• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Sianida (CN-) pada Air Reservoir di Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirtanadi Sunggal Secara Kolorimetri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penetapan Kadar Sianida (CN-) pada Air Reservoir di Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirtanadi Sunggal Secara Kolorimetri"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. (2006). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Hal 101-102 Basset, J. (1994).Buku Ajar Vogel Kimia

AnalisisKuantitatifAnorganik.Jakarta: BukuKedokteran EGC. Hal

125-126

Jamil, C. A. Z. (2007). Kimia Analisa Untuk Teknik Kimia. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. Hal 264-265

Sartono.(2001). Racun & Keracunan. Jakarta: Widya Medika.

Suripin. (2004). Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi. Hal 134-136

Sutrisno, T. dan Eni, S. (1987). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT. Bina Aksara. Hal: 13-14

Svehla, G. (1979). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan

(6)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat

Penetapan kadar Sianida (CN-) dilakukandi InstalasiPengolahan Air (IPA) PDAM Tirtanadi Sunggal Jl. Sunggal Pekan no. 1 Medan.

3.2 Alat-alat

Alat-alat yang digunakana adalah Colorimeter DR/890 dan Kuvet.

3.3 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalahSampel air, cyaniver 3, cyaniver 4, cyaniver 5, dan powder pillow.

3.4 Prosedur

Prosedur :

 Dipastikan analis memakai sarung tangan dan masker

 Ditekan “PRGM” dan tekan “23” untuk analisa sianida

 Ditekan “ENTER”, layar akan menunjukkan mg/l CN

 Diisi botol sampel pertama (sebagai blanko) dan kedua (sebagai sampel) dengan 10 ml air sampel

 Ditambahkan satu bungkus cyaniver 3 powder pillow kedalam botol sampel, diaduk hingga larut

 Ditambahkan satu bungkus cyaniver 4 powder pillow, diaduk hingga larut

(7)

 Ditekan “Timer” tunggu selama 30 menit

 Ditekan “Zero” layar menunjukkan 0,000 mg/l CN

 Dimasukkan blanko kedalam tempat sel dan tutup

 Ditekan “Read” dicatat hasil analisa sianida yang ditunjukkan layar

(8)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Untuk menjamin mutu air reservoir, maka PDAM Tirtanadi Sunggal melakukan uji kualitas air baku setiap bulannya dengan 19 parameter yang diuji. Salah satunya yaitu pengujian terhadap Sianida (CN-) yang dilakukan pada: Hari : Rabu

Tanggal : 25 Februari 2015 Jam : 08.00 WIB

Tabel 4.1 hasil pemeriksaan kualitas air reservoir

Sampel Satuan Hasil

Reservoir I mg/l 0,015 Reservoir II mg/l 0,010

4.2 Pembahasan

Air di alam sangat jarang ditemukan dalam keadaan murni. Sekalipun air hujan, meskipun awalnya murni, telah mengalami reaksi dengan gas-gas di udara dalam perjalananya turun kebumi

(9)

Kandungan bahan-bahan kimia dalam air berpengaruh terhadap kesesuaian penggunaan air.Sianida banyak digunakan secara luas dalam industri, terutama untuk pembersih logam dan pengelasan listrik.Gas ini merupakan salah satu pencemar dari dapur-dapur gas dan oven-oven batubara.Sianida digunakan pula dalam prosesing mineral-mineral tertentu, seperti dalam pencucian bijih emas (Rukaesih, 2006).

(10)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

- Kadar Sianida (CN-) pada air Reservoir I= 0,015 mg/l dan Reservoir II = 0,010 mg/l.

- Dari hasil pemeriksaan pada air reservoir terhadap kadar Sianida (CN-) yang telah dilakukan, Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirtanadi Sunggal telah memenuhi kriteria standar mutu yang ditetapkan oleh Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

5.2 Saran

- Diharapkan PDAM Tirtanadi semakin meningkatkan pengolahan air dengan kualitas air yang baik untuk konsumen.

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Hidrologi Air

Secara keseluruhan jumlah air di planet bumi ini relatif tetap dari masa ke masa.Air di bumi mengalami suatu siklus melalui serangkaian peristiwa yangberlangsung terus-menerus, dimana kita tidak tahu kapan berakhir.Air menguapdari permukaan samudera akibat energi panas matahari.Laju dan jumlah penguapan bervariasi, terbesar jika dekat aquator, dimana radiasi matahari lebih kuat.Uap air adalah murni, karena pada waktu dibawa naik ke atmosfir kandungan garam ditinggalkan.Uap air yang dihasilkan dibawa udara yang bergerak. Dalam kondisi yang memungkinkan, uap tersebut mengalami kondensasi dan membentuk butir-butir air, yang pada gilirannya akan jatuh kembali sebagai presipitasi berupa hujan danatau salju.Presipitasi berupa hujan danatau salju, dan sebagian menguap kembali sebelum mencapai ke permukaan bumi (Suripin, 2004).

(12)

2.2 Sumber-sumber Air 2.2.1 Air Laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum (Sutrisno, dkk., 1987).

2.2.2 Air Atmosfir

Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya.Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun karena masih mengandung banyak kotoran (Sutrisno, dkk., 1987).

2.2.3 Air Permukaan

Yang termasuk air permukaan meliputi air sungai (rivers), saluran (streams), sumber (springs), danau, dan waduk.Air permukaan berasal dari aliran langsung air hujan, lelehan salju, dan aliran yang berasal dari air tanah.Besar kecilnya aliran permukaan dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapatdikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) (Suripin, 2004).

(13)

akanmenghasilkan laju dan volume aliran permukaan yang lebih besar dibandingkan hujan yang tidak merata untuk intensitas yang sama (Suripin, 2004).

2.2.4 Air Tanah

Air tanah merupakan sumber air tawar.Cara pengambilan air tanah yang paling tua dan sederhana adalah dengan membuat sumur gali (dug wells) dengan kedalaman lebih rendah dari posisi permukaan air tanah (Suripin, 2004).

Untuk pengambilan air tanah dengan jumlah cukup besar, misalnya untuk daerah industri, cara yang banyak dipakai adalah dengan membuat sumur dalam (deep wells) yang pada umumnya terbuat dari pipa, dan air yang diambil adalah air tanah dalam (confined aquifer) (Suripin, 2004).

2.3 Kualitas Air

(14)

2.3.1 Karakteristik Fisik

Karakteristik fisik yang terpenting kualitas air ditentukan oleh : 1. Bahan padat keseluruhan

Koloid mempengaruhi kualitas air dalam proses koagulasi dan filtrasi. Material layang dapat diukur dengan melakukan penyaringan, sedangkan material terlarut dapat diukur dengan penguapan.Pengaruh kandungan sedimen dalam air terhadap pertanian bergantung pada sifat-sifat dan asal-usul bahan sedimen. Sedimen yang berasal dari erosi lahan yang subur akan mempersubur dan memperbaiki tekstur tanah tempatnya mengendap.Untuk keperluan air minum, kandungan sedimen akan mengurangi biaya pengolahan. Sementara itu air tanah dan air yang berasal dari waduk kurang mengandung sedimen kurang baik untuk air irigasi, tapi lebih menguntungkan untuk sumber air minum (Suripin, 2004).

2. Kekeruhan

(15)

3. Warna

Air minum tidak berwarna.Warna dalam air diakibatkan oleh adanya material yang larut atau koloid dalam suspensi atau mineral.Air yang melewati atau tanah yang mengandung mineral dimungkinkan untuk mengambil warna material tersebut (Suripin, 2004).

4. Bau dan rasa

Air murni tidak berbau dan tidak berasa, tetapi air minum idealnya tidak berbau boleh berasa.Rasa dalam air biasanya akibat adanya garam-garam terlarut.Baudan rasa yang timbul dalam air karena kehadiran mikroorganisme, bahan mineral, gas terlarut, dan bahan-bahan organik (Suripin, 2004).

5. Temperatur

Temperatur air merupakan hal yang penting dalam kaitanya dengan tujuan penggunaan, pengolahan untuk menghilangkan bahan-bahan pencemar serta pengangkutnya.Temperatur air tergantung sumbernya.Temperatur normal air di alam (tropis) sekitar 200C sampai 300C.Untuk sistem air bersih, temperatur ideal berkisar antara 50C sampai 100C(Suripin, 2004).

2.3.2 Karakteristik Kimia

(16)

1. pH

Sebagai pengukur sifat keasaman dan kebasaan air dinyatakan dengan nilai pH, yang didefenisikan sebagai logaritma dari pulang-baliknya konsentrasi ion-hidrogen dalam moles per liter.pH air murni adalah 7. Nilai pH dapat diukur dengan Potensiometer, yang mengukur potensi listrik dibangkitkan oleh ion-ion H+, atau dengan bahan celup penunjuk warna, misalnya methyl orange atau phenolphtalein (Suripin, 2004). 2. Alkalinitas

Kebanyakan air bersifat alkalin karena garam-garam alkalin sangat umum berada di tanah.Ketidakmurnian air ini akibat adanya karbonat dan bikarbonat dari kalsium, sodium, dan magnesium.Alkalinitas dinyatakan dalam mg/liter ekivalen kalsium karbonat.Keasaman air disebabkan adanya karbon dioksida dalam air.Hal ini diukur berdasarkan banyaknyakalsium karbonat yang diperlukan untuk menetralkan asam karbonat dan dinyatakan dalam mg/l (Suripin, 2004).

3. Kesadahan

(17)

kalsium dan magnesium sulfat, klorida, dan nitrat, dapat dilunakkan dengan perlakuan khusus.Kesadahan air dapat dinyatakan dalam mg/l(Suripin, 2004).

2.4Air Reservoir

Air reservoir merupakan air yang telah melalui penyaringansudah dapat dipakai untuk air minum.Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteriologis dan ditampung pada bak reservoir (tandon) untuk diteruskan pada konsumen (Sutrisno, dkk., 1987).

2.5 Sianida (CN- )

Semua sianida sangat beracun. Asam bebasnya, HCN, mudah menguap dan sangat berbahaya, semua sehingga semua eksperimen dalam mana gas ini kemungkinan akan dilepaskan, atau eksperimen-eksperimen dalam mana sianida-sianida dipanaskan, harus dilakukan dalam kamar asam (Svehla, 1985).

Tabel 2.1 Senyawa sianida dan senyawa lainnya

Senyawa Digunakan Untuk Hidrogen sianida Fumigandan dalam sintesa kimia Sianamid Pupuk dan sumber hidrogen sianida Sianogen klorida Sintesa kimia

Garam sianida Pembersih, pengeras, dan pemurni logam, dan pemisah emas dari biji emas

Akrilonitril

Pembuatan karet sintesis Nitropusid Sintesa kimia

(18)

melumpuhkan semua sel. Akibat keracunan senyawa-senyawa tersebut diatas, terutama pernapasan cepat, tekanan darah turun, konvulsi, dan koma.Sedangkan pada keracunanan kalium sianida atau natrium sianida melalui mulut, juga menyebabkan kongesti dan korosi selaput lendir saluran cerna.Gejala klinis:

a. Keracunan senyawa sianida, sianogen klorida, dan senyawa lain yang dapat membebaskan sianida (10 kali dosis maksimal) melalui mulut dan inhalasi, atau absorpsi melalui kulit akan menyebabkan koma dengan segera, konvulsi, dan kematian dalam waktu 1 sampai 15 menit. Dengan dosis mendekati dosis maksimal, keracunan melalui mulut, inhalasi, atau absorpsi melalui kulit akan menyebabkan kepala pening, pernapasan cepat, muntah, peradangan, sakit kepala, mengantuk, tekanan darah turun, dan koma.

b. Keracunan akrilonitril melalui inhalasi menyebabkan mual, muntah, diare, badan lemah, sakit kepala, dan ikterus.

c. Keracunan kalsium sianimid melalui mulut, menyebabkan kulit dan selaput lendir meradang, sakit kepala, kepala pening, dan tekanan darah turun (Sartono, 2001).

Kebanyakan dari bahan pencemar anorganik yang penting sebagai unsur-unsur renik.Sianida (CN-) merupakan salah satu bahan pencemar anorganik yang paling penting. Dalam air sianida terdapat sebagai HCN, suatu asam lemak dengan pKg = 6 x 10-13. Ion sianida mempunyai afinitas kuat terhadap banyak ion logam, misalnya membentuk ferrosianida yang relatif kurang beracun, Fe (CN)64-,

(19)

Sianda banyak digunakan secara luas dalam industri, terutama untuk pembersih logam dan pengelasan listrik. Gas ini merupakan salah satu pencemar dari dapur-dapur gas dan oven-oven batu bara. Sianida digunakan pula dalam prosesing mineral-mineral tertentu, seperti dalam pencucian bijih emas (Rukaesih, 2006).

2.6 Analisa Kolorimetri

Analisa kolorimetri ialah penentuan secara kuantitatif suatu zat berwarna dari kemampuannya untuk mengabsorpsi cahaya tampak. Kolorimetri visual berdasarkan perbandingan warna larutan yang konsentrasinya tidak diketahui terhadap konsentrasi larutan atas suatu deret larutan yang konsentrasinya diketahui. Pengertian lain tentang kolorimetri ialah cara penetapan jumlah zat dengan memperhatikan warnanya, atau lebih tepat memperhatikan intensitas (kekelaman) warna larutannya. Diambil contoh pada kehidupan sehari-hari, mengenal juga apa yang disebut dengan kolorimetri, misalnya: segelas minuman kopi dapat dibandingkan dengan segelas lainnya, maka dari intensitas warnanya kita dapat mengetahui mana yang berisi kopi lebih banyak. Jika ingin mengetahui berapa kopi dipergunakan, dapat digunakan dengan membandingkan dengan standar (Jamil, 2007).

(20)

warna larutan cuplikan terdapat diantara dua buah standar. Artinya konsentrasi larutan terdapat diantara konsentrasi kedua standar tersebut (Jamil, 2007).

Menurut Basset (1994), kolorimetri terbagi menjadi dua, yakni: 1. Kolorimetri visual, dan

2. Kolorimetri fotolistrik.

Dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan umumnya digunakan sebagai sumber cahaya.Penetapannya biasa dilakukan dengan suatu instrumen sederhana yang disebut kolorimeter pembanding (comparator) warna, dan perbedaan intensitas warna dilihat dengan menggunakan mata.Sementara itu, dalam kolorimetri fotolistrik, sel fotolistrik digunakan untuk mengukur intensitas cahaya.Pada alat ini cahaya yang digunakan dibatasi dalam jangka panjang gelombang yang relatif sempit dengan melewatkan cahaya putih melalui filter-filter dalam bentuk lempengan berwarna yang terbuat dari kaca, gelatin, dan sebagainya (Basset, 1994).

Keuntungan utama metode kolorimetri adalah bahwa metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Batas atas metode kolorimetri pada umumnya adalah penetapan konstituen yang ada dalam kuantitas kurang dari 1 atau 2%. Kriteria untuk hasil analisis kolorimetri yang memuaskan:

1. Kespesifikan reaksi warna

Reaksi warna yang dipilih hendaklah merupakan reaksi yang spesifik (hanya menghasilkan warna untuk zat sehubungan saja).

(21)

Reaksi warna yang dipilih hendaknya menghasilkan warna yang cukup stabil (periode warna maksimum cukup panjang) untuk memungkinkan pengambilan pembacaan yang tepat.Dalam ini pengaruh zat-zat lain dan kondisi eksperimen (temperatur, pH) haruslah diketahui.

3. Kejernihan larutan

Larutan harus bebas dari endapan karena kekeruhan akan menghamburkan maupun menyerap cahaya.

4. Kepekaan tinggi

(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara keseluruhan jumlahairdiplanetbumiinirelatiftetapdarimasakemasa. Air di bumimengalamisuatusiklusmelaluiserangkaianperistiwa yang berlangsungterus-menerus,

dimanakitatidaktahukapanberakhir.Airmenguapdaripermukaansamuderaakibatene rgi panasmatahari.Lajudanjumlahpenguapanbervariasi, terbesarjikadekataquator, dimanaradiasimataharilebihkuat.Uap air adalahmurni, karenapadawaktudibawanaikkeatmosfirkandungangaramditinggalkan.Uap air yang dihasilkandibawaudara yang bergerak.Dalamkondisi yang memungkinkan, uaptersebutmengalamikondensasidanmembentukbutir-butir air, yangpadagilirannyaakanjatuhkembalisebagaipresipitasiberupahujandanatausalju.P resipitasiberupahujandanatausalju,dansebagianmenguapkembalisebelummencapai kepermukaanbumi (Suripin, 2004).

Kebanyakandaribahanpencemaranorganik yang pentingsebagaiunsur-unsurrenik.Sianida (CN-) merupakansalahsatubahanpencemaranorganik yang paling penting.Dalam air sianidaterdapatsebagai HCN, suatuasamlemakdenganpKg = 6 x 10-13. Ionsianidamempunyaiafinitaskuatterhadapbanyak ion logam, misalnyamembentukferrosianida yangrelatif kurangberacun, Fe (CN)64-, HCN

(23)

Analisakolorimetriialahpenentuansecarakuantitatifsuatuzatberwarnadarikem ampuannyauntukmengabsorpsicahayatampak.Kolorimetri

visualberdasarkanperbandinganwarnalarutan yang konsentrasinyatidakdiketahuiterhadapkonsentrasilarutanatassuatuderetlarutan yang konsentrasinyadiketahui. Pengertian lain tentangkolorimetriialahcarapenetapanjumlahzatdenganmemperhatikanwarnanya, ataulebihtepatmemperhatikanintensitas(kekelaman) warnalarutannya. Diambilcontohpadakehidupansehari-hari, mengenaljugaapa yang disebutdengankolorimetri, misalnya: segelasminuman kopi dapatdibandingkandengansegelaslainnya,

makadariintensitaswarnanyakitadapatmengetahuimana yang berisi kopi lebihbanyak(Jamil, 2007).

1.1 Tujuan

1. Untukmengetahuikadar sianida (CN-)pada air reservoir I dan reservoir II di InstalasiPengolahan Air (IPA) PDAM Sunggal.

2. Untukmembandingkankadar sianida (CN-)pada air reservoir I dan reservoir II denganpersyaratanyang ditetapkanPeraturanMenteriKesehatan RI No. 492/MENKES/PER/2010.

1.2 Manfaat

(24)
(25)

PENETAPAN KADAR SIANIDA (CN

-

) PADA AIR

RESERVOIR DI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM

TIRTANADI SUNGGAL SECARA KOLORIMETRI

TUGAS AKHIR

OLEH:

FRISKA DEWI SINAGA

NIM 122410106

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(26)
(27)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir (TA)denganjudul “Penetapan kadar Sianida (CN-) pada air Reservoir di Instalasi

Pengolahan Air PDAM Tirtanadi Sunggal secara kolorimetri”. Dimana penulisan

Tugas Akhir (TA) ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagaimana mestinya. Penulis mengucapkan terima kasihkepada berbagai pihak antara lain:

1. Bapak Prof.Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas sumatera Utara.

3. Bapak Prof.Dr.Jansen Silalahi,M.Sc.,Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

(28)

5. Bapak Ir. Mawardi selaku Kepala Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirtanadi Sunggal, yang telah memberikan dukungan selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

6. Bapak Iwan Setiawan selaku Kepala Bagian Pengendalian Mutu Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirtanadi Sunggal, yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.. 7. Untuk sahabat-sahabat penulis, yang saling mendukung dan bahu-membahu

selama PKL hingga Tugas Akhir ini selesai .

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua yaitu Alm.Sahnara Sinaga dan Bungasi Turnip yang telah memberikan dukungan baik secara material maupun moril kepada penulis dengan penuh kasih sayang dalam pengerjaan Tugas Akhir.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya Tugas Akhir (TA) ini masih mempunyai kekurangan dan kelemahan, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi peningkatan mutu penulisan Tugas Akhir (TA) di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir (TA) ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukannya.Amin.

Medan, April2015 Penulis,

(29)
(30)

2.5 Sianida (CN-) ... 9

2.6Analisa Kolorimetri ... 11

BAB III METODOLOGI ... 14

3.1 Tempat ... 14

3.2 Alat – alat ... 14

3.3 Bahan – bahan ... 14

3.4 Prosedur ... 14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 18

5.1 Kesimpulan ... 18

5.2 Saran ... 18

(31)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

(32)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Gambar

Tabel 2.1 Senyawa sianida dan senyawa lainnya

Referensi

Dokumen terkait

KB PAUD JATENG KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2015 / 2016.. Nama Lembaga

• Konstruk yang biasanya dikaji atau dinilai dalam asesmen adalah inteligensi, bakat, atau sifat... Hubungan Asesmen &

LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT DI INDONESIA MENURUT PROVINSI. TAHUN

Meskipun  cahaya  merupakan  prasyarat  eksisnya film  dan  film  adalah  cahaya,  tapi  kon- sekunsi  yang  muncul  setelah  itu  adalah  bayan- gan.Bagaikan 

Bagi yang membawa media dalam bentuk PowerPoint, panitia tidak memfasilitasi LCD projector untuk presentasi laporan pembekalan.. Waktu presentasi yang disediakan untuk setiap

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W2, 2013 XXIV International CIPA Symposium, 2 – 6 September 2013,

Rincian Perubahan Anggaran Belanja Langsung Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Kode

Data maintenance practices of conservators in both private practice and within heritage institutions.. Two private practice conservators responded that their form of maintenance for