• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Lamanya Hipertensi Dengan Gangguan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Lamanya Hipertensi Dengan Gangguan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Anastasia Eka Puteri

NIM : 120100322

Tempat, Tanggal Lahir: Tanjungpinang, 22 Mei 1995

Agama : Islam

Alamat Email : anastasiaekaputerismansa@gmail.com Riwayat Pendidikan : 1. TK Al-Falah (1999-2001)

2. SDN 004 Bukit Bestari (2001-2007) 3. SMPN 1 Tanjungpinang (2007-2010) 4. SMAN 1 Tanjungpinang (2010-2012)

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara(2012-Sekarang)

Riwayat Organisasi :1. Bendahara Umum IMKR Medan (2012-2013) 2. Anggota Divisi HBI PM PHBI FK USU (2012-1013) 3. Wakil Bendahara III PEMA FK USU (2012-2013)

4.Sekretaris Departemen Infokom dan Eksternal PEMA FK USU (2013-2014)

5.Anggota Divisi Hubungan Masyarakat SCORA PEMA FK USU (2014-2015)

(2)

Lampiran 2 :Mini Mental State Examiation (MMSE)

Sumber : POKDI Behavioral Neurology PERDOSSI (modifikasi FOLSTEIN)

No Tes Skor Nilai

ORIENTASI

1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5 2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan

3 ATENSI DAN KALKULASI

4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja mundur kata “ WAHYU” 5 MENGINGAT KEMBALI (RIKOL)

5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3 BAHASA

6 Penamaan: Pasien disuruh menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, buku)

2 7 Pengulangan: Pasien disuruh mengulang kata-kata:” namun”, “ tanpa”, “

bila” 1

8 Perintah 3 tingkat: Pasien disuruh melakukan perintah: “Ambil kertas ini

dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”. 3 9 Membaca: Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah

“Pejamkanlah mata anda” 1

10 Menulis: Pasien disuruh menulis dengan spontan 1 11 Menyalin gambar: Pasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini 1 Total 30

(3)

Lama Hipertensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid < 5 tahun 16 32.0 32.0 32.0

>= 5 tahun 34 68.0 68.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Mini Mental State Examination

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Penurunan Fungsi

Kognitif

21 42.0 42.0 42.0

Normal 29 58.0 58.0 100.0

(4)

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid perempuan 28 56.0 56.0 56.0

laki-laki 22 44.0 44.0 100.0

(5)

Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 10 20.0 20.0 20.0

SMP 7 14.0 14.0 34.0

SMA 16 32.0 32.0 66.0

Sarjana 17 34.0 34.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Lama Hipertensi * Mini Mental State Examination Crosstabulation Mini Mental State

Examination

Total Penurunan

Fungsi

Kognitif Normal

Lama Hipertensi < 5 tahun Count 2 14 16

% within Lama Hipertensi

12.5% 87.5% 100.0%

>= 5 tahun Count 19 15 34

% within Lama Hipertensi

55.9% 44.1% 100.0%

(6)

Lama Hipertensi * Mini Mental State Examination Crosstabulation Mini Mental State

Examination

Total Penurunan

Fungsi

Kognitif Normal

Lama Hipertensi < 5 tahun Count 2 14 16

% within Lama Hipertensi

12.5% 87.5% 100.0%

>= 5 tahun Count 19 15 34

% within Lama Hipertensi

55.9% 44.1% 100.0%

Total Count 21 29 50

% within Lama Hipertensi

(7)

Chi-Square Tests

Continuity Correctionb 6.719 1 .010

Likelihood Ratio 9.310 1 .002

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.72. b. Computed only for a 2x2 table

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, K., Wijayanti, D., Gunawan, E.A., Rumawas, M.E., Strisna, B. 2013. Hipertensi dan Risiko Mild Cognitive Impairment pada Usia Lanjut. Artikel Penelitian. Jakarta : Universitas Sumatera Utara

Anam, P., Muis, A., Widjojo, S., Rambe, S., Laksmidewi, A.P. and Pramono, A., et al. 2015.Panduan Nasional Praktik Klinik Diagnosis dan

Penatalaksanaan Demensia. Jakarta : PERDOSSI

Anggraini, A.D., Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., Siahaan, S.S., 2009.Faktor- Faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik dewasa puskesmas Bangkinang periode Januari sampai Juni 2008.Karya Tulis Ilmiah. Tidak dipublikasikan. Bangkinang : UNRI

Ariff, S., 2012. Hubungan Derajat Hipertensi dengan Kolesterol pada Pasien Hipertensi di RSUP Adam Malik.Karya Tulis Ilmiah. Tidak dipublikasikan. Medan : Sumatera Utara.

Arntzen, K.A., Schirmer, H., Wilsgaard, T., Mathiesen, E.B., 2011. Impact of cardiovascular risk factors on cognitive function : Te Tromso study. Eur J Neurol 2011, 18:737-743. doi: 10.1111-c.1468-1331.2010.03263.x Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2014. Jumlah Penduduk menurut kelompok

usia berdasarkan jenis kelamin. : http://sumut.bps.go.id [accessed 11 Oktober 2015]

Carayannis, G. 2000. Memory Cognitive Function Loss: ReGenesis medical centre. Avaible from

:http://carleenshope.weebly.com/uploads/4/0/3/6/4036917/memory_cogni tive_function_loss.pdf. [accessed 19 Juni 2015]

(16)

:http://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/jnc7full.pdf [Accessed 3 Mei 2015]

Dai, W., Lopez, O.L, Carmichael, O.T., Becker, J.T., Kuller, L.H., and Gach, H.M. . 2008. Abnormal Reginal Cerebral Blood Flow in Cognitively Normal Elderly Subjects With Hypertension. National Institutes of Health. 39(2): 349-354. doi: 10.1161/STROKEAHA. 107.495457

Dayamaes, R., 2013. Gambaran Fungsi Kognitif Klien Usia Lanjut di Posbindu Rosella Legoso Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan. Karya Tulis Ilmiah. Tidak dipublikasikan. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

DeJong, G., Farkas, E., Stienstra, C.M., Plass, J.R., Keijser, J.N., de la Torre, J.C., et al 1999. Cerebral Hypoperfusion Yields Cappylary Damage in the

Hippocampal CA1 Area that correlates with Spatial Memory Impairment. Neuroscience 1999;91:203-210.

Dorland, W.A.N., 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 606

Dreisbach, A.W., 2014. Epidemiology of Hypertension. Medscape. Avaible from :http://emedicine.medscape.com/article/1928048-overview#a3 [Accessed 3 Mei 2015]

Faust R., 1994. Toxicity summary for toluene: Oak ridge reservational environtment restoration program. Article. US : Departmen of Energy Ghaidane, S., Ghaidane, A.M., Zahirudin, Q.S., Khatib, N. 2014. Essential

Hypertension and cognitive function in elderly. GJMEDPH Vol.3 Issue 2 Hanifa, A., 2009.Prevalensi Hipertensi Sebagai Penyebab Penyakit Ginjal Kronik

di Unit Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Tahun 2009.Karya Tulis Ilmiah. Tidak dipublikasikan. Medan : Sumatera Utara.

Kalaria, R.N., Skoog, I., 2002. Overlap with Alzheimer’s Disease. Dalam

Vascular Cognitive Impairment. London: Martin Dunitz LTD. 145-159 Kaplan, N.M, Victor, R.G., Flynn. J.T. 2006. Kaplan’S Clinical Hypertension. 9th

(17)

Lezak, M.D., Howieson, D.B., & Loring, D.W. 2004.Neuropsychological Assessment, 4thedition.NY : Oxford University Press. Evidence Level VI: Exert Opinion.

Rambe, A. 2015.Pengaruh hipertensi terhadap fungsi kognitif. Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RISKESDAS, Riset Kesehatan Dasar, 2013. Avaible from :www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20 2013.pdf [Accesed 24 April 2015]

Ropper, A,H., Samuel M.H. 2009. Adam’s and Victor’s Principles of Neurology.

9th Edition. USA. 592-597

Sharp, S.I., Aarsland, D., Day, S., Sonnesyn, H., . 2011. Hypertension is a potential risk factor for vascular dementia: systemic review. Int J Geriatr

Psychiatry. Avaible from:

http://www.readcube.com/articles/10.1002%2Fgps.2572?r3_referer=wol &tracking_action=preview_click&show_checkout=1&purchase_referrer= onlinelibrary.wiley.com&purchase_site_license=LICENSE_DENIED [Accessed : 19 Juni 2015]

Stinga, E., Knauper, G., Murphy, J., and Gavrilovic. 2000. Collagen Degradation and Platelet Derived Growth Factor Stimulate the Migration of Vascular Smooth Muscle Cells. J Cell. Avaible from :http://jcs.biologist.org/content/113/11/2055.long [Accessed: 19 Juni 2015]

Sudarmoko, A., 2010.Tetap Tesenyum Melawan Hipertensi. Yogyakarta: Atma Media Press: 3-12

Sugiyanto, E. 2007.Hipertensi dan Komplikasi Serebrovaskular.Dalam Cermin Dunia Kedokteran Volume 34 Neurologi.Artikel. ISS 0125-913X

Surrena, H., 2010. Handbook for Brunner& Suddart’s Textbook of Medical Surgical Nursing. 12th edition. Philadelpia: wolters Kluwer health/ Lippincott Williams &wilkins. 375-376

(18)

Taufik, E., 2012.Hubungan Hipertensi dengan Gangguan Fungsi Kognitif pada Lansia.Karya Tulis Imiah. Tidak dipublikasikan. Semarang : Universitas Diponegoro.

Wood, E., Dudchenko, P., Robitsek, R., and Eichenbaum, H. 2000. Hippocampal neurons encode information about different episodes occuring in the same location. doi: 10.1016/S0896-6273(00)00071-4

(19)

BAB 3

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

(20)

jangka

(21)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik untuk mengetahui hubungan antara lamanya hipertensi dengan gangguan fungsi kognitif pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Padang Bulan tahun 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan.Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan aktif dilaksanakan setiap bulannya dan belum dilakukan penelitian sebelumnya mengenai judul penelitian ini.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu mulai bulan September 2015 sampai dengan bulan Oktober 2015.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitan

(22)

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah penderita hipertensi yang bekunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria ekslusi. Pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling.

4.3.2.1 Kriteria Inklusi

- Pria dan wanita - Usia ≥ 60 tahun

- Menderita hipertensi atau memiliki riwayat hipertensi - Pendidikan minimal sekolah dasar atau setingkat 4.3.2.2 Kriteria Ekslusi

- Pasien menolak untuk diikutsertakan dalam penelitian - Pasien dengan data pendukung tidak lengkap

- Pasien tidak dapat menyelesaikan tes MMSE

- Pasien dengan gangguan psikiatri, retardasi mental, stroke, riwayat tumor otak, dislipidemia, diabetes mellitus, riwayat infeksi susunan saraf pusat, epilepsi, pemakaian obat penenang, dan penyakit yang berkaitan dengan sistem saraf pusat lainnya.

4.3.3 Besar Sampel

Sesuai dengan jenis penelitian dengan sampel proporsi tunggal. Maka digunakan rumus sampel sebagai berikut :

� = (��)

2 × × �2

n : Jumlah sampel

(23)

P : Perkiraan proporsi kejadian pada sampel 50% Q : 1-P = 0,5

D : ketepatan relatif 0,1

Dengan perhitungan rumus sampel di atas, diperlukan besar sampel untuk kelompok Lansia penderita hipertensi sebanyak 49 orang.

4.4 Metode Pengumpulan Data

1. Penderita hipertensi yang berkunjung ke Posyandu Lansia di Wilayah Puskesmas Padang Bulan yang memenuhi kriteria inklusi serta bersedia dijadikan sampel penelitian maka akan dilakukan anamnesis dan pemeriksaan hipertensi oleh peneliti.

2. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan oleh peneliti menggunakan tensimeter air raksa.

3. Lansia yang menderita hipertensi dikelompokkan menjadi penderita hipertensi ≥ 5 tahun atau penderita hipertensi <5 tahun.

3. Pemeriksaan fungsi kognitif dengan Mini Mental State Examination oleh peneliti.

4.5 Metode Analisa Data

1. Sebelum dianalisis, data diedit, dikoding, ditabulasi dan dientri ke dalam komputer.

(24)

3. Untuk menguji hubungan derajat hipertensi dengan fungsi kognitif yang diperiksa dengan tes MMSE dilakukan uji Chi Square.

(25)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Tempat Penelitian adalah Puskesmas Padang Bulan yang terletak di jalan Letjen Jamin Ginting Kompleks Pamen Padang Bulan. Wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan mencakup 6 kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Baru dengan luas 527 hektar. Puskesmas Padang Bulan memiliki program Posyandu Lansia yang rutin dilaksanakan setiap bulannya dengan jadwal sebagai berikut :

Tabel 5.1 Jadwal Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015

No. Kelurahan Posyandu Alamat Jadwal

1. Padang Bulan Anggrek I Gg. Dipanegara Selasa Minggu I

2. T. Rantai Seroja I Kantor Camat Kamis Minggu III

Seroja II Kantor Lurah Rabu Minggu III

3. Merdeka Kenanga Gg. Aman Selasa Minggu II

4. Darat Cempaka Gg. H. Arif Jumat Minggu III

5. Petisah Hulu Mawar Lr. Baru Rabu Minggu II

6. Babura Melati Sei Bahorok Senin Minggu IV

5.2 Karateristik Subjek Penelitian

(26)

5.3 Hasil Penelitian

5.3.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan secara deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi mengenai Jenis Kelamin, Riwayat Pendidikan, Lama Hipertensi, dan Hasil Tes MMSE pada Lansia Penderita Hipertensi Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015

Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Proporsi

1 Perempuan 28 56,0

2 Laki-laki 22 44,0

Riwayat Pendidikan

No. Riwayat Pendidikan Jumlah Proporsi

1 SD 10 20,0

2 SMP 7 14,0

3 SMA 16 32,0

4 Sarjana 17 34,0

Lama Hipertensi

No Lama Hipertensi Jumlah Proporsi

1 <5 Tahun 16 32,0

(27)

perempuan sebanyak 28 orang (56%) dan laki-laki sebanyak 22 orang (44%). Diketahui bahwa mayoritas responden penelitian berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.

BerdasarkanDistribusi frekuensi mengenai riwayat pendidikanresponden lansiadi Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan dapat dilihat bahwa lansia penderita hipertensi yang memiliki riwayat pendidikan terakhir SD sebanyak 10 orang (20%), lansia penderita hipertensi yang memiliki riwayat pendidikan SMP sebanyak 7 orang (14%), lansia penderita hipertensi yang memiliki riwayat pendidikan SMA sebanyak 16 orang (32%), dan lansia penderita hipertensi yang memiliki riwayat pendidikan Sarjana sebanyak 17 orang (34%).

Distribusi frekuensi mengenai lamanya riwayat hipertensi dapat dilihat bahwa responden lansiadi Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan yang menderita hipertensi kurang dari 5 tahun sebanyak 16 orang (32 %) dan lansia yang menderita hipertensi selama 5 tahun atau lebih sebanyak 34 orang (68%).

Berdasarkan distribusi frekuensi mengenai hasil tes MMSE dapat dilihat bahwa berdasarkan dari hasil tes MMSE, responden lansiadi Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan penderita hipertensi yang mengalami gangguan fungsi kognitif sebanyak 21 orang (42%) dan lansia penderita hipertensi yang tidak mengalami penurunan fungsi kognitif sebanyak 29 orang (58 %).

5.3.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan antara lamanya hipertensi dengan terjadinya gangguan fungsi kognitif pada responden lansiadi Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan.

(28)

No penurunan fungsi kognitif. Lansia dengan kategori yang menderita hipertensi selama atau lebih dari 5 tahun sebanyak 34 orang, di antaranya terdapat 15 orang (44,1%) yang tidak mengalami penurunan fungsi kognitif dan terdapat 19 orang (55,9%) yang mengalami penurunan fungsi kognitif. Perhatikan bahwa karena nilai probabilitas, yakni 0,004 lebih kecil dibandingkan �= 0,05 . Maka penelitian bisa dikatakan signifikan secara statistik.

5.4 Pembahasan

5.4.1 Analisis Data Univariat Distribusi Frekuensi berdasarkan jenis kelamin pada Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan

(29)

penduduk dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 184.592 orang, sementara penduduk dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 174.601 orang dari total 359.193. Penduduk pada kelompok usia lebih dari 65 tahun dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 310.752, sementara jumlah penduduk laki-laki sebanyak 230.265 orang dari total 541.017.

5.4.2 Analisis Data Univariat Distribusi Frekuensi berdasarkan Lama Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan

Pada penelitian ini, responden yang memiliki riwayat hipertensi dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan lamanya responden menderita hipertensi. Dari hasil penelitian didapati bahwa responden lansia yang memiliki riwayat hipertensi lebih dari lima tahun sebanyak 34 orang (68%) dan responden lansia yang memiliki riwayat hipertensi kurang dari lima tahun atau dengan kata lain belum lama menderita hipertensi adalah sebanyak 16 orang (32%). Hal ini mungkin dikarenakan pada umumnya usia lanjut memiliki kecenderungan memiliki tekanan darah lebih tinggi dibandingkan pada saat usia muda. Sesuai dengan literatur yang ditulis oleh Susilo dan Wulandari pada tahun 2011 bahwa secara fisiologis, usia yang semakin bertambah meningkatkan risiko seseorang menderita hipertensi. Sekitar 50-60% individu pada usia di atas 60 tahun memiliki tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90. Hal ini dikarenakan pada pertambahan usia terjadi degenerasi pada tubuh. Berdasarkan hal ini, mungkin saja ini dapat menjelaskan kenapa jumlah lansia yang memiliki riwayat hipertensi di atas lima tahun lebih banyak dibandingkan dengan yang baru saja menderita hipertensi kurang dari lima tahun ini.

5.4.3 Analisis Data Univariat berdasarkan Hasil Tes MMSE pada Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan

(30)

interpretasi memiliki kognitif normal lebih banyak dibanding dengan lansia dengan hasil skor MMSE yang menunjukkan terjadi gangguan fungsi kognitif. Hal ini mungkin saja dipengaruhi oleh tingkat pendidikan oleh para responden yang sudah dijelaskan di analisis data mengenai tingkat pendidikan responden yang lebih banyak di tingkat sarjana, sehingga individu dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang lebih luas, salah satunya mungkin saja tentang bahaya hipertensi sehingga mereka lebih menjaga pola dan gaya hidup.

Pada penelitian lain yang pernah dilakukan Wood E. pada tahun 2000 menyatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi fungsi kognitif adalah lingkungan yang salah satunya adalah pendidikan. Pada orang dengan pendidikan yang baik akan memiliki fungsi kognitif yang lebih baik, hal ini disebabkan karena rangsangan stimulus yang semakin kompleks akan merangsang peningkatan kadar asetilkolin yang melindungi otak dari terjadinya gangguan fungsi kognitif.

5.4.4 Analisis Data Bivariat mengenai Hubungan Lamanya Hipertensi dengan Penurunan Fungsi Kognitif pada Lansia di Posyandu Lansia

Puskesmas Padang Bulan

Pada penelitian ini telah didapatkan data mengenai riwayat hipertensi dan hasil skor MMSE yang diambil dari responden di Posyandu Lansia wilayah Puskesmas Padang Bulan. Lansia yang menderita hipertensi selama <5 tahun sebanyak 16 orang, di antaranya 14 orang (87,5%) tidak mengalami penurunan fungsi kognitif dan 2 orang (12,5%) mengalami penurunan fungsi kognitif. Lansia dengan kategori yang menderita hipertensi selama atau lebih dari 5 tahun sebanyak 34 orang, di antaranya terdapat 15 orang (44,1%) yang tidak mengalami penurunan fungsi kognitif dan terdapat 19 orang (55,9%) yang mengalami penurunan fungsi kognitif.

(31)

ditolak dan �1 diterima. Hal ini menunjukkan hasil yang signifikan sehingga bisa dikatakan bahwa ada kaitan antara riwayat lamanya hipertensi dengan terjadinya penurunan fungsi kognitif yang diuji di Posyandu Lansia wilayah Puskesmas Padang Bulan.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Kasmianto Abadi dkk dari Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Jakarta. Dengan 32 responden yang berusia rata-rata 61 tahun. 21 responden (65,6%) memiliki riwayat hipertensi, dan 21 orang lainnya (65,6%) menderita MCI (Mild Cognitive Impairment). Mild Cognitive Impairment didapati pada sebanyak 17 orang (81%) dari jumlah 21 orang pada kelompok yang memiliki riwayat hipertensi, dan 4 orang (36%) menderita MCI pada kelompok responden dengan tekanan darah normal. Dari penelitian ini didapati bahwa adanya riwayat hipertensi berdampak signifikan terhadap risiko terjadinya MCI pada responden yang tidak lain adalah para lansia dengan usia rata-rata 61 tahun. Risiko pada individu yang lebih tua yang didiagnosa hipertensi dan memiliki MCI adalah 2,2 dibandingkan dengan individu yang memiliki tekanan darah normal (p value = 0,01).

Pada penelitian lain mengenai hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif yang dilakukan oleh Shilpa Gaidhane et al , Menurut Shilpa Gaidhane et al Hipertensi esensial bisa dipertimbangkan menjadi salah satu faktor risiko independen terhadap terjadinya gangguan fungsi kognitif yang dapat mengarah ke demensia dan stroke pada usia lebih dari 60 tahun. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan dengan desain cross sectional yang melibatkan 62 orang penderita hipertensi, 21 orang dengan normotensi, dan 41 orang dengan prehipertensi sebagai perbandingan. Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan uji hasil yang cukup signifikan mengenai terjadinya gangguan fungsi kognitif pada kelompok hipertensi yang dibandingkan dengan kelompok normotensi dengan nilai p <0,001 .Hal ini membuktikan kaitan adanya pengaruh tekanan darah tinggi terhadap terjadinya gangguan fungsi kognitif.

(32)

dilakukan secara studi longitudinal dengan follow up selama 6 tahun. Responden penelitian memiliki rentang usia 47-70 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 10.963 orang. Hasil penelitian dengan nilai p < 0,001 menunjukkan hasil yang signifikan dan adanya hubungan antara hipertensi dan gangguan fungsi kognitif.

Penelitian ini tidak sesuai dengan beberapa penelitian lain yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara hipertensi dan terjadinya gangguan fungsi kognitif pada lansia, salah satunya adalah penelitan yang dilakukan oleh Scherr pada tahun 1991. Penelitian Scherr dilakukan terhadap responden dengan usia di atas 65 tahun dan sampel sebanyak 3.809 orang , didapati nilai p > 0,05 dan menunjukkan tidak adanya kaitan mengenai hipertensi dan gangguan fungsi kognitif.

(33)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Responden penelitian di Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan sebagian besar berjenis kelamin perempuan.

2. Jumlah responden lansia di Posyandu Lansia Wilayah Padang Bulan yang memiliki riwayat hipertensi lebih dari lima tahun lebih banyak dibanding yang menderita hipertensi kurang dari lima tahun.

3. Terdapat adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara lamanya riwayat hipertensi dengan terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lansia di Posyandu Lansia Wilayah Padang Bulan.

Saran

1. Bagi para lansia yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi hendaknya tetap mengontrol tekanan darahnya agar stabil dengan cara mengubah pola gaya hidup dan mengkonsumsi obat hipertensi yang diberikan dokter secara teratur agar tekanan darah tetap terkontrol dengan baik. Hal ini karena berdasarkan penelitian bahwa ada kaitannya riwayat menderita hipertensi dengan terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lansia di Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan.

(34)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Hipertensi

2.1.1 Definisi , Etiologi dan Klasifikasi

Definisi yang terkini dari hipertensi adalah tingkat tekanan darah sistolik pada atau di atas 140 mmHg (18,7 kPa), atau tingkat tekanan darah diastolik pada atau di atas 90 mmHg (12,0 kPa) (Brunner & Suddarth, 2001).

Hipertensi diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu hipertensi primer (esensial) (90-95%) dan hipertensi sekunder (5-10%). Hipertensi primer adalah hipertensitanpa ditemukan adanya etiologi dari keadaan tersebut, sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit/keadaan tertentu seperti feokromositoma, hiperaldosteronisme primer (sindroma Conn), sindroma Cushing, penyakit parenkim ginjal dan renovaskuler, serta akibat obat (Bakri, 2008 dalam Hanifa 2009).

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII

Kategori Tekanan darah sistol Tekanan darah diastole

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100

(Sumber L Kaplan N.M et al, 2002) 2.1.2 Patofisiologi

Menurut Corwin (2000) tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung volume sekuncup atau curah jantung, heart ratedan total peripheral resistance (TPR).Kecepatan denyut jantung yang meningkat disebabkan oleh

(35)

hipertiroidisme, karena adanya peningkatan kecepatan denyut biasanya akan dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR.

Peningkatan total peripheral resistance (TPR) yang berlangsung lama, terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormone pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terhadap rangsangan normal. Kedua hal tersebut menyebabkan penyempitan pembuluh. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa lebih kuat supaya menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melintasi pembuluh-pembuluh yang menyempit. Hal ini disebut afterload yang biasanya berkaitan dengan tekanan diastolik. Apabila afterload berlangsung lama, ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga harus memompa darah lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Serat-serat otot jantung juga mulai teregang melebihi panjang normal yang akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup atau curah jantung (Basha, 2008 dalam Shakir Ariff 2012)

2.1.3 Faktor Risiko

Sampai saat ini penyebab hipertensi primer tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakanvaskuler dan lain-lain (Anggrainiet al, 2009). Berdasarkan dari faktor pemicunya, faktor resiko dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.

a. Faktor Genetik

(36)

antara potasium terhadap sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini et al, 2009).

b. Usia

Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Individual yang berumur diatas 60 tahun, sekitar 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya (Susilo dan Wulandari, 2011).

c. Jenis Kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, hanya saja wanita terlindungi dari penyakit kardiovaskular sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang dapat meningkatkan jumlah High Density Lipoprotein (HDL). Kadar HDL yang tinggi mampu mencegah terjadinya arterosklerosis (Anggrainiet al, 2009). Namun dari hasil penelitian menyebutkan bahwa pria lebih mudah terserang hipertensi dibandingkan dengan wanita, mungkin dikarenakan gaya hidup pria yang kebanyakan lebih tidak terkontrol dibandingkan wanita, misalnya kebiasaan merokok, bergadang, stres kerja, hingga pola makan yang tidak teratur (Sudarmoko, 2010).

d. Etnis

(37)

e. Obesitas

Menurut National Institutes for Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional).

f. Asupan garam

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat.Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi (Anggraini et al, 2009).

g. Merokok

(38)

g. Stres

Stres dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Peningkatan simpatis akan meningkatkan kerja jantung dan meningkatkan tekanan darah (Susilo dan Wulandari, 2011).

h. Kafein

Konsumsi kafein dalam jumlah yang berlebihan juga dapat menjadi faktor resiko terjadi hipertensi. Kafein dapat menimbulkan perangsangan saraf simpatis, yang pada orang-orang tertentu dapat menimbulkan gejala jantung berdebar-debar, sesak nafas dan lain-lain (Susilo dan Wulandari, 2011).

i. Kolesterol tinggi

Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah akan menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat (Susilo dan Wulandari).

2.1.4 Komplikasi

(39)

Komplikasi hipertensi dapat bersifat akut maupun kronik. Komplikasi pada otak yang bersifat akut biasanya karena kenaikan tekanan darah yang cepat dan mendadak seperti ensefalopati hipertensi. Sedangkan komplikasi yang bersifat kronik berupa kelainan-kelainan pembuluh darah otak berupa: 1)Nodular atherosclerosis. 2) Charcot-Bouchard aneurysm. 3)Fibrinoid necrosis.

Hipertensi merupakan sebagai salah satu faktor risiko terpenting untuk terjadinya atheroma di pembuluh darah otak. Faktor risiko lainnya adalah diabetes mellitus, merokok, hiperkolesterolemia. Terjadinya atheroma pada pembuluh darah di otak akan menimbulkan terjadinya penyakit pembuluh darah di otak berupa stroke non haemoragik, dementia, dan penurunan fungsi kognitif (Sugiyanto E, 2007).

2.1.5 Sirkulasi Darah Otak

Sistem serebrovaskular sangat penting bagi otak karena berfungsi memberikan nutria yang berguna untuk kerja otak. Apabila aliran darah serebrum terganggu beberapa detik saja maka akan terjadi disfungsi dari serebrum, yang akan berlanjut menjadi iskemi. Kerusakan irreversible terjadi bila pasokan oksigen terhenti selama 4-6 menit.Aliran darah serebrum atau atau disingkat menjadi CBF normal adalah sekitar 50 ml/100g jaringan otak per menit. Pada keadaan istirahat otak menerima seperenam dari curah jantung , sedangkan 20% oksigen yang beredar dalam tubuh bersirkulasi dalam otak . Apabila pembuluh darah serebrum terhambat sirkulasi kolateral akan membantu mempertahankan CBF ke daerah iskemik, bagian otak yang berdekatan dengan daerah yang mendapat sirkulasi kolateral tersebut disebut penumbra iskemik. Cerebral perfusion pressure (CPP) merupakan suatu gradien tekanan yang menyebabkan

(40)

Pengaruh CPP terhadap CBF dapat dirumuskan sebagai berikut : CBF = CPP/ CVR (resistensi serebrovaskuler)

Sedangkan CPP sendiri dipengaruhi oleh mean arterial pressure (MAP) dan tekanan intra kranial (ICP) sehingga didapatkan :

CPP = MAP – ICP

MAP merupakan tekanan arteri rata-rata yang didapatkan dari tekanan sistol dan diastol dengan rumus :

MAP = (2 diastol + 1 sistol) : 3

Dan tekanan intrakranial dipengaruhi oleh hukum Monroe Kelly yaitu merupakan hasil penjumlahan dari volume LCS, dijumlah volume darah, dan dijumlahkan dengan volume otak. Autoregulasi otak adalah kemampuan otak normal mengendalikan volume aliran darahnya sendiri di bawah kondisi tekanan darah arteri yang selalu berubah-ubah, yang dilakukan dengan cara mengubah ukuran pembuluh-pembuluh darah di otak untuk mempertahankan tekanan aliran darah ke otak dalam rentang fisiologis yaitu sekitar 60-160 mmHg. Yang pada penderita hipertensi rentang ini dapat berubah menjadi 180-200 mmHg. Apabila MAP turun mendadak hingga angka dibawah rentang fisiologis maka arteriol akan berdilatasi sehingga menurunkan resistensi sehingga aliran darah ke otak tetap konstan, dan sebaliknya bila MAP meningkat di atas batas fisiologis arteriol akan berkonstriksi untuk mempertahankan aliran darah ke kapiler otak, walaupun terjadi peningkatan dorongan darah arteri (Ropper, 2009)

(41)

mmHg.Volume CBF dipengaruhi oleh volume dan kekentalan darah, tekanan perfusi, dan tekanan intra kranial. Sehingga dari rumus yang telah disebutkan di atas dapat menjelaskan efek peningkatan tekanan darah terhadap gangguan fungsi pada otak (Price S, 2002 dalam Taufik 2012).

2.1.6 Mekanisme Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Hipertensi

Hipertensi memberikan efek terhadap otak melalui banyak mekanisme yang pada akhirnya memberikan efek terhadap penurunan fungsi kognitif. Beberapa studi telah dilakukan dan didapatkan hasil bahwa hipertensi menyebabkan penurunan cerebral blood flow (CBF) dan metabolisme otak (penggunaan glukosa untuk menghasilkan energi) pada regio otak tertentu, seperti pada lobus frontal, temporal, dan area subkortikal.Penurunan CBF ini ditemukan lebih besar efek yang ditimbulkan pada pasien hipertensi tanpa terapi medikasi dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan terapi obat. Beberapa penelitian selanjutnya juga menunjukkan bahwa pada subjek penderita hipertensi memiliki respon yang lebih buruk pada fungsi memorinya dibandingkan dengan yang memiliki tekanan darah normal ( Kalariaet al, 2002). Penemuan ini menunjukkan bahwa CBF memiliki peranan penting pada fungsi memori dan juga pada fungsi kognitif yang lain. Transmisi neurokimiawi pada otak dan pada fungsi basal sel juga terkena efek akibat dari hipertensi, selain itu berbagai macam karakteristik neurofisiologis hipertensi juga dapat memberikan andil terhadap gangguan fungsi kognitif. Beberapa karakteristik ini juga dapat menyebabkan perubahan patologis pada anatomi otak setelah melalui beberapa tahun (Kalaria et al, 2002)

(42)

ini menyebabkan kerusakan pada substansia alba yang berperan dalam transmisi pesan dari satu regio otak menuju yang lainnya, selain itu juga menyebabkan mini stroke atau sering disebut silent infarction karena simptom yang muncul tidak terlihat dengan jelas. Pada penderita hipertensi yang mengkonsumsi obat ditemukan kerusakan pada substansia alba tidak sehebat pada penderita tanpa mengkonsumsi obat anti hipertensi, dan juga pada penderita yang tekanan darahnya tidak terkontrol terlihat kerusakan yang ekstensif. Pada tahap akhir penderita hipertensi ditemukan bahwa terjadi atropi atau penyusutan pada massa otaknya. Berbagai gangguan inilah yang secara bertahap menimbulkan vascular disease pada otak yang pada tahap akhir menimbulkan stroke ataupun demensia

vaskuler (Kalaria et al, 2002)

Pada beberapa studi juga telah memeriksa mekanisme hubungan aliran darah otak yang telah dijelaskan di atas dengan kaitannya terhadap performa kognitif. Pada salah satu studi menunjukkan bahwa pada penderita hipertensi yang mengalami kerusakan substansia alba menunjukkan hasil kognitif yang lebih buruk dibandingkan dengan subjek yang memiliki tensi normal dan kerusakan substansia alba yang minimal ( Scimdt R, 1993 dalam Taufik 2012).

2.2 Kognitif

2.2.1 Definisi Kognitif

Kognitif merupakan suatu proses pekerjaan pikiran yang dengannya kita menjadi waspada akan objek pikiran atau persepsi, mencakup semua aspek pengamatan, pemikiran dan ingatan (Dorland, 2002).

2.2.2 Aspek-Aspek Kognitif

Fungsi kognitif seseorang meliputi berbagai fungsi berikut, antara lain : 1. Orientasi

(43)

ditanya) menunjukkan informasi yang “overlearned”. Kegagalan dalam menyebutkan namanya sendiri sering merefleksikan negatifism, distraksi, gangguan pendengaran atau gangguan penerimaan bahasa.

Orientasi tempat dinilai dengan menanyakan Negara, provinsi, kota, gedung dan lokasi dalam gedung. Sedangkan orientasi waktu dinilai dengan menanyakan tahun, musim, bulan, hari dan tanggal.Karena perubahan waktu lebih sering daripada tempat, maka waktu dijadikan indeks yang paling sensitif untuk disorientasi.

2. Bahasa

Fungsi bahasa merupakan kemampuan yang meliputi 4 parameter, yaitu :a) Kelancaran, merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Suatu metode yang dapat membantu menilai kelancaran pasien adalah dengan meminta pasien menulis atau berbicara secara spontan. b) Pemahaman, merujuk pada kemampuan untuk memahami suatu perkataan atau perintah, dibuktikan dengan mampunya seseorang untuk melakukan perintah tersebut. c) Pengulangan, adalah kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan atau kalimat yang diucapkan seseorang. d) Naming, merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu objek beserta bagian-bagiannya.

3. Atensi

(44)

7 secara berturut-turut dimulai dari angka 100 atau memintanya mengeja kata secara terbalik.

4. Memori

a. Memori verbal, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali informasi yang diperolehnya. Memori verbal terbagi menjadi memori baru dan memori baru. Memori baru adalah kemampuan seseorang untuk mengingat informasi yang diperolehnya pada beberapa menit atau beberapa hari yang lalu. Memori lama adalah kemampuan seseorang untuk mengingat informasi yang diperolehnya pada beberapa minggu atau bertahun-tahun lalu.

b. Memori visual, yaitu kemampuan untuk mengingat kembali informasi berupa gambar.

5. Fungsi konstruksi

Kemampuan seseorang untuk membangun dengan sempurna.Fungsi ini dinilai dengan meminta orang tersebut untuk menyalin gambar, memanipulasi balok atau membangun kembali suatu bangunan balok yang telah dirusak sebelumnya.

6. Kalkulasi

Mengacu kepada kemampuan untuk menghitung angka 7. Penalaran

Kemampuan seseorang untuk membedakan baik buruknya suatu hal, serta berpikir abstrak (Goldman, 2000 dalam Dayamaes 2013)

2.2.3 Faktor yang berpengaruh pada fungsi kognitif

(45)

a. Usia

Semakin tua usia seseorang maka secara alamiah akan terjadi apoptosis pada sel neuron yang berakibat terjadinya atropi pada otak yang dimulai dari atropi korteks, atropi sentral, hiperintensitas substantia alba dan paraventrikuler. Yang mengakibatkan penurunan fungsi kognitif pada seseorang, kerusakan sel neuron ini diakibatkan oleh radikal bebas, penurunan distribusi energi dan nutrisi otak(Carayannis G, 2001).

b. Stress, Depresi, Ansietas

Depresi, stress dan ansietas akan menyebabkan penurunan kecepatan aliran darah dan stress memicu pelepasan hormon glukokortikoid yang dapat menurunkan fungsi kognitif (Parkin A, 1999 dalam Taufik 2012)

c. Perfusi darah otak

Otak merupakan organ manusia yang hanya memiliki berat 2% dari tubuh namun menggunakan konsumsi oksigen 20% dari O2 total (45 mL O2/min), dan juga menggunakan konsumsi glukosa 25% dari glokosa tubuh, karena otak tidak memiliki cadangan glukosa. Aliran darah otak berkisar 50-60 ml/100g/menit dengan CBF istirahat 800 mL/min yang kira-kira 15% dari cardiac output. Otak tidak memiliki cadangan glukosa dan oksigen sehingga bila terjadi gangguan perfusi otak akan didapatkan gangguan pada sel neuron, makin lama gangguan perfusi darah ke hippokampus akan semakin berat derajat gangguan kognitif, yang dibuktikan oleh penelitian De Jong, dkk yang meligasi arteri carotis tikus wistar setelah 1 bulan didapatkan penurunan fungsi kognitif (De Jong G, 1999).

d. Lingkungan

(46)

didapat maka akan semakin berkembang pula kemampuan otak seseorang ditunjukkan pada penelitian pada tikus yang berada pada lingkungan yang sering diberikan rangsang memiliki kadar asetilkolin lebih tinggi dari kelompok kontrol (Wood E, 2000 )

e. Infeksi dan penyakit sistemik

Penyakit sistemik seperti atherosklerosis, hipertensi, dislipidemia, obesitas, rokok akan menghambat aliran darah otak sehingga terjadi gangguan suplai nutrisi bagi otak yang berakibat pada penurunan fungsi kognitif. Selain itu infeksi akan merusak sel neuron yang menyebabkan kematian sel otak (Stinga E, 2000)

f. Latihan memori

Semakin sering seseorang menggunakan atau melatih memorinya maka sinaps antar neuron akan semakin banyak terbentuk sehingga kapasitas memori seseorang akan bertambah, berdasar penelitian Vancocellos pada tikus yang diberi latihan berenang selama 1 jam perhari selama 9 minggu terbukti memiliki fungsi memori jangka pendek dan jangka panjang yang lebih baik daripada kelompok control (Vasconcellos A, 2003 dalam Taufik)

g. Intoksikasi obat

(47)

2.3 Lansia

2.3.1 Definisi lansia

Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia, ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998 dalam Zulsita). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.

2.3.2 Klasifikasi lansia

WHO dalam menkes RI mempunyai batasan usia lanjut sebagai berikut:middle / young elderly usia antara 45-59 tahun, elderly usia antara 60-74 tahun, old usia antara 75-90 tahun dan dikatakan very old berusia di atas 90 tahun. Pada saat ini, ilmuwan sosial yang mengkhususkan diri mempelajari penuaan merujuk kepada kelompok lansia : “lansia muda” (young old), “lansia tua” (old old). Dan “lansia tertua” (oldest old). Secara kronologis, young old secara umum dinisbahkan kepada usia antara 65 sampai 74 tahun, yang biasanya aktif, vital dan bugar. Old-old berusia antara 75 sampai 84 tahun, dan oldest old berusia 85 tahun ke atas (Papalia, Olds & Feldman, 2005 dalam Zulsita 2010). 2.4 MMSE (Mini Mental State Examination)

2.4.1. Tujuan

(48)

penggunaan tes ini selama bertahun-tahun, kegunaan utama MMSE berubah menjadi suatu media untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan kelainan neurodegeneratif, misalnya penyakit Alzheimer (Lezak, 2004)

2.4.2. Gambaran

(49)

2.4.3. Pelaksanaan

MMSE dapat dilaksanakan selama kurang lebih 5-10 menit.Tes ini dirancang agar dapat dilaksanakan dengan mudah oleh semua profesi kesehatan atau tenaga terlatih manapun yang telah menerima instruksi untuk penggunaannya.

2.4.4. Penggunaan Klinis

MMSE merupakan pemeriksaan status mental singkat dan mudah diaplikasikan yang telah dibuktikan sebagai instrumen yang dapat dipercaya serta valid untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan penyakit neurodegeneratif.Hasilnya, MMSE menjadi suatu metode pemeriksaan status mental yang digunakan paling banyak di dunia. Tes ini telah diterjemahkan ke beberapa bahasa dan telah digunakan sebagai instrumen skrining kognitif primer pada beberapa studi epidemiologi skala besar demensia..

(50)

2.4.5 Interpretasi MMSE

(51)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang sering disebut The Silent Killer karena biasanya pasien tidak mengetahui bahwa mereka menderita penyakit

hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Selain itu penderita hipertensi umumnya tidak merasakan adanya suatu tanda gejala pada tubuhnya sebelum terjadi komplikasi yang lebih lanjut (Chobanian et al, 2004).

Gaya hidup masa kini yang semakin berkembang telah menyebabkan meningkatnya angka kejadian hipertensi pada banyak orang. Diperkirakan sekitar 20% populasi orang dewasa menderita hipertensi, terutama pada orang dengan usia lanjut lebih dari 60 tahun. Sekitar 50% dari orang berusia lanjut menderita hipertensi.Di seluruh dunia diperkirakan terdapat 1 miliar orang menderita hipertensi yang memberikan kontribusi 7,1 juta kematian per tahun (Dreisbach, 2013).

Di Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan RI tahun 2007, diketahui prevalensi di Indonesia mencapai 31,7 % dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah tersebut 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Kemudian pada tahun 2013 prevalensi hipertensi pada usia di atas 20 tahun mencapai 25,8% (Riskesdas, 2013)

Salah satu komplikasi hipertensi di sistem saraf pusat selain stroke juga dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif, salah satunya fungsi memori yang bila dibiarkan secara kronis dapat menyebabkan demensia (Vascular Cognitive Impairment) (Sharp S,, 2011).

(52)

menyatakan penurunan fungsi kognisi pada penderita hipertensi berupa atensi sebesar 13%, fungsi eksekutif 36% dan penurunan memori sebesar 26% (Arntzen et al, 2011). Pada penelitian yang lainnya, didapatkan hasil penurunan fungsi kognitif yang bermakna pada lansia penderita hipertensi yang lebih dari 5 tahun dibanding yang baru saja didiagnosa menderita hipertensi (Taufik E, 2012)

Pendapat lain menyatakan pengaruh tekanan darah terhadap fungsi kognitif adalah karena hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke, dan juga dapat meningkatkan risiko penyakit Alzheimer mungkin melalui penyakit pembuluh darah kecil, iskemi, stress oksidatif, dan inflamasi (Dai W, 2008).

Berdasarkan latar belakang di atas tentang tingginya risiko hipertensi dan pengaruhnya terhadap penurunan fungsi kognitif, penulis ingin melakukan penelitian mengenai kaitan lamanya hipertensi terhadap terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lansia yang menderita hipertensi di Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka penulis

merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah ada hubungan lamanya

hipertensi terhadap gangguan fungsi kognitif pada lansia di Posyandu Lansia

Puskesmas Padang Bulan?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lamanya hipertensi terhadap terjadinya gangguan fungsi kognitif pada lansia.

(53)

1. Mengetahui lamanya riwayat hipertensi pada lansia hipertensi di posyandu lansia Puskesmas Padang Bulan.

2. Menilai gangguan fungsi kognitif pada lansia di posyandu lansia Puskesmas Padang Bulan.

3. Menganalisis hubungan lamanya hipertensi terhadap gangguan fungsi kognitif pada lansia di posyandu lansia Puskesmas Padang Bulan.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan mengenai hubungan risiko hipertensi terhadap gangguan fungsi kognitif pada lansia sehingga nantinya penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan dalam upaya pencegahan penurunan fungsi kognitif pada lansia.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat untuk mengontrol tekanan darahnya agar meminimalisir gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut. b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Menjadi bahan referensi untuk peneliti berikutnya untuk melakukan dan memperdalam penelitian dalam bidang ini.

c. Bagi Penulis

(54)

ABSTRAK

Hipertensi adalah penyakit penyebab komplikasi terbesar saat ini yang bahkan bisa berakhir dengan kematian. Dampak dan komplikasi dari hipertensi sendiri sudah jelas yang salah satunya adalah penurunan fungsi kognitif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kaitan antara lamanya riwayat lansia yang menderita hipertensi terhadap terjadinya proses penurunan fungsi kognitif pada lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Wilayah Padang Bulan. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi cross sectional. Sampel penelitian diambil dari lansia di Posyandu Lansia Wilayah Padang Bulan secara consecutive sampling. Responden dengan riwayat tekanan darah tinggi akan diuji fungsi kognitif dengan tes MMSE ( Mini Mental State Examination). Data akan diuji dengan analisis bivariat menggunakan uji Chi Square di SPSS.

Berdasarkan data yang didapat pada penelitian ini terdapat responden lansia yang menderita hipertensi <5 tahun sebanyak 16 orang, di antaranya sebanyak 14 orang (87,5%) tidak mengalami gangguan fungsi kognitif dan 2 orang (12,5%) mengalami gangguan fungsi kognitif. Responden lansia yang menderita hipertensi selama atau lebih dari 5 tahun sebanyak 34 orang, di antaranya terdapat 15 orang (44,1%) yang tidak mengalami gangguan fungsi kognitif dan terdapat 19 orang (55,9%) yang mengalami penurunan fungsi kognitif. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai p = 0,004 , maka dengan ini hasil dikatakan signifikan dan terdapat hubungan antara lamanya hipertensi dan gangguan fungsi kognitif pada lansia.

(55)

ABSTRACT

Recently, hypertension is the main cause of complication which can even lead to death. One of the most obvious impact and complication of hypertension is the degression of cognitive function.

This research aims to discover the correlation between the length of history as a hypertension patient and the degression of cognitive function of elderly in Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan region. This research is done by cross sectional study method. The research sample is taken from the elderly in Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan region by consecutive sampling. Respondent with history of high blood pressure will have their cognitive function tested by MMSE (Mini Mental State Examination). The data will be examined by bivariate analysis using Chi Square test in SPSS.

Based on data collected, there are 16 elderly respondents who have hypertension less than 5 years, 14 of them (87,5%) have no cognitive function degression, while 2 others (12,5%) do. In the other hand, there are 34 elderly respondents who have hypertension for five years and above. Fifteen of them (44,1 %) have no cognitive function degression, while the rest 19 person (55,9 %) do. Based on analysis data using Chi Square test, value of p = 0,004 is obtained, therefore the result of this research in considered as significant and it is proven that there is correlation between the length of history as a hypertension patient and the degression of cognitive function in elderly.

(56)

BULAN TAHUN 2015

Oleh :

ANASTASIA EKA PUTERI

120100322

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(57)

BULAN TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

ANASTASIA EKA PUTERI

120100322

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(58)
(59)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah mendapatkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penyusunan karya tulis ilmiah ini bertujuan memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dalam program studi pendidikan dokter,

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari adanya kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian, sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

2. Dr. dr. Aldy S. Rambe, Sp.S (K) selaku dosen pembimbing yang telah penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. dr. Tengku Helvi Mardiani, M.Kes dan dr. Lita Feriyawati, M.Kes. Sp.PA selaku dosen penguji yang telah memberikan kritikan dan saran yang membangun.

4. Ibu Bidan Imelda selaku penanggungjawab Posyandu Lansia di Puskesmas Padang Bulan yang telah membantu.

5. Keluarga Penulis Bapak Tasri Tahir , Ibu Rohawati dan Saudara Thariq Ibnu Tarmizi yang senantiasa mendukung dan mendoakan.

6. Teman-teman dari Fakultas Kedokteran Muhammad Mahadi Hasibuan, Dara Novea Hutagalung, dan Lindia Fitri yang ikut turut serta membantu dalam memperoleh data penelitian ini.

(60)

Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.

Penulis,

(61)

ABSTRAK

Hipertensi adalah penyakit penyebab komplikasi terbesar saat ini yang bahkan bisa berakhir dengan kematian. Dampak dan komplikasi dari hipertensi sendiri sudah jelas yang salah satunya adalah penurunan fungsi kognitif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kaitan antara lamanya riwayat lansia yang menderita hipertensi terhadap terjadinya proses penurunan fungsi kognitif pada lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Wilayah Padang Bulan. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi cross sectional. Sampel penelitian diambil dari lansia di Posyandu Lansia Wilayah Padang Bulan secara consecutive sampling. Responden dengan riwayat tekanan darah tinggi akan diuji fungsi kognitif dengan tes MMSE ( Mini Mental State Examination). Data akan diuji dengan analisis bivariat menggunakan uji Chi Square di SPSS.

Berdasarkan data yang didapat pada penelitian ini terdapat responden lansia yang menderita hipertensi <5 tahun sebanyak 16 orang, di antaranya sebanyak 14 orang (87,5%) tidak mengalami gangguan fungsi kognitif dan 2 orang (12,5%) mengalami gangguan fungsi kognitif. Responden lansia yang menderita hipertensi selama atau lebih dari 5 tahun sebanyak 34 orang, di antaranya terdapat 15 orang (44,1%) yang tidak mengalami gangguan fungsi kognitif dan terdapat 19 orang (55,9%) yang mengalami penurunan fungsi kognitif. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai p = 0,004 , maka dengan ini hasil dikatakan signifikan dan terdapat hubungan antara lamanya hipertensi dan gangguan fungsi kognitif pada lansia.

(62)

ABSTRACT

Recently, hypertension is the main cause of complication which can even lead to death. One of the most obvious impact and complication of hypertension is the degression of cognitive function.

This research aims to discover the correlation between the length of history as a hypertension patient and the degression of cognitive function of elderly in Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan region. This research is done by cross sectional study method. The research sample is taken from the elderly in Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan region by consecutive sampling. Respondent with history of high blood pressure will have their cognitive function tested by MMSE (Mini Mental State Examination). The data will be examined by bivariate analysis using Chi Square test in SPSS.

Based on data collected, there are 16 elderly respondents who have hypertension less than 5 years, 14 of them (87,5%) have no cognitive function degression, while 2 others (12,5%) do. In the other hand, there are 34 elderly respondents who have hypertension for five years and above. Fifteen of them (44,1 %) have no cognitive function degression, while the rest 19 person (55,9 %) do. Based on analysis data using Chi Square test, value of p = 0,004 is obtained, therefore the result of this research in considered as significant and it is proven that there is correlation between the length of history as a hypertension patient and the degression of cognitive function in elderly.

(63)

DAFTAR ISI

1.3Tujuan Penelitian………. 2

1.4Manfaat Penelitian……….. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi, Etiologi dan Klasifikasi……… 4

2.1.2 Patofisiologi………. 4

2.1.3 Faktor Resiko……… 5

2.1.4 Komplikasi……… 8

2.1.5 Sirkulasi Darah Otak……….. 9

2.1.6 Mekanisme Penurunan Fungsi Kognitif ... 11

2.2 Kognitif 2.2.1 Definisi Kognitif……….. 12

2.2.2 Aspek- Aspek Kognitif……… 12

2.2.3 Faktor yang berpengaruh pada Fungsi Kognitif…… 14

2.3 Lansia 2.3.1 Definisi Lansia ..……….. 17

2.3.2 Klasifikasi Lansia ……… 17

2.4 MMSE (Mini Mental Status Examination) 2.4.1 Tujuan……….. 17

2.4.2 Gambaran………. 18

2.4.3 Pelaksanaan……….. 19

2.4.4 Penggunaan Klinis……… 19

(64)

BAB 3 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep ………... 21

3.2 Definisi Operasional……… 21

3.3 Hipotesis………. 22

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian……….. 23

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 23

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian……….. 23

4.4 Metode Pengumpulan Data………. 25

4.5 Metode Analisa Data……….. 25

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ………. 27

5.2 Karakteristik Subjek Penelitian ………... 27

5.3 Hasil Penelitian ………...…..…. 28

5.4 Pembahasan ………..………..………...… 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ………. 35

Saran ………... 35

DAFTAR PUSTAKA……….. 36

LAMPIRAN Daftar Riwayat Hidup Penulis ……… 40

Tabel skor MMSE ………..……….... 41

Analisis Data Statistik………. 42

Data Induk……….. 47

Surat Survey Awal Penelitian……….. 49

Surat Ethical Clearance……….... 50

Surat Izin Penelitian………. 51

(65)

DAFTAR SINGKATAN

AHA American Heart Association

CBF Cerebral blood flow

CPP Cerebral perfusion pressure

CVR Cerebral vascular resistance

HDL High density lipoprotein

IMT Indeks Massa Tubuh

LCS Liquid serebro spinal

MAP Mean arterial pressure

MMSE Mini Mental State Examination

NIH National Institutes for Health USA

Riskesdas RisetKesehatanDasar

SA Sinoatrium

SPSS Statistical Package for the Social Sciences

TIA Transient Ischaemic Attack

TPR Total peripheral resistance

WHO World Health Organization

(66)

Daftar Tabel

2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII ………... 4

5.1 Jadwal Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan ………. 27

5.2 Distribusi Frekuensi mengenai Jenis Kelamin, Riwayat Pendidikan, Lama

Hipertensi, dan Hasil Tes MMSE pada lansia penderita hipertensi Puskesmas

Padang Bulan Tahun 2015………... 28

5.3 Hubungan lamanya hipertensi dengan Gangguan Fungsi Kognitif pada lansia di

Gambar

Tabel 5.1 Jadwal Posyandu Lansia Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi mengenai Jenis Kelamin, Riwayat Pendidikan, Lama Hipertensi, dan Hasil Tes MMSE pada Lansia Penderita Hipertensi Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII

Referensi

Dokumen terkait

- Allah memberikan cangkang pada kura-kura untuk pertahanan diri - Allah memberikan supit pada kepiting untuk mempertahankan diri - Allah memberikan duri pada kulit duren

In the paper, authors have investigated positioning data from static and kinematic measurements computing them with the help of three different software, one of them

KELOMPOK KERJA GURU (KKG) MADRASAH IBTIDAIYAH. KECAMATAN GENUK

Daya dukung lahan dihitung dari total nilai produksi biohayati aktual yang ada pada lahan di wilayah tertentu, dibandingkan dengan kebutuhan lahan per hektar yang

1) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. 2) Media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi

The Doctor’s not keen on goodbyes.’ Domnic hadn’t said anything, so Rose had continued, ‘I think it’s all the adoration – makes him a bit embarrassed.’. Captain Jack had

Tujuan utama kegiatan lesson study yaitu memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana mahasiswa belajar dan dosen mengajar, merancang pembelajaran yang mudah

Diprakasai kepala sekolah, didukung lingkungan yang kondusif, adanya  tekad  dan  semangat  diantara  para  guru  untuk  maju  secara  bersama‐sama,  adanya