• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penerapan E-Spt dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Karees Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penerapan E-Spt dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Karees Bandung)"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

INFLUENCE THE APPLICATION OF e-SPT AND TAXATION KNOWLEDGE OF TAXPAYER COMPLIANCE

(Survey On Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Karees Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Skripsi Pada Program Studi Akuntansi Strata satu

Oleh Ayu Gustiyani

21110054

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)
(3)
(4)

120

Nama : Ayu Gustiyani

Nim : 21110054

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 01 Agustus 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : JL.Antapani Gg.H.sirad No.17 RT.03/03 Cicaheum, Bandung 40282

Tahun 1998-2004 : SDN Cicaheum Bandung Tahun 2004-2007 : SMP Sumatra 40 Bandung

Tahun 2007-2010 : SMA Kartika Siliwangi 1 Bandung Tahun 2010 sampai sekarang : Terdaftar Sebagai Mahasiswa

Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung, Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi, Program S-1.

Data Pribadi

(5)

viii

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Pendahuluan ... 1

1.2Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... 7

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 7

1.2.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 8

1.4Kegunaan Penelitian ... 8

1.4.1 Keguanaan Praktis ... 8

1.4.2 Kegunaan Akademis ... 8

1.5Lokasi dan waktu Penelitian ... 9

1.5.1 Lokasi Penelitian ... 9

(6)

ix

2.1.1.1 Pengertian Elektronik Surat Pemberitahuan (e-SPT) ... 11

2.1.1.2 Tujuan e-SPT ... 12

2.1.1.3 Kelebihan e-SPT ... 13

2.1.2 Pengertian Pengetahuan Perpajakan ... 14

2.1.2.1 Pengertian Pengetahuan ... 14

2.1.2.2 Pengertian Pajak ... 14

2.1.2.3 Pengertian Pengetahuan Perpajakan ... 15

2.1.3 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak ... 16

2.1.3.1 Pengertian Wajib Pajak ... 16

2.1.3.2 Pengertian Kepatuhan Pajak ... 16

2.1.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak ... 18

2.1.4 Penelitian terdahulu ... 21

2.2 Kerangka Pemikiran ... 22

2.2.1 Pengaruh Penerapan e-SPT PPN dengan Kepatuhan Wajib Pajak .... 24

2.2.2 Pengaruh Pengetahuan Perpajakan dengan Kepatuhan Wajib Pajak .. 25

2.3 Hipotesis ... 26

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 27

3.2 Metode Penelitian ... 27

(7)

x

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 34

3.2.3.2.1 Populasi ... 34

3.2.3.2.2 Sampel ... 34

3.2.4 Alat Ukur Penelitian ... 35

3.2.4.1 Uji Validitas ... 35

3.2.4.2 Uji Realibilitas ... 39

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.2.6 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 43

3.2.6.1 Rancangan Analisis ... 43

3.2.6.2 Pengujian Hipotesis ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 55

4.1.1 Gambaran Umum KPP Pratama Bandung Karees ... 55

4.1.1.1 Sejarah KPP Pratama Bandung Karees ... 55

4.1.1.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Karees ... 60

4.1.1.3 Uraian Tugas KPP Pratama Bandung Karees ... 61

4.1.1.4 Aktivitas KPP Pratama Bandung Karees ... 66

4.1.1.5 Karakteristik Wajib Pajak KPP Pratama Bandung Karees .... 67

4.1.2 Analisis Deskriptif ... 70

(8)

xi

Pajak (Y) ... 78

4.1.3 Analisis Verifikatif ... 82

4.1.3.1 Evaluasi Outer Model (Model Pengukuran) ... 83

4.1.3.2 Evaluasi Inner Model (Model Structural) ... 88

4.1.4 Uji Hipotesis ... 90

4.1.4.1 Pengaruh Penerapan E-Spt Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 90

4.1.4.2 Pengaruh Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 90

4.2 Pembahasan Penelitian ... 91

4.2.1 Pengaruh Penerapan E-Spt Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 91

4.2.2 Pengaruh Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

LAMPIRAN ... 101

(9)

98

DAFTAR PUSTAKA

Aris Priyatno (2013). e-SPT mendukung 'Go Green' sebagai teknologi ramah lingkungan. Diakses dari :

http://www.merdeka.com/peristiwa/e-spt-mendukung-go-green-sebagai-teknologi-ramah-lingkungan.html

Banyu Ageng Wahyu Utomo.2011. Pengaruh Sikap, Kesadaran wajib Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi Bangunan di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan.Jurnal Akuntansi

Barker et all.2002. Research Methods In Clinical Psychology, John Wiley & Sons Ltd.England

Chandra Budi (2013). Ini penjelasan Ditjen Pajak terkait perlunya UKM kena pajak. Diakses dari :

http://www.merdeka.com/uang/ini-penjelasan-ditjen-pajak-terkait-perlunya-ukm-kena-pajak.html

Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu.2006.Perpajakan:Konsep,Teori dan Isu. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Fuad Rahmany (2012). Ditjen Pajak: Kesadaran masyarakat melaporkan SPT rendah. Diakses dari :

http://www.merdeka.com/uang/ditjen-pajak-kesadaran-masyarakat-melaporkan-spt-rendah.html

Fuad Rahmany (2013). Dirjen Pajak: Kalau ada yang tagih uang pajak, itu preman. Diakses dari :

http://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-kalau-ada-yang- tagih-uang-pajak-itu-preman.html

Hair et all.1998.Multivariate Data Analysis, Fifth Edition

Hutagaol, John., Wing Wahyu Winarno, dan Arya Pradipta. 2007. Strategi Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntabilitas, 6(2), h: 186-193

Ghozali, Imam., 2006. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan

Partial Least Square. Semarang: Badan Penerbit UNDIP

(10)

Jakijan, Caroline., Khairani, Siti.2012. Analisis Aplikasi e-SPT PPN Pada Kantor Konsultan Pajak Maidy Palembang. Jurnal. STIE MDP. http://eprints.mdp.ac.id/682/. Diakses 2 Desember 2013

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010). Jakarta:Gramedia Pustaka

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-05/PJ./2005 Tanggal 12 Januari Kismantoro Petrus (2014). Banyak masyarakat Indonesia tak jujur saat laporkan

pajak. Diakses dari :

http://www.merdeka.com/uang/banyak-masyarakat-indonesia-tak-jujur-saat-laporkan-pajak.html

K.P. Handayani dan N.L. Supadmi. .2013. Pengaruh Efektivitas E-SPT Masa PPN pada kepatuhan wajib pajak badan di KPP Pratama Denpasar Barat. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.1 (2013): 19-38.

Lisnawati. 2012. Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Modernisasi Sistem administrasi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Unikom: Bandung (Skripsi tidak dipublikasikan)

Mardiasmo, 2003. Perpajakan edisi revisi tahun 2003. Andi Offset : Yogyakarta Nazir. (2003), Metode Penelitian, Salemba Empat :Jakarta.

Ni Luh supadmi,2006.Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak melalui Kualitas Pelayanan, http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/ok%20supadmi.pdf. Diunduh 15 agustus 2014

Nuruli Afia Sar.2013. Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak atas Penyampaian SPT Masa PPN dengan Penerapan Electronic (e-SPT) Di Kantor Pelayanan Pajak Makasar Utara. Jurnal penelitian Universitas Hasanddin Makasar

Pandiangan, Liberti.2008. “Modernisasi dan Reformasi pelayanan Perpajakan

Berdasarkan Undang-undang Terbaru”, PT elex media Komputindo,Jakarta Siti kurnia Rahayu.2010.Perpajakan Indonesia. Graha Ilmu; Yogyakarta

Sri Rahayu. 2009. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama Bandung. Jurnal Akuntansi. Vol. 1, No. 2: 119-138

Sri Rustiyaningsih.2011.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. Widya Warta No.02 Tahun XXXV/ISSN 0854-1981.

(11)

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Supriyati dan Hidayati. 2008. Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Presepsi Wajib

Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”. Akuntansi dan Teknologi

Akuntansi. Vol 7. No1. Mei 2008.

Umi Narimawati. (2010) Analisis Multifariat Untuk Penelitian Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang - Undang No. 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai

Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP)

(12)

v

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-Nya yang selalu terlimpah kepada penulis, serta atas segala karunia dan petunjuk-Nyalah maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah studi Akuntansi jenjang S-1 di Universitas Komputer Indonesia tahun 2014. Adapun judul Skripsi yang penulis pilih adalah pengaruh penerapan E-SPT dan Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Survey Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees .

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan yang dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam melakukan penelitian, pengumpulan dan pengolahan data yang tersedia. Namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun akan sangat diterima dengan senang hati.

(13)

vi

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc. selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr.Hj. Dwi Kartini, SE.Spec.Lic. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia dan selaku Dosen Pembimbing.

3. Dr. Surtikanti, SE.,M.Si.,Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi.

4. Lilis Puspitawati, SE,M.Si.,Ak, CA selaku Dosen wali.

5. Dr. Ely Suhayati, SE.,M.Si.,Ak, CA dan Inta Budi Setyanusa, SE., M. Ak selaku Dosen Penguji.

6. Seluruh Dosen Universitas Komputer Indonesia, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan.

7. Seluruh Staf Universitas Komputer Indonesia, terima kasih atas bantuannya.

8. Ujang Ahmad Komarudin selaku Kepala Sub Bagian Umum KPP Pratama Bandung Karees.

(14)

vii penulis.

13. Keluarga besar yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis. 14. Teman-teman seperjuangan di AK2 angkatan 2010 semoga selalu kompak

dan semangat.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat menambah

pengetahuan dan wawasan bagi kita semua, dan semoga do’a, dorongan, perhatian

dan pengertian yang diberikan kepada penulis mendapat balasan pahala yang berlipat dari Allah SWT. Amin Ya Robbal Alamin.

Terima kasih.

Wassalamua’laikum Wr. Wb

Bandung , Agustus 2014 Penulis

(15)

11 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Surat Pemberitahuan (SPT)

Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) menurut Siti Kurnia Rahayu (2010;171) adalah sebagai berikut:

“Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan dokumen yang menjadi alat kerja

sama antara wajib pajak dan administrasi pajak, yang memuat data-data yang diperlukan untuk menetapkan secara tepat jumlah pajak yang

terutang”.

Pengertian SPT (Surat Pemberitahuan Pajak) menurut Undang-Undang No.16 tahun 2000 Pasal 1 poin 10 yaitu surat yang wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak, objek pajak atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.1.1.1 Pengertian Elektronik Surat Pemberitahuan (e-SPT)

Dalam mewujudkan sistem administrasi perpajakan modern, pemerintah menyediakan aplikasi yang dapat digunakan oleh wajib pajak untuk melakukan pengisian dan pelaporan SPT secara cepat, tepat dan akurat.

(16)

dan dilaporkan secara elektronik atau dengan menggunakan media komputer yang digunakan untuk membantu wajib pajak dalam melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut KEP-88/PJ/2004 Jo KEP-05/PJ/2005, Surat Pemberitahuan adalah Surat Pemberitahuan Masa atau Surat Pemberitahuan Tahunan yang berbentuk formulir dalam media computer (e-SPT).

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010;132) pengertian e-SPT adalah sebagai berikut :

e-SPT adalah penyampaian SPT dalam bentuk digital ke KPP secara elektronik atau dengan menggunakan media computer. Yang dapat diaplikasikan adalah laporan :

a. SPT Masa PPh (e-SPT PPh) b. SPT Tahunan PPh, (e-SPT PPh) c. SPT Masa PPN (e-SPT PPN)”.

Berdasarkan defenisi diatas maka dapat dikatakan pengertian e-SPT merupakan salah satu digitalisasi Surat pemberitahuan yang bertujuan untuk memudahkan Wajib Pajak dalam membuat dan menyampaiakan Surat Pemberitahuan ke Kantor Pelayanan Pajak terdaftar..

(17)

2.1.1.2 Tujuan diterapkannya e-SPT

Tujuan diterapkannya e-SPT diantaranya adalah:

1. Penerapan sistem administrasi modern perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dapat diukur dan dipantau, mengingat pada sistem tradisional sangat sulit dilakukan.

2. Penerapan sistem administrasi modern perpajakan yang meliputi penerapan e-SPT terhadap efisiensi pengisian e-SPT menurut wajib pajak dapat ditelaah dan dikaji untuk pencapaian tujuan bersama.

3. Sebagai informasi dan bahan evaluasi dan penerapan sistem administrasi modern perpajakan sehingga dapat mendorong digilirkannya reformasi administrasi perpajakan jangka menengah oleh DJP yang menjadi prioritas dalam reformasi perpajakan terutama dalam melanjutkan penerapan sistem administrasi modern perpajakan pada kantor-kantor pajak lainnya di seluruh Indonesia.

4. Sebagai informasi yang perlu diperhatikan bagi DJP dalam memahami aspek-aspek yang berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak sehingga merupakan salah satu tujuan dari modernisasi perpajakan melalui penerapan sistem administrasi modern perpajakan.

5. Sebagai informasi yang bermanfaat bagi masyarakat perpajakan di Indonesia. 6. Sebagai informasi yang bermanfaat bagi masyarakat baik secara umum

(18)

2.1.1.3 Kelebihan e-SPT

Kelebihan e-SPT diantara lain sebagai berikut :

1. Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat dan aman, karena lampiran dalam bentuk media CD/flash disk.

2. Data perpajakan terorganisasi dengan baik. Sistem aplikasi e-SPT mengorganisasikan data perpajakan perusahaan dengan baik dan sistematis. 3. Penghitungan dilakukan secara cepat dan tepat karena menggunakan sistem

komputer.

4. Kemudahan dalam penghitungan dan pembuatan Laporan Pajak.

5. Data yang disampaikan WP selalu lengkap, karena penomoran formulir dengan menggunakan sistem komputer.

6. Menghindari pemborosan penggunaan kertas serta berkurangnya pekerjaan-pekerjaan klerikal perekaman SPT yang memakan sumber daya yang cukup banyak.

2.1.2 Pengertian Pengetahuan Perpajakan 2.1.2.1 Pengertian Pengetahuan

(19)

2.1.2.2 Pengetian Pajak

Pengertian pajak menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) adalah

“Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Menurut P.J.A. Adriani dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:22) pengertian pajak adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”. Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro S.H (1991) dalam Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:22 ) menjelaskan bahwa:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara peralihan kekayaan dari

sektor partikulir ke sektor pemerintah berdasarkan undang - undang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal tagen prestasi, yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran

umum”.

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat dikatakan bahwa pajak merupakan suatu iuran wajib suatu Negara yang bersifat memaksa berdasarkan dengan peraturan Undang-undang.

2.1.2.3 Pengertian pengetahuan Perpajakan

(20)

“Pengetahuan Pajak adalah informasi pajak yang dapat digunakan wajib pajak sebagai dasar untuk bertindak, mengambil keputusan, dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya dibidang perpajakan”.

Konsep Pengetahuan atau pemahaman pajak menurut (Siti Kurnia Rahayu 2010) yaitu wajib pajak harus meliputi :

1. Pengetahuan mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan 2. Pengetahuan mengenai Sistem Perpajakan di Indonesia

3. Pengetahuan mengenai Fungsi Perpajakan

2.1.3 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak 2.1.3.1 Pengertian Wajib Pajak

Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Pasal 1 ayat (2) tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang telah diubah dengan UU Nomor 28 tahun 2007 yang dimaksud dengan wajib pajak adalah:

“Orang Pribadi atau Badan, meliputi membayar pajak, pemotong pajak,

dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”. 2.1.3.2 Pengertian Kepatuhan Pajak

Kepatuhan wajib pajak dikemukakan oleh Norman D. Nowak (moh. Zain : 2004) seperti yang dikutip Siti Kurnia Rahayu (2010 : 138) adalah:

“Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana :

a.Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-rundangan perpajakan.

(21)

Menurut Safri nurmanto dalam Siti Kurnia Rahayu (2010;138) Kepatuhan Pajak adalah :

“Suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban

perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya “.

Ada dua macam kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material :

a. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan.

b. Kepatuhan material adalah suatu keadaan di mana wajib pajak secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang Perpajakan. Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal.

Menurut Chaizi Nasucha dalam Siti Kurnia Rahayu (2010;139) Kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasikan dari :

a. Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri

b. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT) c. Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terhutang, dan d. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.

(22)

a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam 2 tahun terakhir

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda membayar pajak

c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan dalam jangka 10 tahun terakhir

d. Dalam 2 tahun terakhir menyelanggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap Wajib Pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5%

e. Wajib Pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun diaudit oleh Akuntan Publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal. 2.1.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, antara lain sebagai berikut:

1. Pemahaman terhadap sistem Self Assessment

Ada beberapa sistem pemungutan pajak, yaitu: a. Official assessment system

Official assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang mana besarnya pajak yang terutangnya ditentukan oleh fiskus.

(23)

Selfl assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang mana besarnya pajak dihitung sendiri oleh wajib pajak.

c. Withholding system

Withholding system merupakan sistem pemungutan/pemotongan pajak yang mana besarnya pajak terutang/yang harus dibayar ditentukan oleh pihak ketiga.

Sistem Selfl assessiment yang diterapkan dalam perpajakan di Indonesia memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutangnya wajib pajak. Sistem ini akan efektif apabila wajib pajak memiliki kesadaran pajak, kejujuran, dan kedisiplinan dalam menjalankan/melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

2. Kualitas Pelayanan

Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar tercipta kepuasan dan keberhasilan (Boediono,2003 dalam Ni Luh,2006). Hakikat pelayanan umum adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan instansi pemerintah di bidang pelayanan umum.

(24)

c. Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa, dan peran serta masyarakat dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

Pelayanan yang berkualitas harus dapat memberikan 4K, yaitu keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum. Kualitas pelayanan dapat diukur dengan kemampuan memberikan pelayanan yang memuaskan, dapat memberikan pelayanan dengan tanggapan, kemampuan, kesopanan, dan sikap dapat dipercaya yang dimiliki oleh aparat pajak.

3. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku. Tingkat pendidikan yang masih rendah juga tercermin dari masih banyaknya wajib pajak terutama orang pribadi yang tidak melakukan pembukuan atau yang masih melakukan pembukuan ganda untuk kepentingan pajak. Tingkat pendidikan yang rendah juga akan berpeluang wajib pajak enggan melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan yang diterapkan.

4. Tingkat Penghasilan

(25)

5. Persepsi wajib pajak terhadap sanksi perpajakan

Sanksi perpajakan diberikan kepada wajib pajak agar wajib pajak mempunyai kesadaran dan patuh terhadap kewajiban pajak. Sanksi perpajakan dalam undang-undang perpajakan berupa sanksi administrasi (dapat berupa denda dan bunga) dan sanksi pidana. Adanya sanksi perpajakan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

2.1.4 Penelitian Sebelumnya

Hasil penelitian K.P. Handayani dan N.L. Supadmi (2013) dengan menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana menunjukkan bahwa efektivitas penerapan e-SPT Masa PPN berpengaruh positif dan signifikan pada kepatuhan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Denpasar Barat.

Hasil penelitian Jakijan dan Khairani (2012) menyatakan bahwa penerapan e-SPT PPN berpengaruh terhadap kebutuhan wajib pajak menurut persepsi wajib pajak sebesar 28,9% dan penerapan e-SPT PPN sebagai bagian dari modernisasi perpajakan tidak cukup berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak dalam melakukan kewajiban-kewajiban perpajakannya.

Hasil penelitian Nurul Afia Sari (2013) menunjukan bahwa penerapan e-SPT meningkatkan jumlah wajib pajak terdaftar sejak tahun 2009. Pada tahun 2010, jumlah wajib pajak terdaftar mencapai 26,257. Sedangkan untuk tingkat kepatuhan wajib pajak, penerapan e-SPT ini tidak membawa banyak dampak.

(26)

perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak adalah mulai bertambahnya tingkat pengetahuan wajib pajak yang diperoleh langsung dari petugas pajak ataupun sosialisasi yang dilakukan oleh DJP. Maka dari itu sosialisasi tentang perpajakan sangatlah diperlukan agar wajib pajak semakin patuh bayar pajak. Namun tidak hanya pengetahuan tentang pajak yang menjadi wajib pajak dapat patuh dan taat bayar pajak tingkat keadilan pajak juga dapat mempengaruhi wajib pajak dalam suatu negara. Oleh karena itu, Persepsi terhadap sistem keadilan pajak memiliki peran yang penting dalam memepengaruhi wajib pajak untuk berperilaku patuh atau tidak patuh.

Penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pajak penting dalam rangka meningkatkan tingkat kepatuhan pajak (Richardson, 2006; Kirchler et al, 2008). Oleh karena itu, penting untuk memiliki pengetahuan dan kompetensi pembayar pajak. Selain itu, Taman & Hyun (2003, dalam Marziana et al, 2009), menyatakan bahwa pendidikan pajak adalah salah satu alat yang efektif untuk mendorong wajib pajak untuk lebih patuh. Dapat ditarik kesimpulan dari penjelasan di atas, bahwa pengetahuan perpajakan mampu meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

2.2 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan telaah pustaka yang telah dipaparkan, peneliti menggambarkan hubungan antara penerapan e-spt dengan tingkat kepatuhan wajib pajak, dan pengetahuan perpajakan dengan tingkat kepatuhan wajib pajak.

(27)

pelayanan kepada masyarakat, Direktorat Jenderal Pajak melakukan modernisasi perpajakan yang meliputi reformasi kebijakan, reformasi administrasi dan reformasi pengawasan, hal ini didukung oleh perkembangan teknologi yang sudah sedemikian canggih (Caroline Jakijan dan Khairani,2012).

Untuk mengetahui bagaimana persepsi para wajib pajak mengenai peningkatan kinerja Direktorat Jenderal Pajak khususnya dalam hal pemrosesan data perpajakan dengan diterapkannya sistem SPT digital Karena secara tidak langsung, hal ini berkaitan dengan kepercayaan dan dukungan masyarakat terhadap niat baik pamerintah untuk menyelenggarakan penghimpunan dan pemanfaatan dana hasil pajak secara jujur dan transparan dan adil (Caroline Jakijan dan Khairani,2012).

Dengan mengutamakan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi akan memberikan keikhlasan wajib pajak untuk patuh dalam kewajiban perpajakannya. Pentingnya aspek pengetahuan perpajakan bagi wajib pajak ini sangat mempengaruhi sikap wajib pajak terhadap sistem perpajakan yang adil. Dengan kualitas pengetahuan yang semakin baik akan memberikan sikap memenuhi kewajiban dengan benar melalui sistem perpajakan suatu Negara yang dianggap adil (Siti Kurnia Rahayu,2010:29).

(28)

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

2.2.1 Pengaruh Penerapan E-SPT dengan Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal pajak Nomor 6/PJ/2009, Surat Pemberitahuan (SPT) dengan menggunakan media komputer (e-SPT) adalah SPT beserta lampiran-lampirannya dalam bentuk digital dan dilaporkan secara elektronik atau dengan menggunakan media komputer ke Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak terdaftar. Pengetahuan Pajak (X2)

Kamus Besar Bahasa Indonesia 2010

Veronica Carolina (2009) Siti Kurnia Rahayu (2010)

Caroline Jakijan dan Khairani (2012) Ita Salsalina Lingga(2012)

Vijayanthi (2012) Hutagaol(2007)

Richardson (2006) Kichler er al (2008) Supriyati&Nur Hidayati(2008)

(29)

Menurut Hutagaol (2007:186) memberikan kajian pentingnya e-SPT bagi wajib pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak, yaitu sebagai berikut :

“Melalui sistem database yang akurat, maka akan mempengaruhi tingkat

kepatuhan Wajib Pajak untuk semakin antusias melaporkan Surat Pemberitahuan terhutangnya”.

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:29) memberikan kajian pentingnya penerapan e-SPT bagi wajib pajak, yaitu sebagai berikut :

“Sistem Informasi Pajak yang terintegrasi dengan menggunakan Intranet

akan lebih memudahkan konfirmasi antar unit strategi (KPP)dan juga untuk memudahkan wajib pajak yang melakukan restitusi, dalam hal penerimaan jawaban konfirmasi”.

2.2.2 Pengaruh Pengetahuan Perpajakan dengan Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:29) memberikan kajian pentingnya aspek pengetahuan perpajakan bagi wajib pajak, yaitu sebagai berikut :

“Rasa nasionalisme tinggi, kepedulian kepada bangsa dan Negara, serta

tingkat kepatuhan yang perpajakan memadai, maka secara umum akan

makin mudah bagu wajib pajak untuk patuh pada peraturan perpajakan”.

Menurut Fallan (1999) yang dikutip kembali oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:141) memberikan kajian pentingnya aspek pengetahuan perpajakan bagi wajib pajak, yaitu sebagai berikut:

(30)

Menurut Gardina dan Haryanto (2006) dari hasil penelitian manyatakan Adanya hubungan antara pengetahuan pajak dengan kepatuhan wajib pajak yang dapat kita lihat oleh sebagai berikut:

“Salah satu penyebab bepengaruhnya pengetahuan pajak terhadap

kepatuhan pajak adalah adanya sumber informasi perpajakan yang didapat oleh setiap wajib pajak”.

Ternyata di Indonesia pengetahuan pajak masih minim, terlebih lagi masyarakat pedalaman tidak banyak bahkan tidak tahu tentang pajak. Ini terjadi karena kurangnya sosialisasi pengetahuan tentang pajak dari pemerintah. Rendahnya tingkat pengetahuan pajak akan berdampak buruk bagi kepatuhan wajib pajak. Kurangnya sosialisasi mungkin berdampak pada rendahnya kesadaran masyarakat pada akhirnya mungkin menyebabkan rendahnya tingkat kepatuhan pajak (Supriyati dan Nur Hidayati 2008).

2.3 Hipotesis

Menurut Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007:137) mengemukakan bahwa hipotesis sebagai berikut :

“Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara

terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum

tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris”.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dan dukungan teori yang ada maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :

H1 : Penerapan e-SPT berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

(31)

27 3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan tujuan tertentu mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif. Menurut Sugiyono (2010:32) diartikan sebagai berikut:

“Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variable tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”.

Berdasarkan pengertian tersebut objek penelitian merupakan variable yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Objek yang penulis gunakan dalam penelitian adalah penerapan e-spt, pengetahuan wajib pajak dan kepatuhan wajib pajak.

Objek penelitian yang akan penulis teliti adalah pengaruh Penerpan e-SPT dan Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees .

3.2 Metode Penelitian

(32)

“Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif . Menurut Sugiyono (2010:147) mengenai metode deskriftif ini diungkapkan sebagai berikut :

“Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.

Menurut Masyhuri (2008:45) yang dikutip Umi Narimawati, dkk. (2010:29) metode verifikatif didefinisikan sebagai berikut:

“Metode verifikatif adalah metode yang digunakan untuk memeriksa benar

tidaknya apabila dijelaskan, untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah

yang serupa dengan kehidupan”.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat dikatakan bahwa metode penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan hasil penelitian, sedangkan metode penelitian verifikatif digunakan untuk menguji kebenaran teori dan hipotesis yang telah dikemukakan para ahli mengenai keterkaitan antara penerapan e-SPT , pengetahuan perpajakan, dan kepatuhan wajib pajak.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel Penerapan e-SPT (X1) dan Pengetahuan Perpajakan (X2) terhadap Kepatuhan

(33)

Dengan menggunakan metode penelitian dan analisis statistik, maka akan diketahui pengaruh antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti. 3.2.1 Desain Penelitian

Menurut Umi Narimawati, dkk. (2010:30) menyatakan bahwa desain penelitian sebagai berikut:

“Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan

dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan

dengan baik dan sistematis”.

Menurut Umi Narimawati, dkk. (2010:30), langkah-langkah desain penelitian adalah sebagai berikut:

“ 1) Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian;

2) Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi; 3) Menetapkan rumusan masalah;

4) Menetapkan tujuan penelitian;

5) Menetapkan hipotesis penelitian berdasarkan fenomena dan dukungan teori;

6) Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel yang digunakan;

7) Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel, dan teknik pengumpulan data; dan

8) Melakukan pelaporan hasil penelitian”. 3.2.2 Operasional Variabel

Pengertian variabel menurut Sugiyono (2010:31) sebagai berikut :

“Sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

(34)

Sedangkan definisi operasionalisasi variabel menurut Nazir (2003:126) sebagai berikut :

“Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut”.

Operasionalisasi variabel diperlukan dalam menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam suatu penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar.

Menurut Sugiyono (2010:33) mengemukakan sebagai berikut :

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen)”.

Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.

Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini ada dua, pertama (X1)

adalah Penerapan Electronic Surat Pemberitahuan (e-SPT) dan kedua (X2) adalah

Pengetahuan Perpajakan. Variabel Terikat / Dependent (Variabel Y) adalah Kepatuhan Wajib Pajak.

(35)

“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas”.

Dengan variabel-variabel ini penulis dapat mengukur dan meneliti apakah penerapan e-SPT berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dan apakah pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Sesuai dengan judul penelitian mengenai pengaruh penerapan e-SPT dan pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak, maka operasionalisasi variabel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Indikator Skala

Electronic

3. Kendala dalan penerapan e

(36)

menempuh arah atau

2. Kepatuhan untuk menyetorkan

kembali surat pemberitahuan

SPT

3. Kepatuhan dalam perhitungan

dan pembayaran pajak terutang

Siti Kurnia Rahayu

(2010:138)

Ordinal

Sumber : Peneliti 2014

Berdasarkan pengertian di atas, maka skala yang digunakan adalah skala ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrument pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan rating scale.

Menurut Sugiyono (2009:97), rating scale didefinisikan sebagai berikut:

“Skala rating adalah data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu, rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas pengukuran sikap saja tetapi bisa juga mengukur persepsi responden

(37)

3.2.3 Sumber Data dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai pengaruh e -SPT PPN dan pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak adalah data primer dan data sekuder.

1. Data Primer

Menurut Sugiyono (2011:136) mendefinisikan data primer adalah sebagai berikut :

“Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data”.

Data primer dalam penelitian ini yaitu berupa kuesioner yang akan dibagikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Karees Bandung. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini yaitu untuk variabel penerapan e-SPT(X1), variabel Pengetahuan Perpajakan (X2) dan variabel

Kepatuhan Wajib Pajak (Y). 2. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2011:136) mendefinisikan sumber data sekunder sebagai berikut :

“Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara

membaca,mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literature, buku-buku serta dokumen perusahaan”.

(38)

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data 3.2.3.2.1 Populasi

Definisi populasi menurut Sugiyono (2011:80), yaitu sebagai berikut:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian.

Maka yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah Wajib Pajak yang terdapat di KPP Pratama Bandung Karees yang berjumlah sekitar 107.562 Wajib Pajak Orang Pribadi.

3.2.3.2.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2012:81) menyatakan bahwa pengertian sampel adalah sebagai berikut:

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut”.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik probabilitas sampling. Pengertian dari probabilitas sampling menurut Sugiono (2008:118) adalah sebagai berikut:

“Teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi

(39)

Metode yang digunakan untuk menentukkan sampel oleh peneliti adalah pendekatan Slovin, pendekatan ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Sumber : Umi Narimawati (2010:38)

Keterangan :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

e = batas kesalahan yang ditoleransi (1%,5%,10%)

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diketahui sampel yang akan diambil dalam penelitian ini melalui perhitungan sebagai berikut :

n = 99,99 100

3.2.4 Alat Ukur Penelitian 3.2.4.1 Uji Validitas

Menurut Cooper yang dikutip Umi Narimawati, dkk. (2010:42) validitas didefinisikan sebagai berikut:

Validity is a characteristic of measurement concerned with the extent that

(40)

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah dirancang dalam bentuk kuesioner itu benar-benar dapat menjalankan fungsinya. Semua item pertanyaan dalam kuesioner harus diuji keabsahannya untuk menentukan valid tidaknya suatu item. Validitas suatu data tercapai jika pernyataan tersebut mampu mengungkapkan masing-masing pernyataan dengan jumlah skor untuk masing-masing variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi pearson product moment. Adapun rumus dari korelasi pearson adalah sebagai berikut:

Sumber: Umi Narimawati, dkk. (2010:42

Keterangan:

r = Koefisien korelasi pearson product moment

X = Skor item pertanyaan Y = Skor total item pertanyaan

n = Jumlah responden dalam pelaksanaan uji coba instrumen

Pengujian validitas menggunakan korelasi product moment (indeks validitas) dinyatakan Barker et al. (2002:70) sebagai berikut:

“Butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi butir pernyataan

≥ 0,30. Kemudian pengujian reliabilitas menggunakan metode

alpha-cronbach dan dinyatakan reliabel jika koefisien reliabilitas > 0,70”.

∑ ∑ ∑

(41)

Uji keberartian koefisien r dilakukan dengan uji coba dengan t (taraf signifikasi) adalah 10%.

Koefisien korelasi sederhana menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara dua variabel. Dalam SPSS ada tiga metode korelasi sederhana (bivariate correlation) diantaranya Pearson Correlation, Kendall’s tau-b, dan

Spearman Correlation. Pearson Correlation digunakan untuk data berskala interval atau rasio, sedangkan Kendall’s tau-b, dan Spearman Correlation lebih cocok untuk data berskala ordinal.

Analisis korelasi sederhana dengan metode Pearson atau sering disebut

Product Moment Pearson. Nilai korelasi (r) berkisar mulai dari -1 sampai dengan 1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik maka Y turun).

Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:

Tabel 3.2

Interpretasi Nilai Koefisien Kolerasi

Interval Kolerasi Tingkat Keeratan Hubungan 0,00 – 0.199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah Kuat 0,40 – 0,599 Sedang atau Cukup Kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 –1,000 Sangat Kuat

(42)

Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan korelasi Product Moment (indeks validitas) diperoleh hasil uji validitas sebagai berikut:

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Kuesioner Penerapan E-SPT

Variabel No pengujian ini menunjukan bahwa semua butir pernyataan untuk variabel penerapan e-SPT valid dan layak digunakan sebagai alat ukur penelitian serta dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan Perpajakan

(43)

pengetahuan perpajakan valid dan layak digunakan sebagai alat ukur penelitian serta dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Kuesioner Kepatuhan Wajib Pajak Variabel No pengujian ini menunjukan bahwa semua butir pernyataan untuk variabel kepatuhan wajib pajak valid.

3.2.4.2 Uji Reliabilitas

Menurut Cooper yang dikutip oleh Umi Narimawati, dkk. (2010:43) realibitas adalah sebagai berikut:

Reliability is a characteristic of measurement concerned with accuracy,

precision, and concistency”.

(44)

Keterangan: R = Realibility

r1 = Reliabilitas internal seluruh item

rb = Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

Adapun kriteria penilaian uji reliabilitas yang dikemukakan oleh Barker et al. (2002:70) dapat dilihat pada tabel 3.6 sebagai berikut:

Tabel 3.6

Standar Penilaian Reliabilitas

Kategori Nilai

Good 0,80

Acceptable 0,70

Margin 0,60

Poor 0,50

Sumber: Barker et al. (2002:70)

Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan teknik Split Half Method (Spearman-Brown Correlation) diperoleh hasil reabilitas sebagai berikut :

Tabel 3.7

Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Variabel Koefisien

Reliabilitas

Titik

Kritis Kesimpulan

Penerapan E-SPT 0,967 0,700 Reliabel

Pengetahuan Perpajakan 0,768 0,700 Reliabel Kepatuhan Wajib Pajak 0,939 0,700 Reliabel Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

(45)

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan dua cara, yaitu studi kepustakaan (Library Research) dan studi lapangan (Field Research). Pengumpulan data primer dan sekunder.

Data primer ini dilakukan melalui teknik-teknik sebagai berikut dengan cara:

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan untuk pengambilan data yang bersifat teori yang kemudian digunakan sebagai literatur penunjang guna mendukung penelitian yang dilakukan. Data ini diperoleh dari buku-buku sumber yang dapat dijadikan acuan yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

2. Studi Lapangan (Field Research)

Dalam penulisan laporan ini, penulis mengambil data secara langsung pada objek penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Wawancara, yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan langsung melalui tanya jawab antara penulis dengan petugas yang berwenang yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

(46)

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan dan mengumpulkan data adalah menggunakan metode survei. Menurut Sugiyono (2009:6) metode survei didefinisikan sebagai berikut:

“Metode survei digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu

yang alamiah (bukan buatan), peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test,

wawancara”.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dilakukan dengan metode survei menggunakan kuesioner. Menurut Umi Narimawati, dkk. (2010:40) kuesioner didefinisikan sebagai berikut:

“Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk kemudian dijawabnya. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang telah diberi skor, dimana data tersebut nantinya akan dihitung secara statistik. Kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan yang

ditunjukkan kepada responden yang berhubungan dalam penelitian ini”.

Adapun bobot nilai yang diberikan pada kuesioner dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8 Bobot Nilai Kuesioner

Bobot Nilai Kuesioner Pernyataan Kuesioner

5 Sangat Sesuai

4 Sesuai

3 Netral

2 Tidak Sesuai

1 Sangat Tidak Sesuai

Sumber: Umi Narimawati, dkk. (2010:40)

(47)

terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi penelitian.

Menurut Umi Narimawati, dkk. (2010:41) uji coba didefinisikan sebagai berikut:

“Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan yang layak untuk digunakan sebagai alat ukur untuk

pengumpulan data penelitian”.

3.2.6 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.2.6.1 Rancangan Analisis

Setelah data terkumpul penulis melakukan analisis terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode deskriptif (kualitatif) dan verifikatif (kuantitatif).

a. Analisis Deskriptif (Kualitatif)

Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana Penerapan e-spt dan pengetahuan perpajakan yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Menurut Umi Narimawati, dkk. (2010:41) langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

“ a. Setiap indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam

lima alternatif jawaban yang menggunakan peringkat jawaban.

b. Dihitung total skor setiap variabel/subvariabel = jumlah skor dari seluruh indikator variabel untuk semua responden.

(48)

d. Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel ataupun grafik.

e. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini, digunakan rentang kriteria penelitian sebagai berikut:

Sumber: Umi Narimawati, dkk. (2010:45)”.

Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi. Penjelasan bobot nilai skor aktual dapat dilihat pada tabel 3.9 di bawah ini:

Tabel 3.9

Kriteria Persentase Tanggapan Responden

No % Jumlah Skor Kriteria 1 20.00% - 36.00% Tidak Baik 2 36.01% - 52.00% Kurang Baik 3 52.01% - 68.00% Cukup 4 68.01% - 84.00% Baik 5 84.01% - 100% Sangat Baik

Sumber: Umi Narimawati (2007:85)

(49)

b. Analisis Verifikatif (Kuantitatif)

Analisis verifikatif dalam penelitian ini dengan menggunakan alat uji statistik yaitu dengan uji persamaan struktural berbasis variance atau yang lebih dikenal dengan nama Partial Least Square (PLS) menggunakan software

SmartPLS 2.0. Menurut Imam Ghozali (2006:1) metode Partial Least Square

(PLS) dijelaskan sebagai berikut:

“Model persamaan strukturan berbasis variance (PLS) mampu

menggambarkan variabel laten (tak terukur langsung) dan diukur menggunakan indikator-indikator (variable manifest)”.

Penulis menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan alasan bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel laten (tidak terukur langsung) yang dapat diukur berdasarkan pada indikator-indikatornya (variable manifest), serta secara bersama-sama melibatkan tingkat kekeliruan pengukuran (error). Sehingga penulis dapat menganalisis secara lebih terperinci indikator-indikator dari variabel laten yang merefleksikan paling kuat dan paling lemah variabel laten yang mengikutkan tingkat kekeliruannya.

Menurut Imam Ghozali (2006:18) Partial Least Square (PLS) didefinisikan sebagai berikut:

Partial Least Square (PLS) merupakan metode analisis yang powerful

oleh karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, jumlah sampel kecil. Tujuan Partial Least Square (PLS) adalah membantu peneliti untuk mendapatkan nilai variabel laten untuk tujuan

prediksi”.

(50)

model pengukuran refleksif. PLS selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori juga dapat digunakan untuk membangun hubungan yang belum ada landasan teorinya untuk pengujian proposisi. Menurut Imam Ghozali (2006:19) PLS dikemukakan sebagai berikut:

“PLS menggunakan literasi algoritma yang terdiri dari seri analisis ordinary least squares maka persoalan identifikasi model tidak menjadi masalah untuk model recursive, juga tidak mengasumsikan bentuk distribusi tertentu untuk skala ukuran variabel. Lebih jauh lagi jumlah

sampel dapat kecil dengan perkiraan kasar”.

Menurut Fornell yang dikutip Imam Ghozali (2006:1) kelebihan lain yang didapat dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) adalah sebagai berikut:

“SEM berbasis variance atau PLS ini memberikan kemampuan untuk

melakukan analisis jalur (path) dengan variabel laten. Analisis ini sering disebut sebagai kedua dari analisis multivariate”.

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan di atas, maka diketahui bahwa model analisis PLS merupakan pengembangan dari model analisis jalur.

Beberapa istilah umum yang dipakai dalam penelitian ini menurut Hair et al. (1998) diuraikan sebagai berikut:

“ a) Konstruk Laten;

Pengertian konstruk adalah konsep yang membuat peneliti mendefinisikan ketentuan konseptual namun tidak secara langsung (bersifat laten), tetapi diukur dengan perkiraan berdasarkan indikator. Konstruk merupakan suatu proses ataukejadian dari suatu amatan yang diformulasikan dalam bentuk konseptual dan memerlukan indikator untuk memperjelasnya.

b) Variabel Manifest;

(51)

manifest. Dalam format kuesioner, variabel manifest tersebut merupakan item-item pertanyaan dari setiap variabel yang dihipotesiskan.

c) Variabel Eksogen, Variabel Endogen, dan Variabel Error; dan

Variabel eksogen adalah variabel penyebab, variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel eksogen memberikan efek kepada variabel lainnya. Dalam diagram jalur, variabel eksogen ini secara eksplisit ditandai sebagai variabel yang tidak ada panah tunggal yang menuju ke arahnya. Variabel endogen adalah variabel yang dijelaskan oleh variabel eksogen. Variabel endogen adalah efek dari variabel eksogen. Dalam diagram jalur, variabel endogen ini secara eksplisit ditandai oleh kepala panah yang menuju ke arahnya.

d) Variabel Intervening.

Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi (memperlemah dan memperkuat) hubungan antara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur.”.

Di dalam PLS variabel laten bisa berupa hasil pencerminan indikatornya, diistilahkan dengan indikator refleksif (reflectiveindicator). Di samping itu, variabel yang dipengaruhi oleh indikatornya diistilahkan dengan indikator formatif (formative indicator). Adapun penjelasan dari jenis indikator tersebut menurut Imam Ghozali (2006:7) adalah sebagai berikut:

“ a) Model refleksif dipandang secara matematis, indikator seolah-olah sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel laten. Hal ini mengakibatkan bila terjadi perubahan dari satu indikator akan berakibat pada perubahan pada indikator lainnya dengan arah yang sama. Ciri-ciri model indikator reflektif adalah:

(a) Arah hubungan kausalitas dari konstruk ke indikator.

(b) Antar indikator diharapkan saling berkorelasi (memiliki interval consistency reliability).

(c) Menghilangkan satu indikator dari model pengukuran tidak akan merubah makna dan arti variabel laten.

(d) Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat indikator.

b) Model formatif dipandang secara matematis, indikator seolah-olah sebagai variabel yang mempengaruhi variabel laten, jika salah satu indikator meningkat, tidak harus diikuti oleh peningkatan indikator lainnya dalam satu konstruk, tapi jelas akan meningkatkan variabel latennya. Ciri-ciri model indikator formatif adalah:

(52)

laten.

(b) Antar indikator diasumsikan tidak berkorelasi.

(c) Menghilangkan satu indikator berakibat merubah makna variabel. (d) Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat

variabel”.

Menurut Imam Ghozali (2006:4), PLS adalah salah satu metode yang dapat menjawab masalah pengukuran indeks kepuasan karena PLS tidak memerlukan asumsi yang ketat, baik mengenai sebaran dari perubahan pengamatan maupun dari ukuran contoh yang tidak besar. Keunggulan PLS antara lain:

“ a) PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif dan indikator formatif.

b) Fleksibilitas dari algoritma, dimensi ukuran bukan masalah, dapat menganalisis dengan indikator yang banyak.

c) Sampel data tidak harus besar (kurang dari 100)”.

Adapun cara kerja PLS menurut Imam Ghozali (2006:19) dapat dijelaskan sebagai berikut:

Weight estimate untuk menciptakan komponen skor variabel laten didapat berdasarkan bagaimana inner model (model struktural yang menghubungkan antar variabel laten) dan outer model (model pengukuran yaitu hubungan antara indikator dengan konstruknya) dispesifikasi. Hasilnya adalah residual variancedari variabel dependen (keduanya

variabel laten dan indikator diminimumkan”.

Semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan, yaitu: (1)

(53)

sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat dihilangkan dalam model. Adapun langkah-langkah metode Partial Least Square (PLS) yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Merancang Model Pengukuran

Model pengukuran (outer model) adalah model yang menghubungkan variabel laten dengan variabel manifest. Untuk variabel laten Penerapan

e-SPT Pajak terdiri dari 6 variabel manifest. Kemudian untuk variabel laten pengetahuan perpajakan terdiri dari 6 variabel manifest dan untuk variabel laten kepatuhan waji pajak terdiri dari 6 variabel manifest.

2) Merancang Model Struktural

Model struktural (inner model) pada penelitian ini terdiri dari satu variabel laten eksogen dan dua variabel laten. Inner model yang kadang disebut juga dengan inner relation structural model dan substantive theory, yaitu untuk menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada

substantive theory, dengan model persamaannya dapat ditulis seperti di bawah ini:

Sumber: Imam Ghozali (2006:22)

Dimana dan adalah koefisien jalur yang menghubungkan prediktor endogen dan variabel laten eksogen dan sepanjang range indeks i dan b dan adalah inner residual variabel.

(54)

3) Membangun Diagram Jalur

Hubungan antar variabel pada sebuah diagram alur yang secara khusus dapat membantu dalam menggambarkan rangkaian hubungan sebab akibat antar konstruk dari model teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama. Diagram alur menggambarkan hubungan antar konstruk dengan anak panah yang digambarkan lurus menunjukkan hubungan kausal langsung dari suatu konstruk ke konstruk lainnya. Konstruk eksogen, dikenal dengan independent variable yang tidak diprediksi oleh variabel yang lain dalam model. Konstruk eksogen adalah konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah. 4) Menjabarkan Diagram Alur ke dalam Persamaan Matematis

Berdasarkan konsep model penelitian pada tahap dua di atas dapat diformulasikan dalam bentuk matematis. Persamaan yang dibangun dari diagram alur yang konversi terdiri atas:

a. Persamaan inner model, menyatakan hubungan kausalitas untuk menguji hipotesis.

b. Persamaan outer model (model pengukuran), menyatakan hubungan kausalitas antara indikator dengan variabel penelitian (latent).

Persamaan Model Pengukuran:

Exogenous Constructs

Exogenous Constructs

Sumber: Imam Ghozali (2006)

(55)

1) Persamaan model struktural (inner model)

2) Persamaan model pengukuran (outer model)  Pengukuran Variabel Eksogen

 Pengukuran Variabel Endogen

(56)

Tabel 3.10 Keterangan Simbol

Simbol Keterangan Nama

Measurement Error Exogenous Indicator Delta

Ε Measurement Error Endogenous Indicator Epsilon

Ξ Exogenous Latent Variable Ksi

Η Endogenous Latent Variable Eta

Bobot Faktor antara Latent Variable dengan Indikatornya Lamda

Koefisien pengaruh langsung antara Exogenous Latent

Variable dan Endogenous Latent Variable Gamma

Koefisien pengaruh langsung antara Endogenous Latent

Variable dan Endogenous Latent Variable Beta

5) Estimasi

Pada tahapan ini nilai γ, β,dan λ yang terdapat pada langkah keempat diestimasi menggunakan program SmartPLS. Dasar yang digunakan dalam estimasi adalah resampling dengan Bootestrapping yang dikembangkan oleh Geisser & Stone (Imam Ghozali, 2006). Tahap pertama dalam estimasi menghasilkan penduga bobot (weight estimate), tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, tahan ketiga menghasilka estimasi means dan parameter lokasi (konstanta).

6) Uji Kecocokan Model (Goodness of Fit)

(57)

item score/component score dengan construct score angkanya lebih dari 0,7 dikatakan tinggi dan jika angkanya anta 0,5 – 0,6 dikatakan cukup (Imam Ghozali, 2006).

Discriminant validity melihat bagaimana validitas dari konstruk yang terbentuk dibandingkan dengan konstruk yang lainnya. Discriminant validity

dilihat berdasarkan nilai Average Variance Extracted (AVE) dimana direkomendasikan nilai AVE lebih besar dari 0,5. Selanjutnya evaluasi model pengukuran/measurement model (outer model) juga dapat dilihat dari nilai

composite reliability (CR) dimana nilai composite reliability diharapkan lebih besar dari 0,70.

Selanjutnya pada uji kecocokan model struktural terdapat dua ukuran yang sering digunakan, yaitu R-square dan nilai statistik t. R-square untuk konstruk dependen menunjukkan besarnya pengaruh/ketepatan konstruk independen dalam mempengaruhi konstruk dependen. Semakin besar nilai

R-square berarti semakin baik model yang dihasilkan. Kemudian nilai statistik t yang besar (lebih besar dari 1,645) juga menunjukkan bahwa model yang dihasilkan semakin baik.

3.2.6.2 Pengujian Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:159) mendefinisikan hipotesis adalah :

“Sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”.

(58)

berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Untuk menguji hipotesis penelitian secara parsial dilakukan melalu uji hipotesis statistik sebagai berikut :

Ho : γ1.1 = 0 : Pengaruh 1 terhadap  tidak signifikan

Ho : γ1.1 ≠ 0 : Pengaruh 1 terhadap  signifikan

Ho : γ2.1 = 0 : Pengaruh 2 terhadap  tidak signifikan

Ho : γ2.1 ≠ 0 : Pengaruh 2 terhadap  signifikan

Statistik uji yang digunakan adalah : 3

3

H01; 1.1=0, Penerapan e-SPT tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

(59)

e-SPT is an application (software) which made the DGT to be used by a taxpayer for the ease of delivery of SPT. Knowledge is obviously very important factor in helping the taxpayer to perform its obligations in particular knowledge of taxation, tax knowledge owned by the taxpayer is expected to improve taxpayer compliance. The purpose of this study was to determine the effect of the implementation of e-tax return on taxpayer compliance and to determine the effect of tax knowledge on taxpayer compliance. The method used is descriptive and verification. The statistical test used was PLS SEM. The results showed that the implementation of e-SPT significant effect on tax compliance and tax knowledge significantly influence taxpayer compliance.

Keywords: e-SPT, Knowledge of Taxation, Taxpayer Compliance

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pajak dianggap sebagai sumber dana yang paling potensial bagi pembiayaan Negara namun dalam realisasinya pemungutan pajak masih sulit dilakukan oleh Negara, hal ini disebabkan masih rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak dan kepercayaan masyarakat kepada administrasi pengelolaan pajak(Banyu Ageng;2011).Faktor pengetahuan sangat penting dalam membantu wajib pajak melaksanakan kewajibannya, khususnya pengetahuan tentang pajak tanpa adanya pengetahuan, wajib pajak akan mengalami kesulitan dalam mendaftakan diri, mengisi SPT dan membayar pajaknya, Wajib Pajak yang tidak tahu tentang pengetahuan perpajakan akan bingung tentang berapa jumlah pajak yang seharusnya ia bayarkan (Devano,2006:109).

Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan meyakini saat ini proses pengisian laporan surat pemberitahuan (SPT) pajak lebih mudah apalagi kini bagi wajib pajak perorangan kategori formulir 1770 S dan 1770 SS bisa menggunakan sistem e-Filing lewat

internet. Pada dasarnya penyampaian SPT secara electronic ini merupakan upaya dari

Dirjen Pajak untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi Wajib Pajak dalam melaporkan jumlah pajak yang harus dibayarkannya karena Wajib Pajak tidak perlu datang secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dalam hal

penyampaian SPT, bagi aparat Pajak teknologi electronic ini mampu memudahkan mereka

dalam pengelolaan database karena penyimpanan dokumen-dokumen Wajib Pajak telah

dilakukan dalam bentuk digital, Pemerintah berharap dengan adanya teknologi electronic

mampumeningkatkan kepatuhan Wajib Pajak (Sri Rahayu, 2009).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang diatas, maka permasalahan didalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh penerapan e-SPT terhadap kepatuhan wajib pajak

pada KPP Pratama Bandung Karees

Gambar

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa pemberian sanksi seperti sanksi administrasi (denda, bunga, dan kenaikan) maupun sanksi pidana

[r]

Bardasarkan penelitian yang dilakukan mengenai Pengaruh Implementasi Kebijakan Pajak dan Tingkat Pengetahuan Pajak terhadap Kepatuhan Pajak dengan survey terhadap wajib

Berdasarkan konsep pemikiran yang dituangkan dalam latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan maksud dan tujuan untuk mengetahui seberapa besar

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh account representative dan modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama

official assessment (proses penghitungan dilakukan oleh Ditjen Pajak) menjadi self assessment (proses penghitungan dilakukan sendiri oleh wajib pajak) seperti

[r]

“ Kinerja pelayanan yang baik harus tetap diperhatikan oleh DJP untuk dimungkinkannya diperoleh manfaat ganda apabila dikombinasikan dengan unsur self assessment system