Sungguh kita tidak menginglnkan sama sekall penqetahuan beku yang hanya berinteraksi dengan atak dan tersimpan dalam kotak intelektualisme. Kita menginglnkan agar pengetahuan in1 berubah menjadl
kakuatan yang mendorong terlaksananya petunjuk pengetahuan tersebut dalam realita (Sayyid QutbJ
:
7
f]-tc::
!
/
,. f A ;;d.'".
i j J 3
" f a ,
0
d*i;f
S K R I P S I
PEMBUATAN DAN OPTlMlSASl FORMULA ROT1 TAWAR
DAN ROT1 MANIS SKALA
KEClL
Oleh
RINA
SULISTIANINGF 27. 0587
1 3 9 5
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANiAN
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
Rina Sulistianing F27.0587. Pembuatan dan Optimisasi Formula Roti Tawar dan Roti manis Skala Kecil. Di bawah bimbingan Musa Hubeis dan Subarna.
Roti tawar dan roti manis merupakan makanan yang
cukup populer dan telah tersebar luas di berbagai lapisan
masyarakat Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimisasikan
formulasi dan kondisi proses produksi dalam pembuatan roti
tawar dan roti manis skala kecil. Penelitian ini terdiri
atas penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan.
Dalam penelitian pendahuluan dilakukan penentuan metoda
produksi (metoda babon, adonan langsung dan metoda adonan
cepat) dan ragam suhu pemanggangan terhadap waktu pemang-
gangan yang akan digunakan untuk penelitian lanjutan.
Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan yang nyata diantara roti yang dihasilkan
dari tiga metoda yang diqunakan. Ragam suhu pemanggangan
terhadap waktu pemangganqan tergantung pada formulasi dan
ukuran roti. ~enelitian lanjutan bertujuan mencari formu-
la roti yang optimum dengan penggunaan jenis shortening,
terutama untuk mengurangi biaya bahan baku. Sliortening
yang digunakan adalah mentega "RBS", margarin "Simas",
mentega putih "Australia" dan margarin "Simas" (roti
tawar) dan mentega "Wijsman", mentega "RBS", mar
Formula yang optimal dari segi biaya adalah formula
yang menggunakan margarin "simas" (roti tawar) dan formula
yang menggunakan kombinasi mentega "RBS" dan margarin
"Simas" (roti manis), karena selain masih disukai panelis
(skor 6.3 dan 6,4)
,
nisbah pengembangan (4,9 dan 7,l),
volume spesifik adonan (0,9 dan 0 , 9 ml/g) dan volume
spesifik roti ( 4 , 5 dan 7,l ml/g) tidak berbeda dan biaya
bahan baku (Rp 1,09/g dan Rp 1,8219) relatif lebih murah
dari formula lainnya. Hasil optimisasi dari program
linear untuk fungsi tujuan minimum biaya bahan baku dari
kedua formula di atas adalah Rp 990,2/ K g roti (roti
PEMBUATAN DAN OPTIMISASI FORMULA ROTI TAWAR
DAN ROTI MANIS SKALA KECIL
Oieh :
Rina Sulistianing
F. 270587
SKRLPSI
Sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI,
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN,
INSTITUT PERTANlAN BOGOR
1995
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PEMBUATAN DAN OPTIMISASI FORMULA ROTI TAWAR
DAN ROTI MANIS SKALA KECIL
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI,
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN,
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Oleh :
Rina Sulistianing
E 270587
Dilahirkan pada tanggal 18 Oktober 1971
di Bogor
Tanggal lulus : 30 Januari 1995
KATA PENGANTAR
P u j i s y u k u r penulis haturkan k e h a d i r a t Allah SWT.,
karena atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyele-
saikan skripsi dengan judul "Pembuatan dan Optimisasi
Formula Roti Tawar dan Roti Manis Skala Kecil"
skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memper-
oleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada JURUSAN TEK-
NOLOGI PANGAN DAN GIZI, FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN,
INSTITUT PERTANIAN BOGOR.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada
1. Bapak Dr.Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA yang telah
memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan dalam
melaksanakan penelitian, serta penyusunan d a n pe-
nyelesaian skripsi.
2. Bapak Ir. Subarna yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam melaksanakan penelitian serta penyu-
sunan dan penyelesaian skripsi.
3. Ibu Dr. Ir. Setyo ~ e r t i w i , MAgr yang telah memberikan
bimbingan d a n pengarahan dalam melaksanakan ujian
skripsi.
4. Staf dan petugas Pilot Plant PAU Pangan dan ~ i z i , IPB
5. Petugas perpustakaan Fateta
-
IPB yang telah membantu dalam pengumpulan data dan informasi.G. Semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran bagi
perbaikannya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pihak -
pihak yang memerlukannya.
Bogor, Januari 1995
Penulis,
DAFTAR
IS1
KATA PENGANTAR
...
i iDAFTAR TABEL
...
viiDAFTAR GAMBAR
...
v i i i DAFTAR LAMPIRAN. . .
X I.
PENDAHULUAN...
1A
.
LATAR BELAKANG. . .
2B
.
TUJUAN...
3I1
.
TINJAUAN PUSTAKA...
4A
.
FORMULAS1 ROT1...
4B
.
BAHAN PEMBENTUK ROT1. . .
51
.
BAHAN UTAMA...
5a
.
Tepung terigu. . .
5b
.
Air...
8c
.
Garam...
9...
d.
Ragi roti 1 0 2.
BAHAN PEMBANTU. . .
10a
.
Gula...
1 0 " b.
Shortening...
11c
.
Telur. . .
13. . .
d.
Susu skim 13 e.
Bahan pengisi. . .
143
.
BAHAN TAMBAHAN...
1 44
.
BAHAN PENGEMAS...
15C
.
PROSES DAN PERALATAN PRODUKSI ROT1. . .
1 51
.
METODA DAN P R O S E S PRODUKSI R O T 1. . .
1 52
.
PERALATAN PRODUKSI R O T 1...
1 9D
.
TEKNIK OPTIMISASI. . .
2 21
.
UMUM...
2 22
.
PROGRAM L I N E A R...
2 43
.
LINDO. . .
2 6BAHAN DAN METODA
...
2 7A
.
BAHAN...
2 7B
.
ALAT...
2 7C
.
METODA PENELITIAN. . .
2 81
.
P E N E L I T I A N PENDAHULUAN. . .
2 8. . .
2.
P E N E L I T I A N LANJUTAN 3 3D
.
PENGAMAT AN...
351
.
U J I ORGANOLEPTIK. . .
3 6...
2
.
NISBAH PENGEMBANGAN 3 63
.
VOLUME S P E S I F I K...
3 7I V - HASIL DAN PEMBAHASAN
...
43A
.
PENELITIAN PENDAHULU AN...
431
.
UJI ORGANOLEPTIK...
44a
.
Penampakan umum...
45b
.
Warna...
46c
.
Aroma...
47. . .
d.
Tekstur 48 e.
Rasa...
49...
2.
SUHU DAN WAKTU PEMANGGANGAN 50 B.
PENELITIAN LANJUT AN...
55...
1.
UJI ORGANOLEPTIK 55. . .
.
a Penampakan umum 56 b.
Warna....
59...
.
c Aroma. G1...
.
d Tekstur 64.
...
e Rasa 66 2.
NISBAH PENGEMBANGAN...
693
.
VOLUME SPESIFIK. . .
714
.
BIAYA BAHAN BAKU...
735
.
MODEL PENCAMPURAN BAHAN BAKU....
76V
.
KESIMPULAN DAN SARAN. . .
82A
.
KESIMPUL AN...
82...
B
.
SARAN 84...
DAFTAR PUSTAKA 85
...
LAMPIRAN 87
DAFTAR TABEL
Teks
HalamanPerbandingan formula untuk produk pangan yang
dikembangkan dengan Khamir
...
Standar tepung terigu berdasarkan SII
. . .
Ragam suhu pada uji pemanggangan
. . .
Formulasi roti yang digunakan. . .
Jenis shortening yang digunakan. . .
Model pencampuran bahan baku roti tawar
. . .
Model pencampuran bahan baku roti manis
. . .
Ragam suhu dan waktu pemanggangan
. . .
Waktu proses pembuatan roti tawar dan roti ma-
nis
...
Kondisi. biaya dan volume produksilbatch dalam
pembuatan roti tawar dan roti manis
. . .
Kelebihan dan kekurangan metoda produksi dalampembuatan roti tawar dan roti manis
. . .
Sifat-sifat shortening yang digunakan
. . .
Hasil optimal pencampuran bahan baku roti ta-
DAFTAR GAMBAR
Fraksi protein tepung gandum
. . .
Skema proses pembuatan roti
. . .
Metoda babon
...
Metoda adonan langsung
. . .
Metoda adonan cepat
...
Timbangan
...
Mesin pengaduk/pencampur adonan
. . .
Oven dan proofer
...
Histogram penilaian organoleptik roti tawar
...
pada penelitian pendahuluan
Histogram penilaian organoleptik roti manis
. . .
pada penelitian pendahuluan
Penerimaan panelis terhadap penampakan umum
roti tawar pada berbagai jenis shortening
. . . .
Penerimaan panelis terhadap penampakan umum
. . . .
roti manis pada berbagai jenis shortening
~enerimaan panelis terhadap warna roti tawar
. . .
pada berbagai jenis shorteningPenerimaan panelis terhadap warna roti manis
. . .
pada berbagai jenis shortening
Penerimaan panelis terhadap aroma roti tawar
. . .
pada berbagai jenis shortening
Penerimaan panelis terhadap aroma roti manis
pada berbagai jenis shortening
. . .
Penerimaan panelis terhadap tekstur roti tawar
pada berbagai jenis shortening
. . .
Penerimaan panelis terhadap tekstur roti manis
pada berbagai jenis shortening
...
Penerimaan panelis terhadap rasa roti tawar
pada berbagai jenis shortening
. . .
Penerimaan panelis terhadap rasa roti tawar
pada berbagai jenis shortening
. . .
Nisbah pengembangan roti tawar pada berbagaijenis shortening
. . .
Nisbah pengembangan roti manis pada berbagai
jenis shortening
...
Volume spesifik roti tawar pada berbagai jenis
shortening
. . .
Volume spesifik roti manis pada berbagai jenis
shortening
...
Roti tawar hasil perlakuan metoda babon, ado-
. . .
nan langsung dan metoda adonan cepat
Roti manis hasil perlakuan metoda babon, ado-
. . .
nan langsung dan metoda adonan cepat
. . .
Roti tawar formula A 1 dan A2..
Roti tawar formula A3 dan A 4 . . .
...-
. . .
Roti manis formula A l B l dan A1B2
. . .
Roti manis formula A 2 B 1 dan A 2 8 2DAFTAR
LAMPIRAN
No.
Teks
halamanKuesioner uji organoleptik roti tawar dan
roti manis dengan uji kesukaan..
...
Daftar harga bahan-bahan digunakan pada saat
penelitian
...
Hasil uji organoleptik roti manis pada pene-
litian pendahuluan
...
Sidik ragam penampakan umum roti manis pada
penelitian lanjutan
...
Sidik ragam warna roti manis pada penelitian...
pendahuluanSidik ragam aroma roti manis pada penelitian
pendahuluan
...
Sidik ragam tekstur roti manis pada peneli-
tian pendahuluan
...
Sidik ragam rasa roti manis pada penelitian
pendahuluan
...
Hasil uji organoleptik roti tawar pada pene-
litian pendahuluan
...
Sidik ragam penampakan umum roti tawar pada
penelitian pendahuluan
...
4c.
4d.
4.e
.
5. 5a. 5b. 6 . Ga. 6b. 7. 7a. 7b. 8 .
Sidik ragam aroma roti tawar pada penelitian
pendahuluan
. . .
Sidik ragam tekstur roti tawar pada peneli-
tian pendahuluan
...
Sidik ragam rasa roti tawar pada penelitian
pendahuluan
...
Hasil uji organoleptik penampakan umum roti
manis pada penelitian lanjutan
. . .
Sidik ragam penampakan umum roti manis pada
penelitian lanjutan
...
Uji Duncan penampakan umum roti manis pada
penelitian lanjutan
. . .
Hasil uji organoleptik warna roti manis pada
penelitian lanjutan
...
Sidik ragam warna roti manis pada penelitian
lanjutan
...
~ j i Duncan warna roti manis pada penelitian
lanjutan
...
Hasil uji organoleptik aroma roti manis pada
...
penelitian lanjutansidik ragam aroma roti manis pada penelitian
...
lanjutan
~ j i Duncan.aroma roti manis pada penelitian
lanjutan
...
Hasil uji organoleptik tekstur roti manis
. . .
pada penelitian lanjutan
8a. 9 . 9a. 9b. 10. 10a. 11. lla. llb. 12. 12a. 12b. 13.
Sidik ragam tekstur roti manis pada peneli-
tian lanjutan
...
Hasil uji organoleptik rasa roti manis padapenelitian lanjutan
...
Sidik ragam rasa roti manis pada penelitian
lanjutan
...
Uji Duncan rasa roti manis pada penelitian
...
lanjutanHasil pengamatan nisbah pengembangan roti
manis pada penelitian lanjutan
. . .
Sidik ragam nisbah pengembangan roti manis...
pada penelitian lanjutanHasil pengamatan volume spesifik roti manis
. . .
pada penelitian lanjutan
Sidik ragam volume spesifik adonan roti ma-
nis pada penelitian lanjutan
...
Sidik ragam volume spesifik roti manis pada
penelitian lanjutan
...
Hasil uji organoleptik penampakan umum roti
...
tawar pada penelitian lanjutan
sidik ragam penampakan umum roti tawar pada
penelitian lanjutan
...
Uji Duncan penampakan umum roti tawar pada
penelitian lanjutan
...
Hasil uji organoleptik warna roti tawar pada
penelitian lanjutan
. . .
Sidik ragam warna roti tawar pada penelitian
lanjutan
...
Hasil uji organoleptik aroma roti tawar pada
penelitian lanjutan
. . .
Sidik ragam aroma roti tawar pada penelitian
...
lanjutan
Hasil uji organoleptik tekstur roti tawar
pada penelitian lanjutan
. . .
Sidik ragam tekstur roti tawar pada peneli-tian lanjutan
...
Uji Duncan tekstur roti tawar pada peneliti-
a n lanjutan
...
Hasil uji organoleptik rasa roti tawar padapenelitian lanjutan
. . .
Sidik ragam rasa roti tawar pada penelitian
lanjutan
...
Uji Duncan rasa roti tawar pada penelitianlanjutan
...
Hasil pengamatan nisbah pengembangan roti
tawar pada penelitian lanjutan
...
sidik ragam nisbah pengembangan roti tawar
pada penelitian lanjutan
. . .
Hasil pengamatan volume spesifik roti tawar
pada penelitian lanjutan
. . .
Sidik ragam volume spesifik adonan roti ta-
. . .
war pada penelitian lanjutan18b. Sidik raqam volume spesifik roti tawar pada
penelitian lanjutan
...
8 719. Bahan baku roti manis dan biaya yang diper-
lukan untuk tiap formula pada penelitian
lanjutan
...
8 720. Bahan baku roti tawar dan biaya yang diper-
lukan untuk tiap formula pada penelitian
lanjutan
...
8721. Urutan analisa dari data optimisasi pencam-
puran bahan baku roti tawar dan roti manis
dengan program linear (program komputer
LINDO)
...
8 722. Standar Industri Indonesia - Roti
...
87 23. Data teknis mentega "RBS". . .
8 7I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Roti adalah' produk pangan olahan yang merupakan
hasil proses pemanggangan adonan yang telah difermen-
tasi. Bahan utama dalam pembuatan roti terdiri dari
tepung, air, ragi roti dan garam. Sedangkan bahan
pembantu dan tambahannya antara lain gula, susu skim,
shortening, telur dan bread improver (Pomeranz dan
Shellenberger, 1971).
Jenis dan bentuk roti tergantung dari formulasi
adonan dan cara membuatnya. Menurut U.S. Wheat Asso-
c i a t e s (1983), berdasarkan formulasi r o t i , adonan
dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu adonan roti
manis, adonan leanfroti tawar dan adonan soft rolls.
Adonan r o t i manis adalah adonan yang d i b u a t d a r i
formulasi yang banyak menggunakan g u l a , lemak d a n
telur. Adonan lean adalah adonan roti yang mengguna-
kan sedikitltanpa gula, susu skim dan lemak. Sedang-
kan adonan soft rolls adalah adonan roti yang dibuat
dari formula yang menggunakan gula dan lemak relatif
lebih banyak dari adonan roti tawar.
Saat ini teknologi pengolahan roti berkembang mu-
lai dari teknologi sederhana (manual) sampai k e tekno-
logi yang menggunakan mesin otomatis, sehingga pembu-
dan senill, tetapi telah melibatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Menurut Subarna (1992), di Indonesia, produk roti
merupakan makanan yang cukup populer dan telah terse-
bar luas d i berbagai lapisan masyarakat. Walaupun
d e m i k i a n , fungsi r o t i sebagai makanan utama masih
terbatas dikonsumsi (makanan pengganti). Jenis dan
mutu r o t i disesuaikan dengan selera d a n daya beli
konsumen. Selain mempunyai cita rasa yang disukai,
roti mempunyai daya tarik yang cukup kuat dan memiliki
nilai psikologis yang tinggi bagi masyarakat (status
sosial lebih tinggi).
Pertumbuhan industri bakery yang pesat telah
mendorong upaya efisiensi produksi dengan cara menghe-
mat energi dan menurunkan biaya penggunaan bahan baku.
Hal tersebut membutuhkan pengetahuan yang sistematik
mengenai fungsi-fungsi bahan baku dan pembantu, proses
yang digunakan serta jenis dan produk yang dihasilkan.
Oleh karena itu industri roti perlu menetapkan
kondisi proses produksi dan memilih bahan-bahan baku
yang diperlukan untuk menghasilkan roti bermutu baik,
dengan biaya produksi yang ekonomis. Untuk mempela-
jari formulasi dan kondisi proses yang optimal dalam
proses pembuatan roti tawar dan roti manis digunakan
B. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian pembuatan dan optimisasi formula roti
tawar dan roti manis skala kecil bertujuan untuk
1. Mempelajari formula roti yang optimal, yaitu
dengan cara meminimalkan biaya bahan baku selama
proses pengolahan, dengan tanpa mengurangi mutu
roti yang dihasilkan.
2. Menentukan kondisi proses yang optimum, khususnya
proses pemanggangan.
3. Menggunakan teknik optimisasi riset operasional
(program linear) untuk mencari, memilih dan menen-
tukan alternatif produksi dengan biaya bahan baku
11. TINJAUAN PUSTAKA
Desrosier (1988) mengemukakan bahwa perbedaan
dari berbagai produk bakery yang dikembangkan dengan
khamir hanyalah pada kandungan g u l a , shortening,
padatan susu dan padatan telur yang digunakan. Per-
bandingan beberapa formulasi untuk produk pangan
yang dikembangkan dengan khamir dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan formulasi untuk produk pangan yang dikembangkan dengan khamir (berdasarkan persen tepung)
Bahan
-
bahan Craker Roti Roti Roll Roll Gandum Tawar Tawar Manis( % ) ( % ) ( % ) ( 2 ) ( 2 )
Tepung (ber- diastase) Air Khamir Garam Telur (utuh) Pelembab adonan
Sumber : Cathcart di dalam Desrosier (1988)
Pada umumnya, ada dua jenis formula adonan roti,
yaitu "Rich Formula" dan "Lean Formulau
.
"Rich Dough"mengandung pemanis, produk susu, shortening dan telur
yang ditambahkan dalam jumlah besar (lebih dari 8%)
k e dalam tepung, ragi roti, air dan garam. Dalam
"Lean Dough1', 90-95 % adonan berupa tepung, air, ragi
dan garam, sisanya terdiri dari kombinasi shortening,
Menurut U.S. Wheat Associates (1983), adonan roti
m a n i s adalah adonan yang dibuat dari formula yang
banyak memakai gula, lemak dan telur ("Rich Formula"),
sedangkan adonan roti tawar adalah adonan yang dibuat
dari adonan yang sedikit/tanpa telur dan lemak ("Lean
Formula").
B . BAHAN PEMBENTUK ROT1
Bahan pembentuk (formulasi) adonan roti dapat
digolongkan menjadi bahan utama, bahan pembantu dan
bahan tambahan. Bahan utama terdiri dari tepung
t e r i g u , a i r , r a g i r o t i d a n garam. Bahan pembantu
adalah bahan-bahan yang menyertai bahan utama dalam
pembuatan r o t i untuk mendapatkan a r o m a , r a s a d a n
tekstur yang diinginkan. Bahan pembantu terdiri dari
shortening, susu skim, telur, gula dan bahan pengisi.
Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan untuk
meningkatkan mutu dari produk akhir, misalnya bread
improver. Bahan pengemas adalah bahan yang dibutuh-
k a n untuk mendapatkan penampilan produk yang optimum
untuk dipasarkan.
1. BAHAN
a . Tepung T e r i g u
Menurut Pomeranz dan Shellenberger (1971)
beberapa tipe dari produk-produk yang dikem-
bangkan oleh khamir. Kualitas pembuatan roti
dari tepung sangat tergantung dari kualitas
protein tepungnya.
Protein tepung gandum (Gambar 1) memiliki
sifat pembentukan gluten yang unik setelah
dibasahi dan diaduk dengan air. Gluten gandum
menunjukkan sifat-sifat fisik adonan yang
berbeda dari adonan-adonan yang dibuat dari
serealia lainnya. Ketika air ditambahkan pada
tepung gandum dan diaduk, protein-protein yang
tidak larut dalam air akan mengikat air dan
membentuk gluten. Gluten berfungsi sebagai
penyusun adonan dan penahan gas pengembang
yang dihasilkan oleh ragi roti (Pomeranz dan
Shellenberger, 1971).
Protein gluten terdiri dari gliadin yang
larut dalam alkohol 70% d a n glutenin yang
tidak larut dalam alkohol, tetapi larut dalam
asam dan alkali. Kombinasi gliadin dan glute-
nin 1 : 1 dapat memberikan sifat gluten yang
d i i n g i n k a n d a l a m p e m b u a t a n r o t i . S e l a i n
p r o t e i n g l u t e n , t e p u n g t e r i g u m e n g a n d u n g
protein yang larut dalam air (Pomeranz dan
Protein tepung
-
1 1
Non-Gluten(l5%) Gluten (85%) bukan pembentuk adonan pembentuk adonan
I
1 1
-
1Albumin(GO%) BM rendah BM tinggi Globulin(40%) (25.000-100.000) (>loo. 000) Peptida
Asam amino 1
I
1I
Gliadin Glutenin
I
I
I
i
i
-
enzim tepung Spesies gliadin - larut air,-
ekstensibelprotein pembusa
- protein koagu-
-
elastisitaslan rendah
-
larut dalam asam, basa, pelarut pe- ngikat hi- drogeni
Spesies Glutenin - daya ekstensi- bilitas rendah - elastis
- tersuspensi dalam asam, basa, pelarut pengikat hi- drogen
Gambar 1. Fraksi protein tepung gandum (Holme di dalam Pomeranz dan Shellenber- - -
ger, 1971)
Tepunq terigu yang dihasilkan P. T.
Indocement Tunggal Perkasa
-
Bogasari F l o u r Mill Development dapat dibedakan berdasarkankadar protein, yaitu tepung lemah (weak flour
: 8-9% protein) yang dihasilkan dari gandum
lunak (soft wheat) untuk membuat makanan yang
tidak membutuhkan pengembangan, seperti kue,
biscuit dan wafer; tepung untuk segala keper-
luan (all purpose flour : lo-11% protein) yang
dihasilkan dari gandum keras (hard wheat) dan
gandum lunak; serta tepung kuat (strong flour
[image:26.550.120.486.82.377.2]dihasilkan dari gandum keras untuk membuat
makanan yang membutuhkan adanya proses pengem-
bangan yang tinggi seperti roti halus.
Tabel 2. Standar tepung terigu berdasarkan SII
I
Kriteria MutuI
SpesifikasiI
Sumber : Departemen Perindustrian (1977) Kadar air
Kadar
.
al?u Kadar sllikat Derajat asam/pHKeadaan
Bau dan Rasa
Seran qa sisa - sisa serangga s e er?l lelur, larva, kepompong Ba i? an Pengawet dan/atau pemanis
b. Air
Menurut U.S. Wheat Associates ( 1 9 8 3 ) ,
hidrasi adalah fungsi utama dari air dalam
pembuatan roti. Air bersenyawa dengan protein
membentuk gluten. Dalam ha1 ini air sangat
m e n e n t u k a n k o n s i s t e n s i d a n k a r a k t e r i s t i k
rheologi adonan selama proses pembuatan roti.
Dengan k a t a lain air akan menentukan mutu
produk yang dihasilkan, di samping berfungsi
sebagai pelarut bahan-bahan seperti garam,
gula, susu dan mineral. Sebagai ilustrasi,
jumlah air yang ditambahkan selama pengadukan
adonan tergantung pada
(1) daya serap air dari jenis tepung yang di-
gunakan untuk membuat dan mengolah adonan maksimum 1 6 , 5 % maksimum 2 , 2 %
maksimum 0,1% maksimum 4
harus baik, tidak rusak/berjamur
(2) metoda dan peralatan yang digunakan untuk
membuat dan mengolah adonan
(3) karakteristik - karakteristik yang di- inginkan pada produk akhir roti
Secara umum, daya serap air meningkat dengan
semakin tingginya kandungan protein. Air yang
digunakan adalah air yang bebas dari bakteri
patogen dan mikroba yang membahayakan keseha-
tan, tidak berwarna dan tidak berbau.
c. Garam
Menurut U.S. Wheat Associates (1983)
,
pemakaian garam dalam bakery berkisar antara
1,75
-
3,5% berdasarkan berat tepung. Penam-bahan garam ditujukan untuk memberikan rasa
gurih pada roti, mengontrol aktivitas r a g i ,
waktu fermentasi dan mengontrol umur adonan.
Garam dapat meningkatkan keliatan gluten dan
daya absorpsi air dari tepung, sehingga dengan
waktu fermentasi yang cukup akan memungkinkan
volume roti yang lebih besar.
Kualitas garam yang dikehendaki dalam
pembuatan roti antara lain bersih (bebas dari
bahan-bahan yang tidak dapat larut), bebas
dari zat-zat kimia yang akan mengganggu fer-
mentasi, halus d a n tidak bergumpal-gumpal
d . Ragi Roti
Ragi roti atau yeast adalah mikroorga-
nisme (Saccharomyces cerevisiae) yang memfer-
mentasi adonan untuk menghasilkan gas karbon-
dioksida yang dapat mengembangkan adonan.
D a l a m h a 1 ini p r o s e s f e r m e n t a s i y a n g
terkendali akan menghasilkan roti dengan volu-
me dan tekstur yang baik, serta cita rasa dan
aroma yang lezat. Selain itu ragi roti ber-
Eungsi memperlunak gluten dengan asam yang
,dihasilkannya (Rose, 1982).
J e n i s ragi roti komersial adalah r a g i
segar yang telah dipres membentuk lempenyan
(compressed yeast) dan ragi kering berbentuk
granula-granula (active dry yeast/instant dry
yeast)
.
Suhu yang ideal untuk menyimpan ragi roti
kering agar awet dalam jangka waktu panjang
adalah 45'~ ( 7 ' ~ ) . Ragi k e r i n g berbentuk
butiran kecil dan biasanya dibungkus dengan
kemasan timah yang mengandung nitrogen. Ragi
kering aktiE diperkirakan terdiri dari 92% zat
padat dan 8% zat cair.
2 . BAHAN PEMBANTU
a. Gula
M e n u r u t U.S. W h e a t A s s o c i a t e s ( 1 9 8 3 )
9 9 , 9 % ) untuk membuat adonan roti. Pada pembu-
atan adonan roti manis, gula yang digunakan
sebanyak 10 - 30% dan optimum pada kisaran 15
-
25% dari berat tepung.Gula yang diberikan pada pembuatan roti
merupakan makanan untuk yeast di dalam proses
fermentasi. Gula yang tersisa setelah proses
fermentasi disebut sisa gula, akan memberikan
warna pada kulit roti dan rasa pada r o t i .
Gula bersifat higroskopis (kemampuan menahan
air)
,
sehingga dapat' memperbaiki daya tahanroti dalam penyimpanan (U.S. Wheat Associates,
1983).
Gula harus hemenuhi persyaratan seperti
b e r b e n t u k k r i s t a l , b e r w a r n a p u t i h ( g u l a
pasir)
,
bebas dari serangga, infestasi jamurdan kontaminan lainnya, mempunyai aroma khas
dan mengandung 70% gula pereduksi.
b. Shortening
Menurut U . S. Nheat Associates ( 1 9 8 3 ) ,
shortening didefinisikan sebagai lemak atau
minyak yang dipergunakan untuk nielembutkan
roti, kue dan sebaqainya.
Sifat fungsional lemak antara lain seba-
gai emulsifier dan media pertukaran panas.
bentuk, antara lain mentega, margarin, minyak
masak, minyak salad dan mentega putih (Meyer,
L.H, 1982)
Mentega dibuat dengan cara penumbukan
krim susu (proses c h u r n i i l g ) d a n merupakan
emulsi air dalam minyak yang mengandung 80-81%
l e m a k susu. K o m p o n e n lain d a l a m m e n t e g a
a n t a r a lain k a s e i n , l a k t o s a , f o s f o l i p i d ,
kolesterol, garam kalsium, garam NaCl
,
vita-min A , D, E dan K serta flavor (asam butirat) dan zat warna.
Sedangkan margarin dibuat dengan mencam-
purkan minyak atau lemak dengan susu padat,
garam, flavor serta vitamin A dan D. Margarin
harus mengandung lemak tidak kurang dari 80%
dan merupakan emulsi air dalam minyak.
Pada umumnya, mentega putih dibuat dari
m i n y a k n a b a t i s e p e r t i m i n y a k b i j i k a p a s ,
minyak kacang kedelai dan minyak kacang tanah
melalui proses hidrogenasi (Winarno, 1992).
Shortening berfungsi untuk memberikan
nilai g i z i , kelezatan r a s a , s e b a g a i bahan
pengempuk dan membantu pengembangan susunan
fisik makanan yang dibakar.Dalam produksi
roti, lemak berfungsi sebagai pengempuk dan
membantu menahan gas, sehingga gluten mengi-
menjadi lebih baik. Dalam ha1 ini disyaratkan
bahwa lemak yang digunakan antara lain bersih,
s e g a r , memiliki aroma d a n rasa yang b a i k ,
bebas dari ketengikan dan memiliki konsistensi
yang lunak, tekstur plastis dan berwarna putih
atau kekuningan.
c. Telur
Fungsi telur dalam pembuatan roti adalah
untuk membentuk Parna, penahan air, rasa, gizi
dan pelunak. Pemakaian telur dalam adonan
roti manis berkisar 8 - 30 % (optimum lo - 24
% ) . Bagian telur yang digunakan berupa telur
utuh, kuning telur dan putih telur. Pemakaian
telur lebih besar dari 15% menghasilkan warna
roti sukar dibedakan (U.S. Wheat Associates,
1983).
d. Susu skim
Tujuan pemakaian susu dalam pembuatan
roti adalah untuk mendapatkan status gizi,
karena susu mengandung protein (kasein)
,
gulalaktosa dan kalsium. Susu juga memberikan
pengaruh terhadap warna kulit (protein d a n
gula) dan juga memperkuat gluten karena kan-
e. Bahan Pengisi
Bahan pengisi digunakan sebagai bahan
pembantu dalam pembuatan roti m a n i s , agar
meningkatkan cita rasa dari roti manis yang
dihasilkan. Bahan pengisi yang sering diguna-
k a n dalam pembuatan roti antara lain k e j u ,
coklat, kismis, selai nenas, pisang dan lain - lain.
3. BAHAN TAMBAHAN
Bahan tambahan yang sering digunakan dalam
p e m b u a t a n r o t i a d a l a h b r e a d i m p r o v e r s e p e r t i
"DimodanU,"~errol-500" dan "supermix", enlulsifier
dan bahan ragi mineral. Bahan-ragi mineral ter-
diri dari tiga macam zat conditioning, yaitu
a. Kondisioner untuk air seperti kalsium (karbo-
nat atau sulfat) dan magnesium (fosfat atau
klorida)
,
b. Kondisioner untuk yeast seperti garam amonium
untuk makanan yeast,
c. Kondisioner untuk adonan seperti bahan peng-
oksidasi (potasium bromat, vitamin C dan se-
bagainya) yang dapat memperkuat gluten.
Menurut U.S. Wheat Associates ( 1 9 8 3 ) , bahan
ragi mineral adalah suatu kombinasi seimbang
dari garam-garam mineral yang telah dibersihkan
dan dapat dimakan, serta pada umumnya didapatkan
mineral adalah melengkapi ragi dengan zat makanan
(gizi), mengatur kegiatan enzim, mengatur bekerja-
nya gluten, menyesuaikan ragam mutu tepung dan
membantu mengatur berbagai jenis air yang terse-
dia.
4. BAHAN PENGEMAS
Bahan pengemas seperti plastik dibutuhkan
dalam produksi roti manis. Maksud utama d a r i
penggunaan pengemas pada produk roti ialah untuk
mencegah terjadinya perubahan cita rasa, warna dan
penampakan yang tidak dikehendaki(Desrosier,1388).
C . PROSES DAN PERALATAN PRODUKSI ROT1
1. METODA
DAN
PROSES PRODUKSIROTI
Desrosier (1988) mengemukakan bahwa produk
roti yang dikembangkan oleh khamir dapat dibuat
dengan metoda langsung (straight dough method) dan
metoda spon dan adonan (sponge and d o u g h methot?).
Metoda adonan langsung me;upakan s u a t u proses
langkah tunggal dimana semua bahan dicampur bersa-
m a - s a m a d a l a m s u a t u c a m p u r a n . D a l a m h a 1 i n i
pencampuran dilakukan sampai massa adonan mencapai
kehalusan dan didapatkan penampakan yang dikehen-
daki, serta mencapai elastisitas yang diperlukan.
Menurut Pyler
a
dalam Desrosier ( 1 9 8 8 ) , Suhuadonan pada saat pencampuran sekitar 78°F dan
Keuntungan metoda ini adalah kebutuhan tenaga
minimum dan waktu fermentasi lebih pendek daripada
metoda spon dan adonan (kehilangan karena fermen-
tasi dikurangi)
.
Pengadukan/pencampuran dalam metoda spon dan
adonan terdiri dari dua tahap, pertama pembentukan
spon dan kedua pembentukan adonan. Tahap pemben-
tukan spon meliputi pencampuran sebagian bahan
adonan yang diikuti dengan suatu fermentasi penda-
huluan. Dalam tahap pembentukan adonan, spon yanq
difermentasikan dijadikan satu dengan bahan yang
tersisa, dicampur, dan dibiarkan untuk fermentasi
yang kedua kalinya dalam waktu yang singkat.
Pada umumnya spon mengandunq kurang lebih 50
-
75% dari jumlah tepung yang digunakan, seluruh jumlah khamir dan air yang cukup untuk menghasil-kan adonan yang agak keras. Suhu adonan pada saat
pencampuran adalah 72°F - 78OF.
Keuntungan metoda ini ialah terdapat suatu
penghematan kebutuhan khamir, roti yang dipanggang
cenderung memiliki volume yang lebih besar d a n
tekstur yang lebih baik. Sedangkan kerugiannya
I
adalah tenaga dan biaya pengolahan lebih banyak,
serta adanya kehilangan fermentasi dan penquapan
yang lebih banyak.
Proses pembuatan roti dapat dibagi dalam dua
bagian utama, yaitu pembuatan dan pemanggangan
adonan. P e m b u a t a n a d o n a n m e l i p u t i p e n g a d u k a n
Shellenberger, 1971). Keseluruhan proses dapat
dilihat pada Gambar 2.
Menurut Pomeranz dan Shellenberger (1971),
pencampuran adonan memiliki d u a f u n g s i , y a i t u
mendistribusikan secara homogen dari komponen - komponen bahan penyusun roti (protein, karbohi-
drat, lemak dan lain-lain) dan pembentukan matriks
gluten dalam menghasilkan roti yang baik. Waktu
pencampuran bervariasi dengan jenis tepung, suhu
adonan
,
konsistensi adonan dan alat pencarnpur.Kelebihan waktu pencampuran dapat mengakibatkan
berkurangnya elastisitas dan ekstensibilitas adon-
an.
Bahan baku utama: (a=1.444,b=1630 g) tepung (a=b=1.000 g) air (a=400,b=600 g)
garam (a=b=2O g)
ragi roti (a=22,b=10 g)
pencampuran adonan + fermentasi di
menggunakan mixer Bahan baku Dembantu:
(a=610,b=17k g) aula la=250.b=75 a ) < .
shortening(a=160, b=80 g)
susu skim (a=50,b=20 a1
I
-
1
telur (a=150 9).I
-I
pembentukan dan pemhagian
I
i
pengembangan d i dalam proofer
I
pengemasane pengirisane pendinginane pemanggangan
I
di dalam oven1
Gambar 2. Skema proses pembuatan roti yang telah diadaptasi
[image:36.547.74.503.368.684.2]Shellenberger, 1971). Keseluruhan proses dapat
dilihat pada Gambar 2.
Menurut Pomeranz dan Shellenberger (1971),
pencampuran adonan memiliki dua fungsi, yaitu
mendistribusikan secara homogen dari komponen - komponen bahan penyusun roti (protein, karbohi-
drat, lemak dan lain-lain) dan pembentukan matriks
gluten dalam menghasilkan roti yang baik. Waktu
pencampuran bervariasi dengan jenis tepung, suhu
adonan
,
konsistensi adonan dan alat pencampur.Kelebihan waktu pencampuran dapat mengakibatkan
berkurangnya elastisitas dan ekstensibilitas adon-
an.
(a=610,b=175 g) gula (a=250,b=75 g) shortening(a=l60,b=80 g) susu skim (a=50,b=20 g)
telur (a=150 g)
J
Bahan baku utama: (a=1.444,b=1630 g) tepung (a=b=1.000 g)
air (a=400,b=600 g)
garam (a=b=20 g)
ragi roti (a=22,b=10 g)
i
pembentukan dan pembagian
I
-
L a <
dalam pr'oofer
I
I
pengemasan- pengirisant- pendinginanc- pernanggangan
I
di dalam ovenBahan baku uembantu:
Gambar 2. Skema proses pembuatan roti yang telah diadaptasi lebih lanjut dari Pomeranz dan Shellenberger, 1971
-4pencampuran adonan -4 fermentasi di
[image:37.541.77.503.75.750.2]P a d a s a a t f e r m e n t a s i , d i h a r a p k a n p r o d u k -
produk metabolisme ragi memodifikasi adonan clalam
rangka menghasilkan roti yang empuk, poros, dan
bercita rasa. Perubahan utama yang terjadi selama
fermentasi (Pomeranz dan Shellenberger, 1 9 7 1 )
adalah
( 1 ) fermentasi karbohidrat menjadi C O Z , alkohol
dan sejumlah kecil senyawa-senyawa lain yang
mempengaruhi protein dan aktivitas sebagai
prekursor flavor
(2) modifikasi dari matrik gluten untuk pemhen-
tukan adonan yang optimum dan retensi g a s
selama tahap pembakaran.
Desrosier (1988) mengemukakan bahwa pemang-
gangan merupakan aspek kritis dari seluruh urutan
proses untuk menghasilkan produk roti berkualitas
tinggi. S e b a g a i i l u s t r a s i p e m a n g g a n g a n y a n g
b e r l e b i h a n d a p a t m e n g a k i b a t k a n k e k e r a s a n d a n
penampakan yang tidak baik.
Matz dalam Pomeranz dan Shellenberger
( 1 9 7 1 ) , mengemukakan bahwa proses produksi roti
dapat dilakukan secara kontinyu dan tidak konti-
nyu. Dalam proses k o n t i n y u , sistem dirancang
untuk dapat menerima bahan-bahan adonan k e clalam
selanjutnya dilewatkan melalui pompa adonan dan
dimasukkan k e dalam peralatan pembentuk. Di dalam
alat pembentuk, adonan dibentuk sampai mencapai
struktur yang optimum dan memiliki karakteristik
retensi gas yang dikehendaki. Adonan yang telah
terbentuk dipindahkan k e mesin-mesin secara kon-
tinyu untuk dibagi dalam berat yang sesuai dan
selanjutnya dikeluarkan untuk dimasukkan k e pan
y a n g bergerak pada ban berjalan menuju tempat
pengembanyan.
Menurut Albert (1978), proses pembuatan roti
yang tidak kontinyu dikenal denyan "Proses Batchu.
Di dalam proses batch, peralatan - peralatan untuk masiny-masing lini proses tidak langsung saliny
dihubunykan dengan pompa atau pipa seperti pada
sistem proses kontinyu.
2. PERALATAN PRODUKSI ROTI
a. Pencampur Adonan (Hiker)
Peralatan pencampuran yang paling seder-
hana berupa kotak kayu masih digunakan di
industri rumah tangga. Sedangkan penyadukan,
penekanan, dan pembanting adonan masih dilaku-
kan secara manual.
Beberapa jenis pengaduk adonan berupa
roti, tetapi pada umumnya dapat dibaqi atas
penqaduk vertikal (banyak diqunakan di indus-
tri menenqah) dan penqaduk horizontal (banyak
diqunakan di industri besar).
b. Ruang Fermentasi
Ruanq fermentasi diperlukan pada pembu-
atan roti untuk proses fermentasi. Industri
besar menqqunakan pasu baja tahan karat dalam
ruanq yanq suhu d a n kelembabannya relatif
terkontrol untuk fermentasi. Industri kecil
atau rumah tanqqa melakukan fermentasi adonan
pada ember plastik dalam inkubator atau ruanq
terkontrol, bahkan ada juqa meletakkan saja
adonan di atas meja fermentasi.
c. Pembagi Adonan ( D i v i d e r )
Pembaqian adonan dapat dilakukan dengan
menqqunakan pemotonq adonan dari bahan baja
tahan karat atau senq. Industri besar menqgu-
nakan mesin pembagi yanq prinsip kerjanya
m e m b a q i a d o n a n m e n j a d i p o t o n q a n - p o t o n q a n
denqan volume tertentu yanq memiliki berat
yang konsisten.
d. I n t e r m e d i a t e P r w f e r
I n t e r m e d i a t e P r o o f i n g a d a l a h p r o s e s
penqistirahatan adonan setelah proses pemba-
ditanqani pada proses selanjutnya. Pada alat
ini suhu adonan dipertahankan hangat (f 38Oc).
e. Alat Pemulungan (Moulder)
Proses pemulungan adalah proses pence-
takan adonan yang terdiri dari proses pemi-
pihan, penggulungan dan perekatan sisi-sisi
adonan. Pemulungan dapat dilakukan secara
manual maupun menggunakan mesin pulung atau
moulder. Mesin pengisi adonan k e dalam 1-oyanq
biasanya dirangkaikan dengan mesin pulunq.
Konveyor mengangkut loyang kosong d i bawah
mesin pulung, kemudian adonan dimasukkan k e
dalamnya dengan mesin pengisi adonan.
f. Oven
Dalam pemanggangan roti digunakan oven
batu bata, oven dek, oven rotari, oven tero-
w o n g a n (Tunnel o v e n ) . D i i n d u s t r i besar
banyak digunakan oven terowonqan. Ruang pe-
manggangan memiliki panjang antara 3 0 - 90 m.
Di dalam oven terowongan terdapat kohveyor ba-
ja untuk menqangkut roti selama pemahgqanqan.
Pada oven rotari, loyanq berisi adonan
akan dirotasi selama pemangqangan, agar pema-
nasan merata. Untuk meningkatkan pemerataan
g. Alat Pengeluaran dan Alat Pendinginan Roti
Roti hasil proses pemanggangan dikeluar-
k a n dari loyang dan selanjutnya didinginkan
pada konveyor atau rak pendinginan. Di indus-
tri kecil yang belum memiliki mesin pengelu-
aran roti dari loyangnya, roti dikeluarkan
dengan cara dihentakkan. Sedangkan di indus-
tri yang modern, roti dalam loyang dikeluarkan
melalui penyemprotan udara bertekanan tinggi
di sekitar sudut loyang.
D. TEKNIK OPTIMISASI
Tujuan riset operasional ialah memberikan
suatu landasan ilmiah untuk menyelesaikan persoal-
a n yang mencakup interaksi dari beberapa unsur,
agar dapat dicapai hasil yang terbaik bagi orga-
n i s a s i secara keseluruhan. R i s e t operasional
menggunakan metoda kuantitatif dalam memecahkan
suatu masalah (Siagian, 1987).
optimisasi dapat diterangkan pada tingkat
individual atau perusahaan dan juga pada tingkat
komunitas secara keseluruhan. Beberapa pertanyaan
y a n g t e r l i b a t d a l a m h a 1 i n i , a n t a r a l a i n (J.
1. Aturan keputusan apa yanq akan menunjukkan
secara tepat, yanq mana dari beberapa proyek
yanq memungkinkan atau kesempatan-kesempatan
investasi mana yanq seharusnya diambil.
2. Sete!ah dipilih investasi yanq produktif, me-
toda terbaik apa yanq diqunakan untuk membia-
yai investasi tersebut.
M e n u r u t H a r p e r , J.M. d a n W a n n i q e r , L.A.
( 1 9 7 0 ) , persoalan optimisasi'dapat didefinisikan
sebaqai persoalan yanq mencari penyelesaian untuk
memaksimumkan atau meminimumkan sebuah fungsi
numerik dari beberapa peubah atas beberapa funqsi
kendala yang ditetapkan.
Salah satu persoalan manajemen yanq selalu
dihadapi adalah bagaimana menqalokasikan sumber
d a y a yanq terbatas untuk mencapai tujuan yanq
diinqinkan. Sebuah perusahaan berusaha untuk
menqgunakan inputlsumber daya yanq tersedia untuk
menghasilkan outputlluaran berupa produk barang
dan jasa, sehinqqa menqhasilkan laba yanq maksimal
(Supranto, J., 1 9 8 8 ) .
Pada kenyataannya ada beberapa ha1 yang meni-
batasi industri untuk memperoleh laba yang maksi-
mal, diantaranya sumber bahan mentah yanq terba-
t a s / k u r a n q a t a u p u n d a y a beli m a s y a r a k a t y a n g
perlu dipilih salah satu dari beberapa alternatif
untuk mendapatkan hasil yang optimum (Supranto,
J., 1988).
2. PROGRAM LINEAR
Menurut Supranto, J . (1988) program linear
adalah salah satu teknik riset operasional untuk
memecahkan persoalan optimisasi (niaksimisasi/
m i n i m i s a s i ) d e n g a n m e n g g u n a k a n p e r s a m a a n d a n
ketidaksamaan linear untuk mendapatkan hasil yang
optimum dari berbagai alternatif pemecahan yang
ada
.
Model program linear adalah s e b u a h model
matematik untuk menjelaskan persoalan optimasi.
Istilah linear menunjukkan bahwa seluruh fungsi
m a t e m a t i k d i d a l a m model h a r u s b e r u p a f u n g s i
linear. Model program linear memiliki tiga unsur
dasar, yaitu (Siswanto, 1990)
1. Peubah keputusan, yaitu peubah yang akan dica-
ri dan memberi nilai yang kerbaik bagi tujuan
yang hendak dicapai.
2. Fungsi tujuan menunjukkan fungsi matematik
yang harus dimaksimumkan atau diminimumkan dan
mencerminkan tujuan yang hendak dicapai.
3. Fungsi kendala adalah fungsi matematik yang
atau meminimumkan fungsi tujuan dan mewakili
kendala-kendala yang harus dihadapi oleh orga-
nisasi.
Bentuk standar persamaan linear dapat diru-
muskan sebagai berikut
n
Z = G C.X untuk j=1,2,
. . . ,
n (Fungsi Tujuan)j=1 I j r
yang memenuhi persamaan fungsi kendala :
Untuk :
Z = nilai fungsi tujuan
C = parameter-parameter fungsi tujuan j
X = peubah keputusan
j
aij = parameter-parameter kendala (koefisien)
bi = parameter-parameter kendala (kapasitas)
Sedangkan interpretasi terhadap peubah
x
yangdiperoleh, yaitu nilai peubah
x
yang memaksimumkanatau meminimumkan fungsi tujuan disebut solusi
optimum dan nilai peubah
x
yang memenuhi persamaankendala tetapi tidak memaksimumkan atau meminimum-
LINDO
3 . -
L I N D O ( L i n e a r I n t e r a c t i v e a n d D i s c r e t e
Optimizer) adalah sebuah paket program yang di
desain oleh Prof. Linus Scharge, Graduate School
of B u s i n e s s Chicago, untuk menyelesaikan s o a l
pemrograman linear, termasuk pemrograman linear
integer biner.
Dari sudut pandang teori sistem, program ini
menghendaki masukan model matematik pemrograman
linear dengan format standar. Masukan tersebut
kemudian akan diolah dengan proses tertentu agar
menghasilkan luaran.
Program LINDO mampu mengolah kasus pemrogra-
man linear yang memiliki ukuran matriks maksimum
119 kolom dan 59 baris. Ukuran kolom menunjukkan
jumlah maksimum peubah keputusan dan ukuran baris
menunjukkan jumlah maksimum fungsi kendala ditam-
111.
BAHAN
DAN
METODA
A . BAHAN
Bahan-bahan y a n g d i g u n a k a n d a l a m p e n e l i t i a n i n i a n t a r a l a i n t e r i g u ( " C a k r a K e m b a r u ) , g a r a m ( " J e m p o l " ) , a i r , r a g i r o t i i n s t a n ( " F e r m i p a n " ) , s u s u s k i m ( " S a r i Wangi")
,
t e l u r , m e n t e g a (llWijsman" d a n "RBS"),
m a r g a - r i n ("Palmboom" d a n " S i m a s " ),
m e n t e g a p u t i h ( " A u s t r a -l i a " d a n " P u s a k a " ) , g u l a d a n b r e a d i m p r o v e r ( " B a k e r ' s B o n u s " ) .
Bahan-bahan baku t e r s e b u t ( k e c u a l i a i r ) d i p e r o l e h d a r i t o k o b a h a n - b a h a n k u e " A n e k a L o y a n g " d i P a s a r A n y a r
-
B o g o r . A i r y a n g d i g u n a k a n b e r a s a l d a r i i n s t a - l a s i a i r y a n g a d a d i P i l o t P l a n t PAU P a n g a n d a n G i z i ,I P B .
B. ALAT
P e r a l a t a n y a n g d i p e r l u k a n a d a l a h m e j a p e r s i a p a n u n t u k p e r s i a p a n b a h a n , a u t o m a t i c i c e m a c h i n e u n t u k membuat e s , p l a n e t a r y m i x i n g k n e a d i n g m a c h i n e u n t u k p e n c a m p u r / p e n g a d u k a d o n a n , e l e c t r i c b a k i n g o v e n u n t u k
memanggang r o t i , proofer u n t u k f i n a l p r o o f i r l g ( f e r m e n -
t a s i a k h i r ) , r o l l e r u n t u k p e m i p i h a n a d o n a n , t i m b a n g a n
Semua peralatan tersebut berada di Pilot Plant
PAU Pangan dan Gizi, IPB.
C. METODA PENELITIAN
Penelitian ini dibagi k e dalam dua tahap yaitu
penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan.
1. PENELITIAN PENDAHULUAN
Pada penelitian pendahuluan dilakukan opti-
misasi pembuatan roti tawar dan roti manis skala
k e c i l d e n g a n m e n e n t u k a n m e t o d a p r o d u k s i d a n
kondisi proses produksi, khususnya proses pemang-
gangan roti.
Menurut Subarna (1992) secara tradisional ada
dua cara pencampuran adonan roti, adalah metoda
s p o n g e a n d d o u g h ( m e t o d a b a b o n ) d a n m e t o d a
straight douqh (metoda adonan langsung). Metoda
lainnya yaitu metoda no time douqh ( m e t o d a adonan
cepat) d a n metoda babon cair yang disebut juga
"brew" atau "broth". Berdasarkan hasil praktek
kerja d i HERO Home Bakery
-
Cabang Bogor metoda babon cair belum dilakukan di perusahaan tersebut.Pada penelitian ini dilakukan pembuatan roti
dengan menggunakan metoda babon (Gambar 3), metoda
adonan langsung (Gambar 4) dan metoda adonan cepat
(Gambar 5), karena berpengaruh t e r h a d a p waktu
- - - Proses pembentukan babon
terigu (a=b=700 g) alr.(a=280, b=420 g)
I
rag1 (a=15, b=7,5 g)I
2otal a=1.022 g, aram a=b=20 g)I
b=1.150 g) II
I
I
pengadukan babonI
I
fgrmentasi babon(27-30 C,RH 80-85%, 3 jam)
I
di dalam ember bertutup~ e n c a m ~ u r a n / ~ & n g a d u k a n adonan menggunakan mlxer
I
LFermentasi awal
(27-30°c, 80-85% RH, selama 20 menit) di dalam ember bertutup
I
pembentukan
dividing, rounding, il~terniediate proofing dan moulding)
I
1Fermentasi akhir
(38Oc, 7 5 - S ~ % R H , selama G O menit) di dalam proofer
I
Pemanggangan
di Oven
Roti manis Roti tawar
Gambar 3. Metoda babon (Subarna, 1992)
Keterangan: a = roti manis
[image:49.541.72.507.82.639.2]terigu (a=b=1.000 g) air (a=400, b=600 g) ragi roti (a=22, b=10 g) garam (a=b=20 g)
telur (a=150 g) gula (a=250, b=75)
susu skim (a=50, b=20 g) shortening (a=160, b=80 g) bread improver (a=b=7)
1
1 Pencampuran/pengadukan adonan menggunakan mixerI
1 Fermentasi awal(27-30°c, 80-85% RH, selama 6 0 menit) di dalam ember bertutup
I
i
Pembentukan
(dividing, rounding, intermediate proofing dan moulding)
I
1Fermentasi akhir
( 3 8 O ~ , 75-85%RH, selama 60 menit) di dalam proofer
I
i
Pemanggangan di dalam oven
I
1
I
Roti tawar
[image:50.550.147.419.75.589.2]( r t . 1.812 9)
I
Gambar 4 . Metoda adonan langsung (Subarna, 1992)
terigu (a=b=1.000 g) air (a=400, b=600 g) ragi roti (a=30, b=15 g) garam (a=b=20 g)
telur (a=150 g) gula (a=250, b=75)
susu skim (a=50, b=20 g) shortening (a=160, b=80 g) bread improver (a=b=7)
I
1
Pencampuran/pengadukan adonan menggunakan mixer
I
1
Pembentukan
(dividing, rounding, intermediate proofing dan moulding)
I
1
Fermentasi akhir
(3a0c, 7 5 - B ~ % R H , selama 60 menit) di dalam proofer
I
1
Pemanggangan di dalam oven
I
1
Gambar 5. Metoda adonan cepat (Subarna, 1992)
[image:51.541.156.406.67.512.2]Suhu dan waktu pemanggangan yang digunakan
dalam penelitian ini didasarkan pada hasil tin-
jauan pustaka ( 2 0 0 ~ ~ selama 20 menit untuk roti
tawar dan 175Oc selama 20 menit untuk roti manis
(U.S. Wheat Associates, 1983), hasil uji coba
pembuatan roti selama praktek kerja di P i l o t P l a n t
( 1 8 0 ~ ~ selama 1 5 menit untuk roti manis) dan di
HERO Home Bakery
-
Cabang Bogor (170'~ selama 35 menit untuk roti tawar dan 150°c selama 35 menituntuk roti manis).
Untuk memperoleh ragam suhu dan waktu pemang-
gangan dalam mendapatkan hasil pemanggangan yang
dikehendaki, telah dilakukan uji coba pemanggangan
pada penelitian pendahuluan dengan selang berikut
Tabel 3. Ragam suhu pada uji coba pemanggangan
Jenis roti Ra am suhu
(149'
-
218Oc)~ o r m u l a s i roti yang digunakan dalam peneli-
tian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tawar
Manis
Terigu "Cakra Kembar" Raqi roti "Fermipan" Garam "Jempolu
Air Telur Gula
Susu Skim "Sari Wanqi" Shortening
[image:53.550.131.492.83.298.2]Bread improver "Baker's Bonus"
Tabel 4. Formulasi roti yanq diqunakan (berdasarkan persen tepung)
2. PENELITIAN LANJUTAN Jenis bahan
Metoda dan kondisi proses yanq optimal darj Kuantitas (%tepung)
Roti tawar
I
Roti manispenelitian pendahuluan diqunakan untuk penelitian
lanjutan. Sumber shortening berasal dari 3 jenis
bahan, yaitu mentega, margarin dan mentega putih.
Dalam ha1 ini shortening tersedia di pasaran dalam
ragam jenis dan kualitas yang dapat mempenqaruhi
biaya bahan baku dalam pembuatan roti (Tabel 5).
Tabel 5. Jenis shortening yang digunakan pada penelitian lan jutan
Komposisi
1
.sh%%ing IProtein Lemak Air illnera1 Asam lenak bebasI
I
MenteaaI
1
12. Simas
I
-
-
-
- - I1. ~ i j s m a n 2. RBS
Margarin 1. Palmboom ~ e n t e g a - p u t i h
11. Australia
I
-
-
-
- maks. 0.1 m1/4I
-
-
- --
-
-
-
- maks. 0, lml/g-
-
- --
] 2. Pusaka
I
-
-
-
-
- . -I
Pemilihan shortening tersebut didasarkan pada
harga dan merek, karena semua jenis shortening
yang digunakan tidak mencantumkan komposisi bahan
dengan jelas.
Untuk memperoleh formulasi roti dengan biaya
bahan baku yang optimal dan memiliki mutu yang
dapat diterima konsumen, maka dilakukan pembuatan
roti dengan perlakuan shortening berikut
a. Roti tawar
A1 = mentega "RBSv
A2 = margarin "Simas"
A3 = mentega putih "Australia"
A4 = mentega putih "Pusaka"
b. Roti manis
-
A = mentegaAl= mentega "Wijsman"
A2= mentega "RBS"
-
B = margarinB1= margarin "Plamboom"
B2= margarin "Simas"
Dari perlakuan tersebut diperoleh 4 macam
formula roti tawar dan 4 macam formula roti manis,
-
Formula roti tawarF 1 = A 1 = mentega "RBS"
F 2 = A 2 = margarin "Simas"
F 3 = A 3 = mentega putih "Australia"
F 4 = A4 = mentega putih "Pusaka"
-
Formula roti manisF 1 = A l B l = mentega "Wijsman" (50%)
+
margarin"Palmboom" (50%)
F 2 = A 1 B 2 = mentega "Wijsman" (50%)
+
marqarin" S i m a ~ ~ ~ (50%)
F 3 = A 2 0 1 = mentega llRBS" (50%)
+
marqarin"Palmboom" (50%)
F 4 = A 2 B 2 = mentega "RBS" (50%)
+
margarinllSimaslf (50%)
D. PENGAMATAN
Pada penelitian pendahuluan dilakukan penilaian
organoleptik terhadap penampakan umum, warna, aroma,
tekstur dan rasa. Sedangkan pada penelitian lanjutan
dilakukan penilaian orqanoleptik (penampakan umum,
warna, aroma, tekstur dan rasa), pengukuran nisbah
pengembangan dan volume spesifik serta perhitungan
1. UJI ORGANOLEPTIK
Pengujian organoleptik yang dilakukan berupa
u j i hedonik atau kesukaan untuk menilai hasil
akhir produk. Skala hedonik yang digunakan adalah
skala berstruktur, yaitu amat sangat suka sampai
amat sangat tidak suka terhadap penampakan umum,
w a r n a , a r o m a , t e k s t u r d a n r a s a d a r i p r o d u k .
A n a l i s a d a t a d i l a k u k a n d e n g a n m e n g u b a h s k a l a
hedonik menjadi skala numerik atau skala mutu 9
poin (Larmond, 1973)
.
2. NISBAH PENGEMBANGAN
Nisbah pengembangan roti diperoleh dengan
mengukur volume adonan roti sebelum pengembangan
dan volume roti setelah pemanggangan.
volume roti
setelah pemanggangan Nisbah pengembangan =
volume adonan roti sebelum pengembangan
Contoh : Hasil pengukuran volume adonan roti sebe-
lum pengembangan adalah 100 ml (a) dan
setelah pemanggangan menjadi 120 ml(b).
Maka nisbah pengembangannya (b/a) adalah
3. VOLUME SPESIFIK
Perbandingan antara volume dengan berat ( vo-
lume spesifik) adonan dan roti hasil pemanggangan
diperoleh dengan menimbang berat d a n mengukur
volume adonan/roti.
volume adonan roti (ml) Volume spesifik adonan =
,berat adonan roti (g)
Volume roti (ml) Volume spesifik roti =
berat roti (g)
Contoh : Adonan roti berbobot 50 g (a) memiliki
volume 100 ml (b), maka volume spesifik
adonannya (b/a) adalah 100 m1/50 g =
4. PERHITUNGAN BIAYA BAHAN
Perhitungan biaya bahan baku didasarkan pada
formulasi yang digunakan dan harga masing-masing
bahan yang berlaku di pasaran pada saat penelitian
dilakukan. Dengan kata lain biaya bahan baku
diperoleh dari penggandaan jumlah bahan (g) dengan
harga satuan (Rp/g).
E. RANCANGAN PERCOBAAN DAN ANALISA DATA
Rancangan percobaan yang dilakukan adalah ran-
Roti tawar
Yik = p
+
Ai+
e k(i), i = 1,2,3,4; k = 1 , .,4 Roti manisYijk = p
+
Ai+
Bj+
ABij+
ek(ij),i = 1,2; j = 1,2 dan k = 1,2,3,4
Yik = peubah respon roti tawar karena pengaruh fak-
tor taraf ke-i faktor A atau peubah respon roti manis karena pengaruh faktor taraf ke-i
faktor A pada taraf ke-j faktor B.
!J = pengaruh rata-rata sebenarnya
A i = pengaruh sebenarnya dari taraf ke-i faktor A
j = pengaruh sebenarnya dari taraf ke-j faktor B
A B = pengaruh sebenarnya dari interaksi taraf ke-i
11
faktor A dan taraf ke-j faktor B
ek (i) = galat percobaan ke-k
ek(ij)= galat percobaan ke-k pada kombinasi Ai dengan B .
I
Untuk menganalisa data hasil rancangan tersebut
digunakan analisa uji jarak berganda Duncan dengan
taraf kepercayaan 1% dan 5%. Sedangkan program linear
digunakan untuk mencari biaya minimum d a r i model
pencampuran bahan baku roti tawar d a n r o t i manis
Tabel 7. Model pencampuran bahan baku roti manis
Jenis bahan 1 x 1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8
Tabel 6. Model pencampuran bahan baku roti tauar
Kandungan bahan Protein Lemak Karbohidrat Air Abu
Perumusan program linear untuk pencampuran bahan
xl x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8
all a12 a13 a14 a15 ai6 a17 a18 a21 a22 a23 a24 a25 a26 a27 a28 a31 a32 a33 a34 a35 a36 a37 a38 a51 a52 a53 a54 a55 a56 a57 a58 a61 a62 a63 a64 a65 a66 a67 a68
Protein Lemak
Karbohidrat Air
Abu
baku dalam pembuatan roti tavar dan roti manis dari
masing-masing formula yang dimaksud adalah bersifat
all a 1 2 a 1 3 a14 a15 a16 a17 a18 a19 all0 a21 a22 a23 a24 a25 a26 a27 a28 a19 all0 a31 a32 a33 a34 a35 a36 a37 a38 a19 all0 a51 a 5 2 a 5 3 a54 a55 a56 a57 a58 a59 a510 a61 a62 a63 a64 a65 a66 a67 a68 a69 a610
minimum dan memenuhi Standar Industri Indonesia
-
Roti(Lampiran 2 2 ) , dengan tahapan kerja sebagai berikut
1. Menentukan peubah keputusan untuk r o t i t a w a r
yaitu terigu (xl), ragi roti (xZ), garam (x3), air
(x4), gula (x5), susu skim (x6), shortening (x7)
dan bread in~prover (x8). Sedanykan untuk roti
manis adalah terigu (xl), ragi roti ( x 2 ) , garam
(x3), air (x4), telur (x5), yula (x6), susu skim
X , mentega (x8), margarin (x9) dan bread iat-
2. Menentukan funqsi tujuan yang bersifat minimum,
yaitu
Roti tawar
Z = CIXl
+
c2x2+ . . . +
C8X8Roti manis
Z = CIXl
+
C2X2+ . . . +
C l 0 X l O3. Menentukan fungsi kendala yang didasarkan inter-
aksi (aijxj) antar jenis bahan baku ( x l , . . , x 8
untuk roti tawar dan xl,..,xlo untuk roti manis)
denqan komposisi bahan baku (al,..,a6) minimum
atau maksimum.
Roti tawar
allxl
+
a12x2+...+
a18x8 2 atauc
bl aZlxl+
a 2 2 ~ 2+...+
a2*x8 2 atauc
b2amlxl
+
...
+
am8x8 2 atauc
bm Roti manisallxl
+
a12x2+...+
al1xlO 2 atau bl aZlxl+
a22x2+ . . . +
aZlOxl0 2 atau 5 b2 amlxl+
...
+ amlOx10 2 atau 5 b , Keterangan :aij = komposisi bahan baku roti (manis atau tawar)
ke-i yanq dikandunq oleh I unit bahan baku
ke-j
bi = jumlah minimum atau maksimum bahan baku ke-
i yanq diperlukan untuk membuat roti
c . = biaya per unit bahan baku roti ke-j
3
Gambar 6 . Timbangan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Roti tawar adalah roti yang dibuat dari adonan yanq
terdiri dari (berdasarkan persen terigu) terigu (loo%),
a i r (55-GO%), raqi roti instan (1-1,5 % ) , garam (1,75-
2,25%), gula ( - 1 % ) susu skim (0-16%), shortening ( 2 -
10%) d a n bahan raqi mineral (0-0,75%). Sedanqkan roti
manis terbuat dari adonan yang terdiri. dari terigu (loo%),
air (45-55%), garam (1,75-3%), raqi roti instan (2-4,5%),
telur (8-30%), qula (10-30%), susu skim (8-lo%), shorten-
ing (8-30%) dan bahan ragi mineral ( U . S . Wheat Associates,
1983). Berdasarkan definisi yanq dikemukakan, dilakukan
penelitian mengenai optimisasi pembuat-an roti tawar dan
r o t i m a n i s skala kecil. Penelitian ini terdiri a t a s
penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan.
A. PENELITIAN PENDAHULUAN
Pada penelitian pendahuluan optimisasi pembuatan
roti tawar dan roti manis skala kecil dilakukan penen-
tuan metoda dan kondisi proses produksi, khususnya
proses pemanggangan dalam pembuatan roti. Untuk
mendapatkan metoda produksi yanq optimal, pada pene-
litian ini dilakukan pembuatan roti dengan menqgunakan
metoda babon, metoda langsung dan metoda cepat.
Dalam metoda babon