsin (Makkar dan Becker, 1997). Kandungan zat
toksik dan antinutrisi bungkil biji jarak dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Beberapa Zat Toksik dan Antinutrisi dalam Jarak Pagar
Kandungan Zat Toksik/ Antinutrisi Varietas
Toksik Non-Toksik
Phorbolestera (mg/g biji)* 2,70 0,11
Lektin (mg bungkil/ ml standar)** 102 51
Antitripsin (mg antitipsin/g bungkil)** 21,3 26,5
Asam Fitat (% dalam bungkil)** 9,4 8,9
Saponin (% disogenin ekuivalen dalam bungkil)* 2,6 3,4
Keterangan:*Bahan Kering Biji 96,6% **
Dalam bahan Kering a
8 Toksisitas Biji Jarak
Biji dan minyak biji jarak pagar ditemukan besifat toksik pada tikus, mencit,
sapi, domba, kambing, manusia dan ayam (Makkar dan Becker, 1999). Zat toksik
pada biji jarak dapat menyebabkan kematian hingga batas tertentu, jumlah toksik
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.Letal Dosis Minimum Biji Jarak Pagar pada Beberapa Ternak
Kandungan Bungkil Biji Jarak
Sumber: Gübitzet al. (1998)
Biji jarak mengandung acro-nacrotic, beracun terhadap manusia dan sapi,
namun dapat digunakan untuk melawan kutil dan kanker. Jarak pagar mengandung
phorbolester yang bersifatmolluscicidal (racun hama) (Ingaet al., 2002) dancurcin
yang bersifat sebagai anti kanker (Lin et al., 2003). Gejala keracunan berupa rasa
mual, muntah, sakit perut, sesak nafas, pusing, keringat dingin dan akhirnya
meninggal (Sinaga, 2007). Dua buah biji jarak dapat berfungsi sebagai pencahar
perut sedangkan 4-5 buah biji jarak dapat menimbulkan kematian terutama pada
anak-anak (Duke, 1983). Penggunaan bungkil biji jarak pagar dalam ransum sebesar
5-15% sangat nyata menurunkan konsumsi ransum dan pertumbuhan ayam broiler.
Angka mortalitas 100% dicapai umur 22 hari (ransum dengan tambahan 5% bungkil
biji jarak pagar), 13 hari (ransum dengan tambahan 10% bungkil biji jarak pagar),
dan 7 hari (ransum dengan tambahan 15% bungkil biji jarak pagar). Penggunaan
bungkil biji jrak pagar juga merusak jaringan hati dan ginjal sampai pada skor 3
(kisaran skor 0-3) (Sumiatiet al., 2007).
Phorbolester merupakan senyawa organik dari tumbuhan yang merupakan
anggotaditerpene ester. Phorbolester dapat larut dalam larutan organik yang bersifat
polar dan dalam air (Ahmed dan Salimon, 2009). Rumus bangunphorbolesterdapat
dilihat pada Gambar 4. Phorbolester merupakan komponen toksik dalam Jatropha
9 al., 2006). Berbagai ester dari phorbol memiliki sifat biologis yang penting,
khususnya kemampuannya sebagai pemacu tumor (Wikipedia 2008a).
Gambar 4. Struktur kimiaphorbolester (Ahmed dan Salimon, 2009)
Phorbolester merupakan analog dari dyacylglycerol (DAG) dan merupakan
pemacu tumor yang menyebabkan berbagai perubahan fisiologis ketika berada dalam
sel dan jaringan (UniProt, 2007). Bentuk phorbolester menyerupai diacylglycerol,
turunan gliserol yang diperoleh dari dua kelompok hidroksil yang telah bereaksi
dengan asam lemak membentuk ester dan bersifat karsinogenik.Phorbolester disebut
juga 12-O tetradecanoylphorbol-13-acetate (TPA). Rumus kimia TPA adalah
C20H28O6, dengan berat molekul 364,44 g/mol yang dapat juga disebut dengan
phorbol-12-myristate-13-acetate (PMA) (Ahmed dan Salimon, 2009).
Phorbolester diidentifikasi sebagai toksik utama pada biji jarak (Makkar dan
Becker, 1997; Makkar et al., 1997). Phorbolester juga stabil terhadap pemanasan
(Martinez-Herrera et al., 2006), dapat bertahan pada pemanasan diatas suhu 1600C
selama 30 menit (Makkar dan Becker, 1997). Phorbolester pada bungkil biji jarak
dengan protein sebesar 68% dapat direduksi dari level 1,78 menjadi 0,09 mg/g
dengan pemanasan 1210C selama 30 menit diikuti dengan pencucian sebanyak 4 kali
dengan metanol 92% (Aregheoreet al., 2003).
Curcin ataulectin adalahphitotoxin atau toxalbumin yang memiliki molekul
protein besar, kompleks dan sangat beracun, menyerupai stuktur dan fisiologis racun
bakteri serta dapat bertindak sebagai pencahar. Curcin tidak tahan terhadap panas
dan dapat menyebabkan iritasi pada mata dan tetap terdapat pada fraksi bungkil
setelah pengambilan minyak (Heller, 1996). Struktur kimia curcin dapat dilihat
dalam Gambar 5.
Curcin bukan merupakan racun utama pada jarak pagar tetapi efek toksik
akan meningkat jika bergabung dengan toksin lain sepertiphorbolester.Curcin dapat
10 kadar air 66% (Aderibigbe et al., 1997; Aregheore et al., 2003). Perlakuan
pemanasan, selain dapat mengurangi antinutrisi labil dapat pula meningkatkan
kecernaan protein (Aderibigbeetal., 1997).
Gambar 5. Struktur kimiacurcin (Juan, 2009)
Curcin memiliki fungsi biologis mulai dari pengaturan pelekatan sel hingga
sintesis glikoprotein dan pengontrolan level protein dalam darah. Curcin diketahui
mempunyai peranan penting dalam sistem kekebalan dengan mengenali karbohidrat
khusus yang ditemukan pada patogen atau sebagai penghambat pada sel inang.
Curcin pada tanaman berperan sebagai pengikat glikoprotein pada permukaan sel,
sedangkan pada hewan berperan pada pengikatan cairan ekstraselular dan intraselular
glikoprotein (Juan, 2009).
Asam fitat (myo-inosito 1, 2, 3, 4, 5, 6-hexakis dihydrogen phosphate)
adalah sebuah molekul gula yang mengikat 6 grup fosfat (C6H18O24P6) (Kies, 1999).
Asam fitat adalah bentuk simpan utama dari fosfor dalam biji-bijian tanaman,
terhitung sekitar 60-80% dari total fosfor (Ravindranet al, 1999). Molekul asam fitat
mengandung mineral P yang tinggi, yaitu sekitar 28,8%. Pakan ungas terdiri atas
apakan nabati (terutama serealia) sehingga perlu adanya tinjauan asam fitat. Unggas
muda lebih rendah kemampuan mencerna phytat, tetapi pada unggas dewasa 50%.
Kecernaan phytat terjadi karena adanya phytase tanaman atau sintetis phytase dari
mikroba usus. Kondisi ransum normal unggas, P-asam fitat tidak tersedia untuk
unggas, karena unggas kekurangan enzim fitase untuk menghidrolisis asam fitat
11 Gambar 6. Struktur Asam Fitat
Asam fitat juga mempunyai kemampuan untuk mengikat kation multivalen,
termasuk Ca, Zn, Fe, Mg, Mn, dan Cu. Asam fitat berpotensi untuk membentuk
komplek dengan berbagai kation seperti Ca, Mg, Zn dan Cu (Kornegayet al, 1999).
Mineral esensial yang paling dipengaruhi oleh fitat dan urutan stabilitas ikatan antara
fitat dan mineral Zn2+> Cu2+> Ni2+> Co2+> Mn2+> Ca2+ (Weaver dan Kannan, 2002).
Ekstraksi
Ekstraksi menurut Winarno et al. (1973) adalah suatu cara untuk
memisahkan campuran beberapa zat menjadi komponen-komponen yang terpisah.
Ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu aqueous phase (menggunakan air
sebagai pelarut) dan organik phase (menggunakan pelarut organik, seperti :
kloroform, eter, dan sebagainya).
Syarat pelarut yang dapat digunakan dalam proses ekstraksi antara lain,
murah, tersedia dalam jumlah yang besar, tidak beracun, tidak dapat terbakar, tidak
eksplosif bila tercampur dengan udara, tidak korosif, tidak menyebabkan
terbentuknya emulsi dan stabil secara kimia dan termis. Winarno et al. (1973)
menambahkan bahwa ada dua syarat agar pelarut dapat digunakan dalam proses
ekstraksi, yaitu (1) pelarut tersebut merupakan pelarut terbaik untuk bahan yang akan
diekstraksi, (2) pelarut tersebut harus terpisah setelah pengocokan. Oleh karena
pelarut yang digunakan harus yang terbaik, maka dalam proses ekstraksi dikenal
adanya istilah ”all or nothing”, yaitu terekstrak seluruhnya atau tidak sama sekali.
Beberapa metode ekstraksi antara lain maserasi, perkolasi, sokletasi, destilasi
12 perendaman sampel dengan pelarut organik pada temperatur ruangan. Proses ini
menyebabkan pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara
di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan
terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat
diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi
akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa
bahan alam pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan pelarut
organik polar yang banyak digunakan dalam proses ini karena dapat melarutkan
seluruh golongan metabolit sekunder (Lenny, 2006).
Metanol
Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus,
adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH yang merupakan bentuk alkohol
paling sederhana. Metanol murni, pertama kali berhasil diisolasi tahun 1661 oleh
Robert Boyle, yang menamakannyaspirit of box, karena ia menghasilkannya melalui
destilasi kotak kayu. Nama itu kemudian lebih dikenal sebagai pyroxylic spirit
(spiritus). Metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna,
mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada
etanol) pada keadaan normal (suhu 270C dan tekanan 1 atm). Metanol digunakan
sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan aditif
bagi industri etanol (Sena, 2007).
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri.
Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara, setelah
beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan
sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air. Metanol bersifat racun sehingga
sering digunakan sebagai bahan additif bagi pembuatan alkohol untuk penggunaan
industri (Sena, 2007).
Fermentasi
Fermentasi adalah proses penguraian unsur organik komplek terutama
karbohidrat untuk menghasilkan energi melalui reaksi yang dihasilkan oleh
mikrooganisme yang biasanya terjadi dalam keadaan anaerob dan diiringi dengan
pembebasan gas. Menurut jenis mediumnya, proses fermentasi dibagi menjadi dua
13 padat yaiu proses fermentasi yang menggunakan medium tidak larut tetapi cukup
mengandung air untuk keperluan mikroorganisme, sedangkan fermentasi medium
cair adalah proses fermentasi yang subtratnya larut atau tersuspensi dalam fase cair
(Hardjoet al., 1989).
Keuntungan penggunaan medium padat antara lain: 1) tidak memerlukan
tambahan lain kecuali air, 2) persiapan inokulum lebih sederhana, 3) dapat
menghasilkan produk dengan kepekatan tinggi, 4) kontrol terhadap kontaminan lebih
mudah, 5) kondisi medium mendekati keadaan tempat tumbuh alamiah, 6)
produktivitas tinggi, 7) aerasi optimum, dan 8) tidak diperlukan kontrol terhadap pH
maupun suhu yang teliti. Persiapan proses fermentasi media padat, perlu
memperhatikan faktor sifat substrat dan sifat organisme (Hardjoet al., 1989).
Rhizopus oryzae
Rhizopus oryzemerupakan salah satu jenis dari kapang yang biasa digunakan
untuk fermentasi. Hifa fertil menghasilkan sporangium pada ujung sporangiospora.
Pada talus Rhyzopus disamping hifa vegetatif dan sporangium terdapat juga hifa
seperti akar yang pendek dan bercabang banyak yang disebut rizoid. Klasifikasi
Rhizophus oryzae menurut Hartatik (2009) adalah sebagai berikut:
Kingdom :Fungi
Phylum : Zygomycota
Class : Zygomycetes
Subclass : Incertaesedis
Order : Mucorales
Family : Mucoraceae
Genus : Rhizopus
Species :R. oryzae
Koloni kapangRhizophus oryzae pada media agar akan berkembang dengan
cepat pada suhu 250C, ukuran mencapai 5-8 mm, pertama akan berwarna putih kapas
kemudian coklat kehijauan dan hijau gelap. Rhizophus oryzae terutama
menghasilkan enzim lipase yang dapat memecah lemak. Selain itu, kapang ini juga
menghasilakn enzim selulase serta amilase (Ellis, 2008). Gambar 7, menunjukkan
14 Gambar 7. Rhizophus oryzae(Ellis, 2008)
Sporangiosphores kapang ini berkembang dengan baik pada suhu 400C dan
tidak tumbuh pada 450C. Sporangia seperti serbuk berbentuk agak bulat atau oval
dan berwarna hijau kehitaman.
c) a)
b)
Gambar 8. a) Sporangiophores, b) rhizoids dan c) sporangiaR. Oryzae (Ellis, 2008)
Kapang ini bersifat zoomycosis dan menyebabkan infeksi. Rhizopus oryzae
adalah kapang yang termasuk dalam kelas Phycomycetes, merupakan patogen
oportunis artinya tidak menyebabkan penyakit pada inang sehat tetapi menyebabkan
mikosis (infeksi oleh cendawan) pada inang terkompromi. Rhizophus oryzae dapat
diisolasi dari berbagai substrat antara lain tanah, berbagai jenis tanaman, hewan dan
burung. Kapang ini digunakan untuk memfermentasi makanan dan dapat
menghasilkan alkoloid yang bersifat racun pada manusia atau hewan (Ellis, 2008).
Trichoderma viride
Trichoderma viride merupakan salah satu fungi yang memproduksi spora
dengan cara mitosis (aseksual), memiliki suhu pertumbuhan optimum 15-300C.
Kapang dapat mencapai diameter lebih dari 5 cm dalam waktu 9 hari, semula
berwarna putih halus (menyaruai kemudian menjadi putih kehijauan dan selanjutnya
hijau redup terutama pada bagian yang menunjukkan banyak terdapat konidia.
15 pada kayu yang komposisi dasarnya adalah selulosa yang merupakan polimer dari
glukosa Kapang ini memiliki enzim selulase untuk mendegradasi selulosa dan
lignoselulosa (Volk, 2004). Gambar kapang Trichoderma viride dalam PDA media
dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 9.Trichoderma viride (Volk, 2004)
Menurut Volk (2004), kedudukan Trichoderma viride dalam klasifikasi
taksonomi adalah sebagai berikut:
Kingdom :Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Sordariomycetes
Subclass : Hypocremycetidae
Oder : hypocreales
Family : Hypocreaceae
Genus : Trichodherma
Species : T. viride
Gambar 10. HifaTrichoderma viride (Volk, 2004)
Konidiofor dapat bercabang penyerupai piramida, yaitu pada bagian
bawah cabang lateral yang berulang-ulang. Khlamisdospora umumnya ditemukan
16 terminal, umumnya berbentuk bulat, berwarna hialin (serat putih halus) dan
berdinding halus (Gandjar, 1999). Kapang ini juga digunakan untuk industri dan
kontrol biologis untuk melawan tanaman kapang patogen (Volk, 2004).
Yuliana (2008), menyatakan bahwa silase jerami padi yang diberi crude
enzyme T. viride (CETV) memiliki nilai NDF, ADF dan lignin yang rendah
dibandingkan tanpa CETV, hal ini menunjukkan bahwa kapang ini memiliki enzim
selulase yang dapat mendegradasi ikatan lignoselulosa jerami padi.
Ayam Broiler
Ayam broiler merupakan ayam yang dikhususkan untuk produksi daging dan
telah mengalami seleksi genetik untuk mendapatkan produksi daging yang tinggi,
pemeliharaan yang singkat dan pertumbuhan cepat (Ensminger, 1991). Ayam broiler
yang dipelihara saat ini merupakanGallus domesticus. Ayam broiler memiliki sistem
perasa gastative atau taste buds untuk mengenali rasa makanannya, namun indera
penciumannya (alfactory system) kurang berkembang (Amrullah, 2003).
Ayam broiler mampu mengolah makanan dengan cepat begitu makanan
dikonsumsi (Amrullah, 2003). Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan
dari tingkah laku makannya yang sangat lahap. Frekuensi makan ayam broiler lebih
tinggi dibandingkan dengan ayam petelur apalagi dimasa akhir pemeliharaan. Pada
minggu pertama ayam broiler mencapai bobot 160 gram, sedangkan akhir masa
pemeliharaan selama 4-6 minggu memiliki bobot hidup sebesar 1,8-2,78 kg (Bourne,
2007).
Karakteristik dari ayam broiler modern adalah pertumbuhan yang cepat,
banyak penimbunan pada bagian dada dan otot-otot daging, disamping itu relatif
lebih rendah aktifitasnya bila dibandingkan dengan jenis ayam yang digunakan untuk
produksi telur (Pondet al., 1995). Menurut Wahju (2004), pakan ayam broiler harus
mengandung energi yang cukup untuk membantu reaksi-reaksi metabolik,
menyokong pertumbuhan dan mempertahankan suhu tubuh. Selain itu ayam
membutuhkan protein yang seimbang, fosfor, kalsium dan mineral serta vitamin
yang sangat memiliki peran penting selama tahap permulaan hidupnya. Zat-zat
makanan diserap dalam bentuk yang sederhana (glukosa, asam amino, dan asam
lemak). Selain kualitas ransum, proses penyerapan makanan dipengaruhi juga oleh
17 ayam antara lain bakteri dan protozoa yang dapat bersifat parasit karena dapat
merusak dinding saluran pencernaan dan menurunkan penyerapan zat makanan
(Leeson dan Summers, 2001).
Menurut NRC (1994) kebutuhan energi metabolis dalam ransum ayam broiler
umur 0-2 minggu sebesar 3200 kkal/kg dan kandungan protein kasar sebesar 23%
sedangkan energi metabolis ayam boiler umur 3-6 minggu sebesar 3200 kkal/kg
dengan kandungan protein kasar 20%. Leeson dan Summer (2005) menyatakan
bahwa ayam boiler pada umur 0-18 hari membutuhkan energi metabolis sebesar
3050 kkal/kg dan protein kasar 22%, umur 19- 30 hari membutuhkan EM dan PK
sebesar 3100 kkal/kg dan 20% serta pada umur 31-41 hari energi metabolis yang
dibutuhkan 3150 kkal/kg dan protein kasar 18%.
Energi Metabolis
Energi berasal dari dua kata Yunani yaitu: en yang berarti dalam dan ergon
yang berarti kerja. Energi yang terdapat dalam bahan makanan tidak seluruhnya
digunakan oleh tubuh. Setiap bahan makanan minimal ada 4 nilai energi yaitu energi
bruto (gross energy ataucombustible energy), energi dapat dicerna, energi metabolis
dan energi netto (Wahju, 2004). Ayam membutuhkan energi untuk pertumbuhan
jaringan tubuh, menyelenggarakan keaktifan fisik dan mempertahankan temperatur
yang normal. Energi tersebut berasal dari karbohidrat, lemak dan protein yang
terkandung dalam bahan pakan (Anggorodi, 1994). Kekurangan energi menurut Scott
et al. (1982), akan menyebabkan pertumbuhan berada pada tingkat kritis dan jumlah
lemak yang ditimbun dalam karkas akan turun.
Energi yang dibutuhkan oleh ternak dalam proses metabolisme adalah untuk
mengatur tekanan darah, denyut jantung dan sitesis komponen-komponen tubuh
(Parakkasi, 1983). Kebutuhan energi dijadikan standar dalam penyusunan ransum,
sehingga pengetahuan kandungan energi bahan baku secara kuantitatif sangat penting
(McDonald et al., 2002). Nilai energi metabolis dari bahan-bahan makanan adalah
penggunaan yang paling banyak dan aplikasi yang praktis dalam ilmu nutrisi ternak
unggas, karena penggunaan energi ini tersedia untuk semua tujuan, termasuk hidup
pokok, pertumbuhan, penggemukan dan produksi telur. Energi yang berlebihan tidak
18 efisien adalah membuat ransum yang seimbang antara tingkat energi dan zat-zat
makanan yang lain (Wahju, 2004).
Energi metabolis pakan unggas oleh Scottet al. (1982) didefinisikan sebagai
perbedaan antara kandungan energi bruto dari bahan makan dan energi yang hilang
melalui urin dan feses. Metade yang umum digunakan dalam penentuan energi
metabolis adalah metode Hillet al. (1960), metode Sibbald (1976) dan metode Farrel
(1978). Penentuan kandungan energi metabolis bahan makanan dengan pengujian
secara biologis pertama kali dilakukan oleh Hill et al. (1960). Metode Hill et al.
(1960) pada dasarnya mengukur energi intake (konsumsi energi) dengan energi
ekskreta. Pada metode ini digunakan Cr2O3 sebagai indikator, sehingga penimbangan
dan koleksi total ransum dan ekskreta dapat dihindarkan. Sibbald dan Slinger (1963);
Valdes dan Leeson (1992) mengembangkan metode subtitusi dengan suatu rumus
turunan untuk menghitung energi metabolis bahan pakan dalam ransum perlakuan.
Metode Sibbald (1976) mengembangkan metode baru dalam menentukan
energi metabolis bahan pakan dengan mengukur energi metabolis feses dan energi
urine endogenous. Metode ini dapat mengetahui nilai energi metabolis murni
(EMM), yaitu energi metabolis yang sudah dikoreksi dengan energi endogenous.
Metode Farrel (1978) dikembangkan untuk memperbaiki metode Hill et al. (1960)
dalam pengukuran energi metabolis. Metode ini hampir sama dengan metode Sibbald
(1976), perbedaan hanya terdapat pada cara pemberian pakan. Pemberian pakan pada
metode ini dilakukan tidak secara paksa, ayam yang akan digunakan dalam
pengujian dilatih terlebih dahulu untuk menghabiskan pakan berbentuk pellet sekitar
70-100 gram dalam waktu satu jam.
Pada metode Sibbald memiliki berbagai kelemahan diantaranya beberapa
pakan mungkin sulit dimasukkan secara paksa (Parson et al., 1984), dapat
menimbulkan stress pada ternak serta kematian karena pemberian pakan secara
paksa. Kelebihan metode ini adalah jumlah bahan makanan uji yang dibutuhkan
lebih sedikit, melibatkan sedikit analisis kimia, waktu singkat dan biaya relatif murah
(Farrel,1978). Metode Farrel lebih memperhatikan kesejahteraan hewan karena tidak
ada unsur pemaksaan serta tidak memerlukan waktu untuk pemulihan ayam.
Kekurangan metode ini adalah melatih ayam untuk makan terus menerus dalam
19 Energi metabolis dapat dinyatakan dengan empat peubah menurut Sibbald
dan Wolynetz (1985), yaitu energi metabolis semu (EMS), Energi metabolis semu
terkoreksi nitrogen (EMSn), Energi metabolis murni (EMM), dan Energi mtabolis
murni terkoreksi nitrogen (EMMn). Energi metabolis semu menurut Sibbald (1976)
merupakan peerbedaan antara energi pakan dengan energi feses dan urin atau biasa
disebut ekskreta pada unggas. Energi metabolis semu terkoreksi nitrogen (EMSn)
biasanya paling banyak digunakan untuk memperkirakan nilai energi metabolis.
EMSn berbeda dengan EMS karena EMSn telah dikoreksi oleh retensi nirogen (RN)
dimana bisa bernilai positif atau negatif. Energi metabolis murni (EMM) merupakan
EM yang dikoreksi dengan energi endogenous. Energi metabolis murni terkoreksi
nitrogen (EMMn) memiliki hubungan yang sama dengan EMM seperti halnya EMSn
terhadap EMS.
Retensi Nitrogen
Retensi nitrogen adalah sejumlah nitrogen dalam protein pakan yang masuk
ke dalam tubuh kemudian diserap dan digunakan oleh ternak (Sibbald dan Wolynezt,
1985). Scott et al. (1982) menyatakan bahwa kualitas protein dapat diukur melalui
retensi nitrogen, nilai biologis, rasio efisiensi protein dan neraca nitrogen. Retensi
nitrogen merupakan selisih antara nilai konsumsi nitrogen dengan nilai nitrogen yang
diekskresikan setelah dikoreksi dengan nilai ekskesi nitrogen endogenous (Sibbald
dan Wolynezt, 1985). Nitrogen endogenous adalah nitrogen dalam ekskreta yang
berasal dari selain bahan pakan yaitu peluruhan sel mukosa usus, empedu dan
peluruhan sel saluran pencernaan (Sibbald, 1980).
Faktor yang mempengaruhi retensi nitrogen antara lain genetik, umur dan
bahan pakan dan tidak semua protein yang masuk dalam tubuh dapat diretensi.
Tingkat retensi nitrogen bergantung pada konsumsi nitrogen dan energi metabolis
ransum akan tetapi peningkatan energi metabolis ransum tidak selalu diikuti dengan
peningkatan retensi nitrogen. Meningkatnya konsumsi nitrogen diikuti dengan
meningkatnya retensi nitrogen tetapi tidak selalu disertai dengan peningkatan bobot
badan bila energi ransum rendah. Pada tingkat protein yang sama, pertambahan
20 Kalsium (Ca)
Kalsium merupakan salah satu mineral esensial terbanyak dalam tubuh.
Tulang sebagian besar tersusun dari kalsium, lebih dari 90% kalsium dalam tubuh
terdapat dalam tulang. Kalsium berperan penting dalam sejumlah aktivitas enzim
pada penyaluran atau impuls saraf dan kontraksi otot. Kalsium juga berperan pada
koagulasi darah. Kalsium dalam darah terdapat pada plasma darah.Sumber kalsium
banyak ditemukan pada tumbuhan terutama legum dan pakan by-produk hewan
seperti tepung ikan dan MBM (meat bone meal) (Linder, 1992).
Kalsium merupakan elemen nomor lima (setelah karbon, hidrogen, oksigen
dan nitrogen) dalam tubuh manusia dan hewan. Sebesar 99% Kalsium dalam tulang
dalam bentuk hydroxypatit [3Ca3(PO4)2Ca(OH)2]. Kepadatan tulang dan deposisi
kalsium bervariasi menurut umur, meningkat selama setengah masa hidup pertama
dan menurun secara perlahan pada umur selanjutnya dan seterusnya (Linder, 1992).
Harperet al.(1986) menyebutkan bahwa mineral kalsium memegang peranan
penting dalam sejumlah proses fisiologi dan biokimiawi yang penting. Proses ini
mencakup eksatibilitas neuromuskular, koagulasi darat, proses sekresi, integritas
membran, reaksi enzim, pelepasan hormon serta neurotransmiter dan kerja intrasel
sejumlah hormon. Sisa kalsium tubuh yang ada dalam intra dan ekstraseluler
memegang peranan sangat vital dalam mengatur fungsi sel dan impuls sel. Kalsium
merupakan komponen integral dalam mekanisme pembekuan darah. Konsentrasi
kalsium dalam plasma, terutama ion bebas secara hati-hati dipertahankan sedemikian
rupa, seperti menyediakan Ca2+ yang dibutuhkan dalam transmisi impuls syaraf dan
kontraksi urat daging (Linder, 1992).
Penyerapan kalsium terjadi terutama di bagian depan dari usus halus,
duodenum, dan jejenum. Faktor yang mempengaruhi penyerapan kalsium antara lain
faktor makanan dan metabolisme. Faktor makanan terdiri dari terdapatnya asam fitat,
asam oksalat, selulosa, vitamin D, asam lemak, perbandingan kalsium dan fosfor,
pH, umur dan tingkat konsumsi kalsium (Girindraet al., 1973).
Besar aktivitas kalsium dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain bagian
dari usus halus, zat-zat nutrisi dan status hormon. Kalsium juga dapat diabsorpsi
melalui mekanisme ketidakjenuhan (non saturable mechanism) (Piliang, 2002).
21 diserap akan hilang bersama feses. Ekskresi kalsium berhubungan dengan jumlah
masukan kalsium dan efisiensi metabolisnya. Absorpsi kalsium dapat dihambat oleh
senyawa-senyawa garam kalsium tidak larut (Widodo, 2002). Senyawa garam yang
tidak larut ini dibentuk dari ikatan antara asam fitat atau asam oksalat dengan
kalsium, yang menyebabkan ketersediaan kalsium dalam pakan berkurang (Piliang,
2002).
Fosfor (P)
Fosfor memiliki peranan penting dalam berbagai reaksi metabolisme, antara
lain: 1) esensial untuk pembentukan tulang, 2) penting dalam perkembangan gigi, 3)
esensial untuk pembentukan jaringan otot dan pembentukan telur,4) esensial untuk
sekresi susu, 5) dibutuhkan dalam aktivitas mikroorganisme dalam pencernaan, 6)
merupakan komponen asam nukleat, 7) berperan keseimbangan asam basa, 8)
berperan dalam metabolisme energi, protein, dan lemak, 9) merupakan komponen
dan aktivator dari berbagai enzim (Davies,1982)
Fosfor memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ayam, meskipun
kebutuhannya lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan kalsium. Ketersediaan
fosfor dalam tanamn dibatasi oleh adanya zat antinutrisi yang mengikat usur fosfor
dan unsur lain. Zat antinutrisi tersebut adalah fitat yang menyebabkan terikatnya
fosfor sehingga akan menghambat absorpsi fosfor serta mengurangi ketersidiaan
fosfor dalam pakan (Piliang, 2002). Asam fitat dapat diatasi dengan penggunaan
enzim fitase yang dapat menghidrolisa fitat sehingga mineral yang terikat dapat
terlepas dari ikatannya. Suplementasi fitase dalam pakan mampu memecah grup
orthophosphate dari molekul fitat (Gibson dan Ullah, 1990).
Fosfor diabsorpsi dalam usus halus terutama pada bagian tengah jejenum
kemudian masuk dalam aliran darah (Georgievskii, 1982). Faktor yang dapat
mempengaruhi absorpsi fosfor adalah level mineral dalam ransum, bentuk senyawa
fosfor dalam makanan, pH dari dari cairan usus, protein, lemak, interaksi
karbohidrat, perbandingan kalsium dan fosfor serta vitamin D. Fosfor diekskresikan
melalui urine dan relatif sedikit pada feses. Fosfor dapat disekresikan kembali ke
dalam saluran pencernaan setelah diserap dan terdapat dalam feses sebagai fosfor
METODE Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei hingga September 2008. Lokasi
penelitian bertempat di Laboratorium Ilmu Nutrisi Unggas dan Laboratorium
Biokimia, Fisiologi, dan Metabolisme Nutrisi, Bagian Metabolisme dan Biosintesis
Ternak Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Materi Ternak
Penelitian ini menggunakan 20 ekor ayam broiler berumur ± 6 minggu
dengan rataan bobot badan 1,6 kg per ekor. Sebanyak 4 ekor ayam broiler, digunakan
untuk mengukur energi endogenous.
Kandang dan Perlengkapan
Kandang yang digunakan selama penelitian adalah kandang metabolis
berukuran 52 x 25 x 45 cm sebanyak 20 buah. Masing-masing kandang terdiri dari 1
ayam broiler. Kandang ini dilengkapi dengan tempat air minum serta penampung
ekskreta. Peralatan lain yang digunakan antara lain alat pencekok, H2SO4 0,01N,
sendok, oven,freezer, penyemprot, timbanganweighing scale(DC-03) kapasitas 5kg,
timbangan digitalDigi Teraoka 100 g, kantong plastik tahan panas, loyang, mortar,
tissu dan pinset.
Bahan pakan
Bahan pakan yang digunakan adalah bugkil biji jarak yang diolah dengan
berbagai cara, yaitu diekstraksi menggunakan metanol, difermentasi dengan
Rhizopus oryzaeserta difermentasi denganTricodherma viride. Selain itu, digunakan
pula bungkil biji jarak pagar tanpa pengolahan sebagai perlakuan kontrol.
Rancangan Perlakuan
Bahan pakan perlakuan yang diberikan pada ayam broiler adalah sebagai
berikut:
P0 : Bungkil biji jarak pagar tanpa pengolahan
23 P2 : Bungkil biji jarak pagar yang difermentasi denganRhizopus oryzae
P3 : Bungkil biji jarak pagar yang difermentasi denganTricodherma viride
Peubah yang diamati
1. Kecernaan Bahan Kering
Kecernaan bahan kering yaitu selisih konsumsi bahan kering dengan ekskresi
bahan kering melalui ekskreta.
Kecernaan Bahan Kering (g) = konsumsi BK– Ekskresi BK
Kecernaan Bahan Kering (%) =konsumsi BK– Ekskresi BK x 100% Konsumsi BK
2. Retensi Nitrogen
Retensi Nitrogen yaitu selisih antara konsumsi nitrogen dengan ekskresi
nitrogen melalui ekskreta setelah dikoreksi dengan nilai ekskresi nitrogen
endogenous.
Retensi Nitrogen (g) = Konsumsi N– (Ekskresi N– N endogenous)
Retensi Nitrogen (%) =Konsumsi N– (Ekskresi N– N endogenous) x 100% Konsumsi N
Ekskresi Nitrogen (g) = Jumlah ekskreta x Kandungan N ekskreta
Konsumsi Nirogen (g) = Konsumsi Pakan(g) x Kandungan N pakan (%) 3. Energi Metabolis (kkal/kg)
Energi metabolis adalah selisih antara jumlah konsumsi energi bruto pakan
perlakuan dengan energi bruto yang hilang melalui ekskreta.
a. Energi Metabolis Semu (EMS) (kkal/kg)
EMS =(EB x X)– (Ebe x Y) x 1000 X
b. Energi Metabolis Semu terkoreksi Nitrogen (EMSn) (kkal/kg)
EMS =(EB x X)– [(Ebe x Y) + 8,22 x RN)] x 1000 X
Keterangan:
EB : Energi bruto bahan pakan (kkal/kg)
EBe : Energi bruto ekskreta (kkal/kg)
X : Konsumsi ransum (g)
Y : Berat ekskreta ayam yang diberi ransum perlakuan (g)