• Tidak ada hasil yang ditemukan

Situasi Kedwibahasaan Pada Masyarakat Di Kecamatan Percut Sei Tuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Situasi Kedwibahasaan Pada Masyarakat Di Kecamatan Percut Sei Tuan"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

SITUASI KEDWIBAHASAAN PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi syarat-syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana

OLEH NAMA: JUNI NIM : 080702002

(2)

SITUASI KEDWIBAHASAAN PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi syarat-syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana

OLEH NAMA: JUNI NIM : 080702002

Dosen Pembimbing I DosenPembimbing II

Drs.Baharuddin,M.Hum Dra.AsrityPurba,M.Hum.

NIP:196001011988031007 NIP:196211221987032001

Ketua Departemen Sastra Daerah

(3)

Disetujui Oleh:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

MEDAN

2013

Departemen Sastra Daerah

Ketua,

(4)

PENGESAHAN

Diterima Oleh:

Panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi Salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Bahasa dan Sastra pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumtera Utara Medan.

Hari/Tanggal : ……….

Fakultas Ilmu Budaya USU

Dekan

Dr.Syahron Lubis,M.A NIP : 195110131976031001

Panitia Ujian : No.

1.Drs.Warisman Sinaga,M.Hum ………...

2.Dra.Herlina Ginting,M.Hum ………...

3.Drs.Baharudin,M.Hum ………...

4.Dra.Asriaty R.Purba,M.Hum ………...

(5)

Abstrak

Judul skripsi: Situasi Kedwibahasaan Pada Masyarakat Di Kecamatan Percut Sei Tuan.

Penelitian ini merupakan penelitian tentang kedwibahasaan pada masyarakat di Kecamatan Percut Sei Tuan.Menurut Chaer (2004:84),Dwibahasa atau bilingualisme adalah sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.

Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah jumlah variasi bahasa yang muncul pada masyarakat Percut Sei Tuan dan kemampuan berbahasa masyarakat dalam dua bahasa yang berbeda.Metode dasar yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif dengan melakukan penelitian di Desa Bandar Klippa,Kecamatan Percut Sei Tuan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Tarigan(1988). Menurut Tarigan (1988:5) mengatakan bahwa bilingualisme itu sendiri dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara antara lain: berdasarkan tahapan uisa pemerolehan,konteks ,pendidikan,dan status sosial.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan seperti yang diharapkan.Selanjutnya shalawat dan salam kepada Muhammad,Rasul Allah sebagai rahmat dan teladan bagi seluruh umat manusia.

Skripsi ini berjudul”Situasi Kedwibahasaan Pada Masyarakat di Kecamatan Percut Sei Tuan”.Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan,namun berkat bantuan dari semua pihak,akhirnya dapat diselesaikan juga.

Agar dapat memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang isi skripsi ini,penulis akan memaparkan rincian sistematika penulisan ini sebagai berikut.

Bab I merupakan pendahuluan.Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah,perumusan masalah,tujuan penelitian,dan manfaat penelitian.

Bab II merupakan tinjauan pustaka yang mencakup kajian yang relevan dan teori yang digunakan.

Bab III akan membahas metode penelitian yang terdiri atas: metode dasar,metode pengumpulan dasar,variabel penelitian,populasi dan sampel,tahapan kegiatan,dan topografi kecamatan Percut Sei Tuan.

(7)

Bab IV merupakan hasil dan pembahasan.Pada bab ini diuraikan tentang identitas sosial responden,penggunaan bahasa pada kelompok remaja,dewasa,dan orang tua.

Bab V merupakan kesimpulan dan saran,kemudian diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran.

Meskipun telah berusaha dan sebaik mungkin,penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak dijumpai banyak kekurangan.Untuk itu,kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi pnyempurnaan penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga dukungan,bantuan,pengorbanan,dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis,Allah selalu melindungi segala aktivitas dan diberikan kesehatan.Amin.

Medan, Juni 2013

Penulis,

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini,penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kesehatan dan berkah untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini hingga selesai.Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan saran,dukungan,bimbingan dan bantuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.Oleh karena itu,penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya teristimewa kepada kedua orang tua penulis yang penulis sangat sayangi Ayahnda (Nasrul) dan Ibunda ( Jamunar) yang telah bersusah payah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan juga tak henti-hentinya memberikan dukungan dan perhatian baik materi dan spiritual selama penulis mengikuti perkuliahan hingga sampai saat ini.

Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.Syahron lubis,M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU,Bapak Pembantu Dekan I,Pembantu Dekan II,Pembantu Dekan III,serta seluruh staff dan pegawai dijajaran Fakultas Ilmu Budaya.

2. Bapak Drs.Warisman Sinaga,M.Hum.Selaku Ketua Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya USU.

3. Ibu Dra.Herlina Ginting,M.Hum.selaku sekretaris Departemen Sastra Daerah fakultas Ilmu Budaya USU.

(9)

4. Bapak Drs.Baharudin,M.Hum.Selaku Dosen Pembimbing I penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan juga meluangkan waktu,tenaga,dan pikiran serta memberikan masukan dan ide-ide hingga penulisan skripsi ini selesai,penulis mengucapkan Terimakasih.

5. Ibu Dra.Asriaty R.Purba,M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang selalu mendukung dan memberikan masukan-masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini selesai,penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu karena telah bersabar,semangat dan mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Dra.Asni Barus,M.Hum selaku Dosen Wali selama menjalani pendidikan di Universitas Sumatera Utara.Terimakasih untuk waktu,saran dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis untuk menyempurnakan skripsi saya ini.

7. Terimakasih kepada Bapak Drs.Warisman Sinaga,M.Hum,Dra.Herlina Ginting, M.Hum,Drs.Ramlan Damanik,M.Hum,selaku dosen penguji dalam penyempurnaan skripsi ini.

8. Terimakasih kepada Bapak camat Percut Sei Tuan,Bapak Darwin Zein,S.Sos yang telah memberikan dukungan untuk penyempurnaan skripsi ini.

9. Kepada masyarakat Desa Bandar Klippa dan Bapak Kepala Desa yang telah memberikan respon yang baik kepada penulis dalam pengumpulan data di lapangan hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(10)

11.Kepada adik-adik mahasiswa sastra daerah stambuk 2009,2010,2011,dan 2012 penulis juga mengucapkan terimakasih.

Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan pada kesempatan ini,yang telah membantu penulisan dan proses studi.Kiranya Allah Yang Maha Kuasa senantias membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.Penulis menyadari akan keterbatasan penulis,maka hasil penelitian ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan,untuk itu koreksi dan masukan dari berbagai pihak diharapkan penulis guna penyempurnaanya.Semoga tulisan ini berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Medan, Juni 2013

Penulis

JUNI

(11)

Daftar Isi

Abstrak ………...i

Kata Pengantar……….ii

Ucapan terimakasih ………iv

Daftar Isi………...……vii

BAB I PENDAHULUAN………..1

1.1Latar Belakang Masalah………...….………1

1.2Rumusan Masalah………...……..5

1.3Tujuan Penelitian………..6

1.4Manfaat Penelitian………6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..………..8

1.1Kajian Pustaka………...………8

1.2Teori yang digunakan………..10

BAB III METODE PENELITIAN………...………16

1.1Metode Dasar………..16

(12)

1.6Topografi Kecamatan Percut Sei Tuan………...23

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………25

4.1 Identitas Sosial Responden……….25

4.2 Pembahasan Tentang Penggunaan Bahasa Pada Kelompok Remaja….30 4.3 Pembahasan Tentang Penggunaan Bahasa Pada Kelompok Dewasa….48 4.4 Pembahasan Tentang Penggunaan Bahasa Pada Kelompok Orang tua..60

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………...……..73

5.1 Simpulan……….73

5.2 Saran………74

(13)

Abstrak

Judul skripsi: Situasi Kedwibahasaan Pada Masyarakat Di Kecamatan Percut Sei Tuan.

Penelitian ini merupakan penelitian tentang kedwibahasaan pada masyarakat di Kecamatan Percut Sei Tuan.Menurut Chaer (2004:84),Dwibahasa atau bilingualisme adalah sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.

Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah jumlah variasi bahasa yang muncul pada masyarakat Percut Sei Tuan dan kemampuan berbahasa masyarakat dalam dua bahasa yang berbeda.Metode dasar yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif dengan melakukan penelitian di Desa Bandar Klippa,Kecamatan Percut Sei Tuan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Tarigan(1988). Menurut Tarigan (1988:5) mengatakan bahwa bilingualisme itu sendiri dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara antara lain: berdasarkan tahapan uisa pemerolehan,konteks ,pendidikan,dan status sosial.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia disebut-sebut memiliki khazanah linguistik yang luar biasa.Selain bahasa persatuan bahasa Indonesia,negeri ini memiliki bahasa yang digunakan oleh setiap suku bangsa,yaitu bahasa Daerah.Sebagian besar anggota masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang memiliki dan menggunakan paling sedikit dua bahasa (Bilingual),yakni bahasa Indonesia dan bahasa Daerah.

Dwibahasa merupakan suatu kajian yang menggambarkan tentang penggunaan dua bahasa terhadap lawan bicaranya dan menganggap bahasa sebagai media untuk menyampaikan maksud dan tujuan tertentu.Bilingualisme atau Dwibahasa juga dapat diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian(Fishman 1975,dalam Chaer 2004:84).

Bahasa adalah alat komunikasi yang memiliki peran penting bersosialisasi dengan sesama manusia untuk menyampaikan maksud dan tujuan tertentu.Tanpa bahasa di masyarakat tidak dapat terjadi interaksi maupun hubungan timbal balik antara sesama manusia.

(15)

Hampir semua ahli bahasa sepaham dengan defenisi bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh seluruh masyarakat sebagai alat komunikasi yang paling baik,paling sempurna,dibandingkan dengan alat komunikasi yang lain;termasuk juga alat komunikasi yang digunakan oleh hewan(Chaer 2004:11).

Lebih lanjut lagi,bahasa adalah suatu sistm simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota masyarakat bahasa untuk komunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya,berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama.Sistam pada defenisi ini menunjuk pada adanya elemen-elemen beserta hubungan satu sama lainnya yang pada akhirnya membentuk suatu konsisten,yang bersifat hierarkis(Dardjowidjojo,2003:16).

Bahasa juga dapat diartikan sebagai alat komunikasi dan alat perhubungan yang paling primer didalam hubungan antara pribadi (Siregar 1998:3).Penggunaan bahasa Indonesia maupun bahasa Daerah juga telah diatur didalam Undang-undang dasar 1945 pasal 36 menyatakan bahwa bahasa Daerah yang masih dipakai sebagai alat perhubungan yang hidup dan dibina oleh masyarakat pemakainya dihargai dan dipelihara oleh Negara.Dengan kata lain,Negara juga ikut andil dalam pemeliharaan dan pelestarian bahasa Indonesia maupun bahasa Daerah.

(16)

Berhasil atau tidaknya suatu pemeliharaan dan pelestarian bergantung pada masyarakat pemakai bahasa tersebut dalam kaitannya terhadap perkembangan sosial,politik,ekonomi,dan,budaya masyarakat tersebut.

Bidang linguistik yang mempelajari dan membicarakan tentang bahasa atau multibahasa yaitu Sosiolinguistik.Pada tahun 1972,Fishman menyimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa,fungsi-fungsi variasi bahasa,dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi,berubah dan saling mengubah satu sama lainnya dalam masyarakat tutur.

Kemudian (Booji 1975,dalam Chaer 2004:4) mengatakan bahwa sosiolinguistik adalah subdisiplin bahasa yang mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam penggunaan bahasa dan pergaulan sosial.

(Meijer 1976,dalamChaer 2004:4) mengatakan bahwa sosiolinguistik adalah kajian mengenai bahasa dan pemakaiannya dalam konteks social dan kebudayaan.

Selanjutnya (Kridalaksana 1978,dalam Chaer 2004:3) mengatakan bahwa sosiolinguistik lazim didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa,serta hubungan antara bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu didalam suatu masyarakat bahasa.

(17)

Sebagai objek dalam kajian sosiolinguistik,dwibahasa atau multilingual tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa saja,akan tetapi dilihat dan didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi didalam masyarakat manusia.Oleh karena itu,bagaimanapun rumusan mengenai sosiolinguitik yang diberikan para pakar tidak akan terlepas dari persoalan hubungan bahasa dengan kegiatan-kegiatan atau aspek-aspek kemasyarakatan.

Kabupaten Deli Serdang,khususnya Percut Sei Tuan merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Sumatera Utara yang saat ini dihuni oleh berbagai macam kelompok etnis dan latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda dalam berkomunikasi yang secara umum menggunakan bahasa daerah mereka masing-masing.

Menurut daerah pemakaiannya,wilayah kecamatan Percut Sei Tuan,khususnya Desa Bandar Klippa merupakan wilayah yang diidentikkan dengan masyarakat penuturnya yang menggunakan bahasa Melayu.

(18)

Salah satu faktor penting yang menyebabkan terjadinya dwibahasa bahkan multibahasa yaitu proses industrialisasi atau urbanisasi.Sehubungan dengan itu,kecamatan Percut Sei Tuan merupakan salah satu kota yang terkena dampak proses industrialisasi dan urbanisasi yang pada akhirnya memiliki latar belakang etnik dan bahasa yang berbeda-beda sehingga akan memunculkan keanekaragaman bahasa.Keanekaragaman bahasa inilah yang disebut sebagai dwibahasa atau multibahasa.

Walaupun begitu,pemakaian bahasa Melayu tidak hanya terbatas pada wilayah Percut Sei Tuan saja,akan tetapi juga dipakai di tempat lain di wilayah Sumatera Utara, seperti Serdang Bedagai,Tanjung Balai,Labuhan Batu,dan sebagainya.Kajian terhadap dwibahasa atau multibahasa tidak begitu banyak.Sepanjang sepengetahuan penulis sudah ada beberapa buku yang muncul yang berkenaan dengan Pengkajian Kedwibahasaan antara lain:Sosiolinguistik Perkenalan Awal oleh Chaer (2004),Pengajaran Kedwibahasaan oleh Tarigan (1988).Namun dari segi pengkajian,belum ada yang megkaji mengenai”Situasi Kedwibahasaan pada Masyarakat Percut Sei Tuan”.Hal inilah yang mendorong penulis ingin mempelajarinya.

1.2. Rumusan Masalah

Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1) Bagaimanakah jumlah variasi bahasa yang muncul pada masyarakat Percut Sei Tuan berdasarkan sebaran geografis?

(19)

2) Bagaimanakah taraf kemampuan berbahasa masyarakat Percut Sei Tuan berbicara dalam dua bahasa yang berbeda?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian situasi kedwibahasaan pada masyarakat Percut Sei Tuan adalah sebagai berikut:

1) Untuk mendeskripsikan jumlah variasi bahasa yang muncul pada masyarakat Percut Sei Tuan .

2) Untuk mengetahui kemampuan berbahasa masyarakat pada masyarakat Percut Sei Tuan dalam dua bahasa yang berbeda.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1) Sebagai pengembangan ilmu bahasa;hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tidak hanya informasi tentang Situasi Kedwibahasaan yang muncul pada masyarakat Percut Sei Tuan,tetapi juga aplikasi teori Sosiolinguistik yang belum berkembang di Indonesia dalam penelitian sejenis ini.

(20)

3) Menjadi sumber informasi tentang kajian sosiolinguistik bagi mahasiswa khususnya Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya USU dan bagi pembaca.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian yang Relevan

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul Skripsi ini.Adapun buku-buku yang digunakan dalam memahami dan mendukung penelitian ini adalah buku yang berkaitan dengan penelitian tersebut.Selain buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi ini,penulis juga memperoleh data dari sumber data lisan.Data lisan atau korpus diperoleh dari masyarakat yang akan memberikan seputar jawaban tentang kuesioner yang akan diberikan kepada para informan.

Bloomfield dalam bukunya yang terkenal Language (1933:56) mengatakan bahwa Bilingualisme adalah “Kemampuan seorang penutur untuk menggunakan dua bahasa dengan sama baiknya”.Jadi, menurut Bloomfield,seseorang disebut bilingual apabila dapat menggunakan B1 (bahasa pertama/bahasa ibu) dan B2 (bahasa kedua/bahasa asing) dengan derajat sama baiknya.

(22)

Kemudian (Mackey 1962,dalam Chaer 2004:87) mengatakan bahwa Bilingualisme adalah praktik penggunaan bahasa secara bergantian,dari bahasa satu ke bahasa lainnya oleh seorang penutur.Untuk penggunaan dua bahasa diperlukan penguasaan kedua bahasa itu dengan tingkat yang sama.

Para pakar lainnya Weinrich (1968:1) mengatakan bahwa bilingualisme adalah menguasai dua bahasa yang berarti mengusai dua sistem kode,dua dialek atau lebih dari bahasa yang sama.

Perkembangan bilingualisme tidak hanya sampai disitu saja akan tetapi menurut (Whorf 1974: dalam Chaer 2004: 91), salah satu ciri bilingualisme adalah digunakannya dua bahasa atau lebih oleh seseorang atau sekelompok orang karena tidak adanya persamaan tertentu dari kedua bahasa itu.Artinya kedua bahasa itu dapat digunakan kepada siapa saja,kapan saja,dan dalam situasi bagaimana saja.

Selanjutnya Siregar (1998) mengatakan bahwa masyarakat Dwibahasa terdapat pola kedwibahasaan yang mampu menunjukkan kedudukan dan fungsi bahasa yang terdapat didalam reportoar bahasa masyarakat tersebut.Di Indonesia,reportoar bahasa ini biasanya terdiri dari bahasa Indonesia dan bahasa Daerah.Didalam Masyarakat bahasa seperti ini,terdapat ranah-ranah(domain) penggunaan bahasa yang menetapkan norma-norma penggunaan bahasa tertentu pada masing-masing ranah.

(23)

(Overbeke 1972,dalam Chaer 2004:4) juga mengatakan bahwa kedwibahasaan adalah sarana sunnah atau wajib bagi komunikasi dua arah “Lebih” yang berbeda yang menggunakan dua sistem linguistik yang berbeda.

Kemudian para pakar lainnya juga mengatakan bahwa bilingualisme mengacu kepada kemampuan menghasilkan ucapan-ucapan bermakna yang sempurna dalam bahasa lain (Mc Langhlin,1984:8).Oestreicher juga mengatakan bahwa bilingualisme adalah penguasaan dua bahasa yang berbeda tanpa interferensi antara kedua proses linguistik.Demikianlah pengertian kedwibahasaan yang telah penulis ambil dari berbagai sumber.Sebagai pegangan selanjutnya penulis membatasi bahwa pengertian bilingualisme adalah penggunaan dua bahasa atau lebih yang dapat digunakan secara lancar dan baik.

2.2. Teori yang Digunakan

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Sosiolinguistik.Menurut Tarigan (1988:5) mengatakan bahwa bilingualisme itu sendiri dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara antara lain:

a) Berdasarkan hipotesis ambang

b) Berdasarkan tahapan usia pemerolehan c) Berdasarkan konteks

(24)

a). Berdasarkan hipotesis ambang

Berdasarkan hipotesis ambang yang dikemukakan oleh (Cummins 1976,dalam Tarigan 1988:5),maka dapat dibedakan :

a) Kedwibahasaan subtraktif b) Kedwibahasaan ditif

Apabila bahasa sang anak minoritas digantikan sampai taraf tertentu oleh bahasa mayoritas,maka hal ini mengandung efek subtraktif (pengurangan )pada sang anak.(Gritner,1980:125).Dalam beberapa hal,anak-anak yang seperti itu dapat mengembangkan prestasi yang bertaraf rendah dalam kedua bahasa itu.Dalam perkataan lain,kedwibahasaan subtraktif,yang menghilangkan atau mengembangkan kecakapan yang terbatas saja pada bahasa pertama(B1),mungkin saja mengakibatkan defesiensi (pengurangan) kognitif pada bahasa kedua B2 (Ovando & Callier,1985:65).

Dalam kedwibahasaan aditif yang merupakan wadah B1 sang anak merupakan bahasa mayoritas atau bahasa dominan dalam kebudayaan ,maka pemerolehan dan pemakaian sesuatu B2 merupakan suatu prestasi tambahan bagi sang anak dan belajar kognitifnya pun menjadi jelas(Gritnerr,1980:126).Dengan perkataan lain,kedwibahasaan aditif akan perkembangan kognitif yang berkesinambungan dalam B1 sementara menguasai B2 memberikan potensi yang lebih besar bagi keberhasilan perkembangan kecakapan sepenuhnya dalam B2 (Ovando & Caliier,1985:65).

(25)

b). Berdasarkan tahapan usia pemerolehan

Berdasarkan tahapan usia seseorang memperoleh B2 yang membuatnya menjadi dwibahasawan,maka dapatlah dibedakan menjadi tiga kedwibahasaan,yaitu:

a) Kedwibahasaan masa kanak-kanak b) Kedwibahasaan masa remaja c) Kedwibahasaan masa dewasa.

Kedwibahasaan kanak-kanak mencakup pemerolehan suksesif dua bahasa.Selama penyebab paling umum pemerolehan suksesif ini adalah perpindahan keluarga ke daerah lain atau negara lain,maka hal itu kerap kali mempunyai hubungan erat dengan masa sulit adaptasi atau penyesuaian dalam kehidupan sang anak dan jelas sekali bahwa hal ini juga mencakup belajar bahasa tersebut.

(26)

c).Berdasarkan konteks

Apabila ditinjau dari konteks yang merupakan wadah atau tempat kedua bahasa yang bersangkutan dipelajari maka dapat dibedakan dua jenis kedwibahasaan,yaitu:

a) Kedwibahasaan Majemuk

b) Kedwibahasaan Koordinat (Osgood &Sebeok,1965dalam Tarigan 1988:8)

Kedwibahasaan majemuk diterapkan kepada pribadi-pribadi atau insan-insan yang memiliki dua tanda linguistik,tetapi kedua-duanya berhubungan dengan suatu kesatuan makna yang terpadu “berdifusi”.Kedwibahasaan koordinat diterapkan kepada pribadi-pribadi atau insan-insan yang memiliki dua sistem mandiri secara fungsional.Pribadi atau insan yang seperti itu mempunyai dua tanda linguistik bagi setiap referen tertentu yan masing-masing berhubungan dengan kesatuan makna yang terpisah.

d). Berdasarkan tingkat pendidikan

Bila ditinjau dari segi tingkat pendidikan ,maka kedwibahasaan dapat dibedakan:

a) Kedwibahasaan kaum elit b) Kedwibahasaan rakyat biasa

Kedwibahasaan kaum elit dilkuiskan sebagai hak istimewa kelas menengah,anggota yang terdidik dari kebanyakan masyarakat(Paulston,1975).

(27)

Kedwibahasaan rakyat berakibat dai kondisi-kondisi kelompok etnik di dalam sauatu negara yang telah menjadi dwibahasawan secara tidak sengaja agar dapat bertahan hidup lebih lama dengan selamat.(Fosi,dalam Tarigan 1988:9).

Perbedaan seperti itu memang merupakan hal yang sangat penting dan kritis,seperti ternyata bahwa sementara kelompok pertama merupakan sistem pendidikan yang mereka awasi untuk mencari kedwibahasaan,maka kelompok kedua telah menyelinapkan kedwibahasaan padanya dengan suatu sistem pendidikan yang dikontrol atau diawasi oleh orang lain.Penemuan-penemuan risat juga konsisten dalam memperlihatkan bahwa anak-anak yang memperoleh hak istimewa dari kelompok dominan itu berbuat baik secara akademik,apakah mereka terdidik dalam bahasa ibu mereka atau bahasa kedua.

e). Berdasarkan kesosialannya

Ditinjau dari sudut pandangan “Kesosialannya” atau dari segi individu dan masyarakat,maka dapat dibedakan:

a) Kedwibahasaan individual b) Kedwibahasaan sosial

(28)

Secara umum istilah ini bermakna bahwa bahasa yang dipergunakan pada kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa formal,buat tujuan-tujuan resmi dan buat menulis,biasanya disebut sebagai bentuk-bentuk “tinggi”berbeda dengan yang dipakai dalam percakapan bahasa sehari-hari yang biasa disebut sebagai bentuk “rendah”.(Harding &Rilley.1986:26).

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode yang bertujuan agar penelitian tersusun secara sistematis.Seperti halnya rumusan masalah,metode pun memiliki hubungan dengan teori.Jadi,dapat disimpulkan bahwa metode penelitian ialah cara kerja untuk mendapatkan data dalam penelitian untuk mencari kebenaran yang objektif dalam pokok persoalan.

3.1. Metode Dasar

Senada dengan tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini,yakni berusaha menggambarkan secara objektif dan tepat tentang Situasi Kedwibahasaan Pada Masyarakat di Kecamatan Percut Sei Tuan,maka penelitian ini bersifat deskriptif kuantitaif.Karena metode dan teknik penelitian ini mencerminkan kenyataan berdasarkan fakta-fakta (fact finding) yang ada di lapangan sebagaimana adanya(Nawawi dan Hadari dalam

(30)

Menurut Fishman,di dalam penggunaan bahasa terdapat konteks-konteks sosial yang melembaga yang menunjukkan kelebihcocokkan/kekurangcocokkan penggunaan bahasa tertentu bahasa lain.

3.2. Metode pengumpulan data

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan memberikan daftar pertanyaan atau kuesioner kepada informan untuk memperoleh jawaban dari para informan.

Adapun langkah-langkah dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode kepustakaan yaitu dengan mencari data dari buku-buku yang berhubungan dengan penelitian.

2. Metode lapangan adalah mencari data yang diperoleh dari lapangan penelitian.Metode lapangan berupa penyediaan data yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner atau daftar pertanyaan yang terstruktur dan rinci untuk memperoleh informasi dari sejumlah besar informan yang dipandang reperesentatif mewakili populasi(Wiseman 1970,dalam chaer 2005:246).Metode lapangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner survei terbuka yang bersifat informan tidak diminta memberikan jawaban atau komentar sesuai dengan apa yang dirasakan sebagai sesuatu yang paling cocok.

(31)

3. Metode cakap merupakan salah satu metode yang digunakan dalam tahap pengumpulan data yang dilakukan dengan cara peneliti melakukan percakapan atau kontak dengan penutur selaku narasumber.Adapun menurut Sudaryanto (1993 :137,) teknik dalam penelitian ini meliputi:

a) Teknik Pancing, yaitu: Peneliti memberikan Stimulasi pada informan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang diharapakan si Peneliti.

b) Teknik Cakap Semuka, yaitu: peneliti langsung mendatangi setiap daerah pengamatan dan melakukan percakapan dengan para informan.

c) Teknik Catat d) Teknik Rekam 3.3.Variabel Penelitian.

(32)

Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah di dalam ranah kekeluargaan,tetangga,pergaulan,pekerjaan,pendidikan,dantransaksi.Adapun variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti terdapat didalam diagram berikut:

3.4.Populasi dan Sampel.

Populasi penelitian ini adalah masyarakat yang berada di daerah kawasan Desa Bandar Klippa da berdomisili di wilayah tersebut.Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk mengetahui jumlah variasi bahasa yang muncul di tengah masyarakat dan mengetahui taraf kemampuan berbahasa masyarakat pada masyarakat di Desa Bandar Klippa.

19

variabel bebas

1). Usia

2).pekerjaan

3). pendidikan

4). jenis kelamin

5). tempat lahir

6). perkawinan.

variabel

Penelitian

Variabel terikat

1).kekeluargaan

(33)

Berkaitan dengan itu,karena keterbatasan waktu penelitian maka populasi penelitian ini hanya mengambil beberapa pemercontoh (sampel) sebagian objek yang diteliti atau hanya meneliti elemen sampel bukan seluruh elemen populasi. Adapun jumlah pemercontoh ditetapkan dalm penelitian ini adalah dua puluh lima responden dari populasi yang didasarkan pada tingkat generasi,yaitu(remaja,dewasa,dan orang tua),yakni 5 (lima) responden remaja,5 (lima) responden dewasa,dan 15 (lima belas) responden dewasa yang berkaitan dengan pemercontoh yang dipilih.

Pemilihan responden juga dilakukan berdasarkan penentuan responden yang memenuhi syarat.Mahsun (1995 :106) mengatakan bahwa adapun yang menjadi seorang informan haruslah memenuhi syarat-syarat,yaitu:

1) Berjenis kelamin Pria atau wanita. 2) Berusia antara 17-65 tahun (pikun).

3) Orangtua ,istri atau suami informasi lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya.

4) Berpendidikan minimal tamat pendidikan dasar.

5) Berstatus sosial menengah dengan harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya. 6) Pekerjaannya bertani dan buruh.

(34)

8) Sehat jasmani dan rohani.Sehat jasmani maksudnya tidak cacat berbahasa dan memiliki pendengaran yang tajam untuk menangkap pertanyaan-pertanyaan dengan tepat;sedangkan sehat rohani maksudnya tidak gila atau pikun.

3.5.Tahapan Kegiatan

Penelitian ini dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan,yakni mulai dari tahap persiapan penelitian,penyediaan data,pemerosesan data,analisis data,dan tahap penyusunan laporan.

A. Tahapan persiapan yang dilakukan adalah 1) Memilih salah satu lokasi pnelitian,

2) Memilih beberapa responden yang sesuai dengan kriteria responden yang baik,dan 3) Membuat kisi-kisi kuesioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang brkaitan

tentang situasi kedwibahasaan pada Masyarakat Percut Sei Tuan. B. Tahapan penyediaan data yang dilakukan adalah

2. Meminta responden untuk mengisi kuesioner yang telah dipersiapkan.

C. Tahapan pemerosesan data kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut

1). Membersihkan data,artinya memeriksa kembali jawaban responden,apakah setiap

Pertanyaan dijawabnya;kalau dijawab,apakah cara menjawabnya betul,

2). Membuat koding,artinya memberikan tanda atau kode agar mudah memeriksa jawaban,

(35)

D. Tahapan analisis data yang dilakukan adalah

1. Melakukan skoring atau pemberian angka,khususnya kepada data yang diklasifikasikan dan menghitungnya untuk setiap jawaban responden,

2. Menggolongkan kategori jawaban dalam tabel-tabel,baik tabel frekuensi maupun tabel skor atau nilai.

3. Mendeskripsikan hasil-hsail perhitungan tersebut dalam bentuk tabel dan grafik,dan 4. Membuat interpretasi hasil pengolahan tersebut dalam bentuk

pernyataan-pernyataan verbal sesuai dengan masalah penelitian.

E.Tahapan penyusunan laporan yang mempunyai kegiatan sebagai berikut:

1. Penulisan laporan dan melengkapi data yang kurang,

2. Pengetikan laporan,

3. Mendiskusikan laopran kepada dosen pembimbing

(36)

3.6.Topografi kecamatan Percut Sei Tuan.

Percut Sei Tuan adalah salah satu kecamatan di kabupaten Deli Serdang.Adapun penjelasan tentang percut sei tuan tidaklah begitu banyak,karena daerah ini termasuk kedalam salah satu kecamatan di kabupaten Deli Serdang.Percut Sei tuan terbagi atas 8 desa dan 12 kelurahan,adapun pembagian tersebut adalah sebagai berikut:

Desa Kelurahan

1. Amplas 2. Bandar Setia 3. Cinta Damai 4. Kolam

5. Pematang lalang 6. Saentis

7. Tanjung rejo 8. Tanjung selamat

1. Bandar Khalipah 2. Bandar Klippa 3. Cinta rakyat 4. Kenangan 5. Kenangan baru 6. Laut dendang 7. Medan estate 8. Percut 9. Sampali 10.Sei rotan

11.Sumber rejo timur 12.Tembung

Adapun koordinat Percut Sei Tuan adalah 2°57’-3°16’ minangkabau,mandailing,melayu,jawa,dan aceh.

(37)

3.6.1. Peta Kecamatan Percut Sei Tuan.

Sumber data:www.wikipedia.com

(38)

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Identitas Sosial Responden.

Berdasarkan jumlah responden pada penelitian ini adalah sebanyak 25 orang yang terdiri atas 5 orang responden remaja,5 orang responden dewasa,15 orang responden orang tua.

Jawaban yang diperoleh pada tabel 1 di bawah adalah untuk menetukan jenis kelamin responden .Adapun jenis kelamin responden yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner adalah sebagai berikut:

Tabel 1.Responden menurut jenis kelamin ( N= 25 )

NO. Jenis Kelamin Banyaknya

1. Laki-laki 10 (40,00%)

2. Wanita 15 (60,00%)

Jumlah 25 (100,00%)

Data yang diperoleh dari penyebaran angket tentang jenis kelamin responden dapat diperoleh menjadi dua ,yaitu;sebanyak 10(40,00%) berjenis kelamin Laki-laki,dan sebanyak 15(60,00%) berjenis kelamin Wanita.

(39)

Selanjutnya,pada tabel 2 ini data yang didapat diperoleh dari penyebaran angket tentang perkawinan para responden.Adapun perkawinan responden ini dapat dibagi menjadi dua status yaitu sudah kawin dan belum kawin.

Tabel 2. Perkawinan Responden ( N=25 )

NO. Perkawinan F ( %)

1. Kawin 20(80,00%)

2. Belum Kawin 5(20,00%) Jumlah 25(100,00%)

Hasil penyebaran angket dari 25 responden ,sebanyak 20(80,00%) responden mengaku sudah kawin ,dan sebanyak 5(20,00%) responden mengaku belum kawin.

Selanjutnya untuk variabel usia,dibagi menjadi tiga bagian,yaitu usia responden pada masa remaja,pada masa dewasa,dan pada masa orang tua.Adapun jawaban daripada responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Usia Responden (N=25).

NO. Usia F(%)

1. <20 5(20,00%)

2. 21-35 5(20,00%)

(40)

Berdasarkan pernyataan di atas,dapat disimpulkan bahwa pada variabel usia para responden dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu usia responden pada remaja yaitu antara 17-20 tahun,usia responden antara 21-35 tahun,dan usia responden orang tua antara 35 tahun ke atas.

Adapun variabel pendidikan para responden dari 25 responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Pendidikan Responden (N=25)

NO. Pendidikan F (%)

1. SD 5(20,00%)

2. SMP 9(36,00%)

3. SLTA 9(36,00%)

4. Perguruan Tinggi 2(8,00%) Jumlah 25(100,00%)

Variabel pendidikan dibagi menjadi 4,yaitu sekolah dasar (SD),sekolah mengengah pertama (SMP),sekolah lanjutan atas(SMA) dan akademi/perguruan tinggi (PT).dan dari hasil penyebaran kuesioner didapat hasil bahwa sebanyak 5(20,00%) dari 25(100,00%) responden tamat SD,Sebanyak 9(35,00%) tamat SMP,sebanyak 9(35,00%) tamat SLTA,dan sebanyak 3(10,00%) tamat Perguruan Tinggi.

(41)

Adapun untuk variabel pekerjaan dari para responden,data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Pekerjaan responden (N=25)

NO. Pekerjaan f (%)

1. Wiraswasta 14(56,00%) 2. Tidak bekerja 3(12,00%) 3. Pedagang 1(4,00%) 4. Lain-lain 7(28,00%)

Jumlah 25(100,00%)

Berdasarkan data di atas,dapat disimpulkan bahwa sebanyak 14(58,00%) responden dari 25 responden (100,00%) bekerja sebagai wiraswasta, 3(10,00%) responden tidak bekerja atau sebagian besar sebagai Ibu rumah tangga, 1(3,00%) responden sebagai pedagang,dan sebanyak7(29,00%) lain-lain.Maksudnya di sini ialah sebagian besar responden masih dikatakan sebagai mahasiswa atau pelajar.

(42)

Tabel 6.bahasa pertama sekali yang dipelajari.

Pertanyaan Bahasa Indonesia Bahasa daerah Bahasa apakah yang pertama

kali anda pelajari?

15(60,00%) responden 10(40,00%) responden

Jumlah 25(100,00%) responden

Berdasarkan jawaban dari para responden di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sebanyak 15 responden (60,00%) dari 25 responden menggunakan bahasa Indonesia,dan sebanyak 10 responden (40,00%) menggunakan bahasa daerahnya.Hal ini menunjukkan bahwa bahasa kedua (B2) lebih dominan daripada bahasa aslinya atau bahasa Ibunya (B1).Hal ini disebabkan karena bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yaitu bahasa yang dipakai oleh setiap suku sebagai alat komunikasi atau alat perhubungan antara satu suku terhadap suku lainnya.

Sejalan dengan pernyataan di atas,pada tabel 7. Di bawah ini menunjukkan bagaimana penguasaan bahasa daerah khususnya bahasa Melayu terhadap para responden yang berada di desa Bandar Klippa.

Tabel 7. Penguasaan terhadap bahasa Melayu

Bisa (ya) Sedikit-sedikit Tidak

7(28,00%) 4(16,00%) 14(56,00%)

(43)

Jawaban yang disajikan pada tabel 7 merupakan jawaban atas pertanyaan sebagai berikut:

Apakah Anda dapat berbahasa Melayu?

Berdasarkan keterangan di atas dapat dilihat bahwa dari data responden yang menyatakan “bisa” sebanyak 7 responden atau 29,00% ,4 responden yang menyatakan “sedikit-sedikit” atau 13,00% ,dan 14 responden atau 58,00% menyatakan “tidak”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mayoritas penduduk desa Bandar Klippa tidak dapat menggunakan bahasa Melayu dan hanya sebagian saja yang dapat menggunakan bahasa Melayu walaupun daerah tersebut dapat dikatakan sebagai daerah kawasan penduduk Melayu.Hal ini didorong karena adanya urbanisasi atau kawasan desa Bandar klippa termasuk kawasan Industri yang menyebabkan akan masuknya kelompok-kelompok etnik lain ke daerah tersebut.Kedatangan kelompok etnik yang berbeda itu akan menyebabkan dinamika linguistik,tetapi pada tahap-tahap tertentu akan memunculkan masyarakat yang multibahasa

4.2. Pembahasan tentang penggunaan bahasa pada kelompok remaja.

(44)

Adapun masing-masing pada ranah tersebut dapat dikelompokkan pada tiga pengguna kelompok, antara lain: kelompok remaja,kelompok dewasa,dan Orang tua.

Berdasarkan jumlah responden kelompok remaja yang terdiri dari 5 (lima) orang reponden yaitu terbagi atas 3 remaja wanita,dan 2 remaja laki-laki dan diperoleh jawaban tentang penggunaan bahasa yaitu pada ranah keluarga,pergaulan,pekerjaan,dan pendidikan.

1. Ranah Keluarga.

Untuk mengetahui jawaban dari para responden pada ranah keluarga,pertanyaan yang diajukan kepada para responden adalah sebagai berikut:

• Bahasa apakah yang Anda gunakan sehari-hari kepada Ayah Anda di rumah? • Bahasa apakah yang Anda gunakan sehari-hari kepada Ibu Anda di rumah?

• Bahasa apakah yang Anda gunakan sehari-hari kepada Abang/adik (saudara lelaki) Anda di rumah?

• Bahasa apakah yang Anda gunakan sehari-hari kepada Kakak/adik (saudara perempuan) Anda di rumah?

(45)

Berdasarkan pertanyaan di atas,jawaban yang diberikan oleh para responden dapat dilihat pada table 8di bawah ini:

Tabel 8. Remaja jika berbicara kepada ayah di rumah (N=5).

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%) dengan Ayah di rumah.

4(80,00%) 1(20,00%) --- --- --- 5(100,00%)

Berdasarkan jawaban responden di atas,sebanyak 4(80,00%) responden dari 5 responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 1(20,00%) responden lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia.

Tabel 9.Remaja jika berbicara kepada Ibu di rumah (N=5).

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%) dengan Ibu di rumah.

(46)

Berdasarkan jawaban responden di atas pada ranah keluarga,sebanyak 4(80,00%) responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 1(20,00%) responden lebih banyak menggunakan bahasa daerah.

Tabel 10.Remaja jika berbicara dengan abang/adik (saudara lelaki) di rumah (N=5)

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%) dengan Ibu di rumah.

4(80,00%) 1(20,00%) --- --- --- 5(100,00%)

Selanjutnya jawaban responden di atas pada ranah keluarga,sebanyak 4(80,00%) responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 1(20,00%) responden lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia.

Tabel 11.Remaja jika berbicara dengan kakak/adik (saudara perempuan) di rumah (N=5)

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%) dengan Ibu di rumah.

4(80,00%) --- 1(20,00%) --- --- 5(100,00%)

(47)

Adapun jawaban responden di atas pada ranah keluarga,sebanyak 4(80,00%) responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 1(20,00%) responden sama banyaknya bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.

Pada tabel 11. dapat dilihat persentase pada kelompok remaja untuk ranah keluarga selalu menggunakan bahasa Indonesia adalah 80,00% atau sebanyak 4 responden.jika dikumulatifkan keempat tabel tersebut pada responden remaja untuk ranah keluarga maka hasilnya adalah 80,00% + 80,00% + 80,00% +80,00% =320% :4=80,00% atau sebanyak 4 responden yang selalu menggunakan bahasa Indonesia.Sedangkan,20,00% atau 1 responden yang menggunakan sama banyaknya bahasa Indonesia dengan bahasa daerah atau lebih banyak bahasa daerah.

Dengan demikian,pada ranah keluarga dari responden remaja lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa daerahnya sehingga akan memunculkan pengaruh terhadap bahasa pertamanya,yaitu bahasa daerahnya sendiri.maka dapat disimpulkan bahwa pada responden remaja pada ranah keluarga bahasa keduanya(B2) lebih dominan daripada bahasa pertamanya (B1) yaitu bahasa daerah.

2. Ranah pergaulan.

(48)

• Bahasa apakah yang Anda gunakan pada sehari-hari kepada teman-teman sesuku jika bertemu di luar rumah?

• Jika bercakap-cakap, bahasa apakah yang Anda gunakan pada sehari-hari kepada teman-teman sesuku di rumah?

• Jika dalam keadaan marah-marah, bahasa apakah yang Anda gunakan pada sehari-hari kepada teman-teman sesuku di rumah?

• Jika bersenda gurau, bahasa apakah yang Anda gunakan pada sehari-hari kepada teman-teman sesuku di rumah?

• Jika berdiskusi, bahasa apakah yang Anda gunakan pada sehari-hari kepada teman-teman sesuku di rumah?

• Jika bermusyawarah. bahasa apakah yang Anda gunakan pada sehari-hari kepada teman-teman sesuku di rumah?

Adapun jawaban yang diberikan oleh para responden pada pertanyaan diatas dapat dilihat pada table 12.di bawah ini:

Tabel 12.Remaja jika berbicara dengan teman sesuku di rumah (N=5)

Peristiwa bahasa

(49)

Berdasarkan pernyataan di atas,dapat disimpulkan bahwa responden remaja pada ranah pergaulan,sebanyak 60,00% atau 3 responden dari 5 (100,00%) responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 40,00% atau 2 responden menggunakan sama banyaknya bahasa Indonesia dengan bahasa daerah jika berbicara dengan teman sesuku di rumah.

Tabel 13.Remaja jika berbicara dengan teman sesuku jika bertemu di luar rumah (N=5)

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%)

(50)

Tabel 14. Remaja jika bercakap-cakap santai dengan teman sesuku di rumah(N=5)

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%) cakap santai dengan teman sesuku di rumah

3(60,00%) --- 2(40,00%) --- --- 5(100,00%)

Jawaban dari para responden diatas menunjukkan bahwa sebanyak 3 responden atau 60,00% dari 5 responden selalu menggunakan bahasa Indonesia ,dan 2 responden atau 40,00% responden menggunakan sama banyaknya bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.

Tabel 15. Remaja jika marah-marah dengan teman sesuku di rumah(N=5)

Peristiwa bahasa

(51)

Jawaban para responden terhadap pertanyaan diatas jika dalam keadaan marah-marah bahasa apa yang akan digunakan oleh para responden tehadap orang lain adalah sebanyak 4 responden atau 80,00% dari 5 responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 1 responden atau 20,00% lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa daerah.

Tabel 16. Remaja jika bersenda gurau dengan teman sesuku di rumah(N=5)

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%)

(52)

Tabel 17. Remaja jika berdiskusi dengan teman sesuku di rumah(N=5)

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%)

Adapun jawaban para responden terhadap pertanyaan diatas jika dalam keadaan berdiskusi bahasa apa yang akan digunakan oleh para responden tehadap orang lain adalah sebanyak 3 responden atau 60,00% dari 5 responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 1 responden atau 20,00% lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa daerah,dan 1 responden atau 20,00% lebih banyak menggunakan bahasa daerah.

Tabel 18. Remaja jika bermusyawarah dengan teman sesuku di rumah(N=5)

Peristiwa bahasa

(53)

Adapun jawaban para responden terhadap pertanyaan diatas jika dalam keadaan bermusyawarah bahasa apa yang akan digunakan oleh para responden tehadap orang lain adalah sebanyak 3 responden atau 60,00% dari 5 responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 1 responden atau 20,00% lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa daerah,dan 1 responden atau 20,00% sama banyaknya menggunakan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.

Pada ranah pergaulan kumulatif persentase kelompok remaja yang selalu menggunakan bahasa Indonesia adalah: 60,00% + 60,00% +80,00% +80,00=280,00% :4=70,00% atau 3 responden,dan 16,00% atau 1 responden yang menggunakan sama banyaknya bahasa Indonesia dengan bahasa daerah,dan 12,00% atau 1 reponden yang menggunakan lebih banyak bahasa daerah.Hal ini menunjukkan bahwa pada ranah pergaulan bahasa Indonesia lebih dominan daripada bahasa daerah.

3. Ranah pekerjaan.

Pada ranah pekerjaan,para responden remaja ini yang sudah bekerja sebanyak 3 responden. Untuk mengetahui jawaban dari para responden pada ranah pekerjaan,pertanyaan yang diajukan kepada para responden adalah sebagai berikut:

• Jika berada di lingkungan kerja,bahasa apakah yang Anda gunakan sehari-hari kepada teman Anda?

(54)

Adapun jawaban yang diberikan oleh para responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 19. Remaja berbicara dengan teman yang bukan sesuku di lingkungan pekerjaan(N=5)

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%) teman yang bukan

sesuku di pekerjaan

3(100,00%) --- --- --- --- 3(100,00%)

Dari jawaban responden dapat dilihat dengan jelas bahwa responden jika berbicara dengan teman yang bukan sesuku di lingkungan pekerjaan sebanyak 3 responden atau 100,00% dari 3 responden akan selalu menggunakan bahasa Indonesia.

Tabel 20. Remaja berbicara dengan teman sesuku di lingkungan pekerjaan(N=5) Peristiwa

bahasa

(55)

Jawaban responden dapat dilihat dengan jelas bahwa responden jika berbicara dengan teman yang sesuku di lingkungan pekerjaan sebanyak 2 responden atau 70,00% dari 3 responden akan selalu menggunakan bahasa Indonesia,dan 1 responden atau 30,00% lebih banyak menggunakan bahasa daerah.

Pada ranah pekerjaan kumulatif persentase kelompok remaja yang selalu menggunakan bahasa Indonesia adalah: 100,00% + 70,00%=170,00%:2=85,00% atau 2 responden,dan 15,00% atau 1 responden yang menggunakan lebih banyak bahasa daerah.Hal ini menunjukkan bahwa pada ranah pergaulan bahasa Indonesia lebih dominan daripada bahasa daerah.

4. Ranah pendidikan

Pada ranah pendidikan,para responden remaja ini yang masih pelajar atau mahasiswa sebanyak 2 responden. Untuk mengetahui jawaban dari para responden pada ranah pekerjaan,pertanyaan yang diajukan kepada para responden adalah sebagai berikut:

• Jika berada di sekolah,bahasa apakah yang Anda gunakan sehari-hari kepada teman Anda?

• Jika berada di sekolah,bahasa apakah yang Anda gunakan sehari-hari kepada teman sesuku Anda?

(56)

Berdasarkan pertanyaan di atas, adapun jawaban yang diberikan oleh para responden adalah sebagai berikut:

Tabel 21.Remaja berbicara dengan teman yang bukan sesuku di sekolah(N=5) Peristiwa

bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%) teman yang bukansesuku di sekolah

2(100,00%) --- --- --- --- 2(100,00%)

Jawaban responden dapat dilihat dengan jelas bahwa responden jika berbicara dengan teman yang bukan sesuku di sekolah sebanyak 2 responden atau 100,00% dari 2 responden akan selalu menggunakan bahasa Indonesia.

Tabel 22. Remaja berbicara dengan teman yang sesuku di sekolah(N=5) Peristiwa

bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%) teman yang sesuku di sekolah

1(50,00%) --- --- 1(50,00%) --- 2(100,00%)

(57)

Jawaban responden dapat dilihat dengan jelas bahwa responden jika berbicara dengan teman yang sesuku di sekolah sebanyak 1 responden atau 50,00% dari 2 responden akan selalu menggunakan bahasa Indonesia,dan 1 responden 50,00% lebih banyak menggunakan bahasa daerah.

Tabel 23. Remaja berbicara dengan teman yang sesuku di luar sekolah(N=5) Peristiwa

bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%) teman yang sesuku di luar sekolah

1(50,00%) --- --- 1(50,00%) --- 2(100,00%)

Jawaban responden dapat dilihat dengan jelas bahwa responden jika berbicara dengan teman yang sesuku di luar sekolah sebanyak 1 responden atau 50,00% dari 2 responden akan selalu menggunakan bahasa Indonesia,dan 1 responden 50,00% lebih banyak menggunakan bahasa daerah.

(58)

Berdasarkan analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah rata-rata serta persentase pada semua ranah pada kelompok remaja adalah jumlah seluruh persentase dibagi banyaknya ranah.Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

X =x/n Ket:X= rata-rata

X= jumlah seluruh persentase pada semua ranah n = banyaknya ranah

Jumlah persentase dan responden selalu menggunakan bahasa Indonesia pada kelompok remaja di semua ranah adalah sebagai berikut:

(80,00%+70,00%+85,00%+66,66%=301,66%:4=75,41% X 5 responden=4 responden)

Jumlah persentase dan responden lebih banyak menggunakan bahasa daerah pada kelompok remaja di semua ranah adalah sebagai berikut:

(20,00%+16,00%+15,00%+12,00%=63,00%:4=15,75%X 5 responden=1 responden).

Tabel 24. Kesimpulan penggunaan bahasa pada kelompok remaja.

Selalu bahasa

Indonesia

Lebih banyak menggunakan

bahasa Indonesia

Sama banyaknya bahasa Indonesia dengan bahasa daerah

Lebih banyak bahasa daerah

Selalu bahasa daerah

4 responden (75,41%)

--- --- 1 responden

(15,75%)

---

Berdasarkan Kesimpulan di atas,dapat dibuat sebuah diagram tentang penggunaan bahasa pada kelompok remaja(N=5) adalah sebagai berikut:

(59)

Keterangan :

Persentase penggunaan bahasa Indonesia 0,00%--50,00% ditafsirkan tidak

Mengalami “dwibahasa”.

Persentase penggunaan bahasa Indonesia 51,00%--100,00% ditafsirkan telah

Mengalami “dwibahasa”.

Berdasarkan data pada diagram,sebanyak 75,41% responden remaja selalu menggunakan bahasa Indonesia pada semua ranah,yaitu pada keluarga,pergaulan,pekerjaan, dan pendidikan.

Adapun sebanyak 9,50% responden remaja lebih banyak menggunakan bahasa 0,00%

10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00%

selalu bahasa Indonesia

lebih banyak bahasa Indonesia

sama banyaknya bahasa Indonesia dengan bahasa

Daerah

lebih banyak bahasa daerah

(60)

Kemudian sebanyak 4,75% responden remaja menggunakan sama banyaknya bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.Sebanyak 11,25% responden remaja lebih banyak menggunakan bahasa daerah,dan 0,00% responden tidak ada yang menjawab selalu menggunakan bahasa daerah.

Dengan demikian,dapat dikatakan bahwa pada kelompok remaja pada semua ranah telah terjadi kedwibahasaan.Dikatakan demikian,karena dengan dasar skala pengukuran dalam menghitung pada kelompok remaja di semua ranah digunakan dengan skala pengukuran dengan cara menghitung nilai tengah atau median,yakni dihitung dari setengah jumlah responden.Pada kelompok remaja responden sebanyak 5 (100,00%) maka dikatakan mengalami dwibahasa jika diukur berdasarkan rumus 5(100,00):2=2,5 atau 3 (50,00).dalam hal ini,kelompok responden remaja sebanyak 4 atau 75,41% selalu menggunakan bahasa Indonesia dalam berinteraksi dengan sesama penduduk lainnya di semua ranah dan ini menunjukkan bahwa telah terjadi dwibahasa.Dikatakan demikian,karena bahasa pertama(B1) para responden remaja adalah bahasa daerahnya,sedangkan pada penggunaannya di semua ranah para responden remaja selalu menggunakan bahasa Indonesia.Dengan demikian,bahasa kedua(B2) lebih dominan daripada bahasa pertama (B1).Hal inilah yang dapat dikatakan sebagai kedwibahasaan.

(61)

4.3Pembahasan penggunaan bahasa pada kelompok dewasa.

Adapun pembahasan tentang penggunaan bahasa pada kelompok dewasa ini terdiri atas 5 responden.Pada kelompok dewasa ini,ada beberapa ranah yang tidak dijumpai yaitu ranah pendidikan.Mengapa? karena para responden sudah tidak ada lagi yang masih sekolah,tetapi sudah bekerja dan berkeluarga.Adapun ranah yang dijumpai terdiri atas ranah keluarga,pergaulan, dan pekerjaan.Dan hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Ranah keluarga.

Adapun pengolahan data pada ranah keluarga adalah sama dengan pengolahan data pada kelompok remaja.Pada ranah keluarga data yang diolah adalah bahasa apakah yang digunakan kepada suami/isteri,anak lelaki,dan anak perempuan di rumah.jawabannya dapat dilihat pada tabel 25. Berikut ini:

Tabel 25. Dewasa jika berbicara dengan suami/isteri di rumah(N=4)

Peristiwa bahasa

(62)

Adapun jawaban para responden dewasa adalah sebanyak 2 responden atau 75,00% dari 4 responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 1 responden atau 25,00% sama banyaknya menggunakan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah

Tabel 26. Dewasa jika berbicara dengan anak lelaki di rumah(N=4)

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%) dengan anak lelaki di rumah

3(75,00%) 1(25,00%) --- --- --- 5(100,00%)

Adapun jawaban para responden dewasa adalah sebanyak 3 responden atau 75,00% dari 4 responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 1 responden atau 25,00% lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia.

(63)

Tabel 27. Dewasa jika berbicara dengan anak perempuan di rumah(N=4).

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%) dengan anak lelaki di rumah

3(75,00%) 1(25,00%) --- --- --- 5(100,00%)

Adapun jawaban para responden dewasa adalah sebanyak 3 responden atau 75,00% dari 4 responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 1 responden atau 25,00% lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia.

Ranah keluarga kumulatif persentase kelompok dewasa yang selalu menggunakan bahasa Indonesia adalah: 75,00%+ 75,00%+75,00%=125,00%:3=41,66% atau 2 responden,dan 16,66% atau 1 responden yang menggunakan lebih banyak bahasa Indonesia ,dan8,33% responden berbicara dengan sama baiknya bahasa indonesia dengan bahasa daerah.Hal ini menunjukkan bahwa pada ranah pergaulan bahasa Indonesia lebih dominan daripada bahasa daerah.

2. Ranah pergaulan.

(64)

,marah-marah,bersenda gurau,berdiskusi,dan bermusyawarah.jawabannya dapat dilihat pada tabel 28. Berikut ini:

Tabel 28. Dewasa jika bercakap-cakap santai dengan teman sesuku di rumah(N=5).

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%)

Adapun jawaban para responden dewasa adalah sebanyak 3 responden atau 60,00% dari 5 responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 1 responden atau 20,00% lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia,dan 1 responden atau 20,00% menggunakan sama banyaknya bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.

Tabel 29.Dewasa jika marah-marah dengan teman sesuku di rumah(N=5).

Peristiwa bahasa

(65)

Adapun jawaban para responden dewasa adalah sebanyak 3 responden atau 60,00% dari 5 responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 1 responden atau 20,00% lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia,dan 1 responden atau 20,00% menggunakan sama banyaknya bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.

Tabel 30.Dewasa jika bersenda gurau dengan teman sesuku di rumah(N=5).

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%)

(66)

Tabel 31.Dewasa jika berdiskusi dengan teman sesuku di rumah(N=5).

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%)

Adapun jawaban para responden dewasa adalah sebanyak 4 responden atau 80,00% dari 5 responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 1 responden atau 20,00% menggunakan sama banyaknya bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.

Tabel 32.Dewasa jika bermusyawarah dengan teman sesuku di rumah(N=5).

Peristiwa bahasa

(67)

Adapun jawaban para responden dewasa adalah sebanyak 4 responden atau 80,00% dari 5 responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 1 responden atau 20,00% menggunakan sama banyaknya bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.Pada ranah pergaulan kumulatif persentase kelompok dewasa yang selalu menggunakan bahasa Indonesiadalah:60,00%+60,00%+80,00%+80,00%+80,00%=360,00%:5=72,00% atau 2 responden,dan 8,00% atau 1 responden yang menggunakan lebih banyak bahasa Indonesia ,dan20,00% atau 1 responden berbicara dengan sama baiknya bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.Hal ini menunjukkan bahwa pada ranah pergaulan bahasa Indonesia lebih dominan daripada bahasa daerah.

3. Ranah pekerjaan.

(68)

Tabel 33.Dewasa jika berbicara dengan teman sesuku di lingkungan pekerjaan (N=5).

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%)

Berbicara dengan teman

sesuku di lingkungan pekerjaan

4(80,00%) 1(20,00%) --- --- --- 5(100,00%)

Adapun jawaban para responden dewasa adalah sebanyak 4 responden atau 80,00% dari 5 responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 1 responden atau 20,00% lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia.

Tabel 34.Dewasa jika berbicara dengan teman yang sesuku di luar lingkungan pekerjaan (N=5).

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%)

Berbicara dengan teman yang bukan

sesuku di lingkungan pekerjaan

4(80,00%) --- 1(20,00%) --- --- 5(100,00%)

(69)

Adapun jawaban para responden dewasa adalah sebanyak 4 responden atau 80,00% dari 5 responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 1 responden atau 20,00% sama banyaknya bahasa Indonesia dengab bahasa daerah.Pada ranah pekerjaan kumulatif persentase kelompok dewasa yang selalu menggunakan bahasa Indonesia adalah: 80,00%+80,00%=160,00%:2=80,00% atau 2 responden,dan 10,00% atau 1 responden yang menggunakan lebih banyak bahasa Indonesia ,dan10,00% atau 1 responden berbicara dengan sama baiknya bahasa indonesia dengan bahasa daerah.Hal ini menunjukkan bahwa pada ranah pergaulan bahasa Indonesia lebih dominan daripada bahasa daerah.

Tabel 35.Dewasa jika berbicara dengan teman yang bukan sesuku di lingkungan pekerjaan (N=5).

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%)

Berbicara dengan teman

sesuku di lingkungan pekerjaan

4(80,00%) --- 1(20,00%) --- --- 5(100,00%)

(70)

Berdasarkan analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah rata-rata serta persentase pada semua ranah pada kelompok dewasa adalah jumlah seluruh persentase dibagi banyaknya ranah.Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

X =x/n Ket:X= rata-rata

X= jumlah seluruh persentase pada semua ranah n = banyaknya ranah

Jumlah persentase dan responden selalu menggunakan bahasa Indonesia pada kelompok dewasa di semua ranah adalah sebagai berikut:

(41,66%+72,00%+80,00%=193,66%:3=64,55% X 5 responden= 2responden)

Jumlah persentase dan responden lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia pada kelompok dewasa di semua ranah adalah sebagai berikut:

(16,66%+8,00%+10,00%=34,66%:3=11,55%X 5 responden=1 responden).

Jumlah persentase dan responden lebih banyak menggunakan sama banyaknya bahasa Indonesia dengan bahasa daerah pada kelompok dewasa di semua ranah adalah sebagai berikut:

(8,33%+20,00%+10,00%=38,33%:3=12,77%X 5 responden=1 responden).

(71)

Tabel 36. Kesimpulan penggunaan bahasa pada kelompok dewasa.

Selalu bahasa

Indonesia

Lebih banyak menggunakan

bahasa Indonesia

Sama banyaknya bahasa Indonesia dengan bahasa daerah

Lebih banyak bahasa daerah

Selalu bahasa daerah

2 responden (64,55%)

1 responden (11,55%)

1 responden (12,77%)

--- ---

Berdasarkan kesimpulan di atas,dapat dibuat sebuah diagram tentang penggunaan bahasa pada kelompok dewasa (N=5) adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Persentase penggunaan bahasa Indonesia 0,00%--50,00% ditafsirkan tidak

Mengalami “dwibahasa”.

0,00%

selalu bahasa Indonesia

lebih banyak bahasa daerah

sama banyaknya bahasa Indonesia dengan bahasa

daerah

lebih banyak bahasa daerah

(72)

Berdasarkan data pada diagram di atas,sebanyak 64,55% responden dewasa selalu menggunakan bahasa Indonesia pada semua ranah,yaitu pada keluarga,pergaulan,pekerjaan, dan pendidikan

Adapun sebanyak 11,55% responden dewasa lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa daerah yang digunakan pada semua ranah.Kemudian sebanyak 12,77% responden dewasa menggunakan sama banyaknya bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.Sebanyak 0,00%responden dewasa lebih banyak menggunakan bahasa daerah,dan 0,00% responden tidak ada yang menjawab selalu menggunakan bahasa daerah.

Demikian dapat dikatakan bahwa pada kelompok dewasa pada semua ranah telah terjadi kedwibahasaan.Dikatakan demikian,karena dengan dasar skala pengukuran dalam menghitung pada kelompok remaja di semua ranah digunakan dengan skala pengukuran dengan cara menghitung nilai tengah atau median,yakni dihitung dari setengah jumlah responden.Pada kelompok remaja responden sebanyak 5 (100,00%) maka dikatakan mengalami dwibahasa jika diukur berdasarkan rumus 5(100,00):2=2,5 atau 3 (50,00).dalam hal ini,kelompok responden remaja sebanyak 2 atau 64,55% selalu menggunakan bahasa Indonesia dalam berinteraksi dengan sesapma penduduk lainnya di semua ranah dan ini menunjukkan bahwa telah terjadi dwibahasa.Dikatakan demikian,karena bahasa pertama(B1) para responden remaja adalah bahasa daerahnya,sedangkan pada penggunaannya di semua ranah para responden remaja selalu menggunakan bahasa Indonesia.

(73)

Dengan demikian,bahasa kedua (B2) lebih dominan daripada bahasa pertama (B1).Hal inilah yang dapat dikatakan sebagai kedwibahasaan.

4.4.Pembahasan penggunaan bahasa pada kelompok Orang tua.

Adapun pembahasan tentang penggunaan bahasa pada kelompok orang tua ini terdiri atas 15 responden.Pada kelompok orang tua ini,ada beberapa ranah yang tidak dijumpai yaitu ranah pendidikan.Mengapa? karena para responden sudah tidak ada lagi yang masih sekolah,tetapi sudah bekerja dan berkeluarga.Adapun ranah yang dijumpai terdiri atas ranah keluarga,pergaulan, dan pekerjaan.Dan hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

2. Ranah Keluarga

Adapun pengolahan data pada ranah keluarga adalah sama dengan pengolahan data pada kelompok remaja,dan dewasa.Pada ranah keluarga data yang diolah adalah bahasa apakah yang digunakan kepada suami/isteri,anak lelaki,dan anak perempuan di rumah.jawabannya dapat dilihat pada tabel 37. Berikut ini:

Tabel 37. Orang tua jika berbicara dengan Suami/isteri di rumah(N=15)

Peristiwa bahasa

(74)

Adapun jawaban para orang tua adalah sebanyak 10 responden atau 66,00% dari 15 responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 4 responden atau 24,60%lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia,dan 1 responden atau 6,60% sama banyaknya menggunakan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.

Tabel 38. Orang tua jika berbicara dengan anak lelaki di rumah(N=15)

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%)

Berbicara dengan anak lelaki di rumah

11(72,60%) 2(13.20%) 1(6,60%) 1(6,60%) --- 15(100,00%)

Adapun jawaban para orang tua adalah sebanyak 11 responden atau 72,60% dari 15 responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 2 responden atau 13,20%lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia,dan 1 responden atau 6,60% sama banyaknya menggunakan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah,dan 1 responden atau 6,60%lebih banyak bahasa daerah.

(75)

Tabel 39. Orang tua jika berbicara dengan anak perempuan di rumah(N=15)

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%)

Berbicara dengan anak perempuan di rumah

12(79,20%) 2(13.20%) 1(6,60%) --- --- 15(100,00%)

(76)

3. Ranah pergaulan.

Adapun pengolahan data pada ranah pergaulan adalah sama dengan pengolahan data pada kelompok remaja,dan dewasa.Pada ranah pergaulan data yang diolah adalah bahasa apakah yang digunakan kepada teman sesuku jika dalam keadaan bercakap-cakap santai,marah-marah,bersenda gurau,berdiskusi,dan bermusyawarah.Jawaban dari para responden dapat dilihat pada tabel 40. Berikut ini:

Tabel 40. Orang tua jika bercakap-cakap santai dengan teman sesuku di rumah(N=15).

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%)

Adapun jawaban para responden orang tua adalah sebanyak 7 responden atau 46,20% dari 15 responden selalu menggunakan bahasa Indonesia,5 responden atau 33,00% menggunakan sama banyaknya bahasa Indonesia dengan bahasa daerah,1 responden lebih banyak bahasa daerah,dan 2 responden atau 13,20% responden selalu bahasa daerah.

(77)

Tabel 41.Orang tua jika marah-marah dengan teman sesuku di rumah(N=15).

Peristiwa bahasa

Selalu bahasa Indonesia f (%)

Adapun jawaban para responden orang tua adalah sebanyak 8 responden atau 52,80% dari 15 responden selalu menggunakan bahasa Indonesia dan 4 responden atau 26,40% sama banyaknya bahasa Indonesia dengan bahasa daerah,dan 2 responden atau 13,20% lebih banyak bahasa daerah,dan 2 reponden atau 13,20% selalu bahasa daerah.

Tabel 42. Orang tua jika bersenda gurau dengan teman sesuku di rumah(N=15).

Peristiwa bahasa

Gambar

Tabel 1.Responden menurut jenis kelamin ( N= 25 )
Tabel 2. Perkawinan Responden ( N=25   )
Tabel 4. Pendidikan Responden (N=25)
Tabel 5. Pekerjaan responden (N=25)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun alasan saya tertarik memilih pembahasan ini untuk skripsi saya, karena saya telah melakukan pra penelitian terhadap masyarakat tersebut dan hasil yang saya

Jumlah lembaga PKK sebanyak 24 dari 20 desa/ kelurahan sangat memadai untuk membantu pemberdayaan masyarakat, LKMD sebanyak 45 dari 20 desa/ kelurahan sangat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana asal usul Tari Tayub , interaksi sipenari dengan lawan jenisnya yang terdapat pada Tari Tayub dan bentuk penyajian

Nilai ini diperoleh dari nilai rata- rata total skor tingkat partisipasi para responden yang telah diwawancari sebelumya dan berdasarkan hasil dari perhitungan Skala

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Komunitas Makrozoobentos Di Sungai Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.” Skripsi ini ditulis sebagai satu

Adapun hasil penelitian ini diketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove adalah sedang dengan indek 58,65% dimana tidak ada hubungan

Kebutuhan air selalu meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk, mengakibatkan terjadinya penyedotan air tanah termasuk sumur bor secara besar-besaran yang

Tak hanya itu, hasil distribusi frekuensi Masa Kerja responden juga menunjukkan bahwa pekerja SPBU bagian operator di Kecamatan Percut Sei Tuan sebanyak 66 orang pekerja 75% bekerja