BAB III
METODOLOGI PENELETIAN
3.1. Data Umum
Proyek pembangunan Hotel Medan Siantar merupakan proyek
pembangunan gedung bertingkat terdiri dari 10 lantai diatas permukaan tanah.
Proyek ini berlokasi di jalan Tebing Tinggi – Pematang Siantar, Sinaksak Pematang Siantar
Adapun data umum proyek pembangunan Hotel adalah sebagai berikut :
1. Nama Proyek : Hotel Medan Siantar
2. Fungsi Bangunan : Penginapan
3. Lokasi Proyek : Jalan Tebing Tinggi – Pematang Siantar, Pematang Siantar
4. Pemilik Proyek : PT. TOR GANDA
5. Konsultan Perencana : RUDOLF MORIDA & ASSOCIATES
6. Kontraktor Pelaksana : RUDOLF MORIDA & ASSOCIATES
7. Status : Proyek Swasta
8. Kosultan Penelitian Tanah : Laboratorium Mekanika Tanah
Gambar 3.1. Lokasi Proyek
3.2. Data Teknis Tiang Pancang
Dari hasil penyelidikan tanah diperoleh data bahwa lapisan tanah
bagian atas berupa tanah lempung berpasir, warna kuning kecoklatan,
kekuatan lunak ke sangat padat, kadar air tinggi rendah dan plastis rendah.
Sementara lapisan tanah keras terdapat pada kedalaman 18 m dari
permukaan tanah pada data bore hole 1. Sehingga direncanakan pondasi
dengan menggunakan tiang pancang.
Dalam proyek ini digunakan pondasi tiang pancang dengan
spesifkasi sebagai berikut :
Jenis Pondasi : Pondasi Tiang Pancang
Diameter Tiang Pancang :
Panjang tiang pancang : 12 m
Mutu Beton : K-600
Kedalaman Pondasi Tiang : 18 meter
Gambar 3.2. Lokasi Titik Bore Hole
3.3. Metode Pengumpulan Data
- Standard Penetration Test (SPT) sebanyak 2 titik
- Uji laboratorium ( atterberg limit, direct shear, specific grafity,
consolidation, sieve analysis dan water content)
1.4Tahap Penelitian
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis melakukan beberapa tahapan
pelaksanaan sehingga tercapai maksud dan tujuan dari penelitian. Seperti yang
diuraikan pada Bab I, tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk
menghitung besarnya daya dukung aksial dan lateral pondasi tiang pancang yang
didasarkan pada data pengujian di lapangan dengan menggunakan metode analisis
dan metode elemen hingga, yakni dengan bantuan Program Plaxis. Dalam
mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Tahap pertama
Mengumpulkan berbagai jenis literatur dalam bentuk buku maupun tulisan
ilmiah yang berhubungan dengan Tugas Akhir ini.
b. Tahap kedua
Pada tahap ini di lakukan pengumpulan data-data dari hasil penyelidikan
tanah dan data pemancangan. Data penyelidikan tanah berupa data sondir
(Cone Penetration Test), SPT (Standard Penetration Test ) dan Uji
laboratorium ( atterberg limit, direct shear, specific grafity, consolidation,
sieve analysis dan water content) diperoleh dari Laboratorium Mekanika
c. Tahap ketiga
Melakukan analisa terhadap data yang diperoleh dari lapangan dengan
buku dan jenis literatur lainnya yang berhubungan dengan penulisan
Tugas Akhir ini.
d. Tahap keempat
Pada tahap ini dilakukan perhitungan daya dukung pondasi tiang pancang
secara konvensional sesuai dengan teori dan formula yang telah dibahas di
Tinjauan Pustaka.
e. Tahap kelima
Mencari besarnya daya dukung tiang pancang menggunakan metode
elemen hingga, dengan memodelkan perilaku tanah pada Program Plaxis.
Adapun pemodelan tanah yang digunakan adalah model Mohr-Coulomb.
f. Tahap keenam
Membandingkan daya dukung pondasi tiang pancang yang diperoleh
dengan metode analitis dengan perhitungan yang dilakukan pada Program
Plaxis dengan pemodelan tanah Mohr-Coulomb, kemudian mengambil
Skema pelaksanaan studi ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
v
Gambar 3.3. Alur Penelitian
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data sekunder seperti sondir, SPT, dan uji
laboratorium.
Analisis Data dan Perhitungan
Metode Analitis berdasarkan data Sondir,SPT
dan laboratorium
Metode Elemen Hingga dengan pemodelan Mohr-Coulomb pada program Plaxis
Analisis hasil perhitungan
Kesimpulan dan Saran
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pendahuluan
Pada bab ini penulis akan membahas perhitungan daya dukung aksial
pondasi tiang pancang, yaitu dengan metode analitis dan metode numerik
menggunakan Metode Elemen Hingga yaitu bantuan Program Plaxis versi 8.2.
Daya dukung tiang akan dihitung dengan menggunakan data hasil pengujian
Sondir (Cone Penetration Test), SPT (Standard Penetration Test), dan data hasil
pengujian laboratorium.
Adapun data yang diperoleh pada proyek ini antara lain :
1. Data hasil Sondir (Cone Penetration Test)
2. Data hasil SPT (Standard Penetration Test)
3. Data laboratorium
4.2.Menghitung Kapasitas Daya Dukung Aksial Pondasi Tiang Pancang
Perhitungan daya dukung tiang pancang secara analitis dilakukan
berdasarkan data hasil Sondir (Cone Penetration Test) dan SPT (Standard
Penetration Test).
4.2.1. Menghitung Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan
Data Sondir dengan Metode Meyerhoff
1. Titik S1
Contoh perhitungan daya dukung pada kedalaman 1 m :
- Luas penampang tiang (Ap) = ⁄
= ⁄
= 2826 cm2
- Keliling tiang (K) =
=
= 188,4 cm
Maka, berdasarkan Persamaan (2.3) untuk kapasitas daya dukung tiang adalah :
Qu = qc x Ap + JHL x K
Qu = (14 x 2826) + (70 x 188,4)
= 52.752 kg
= 52,752 ton
Untuk kapasitas daya dukung ijin (Qijin) dari Persamaan (2.4) adalah :
Qijin = qc x Ap+ JHL x K
3 5
Qijin = (14 x 2826) + (70 x 188,4)
3 5
= 15.826 kg
= 15,826 ton
Daya dukung terhadap kekuatan tanah untuk tiang tarik :
Tult =
=
=13,188 ton
Daya dukung ijin tarik :
Qall =
=
= 4,396 ton
Daya dukung terhadap kekuatan bahan :
Ptiang =
= ⁄
= 847.800 kg
= 847,8 ton
Contoh perhitungan daya dukung pada kedalaman 2 m :
- Perlawanan penetrasi konus (PPK) qc = 22 kg/cm2
- Jumlah hambatan lekat (JHL) = 148 kg/cm
- Luas penampang tiang (Ap) = ⁄
= ⁄
= 2826 cm2
- Keliling tiang (K) =
=
Maka, berdasarkan Persamaan (2.3) untuk kapasitas daya dukung tiang adalah :
Qu = qc x Ap + JHL x K
Qu = (22 x 2826) + (148 x 188,4)
= 90.055 kg
=90,055ton
Untuk kapasitas daya dukung ijin (Qijin) dari Persamaan (2.4) adalah :
Qijin = qc x Ap+ JHL x K
3 5
Qijin = (22 x 2826) + (148 x 188,4)
3 5
= 26.301 kg
= 26,301ton
Daya dukung terhadap kekuatan tanah untuk tiang tarik :
Tult =
=
=27883,2 kg
=27,8832 ton
Daya dukung ijin tarik :
Qall =
= 9,294 ton
Daya dukung terhadap kekuatan bahan :
Ptiang =
= ⁄
= 847.800 kg
= 847,8 ton
Tabel 4.1. Perhitungan Daya Dukung Ultimit dan Daya Dukung Ijin Tiang Pancang pada Titik Sondir S-1 dengan Metode Meyerhoff
Kedalaman PPK
(qc) Ap JHL K Qult Qall
(m) (kg/cm2) cm2 (kg/cm) (cm) (ton) (ton)
0 0 2826 0 188,4 0 0
1 14 2826 70 188,4 52,752 15,826
2 22 2826 148 188,4 90,055 26,301
3 30 2826 254 188,4 132,634 37,831
4 27 2826 352 188,4 142,619 38,697
5 24 2826 434 188,4 149,590 38,961
6 27 2826 518 188,4 173,893 44,952
7 21 2826 626 188,4 177,284 43,370
8 21 2826 704 188,4 191,980 46,309
9 21 2826 790 188,4 208,182 49,549
10 24 2826 898 188,4 237,007 56,445
11 15 2826 1024 188,4 235,312 52,714
12 24 2826 1140 188,4 282,600 65,563
13 36 2826 1254 188,4 337,990 81,163
14 14 2826 1366 188,4 296,918 64,659
15 39 2826 1486 188,4 390,176 92,730
16 62 2826 1608 188,4 478,159 118,993
17 172 2826 1724 188,4 810,874 226,984
2. Titik S2
Contoh perhitungan daya dukung pada kedalaman 1 m :
- Perlawanan penetrasi konus (PPK) qc = 8 kg/cm2
- Jumlah hambatan lekat (JHL) = 68 kg/cm
- Luas penampang tiang (Ap) = ⁄
= ⁄
= 2826 cm2
- Keliling tiang (K) =
=
= 188,4 cm
Maka, berdasarkan Persamaan (2.3) untuk kapasitas daya dukung tiang adalah :
Qu = qc x Ap + JHL x K
Qu = (8 x 2826) + (68 x 188,4)
= 35.419kg
= 35,419 ton
Untuk kapasitas daya dukung ijin (Qijin) dari Persamaan (2.4) adalah :
Qijin = qc x Ap+ JHL x K
3 5
Qijin = (8 x 2826) + (68 x 188,4)
3 5
= 10.098 kg
Daya dukung terhadap kekuatan tanah untuk tiang tarik :
Tult =
=
=12811,2 kg
=12,8112 ton
Daya dukung ijin tarik :
Qall =
=
= 4,270 ton
Daya dukung terhadap kekuatan bahan :
Ptiang =
= ⁄
= 847.800 kg
= 847,8 ton
Contoh perhitungan daya dukung pada kedalaman 2 m :
- Perlawanan penetrasi konus (PPK) qc = 8 kg/cm2
- Jumlah hambatan lekat (JHL) = 158 kg/cm
= ⁄
= 2826 cm2
- Keliling tiang (K) =
=
= 188,4 cm
Maka, berdasarkan Persamaan (2.3) untuk kapasitas daya dukung tiang adalah :
Qu = qc x Ap + JHL x K
Qu = (8 x 2826) + (158 x 188,4)
= 52.375 kg
= 52,375 ton
Untuk kapasitas daya dukung ijin (Qijin) dari Persamaan (2.4) adalah :
Qijin = qc x Ap+ JHL x K
3 5
Qijin = (22 x 2826) + (148 x 188,4)
3 5
= 13.489 kg
= 13,489ton
Daya dukung terhadap kekuatan tanah untuk tiang tarik :
Tult =
=
=29,7672 ton
Daya dukung ijin tarik :
Qall =
=
= 9,9224 ton
Daya dukung terhadap kekuatan bahan :
Ptiang =
= ⁄
= 847.800 kg
Tabel 4.2. Perhitungan Daya Dukung Ultimit dan Daya Dukung Ijin Tiang Pancang pada Titik Sondir S-2 dengan Metode Meyerhoff
Kedalaman PPK
(qc) Ap JHL K Qult Qijin
(m) (kg/cm2) cm2 (kg/cm) (cm) (ton) (ton)
0 0 2826 0 188,4 0 0
1 8 2826 68 188,4 35,419 10,098
2 8 2826 158 188,4 52,375 13,489
3 13 2826 240 188,4 81,954 21,289
4 16 2826 326 188,4 106,634 27,356
5 20 2826 430 188,4 137,532 35,042
6 15 2826 538 188,4 143,749 34,402
7 17 2826 632 188,4 167,111 39,828
8 27 2826 700 188,4 208,182 51,810
9 17 2826 774 188,4 193,864 45,178
10 15 2826 858 188,4 204,037 46,459
11 7 2826 922 188,4 193,487 41,335
12 16 2826 988 188,4 231,355 52,300
13 162 2826 1100 188,4 665,052 194,052
13.4 190 2826 1138 188,4 751,339 221,860
3. Titik S3
Contoh perhitungan daya dukung pada kedalaman 1 m :
- Perlawanan penetrasi konus (PPK) qc = 12 kg/cm2
- Jumlah hambatan lekat (JHL) = 72 kg/cm
- Luas penampang tiang (Ap) = ⁄
= ⁄
= 2826 cm2
- Keliling tiang (K) =
=
Maka, berdasarkan Persamaan (2.3) untuk kapasitas daya dukung tiang adalah :
Qu = qc x Ap + JHL x K
Qu = (12 x 2826) + (72 x 188,4)
= 47.477 kg
= 47,477ton
Untuk kapasitas daya dukung ijin (Qijin) dari Persamaan (2.4) adalah :
Qijin = qc x Ap+ JHL x K
3 5
Qijin = (12 x 2826) + (72 x 188,4)
3 5
= 14.017 kg
= 14,017ton
Daya dukung terhadap kekuatan tanah untuk tiang tarik :
Tult =
=
=13564,8 kg
=13,5648 ton
Daya dukung ijin tarik :
Qall =
= 4,5216 ton
Daya dukung terhadap kekuatan bahan :
Ptiang =
= ⁄
= 847.800 kg
= 847,8 ton
Contoh perhitungan daya dukung pada kedalaman 2 m :
- Perlawanan penetrasi konus (PPK) qc = 11 kg/cm2
- Jumlah hambatan lekat (JHL) = 170 kg/cm
- Luas penampang tiang (Ap) = ⁄
= ⁄
= 2826 cm2
- Keliling tiang (K) =
=
= 188,4 cm
Maka, berdasarkan Persamaan (2.3) untuk kapasitas daya dukung tiang adalah :
Qu = qc x Ap + JHL x K
Qu = (11 x 2826) + (170 x 188,4)
= 63.114 kg
Untuk kapasitas daya dukung ijin (Qijin) dari Persamaan (2.4) adalah :
Qijin = qc x Ap+ JHL x K
3 5
Qijin = (11 x 2826) + (170 x 188,4)
3 5
= 16.768 kg
= 16,768 ton
Daya dukung terhadap kekuatan tanah untuk tiang tarik :
Tult =
=
=32.028 kg
=32,028 ton
Daya dukung ijin tarik :
Qall =
=
= 10,676 ton
Daya dukung terhadap kekuatan bahan :
= ⁄
= 847.800 kg
= 847,8 ton
Tabel 4.3. Perhitungan Daya Dukung Ultimit dan Daya Dukung Ijin Tiang Pancang pada Titik Sondir S-3 dengan Metode Meyerhoff
Kedalaman PPK
(qc) Ap JHL K Qult Qijin
(m) (kg/cm2) cm2 (kg/cm) (cm) (ton) (ton)
0 0 2826 0 188.4 0 0
1 12 2826 72 188.4 47,477 14,017
2 11 2826 170 188.4 63,114 16,768
3 23 2826 262 188.4 114,359 31,538
4 22 2826 354 188.4 128,866 34,063
5 19 2826 454 188.4 139,228 35,005
6 32 2826 534 188.4 191,038 50,265
7 42 2826 604 188.4 232,486 62,323
8 17 2826 680 188.4 176,154 41,636
9 15 2826 764 188.4 186,328 42,918
10 23 2826 862 188.4 227,399 54,146
11 27 2826 964 188.4 257,920 61,758
12 24 2826 1076 188.4 270,542 63,152
13 121 2826 1144 188.4 557,476 157,088
13.4 198 2826 1170 188.4 779,976 230,602
4.2.2. Menghitung Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan
Data Sondir dengan metode Aoki dan De Alencar
Data tiang pancang :
- Diameter tiang pancang (D) = 60 cm
- Keliling tiang pancang ( As) =
π
x D= 3,14 x 60
- Luas penampang tiang pancang (Ab) = ¼ x
π
x D2= ¼ x 3,14 x 602
= 2826 cm2
1. Titik S1
a. Perhitungan kapasitas daya dukung ujung tiang (qb)
Kedalaman tiang pancang = 17,40 m
Tabel 4.4. Nilai Perlawanan Penetrasi Konus (qc) pada Titik Sondir S-1
Nilai qca diambil rata-ratanya yaitu sebesar :
qca = 47 + 78 + 136 + 172 + 196 + 201 + 201 + 201 + 201 + 201 + 201 11
= 185,091kg/cm2
Dari Persamaan (2.8) kapasitas daya dukung ujung (qb) adalah
qb = qca (base) (nilai Fb diambil dari tabel 2.4 ; Fb = 1,75) Fb
qb = 185,091 = 105,766 kg/cm2 1,75
Maka, kapasitas daya dukung ujung tiang adalah : Kedalaman (m) Penetrasi konus (kg/cm2)
16,40 47
16,60 78
16,80 136
17,00 172
17,20 196
17,40 201
17,60 201
17.80 201
18,00 201
18,20 201
= 105,766 x 2826
= 298.895,523 kg
= 298,895 ton
b. Perhitungan kapasitas daya dukung kulit (Qs)
0,00 m
Pasir (SW)
17,40 m qc = 44,111 kg/cm2
- 17,40
Gambar 4.1. Nilai qc (side) pada titik S-1
Dari Persamaan (2.9) kapasitas tahanan kulit persatuan luas (f) adalah :
f = qc (side)
α
s (Nilaiα
s dan Fs diambil dari tabel 2.4 dan 2.5) Fsf = 44,1110,03 = 0,378 kg/cm2
Maka, kapasitas daya dukung kulit adalah :
Qs = f. As
= 0,378 x 188,4 x 1740
= 123.945,356 kg
= 123,945 ton
Kapasitas daya dukung ultimit adalah :
Qu = Qb + Qs
= 298,895 + 123.945
= 422,840 ton
Kapasitas ijin tiang (Qa) :
Qa = Qu
SF
= 422,840 = 169,136 ton
2,5
2. Titik S2
a. Perhitungan kapasitas daya dukung ujung tiang (qb)
Kedalaman tiang pancang = 13,40 m
Tabel 4.5. Nilai Perlawanan Penetrasi Konus (qc) pada Titik Sondir S-2
Kedalaman (m) Penetrasi konus (kg/cm2)
12,40 58
12,60 72
Nilai qca diambil rata-ratanya yaitu sebesar :
qca = 58 + 72 + 131 + 162 + 152 + 190 + 190 + 190 + 190 + 190 +190 11
= 155,909 kg/cm2
Dari Persamaan (2.8) kapasitas daya dukung ujung (qb) adalah
qb = qca (base) (nilai Fb diambil dari tabel 2.4 ; Fb = 1,75)
Fb
qb = 155,909 = 89,091 kg/cm2
1,75
Maka, kapasitas daya dukung ujung tiang adalah :
Qb = qb x Ab
= 89,091 x 2826
= 251770,909kg
= 251,771 ton
13,20 152
13,40 190
13,60 190
13,80 190
14,00 190
14,20 190
b. Perhitungan kapasitas daya dukung kulit (Qs)
0,00 m
Pasir (SW)
13,40 m qc = 37,928 kg/cm2
- 13,40 m
Gambar 4.2. Nilai qc (side) pada titik S-2
Dari Persamaan (2.9) kapasitas tahanan kulit persatuan luas (f) adalah :
f = qc (side)
α
s (Nilaiα
s dan Fs diambil dari tabel 2.4 dan 2.5) Fsf = 37,928 0,03 = 0,325 kg/cm2
3,5
Maka, kapasitas daya dukung kulit adalah :
Qs = f. As
= 0,325 x 188,4 x 1340
= 82.048,2 kg
= 82,048 ton
= 251,771 + 82,048
= 333,819 ton
Kapasitas ijin tiang (Qa) :
Qa = Qu
SF
= 333,819 = 133,527 ton
2,5
3. Titik S3
a. Perhitungan kapasitas daya dukung ujung tiang (qb)
Kedalaman tiang pancang = 13,40 m
Tabel 4.6. Nilai Perlawanan Penetrasi Konus (qc) pada Titik Sondir S-3
Nilai qca diambil rata-ratanya yaitu sebesar :
qca = 37+ 51 + 72 + 121 + 176 + 198 + 198 + 198 + 198 + 198 +198 11
= 149,545kg/cm2
Dari Persamaan (2.8) kapasitas daya dukung ujung (qb) adalah Kedalaman (m) Penetrasi konus (kg/cm2)
12,40 37
12,60 51
12,80 72
13,00 121
13,20 176
13,40 198
13,60 198
13,80 198
14,00 198
14,20 198
qb = qca (base) (nilai Fb diambil dari tabel 2.4 ; Fb = 1,75)
Fb
qb = 149,545 = 85,454 kg/cm2 1,75
Maka, kapasitas daya dukung ujung tiang adalah :
Qb = qb x Ab
= 85,454 x 2826
= 241.494,5 kg
= 241,494ton
b. Perhitungan kapasitas daya dukung kulit (Qs)
0,00 m
Pasir (SW)
13,40 m qc = 41,857 kg/cm2
- 13,40 m
Gambar 4.3. Nilai qc (side) pada titik S-3
Dari Persamaan (2.9) kapasitas tahanan kulit persatuan luas (f) adalah :
f = qc (side)
α
s (Nilaiα
s dan Fs diambil dari tabel 2.4 dan 2.5) FsMaka, kapasitas daya dukung kulit adalah :
Qs = f. As
= 0,358 x 188,4 x 1340
= 90.575,030kg
= 90,575 ton
Untuk kapasitas daya dukung ultimit adalah :
Qu = Qb + Qs
= 241,494+ 90,575
= 332,069 ton
Kapasitas ijin tiang (Qa) :
Qa = Qu SF
= 332,069 = 132,827 ton
2,5
4.2.3. Menghitung Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan
Data SPT (Standard Penetration Test)
Untuk menghitung kapasitas daya dukung Tiang pancang ini menggunakan
data SPT (Standard Penetration Test) dilakukan per lapisan tanah menggunakan
metode Meyerhoff. Perhitungan dibatasi hanya pada data SPT (Standard
Penetration Test) diambil dari BH-1.
Ada dua rumus yang digunakan untuk melakukan perhitungan ini yaitu:
2. Jenis tanah non - kohesif (pasir).
Hal ini dikarenakan jenis tanah pada setiap lapisan bisa berbeda jenisnya.
1. Daya pondasi tiang pancang pada tanah kohesif (lempung)
Contoh perhitungan diambil dari kedalaman 1 m
Jenis tanah : Lempung berpasir
N-SPT : 4
Luas penampang tiang : 0,2826 m2
Keliling tiang : 1,884 m
a. Daya dukung ujung tiang pancang
Qp = 9 x cu x Ap
Dimana :
Ap = luas penampang tiang = 0,2826 m2
cu = Kohesi undrained (kN/m2)
= N-SPT x 2/3 x 10
= 4 x 2/3 x 10
= 26,667 kN/m2
Qp = 9 x 26,667 x 0,2826
= 67,825 kN
= 6,7825 ton
b. Daya dukung selimut tiang pancang
Qs =
α
x cu xp x Liα
= Faktor adhesi = 0,55 (Reese & Wright,1977)p = Keliling tiang = 1,884 m
Li = Panjang lapisan tanah = 1 m
Qs = 0,55 x 26,667 x 1,884 x 1
= 27,632 kN
= 2,7632 ton
2. Daya pondasi tiang pancang pada tanah non-kohesif (pasir).
Contoh perhitungan diambil dari kedalaman 16 m
Jenis tanah : Pasir berlempung
N-SPT : 8
a. Daya dukung ujung tiang pancang
Qp = 40 x N-SPT x Lb/D x Ap< 400 x N-SPT x Ap
dimana :
Qp = Tahanan ujung ultimate (ton)
Ap = Luas penampang tiang pancang = 0,2826 m2
Lb = Kedalaman penyelidikan tanah di lapangan = 2 m
D = Diameter tiang pancang (m) = 0,6 m
Qp = 40 x 8 x 2/0,6 x 0,2826 < 400 x 8 x 0,2826
= 301,44 kN < 901,32 kN
= 30,144 ton
b. Daya dukung selimut tiang pancang
Qs = 2 x N-SPT x p x Li
Li = Panjang lapisan tanah = 2 m
p = Keliling tiang = 1,884 m
Qs = 2 x 8 x 1,884 x 2
=60,288 kN
Tabel 4.7. Perhitungan daya dukung tiang pancang berdasarkan data Standard Penetration Test (SPT)
BH 1
Kedalaman Lapisan ke -
Deskripsi
N-SPT Cu Α
Skin friction End Bearing (KN) Qult (KN) Qult (ton) Qijin (ton) Jenis tanah
Kohesif/Non-kohesif Local (KN) Cumm (KN) 0
1 Lempung
berpasir Kohesif
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 4 26,667 0,550 27,632 27,632 67,824 95,456 9,546 3,818
2
2 Lempung
berpasir Kohesif
7 46,667 0,550 48,356 75,988 118,692 194,680 19,468 7,787
3 6 40,000 0,550 41,448 117,436 101,736 219,172 21,917 8,767
4
3 Pasir
berlempung Non-kohesif
5 - 18,840 136,276 94,200 230,476 23,048 9,219
6 6 - 45,216 181,492 226,080 407,572 40,757 16,303
8 6 - 45,216 226,708 226,080 452,788 45,279 18,112
9 6 - 22,608 249,316 113,040 362,356 36,236 14,494
10
4 Pasir
berlempung Non-kohesif
6 - 22,608 271,924 113,040 384,964 38,496 15,399
12 5 - 37,680 309,604 188,400 498,004 49,800 19,920
14 7 - 52,752 362,356 263,760 626,116 62,612 25,045
15 7.5 - 28,260 390,616 141,300 531,916 53,192 21,277
16
5 Pasir Non-kohesif 8 - 30,144 420,760 150,720 571,480 57,148 22,859
18 60 - 452,160 872,920 2260,800 3133,720 313,372 125,349
20
6 Pasir
berbatu Non-kohesif
60 - 452,160 1325,080 2260,800 3585,880 358,588 143,435
4.3. Menghitung Kapasitas Daya Dukung Lateral Pondasi Tiang Pancang
Untuk mengetahui tanah runtuh atau tidak akibat adanya beban horizontal
yang terjadi pada tiang, maka perlu dihitung daya dukung horizontal. Untuk
menghitung daya dukung horizontal, terlebih dahulu hitung faktor kekakuan
tiang untuk tanah non-kohesif. Perhitungan kapasitas daya dukung lateral tiang
pancang menggunakan metode Broms.
Data :
Daya dukung lateral (BH- 01 pada kedalaman 18 m)
Jenis tanah : granular
Berat isi tanah (γ) = 21,5 kN/m3 Sudut geser tanah (ø) = 41,9o
Tiang :
Diameter tiang pancang (D) = 0,6 m
Panjang tiang pancang (L) = 12 m
Mutu beton (f’c) = 600 kg/ cm2 = 60 Mpa Momen ultimit (My) = 17 Tonmeter = 170 kNm
E = 4700 √
= 36.406,043 Mpa = 36.406.043 kN/m2
I =
π (0,6)
4
= m4
Perhitungan dilakukan dengan tahap berikut :
1) Cek perilaku tiang dan hitung faktor kekakuan tiang
T =
√
= 1,814 m (Persamaan 2.18)
L ≥ 4 T
12 m ≥ 7,256 m
(jenis tiang pancang dikategorikan tiang panjang/elastic pile)
2) Cek keruntuhan tiang akibat momen lentur maksimum tiang
Jarak beban lateral dari permukaan tanah (e ) = 0
Koefisien tekanan tanah pasif Kp ⁄
Kp = ⁄
= 5,021
Maka :
Hu =
√
(Persamaan 2.38)
Hu = 295,019 kN = 29,509 Ton
Beban ijin lateral
H =
= 118,007 kN = 11,80 Ton
Gambar 4.4. Grafik Kapasitas Beban Lateral pada Tanah Granuler
Tahanan momen ultimit =
= 13,151
Nilai tahanan ultimit sebesar 25,345 diplot ke grafik di atas,
sehingga diperoleh tahanan lateral ultimit sebesar 20.
12,45 =
Hu = 290,303 kN = 29,03 Ton
H
=
= 116,121 kN = 11,612 Ton
Hasil yang diperoleh dengan cara analitis tidak berbeda jauh
4.4. Menghitung Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan
Metode Elemen Hingga
Pada Metode Elemen Hingga daya dukung yang akan dihitung adalah daya
dukung aksial pondasi tiang pancang. Pemodelan tanah yang digunakan adalah
model Mohr – Coulomb dengan analisis axisymmetric, yaitu kondisi awal
digambarkan seperempat namun sudah mewakili sisi yang lain karena dianggap
simetris. Pada model ini diasumsikan perilaku tanah bersifat plastis sempurna.
Dalam perhitungan Metode Elemen Hingga, model Mohr – Coulomb merupakan
pemodelan umum dalam penyelidikan tanah dimana model ini membutuhkan
parameter seperti Modulus Young, E (stiffness modulus), Poisson’s ratio (υ),
sudut geser dalam (ø), kohesi (c), sudut dilantansi (Ψ), dan berat isi tanah (γ).
Parameter tanah dari hasil uji sondir, SPT dan laboratorium ini diambil dari
penyelidikan tanah yang dilaksanakan oleh Laboratorium Mekanika Tanah
Nomensen Medan Karena keterbatasan data, maka sebagian parameter tanah pada
lapisan tertentu diasumsikan berdasarkan buku referensi teori mekanika tanah dan
studi parameter tanah dengan menggunakan program All-Pile.
Data-Data yang dimasukkan dalam pemodelan menggunakan Metode Elemen
Hingga, yaitu sebagai berikut :
1. Data tiang pancang
Data – data yang harus diketahui Sebelum melakukan pemodelan pondasi tiang pancang yaitu terlebih dahulu harus mengetahui data-data teknis tiang
perhitungan daya dukung pondasi baik manual maupun dengan Metode
[image:37.595.142.509.158.377.2]Elemen Hingga.
Tabel 4.8. Data Tiang Pancang
No Keterangan Nilai
1 Lokasi Bore Hole 1
2 Jenis Pondasi Tiang Pondasi tiang pancang
3 Diameter Tiang (m) 0,6
4 Panjang Tiang (m) 18
5 Luas Penampang (m2) 0,2826
6 Modulus Elastisitas (E) (kN/m2) 36.406.043,45 7 Momen Inersia (I) (m4) 0,0063585
8 Berat jenis (γ) (kN/m3) 24
9 EA (kN/m) 10.288.347,75
10 EI (kNm2/m) 231.487,824
11 Angka Poisson (μ) 0,12
2. Deskripsi dan parameter tanah setiap lapisan
Karena data - data dari hasil penyelidikan tanah kurang lengkap, tidak
semua data yang kita butuhkan dalam perhitungan Metode Elemen Hingga di
sajikan dalam laporan hasil penyelidikan tanah maka dilakukan studi
parameter tanah dengan menggunakan program All-Pile. serta koreksi-koreksi
yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Berikut disajikan tabel yang akan mempermudah proses pemodelan tanah
Tabel 4.9. Input Parameter Tanah untuk Metode Elemen Hingga
Lapisan ke -
Depth Jenis Tanah Tebal Kedalaman γdry γwet Kx Ky Es’
µ' c
Φ Ψ
Dan Lapisan Muka Air
(m) Konsistensi Tanah Tanah (kN/m3) (kN/m3) (m/day) (m/day) (kN/m2) (kN/m2)
Tanah (m) (m)
1 0 – 1
Lempung berpasir
1 - 8,0 17,8 0,000864 0,000864 4030,008 0,35 20,9 0 0
Lunak N = 4
2 2 – 3
Lempung berpasir
2 - 9,4 19,2 0,000864 0,000864 6045,012 0,35 35,9 0 0
Kaku N = 6
3 3 – 9
Pasir berlempung
6 - 7,3 17,1 8,64 8,64 6045,012 0,4 0 28,7 0
Lepas N = 6
4 9 – 15
Pasir berlempung
6 13,5 – 14 7,6 17,4 8,64 8,64 6122,500 0,4 0 29 0
Sedang-lepas-sedang N = 7
5 15 - 18
Pasir
3 - 11,7 21,5 86,4 86,4 6600,000 0,2 0 41,8 11,8
Padat-sangat padat N = 60
6 18 -
22,5
Pasir berbatu
5,50 - 11,7 21,5 864 864 6600,000 0,2 0 41,8 11,8
Proses Pemodelan Pada Program Plaxis
Proses pemasukan data dilakukan dengan proses sebagai berikut :
1. Langkah pertama dalam setiap analisis yaitu atur parameter dasar dari
[image:39.595.151.535.212.473.2]model elemen hingga di jendela pengaturan global.
Gambar 4.4. Kotak Dialog Pengaturan Global (general setting) pada Plaxis
2. Pemodelan tanah digambar menggunakan garis geometri , diambil
dengan lebar sebesar 20D (D = diameter tiang) dan kedalaman 22 m
(kedalaman bore hole-1) yang terdiri dari beberapa layer dengan
ketebalan tertentu.
3. Setelah selesai memodelkan struktur tanah, kemudian gambarkan dinding
diafragma sebagai tiang dengan cara menggunakan tombol pelat .
Kemudian gunakan tombol antar muka (interface) yang di indikasikan
sebagai garis teputus-putus sepanjang garis geometri untuk memisahkan
kekakuan lebih dari satu elemen, yaitu kekakuan antara tanah dan tiang.
4. Setelah itu gambarkan beban permukaan, yaitu sistem beban A-beban
terpusat dengan menggunakan , kemudian input nilai bebannya
dengan mengklik ujung beban.
5. Untuk membentuk kondisi batas, klik tombol jepit standar (standard
fixities) , maka akan terbentuk jepit penuh pada bagian dasar dan
jepit rol pada sisi-sisi vetikal.
6. Kemudian masukkan data material dengan menggunakan tombol
material set . Untuk data tanah, pilih soil & interface pada set type,
sedangkan data tiang pilih plates pada set type. Setelah itu seret data-data
yang telah diinput ke dalam pemodelan geometri awal, seperti gambar
berikut.
7. Kemudian klik Generate mesh untuk membagi-bagi elemen menjadi
beberapa bagian yang beraturan sehingga mempermudah dalam
perhitungan , diupdate, klik initial condition, kondisi awal setelah
terbentuknya jaring-jaring elemen (generated mesh) menandakan model
elemen pada beberapa kondisi yaitu kondisi awal untuk tekanan air yang
didapat dengan memodelkan muka air tanah, dan kondisi tegangan efektif
[image:41.595.255.372.286.497.2]awal.
Gambar 4.6. Generate Mesh
8. Kemudian klik tombol initial conditions untuk memodelkan muka air
tanah. Klik pada tombol phreatic level untuk menggambarkan kedalaman
Gambar 4.7. Initial water pressurepada program Plaxis
9. Kemudian klik tombol generate water pressure untukmendefenisikan
tekanan air tanah. Lalu setelah muncul diagram active pore pressures, klik
update, maka akan kembali ke tampilan initial water pressure, lalu klik initial pore pressure, dan generate pore pressure maka akan muncul
diagram untuk effective stresses.
[image:42.595.282.381.457.633.2]Gambar 4.9. Kondisi Effective Stresses
10.initial stresses dan ok kemudian diupdate, akhirnya calculate yes, dan
akan muncul kotak dialog perhitungan.
11.Selanjutnya akan dilakukan perhitungan dengan mengklik tombol
Calculate, lalu buatlah perhitungan Phase 1 dan Phase 2 seperti gambar di
bawah ini.
[image:43.595.152.476.491.703.2]12.Sebelum melakukan perhitungan, terlebih dahulu lakukan pemilihan titik
node sebagai titik yang ditinjau, titik node A yang terletak di ujung atas
tiang dan diupdate. Kemudian pada phase 1 dilakukan pendefinisian
beban. Dengan cara klik parameters, define, dan aktifkan beban dengan
cara klik ujung beban dan update. Beban yang dimaksud adalah beban ijin
[image:44.595.237.389.275.550.2]rencana yaitu sebesar 200 ton.
Gambar 4.12. Pemilihan titik nodal
Gambar 4.13. Proses Perhitungan
13.Maka akan keluar kotak dialog yang berisi nilai Phi Reductionsebagai
berikut.
Gambar 4.14. Nilai Phi Reduction pada program Plaxis
[image:45.595.115.546.411.696.2]Nilai Σ Msf 2 (setelah konsolidasi) sebesar 1,7263 Qu titik bore hole 1 adalah : Qu = Σ Msf x 2500 kN
= 1,7263 x250 kN
= 4315,75 kN = 431, 575 Ton
4.5. Menghitung Efisiensi Tiang Pancang Kelompok
Gambar 4.15 Detail Tiang Pancang Kelompok
Syarat jarak antar tiang
S <
dimana :
D = diameter tiang pancang = 0,6 m
m = Jumlah baris tiang = 1
n = Jumlah tiang dalam satu baris = 2
S = jarak antar tiang = 3D = 3(0,6) = 1,8 m
maka,
1,8 <
4.5.1 Metode Converse-Labarre Formula
Eg = 1-
θ
(Persamaan 2.58)
θ = arc tan d/s
= arc tan 0,6/1,8
= 18,435
Eg = 1 – 18,435
Eg = 0,897
Qg = Eg . n . Qa (Persamaan 2.61)
Maka, berdasarkan perhitungan data SPT dan Sondir, diperoleh nilai daya
dukung tiang pancang kelompok sebagai berikut :
Contoh perhitungan Sondir menurut metode Meyerhoff
- Pada S1 kedalaman 17,40 m, Qa = 255,810 ton
Maka. Qg = (0,897)(2)( 255,810)
= 405,103 ton
Selanjutnya perhitungan daya dukung tiang pancang kelompok menurut
Converse-Laberre Formuladapat dilihat pada Tabel 4.10
Tabel 4.10. Daya Dukung Tiang Kelompok menurut Converse-Laberre Formula Berdasarkan Data Sondir Metode Meyerhoff
Titik Kedalaman (m)
Efisiensi (Eg)
Jumlah Tiang
(n) Qa (ton) Qg (ton)
S1 17,40 0,897 2 255,810 405,103
S2 13,40 0,897 2 221,859 398.015
Tabel 4.11. Daya Dukung Tiang Kelompok menurut Converse-Laberre Formula Berdasarkan Data Sondir Metode Aoki dan De Alencar
Tabel 4.12 Daya Dukung Tiang Kelompok menurut Converse-Laberre Formula Berdasarkan Data SPT
4.5.2. Metode Los Angeles Group
Eg = 1 -
{m(n - 1) + (m – 1) + √ (m – 1)(n – 1)} (Persamaan 2.59)
Eg = 1-
{1(2 - 1) + (1 – 1) + √ (1 – 1)(2 – 1)}
Eg = 0,833
Qg = Eg . n . Qa (Persamaan 2.61)
Maka, berdasarkan perhitungan data Sondir dan SPT, diperoleh nilai daya
dukung tiang pancang kelompok sebagai berikut :
Contoh perhitungan Sondir menurut metode Aoki dan De Alencar
- Pada titik S4 kedalaman 17,40 m, Qa = 255,810ton
Maka. Qg = (0,833)(2)( 255,810)
= 426,179 ton
Selanjutnya perhitungan daya dukung tiang pancang kelompok menurut Los
Angeles Group dapat dilihat pada Table d bawah ini.
Titik Kedalaman (m)
Efisiensi (Eg)
Jumlah Tiang
(n) Qa (ton) Qg (ton)
S1 17,40 0,897 2 169,136 303,429
S2 13,40 0,897 2 133,527 239,547
S3 13,40 0,897 2 132,827 238,291
Titik Kedalaman (m)
Efisiensi (Eg)
Jumlah Tiang
(n) Qa (ton) Qg (ton)
Tabel 4.13. Daya Dukung Tiang Kelompok menurut Los Angeles Group Berdasarkan Data Berdasarkan Data Sondir Metode Meyerhoff
Tabel 4.14. Daya Dukung Tiang Kelompok menurut Los Angeles Group Berdasarkan Data Sondir Metode Aoki dan De Alencar
Tabel 4.15 Daya Dukung Tiang Kelompok menurut Los Angeles Group Berdasarkan Data SPT
4.6. Diskusi
Dari hasil perhitungan daya dukung pondasi tiang pancang baik secara
analitis maupun metode elemen hingga, diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang berdasarkan Data sondir :
Titik Kedalaman (m)
Efisiensi (Eg)
Jumlah Tiang
(n) Qa (ton) Qg (ton)
S1 17,40 0,833 2 255,810 426,179
S2 13,40 0,833 2 221,859 369,617
S3 13,40 0,833 2 230,602 384,183
Titik Kedalaman (m)
Efisiensi (Eg)
Jumlah Tiang
(n) Qa (ton) Qg (ton)
S1 17,40 0,833 2 169,136 281,780
S2 13,40 0,833 2 133,527 222,456
S3 13,40 0,833 2 132,827 221,289
Titik Kedalaman (m)
Efisiensi (Eg)
Jumlah Tiang
(n) Qa (ton) Qg (ton)
BH-01 18 0,833 2 125,349 208,831
Metode
2. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang berdasarkan Data SPT :
3. Kapasitas Daya Dukung Lateral Pondasi Tiang Pancang berdasarkan
metode Broms pada Titik BH- 01 pada kedalaman 18 m :
4. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang dengan Metode Elemen Hingga menggunakan program Plaxis.
Titik Kedalaman (m) Qult (ton)
BH-1 18 431, 575
5. Nilai Efisiensi Tiang Pancang Kelompok
Dari hasil perhitungan di atas, didapatkan hasil yang berbeda - beda dari
setiap metode yang digunakan. Berdasarkan metode Meyerhoff hasil kapasitas
daya dukung tiang pancang jauh lebih besar dibandingkan dengan metode Aoki
dan De Alencar . Menurut metode Meyerhoff, didapat hasil Qu yang cukup besar
sehingga harus dibagikan dengan SF (safety factor) yang besar pula agar
diperoleh Qizin yang realistis dan aman. Sedangkan nilai Qu yang diperoleh Titik End
bearing(ton)
Skin friction
(ton) Qult(ton) Qijin(ton)
BH-1 226,08 87,920 313,372 125,349
Metode Gaya Lateral Ultimit (Hu) (ton)
Gaya Lateral Izin (H) (ton)
Analitis 29,501 11,800
Grafis 29,030 11,612
Metode Efisiensi Tiang (Eg)
dengan metode SPT dan Metode Elemen Hingga diperoleh hasil yang cukup
mendekati, sehingga hasilnya cukup dapat dipercaya.
Sedangkan daya dukung lateral berdasarkan cara analitis dan grafis,
diperoleh nilai Hu dan H yang tidak terlalu jauh bedanya.
Kemudian dari hasil perhitungan efisiensi tiang pancang kelompok,
menurut Converse – Labarre Formula dan Los Angeles Group diperoleh hasil
yang tidak jauh berbeda juga. Maka dengan adanya efisiensi ini jika tiang
pancang dipancang secara berkelompok akan membuat daya dukung tiang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Pada proyek pembangunan hotel medan siantar, desain beban yang
digunakan adalah 200 ton.
2. Hasil perhitungan daya dukung pondasi tiang pancang berdasarkan data
Sondir, SPT, dan Metode Elemen Hingga adalah :
a. Daya Dukung Tiang Pancang berdasarkan data Sondir :
1. Berdasarkan metode Meyerhoff :
- Pada titik S1 kedalaman 17,40 diperoleh Qu = 900,363 ton
Qijin = 255,809 ton
- Pada titik S2 kedalaman 13,40 diperoleh Qu = 751,339 ton
Qijin = 221,859 ton
-Pada titik S2 kedalaman 13,40 diperoleh Qu = 779,976 ton
Qijin = 230,601 ton
2. Berdasarkan metode Aoki dan De Alencar :
-Pada titik S1 kedalaman 17,40 diperoleh Qu = 442,840 ton
Qijin = 169,136 ton
-Pada titik S2 kedalaman 13,40 diperoleh Qu = 333,814 ton
Qijin = 133,527 ton
-Pada titik S2 kedalaman 13,40 diperoleh Qu = 332,069 ton
b. Daya Dukung Tiang Pancang berdasarkan data SPT pada BH- 01 dan
kedalaman 18 m diperoleh :
- Qu = 313,372 ton
- Qijin = 125,349 ton
c. Daya dukung lateral tiang pancang berdasarkan metode Broms pada
Titik BH- 01 dan kedalaman 18 m
1. Berdasarkan metode Analitis diperoleh :
- Hu = 29,501 ton
- Hijin = 11,800 ton
2. Berdasarkan metode Grafis diperoleh :
- Hu = 29,030 ton
- Hijin = 11,612 ton
d. Daya Dukung Tiang Pancang dengan Metode Elemen Hingga
menggunakan program Plaxis pada Titik BH – 01 kedalaman 18 m diperoleh :
Qu = 345,2 ton
e. Nilai Efisiensi Tiang Pancang Kelompok
1. Berdasarkan metode Converse – Labarre Formula diperoleh:
Eg = 0,897
2. Berdasarkan metode Los Angeles Group diperoleh:
Eg = 0,833
3. Perbandingan kapasitas daya dukung tiang pancang menggunakan data
SPT dangan Metode Elemen Hingga yaitu Program Plaxis Pada
SPT Plaxis Mohr –
Coulomb
Perbedaan Persentase
(%)
Qu 313,372 345,2 31,828 9,22
4. Perbedaan besar daya dukung yang didapatkan dari setiap metode dapat
disebabkan oleh bedanya titik pengujian dan kedalaman pada setiap
metode, sehingga jenis dan sifat tanah yang diteliti juga berbeda, cara
pelaksanaan pengujian di lapangan yang kurang teliti (human error), dan
perbedaan parameter yang digunakan dalam setiap metode perhitungan.
5.2 Saran
1. Jika ingin menghitung besarnya daya dukung pada suatu pondasi tiang
pancang, sebaiknya kita memiliki datateknis dan data laboratorium
(parameter tanah) yang lengkap. Kelengkapan data akan sangat
membantu untuk mendapatkan perhitungan yang lebih akurat, baik
secara analitis maupun secara metode elemen hingga dengan bantuan
Program Plaxis
2. Pengujian dilapangan dan dilaboratorium harus benar–benar di lakukan secara teliti. Hal ini sangatlah penting karena sedikit
kekeliruan dapat menyebabkan hasil yang diperoleh tidak akurat dan
tidak sesuai standar yang telah ditetapkan.
3. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan pengawasan yang ketat agar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendahuluan
Langkah pertama yang dikerjakan dalam pembangunan suatu konstruksi
adalah pekerjaan pondasi baik itu pekerjaan gedung, jembatan, terowongan,
menara, dan tanggul. Pondasi adalah suatu konstruksi pada bagian dasar struktur
bangunan yang berfungsi untuk meneruskan beban yanga diakibatkan struktur
pada bagian atas kepada lapisan tanah yang berada pada bagian bawah struktur
tanpa mengakibatkan keruntuhan geser tanah, dan penurunan tanah pondasi yang
berlebihan. Maka dari itu, untuk mengantisipasi terjadinya hal – hal yang tidak
diinginkan pada struktur bangunan sebaiknya terlebih dahulu harus
diperhitungkan beban – beban yang bekerja, gaya – gaya luar seperti tekanan
angin, gempa bumi dan sebagainya. Agar dapat menjamin kestabilan struktur
bangunan tersebut.
Suatu perencanaan pondasi dikatakan benar apabila beban yang diteruskan
oleh pondasi ke tanah tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan (Braja
M. Das,1995).
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan pembangunan
pondasi, yaitu :
a.Daya dukung pondasi yang direncanakan harus lebih besar dari pada beban
atau gaya – gaya yang bekerja pada struktur tersebut.
b.Besarnya penurunan pondasi yang disebabkan oleh pembebanan tidak boleh
Pondasi dibedakan atas dua jenis, yaitu pondasi dangkal (shallow
foundation), dan pondasi dalam (deep foundation). Pondasi dangkal digunakan
apabila lapisan tanah keras terletak tidak jauh dari permukaan tanahnya. Pondasi
dangkal didesain dengan kedalaman lebih kecil atau sama dengan lebar dari
pondasi tersebut . Sedangkan pondasi dalam digunakan apabila lapisan
tanah kerasnya terletak jauh dari permukaan tanah. Pondasi dalam didesain
dengan kedalaman lebih besar atau sama dengan lebar dari pondasi tersebut
(Das, 1995).
2.2 Tanah
Dalam pandangan teknik sipil, tanah adalah material utama yang
menerima dan penyaluran beban yang ditimbulkan oleh konstruksi bangunan
yang dibuat diatasnya (upper structure). Maka dari itu kita harus mengetahui
keadaan dan kondisi tanah agar struktur pondasi kita tersebuat aman. Kita
pastikan keadaan tanah tersebut mampu memikul, mendukungnya, serta tidak
mengakibatkan kerusakan tanah dan penurunan yang berlebihan.
Defenisi Tanah
Dalam pengertian teknis secara umum, tanah didefenisikan sebagai
material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak
terikat (tersementasi) secara kimia satu sama lain dan dari bahan-bahan organik
yang telah melapuk disertai zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di
antara partikel-partikel padat tersebut (Braja M Das, 1995).
Tanah terdiri dari tiga komponen yaitu air, udara, dan bahan padat. Udara
sifat – sifat teknis tanah. Ruang – ruang diantara butiran – butiran sebagian atau
seluruhnya dapat terisi oleh air atau udara. Bila rongga terisi oleh air seluruhnya
tanah dikatakan dalam kondisi jenuh. Sedangkan bila rongga terisi air dan udara
tanah pada kondisi jenuh sebagian (Partially Saturated).
Dikarenakan merupakan gabungan dari partikel-partikel padat, udara dan
air tadi menyebabkan tanah mempunyai komposisi dua atau tiga fase yang
berbeda. Pada saat tanah berada dalam keadaan kering tanah akan terdiri dari dua
fase yaitu butiran padat dan partikel udara. Jika pada tanah yang jenuh seluruhnya
terdiri dari dua fase juga yaitu butiran padat dan air pori, sedangkan pada tanah
keadaan jenuh sebagian maka terdiri dari tiga fase yaitu butiran padat, udara serta
air pori.
Komponen-komponen tanah tersebut akan diperjelas pada gambar berikut:
Gambar 2.1. Diagram Fase Tanah (Sumber, Mekanika Jilid 1, Braja M. Das)
2.3 Penyelidikan Tanah (Soil Investigation)
Untuk membangun sebuah bangunan dengan beban berat, terlebih dahulu
karakteristik dan daya dukung lapisan tanah untuk keperluan desain tipe dan
bentuk pondasi yang optimum dan ekonomis.
Penyelidikan tanah (soil investigation) adalah pekerjaan awal yang harus
dilakukan sebelum memutuskan akan menggunakan jenis pondasi dangkal atau
pondasi dalam.
Penyelidikan tanah (soil investigation) adalah proses pengambilan contoh
(sample) tanah yang bertujuan untuk :
1. Menentukan sifat – sifat tanah yang terkait dengan perencanaan
struktur yang akan dibangun diatasnya.
2. Menentukan kapasitas daya dukung tanah menurut tipe pondasi yang
dipilih.
3. Menentukan tipe dan kedalaman pondasi.
4. Untuk mengetahui posisi muka air tanah
5. Untuk memprediksi besarnya penurunan
6. Menentukan besarnya tekanan tanah
Penyelidikan tanah (soil investigation) ada dua jenis yaitu :
1. Penyelidikan di lapangan (in situ test)
Jenis penyelidikan di lapangan seperti pengeboran (hand boring
ataupun machine boring), Cone Penetrometer Test (sondir), Standard
Penetration Test (SPT), Sand Cone Test dan Dynamic Cone Penetrometer.
2. Penyelidikan di laboratorium (laboratory test)
Jenis penyelidikan di laboratorium terdiri dari uji index properties
dan engineering properties tanah (direct shear test, triaxial test,
consolidation test, permeability test, compaction test, dan CBR).
Dari hasil penyelidikan tanah diperoleh contoh tanah (soil sampling) yang
dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Contoh tanah tidak terganggu (Undisturbed Soil)
Suatu contoh tanah dikatakan tidak terganggu apabila contoh tanah itu
dianggap masih menunjukkan sifat-sifat asli tanah tersebut. Sifat asli yang
dimaksud adalah contoh tanah tersebut tidak mengalami perubahan pada
strukturnya, kadar air, atau susunan kimianya. Contoh tanah seperti ini tidaklah
mungkin bisa didapatkan, akan tetapi dengan menggunakan teknik – teknik
pelaksanaan yang baik, maka kerusakan – kerusakan pada contoh tanah tersebut
dapat diminimalisir.Undisturbed soil digunakan untuk percobaan engineering
properties.
b. Contoh tanah terganggu ( Disturbed Soil )
Contoh tanah terganggu adalah contoh tanah yang diambil tanpa adanya
usaha – usaha tertentu untuk melindungi struktur asli tanah tersebut.Disturbed
soil digunakan untuk percobaan uji index properties tanah.
2.3.1 Percobaan Cone Penetrometer Test ( Sondering Test )
Pengujian Cone Penetrometer Test (CPT) atau sering disebut dengan
sondir adalah proses memasukkan suatu batang tusuk dengan ujung berbentuk
kerucut bersudut 60° dan luasan ujung 1,54 inch2 ke dalam tanah dengan
kecepatan tetap 2 cm/detik. Dengan pembacaan manometer yang terdapat pada
kedalaman tertentu. Sehigga dapat diketahui dari berbagai lapisan tanah memikul
kekuatan yang berbeda.
Menurut kapasitasnya, alat sondir dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Sondir ringan, dengan kapasitas dua ton. Sondir ringan digunakan untuk
mengukur tekanan konus sampai 150 kg/cm2 atau penetrasi konus telah
mencapi kedalaman 30 cm.
b. Sondir berat, dengan kapsitas sepuluh ton. Sondir berat digunakan untuk
mengukur tekanan konus sampai 500 kg/cm2 atau penetrasi konus telah
mencapai kedalaman 50 m.
Ada dua tipe ujung konus pada sondir mekanis :
a. Konus biasa, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan biasanya
digunakan pada tanah yang berbutir kasar dimana besar perlawanan
lekatnya kecil.
b. Bikonus, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan hambatan
lekatnya dan biasanya digunakan untuk tanah berbutir halus.
Tahanan ujung konus dan hambatan lekat dibaca setiap kedalaman 20 cm.
Cara pembacaan sondir dilakukan secara manual dan bertahap, yaitu dengan
mengurangi hasil pengukuran (pembacaan manometer) kedua terhadap
pengukuran (pembacaan manometer) pertama. Pembacaan sondir akan dihentikan
apabila pembacaan manometer mencapai > 150 kg/cm2 (untuk sondir ringan)
Gambar 2.2. Konus Sondir dalam Keadaan Tertekan dan Terbentang
(Sosrodarsono & Nakazawa, 2005)
Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam percobaan sondir adalah
sebagai berikut:
1. Membersihkan lokasi sekitar sondir dari rerumputan dan bebatuan,
sehingga terdapat permukaan yang rata.
2. Memasang angker dan mengaturatur mesin sondir bisa berdiri
vertikal tempat yang akan diperiksa dan pasang manometer,
3. Mengisi mesin sondir dengan oil, Usahakan pengisian oil sondir
sampai bebas udara.
4. Memasang konus atau batang konus tersebut pada ujung pipa sondir
pertama.
6. Menyiapkan alat-alat untuk pembacaan antara lain tutup kran-kran
dan jarum manometer harus pada posisi 0.
7. Kemudian kran pada manometer 0–60 kg/cm2 dan 0–250
kg/cm2 dibuka dan mulai penekanan. Umumnya konus atau batang
konus mencapai kedalaman 20 cm, manometer dibaca, mula-mula
perlawanan tanah konis untuk penekanan 4 cm ke bawah sama 20 cm
akan didapat pembacaan tahanan (JP) yaitu perlawanan penetrasi
konis (PK) dan hambatan lekat (HL). Pembacaan manometer yaitu
saat terjadi loncatan pada jarum manometer.
8. Kemudian dilakukan penekanan untuk kedalaman 20 cm berikutnya.
Kemudian ulangi lagi pembacaan tekanan konus atau batang konus
pada pembacaan total.
9. Harus diperhatikan jika tanahnya makin keras dan PK + JP
mendekati 90 kg/cm2 dilakukan pergantian manometer dengan jalan
menutup kran manometer 0–60 kg/cm2 pindah manometer 0–250
kg/cm2.
10.Pembacaan PK dan JP dilakukan tiap 20 cm dan seterusnya.
Pembacaan dihentikan jika didapat pembacaan PK tiga kali
berturut-turut melebihi 200 kg/cm2 atau sampai kedalaman 30 m.
11.Apabila digunakan konis tidak memakai batang konis maka
pembacaan manometer hanya dilakukan pada penekanan pertama
(PK). Penekanan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20
12.Untuk sondir berat pada waktu tekanan manometer tiga kali
berturut-turut melebihi 500 kg/cm2 atau kedalaman maksimum 30 m
dihentikan.
Dari hasil test sondir ini didapatkan nilai jumlah perlawanan ( JP ) dan nilai
perlawanan konus (PK), sehingga hambatan lekat (HL) didapatkan dengan
menggunakan rumus :
1. Hambatan Lekat ( HL )
(2.1)
2. Jumlah Hambatan Lekat ( JHL )
(2.2)
Dimana :
PK = Perlawanan penetrasi konus ( qc )
JP = Jumlah perlawanan ( perlawanan ujung konus + selimut )
A = Interval pembacaan ( setiap pembacaan 20 cm )
B = Faktor alat = luas konus / luas torak = 10 cm
i = Kedalaman lapisan tanah yang ditinjau ( m )
JHL = Jumlah Hambatan Lekat
Hasil penyelidikan dengan sondir ini digambarkan dalam bentuk gafik yang
menyatakan hubungan antara kedalaman setiap lapisan tanah dengan perlawanan
gaya per satuan luas. Hambatan lekat adalah perlawanan gesertanah terhadap
selubung bikonus yang dinyatakan dalam gaya per satuan panjang.
.
Gambar 2.3 Cara Pelaporan Hasil Uji Sondir (Sumber: Sardjono, 1988) Hasil – hasil perhitungan ini digambarkan dalam kertas grafik/kurva yang telah
tersedia.
[image:64.595.189.446.148.359.2]
Gambar 2.5. Alat sondir dengan konus biasa (Sumber:Soedarmo, 1993)
Tabel 2.1. Harga – harga Empiris ϕ dan Dr Pasir dan Lumpur Kasar Berdasarkan
Sondir
Penetrasi konus PK = qc
(kg/cm2)
Densitas relatif Dr (%)
Sudut geser dalam (°)
20 - 25 – 30
20 – 40 20 – 40 30 – 35
40 – 120 40 – 60 35 – 40
120 – 200 60 – 80 40 – 45
>200 >80 >45
(Sumber: Soedarmo, 1993)
Tujuan dari pengujian sondir ini yaitu :
1. Untuk mengetahui kedalaman dan kekuatan lapisan – lapisan tanah
2. Untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus (penetrasi terhadap
3. Untuk mengetahui jumlah hambatan lekat tanah (perlawana geser
tahah terhadap selubung bikonus yang dinyatakan dalam gaya
persatuan panjang),
Selain itu pengujian sondir ini memiliki kelebihan, yaitu :
1. Baik untuk lapisan tanah lempung
2. Dapat dengan cepat menentukan lapisan tanah keras
3. Dapat memperkirakan perbedaa lapisan tanah
4. Dapat menghitung daya dukung tanah dengan rumus empiris
5. Baik digunakan untuk menentukan letak muka air tanah.
Dan kekurangan dari percobaan sondir ini yaitu :
1. Tidak cocok digunakan pada lapisan tanah berbutir kasar ( keras ).
2. Hasil penyondiran diragukan apabila letak alat tidak vertikal atau konus
dan bikonus bekerja tidak baik.
3. Setiap penggunaan alat sondir harus dilakukan kalibrasi dan
pemeriksaan perlengkapan antara lain :
Manometer yang digunakan masih dalam keadaan baik sesuai
dengan standard yang berlaku.
Ukuran konus yang akan digunakan haus sesuai dengan ukuran
standard (d = 36 mm)
Jarum manometer harus menentukan awal nilai nol. Dalam pembacaan harus hati – hati.
2.3.2. Pengujian dengan Standard Penetration Test (SPT)
Standard Penetration Test (SPT) sering digunakan untuk mendapatkan daya
penetration test) berasal dari Amerika Serikat. Pengujian langsung dilapangan
dengan metode Standard Penetration Test (SPT) dilakukan dalam satu lubang bor
dengan memasukkan tabung sampel yang berdiameter 35 mm sedalam 305 mm,
kedalam tanah pada dasar lubang bor dengan memakai suatu beban penumbuk
dengan berat 140 lb (63 kg) yang dijatuhkan dari ketinggian 30 in ( 75 cm).
Setelah memasuki kedalam tanah 6 in (15 cm) jumlah pukulan ditentukan untuk
memasukkannya kedalam sedalam 12 in (30cm) berikutnya. Jumlah pukulan ini
disebut nilai N (N value) atau Number of blows, dengan satuan pukulan/kaki
(blows per foot).
Pengujian Standard Penetration Test dilakukan setiap interval kedalaman
pemboran 2 meter. Percobaan SPT relatif lebih sederhana bila dibandingkan
dengan percobaan sondir. Selain itu, contoh tanah terganggu dapat diperoleh
untuk identifikasi jenis tanah, sehingga interpretasi kuat geser dan deformasi
tanah dapat diperkirakandengan baik.
Pengamatan dan perhitungan SPT dilakukan sebagai berikut :
a. Mula-mula tabung SPT dipukul ke dalam tanah sedalam 45 cm yaitu
kedalaman yang diperkirakan akan terganggu oleh pengeboran.
b. Kemudian untuk setiap kedalaman 15 cm dicatat jumlah pukulan yang
dibutuhkan untuk memasukkannya.
c. Jumlah pukulan untuk memasukkan split spoon 15 cm pertama dicatat
sebagai N1. Jumlah pukulan untuk memasukkan 15 cm kedua adalah N2
dan jumlah pukulan untuk memasukkan 15 cm ketiga adalah N3 . Jadi
total kedalaman setelah pengujian SPT adalah 45 cm dan menghasilkan
N1, N2, dan N3.
d. Angka SPT ditetapkan dengan menjumlahkan 2 angka pukulan terakhir
(N2+N3) pada setiap interval pengujian dan dicatat pada lembaran
Drillig Log.
e. Setelah selesai pengujian, tabung SPT diangkat dari lubang bor ke
permukaan tanah untuk diambil contoh tanahnya dan dimasukkan ke
dalam kantong plastik untuk diamati di laboratorium.
Kemudian hasil dari pekerjaan bor dan SPT dituangkan dalam
lembaran drilling log. Uji SPT dapat dihentikan jika jumlah pukulan
melebihi 50 kali sebelum penetrasi 30 cm tercapai.
Tujuan Percobaan SPT yaitu :
Untuk menentukan kepadatan relatif dan sudut geser (ϕ) lapisan tanah
tersebut dari pengambilan contoh tanah dengan tabung.
Untuk memperoleh data yang kumulatif pada perlawanan penetrasi
tanah dan menetapkan kepadatan dari tanah yang tidak berkohesi yang
biasanya sulit diambil sampelnya.
Tabel 2.2. Hubungan Dr, ϕ dan N dari pasir (Peck, Meyerhoff)
Nilai N Kepadatan Relatif (Dr)
Sudut Geser Dalam Menurut
Peck
Menurut Meyerhoff 0-4 0,0-0,2 Sangat
lepas
<28,5 <30
4-10 0,2-0,4 Lepas 28,5-30 30-35
10-30 0,4-0,6 Sedang 30-36 35-40
30-50 0,6-0,8 Padat 36-41 40-45
> 50 0,8-1,0 Sangat padat
> 41 > 45
( Sumber : Sosrodarsono, 2000)
Tabel 2.3. Hubungan Dr, ϕ dan N dari pasir (Terzaghi)
( Sumber : Sosrodarsono, 2000)
Keuntungan dan kerugian pengujian SPT (Standard Penetration Test ) adalah
sebagai berikut:
1. Keuntungan:
Dapat diperoleh nilai N dan contoh tanah (terganggu).
Prosedur pengujian sederhana, dapat dilakukan secara manual.
Dapat digunakan pada sembarang jenis tanah dan batuan lunak.
Relative Density (Dr) N
Very Soft / Sangat Lunak < 2
Soft / Lunak 2 – 4
Medium / Kenyal 4 – 8 Stiff / Sangat Kenyal 8 – 15
Hard / Keras 15 – 30
Pengujian SPT pada pasir, hasilnya dapat digunakan secara
langsung untuk memprediksi kerapatan relatif dan kapasitas
daya dukung tanah.
2. Kerugian :
Sampel dalam tabung SPT diperoleh dalam kondisi terganggu.
Nilai N yang diperoleh merupakan data sangat kasar, bila
digunakan untuk tanah lempung.
Derajat ketidak pastian hasil uji SPT yang diperoleh
bergantung pada kondisi alat dan operator.
Hasil tidak dapat dipercaya dalam tanah yang mengandung
banyak kerikil.
2.3. Pondasi
Pada umumnya jenis pondasi dapat digolongkan menjadi 2 tipe yaitu :
2.3.1. Pondasi Dangkal (Shallow Foundation)
Pondasi jenis ini biasanya dilaksanakan pada tanah dengan kedalaman
tanah tidak lebih dari 3 meter atau sepertiga dari lebar alas pondasi. Dengan
kata lain, pondasi ini diterapkan pada tanah yang keras atau stabil yang
mendukung struktur bangunan yang tidak terlalu berat dan tinggi, dengan
kedalaman tanah keras kurang dari 3 meter. Pondasi dangkal tidak disarankan
untuk dilaksanakan pada jenis tanah yang kurang stabil atau memiliki
kepadatan tanah yang buruk, seperti tanah bekas rawa/gambut. Bila kondisi
memaksa untuk dilaksanakan pada tanah yang kurang stabil, harus diadakan
perbaikan tanah terlebih dahulu dengan sistem memakai cerucup/tiang
Kekuatan pondasi dangkal ada pada luas alasnya, karena pondasi ini
berfungsi untuk meneruskan sekaligus meratakan beban yang diterima oleh
tanah. Pondasi dangkal ini digunakan apabila beban yang diteruskan ke tanah
tidak terlalu besar. Misalnya, rumah sederhana satu lantai, dua lantai,
bangunan ATM, pos satpam, dan sebagainya.
Pondasi dangkal terdiri dari berbagai jenis, yaitu :
1. Pondasi Batu Bata
Pondasi batu bata biasa digunakan untuk pondasi dinding,
terutama digunakan pada bangunan rumah tinggal tidak bertingkat,
seluruh beban atap/ beban bangunan umumnya dipikul oleh dinding
dan diteruskan ke tanah melalui pondasi menerus sepanjang dinding
bangunan. Keuntungan memakai pondasi ini adalah beban bangunan
dapat disalurkan secara merata, dengan catatan seluruh pondasi berdiri
diatas tanah keras. Sementara kelemahannya, pondasi batu bata telah
lama ditinggalkan karena tergolong mahal dan pemasangannya
membutuhkan waktu yang lama karena batu-bata merupakan bahan
yang rentan terhadap air sehingga pemasangannya harus dapat
terselimuti dengan baik, serta tidak memiliki kekuatan yang bisa
diandalkan. Akan tetapi, pondasi ini tetap digunakan untuk menahan
Gambar 2.7. Pondasi Batu Bata (Sumber : Architec Moo, 2014)
2. Pondasi Telapak /Umpak
Pondasi umpak dipakai untuk bangunan sederhana yang umumnya
dibuat dari rangka kayu dengan dinding dari papan atau anyaman
bambu. Pondasi umpak dipasang di bawah setiap tiang-tiang
penyangga. Tiang-tiang ini satu dan lainnya saling dihubungkan
dengan balok-balok kayu yang dipasang dibagian bawah tiang yang
juga untuk menumpu papan-papan lantainya, dan dibagian atas tiang
yang menyatu dengan rangka atapnya. Untuk memelihara keawetan
kayu-kayunya, pondasi umpak dibuat sampai keluar dari permukaan
tanah setinggi ± 1.00 m.
3. Pondasi Batu Kali
Bahan dasarnya adalah batu kali dan sering kita temui pada
bangunan-bangunan rumah tinggal. Pondasi ini masih digunakan,
karena selain kuat, pondasi ini masih tergolong murah. Bentuknya
yang trapesium dengan ukuran tinggi 60 – 80 cm, lebar pondasi bawah
60 – 80 cm dan lebar pondasi atas 20 – 30 cm.
Gambar 2.9. Pondasi Batu Kali (Sumber : Atadroe, 2011)
4. Pondasi Rakit
Pondasi rakit yaitu pondasi yang digunakan untuk mendukung
bangunan yang terletak pada tanah lunak atau digunakan bila susunan
kolom- kolom jaraknya dekat disemua arahnya, sehingga bila dipakai
pondasi telapak, sisi- sisinya akan berimpit satu sama lain
5. Pondasi Telapak/Footplat
Pondasi ini kadang – kadang sering dijumpai pada lapisan tanah
keras. Letaknya pada kedalaman lebih dari 1.50 m dari permukaan
tanah setempat. Bila digunakan pondasi menerus akan sangat mahal
dan tidak efisien. Untuk mengatisinya dapat digunakan pondasi yang
dibuat dibawah kolom – kolom pendukung bangunan disebut pondasi
setempat. Jadi yang merupakan pondasi utama pendukung bangunan
adalah pondasi setempat. Dasar pondasi telapak bisa berbentuk persegi
panjang atau persegi.
Gambar 2.11. Pondasi Telapak/Footplat (Sumber : M. Hanif A.S, 2011)
6. Pondasi konstruksi sarang la