• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Minyak Inti Sawit Dengan Ekstraksi Sokletasi Dan Kadar Air Inti Sawit Dengan Menggunakan Alat Moisture Balance Di PT. Multimas Nabati Asahan – Batu Bara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Kadar Minyak Inti Sawit Dengan Ekstraksi Sokletasi Dan Kadar Air Inti Sawit Dengan Menggunakan Alat Moisture Balance Di PT. Multimas Nabati Asahan – Batu Bara"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

http://ptpn2.com/main/index.php/produkpemasaran/produk/kelapa sawit di akses tanggal 30 april 2013

http://chemedu09.wordpress.com/2011/05/08/sokletasi diakses tanggal 29 april 2013

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24115/5/Abstract.pdf diakses tanggal 7 mei 2013

Fauzi, Y, dkk. 2002. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta

Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Universitas Indonesia. Jakarta.

Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajdah Mada University Press. Yogyakarta.

Naibaho, P.M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Penulis, T. 1996. Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV (persero). Sumatera Utara.

(2)

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1. Alat - Alat

a. Gilingan Inti

b. Spatula

c. Beaker Glass 250 mL pyrex

d. Timble

e. Kapas

f. Labu Ekstraksi 250 mL pyrex

g. Neraca analitik 4 desimal sartorius

h. Oven memert

i. Desikator

j. Heathing mentle

k. Kondensor

l. Moisture balance sartorius

m. Aluminium plate

n. Penjepit

3.2. Bahan

a. Inti sawit

b. n-heksan pa

(3)

3.3. Prosedur

A. Kadar Air Inti Sawit

1. Dihaluskan inti sawit ± 50 g dengan menggunakan gilingan inti

2. Ditekan tombol ON/OFF untuk menghidupkan alat moisture balance

3. Ditempatkan aluminium plate ke dalam moisture balance kemudian

ditekan tombol tarra untuk pembacaan 0,00 g

4. Ditimbang ± 20 g sampel inti sawit yang halus k dalam aluminium plate

5. Ditekan tombol start untuk proses pengeringan.

6. Dibiarkan proses pemnasan berlangsung sampai alat mati secara otomatis

dan bunyi tit yang menandakan kandungan air dalam sampel telah habis.

Angka yang tertera menunjukkan kadar air sampel dalam satuan persen

(%)

B. Kadar Minyak Inti Sawit

1. Giling halus sampel inti sawit dan masukkan ke dalam beaker glass

kemudian masukkan ke dalam oven pada suhu 105oC. Kemudian

ditimbang sebagai berat awal.

2. Masukkan sampel kering inti sawit kedalam timble dan ditutup dengan

kapas.

3. Tempatkan timble berisi sampel kedalam sokhlet ekstraksi.

4. Isi labu dengan n-heksan. Hubungkan labu dengan alat sokhlet dan

kemudian diekstraksi diatas pemanas pada suhu 70oC selama ± 2 jam.

Biarkan hingga beberapa siklus hingga semua minyak pada inti sawit turun

(4)

5. Uapkan campuran tersebut hingga n-heksan habis menguap.kemudian

dioven ± ½ hingga n-heksan benar-benar habis menguap.

6. Keluarkan labu dari oven dengan menggunakan penjepit dan didinginkan.

7. Ditimbang memekai neraca analitik 4 desimal hingga diperoleh berat

konstan.

3.4. Perhitungan

Minyak inti (%) =(A)− (B)

(C) x 100

Ket : A = berat labu didih kosong

B = berat labu didih + minyak inti sawit

(5)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil analisa kadar air inti kelapa sawit dan kadar minyak inti kelapa sawit

dittunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Analisa Kadar Air Inti Kelapa Sawit

No Tanggal Nama Sampel Kadar Air (%)

Tabel 4.2. Analisa Kadar Minyak Inti Sawit

(6)

4.2. Perhitungan Data

Pernitungan data No 1 pada tabel 4.2 saebagai berikut:

Kadar minyak (%) = 119,1177−110,3395

17,4657 x 100

= 8,7775

17,4657 x 100

= 50,26 %

Data selengkapnya pada tabel 4.2

4.3. Pembahasan

Dari data 4.1 diperoleh hasil analisa kadar air inti sawit telah memenuhi

standar mutu yang telah ditetapkan yaitu pada tanggal 12 Maret 2013 sebesar

4,91% ; pada tanggal 13 Maret 2013 sebesar 4,02% ; pada tanggal 14 Maret 2013

sebesar 4,66% ; pada tanggal 15 Maret 2013 sebesar 3,60 % ; pada tanggal 16

Maret 2013 5,39 %. Kandungan kadar air yang terdapat dalam minyak inti sawit

sangat mempengaruhi mutu minyak inti sawit. Besarnya kandungan kadar air

disebabkan karena proses penyimpanan inti sawit yang terlalu lama. Tingginya

kadar Air dapat menyebabkan minyak berbau tengik dan menurunkan mutu

minyak inti sawit tersebut.

Data 4.2 diperoleh hasil analisa kadar minyak inti sawit telah memenuhi

standar mutu yang telah ditetepkan yaitu pada tanggal 12 Maret 2013 sebesar

50,26% ; pada tanggal 13 Maret 2013 sebesar 50,68% ; pada tanggal 14 Maret

(7)

16 Maret 2013 sebesar 48,90%. Seperti jenis minyak yang lain, minyak sawit

tersusun dari unsur-unsur C, H dan O. Minyak sawit ini terdiri dari fraksi padat

dan fraksi cair dengan perbandingan yang seimbang. Penyusun fraksi padat terdiri

dari asam lemak jenuh, antara lain asam miristat (1%), asam palmitat (45%), dan

asam stearat. Sedangkan fraksi cair tersusun dari asam lemak tidak jenuh yang

(8)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil analisa dilaboratorium PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA

TANJUNG BATUBARA mulai dari tanggal 12 Maret 2013 sampai 16 Maret

2013 diperoleh nilai rata-rata kadar inti sawit 4,516% dan diperoleh nilai rata-rata

kadar minyak inti sawit 49,918%. Hasil analisa pada laboratorium PT. Multimas

Nabati Asahan sesuai dengan standar mutu kadar air yang ditetapkan yaitu 7 %

dan kadar minyak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan yaitu 60%.

5.2. Saran

Disarankan untuk peniliti selanjutnya agar memperbanyak pengetahuan mengenai

inti sawit dengan alat yang lebih modern agar dapat diketahui perbedaan dari alat

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis quinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis

golongan palma yang termasuk tanaman tahunan. Tanaman kelapa sawit sudah

mulai menghasilkan pada umur 24-30 bulan. Buah yang pertama keluar masih

dinyatakan dengan buah pasir artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena

masih mengandung minyak yang rendah.

Dalam satu pohon dijumpai bungan betina dan bunga jantan yang berbeda,

sehingga penyerbukannya disebut penyerbukan silang. Jumlah bunga betina dan

bunga jantan yang terbentuk dipengaruhi oleh sifat tanaman dan pengaruh

lingkungan seperti penyinaran, pemupukan dan perlakuan lainnya. Umur buah

tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman dan iklim, umumnya buah telah

dapat dipenen setelah berumur 6 bulan erhitung sejak penyerbukan. (Naibaho,

1998)

2.2. Minyak kelapa sawit

Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang

terdapat pada daging buah ( mesokarp ) dan minyak inti sawit yang terdapat pada

kernel. Kedua jenis ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat kimia-

fisika. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari

(10)

sudah jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi penyerbuakn minyak, maka yang

terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.

Minyak mula-mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang

mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan

buah terjadi pembentukan trigliserida yang mengandung asam lemak tak jenuh.

Minyak yang terbentuk dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk emulsi

pada kantong-kantong mnyak,dan agar minyak tidak keluar dari buah, maka buah

dilapisi dengan malam yang tebal dan berkilat. Untuk melindungi minyak dari

oksidasi yang dirangsang oleh sinar matahari maka tanaman membntuk senyawa

kimia pelindung yaitu karotin. (Naibaho, 1994)

Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida ( terutama β – karotena), berkonsistensi setengah padat pada suhu kamar

(konsistensi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar ALB nya), dan dalam

keadaan segar dan kadar asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya cukup

enak. Titk lebur minyak sawit tergantung pada kadar ALB nya atau lebih tepat

lagi pada kadar digliseridanya. Rumus bangun minyak sawit adalah sebagai

(11)

Minyak sawit terdiri dari berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak

yang berbeda- beda. Panjang rantai adalah antara 14 – 20 atom karbon. Dengan

demikinan sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi

trigliserida tersebut, tercantum panjang rantai dan sifat-sifat asam lemak yang ada

dala minyak sawit.

Karena kandungan asam lemak yang terbanyak adalah asam lemak jenuh

oleat dan linolenat, minyak sawit masuk golongan minyak asam oleat-linoleat.

Jumlah asam jenuh dan asam lemak tak jenuh dalam minyak sawit hampir sama.

Komponen utama adalah asam palmitat dan oleat. Selain mengandung

karotenoida 500 – 700 ppm juga mengandung sterol ± 300 ppm, tokoerol 500 –

800 ppm dan fosfatida 500 – 1000 ppm. (Mangoensoekarjo, 2003)

2.3. Minyak dan lemak

Minyak dan lemak diklasifikasikan dalam dua kategori, yakni: pertama

berdasarkan asal bahannya dan kedua berdasarkan penggunaanya. Berdasarkan

asal bahannya minyak dan lemak terdiri atas 3 kelompok, yaitu: minyak nabati,

minyak hewan dan minyak ikan. Berdasarkan penggunaannya minyak dan lemak

terdiri dari 2 kelompok, yaitu: minyak industri (industrial oil) dan minyak untuk

keperluan pangan (edible oil).

Jika dibandingkan dengan sumber-sumber minyak nabati lainnya, kelapa

sawit merupakan penghasil minyak nabati yang paling efisien, sebab

menghasilkan 5 - 8,4 ton minyak/Ha. Sedangkan kedelai yang merupakan saingan

(12)

menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku industri pangan maupun

non-pangan. (Risza, 1994)

Lemak merupakan bahan makanan yang penting baik karena kalori yang

dihasilkan tinggi maupun karena vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak. Serta

asam-asam lemak esensial yang terdapat pada lemak tersebut. Asam lemak

kebanyakan diperoleh melalui hidrolisis lemak yang merupakan asam

monokarboksilat yang mengandung gugus karboksil yang dapat berionosasi dan

non polar, berantai atom C lurus dan siklik. Umumnya terbentuk dari atom C yang

genap dan dapat jenuh dan tidak jenuh. ( Naibaho,1998)

Pembentukan lemak dalam buah sawit mulai berlangsung beberapa

minggu sebelum matang. Oleh karena itu penentuan saat panen adalah sangat

menentukan. Kandungan minyak tertinggi dalam buah adalah pada saat buah akan

membrondol. Karena itu kematangan tandan biasanya dinyatakan dengan jumlah

buahnya yang membrondol. Kebalikan dari pembentukan lemak adalah

penguraian atau hidro di balisis lemak menjadi gliserol dan asam lemak bebas.

Pada proses hidrolisis dikatalisis oleh enzim lipase yang juga terdapat

dalam buah, tetapi berada di luar sel yang mengandung minyak. Jika dinding sel

pecah atau rusak karena proses pembusukan atau karena pelukaan mekanik,

tergores atau memar karena benturan, enzim akan bersinggungan dengan minyak

dan reaksi hidrolisis akan segera berlangsung dengan cepat. Pada pembentukkan

aasam lemak bebas oleh mikroorganisme (jamur atau bakteri tertentu) juga dapat

terjadi bila suasananya sesuai yaitu pada suhu rendah di bawah 500C dan dalam

(13)

2.4. Ciri-ciri Fisiologi Kelapa Sawit

Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil. Batangnya tumbuh lurus, umumnya

tidak bercabang dan tidak mempunyai kambium. Tanaman ini berumah satu atau

monoecious, bunga jantan dan bungan betina terdapat pada satu pohon. Kedua

jenis bunga yang keluar dari ketiak pelepah daun berkembang terpisah. Bunga

dapat menyerbuk bersilang atau menyerbuk sendiri.

Tanaman kelapa sawit dan dibagi menjadi bagian vegetatif dan generatif.

Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun. Sedangkan bagian generatif

yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan adalah bunga dan buah. Kelapa

sawit diperbanyak secara generatif dengan biji yang dikecambahkan. Cara lain

adalah memperbanyak tanaman secara vegatatif atau cara klonal, dengan

mengambil bagian vegetaif tanaman yang ditumbuhkan dalam alas makanan

(media ) buatan. (Mangoensoekarjo, 2003)

1. Bagian vegetatif

a. Akar

Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara

dalam tanah dan respirasi tanaman. Selain itu, sebagai penyangga

berdirinya tanaman sehingga mampu menyokongtegaknyaa tanaman pada

ketinggian yang mencapai puluhan meter hingga tanaman berumur 25

tahun. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing dan

berwarna putih atau kekuningan.

Tanaman kelapa sawit berakar serabut yang terdiri dari atas akar

(14)

berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman ± 1 meter dan

semakin ke bawah semakin sedikit.

b. Batang

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak

mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi

sabagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan

makanan. Batang kelpa sawit berbentuk silinder dengan diameter 20 – 75

cm. Tanaman yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup

oleh pelepah daun. Pertambahan tinggi batang terlihat jelas setelah

tanaman berumur 4 tahun. Tinggi batang bertambah 25 – 45 cm/ tahun.

c. Daun

Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan

bertulang sejajar. Panjang pelepah dapat mencapai 9 meter; jumlah anak

daun tiap pelepah dapat mencapai 380 helai. Panjang anak daun dapat

mencapai 120 meter. Pelepah daun sejak mulai terbentuk sampai tua

mencapai waktu ± 7 tahun ; jumlah pelepah dalam 1 pohon dapat

mencapai 60 pelepah.

Jumlah pelepah, panjang pelepah dan jumlah anak daun tergantung

pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak

daun lebih banyak. Begitu pula pelepahnya akan lebih panjang

dibandingkan dengan tanaman yang masih muda. Berat kering satu

(15)

40 – 50 pelepah. Saat tanaman berumur sekitar 10 – 13 tahun dapat

ditemukan daun yang luas permukaannya yang mencapai 10 – 15 m2.

2. Bagian generatif

a. Bunga

Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 bulan. Pembungaan

kelapa sawit termasuk monoccious artinya buna jantan dan bunga betina

terdapat pada satu pohon tetapi pada satu tandan yang sama. Tanaman

sawit dapat menyerbuk secara silang dan juga menyerbuk sendiri.

Rangkaian bunga jantan dihasilkan dengan siklus yang bergantian

dengan rangkaian bunga betina, sehingga pembungaan secara bersamaan

sangat jarang terjadi. Rangkaian bunga terdiri dari batang poros dan

cabang-cabang meruncing yang disebut spikelet. Jumlah spikelet dalam

rangkaian dapat mencapai 200 buah. Batang poros bunga jantan lebig

panjang dibandingkan bunga betina, tetapi jumlah spikeletnya hampir

sama. Jumlah bunga tiap spikelet pada bunga jantan lebih banyak yaitu

700 – 1200 buah.

Bunga betina yang sudah mekar atau dalam keadaan reseptif

mengalami beberapa tingkat perkembangan. Pada hari pertama sesudah

bunga mekar akan berwarna putih, sedangkan pada hari kedua berubah

menjadi kuning gading. Pada hari ketiga warna bunga menjadi agak

(16)

b. Buah

Buah disebut juga fructus. Pada umunya tanaman kelap sawit yang

tumbuh baik dan subur sudah dapat menghasilakan buah serta siap dipanen

pertama pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung mulai dari penanaman

biji kecambah di pembibitan.

Proses pembentukkan buah sejak saat penyerbukan sampai buah

matang ± 6 bulan. Buah kelapa sawit pada waktu muda berwarna hitam,

kemudian setelah berumur ± 5 bulan berangsur-angsur menjadi merah

kekuning-kuningan

Buah kelapa sawit termasuk buah batu yang trdiri dari 3 bagian, yakni:

a. Lapisan luar ( Epicarpium) disebut kulit luar.

b. Lapisan tengah (Mesocarpium) disebut daging buah, mengandung minyak

sawit.

c. Lapisan dalam (Endocarpium) disebut inti, mengandung minyak inti.

Biji kelapa sawit (kernel) terdiri dari 3 bagian, yakni:

1. Kulit biji ( Spermodermis) disebut cangkang.

2. Tali pusat (Funiculus).

3. Inti biji (Nucleus seminis). (Risza,1994)

2.5. Klasifikasi Botani Kelapa Sawit

Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai sejak empat abad yang lalu (abad

(17)

pengklasifikasian jenis-jenis tumbuhan lainnya ataupun hewan, para ahli berbeda

pendapat mengenai klasifikasi kelapa sawit.

Hal ini dapat dimengerti, karena di masa lampau Ilmu Taksonomi maupun

ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya belum berkembang seperti sekarang dan

peralatan yang tersedia pun masih sederhana.

Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai

berikut :

Divisi : Tracheophyta

Subdivisi : Pteropsida

Kelas : Angiospermae

Subkelas : Monocotyledonae

Ordo : Spadiciflorae ( Arecales)

Famili : Palmae (Arecaceae)

Subfamilia : Cocoidae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq

Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763

berdasarkan pengamatan pohon-pohon kelapa sawit yang tumbuh di Martinique,

(18)

sedangkan kata guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa

sawit berasal dari Guinea (Afrika).

2.6. Jenis- Jenis Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas

itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau

berdasarkna warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging

buah dikenal ada 5 varietas kelapa sawit yaitu

a. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran

serabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan

persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35 – 50%.

b. Psifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada. Tetapi daging

buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi,

sedangkan daging biji sangat tipis.

c. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari induknya, yaitu dura

dan psifera. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 –

4 mm dan terdapat lingkaran serabut disekelilinya. Persentase daging buah

terhadap buah tinggi, antara 60 – 96%.

d. Macro carya

(19)

e. Diwakka-wakka

Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging

buah.

Gambar 2.6 Jenis-jenis kelapa sawit

Ada 3 varietas kelapa sawit yang terkenal berdasarkan warna kulitnya.

Varietas-varietas tersebut adalah

a. Nigrescens

Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi

jingga kehitam-hitaman pada waktu masak.

b. Virescens

Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah

berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap hijau.

c. Pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah

masak menjadi kekunung-kuningan dan ujung nya berwarna ungu

(20)

2.7. Tandan Buah Segar (TBS)

Taanaman yang dikembangkan sekarang adalah hibrida Tenera ( dura x psifera).

Buahnya mengandung 80% daging buah dan 20% biji yang batok atau

cangkangnya tipis dan menghasilkan minyak 34 – 40% terhadap buah. Buah dura

lebih tipis daging buahnya, tetapi lebih besar intinya. Tanaman Psifera tidak

dikembangkan karena jarang menghasilkan buah.

Tanaman kelapa sawit dipanen sepanjang tahun secara bergiliran. Tiap

pohon hanya menghasilkan sekitar 8 – 10 tandan setahun jumlah panen setiap

bulannya tidaklah sama. Panen bulan puncak 1,5 dari panen rata-rata dan 3 – 4

kali panen bulan rendah. Semester pertama menghasilkan 40 – 45% dan semester

kedua 55 – 60%. Selama 6 bulan berada di bawah rata-rata dan selama 6 bulan di

atas rata-rata.

Tandan buah terdiri atas Tandan Buak Kosong (TBK). Ini adalah bagian

yang tersisa setelah buah dipisahkan dari tandanannya, yang dibuang sebagai

limbah. Buah terdiri atas daging buah dan biji di bagian dalamnya. Daging buah

mengandung minyak, air dan serabut dan bahan lain. Kadar minyak dan air

tergantung pada kematangan buahnya, sedangkan tebal daging buah tergantung

pada jenis tanamannya. Bagian luar dari biji adalah cangkang atau batok. Bagian

dalamnya adalah inti yang mengandung mknyak, air, protein dan serat.

Buah yang tepat matang akan lepas sendiri dari tandannya. Tidak semua

buah dalam satu tandan matang pada waktu yang sama. Derajat kematangan

tandan sering dinyatakan dengan jumlah buahnya yang telah lepas

(21)

sama tuanya dan tidak pada semua pohon pada waktu yang sama terdapat tandan

yang matang untuk dipanen.

Pelukaan buah (buah memar) sedapat mungkin harus dihindarkan untuk

mencegah agar kadar ALB dala minyak tidak menjadi terlalu tinggi. Tandan harus

diperlakukan dengan hati-hati pada pengunmpulan dan pengangkutannya. Tandan

yang lebih matang akan lebih mudah luka, demikin halnya dengan buah yang

membrondo karena sudah matang dn menjadi lunak. Cara pengangkutan yang

dapat memperkecil jumlah perlakuan (bongkar atau muat) terhadap tandan adalah

cara yang paling baik. (Mangoensoekarjo, 2003)

2.8. Panen

Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun dan buahnya menjadi

masak 5 – 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit

dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda

menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak

pada daging buahnya telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan

lepas dari tangkai tandannya. Hal ini disebut istilah membrondol.

Panen pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan

buah masak, memungut brondolan dan sistem pengangkutannya dari pohon ke

tempat pengumpulan hasil serta ke pabrik. Dalam pelaksanaan pemanenan, perlu

diperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah

(22)

yang menyangkut matang panen, cara dan alat panen, rotasi dan sistem panen,

serta mutu panen harus diikuti.

2.8.1. Kriteria matang panen

Kriteria panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar

memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria umum untuk tandan buah yang

dapat dipanen yaitu berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh. Untuk

memudahkan pengamtan buah, maka dipakai kriteria berikut:

a. tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang

jatuh kurang dari 10 butir.

b. Tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang

jatuh sekitar 15 – 20 butir.

Namun, secara praktis digunakan suatu aturan umum yaitu pada setiap 1

kg Tandan Buah Segar (TBS) terdapat dua brondolan yang jatuh.

2.8.2. Fraksi TBS

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi

perlakuan sejak awal panen di lapangan. Faktor penting yang cukup berpengaruh

adalah kematangan buah dan tingkat kecepatan pengankutan buah ke pabrik.

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB)

minyak sawit yang dihasilkan.

Apabila pemanenan buah yang dilakukan dalam keadaan lewat matang,

maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentasi tinggi (lebih

(23)

matang, maka selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh

juga rendah. Dikenal ada lima fraksi TBS yang dapat pada tabel berikut.

Tabel 2.8 Beberapa tingkatan fraksi TBS

No Kematangan Fraksi Jumlah Brondolan Keterangan

1

Tidak ada, buah berwarna

hitam

membrondol, ada buah yang

busuk

Derajat kematangan yang baik yaitu jika tandan-tandan yang dipanen

berada pada fraksi 1, 2 dan 3. Secara ideal, dengan mengikuti ketentuan yang dan

(24)

lancar, maka dalam suatu pemanenan akan diperoleh komposisi fraksi sebagi

berikut :

a. junlah brondolan di pabrik kurang lebih 25% dari berat tandan sebelumnya.

b. Tandan yang terdiri dari fraksi 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan.

c. Tandan yang terdiri dari fraksi 1 maksimal 20% dari jumlah tandan.

d. Tandan yang terdiri dari fraksi 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan.

2.9. Pematangan Buah

Dalam proses pematangan buah terjadi pembentukan komponen buah dan setelah

terjadi 4 kejenuhan setiap unsur komponen maka mulailah terjadi fase

pematangan pada fase buah terjadi beberapa hal :

a. Perubahan karbohidrat menjadi gula yang ditandai dengan rasa manis pada

inti sawit dan daging buah.

b. Perombakan hemiselulose menjadi sakarida sederhana. Ini dapat dilihat

bahwa antar serat kurang dengan tekstur yang lunak.

c. Perombakan warna buah dari hitam kehijau-hijauan berubah menjadi hijau

kekuning-kuningan kemudian menjadi orange/merah jingga.

d. Fisik buah berubah yaitu malam yang kilat berubah menjadi suram.

(Naibaho,1998)

2.10. Inti Sawit

Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna cokelat hitam. Inti sawit

(25)

terkandung di dalamnya (disebut minyak inti sawit) diekstraksi dan sisanya atau

bungkilnya yang kaya protein dipakai sebagai bahan makanan ternak. Kadar

minyak dalam inti kering adalah 44 – 53%. Minyak inti yang baik berkadar asam

lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan.

Bungkil inti sawit diinginkan berwarna relatif terang dan nilai gizi serta

kandungan asam aminonya tidak berubah.

Tabel 2.10 Kandungan rata-rata inti sawit

Komponen Jumlah

Minyak 47-52 %

Air 6-8 %

Protein 7,5-9,0 %

Extractable non nitrogen 23-24 %

Selulosa 5 %

Abu 2 %

Terdapat variasi komposisi inti sawit dalam hal padatan dan nonrotein.

Bagian yang d.isebut extactable nonprotein yang mengandung sejumlah sukrosa,

gula reduksi dan pati tetapi dalam beberapa contoh tidak mengandung pati.

(Ketaren, 1986)

Inti sawit dapat disimpan dalam karung goni yang berisi 50 atau 80 kg

atau disimpan secara curah dalam bin atau silo. Di sini juga dapat terjadi

perusakan mutu selama penimbunan, yaitu peningkatan kadar ALB,

(26)

1. Kadar air inti 7% (kadar air setimbang dengan kelembaban udara luar)

2. Kadar inti pecah diusahakan sedikit mungkin.

3. Memakai goni bersih dan kuat

4. Ventilasi gudang harus baik dan udara kering

5. Tinggi lapisan goni berisi inti tidak lebih dari 4 lapis

6. Penimbunan tidak langsung di atas lantai semen

2.11. Pengolahan Kelapa Sawit

Tahap-tahap pengolahan buah kelapa sawit adalah sebagai berikut.

a. Pengangkutan TBS ke pabrik

Tandan buah segar hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk

diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan

ALB nya semakin meningkat. Untuk mengjindari hal tersebut, maksimal 8

jam setelah panen, TBS harus segera diolah. Sesampai TBS di pabrik,

segera dilakukan penimbangan.

b. Penimbangan

Penimbangan dilakukan di atas jembatan timbang. Jika diangkut dengan

kendaraan truk atau traktor gandengan, penimbangan dilakukan sebelum

pembongkaran dan pemuatannya ke dala keranjang rebusan.

c. Perebusan TBS

Buah beserta lorinya kemudian direbus dalam suatu tempat perebusan

(sterilizer). Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1

(27)

yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap 125o C. Perebusan

Dalam perubusan digunakan sistem 3 puncak (tripple peak).

1. Puncak I

Menggunakan tekanan 1,2 bar dan pada suhu 125o C. Dimana waktu

untuk mencapai puncak ini adalah sekitar 13 menit. kemungkinan

buah yang masak hingga lapisan kedua saja.

2. Puncak II

Mengggunakan tekanan 2,2 bar dan pada suhu 125o C. Waktu untuk

mencapai puncak ini adalah sekitar 12 menit. Diharapkan buah masak

hingga pada lapisan kelima.

3. Puncak III

Menggunakan tekanan 2.8 bar dan pada suhu 140o C. Puncak ketiga

ini berlangsung selama 45 menit. Tujuannya agar lepasnya inti dari

cangkang.

Tujuan perebusan adalah

1. Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB

2. Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang

3. Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan

4. Untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga

memudahkan pemisahan minyak.

d. Perontokan dan Pelumatan Buah

Setelah perebusan lori-lori yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat

(28)

mesin perontok buah (thresser). Dari thresser, buah-buah yang telah rontok

dibawa ke mesin pelumat. Untuk lebih memudahkan penghancuran daging

buah dan pelepasan biji, selama proses pelumatan TBS diuapi.

e. Pemerasan atau Ekstraksi Minyak Sawit

Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, maka perlu dilaukan

pengadukan selama 25-30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji

sawit, langkah selanjutnya adaah pemerasan atau ekstraksi yang bertujuan

untuk mengambil minyak dari masa adukan. Cara ekstraksi dengan bahan

pelarut lebih sering dipakai dalam ekstraksi minyak biji-bijian, termasuk

minyak inti sawit. Pada dasarnya, ekstraksi dengan cara ini adalah dengan

menambahkan pelarut tertentu pada lumatan daging buah sehingga minyak

akan terpisah dari partikel yang lain.

f. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit

Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih

berupa minyak kasar karena masih mengandung kotoran berupa

partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40-45% air. Minyak sawit yang

masih kasar kemudian dialirkan ke dalam tangki minyak kasar (Crude Oil

Tank) dan setelah melalui pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, maka

akan dihasilkan minyak sawit mentah. (Penulis,1997)

(29)
(30)

2.12. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi PKO

Biji sawit yang telah dipisah pada proses pengadukan, diolah lebih lanjut untuk

diambil minyak nya. Sebelum dipecah, biji-biji sawit dikeringkan dengan silo,

minimal 14 jam dengan sirkulasi udara kering pada suhu 50o C. Akibat proses

pengeringan ini, inti sawit akan mengerut sehingga memudahkan pemisahan inti

sawit dari tempurungnya. Biji-biji sawit yang sud kering kemudian dibawa ke alat

pemecah biji.

Pemisahan inti dari tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ)

antara inti sawit dan tempurung. Dalam hal ini, inti dan tempurung dipisahkan

oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung. Atau dapat juga dengan

mengapungkan biji-biji yang telah pecah dalam larutan lempung yang mempunyai

BJ 1,16. Dalam keadaan ini inti sawit mengapung sedangkan tempurung

tenggelam.

Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai

bersih. Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit

harus segera dikeringkan dengan suhu 80o C. Setelah kering, inti sawit dapat dipak

atau diolah lebih lanjut yaitu diekstraksi sehingga dihasilkan minyak inti sawit

(PKO, Palm Kernel Oil). (Penulis,1997)

2.13. Mutu Minyak Sawit

Contoh yang diperiksa adalah minyak produksi dan minyak yang dikirim. Contoh

minyak produksi diambil dari pipa sewaktu pemompaan ke tangki timbun. Contoh

(31)

Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak

yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu

kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna

dan bilangan peroksida.

Tabel 2.13. Standart mutu minyak sawit

Kandungan SPB

Asam lemak bebas (%) 1-2

Kadar air (%) 0,1

Kotoran (%) 0,002

Besi p.p.m 10

Tembaga p.p.m 0,5

Bilangan iod 53 ± 1,5

Karotene p.p.m 500

Tokoferol p.p.m 800

(ketaren, 1986)

2.14. Mutu Inti Sawit

Contoh yang diperiksa adalah inti produksi pada waktu penggonian. Contoh

diambil dari setiap goni pada waktu sedang mengisi goni yang kemudian

dikumpulkan menjadi contoh harian setiap dinas gilir. Data yang diperlukan

(32)

Kadar kotoran dalam inti sawit sedikit banyaknya ada hubungannya

dengan kehilangan inti dalam cangkang. Kehilangan inti yang disertai dengan

kotoran inti yang rendah, namun bisa juga keduanya sama-sama tinggi. Dalam hal

ini demikian perlu memeriksa pemeraman biji, putaran pemecah dan lain- lain.

Pengujian ALB pada waktu pengiriman juga perlu untuk memerikasa apakah

sterilisasi inti berlangsung baik atau tidak.

2.15. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak sawit

Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh bnyak faktor.

Faktor – faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya penanganan

pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutannya

2.15.1. Asam lemak bebas

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit

sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen

minyak turun. Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen

sampai tandan diolah di pabrik.

Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil

reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat

dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman dan katalis (enzim). Semakin

(33)

2.15.2. Kadar zat menguap dan kotoran

Pada umumnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian

proses pengendapan yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi.

Akan tetapi, kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa

disaring, hanya melayang-layang di dalam minyak sawit sebab berat jenisnya

sama dengan minyak sawit.

2.15.3. Kadar logam

Beberapa jenis bahan logam yang dapat terikut dalam minyak sawit antara lain

besi, tembaga, dan kuningan. Logam-logam tersebut biasanya berasal dari

alat-alat pengolahan yang digunakan. Mutu dan kualitas minyak sawit yang

mengandung logam-logam tersebut akan turun. Sebab dalam kondisi tertentu,

logam-logam itu dapat menjadi katalisator yang menstimulasi reaksi oksidasi

minyak sawit.

2.15.4. Angka oksidasi

Proses oksidasi yang distimulir oleh logam jika berlangsung dengan inensif akan

mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna. Keadaan ini jelas sangat

merugikan sebab mutu minyak sawit menjadi menurun. Angka oksidasi dihitung

berdasarkan angka peroksida. Sabagai standar umum dipakai angka 10 meq

(miligram equivalent), teapi ada yang memakai standar lebih ketat lagi yaitu 6

meq. Di atas angka tersebut mutu barang jadi yang dihasilkan dapat dipastikan

(34)

2.15.5. Pemucatan

Minyak sawit mempunyai warna kuning orange sehingga jika digunakan sebagai

bahan baku pangan perlu dilakukan pemucatan. Pemucatan ini dimaksudkan

untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat dan sesuai dengan

kebutuhannya. Keintensifan peumucatan minyak sawit sangat ditentukan oleh

kualitas minyak sawit yang bersangkutan. Semakin jelek mutunya, maka biaya

pemucatan juga semakin besar.

Tabel 2.15. Satndart Mutu Inti Sawit

Parameter %

Asam lemak bebas 0,5

Kadar air 7

Kadar kotoran 6

Inti sawit merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak

inti berkualitas tinggi. Produksi minyak inti sawit yang memenuhi standard mutu

harus sesuai dengan norma-norma kandungan yang terdapat dalam minyak

tersebut. Minyak inti sawit diproduksi berdasarkan kandungan minyak yang

terdapat pada bahan bakunya yaitu inti sawit. Untuk memaksimalkan hasil

produksi minyak inti sawit, harus ditentukan terlebih dahulu kandungan minyak

yang terdapat pada inti sawit dan hasil sisa buangannya berupa ampas (PKM)

yang masih mengandung minyak. harus diketahui pula apakah kandungan minyak

(35)

terdapat pada inti sawit adalah 49,00 – 52,00 % dan ampas sisa buangannya

(PKM) adalah 9,00 – 9,50 %.

2.16. Kadar Air Inti Sawit

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang

dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat

penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur,

dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan

kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi

mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak,

sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan.

2.17. Ekstraksi Sokletasi

2.17.1. Sokletasi

Sokletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang terdapat

dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan

pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi.

Prinsip sokletasi yaitu : Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang

(36)

telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang

tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan

dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak

melarutkan zat padat yang tidak diinginkan.

Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda

maserasi dan perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ),

tidak dapat digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan

digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang

diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang

didapatkan untuk pemisahan iniadalah sokletasi.

Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan

yang sedang berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam

sokletasi harus dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena

sinar matahari, senyawa dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi

penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang

disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi. Alat sokletasi

tidak boleh lebih rendah dari pipa kapiler, karena ada kemungkinan saluran pipa

dasar akan tersumbat.

2.17.2. Ekstraksi

Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut

ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut –

pelarut organik dengan kepolaran yang semakin menigkat. Dimulai dengan

(37)

– senyawa trepenoid dan lipid – lipid, kemudian dilanjutkan dengan alkohol dan

etil asetat untuk memisahkan senyawa – senyawa yang lebih polar.

(38)

2.18. Moisture Balance

Moisture balance adalah salah satu alat yang digunakan untuk mementukan kadar

air pada suatu bahan dengan prinsip dengan pemanasan sehingga kandungan air

dalam bahan tersebut dapat diserap dan menghasilkan keluaran dalam bentuk

persen (%). Alat ini dilengkapi denagn neraca analitis dan aluminium plate unuk

mempermudah dalam penentuan berat sampel dan bekerja secara otomatis serta

dinilai cukup akurat untuk menentukan kadar air dalam suatu bahan.

(39)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Awal mulanya, di indonesia, kelapa sawit sekedar berperan sebagai tanaman hias

langka di Kebun Raya Bogor dan sabagai tanaman penghias jalanan atau

pekarangan. Itu terjadi mulai tahun 1848 hingga beberapa puluh tahun

sesudahnya. Ketika itu tahun 1848, Pemerintah kolonial Belanda mendatangkan

empat batang bibit kelapa sawit dari Mauritius dan Amsterdam yang kemudian

ditanam di kebun Raya Bogor.

Selanjutnya hasil anakannnya dipindahkan ke Deli, Sumatera Utara. Di

tempat ini, selama beberapa puluh tahun, kelapa sawit yang telah berkembang

biak hanya berperan sebagai tanaman hias di sepanjang jalan di Deli sehingga

potensi yang sesungguhnya belum kelihatan.

Kelapa sawit termasuk produk yang banyak diminati oleh investor karena

nilai ekonominya cukup tinggi. Para investor menginvestasikan modalnya untuk

membangun perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Potensi areal

perkebunan indonesia masih terbuka luas untuk tanaman kelapa sawit. Industri

pengolahan kelapa sawit di indonesia terus mengalami peningkatan. Sampai

dengan tahun 1998 tercatat lebih dari 84 produsen minyak kelapa sawit,

sedangkan junlah pabrik mencapai 205 pabrik denga kapasitas produksi minyak

sawit (crude palm oil, CPO) mencapai 8074 ton /TBS/ tahun yang tersebar hampir

(40)

Kelapa sawit yanng dikenal yaitu jenis Dura,Psifera, dan Tenera. Ketiga jenis

ini dapat berdasarkan panampang irisan buah, yaitu jenis Dura memiliki

tempurung yang tebal, jenis Psifera memiliki biji yang kecil dengan tempurung

yang tipis, sedangkan Tenera yang merupakan hasil persilangan Dura dengan

Psifera menghasilkan buah yang bertempurung tipis dan inti yang besar.

Minyak sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang

cerah di masa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari

minyak sawit. Minyak sawit di samping digunakan sebagai bahan mentah

industri pangan, dapat puladigunakan sebagai bahan mentah industri nonpangan.

Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit memegang

peranan yang cukup strategis karena komoditas ini punya prospek yang cerah

sebagai sumber devisa. Di samping itu, minyak sawit merupakan bahan baku

utama minyak goreng yang banyak dipakai di seluruh dunia, sehingga secara

terus-menerus mampu menjaga stabilitas harga minyak sawit.

Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia hingga tahun 1993

diperkirakan telah mencapai 1,6 juta hektar dan jumlah produksi minyak sawit

Indonesia pada tahun 1993 dalam bentuk CPO berkisar 3,7 juta ton. Penggunaan

minyak kelapa sawit sebagai minyak goreng pada tahun 1985 tercatat telah

mencapai 55,3% atau meningkat 27% pertahun. Saat ini minyak goreng

merupakan penyerap utama konsumsi minyak dalam negeri yaitu mencapai 70%

dari jumlah yang dipasarkan dalam negeri.

Penghasil minyak sawit tersebar di dunia saat ini adalah malaysia dan di

(41)

kedudukannya cukup mantap. Pemasok terbesar kebutuhan minyak sawit dunia

hingga 1993 adalah malaysia (50% dari produksi dunia), sedangkan Indonesia

hanya 20% dari produksi dunia.

Indonesia yang menempati posisi kedua setelah Malaysia relatif masih

jauh ketinggalan terutama dari segi teknologi budidaya, pengolahan dan

pemasaran. Sampai saat ini ekspor minyak sawit Indonesia masih dalam bentuk

minyak mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dan sabagian kecil dalam bentuk

produk olahan yang merupakan hasil sampingan dan pembuatan minyak goreng,

sehingga nilai tambah yang diperoleh relatif kecil.

1.2. Permasalahan

1. Apakah kadar air dalam inti sawit dan kadar minyak dalam inti sawit di

PKS PT. Multimas Nabati Asahan memenuhi standar mutu minyak kelapa

sawit yang telah ditetapkan oleh SNI.

2. Apakah alat yang digunakan termasuk alat yang memiliki ketelitian yang

tinggi.

1.3. Batasan Masalah

Penentuan kadar air inti sawit dan kadar minyak inti sawit hanya

(42)

1.4. Tujuan

1. Untuk mengetahui berapa kadar minyak inti sawit dengan menggunakan

metode ekstraksi sokletasi.

2. Untuk mengetahui standar mutu dari minyak inti sawit di PT. Multimas

Nabati Asahan yang ditetapkan oleh SNI.

3. Untuk mengetahui berapa kadar air inti sawit dengan menggunakan alat

moinsture balance

4. Untuk mengetahui cara pengolahan minyak kelapa sawit dan pengolahan

inti kelapa sawit

5. Untuk mengetahui fraksi-fraksi buah kelapa sawit yang diterima pada

proses pengolahan

1.5. Manfaat

1. Dapat mengetahui kadar minysk dari inti sawit dengan menggunakan

metode ekstraksi sokletasi

2. Dapat mengetahui standar mutu dari minyak inti sawit di PT. Multimas

Nabati Asahan

3. Dapat mengatahui kadar air dari inti sawit dengan alat moisture balance

4. Dapat mengetahui cara pengolahan kelapa sawit dan pengolahan inti

kelapa sawit

5. Dapat mengetahui fraksi-fraksi buah kelapa sawit yang diterima pada

(43)

PENENTUAN KADAR MINYAK INTI SAWIT DENGAN

EKSTRAKSI SOKLETASI DAN KADAR AIR INTI SAWIT

DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MOISTURE BALANCE DI

PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN – BATU BARA

ABSTRAK

(44)

DETERMINATION OF CONTENT PALM KERNEL OIL

WITH EXTRACTION SOXHLETATION AND WATER

CONTENT PALM KERNEL OIL USING TOOLS MOISTURE

BALANCE AT PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN

BATU BARA

ABSTRACT

(45)

PENENTUAN KADAR MINYAK INTI SAWIT DENGAN

EKSTRAKSI SOKLETASI DAN KADAR AIR INTI SAWIT

DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MOISTURE BALANCE DI

PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN – BATU BARA

TUGAS AKHIR

IRMADANI

102401038

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

(46)

DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MOISTURE BALANCE DI

PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN – BATU BARA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

IRMADANI

102401038

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(47)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN KADAR MINYAK INTI SAWIT

DENGAN EKSTRAKSI SOKLETASI DAN KADAR AIR INTI SAWIT DENGAN

MENGGUNAKAN ALAT MOISTURE BALANCE DI PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN – BATU BARA

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : IRMADANI

Nomor Induk Mahasiswa : 102401038

Program Studi : DIPLOMA KIMIA

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juli 2013

Diketahui

Program Studi Diploma 3 Kimia USU

Ketua Pembimbing

Dra. Emma Zaidar Nst, M.Sc Drs. Firman Sebayang, MS NIP. 195512181987012001 NIP. 195607261985031001

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua

(48)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR MINYAK INTI SAWIT DENGAN

EKSTRAKSI SOKLETASI DAN KADAR AIR INTI SAWIT

DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MOISTURE BALANCE DI

PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN – BATU BARA

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2013

(49)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan jasmani maupun rohani, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan tepat waktu dengan judul Penentuan Kadar Minyak Inti Sawit Dengan Ekstraksi Sokletasi Dan Kadar Air Inti Sawit Dengan Menggunakan Alat Moisture Balance Di PT. Multimas Nabati Asahan – Batu Bara.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani maupun rohari, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda Misnan dan Ibunda Suhaima serta keluarga tercinta yang tak henti-hentinya selalu mendo’akan dan memberi dukungan moril dan materil. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Firman Sebayang, MS selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan pengarahan dalam menyelesaikan tugag akhir ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketu Departemen Kimia, para Dosen dan seluruh staff FMIPA USU. Terima kasih penulis sampaikan kepada Darma Syahputra selaku pembimbing lapangan I dan Lukmanuddin selaku pembimbing lapangan II selama melakukan PKL. Terima kasih penulis sampaikan kepada rekan-rekan Sahibul Menara serta rekan-rekan kuliah.

Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2013 Penulis

(50)

PENENTUAN KADAR MINYAK INTI SAWIT DENGAN

EKSTRAKSI SOKLETASI DAN KADAR AIR INTI SAWIT

DENGAN MENGGUNAKAN ALAT MOISTURE BALANCE DI

PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN – BATU BARA

ABSTRAK

(51)

DETERMINATION OF CONTENT PALM KERNEL OIL

WITH EXTRACTION SOXHLETATION AND WATER

CONTENT PALM KERNEL OIL USING TOOLS MOISTURE

BALANCE AT PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN

BATU BARA

ABSTRACT

(52)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Batasan Masalah 3

1.4. Tujuan 4

1.5. Manfaat 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit 5

2.2. Minyak Kelapa sawit 5

2.3. Minyak Dan Lemak 7

2.4. Ciri- Ciri Fisiologi Kelapa Sawit 9 2.5. Klasifikasi Botani Kelapa Sawit 12

2.6. Jenis - Jenis Kelapa Sawit 14

2.11. Pengolahan Kelapa Sawit 22

2.12. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi PKO 26

2.13. Mutu Minyak Sawit 26

2.14. Mutu Inti Sawit 27

2.15. Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit 28

2.15.1. Asam Lemak Bebas 28

(53)

2.15.3. Kadar Logam 29

2.15.4. Angka Oksidasi 29

2.15.5. Pemucatan 30

2.16. Kadar Air Inti Sawit 31

2.17. Ekstraksi Sokletasi 31

2.17.1. Sokletasi 31

2.17.2. Ekstraksi 32

2.18. Moisture Balance 34

BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat 35

3.2. Bahan 35

3.4. Prosedur 36

3.5. Perhitungan 37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 38

4.2. Perhitungan Data 38

4.3. Pembahasan 39

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpuan 41

5.2. Saran 41

Gambar

Gambar 2.6 Jenis-jenis kelapa sawit
Tabel 2.8 Beberapa tingkatan fraksi TBS
Tabel 2.10 Kandungan rata-rata inti sawit
Gambar 2.11. Bagan Alir Pabrik Kelapa Sawit
+5

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt karena atas nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa Skripsi dengan judul

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas nikmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa skripsi ini dengan judul

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang sangat besar sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Perencanaan Premi

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang tak terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (Skripsi) yang berjudul “Hubungan

Puji syukur penulis ucapan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, karunia dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah

Segala puji syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan hidayatnya yang telah memberikan kesehatan jasmani maupun rohani kepada

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, berupa kesehatan jasmani dan rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan

Alhamdulillahirrabil ‘alamin segala puji dan syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat jasmani dan rohani,