commit to user
SISTEM PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH
(KPR) MELALUI ANGSURAN KOLEKTIF PADA PT. BANK
TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SOLO
TUGAS AKHIR
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Keuangan Dan Perbankan
Oleh :
TRI HASIH
F3607096
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN DAN PERBANKAN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
HALAMAN PERSETUJUAN
Tugas Akhir dengan Judul:
SISTEM PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH
(KPR) MELALUI ANGSURAN KOLEKTIF PADA PT. BANK
TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SOLO
Surakarta, 13 Agustus 2010
commit to user NIP. 360700002
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Akhir dengan Judul:
SISTEM PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH
(KPR) MELALUI ANGSURAN KOLEKTIF PADA PT. BANK
TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SOLO
Telah disahkan oleh Tim Penguji Tugas Akhir Program Studi Diploma III Keuangan dan Perbankan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, Juli 2010 Tim Penguji Tugas Akhir
Ariyanto Adhi Nugroho, S.E. ( )
NIP. 360800002
Penguji
Johadi, S.E ( )
LEMBAR MOTTO
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap “ (QS. Alam Nasyrah : 6-8)
“ The greatest mistakeyou can make in life is to be
continually you will make one ”
“ Kesalahan terbesar dalam hidup yang bisa Anda lakukan adalah terus menerus merasa
takut bahwa Anda akan melakukan kesalahan “
“ The true measure of a man is not how he
behaves in moments of comfort and convenience but how he stands at times of controversy and challenges “
“ Ukuran sebenarnya dari seorang manusia bukan pada bagaimana dia berkelakuan di saat nyaman dan senang,
commit to user
LEMBAR PERSEMBAHAN
Ketika sebuah pengharapan besar dalam hati ini ada,
ketika mengerjakan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh,
ketika hati ini memiliki rasa takut, Ketika tubuh dan pikiran ini memiliki rasa
tanggung jawab,
Pengharapan mendapat ridho sang Khalik yang memang mengalahkan segala
kebimbangan ini. Dan memang sudah sepantasnya bagi diri kita untuk
mengerjakan segala sesuatunya hanya untuk-Nya,
termasuk Tugas Akhir dan kelulusanku ini.
Puji syukur hanya kepada Allah SWT
Kupersembahkan tugas akhir dan kelulusanku ini untuk seorang lelaki yang
membisikkan “kalimat yang sangat indah” ketika sesaat setelah aku meninggalkan
alam rahim. Kupersembahkan pula untuk seorang wanita yang dengan
kelembutan tangannya membelai dan memberi kasih sayang yang tiada hentinya
hingga batas zaman berakhir.
Untuk Ayahanda Mudo Sugiyoto dan Ibunda Mulyani kupersembahkan karyaku
ini sebagai wujud kesungguhanku.
: Maz Dodo, Mbak Atik, Dik Wulan, Yasmine yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian Tugas Akhir serta selalu memberikan motivasi yang tak pernah surut hingga
akhirnya dapat terselesaikanlah Tugas Akhir ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan judul “SISTEM PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) MELALUI
ANGSURAN KOLEKTIF PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA
(PERSERO) CABANG SOLO” .
Tugas Akhir ini dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keuangan Dan Perbankan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam
pembuatan Tugas Akhir ini, penulis banyak sekali mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, yang berupa material maupun spiritual, oleh karena itu dengan
penuh rasa cinta dan hormat, penulis menghaturkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Prof. DR. Bambang Sutopo, M. Com., Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Diploma III
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
4. Johadi, SE, selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan arahan serta
bimbingannya.
5. Drs.Sutanto,M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademis.
6. Bapak dan ibu dosen DIII Keuangan Dan Perbankan UNS yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis.
7. Bapak Bangun Sulistiyo, Bapak Wahyana, Ibu Susyana Andriyani, dan Ibu
Afida Susilowati, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan ilmu yang berguna bagi penulis selama menjalani proses magang di bagian Loan Service.
8. Bapak Heru Setiyanto, selaku pembimbing Institusi Mitra yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis dalam melaksanakan
Kegiatan Magang Mahasiswa.
9. Bapak Hendratno, selaku Branch Manager Bank Tabungan Negara (BTN) yang telah memberikan izin pelaksanaan Kegiatan Magang Mahasiswa ini.
10.Ibu Siti Sulistiyati, Ibu Tuty Lestari, Ibu Rini, Bapak Syahroni, Bapak Aris, Bapak Toni, Bapak Cuk, Bapak Djatmiko, Ibu Elli, Ibu Ismini, Ibu Prapti, Ibu
Purwani, Bapak Heri Kristiawan, Ibu Tri Hastuti, Bapak Hadi Wasono, Bapak Agus, Bapak Darmastoto, Bapak Ari, Bapak Baehaqi, Bapak Sehono, Mas Anton, Mas Nova, Mas Sumarsono, Mbak Isna, Mbak Yani, dan
pegawai staf lainnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga
11.My beloved family Ayahanda Mudo Sugiyoto, Ibunda Mulyani, Mas Dodo, Mbak Atik, Dek Wulan, Mas Didit dan keluarga, Eyang Putri Narto, Mbah Kakung sekalian garwo, seluruh keluarga besar Ayam Goreng Kampung
“ Mbak Mul” , dan keluarga besar Karto Diharjo dan Narto Dikromo, terima kasih untuk segalanya.
12.Special for my love” Ae-yang” you are the best part of my life.
13.Buat keluarga Yasmine, Abi Mansyur, Mamah Atika, Kiki, Nabilla, Kak Ria, Syarif, Najwa, Dedek Zidane, Niqaya, thank you for everything. I never forget all moments with them.
14.Pak mey mey, petugas Perpustakaan Fakultas Ekonomi is the best.
15.Teman-teman seperjuangan D3 Keuangan Perbankan 2007, Suyanti, Yuli, Heni, Ratih, Fika, Ita, Listia, Nita, Yani, dll terima kasih untuk persahabatannya.
16.Teman sepermainan, Poo, Nia, Ambar, Dek Suci, Isti, Dimar, Tiwi, Mbak Eka, terima kasih sobat.
Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Namun demikian Tugas Akhir ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
ABSTRAKSI ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
LEMBAR MOTTO ...v
LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ...x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR BAGAN ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Perumusan Masalah ...11
C. Tujuan Penelitian ...11
E. Metode Penelitian ...13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perbankan dan Bank ...18
B. Peranan Bank ...19
C. Kredit ...22
D. Sistem Pembayaran Angsuran Kolektif ...38
BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan ...45
B. Kegiatan Magang Kerja ...64
C. Pembahasan Masalah ...74
1. Sistem Pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Dalam Penerapan Prosedur Kredit Melalui Angsuran Kolektif Di PT. BTN (Persero) Cabang Solo ...75
2. Hambatan / Kendala Dalam Pelaksanaan Sistem Pembayaran KPR Melalui Angsuran Kolektif Pada PT. BTN (Persero) Cabang Solo ...99
3. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pembayaran KPR Melalui Angsuran Kolektif Pada PT. BTN (Persero) Cabang Solo ...101
commit to user DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Debitur KPR, Debitur Kolektif, dan Sumbangan NPL
Debitur Kolektif Terhadap NPL Debitur KPR Bank BTN Solo Bulan Februari Sampai Juni Tahun 2010 ...7
Tabel 1.2
Penelitian Terdahulu ...10
Tabel 3.1
Data Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan PadaBankBTN ...52
Tabel 3.2
Data Jumlah Pegawai Berdasarkan Gender Pada Bank BTN ...54 Tabel 3.3
Suku Bunga Berdasarkan Penghasilan atau Harga Jual Rumah ...68
Tabel 3.4
Daftar Tagihan Angsuran Debitur Kolektif PT. Bank X Bulan April 2010 ...90
Tabel 3.5
Data Perkembangan jumlah debitur KPR, debitur kolektif, dan sumbangan NPL debitur kolektif terhadap NPL debitur KPR Bank BTN Solo Bulan Februari
commit to user
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1
Fungsi Bank Sebagai Perantara Keuangan ...20
Bagan 3.1
Struktur PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Solo Kondisi Februari 2010 ...51
Bagan 3.2
Prosedur Pemberian dan Keputusan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ...77
Bagan 3.3
Prosedur Realisasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ...78
Bagan 3.4
Prosedur Pasca Realisas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Debitur Kolektif ...79 Bagan 3.5
Sistem Pembayaran Kolektif di Bank BTN Cabang Solo Petugas Loan Service ..88 Bagan 3.6
Sistem Pembayaran Kolektif di Bank BTN Cabang Solo Petugas Angsuran Kolektif ...91 Bagan 3.7
Pembayaran Angsuran Kolektif Oleh Kolektor Langsung ...94
Bagan 3.8
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pernyataan
Lampiran 2. Surat Persetujuan Magang Kerja
Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Magang Kerja Lampiran 4. Lembar Penilaian Magang Kerja
Lampiran 5. Form Permohonan Kredit Perorangan
Lampiran 6. Surat Kepada Pimpinan Instansi Perusahaan Pemohon
Lampiran 7. Lembar Hasil Wawancara Lampiran 8. Surat Kuasa Pemotongan Gaji
Lampiran 9. Surat Perincian Penghasilan Untuk Pemohon Berpenghasilan Tetap
Lampiran 10. Surat Perjanjian Kerja Sama
Lampiran 11. Memo Pembentukan Kode Kolektor Baru dan Pembukaan Rekening
Giro Penampung
Lampiran 12. Surat Perihal Angsuran Potong Gaji
Lampiran 13. Surat Perihal Penyesuain Suku Bunga dan Angsuran Kredit
commit to user
ABSTRAKSI
SISTEM PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH MELALUI ANGSURAN KOLEKTIF PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA
(PERSERO) CABANG SOLO
TRI HASIH NIM F3607096
Penggunaan sistem pembayaran yang aman dapat memperkecil resiko dari kegiatan operasional perbankan, khususnya resiko dalam penyaluran kredit. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) cabang Solo merupakan salah satu lembaga keuangan perbankan yang fokus pada pembiyaan perumahan menerapkan beberapa sistem pembayaran dalam menjalankan aktivitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR), sistem pembayaran KPR yang dinilai paling aman oleh Bank BTN adalah sistem pembayaran kolektif. Sistem pembayaran kolektif merupakan cara pembayaran angsuran secara tunai bagi debitur yang berpenghasilan tetap dengan cara memotong gajinya setiap bulan melalui bendahara gaji instansi debitur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, mengevaluasi hambatan, dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari dijalankannya sistem pembayaran KPR melalui angsuran kolektif pada PT. Bank BTN cabang Solo.
Penelitian ini menggunakan tipe diskriptif kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi, peristiwa atau aktivitas, wawancara atau interview, sedangkan teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan Studi Kepustakaan dengan mengkaji dokumen-dokumen, surat, arsip, laporan, dan literatur lainnya yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan.
Pelaksanaan sistem pembayaran KPR melalui angsuran kolektif di Bank BTN Cabang Solo dikatakan baik karena telah memenuhi unsur-unsur yang terkandung di dalam suatu sistem. Hambatan yang terjadi adalah mutasi debitur ke daerah, pergantian pimpinan perusahaan debitur, dan debitur di PHK. Kelebihan dari sistem ini adalah aman, dapat mengurangi jumlah antrian di loket, tidak ada
charge, efisien untuk debitur, lebih diprioritaskan, dan menambah relasi bagi BTN. Belum ditemukan kekurangan pada sistem ini selain hambatan yang muncul dalam proses sistemnya.
Diperlukannya penambahan pasal-pasal dalam MOU antara Bank BTN dengan instansi debitur kolektif untuk mengatasi hambatan yang terjadi dalam sistem pembayaran angsuran kolektif. Pengoptimalan Surat Kuasa Pemotongan Gaji (SKPG) dapat dilakukan untuk lebih meningkatkan kemananan sistem pembayaran dan menambah relasi bagi Bank BTN.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara
sangat besar. Sektor – sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia seperti sektor pertanian, perdagangan, manufaktur, energi dan
lainnya berhubungan dengan jasa lembaga keuangan salah satunya adalah jasa – jasa yang disediakan oleh perusahaan perbankan. Aktivitas perbankan juga memberikan peran bagi aktivitas ekonomi masyarakat
Indonesia, secara individual. Dengan demikian aktivitas ekonomi masyarakat baik secara individual maupun kelembagaan-kelembagaan
atau badan usaha tidak dapat lepas dari jasa perusahaan perbankan. Peran penting perbankan inilah yang menjadi dasar bahwa perekonomian suatu negara sangat tergantung pada aktivitas perbankan. Secara lebih rinci
peran perbankan merupakan lembaga keuangan yang mampu menciptakan uang, mengedarkan uang, menyediakan uang untuk menunjang kegiatan
usaha, tempat mengamankan uang, tempat melakukan investasi dan jasa keuangan lainnya. (Kasmir, 2005 : 8)
Menurut Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 bank adalah
commit to user
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Aktivitas bank dalam menghimpun dana menjadikanya sebagai sarana penyimpanan uang dan berinvestasi bagi masyarakat (surplus of fund). Tujuan utama masyarakat menyimpan uang di bank adalah untuk memberikan rasa aman dari hal-hal yang tidak diinginkan, sedangkan kegiatan investasi dilakukan masyarakat dengan harapan memperoleh
bunga dari hasil simpanannya. Pemenuhan tujuan di atas, baik untuk mengamankan uang maupun untuk melakukan investasi, bank menyediakan sarana yang disebut dengan simpanan. Jenis simpanan yang
ditawarkan sangat bervariasi tergantung dari bank yang bersangkutan. Secara umum jenis simpanan yang ada di bank adalah terdiri dari
simpanan giro (demand deposit), simpanan tabungan (saving deposit), dan simpanan deposito (time deposit). Selain itu, aktivitas bank sebagai lembaga keuangan juga memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) seperti pengiriman uang (transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing) ataupun dari luar kota atau luar negeri (inkaso), Letter of Credit (L/C), safe deposit box, bank garansi, dan jasa lainnya yang bertujuan untuk memudahkan melakukan transaksi pembayaran. Aktivitas bank yang cukup krusial adalah penyaluran dana
(lending) ke masyarakat dengan memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang membutuhkan (lack of fund).
penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan”. Pinjaman atau kredit yang diberikan oleh bank dibagi dalam berbagai jenis yang mengikuti perkembangan zaman
dan disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan nasabah. Jenis kredit yang biasa diberikan oleh bank adalah seperti kredit investasi, kredit modal kerja, kredit komersial, kredit produktif, maupun kredit konsumtif
seperti pembelian mobil atau motor, barang elektronik, maupun kredit di sektor properti yang sempat mengalami pasang surut sampai akhirnya
booming sampai sekarang.
Sektor perbankan cukup besar mengucurkan kredit melalui produk pembiayaannya yang dinamakan dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Kredit pembiayaan ini banyak menjadi pilihan bank bahkan fokus bank dalam penyaluran kredit dengan pertimbangan agunan KPR relatif aman,
tingkat bunga KPR relatif rendah dibandingkan dengan kredit yang dikucurkan ke sektor konsumsi lain, yakni antara 12% - 13%, outstanding
kreditnya turun terus karena ada cicilan, nilai jaminan semakin hari
semakin bertambah karena harga tanah dan rumah memang meningkat setiap tahun, dan mudah dieksekusi jika bermasalah. (Panangian
commit to user
Pelaksanaan penyaluran kreditnya selain mempertimbangkan
kelebihan dari produk KPR, tentunya bank akan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian (prudential banking) karena disadari bahwa disamping menjanjikan keuntungan sebagai sumber pendapatan
operasional bank, pemberian kredit juga mempunyai sisi resiko yang tinggi bagi bank, yakni dengan adanya Non Performing Loan (NPL) atau lebih dikenal dengan istilah kredit macet yang apabila tidak diminimalisir dengan baik akan berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan. (Wahyudi, 2008 : 14). Salah satu cara yang dilakukan bank untuk
memperkecil resiko tersebut adalah dengan menciptakan sistem atau cara pembayaran kredit yang aman dan dapat mendorong debitur atau nasabah
untuk melakukan pembayaran tepat pada waktunya.
Sistem pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup pengaturan, kontrak / perjanjian, fasilitas operasional dan mekanisne
teknik yang digunakan untuk penyampaian, pengesahan dan penerimaan instruksi pembayaran, serta pemenuhan kewajiban pembayaran melalui
pertukaran “nilai” antar perorangan, bank dan lembaga lainya baik domestik maupun Cross border “antar Negara”. Peran sistem Pembayaran dalam perekonomian semakin penting seiring dengan semakin
meningkatnya volume dan nilai transaksi, serta sejalan dengan pesatnya perkembangan teknologi. Menurut Sheppard (1996) peran penting sistem
a. Sebagai elemen penting dalam infrastruktur keuangan suatu
perekonomian untuk mendukung stabilitas keuangan. Hal itu disebabkan sistem keuangan dan perbankan berkaitan erat dengan sistem pembayaran. Gangguan pada sistem pembayaran atau
kegagalan kewajiban pembayaran, yang pada gilirannya akan menyebabkan turunnya kepercayaan perbankan. Demikian juga
sebaliknya. Krisis keuangan dan perbankan yang mempengaruhi satu atau sistem pembayaran akan mempengaruhi setelmen antarbank dan dapat gridlock “kemacetan” didalam seluruh sistem pembayaran. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi yang baik antara pihak bank dan pengawas pasar keuangan dengan pengawas sistem pembayaran,
untuk memastikan agar masalah-masalah tersebut dapat diantisipasi dan diselesaikan sedini mungkin.
b. Sebagai Chanel “saluran penting dalam mengendalikan ekonomi yang efektif, khususnya melalui kebijakan moneter. Dengan lancarnya sistem pembayran, kebijakan moneter dapat mempengaruhi likuiditas
perekonomian sehingga proses transmisi kebijakan moneter dari sistem perbankan ke sektor riil dapat menjadi lancar.
c. Sebagai alat untuk mendorong efisisensi ekonomi. Keterlambatan dan
commit to user
keuangan usaha dan pada akhirnya akan mengakibatkan penurunan
produktivitas perekonomian.1
Dengan demikian, secara khusus dapat disimpulkan bahwa peranan sistem pembayaran dalam perbankan adalah untuk menjaga sistem stabilitas
perusahaan, mendukung sektor riil, serta mendorong efisiensi perencanaan keuangan usaha.
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) adalah salah satu Bank Milik Negara yang fokus pada pembiayaan kredit perumahan (KPR) sesuai dengan visinya yaitu Menjadi Bank Yang Terkemuka Dalam
Pembiayaan Perumahan. Bank BTN dalam penyaluran kreditnya
memiliki lima (5) sistem pembayaran. Lima (5) sistem pembayaran
tersebut adalah AGF (Auto Grab Fund), transfer, kantor pos, loket atau ATM, dan kolektif. Secara umum sistem pembayaran ini dimaksudkan untuk memperkecil resiko dari penyaluran kredit seperti uraian di atas.
Dari kelima sistem tersebut, sistem pembayaran angsuran kolektif dinilai lebih memberikan keamanan (safe) bagi Bank BTN.2
Sistem pembayaran kolektif merupakan cara pembayaran angsuran secara tunai bagi debitur yang berpenghasilan tetap dengan cara memotong gajinya setiap bulan melalui bendahara gaji instansi debitur, koperasi maupun pihak yang ditunjuk oleh debitur yang didahului dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) antara Bank
1Sri Mulyati Tri Subari dan Ascarya. 2003. Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia. Seri Kebanksentralan ke-8. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) BI 2Surat Edaran Direksi No.22/DIR/DPPK/2008 Perihal Pedoman Penagihan dan
BTN dengan instansi tempat debitur tersebut bekerja. Penulis menilai cara yang paling efektif, efisien, aman, terpercaya, dan tidak beresiko tinggi dari ketepatan pembayaran angsuran adalah pembayaran angsuran secara kolektif atau potong gaji melalui bendahara gaji instansi debitur. Sistem pembayaran angsuran kolektif ini merupakan cara pembayaran yang paling banyak digunakan oleh debitur KPR. Hal ini dipertegas melalui data yang penulis dapat dari intern Bank BTN Solo dari bulan Februari sampai dengan Juni Tahun 2010 mengenai perkembangan jumlah debitur KPR, debitur kolektif, dan sumbangan NPL debitur kolektif terhadap NPL debitur KPR yang dinyatakan dalam bentuk persentase (%).
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Debitur KPR, Debitur Kolektif, dan Sumbangan NPL Debitur Kolektif Terhadap NPL Debitur KPR
Bank BTN Solo Bulan Februari Sampai Juni Tahun 2010
No Bulan Debitur KPR Debitur Kolektif
Jumlah
1 Februari 12.973 2.396.816.747 75.755.017 5.254 2.192.103.958 6.249.330
2 Maret 13.031 3.293.699.318 82.565.779 5.268 2.238.820.726 0
3 April 13.109 2.521.311.422 98.934.111 5.223 2.258.095.911 0
4 Mei 13.152 2.580.402.990 102.783.506 5.229 2.285.857.098 1.707.100
commit to user Lanjutan Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Debitur KPR, Debitur Kolektif, dan Sumbangan NPL Debitur Kolektif Terhadap NPL Debitur KPR
Bank BTN Solo Bulan Februari Sampai Juni Tahun 2010
Sumber data : DDM KPR & DDM Kolektif, PT. BTN (Persero) Cabang Solo, 2010
Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah debitur KPR, yakni pada bulan Februari sebesar 12.973 menjadi 13.214 orang pada bulan Juni sementara untuk perkembangan jumlah debitur kolektif fluktuatif, tetapi masih di kisaran lima ribu dua ratusan (
an). Berdasarkan data ini maka dapat dikatakan bahwa rata-rata per bulannya jumlah debitur kolektif menyumbang kurang lebih 40% dari perkembangan jumlah debitur KPR secara keseluruhan (KPR dengan No Bulan % Debitur Kolektif Terhadap Debitur KPR
% Jumlah
Debitur
% NPL
Kolektiff
% NPL KPR % NPL
Kolektif
Terhadap NPL
KPR
1 Februari 40,50 0,29 3,16 0,09
2 Maret 40,43 0 2,51 0
3 April 39,84 0 3,92 0
4 Mei 39,76 0,07 3,98 0,02
semua sistem atau cara pembayaran). Namun, hal ini mengindikasikan bahwa sistem pembayaran kolektif belum bisa dikatakan aman jika hanya dilihat dari persentase sumbangan jumlah debiturnya saja, melainkan juga harus diperhatikan tingkat resikonya. Maka dari itu penulis juga mencantumkan NPL sebagai sisi keamanan dari sistem pembayaran ini. Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa persentase NPL Kolektif terhadap NPL KPR secara keseluruhan mengalami penurunan, dari kisaran 0,09% di bulan Februari menjadi 0,01% pada bulan Juni. Hal ini mengindikasikan bahwa per bulannya sistem pembayaran angsuran kolektif hanya menyumbang hampir 0,1% dari NPL secara keseluruhan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul Tugas Akhir “SISTEM PEMBAYARAN KREDIT MELALUI ANGSURAN KOLEKTIF PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SOLO”.
commit to user
Pengembangan Kompetensi Pegawai (P3KP). Hal ini dikarenakan judul atau topik yang penulis teliti memang cukup spesifik di mana tidak setiap tempat penelitian magang mengadopsi sistem pembayaran ini. Berikut ini penulis cantumkan penelitian terdahulu dalam bentuk tabel 1.2
Tabel 1.2
Penelitian Terdahulu
Pembeda Penelitian I Penelitian II
Nama dan
Judul Pelayanan Nasabah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Melalui Kantor Pos Indonesia
Prinsip-Prinsip Public Relations Dalam Pembinaan Angsuran
Secara Kolektif Dalam
Meningkatkan Kualitas Kredit Di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo
Perumusan Masalah
Menekankan pada proses pelayanan angsuran KPR pada PT. BTN (Persero) Tbk melalui kantor pos, baik secara individu atau biasa dan secara kolektif.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk dijadikan pedoman bagi penulis dalam melakukan penelitian secara cermat dan tepat sesuai dengan prinsip-prinsip suatu penelitian yang ilmiah.
Dengan perumusan masalah diharapkan dapat mengetahui objek-objek yang diteliti, serta bertujuan agar penguraian dalam penulisan dan ruang
lingkup penelitian terarah dan terbatas pada hal-hal yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Untuk memudahkan pembahasan masalah dan pemahamannya, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah sistem pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dalam penerapan prosedur kredit melalui angsuran kolektif di PT. BTN (Persero) Cabang Solo?
2. Apakah terdapat hambatan / kendala dalam pelaksanaan sistem pembayaran KPR angsuran secara kolektif pada PT. BTN (Persero) Cabang Solo?
3. Apakah terdapat kelebihan dan kekurangan sistem pembayaran KPR melalui angsuran kolektif pada PT. BTN (Persero) Cabang Solo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
commit to user
2. Untuk mengevaluasi dan meminimalisasi hambatan / kendala dalam
pelaksanaan sistem pembayaran KPR angsuran secara kolektif pada PT. BTN (Persero) Cabang Solo.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem pembayaran KPR
melalui angsuran kolektif di PT. BTN (Persero) Cabang Solo.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi PT. BTN (Persero) Cabang Solo
Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi perusahaan, yang berguna
sebagai bahan pertimbangan atau masukan dalam pengevaluasian sistem pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui angsuran
kolektif di PT. BTN (Persero) Cabang Solo. 2. Bagi penulis
Hasil penelitian dapat digunakan untuk memperdalam ilmu
pengetahuan mengenai sistem pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui angsuran kolektif serta dapat digunakan sebagai salah
satu kelengkapan persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada program D3 Keuangan Perbankan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bagi akademisi dan peneliti
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan masukan yang dapat
E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah metode yang akan memandu peneliti tentang urut-urutan bagaimana penelitian dilakukan, yaitu dengan alat apa dan prosedur bagaimana suatu penelitian dilakukan. Metode dipilih untuk
digunakan dalam rangka memperoleh sesuatu data yang akurat dan relevan, untuk dapat dianalisa serta dapat disusun secara sistematis sesuai
dengan tujuan diadakan penelitian tersebut.
Berbagai pengertian yang menjadi bagian metode yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian
deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk menjelaskan secara rinci dan mendalam berbagai informasi penting serta menarik kesimpulan terhadap hubungan antara gejala sosial. Pengertian penelitian deskriptif
kualitatif menurut Lexy J. Moleong (1995:6) adalah mendalami dan menerobos gejalanya dengan menginterpretasikan masalahnya atau
menyimpulkan kombinasi dari berbagai arti permasalahan sebagaimana disajikan oleh situasinya. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar atau bagan. Dimana
perhatian dipusatkan pada kasus tunggal secara mendetail yaitu mengenai sistem pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui
commit to user 2. Lokasi Penelitian
Untuk penulisan Tugas Akhir ini penulis memilih lokasi pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo dengan pertimbangan bahwa penulis merupakan mahasiswa program studi Keuangan Dan
Perbankan di mana penulis banyak dibekali berbagai teori dan praktik di bidang keuangan maupun perbankan. PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Cabang Solo yang merupakan salah satu bank bonafit dan bank focus dirasa tepat sebagai tempat pembelajaran yang baik untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang
telah penulis dapatkan di bangku perkuliahan dengan dunia kerja. 3. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis data 1) Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung
dari sumber pertama yaitu pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo. Sumber data primer adalah data yang
diperoleh secara langsung di lapangan dalam hal ini meliputi pimpinan, direksi atau karyawan Bank BTN Cabang Solo. 2) Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, studi dokumenter, dan perundang-undangan yang
1) Bahan hukum primer meliputi peraturan
perundang-undangan, surat perjanjian, dokumen resmi dan data tertulis dari PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo. 2) Bahan hukum sekunder meliputi hasil karya ilmiah,
hasil-hasil penelitian sebelumnya. b. Teknik Pengumpulan Data
Kecermatan dalam penelitian dan menyusun serta mengumpulkan data sangat berpengaruh kepada objektivitas hasil penelitian. Dalam usaha memperoleh data, penulis menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1) Observasi
Dalam pengamatan ini penulis melakukan penelitian langsung pada bagian Loan Service Unit selama melakukan kegiatan magang tentang keadaan atau fenomena yang dijumpai secara
langsung. Selain itu penulis juga melakukan observasi di bagian lain, yakni pada unit CWO bagian penagihan kredit atau
pembiayaan unit kolektif di mana penulis mengkaji dan mempelajari permasalahan lebih dalam sehubungan dengan sistem pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui
angsuran kolektif. Alasan penulis melakukan observasi yakni untuk mengamati langsung aktivitas dan peristiwa yang terjadi
commit to user 2) Peristiwa atau Aktivitas
Peristiwa atau aktivitas penulis dapatkan melalui observasi langsung saat pelaksanaan magang pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Solo yaitu melalui kegiatan-kegiatan
yang telah penulis lakukan selama berada di divisi Loan Service. Aktivitas-aktivitas tersebut mencakup prosedur pemberian kredit, pelayanan kredit, pengecekan berkas syarat-syarat permohonan kredit, melakukan konfirmasi gaji calon debitur ke bendahara instansi, mengikuti realisasi kredit, dan
mengamati bagaimana tata cara pembayaran angsuran sampai dengan pelunasaannya. Untuk semakin memperdalam
penelitian yang penulis ambil, maka tidak jarang penulis melakukan pendekatan ke bagian lain yang sangat erat hubungannya dengan penelitian yang penulis ambil, yakni pada
bagian CWO (Collection Work Out) di mana mengenai sistem pembayaran KPR melalui angsuran kolektif penulis dapatkan
lebih mendetail di bagian ini, yakni bagian penagihan kredit atau pembiayaan pada unit kolektif.
3) Wawancara atau Interview
Wawancara di sini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi yang mendalam dari informan tentang sistem
komunikasi langsung, informasi yang didapatkan semakin rinci
dan mendalam sehingga mampu mengorek kejujuran informan untuk memberikan informasi yang sebenar-benarnya.
4) Studi Pustaka
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Perbankan dan Bank
Pengertian perbankan berdasarkan Undang-undang Nomor
10/1998 pasal 1 dinyatakan bahwa Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Menurut kamus istilah hukum Fockema Andreae, yang dimaksud dengan bank ialah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan
perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak
ketiga. Berhubung dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada banker sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang untuk
pihak ketiga. (H. Budi Untung, 2000 : 13)
Pengertian bank berdasarkan Undang-undang Nomor 7/1992
tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf
Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998
Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
B. Peranan Bank
Bank merupakan lembaga keuangan yang berperan dalam :
1. Menghimpun dana (funding) dari masyarakat dalam bentuk simpanan, menjadikannya sebagai sarana penyimpanan uang dan berinvestasi
bagi masyarakat (surplus of fund). Di mana tujuan utama masyarakat menyimpan uang ini adalah untuk memberikan rasa aman dari hal-hal yang tidak diinginkan, sedangkan kegiatan investasi dilakukan
masyarakat dengan harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya. Untuk memenuhi tujuan di atas, baik untuk
mengamankan uang maupun untuk melakukan investasi, bank menyediakan sarana yang disebut dengan simpanan. Jenis simpanan yang ditawarkan sangat bervariasi tergantung dari bank yang
bersangkutan. Secara umum jenis simpanan yang ada di bank adalah terdiri dari simpanan giro (demand deposit), simpanan tabungan
commit to user
2. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) seperti pengiriman uang
(transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota
(clearing) ataupun dari luar kota atau luar negeri (inkaso), Letter of Credit (L/C), safe deposit box, bank garansi, dan jasa lainnya yang bertujuan untuk memudahkan melakukan transaksi pembayaran.
3. Menyalurkan dana (lending) ke masyarakat dengan memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang membutuhkan (lack of fund). Dengan kata lain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkannya. Pinjaman atau kredit yang diberikan dibagi dalam
berbagai jenis sesuai dengan keinginan nasabah. Sebelum kredit diberikan bank terlebih dahulu menilai apakah kredit tersebut layak
diberikan atau tidak. Penilaian ini dilakukan agar bank terhindar dari kerugian akibat tidak dapat dikembalikannya pinjaman yang disalurkan bank dengan berbagai sebab. (Kasmir, 2005 : 9-10)
Untuk lebih jelasnya secara ringkas fungsi bank sebagai perantara keuangan dapat dilihat dalam Bagan 2.1 berikut ini.
Bagan 2.1
Fungsi Bank Sebagai Perantara Keuangan
Penjelasan arus perputaran uang yang ada di bank dari masyarakat kembali
ke masyarakat, di mana bank sebagai perantara dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Nasabah (masyarakat) yang kelebihan dana menyimpan uangnya di
bank dalam bentuk simpanan Giro, Tabungan, atau Deposito. Bagi bank dana yang disimpan oleh masyarakat adalah sama artinya dengan
membeli dana. Dalam hal ini nasabah sebagai penyimpan dan bank sebagai penerima titipan simpanan. Nasabah dapat memilih sendiri untuk menyimpnn dana apakah dalam bentuk Giro, Tabungan, atau
Deposito.
2) Nasabah penyimpan akan memperoleh balas jasa dari bank berupa
bunga bagi bank konvensional dan bagi hasil bagi bank yang berdasarkan Prinsip Syariah. Besarnya jasa bunga dan bagi hasil tergantung dari besar kecilnya dana yang disimpan dan faktor lainnya.
3) Kemudian oleh bank dana yang disimpan oleh nasabah di bank yang bersangkutan disalurkan kembali (dijual) kepada masyarakat yang
kekurangan atau membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman/kredit. 4) Bagi masyarakat yang memperoleh pinjaman atau kredit dari bank,
diwajibkan kembali untuk mengembalikan pinjaman tersebut beserta
commit to user C. Kredit
1. Pengertian Kredit
Pengertian kredit dalam bahasa Yunani "Credere" yang berarti "kepercayaan" atau dalam bahasa latin "Creditum" yang berarti
kepercayaan akan kebenaran. Berdasarkan undang-undang nomor 14 tahun 1967 tentang pokok-pokok Perbankan, kredit adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara Bank dengan lain pihak yang mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan. (Teguh Pudja Mulyono, 1986:9-10)
O.P. Simorangkir mengatakan bahwa kredit adalah pemberian prestasi (misal uang, barang) dengan balas prestasi (kontra prestasi) akan terjadi pada adalah prestasi uang, maka transaksi kredit
menyangkut uang waktu mendatang. (Hasanuddin Rahman, 2000:19) Kredit adalah seseorang atau suatu badan yang memberikan
kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) dimasa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan (barang, uang atau barang). (Thomas Suyatno, dkk,
1992:12)
Pengertian kredit berdasarkan Undang-undang nomor 10 tahun
meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. (Kasrnir, 2008:96)
Pengertian kredit menurut Eric L. Kohler : “Kredit adalah
kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan dan
ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati”. 2. Unsur-Unsur Kredit
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas
kredit adalah sebagai berikut: a. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh
bank, di mana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara interen maupun eksteren. Penelitian
dan penyelidikan tentag kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.
b. Kesepakatan
Di samping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima
commit to user
masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya
masing-masing. c. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu,
jangka waktu ini mancakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka tersebut bisa berbentuk jangka pendek. jangka
menengah atau jangka panjang. d. Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan
suatu resiko tidak tertagihnya/ macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula
sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrut usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan dan lainnya.
e. Balas Jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa
tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merapakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip
4. Fungsi Kredit
Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut:
a. Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang
b. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
c. Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran barang
d. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi e. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha f. Kredit dapat meningkatkan pernerataan pendapatan
g. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional (Thomas Suyatno, dkk, 1992:16)
Fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut : a. Untuk meningkatkan daya guna uang
Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang
maksudnya jika uang hanya disirnpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna dengan diberikannya kredit
uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.
b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah
commit to user c. Untuk meningkatkan daya guna barang
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.
d. Meningkatkan peredaran barang
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari
satu wilayah ke wilayah lainnya sebingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkat jumlah barang yang beredar.
e. Sebagai stabilitas ekonomi
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas
ekonomi karena adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri
ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa negara. f. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha apalagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan. g. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit
pengangguran. Disamping itu, bagi masyarakat sekitar pabrik juga
akan dapat meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya.
h. Untuk meningkatkan hubungan internasional
Dalam hal pinjaman intemasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerirna kredit dengan si pernberi
kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan menirtgkatkkan kerja sama di lainnya. (Kasmir, 2008:101)
5. Tujuan Kredit
Ditinjau dari segi tujuan kredit adalah sebagai berikut:
a. Turut Menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi
dan pembangunan
b. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat
c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin, dan dapat memperluas usahanya. (Thomas Suyatno, dkk, 1992:15)
Adapun tujuan utama pemberian utama suatu kredit adalah sebagai berikut:
a. Mencari Keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang
commit to user
kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus menerus menderita
kerugian, maka besar kemungkinan akan di likuidasi atau dibubarkan.
b. Membantu usaha nasabah
Yaitu tujuan lainnya untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal
kerja. Maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
c. Membantu pemerintah
Yaitu bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan kepada pihak perbankan, maka semakin baik, meningkat semakin
banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan diberbagai sektor. (Kasmiir, 2008:100)
6. Manfaat kredit
Manfaat kredit ditinjau dari masing-masing pihak yaitu : a. Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut kepentingan debitor
1) Debitor dapat memperluas dan mengembangkan usahanya dengan lebih leluasa.
2) Jangka waktu kredit dapat disesuaikan dengan kebutuhan dana
bagi perusahaan debitor.
3) Rahasia keuangan debitor akan lebih terlindungi karena
b. Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut pandang perbankan
1) Memperoleh pendapatan bunga kredit 2) Menjaga solvabilitas usaha bank
3) Membantu meniasarkan jasa-jasa perbankan yang lain
4) Mempertahankan dan mengembangkan usahanya
5) Untok merebut pasar (market share) dalam industri perbankan
6) Memungkinkan para perbankan untuk mendidik para staffnya untok mengenal kegiatan industri yang lain secara mendetail. c. Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut pandang pemerintah
1) Perkreditan dapat digunakan sebagai alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi
2) Sebagai alat untuk mengendalikan kegiatan moneter
3) Perkreditan sebagai alat untuk menciptakan lapangan usaha atau kegiatan, alat peningkatan dan pemerataan pendapatan
masyarakat
4) Perkreditan sumber pendapatan negara
d. Manfaat perkreditan ditinjau dari kepentingan masyarakat luas 1) Dengan adanya kelancaran dari proses perkreditan diharapkan
akan diperoleh adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan
membuka lapangan usaha atau lapangan kerja baru, sehingga akan menimbulkan kenaikan tingkat pendapatan dan
commit to user
2) Terbukanya kemungkinan keterlibatan golongan profesi
tertentu atas suatu proses pemberian kredit oleh bank yang dapat menlngkatkan penghasilannya seperti konsultan, akuntan publik, notaris, aset apreisal
3) Masyarakat dapat menikmati hasil dari pada proyek yang di biayai oleh kredit bank. (Hasanuddin Rahman, 2000:21-24)
7. Klasifikasi Kredit
Keberadaan kredit menurut Muchdarsyah Sinungan (1991;17) dapat digolongkan menurut beberapa klafikasi, antara lain :
a. Menurut jangka waktunya
Menurut jangka waktunya kredit dapat digolongkan ke dalam
beberapa klasifikasi, antara lain :
1) Kredit Jangka Pendek ( Short-term loan )
Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya kurang dari
satu tahun. Misalnya kredit untuk membiayai kelancaran operasi perusahaan, termasuk didalamnya berupa kredit modal
kerja. Kredit jangka pendek dapat di urutkan dalam tiga kelompok, antara lain : Kredit dagang (trade credit) antar perusahaan, Pinjaman dari suatu perusahaan dagang, dan
Surat dagang.
2) Kredit jangka menengah (Medium-term loan)
kerja, misalnya untuk membiayai pengadaan bahan baku.
Kredit jangka menengah dapat pula dalam bentuk kredit investasi
3) Kredit jangka panjang (Long-term loan)
Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya melebihi tiga tahun. Misalnya kredit investasi untuk membiayai suatu proyek
dan perluasan usaha.
b. Menurut jaminannya
Menurut jaminannya kredit dapat diklasifikasikan menjadi :
1) Kredit dengan jaminan (Secured Loan)
Yaitu kredit yang disertai penyerahan barang jaminan oleh nasabah. Jenis barang jaminan tersebut sangat tergantung pada
jenis kredit yang diberikan. Misalnya kredit komersial untuk modal kerja, jaminannya dapat berupa persediaan. Kredit untuk
pembelian mobil atau motor, jaminannya BPKB mobil atau motor tersebut.
2) Kredit tanpa jaminan (Unsecured Loan)
Yaitu kredit yang tidak disertai penyerahan barang jaminan dari nasabah. Jenis kredit ini tidak menggunakan jaminan dalam
commit to user c. Menurut tujuannya
Menurut tujuannya kredit dapat diklasifikasikan menjadi : 1) Kredit Komersial (Commercial Loan)
Yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan
usaha nasabah di bidang perdagangan. Kredit komersial antara lain meliputi kredit leveransir, kredit untuk usaha pertokoan,
kredit ekspor dan lain-lain.
2) Kredit Konsumtif (Consumer Loan)
Yaitu kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif. Misalnya untuk membeli properti (rumah), mobil atau motor,
barang elektronik dan berbagai barang konsumsi lainnya. 3) Kredit Produktif (Productive Loan)
Yaitu kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan dalam
rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat meemperlancar produksi. Misalnya kredit untuk
pembelian bahan baku, pembayaran upah, biaya pengepakan, biaya pemasaran, biaya distribusi dan lain-lain.
d. Menurut penggunaannya
Menurut penggunaannya kredit dapat digolongkan menjadi : 1) Kredit modal kerja
2) Kredit investasi
Yaitu kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada perusahaan untuk digunakan dalam melakukan investasi melalui pembelian barang-barang modal.
Klasifikasi kredit yang cukup penting bagi penelitian penulis, tetapi tidak tercantum dalam kutipan Muchdarsyah Sinungan
(1991;17) yakni penggolongan kredit menurut cara pembayarannya.
Menurut cara pembayarannya kredit dapat digolongkan menjadi :
1) Pinjaman angsuran
Yaitu pinjaman dengan pengembalian pinjaman dengan
pokoknya melalui cara angsuran bertahap. 2) Pinjaman tetap
Yaitu pinjaman dengan cara pengembalian pokok pinjaman
menurut jangka waktu tertentu 3) Demand Loan
Yaitu pinjaman yang dapat ditarik sewaktu-waktu sesuai fasilitas yang dan pengembaliannya menurut jangka waktu tertentu.
4) Pinjaman Rekening Koran
Yaitu fasilitas kredit yang disediakan oleh bank sesuai mutasi
commit to user 5) Pinjaman promes (AKSEP)
Yaitu pinjaman yang didasarkan atas jaminan promes sesuai nominal maupunjatuh tempo pembayarannya.
6) Pinjaman Call Money (Money Market)
Yaitu pinjaman antarbank yang pembayarannya didasarkan atas dan jangka waktu jatuh temponya sesuai tingkat suku
bunga disepakati. (Ruddy Tri Santoso. Andy, 1996:8) 8. Prosedur Umum Perkreditan
Prosedur pemberian kredit dibedakan antara pinjaman perseorangan
dan badan hukum, yang secara umum dapat di jelaskan sebagai beriku (Kasmir. 2008: 100-1002):
1) Pengajuan berkas-berkas
Pengajuan proposal kredit berisi antara lain : a) Latar belakang perusahaan
b) Maksud dan tujuan
c) Besarnya kredit dan jangka waktu
d) Cara pengembalian kredit e) Jaminan kredit
Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah
dipersyaratkan seperti : a) Akte notaries
d) Neraca dan laporan rugi laba 3 tahun terakhir
e) Bukti diri dari pimpinan perusahaan f) Foto copy sertifikat jaminan
Penilaian yang dapat kita lakukan untuk sementara adalah dari
neraca dan laporan rugi laba yang ada dengan menggunakan rasio-rasio sebagai berikut :
a) current ratio
b) inventory turn over
c) sales to receivable ratio
d) profit margin ratio
e) return on net worth
f) working capital
2) Penyelidikan berkas pinjaman
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas pinjaman yang
diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup maka nasabah
diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas waktu tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangannya, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.
3) Wawancara I
Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan langsung
commit to user
4) On the Spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai obyek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasilnya dicocokan dengan hasil wawancara I.
5) Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada
kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. 6) Keputusan Kredit
Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit
akan diberikan atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya. Biasanya mencakup :
a) jumlah uang yang diterima b) jangka waktu
c) dan biaya-biaya yang harus dibaya
9. Resiko Usaha Bank
Dalam bisnis perbankan dikenal beberapa macam resiko yang dihadapi
oleh bank:
a. Resiko Likuiditas
Merupakan resiko yang berkaitan dengan kesulitan bank dalat memenuhi kewajiban jangka pendek kepada nasabah penyimpan
maupun pihak lain. Ketidak pastian ini timbul apabila bank tida mengetahui secara tepat kapan dan berapa jumlah dana yang
b. Resiko Kredit
Resiko kredit atau sering pula disebut dengan default risk
merupakan suatu resiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditentukan atau dijadwalkan. Ketidakmampuan nasabah memenuhi perjanjian kredit yang disepakati kedua pihak, secara teknis
keadaan tersebut merupakan default.
c. Resiko Penanaman dalam Sekuritas
Resiko penanaman dalam sekuritas atau dalam perbankan disebut
investment risk berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerugian akibat suatu penurunan nilai pokok dari portofolio surat-surat
berharga, misalnya, obligasi dan surat-surat berharga lainnya yang dimiliki bank
d. Resiko Fidusia
Resiko fidusia atau fiduciary risk ini akan timbul apabila bank dalam usahanya memberikan jasa dengan bertindak sebagai wali
amanat baik untuk individu maupun badan usaha. e. Resiko Penyelewengan
Resiko penyelewengan atau penggelapan kadang-kadang disebut
commit to user D. Sistem Pembayaran Angsuran Kolektif
1. Pengertian Sistem
John F. Nash dan Martin B. Roberts mendefinisikan sistem sebagai berikut. Suatu sistem adalah sebagai suatu kumpulan komponen yang
berinteraksi membentuk suatu kesatuan dan keutuhan yang komplek di dalam tingkat tertentu untuk mengejar tujuan yang umum.
Menurut Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis, suatu sistem adalah suatu kumpulan dari elemen-elemen (orang, perangkat keras, informasi dan lain lain) diorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Definisi sistem menurut Richard F. Neuschel adalah suatu jaringan
kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan dikembangkan sesuai dengan suatu skema yang terintegrasi untuk melaksanakan suatu kegiatan utama di dalam bisnis.
Terdapat dua kelompok pendekatan dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada
komponen atau elemennya. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai berikut ini: Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.
sistem yang lebih menekankan pada elemen atau komponennya
mendefinisikan sistem sebagai berikut :Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pendekatan sistem yang merupakan kumpulan dari elemen-elemen
atau komponen-komponen atau subsistem-subsistem merupakan definisi yang lebih luas dan lebih banyak diterima karena pada
kenyataannya suatu sistem terdiri dari beberapa subsitem atau sistem-sistem bagian. Komponen-komponen atau subsistem-sistem-subsistem-sistem dalam suatu sistem tidak dapat berdiri sendiri, semuanya saling berinteraksi
dan saling berhubungan membentuk satu kesatuan sehingga sasaran sistem dapat tercapai.3
2. Sistem Pembayaran
Sistem pembayaran adalah suatu sistem yng mencakup pengaturan, kontrak / perjanjian, fasilitas operasional dan mekanisne tehnik yang
digunakan untuk penyampaian, pengesahan dan penerimaan instruksi pembayaran, serta pemenuhan kewajiban pembayaranr melalui
pertukaran “nilai” antar perorangan, bank dan lembaga lainnya baik domestik maupun Cross border “antar Negara”. Instrument-instrument dalam sistem pembayaran antara lain :
commit to user a. Instrumen Pembayaran Tunai
Instrumen pembayaran tunai adalah mata uang yang berlaku di Indonesia, yaitu Rupiah, yang terdiri dari uang logam dan uang kertas.
b. Instrumen Pembayaran Non Tunai
Di Indonesia instrument pembayaran non tunai disediakan
terutama oleh sistem perbankan. 1) Instrumen berbasis warkat
a) Cek adalah surat perintah tidak bersyarat untuk membayar
sejumlah uang tertentu.
b) Bilyet giro adalah Surat perintah dari nasabah kepada bank
penyimpan dana untuk memindahbukukan (tidak berlaku untuk penarikan tunai) sejumlah dana dari rekening pemegang saham yang disebutkan namanya.
c) Nota debet adalah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain untuk untung bank atau nasabah bank
yang menyampaikan warkat tersebut.
d) Nota kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain untuk untung bank atau
nasabah bank yang menerima warkat tersebut.
e) Wesel bank untuk transfer adalah wesel yang diterbitkan
f) Surat bukti penerimaan adalah surat bukti penerimaan
transfer dari luar kota yang dapat ditagihkan kepada bank penerima dana transfer melalui kliring lokal.
2) Pemindahan dana
Saat ini bank-bank memberikan berbagai jenis layanan pemindahan dana melalui jaringan kantornya, termasuk
perintah pembayaran secara regular dan pemindahan dana secara elektronis.
Layanan pemindahan dana bagi nasabah bank dapat dilakukan
oleh bank melalui :
a) Transfer elektronik antar bank
b) Sistem kliring berbasis warkat untuk transaksi local
c) Jaringan bank koresponden bagi pemindahan dana lintas wilayah.
d) Sistem RTGS baik untuk pemindahbukuan dana local maupun lintas wilayah.
3) Pendebetan secara langsung
Pemakaian fasilitas pendebetan secara langsung masih dibatasi untuk transaksi di dalam satu bank.
4) Instrumen berbasis kartu
Dalam perkembangannya terdapat jenis kartu yang dananya
commit to user
(dikenal sebagai smart card atau chip card), seperti kartu telpon
prabayar. a) Kartu kredit
Kartu kredit merupakan kartu yang dikeluarkan oleh bank
atau lembaga pembiayaan lainya yang diberikan kepada nasabah untuk dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran
dan pengambilan uang tunai. b) Kartu ATM
Salah satu instrument pembayaran berbasis kartu yang
penting dalam sistem pembayaran adalah kartu ATM yang transaksinya dilakukan melalui mesin ATM.
c) Kartu debet
Kartu debet merupakan instrument pembayaran berbasis kartu yang pembayarnya dilakukan dengan perdebetan
langsung ke rekening nasabah di bank penerbit kartu tersebut.
d) Instrumen melalui kantor pos
Instrumen Sistem pembayaran yang cukup penting yang disediakan oleh lembaga keuangan bukan bank (PT. POS
e) Instrument berbasis internet / telepon
Jasa Electronic banking melalui internet dan / atau telepon telah disediakan oleh sejumlah bank besar sejak pertengahan 1999. Penggunaan instrument berbasis internet
melakukan transaksi, selain memerlukan verifikasi pengaman, seperti PIN dan Password.
3. Pengertian Angsuran Kolektif
Angsuran adalah sejumlah uang untuk pembayaran pokok kredit atau pembiayaan ditambah bunga atau margin yang wajib dibayar secara bulanan oleh debitur atau nasabah pembiayaan sebagaimana
ditentukan dalam Perjanjian Kredit atau Akad.4
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
angsuran kolektif merupakan pembayaran pokok kredit ditambah bunga yang wajib dibayar secara bulanan oleh debitur atau nasabah pembiayaan dengan memotong gaji setiap bulan melalui bendahara
gaji instansi debitur, koperasi maupun pihak yang ditunjuk oleh debitur. Dalam hal ini pembayaran kolektif diwajibkan bagi
debitur-debitur di mana instansi tempatnya bekerja telah bekerja sama dengan bank pemberi kredit (dalam hal ini bank pemberi kredit yang dimaksud adalah PT. Bank BTN (Persero) Cabang Solo selaku bank pemberi
kredit KPR).
commit to user
4. Pengertian Sistem Pembayaran Angsuran Kolektif
Dengan melihat definisi-definisi penjabaran di atas yang menjelaskan tentang sistem itu sendiri maupun definisi angsuran kolektif, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian sistem pembaran angsuran kolektif.
Sistem pembayaran angsuran kolektif adalah suatu bentuk sistem atau cara pembayaran yang dapat dimanfaatkan oleh debitur/nasabah Pembiayaan dalam rangka membayar angsuran Kredit/Pembiayaan dengan memotong gaji setiap bulan melalui bendahara gaji instansi debitur, koperasi maupun pihak yang ditunjuk oleh debitur di mana instansi tempatnya bekerja telah bekerja sama dengan bank pemberi kredit.
5. Manfaat Sistem Pembayaran Kolektif
Adapun manfaat secara umum dari sistem pembayaran ini, diantaranya:
a. Perjanjian kerjasama kolektif membawa dampak terhadap kelancaran angsuran
b. Memberi kemudahan cara pembayaran kepada debitur kolektif c. Memiliki kesempatan penyaluran kredit terhadap debitur lancar
kolektif
d. Menambah portofolio kredit yang menjadikan nilai asset kredit semakin besar
e. Mengurangi beban biaya promosi dan Inventarisari data debitur yang akurat.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Perkembangan PT. Bank Tabungan Negara (Persero)
Pada tanggal 16 Oktober 1897 POSTSPAARBANK didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda, yang bertujuan untuk mendidik masyarakat
agar gemar menabung, yang kemudian berjalan lancar dan berkembang hingga tercatat pada tahun 1939 telah memiliki empat cabang yaitu, Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makasar. Pada tahun 1940 kegiatannya
terganggu akibat penyerbuan Jerman atas Netherland yang mengakibatkan terjadinya penarikan tabungan besar-besaran dalam waktu yang singkat
(rush). Namun demikian keadaan keuangan POSTSPAARBANK pulih kembali pada tahun 1941.
Tahun 1942, Belanda menyerah pada Jepang yang berakibat
kegiatan POSTSPAARBANK dibekukan oleh pemerintahan Jepang dan kemudian pemerintah Jepang mendirikan sebuth bank bernama TYOKIN
KYOKO sebuah bank yang bertujuan menarik dana masyarakat melalui tabungan. Usaha pemerintah Jepang ini tidak sukses karena dilakukan dengan paksaan. TYOKIN KYOKO hanya mendirikan satu cabang yaitu
commit to user
Sejalan dengan kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 telah
memberikan inspirasi kepada Bp. Darmosoetanto untuk memprakarsai pengambilalihan TYOKIN KYOKO dari pemerintah Jepang ke pemerintah RI dan terjadilah penggantian nama menjadi KANTOR
TABUNGAN POS yang dipimpin oleh Bapak Darmosoetanto sebagai direktur yang pertama oleh pemerintah RI. Tugas pertama KANTOR
TABUNGAN POS adalah melakukan penukaran uang Jepang dengan 0eang Republik Indonesia (ORI). Tetapi kegiatan KANTOR TABUNGAN POS tidak berlangsung lama akibat adanya agresi Belanda (Desember
1946) mengakibatkan didudukinya semua kantor, termasuk kantor cabang dari KANTOR TABUNGAN POS hingga tahun 1949. Saat KANTOR
TABUNGAN POS dibuka lagi pada tahun 1949, namanya diganti menjadi BANK TABUNGAN POS RI dan lembaga ini bernaung di bawah Kementerian Perhubungan.
Banyak kejadian bernilai sejarah sejak tahun 1950, tetapi yang paling subtantif bagi sejarah BTN adalah dikeluarkannya UU Darurat No.
9 Tahun 1950 yang mengubah nama POSTSPAARBANK IN INDONESIA berdasarkan staatblat No.295 Tahun 1941 menjadi BANK TABUNGAN POS dan memindahkan induk kementerian dari
Kementerian Perhubungan ke Kementerian Keuangan di bawah menteri Urusan Bank Sentral. Walaupun dengan UU darurat tersebut masih