• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Daya Terima Roti Tawar Dengan Modifikasi Tepung Jagung dan Kentang dan Kontribusinya Terhadap Kecukupan Energi Pada Anak SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Daya Terima Roti Tawar Dengan Modifikasi Tepung Jagung dan Kentang dan Kontribusinya Terhadap Kecukupan Energi Pada Anak SD"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

NIM. 09100102 CAHYA ELIKA LUBIS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UJI DAYA TERIMA ROTI TAWAR DENGAN MODIFIKASI TEPUNG JAGUNG DAN KENTANG DAN KONTRIBUSINYA DALAM PEMENUHAN

KECUKUPAN ENERGI PADA ANAK SD

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

091000102

CAHYA ELIKA LUBIS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Penganekaragaman pangan perlu dilakukan agar ketahanan pangan tetap terjaga. Penganekaragaman ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas pangan masyarakat karena semakin beragam konsumsi masyarakat, suplai zat gizi masyarakat juga akan lebih lengkap dibandingkan dengan satu jenis bahan pangan saja. Roti biasanya dibuat dengan menggunakan tepung terigu yang merupakan bahan pangan impor, dapat dimodifikasi dengan memanfaatkan pangan lokal seperti tepung jagung. Roti tawar yang dimodifikasi dengan tepung jagung dan kentang berpotensi memberikan sumbangan zat gizi seperti protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B1, dan vitamin C.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen pembuatan roti tawar dengan penambahan tepung jagung dan kentang dengan berbagai komposisi perbandingan tepung terigu, tepung jagung, dan kentang (5:2:3, 5:2,5:2,5, dan 5:1:4). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji daya terima berdasarkan sifat organoleptik yang meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur yang diuji melalui uji hedonik dan kandungan gizinya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur, roti tawar tepung jagung kentang yang paling disukai panelis adalah roti tawar dengan penambahan tepung jagung dan kentang yang dibuat dengan perbandingan 5:1:4. Berdasarkan analisa sidik ragam, modifikasi tepung jagung dan kentang dengan berbagai tingkat perbandingan pada pembuatan roti tawar tepung jagung ketang memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap rasa, aroma, dan warna, pada roti tawar tepung jagung kentang yang dihasilkan.

Penambahan tepung jagung dan kentang dalam pembuatan roti tawar meningkatkan kandungan, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B1, dan vitamin C dibandingkan roti tawar biasa. Konsumsi dua lembar roti tawar dengan penambahan tepung jagung dan kentang A3 memberikan kontibusi 14,86% kecukupan energi anak usia 10-12 tahun. Disarankan kepada konsumen untuk menjadikan roti tawar dengan penambahan tepung jagung dan kentang sebagai alternatif makanan sehat untuk memenuhi kecukupan energi. Perlu dilakukan pula penganekaragaman makanan lainnya dengan penambahan tepung jagung dan kentang sebagai makanan yang kaya zat gizi.

(5)

ABSTRACT

Food diversification instead is necessary to be done in order that food security can be guaranteed. It is expected to improve food quality because by more variety consumption, community nutrition will also be more complete than only one variety of food. White bread are usually made using wheat flour is imported foodstuffs, can be modified by making use of local foods such as corn flour. White bread are modified with corn flour and spotato are also potentially contribute nutrients such as protein, fat, calcium, phosphorus, iron, vitamin B1, and vitamin C

This was an experimental study on making white bread by adding corn flur and potato in different proportion of wheat flour, corn flour, and potato (5:2:3, 5:2,5:2,5, and 5:1:4). This study was aimed to determine the acceptability which comprised the color, flavor, taste, and texture which were tested by hedonic test and its nutrient composition.

The result of this research showed that by organoleptic test of color, flavor, and taste, white bread with the addition of corn flour and potato which made with 5:1:4 proportion was the most favored by the panelists. Based on the analysis of variance, the modification of corn flour and potato in different proportion influenced different variety of taste, flavor, and color.

The addition of corn flour and potato on bread making increased the content of calcium, phosphorus, iron, vitamin B1, and vitamin C than ordinary white bread. Consumption of two pieces of A3 white bread with addition corn flour and potato contributes 14,86% adequacy of energy in 10-12 years old children. It is suggested for consumer to make white beread with addition of corn flour and potato as an alternative health food to. In addition, it is necessary to do other foods diversification by added corn flour and potato as a food which is rich in nutrient content.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Cahya Elika Lubis

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 4 November 1991

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Bersaudara : 3 (tiga) bersaudara

Alamat : Jl. Pembangunan Gg.H.Ruriz2 No.14E Medan

Riwayat Pendidikan

Tahun 1996 – 1997 : TK Al-Quran Medan

Tahun 1997 – 2003 : SD Swasta Ikal Medan

Tahun 2003 – 2006 : SMP Negeri 16 Medan

T ahun 2006 – 2009 : SMA Negeri 3 Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi

ini yang berjudul “Uji Daya Terima Roti Tawar Dengan Modifikasi Tepung Jagung dan Kentang dan Kontribusinya Terhadap Kecukupan Energi Pada Anak SD”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada bapak

Prof. Dr. Albiner Siagian, Msi selaku dosen pembimbing I dan ibu Dr. Ir. Zulhaida

Lubis, M.Kes, selaku selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan

pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Selanjutnya penulis juga

ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. R. Kintoko Rochadi M.Km selaku dosen Penasehat Akademik.

3. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH dan ibu Dr. Evawany Yunita Aritonang, M.Si

selaku dosen penguji.

4. Bapak Alhamra selaku Kepala Laboratorium Makanan dan Minuman Balai Riset

dan Standarisasi Industri Medan (BARISTAND) yang telah memberikan izin

(8)

5. Ibu kepala sekolah SD Negeri 066653 Medan yang telah memberikan izin

memperoleh data-data yang mendukung penulis dalam menyelesaikan penelitian.

6. Bapak Marihot Samosir S.T, yang telah sabar memberikan masukan, saran-saran

serta membantu penulis dalam segala urusan administrasi.

7. Seluruh dosen dan staff serta seluruh civitas akademika FKM USU yang telah

membimbing dan membantu selama perkuliahan.

8. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, Ayahanda Drs.Nawawi Lubis dan

Ibunda Misbah Batubara yang telah banyak berkorban materi dan moril serta

membesarkan dan mendidik penulis.

9. Adikku tersayang Risya Fitria Lubis dan Maulana Fiqih Lubis yang telah

memberikan motivasi dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.

10.Sahabat-sahabatku Hadiah Kurnia Putri, Atina Travianita, Putri Ramadhani,

Henny Pradipta, Fathia Amanda, Humaira Anggi, Christna, Elfina Sari, Veni

Hardianti yang selalu memberikan dukungan kepadaku.

11.Teman-teman Departemen Gizi kak Petty, kak Ika, kak Anggi, kak Dewi, kak

Maya, Kak Tiene, kak Yohana, kak Jojo, Ria, Fitri Maihana, dan seluruh

anak-anak dari jurusan gizi kesehatan masyarakat serta Reguler Stambuk 2009 yang

telah banyak memberikan dukungan dan bantuan serta kritikan yang menambah

semangat penulis dan teman-teman yang namanya tidak dapat disebutkan

(9)

12.Teman-teman staff UPT 1V Dispenda Aldareza Muammar Lubis, Shera, kak

Dina, kak Lovi, kak Ira, kak Ida, Angga, Hairul, Ica, bang Iki dan semuanya yang

tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk

itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua

pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Medan, Februari 2014

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xi Daftar Lampiran ... xii BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1. Tujuan Umum ... 7

1.3.2. Tujuan Khusus ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Roti ... 9

2.1.1. Jenis-Jenis Roti ... 10

2.1.2. Roti Tawar ... 10

2.1.3. Bahan-bahan dalam Pembuatan Roti Tawar ... 12

2.1.4. Proses Pembuatan Roi Tawar ... 14

2.2. Jagung ... 16

2.2.1. Sifat Fisik Jagung ... 17

2.2.2. Kandungan Gizi Jagung ... 20

2.2.3. Tepung Jagung... 21

2.3. Kentang (Solanum tuberosum L) ... 22

2.3.1. Kandungan Gizi Kentang ... 24

2.4. Kebutuhan Gizi Anak Sekolah ... 25

2.4.1. Energi ... 26

2.4.2. Karbohidrat ... 27

2.4.3. Protein... 28

(11)

2.5. Uji Organoleptik ... 33

2.6. Panelis ... 34

2.7. Kerangka Konsep Penelitian ... 36

2.8. Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1. Jenis Penelitian ... 39

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

3.2.1. Tempat Penelitian ... 40

3.2.2. Waktu Penelitian ... 40

3.3. Panelis ... 40

3.4. Bahan dan Alat ... 41

3.4.1. Bahan ... 41

3.4.2. Alat ... 42

3.5. Tahapan Penelitian ... 43

3.5.1. Proses Pembuatan Tepung Jagung ... 43

3.5.2. Proses Pembuatan Roti dengan Modifikasi Tepung jagung. ... dan Kentang ... 45

3.5.3. Uji Daya Terima ... 46

3.5.4.Menghitung Komposisi Zat Gizi Roti Tawar dengan Modifikasi Tepung Jagung dan Kentang…………... ... 48

3.5.5.Menghitung Kontribusi Energi Pada Roti Tawar Modifikasi. ... Tepung Jagung dan Kentang... ... 48

3.6.Definisi Operasional... ... 49

3.7. Proses Uji Organoleptik ... 50

3.8. Metode Pengumpulan Data ... 51

3.9. Pengolahan dan Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 56

4.1Karakteristik Tepung Jagung yang Dihasilkan ... 56

4.2Karakteristik Roti Tawar Modifikasi Tepung Jagung dan Kentang ... 58

4.3Deskriptif Panelis ... 58

4.4Analisis Organoleptik Aroma Roti Tawar dengan Berbagai Variasi Penambahan Tepung Jagung dan Kentang ... 58

4.5Analisis Organoleptik Rasa Roti Tawar dengan Berbagai Variasi Penambahan Tepung Jagung dan Kentang ... 60

4.6Analisis Organoleptik Warna Roti Tawar dengan Berbagai Variasi Penambahan Tepung Jagung dan Kentang ... 61

4.7Analisis Organoleptik Tekstur Roti Tawar Tepung Jagung Kentang dengan Berbagai Variasi Penambahan Tepung Jagung dan Kentang ... 61

4.8Perhitungan Zat Gizi dalam Roti Tawar Tepung Jagung Kentang ... 63

(12)

BAB V PEMBAHASAN ... 72

5.1Karakteristik Roti Tawar yang Dihasilkan ... 72

5.2Daya Terima terhadap Rasa Roti Tawar dengan Berbagai Variasi Penambahan Tepung Jagung dan Kentang ... 72

5.3Daya Terima terhadap Aroma Roti Tawar dengan Berbagai Variasi Penambahan Tepung Jagung dan Kentang ... 74

5.4Daya Terima terhadap Warna Roti Tawar Tepung Jagung Kentang dengan Berbagai Variasi Penambahan Tepung Jagung dan Kentang ... 75

5.5Daya Terima terhadap Tekstur Roti Tawar Tepung Jagung Kentang dengan Berbagai Variasi Penambahan Tepung Jagung dan Kentang ... 77

5.6Zat Gizi dalam Roti Tawar Tepung Jagung Kentang ... 78

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 85

6.1 Kesimpulan ... 85

6.2.Saran... ... 86

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Komposisi Zat Gizi Roti Tawar dalam 100 g Bahan ... 11

Tabel 2.2. Kandungan Gizi Berbagai Jenis Tepung Jagung ... 23

Tabel 2.3. Nilai Gizi Kentang dalam 100gr Bahan ... 26

Tabel 2.4. Angka Kecukupan Gizi Rata-raa yang dianjurkam untuk Usia 7-19 Tahun ... 27

Tabel 3.1. Rincian Perlakuan ... 39

Tabel 3.2. Jenis dan Ukuran Bahan dalam Eksperiman Bahan ... 41

Tabel 3.3. Tingkat Penerimaan Konsumen ... 46

Tabel 3.4. Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan ... 53

Tabel 3.5. Daftar Analisis Sidik RagamRancangan Acak Lengkap ... 54

Tabel 4.1 Perbandingan Karakteristik Tepung Terigu dan Tepung Jagung 56 Tabel 4.2 Karakteristik Roti Tawar dengan Penambahan Tepung Jagung dan Kentang ... 57

Tabel 4.3 Hasil Analisis Organoleptik Aroma Roti Tawar Modifikasi Tepung Jagung dan Kentang ... 58

Tabel 4.4 Hasil Analisa Sidik Ragam terhadap Aroma ... 59

Tabel 4.5 Hasil Uji Ganda Duncan terhadap Aroma ... 59

Tabel 4.6 Hasil Analisa Organoleptik Rasa Roti Tawar Modifikasi Tepung Jagung dan Kentang ... ... 60

Tabel 4.7 Hasil Analisa Sidik Ragam terhadap Rasa ... 60

Tabel 4.8 Hasil Uji Ganda Duncan terhadap Rasa ... . 61

Tabel 4.9 Hasil Analisa Organoleptik Warna Roti Tawar Modifikasi Tepung Jagung dan Kentang... ... 62

Tabel 4.10 Hasil Analisa Sidik Ragam terhadap Warna ... 62

Tabel 4.11 Hasil Analisa Organoleptik Tekstur Roti Tawar Modifikasi Tepung Jagung dan Kentang... ... 63

Tabel 4.12 Hasil Analisa Sidik Ragam terhadap Tekstur ... 64

Tabel 4.13 Hasil Uji Ganda Duncan terhadap Tekstur ... 64

Tabel 4.14 Kandungan Zat Gizi Roti Tawar per 100 gr ... 65

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Tahapan-tahapan Eksperimen ... 37

Gambar 3.1. Diagaram Alir Pengolahan Tepung Jagung ... 44

Gambar 3.2. Diagram Alir Proses Pembuatan Roti Tawar ... .. 45

Gambar 4.1. Perbedaan Tepung Terigu dan Tepung Jagung ... ... 56

Gambar 4.2. Karakteristik Roti Tawar dengan Penambahan Tepung Jagung dan Kentang……… 57

Gambar 4.3.Jumlah Energi dalam Roti Tawar Biasa dan Roti Tawar Tepung Jagung Kentang... ... 67

Gambar 4.4. Kandungan Protein dalam Roti Tawar Tepung Jagung Kentang 67 Gambar 4.5. Kandungan Kalsium, Fosfor, dan Fe dalam Roti Tawar Tepung Jagung Kentang……… 68

Gambar 4.6. Kandungan Vitamin B1 dalam Roti Tawar Tepung Jagung Kentang……… 69

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Uji Daya Terima

Lampiran 2. Rekapitualsi Data Hasil Penilaian Uji Daya Terima Roti Tawar Pada Siswa Sekolah Dasar dengan Berbagai Variasi Penambahan Tepung Jagung dan Kentang

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 5. Hasil Analisa Kandungan Gizi Roti Tawar

Lampiran 6. Perhitungan Nilai Gizi Roti Tawar dengan Menggunakan DKBM Lampiran 7. Perhitungan Nilai Ekonomis Roti Tawar

(16)

ABSTRAK

Penganekaragaman pangan perlu dilakukan agar ketahanan pangan tetap terjaga. Penganekaragaman ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas pangan masyarakat karena semakin beragam konsumsi masyarakat, suplai zat gizi masyarakat juga akan lebih lengkap dibandingkan dengan satu jenis bahan pangan saja. Roti biasanya dibuat dengan menggunakan tepung terigu yang merupakan bahan pangan impor, dapat dimodifikasi dengan memanfaatkan pangan lokal seperti tepung jagung. Roti tawar yang dimodifikasi dengan tepung jagung dan kentang berpotensi memberikan sumbangan zat gizi seperti protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B1, dan vitamin C.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen pembuatan roti tawar dengan penambahan tepung jagung dan kentang dengan berbagai komposisi perbandingan tepung terigu, tepung jagung, dan kentang (5:2:3, 5:2,5:2,5, dan 5:1:4). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji daya terima berdasarkan sifat organoleptik yang meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur yang diuji melalui uji hedonik dan kandungan gizinya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur, roti tawar tepung jagung kentang yang paling disukai panelis adalah roti tawar dengan penambahan tepung jagung dan kentang yang dibuat dengan perbandingan 5:1:4. Berdasarkan analisa sidik ragam, modifikasi tepung jagung dan kentang dengan berbagai tingkat perbandingan pada pembuatan roti tawar tepung jagung ketang memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap rasa, aroma, dan warna, pada roti tawar tepung jagung kentang yang dihasilkan.

Penambahan tepung jagung dan kentang dalam pembuatan roti tawar meningkatkan kandungan, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B1, dan vitamin C dibandingkan roti tawar biasa. Konsumsi dua lembar roti tawar dengan penambahan tepung jagung dan kentang A3 memberikan kontibusi 14,86% kecukupan energi anak usia 10-12 tahun. Disarankan kepada konsumen untuk menjadikan roti tawar dengan penambahan tepung jagung dan kentang sebagai alternatif makanan sehat untuk memenuhi kecukupan energi. Perlu dilakukan pula penganekaragaman makanan lainnya dengan penambahan tepung jagung dan kentang sebagai makanan yang kaya zat gizi.

(17)

ABSTRACT

Food diversification instead is necessary to be done in order that food security can be guaranteed. It is expected to improve food quality because by more variety consumption, community nutrition will also be more complete than only one variety of food. White bread are usually made using wheat flour is imported foodstuffs, can be modified by making use of local foods such as corn flour. White bread are modified with corn flour and spotato are also potentially contribute nutrients such as protein, fat, calcium, phosphorus, iron, vitamin B1, and vitamin C

This was an experimental study on making white bread by adding corn flur and potato in different proportion of wheat flour, corn flour, and potato (5:2:3, 5:2,5:2,5, and 5:1:4). This study was aimed to determine the acceptability which comprised the color, flavor, taste, and texture which were tested by hedonic test and its nutrient composition.

The result of this research showed that by organoleptic test of color, flavor, and taste, white bread with the addition of corn flour and potato which made with 5:1:4 proportion was the most favored by the panelists. Based on the analysis of variance, the modification of corn flour and potato in different proportion influenced different variety of taste, flavor, and color.

The addition of corn flour and potato on bread making increased the content of calcium, phosphorus, iron, vitamin B1, and vitamin C than ordinary white bread. Consumption of two pieces of A3 white bread with addition corn flour and potato contributes 14,86% adequacy of energy in 10-12 years old children. It is suggested for consumer to make white beread with addition of corn flour and potato as an alternative health food to. In addition, it is necessary to do other foods diversification by added corn flour and potato as a food which is rich in nutrient content.

(18)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan hidup manusia yang berfungsi sebagai pemeliharaan, pertumbuhan, kerja

dan penggantian jaringan tubuh yang rusak. Di setiap negara memiliki makanan

pokok yang berbeda-beda. Makanan pokok merupakan makanan yang dimakan oleh

suatu kelompok penduduk dalam jumlah yang cukup besar dan secara teratur

(Suhardjo,dkk,1986).

Bahan makanan pokok merupakan bahan makanan yang dianggap memegang

peranan paling penting dalam susunan hidangan. Indonesia memiliki daerah luas

dengan berbagai jenis kelompok masyarakat yang mempunyai kebiasaan makan

yang berbeda-beda Di Indonesia terdapat berbagai jenis bahan makanan pokok. Pada

umumnya bahan makanan pokok merupakan sumber utama energi (kalori) dan

mengandung banyak karbohidrat (Sediaoetama, 1989).

Kondisi masyarakat Indonesia yang tergantung pada bahan pangan tertentu

misalnya beras dan gandum dapat melemahkan ketahanan pangan nasional. Satu

kenyataan yang cukup mengkhawatirkan adalah pada periode Januari-April 2005,

terjadi lonjakan impor terigu menjadi 176 ribu ton dari semula 98 ribu ton pada tahun

2004 di periode yang sama, dan diperkirakan pada tahun-tahun berikutnya akan

menjadi dua kali lipat dibandingkan tahun 2004 (Anonim, 2005).

Menghadapi hal tersebut, maka perlu pembangunan di bidang pangan yang

(19)

berorientasi salah satunya pada bahan pangan gandum namun didukung pula oleh

jenis-jenis komoditi strategis lainnya. Secara perlahan masyarakat Indonesia perlu

diajak untuk menerapkan pola pangan zaman sebelum orde baru. Dimana masyarakat

Sulawesi, Maluku, dan Papua kembali mengandalkan sagu sebagai bahan makanan

utama. Selain itu, masyarakat Jawa dapat kembali mengonsumsi tanaman palawija,

seperti singkong, kentang, dan ubi. Hal yang sama perlu dilakukan pada daerah

lainnya, di mana keanekaragaman kebutuhan pangan menjadi fokus utama. Dengan

tujuan untuk mengurangi ketergantungan pada satu jenis komoditas pertanian saja.

Selain itu, langkah ini merupakan salah satu cara meredam ketergantungan Indonesia

terhadap pangan impor (Anonim, 2005).

Jagung berperan penting sebagai penyangga kebutuhan pangan non beras

yaitu sebagai sumber karbohidrat. Komoditas ini potensial sebagai bahan baku

industri antara lain industri pangan. Selain itu juga berperan sebagai bahan pangan

yang memerlukan lebih dari 50% kebutuhan jagung nasional.

Sementara ini kebutuhan bahan baku industri sangat tergantung pada tepung

terigu yang masih harus impor. Untuk itu perlu mencari alternatif pengganti tepung

terigu dengan memanfaatkan bahan lokal yaitu membuat tepung dari jagung. Tepung

jagung merupakan butiran-butiran halus yang digiling. Tujuan pengolahan jagung

menjadi tepung berfungsi untuk memudahkan membuat aneka ragam makanan

dengan bahan dasar jagung. Di samping itu, tepung jagung mempunyai kelebihan

(20)

zat gizi, lebih praktis dan mudah digunakan untuk proses pengolahan lanjutan seperti

pada pembuatan roti (Anonim, 2008).

Roti sudah dikenal sebagai makanan sehari-hari terutama golongan

masyarakat umum. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya berdiri

industri roti baik dalam skala rumah tangga maupun industri menengah. Walaupun

roti bukan merupakan makanan asli yang berasal dari Indonesia, tetapi sudah populer

di masyarakat Indonesia. Roti sebagai jajanan selingan yang cukup mengenyangkan

disukai masyarakat luas, mulai dari kanak-kanak, remaja, hingga dewasa. Hal ini

dibuktikan oleh data Susenas pada tahun 2007 rata-rata belanja rumah tangga

perkapita perbulan untuk belanja roti adalah Rp.3.198,- di daerah perkotaan dan Rp

1.272,- di daerah pedesaan (Anonim,2010).

Membuat roti relatif mudah, pemula pun dapat belajar dalam waktu singkat

cukup mengikuti resep dan teknik pembuatan yang tepat maka langsung bisa

menguasai pembuatan roti. Bahan-bahan dalam pembuatan roti juga mudah didapat

dan bisa dibuat dengan peralatan yang sederhana. Kini fungsinya sering sebagai

pengganti nasi terutama saat sarapan (Sufi,1999). Di Indonesia produk roti

merupakan makanan yang cukup populer dan telah tersebar luas di berbagai lapisan

masyarakat. Walaupun demikian, fungsi roti sebagai makanan utama masih terbatas

dikonsumsi dan hanya dijadikan sebagai makanan pengganti. Jenis dan mutu roti

disesuaikan dengan selera dan daya beli konsumen.

Roti umumnya dibuat dari tepung terigu, karena tepung terigu mampu

(21)

memiliki elastisitas yang baik untuk menghasilkan roti dengan remah halus, tekstur

lembut, volume besar dan mengandung 12-13% protein (Astawan,2004).

Industri pangan maupun industri lain yang menggunakan tepung,

menyebabkan kebutuhan pangan masyarakat akan tepung makin meningkat.

Umumnya berbagai produk makanan seperti roti, biskuit, kue dan mie adalah tepung

terigu sedangkan bahan dasar pembuatan tepung terigu adalah gandum. Gandum

sampai saat ini masih diimpor dari luar negeri. Salah satu cara untuk mengurangi

kebutuhan tepung terigu pada pembuatan roti tawar yaitu dengan menggantikan

sebagian tepung terigu dengan tepung lain misalnya tepung jagung.

Tepung Jagung yang digunakan dalam pembuatan roti ialah tepung jagung

kuning. Tepung jagung kuning merupakan makanan yang biasa dikonsumsi oleh

masyarakat Indonesia sebagai bahan dasar pengolahan makanan. Tepung Jagung

Kuning mengandung energi sebesar 355 kkal, protein 9,2 gr, karbohidrat 73,7 gr,

lemak 3,9 gr, kalsium 10 mg, fosfor 256 miligram, zat besi 2 mg dan vitamin B1

0,38 mg (TKPI,2009).

Masalah kurang gizi yang terjadi pada kelompok anak usia sekolah adalah

kekurangan energi dan protein dimana telah ditemukan bahwa anak sekolah hanya

mengkonsumsi sekitar 70% dari kebutuhan energi setiap hari. Hal ini diperberat lagi

oleh banyaknya anak sekolah yang menderita anemia berdasarkan data hasil Survey

Kesehatan Rumah Tangga tahun 2010 sebesar 24%. Menurut Khumaidi (1994) yang

(22)

terhadap perkembangan otak, hal tersebut terjadi akibat kurangnya protein dalam

makanan.

Makanan rendah energi merupakan salah satu penyebab kekurangan gizi pada

bayi dan anak. Mengingat makanan jajanan terkadang belum terjamin keamanannya,

ada baiknya juga anak dibekali roti atau makanan lain untuk dimakan waktu istirahat

untuk memenuhi kebutuhan gizi anak (Pudjiadi,2000).

Memodifikasi roti rawar dengan tepung jagung dan kentang juga dapat

memberikan manfaat yang besar. Kandungan protein, karbohidrat dan lemak dalam

tepung jagung dan kentang berguna untuk memberikan ketahanan tubuh dan

mengatasi permasalahan kurang energi di Indonesia.

Tanaman kentang merupakan tanaman semusim yang berbentuk semak.

Kentang merupakan jenis umbi-umbian yang memiliki jenis yang berbeda terhadap

umbi-umbian lainnya, seperti singkong, wortel maupun ketela dan masih banyak

lagi. Perbedaannya terletak pada kandungan gizi dan vitamin yang ada di dalam

kentang tersebut. Sebagai salah satu bahan pangan yang mengandung karbohidrat,

mineral, dan vitamin yang cukup tinggi, kentang dapat menggantikan bahan pangan

karbohidrat yang berasal dari beras, gandum, atau jagung yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan pangan masyarakat (Samanhudi, 2009).

Kentang merupakan lima kelompok besar makanan pokok dunia selain

gandum, jagung, beras, dan terigu. Bagian utama kentang yang menjadi bahan

makanan adalah umbi, yang merupakan sumber karbohidrat, mengandung vitamin

(23)

kentang sangat menguntungkan bagi kesehatan, khususnya terhadap pencegahan

timbulnya penyakit tekanan hipertensi (Astawan,2004).

Menurut Sunarjono (2009), kentang termasuk bahan makanan yang penting

untuk konsumsi di sebagian besar penduduk dunia. Kentang sangat digemari oleh

hampir semua orang karena rasanya yang enak. Selain itu, kentang merupakan bahan

pangan sumber kalori sehingga berpotensi untuk mengurangi ketergantungan

terhadap bahan pangan pokok seperti beras. Kentang mengandung karbohidrat 13,5

g, protein 2,1 g, lemak 0,2 g, vitamin C 21 mg dan air 83,4 mg (TKPI, 2009).

Kandungan vitamin, mineral dan karbohidrat yang sangat baik pada kentang dapat

dijadikan pengganti nasi dalam masa-masa krisis.

Peneliti bermaksud untuk membuat roti tawar dengan penambahan tepung

jagung dan kentang. Roti tawar kentang yang dimodifikasi dengan tepung jagung

dan kentang ini juga diharapkan dapat menurunkan permasalahan kekurangan energi

pada anak sekolah dasar. Karena pada kentang dan tepung jagung terdapat

kandungan gizi karbohidrat, protein dan lemak yang tinggi.

Pembuatan roti tawar dengan menggunakan kentang dengan modifikasi

tepung jagung belum pernah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut

peneliti tertarik untuk membuat roti tawar yang dimodifikasi dengan tepung jagung,

dan kentang dengan komposisi perbandingan tepung terigu, tepung jagung dan

(24)

1.2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelian ini adalah bagaimana pengaruh modifikasi

tepung jagung dan kentang dalam pembuatan roti tawar terhadap daya terima dan

kontribusinya terhadap kecukupan energi anak SD.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh modifikasi tepung jagung dan kentang dalam

pembuatan roti tawar terhadap daya terima dan kontribusinya terhadap kecukupan

energi anak SD.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kandungan gizi karbohidrat, protein, lemak dan mineral roti

tawar dengan penambahan tepung jagung, dan kentang.

2. Untuk mengetahui daya terima terhadap warna roti tawar dengan penambahan

tepung jagung, dan kentang.

3. Untuk mengetahui daya terima terhadap aroma roti tawar dengan penambahan

tepung jagung, dan kentang.

4. Untuk mengetahui daya terima terhadap rasa roti tawar dengan penambahan

tepung jagung, dan kentang.

5. Untuk mengetahui daya terima terhadap roti tawar dengan penambahan tepung

(25)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai alternatif makanan penyumbang zat gizi protein, karbohidrat, lemak dan

mineral.

2. Sebagai alternatif pengolahan jagung sebagai bahan dalam pembuatan tepung.

3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penganekaragaman suatu

produk dari kentang dan jagung yang selama ini hanya dikonsumsi sebagai

makanan pengganti nasi.

4. Sebagai alternatif untuk mengurangi pemakaian tepung terigu sebagai bahan dasar

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Roti

Roti berasal dari negara Mesir kuno pada ribuan tahun yang silam. Orang

mesir kuno mengolah tepung gandum menjadi roti gepeng yang dipanggang di atas

batu yang dipanaskan. Orang-orang Yunani dan Romawi kemudian membuat roti

dengan cara dan bahan khas daerah setempat.

Roti memiliki definisi umum adalah makanan yang dibuat dari tepung terigu

(tepung gandum) diragikan oleh khamir (Saccharomyces cereviceae) yang dipanggang lalu ke dalamnya ditambahkan bahan pelezat sebagai pelengkap.

Menurut Mudjadjanto dan Yulianti (2004) roti adalah produk makanan yang terbuat

dari fermentasi tepung terigu dengan ragi atau bahan pengembang lainnya, kemudian

dipanggang. Roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu yang diragikan

dengan ragi roti dan dipanggang ke dalam adonan, serta boleh ditambahkan garam,

gula, susu, lemak, dan bahan-bahan pelezat seperti coklat, dan kismis.

Menurut Sufi (1999) roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air,

dan ragi yang pembuatannya melalui tahap pengulenan, fermentasi (pengembangan),

dan pemanggangan dalam oven. Bahan dan proses yang dilaluinya membuat roti

memiliki tekstur yang khas. Dilihat dari cara pengolahan akhirnya, roti dapat

dibedakan menjadi tiga macam, yaitu roti yang dikukus, dipanggang, dan yang

digoreng. Bakpao dan mantao adalah contoh roti yang dikukus. Donat dan panada

merupakan roti yang digoreng. Sedangkan aneka roti tawar, roti manis, pita

(27)

2.1.1. Jenis-Jenis Roti

Roti dapat dibedakan atas roti putih (white bread) dan roti (whole wheat bread). Roti putih dibuat dari tepung terigu, sedangkan roti cokelat dibuat dari tepung gandum utuh (Mudjajanto, 2004). Proses pengolahan gandum menjadi terigu

akan membuang bagian dedak yang kaya mineral dan serat pangan (dietary fiber). Namun saat ini, roti dari tepung gandum utuh dihargai lebih mahal karena

kandungan gizi lebih banyak (Kusmiati, 2005).

Menurut Kusumastuti (2006), Roti juga mempunyai beberapa variasi yang

terbagi menjadi lima jenis roti, yaitu:

1. Bakery, jenis roti manis yang berbahan dasar tepung terigu, mentega, telur, susu,

air, dan ragi yang dalamnya dapat diisi keju, coklat, atau yang lainnya.

2. Cake, jenis roti yang berasa (manis) dengan tambahan rasa (sense) rum, jeruk atau

coklat dengan bahan dasar tepung terigu, mentega, dan telur tanpa menggunakan

isi.

3. Pastry, jenis roti kering yang bisa berupa sus dan croissant.

4. Donat, jenis roti tawar atau manis yang digoreng dan berlubang di tengahnya

5. Roti tawar, jenis roti yang berbahan dasar tepung terigu,susu, telur, mentega, ragi,

dan air tanpa menggunakan isi.

2.1.2. Roti Tawar

Roti memiliki banyak keunggulan selain mudah diperoleh, roti juga memiliki kandungan gizi yang bermanfaat. Peranan roti bisa tidak hanya menjadi menu

(28)

makan malam. Dibandingkan dengan 100 gram nasi putih atau mi basah, maka 100

gram roti memberikan energi, karbohidrat, protein, kalsium, fosfor dan besi yang

lebih banyak (Astawan,2004).

Roti tawar merupakan salah satu jenis makanan yang berbentuk sponge, yaitu makanan yang sebagian besar volumenya tersusun dari gelembung - gelembung gas.

Produk ini terdiri dari gas sebagai fase diskontinyu dan zat padat sebagai fase kontinyu (Astawan, 2006). Berdasarkan bahan pengembang yang digunakan, roti

tawar termasuk dalam yeast raised goods, yaitu adonan yang mengembang karena adanya karbondioksida yang dihasilkan dari proses fermentasi gula oleh yeast

(Apriyantono, 2009).

Proses pembuatan roti tawar tersebut pada dasarnya sama saja. Perbedaannya,

roti ditambahkan essens yang dilakukan pada saat pencampuran adonan. Banyaknya

penambahan essens untuk satu kg adonan sekitar seperempat sendok teh. Sementara

perbedaan roti dengan atau tanpa kulit adalah proses yang dilakukan setelah roti

matang (Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Komposisi kimia roti tawar dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Komposisi Zat Gizi Roti Tawar dalam 100 g Bahan No Komposisi Zat Gizi Jumlah

1 2

Kalori Protein

40 g 8.0 g

3 Karbohidrat 50 g

4 Lemak 1.2 g

5 Air 40 g

(29)

2.1.3. Bahan-Bahan dalam Pembuatan Roti Tawar

Menurut Sufi (1999) bahan yang digunakan dalam pembuatan roti tawar

terdiri atas bahan pokok, penambah rasa, dan tambahan. Bahan pokok terdiri dari

tepung terigu, ragi, roti, air, dan garam. Bahan penambah rasa yaitu gula, garam,

lemak/minyak, susu, dan telur. Bahan tambahan antara lain zat anti basi atau

pengawet makanan.

Tepung terigu merupakan bahan baku utama roti. Tepung terigu merupakan

hasil olahan dari gandum. Tepung terigu digunakan sebagai bahan utama dalam

pembuatan roti, biskuit, cake, pastry, muffins, makaroni, makanan siap saji, makanan

bayi, dan beberapa kue-kue Indonesia. Tepung terigu berdasarkan kandungan

proteinnya terdiri dari tiga macam yaitu tepung terigu protein tinggi, tepung terigu

protein sedang dan tepung terigu protein rendah.

Ragi merupakan bahan yang berfungsi untuk mengembangkan adonan. Ragi

mampu memfernentasikan karbohidrat pada tepung dan menghasilkan

karbondioksida dan alkohol. Ragi juga memiliki fungsi sebagai penambah rasa dan

aroma pada adonan roti.

Susu merupakan bahan pembasah pada adonan roti. Susu yang digunakan

pada pembuatan roti adalah susu yang segar. Pada adonan roti, susu berfungsi

sebagai penambah nilai gizi selain itu susu juga berfungsi memperkuat adonan dan

menambah rasa.

Gula berfungsi sebagai bahan yang memberikan rasa manis pada adonan,

(30)

digunakan pada pembuatan roti tawar adalah gula putih. Gula juga berfungsi sebagai

pemberi warna pada kulit roti, dan juga membuat roti menjadi lebih empuk.

Walaupun demikian, roti yang mengandung terlalu banyak gula akan membutuhkan

waktu yang lebih lama untuk mengembang karena gula juga bertindak sebagai

pengawet yang dapat menghambat kerja ragi.

Telur merupakan bahan yang umum digunakan dalam pembuatan roti.

Umumnya telur yang digunakan ialah telur ayam dan bagian telur yang biasa

digunakan bagian putih telur, kuning telur, maupun keduanya. Fungsi telur dalam

pembuatan roti sebagai bahan penambah nilai gizi, bahan penambah rasa, bahan

perubah warna kulit produk, bahan pembantu pengembangan, dan untuk

memperlunak adonan.

Garam berfungsi memberi aroma dan rasa pada roti, mengatur kadar peragian

dan dapat memberi warna lebih putih pada roti. Sedikit garam pada roti dapat

meningkatkan kekuatan gluten sehingga adonan roti lebih mudah diuleni dan

mencegah ragi berkembang biak terlalu cepat.

Lemak/ Minyak menambah cita rasa pada roti, membuat roti lebih lembut,

dan membantu pencoklatan roti menjadi lebih baik. Lemak mambuat roti

mengembang lebih besar tanpa memberi kesempatan gas CO2 terlepas sehingga roti

mempunyai volume yang lebih besar. Di sini kita gunakan margarine yang terbuat

(31)

2.1.4. Proses Pembuatan Roti Tawar

Roti tawar dibuat dengan cara mencampurkan tepung dan bahan penyusun

lainnya menjadi adonan dan difermentasikan kemudian digoreng. Pembuatan roti

dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu proses pembuatan adonan, proses

pengembangan adonan dan proses pemanggangan. Ketiga proses ini akan

menentukan mutu hasil akhir roti. Pembuatan adonan meliputi proses pengadukan,

pengembangan dan proses penggorengan (Sufi, 1999).

a. Persiapan Bahan

Bahan-bahan untuk membuat roti tawar disiapkan dalam jumlah yang sesuai

dengan kebutuhan formula resepnya. Susunan dan perbandingan bahan-bahan yang

digunakan harus diatur agar memudahkan dalam penanganan dan menghasilkan

produk olahan yang sesuai dengan yang diharapkan. Karakteristik produk ditentukan

oleh susunan bahan-bahan dan proses yang digunakan. Bahan baku merupakan

faktor yang menentukkan dalam proses produksi atau pembuatan bahan makanan.

Jika bahan baku yang digunakan mutunya baik maka diharapkan produk yang

dihasilkan juga berkualitas (Kusmiati, 2005).

b. Penimbangan bahan

Semua bahan ditimbang sesuai dengan formula. Penimbangan bahan harus

dilakukan dengan benar agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan jumlah

bahan. Ragi, garam, dan bahan tambahan makanan merupakan bahan yang

(32)

berkualitas baik sehingga harus diukur dengan teliti. Dalam penimbangan, sebaiknya

tidak menggunakan sendok atau cangkir sebagai takaran (Kusmiati, 2005).

c. Proses Pengadukan

Proses ini erat kaitannya dengan pembentukan gluten, sehingga adonan siap

menerima gas CO2 dari aktivitas fermentasi. Prinsip proses pengadukan ini adalah

pemukulan dan penarikan jaringan zat gluten sehingga struktur spiralnya akan

berubah menjadi sejajar satu sama lainnya. Tercapainya struktur ini dapat dilihat

pada permukaan adonan yang tampak mengkilap, tidak lengket serta adonan akan

mengembang pada titik optimum dimana zat gluten dapat ditarik atau dikerutkan.

d. Proses Pengembangan Adonan

Proses ini merupakan suatu proses yang terjadi antara peningkatan volume

sebagai akibat bertambahnya gas-gas yang terbentuk sebagai hasil fermentasi dan

protein larut, lemak dan karbohidrat yang juga mengembang.

e. Proses Pembentukan atau Pencetakan

Pada proses ini adonan dibentuk bulat dan ditimbang masing-masing sebesar

90 gram kemudian diletakkan ke dalam loyang yang telah diberi kertas roti dan

dioleskan mentega.

f. Proses Pemanggangan atau Pengovenan

Pada proses ini adonan yang sudah diletakkan ke dalam loyang dimasukkan

(33)

Dalam pemanggangan terjadi pengembangan adonan, kehilangan air, pencoklatan

kulit, dan bentuk roti menjadi tetap (Haryadi, 2004).

2.2. Jagung (Zea Mays)

Jagung merupakan serelia yang penting dan populer khususnya di Amerika

Serikat. Jagung berasal dari Amerika Tengah atau Amerika Selatan. Jagung secara

historis terkait erat dengan suku Indian, yang telah menjadikan jagung sebagai bahan

makanan sejak 10.000 tahun yang lalu. Negara yang mendominasi produksi jagung

adalah Amerika Utara. Kepopuleran jagung manis meningkat dengan pesat di negara

Eropa dan Asia, khususnya Jepang dan Cina, produksinya cenderung terus meluas.

Secara keseluruhan jagung adalah bahan pangan bijian yang dangat penting

bagi manusia dan ternak, dan memiliki banyak kegunaan sebagai pangan dan

nonpangan. Di Amerika Serikat, Kanada dan Australia, tanaman ini umumnya

disebut jagung, yang merupakan istilah umum untuk bijian atau serelia. Di Inggris,

jagung merupakan istilah umum untuk gandum, sedangkan di Irlandia dan

Skotlandia jagung memiliki istilah oat. Jagung memiliki adaptasi pertumbuhan yang

luas, sehingga memungkinnya ditanam secara ektensif di banyak daerah di dunia.

Dalam hal volume, produksi, jagung lebih diungguli dibandigkan gandum dan padi

(Rubatzky dan Yamaguchi 1998).

Jagung dikenal oleh masyarakat Indonesia pada waktu awal abad ke 16 yang

dibawa dari benua Amerika khususnya daerah tropis, oleh Portugis dan Spanyol

(34)

peningkatan sampai pertengahan abad 20 (Sarono, Subiyanti dan Cherng-liang ,

2001).

Sebagian besar kebutuhan jagung domestik untuk pakan atau industri pakan

(57%), sisanya sekitar 34% untuk pangan, dan 9% untuk kebutuhan industri lainnya.

Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, produksi jagung nasional juga

berpeluang besar untuk memasok sebagian pasar jagung dunia yang mencapai sekitar

80 juta ton per tahun (Mejaya, Marsum dan Marcia, 2005).

Di Indonesia, jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Kini

dalam setahun luas areal panen jagung sekitar 3,3 juta ha. Hasil survei yang

dilakukan tahun 1999, sekitar 80% dari areal pertanaman jagung di Indonesia

ditanami varietas unggul yang terdiri atas jagung bersari bebas (komposit) dan

hibrida masing-masing 56% dan 24%, sedang sisanya 20% varietas lokal.Pada tahun

2000, sekitar 75% dari areal pertanaman jagung di Indonesia telah ditanami varietas

unggul terdiri atas 28% jenis hibrida dan 47% jenis komposit, sisanya 25% varietas

komposit lokal (Mejaya et al., 2006).

2.2.1. Sifat Fisik Jagung

Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman palawija di Indonesia yang

memiliki kegunaan sebagai bahan konsumsi manusia. Jagung termasuk sumber

energi yang sukar larut dan sekitar 40% pati jagung lolos degradasi. Jagung (Zea

mays), termasuk famili gramineae, genus Zea. Jagung dapat tumbuh pada selang pH

5-8, tetapi lebih menyukai kondisi pH netral serta kondisi nitrogen yang seimbang

(35)

terhadap lingkungan yang panas dan kering sehingga dapat tumbuh pada area

geografi yang lebih luas dibandingkan dengan serelia yang lain (Phang,2011).

Menurut Fisher dan Goldsworth (1996) tanaman jagung termasuk tanaman

semusim (annual), berbatang tinggi, tegak dan biasanya tunggal dominan walaupun

ada beberapa tunas (anakan), kedudukan daunnya distik (dua baris daun yang keluar

dalam kedudukan berselang), dengan pelepah daun yang saling bertindih-tindih dan

daun-daunnya lebar dan relatif panjang.

Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal dan

akar udara. Akar seminal tumbuh pada saat biji berkecambah, sementara akar

koronal tumbuh ke arah atas dari jaringan batang setelah plumula muncul. Akar

udara merupakan akar yang tumbuh dari buku – buku di atas permukaan tanah, tetapi

dapat masuk ke dalam tanah. Sistem perakaran ini berfungsi untuk mengisap air serta

garam-garam yang terdapat dalam tanah, mengeluarkan zat organik serta senyawa

yang tidak diperlukan, dan alat pernafasan.

Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas, tidak

bercabang. Ruas-ruas berjajar secara vertikal pada batang jagung. Pada tanaman

jagung yang sudah tua, jarak antar ruas semakin berkurang.Batang tanaman jagung

beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang.

Batang memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat daun 6 dan sebagai tempat

pertukaran unsur hara. Unsur hara dibawa oleh pembuluh bernama xilem dan floem.

Floem bergerak dua arah dari atas kebawah dan dari bawah ke atas. Floem membawa

(36)

Tanaman jagung berumah satu (monoecus), yaitu bunga jantan terbentuk

pada ujung batang dan bunga betina terletan daun di bagian tengah batang pada

salah satu ketiak daun. Tanaman jagung bersifat protandry, yaitu bunga jantan

matang lebih dahulu 1-2 hari daripada bunga betina. Letak bunga jantan dan bunga

betina terpisah, sehingga penyerbukan tanaman jagung bersifat menyerbuk silang

(cross pollination). Pada bunga betina terdapat sejumlah rambut yang jumlahnya

cukup banyak (sesuai dengan jumlah biji yang ada pada tongkol). Bunga betina

(tongkol) hanya siap dibuahi dalam waktu tiga hari saja.

Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung

mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi tergantung

pada jenisnya. Pada umumnya biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat

secara lurus atau berkelok - kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung

terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (seed coat), endosperm dan embrio.

Menurut Tobing,dkk (1995) bentuk biji ada yang bulat, berbentuk gigi/pipih

sesuai dengan varietasnya. Warna biji juga bervariasi antara lain kuning, putih,

merah/orange, dan merah hampir hitam.

Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan

kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian

utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio

dari organisme pengganggu dan kehilangan air ; (b) endosperm, sebagai cadangan

(37)

protein, mineral, minyak dan (c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang

terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum dan koleoptil.

2.2.2. Kandungan Gizi Jagung

Jagung mengandung lemak dan protein yang jumlahnya tergantung umur dan

varietas jagung tersebut. Pada jagung muda, kandungan lemak dan proteinnya lebih

rendah bila dibandingkan dengan jagung yang tua. Selain itu, jagung juga

mengandung karbohidrat yang terdiri dari pati, serat kasar, dan pentosan (Muchtadi

dan Sugiyono, 1990).

Selain banyak mengandung karbohidrat, jagung juga merupakan sumber

vitamin A, B1, dan B3, serta mineral, fosfor dan kalium. Selain itu jagung juga

merupakan sumber serat yang baik. Jagung juga mengandung protein dan besi

meskipun dalam jumlah yang tidak banyak (Novary,1999).

Dalam setiap 100 gram biji jagung, terdapat energi sebesar 50 kalori, 1,6

gram protein, 0,6 gram lemak, 11,4 gram karbohidrat, 2 mg kalsium, 47 mg fosfor,

0,4 gram serat, 0,3 mg zat besi, 37 mg magnesium, 30 RE vitamin A, 0,07 mg

vitamin B1, 0,04 mg vitamin B2, 3 mg vitamin C, dan 0,6 mg niacin (Wirakusumah,

1995).

Bagian yang kaya akan karbohidrat adalah bagian biji. Sebagian besar

karbohidrat berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai

80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bent

campura

(38)

2.2.3. Tepung Jagung

Tepung merupakan bahan makanan yang berbentuk bubuk (tepung) yang

diolah dari biji-bijian, umbi-umbian dan bagian isi dari batang tanaman. Tepung

yang dapat menjadi bahan makanan diantaranya adalah tepung jagung, tepung beras,

tepung terigu, tepung tapioka, dan tepung aren atau sagu.

Untuk mendukung program pemerintah dalam swasembada jagung,

diperlukan teknologi pemanfaatan jagung sehingga dapat meningkatkan nilai

tambahnya secara optimal. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah jagung adalah

dengan mengolahnya menjadi berbagai produk olahan yang tahan lebih lama.

Tepung jagung dapat diolah menjadi berbagai makanan atau mensubstitusi

sebagian terigu pada produk pangan berbahan dasar terigu. Tepung jagung bersifat

fleksibel karena dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai produk pangan. Juga

relatif mudah diterimamasyarakat karena tepung jagung telah banyak dimanfaatkan

dalam berbagai produk pangan, seperti halnya tepung beras dan terigu.

Kandungan gizi tiap produk jagung dalam 100 gr bahan dapat dilihat pada

(39)
[image:39.609.112.482.97.331.2]

Tabel 2.2. Kandungan Gizi Berbagai Jenis Tepung Jagung

Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2009) 2.3. Kentang (Solanum tuberosum L)

Kentang (Solanum tuberosum L) berasal dari negara beriklim dingin

(Belanda, Jerman). Tanaman kentang sudah dikenal di Indonesia (Pengalengan,

Lembang, dan Karo) sejak sebelum perang dunia II. Kentang merupakan hasil

seleksi di Negeri Belanda pada tahun 1890. Kentang merupakan salah satu jenis

umbi-umbian yang berbentuk lonjong, kulit berwarna coklat muda dan memiliki ciri

berkulit umbi kekuning-kuningan, berdaging kuning, dan rasanya enak. Umbi

kentang mengandung karbohidrat yang cukup tinggi, sehingga dapat dimakan

sebagai makanan sumber kalori (Pujimulyani,2012).

Di Indonesia terdapat berbagai varietas kentang yang masing-masing varietas

memiliki sifat fisis dan kemis yang berbeda-beda. Sifat-sifat ini sangat

mempengaruhi mutu olah. Perbedaan sifat fisis dan kemis ini mengakibatkan tidak

No Kandungan Gizi

Banyaknya Kandungan Gizi Tepung

Jagung Putih

Maizena Tepung Jagung Kuning

1 Kalori (kkal) 355 341 335

2 Protein (g) 9.2 0.3 9,2

3 Lemak (g) 3.9 0.0 3.9

4 Karbohidrat (g) 73.7 85 73.7

5 Kalsium (mg) 10 20 10

6 Fosfor (mg) 256 30 256

7 Zat besi (mg) 2.4 1.5 2.4

8 Vitamin A (µg) 0.0 0.0 0.0

9 Vitamin B1 (mg) 0.38 0.0 0.38

10 Vitamin C (mg) 0.0 0.0 0.0

(40)

semua varietas kentang cocok untuk digunakan sebagai bahan baku suatu jenis

olahan makanan, misalnya kentang kroket dan perkedel diperlukan jenis kentang

yang pulen dan tidak mudah hancur kalau digoreng.

Meskipun kentang bukan bahan makanan pokok bagi rakyat Indonesia, tetapi

konsumennya cenderung meningkat dari tahun ke tahun karena jumlah penduduk

makin bertambah, taraf hidup masyarakat meningkat, dan wisatawwan asing atau

orang yang tinggal di Indonesia meningkat.

Kentang sebagai komoditas sayuran, selain dikonsumsi dalam keadaan segar,

diolah menjadi berbagai industri makanan. Pemanfaatan kentang, antara lain adalah

kentang rebus, kentang kukus, kroket kentang, soup kentang, perkedel kentang,

kripik kentang, chip kentang dan pati kentang. Sekedar contoh bentuk makanan

olahan yang mudah untuk dicoba sendiri adalah pembuatan keripik kentang dan chip

kentang (Soelarso,1997).

Komposisi umbi kentang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain,

varietas, keadaan tanah yang ditanami, pupuk yang digunakan, umur umbi ketika

dipanen, waktu dan suhu penyimpanan. Perubahan komposisi umbi selama

pertumbuhan meliputi naiknya kadar pati dan sukrosa serta turunnya kadar air dan

gula produksi.

Kentang dikenal mempunyai banyak varietas. Namun secara garis besar

kentang terbagi menjadi 3 kelompok berdasarkan warna umbinya, yaitu kentang

(41)

Dari sekian banyak varietas kentang, di dunia perdagangan hanya ada dua

tipe yang dikenal, yaitu kentang kecil dan kentang biasa. Kentang kecil adalah

kentang yang dipanen saat masih berumur muda. Jenis kentang ini paling tepat

disajikan sebagai salad, atau kentang rebus yang dimakan bersama krim maupun saus

tiram. Sedangkan kentang biasa adalah jenis kentang yang dipanen pada umur

sedang atau tua. Ukurannya cukup besar, tekstur keras, dan berkulit tebal. Jenis

kentang ini sangat tepat bila panggang, digoreng, atau dijadikan pure kentang. Selain

itu, kentang ini juga dapat direbus (Novary, 1999).

2.3.1. Kandungan gizi Kentang

Sebagai bahan makanan, kentang banyak mengandung karbohidrat, sumber

mineral (fosfor, besi dan kalium), mengandung vitamin B, vitamin C dan hanya

terdapat sedikit vitamin A. Bagian kulit kentang juga merupakan sumber serat yang

baik (Novary,1999).

Kentang memiliki berbagai manfaat, diantaranya, kulit umbi kentang dapat

digunakan sebagai obat luka bakar. Selain itu, kentang dijadikan sebagai pengganti

nasi bagi penderita diabetes melitus. Hal ini disebabkan karena kentang merupakan

sumber karbohidrat dengan kalori yang rendah (Sunarjono,2009). Kandungan gizi

(42)
[image:42.609.113.535.91.269.2]

Tabel 2.3. Nilai Gizi Kentang dalam 100 gr Bahan

No Kandungan Zat Gizi Banyaknya Dalam 100 gr Kentang (gr)

1 Protein 2.1 gr

2 Lemak 0.2 gr

3 Karbohidrat 13.5 gr

4 Vitamin A sedikit sekali/diabaikan

5 Vitamin B1 0.09 mg

6 Vitamin B2 0.0

7 Vitamin C 21 mg

8 Fosfor 58 mg

9 Besi 0.7 mg

10 Kalsium 63 mg

11 Air 83.4 gr

Sumber: Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2009) 2.4.Kebutuhan Gizi Anak Sekolah

Menurut Pudjiadi (2000) kebutuhan makanan anak usia sekolah memerlukan

makanan yang kurang lebih sama dengan yang dianjurkan untuk anak prasekolah

terkecuali porsinya harus lebih besar. Oleh sebab kebutuhannya lebih banyak

mengingat bertambahnya berat badan dan aktivitasnya. Aktivitas pada anak sekolah

sangat penting diperhatikan. Jika kebutuhan akan zat gizi pada masa ini akan

mempengaruhi keseimbangan fisiologis tubuh. Gangguan keseimbangan fisiologis

tubuh ini akan berakibat menurunkan fungsi kekebalan tubuh yang berakibat anak

mudah sakit (Mitayani, Sartika 2010).

Jumlah kebutuhan gizi pada anak ditentukan oleh berbagai faktor antara lain

jenis kelamin, berat badan dan aktivitas sehari-hari. Adapun angka kecukupan energi

(43)
[image:43.609.114.516.99.268.2]

Tabel 2.4. Angka Kecukupan Gizi (Energi dan Protein) Rata-Rata yang Dianjurkan untuk Usia 7-19 Tahun (per orang per hari)

Umur Berat Badan

(Kg) Tinggi Badan (Cm) Energi (Kkal) Protein (g)

7-9 tahun 25 120 1800 45

Pria : 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun 35 46 55 138 150 160 2050 2400 2600 50 60 65 Wanita : 10-12 tahun 13-15 tahun 16-19 tahun 37 48 50 145 153 154 2050 2350 2200 50 57 50 Sumber : Departemen Kesehatan RI, 2004

2.4.1. Energi

Energi dalam makanan diperoleh dari karbohidrat, protein, dan lemak. Ketiga

zat gizi tersebut disebut makronutrien. Energi diperlukan untuk metabolisme,

utilisasi bahan makanan, dan aktivitas (Pudjiadi,2000). Menurut WHO (1985)

konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran

energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat

aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang, dan yang memungkinkan

pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi

(Almatsier,2004).

Sumber energi dalam tubuh anak berasal dari tiga sumber, yaitu karbohidrat,

lemak dan protein yang akan dipecah menjadi energi. Energi yang dihasilkan oleh

setiap satu gram karbohidrat sebanyak 4 kalori, yang dihasilkan lemak sebanyak 9

(44)

Kekurangan energi terjadi apabila konsumsi energi melalui makanan kurang

dari energi yang dikeluarkan. Akibatnya, berat badan menjadi tidak ideal. Bila terjadi

pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan. Gejala yang ditimbulkan

oleh anak adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, kurang bersemangat dan

penurunan daya tahan terhadap penyakit infeksi (Almatsier,2004).

Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan melebihi

energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh.

Akibatnya, ialah terjadi kegemukan. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan

dalam fungsi tubuh, merupakan resiko untuk menderita penyakit kronis, seperti

diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, dan memperpendek

harapan hidup (Almatsier,2004).

2.4.2. Karbohidrat

Karbohidrat sebagai sumber energi utama bagi manusia harus dikonsumsi

sebanyak 50-65% dari energi total (Devi,2012). Karbohidrat merupakan sumber

kalori yang murah dan beberapa golongan karbohidrat menghasilkan serat-serat yang

sangat bermanfaat bagi pencernaan dan kesehatan manusia. Karbohidrat mempunyai

peranan pentinga dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa,

warna, tekstur dan lain-lain (Budianto,2009).

Fungsi pokok karbohidrat diantaranya adalah;

1. Menyediakan energi bagi tubuh.

Karbohidrat merupakan sumber utama energi bagi penduduk di seluruh dunia,

(45)

memakan karbohidrat dalam jumlah berlebihan akan menjadi gemuk. Sistem

saraf sentral dan otak sama sekali tergantung pada glukosa untuk keperluan

energinya,

2. Pemberi Rasa Manis pada Makanan

Karbohidrat memberi rasa manis pada makanan, khususnya mono dan disakarida.

3. Penghemat Protein

Bila karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka protein akan digunakan untuk

memenuhi kebutuhan energi, dengan mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat

pembangun. Sebaliknya, bila karbohidrat makanan mencukupi, protein terutama

akan digunakan sebagai zat pembangun.

4. Pengatur Metabolisme Lemak

Karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna, sehingga

menghasilkan bahan-bahan keton, berupa asam asetoasetat, aseton, dan asam

beta-hidroksi-butirat. Bahan-bahan ini dibentuk dalam hati dan dikeluarkan

melalui urin dengan mengikat basa berupa ion natrium. Hal ini dapat

menyebabkan ketidakseimbangan natrium dan dehidrasi. Ph cairan tubuh

menurun. Keadaan ini menimbulkan ketosis atau asidosis yang dapat merugikan

tubuh. Dibtuhkan antara 500-1 gram karbohidrat sehari untuk mencegah ketosis.

5. Membantu Pengeluaran Feses

Karbohidrat membantu pengeluaran feses dengan cara mengatur peristaltik usus

(46)

Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serelia, umbi-umbian,

kacang-kacangan kering dan gula. Hasil olahan bahan-bahan tersebut adalah bihun, mie, roti,

tepung-tepungan, selai, sirup, dan sebagainya. Sumber karbohidrat yang banyak

dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, jagung, ubi, kentang,

talas dan sagu. Asupan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan serta adanya

gangguan metabolisme dapat menimbulkan masalah kesehatan (Sulistyoningsih,

2011). Kurangnya asupan karbohidrat sebagai sumber energi utama akan

menyebabkan berat badan seorang anak menurun sehingga anak terlihat kurus

dikarenakan persediaan lemak pada tubuhnya terpakai sebagai sumber energi.

Aktivitas anak yang berlebih dibandingkan dengan persediaan energi yang

terdapat di dalam tubuh anak ataupun penyakit yang diderita oleh anak

mengakibatkan anak kurang gizi. Sebaliknya, bila anak kelebihan energi, maka

energi yang berlebih akan disintesi menjadi lemak tubuh, sedangkan lemak yang

tersedia tidak terpakai untuk energi. Akibatnya penimbunan lemak terus terjadi dan

mengakibatkan obesitas (Devi, 2012).

2.4.3. Protein

Setelah air, protein merupakan zat gizi yang paling banyak dalam tubuh. Bila

energi makana cukup, dapat dikatakan semua makanan juga mengandung protein

yang cukup. Akan tetapi, jika protein yang dikonsumsi tidak terpenuhi sesuai

kebutuhan tubuh, hal ini menggambarkan bahwa makanan yang dikonsumsi tidak

(47)

Menurut Almatsier (2004) Yang dikutip oleh (Sulistyoningsih, 2011)

maksimal asupan protein yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah sebanyak 2 kali

dari Angka Kecukupan Gizi. Protein terdapat pada pangan nabati maupun hewani.

Nilai protein pada bahan pangan bersumber hewani lebih tinggi dibandingkan

dengan bahan makanan nabati. Sumber protein dari hewani diantaranya adalah ikan,

susu, telur, daging, unggas, dan kerang. Sedangkan sumber protein dari nabati

diantaranya adalah kedelai dan olahannya seperti tempe dan tahu, serta

kacang-kacangan lain (Sulistyoningsih,2011).

Protein ditemukan dalam semua jaringan tubuh. Kebanyakan dari protein

disimpan dalam jaringan otot dan organ-organ tubuh. Sisanya terdapat dalam darah,

tulang dan gigi. Protein memiliki beberapa fungsi yaitu:

1. Membentuk jaringan baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh.

2. Memelihara jaringan tubuh sepanjang hidup dan memperbaiki serta mengganti

jaringan yang rusak.

3. Menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim-enzim

pencernaan dan metabolisme yang digunakan dalam tubuh serta sebagai antibodi

yang diperlukan (Suhardjo,1985).

4. Mengatur keseimbangan air dalam tubuh

5. Bertindak sebagai buffer, yaitu bereaksi dengan asam dan basa untuk menjaga

pH pada taraf konstan (Ph 7,35-7,45).

6. Sebagai sumber energi, protein ekivalen dengan karbohidrat, karena

(48)

Gangguan gizi yang juga sering terjadi pada anak SD ialah kurang energi

protein yang juga disebut kurang kalori-protein. Konsumsi energi yang kurang dapat

menyebabkan penggunaan protein makanan digunakan untuk energi daripada untuk

pertumbuhan dan pemeliharaan. Selain itu, kurang protein tetapi cukup energi dapat

timbul jika jika pangan pokok yang dimakan mempunyai kandungan protein yang

rendah, misalnya singkong ataupun ubi jalar ataupun jika total konsumsi pangan

anak kecil misalnya sop, bubur ataupun bubur halus juga rendah dalam protein kalori

(Suharjdo,1985). Timbulnya penyakit akibat defisiensi protein biasanya disertai

dengan penyakit penyerta berupa infeksi saluran pernapasan serta infeksi saluran

pencernaan (Sulistyoningsih,2011).

2.4.4. Lemak

Lemak dalam makanan biasanya juga disebut lipid. Lipid seperti halnya

karbohidrat juga mengandung unsur karbon, hidrogen, dan oksigen Lemak dan

minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang

berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak seringkali ditambahkan dengan sengaja ke bahan

makanan dengan berbagai tujuan ,misalnya sebgai memperbaiki tekstur dan cita rasa

bahan pangan (Budianto,2009)..

Menurut Hartono (2006) lemak dan minyak merupakan zat gizi kedua yang

digunakan sebagai bahan bakar dalam menghasilkan energi. Kebutuhan lemak tidak

dinyatakan dalam angka mutlak. Kebutuhan lemak yang dianjurkan 15-20% jumlah

energi total berasal dari lemak. Bayi dan anak dianjurkan 1-2% dari kebutuhan

(49)

dibutuhkan untuk pertumbuhan dan untuk memelihara kesehatan kulit (RSCM &

Persagi 1990).

Lemak merupakan salah datu sumber energi bagi tubuh. Lemak juga zat gizi

yang digunaakan untuk memproduksi prostaglandin, yaitu hormon yang berperan

dalam mengatur tekanan darah, sistem saraf, denyut jantung, konstruksi pembuluh

darah, dan pembekuan darah (Mitayani,Sartika,2010). Lemak mengandung vitamin

larut lemak tertentu dan lemak membantu transportasi dan absorbpsi vitamin larut

lemak yaitu A, D, E dan K. Lapisan lemak di bawah kulit mengisolasi tubuh dan

mencegah kehilangan panas tubuh secara cepat, dengan demikian lemak berfungsi

dalam memelihara suhu tubuh. selain itu, lemak berfungsi sebagai pelindung organ

tubuh seperti jantung, hati, dan ginjal (Almatsier, 2004).

Menurut sumbernya lemak dapat dibedakan menjadi lemak nabati dan

hewani. Lemak nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan, sedangkan lemak hewani

berasal dari hewan, termasuk ikan, telur dan susu. Fungsi lemak dalam makanan

memberikan rasa gurih, terutama makanan yang digoreng, serta memberi kandungan

kalori yang tinggi dan memberikan sifat empuk (lunak) pada kue maupun roti.

Lemak dalam tubuh berfungsi sebagai cadangan energi dalam bentuk jaringan lemak

yang ditimbun ditempat-tempat tertentu. Kelebihan konsumsi lemak dapat

mengakibatkan obesitas dan meningkatnya kolesterol darah. Hal ini dapat

menimbulkan berbagai penyakit seperti penyakit jantung dan pembuluh darah.

Terkait konsumsi lemak sebagai sumber energi, kekurangan konsumsi lemak akan

(50)

sebagai pelarut vitamin larut lemak, kekurangan konsumsi lemak dapat menimbulkan

gejala defisiensi vitamin larut lemak (Sulistyoningsih,2011).

2.5. Uji Organoleptik

Penilaian organoleptik disebut juga dengan penilaian indra atau penilaian

sensorik yang merupakan suatu cara penilaian yang palin primitif atau sudah lama

dikenal. Penialaian organoleptik sangat banyak digunakan untuk menilai mutu dalam

industri pangan dan industri hasil pertanian lainnya. Kadang-kadang penilaian ini

dapat memberikan hasil penilaian yang sangat teliti. Dalam beberapa hal penilaian

dengan indera bahkan melebihi ketelitian alat yang paling sensitive (Susiwi, 2009).

Menurut Rahayu (1998) sistem penilaian organoleptik telah dibakukan dan

dijadikan alat penilaian di dalam Laboratorium. Penilaian organoleptik juga telah

digunakan sebagai metode dalam penelitian dan pengembangan produk. Dalam hal

ini prosedur penilaian memerlukan pembakuan yang baik dalam cara penginderaan

maupun dalam melakukan analisa data.

Indera yang berperan dalam uji organoleptik adalah indera penglihatan,

penciuman, pencicipan, peraba dan pendengaran. Panel diperlukan untuk

melaksanakan penilaian organoleptik dalam penilaian mutu atau sifat-sifat sensorik

suatu komoditi, panel bertindak sebagi instrumen atau alat. Panel ini terdiri atas

orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat dari suatu komoditi. Orang yang

menjadi anggota panel disebut panelis.

Uji hedonik atau uji kesukaan merupakan salah satu jenis uji penerimaan.

(51)

kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan, disamping itu mereka juga mengemukakan

tingkat kesukaan/ketidaksukaan. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut orang skala

hedonik, misalnya amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka, netral, agak tidak

suka, tidak suka, sangat tidak suka dan amat sangat tidak suka. Skala hedonik dapat

direntangkan atau diciutkan sesuai yang diinginkan peneliti (Rahayu, 1998).

2.6. Panelis

Menurut Rahayu (1998), dalam penilaian organoleptik dikenal tujuh macam

panel, yaitu panel perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak

terlatih,panel tidak terlatih, panel konsumen dan panel anak-anak. Perbedaan ketujuh

panel tersebut didasarkan pada keahlian dalam melakukan penilaian organoleptik.

1. Panel Perseorangan

Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik

yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang sangat

intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara pengolahan

bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisa organoleptik dengan

sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah kepekaan tinggi,bias dapat

dihindari, penilaian efisien. Panel perseorangan biasanya digunakan untuk

mendeteksi penyimpangan yang tidak terlalu banyak dan mengenali penyebabnya.

2. Panel Terbatas

Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yangmempunyai kepekaan tinggi

(52)

dalam penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan pengaruh bahan

baku terhadap hasil akhir.

3. Panel Terlatih

Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup

baik.Untuk menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan

latihan-latihan. Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga tidak terlampau

spesifik.

4. Panel Agak Terlatih

Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumya dilatih

untukmengetahui sifat-sifat tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan

terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat

menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya.

5. Panel Tidak Terlatih

Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih berdasarkan

jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak terlatihhanya

diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana seperti sifat kesukaan,

tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan. Panel tidak terlatih biasanya

terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria sama dengan panelis wanita.

6. Panel Konsumen

Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada target

pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan dapat

(53)

Roti yang dimodifikasi dengan tepung jagung dan kentang 7. Panel Anak-anak

Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10

tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian

produk-produk pangan yang disukai anak-anak seperti permen, es krim dan sebagainya. Cara

penggunaan panelis anak-anak harus bertahap, yaitu dengan pemberitahuan atau

dengan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responnya terhadap

produk yang dinilai dengan alat bantu gambar seperti boneka yang sedang sedih,

biasa atau tertawa.

[image:53.609.115.543.316.470.2]

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Peneli

Gambar

Tabel 2.2. Kandungan Gizi Berbagai Jenis Tepung Jagung
Tabel 2.3. Nilai Gizi Kentang dalam 100 gr Bahan
Tabel 2.4. Angka Kecukupan Gizi (Energi dan Protein) Rata-Rata yang
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur mi basah yang paling disukai panelis adalah mi basah dengan penambahan tempe 25%

Analisis dilakukan terhadap komposisi kadar proksimat; uji fisik roti yaitu volume pengembangan dan mutu organoleptik terhadap indeks kesukaan pada rasa, warna, tekstur dan aroma

Daya terima panelis terhadap kerupuk pepaya dengan penambahan tepung terigu, pati singkong dan pati jagung meliputi warna, rasa, aroma, tekstur dan kesukaan keseluruhan.

Pada Variabel keseluruhan tampak variasi konsentrasi emulsifier memberikan pengaruh yang nyata terhadap uji daya terima keseluruhan roti tawar dari tepung jagung. Skor

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya terima biskuit tepung buah pepaya berdasarkan analisis organoleptik terhadap rasa, aroma, warna, dan tekstur biskuit tepung

Dari hasil pengamatan uji organoleptik aroma pada roti tawar terlihat dari 40 panelis lebih menyukai roti tawar perlakuan P1 dengan konsentrasi 0% tanpa penambahan

Analisa Sidik Ragam Skor Hasil Uji Organoleptik Panelis terhadap Aroma Biskuit yang Dimodifikasi Tepung Biji Nangka, Tepung Kacang Merah, dan Tepung Pisang.

Hasil penelitian uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur, biskuit oeleh 30 ibu balita yang paling disukai adalah biskuit dengan campuran tepung pisang