• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Mengenai Penyalahgunaan Software Komputer Secara Massal Berdasarkan Perjanjian Lisensi Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang informasi Dan Transaksi Elektronik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Hukum Mengenai Penyalahgunaan Software Komputer Secara Massal Berdasarkan Perjanjian Lisensi Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang informasi Dan Transaksi Elektronik"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

PERJANJIAN LISENSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19

TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA JUNCTO UNDANG-UNDANG

NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI

ELEKTRONIK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Disusun Oleh

:

Paskalis H. Hetal

NIM : 31606024

Pembimbing :

Arinita Sandria, S.H. M.Hum

NIP : 41273300006

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)

viii

LISENSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002

TENTANG HAK CIPTA

JUNCTO

UNDANG-UNDANG NOMOR 11

TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI

ELEKTRONIK

Oleh :

Paskalis Hendrikus Hetal

ABSTRAK

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat selama ini telah banyak melahirkan berbagai penemuan, dan salah satu penemuan tersebut adalah komputer. Permasalahan yang saat ini timbul di Indonesia adalah maraknya pembajakan terhadap software komputer. Hal yang menarik adalah bahwa sampai saat ini instansi pemerintah pun turut serta dalam pelanggaran tersebut yaitu dengan menggunakan software komputer bajakan. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang diangkat oleh penulis adalah bagaimanakah pelaksanaan perjanjian lisensi program komputer menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, dan bagaimanakah tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelanggaran lisensi penyalahgunaan software komputer secara massal atas hak cipta program komputer menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif yaitu suatu metode penelitian yang digunakan untuk mendapatkan gambaran yang sesungguhnya tentang objek yang diteliti dan kemudian dianalisis berdasarkan peraturan yang ada.

(4)

v DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI………...…v

ABSTRAK………..viii

ABSTRACT………ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian………...1

B. Identifikasi Masalah………6

C. Tujuan Penelitian………..……7

D. Kegunaan Penelitian………7

E. Kerangka Pemikiran……….……8

F. Metode Penelitian………..25

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PENYALAHGUNAAN SOFTWARE KOMPUTER SECARA MASSAL BERDASARKAN PERJANJIAN LISENSI A. Ruang Lingkup Komputer……….28

1. Defenisi mengenai Komputer………...……….28

a. Secara Etimologis………...…..28

b. Menurut Pendapat para Ahli………...30

2. Sejarah mengenai Komputer……….…31

(5)

b. Sejarah dan Perkembangan Komputer setelah Tahun 1940……….32

A. Ruang Lingkup mengenai Perjanjian Lisensi………..………..34

1. Defenisi Perjanjian Lisensi……….34

a. Secara Etimologis……….34

b. Menurut Pendapat para Ahli………35

2. Jenis-jenis Lisensi……….…..36

a. Lisensi Tunggal dan Lisensi yang Diberikan kepada Beberapa Badan Hukum………..……..36

b. Lisensi Terbatas dan Lisensi Tak Terbatas………..……37

3. Dasar Hukum Perjanjian Lisensi………..……….37

B. Penyalahgunaan Software Komputer……….………..…..50

1. Bentuk Pembajakan Software Komputer……….…51

2. Proses Pembajakan SoftwareKomputer………..……..52

3. Pengaturan mengenai Perlindungan Software Komputer……….55

a. Pengaturan Internasional………...….55

b. Pengaturan Nasional………...….57

C. Pengertian Instansi Pemerintah………...………59

BAB III MASALAH YANG TIMBUL BERKAITAN DENGAN PENYALAHGUNAAN SOFTWARE KOMPUTER BERDASARKAN PERJANJIAN LISENSI OLEH INSTANSI PEMERINTAH A. Perjanjian Lisensi antara Microsoft dengan Instansi Pemerintah…………..………62

(6)

BAB IV TINJAUAN HUKUM MENGENAI PENYALAHGUNAAN SOFTWARE

KOMPUTER SECARA MASSAL BERDASARKAN PERJANJIAN LISENSI OLEH

SUATU INSTANSI DENGAN MICROSOFT MENURUT UNDANG-UNDANG

NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA JUNCTO UNDANG-UNDANG

NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI

ELEKTRONIK

A. Pelaksanaan Perjanjian Lisensi Program Komputer Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta………..………..81 B. Tindakan Hukum yang dapat Dilakukan Terhadap Pelanggaran Lisensi

Penyalahgunaan Software Komputer secara Massal atas Hak Cipta Program Komputer Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik……….……87

BAB V PENUTUP

A. Simpulan………..……….103 B. Saran………..……….……..105

DAFTAR PUSTAKA……….………108

LAMPIRAN

(7)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat selama ini telah banyak melahirkan berbagai penemuan yang memberikan kontribusi sangat besar bagi kehidupan manusia. Penemuan-penemuan tersebut tersebar di berbagai bidang keilmuan, di antaranya adalah dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu temuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang selama ini dirasa telah banyak memberikan manfaat besar bagi manusia dalam menunjang segala aktifitasnya adalah komputer.

Lebih dari empat puluh tahun yang lalu, teknologi komputer telah mulai menimbulkan dampak terhadap masyarakat dan terhadap cara-cara yang memungkinkan masyarakat melaksanakan pekerjaan-pekerjaannya. Komputer telah menembus bidang-bidang profesi, aktivitas komersial dan industri, karena itu semua bidang ini mungkin akan mendapatkan kesulitan dalam beroperasi tanpa menggunakan komputer1. Dampak positif komputer yaitu banyak permasalahan yang rumit dapat diselesaikan secara efektif dan efisien.

Sebuah komputer dalam pengertian perangkat keras, menjalankan fungsinya dengan memakai software atau biasa disebut dengan program komputer atau perangkat lunak, misalnya Microsoft Windows. Suatu komputer tidak mempunyai nilai guna jika tidak memiliki software.

(8)

Sebuah software dapat dihasilkan melalui dua unsur utama yaitu perusahaan komputer atau yang memproduksinya dan programmer atau orang yang membuat program komputer. Bagian dari program komputer itu sendiri adalah source code yang merupakan awal dari pembuatan program komputer dan object code yang merupakan transformasi dari source code.

Salah satu alasan mendasar software digolongkan ke dalam salah satu jenis ciptaan yang dilindungi adalah karena software merupakan hasil karya cipta dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilahirkan atau dihasilkan oleh kemampuan intelektualitas atau hasil olah pikir manusia melalui pengorbanan material dan immaterial, dan juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Nilai ekonomi tersebut menimbulkan konsep hak atas kekayaan intelektual dari individu yang menciptakan atau menemukannya. Upaya untuk melindungi hak atas kekayaan intelektual tersebut, timbul adanya kebutuhan hukum yang tujuannya untuk memberikan kejelasan hukum mengenai hubungan antara ciptaan dengan pencipta atau temuan dengan penemu sebagai pemiliknya atau pihak lain yang diberi hak tersebut, juga dalam rangka pembangunan di bidang hukum yang dimaksudkan untuk mendorong dan melindungi pencipta dan hasil karya ciptaannya. Sehingga diharapkan penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu pengetahuan terutama software dapat dilindungi secara yuridis, yang pada gilirannya dapat mempercepat proses pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa2. Hak kekayaan intelektual pada dasarnya adalah hak milik perorangan yang tidak berwujud dan timbul karena kemampuan intelektual manusia. Hak cipta dapat

(9)

pula dialihkan oleh penciptanya atau yang berhak atas ciptaan tersebut, serta dapat dialihkan kepada perorangan atau kepada badan hukum. Suatu bentuk peralihan terhadap hak kekayaan intelektual tersebut yang kenal dengan lisensi.

Perjanjian lisensi diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, bahwa Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan prinsip hak eksklusif diatas, maka pihak lain yang ingin ikut melaksanakan ciptaan dan mengambil manfaat ekonomi dari ciptaan itu, harus mendapat izin dari pencipta yang bersangkutan. Izin tersebut diperoleh melalui perjanjian lisensi.

(10)

penerima lisensi. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa pentingnya perlindungan hukum melalui pencatatan lisensi suatu hak cipta akan membawa dampak terhadap aspek lain yaitu aspek ekonomi, sehingga pengawasan oleh pemerintah melalui pembentukan Peraturan Pemerintah tentang pencatatan perjanjian lisensi paten sudah seharusnya dilakukan.

Masalah yang sekarang timbul dan menjadi kendala yang dihadapi para pencipta software komputer adalah maraknya penyalahgunaan software komputer secara massal yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab berdasarkan perjanjian lisensi oleh suatu instansi dengan Microsoft. Penyalahgunaan tersebut dapat dilakukan dengan cara menjiplak, menyadur, menyalin, mengkopi, keseluruhan atau sebagian dari isi software komputer tanpa ijin dari pencipta. Perbuatan tersebut jelas sangat merugikan pencipta dan / atau pemegang hak cipta atas software komputer baik dari segi moril maupun materil.

Instansi pemerintah saat ini turut menggunakan produk software komputer bajakan, hal ini terbukti dari hasil pengamatan beberapa sumber yang menyatakan bahwa 10% dari produk software komputer bajakan diserap oleh perusahaan terutama perusahaan berskala kecil dan menengah juga instansi pemerintah. Salah satu alasan instansi pemerintah turut pula menggunakan produk software komputer bajakan adalah karena pada umumnya dalam setiap pembelian unit komputer, software tersebut sudah disertakan ke dalam komputer yang dibeli sebagai bonus dengan cara diinstallasi ke dalam hardisk komputer.

(11)

software ke dalam komputer yang dilakukan oleh dealer komputer di Indonesia ternyata tidak memiliki dokumen yang resmi, perjanjian lisensi, disk original dan manual,3 dengan demikian software yang sudah diinstallasi ke dalam komputer tersebut dapat dikatagorikan sebagai software bajakan karena proses penggandaannya dilakukan secara tidak sah. Faktor inilah yang menjadi alasan instansi pemerintah termasuk ke dalam salah satu pengguna software komputer bajakan.

Kenyataan ini menjadi sangat dilematis mengingat instansi pemerintah yang seharusnya menjadi pilar utama dalam penegakan hukum, juga merupakan pihak pertama yang dituntut untuk dapat mengatasi permasalahan dengan mencari solusi terbaik terhadap maraknya pelanggaran hak cipta atas software komputer, tetapi malah instansi pemerintah juga turut serta dalam pelanggaran ini.

Mengingat software komputer tergolong ke dalam salah satu jenis ciptaan yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, maka segala macam bentuk penyalahgunaan software komputer tanpa seijin dari pemegang hak cipta, juga penggunaan terhadap software komputer bajakan tersebut dapat dikatagorikan sebagai pelanggaran terhadap hak cipta.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta telah mengatur mengenai pelanggaran atas hak cipta yang menjelaskan bahwa pemegang hak cipta dapat mengajukan gugatan secara perdata kepada pelanggar hak cipta atas segala kerugian moril dan materil yang telah dideritanya. Hak untuk mengajukan gugatan

3 Wicaksono, Microsoft Tuntut Lima Dealer Komputer di Indonesia,

(12)

secara perdata tidak mengurangi hak negara untuk melakukan tuntutan pidana terhadap pelanggar hak cipta.

Kasus yang terjadi di atas, di mana instansi pemerintah turut pula dalam penggunaan software komputer bajakan, maka dalam rangka mencapai keadilan dan kepastian hukum perlu kiranya instansi pemerintah bertanggung jawab atas segala perbuatan yang telah dilakukannya tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan oleh penulis, maka penulis tertarik untuk membuat karya ilmiah dengan judul : “TINJAUAN HUKUM MENGENAI PENYALAHGUNAAN SOFTWARE KOMPUTER SECARA MASSAL

BERDASARKAN PERJANJIAN LISENSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR

19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11

TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan ke dalam identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian lisensi program komputer menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta?

(13)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan Undang-undang Nomor

19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta mengatur mengenai perjanjian lisensi terhadap perlindungan hak cipta khususnya bidang software komputer. 2. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan perjanjian lisensi, upaya

hukum dan penyelesaian jika terjadi pelanggaran lisensi atas hak cipta program komputer menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta juncto Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut : 1. Secara Teoritis :

a. Memberikan sumbangan pemikiran ilmiah khususnya dalam bidang hukum Hak Kekayaan Intelektual yang menyangkut aspek perlindungan hukum terhadap hak cipta bidang program komputer. b. Sebagai bahan kajian dan bahan informasi ataupun referensi bagi

penelitian selanjutnya. 2. Secara Praktis :

(14)

mengenai program komputer agar benar-benar mentaati isi perjanjian dan membiasakan budaya menghargai karya atau hasil ciptaan orang lain.

b. Menumbuhkan kesadaran bagi para pengguna software komputer pada umumnya, untuk menghindari penyalahgunaan software komputer secara massal dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari.

E. Kerangka Pemikiran

(15)

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sehingga Pancasila menjadi sebuah ukuran/kriteria umum yang diterima dan berlaku untuk semua pihak4.

Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila yang bertujuan untuk menciptakan ketertiban umum dan masyarakat adil dan makmur secara spiritual dan materil. Salah satu ciri negara hukum adalah adanya konstitusi atau undang-undang dasar. Menurut Sri Soemantri, tidak ada satupun negara di dunia yang tidak mempunyai konstitusi. Negara dan konstitusi bagaikan dua sisi mata uang, merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. UUD 1945 merupakan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemikiran tentang negara hukum pertama kali dikemukakan oleh Plato dalam tulisannya tentang nomoi Istilah negara hukum tidak terdapat dalam naskah asli UUD 1945, namun hanya terdapat dalam penjelasan UUD 1945, yaitu istilah rechstaat yang dilawankan dengan machstaat. Istilah negara hukum baru ditemukan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Amandemen ketiga yang secara tegas menyebutkan, bahwa :

“Negara Indonesia adalah negara hukum”.

Hal ini berarti bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum (rechtstaat) dan bukan negara yang berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat) dan pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi (hukum dasar), bukan absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Salah satu konsekuensi dari negara hukum adalah bahwa tindakan dan kebijakan yang

4

(16)

dikeluarkan oleh pemerintah harus berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan sesuai dengan asas legalitas.

Istilah negara hukum dalam bahasa Belanda disebut rechstaat, sedangkan dalam terminologi Inggris disebut rule of law. Istilah rule of law dalam perkembangan hukum di Indonesia disebut dengan negara hukum yang diartikan sebagai negara atau pemerintah berdasarkan atas hukum.

Wade mengidentifikasikan lima aspek dalam the rule of law, yaitu : 1. Semua tindakan pemerintah harus berdasarkan hukum.

2. Pemerintah harus berperilaku di dalam suatu bingkai yang diakui peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip yang membatasi kekuasaan diskresi.

3. Sengketa mengenai keabsahan tindakan pemerintah akan diputusakan oleh pengadilan yang murni independen dari kekuasaan eksekutif.

4. Harus seimbang antara pemerintah dan warga negara.

5. Tidak seorangpun dapat dihukum, kecuali atas kejahatan yang ditegaskan menurut undang-undang.

Peraturan perundang-undangan merupakan hukum yang in abstracto atau general norm yang sifatnya mengikat umum (berlaku umum) dan tugasnya adalah mengatur hal-hal yang bersifat umum (general)5.

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyebutkan, bahwa :

5

(17)

“Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum “

Setiap negara memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah Indonesia salah satunya adalah memberikan perlindungan bagi seluruh warga negara Indonesia. Hal ini terlihat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang menyatakan, bahwa :

“... kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara

Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum... “

Pembukaan UUD 1945 alinea keempat tersebut menegaskan bahwa pemerintah Indonesia harus berusaha semaksimal mungkin untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini sejalan dengan prinsip welfare state (negara kesejahteraan) yang dianut oleh pemerintah Indonesia.

Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional disusun sebagai penjabaran dari dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional.

(18)

nasional. Visi pembangunan nasional Indonesia Tahun 2005 – 2025 adalah Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur.

Pembangunan nasional memiliki 8 (delapan) misi, yaitu :

1. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudi dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.

2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum. 4. Mewujudkan Indonesia aman, damai dan bersatu.

5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan. 6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari.

7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional.

8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.

Strategi untuk melaksanakan visi dan misi tersebut dijabarkan secara bertahap dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Saat ini, Indonesia sudah memasuki RPJMN Tahapan ke-2 (2010 – 2014).

Visi Indonesia 2014 adalah terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokrasi dan berkeadilan. Perwujudan visi Indonesia 2014 dijabarkan dalam misi pembangunan 2010 – 2014 sebagai berikut :

1. Melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera. 2. Memperkuat pilar-pilar demokrasi.

(19)

Upaya mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2010–2014 ditetapkan 5 (lima) agenda utama pembangunan nasional tahun 2010–2014, yaitu :

1. Agenda I, yaitu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat.

2. Agenda II, yaitu perbaikan tata kelola pemerintahan. 3. Agenda III, yaitu penegakan pilar demokrasi.

4. Agenda IV, yaitu penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. 5. Agenda V, yaitu pembangunan yang inklusif dan berkeadilan.

Sistem yang demokratis harus disertai dengan tegaknya rule of law, oleh karena itu agenda penegakan hukum masih merupakan agenda yang penting dalam periode 2010 – 2014. Wujud dari penegakan hukum adalah munculnya kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. Kepastian hukum akan memberikan rasa aman, adil dan kepastian berusaha bagi masyarakat yang terkait dengan kepastian usaha. Salah satu persoalan yang dianggap menggangu masuknya investasi ke Indonesia adalah lemahnya kepastian hukum, oleh karena itu penegakan hukum akan membawa dampak positif bagi perbaikan iklim investasi yang pada gilirannya akan memberi dampak positif bagi perekonomian Indonesia.

(20)

cepat, hukum tidak cukup memiliki fungsi demikian6. Menurut pendapat Roscoe Pond, hukum harus dapat membantu proses perubahan masyarakat, law as a tool of social engineering 7.

Merealisasikan amanah RPJMN (2010-2014) khususnya pembangunan di bidang hukum, maka perlindungan terhadap suatu bentuk ciptaan juga diatur secara khusus di dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. Undang-undang hak cipta ini dimaksudkan untuk mendorong dan melindungi pencipta dan hasil ciptaannya. Hal ini diharapkan agar penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu, seni dan sastra dapat dilindungi secara yuridis, yang pada gilirannya dapat mempercepat proses pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa.8

Beberapa teori mengenai perlindungan hukum terhadap hak cipta, diantaranya adalah 9 :

1. Teori Reward, menyatakan bahwa pada dasarnya pencipta atau penemu perlu diberikan penghargaan atas upayanya. Arti yang terkandung di dalamnya adalah pengakuan masyarakat atas usaha seseorang.

2. Teori Recovery, menyatakan bahwa pencipta atau penemu yang telah membuang tenaga, waktu dan dana, perlu diberikan kesempatan untuk meraih kembali apa yang telah dikeluarkannya tersebut.

6

Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan, Alumni, Bandung, 2002, Hlm. 14.

7

Otje S. Soemadiningrat, Filsafat Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2009, Hlm. 6. 8 Saidin, Op. Cit, Hlm. 106.

(21)

3. Teori Insentif, menyatakan bahwa insentif diperlukan agar kegiatan pelaksanaan dan pengembangan penemuan dan semangat untuk menghasilkan penemuan dapat terus dilaksanakan.

4. Teori Risk, menyatakan bahwa Hak Atas Kekayaan Intelektual merupakan hasil dari suatu penelitian yang mengandung risiko dikarenakan sifatnya sebagai perintis, maka tidak jarang menghadapi kegagalan. Penelitian tersebut menghasilkan suatu penemuan, pihak lain dapat saja dengan cepat memperbaiki kekurangannya. Hal tersebut perlu diberikan perlindungan terhadap usaha atau kegiatan yang mengandung risiko tersebut.

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, menyebutkan bahwa :

“Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta

untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, bahwa hanya pemegang hak cipta yang bebas melaksanakan hak cipta tersebut, sedangkan orang atau pihak lain dilarang melaksanakan hak cipta tersebut tanpa persetujuan pemegang hak cipta.

Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang hak cipta diantaranya adalah10 :

10

(22)

1. Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut.

2. Mengimpor dan mengekspor ciptaan

3. Menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi ciptaan)

4. Menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum

5. Menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau pihak lain.

Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta menyebutkan bahwa :

“Pencipta atau pemegang hak cipta atas karya sinematografi dan program

komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya menyewakan ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat komersial”.

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, bahwa pencipta dapat memberikan hak kepada orang lain ataupun melarang orang lain menggunakan hak ciptanya tanpa melalui izin pencipta.

Pasal 12 ayat (1a) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, menyebutkan bahwa :

(23)

Perlindungan terhadap hak cipta program komputer menandakan bahwa program komputer tersebut memilik hak ekonomi dan hak moral yang dapat memberikan manfaat dan keuntungan. Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan, sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku (seni, rekaman, siaran) yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apa pun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan.

Penyalahgunaan terhadap hak cipta atas software komputer umumnya dilakukan dengan cara penggandaan, duplikasi ataupun pemakaian software komputer di luar apa yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pasal 15 huruf a, e dan g Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta menyebutkan bahwa :

“Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan, tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta :

a. Penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta.

e. Perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara terbatas dengan cara atau alat apapun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang non komersial, semata-mata untuk keperluan aktifitasnya.

g. Pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh pemilik Program Komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.”

(24)

misalnya adalah menggunakan software komputer hasil pelanggaran atas hak cipta. Penyalinan sebuah software komputer hanya diperbolehkan selama tujuannya untuk digunakan sendiri, dan tidak diperbolehkan menyalin software komputer dengan tujuan untuk dipergunakan oleh lembaga-lembaga seperti yang disebutkan di dalam Pasal 15 huruf e Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.

Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang secara langsung telah mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru, oleh karena itu pemerintah mengundangkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, menyebutkan bahwa :

“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan, atau memiliki :

1. Perangkat keras atau perangkat lunak Komputer yang dirancang atau secara khusus dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33.

2. Sandi lewat Komputer, Kode Akses, atau hal yang sejenis dengan itu yang ditujukan agar Sistem Elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33.”

(25)

kombinasi di antaranya, yang merupakan kunci untuk dapat mengakses komputer dan/atau sistem elektronik lainnya.

Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, menyebutkan bahwa :

“Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan tindak pidana jika ditujukan untuk melakukan kegiatan penelitian, pengujian sistem elektronik, untuk perlindungan sistem elektronik itu sendiri secara sah dan tidak melawan hukum.”

Berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, bahwa setiap penggunaan Transaksi elektronik hanya diperbolehkan untuk hal-hal seperti yang telah ditentukan oleh undang-undang.

Perjanjian lisensi diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta sebagaimana diatur dalam Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta disebutkan bahwa :

“Pemegang hak cipta berhak memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan surat perjanjian lisensi untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 2”.

(26)

isi perjanjian lisensi, karena bunyi ketentuan yang disepakati akan sangat menentukan bagi pemegang hak cipta dan pemegang lisensi.

Pasal 47 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta menyebutkan bahwa :

“Agar dapat mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga, perjanjian lisensi wajib dicatatkan di Direktorat Jenderal”.

(27)

Ketentuan lisensi yang telah diuraikan diatas berlaku pula bagi lisensi di bidang program komputer.

Pasal 46 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta menyebutkan bahwa :

“Kecuali diperjanjikan lain, pemegang hak cipta tetap boleh melaksanakan

sendiri atau memberikan lisensi kepada pihak ketiga untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2”.

Berdasarkan ketentuan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, bahwa pemegang hak cipta dan pemegang lisensi dapat bersama-sama melaksanakan suatu ciptaan, pemegang hak cipta memberi lisensi kepada pihak yang lain lagi untuk berapa kalipun (tidak dibatasi) tidak ada yang dapat melarang, kecuali ada perjanjian khusus antara pemegang hak cipta dan pemegang lisensi yang pertama.

Lisensi merupakan pemberian izin yang bersifat komersial, dalam arti memberikan hak dan kewenangan untuk memanfaatkan hak atas kekayaan intelektual yang dilindungi secara ekonomis dengan pemberian ijin yang dituangkan dalam perjanjian tertulis.

Isi perjanjian harus dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak dan harus memenuhi syarat-syarat perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Syarat-syarat tersebut adalah11 :

1. Syarat subyektif suatu perjanjian a. Adanya kata sepakat

11

(28)

Kata sepakat yang dimaksud adalah kesepakatan antara pihak pemegang hak cipta dan pihak pemegang lisensi mengenai ketentuan-ketentuan perjanjian lisensi, misalnya mengenai besarnya royalty, cara pembayaran royalty, lama lisensi, dan lainnya.

b. Adanya kecakapan para pihak

Kecakapan para pihak maksudnya baik pemegang hak cipta maupun pemegang lisensi cakap untuk melakukan perbuatan hukum, sehingga kedua pihak tersebut dapat mempertanggungjawabkan ketentuan perjanjian dan akan melaksanakannya sesuai yang diperjanjikan.

2. Syarat obyektif suatu perjanjian a. Adanya suatu hal tertentu

Mengenai syarat adanya hal tertentu, di dalam perjanjian lisensi hal tertentu ini adalah adanya hak-hak cipta yang dijadikan sebagai objek perjanjian lisensi.

b. Adanya causa yang halal

Mengenai causa yang halal, dalam perjanjian lisensi yang dimaksud dengan causa yang halal adalah lisensi itu sendiri. Lisensi bukan hal yang dilarang, sepanjang perjanjian lisensi itu tidak mengandung unsur-unsur yang merugikan para pihak dan tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(29)

tidak terpenuhi, maka dapat dimintakan pembatalan oleh salah satu pihak yang paling berkepentingan.

Perjanjian lisensi sekurang-kurangnya memuat informasi tentang12 : 1. Tanggal, bulan dan tahun tempat dibuatnya perjanjian lisensi

2. Nama dan alamat lengkap serta tanda tangan para pihak yang mengadakan perjanjian lisensi

3. Nomor dan judul yang menjadi obyek perjanjian lisensi 4. Jangka waktu perjanjian lisensi

5. Dapat atau tidaknya jangka waktu perjanjian lisensi diperpanjang

6. Pelaksanaan hak cipta untuk seluruh atau sebagian dari hak cipta yang diberikan lisensi

7. Jumlah royalti dan pembayarannya

8. Dapat atau tidaknya penerima lisensi memberikan lisensi lebih lanjut kepada pihak ketiga

9. Batas wilayah berlakunya perjanjian lisensi, apabila diperjanjikan

10.Dapat atau tidaknya pemberi lisensi melaksanakan sendiri hak ciptanya yang telah dilisensikan kepada penerima lisensi.

Perjanjian lisensi wajib dicatatkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dan dimuat dalam Daftar Umum Hak Cipta dengan membayar biaya yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Perjanjian lisensi tidak mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga jika tidak dicatatkan. Lisensi berlangsung selama jangka waktu lisensi diberikan dan berlaku untuk seluruh negara Republik

12

(30)

Indonesia. Pengaturan tentang wilayah keberlakuan ini juga dianut di negara-negara lain, namun ada pula negara yang membuat pembatasan teritorial yang diberlakukan untuk penerima lisensi langsung. Penerima lisensi dapat pula memberikan lisensi (kalau itu diperjanjikan) tanpa pembatasan wilayah. Hal ini dikenal adanya doktrin yaitu exhaustion of rights, yakni sekali satu barang dibuat atau dijual di bawah lisensi, pemberi lisensi tidak lagi memiliki kontrol terhadap distribusi dari barang tersebut.

Perjanjian lisensi dapat dibuat secara khusus, misalnya tidak bersifat eksklusif. Hal tersebut harus secara tegas dinyatakan dalam perjanjian lisensi, jika tidak perjanjian lisensi dianggap tidak memakai syarat seperti itu. Pemegang hak cipta pada dasarnya masih boleh melaksanakan sendiri ciptaan yang dilisensikannya atau memberi lisensi yang sama kepada pihak ketiga yang lain. Perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan yang langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau memuat pembatasan yang menghambat kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan mengembangkan teknologi pada umumnya dan yang berkaitan dengan invensi tersebut pada khususnya.

Pelanggaran terhadap hak cipta atas software komputer dapat dilakukan oleh siapa saja termasuk oleh instansi pemerintah, dan terhadap pelanggar diharuskan untuk dapat mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah dilakukannya.

(31)

adalah semua tindakan hukum dan tindakan materil administrasi pemerintahan yang dilakukan oleh instansi pemerintah dan pejabat administrasi pemerintahan serta badan hukum lain yang diberi wewenang untuk melaksanakan semua fungsi atau tugas pemerintahan, termasuk memberikan pelayanan publik terhadap masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

F. Metode Penelitian

Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode Pendekatan

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif yaitu suatu metode penelitian yang digunakan untuk mendapatkan gambaran yang sesungguhnya tentang objek yang diteliti dan kemudian dianalisis berdasarkan peraturan yang ada.

2. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yaitu melukiskan fakta-fakta berupa data sekunder dengan bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

3. Tahap Penelitian

a. Studi kepustakaan, dilakukan untuk memperoleh data sekunder yang terdiri dari :

(32)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

2) Bahan hukum sekunder yaitu berupa doktrin-doktrin dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah hak cipta dan software komputer.

3) Bahan hukum tersier yaitu berupa majalah, surat kabar, serta karya ilmiah mengenai perlindungan hak cipta bidang software komputer.

b. Studi lapangan, dilakukan untuk melengkapi studi kepustakaan. 4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelaahan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Data sekunder tersebut diperoleh melalui alat pengumpul data yaitu studi kepustakaan dan studi lapangan sebagai pelengkap studi kepustakaan yang dilakukan dengan cara wawancara.

5. Analisis Data

Data sekunder yang diperoleh akan di analisis secara kualitatif yuridis yang meliputi :

a. Perundang-undangan yang satu tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lain.

(33)

boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang derajatnya lebih tinggi.

c. Kepastian hukum, dalam arti perundang-undangan yang diteliti betul-betul dilaksanakan dan didukung oleh penegak hukum.

6. Lokasi Penelitian a. Instansi

Kepolisian Wilayah Kota Besar Bandung, Jl. Merdeka No. 18-20 Kota Bandung, 40117.

b. Perpustakaan

1) Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia. 2) Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung. 3) Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Parahyangan.

c. Website :

(34)

28 BAB II

ASPEK HUKUM MENGENAI PENYALAHGUNAAN SOFTWARE KOMPUTER SECARA

MASSAL BERDASARKAN PERJANJIAN LISENSI

A. Ruang Lingkup Komputer

1. Defenisi mengenai Komputer a. Secara Etimologis

Komputer berasal dari bahasa latin, computare yang mengandung arti menghitung, bahwa setiap proses yang dilaksanakan oleh komputer merupakan proses matematika hitungan, sehingga yang dilakukan oleh komputer baik penampakan pada layar monitor, suara, gambar, diolah sedemikian rupa dari perhitungan secara elektronik.

(35)

peralatan fisik dari komputer itu sendiri yang secara fisik dapat dilihat, dipegang, ataupun dipindahkan. Komputer tidak dapat bekerja apabila tidak adanya program yang telah dimasukkan ke dalamnya13.

Program komputer adalah sekumpulan instruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, kode, skema, ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan dengan media yang dapat di baca dengan komputer akan mampu membuat komputer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk mencapai hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang instruksi-instruksi tersebut. Program dapat berupa suatu prosedur pengoperasian dari komputer itu sendiri ataupun berbagai prosedur dalam hal pemrosesan data yang telah ditetapkan sebelumnya. Program tersebut yang kemudian disebut sebagai software komputer atau perangkat lunak komputer.

Berdasarkan prinsip, komputer merupakan sebuah alat yang bisa digunakan untuk membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaannya. Alat tersebut memerlukan adanya program dan manusia untuk dapat bekerja. Pengertian manusia dalam kaitan dengan komputer, dikenal dengan istilah brainware (perangkat manusia). Pengertian brainware mencakup orang-orang yang bekerja secara langsung dengan menggunakan komputer sebagai alat bantu, ataupun orang-orang yang tidak bekerja secara langsung menggunakan komputer, tetapi menerima hasil kerja dari komputer yang berbentuk laporan. Konsep antara hardware, software,dan brainware adalah merupakan konsep tritunggal yang tidak

13

(36)

bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Manusia harus memasukkan program terlebih dahulu ke dalam komputer, setelah program tersimpan maka komputer dapat bekerja untuk membantu manusia menyelesaikan persoalan ataupun pekerjaannya.

b. Menurut Pendapat para Ahli

Beberapa pendapat pakar dan peneliti tentang komputer diantaranya, adalah14: 1) Menurut Hamacher, komputer adalah mesin penghitung elektronik yang cepat dan dapat menerima informasi input digital, kemudian memprosesnya sesuai dengan program yang tersimpan di memorinya, dan menghasilkan output berupa informasi.

2) Menurut Blissmer, komputer adalah suatu alat elektonik yang mampu melakukan beberapa tugas sebagai berikut :

a) Menerima input

b) Memproses input tadi sesuai dengan programnya c) Menyimpan perintah-perintah dan hasil dari pengolahan d) Menyediakan output dalam bentuk informasi

3) Menurut Fuori, komputer adalah suatu pemroses data yang dapat melakukan perhitungan besar secara cepat, termasuk perhitungan aritmatika dan operasi logika, tanpa campur tangan dari manusia.

14

(37)

4) Menurut Sanders, komputer adalah sistem elektronik untuk memanipulasi data yang cepat dan tepat serta dirancang dan diorganisasikan supaya secara otomatis menerima dan menyimpan data input, memprosesnya, dan menghasilkan output berdasarkan instruksi-instruksi yang telah tersimpan di dalam memori.

2. Sejarah mengenai Komputer

a. Sejarah dan Perkembangan Komputer sebelum Tahun 1940

(38)

pertama kali digunakan sebagai sebuah alat input dalam pengembangan industri tekstil pada mesin tenun otomatis yang diciptakan oleh Joseph Jecquard pada tahun 1801, kemudian penggunaan card di populerkan oleh Herman Hoolerith sebagai sebuah alat input data yang telah banyak digunakan oleh penduduk Amerika pada tahun 1887. Masalah fungsi-fungsi trigonometri dapat diselesaikan dengan mudah apabila menggunakan card.

b. Sejarah dan Perkembangan Komputer setelah Tahun 1940

(39)

satu sumber tunggal. Pada tahun 1951 Dr Mauchly dan Eckert menciptakan UNIVAC (Universal Automatic Calculator), Komputer ini merupakan jenis komputer yang dapat digunakan untuk memproses data perniagaan dan merupakan komputer komersial pertama yang memanfaatkan model arsitektur von Neumann. Komputer UNIVAC ini pernah dimiliki oleh Badan Sensus Amerika Serikat dan General Electric. UNIVAC pernah menghasilkan sesuatu yang mengesankan yaitu dengan keberhasilannya dalam memprediksi kemenangan Dwilight D. Eisenhower dalam pemilihan presiden di tahun 1952. Salah satu karakteristik dari komputer generasi pertama adalah intruksi operasi yang dibuat secara spesifik untuk suatu tugas tertentu. Komputer terdapat program yang berbeda yang disebut bahasa mesin (machine language). Hal ini menyebabkan komputer sulit untuk diprogram dan adanya batasan pada kecepatan. Ciri yang sangat menonjol dari komputer generasi pertama adalah penggunaan tabung hampa udara yang membuat bentuk komputer pada masa tersebut berukuran sangat besar, selain itu juga penggunaan silinder magnetik dalam proses penyimpanan data15.

Istilah penting yang terdapat dalam defenisi dari komputer, antara lain adalah : 1) Data (Input)

Pengolahan data dengan menggunakan komputer dikenal dengan nama pengolahan data elektronik (PDE) atau Electronic Data Processing (EDP). Data adalah kumpulan kejadian yang diangkat dari suatu kenyataan (fakta),

15

(40)

dapat berupa angka-angka, huruf, simbol-simbol khusus, atau gabungan dari ketiganya.

2) Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu proses manipulasi dari data ke dalam bentuk yang lebih berguna dan lebih berati, yaitu berupa suatu informasi. 3) Informasi Keluar (Output)

Informasi adalah hasil dari suatu kegiatan pengolahan data yang memberikan bentuk yang lebih bermakna dari suatu fakta, sehingga pengolahan data elektronik adalah proses manipulasi dari data ke dalam bentuk yang lebih bermakna berupa suatu informasi dengan menggunakan suatu alat elektronik yaitu komputer.

B. Ruang Lingkup mengenai Perjanjian Lisensi

1. Defenisi Perjanjian Lisensi a. Secara Etimologis

(41)

penerima lisensi (tanpa terjadi pengalihan hak), dalam jangka waktu tertentu yang pada umumnya disertai dengan pemberian imbalan berupa royalty. Pemanfaatan tersebut dapat berupa perbanyakan, pengumuman, ataupun penyewaan.

Pemegang Hak Kekayaan Intelektual dapat memberikan ijin melalui perjanjian

lisensi kepada pihak lain untuk melaksanakan penemuannya. Isi perjanjian lisensi

harus tidak menyimpang dari ketentuan dalam undang-undang. Lisensi sering

diberikan di bidang Intelectual Property Right (IPR) atau dikenal dengan Hak Milik Intelektual, misalnya hak atas merek, hak cipta dan hak paten.

b. Menurut Pendapat para Ahli

1) Diater Pfaff memberikan ukuran lain untuk membeda-bedakan bentuk perjanjian lisensi, yaitu :

a) Ukuran pertama adalah tujuan ekonomis yang berhak dicapai oleh perjanjian lisensi.

Istilah perjanjian lisensi sering muncul dalam dunia perdagangan, di mana satu pihak membutuhkan sesuatu untuk dipakai sebagai bahan untuk mengembangkan usahanya serta mencari keuntungan. Sesuatu yang dimaksud di sini adalah suatu karya hasil perwujudan imajinasi pihak lain.

(42)

Pihak yang akan menggunakan hasil karya harus berhubungan dengan pihak pemilik hasil karya untuk meminta persetujuan agar bisa menggunakan hasil karya tersebut.

2) Ibrahim Idham menyatakan bahwa lisensi adalah suatu perjanjian kerjasama antara pihak-pihak, di mana pihak yang pertama (licensor), selaku pemilik teknologi memberikan bantuan, biasanya dalam bentuk ketrampilan teknik dan pemasangan seiring suatu hak mempergunakan hak milik khusus atau tertentu dengan mendapatkan imbalan yang umumnya dalam bentuk uang dari pihak licensie, yang ingin mendapatkan kemajuan teknologi.

2. Jenis-jenis Lisensi diantaranya, adalah :

(43)

b. Lisensi Terbatas dan Lisensi Tak Terbatas

Lisensi terbatas adalah pembatasan yang dilakukan mengenai luas hak-hak yang diberikan dalam lisensi. Misalnya untuk lisensi hak cipta software komputer, hanya terbatas untuk software komputer tertentu, atau pembatasan mengenai wilayah edar software komputer dan lain sebagainya. Lisensi tak terbatas adalah pemegang lisensi berhak melakukan apa saja sebagaimana pemilik hak itu sendiri.

3. Dasar Hukum Perjanjian Lisensi

Perjanjian lisensi diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, antara lain dalam pasal di bawah ini :

a. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menyebutkan, bahwa :

(1) “Hak cipta dianggap sebagai benda bergerak

(2) Hak cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena :

a. Pewarisan b. Hibah c. Wasiat

d. Perjanjian tertulis

e. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan”.

b. Pasal 45 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang menyebutkan bahwa :

(44)

(2) Kecuali diperjanjikan lain, lingkup lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berlangsung selama jangka waktu lisensi diberikan dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

(3) Kecuali diperjanjikan lain, pelaksanaan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disertai dengan kewajiban pemberian royalti kepada pemegang hak cipta oleh penerima lisensi.

(4) Jumlah royalty yang wajib dibayarkan kepada pemegang hak cipta oleh penerima lisensi adalah berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak dengan berpedoman kepada kesepakatan organisasi profesi”.

Organisasi profesional adalah suatu organisasi, yang biasanya bersifat nirlaba, yang ditujukan untuk suatu profesi tertentu dan bertujuan melindungi kepentingan publik maupun profesional pada bidang tersebut. Organisasi professional dapat memelihara atau menerapkan suatu standar pelatihan dan etika untuk melindungi kepentingan publik.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta pada dasarnya mensyaratkan adanya dua hak yang dimiliki oleh setiap pencipta, hak tersebut adalah :

1. Hak Ekonomi (Economy Right)

Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah memberikan definisi hak ekonomi (economic right) sebagai hak yang dimiliki seorang pencipta untuk mendapatkan keuntungan dari eksploitasi ciptaannya. Hak ekonomi secara umum terdiri atas delapan kelompok yaitu16 :

a. Hak Reproduksi atau Penggandaan

16

(45)

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta menyebutkan hak reproduksi sama dengan hak perbanyakan. Hak reproduksi juga mencakup perubahan bentuk ciptaan satu ke ciptaan lainnya. Hak ini diatur juga di dalam Konvensi Bern dan Konvensi Universal Copy Right 1955, sehingga di setiap negara yang memiliki undang-undang hak cipta selalu mencantumkan hak tersebut.

b. Hak Adaptasi

Hak untuk menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain, aransemen musik, dramatisasi dari non dramatik, karangan non-fiksi diubah menjadi cerita fiksi atau sebaliknya. Hak ini diatur dalam Konvensi Bern maupun Universal Copy RightConvention 1955.

c. Hak Distribusi

Hak pencipta untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya. Penyebaran tersebut berupa bentuk penjualan, penyewaan, agar ciptaan itu dikenal masyarakat.

d. Hak Penampilan (Performance Right)

(46)

musik lainnya serta mengumpulkan dan mendistribusikan royalty kepada pencipta. Di Indonesia dikenal dengan Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI).

e. Hak Penyiaran (Broadcasting Right)

Hak menyiarkan dengan mentransmisikan suatu ciptaan oleh peralatan tanpa kabel. Hak penyiaran meliputi penyiaran ulang dan mentransmisikan ulang. Hak ini diatur dalam Konvensi Bern, Konvensi Universal Copy Right 1955, Konvensi Roma 1961 dan Konvensi Brussel 1974 yang dikenal dengan Relating to Distribution of Programme Carrying Signals Transmitted by Satellite.

f. Hak Program Kabel

Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran, hanya saja mentransmisikannya melalui kabel. Badan penyiaran televisi mempunyai studio yang menyiarkan program acaranya yang bersifat komersial melalui kabel ke pesawat para pelanggan.

g. Droit de Suite

(47)

h. Hak Pinjam Masyarakat (Public Lending Right)

Hak pencipta yang karyanya disimpan di perpustakaan. Hanya pencipta yang mendaftarkan karyanya pada lembaga hak pinjam masyarakat yang berhak atas pembayaran dari pihak lain yang meminjam karyanya. Hak ini diatur di Inggris dalam Public Lending Right Act 1979 dan The Public Lending Right Scheme 1982.

(48)

2. Hak Moral (Moral Right)

Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku (seni, rekaman, siaran) yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apa pun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan.

Banyak negara mengakui adanya hak moral yang dimiliki pencipta suatu ciptaan, sesuai penggunaan Persetujuan TRIPs WTO (mensyaratkan penerapan bagian-bagian relevan Konvensi Bern). Secara umum, hak moral mencakup hak agar ciptaan tidak diubah atau dirusak tanpa persetujuan, dan hak untuk diakui sebagai pencipta ciptaan tersebut. Contoh pelaksanaan hak moral adalah pencantuman nama pencipta pada ciptaan, walaupun hak cipta atas ciptaan tersebut sudah dijual untuk dimanfaatkan pihak lain. Hak moral lahir sebagai penghargaan kepada pencipta untuk selalu diketahui sebagai pencipta atas hasil ciptaannya dan untuk melindungi suatu ciptaan dari perubahan yang dapat dilakukan oleh orang lain. Hak moral tidak dapat dialihkan tetapi melekat pada penciptanya sehingga tidak dapat dicabut oleh siapapun dengan cara apapun. Oleh karena itu, hak moral dalam hak cipta merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM).

(49)

yang melekat pada diri segenap manusia sehingga mereka diakui keberadaannya tanpa membedakan seks, ras, warna kulit, bahasa, agama, politik, kewarganegaraan, kekayaan, dan kelahiran.

Lisensi (licence/licentie) berdasarkan suatu perjanjian yang mencantumkan hak-hak pemegang hak-hak cipta dalam jangka waktu tertentu, melakukan perbuatan-perbuatan tertentu dalam rangka eksploitasi yang dimiliki oleh pencipta. Pengalihan hak tersebut pencipta memperoleh uang tertentu sebagai imbalan yang disebut dengan royalty.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Perjanjian Lisensi diantaranya, adalah17 :

1. Identifikasi dari pihak pemberi lisensi dengan penerima lisensi. 2. Identifikasi atas jenis Hak Kekayaan Intelektual yang dilisensikan. 3. Luasnya ruang lingkup dari Hak Kekayaan Intelektual yang dilisensikan. 4. Tujuan pemberian lisensi hak atas Kekayaan Intelektual.

5. Eksklusifitas pemberian lisensi.

6. Spesifikasi khusus yang berhubungan dengan kewenangan untuk melakukan produksi dan atau untuk melaksanakan penjualan dari barang dan/atau jasa yang mengandung Kak atas Kekayaan Intelektual.

7. Pengawasan serta kerahasiaan atas Hak kekayaan intelektual yang dilisensikan.

8. Kewajiban memberi perlindungan atas Hak atas Kekayaan Intelektual yang dilisensikan.

17

(50)

9. Kompensasi dalam bentuk royalty dan pembayarannya

10. Pilihan hukum ataupun cara-cara penyelesaian sengketa atas perjanjian lisensi tersebut

11. Pengakhiran pemberian lisensi

Bentuk perjanjian lisensi dapat memuat ketentuan-ketentuan antara lain, adalah18 :

1. Hak-hak yang Diberikan dalam Perjanjian Lisensi :

a. Hak khusus/tidak khusus, terutama berkaitan dengan produk yang

seragam.

b. Dapat ditarik kembali/tidak, sehubungan dengan masalah pelanggaran.

c. Hak untuk menggunakan manual pemakaian dan dokumentasi terkait.

2. Jangka Waktu Lisensi

a. Tidak terbatas atau terbatas.

b. Hak memperbarui dan jangka waktunya.

3. Ruang Lingkup Lisensi

a. Mengenai aspek perjanjian lisensi pada penggunaan secara internal

b. Jumlah pengguna, pengguna yang disebutkan namanya atau yang

konkuren dan variasi lain.

c. Jumlah unit/produk.

d. Hak memperbanyak untuk cadangan, hak untuk hak cipta.

18

(51)

e. Hak untuk merubah penemuan dan mengkombinasikannya dengan produk

lain, yakni mengenai tangung jawab yang menjadi pemilik hasil modifikasi

dan masalah hak cipta.

4. Pembatasan Pengalihan dan Sublisensi

a. Biasanya lisensi tidak boleh dialihkan, ditransfer, disublisensikan atau

dijaminkan.

b. Biasanya lisensi tidak boleh menggunakan penemuan untuk kepentingan

pihak di luar perjanjian (pelatihan bagi pihak ketiga), membagi pemakaian

secara komersial, menyewakan, atau penggunaan untuk layanan lain.

c. Pembatasan penggunaan pada lokasi tertentu saja.

5. Hak atas Source Code (bagi Lisensi Software Komputer)

a. Mengenai praktis atau tidaknya penerima lisensi untuk memperoleh kode

sumber.

b. Kestabilan lisensor.

c. Source code escrow (kode sumber oleh pihak ketiga)dan pilihannya.

d. Pembatasan terhadap kapan source code dapat diakses atau digunakan.

e. Kemungkinan updatingsource code bagi lisensee.

6. Pemilikan atas Penemuan

a. Menyatakan pemilikan lisensor atas seluruh hak, hak cipta, merek, dan

seluruh hak pemilikan lainnya dalam penggunaan produk dan dokumen

terkait.

(52)

c. Pembatasan akses bagi pegawai, konsultan, atau pihak ketiga.

d. Pemilikan merupakan representasi lisensor atas penemuan.

e. Masalah pemilikan dalam kaitan dengan modifikasi lisensee.

f. Pemilikan akan salinan yang diciptakan pengguna.

7. Ketentuan Pembayaran.

a. Jadwal pembayaran.

b. Discount

c. Pembayaran dalam kaitan dengan penerimaan license atas pengujian

produk

d. Fee atas keterlambatan

e. Biaya pengiriman barang.

f. Penjualan, pengunaan, hak milik, pajak pertambahan nilai dan jenis pajak

lainnya selain pajak yang didasarkan pada penerimaan lisensor.

8. Prosedur Penerimaan

a. Hak untuk menguji pada periode waktu yang ditentukan.

b. Hak untuk menolak dan akibat penolakan.

9. Jaminan/Warranties

a. Lisensor akan memberikan warranty yang sangat terbatas misalnya syarat

jaminan atas kerusakan fisik dan pengerjaannya hanya berlaku 90 hari

pertama.

b. Lisensee boleh meminta warranty bahwa paling tidak penemuan berfungsi

(53)

c. Jangka waktu warranty.

d. Prosedur pemberitahuan terhadap lisensor tentang kerusakan.

e. Prosedur dan waktu tanggapan untuk perbaikan atas masalah yang terjadi.

f. Modifikasi atas produk warranty

g. Sangkalan (disclaimer) secara eksplisit oleh lisensor mengenai :

1) Kemampuan untuk diperdagangkan.

2) Kecocokan bagi tujuan terkait.

3) Dioperasikan bebas dari kesalahan.

h. Warranties lainnya baik yang tersurat maupun tersirat, selain yang secara

eksplisit dinyatakan dalam perjanjian.

10. Pembatasan Tanggung Jawab Lisensor.

a. Lisensor tidak bertanggung jawab atas kerusakan tidak langsung, khusus,

kecelakaan, kerusakan karena akibat yang wajar, baik dalam kontrak,

perbuatan melawan hukum, ataupun tanggung jawab produk.

b. Lisensor tidak bertanggung jawab atas kehilangan keuntungan,

pendapatan, data, penggunaan atau biaya dari produk pengganti baik

karena masalah kontrak, perbuatan melawan hukum, ataupun tanggung

jawab produk.

c. Pembatasan terhadap jumlah total kerusakan, misalnya seluruh atau

sebagian fee lisensi yang dibayarkan.

d. Pemendekan pengaturan batasan dimulainya tindakan sejak kerusakan

(54)

11. Hak Inspeksi

Lisensor berhak untuk menginspeksi pekerjaan lisensee dalam melaksanakan

isi perjanjian.

12. Layanan Pendukung dan Pmeliharaan

a. Ruang lingkup layanan pendukung dan pemeliharaan.

b. Waktu tanggapan lisensor untuk mengatasi masalah.

c. Pembayaran.

d. Dibolehkannya penaikan harga.

e. Hubungan dengan perjanjian terpisah.

13. Tidak Mengungkap Informasi Rahasia

a. Persetujuan untuk menyimpan berbagai informasi rahasia.

b. Jangka waktu kerahasiaan.

c. Lingkup informasi yang dilindungi: jangka waktu persetujuan, harga,

informasi lainnya yang ditentukan sebagai rahasia.

d. Pengecualian :

1) Informasi yang merupakan bagian dari milik umum (public domain)

tanpa adanya tindakan dari pihak lain.

2) Informasi yang merupakan penguasaaan pihak lain secara sah sebelum

adanya pengungkapan.

3) Informasi yang secara sah diperoleh dari pihak ketiga tanpa ada

pembatasan atas pengungkapan.

(55)

5) Perjanjian untuk mengambil langkah-langkah yang wajar agar membuat

karyawan bertindak sesuai dengan batasan kerahasiaan.

14. Denda atas Pelanggaran

a. Lingkup denda.

b. Pemberitahuan kepada lisensor tentang klaim tidak adanya pelanggaran.

c. Pengawasan dan penyelesaian oleh lisensor.

d. Pilihan kepada lisensor untuk menggantikan atau memperbaiki produk.

15. Pengakhiran Perjanjian

a. Hak lisensor untuk mengakhiri.

b. Hak lisense untuk mengakhiri.

c. Gagal bayar dan sengketa tentang pembayaran yang disyaratkan.

d. Akibat pengakhiran kontrak, kelangsungan (survival) akan hak dan

kewajiban pembayaran.

e. Pengembalian barang, dokumen-dokumen, dan salinan produk setelah

pengakhiran kontrak

f. Kewajiban lisensee berhenti menggunakan barang setelah pengakhiran

kontrak.

g. Sertifikasi oleh lisensee mengenai berhentinya menggunakan produk

setelah pengakhiran dan pengembalian produk, salinan dan

dokumen-dokumen.

16. Masalah khusus lainnya

(56)

b. Perlindungan harga.

c. Pemasangan.

d. Konfigurasi perangkat keras (misalnya untuk produk software komputer).

17. Lain-lain

a. Hukum yang mengatur.

b. Yurisdiksi, misalnya sebab-sebab tindakan hanya dapat digugat di negara

di mana kantor prinsipal dari lisensor berada.

c. Pemberitahuan.

d. Hubungan antar pihak.

e. Penafsiran terhadap isi kontrak.

f. Fee pengacara

C. Penyalahgunaan Software Komputer

Tingkat penyalahgunaan software komputer di Indonesia saat ini memang sudah sampai pada tahap yang memprihatinkan, di mana sekitar lebih dari 88% software komputer yang digunakan di Indonesia merupakan software komputer yang disalin secara ilegal19. Tingginya tingkat pembajakan software komputer tersebut tidak terlepas dari faktor krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda Indonesia, sehingga berdampak buruk pada daya beli masyarakat. Kesadaran hukum masyarakat yang masih rendah dan tingkat pengetahuan akan teknologi informasi yang juga masih rendah merupakan faktor pendorong lain terhadap maraknya pembajakan software komputer di Indonesia saat ini.

19

(57)

Berbagai bentuk pembajakan piranti lunak (software) komputer diantaranya, adalah20 :

1. Pemuatan Hard Disk (Hard Disk Loading)

Terjadi saat penjual komputer memuat salinan program piranti lunak yang tidak sah ke hard disk komputer yang akan dibeli oleh konsumen, sebagai rangsangan bagi konsumen untuk membeli perangkat PC dari penjual tersebut. Penjual ini tidak menyediakan disket/CD-ROM asli, dokumentasi atau persetujuan lisensi, yang seharusnya diberikan bersama-sama dengan copy program yang legal, dengan demikian konsumen tanpa di sadari menerima piranti lunak ilegal yang telah diinstal di hard disk.

2. Softlifting

Terjadi jika copy ekstra piranti lunak dibuat di dalam suatu lembaga untuk dipakai oleh karyawannya atau untuk dibawa pulang. Menukarkan disket/CD dengan rekan rekan di dalam maupun di luar perusahaan juga termasuk dalam kategori pembajakan ini.

3. Pemalsuan piranti lunak (Software Counterfeiting)

Penggandaan ilegal seluruh paket piranti lunak dan dijual dalam kemasan yang dibuat sedemikian rupa sehingga tampak asli. Bentuk lain pembajakan ini adalah kompilasi berbagai judul piranti lunak tiruan yang dikemas dalam satu CD-ROM secara ilegal dan dipasarkan dengan nama yang berbeda. Berbeda dengan pelanggaran yang terjadi dalam perusahaan, pemalsu piranti lunak

20

(58)

beroperasi murni untuk keuntungan, tanpa mengindahkan pemilik hak cipta produk yang dipalsukan.

4. Penyewaan piranti lunak

Dikenal tiga bentuk pembajakan melalui penyewaan piranti lunak, yaitu produk yang disewa untuk digunakan pada komputer di rumah atau di kantor penyewa, produk yang disewakan melalui mail order dan produk yang dimuat dalam komputer yang disewa untuk waktu terbatas.

5. Downloading Ilegal melalui BBS/Internet

Terjadi melalui downloading piranti lunak sah melalui hubungan modem ke buletin elektronik adalah bentuk lain pembajakan. Pembajakan ini tidak sama dengan penggunaan piranti lunak yang diberikan di public domain, ataupun fasilitas shareware yang digunakan bersama.

Beberapa proses pembajakan software komputer yang umum dilakukan di Indonesia dapat dikelompokan sebagai berikut21 :

1. Piracy yaitu mengcopysoftware ke dalam sebuah Compact Disk (CD) tanpa ijin dari pemegang hak cipta kemudian menjualnya secara bebas.

2. Hardisk Loading yaitu menginstallasi software ke dalam komputer tanpa adanya lisensi dari pemegang hak cipta.

3. End User Piracy yaitu penggandaan software tanpa ijin dari pencipta yang dilakukan oleh pengguna komputer rumahan untuk dipergunakan sendiri.

21

Justisari Perdana Kusumah, Maraknya Pelanggaran Software di Indonesia,

(59)

Modus pembajakan lainnya umumnya banyak dilakukan oleh dealer-dealer komputer yang biasa menyertakan paket software ke dalam setiap pembelian unit komputer sebagai bonus. Software tersebut dimasukan ke dalam komputer dengan cara diinstalasi ke dalam Hardisk.

Master software yang digunakan oleh dealer-dealer komputer tersebut dalam melakukan proses instalasi software ke dalam komputer pada umumnya adalah software original, akan tetapi hasil instalasinya tidak mempunyai lisensi dari pemegang hak cipta. Hal ini yang kemudian menimbulkan banyak para pengguna komputer di Indonesia, yang kebanyakan awam akan teknologi informasi, tanpa disadari telah menggunakan software komputer bajakan.

Berdasarkan hasil pengujian Dealer Test Purchase Program (DTPP) yang dilakukan oleh Microsoft Corporation terungkap bahwa 90% proses installasi software ke dalam komputer yang dilakukan oleh dealer komputer di Indonesia ternyata tidak memiliki dokumen yang resmi, perjanjian lisensi, disk original dan manual, dengan demikian software yang sudah diinstallasi ke dalam komputer yang dijual kepada konsumen dapat dikatagorikan sebagai software bajakan karena proses penggandaannya dilakukan secara tidak sah22.

Penyebaran software komputer bajakan yang terjadi selama ini di Indonesia berlangsung begitu pesat, bahkan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Produk software komputer bajakan itu sendiri banyak diserap oleh berbagai segmen konsumen di masyarakat, mulai dari perusahaan swasta, perbankan nasional, instansi pemerintah,

22

(60)

BUMN, perguruan tinggi, sekolah yang menggunakan komputer sebagai perangkat penunjang administrasi sehari-hari, ditambah dengan pengguna komputer rumahan yang memiliki persentasi terbesar yaitu 90% dalam hal pembajakan software komputer di Indonesia.

Software komputer yang banyak dibajak di Indonesia sebagian besar adalah produk dari Microsoft Corporation yang merupakan salah satu anggota dari Business Software Alliance (BSA). Hal ini disebabkan karena software-software yang diproduksi oleh Microsoft Corporation memiliki sifat user friendly artinya mudah di dalam pengoperasiannya sehingga banyak digunakan oleh para pengguna komputer di seluruh dunia23.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Open Source Campus Agreement (OSCA), terungkap bahwa sampai saat ini ada beberapa software komputer dari berbagai perusahaan software internasional yang paling banyak dibajak di Indonesia24. Data tersebut tercantum dalam tabel 1 sebagaimana terlampir.

Memperhatikan data yang terdapat di dalam tabel 1, bahwa jenis software

Referensi

Dokumen terkait

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut, tidak akan mungkin penegak.. hukum menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang aktual.. Khususnya

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Aturan Peralihan Pasal II Undang-Undang Dasar 1945 juga Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946

Saidin, OK., Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights) , Edisi Revisi, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015. Setiawan, Pokok-Pokok Perikatan , Bandung:

Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Tanpa perencanaan bisnis Anda tidak akan tahu apa- kah manajer Anda sudah didukung untuk mencipta- kan arah yang jelas dan mendapat bimbingan yang diperlukan untuk

Karena Bapak saya miskin, maka saya ditakdirkan tanpa Impian Besar dan hidup dalam kemiskinan karena ini hukum alam… Tapi saya PERCAYA diriku bisa memutuskan lingkaran

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak

Untuk pelanggaran Hak Cipta dibidang komputer selain karena dilakukan perbanyakan dan pendisribusian tanpa izin dari pemegang Hak Cipta ada juga sebab lain