• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Fungsi Motorik Pasien Pasca Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Status Fungsi Motorik Pasien Pasca Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1 Penjelasan Tentang Penelitian

Nama saya adalah May Ciska Sijabat/121101078, mahasisiwi Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Saya ingin melakukan penelitian di RSUP Haji Adam Malik Provinsi Sumatera Utara dengan tujuan untuk mengidentifikasi status fungsi motorik pada pasien pasca stroke. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Peneliti menjamin bahwa penelitian yang dilakukan tidak menimbulkan dampak negatif kepada Bapak/Ibu sebagai responden. Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan. Peneliti juga menghargai dan menghormati hak responden dengan cara menjaga kerahasiaan identitas diri dan data yang diberikan responden selama pengumpulan data hingga penyajian dara. Peneliti sangat mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu/Sdra/Sdri sebagai responden dalam penelitian ini, namun jika Bapak/Ibu/Sdra/Sdri tidak bersedia maka Bapak/Ibu/Sdra/Sdri berhak untuk menolak karena tidak ada unsur paksaan untuk dijadikan sebagai responden. Demikianlah informasi ini saya sampaikan, atas kesediaan dan partisipasi Bapak/Ibu/Sdra/Sdri saya ucapkan terimakasih.

Medan, Juni 2016

(2)

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Kode responden :

Umur :

Jenis Kelamin :

Setelah mendengarkan penjelasan dari peneliti tentang penelitian yang berjudul “Status Fungsi Motorik Pasien Pasca Stroke”, maka saya dengan sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian tersebut.

Medan, 2016

(3)

Lampiran 2 KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk Pengisian Kuesioner

Dalam pengisian kuesioner ini, Bapak/Ibu/Sdra/Sdri diharapkan mengikuti petunjuk ini:

1. Jawablah setiap pernyataan yang tersedia dibawah ini dengan memberi tanda checklist (√) atau mengisi jawaban pada tempat yang telah disediakan.

2. Semua pertanyaan harus dijawab. Bila ada yang kurang dimengerti, dapat ditanyakan kepada peneliti.

1. Data Demografi

1. Nomor responden (diisi oleh peneliti) : ...

2. Usia : ... tahun

3. Jenis kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan

4. Lama menderita stroke : .... tahun .... bulan .... hari

5. Bagian yang lumpuh : ( ) Kiri ( ) Kanan

(4)

Prosedur dan Peraturan Pengkajian Motorik Fugl-Meyer

Prosedur Peraturan

Deskripsi :

Pengkajian ini untuk mengukur gangguan motorik ekstremitas atas dan ekstremitas bawah.

Peralatan :

Kursi, meja, refleks hammer, pensil, kertas, kaleng kecil/gelas, bola tennis, stopwatch.

Lakukan pengkajian ini pada tempat yang tenang dan ketika pasien dalam keadaan bersedia.

Pengkajian gerakan yang ingin dicapai: meliputi sinergi fleksor, sinergi ekstensor, sinergi gerakan kombinasi, sinergi gerakan keluar, pergelangan tangan, tangan dan koordinasi/kecepatan. Untuk semua gerakan yang ingin dicapai, ada beberapa pedoman yang harus diikuti:

1. Berikan instruksi yang jelas dan singkat. Contohkan sesuai dengan instruksi verbal yang anda berikan.

2. Lakukan dahulu pada ekstremitas yang tidak lumpuh. Pada sisi yang lumpuh, cek kemampuan pasien melakukan pasif ROM untuk melakukan gerakan ini.

3. Ulangi setiap gerakan sebanyak 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan yang paling baik dilakukan. Jika skor maksimal dicapai pada gerakan pertama dan kedua, jangan mengulanginya sampai tiga kali. Uji koordinasi/kecepatan hanya dilakukan satu kali.

4. Jangan bantu pasien, tetapi memberi motivasi secara verbal diijinkan. 5. Uji fungsi kemandirian tangan dan pergelangan tangan. Selama

pengkajian pergelangan tangan (7a—7e), sangga bawah siku untuk mengurangi beban pada bahu, bagaimanapun pasien harus menggerakkan siku secara fleksi dengan sudut siku 900 dan menggerakkan siku secara ekstensi dengan sudut siku 0o. Selama pengkajian tangan bantuan dapat diberikan pada siku lengan dan hanya bagian proksimal sampai pergelangan tangan sehingga posisinya adalah posisi yang tepat untuk melakukan pengkajian tangan (8a-g).

Pengkajian Motorik Fugl-Meyer Ekstremitas Bawah

Item Prosedur Skoring

I. Aktivitas refleks • Pasien duduk atau berbaring • Kaji refleks patela dan achilles • Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh

terlebih dahulu

• Kemudian lakukan pada sisi yang lumpuh.

Skor (maksimal 4): • 0 - tidak ada refleks • 2 – refleks ada. Refleks yang dinilai adalah refleks patela dan achilles. IIA. Sinergi fleksor • Pasien berbaring

• Lakukan gerakan ini pada sisi yang tidak lumpuh terlebih dahulu.

• Pada sisi yang lumpuh, cek kemampuan

Skor (maksimal 6):

(5)

pasien melakukan pasif ROM pada setiap sendi yang akan dikaji.

• Mulailah dengan meluruskan pinggul, lutut dan pergelangan kaki. Instruksikan pada pasien “angkat lutut anda ke dada dan tarik jari-jari kaki anda” (pengkaji

mengobservasi gerakan fleksi pada pinggul, lutut dan pergelangan tangan selama pengkajian ini). Pengkaji dapat mengisyaratkan kepada pasien untuk menggerakkan komponen yang hilang. • Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan

berikan skor pada gerakan terbaik.

Gerakan yang dinilai adalah: fleksi pada pinggul, lutut dan dorsofleksi pergelangan kaki

IIB. Sinergi

ekstensor •

Pasien tidur menyamping.

• Lakukan gerakan ini pada sisi yang tidak lumpuh terlebih dahulu.

• Pada sisi yang lumpuh, cek kemampuan pasien melakukan pasif ROM pada setiap sendi yang akan dikaji.

• Mulailah dengan flexi 900 pada pinggul, fleksi 900 pada lutut dan dorsofleksi pada pergelangan kaki.

• Instruksikan pada pasien “dorong kaki anda ke bawah dan tendang kaki anda ke bawah dan kembali”. (Plantarfleksi pada

pergelangan kaki, ekstensi pada lutut, abduksi pada pinggul dan ekstensi pada pinggul)

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik.

Skor (maksimal 8): • 0 – tidak ada gerakan • 1 – sebagian gerakan • 2 – semua gerakan Gerakan yang dinilai adalah: ekstensi pada pinggul, adduksi pada pinggul, ekstensi pada lutut dan plantarfleksi pada

pergelangan kaki

III.Gerakan kombinasi sinergi

3a. Fleksi lutut di atas 900

• Pasien duduk, kaki di lantai, dengan lutut menjauh dari kursi.

Lutut diuji dengan sedikit ekstensi di atas 90 derajat. Otot betis tidak harus meregang. Untuk mengurangi gesekan, sepatu pasien dapat dibuka tapi kaus kaki tetap dipakai. • Lakukan gerakan ini pada sisi yang tidak

lumpuh terlebih dahulu.

• Cek kemampuan pasien melakukan pasif ROM pada sisi yang lumpuh untuk melakukan gerakan ini.

• Instruksikan pada pasien “tarik tumit anda kembali dan ke bawah kursi”.

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan

Skor (maksimal 2):

• 0 – tidak ada gerakan aktif • 1 –dari posisi sedikit

ekstensi, lutut bisa difleksikan tetapi tidak lebih dari 900 atau fleksi pada pinggul sambil mencoba memfleksikan lutut

(6)

berikan skor pada gerakan terbaik. 3b. Dorsofleksi pergelangan kaki

• Pasien duduk, kaki di lantai, dengan lutut menjauh dari kursi. Otot betis tidak harus meregang.

• Lakukan gerakan ini pada sisi yang tidak lumpuh terlebih dahulu.

• Cek kemampuan pasien melakukan pasif ROM pada sisi yang lumpuh pada sendi pergelangan kaki.

• Instruksikan pada pasien “biarkan tumit anda tetap di lanttai, angkat kaki anda”. • Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan

berikan skor pada gerakan terbaik.

Skor (maksimal 2):

• 0 – tidak ada gerakan aktif • 1 – fleksi tidak lengkap

(tumit tetap di lantai dengan batas tengah dan batas lateral bagian depan bebas di lantai selama dorsofleksi)

• 2 –dorsofleksi normal

IV. Gerakan di luar sinergi (berdiri, pinggul 00)

4a. Fleksi lutut

• Pasien berdiri, pinggul 00. Pada kaki yang akan diuji, pinggul 00 lutut difleksikan dan jari kaki pasien menyentuh lantai.

Evaluator dapat memberikan bantuan untuk menjaga keseimbangan dan pasien dapat meletakkan tangannya di atas meja. • Lakukan gerakan ini pada sisi yang tidak

lumpuh terlebih dahulu.

• Cek kemampuan pasien melakukan pasif ROM pada sisi yang lumpuh untuk melakukan gerakan ini. • Instruksikan pada pasien untuk

mengangkat kakinya ke belakang dan menendang tendang ke bawah dengan tumitnya.

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik.

Skor (maksimal 2):

• 0 – lutut tidak dapat fleksi tanpa fleksi pinggul • 1 –lutut fleksi tanpa fleksi

pinggul tapi tidak

mencapai 900 atau pinggul mulai fleksi setelah fase gerakan

• 2 – fleksi lutut lebih dari 900 dengan pinggul tetap ekstensi

4b. Dorsofleksi pergelangan kaki

• Pasien berdiri, pinggul pada 00 . jika otot betis pasien terbatas dalam melakukan gerakan dorsofleksi pada posisi awal, kemudian kaki yang akan diuji dapat diposisikan ke depan, jadi pinggulnya fleksi kira kira 5 derajat dan otot betis tetap diluruskan. Lutut harus tetap ekstensi. Evaluator dapat memberikan bantuan untuk menjaga keseimbangan dan pasien dapat meletakkan tangannya di atas meja. • Lakukan gerakan ini pada sisi yang tidak

lumpuh terlebih dahulu.

Skor (maksimal 2): • Tidak ada gerakan • Gerakan hanya sebagian

(ekstensi lutut tidak penuh, tumit tetap di lantai dengan batas tengah dan batas lateral bagian depan bebas di lantai selama dorsofleksi atau fleksi pada pinggul dan/atau lutut sambil melakukan gerakan dorsofleksi)

(7)

• Cek kemampuan pasien melakukan dorsofleksi pasif ROM pada sisi yang lumpuh.

• Instruksikan pada pasien untuk menjaga agar lututnya tetap ekstensi dan tumit di lantai, kaki diangkat.

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik.

dorsofleksi dengan ekstensi pada lutut dan tumit di lantai

V. Refleks normal • Item ini dimasukkan jika pasien mencapai skor maksimal pada semua item ekstremitas bawah sebelumnya atau sebaliknya skor 0. • Pemeriksa harus menguji refleks patela dan

achilles dengan refleks hammer dan fleksi lutut dengan cepat pada kaki yang lumpuh dan catat apabila refleks hiperaktif atau tidak.

Skor (maksimal 2):

• 0 – dua atau tiga refleks terlihat nyata hiperaktif • 1 – satu refleks terlihat

hiperaktif atau setidaknya 2 refleks terlihat baik

• 2 – tidak lebih dari satu refleks terlihat baik dan tidak ada yang hiperaktif VI.Koordinasi

Duduk: tumit

digerakkan pada kaki sebelahnya dari pergelangan kaki ke lutut

• Pasien diposisikan duduk dengan mata terbuka

• Posisi awal adalah tumit yang akan diuji diletakkan di

pergelangan kaki yang berlawanan. • Lakukan gerakan ini pada sisi yang tidak

lumpuh terlebih dahulu.

• Cek kemampuan pasien melakukan pasif ROM pada sisi yang lumpuh. • Instruksikan pada pasien untuk

menggerakkan tumitnya pada kaki sebelahnya dari pergelangan kaki sampai ke lutut, gerakkan secepat mungkin.

• Gunakan stopwatch untuk mengitung berapa lama waktu yang digunakan pasien untuk melakukan

5 siklus (pergelangan kaki ke lutut ke pergelangan kaki) pengulangan.

• Gunakan aktif ROM pada sisi yang tidak lumpuh sebagai perbandingan pada sisi yang lumpuh.

• Ulangi gerakan yang sama pada sisi yang lumpuh. Rekam waktu kaki yang lumpuh dan tidak lumpuh. Observasi tanda-tanda tremor atau dysmetria selama gerakan tersebut dilakukan.

• Catatan: gerakan ini mencoba untuk

Skor tremor (maksimal 2): • 0 – tremor terlihat nyata • 1 – tremor sedikit • 2 – tidak ada tremor Skor dismetria (maksimal 2):

• 0 – dismetria yang tidak teratur dan nyata

• 1 – dismetria yang teratur dan terlihat sedikit • 2 – tidak ada dysmetria Skor kecepatan (maksimal 2):

• 0 – aktifitas lebih lama 6 detik dari kaki yang tidak lumpuh

• 1 – 2 - 5,9 detik lebih lama dari kaki yang tidak lumpuh

(8)

membedakan stroke pada basal ganglia, talamus atau stroke serebelar, dimana tremor/dismetria merupakan bukti langsung bahwa adanya lesi pada area tersebut. Mayoritas kasus stroke terjadi pada arteri sereberal bagian tengah atau arteri basilar dimana kita menduga. Untuk

mengobservasi paralisis yang

mempengaruhi kecepatan gerakan tapi tidak menyebabkan tremor/dismetia. Pada kasus paralisis menyeluruh observasi adanya indikasi tremor atau dismetria yang mungkin tampak pada wajah, suara, lengan/kaki. Jika tidak ada indikator tremor atau dismetria berikan skor 2 pada item ini dan skor kecepatan nol

Pengkajian Motorik Fugl-Meyer Ekstremitas Atas

Item Prosedur Skor

I.Aktivitas refleks • Pasien duduk.

• Kaji refleks bisep dan trisep

• Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh terlebih dahulu

• Kemudian lakukan pada sisi yang lumpuh.

Skor (maksimal 4): • 0 – tidak ada refleks • 2 – aktifitas refleks ada

II.Sinergi fleksor • Pasien duduk

• Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh terlebih dahulu

• Pada sisi yang lumpuh, cek kemampuan pasien melakukan pasif ROM pada setiap sendi yang akan dikaji.

• Posisi pertama seharusnya ekstensi penuh. Jika pasien tidak bisa secara aktif memulai posisi pertamanya lengan ditempatkan secara pasif di atas lutut sebelahnya dengan adduksi/internal rotasi pada bahu, ekstensi pada siku dan pronasi lengan bawah.

• Instruksikan pada pasien untuk melakukan supinasi lengan bawah, siku difleksikan dengan membawa tangan ke sisi telinga yang lumpuh. Bahu harus abduksi setidaknya 90 derajat.

Skor (maksimal 12):

• 0 – tidak dapat dilakukan seluruhnya

(9)

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik. III.Sinergi ekstensor • Pasien duduk.

• Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh terlebih dahulu.

• Pada sisi yang lumpuh, cek kemampuan pasien melakukan pasif ROM pada setiap sendi yang akan dikaji.

• Posisi pertama seharusnya lengan fleksi dan supinasi. Penguji harus yakin bahwa pasien tidak melakukan rotasi dan fleksi di depan dengan cara membiarkan gravitasi

membantu pergerakan. Pektoralis mayor dan tendon trisep brakialis dapat dipalpasi untuk membantu pergerakan.

• Instruksikan pada pasien untuk melakukan adduksi & internal rotasi pada bahu dan ekstensikan lengan bawah ke arah lutut yang tidak lumpuh dengan pronasi pada lengan bawah.

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik.

Skor (maksimal 6):

• 0 – tidak dapat dilakukan seluruhnya

• 1 – dilakukan sebagian • 2 – dilakukan sempurna Gerakakan yang dinilai: abduksi/internal rotasi pada bahu, ekstensi pada siku dan pronasi lengan bawah.

IV.Gerakan kombinasi sinergi. Pasien diminta untuk melakukan 3 gerakan yang berbeda (4a, 4b,4c)

4a. Tangan ke tulang belakang

• Pasien duduk dengan lengan di samping, bahu pada 0 °, siku

pada 0 °.

• Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh terlebih dahulu.

• Cek kemampuan pasif ROM pasien pada sisi yang lumpuh untuk melakukan gerakan ini.

• Instruksikan pada pasien untuk menempatkan tangannya di belakang punggungnya dengan mengatakan “letakkan tangan anda di belakang punggung anda”.

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik.

Skor (maksimal 2):

• 0 – gerakan tidak spesifik • 1 – tangan harus melewati

tulang iliaka anterior superior (dilakukan sebagian)

• 2 – dilakukan sempurna

4b. Fleksi bahu 900, siku 00:

• Pasien duduk dengan tangan di pangkuan. • Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh

terlebih dahulu.

• Pada sisi yang lumpuh, cek kemampuan pasien melakukan pasif ROM fleksi 900

Skor (maksimal 2):

• 0 – abduksi pada lengan terjadi tiba--tiba, atau fleksi pada siku terjadi saat gerakan dimulai

(10)

pada bahu dan ekstensi pada siku. • Pasien di instruksikan untuk memfleksikan

bahunya 900 dan siku tetap ekstensi. Siku harus tetap ekstensi dan bergerak melewati bahu, lengan bawah bisa pronasi atau posisi di tengah antara pronasi dan supinasi.. • Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan

berikan skor pada gerakan terbaik.

pada siku terjadi pada saat fase gerakan

• 2 – dilakukan sempurna (pasien dapat melakukan fleksi pada bahu dengan siku tetap ekstensi

4c. Pronasi/supinasi lengan bawah, siku 900, bahu 00:

• Pasien duduk dengan lengan di samping, siku difleksikan, dan lengan bawah pada posisi supinasi

• Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh terlebih dahulu.

• Pada sisi yang lumpuh, cek kemampuan pasien melakukan pasif ROM yaitu pronasi dan supinasi.

• Pasien diinstruksikan untuk tetap dalam posisi fleksi pada siku dan melakukan pronasi/supinasi lengan bawah

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik.

Skor (maksimal 2):

• 0 – posisi adduksi pada bahu tepat berada di samping, fleksi pada siku dan pronasi/supinasi tidak dapat dilakukan

• 1 – pronasi/supinasi aktif dapat dilakukan meskipun dalam gerakan yang terbatas, dengan fleksi pada siku 900 dan lengan di samping.

• 2 – pronasi/supinasi lengkap dengan fleksi pada siku 900 dan tangan di samping.

V.Gerakan di luar sinergi.

Pasien diminta untuk melakukan 3 gerakan yang berbeda (5a, 5b, 5c).

5a. Abduksi pada bahu 900, siku 00 dan pronasi pada lengan bawah

• Pasien duduk dengan tangan di samping • Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh

terlebih dahulu.

• Cek kemampuan pasif ROM pasien pada sisi yang lumpuh untuk melakukan gerakan ini.

• Pasien diinstruksikan untuk abduksi bahu 90 °, dengan ekstensi siku (00) dan pergelangan tangan pronasi

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik.

Skor maksimal 2:

• 0 – diawal fleksi siku terjadi atau penyimpangan lain dari pronasi lengan terjadi

• 1 – gerakan dapat dilakukan sebagian, atau selama gerakan terjadi fleksi pada siku, atau lengan bawah tidak tetap dalam posisi pronasi • 2 – dilakukan sempurna

(pasien dapat melakukan abduksi bahu dengan tetap pronasi tanpa fleksi siku 5b. Fleksi bahu dari 900-1800, dan lengan bawah

berada di tengah.

• Pasien duduk dengan siku memanjang dan tangan bertumpu pada lutut.

• Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh terlebih dahulu.

Skor maksimal 2:

(11)

• Cek kemampuan pasif ROM pasien pada sisi yang lumpuh untuk melakukan gerakan ini.

• Pasien diinstruksikan untuk mengangkat bahu di atas 90 °,

dengan siku sepenuhnya diperpanjang dan pergelangan tangan lurus di tengah antara pronasi dan supinasi.

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik.

bahu terjadi selama fleksi bahu (fase setelah gerakan) • 2 – dilakukan sempurna

5c. Pronasi/supinasi lengan bawah, siku 00 dan fleksi bahu 300-90o

• Pasien duduk dengan ekstensi pada siku, bahu difleksikan 300 -900

• Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh terlebih dahulu.

• Cek kemampuan pasif ROM pasien pada sisi yang lumpuh untuk melakukan gerakan ini.

• Pasien diinstruksikan untuk melakukan supinasi dan pronasi pergelangan tangan, dengan bahu tetap fleksi 300-900 dan ekstensi pada siku.

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik.

Skor maksimal 2:

• 0 – supinasi dan pronasi tidak dapat dilakukan atau posisi siku dan bahu tidak bisa dicapai.

• 1 – posisi bahu dan siku tepat dan supinasi dapat dilakukan dalam gerakan terbatas

• 2 – dilakukan sempurna (pronasi dan supinasi lengkap dengan posisi siku dan bahu yang tepat)

VI. Refleks normal

(duduk) •

Item ini dimasukkan jika pasien mencapai skor maksimum pada semua ekstremitas atas, atau sebaliknya nol

• Pemeriksa harus menguji refleks bisep dan trisep dengan refleks hammer dan fleksi jari-jari dengan cepat dan catat apabila ada refleks yang hiperaktif atau tidak.

Skor (maksimal 2):

• 0 – dua atau tiga refleks terlihat nyata hiperaktif • 1 – satu refleks terlihat

hiperaktif atau setidaknya 2 refleks terlihat baik

• 2 – tidak lebih dari satu refleks terlihat baik dan tidak ada yang hiperaktif VII. Wrist

Selama pengkajian pergelangan tangan, sangga bawah siku untuk mengurangi beban pada bahu, bagaimanapun pasien harus menggerakkan siku secara fleksi dengan sudut siku 900 dan

menggerakkan siku

7a. Stabilitas, siku 90’dan bahu 0’

• Pasien duduk dengan tangan di samping • Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh

terlebih dahulu.

• Cek kemampuan pasif ROM pasien pada sisi yang lumpuh untuk melakukan gerakan ini.

• Pasien diinstruksikan untuk melakukan dorsofleksi pergelangan tangan dengan sudut 15 ° (atau kemampuan maksimal) dengan

Skor maksimal 2:

• 0 – pasien tidak dapat melakukan dorsofleksi pergelangan tangan sampai 150

• 1 – dorsofleksi tercapai namun tidak ada tahanan • 2 – posisi dapat

(12)

secara ekstensi dengan sudut siku 0o Pasien diminta untuk melakukan 5 gerakan terpisah (7a,7b, 7c, 7d, 7e)

siku difleksikan pada 90 ° dan bahu 0 °. Jika dorsofleksi maksimal tercapai, berikan sedikit tahanan.

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik.

7b. Fleksi/ ekstensi siku 900 bahu 00

• Pasien duduk dengan tangan di samping • Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh

terlebih dahulu.

• Pasien diinstruksikan mengulang gerakan secara lembut dari posisi fleksi pergelangan tangan 150 sampai ekstensi 150

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik.

Skor maksimal 2:

• 0 – gerakan tidak terjadi • 1 – pasien tidak dapat

menggerakkan pergelangan tangannya secara aktif • 2 – gerakannya sempurna

7c. Stabilitas, siku 00, fleksi bahu 300 • Pasien duduk dengan siku diluruskan,

tangan diletakkan di atas lutut dan lengan bawah dengan posisi pronasi

• Pasien sudah melakukan gerakan pada sisi yang tidak lumpuh terlebih dahulu

• Cek kemampuan pasif ROM pasien pada sisi yang lumpuh untuk melakukan gerakan ini.

• Pasien diinstruksikan untuk melakukan dorsofleksi pergelangan tangan dengan sudut 15 ° (atau kemampuan maksimal) dengan

siku ekstensi dan bahu fleksi 30 °. Jika dorsofleksi maksimal tercapai, berikan sedikit tahanan.

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik.

Skor maksimal 2:

• 0 - Pasien tidak dapat dorsofleksi pegelangan tangan sampai 150 • 1 - dorsofleksi tercapai

namun tidak ada tahanan • 2 – posisi dapat

dipertahankan dengan sedikit tahanan

7d. Fleksi/ekstensi siku 00 dan fleksi bahu 300 • Pasien duduk dengan siku diluruskan,

tangan diletakkan di atas lutut dan lengan bawah dengan posisi pronasi

• Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh terlebih dahulu.

• Pasien diinstruksikan untuk mengulang gerakan dengan lembut dari dorsofleksi maksimal ke fleksi maksimal dengan mengepalkan tangan.

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan

Skor maksimal 2:

• 0 – gerakan tidak terjadi • 1 – pasien tidak dapat

(13)

berikan skor pada gerakan terbaik. 7e. Sirkumduksi

• Pasien duduk dengan tangan disamping, siku membentuk 900 dan lengan bagian bawah posisi pronasi

• Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh terlebih dahulu.

• Cek kemampuan pasif ROM pasien pada sisi yang lumpuh untuk melakukan gerakan ini.

• Pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan sirkumduksi secara perlahan pada pergelangan tangan sampai satu putaran penuh

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik.

Skor maksimal 2:

• 0 – tidak dapat dilakukan • 1 – gerakan tersentak atau

sirkumduksi yang tidak lengkap

• 2 – gerakan sempurna

VIII. Tangan Selama pengkajian tangan asisten dapat diberikan pada siku lengan dan hanya bagian proksimal sampai pergelangan tangan

8a. Fleksi jari-jari

• Pasien duduk dengan tangan diatas meja atau dipangku

• Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh terlebih dahulu.

• Cek kemampuan pasif ROM pasien pada sisi yang lumpuh untuk melakukan gerakan ini.

• Mulai dengan posisi ekstensi jari, instruksikan pada pasien untuk fleksi jari seluruhnya

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik.

Skor maksimal 2:

• 0 – fleksi tidak terjadi • 1 – beberapa fleksi tetapi

gerakannya tidak penuh • 2 – fleksi lengkap

(sebanding dengan sisi yang tidak lumpuh)

8b. Ekstensi jari-jari

• Pasien duduk dengan tangan diatas meja atau dipangku

• Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh terlebih dahulu.

• Cek kemampuan pasif ROM pasien pada sisi yang lumpuh untuk melakukan gerakan ini.

• Mulai dengan fleksi jari, instruksikan pada pasien untuk fleksi jari seluruhnya.

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik.

Skor maksimal 2:

• 0 – ekstensi tidak terjadi • 1 – pasien dapat

melepaskan fleksi genggamannya • 2 – ekstensi lengkap

(sebanding dengan sisi yang tidak lumpuh)

8c. Grasp I

• Pasien duduk dengan tangan diatas meja • Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh

Skor maksimal 2:

(14)

terlebih dahulu.

• Cek kemampuan pasif ROM pasien pada sisi yang lumpuh untuk melakukan gerakan ini.

• Instruksikan pasien untuk ekstensi sendi metakarpopalangeal urutan ke II-V dan fleksi sendi interpalangeal proksimal dan distal. Uji kekuatan tahanan genggaman ini. Katakan pada pasien untuk membayangkan bahwa dia sedang memegang tangkai • Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan

berikan skor pada gerakan terbaik.

• 1 – genggaman lemah • 2 – genggaman dapat

melawan tahanan yang kuat

8d. Grasp II

• Pasien duduk dengan tangan diatas meja • Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh

terlebih dahulu.

• Cek kemampuan pasif ROM pasien pada sisi yang lumpuh untuk melakukan gerakan ini.

• Instruksikan pada pasien untuk abduksi jempolnya untuk menggenggam selembar kertas. Tarik selembar kertas tersebut dengan sedikit hentakan dan katakan pada pasien untuk menahannya.

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik.

Skor maksimal 2:

• 0 – fungsi tidak dapat dilakukan

• 1 – secarik kertas

diletakkan diantara jempol dan jari telunjuk dapat dipegang tapi tidak dapat melawan sedikit tahanan • 2 – kertas digenggam erat

dan mampu melawan tahanan

8e. Grasp III

• Pasien duduk dengan tangan diatas meja • Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh

terlebih dahulu.

• Cek kemampuan pasif ROM pasien pada sisi yang lumpuh untuk melakukan gerakan ini.

• Instruksikan pada pasien untuk memegang pulpen dengan jari jempol dan telunjuk. Tarik pulpen tersebut dengan sedikit hentakan dan katakan pada pasien untuk menahannya

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik.

Skor maksimal 2:

• 0 – fungsi tidak dapat dilakukan

• 1 – pensil diletakkan diantara jempol dan jari telunjuk dapat dipegang tapi tidak dapat melawan sedikit tahanan

• 2 – pensil digenggam erat dan mampu melawan tahanan

Grasp IV

• Pasien duduk dengan tangan diatas meja • Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh

Skor maksimal 2:

(15)

terlebih dahulu.

• Cek kemampuan pasif ROM pasien pada sisi yang lumpuh untuk melakukan gerakan ini.

• Instruksikan pasien untuk memegang kaleng ataupun gelas. Tarik gelas dengan sedikit hentakan dan katakan pada pasien untuk menahannya

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik.

• 1 – kaleng diletakkan diantara jempol dan jari telunjuk dapat digenggam tapi tidak dapat melawan sedikit tahanan

• 2 – kaleng digenggam erat dan mampu melawan tahanan

8g. Grasp V

• Pasien duduk dengan tangan diatas meja • Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh

terlebih dahulu.

• Cek kemampuan pasif ROM pasien pada sisi yang lumpuh untuk melakukan gerakan ini.

• Instruksikan pasien untuk menggenggam bola tennis. Tarik bola tersebut dengan sedikit hentakan dan katakan pada pasiennya untuk menahannya.

• Coba 3 kali pada sisi yang lumpuh dan berikan skor pada gerakan terbaik.

Skor maksimal 2:

• 0 – fungsi tidak dapat dilakukan

• 1 – bola tennis dapat digenggam tapi tidak dapat melawan sedikit tahanan • 2 – bola tennis digenggam

erat dan mampu melawanan tahanan

Koordinasi dan kecepatan

Duduk: jari-jari ke hidung (5 kali pengulangan)

• Pasien duduk dengan mata terbuka • Tangan di atas lutut

• Lakukan pada sisi yang tidak lumpuh terlebih dahulu.

• Cek kemampuan pasif ROM pasien pada sisi yang lumpuh untuk melakukan gerakan ini.

• Instruksikan pada pasien untuk menggerakkan tangannya dari lutut ke hidung dengan cepat

• Catat waktunya untuk melakukan 5 kali putaran dengan menggunakan stopwatch • Ulangi gerakan yang sama pada lengan

yang lumpuh. Rekam waktu untuk sisi lengan yang lumpuh dan tidak lumpuh. Observasi tanda-tanda tremor dan dismetria selama gerakan tersebut dilakukan.

• Catatan: gerakan ini mencoba untuk membedakan stroke pada basal ganglia, talamus atau stroke serebelar, dimana tremor/dismetria merupakan bukti langsung bahwa adanya lesi pada area tersebut.

Skor tremor (maksimal 2): • 0 – tremor terlihat nyata • 1 – tremor sedikit • 2 – tidak ada tremor Skor dysmetria (maksimal 2):

• 0 – dysmetria yang tidak teratur dan terlihat nyata • 1 – dysmetria yang teratur

dan terlihat sedikit • 2 – tidak ada dysmetria Skor kecepatan (maksimal 2): • 0 – aktifitas lebih lama 6

detik dari tangan yang tidak lumpuh

• 1 – 2 - 5,9 detik lebih lama dari tangan yang tidak lumpuh

(16)

Mayoritas kasus stroke terjadi pada arteri sereberal bagian tengah atau arteri basilar dimana kita menduga. Untuk

mengobservasi paralisis yang

(17)

Lembar Penilaian Pengkajian Motorik Fugl-Meyer

Pengkajian Motorik Fugl-Meyer Ekstremitas Atas

Test No. Item Skor Kriteria penilaian

• 1 – dilakukan sebagian • 2 – dilakukan sempurna 4 Retraksi bahu

5 Abduksi (sedikitnya 900) 6 Rotasi eksternal

7 Fleksi siku

8 Supinasi lengan bawah III.Ekstensor

sinergi

9 Adduksi/internal rotasi bahu • 0 – tidak dapat dilakukan seluruhnya

• 1 – dilakukan sebagian • 2 – dilakukan sempurna 10 Ekstensi siku

11 Pronasi lengan bawah

IV.Kombinasi gerakan sinergi

12 Tangan ke tulang belakang • 0 – gerakan tidak spesifik • 1 – tangan harus melewati

tulang iliaka anterior superior • 2 – dilakukan sempurna 13 Fleksi bahu 900, siku 00 • 0 – abduksi pada lengan

terjadi tiba--tiba, atau fleksi pada siku terjadi saat gerakan dimulai

• 1 – abduksi atau fleksi pada siku terjadi pada saat fase gerakan

• 2 – dilakukan sempurna 14 Pronasi/supinasi lengan

bawah dengan siku 900 dan bahu 00

• 0 – posisi bahu dan siku yang benar tidak dapat dicapai, dan/atau pronasi atau supinasi tidak dapat dilakukan

• 1 – pronasi/supinasi aktif dapat dilakukan meskipun dalam gerakan yang terbatas, pada saat yang sama posisi bahu dan siku berada dalam posisi yang tepat.

• 2 – pronasi/supinasi lengkap dengan posisi bahu dan siku berada dalam posisi yang tepat.

V.Gerakan di luar sendi

15 Abduksi bahu 900, siku 00

dan pronasi lengan bawah •

(18)

siku atau penyimpangan lain dari pronasi lengan bawah terjadi

• 1 – gerakan dapat dilakukan sebagian, atau selama gerakan terjadi fleksi pada siku, atau lengan bawah tidak tetap dalam posisi pronasi • 2 – dilakukan sempurna 16 Fleksi bahu 900-1800 siku 00

dan posisi lengan bawah di tengah

• 0 – diawal terjadi fleksi siku atau abduksi bahu

• 1 – fleksi siku atau abduksi bahu terjadi selama fleksi bahu (fase setelah gerakan)

• 2 – dilakukan sempurna 17 Pronasi/supinasi lengan

bawah, siku 00 dan fleksi bahu antara 30-900

• 0 – supinasi dan pronasi tidak dapat dilakukan semuanya atau posisi siku dan bahu tidak tercapai

• 1 –bahu dan siku berada dalam posisi yang tepat dan supinasi dan pronasi dapat dilakukan dalam gerakan terbatas • 2 – dilakukan sempurna VI.Aktivitas

refleks normal

18 Bisep dan/atau fleksor jari dan trisep (item ini hanya untuk pasien yang mampu mencapai skor maksimum pemeriksaan sebelumnya, sebaliknya 0)

• 0 – dua atau tiga refleks terlihat nyata hiperaktif • 1 – satu refleks terlihat

hiperaktif atau setidaknya 2 refleks terlihat baik

• 2 – tidak lebih dari satu refleks terlihat baik dan tidak ada yang hiperaktif

VII.Wrist 19 Stabilitas, siku 900, bahu 00 • 0 – pasien tidak dapat melakukan dorsofleksi

pergelangan tangan sampai 150 • 1 – dorsofleksi tercapai namun

tidak ada tahanan

• 2 – posisi dapat dipertahankan dengan sedikit tahanan 20 Fleksi/ekstensi siku 900 bahu

00 •

0 – gerakan tidak terjadi • 1 – pasien tidak dapat

(19)

dorsofleksi pegelangan tangan sampai 150

• 1 - dorsofleksi tercapai namun tidak ada tahanan

• 2 – posisi dapat dipertahankan dengan sedikit tahanan 22 Fleksi/ekstensi siku 00 bahu

300 •

0 – gerakan tidak terjadi • 1 – pasien tidak dapat

menggerakkan pergelangan tangannya secara aktif • 2 – gerakannya sempurna 23 Sirkumduksi • 0 – tidak dapat dilakukan • 1 – gerakan tersentak atau

sirkumduksi yang tidak lengkap

• 2 – gerakan sempurna VIII.Tangan 24 Fleksi jari-jari • 0 – fleksi tidak terjadi

• 1 – beberapa jari fleksi tetapi gerakannya tidak penuh • 2 – fleksi lengkap (sebanding

dengan sisi yang tidak lumpuh)

25 Ekstensi jari-jari • 0 – ekstensi tidak terjadi • 1 – pasien dapat melepaskan

fleksi genggamannya • 2 – ekstensi lengkap

(sebanding dengan sisi yang tidak lumpuh)

26 Genggaman I: ekstensi sendi metakarpopalangeal dan fleksi sendi interpalangeal proksimal dan distal; genggaman diuji melawan tahanan

• 0 – posisi yang tepat tidak dapat dicapai

• 1 – genggaman lemah

• 2 – genggaman dapat melawan tahanan yang kuat

27 Genggaman II: pasien diinstruksikan untuk adduksi jempol dengan menempatkan secarik kertas.

• 0 – fungsi tidak dapat dilakukan

• 1 – secarik kertas diletakkan diantara jempol dan jari telunjuk dapat dipegang tapi tidak dapat melawan sedikit tahanan

• 2 – kertas digenggam erat dan mampu melawan tahanan 28 Genggaman III: pensil

ditempatkan diantara jari •

(20)

jempol dan telunjuk. • 1 – pensil diletakkan diantara jempol dan jari telunjuk dapat dipegang tapi tidak dapat melawan sedikit tahanan • 2 – pensil digenggam erat dan

mampu melawan tahanan 29 Genggaman IV: Pasien harus

menggenggam kaleng dengan jari pertama dan kedua

• 0 – fungsi tidak dapat dilakukan

• 1 – kaleng diletakkan diantara jempol dan jari telunjuk dapat digenggam tapi tidak dapat melawan sedikit tahanan • 2 – kaleng digenggam erat dan

mampu melawan tahanan 30 Genggaman V: Pasien

menggenggam bola tenis dengan melakukan genggaman bulat atau instruksikan untuk menempatkan jari-jarinya pada

posisinya dengan posisi abduksi ibu jari dan abduksi-fleksi pada jari ke-2, 3, 4 dan ke-5

• 0 – fungsi tidak dapat dilakukan

• 1 – bola tennis dapat digenggam tapi tidak dapat melawan sedikit tahanan • 2 – bola tennis digenggam erat

dan mampu melawanan tahanan

IX.Koordinasi/ Kecepatan Jari-jari dari lutut ke hidung ( 5 kali

teratur dan terlihat nyata • 1 – dysmetria yang teratur dan

terlihat sedikit

• 2 – tidak ada dysmetria 33 Kecepatan • 0 – aktifitas lebih lama 6 detik

dari tangan yang tidak lumpuh • 1 – (2 - 5,9) detik lebih lama

dari tangan yang tidak lumpuh • 2 – Perbedaannya kurang dari

(21)

Pengkajian Motorik Fugl-Meyer Ekstremitas Bawah

Test No. Item Skor Kriteria penilaian

I. Aktivitas refleks 34 Achilles • 0 - tidak ada refleks • 2 – aktifitas refleks ada. 35 Patela

IIA. Fleksor sinergi 36 Fleksi pinggul • 0 – tidak dapat dilakukan seluruhnya

• 1 – sebagian gerakan • 2 – semua gerakan 37 Fleksi lutut

38 Dorsofleksi pergelangan kaki

IIB.Ekstensor sinergi 39 Ekstensi pinggul • 0 – tidak bisa dilakukan • 1 – sebagian gerakan • 2 – semua gerakan 40 Abduksi

41 Ekstensi lutut

42 Plantar fleksi pergelangan kaki lutut bisa difleksikan tetapi tidak lebih dari 900 • 2 – fleksi lutut lebih dari

900 44 Dorsofleksi pergelangan

kaki •

0 – tidak ada gerakan • 1 – fleksi tidak lengkap • 2 – dorsofleksi normal IV.Gerakan di luar

sinergi

45 Fleksi lutut • 0 – lutut tidak dapat fleksi tanpa fleksi pada pinggul

• 1 – lutut mulai fleksi tanpa fleksi pada pinggul tapi tidak mencapai 900 atau fleksi pada pinggul terjadi selama gerakan • 2 – gerakan sempurna 46 Dorsofleksi pergelangan

kaki

• Gerakan tidak aktif • Gerakan sebagian • Gerakan penuh V.Refleks normal 47 Fleksi lutut, patela, achilles

(item ini hanya untuk pasien yang mampu mencapai skor maksimum pada pemeriksaan

sebelumnya atau sebaliknya 0)

• 0 – dua atau tiga refleks terlihat nyata hiperaktif • 1 – satu refleks terlihat

hiperaktif atau setidaknya 2 refleks terlihat baik

(22)

kecepatan • 1 – tremor sedikit • 2 – tidak ada tremor 49 Dismetria • 0 – dismetria yang tidak

teratur dan nyata

• 1 – dismetria yang teratur dan terlihat sedikit • 2 – tidak ada dismetria 50 Kecepatan • 0 – aktifitas lebih lama 6

detik dari kaki yang tidak lumpuh

• 1 – (2-5,9) detik lebih lama dari kaki yang tidak lumpuh

• 2 – Perbedaannya kurang dari 2 detik

Total ekstremitas bawah Maksimal = 34

(23)

Lampiran 3 JADWAL TENTATIF PENELITIAN

(24)

Lampiran 4 HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Data Demografi

Statistics

Usia Jenis Kelamin

Lama menderita

stroke

Bagian yang

Hemiplegia Stroke

N Valid 30 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0 0

Mean 2.53 1.43 1.33 1.60 1.17

Median 3.00 1.00 1.00 2.00 1.00

Minimum 1 1 1 1 1

Maximum 4 2 3 2 2

Sum 76 43 40 48 35

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 36-45 5 16.7 16.7 16.7

46-55 9 30.0 30.0 46.7

56-65 11 36.7 36.7 83.3

di atas 65 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-laki 17 56.7 56.7 56.7

perempuan 13 43.3 43.3 100.0

(25)

Lama menderita stroke

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 minggu pertama 22 73.3 73.3 73.3

2-24 minggu 6 20.0 20.0 93.3

di atas 24 minggu 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Bagian yang Hemiplegia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid kiri 12 40.0 40.0 40.0

kanan 18 60.0 60.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Stroke

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid pertama 25 83.3 83.3 83.3

berulang 5 16.7 16.7 100.0

(26)

2. Status Fungsi Motorik Pasien Pasca Stroke

Status Fungsi Motorik Pasien Pasca Stroke

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid hemiplegia berat 22 73.3 73.3 73.3

hemiplegia

mencolok/nyata 6 20.0 20.0 93.3

hemiplegia sedang 1 3.3 3.3 96.7

hemiplegia ringan 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

P1=Refleks Bisep

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid aktifitas refleks ada 30 100.0 100.0 100.0

P2=Refleks Trisep

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid aktifitas refleks ada 30 100.0 100.0 100.0

P3=Elevasi

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dapat dilakukan

seluruhnya 22 73.3 73.3 73.3

dilakukan sebagian 2 6.7 6.7 80.0

dilakukan sempurna 6 20.0 20.0 100.0

(27)

P4=Retraksi Bahu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dapat dilakukan

seluruhnya 22 73.3 73.3 73.3

dilakukan sebagian 3 10.0 10.0 83.3

dilakukan sempurna 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P5=Abduksi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dapat dilakukan

seluruhnya 22 73.3 73.3 73.3

dilakukan sebagian 3 10.0 10.0 83.3

dilakukan sempurna 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P6=Rotasi Eksternal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dapat dilakukan

seluruhnya 22 73.3 73.3 73.3

dilakukan sebagian 6 20.0 20.0 93.3

dilakukan seluruhnya 2 6.7 6.7 100.0

(28)

P7=Fleksi Siku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dapat dilakukan

seluruhnya 22 73.3 73.3 73.3

dilakukan sempurna 8 26.7 26.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P8=Supinasi lengan bawah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dapat dilakukan

seluruhnya 22 73.3 73.3 73.3

dilakukan sempurna 8 26.7 26.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P9=Adduksi/intenal rotasi bahu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dapat dilakukan

seluruhnya 22 73.3 73.3 73.3

dilakukan sebagian 6 20.0 20.0 93.3

dilakukan sempurna 2 6.7 6.7 100.0

(29)

P10=Ekstensi siku

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dapat dilakukan

seluruhnya 22 73.3 73.3 73.3

dilakukan sempurna 8 26.7 26.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P11=Pronasi lengan bawah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dapat dilakukan

seluruhnya 22 73.3 73.3 73.3

dilakukan sempurna 8 26.7 26.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P12=Tangan ke tulang belakang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid gerakan tidak spesifik 22 73.3 73.3 73.3

tangan harus melewati

tulang iliaka anterior

superior

6 20.0 20.0 93.3

dilakukan sempurna 2 6.7 6.7 100.0

(30)

P13=Fleksi bahu 90 derajat, siku 0 derajat

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid abduksi pada lengan terjadi

tiba-tiba, atau fleksi pada siku terjadi

saat gerakan dimulai

22 73.3 73.3 73.3

dilakukan sempurna 8 26.7 26.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P14=Pronasi/supinasi lengan bawah

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid posisi bahu dan siku yang benar

tidak dapat dicapai, pronasi/supinasi

tidak dapat dilakukan 22 73.3 73.3 73.3

pronasi/supinasi lengkap dengan

posisi bahu dan siku berada dalam

posisi yang tepat

8 26.7 26.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P15=Abduksi bahu 90 derajat, siku 0 derajat dan pronasi lengan bawah

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid diawal terjadi fleksi pada siku

atau penyimpangan lain dari

pronasi lengan bawah

22 73.3 73.3 73.3

gerakan sempurna 8 26.7 26.7 100.0

(31)

P16=Fleksi bahu 90 derajat-180 derajat dan posisi lengan bawah di tengah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid diawal terjadi fleksi siku atau

abduksi bahu 22 73.3 73.3 73.3

fleksi siku atau abduksi bahu

terjadi selama fleksi bahu 1 3.3 3.3 76.7

dilakukan sempurna 7 23.3 23.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

P17=Pronasi/supinasi lengan bawah, siku 0 derajat dan fleksi bahu antara 30-90 derajat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid supinasi dan pronasi tidak

dapat dilakukan semuanya,

posisi bahu dan siku tidak

tercapai

22 73.3 73.3 73.3

dilakukan sempurna 8 26.7 26.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P18=Aktivitas refleks normal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid lebih dari satu refleks

terlihat baik dan tidak ada

yang hiperaktif

(32)

P19=Stabilitas, siku 90 derajat, bahu 0 derajat

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid pasien tidak dapat melakukan

dorsofleksi pergelangan tangan

sampai 15 derajat

24 80.0 80.0 80.0

dorsofleksi tercapai namun tidak

ada tahanan 2 6.7 6.7 86.7

posisi dapat dipertahankan

dengan sedikit tahanan 4 13.3 13.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

P20=Fleksi/ekstensi siku 90 derajat bahu 0 derajat

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid gerakan tidak terjadi 24 80.0 80.0 80.0

pasien tidak dapat menggerakkan

pergelangan tangannya secara aktif 1 3.3 3.3 83.3

gerakkannya sempurna 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P21=Stabilitas, siku 0 derajat bahu 30 derajat

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid pasien tidak dapat dorsofleksi

pergelangan tangan sampai 15 derajat 24 80.0 80.0 80.0

dorsofleksi tercapai namun tidak ada

tahanan 2 6.7 6.7 86.7

posisi dapat dipertahankan dengan

sedikit tahanan 4 13.3 13.3 100.0

(33)

P22=Fleksi/ekstensi siku 0 derajat bahu 30 derajat

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid gerakan tidak terjadi 24 80.0 80.0 80.0

pasien tidak dapat menggerakkan

pergelangan tangannya secara aktif 1 3.3 3.3 83.3

gerakkannya sempurna 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P23=Sirkumduksi

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dapat dilakukan 23 76.7 76.7 76.7

gerakan tersentak atau sirkumduksi

yang tidak lengkap 2 6.7 6.7 83.3

gerakannya sempurna 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P24=Fleksi jari-jari

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid fleksi tidak terjadi 22 73.3 73.3 73.3

beberapa jari fleksi tetapi gerakannya

tidak penuh 1 3.3 3.3 76.7

fleksi lengkap 7 23.3 23.3 100.0

(34)

P25=Ekstensi jari-jari

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ekstensi tidak terjadi 22 73.3 73.3 73.3

pasien dapat melepaskan

fleksi genggamannya 1 3.3 3.3 76.7

ekstensi lengkap 7 23.3 23.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

P26=Genggaman 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid posisi yang tepat tidak dapat

dicapai 22 73.3 73.3 73.3

genggaman lemah 3 10.0 10.0 83.3

genggaman dapat melawan

tahanan yang kuat 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P27=Genggaman 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid fungsi tidak dapat dilakukan 22 73.3 73.3 73.3

kertas dapat dipegang tapi

tidak dapat melawan sedikit

tahanan

3 10.0 10.0 83.3

kertas digenggam erat dan

mampu melawan tahanan 5 16.7 16.7 100.0

(35)

P28=Genggaman 3

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid fungsi tidak dapat dilakukan 22 73.3 73.3 73.3

pensil dapat dipegang tapi tidak dapat

melawan sedikit tahanan 3 10.0 10.0 83.3

pensil digenggam erat dan mampu

melawan tahanan 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P29=Genggaman 4

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid fungsi tidak dapat dilakukan 22 73.3 73.3 73.3

kaleng dapat digenggam tapi tidak dapat

melawan sedikit tahanan 3 10.0 10.0 83.3

kaleng digenggam erat dan mampu

melawan tahanan 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P30=Genggaman 5

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid fungsi tidak dapat dilakukan 22 73.3 73.3 73.3

bola tennis dapat digenggam tapi tidak

dapat melawan sedikit tahanan 3 10.0 10.0 83.3

bola tennis digenggam erat dan mampu

melawan tahanan 5 16.7 16.7 100.0

(36)

P31=Tremor

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tremor terlihat nyata 22 73.3 73.3 73.3

tremor sedikit 4 13.3 13.3 86.7

tidak ada tremor 4 13.3 13.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

P32=Dysmetria

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid dismetria tidak teratur dan

terlihat nyata 24 80.0 80.0 80.0

dismetria yang teratur dan

terlihat sedikit 2 6.7 6.7 86.7

tidak ada dismetria 4 13.3 13.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

P33=kecepatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid aktifitas lebih lama 6 detik

dari tangan yang tidak

lumpuh

24 80.0 80.0 80.0

1-5,9 detik lebih lama dari

tangan yang tidak lumpuh 3 10.0 10.0 90.0

perbedaannya kurang dari 2

detik 3 10.0 10.0 100.0

(37)

P34=Achilles

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid aktifitas refleks ada 30 100.0 100.0 100.0

P35=Patela

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid aktifitas refleks ada 30 100.0 100.0 100.0

P36=Fleksi pinggul

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dapat dilakukan

seluruhnya 22 73.3 73.3 73.3

sebagian gerakan 5 16.7 16.7 90.0

semua gerakan 3 10.0 10.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

P37=Fleksi lutut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dapat dilakukan

seluruhnya 22 73.3 73.3 73.3

semua gerakan 8 26.7 26.7 100.0

(38)

P38=Dorsofleksi pergelangan kaki

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dapat dilakukan

seluruhnya 28 93.3 93.3 93.3

semua gerakan 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P39=Ekstensi pinggul

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak bisa dilakukan 26 86.7 86.7 86.7

sebagian gerakan 2 6.7 6.7 93.3

semua gerakan 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P40=Abduksi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak bisa dilakukan 24 80.0 80.0 80.0

sebagian gerakan 4 13.3 13.3 93.3

semua gerakan 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P41=Ekstensi lutut

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak bisa dilakukan 22 73.3 73.3 73.3

sebagian gerakan 6 20.0 20.0 93.3

semua gerakan 2 6.7 6.7 100.0

(39)

P42=Plantar fleksi pergelangan kaki

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak bisa dilakukan 22 73.3 73.3 73.3

sebagian gerakan 2 6.7 6.7 80.0

semua gerakan 6 20.0 20.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

P43=Fleksi lutut lebih dari 90 derajat

Frequenc

y Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak ada gerakan aktif 22 73.3 73.3 73.3

dari posisi ekstensi lutut bisa difleksikan

tetapi tidak lebih dari 90 derajat 2 6.7 6.7 80.0

fleksi lutut lebih dari 90 derajat 6 20.0 20.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

P44=Dorsofleksi pergelangan kaki

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak ada gerakan 28 93.3 93.3 93.3

dorsofleksi normal 2 6.7 6.7 100.0

(40)

P45=Fleksi lutut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid lutut tidak dapat fleksi tanpa

fleksi pada pinggul 25 83.3 83.3 83.3

lutut mulai fleksi tanpa fleksi

pada pinggul 1 3.3 3.3 86.7

gerakan sempurna 4 13.3 13.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

P46=Dorsofleksi pergelangan kaki

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid gerakan tidak aktif 28 93.3 93.3 93.3

gerakan sebagian 1 3.3 3.3 96.7

gerakan penuh 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

P47=Refleks normal

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid dua atau tiga refleks terlihat nyata

hiperaktif 1 3.3 3.3 3.3

satu refleks terlihat hiperaktif atau

setidaknya dua refleks terlihat baik 3 10.0 10.0 13.3

lebih dari satu refleks terlihat baik dan

tidak ada yang hiperaktif 26 86.7 86.7 100.0

(41)

P48=Tremor

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tremor terlihat nyata 21 70.0 70.0 70.0

tremor sedikit 7 23.3 23.3 93.3

tidak ada tremor 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

P49=Dysmetria

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid dismetria yang tidak teratur

dan nyata 24 80.0 80.0 80.0

dismetria yang teratur dan

terlihat sedikit 5 16.7 16.7 96.7

tidak ada dismetria 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

P50=Kecepatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid aktivitas lebih lama 6 detik

dari kaki yang tida lumpuh 24 80.0 80.0 80.0

1-5,9 detik lebih lama dari

kaki yang tidak lumpuh 6 20.0 20.0 100.0

(42)

Lampiran 5 1. Status fungsi motorik pasien pasca stroke * Usia Crosstabulation

Usia

Total 36-45 46-55 56-65

di atas 65 Status fungsi

motorik pasien pasca stroke

hemiplegia berat 4 6 8 4 22

hemiplegia mencolok/tampak nyata

0 2 3 1 6

hemiplegia sedang 1 0 0 0 1

hemiplegia ringan 0 1 0 0 1

(43)

Lampiran 6

2. Status fungsi motorik pasien pasca stroke * Jenis Kelamin Crosstabulation

Jenis Kelamin

Total Laki-laki perempuan

Status fungsi motorik pasien pasca stroke

hemiplegia berat 11 11 22

hemiplegia

mencolok/tampak nyata 6 0 6

hemiplegia sedang 0 1 1

hemiplegia ringan 0 1 1

(44)

Lampiran 7 3. Status fungsi motorik pasien pasca stroke * Lama menderita stroke

Crosstabulation

Lama menderita stroke

Total 2 minggu

pertama

2-24 minggu

di atas 24 minggu Status fungsi motorik

pasien pasca stroke

hemiplegia berat 15 5 2 22

hemiplegia mencolok/tampak nyata

5 1 0 6

hemiplegia sedang 1 0 0 1

hemiplegia ringan 1 0 0 1

(45)

Lampiran 8

4. Status fungsi motorik pasien pasca stroke * Bagian yang Hemiplegia Crosstabulation

Bagian yang Hemiplegia

Total kiri kanan

Status fungsi motorik pasien pasca stroke

hemiplegia berat 9 13 22

hemiplegia

mencolok/tampak nyata 2 4 6

hemiplegia sedang 1 0 1

hemiplegia ringan 0 1 1

(46)

Lampiran 9

5. Status fungsi motorik pasien pasca stroke * Stroke Crosstabulation

Stroke

Total pertama berulang

Status fungsi motorik pasien pasca stroke

hemiplegia berat 19 3 22

hemiplegia

mencolok/tampak nyata 4 2 6

hemiplegia sedang 1 0 1

hemiplegia ringan 1 0 1

(47)

Lampiran 10 6. Stroke * Usia Crosstabulation

Usia

Total 36-45 46-55 56-65 di atas 65

Stroke pertama 5 9 6 5 25

berulang 0 0 5 0 5

(48)

Lampiran 11 7. Bagian yang Hemiplegia * Usia Crosstabulation

Usia

Total 36-45 46-55 56-65 di atas 65

Bagian yang Hemiplegia

Kiri 2 3 5 2 12

Kanan 3 6 6 3 18

(49)
(50)
(51)

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 12

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 12

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 12

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 12

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 12

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 12

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 12

(52)

Lampiran 13 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : May Ciska Sijabat

Tempat Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 18 Mei 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

Alamat : Jl. Jamin Ginting No. 401 Padang Bulan, Medan Riwayat Pendidikan :

(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Beebe, J. A., & Lang C. E. (2009). Active Range of Motion Predicts Upper Extremity Function 3 Months After Stroke, Stroke, ahajournals 40:1772-1779. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2015 dari

Burhanuddin, M., Wahiduddin., Jumriani. (2013). Faktor risiko kejadian stroke pada dewasa awal (18-40 tahun) di Kota Makassar tahun 2010-2012. Jurnal. Diakses pada tanggal 28 Juli 2016 dari

http://strokeahajournals.org/

Cahyati, Y., Nurachmah, E., Hastono, P.S. (2013). Perbandingan peningkatan kekuatan otot pasien hemiparese melalui latihan range of motion unilateral dan bilateral. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 16 No.1, hal 40-46. Diakses pada tanggal 29 Juli 2016 dari

Dinata, C.A., Safitra, Y., Sastri, S. (2013). Gambaran faktor risiko dan tipe stroke pada pasien rawat inap di bagian penyakit dalam RSUD Kabupaten Solok Selatan periode 1 Januari 2010 – 31 Juni 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(2). Diakses pada tanggal 29 Juli 2016 dari Duncan, P. W., Zorowitz, R., Bates, B., Choi, J. Y., Glasberg, J. J., Graham, G. D.,

Katz, R. C., Lamberty, K., & Reker, D. (2005). Management of adult stroke rehabilitation care a clinical practice guideline, ahajournals 36:e100-e143. Diakses tanggal 04 November 2015 dari

Feladita, N. (2014). Analisis biaya terapi stroke hemoragi pada pasien rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta November 2011-2013. Tesis, Universitas Gadjah Mada. Diunduh pada tanggal 12 Maret 2016 dari

http://strokeahajournals.org/

(63)

Ginsberg, L. (2008) Lecturenotes: neurologi. Ed, 8. Jakarta: Erlangga Medical Series.

Guyton & Hal. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC.

Hariyati, T.S., Sumarwati, M., & Handiyani, H. (2004). Pengaruh manajemen stres terhadap kesiapan pasien stroke dan keluarga dalam merencanakan perilaku adaptif pasca perawatan di rumah sakit. Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol.8, No.1, 13-17. Diunduh pada tanggal 27 Januari 2016 dari

Harrison. (2000). Harrison’s principles of internal medicine. Isselbacher, K. J., Braunwald, E., Wilson, J. D., Martin, J. B., Fauci, A. S., & Kasper, D. L. (editor). Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC.

http://jki.ui.ac.id./

Kabi, G. Y. R., Tumewah, R., Kembuan, M. A. H. N. (2015). Gambaran faktor risiko pada penderita stroke iskemik yang dirawat inap neurologi RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado periode Juli 2013 – Juni 2013. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 1. Diakses pada tanggal 26 Juli 2016 dari

Murtutik, L., & Wigatiningsih, H. (2010). Hubungan aktivitas dasar sehari-hari dengan tingkat depresi pada pasien stroke di ruang anggrek I RSUD DR moewardi surakarta. Jurnal ilmu keperawatan indonesia Vol.1, No.1. Diunduh pada tanggal 27 Januari 2016 dari

Muttaqin. A. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2009). Konsep dan penerapan metodologi illmu keperawatan pedoman

skripsi, tesis dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

(64)

impaired stroke, Phys Ther, 95:103-108. Diakses tanggal 04 November 2015 dari

Patmawati, P., Lisal, S, T., Singara T. (2014). Perbandingan gangguan kognitif dan kualitas hidup berdasarkan letak lesi pasien pasca stroke iskemik. Jurnal. Jurnal. Diunduh pada tanggal 10 Agustus 2016 dari

Persson, H. C., Murphy, M. A., Dannielsson, A., Nilsson, A. L., & Sunnerhagen, K. S. (2015). A cohort study investigating a simple, early assessment to predict upper extremity function after stroke. Journal, DOI: 10.1186/s12883. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2015 dari

Price, S. A., & Wilson, L. M. (1995). Pathophysiology clinical concepts of disease processes. Anugerah, P., & Wijaya, C. (editor). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.

Purwanti, O. S., & Maliya, A. (2008). Rehabilitasi pasca stroke. Berita Ilmu Keperawatan, Vol . 1 No.1, Maret 2008 :43-46. Diunduh pada tanggal 11

Agustus 2016 dari

Rasyid, A., & Soertidewi, L. (2007). Unit stroke: manajemen stroke secara komprehensif. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013).

Rumahorbo, M., Erlia, C., D’arc, J., Wahyuni, E., Takarina, I. (2014). Jakarta: GAIA Sanford, J., Moreiand, J., Swanson, L. R., Stratford, P. W., & Gowiand, C., (1993).

Reliability of the fugl-meyer assessment for testing motor performance in patients following stroke. Journal, Phys Ther, 73:447-454. Diakses pada tanggal 15 September dari

Shofa, M. I. (1999). Gambaran penderita stroke yang kembali bekerja pasca rawat inap di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Tesis. Diunduh pada tanggal 10 Agustus 2016 dari

(65)

Siswanto, Y. (2005) Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi kejadian stroke berulang

(studi kasus di RS Dr. Kariadi Semarang. Jurnal. Diakses pada tanggal 28 Juli 2016

dar

Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.

Stanley, M., & Beare, P. G. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik. Jakarta: EGC. Sullivan, K. J., Tilson, J. K., Cen, S. Y., Rose, D. K., Hershberg, J., Correa, A.,

Gallichio, J., McLeod, M., Moore, C., Wu, S. S., & Duncan, P. W. (2011). Fugl-meyer assessment of sensorimotor function after stroke standardized training procedure for clinical practice and clinical trials, ahajournals, 42:427-432. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2015 dari

Wasay, M., Khatri, I. A., & Kaul, S. (2014). Stroke in south asian countries, Journal,Neurol, 10,135-143. Diakses pada tanggal 04 November 2015 dari http://strokeahajournals.org/

Wirawan, R.P.(2009). Rehabilitasi stroke pada pelayanan kesehatan primer. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol.59, No.2. Diakses pada tanggal 12 Februari 2016

dari

(66)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi status fungsi motorik pasien pasca stroke di RSUP H. Adam Malik Medan.

Skema 3.1 Kerangka penelitian status fungsi motorik pasien pasca stroke di RSUP H. Adam Malik Medan

Status fungsi motorik pasien pasca stroke :

a. Ekstremitas atas:

- Bahu/siku/lengan bawah - Pergelangan tangan - Tangan

- Koordinasi/kecepatan a. Ekstremitas bawah:

- Pangkal

paha/lutut/pergelangan kaki - Koordinasi/kecepatan

1. Hemiplegia berat 2. Hemiplegia

(67)

3.2.Defenisi Operasional

Variabel Defenisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

Status

Suatu keadaan fungsi ekstremitas atas (bahu, siku, lengan bawah, pergelangan tangan,

tangan dan koordinasi/kecepatan)

dan ekstremitas bawah

(pinggul, lutut, pergelangan kaki dan

koordinasi/kecepatan)

(68)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1.Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk melihat status fungsi motorik pasien pasca stroke di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.2.Populasi dan Sampel 2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengalami stroke di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian yang dilakukan di ruang neurologi pada Mei 2015 didapati total pasien stroke yang dirawat inap sebanyak 32 orang.

2.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini peneliti menentukan jumlah sample menurut Nursalam (2009) dengan rumus Slovin:

n = N

1+N (d)2 n = 32

(69)

n = 32

1+0,08)

n = 29,62

n dibulatkan menjadi 30 Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Tingkat signifikansi (0,05)

Jumlah sampel yang didapatkan adalah 30 orang. Pengambilan sampel diambil dengan cara non probability sampling melalui purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah:

1. Pasien yang mengalami stroke di RSUP H. Adam Malik Medan 2. Bersedia menjadi responden

3. Pasien dengan kesadaran penuh 4. Pasien stroke dengan hemiplegia

4.3.Lokasi dan Waktu Penelitian

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik  Pasien yang Mengalami
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Status Fungsi Motorik Pasien Pasca

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status hemodinamik pasien pasca bedah Ruang ICU Pasca Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dengan menggunakan desain deskriptif

tidak terjadi efek samping obat namun tidak tepat dosis untuk pemberian Na.Diklofenak pada pasien. Namun pasien mengalami kategori

Setelah mempelajari dan mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai penelitian yang berjudul “ Perbandingan Perubahan Fungsi Kognitif Terhadap Pasien Stroke Hemoragik

Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan yang bermakna untuk fungsi kognitif antara pasien stroke iskemik dan stroke hemoragik di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik

terhadap status fungsi menelan pada pasien stroke dengan disfagia di RSUP Haji. Adam

Bivariat untuk mengetahui hubungan antara kadar serum asam urat terhadap fungsi ginjal pada pasien BSK, dimana pada penelitian ini uji yang digunakan adalah uji

Kegiatan studi kasus meliputi visite (kunjungan) terhadap pasien, memberikan pemahaman dan dorongan kepada pasien untuk tetap mematuhi terapi yang telah ditetapkan oleh

Pasien dengan curah jatung yang rendah dapat mempertahankan tekanan darah normalnya melaui vasokontriksi, sedangkan pasien dengan vasodilatasi mungkin mengalami hipotensi