PENGARUH VARIASI KONSENTRASI GARAM DAN
ADAPTASI AIR TAWAR TERHADAP RESPON
PERTUMBUHAN DAN KOMPOSISI TRITERPENOID SERTA
FITOSTEROL BAKAU (Rhizophora stylosa)
HASIL
Oleh :
PUTRI ESTER SIHALOHO 091201062
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI GARAM DAN
ADAPTASI AIR TAWAR TERHADAP RESPON
PERTUMBUHAN DAN KOMPOSISI TRITERPENOID SERTA
FITOSTEROL SEMAI BAKAU (Rhizophora stylosa)
HASIL
Oleh :
PUTRI ESTER SIHALOHO 091201062/BUDIDAYA HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
Judul Penelitian : Pengaruh Variasi Konsentrasi Garam dan Adaptasi Air Tawar Terhadap Respon Pertumbuhan Dan Komposisi Triterpenoid dan Fitosterol Semai Bakau (Rhizophora stylosa)
Nama : Putri Ester Sihaloho Nim : 091201062
Menyetujui Komisi Pembimbing
Mohammad Basyuni, S.Hut, M.Si, Ph.D
Nip. 19730421 20012 1 001 Nip. 19670821 199301 2 001 Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si
Mengetahui
Ketua Program Studi Kehutanan
Nip. 19710406 200112 2 001 Siti Latifah, S.Hut, M.Si., Ph.D
ABSTRAK
PUTRI ESTER SIHALOHO : Pengaruh Variasi Konsentrasi Garam dan Adaptasi Air Tawar Terhadap Respon Pertumbuhan dan Komposisi Triterpenoid dan Fitosterol Semai Bakau (Rhizophora stylosa), dibimbing oleh
MOHAMMAD BASYUNI dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.
Bakau (Rhizophora stylosa) merupakan salah satu jenis mangrove yang termasuk ke dalam jenis non-sekresi dan toleran pada kondisi salin. Tetapi masih sedikit studi yang membahas tentang aspek morfologi dan fisiologi tanaman ini di bawah variasi salinitas dan adaptasi air tawar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan dan biomassa serta komposisi triterpenoid dan fitosterol semai Bakau (R. stylosa) pada variasi konsentrasi garam dan adaptasi air tawar. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian, dan Laboratorium Farmasi Universitas Sumatera Utara pada Agustus 2012 – April 2013. Penelitian menggunakan 5 perlakuan, yaitu salinitas 0%, 0.5%, 1.5%, 2% dan 3%, dengan masing-masing 5 ulangan. Penelitian dilakukan dengan menanam propagul R. stylosa dengan konsentrasi garam yang telah ditentukan selama 3 bulan. Respon pertumbuhan dan biomassa diteliti setelah 3 bulan transfer ke air tawar. Isolasi komposisi Triterpenoid dan Fitosterol Semai Bakau (Rhizophora stylosa) dilakukan dengan mengekstraksi daun dan akar kemudian disaponifikasi dan dilanjutkan dengan running GCMS (Gas Chromatography Mess Spectrometry).
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian salinitas yang berbeda terhadap pertumbuhan semai R. stylosa pada umur 3 bulan dan peningkatan parameter pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun dan luas daun pada semai R. stylosa setelah adaptasi air tawar. Pemberian salinitas 0.5% pada semai R. stylosa berbeda signifikan terhadap kontrol pada parameter pertumbuhan tinggi, diameter dan jumlah daun. Kandungan triterpenoid pada daun menurun sampai pada salinitas 1.5%-0 tapi kemudian meningkat pada salinitas 2%-0 dan 3%-0. Komposisi triterpenoid maupun phytosterol mengalami penurunan sampai pada salinitas 2%-0 kemudian meningkat pada salinitas 3%-0. Kandungan Isoprenoid R. stylosa lebih banyak terdapat pada akar.
ABSTRACT
PUTRI ESTER SIHALOHO : Effect of Salt Concentration Variation and Freshwater Adaptation to Growth Response and composition of Triterpenoid and phytosterol Mangrove seedling (Rhizophora stylosa), guided by MOHAMMAD BASYUNI and LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.
Mangrove ( Rhizophora stylosa ) is one of the non - secretion mangrove species and tolerant of saline conditions. But still few studies that discuss aspects of the morphology and physiology of plants under variations of salinity and freshwater adaptation. The purpose of this study was to evaluate the response of growth and biomass and composition of triterpenoids and phytosterols mangrove seedlings (R. stylosa) at various concentration of salt and freshwater adaptation. The experiment was conducted in a greenhouse , Faculty of Agriculture, Pharmacy Laboratory, University of North Sumatra in August 2012 - October 2013. Research using 5 treatments, namely salinity of 0% , 0.5% , 1.5% , 2% and 3% , with 5 replicates each . The study was conducted by planting propagules of R. stylosa with salt concentrations have been determined for 3 months . Growth responses and biomass observed after 3 months of transfer to freshwater. Isolation of Triterpenoid and phytosterol composition of Mangrove seedling (Rhizophora stylosa) is done by extracting the leaves and roots then saponified and continued with running GCMS (Gas Chromatography Mess Spectrometry).
Research results indicate that there is the effect of giving different salinity on the growth of seedlings of R. stylosa at the age of 3 months and an increase in
growth parameters of height, diameter, number of leaves and leaf area of R. stylosa seedling after adaptation to freshwater. Giving salinity of 0.5 % to R.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tolping pada tanggal 12 Maret 1991 dari pasangan
Bapak Firman Sihaloho S.pd dan Ibu Lasmi Sianturi S.pd. Penulis lulus dari
Sekolah Dasar (SD) Negeri 175837 Tolping pada tahun 2003, pada tahun 2006
lulus dari SMP Negeri 1 Simanindo dan pada tahun 2009 lulus dari SMA Negeri 1
Simanindo. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswi Fakultas
Kehutanan Universtas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Ujian Masuk Bersama
(UMB).
Selama mengikuti kuliah penulis aktif menjadi anggota UKM KMK USU
UP FP dan Tanoto Scholar Association Medan. Penulis melakukan Praktik
Pengenalan Ekosistem Hutan di Hutan Pendidikan USU, Tahura, Desa Tongkoh,
Kabupaten Karo tahun 2011. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di
PT. INTRACAWOOD Manufacturing, Tarakan, Kalimantan Utara dari tanggal 4
KATA PENGANTAR
Judul dari penelitian ini adalah Pengaruh Variasi Konsentrasi Garam dan
Adaptasi Air Tawar Terhadap Respon Pertumbuhan Dan Komposisi Triterpenoid
dan Fitosterol Semai Bakau (Rhizophora stylosa).
Penulis mengucapkan terimakasih terimakasih kepada ketua komisi
pembimbing Mohammad Basyuni, S.Hut, M.Si, Ph.D dan anggota komisi
pembimbing Dr.Ir. Lollie Agustina P. Putri M.Si yang terus membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi. Pada kesempatan ini penulis
juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orangtua yang telah
mendidik penulis dan memberi dukungan doa, semangat maupun materi, serta
kepada semua pihak yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh kesempurnaan. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh penulis demi
penyempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ………. I
ABSTRACT ………... II
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………... III
KATA PENGANTAR ………... IV
DAFTAR GAMBAR ………. VII
DAFTAR LAMPIRAN ……….……. VIII
PENDAHULUAN
Latar Belakang ……….. 1
Tujuan Penelitian ……….. 2
Hipotesis Penelitian ………... 2
Manfaat Penelitian ……… 3
TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Morfologi Rhizophora stylosa ………. 4
Ekologi Rhizophora stylosa ……….. 5
Pengaruh Salinitas terhadap Pertumbuhan Tanaman ……… 6
Metabolit Sekunder ………... 9
Pengaruh Salinitas terhadap Fisiologi Tanaman ………... 10
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ………... 13
Penanaman ………... 13
Ekstraksi ………... 13
Bahan dan Alat penelitian ………. 13
Penanaman ………... 13
Pengukuran Biomassa ……….. 13
Analisis Data ………..……….. 14
Eksraksi dan Isolasi Isoprenoid ……… 14
Prosedur Penelitian ………... 14
Penanaman Propagul ……… 14
Pengamatan Respon Toleransi Garam ………. 15
Ekstraksi dan Isolasi Isoprenoid ……….. 15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan Toleransi Garam ……..……… 17 Komposisi Isoprenoid Pada Adaptasi Air Tawar ………..…………... 24
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ………... 28
Saran ……….. 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Pengaruh salinitas terhadap respon pertumbuhan tinggi rata-rata (A), diameter rata-rata (B) dan jumlah daun rata-rata (C) Rhizophora stylosa
umur 3 bulan pada berbagai salinitas. Data merupakan rata-rata ± SE (n = 5 – 24). Tanda (*) menunjukkan beda nyata signifikan secara statistik dari control pada P < 0.05 dengan menggunakan Uji Dunnet
……… 13
2. Rizhophora stylosa umur 3 bulan pada berbagai salinitas, yaitu 0%,
0.5%, 1.5%, 2% dan 3% ………... 14
3. Respon pertumbuhan tinggi rata-rata (A), diameter rata-rata (B), jumlah daun rata-rata (C) dan luas daun rata-rata (D) semai R. stylosa setelah adaptasi air tawar pada berbagai salinitas. Data merupakan rata-rata ± SE (n = 8 – 24). Tanda (*) menunjukkan beda nyata signifikan secara statistik dari control pada P < 0.05 dengan menggunakan Uji Dunnet
……… 15
4. Perbandingan berat basah (A) dan berat kering (B) daun, batang dan akar (A) semai R. stylosa pada berbagai salinitas serta rasio tajuk akar (C). Data merupakan rata-rata ± SE (n = 8 – 24). Tanda (*) menunjukkan beda nyata signifikan secara statistik dari kontrol P < 0.05 dengan menggunakan Uji Dunnet ……… 16
5. Perbandingan komposisi rata-rata Isoprenoid pada daun (A) dan akar (B)
………. 19
6. Proporsi relative Isoprenoid (Triterpenoid dan Phytosterol) pada Daun
ABSTRAK
PUTRI ESTER SIHALOHO : Pengaruh Variasi Konsentrasi Garam dan Adaptasi Air Tawar Terhadap Respon Pertumbuhan dan Komposisi Triterpenoid dan Fitosterol Semai Bakau (Rhizophora stylosa), dibimbing oleh
MOHAMMAD BASYUNI dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.
Bakau (Rhizophora stylosa) merupakan salah satu jenis mangrove yang termasuk ke dalam jenis non-sekresi dan toleran pada kondisi salin. Tetapi masih sedikit studi yang membahas tentang aspek morfologi dan fisiologi tanaman ini di bawah variasi salinitas dan adaptasi air tawar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan dan biomassa serta komposisi triterpenoid dan fitosterol semai Bakau (R. stylosa) pada variasi konsentrasi garam dan adaptasi air tawar. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian, dan Laboratorium Farmasi Universitas Sumatera Utara pada Agustus 2012 – April 2013. Penelitian menggunakan 5 perlakuan, yaitu salinitas 0%, 0.5%, 1.5%, 2% dan 3%, dengan masing-masing 5 ulangan. Penelitian dilakukan dengan menanam propagul R. stylosa dengan konsentrasi garam yang telah ditentukan selama 3 bulan. Respon pertumbuhan dan biomassa diteliti setelah 3 bulan transfer ke air tawar. Isolasi komposisi Triterpenoid dan Fitosterol Semai Bakau (Rhizophora stylosa) dilakukan dengan mengekstraksi daun dan akar kemudian disaponifikasi dan dilanjutkan dengan running GCMS (Gas Chromatography Mess Spectrometry).
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian salinitas yang berbeda terhadap pertumbuhan semai R. stylosa pada umur 3 bulan dan peningkatan parameter pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun dan luas daun pada semai R. stylosa setelah adaptasi air tawar. Pemberian salinitas 0.5% pada semai R. stylosa berbeda signifikan terhadap kontrol pada parameter pertumbuhan tinggi, diameter dan jumlah daun. Kandungan triterpenoid pada daun menurun sampai pada salinitas 1.5%-0 tapi kemudian meningkat pada salinitas 2%-0 dan 3%-0. Komposisi triterpenoid maupun phytosterol mengalami penurunan sampai pada salinitas 2%-0 kemudian meningkat pada salinitas 3%-0. Kandungan Isoprenoid R. stylosa lebih banyak terdapat pada akar.
ABSTRACT
PUTRI ESTER SIHALOHO : Effect of Salt Concentration Variation and Freshwater Adaptation to Growth Response and composition of Triterpenoid and phytosterol Mangrove seedling (Rhizophora stylosa), guided by MOHAMMAD BASYUNI and LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.
Mangrove ( Rhizophora stylosa ) is one of the non - secretion mangrove species and tolerant of saline conditions. But still few studies that discuss aspects of the morphology and physiology of plants under variations of salinity and freshwater adaptation. The purpose of this study was to evaluate the response of growth and biomass and composition of triterpenoids and phytosterols mangrove seedlings (R. stylosa) at various concentration of salt and freshwater adaptation. The experiment was conducted in a greenhouse , Faculty of Agriculture, Pharmacy Laboratory, University of North Sumatra in August 2012 - October 2013. Research using 5 treatments, namely salinity of 0% , 0.5% , 1.5% , 2% and 3% , with 5 replicates each . The study was conducted by planting propagules of R. stylosa with salt concentrations have been determined for 3 months . Growth responses and biomass observed after 3 months of transfer to freshwater. Isolation of Triterpenoid and phytosterol composition of Mangrove seedling (Rhizophora stylosa) is done by extracting the leaves and roots then saponified and continued with running GCMS (Gas Chromatography Mess Spectrometry).
Research results indicate that there is the effect of giving different salinity on the growth of seedlings of R. stylosa at the age of 3 months and an increase in
growth parameters of height, diameter, number of leaves and leaf area of R. stylosa seedling after adaptation to freshwater. Giving salinity of 0.5 % to R.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh pada tanah alluvial di daerah
pantai dan sekitar muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut dan
dicirikan oleh jenis-jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera,
Lumnitzera excoecaria, Xylocarpus dan Nipa. Hutan mangrove merupakan jalur hijau daerah pantai yang mempunyai fungsi ekologis dan sosial ekonomi. Namun
seiring dengan pertambahan penduduk, luasan hutan mangrove saat ini mengalami
penurunan yang sangat besar.
Penurunan luas kawasan hutan mangrove yang terjadi saat ini adalah
akibat banyaknya gangguan pada hutan mangrove yang salah satunya didominasi
oleh Rhizophora spp. Jenis Rhizophora spp terutama R. stylosa adalah jenis tanaman mangrove yang umum digunakan dalam kegiatan rehabilitasi daerah
pesisir pantai (Siregar, 2010). R. stylosa adalah salah satu jenis mangrove yang termasuk ke dalam golongan non-secretor species mangrove dimana mangrove ini menyerap air tetapi mencegah masuknya garam, melalui saringan yang terdapat
pada akar.
Tanaman mangrove menghadapi lingkungan yang sangat komplek
sehingga harus beradaptasi baik morfologi, fisiologi maupun reproduksi. Menurut
Munss dan Tester (2008) proses adaptasi secara fisiologi dan morfologi yang
terjadi pada tanaman terutama untuk bertahan dengan konsentrasi garam tinggi.
sebelumnya menunjukkan bahwa triterpenoid memainkan peran penting untuk
melindungi mangrove dari cekaman garam. Basyuni et al., (2012) melaporkan bahwa pada penelitian yang dilakukan terhadap Kandelia candel dan Bruguiera gymnorrhiza, komposisi triterpenoid adalah berubah pada kondisi salin dan setelah ditransfer pada air tawar. Hal ini menunjukkan bahwa triterpenoid
memainkan peran penting untuk melindungi mangrove dari cekaman garam. Akan
tetapi saat ini masih sedikit studi yang membahas tentang aspek fisiologi dan
morfologi tanaman mangrove di bawah variasi salinitas dan adaptasi air tawar.
Sehingga untuk itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi
konsentrasi garam terhadap fisiologi dan morfologi semai Bakau (R. stylosa).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan biomassa semai Bakau
(R. stylosa) pada variasi konsentrasi garam dan adaptasi air tawar
2. Untuk mengetahui komposisi triterpenoid dan fitosterol pada variasi
konsentrasi garam pada adaptasi air tawar serta mempelajari relevansinya
terhadap toleransi garam.
Hipotesis
Terdapat pengaruh variasi salinitas terhadap komposisi triterpenoid dan
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi ilmu
pengetahuan tentang aspek fisiologi dan morfologi semai bakau R. stylosa pada variasi salinitas dan adaptasi air tawar; sehingga dapat digunakan sebagai acuan
penelitian lanjutan di masa yang akan datang berkaitan dengan adaptasi R. stylosa
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi dan Morfologi Rhizophora stylosa
Rhizophora stylosa memiliki nama setempat : Bakau, bako-kurap, slindur, tongke besar, wako, bangko. Deskripsi umumnya yaitu: pohon dengan satu atau
banyak batang, tinggi hingga 10 m.
Klasifikasi R. stylosa dapat diuraikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Family : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Species : Rhizophora stylosa
Kulit kayuhalus, bercelah, berwarna abu-abu hingga hitam. Memiliki akar
tunjang dengan panjang hingga 3 m, dan akar udara yang tumbuh dari cabang
bawah. Daun berkulit, berbintik teratur di lapisan bawah. Gagang daun berwarna
hijau, panjang gagang 1-3,5 cm, dengan pinak daun panjang 4-6 cm. Unit dan
letak :sederhana dan berlawanan. Bentuk : elips melebar. Ujung daun meruncing,
gagang kepala bunga seperti cagak, biseksual, masing-masing menempel pada
gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Letak bunga di ketiak daun. Formasi
bunga kelompok (8-16 bunga per kelompok). Daun mahkota ada 4; putih, ada
rambut. Kelopak bunga: 4; kuning hijau, panjangnya 13-19 mm. Benang sari ada
8; dan sebuah tangkai putik, panjang 4-6 mm. Buah : Panjangnya 2,5-4 cm,
berbintil agak halus. Leher kotilodon kuning kehijauan ketika matang. Ukuran
hipokotil : panjang 20-35 cm (kadang sampai 50 cm) dan diameter 1,5-2,0 cm
(Noor, et al., 1999).
Ekologi R. stylosa
R. stylosa tumbuh pada habitat yang beragam di daerah pasang surut, lumpur, pasir dan batu, menyukai pematang sungai pasang surut, tetapi juga
sebagai jenis pionir di lingkungan pesisir atau pada bagian daratan dari mangrove.
Satu jenis relung khas yang bisa ditempatinya adalah tepian mangrove pada
pulau/substrat karang. Rhizophora stylosa menghasilkan bunga dan buah
sepanjang tahun. Penyebaran R. stylosa diantaranya di Taiwan, Malaysia, Filipina, sepanjang Indonesia, Papua New Guinea dan Australia Tropis (di
Indonesia tercatat dari Jawa, Bali, Lombok, Sumatera, Sulawesi, Sumba,
Sumbawa, Maluku dan Irian Jaya. Kondisi salinitas sangat mempengaruhi
komposisi mangrove. Berbagai jenis mangrove mengatasi kadar salinitas dengan
cara yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya secara selektif mampu
menghindari penyerapan garam dari media tumbuhnya, sementara beberapa jenis
yang lainnya mampu mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daunnya
(Noor et al., 1999).
Daya adaptasi atau toleransi jenis tumbuhan mangrove terhadap kondisi
lingkungan yang ada mempengaruhi terjadinya zonasi pada kawasan hutan
mangrove. Permintakatan jenis tumbuhan mangrove dapat dilihat sebagai proses
suksesi dan merupakan hasil reaksi ekosistem dengan kekuatan yang datang dari
Pembagian zonasi kawasan mangrove yang dipengaruhi adanya perbedaan
penggenangan atau perbedaan salinitas meliputi :
1. Zona garis pantai, yaitu kawasan yang berhadapan langsung dengan laut.
Lebar zona ini sekitar 10-75 meter dari garis pantai dan biasanya ditemukan
jenis Rhizophora stylosa, R. mucronata, Avicennia marina dan Sonneratia alba.
2. Zona tengah, merupakan kawasan yang terletak di belakang zona garis pantai
dan memiliki lumpur liat. Biasanya ditemukan jenis Rhizophora apiculata, Avicennia officinalis, Bruguiera cylindrica, B. gymnorrhiza, B. parviflora, B. sexangula, Ceriops tagal, Aegiceras corniculatum, Sonneratia caseolaris
dan Lumnitzera littorea.
3. Zona belakang, yaitu kawasan yang berbatasan dengan hutan darat. Jenis
tumbuhan yang biasanya muncul antara lain Achantus ebracteatus, A. ilicifolius, Acrostichum aureum, A. speciosum. Jenis mangrove yang tumbuh adalah Heritiera littolaris, Xylocarpus granatum, Excoecaria agalocha, Nypa fruticans, Derris trifolia, Osbornea octodonta dan beberapa jenis tumbuhan yang biasa berasosiasi dengan mangrove antara lain Baringtonia asiatica, Cerbera manghas, Hibiscus tiliaceus, Ipomea pes-caprae, Melastoma candidum, Pandanus tectorius, Pongamia pinnata, Scaevola taccada dan
Thespesia populnea (Pramudji dan Purnomo, 2003).
Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan tinggi tanaman dapat didefinisikan sebagai bertambah
besarnya tanaman yang diikuti oleh peningkatan bobot kering. Beberapa ahli
pemanjangan sel, ahli tanah umumnya mendefinisikan pertumbuhan sebagai
peningkatan bahan kering. Definisi ini meliputi proses deferensiasi yang besar
sumbangannya dalam penimbunan bahan kering, dalam analisis akhir,
perkembangan dan morfogenesis tanaman yang merupakan akibat dari ketiga hal
berikut: pertumbuhan karena pembelahan, pembesaran dan deferensiasi sel.
Pertumbuhan suatu pohon adalah pertambahan tumbuh dalam besar dan
pembentukan jaringan baru, pertumbuhan tersebut dapat pula diukur dari berat
seluruh tanaman (biomassa), dan juga meliputi pertumbuhan bagian atas dan
bagian bawah (Syah, 2011).
Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh dan berkembang pada
daerah muara sungai atau pesisir pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air
laut. Oleh karena kawasan hutan mangrove secara rutin digenangi oleh pasang air
laut, maka lingkungan (tanah dan air) hutan mangrove bersifat salin. Vegetasi
yang hidup di lingkungan salin, baik lingkungan tersebut kering maupun basah
disebut dengan halopita. Berbagai kondisi lingkungan ekstrim tersebut, yakni
lingkungan salin, tanah jenuh air, radiasi matahari dan suhu tinggi akan
menyebabkan terganggunya metabolismee tumbuhan dan pada akhirnya akan
menyebabkan rendahnya produktivitas atau laju pertumbuhan tanaman
(Onrizal, 2005).
Salinitas air dan salinitas tanah rembesan merupakan faktor penting dalam
pertumbuhan, daya tahan, dan zonasi spesies mangrove. Tumbuhan mangrove
tumbuh subur di daerah estuaria dengan salinitas 10-30 ppt. Salinitas yang sangat
karena dampak dari tekanan osmotik yang negatif. Akibatnya, tajuk mangrove
semakin jauh dari tepian perairan secara umum menjadi kerdil dan berkurang
komposisi jenisnya (Syah, 2011).
Kebanyakan tumbuhan memiliki toleransi sangat rendah terhadap salinitas,
sehingga tidak mampu tumbuh di dalam atau di dekat air laut. Hal ini terjadi
karena kebanyakan jaringan makhluk hidup lebih cair daripada air laut, akibatnya
air dari dalam jaringan tumbuhan dapat keluar akibat proses osmosis, sehingga
tumbuhan kekeringan, menjadi layu, dan mati. Lingkungan yang keras ini
menyebabkan diversitas hutan mangrove cenderung lebih rendah daripada
umumnya hutan hujan tropis (Noor et al., 1999).
Lopez-Hoffman et al. (2007) menyebutkan bahwa berat kering tanaman dan laju pertumbuhannya dipengaruhi juga oleh intensitas cahaya dan salinitas.
Rasio akar-daun menjadi lebih tinggi pada salinitas tinggi. Kemampuan hidup
semai akan lebih tinggi pada salinitas lebih rendah dan akan makin meningkat
kemampuannya dengan ketersediaan cahaya yang optimum. Pada Krauss et al., (2008) melaporkan bahwa pertumbuhan awal tanaman mangrove juga sangat
dipengaruhi oleh faktor global seperti temperatur dan faktor spesifik lokasi seperti
salinitas. Salinitas memainkan peranan penting pada adaptasi pertumbuhan
mangrove. Pertumbuhan semai akan memperluas distribusi mangrove dan
meningkatkan rehabilitasi mangrove. Meskipun mangrove adalah salah satu jenis
halofita, namun semainya sensitif terhadap stress garam, substrat yang bergaram
Metabolit Sekunder
Semua makhluk hidup agar dapat melangsungkan hidup, tumbuh dan
reproduksinya perlu melakukan transformasi dan interkonversi sejumlah besar
senyawa organik. Proses transformasi dan interkonversi tersebut dilaksanakan
melalui suatu sistem terintegrasi yang terdiri atas reaksi-reaksi kimia beraturan
yang dikatalisis dan dikontrol secara ketat oleh sistem enzimatik dengan jalur
reaksi yang terlibat (disebut dengan jalur-jalur metabolisme). Senyawa-senyawa
organik yang dihasilkan dan terlibat dalam metabolismee disebut sebagai
metabolit. Beberapa metabolit penting dalam metabilisme tersebut adalah
senyawa-senyawa karbohidrat, protein, lemak dan asam nukleat. Meskipun
karakteristik makhluk hidup sangat bervariasi akan tetapi jalur jalur metabolik
yang secara umum mensintesis dan memodifikasi senyawa-senyawa karbohidrat,
protein, lemak dan sam nukleat secara esensial sama pada semua makhluk hidup,
yang secara kolektif disebut dengan metaboolisme primer dan segala senyawa
senyawa yang terlibat di dalam jalur tersebut disebut sebagai metabolit primer.
Metabolit dan metabolismee primer dibutuhkan untuk menunjang terjadinya
pertumbuhan pada setiap organism. Contoh proses metabolismee primer adalah
degradasi senyawa karbohidrat dan gula melalui jalur glikolisis dan siklus krebs,
degradasi lemak dan optimasi pembentukan energi (Sudibyo, 2002).
Berlawanan dengan jalur metabolismee primer (yang melaksanakan
sintesis, degradasi dan terjadi secara universal) terdapat jalur metabolismee lain
yang melibatkan senyawa organik spesifik dan terjadi sangat terbatas di alam.
Metabolismee tersebut disebut sebagai metabolismee sekunder dan metabolismee
hanya ditemukan pada organism spesifik, atau bahkan pada galur spesifik dan
hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu. Metabolit sekunder memang tidak
dibutuhkan untuk pertumbuhan, akan tetapi sangat dibutuhkan untuk
kelangsungan hidupnya, yaitu merupakan senyawa yang berguna untuk
menangkal serangan dari predator dan untuk bertahan terhadap lingkungan.
Contoh metabolit sekunder antara lain : senyawa-senyawa asam lemak, flavonoid,
triterpenoid, lignin, steroid, dll (Sudibyo, 2002).
Pengaruh Salinitas Terhadap Fisiologi
Dalam kaitannya dengan adaptasi terhadap kandungan garam, mangrove
dikelompokkan menjadi dua kelompok yakni (1) salt-excreting mangrove, seperti jenis Avicennia, Aegiceras, dan Aegialitis, dan (2) non-secretor mangrove, seperti jenis Rhizophora, Bruguiera, Sonneratia, dan lain-lain. Sehubungan dengan ini Hutching dan Saenger (1987) mengemukakan tiga cara mangrove beradaptasi
terhadap garam sebagai berikut:
1) Sekresi garam (salt extrusion/salt secretion)
Flora mangrove menyerap air dengan salinitas tinggi kemudian
mengekskresikan garam dengan kelenjar garam yang terdapat pada daun.
Mekanisme ini dilakukan oleh Avicennia, Sonneratia, Aegiceras, Aegialitis, Acanthus, Laguncularia dan Rhizophora (melalui unsur-unsur gabus pada daun). 2) Mencegah masuknya garam (salt exclusion)
Flora mangrove menyerap air tetapi mencegah masuknya garam, melalui
3) Akumulasi garam (salt accumulation)
Flora mangrove seringkali menyimpan Na dan Cl pada bagian kulit kayu,
akar dan daun yang lebih tua. Daun penyimpan garam umumnya sukulen dan
pengguguran daun sukulen ini diperkirakan merupakan mekanisme mengeluarkan
kelebihan garam yang dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan buah.
Mekanisme adaptasi akumulasi garam ini terdapat pada Excoecaria, Lumnitzera, Avicennia, Osbornia, Rhizophora, Sonneratia dan Xylocarpus.
Onrizal (2005) melaporkan bahwa sebagaimana halnya halofita lainnya,
jenis mangrove mengandung konsentrasi garam yang tinggi pada jaringannya.
Pada salinitas yang tinggi, ion-ion Na+ dan Cl- mendominasi komposisi ion
jaringan. Secara umum konsentrasi ion-ion anorganik yang diperlukan oleh
mangrove di dalam mengatur potensial osmotik antar sel, agar lebih rendah dari
potensi air dalam tanah. Banyaknya jumlah genangan air akan mempengaruhi
pertumbuhan mangrove dalam hal ini adaptasi fisiologis dalam menjaga
keseimbangan air, seperti perilaku stomata, tingkat osmotik, dan pengeluaran
garam.
Mekanisme fisiologi yang terjadi pada tumbuhan adalah untuk bertahan
dalam cekaman garam. Selain metabolismee bergeser untuk mengatasi tantangan
lingkungan, sel membran tanaman itu sendiri merupakan hambatan mendasar
bagi faktor eksternal. Lipid pada membran sel memainkan
peranan penting dalam adaptasi terhadap salinitas yang berbeda melalui
konstituen membran lipid walaupun memiliki struktur kimia yang mirip dan jalur
biosintesis (Oku et al, 2003).
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa fitosterol berkontribusi untuk
mengatur permeabilitas ion dari membran sel tumbuhan meskipun menunjukkan
variasi dalam keberhasilan tergantung pada struktur kimia dari kerangka karbon
sterol (Grunwald, 1974). Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh
Basyuni et al., (2012) bahwa kandungan triterpenoid pada akar Rhizophora stylosa lebih banyak daripada kandungan fitosterol.
Salinitas dari garis pantai menurun kearah darat, sehingga salinitas
maksimum ditemukan dari arah pinggiran menuju laut (36 ‰ salinitas, sekitar
1000 mmol / kg larutan aktif osmotik, atau kira-kira 25 bar tekanan osmotik pada
25oC). Salinitas ini berkurang kearah darat selama musim hujan sebagai akibat
curah hujan atau drainase air tawar dari tanah. Di belakang komunitas mangrove
yang mempunyai salinitas ekstrim tersebut, salinitas rendah di permukaan tanah
selama musim hujan, dan hampir garam larutan tanah jenuh selama musim
kemarau. Kasus stres salinitas dapat dideteksi melalui analisis osmolalitas
Analisis Data
Data respon toleransi dianalisis dengan analisis varian satu arah diikuti
dengan uji jarak nyata Dunnet dengan mengunakan software SPSS 17.0. Luas
daun dihitung dengan menggunakan software Imge-J.
Ekstraksi dan Isolasi Isoprenoid
Bahan yang digunakan adalah nitrogen cair, klorofom, methanol, hexane,
KOH, ethanol, cholesterol, garam buatan, aluminium foil, kertas tisu. Alat-alat
yang digunakan dalam ekstraksi dan isolasi isoprenoid adalah tabung reaksi untuk
mengekstrak daun dan akar tanaman mangrove, rak kultur untuk tempat peletakan
tabung reaksi yang digunakan dalam pengekstrakan, Eyela Evaporator, waterbath,
desikator, watch glass, pial, kertas filtrasi, vortex boeco, pipet tetes, neraca analitis Boeco dan Gas Chromatograph Mass Spectrometry (GC-MS, Shimidzu)
untuk mengidentifikasi struktur kimia dari Isoprenoid khususnya triterpenoid
fitosterol.
Prosedur Penelitian Penanaman Propagul
Propagul dari R. stylosa ditanam dalam pot botol dengan media pasir dan diberi salinitas bervariasi. Solusi air laut disiapkan dengan melarutkan bubuk
garam komersial untuk membuat konsentrasi garam 0%, 0.5%, 1.5%, 2% dan 3%
(setara konsentrasi garam air laut). Dalam setiap pot, konsentrasi garam diperiksa
setiap minggu dengan menggunakan Salinity refractometer S/Mill-E (Atago Co. Ltd, Tokyo, Jepang) untuk mempertahankan konsentrasi garam konstan selama
penelitian. Setelah 3 bulan, semai dibagi menjadi dua kelompok perlakuan dan
dan yang lainnya disiram dengan air tawar untuk menghilangkan stres garam.
Pada langkah ini, semua benih dicuci dengan air tawar selama 7 hari untuk
menghilangkan garam dari perakaran.
Pengamatan respon toleransi garam
Setelah 5 bulan budidaya, tanaman dipanen dengan memisahkan bagian
akar, daun dan batang kemudian dicuci. Sampel yang akan digunakan untuk
proses ekstraksi dan isolasi isoprenoid segera dibekukan nitrogen cair dan
disimpan pada -80 0C untuk analisis. Setelah itu dilakukan pengukuran respon
toleransi garam dengan mengukur parameter pertumbuhan yaitu : tinggi tanaman
(mm), diameter (mm), jumlah daun, luas daun dan biomassa. Pengukuran
biomassa dilakukan dengan mengovenkan bagian akar, batang dan daun selama
48 jam dengan suhu 700C sehingga diperoleh berat kering konstan.
Ekstraksi dan Isolasi Isoprenoid
Untuk analisis senyawa triterpenoid dan fitosterol disediakan 5-6 lembar
daun atau 5-10 gr akar dan digerus dengan nitrogen cair. Hasil gerusan tersebut
Diekstrak dengan methanol (CM21) Diekstrak dengan
chloroform-methanol (CM21), sehingga menjadi ekstrak lipid. Ekstrak tersebut disaponifikasi
menjadi triterpenoids dan fitosterol. Hasil saponifikasi dikeringkan dan dilarutkan
dengan hexane. Sampel siap dianalisis (Basyuni et al., 2012).
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAL) dimana
sampel diacak dengan menggunakan sistem bilangan teracak. Penelitian ini
menggunakan 5 taraf yaitu dengan perbandingan konsentrasi garam 0%, 0.5%,
Model linear dari rancangan tersebut adalah:
Yij = μ + αi + ε i( j)
i = 1, 2, 3, …….. 32
j = 0%, 0.5%, 1.5%, 2% dan 3%.
Dimana:
Yij = Respon pengaruh bagian ke-i ulangan ke-j
μ = Rata-rata umum
αi = Pengaruh salinitas ke-i
εi ( j) = Kesalahan (galad) percobaan
Data dianalisis dengan analisis varian satu arah (ANOVA) yang diikuti
dengan uji jarak nyata Dunnet untuk perbandingan dari semua perlakuan terhadap
kontrol (Gomez dan Gomez, 1995). Nilai P <0,05 dipilih sebagai batas signifikansi statistik. Semua analisa statistik dilakukan dengan menggunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan Toleransi Garam
A. Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Semai R. stylosa Umur 3 Bulan Hasil pengamatan dan pengukuran respon pertumbuhan semai R. stylosa umur 3 bulan pada salinitas yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pengaruh salinitas terhadap respon pertumbuhan tinggi rata-rata (A), diameter rata-rata (B) dan jumlah daun rata-rata (C) Rhizophora stylosa umur 3 bulan pada berbagai salinitas. Data merupakan rata-rata ± SE (n = 5 – 24). Tanda (*) menunjukkan beda nyata signifikan secara statistik dari kontrol pada P < 0.05 dengan menggunakan Uji Dunnet.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran dapat dilihat bahwa
pertumbuhan tinggi semai paling besar adalah pada salinitas dengan konsentrasi
garam 0.5%, sedangkan berdasarkan uji Dunnet yang dilakukan dapat diketahui
bahwa perlakuan dengan salinitas 0.5%, 2% dan 3% adalah berbeda nyata secara
Gambar 1B dapat dilihat bahwa pertumbuhan diameter paling besar adalah pada
salinitas 0.5% dan 1.5% akan tetapi berdasarkan uji dunnet dapat diketahui bahwa
diameter rata-rata tidak berbeda signifikan dengan kontrol. Jumlah daun rata-rata
dapat dilihat pada Gambar 1C dimana jumlah daun rata-rata pada salinitas 2% dan
3% berbeda signifikan terhadap kontrol.
Vegetasi mangrove telah mengembangkan pola adaptasi secara morfologi dan
fisiologi untuk hidup pada daerah pasang surut. Pola adaptasi yang
dikembangkan oleh vegetasi mangrove terhadap lingkungan pasang surut, yang
mudah dikenali adalah sistem akar udara. Fungsi utamanya adalah untuk
pertukaran gas, memperkokoh tegaknya batang pada daerah lumpur dan
penyerapan unsur hara. Seperti yang dikatakan pada literatur Hutching dan
Saenger (1987) bahwa R. stylosa merupakan salah satu flora mangrove yang beradaptasi pada lingkungan bergaram dengan menyerap air tetapi mencegah
masuknya garam, melalui saringan yang terdapat pada akar. Proses adaptasi ini
dilakukan dalam rangka bertahan hidup. Berdasarkan Gambar 1A dapat dilihat
bahwa pertumbuhan tinggi rata-rata yang paling besar adalah pada salinitas 0.5%,
demikian juga halnya dengan pertambahan diameter dan juga jumlah daun
(Gambar 1B dan 1C). Sesuai dengan studi Syah (2011) bahwa tumbuhan
mangrove tumbuh subur di daerah estuaria dengan salinitas 10-30 ppt. Salinitas
yang sangat tinggi (hypersalinity) misalnya ketika salinitas air permukaan melebihi salinitas yang umum di laut (±35 ppt) dapat berpengaruh buruk pada
vegetasi mangrove, karena dampak dari tekanan osmotik yang negatif.
Sejumlah studi melaporkan bahwa semai mangrove menunjukkan dorongan
dan pada salinitas sedang (50 % air laut atau 1.5% konsentrasi garam) dan
kemudian mengalami penurunan pertumbuhan pada peningkatan salinitas
selanjutnya (Clough, 1984). Pertumbuhan yang berbeda sesuai dengan tingkatan
salinitas pada umur 3 bulan dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2
dapat dilihat bahwa secara morfologi terdapat perbedaan pertumbuhan R. stylosa
pada berbagai salinitas, dimana pertumbuhan yang paling rendah terdapat pada
salinitas 3% berdasarkan parameter tinggi, diameter maupun jumlah daun
(Gambar 2E).
B. Pertumbuhan Semai R. stylosa setelah Adaptasi Air Tawar
Hasil pengamatan dan pengukuran parameter pertumbuhan semai R. stylosa
setelah adaptasi air tawar disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Respon pertumbuhan tinggi rata-rata (A), diameter rata-rata (B), jumlah daun rata-rata (C) dan luas daun rata-rata (D) semai R. stylosa setelah adaptasi air tawar pada berbagai salinitas. Data merupakan rata-rata ± SE (n = 8 – 24). Tanda (*) menunjukkan beda nyata signifikan secara statistik dari kontrol pada P < 0.05 dengan menggunakan Uji Dunnet.
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa tinggi rata-rata pada salinitas
0.5%, 0.5%-0, 2% dan 3%-0 berbeda nyata secara signifikan dibandingkan
dengan tinggi rata-rata kontrol pada uji Dunnet dengan P < 0.05. Tinggi rata-rata
setelah adaptasi selalu lebih tinggi dari tinggi rata-rata pada salinitas tetap
(Gambar 3A). Diameter rata – rata pada salinitas 0.5%, 1.5%, 1.5%-0, 2%-0
terlihat berbeda nyata dengan diameter rata-rata kontrol dan diameter rata-rata
setelah adaptasi lebih tinggi dibandingkan dengan diameter rata-rata dengan
0.5%-0, 1.5%, 1.5%-0 dan 2% berbeda signifikan terhadap jumlah daun rata-rata
kontrol dan berdasarkan data dapat dilihat bahwa jumlah daun setelah adaptasi air
tawar lebih banyak daripada jumlah daun pada salinitas (Gambar 3C). Luas daun
paling tinggi adalah luas daun pada kontrol dan berdasarkan uji Dunnet dapat
diketahui bahwa luas daun pada salinitas 1.5%, 2% dan 3%-0 berbeda nyata
terhadap jumlah daun kontrol. Jumlah daun mengalami peningkatan setelah
adaptasi air tawar pada salinitas 1.5% dan 2% (Gambar 3D).
Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui bahwa rataan tinggi R. stylosa setelah adaptasi air tawar lebih besar daripada rataan tinggi dengan perlakuan salinitas.
Hal ini menunjukkan bahwa salinitas berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi R. stylosa. Pertumbuhan tinggi yang paling besar adalah pada salinitas 0.5% dan 0.5%-0. Semakin meningkatnya salinitas maka pertumbuhan tinggi semakin
menurun. Demikian juga halnya dengan rataan diameter (dapat dilihat pada
Gambar 3B), dimana rataan diameter setelah adaptasi lebih besar daripada rataan
diameter dengan salinitas tetap. Hal ini menunjukkan bahwa R. stylosa mampu beradaptasi pada kondisi air tawar.
Pengukuran pertumbuhan semai dilakukan dengan mengukur pertambahan
tinggi atau panjang plumula, jumlah daun yang mekar, jumlah pasangan daun dan
luas daun. Berdasarkan parameter yang digunakan sebagai parameter
pertumbuhan R. stylosa setelah adaptasi air tawar maka dapat diketahui bahwa setelah adaptasi air tawar terdapat peningkatan pertumbuhan, baik dari tinggi,
diameter, jumlah daun maupun luas daun. Hal ini menunjukkan bahwa
Berdasarkan uji Dunnet, dimana parameter pertumbuhan R. stylosa pada berbagai salinitas maupun adaptasi air tawar jika dibandingkan dengan
pertumbuhan kontrol, dapat diketahui bahwa pemberian salinitas yang berbeda
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan R. stylosa dimana dari ketiga parameter (tinggi, diameter dan jumlah daun) dapat dilihat bahwa pemberian salinitas 0.5%
berbeda nyata dengan kontrol. Berbeda halnya dengan luas daun, luas daun pada
kontrol lebih besar daripada sampel lainnya.
C. Biomassa dan Rasio Tajuk Akar
Hasil analisis pengukuran biomassa dan rasio tajuk akar disajikan pada
Gambar 4. Gambar 4A menunjukkan perbandingan berat basah daun, batang dan
akar semai R. stylosa pada berbagai salinitas setelah adaptasi air tawar.
Gambar 4. Perbandingan berat basah (A) dan berat kering (B) daun, batang dan akar (A) semai R. stylosa pada berbagai salinitas serta rasio tajuk akar (C). Data
Berdasarkan Gambar 4A dapat dilihat bahwa berat basah daun paling tinggi
terdapat pada salinitas 0.5%-0, berat basah batang paling tinggi terdapat pada
salinitas 1.5% dan 1.5%-0, sedangkan berat basah akar paling tinggi terdapat
pada salinitas 2%-0. Berat basah semai R. stylosa lebih tinggi setelah adaptasi air tawar. Berdasarkan uji Dunnet dapat diketahui bahwa berat basah daun pada
salinitas 2% dan 3%-0 berbeda nyata dengan berat basah kontrol.
Berdasarkan Gambar 4B dapat dilihat bahwa berat kering daun, batang dan
akar paling besar adalah pada salinitas 0.5%-0. Berdasarkan uji Dunnet dapat
diketahui bahwa berat kering daun pada salinitas 2% dan 3%-0 berbeda nyata
dengan kontrol seperti halnya pada berat basah. Berat kering daun, batang dan
akar pada semai R. stylosa setelah adaptasi lebih besar daripada berat kering daun, batang dan akar dengan salinitas. Rasio tajuk akar yang disajikan pada Gambar
4C menunjukkan nilai yang lebih tinggi pada semai dengan adaptasi air tawar
dibandingkan dengan semai pada salinitas tetap.
Berdasarkan Gambar 4A dapat dilihat bahwa berat basah setelah adaptasi air
tawar lebih besar daripada berat basah dengan salinitas tetap. Berdasarkan
penghitungan berat kering semai R. stylosa diketahui bahwa berat kering setelah adaptasi air tawar lebih besar daripada berat kering dengan perlakuan salinitas.
Hal ini menunjukkan bahwa proses adaptasi air tawar berpengaruh nyata terhadap
berat basah maupun berat kering semai R. stylosa. Berat basah daun dan berat kering daun terbesar terdapat pada salinitas 0.5%-0 sedangkan berat basah akar
yang terbesar terdapat pada salinitas 2%-0 dan berat kering akar terbesar terdapat
pada salinitas 0.5%-0. Sama halnya dengan rasio tajuk akar dimana rasio tajuk
Komposisi Isoprenoid R. stylosa pada Adaptasi Air Tawar
R. stylosa setelah adaptasi air tawar diekstrak untuk mendapatkan ekstraksi senyawa lipid yang kemudian diidentifikasi untuk memperoleh komposisi
rata-rata Fitosterol dan Triterpenoid, baik pada daun maupun pada akar. Komposisi
rata-rata senyawa isoprenoid disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan tabel dapat
diketahui bahwa kandungan triterpenoid pada daun maupun pada akar R. stylosa
lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan fitosterol.
Tabel 1. Komposisi Rata-rata Senyawa Isoprenoid pada R. stylosa
Salinitas Komposisi Rata-rata (μg/g)
Daun Akar
Fitosterol Triterpenoid Fitosterol Triterpenoid
0% 16.56 75.95 83.73 159.13
0.5%-0 18 48.6 127.66 176.70
1.5%-0 29.69 21.87 105.69 167.91
2%-0 30.09 48.84 20.22 30.20
3%-0 82.77 199.26 84.52 124.94
Perbandingan antara triterpenoid dan fitosterol pada daun maupun akar
dapat dilihat pada Gambar 5. Kandungan triterpenoid pada daun (Gambar 5A)
menurun sampai pada salinitas 1.5%-0 tapi kemudian meningkat pada salinitas
2%-0 dan 3%-0. Kondisi ini berbeda dengan komposisi rata-rata triterpenoid akar
(Gambar 5A), dimana komposisinya menurun pada salinitas 1.5%-0 tapi
kemudian meningkat pada salinitas 2%-0 dan 3%-0 seperti halnya pada daun.
Kandungan Phytosterol pada akar maupun daun menurun sampai pada 2%-0 tapi
Gambar 5. Perbandingan komposisi rata-rata Triterpenoid (A) dan Phytosterol (B)
Proporsi relatif kandungan isoprenoid pada daun maupun akar dapat
dilihat pada Gambar 6. Proporsi relatif Isoprenoid pada daun dan akar hampir
sama. Triterpenoid mengalami penurunan sampai pada salinitas 1.5%-0 dan
seterusnya mengalami peningkatan. Berbeda dengan phytosterol dimana proporsi
relatifnya menurun seiring dengan meningkatnya salinitas setelah pada salinitas
1.5%-0 di daun (Gambar 6B) dan terus mengalami penurunan seiring dengan
meningkatnya salinitas pada akar (Gambar 6B).
Gambar 6. Proporsi relatif Triterpenoid (A) dan Phytosterol (B) pada akar dan
daun
Onrizal (2005) melaporkan bahwa oleh karena kawasan hutan mangrove
secara rutin digenangi oleh pasang air laut, maka lingkungan (tanah dan air) hutan
mangrove bersifat salin yang akhirnya menyebabkan bentuk cekaman pada
menyebabkan terganggunya metabolisme tumbuhan dan pada akhirnya akan
menyebabkan rendahnya produktivitas atau laju pertumbuhan tumbuhan.
Cekaman garam yang dialami oleh mangrove menyebabkan metabolisme
mengalami perubahan. Seperti yang telah diketahui bahwa terdapat dua proses
metabolisme dalam tubuh tumbuhan, yaitu proses metabolisme primer dan
metabolisme sekunder. Senyawa-senyawa yang dihasilkan dari proses tersebut
dinamakan metabolit. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya diketahui bahwa senyawa metabolit yang dihasilkan oleh tumbuhan
hanya ditemukan pada organism spesifik dan hanya diproduksi pada
kondisi-kondisi tertentu. Pada tumbuhan mangrove terdapat senyawa triterpenoid dan
phytosterol dan diduga sebagai hasil metabolisme sekunder untuk pertahanan
mangrove dalam menghadapi cekaman garam.
Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa kandungan triterpenoid lebih
besar daripada kandungan phytosterol. Kandungan triterpenoid pada daun
(Gambar 5A) menurun sampai pada salinitas 0.5%-0 tapi kemudian meningkat
pada salinitas 2%-0 dan 3%-0. Perubahan-perubahan ini menunjukkan bahwa
terdapat adaptasi fisiologi R. stylosa terhadap salinitas yang berbeda melalui perubahan komposisi triterpenoid (Basyuni, at al., 2012). Gambar 5B juga menunjukkan bahwa kandungan isoprenoid pada akar lebih banyak daripada
kandungan isoprenoid pada daun. Hutcing dan Saenger (1983) melaporkan bahwa
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Terdapat pengaruh pemberian salinitas yang berbeda terhadap pertumbuhan
semai R. stylosa pada umur 3 bulan. Terdapat peningkatan parameter
pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun dan luas daun pada
semai R. stylosa setelah adaptasi air tawar. Pemberian salinitas 0.5% pada semai R. stylosa berbeda signifikan terhadap kontrol pada parameter pertumbuhan tinggi, diameter dan jumlah daun. Berat basah dan berat kering
setelah adaptasi lebih besar daripada berat basah dan berat kering dengan
perlakuan salinitas.
2. Kandungan triterpenoid pada daun menurun sampai pada salinitas 1.5%-0 tapi
kemudian meningkat pada salinitas 2%-0 dan 3%-0. Komposisi triterpenoid
maupun phytosterol mengalami penurunan sampai pada salinitas 2%-0
kemudian meningkat pada salinitas 3%-0.
3. Kandungan Isoprenoid R. stylosa lebih banyak terdapat pada akar.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi adaptasi dan faktor-faktor
pertumbuhan pada semai R. stylosa secara menyeluruh dengan waktu yang lebih
DAFTAR PUSTAKA
Basyuni, M., Baba, S., Inafuku, M., Iwasaki, H., Kinjo, K., Oku, H. 2009. Expression of terpenoid synthase mRNA and terpenoid content in salt stressed mangrove. J. Plant Physiol. 166, 1786-1800.
Basyuni, M., Kinjo, Y., Baba, S., Shinzato, N., Iwasaki, H., Siregar, E.B.M., Oku, H. 2011. Isolation of Salt Stress Tolerance Genes from Roots of Mangrove Plant, Rhizophora stylosa Griff., using PCR-based Suppression Subtractive Hybridization. Plant Mol. Biol. Rep. 29, 533-543.
Basyuni, H., Shigeyuki, B., Yuji, K., Hirosuke, O. 2012a. Salinity increases the triterpenoid content of a salt secretor and a non-salt secretor mangrove. Aquatic Botany 97 (2012) 17– 23.
Basyuni, H., Shigeyuki, B., Yuki, K., Lollie, A., P., P., Luthfi, H., Hirosuke, O. 2012b. Salt-dependent increase in triterpenoids is reversible upon transfer to fresh water in mangrove plants Kandelia candel and Bruguiera gymnorrhiza. Journal of Plant Physiology 169 (2012) 1903– 1908.
Clough, B., F. 1984. Growth and salt balance of the mangrove Avicennia marina
(Forsk.) Vierh. and Rhizophora stylosa Griff. in relation to salinity. Aust J Plant Physiol 11:419-430.
Gomez, K.A., dan A.A., Gomez. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Terjemahan : Endang Samsudin dan Justika S. UI-Press. Jakarta
Grunwald, C., 1974. Sterol molecular modifications influencing membrane permeability. Plant Physiol. 54 : 624-628.
Hutchings, P. and. P. Saenger. 1987. Ecology of Mangroves. University of Queensland Press, London.
Krauss, K.W., C. E. Lovelock, K. L. McKee, L. Lo´pez-Hoffman, S. M.L. Ewe, W. P. Sousa. 2008. Environmental drivers in mangrove establishment and early development: A review. Aquatic Botany 89: 105–127.
Lopez-Hoffman, L., N.P.R. Anten, M. Martı´nez-Ramos, and D.D. Ackerly. 2007. Salinity and light interactively affect neotropical mangrove seedlings at the leaf and whole plant levels. Oecologia 150 :545–556.
América Tropical. Instituto de Ecología A.C. México, UICN/ORMA, Costa Rica, NOAA/NMFS Silver Spring MD USA. 380 p.
Munns, R., and Tester M. 2008. Mechanisms of Salinity Tolerance. Annual Review Plant Biology Journal. 59:651–81.
Noor, Y.R., M. Khazali dan I.N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Wetlands International Indonesia Programme, PKA/WI-IP. Bogor.
Nurhayati dan Suyarso. 2000. Variasi Temporal Salinitas Perairan Teluk Lampung. Balitbang Oseanografi – Puslitbang Oseanologi, LIPI. Bogor.
Oku, H., Baba, S., Koga, H., Takara, K., Iwasaki, H., 2003. Lipid composition of mangroves and its relevance to salt tolerance. J. Plant Res. 116, 37-45.
Onrizal. 2005. Adaptasi Tumbuhan Mangrove pada Lingkungan Salin dan Jenuh Air. Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Pramudji dan L. H. Purnomo. 2003. Mangrove Sebagai Tanaman Penghijauan Pantai.Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Jakarta : 1 – 6.
Siregar, Y. 2010. Pertumbuhan Bibit Bakau (Rhizophora stylosa Griff) Pada Berbagai Jenis Media Tanam. [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Medan.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis pengaruh salinitas terhadap tinggi umur 3 bulan
Source
Lampiran 2. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap tinggi umur 3 bulan
(I)
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 663.690.
a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Lampiran 3. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap diameter umur 3 bulan
Source
Lampiran 4. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap diameter umur 3 bulan (I) Salinitas (J) Kontrol Mean Mean Difference
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .185.
Lampiran 5. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap jumlah daun umur 3 bulan
Source
Lampiran 6. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap jumlah daun umur 3 bulan
(I) Salinitas (J) Salinitas
Mean
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
0% (n = 24) 5
0.5% (n = 26) 0% 5 .3013 .23231 .515
1.5% (n = 32) 0% 4 -.1458 .22161 .916
2% (n = 32) 0% 4 -.9271* .22161 .000
3% (n = 5) 0% 2 -2.9833* .40344 .000
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .674.
a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Lampiran 7. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap tinggi umur 6 bulan
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square FHitung Ftabel Sig.
Salinitas 194062.563 7 27723.223 27.387 2.09 .000
Error 115399.470 114 1012.276
Lampiran 8. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap tinggi setelah adaptasi air
tawar
(I) Salinitas (J) Salinitas
Mean Mean
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1012.276.
Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it. *. The mean difference is significant at the .05 level.
Lampiran 9. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap diameter setelah adaptasi air tawar
Lampiran 10. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap diameter setelah adaptasi air tawar
(I) Salinitas
(J) Salinitas
Mean Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
(I) Salinitas
(J) Salinitas
Mean Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Lampiran 11. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap jumlah daun setelah adaptasi air tawar
Lampiran 12. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap jumlah daun setelah adaptasi airTawar
a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.
Lampiran 13. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap luas daun setelah adaptasi air
Lampiran 14. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap luas daun setelah adaptasi air tawar Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 546.469.
a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Lampiran 15. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap berat basah daun setelah adaptasi air tawar
Lampiran 16. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap berat basah daun setelah adaptasi air tawar
(I) Salinitas (J) Salinitas
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig. Mean
0% (n=3) 6.5667
0.5%-0 (n=3) 0% 8.4333 1.8667 1.31730 .585
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 2.603.
Lampiran 17. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap berat basah batang setelah adaptasi air tawar
Lampiran 18. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap berat basah batang setelah adaptasi air tawar
(I) Salinitas (J) Salinitas
Mean Difference
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .560.
a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.
Lampiran 20. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap berat basah akar setelah adaptasi air tawar
(I) Salinitas (J) Salinitas
Mean Difference
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 2.871.
Lampiran 21. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap berat kering daun setelah adaptasi air tawar
Lampiran 22. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap berat kering daun setelah adaptasi air tawar
(I) Salinitas (J) Salinitas
Mean Difference
Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.
Lampiran 23. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap berat kering batang setelah
Lampiran 24. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap berat kering batang setelah adaptasi air tawar
(I) Salinitas (J) Salinitas
Mean
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .041.
a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.
Lampiran 25. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap berat kering akar setelah adaptasi air tawar
Lampiran 26. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap berat kering akar setelah adaptasi air tawar
(I) Salinitas (J) Salinitas
0.5%-0 (n=3) 0% 1.4933 .3667 .28215 .664
Lampiran 27 . Rasio Taju Akar
Salinitas BK Daun (gr)
Lampiran 28. Komposisi Rata-rata kandungan Isoprenoid
Salinitas Komposisi Rata-rata (μg/g)
Daun Akar
Phytosterol Triterpenoid Phytosterol Triterpenoid
0% 16.56 75.95 83.73 159.13
0.5%-0 18 48.6 127.66 176.70
1.5%-0 29.69 21.87 105.69 167.91
2%-0 30.09 48.84 20.22 30.20
3%-0 82.77 199.26 84.52 124.94
Lampiran 29. Proporsi relatif kandungan Isoprenoid
Salinitas Proporsi Relatif Rata-rata (μg/g)
Daun Akar
Phytosterol Triterpenoid Phytosterol Triterpenoid
0% 18.00 82.00 57.05 42.95
0.5%-0 30.53 69.47 50.26 49.74
1.5%-0 52.95 47.05 46.24 46.34
2%-0 37.68 62.32 33.46 66.54
Lampiran 30. Gambar Tegakan R. stylosa Lampiran 31. Propagul R. stylosa
Lampiran 32. Propagul yang ditanam Lampiran 33. Propagul R. stylosa
Lampiran 36. R. stylosa umur 1 bulan pada berbagai konsentrasi; 0% (A), 0.5% (B), 1.5% (C), 2% (D), 3% (E) dan daun muda (F).
Lampiran 38. Alat dan bahan yang digunakan saat ekstraksi (A), Waterbath (B), desikator (C), GCMS (D), bahan kimia yang digunakan (F), dan syring
Lampiran 39. Proses Ekstraksi
Lampiran 41. Isoprenoid pada Daun Setelah Adaptasi Air Tawar
Lampiran 42.Isoprenoid pada Akar Setelah Adaptasi Air Tawar
Lampiran 43. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap proporsi relatif Phytosterol
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square FHit Ftabel Sig.
Salinitas 2262.597 4 565.649 2.443ns 3.06 .115
Error 2315.449 10 231.545
Total 20308.898 15
Lampiran 44. Analisis Pengaruh salinitas terhadap proporsi Relatif Triterpenoid
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square FHit Ftabel Sig.
Salinitas 2262.597 4 565.649 2.443 3.06 .115
Error 2315.449 10 231.545