Lampiran 1
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN
Saya yang bernama Jessica Deanatalia Purba adalah mahasiswi semester 7 Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Sumatera Utara. Saat ini, saya sedang melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Dokter Muda tentang Transportasi Pasien Kecelakaan Lalu Lintas di RSUP H. Adam Malik Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran pengetahuan dokter muda yang bertugas di RSUP H. Adam Malik tentang transportasi pasien kecelakaan lalu lintas, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi untuk dokter muda, rumah sakit tempat dilakukannya penelitian, RSUP H. Adam Malik Medan, dan institusi pendidikan dokter lainnya dalam keadaan kegawatdaruratan.
Untuk kepentingan pengumpulan data ini, saya mengharapkan kesediaan saudara/saudari untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dan bersedia mengisi kuesioner dengan benar dan sejujur-jujurnya. Identitas pribadi dan semua informasi yang saudara/saudari berikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian ini. Partisipasi saudara/saudari dalam penelitian ini bersifat sukarela.
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :
Umur : Alamat : Menyatakan bahwa:
1. Saya telah mendapat penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian “Gambaran Pengetahuan Dokter Muda tentang Transportasi Pasien Kecelakaan Lalu Lintas di RSUP H. Adam Malik Medan”.
2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun bersedia ikut serta dalam penelitian ini dengan kondisi:
a. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmiah.
b. Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan untuk keluar/tidak berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan alasan apapun.
Medan, _______ 2015 Peneliti Partisipan
Lampiran 2
LEMBAR KUESIONER
Bacalah pertanyaan dengan hati-hati.
Setiap pertanyaan dijawab dengan jawaban yang paling benar menurut anda.
Data Responden
No. Responden : ... Stase : ... Usia : ... Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Daftar Pertanyaan Pilhan Berganda
Isilah pertanyaan di bawah ini dengan menyilang jawaban yang paling tepat!
1. Seorang laki-laki , umur 25 tahun, mengalami kecelakaan lalu lintas dan mengalami trauma abdomen. Pasien mengalami penurunan kesadaran ,
terdapat sesak napas dengan frekuensi napas 40x / menit, akral dingin, tekanan darah 90/60mmHg, denyut jantung 120 x / menit , ditemukan di jalan raya dan akan dibawa ke rumah sakit terdekat dengan jarak 30km. Maka, alat
transportasi paling tepat untuk membawa pasien ini adalah... a. Ambulan gawat darurat
b. Mobil jenazah c. Mobil bak terbuka d. Ambulan transportasi
2. Seorang wanita, umur 35 tahun , dibawa ke IGD karena mengalami patah tulang terbuka pada paha kanan paska kecelakaan lalu lintas. Pasien datang dengan penurunan kesadaran , sesak napas dengan frekuensi napas 55x/menit, denyut nadi 90x/menit , denyut jantung 120 x /menit. Menurut pengelompokan triase kegawatdaruratan, digolongkan dengan label apakah pasien ini?
a. Biru b. Hitam c. Merah d. Kuning
3. Pada secondary survey care, penilaian kesadaran yang digunakan ialah dengan metode...
b. SOFA score c. APACHE score d. AVPU
4. Manuver yang dapat dilakukan untuk membebaskan jalan napas pada pasien dengan kecurigaan trauma servikal adalah...
a. Head tilt
b. Head tilt – chin lift c. Jaw thrust
d. Heimlich
5. Berikut ini yang merupakan indikasi dari pemasangan airway definitif adalah... . a. GCS ≤ 8
b. Patah tulang femur terbuka c. Hipertensi
d. GCS ≥ 8
6. Salah satu cara mencegah hipotermia pada pasien adalah... . a. Menurunkan suhu ruangan
b. Menghangatkan ringer laktat yang akan diberikan c. Melepas selimut pasien
d. Menghangatkan obat
7. Pada perdarahan kelas 2, jumlah darah yang diperkirakan hilang ialah... . a. <15%
b. 15%-30% c. 30%-40% d. >40%
8. Pada saat pasien datang, terapi cairan inisiasi yang sebaiknya diberikan ialah... . a. Ringer Laktat
b. Dekstrosa c. Koloid d. HES
9. Alat yang digunakan untuk mengukur saturasi oksigen melalui jari-jari atau daun telinga disebut... .
a. Arterial blood pressure monitoring b. Pulse oxymetry
c. End tidal carbon dioxide monitoring d. Orofaringeal tube
10. Di bawah ini yang merupakan penyebab tersering perdarahan internal (occult bleeding) ialah... .
a. Fraktur skapula b. Trauma kepala berat c. Fraktur calcaneus d. Trauma abdomen
11. Indikator keadaan hemodinamik dari pasien ialah... . a. Produksi feses
b. Produksi gas c. Produksi urin
12. Berikut ini yang merupakan persyaratan teknis kendaraan ambulans gawat darurat ialah... .
a. Kendaraan roda dua
b. Warna kendaraan kuning muda c. Warna kendaraan putih
d. Lampu rotator terletak di sisi samping kendaraan
13. Sebutkan nomor telepon ambulans yang dapat dihubungi di Indonesia! a. 117
b. 118 c. 119 d. 112
14. Sebutkan hal yang perlu dinilai oleh penolong dalam primary survey care! a. Airway, Breathing, Circulation, Date of Event, Exposure
b. Airway, Birthdate, Circulation, Disability, Exposure c. Airway, Breathing, Circumtance, Disability, Exposure d. Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure 15. Kapan dilakukan pemasangan dari kolar servikal?
a. Ketika ada kecurigaan trauma femur terbuka b. Ketika ada kecurigaan trauma servikal
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
GAMBARAN PENGETAHUAN DOKTER MUDA TENTANG
TRANSPORTASI PASIEN KECELAKAAN LALU LINTAS DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
Nomor Pertanyaan
Total Pearson Correlation
Status Alpha Status
Pengetahuan 1 0,657 Valid 0,428 Reliabel
2 0,495 Valid Reliabel
3 0,786 Valid Reliabel
4 0,756 Valid Reliabel
5 0,729 Valid Reliabel
6 0,458 Valid Reliabel
7 0, 662 Valid Reliabel
8 0,463 Valid Reliabel
9 0,482 Valid Reliabel
10 0,703 Valid Reliabel
11 0,663 Valid Reliabel
12 0,698 Valid Reliabel
13 0,735 Valid Reliabel
14 0,678 Valid Reliabel
15 0,785 Valid Reliabel
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 15 100,0
Excludeda 0 0,0
Total 15 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items
HASIL OUTPUT
GAMBARAN PENGETAHUAN DOKTER MUDA TENTANG
TRANSPORTASI PASIEN KECELAKAAN LALU LINTAS DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 21 10 11,1 11,1 11,1
22 49 54,4 54,4 65,6
23 31 34,4 34,4 100,0
Total 90 100,0 100,0
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki 35 38,9 38,9 38,9
Perempuan 55 61,1 61,1 100,0
Berdasarkan Stase
Stase
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Anak 12 13,3 13,3 13,3
Anestesi 4 4,4 4,4 17,8
Bedah 22 24,4 24,4 42,2
GiMul 7 7,8 7,8 50,0
Interna 7 7,8 7,8 57,8
Kardio 5 5,6 5,6 63,3
KulitKel 10 11,1 11,1 74,4
Mata 2 2,2 2,2 76,7
ObGyn 6 6,7 6,7 83,3
Paru 4 4,4 4,4 87,8
Radio 4 4,4 4,4 92,2
Saraf 5 5,6 5,6 97,8
THT 2 2,2 2,2 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pertanyaan Pengetahuan
Pertanyaan 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 5 5,6 5,6 5,6
Benar 85 94,4 94,4 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pertanyaan 2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 44 48,9 48,9 48,9
Benar 46 51,1 51,1 100,0
Pertanyaan 3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 26 28,9 28,9 28,9
Benar 64 71,1 71,1 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pertanyaan 4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 26 28,9 28,9 28,9
Benar 64 71,1 71,1 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pertanyaan 5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 3 3,3 3,3 3,3
Benar 87 96,7 96,7 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pertanyaan 6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 11 12,2 12,2 12,2
Benar 79 87,8 87,8 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pertanyaan 7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 5 5,6 5,6 5,6
Benar 85 94,4 94,4 100,0
Pertanyaan 8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 7 7,8 7,8 7,8
Benar 83 92,2 92,2 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pertanyaan 9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 6 6,7 6,7 6,7
Benar 84 93,3 93,3 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pertanyaan 10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 17 18,9 18,9 18,9
Benar 73 81,1 81,1 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pertanyaan 11
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 13 14,4 14,4 14,4
Benar 77 85,6 85,6 100,0
Pertanyaan 12
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 78 86,7 86,7 86,7
Benar 12 13,3 13,3 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pertanyaan 13
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 46 51,1 51,1 51,1
Benar 44 48,9 48,9 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pertanyaan 14
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 10 11,1 11,1 11,1
Benar 80 88,9 88,9 100,0
Total 90 100,0 100,0
Pertanyaan 15
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 2 2,2 2,2 2,2
Benar 88 97,8 97,8 100,0
Rata-rata Skor Jawaban Responden
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Total Skor 90 4 14 11,67 1,709
Valid N (listwise) 90
Analisis Tingkat Pengetahuan Responden Tingkat Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Baik 72 80,0 80,0 80,0
Kurang 18 20,0 20,0 100,0
Total 90 100,0 100,0
Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia Responden Usia Responden * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation Count
Tingkat Pengetahuan
Total Baik Kurang
Usia Responden 21 9 1 10
22 38 11 49
23 25 6 31
Total 72 18 90
Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation Count
Tingkat Pengetahuan
Total Baik Kurang
Jenis Kelamin Laki-laki 27 8 35
Perempuan 45 10 55
Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Stase Responden
Stase * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation Count
Tingkat Pengetahuan
Total Baik Kurang
Stase Anak 11 1 12
Anestesi 4 0 4
Bedah 17 5 22
GiMul 7 0 7
Interna 6 1 7
Kardio 4 1 5
KulitKel 7 3 10
Mata 2 0 2
ObGyn 6 0 6
Paru 3 1 4
Radio 1 3 4
Saraf 2 3 5
THT 2 0 2
No.Responden Umur JK Stase p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11p12 p13 p14 p15 Total SkorPersentaseKategori
1 23 P Bedah 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 80 Baik
2 23 L Bedah 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10 66,67 Kurang
3 23 L Bedah 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 8 53,33 Kurang
4 23 P Bedah 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 86,67 Baik
5 23 P Bedah 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 86,67 Baik
6 22 P Bedah 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 10 66,67 Kurang
7 23 P Bedah 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 10 66,67 Kurang
8 23 P Bedah 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 10 66,67 Kurang
9 23 P Bedah 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 11 73,33 Baik
10 23 P Bedah 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 80 Baik
11 23 P Bedah 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 11 73,33 Baik
12 23 P Bedah 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 11 73,33 Baik
13 23 P Bedah 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 11 73,33 Baik
14 23 P Bedah 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 11 73,33 Baik
15 23 P Bedah 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 11 73,33 Baik
16 23 P Bedah 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 11 73,33 Baik
17 23 P Bedah 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 11 73,33 Baik
18 22 P Bedah 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 11 73,33 Baik
19 22 P KulitKel 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 10 66,67 Kurang
20 23 P KulitKel 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 11 73,33 Baik
21 22 P KulitKel 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 12 80 Baik
22 22 P KulitKel 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12 80 Baik
23 22 L KulitKel 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 10 66,67 Kurang
24 22 L KulitKel 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 11 73,33 Baik
25 22 L KulitKel 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 80 Baik
33 22 L Interna 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12 80 Baik
34 23 P Interna 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 13 86,67 Baik
35 21 P Interna 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12 80 Baik
36 21 L Interna 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 10 66,67 Kurang
37 22 P Interna 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 13 86,67 Baik
38 21 P Bedah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 12 80 Baik
39 21 L Bedah 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 11 73,33 Baik
40 22 L Anestesi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 13 86,67 Baik
41 21 L ObGyn 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 12 80 Baik
42 21 L ObGyn 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 12 80 Baik
43 22 P Anak 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12 80 Baik
44 21 P Anak 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 80 Baik
45 22 P ObGyn 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 80 Baik
46 22 P Anak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 93,33 Baik
47 21 P Interna 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 12 80 Baik
48 23 L ObGyn 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 12 80 Baik
49 22 L Interna 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 13 86,67 Baik
50 22 L Anak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 93,33 Baik
51 22 P Anak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 13 86,67 Baik
52 23 P ObGyn 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13 86,67 Baik
53 23 L ObGyn 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12 80 Baik
54 22 L Anak 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13 86,67 Baik
55 22 P THT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 93,33 Baik
56 22 P THT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 93,33 Baik
57 23 P Anestesi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14 93,33 Baik
58 22 P GiMul 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 13 86,67 Baik
66 22 L GiMul 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 86,67 Baik
67 23 P Anak 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12 80 Baik
68 22 P Anak 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13 86,67 Baik
69 22 L Anak 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13 86,67 Baik
70 22 L Anak 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 7 46,67 Kurang
71 22 L Anak 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 11 73,33 Baik
72 23 L Anak 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 12 80 Baik
73 22 P Mata 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 12 80 Baik
74 23 P Mata 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 86,67 Baik
75 23 P Radiologi 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 86,67 Baik
76 22 P Radiologi 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 10 66,67 Kurang
77 22 L Radiologi 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 8 53,33 Kurang
78 22 P Radiologi 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 10 66,67 Kurang
79 22 P Jantung 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 86,67 Baik
80 22 L Jantung 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 12 80 Baik
81 22 P Jantung 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 9 60 Kurang
82 22 L Jantung 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11 73,33 Baik
83 23 P Jantung 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 12 80 Baik
84 22 P Saraf 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 4 26,67 Kurang
85 23 P Saraf 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 7 46,67 Kurang
86 22 L Saraf 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 9 60 Kurang
87 22 P Saraf 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 13 86,67 Baik
88 22 P Saraf 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 13 86,67 Baik
89 23 L Bedah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 13 86,67 Baik
Pearson
Correlation ,054 1 ,259 *
,259* ,190 ,178 ,248* ,214* ,184 ,153 -,022 ,057 -,200 -,063 Sig. (2-tailed)
,614 ,014 ,014 ,073 ,093 ,018 ,043 ,082 ,151 ,833 ,596 ,059 ,556
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Pearson
Correlation -,048 ,259
* 1 -,082 ,018 -,013 -,155 -,094
,223* -,057 -,053 ,106
-,308** -,147 Sig. (2-tailed)
,656 ,014 ,444 ,865 ,901 ,146 ,380 ,035 ,593 ,622 ,321 ,003 ,166
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Pearson
Correlation ,059 ,259
* -,082 1 ,155 ,062
,381** ,181
,223* ,193 ,017 ,034
-,357** ,165 Sig. (2-tailed)
,578 ,014 ,444 ,145 ,564 ,000 ,088 ,035 ,068 ,873 ,753 ,001 ,121
N
90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Pearson
Correlation -,045 ,190 ,018 ,155 1 ,120 ,225
*
,408**
,447**
,227*
,276** -,109 -,066
,328** Sig. (2-tailed)
,673 ,073 ,865 ,145 ,261 ,033 ,000 ,000 ,032 ,008 ,305 ,536 ,002
N
90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Pearson
Correlation -,091 ,178 -,013 ,062 ,120 1 ,058 ,145 ,036 ,340
** -,153 ,047 -,042 -,132
Sig. (2-tailed) ,396 ,093 ,901 ,564 ,261 ,590 ,173 ,734 ,001 ,149 ,663 ,693 ,215
N
90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Pearson
Correlation ,365 **
,248* -,155
,381**
,225* ,058 1
,292** ,130
,379** ,176 -,048 ,043
,223*
Sig. (2-tailed) ,000 ,018 ,146 ,000 ,033 ,590 ,005 ,223 ,000 ,096 ,656 ,686 ,035
N
90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Pearson
Correlation -,070 ,214
* -,094 ,181
,408** ,145
,292** 1
,255* ,178 ,117
-,252* -,048 ,161
Sig. (2-tailed) ,509 ,043 ,380 ,088 ,000 ,173 ,005 ,015 ,094 ,273 ,016 ,654 ,129
N
90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Pearson
Correlation -,065 ,184 ,223 *
,223*
,447**
,036 ,130 ,255*
1 ,099 ,144 -,026 -,095 ,189
Sig. (2-tailed) ,544 ,082 ,035 ,035 ,000 ,734 ,223 ,015 ,355 ,177 ,806 ,373 ,074
N
90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Pearson
Correlation ,131 ,153 -,057 ,193 ,227 *
,340**
,379**
,178 ,099 1 ,125 -,145 -,209*
,010
Sig. (2-tailed) ,219 ,151 ,593 ,068 ,032 ,001 ,000 ,094 ,355 ,242 ,173 ,048 ,925
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Pearson
Correlation -,054 -,200 -,308 **
-,357**
-,066 -,042 ,043 -,048 -,095 -,209*
,149 -,187 1 ,063
Sig. (2-tailed) ,614 ,059 ,003 ,001 ,536 ,693 ,686 ,654 ,373 ,048 ,161 ,077 ,556
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Pearson
Correlation ,069 -,063 -,147 ,165 ,328 **
-,132 ,223* ,161 ,189 ,010 ,156 ,035 ,063 1
Sig. (2-tailed) ,521 ,556 ,166 ,121 ,002 ,215 ,035 ,129 ,074 ,925 ,141 ,746 ,556
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Pearson
Correlation -,037 ,154 -,096 ,237 *
,392** ,174 ,622** ,519** ,262* ,120 ,152 -,163 ,147 ,187 Sig. (2-tailed)
,732 ,147 ,368 ,025 ,000 ,101 ,000 ,000 ,013 ,261 ,151 ,126 ,166 ,078
N
90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Pertanyaan 13
Pertanyaan 14
Pertanyaan 15
,147 90 -,096 ,368 90
,147 ,166 90 ,187 ,078 90 1
DAFTAR PUSTAKA
Alanazi, A., Alsameh, M., Alsomali, O., Almurshdi, A.M., Alabdali, A., Al-Sulami, M., Al-Nemer, A., Al-Qusairy, A., Aloraibi, S., Iqbal, Z., 2014. Poor Basic Life Support Awareness among Medical and College of
Applied Medical Sciences Students Necessitates the Need for Improvement
in Standards of BLS Training and Assessment for Future Health Care
Providers, Middle-East Journal of Scientific Research, p. 848. Available
from: http://www.idosi.org/mejsr/mejsr21(5)14/21.pdf [Accessed 25 November 2015]
American College of Surgeons, 2008. Advanced Trauma Life Support for Doctors
– Student Course Manual 8th Edition. Terjemahan Komisi Trauma Ikatan Ahli Bedah Indonesia, hh.2-12,28-38,69.
American College of Surgeons, 2012. Advanced Trauma Life Support – Student Course Manual 9th edition, p.41,42,156.
Andrew, F.J. and Nolan, J.P., 2006. Critical Care In The Emergency Department : Monitoring The Critically Ill Patient, Emergency Medicine Journal,
p.562. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2579555/pdf/561.pdf [Accessed 18 April 2015]
Biddinger, P.D. and Thomas, S.H., 2005. Prehospital Care and Emergency Medicine. In : Mahadevan, S. and Garmel, G.M., An Introduction to Clinical Emergency Medicine, New York, USA : Cambridge University
Press, p.118-122.
Budiman dan Riyanto, A., 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan , Jakarta: Penerbit Salemba Medika, hh
CDC, 2011.Guidelines For Field Triage of Injured Patients: Recommendation of The National Expert Panel on Field Triage, Centers for Disease Control
and Prevention, p.27. Available from:
https://www.facs.org/~/media/files/quality%20programs/trauma/vrc%20re sources/resources%20for%20optimal%20care%202014%20v11.ashx [Accessed 19 May 2015]
Chandrasekaran, S., Kumar, S., Bhat, SA., Saravanakumar, Shabbir, PM., Chandrasekaran, VP., 2010. Awareness of Basic Life Support Among Medical, Dental, Nursing Students and Doctors, Indian Journal of
Anaesthesia, vol.54, no.2, p.121-126. Available from:
http://medind.nic.in/iad/t10/i2/iadt10i2p121.pdf [Accessed 21 November 2015]
Colledge, N.R.,Ralston, S.H., Walker, B.R., 2010. Davidson’s Principle and Practice of Medicine 21st Edition,UK: Elsevier Health Sciences, p.180.
Direktorat Keselamatan Transportasi Darat, 2011. Statistik Perhubungan 2010. Jakarta: Departemen Perhubungan Indonesia,hh 40. Diunduh dari:
http://gis.dephub.go.id/gallery/Foto/Buku/BUKU%20STATISTIK%20PE RHUBUNGAN%20I.pdf [Diakses pada 27 Maret 2015]
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia, 2001. Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik
Indonesia No. 143/MENKES-KESOS/SK/II/2001 tentang Standarisasi
Kendaraan Pelayanan Medik. Jakarta: Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia, hh 1-11.
Fanara, B.,Barbot, O.,Capellier, G., Desmethe, T., and Manzon, C., 2010. Recommendation For The Intra Hospital Transport of The Critically Ill
Patients, Bio Med Central, p.2.Available from :
Garmel, G., 2005. Approach to The Emergency Patient. In : Mahadevan , S.and Garmel, G.M., An Introduction to Clinical Emergency Medicine, New York, USA : Cambridge University Press, p.3.
Glaspy, J.N., 2004,Spine and Spinal Cord Injuries. In: Ma, O.J. and Cline D.M., 2004 . Emergency Medicine Manual 6th Edition, Singapore : Mc Graw Hills Companies, p.780.
Hakkert, A.S. dan Braimaster, L., 2002. The Uses of Exposure and Risk in Road Safety Studies. Dalam : Budiastomo, N. dan Santoso, G.A., 2008 .
Hubungan Persepsi Resiko Kecelakaan Lalu Lintas dan Pengambilan
Keputusan Melanggar Lampu Merah. Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia, hh 56. Diunduh dari:
http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_5 61093775258.pdf [Diakses 18 April 2015]
Ilyas, R., et al. 2014. Retention of Knowledge and Skills of Basic Life Support Among Health Care Providers Trained in Tertiary Care Hospital. Pak
Heart Journal., vol 47, no. 1, p.39-45. Available from :
http://www.pkheartjournal.com/index.php/pkheart/article/viewFile/731/61 0 [Accessed 23 November 2015]
Konsil Kedokteran Indonesia, 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia, Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.
Mahadevan, S. and Sovndal, 2005.Airway Management. In : Mahadevan, S.and Garmel, G.M., AnIntroduction to Clinical Emergency Medicine, New York , USA : Cambridge University Press,p.19-24.
Manthey, D.E., 2005. Traumatic Injuries. In : Mahadevan, S.and Garmel, G.M., An Introduction to Clinical Emergency Medicine, New York , USA :
Cambridge University Press, hh 94, 103-105.
Sharma,Raghava and Attar, Nazir R., 2012. Adult Basic Life Support (BLS) Awareness and Knowledge Among Medical and Dental Interns
Completing Internship from Deemed University, Nitte University Journal
of Health Science, p.1. Available
from:http://nitte.edu.in/journal/SepSplit/ablsaka.pdf [Accessed 20 November 2015]
Shrestha, R., Batajoo, KH., Piryani, RM., Sharma, MW., 2012.Basic Life Support: Knowledge and Attitude of Medical/Paramedical Professional, World
Medical Emergency Journal, p.141. Available
from:http://www.wjem.org/upload/admin/201205/ee9651bf23ea50868cc7 38d921ab76d1.pdf[Accessed 20 November 2015]
Sunaryo, 2002. Psikologi Untuk Keperawatan, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC , hh
Vissers, R.J., 2004, Advanced Airway Support. In: Ma, O.J. and Cline, D.M . 2004.Emergency Medicine Manual 6th Edition, Singapore : Mc Graw Hills Companies, p.3.
WHO,2009. WHOGuideline for Safe Surgery 2009, Jenewa: World Health Organization, p.3. Available from:
http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241598552_eng.pdf [Accessed 21 April 2015]
WHO, 2013. Road Safety : Basic Facts, Jenewa: World Health Organization, p.2.Available from:
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan persepsi dalam merumuskan masing-masing variabel penelitian, maka perlu dijabarkan definisi operasional dari setiap variabel dalam penelitian.
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Sunaryo, 2002).
Cara ukur : Angket
Alat ukur : Kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan berbentuk pilihan ganda dengan jawaban benar bernilai 1 dan jawaban salah bernilai 0.
Hasil ukur : Baik Kurang Skala pengukuran : Ordinal
Pengetahuan dokter muda tentang transportasi pasien kecelakaan lalu lintas di RSUP H. Adam
Malik Medan
Pengetahuan Baik
2. Dokter Muda
Dokter muda adalah mahasiswa fakultas kedokteran yang sudah mendapatkan gelar sarjana kedokteran dan sedang menjalani Program Pengembangan Profesi Dokter (P3D) .
3. Transportasi Pasien Kecelakaan Lalu Lintas
Transportasi Pasien Kecelakaan Lalu Lintas adalah tindakan pengelolaan pasien yang terdiri daripersiapan, triase, primary survey, resusitasi, evakuasi, secondary survey, pemantauan dan reevaluasi berkesinambungan (American College of Surgeons, 2008).
4. Pengetahuan Baik
Tingkat pengetahuan baik adalah jika responden mampu menjawab ≥75% dari seluruh pertanyaan,yaitu lebih dari 11 – 12 item pertanyaan (Budiman dan Riyanto, 2013).
5. Pengetahuan Kurang
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian survei deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menilai gambaran pengetahuan dokter muda tentang transportasi pasien kecelakaan lalu lintas. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross-sectional, yaitu pendekatan di mana tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja (point time approach).
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
4.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret 2015 sampai Desember 2015. Pengumpulan data dilakukan pada September 2015 sampai Oktober 2015.
4.2.2 Lokasi Penelitian
Lokasi yang ditentukan untuk melakukan penelitian adalah RSUP H.Adam Malik Medan.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
4.3.2 Sampel
Sampel adalah subjek penelitian yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel dokter muda sebagai responden dilakukan dengan menggunakan metode consecutive sampling, yaitu seluruh subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan ke dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.
1. Kriteria Inklusi :
a. Dokter muda yang sedang menjalani Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di RSUP H.Adam Malik.
Untuk mendapatkan jumlah sampel dokter muda yang representatif, penarikan sampel dari populasi menggunakan rumus Slovin:
di mana,
n = Besar sampel minimal N = Besar populasi (702)
Dari rumus tersebut didapatkan:
n = 87,53
= 88 orang ≈ 90 orang 4.4 Teknik Pengumpulan Data
4.4.1 Data Primer
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui angket yang diberikan kepada responden yang terpilih. Sebelumnya, angket tersebut diuji validitas serta reliabilitasnya sebagai instrumen penelitian. Setelah itu, angket dibagikan kepada responden untuk dijawab. Beserta dengan angket tersebut, dilampirkan satu lembar formulir lembaran inform consent yang berisi penjelasan tentang penelitian yang dilakukan dan permintaan
persetujuan responden untuk mengisi angket yang telah dibagikan. 4.4.2 Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Angket yang telah disusun akan diuji validitasnya dengan menggunakan program SPSS.
Angket penelitian disusun dengan jumlah pertanyaan sebanyak 20 buah. Akan dilakukan uji validitas pada 25 orang responden dokter muda di RS Pirngadi dan RS Putri Hijau dan dilakukan pada bulan Agustus 2015.
adalah 0.382. Jika nilai koefisien korelasi Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut valid.
4.4.3 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama.
Angket penelitian inidisusun dengan jumlah pertanyaan sebanyak 20 buah. Sampel untuk uji reliabilitas adalah 25 orang responden dokter muda di RS Pirngadi dan RS Putri Hijau dan dilakukan pada bulan Agustus 2015.
Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien reliabilitas cronbach’s alpha pada program SPSS. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel.
4.5 Pengolahan dan Analisis Data
Pengumpulan data dan pengolahan data dilakukan secara manual dengan tahap-tahap menyunting data (Editing), mengkode data berbentuk kalimat menjadi data angka (Coding), memasukkan data ke dalam “software” komputer (Data Entry), dan membersihkan data (Data Cleaning). Analisa data penelitian
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP Haji Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang standar dengan tenaga kesehatan yang kompeten. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI pada 6 September 1991 No. 502/Menkes/SK/IX/199, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pelayanan kesehatan di RSUP Haji Adam Malik Medan terbagi menjadi beberapa departemen. Dokter muda, yang merupakan responden dalam penelitian ini, bertugas di beberapa departemen yakni, Departemen Ilmu Anestesiologi dan Terapi Intensif, Departemen Ilmu Bedah, Departemen Ilmu Kebidanan & Kandungan, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Departemen Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut, Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Jantung, Departemen Ilmu Penyakit Mata, Departemen Ilmu Penyakit Paru, Departemen Departemen Ilmu Penyakit Saraf, Departemen Ilmu Radiologi serta Departemen Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Bagian tersebut merupakan lokasi pengambilan data pada penelitian ini.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
JENIS KELAMIN N(%)
Laki-laki 35 (38.9)
Perempuan 55 (61.1)
[image:36.595.127.446.252.314.2]Total 90 orang (100%)
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Responden
USIA : N(%)
21 10 (11.11)
22 49 (54.44)
23 31 (34.45)
Total 90 (100%)
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Stase Responden
STASE : N (%)
Ilmu Kes. Anak 12 (13.3) Ilmu Anestesi& Terapi Intensif 4 (4.4)
Ilmu Bedah 22 (24.4)
Ilmu Kes. Gigi & Mulut 7 (7.8) Ilmu Peny. Dalam 7 (7.8) Ilmu Peny. Jantung 5 (5.6%) Ilmu Kes. Kulit & Kelamin 10 (11.1%) Ilmu Peny. Mata 2 (2.2%) Ilmu Kebidanan & Kandungan 6 (6.7%) Ilmu Peny. Paru 4 (4.4%) Ilmu Radiologi 4 (4.4%) Ilmu Peny. Saraf 5 (5.6%) Ilmu Peny. THT 2 (2.2%) Total 90 (100%)
[image:36.595.126.456.372.550.2]anastesi, stase paru dan stase radiologi berjumlah 4 orang (4.4%), serta stase ilmu penyakit jantung, dan stase ilmu penyakit saraf masing-masing berjumlah 5 orang (5.6%). Pada stase ilmu kesehatan gigi dan mulut serta stase ilmu penyakit dalam terdapat responden masing–masing berjumlah 7 orang (7.8%). Selanjutnya, pada stase ilmu kesehatan kulit dan kelamin dengan jumlah responden sebanyak 10 orang (11.1%). Pada stase ilmu kebidanan dan kandungan, didapati responden sebanyak 6 orang (6.7%). Pada stase ilmu penyakit mata dan ilmu penyakit THT, didapati jumlah responden yang paling sedikit yaitu masing-masing sebanyak 2 orang (2.2%).
5.2 Hasil Analisis Data
5.2.1 Distribusi Jawaban Responden Menurut Jawaban Pertanyaan
Tabel 5.4 Distribusi Jawaban Responden Menurut Jawaban
No Pertanyaan N (%)
1. Alat transportasi pasien gawat darurat
a. Benar 85 (94.4%)
b. Salah 5 (5.6%)
2. Pemberian label triase kegawatdaruratan
a. Benar 46 (51.1%)
b. Salah 44 (48.9%)
3. Penilaian kesadaran pada secondary survey care
a. Benar 64 (71.1%)
b. Salah 26 (28.9%)
4. Manuver pembebasan jalan nafas pada pasien
a. Benar 64 (71.1%)
b. Salah 26 (28.9 %)
5. Indikasi pemasangan airway definitif
a. Benar 87 (96.7%)
b. Salah 3 (3.3%)
6. Upaya pencegahan hipotermia pada pasien
a. Benar 79 (87.8%)
b. Salah 11 (12.2%)
7. Perkiraan kehilangan volume darah pada pasien
a. Benar 85 (94.4%)
b. Salah 5 (5.6%)
8. Terapi cairan inisiasi bagi pasien
a. Benar 83 (92.2%)
b. Salah 7 (7.8%)
9. Alat pemantau saturasi oksigen pada pasien
a. Benar 84 (93.3%)
b. Salah 6 (6.7%)
10. Penyebab perdarahan internal (Occult Bleeding) pada pasien
a. Benar 73 (81.1%)
b. Salah 17 (18.9%)
11. Indikator keadaan hemodinamik pasien
a. Benar 77 (85.6%)
b. Salah 13 (14.4%)
12. Persyaratan teknis ambulans gawat darurat
a. Benar 12 (13.3%)
b. Salah 78 (86.7%)
13. Nomor telepon ambulans yang dapat dihubungi
a. Benar 44 (48.9%)
b. Salah 46 (51.1%)
14. Penilaian primary survey care
a. Benar 80 (88.9%)
b. Salah 10 (11.1%)
15. Indikasi pemasangan kolar servikal
a. Benar 88 (97.8%)
Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh dokter muda adalah pertanyaan mengenai indikasi pemasangan kolar servikal, yaitu sebanyak 88 orang (97.8%) dan pertanyaan yang dengan jawaban benar paling sedikit ialah pertanyaan mengenai persyaratan teknis ambulans gawat darurat, yaitu sebanyak 12 orang (13.3%).
Berdasarkan hasil uji pengetahuan tersebut, maka tingkat pengetahuan diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu baik dan kurang. Dari hasil penelitian, sebagian besar dokter muda memiliki pengetahuan tentang transportasi pasien kecelakaan lalu lintas dalam kategori baik yaitu 72 orang (80%) sedangkan perolehan hasil uji pengetahuan dengan kategori kurang berjumlah 18 orang (20%). Untuk nilai mean didapati mayoritas dokter muda menjawab dengan skor 11.67 dan ini tergolong ke dalam tingkat pengetahuan yang cukup. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.5.
5.2.2 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Transportasi Pasien Kecelakaan Lalu Lintas
Tabel 5.5 Distribusi Pengetahuan Responden terhadap Transportasi Pasien Kecelakaan Lalu Lintas
Gambaran Pengetahuan Responden N (%)
Baik 72 (80%)
Kurang 18 (20%)
5.2.3 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Persiapan Pasien Kecelakaan Lalu Lintas
Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, terdapat sebanyak 44 orang responden (48.9%) yang mengetahui nomor telepon ambulans yang dapat dihubungi sebagai persiapan untuk transportasi pasien, yaitu 119. Dalam persiapan transportasi pasien, diperlukan pengetahuan seorang para medis, dalam hal ini dokter muda,untuk menciptakan koordinasi yang baik dengan rumah sakit terdekat dan untuk menciptakan pelayanan terhadap penanganan kegawatdaruratan yang baik.
5.2.4 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Triase
Dalam hal triase (pemilahan pasien), pengetahuan responden dapat dinilai melalui pertanyaan kuesioner nomor 2. Distribusi pengetahuan responden terhadap triase dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Berdasarkan hasil uji statistik tersebut, sebanyak 46 orang responden (51.1%) memahami dengan baik bagaimana cara pemilahan pasien pada kasus berdasarkan prinsip triase. Triase merupakan cara pemilahan pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia dan didasarkan kepada prioritas ABCD (Airway, Breathing, Circulation, Disability) (Biddinger dan Thomas, 2005). Dalam prinsip triase, seorang para medis diharapkan mampu memilah pasien berdasarkan keadaan airway, breathing, circulation, dan disability lalu, dikategorikan berdasarkan warna yang tersedia.
5.2.5 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Cara Transportasi
Distribusi pengetahuan responden tentang cara transportasi pasien kecelakaan lalu lintas dapat dinilai pada pertanyaan kuesioner nomor 1,12, dan 15. Distribusi pengetahuan responden tentang persiapan transportasi pasien dapat dilihat pada Tabel 5.4.
hanya 12 orang responden (13.3%) yang mampu menjawab dengan benar. Dalam hal transportasi pasien, juga diperlukan beberapa alat yang mampu memudahkan para medis dalam pengangkatan pasien, salah satunya ialah kolar servikal. Kolar servikal keras dengan ukuran yang tepat harus dipasang pada pasien dengan potensi cedera spinalis (Biddinger dan Thomas, 2005). Pada pertanyaan ini, mayoritas responden menjawab dengan benar, yaitu sebanyak 88 orang (97.8%).
5.2.6 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Primary Survey Care Primary survey care merupakan pengamatan pertama yang dilakukan para medis ketika menjumpai pasien. Hal ini dapat diingat dengan singkatan ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, dan Exposure). Pengetahuan secara umum mengenai primary survey care dapat dinilai melalui pertanyaan kuesioner nomor 14, sedangkan pengetahuan mengenai penanganan airway dapat diuji pada pertanyaan kuesioner nomor 4 dan 5, untuk penanganan breathing pada nomor 9, untuk penanganan circulation di nomor 7,8,10, dan 11, serta penanganan exposure dinilai melalui pertanyaan nomor 6. Distribusi pengetahuan responden tentang persiapan transportasi pasien dapat dilihat pada Tabel 5.4.
pertanyaan mengenai pencegahan hipotermia pada pasien, responden sebanyak 79 orang (87.8%).
5.2.7 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Secondary Survey Care Secondary survey care adalah pemeriksaan teliti dan menyeluruh dari
5.2.8 Distribusi Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Responden Tabel 5.6 Distribusi Pengetahuan Berdasarkan Usia Responden
Usia Gambaran Pengetahuan
Baik (n/%) Kurang (n/%)
21 9 (90%) 1(10%)
22 38(77.55%) 11 (22.45%)
23 25(80.64%) 6(19.36%)
Tabel 5.7 Distribusi Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Gambaran Pengetahuan
Baik (n/%) Kurang (n/%)
Laki-laki 27 (77.14%) 8 (22.86%)
Perempuan 45 (81.82%) 10 (18.18%)
Tabel 5.8 Distribusi Pengetahuan Berdasarkan Stase Responden Stase Gambaran Pengetahuan
Baik (n/%) Kurang (n/%) Ilmu Kesehatan Anak 11 (91.66) 1 (8.34)
Ilmu Anastesi& Terapi Intensif 4 (100) 0 (0)
Ilmu Bedah 17 (77.27) 5 (22.73)
Ilmu Kesehatan Gigi & Mulut 7 (100) 0 (0)
Imu Penyakit Dalam 6 (85.71) 1 (14.29)
Ilmu Penyakit Jantung 4 (80) 1 (20)
Ilmu Kesehatan Kulit &Kelamin 7 (70) 3 (30)
Ilmu Penyakit Saraf 2 (40) 3 (60)
Ilmu Kebidanan & Kandungan 6 (100) 0 (0)
Ilmu Penyakit Mata 2 (100) 0 (0)
Ilmu Penyakit Paru 3 (75) 1 (25)
Ilmu Radiologi 1 (25) 3 (75)
Ilmu Penyakit THT 2 (100) 0 (0)
Dari tabel 5.6. dapat kita lihat bahwa mayoritas dokter muda yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori baik terdapat pada kelompok umur 21 tahun, yaitu sebanyak 9 orang (90%). Berdasarkan karakteristik usia, belum ada
penelitian yang dapat dikaitkan dengan temuan pada penelitian ini. Berdasarkan jenis kelamin, responden perempuan (45 orang / 81.82%) memiliki tingkat
[image:43.595.111.506.366.619.2]77.14%). Berdasarkan stase di mana responden bertugas, mayoritas responden yang berpengetahuan baik berasal dari stase Ilmu Anastesi& Terapi Intensif, Ilmu Kesehatan Gigi & Mulut, Ilmu Kebidanan & Kandungan, Ilmu Penyakit Mata, serta Ilmu Penyakit THT.
5.3 Pembahasan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya, mata dan telinga terhadap objek tertentu (Sunaryo, 2002). Dari hasil penelitian ini, sebanyak 90 orang dokter muda berpartisipasi sebagai responden dan mengisi kuesioner untuk menilai gambaran pengetahuan dalam transportasi pasien kecelakaan lalu lintas. Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dokter muda tentang transportasi pasien kecelakaan lalu lintas berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa dari 15 pertanyaan yang diberikan, mayoritas responden mampu menjawab dengan benar sebanyak 11 sampai 12 pertanyaan. Sebanyak 72 orang responden (80%) dari 90 orang responden memiliki pengetahuan yang baik tentang transportasi pasien kecelakaan lalu lintas. Hal ini mungkin dikarenakan responden telah mendapatkan materi mengenai transportasi pasien saat duduk di bangku kuliah dahulu, ataupun melalui berbagai sarana pendidikan lain seperti pelatihan, seminar, dan juga melalui informasi dari yang benar baik itu dari materi kuliah di masa pendidikannya dahulu, pelatihan, seminar, serta informasi dari literatur lain seperti buku atau jurnal, akan tetapi belum cukup mendalaminya sehingga tidak mampu menjawab dengan benar seluruh pertanyaan yang diberikan.
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah dijawab, dapat dikelompokkan menjadi 5 aspek penting dalam transportasi, yaitu persiapan transportasi, triase, cara transportasi, primary survey care, dan secondary survey care. Persiapan transportasi pada kuesioner penelitian ini dinilai dengan apakah
mungkin menyebabkan masih ada sejumlah tenaga kesehatan dan mahasiswa kedokteran yang belum mengetahui hal ini. Pengetahuan responden tentang aspek triase pada transportasi dinilai dengan pertanyaan berupa kasus dan responden menentukan termasuk warna triase apakah pasien dalam kasus. Hasilnya, 51.1% dari jumlah total responden mampu menjawab dengan benar. Pengetahuan responden mengenai cara transportasi digambarkan oleh 3 pertanyaan. Pertanyaan pertama dan kedua mengenai alat transportasi yang digunakan dalam kasus kegawatdaruratan serta prinsip pemasangan kolar servikal dan mayoritas responden menjawab dengan benar. Akan tetapi, pada pertanyaan selanjutnya mengenai persyaratan teknis ambulans, hanya 13.3% dari jumlah responden yang mampu menjawab dengan dengan benar. Hal ini dikarenakan, memang tidak adanya sosialisasi mengenai persyaratan teknis kendaraan kegawatdaruratan ini di masa perkuliahan. Untuk aspek primary survey care dan secondary survey care, pengetahuan responden dinilai dengan beberapa poin pertanyaan. Hasilnya, lebih dari 50% responden total mampu menjawab dengan benar karena materi-materi tentang primary survey care dan secondary survey care telah didapatkan saat duduk di bangku kuliah.
kesehatan (Budiman dan Riyanto, 2013). Dilihat dari segi stase di mana responden bertugas, dapat dinilai seberapa banyak pengalaman responden menghadapi kasus yang berkaitan dengan pertanyaan di kuesioner. Responden dengan pengetahuan yang baik dan dapat menjawab pertanyaan dengan jawaban benar umumnya berasal dari stase Ilmu Anastesi & Terapi Intensif. Ini dapat dikarenakan pengalaman dari responden untuk berjumpa dengan kasus kegawatdaruratan lebih banyak pada stase-stase di atas. Hal ini juga didukung oleh penelitian terdahulu bahwa, para tenaga medis yang bekerja di ruang emergensi atau yang lebih sering bertemu dengan kasus kegawatdaruratan, memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dalam hal ini (Ilyas et al, 2014). Sedangkan untuk stase-stase lain dengan gambaran pengetahuan yang baik, seperti stase Ilmu Kesehatan Gigi & Mulut, Ilmu Kebidanan & Kandungan, Ilmu Penyakit Mata, serta Ilmu Penyakit THT yang mungkin jarang menemui kasus kegawatdaruratan, pengetahuan tentang transportasi ini mungkin didapatkan dari materi saat kuliah atau informasi dari media lain. Pengalaman untuk ikut seminar atau pelatihanpun terbukti dapat meningkatkan tenaga kesehatan dalam suatu keterampilan klinis tertentu. Hal ini dibuktikan melalui penelitian Shrestha (2012), yang menunjukkan bahwa tenaga kesehatan yang pernah menjalani pelatihan terhadap resusitasi jantung paru otak sebelumnya, memiliki pengetahuan yang lebih baik.
Berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa responden perempuan memiliki pengetahuan lebih baik dibandingkan responden laki-laki. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada penelitian yang mampu membuktikan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan jenis kelamin seseorang.
benar. Ini membuktikan bahwa pengetahuan dokter terhadap bantuan hidup dasar, lebih baik dibandingkan dokter gigi (Sharma & Attar, 2012).
Selain itu, pada penelitian lain yang dilakukan di Saudi Arabia oleh Alanazi (2014) di Universitas Ilmu Kesehatan King Saud bin Abdulaziz, Riyadh pada mahasiswa Kedokteran dan mahasiswa Kedokteran Terapan (College of Medical Applied Sciences), didapati bahwa mayoritas mahasiswa kedokteran
memiliki pengetahuan yang kurang mengenai bantuan hidup dasar.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Chandrasekaran (2010) untuk melihat gambaran pengetahuan petugas layanan kesehatan seperti mahasiswa kedokteran, dokter, dokter gigi, perawat, serta staf paramedis lain di Vinayaka Mission’s Kirupananda Variar Medical College, Salem, India. Dari 1054 responden, hanya terdapat 2 orang yang memiliki skor 80 – 89% dan mayoritas dari responden hanya mampu memperoleh skor kurang dari 50%. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan petugas layanan kesehatan mengenai penanganan terhadap airway, breathing, circulation,disability, dan exposure masih kurang baik (Chandrasekaran et al., 2010). Pada penelitian di Kist Medical College Hospital, Imadol, Lalitpur, Nepal, membuktikan bahwa pengetahuan tenaga kesehatan mengenai bantuan hidup dasar masih perlu ditingkatkan (Shrestha et al., 2012). Akan tetapi, sampai saat ini belum ada penelitian yang menelaah lebih lanjut tentang pengetahuan tenaga medis dalam transportasi pasien.
Bila dibandingkan dengan hasil penelitian-penelitian terdahulu, penelitian ini memiliki beberapa perbedaan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan metode penelitian, perbedaan kuesioner yang digunakan, serta perbedaan sampel yang mengikutsertakan berbagai tenaga kesehatan. Selain itu, perbedaan sistem pendidikan di berbagai negara yang dijalani oleh tenaga kesehatan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan mereka tentang penanganan awal kegawatdaruratan.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian serta penjelasan yang telah dijabarkan, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Gambaran pengetahuan dokter muda terhadap transportasi pasien kecelakaan lalu lintas di RSUP H. Adam Malik Medan berada dalam kategori baik sebanyak 72 orang responden (80%).
2. Berdasarkan karakteristiknya, responden yang berpengetahuan baik, sebagian besar berusia 21tahun dengan jumlah responden 10 orang (90%), mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 45 orang (81.82%), dan sebagian besar sedang bertugas di stase ilmu anestesi & terapi intensif, ilmu kesehatan gigi & mulut, ilmu kebidanan & kandungan, ilmu penyakit mata, dan ilmu penyakit THT.
3. Gambaran pengetahuan dokter muda mengenai persiapan transportasi pasien kecelakaan lalu lintas di RSUP H. Adam Malik Medan masih kurang karena kurang dari 50% dari dokter muda yang mampu menjawab dengan benar. 4. Gambaran pengetahuan dokter muda terhadap teknik transportasi pasien
kecelakaan lalu lintas di RSUP H. Adam Malik Medan sudah cukup baik tetapi, pada poin pertanyaan persyaratan teknik kendaraan transportasi kegawatdaruratan, sebagian besar dokter muda tidak mampu menjawab dengan benar.
5. Gambaran pengetahuan dokter muda terhadap tindakan survei primer dalam transportasi pasien kecelakaan lalu lintas di RSUP H. Adam Malik Medan dalam kategori baik karena sebagian besar mampu menjawab pertanyaan dengan benar.
tergolong baik dan lebih dari 50% jumlah responden total mampu menjawab dengan benar.
6.2 Saran
Dari keseluruhan proses penelitian, peneliti menyadari banyaknya kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Oleh karena itu, ada beberapa saran yang dapat diberikan kepada berbagai pihak yang terlibat dalam penelitian ini ataupun bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Saran-saran yang dapat dibagikan antara lain :
1. Masukan bagi RSUP H.Adam Malik Medan untuk terus membina para dokter muda dalam hal pelayanan pasien kegawatdaruratan.
2. Masukan bagi para dokter muda untuk terus memperbarui keilmuannya terutama dalam bidang kegawatdaruratan melalui membaca literatur atau jurnal terkini perihal penanganan kegawatdaruratan, serta mengikuti seminar – seminar yang dapat menambah wawasan dan keterampilan klinis.
3. Masukan bagi institusi pendidikan kedokteran untuk terus meningkatkan mutu pendidikan dalam pelayanan kegawatdaruratan, sehingga dapat menghasilkan lulusan dokter muda yang bermutu tinggi dan berkompeten.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan Pasien
Pengelolaan pasien yang terluka parah memerlukan penilaian yang cepat dan pengelolaan yang tepat dan dikenal sebagai Initial Assessment (penilaian awal), meliputi (American College of Surgeons, 2008):
1. Persiapan 2. Triase
3. Primary Survey
4. Resusitasi
5. Transportasi jika ada kemungkinan untuk merujuk 6. Secondary Survey
7. Pemantauan dan reevaluasi berkesinambungan
2.2 Persiapan
Persiapan pasien sebaiknya berlangsung dalam 2 fase yang berbeda, yaitu : 1. Fase Pra-rumah Sakit (Pre-hospital)
Umumnya terdapat 3 kategori personel pada kegawatdaruratan, yaitu: penerima pertama, Basic Emergency Medical Technicians (EMT-B), dan paramedis (EMT-P). Penerima
terlatih untuk melakukan bantuan hidup lanjutan, termasuk pemasangan intubasi endotrakeal, interpretasi ritme jantung, defibrilasi, serta pemberian obat parenteral (Biddinger dan Thomas, 2005).
Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dengan petugas lapangan akan menguntungkan pasien. Sebaiknya, rumah sakit sudah diberitahukan sebelum pasien mulai diangkut dari tempat kejadian. Pemberitahuan ini memungkinkan rumah sakit mempersiapkan timnya sehingga sudah siap saat pasien tiba di rumah sakit. Pada fase pra-rumah sakit, titik berat diberikan pada penjagaan airway, kontrol perdarahan dan syok, imobilisasi pasien, dan segera ke rumah sakit terdekat yang cocok (American College of Surgeons, 2008).
2. Fase Rumah Sakit
sarung tangan kedap air bila ada kontak dengan cairan tubuh pasien (American College of Surgeons, 2008).
2.3 Triase
Triase adalah cara pemilahan pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Terapi didasarkan pada prioritas ABC (Airway dengan kontrol vertebra servikal, Breathing, dan Circulation dengan kontrol perdarahan)
Gambar 2.1 Panduan Tindakan Triase pada Pasien Trauma
Sumber : Centers for Disease Control and Prevention (2011).Guidelines for field triageof injured patients: Recommendations of the National Expert Panel on Field
Gambar 2.2 Label Triase Kegawatdaruratan
Tabel 2.1 Interpretasi Label Triase Kegawatdaruratan
Warna Interpretasi
Hitam Zero priority. Pasien meninggal atau
pasien yang masih hidup tetapi dengan keadaan yang fatal dan perlukaan yang tidak bisa diresusitasi.
Merah First priority.Pasien dengan trauma
berat yang memerlukan pertolongan dan transportasi cepat (Contoh: adanya gagal napas, trauma torakoabdominal, trauma kepala berat, trauma maksilofasial berat, adanya syok atau perdarahan masif, dan luka bakar berat).
Kuning Second priority. Pasien dengan
perlukaan yang digolongkan sebagai keadaan yang tidak mengancam kehidupan (Contoh: trauma abdominal tanpa syok, trauma toraks tanpa gangguan pernapasan, fraktur mayor tanpa syok, trauma kepala, trauma servikal, dan luka bakar minor).
Hijau Pasien dengan perlukaan ringan yang
tidak memerlukan stabilisasi cepat (Contoh: Trauma jaringan lunak, fraktur ekstremitas, dislokasi ekstremitas, trauma maksilofasial tanpa gangguan jalan napas, dan kegawatdaruratan psikiatri).
Sumber : Biddinger dan Thomas (2005). An Introduction to Clinical Emergency Medicine
2.4 Cara transportasi
didekontaminasi untuk mencegah penularan infeksi ke pasien atau tenaga medis lainnya (Biddinger dan Thomas, 2005). Dalam memilih cara transportasi, prinsip “Do no further harm” harus menjadi pertimbangan utama. Transportasi melalui udara, darat, dan air dapat dilakukan dengan aman apabila memperhitungkan prinsip tersebut (American College of Surgeons, 2008).
Ekstrikasi adalah teknik pemindahan pasien secara aman dari tempat kejadian ke alat transportasi penyelamatan. Ini mungkin menjadi sulit dilakukan pada ruangan yang sempit, pasien obesitas, dan pasien trauma. Pemindahan benda-benda yang mungkin masih menjerat pasien juga dilakukan pada proses ekstrikasi. Keterlambatan pada proses ekstrikasi lebih dari 20 menit dapat berpotensi menimbulkan trauma yang lebih berat (Biddinger dan Thomas, 2005). Perjalanan antar rumah sakit dapat berbahaya, kecuali apabila terhadap pasien telah dilakukan stabilisasi,tenaga yang cukup terlatih, dan telah diperhitungkan kemungkinan yang terjadi selama transportasi (American College of Surgeons, 2008).
[image:56.595.158.402.549.712.2]Selain itu, setiap penolong diharapkan terlatih untuk melakukan teknik imobilisasi spinal. Kolar servikal keras dengan ukuran yang tepat harus dipasang pada pasien dengan potensi cedera spinalis. Selain itu, pasien harus dilakukan stabilisasi saat transportasi dengan menggunakan papan yang keras yang dilengkapi dengan tali pengaman (Biddinger dan Thomas, 2005).
Gambar 2.3 Teknik Imobilisasi Spinal
2.4.1 Standarisasi Kendaraan Transportasi Pasien
Menurut Kepmenkes No. 143/Menkes-Kesos/SK/II/2001 tentang Standarisasi Kendaraan Pelayanan Medik, jenis kendaraan pelayanan medik meliputi (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia, 2001):
1. Ambulans Transportasi
Ambulans ini dipakai untuk penderita yang tidak memerlukan perawatan khusus/tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul kegawatan selama dalam perjalanan. Berikut ini merupakan persyaratan – persyaratan teknis yang harus terpenuhi:
a. Kendaraan roda empat atau lebih dengan peredam getaran yang lunak. b. Warna kendaraan putih.
c. Sirene 1(satu) atau 2(dua) nada.
d. Lampu rotator berwarna biru terletak di tengah atas kendaraan. e. Antara dinding dan lantai tidak bersudut dan lantainya landai. f. Dilengkapi dengan sabuk pengaman untuk penderita dan petugas. g. Buku petunjuk pemeliharaan alat – alat berbahasa Indonesia. h. Radio komunikasi/telepon genggam di ruangan pengemudi. i. Ruangan penderita mempunyai akses langsung dengan tempat
pengemudi.
j. Tempat duduk bagi petugas dan keluarga di ruangan penderita.
k. Ruangan penderita cukup luas untuk sekurang-kurangnya 1(satu) tandu. l. Gantungan infus terletak sekurang-kurangnya 20 cm di atas tempat
penderita.
m. Tempat sambungan listrik khusus untuk 12 Volt DC di ruang penderita. n. Lampu ruangan secukupnya dan bukan neon.
o. Lemari untuk obat dan peralatan. p. Tempat kereta dorong penderita.
r. Persiapan alat medis berupa tabung oksigen dengan peralatannya, alat penghisap 12 Volt DC, serta peralatan medis pertolongan pertama pada kegawatdaruratan lain seperti pengukur tekanan darah, obat – obatan sederhana, dan cairan infus secukupnya.
s. Persiapan petugas yang terdiri dari 1(satu) orang pengemudi dengan kemampuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan komunikasi, serta 1(satu) orang perawat dengan kemampuan pertolongan pertama pada
kegawatdaruratan.
Berikut ini merupakan tata tertib yang perlu dipatuhi selama transportasi menggunakan ambulans ini:
A. Sewaktu menuju tempat penderita boleh menggunakan sirene dan lampu rotator.
B. Pada saat mengangkut penderita hanya boleh menggunakan lampu rotator.
C. Semua peraturan lalu lintas harus dipatuhi.
D. Kecepatan kendaraan maksimum adalah 40 km/jam di jalan biasa dan 80 km/jam di jalan bebas hambatan.
E. Petugas membuat /mengisi laporan kendaraan penderita selama 6(enam) jam transportasi, yang disebut dengan lembar catatan penderita yang mencakup identitas, waktu, dan keadaan penderita.
F. Petugas memakai seragam dengan identitas yang jelas.
2. Ambulans Gawat Darurat
Ambulans ini digunakan dengan tujuan pertolongan gawat darurat pra-rumah sakit, pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah stabil dari lokasi kejadian ke tempat tindakan definitif/rumah sakit, serta sebagai kendaraan transportasi rujukan.Berikut ini merupakan persyaratan – persyaratan teknis yang harus terpenuhi:
c. Sirene 1(satu) atau 2(dua) nada
d. Lampu rotator berwarna biru terletak di tengah atas kendaraan. e. Tanda pengenal dengan mencantumkan 118 dan tanda gawat
darurat/emergensi di bagian depan, belakang, samping kanan dan kiri kendaraan, dilengkapi dengan AC, alat pengatur di ruangan pengemudi. f. Pintu belakang dapat dibuka ke arah atas.
g. Buku petunjuk pemeliharaan alat – alat berbahasa Indonesia. h. Radio komunikasi/telepon genggam di ruangan pengemudi. i. Dilengkapi dengan sabuk pengaman untuk penderita dan petugas. j. Ruangan penderita cukup luas untuk sekurang-kurangnya 2(dua) tandu.
Tandu yang dimaksud yang dapat dilipat.
k. Tempat duduk yang dapat diatur/dilipat bagi petugas di ruangan penderita(“Captain’s Seat”).
l. Ruangan penderita cukup tinggi sehingga infus dapat menetes dengan baik.
m. Gantungan infus terletak sekurang-kurangnya 90 cm di atas tempat penderita.
n. Lampu ruangan secukupnya dan bukan lampu neon. Lampu yang dimaksud dapat bergerak, dapat dilipat dan spotlight untuk menerangi penderita.
o. Lemari untuk obat dan peralatan.
p. Air bersih 20 liter dan penampungan air limbah (otomatis). q. Lemari es/freezer.
r. Tempat sambungan listrik khusus untuk 12 Volt DC di ruangan penderita.
s. Tempat kereta dorong pasien 2(dua) buah. t. Meja yang dapat dilipat.
u. Dipersiapkan untuk dapat membawa inkubator transport. v. Peta setempat
peralatan resusitasi manual/otomatis lengkap bagi orang dewasa, anak/bayi, alat penghisap manual dan listrik 12 Volt DC, alat
monitor/diagnostik untuk anak dan dewasa, alat monitor jantung dan pernafasan, alat defibrilator untuk anak dan sewasa, set bedah minor, obat – obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya, etonox, kantung mayat, dan sarung tangan disposable.
x. Persiapan petugas yang terdiri dari 1(satu) orang pengemudi dengan kemampuan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan dan
komunikasi, 1(satu) orang perawat, dan 1(satu) orang dokter masing - masing dengan kemampuan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan.
Secara umum, tata tertib yang perlu dipatuhi selama transportasi menggunakan ambulans jenis ini sama dengan tata tertib penggunaan ambulans transportasi.
3. Ambulans Rumah Sakit Lapangan
Dalam keadaan sehari – hari, ambulans ini dipakai untuk melaksanakan fungsi ambulans gawat darurat. Bila diperlukan, dapat digabungkan dengan ambulans – ambulans sejenis dan ambulans pelayanan medik bergerak membentuk sebuah rumah sakit lapangan. Berikut ini merupakan persyaratan – persyaratan teknis yang harus terpenuhi:
a. Kendaraan roda empat atau lebih dengan peredam getaran lunak. b. Warna kendaraan kuning muda.
c. Sirene 1(satu) atau 2(dua) nada.
d. Lampu rotator berwarna biru terletak di tengah atas kendaraan. e. Tanda pengenal dengan mencantumkan 118 dan tanda gawat
darurat/emergensi di bagian depan, belakang, samping kanan dan kiri kendaraan, dilengkapi dengan AC, alat pengatur di ruangan pengemudi. f. Pintu belakang dapat dibuka ke arah atas.
i. Dilengkapi dengan sabuk pengaman untuk penderita dan petugas. j. Ruangan penderita cukup luas untuk sekurang-kurangnya 2(dua) tandu.
Tandu yang dimaksud yang dapat dilipat.
k. Tempat duduk yang dapat diatur/dilipat bagi petugas di ruangan penderita(“Captain’s Seat”).
l. Ruangan penderita cukup tinggi sehingga infus dapat menetes dengan baik.
m. Gantungan infus terletak sekurang-kurangnya 90 cm di atas tempat penderita.
n. Lampu ruangan secukupnya dan bukan lampu neon. Lampu yang dimaksud dapat bergerak, dapat dilipat dan spotlight untuk menerangi penderita.
o. Lemari untuk obat dan peralatan.
p. Air bersih 20 liter dan penampungan air limbah (otomatis). q. Lemari es/freezer.
r. Tempat sambungan listrik khusus untuk 12 Volt DC di ruangan penderita.
s. Tempat kereta dorong pasien 2(dua) buah. t. Meja yang dapat dilipat.
u. Dipersiapkan untuk dapat membawa inkubator transport. v. Tenda lapangan lengkap.
w. Perlengkapan medis berupa tabung oksigen dengan peralatan untuk 2(dua) orang, peralatan medis pertolongan pertama kegawatdaruratan, peralatan resusitasi manual/otomatis lengkap bagi orang dewasa, anak/bayi, alat penghisap manual dan listrik 12 Volt DC, alat
monitor/diagnostik untuk anak dan dewasa, alat monitor jantung (EKG) dan pernafasan, set bedah minor, obat – obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya, kantong mayat, dan sarung tangan disposable.
darurat (tergantung keadaan) masing - masing dengan kemampuan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan.
Secara umum, tata tertib yang perlu dipatuhi selama transportasi menggunakan ambulans jenis ini sama dengan tata tertib penggunaan ambulans transportasi.
4. Ambulans Pelayanan Medik Bergerak
Ambulans ini dipergunakan untuk pelaksanaan upaya pelayanan medik di lapangan dan dapat dipergunakan sebagai ambulans
transportasi. Beriku