• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Terhadap Perjanjian Pemborongan Membangun Tanaman Ulang Karet Tahun 2015 Antara PT. Perkebunan Nsantara III dan CV. Wira Andalan Mandiri (Studi pada PT. Perkebunan Nusantara III)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Hukum Terhadap Perjanjian Pemborongan Membangun Tanaman Ulang Karet Tahun 2015 Antara PT. Perkebunan Nsantara III dan CV. Wira Andalan Mandiri (Studi pada PT. Perkebunan Nusantara III)"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A.

Badrulzaman, Mariam Darus, 1994, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung.

Buku

_______________________, 2015, Hukum Perikatan dalam KUH Perdata, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Budiono, Herlien, 2011, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung.

Djumialdji, Fx, 1995, Perjanjian Pemborongan, Rineka Cipta, Jakarta.

___________, 1996, Hukum Bangunan, dasar-dasar Hukum dalam Proyek dan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta.

Fuady, Munir, 2001, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Hernoko, Agus Yudha, 2011, Hukum Perjanjian ; Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Edisi 2, Cetakan 2, Prenada Media Group, Jakarta. HS, Salim, 2002, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika Offset,

Jakarta.

__________, 2006, Perkembangan Hukum Kontrak Di Luar KUH Perdata, RajaGrafindo, Jakarta.

Ibrahim, Johanes,2003, Pengimpasan Pinjaman dan Asas Kebebasan Berkontrak, CV Utama, Bandung.

Masjchun Sofwan, Sri Soedewi. 1982, Hukum Bangunan, Perjanjian Pemborongan Bangunan, Liberty, Yogyakarta.

Miru, Ahmadi, 2011, Hukum dan Kotrak Perancangan Kontrak, Cetakan ke-4, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Muthiah, Aulia, 2016, Aspek Hukum Dagang dan Pelaksanaannya di Indonesia, Pustaka Baru Press, Yogyakarta.

Pamungkasih, Rini, 2009, 101 Draf Surat Perjanjian (Kontrak), Penerbit Gradien Mediatma, Yogyakarta.

(2)

Prodjodiko, Wirjono, 2011, Azas-Azas Hukum Perjanjian, Penerbit Mandar Maju, Bandung.

Raharjo, Handri, 2009, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta.

Saliman, Abdul R., 2014, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus, Cetakan Ketuju, Penerbit Kencana, Jakarta.

Satrio, J., 2012, Wanprestasi Menurut KUHPerdata, Doktrin, dan Yurisprudensi, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Setiawan, R., 1999, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Putra A. Bardin Press, Bandung.

Setiawan, I Ketut Oka, 2016, Hukum Perikatan, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta. Sidharta, Alfa, 2010, Brahmandita.Tinjauan Teoritis - Sah dan mengikatnya,

Program Studi Fakultas Hukum. FH UI Press, Depok.

Silondae, Arus Akbar dan Andi Fariana, 2010, Aspek Hukum dalam Ekonomi dan Bisnis, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.

Simanjuntak, P.N.H. 2005, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, Djambatan, Jakarta.

Sinaga, Budiman N.P.D. 2005, Hukum Kuntrak & Penyelesaian Sengketa dari Perspektif Sekretaris, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 1985, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Penerbit Rajawali, Jakarta.

Subekti, R., 1995, Aneka Perjanjian, Cetakan Kesepuluh, Alumni, Bandung.. Suharnoko, 2004, Hukum Perjanjian, Teori dan Analisa Kasus, Penerbit Kencana,

Jakarta.

Syahrani, Riduan, 2004, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Penerbit PT. Alumni, Bandung.

Widjaja, Gunawan, 2008, Seri Hukum Bisnis Memahami Prinsip Keterbukaan dalam Hukum Perdata, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

(3)

Yasin, Nazarkhan, 2003, Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

B. Undang-Undang

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Subekti, R dan Tjitrosudibio. 2008, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 98/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan

Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan keempat atas peraturan presiden nomor 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah

C. Website

2 Mei 2016

tanggal 28 Mei 2016

Gayatri Syahrani, Teknis Penanaman Ulang Tanaman Karet, melalui

(4)

Ono Dira, Land Clearing Dan Penanaman Karet Dalam Program TU, melalui

Romadijawis, Ketentuan-Ketentuan Umum Dalam Hukum Kontrak Kontrak

Bisnis (Perjanjian), melalui

(5)

BAB III

TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN PEMBORONGAN

DAN PENGATURANNYA

A. Pengertian perjanjian pemborongan

Pengertian perjanjian untuk melakukan pemborongan pekerjaan dapat dilihat dalam Buku III KUHPerdata Bab VIIA pada bagian ke satu, mengenai Ketentuan-Ketentuan Umum. Dalam Pasal 1601 b Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan :“Pemborongan pekerjaan adalah pejanjian, dengan mana pihak yang satu, si pemborong mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan.”137

Beberapa sarjana memberikan definisi dari perjanjian pemborongan, antara lain : menurut FX. Djumaialdji, pengertian perjanjian pemborongan adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan, sedangkan pihak yang lain, yang memborong, mengikatkan diri untuk membayar suatu harga yang ditentukan. Sedangkan menurut R. Subekti, perjanjian pemborongan adalah perjanjian antara seseorang (pihak yang memborongkan) dengan seseorang yang lain (pihak yang memborong pekerjaan), dimana pihak yang pertama menghendaki suatu hasil pekerjaan yang disanggupi oleh pihak lain tersebut serta adanya suatu

137

(6)

52

pembayaran uang tertentu sebagai harga pemborongan.138Perjanjian perburuhan adalah perjanjian antara seorang ‘buruh’ dengan seorang ‘majikan’, perjanjian mana ditandai oleh ciri-ciri: adanya suatu upah atau gaji tertentu yang diperjanjikan dan adanya suatu ‘hubungan diperatas’ yaitu suatu hubungan berdasarkan mana pihak yang satu (majikan) berhak memberikan perintah-perintah yang harus ditaati oleh yang lain.139

Saat ini jasa pemborongan atau jasa konstruksi telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Yang dimaksud dengan pemborong dalam undang-undang ini adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan pemborong, pelaksanaan pekerjaan pemborong, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan pemborong.140Sedangkan pengertian pemborongan dapat dilihat dalam Pasal 1 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pengadaan barang / jasa pemerintah, yang menyebutkan bahwa Pemborongan adalah layanan pekerjaan pelaksanaan konstruksi atau wujud fisik lainnya yang perencanaan teknis dan spesifikasinya ditetapkan pengguna barang/jasa dan proses serta pelaksanaannya diawasi oleh pengguna jasa.141

Sebagai bentuk perjanjian tertentu, maka perjanjian pemborongan tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan umum perjanjian yang diatur dalam title I sampai dengan IV Buku III KUHPerdata. Dalam Buku III KUHPerdata, diatur mengenai ketentuan-ketentuan umum yang berlaku terhadap semua perjanjian yaitu perjanjian-perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata maupun jenis

138

FX. Djumaialdji II, Op.Cit, hal 5

139

R. Subekti I, Op.Cit, hal 58

140

Nazarkhan Yasin. Op.Cit, hal 18

141

(7)

perjanjian baru yang belum ada aturannya dalam undang-undang. Sebagai dasar perjanjian pemborongan bangunan KUHPerdata diatur dalam Pasal 1601 butir (b) yang berbunyi: “Pemborongan pekerjaan adalah perjanjian, dengan mana pihak yang satu, sipemborong, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan”.142

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, perjanjian pemborongan disebut dengan istilah pemborongan pekerjaan. Menurut Pasal 1601 b Kitab Undang-Undang Hukum Perdata “Pemborongan pekerjaan adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu kepihak yang lain, si pemborong mengikatkan diri untuk menyelesaikan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan dengan menerima suatu harga yang ditentukan.” Menurut Subekti, perjanjian pemborongan pekerjaan dibedakan dalam dua macam yaitu (a) dimana pihak pemborong diwajibkan memberikan bahannya untuk pekerjaan tersebut, dan (b0 dimana si pemborong hanya akan melakukan pekerjaannya saja.143

Perjanjian pemborongan bangunan dapat dilaksanakan secara tertutup, yaitu antar pemberi tugas dan kontraktor atau terbuka yaitu melalui pelelangan umum. Lain halnya dengan pemborongan bangunan milik pemerintah dimana harus diadakan pelelangan. Kontrak kerja bangunan dapat dibedakan dalam 2 (dua) jenis yaitu:144

1. Kontraktor hanya melakukan pekerjaan saja, sedangkan bahan-bahannya disediakan oleh pemberi tugas.

142

Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit, hal 17

143

R. Subekti,Op.Cit, hal 65

144

(8)

2. Kontraktor melakukan pekerjaan dan juga menyediakan bahan-bahan bangunan.

Jika barangnya musnah sebelum pekerjaan diserahkan, maka ia bertanggungjawab dan tidak dapat menuntut harga yang diperjanjikan kecuali musnahnya barang itu karena suatu cacat yang terdapat di dalam bahan yang disediakan oleh pemberi tugas (Pasal 1606 dan 1607 KUHPerdata).145 Dilihat dari obyeknya, perjanjian pemborongan bangunan mirip dengan perjanjian lain yaitu perjanjian kerja dan perjanjian melakukan jasa, yaitu sama- sama menyebutkan bahwa pihak yang satu menyetujui untuk melaksanakan pekerjaan pihak lain dengan pembayaran tertentu. Perbedaannya satu dengan yang lainnya ialah bahwa pada perjanjian kerja terdapat hubungan kedinasan atau kekuasaan antara buruh dengan majikan. Pada pemborongan bangunan dan perjanjian melakukan jasa tidak ada hubungan semacam itu, melainkan melaksanakan pekerjaan yang tugasnya secara mandiri.146

Ketentuan pemborongan pada umumnya diatur dalam Pasal 1601 sampai dengan Pasal 1617 KUHPerdata. Perjanjian pemborongan bangunan juga memperhatikan berlakunya ketentuan-ketentuan perjanjian untuk melakukan pekerjaan, khususnya bagi bangunan yang diatur dalam KUHPerdata yang berlaku sebagai hukum pelengkap peraturan tersebut pada umumnya mengatur tentang hak-hak dan kewajiban pemborong yang harus diperhatikan baik pada pelaksanaan perjanjian, dan berakhirnya perjanjian.

147

145

Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit, hal 8

146

Sri Soedewi Masjchun Sofwan. Hukum Bangunan, Perjanjian Pemborongan Bangunan, (Yogyakarta : Liberty 1982), hal 52

147

(9)

Pemborong bertanggungjawab dalam jangka waktu tertentu, pada masa ini pemborong wajib melakukan perbaikan jika terbukti adanya cacat ataupun kegagalan bangunan. Dalam prakteknya pemborong bertanggungjawab sampai masa pemeliharaan sesuai dengan yang tertulis dikontrak. Menurut Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi dijelaskan bahwa kegagalan bangunan yang menjadi tanggungjawab penyedia jasa ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun.148 Pelaksanaan pemborongan pekerjaan harus dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama baik manajemen maupun kegiatan pelaksanaan pekerjaan. Perusahaan pemberi pekerjaan melaporkan jenis kegiatan yang akan diborongkan kepada instansi di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota149

Menurut KUHPerdata perjanjian pemborongan disebut dengan istilah pemborongan pekerjaan. Menurut Pasal 1601 b KUHPerdata, pemborongan pekerjaan adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelesaikan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang telah ditentukan Definisi perjanjian pemborongan yang diatur dalam KUH Perdata menurut para sarjana adalah kurang tepat, karena menganggap bahwa perjanjian pemborongan adalah perjanjian sepihak, sebab si pemborong hanya memiliki kawajiban saja sedangkan yang memborongkan mempunyai hak saja. Sebenarnya perjanjian

.

148

FX Djumaialdji I, Op.Cit, hal 26

149

(10)

pemborongan adalah perjanjian timbal balik yaitu antara pemborong dengan mana yang memborongkan yang masing-masing mempunyai hak dan kewajiban.150

Pelaksanaan pemborongan pekerjaan harus dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama baik manajemen maupun kegiatan pelaksanaan pekerjaan Suatu perjanjian antara seorang (pihak pertama yang memborongkan (aambesterder, bouwheer, kepala kantor, satuan kerja, pemimpin proyek) dengan seorang lain (pihak kedua yang disebut pemborong/rekanan (annemer, kontraktor, konsultan)), dimana pihak pertama menghendaki sesuatu hasil pekerjaan yang disanggupi oleh pihak lawan, atas pembayaran suatu jumlah tertentu sebagai harga pemborongan. Ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan menurut KUHPerdata berlaku baik bagi perjanjian pemborongan pada proyek-proyek pemerintah maupun swasta. Perjanjian pemborongan pada KUH Perdata itu bersifat pelengkap, artinya ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan dalam KUH Perdata dapat digunakan oleh para pihak dalam perjanjian pemborongan atau para pihak dalam perjanjian pemborongan dapat membuat sendiri ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan asal tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Apabila para pihak dalam perjanjian pemborongan membuat sendiri ketentuan dalam perjanjian pemborongan maka ketentuan-ketentuan dalam KUHPerdata dapat melengkapi apabila ada kekurangannya.151

Pemborongan pekerjaan merupakan persetujuan antara kedua belah pihak yang menghendaki hasil dari suatu pekerjaan yang disanggupi oleh pihak lainnya, atas pembayaran sejumlah uang sebagai harga hasil pekerjaan. Disini tidaklah penting bagi pihak yang memborongkan pekerjaan bagaimana pihak yang

150

Subekti dan Tjirosudibio, Op.Cit, hal 37

151Ibid.,

(11)

memborong pekerjaan mengerjakannya, karena yang dikehendaki adalah hasil dari pekerjaan tersebut, yang akan diserahkan kepadanya dalam keadaan baik (mutu dan kwalitas/kwantitas) dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian. Perjanjian pemborongan bangunan dapat dilaksanakan secara tertutup, yaitu antar pemberi tugas dan kontraktor atau terbuka yaitu melalui pelelangan umum. Lain halnya dengan pemborongan bangunan milik pemerintah dimana harus diadakan pelelangan.

B. Dasar hukum perjanjian pemborongan

Perjanjian pemborongan diatur dalam beberapa aturan hukum yang berlaku sebagai payung yang melindungi para pihak yang ada di dalamnya demi terciptanya asas kepastian hukum. Dasar hukum perjanjian pemborongan, yaitu: 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.

Pengguna jasa konstruksi dan penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan.152 Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun.153 Kegagalan bangunan ditetapkan oleh pihak ketiga selaku penilai ahli.154

2. Pasal 1604 s/d 1617 KUHPerdata dan peraturan-peraturan khusus yang dibuat Pemerintah seperti AV 1941 (Algemene Voorwarden Voor de uitvoering bij aaneming van openbare werken in Indonesia) yang artinya syarat-syarat umum untuk pelaksanaan pemborongan pekerjaan umum di Indonesia.155

152

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Pasal 25 ayat (1)

153Ibid.

, Pasal 25 ayat (2)

154Ibid

., Pasal 25 ayat (3)

155

(12)

Tidak adanya ketegasan dalam pasal-pasal KUHPerdata mengenai kontrak pemborongan ini apakah bersifat hukum memaksa (mandatory law) atau hanya hukum mengatur. Sebagaimana umumnya pasal-pasal dalam buku ketiga KUHPerdata, maka kebanyakan ketentuan tentang hukum pemborongan tersebut bersifat hukum mengatur, jadi umumnya dapat dikesampingkan oleh para pihak.156

3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dan diumumkan secara luas melalui media elektronik dan/atau media cetak.157 Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang diyakini jumlah penyedia jasanya terbatas dan dinyatakan telah lulus prakualifikasi, yang diumumkan secara luas melalui media elektronik dan/ atau media cetak.158 Pemilihan perencana konstruksi dan atau pengawas konstruksi oleh pengguna jasa dengan cara pelelangan umum, berlaku untuk semua pekerjaan perencanaan dan pengawasan konstruksi.159 Pemilihan pelaksana konstruksi dengan cara pelelangan terbatas berlaku untuk pekerjaan dengan ketentuan mempunyai risiko tinggi dan menggunakan teknologi tinggi.160

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain

156

Munir Fuady, Op.Cit., hal. 26.

157

Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pasal 1 angka 1

158

Ibid, Pasal 1 angka 2

159

Ibid, Pasal 4 ayat (1)

160

(13)

Perjanjian Pemborongan Pekerjaan (outsourching) merupakan perjanjian yang dibuat secara tertulis mengenai penyerahan sebagai pekerjaan kepada perusahaan lain. Perjanjian pemborongan pekerjaan adalah perjanjian antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penerima pemborongan yang memuat hak dan kewajiban para pihak.161 Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan secara tertulis.162

Perjanjian pemborongan pekerjaan sekurang-kurangnya harus memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak, menjamin terpenuhinya perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh sesuai peraturan perundang-undangan dan memiliki tenaga kerja yang mempunyai kompetensi di bidangnya.

Perusahaan pemberi pekerjaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan penerima pemborongan. Setiap perusahaan pemberi pekerjaan, perusahaan penerima pemborongan atau perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diundangkannya Peraturan Menteri ini.

163

Perjanjian pemborongan pekerjaan harus didaftarkan oleh perusahaan penerima pemborongan kepada pemerintah yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pemborongan pekerjaan yang dilaksanakan.164

161

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain, Pasal 1angka 4

(14)

oleh perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penerima pemborongan, paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum pekerjaan dilaksanakan.165 Dalam hal perjanjian pemborongan pekerjaan telah memenuhi ketentuan maka instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pekerjaan dilaksanakan menerbitkan bukti pendaftaran paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak berkas permohonan pendaftaran perjanjian diterima.166

5. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 98/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan

Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.167 Peraturan ini dimaksudkan sebagai dasar hukum dalam pemberian pelayanan perizinan dan pelaksanaan kegiatan usaha perkebunan, dengan tujuan untuk memberikan perlindungan, pemberdayaan pelaku usaha perkebunan secara berkeadilan dan memberikan kepastian dalam usaha perkebunan.168

165Ibid

., Pasal 10 ayat (2)

166

Ibid., Pasal 11

167

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 98/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan, Pasal 1 angka 1

168Ibid

., Pasal 2 ayat (1)

(15)

pengolahan, serta diversifikasi usaha, rekomendasi teknis usaha perkebunan, kewajiban perusahaan perkebunan, pembinaan dan pengawasan dan sanksi administrasi.169

Jenis usaha perkebunan terdiri atas usaha budidaya tanaman perkebunan, usaha industri pengolahan hasil perkebunan dan usaha Perkebunan yang terintegrasi antara budidaya dengan industri pengolahan hasil perkebunan.

170

Usaha perkebunan dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia oleh pelaku usaha perkebunan, sesuai perencanaan pembangunan perkebunan nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.171 Badan hukum asing atau perorangan warga negara asing yang melakukan usaha perkebunan wajib bekerjasama dengan pelaku usaha perkebunan dalam negeri dengan membentuk badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.172Usaha budidaya tanaman perkebunan dengan luas kurang dari 25 (dua puluh lima) hektar dilakukan pendaftaran oleh bupati/walikota.173 Pendaftaran usaha budidaya tanaman perkebunan paling kurang berisi keterangan pemilik dan data kebun data identitas dan domisili pemilik, pengelola kebun, lokasi kebun, status kepemilikan tanah, luas areal, jenis tanaman, produksi, asal benih, jumlah pohon, pola tanam, jenis pupuk, mitra pengolahan, jenis/tipe tanah, dan tahun tanam.174

Pendaftaran usaha industri pengolahan hasil perkebunan paling kurang berisi data identitas dan domisili pemilik, lokasi, kapasitas produksi, jenis

(16)

bahan baku, sumber bahan baku, jenis produksi, dan tujuan pasar.175 Usaha industri pengolahan hasil perkebunan untuk mendapatkan izin usaha perkebunan untuk pengolahan (IUP-P) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, harus memenuhi penyediaan bahan baku paling rendah 20% (dua puluh per seratus) berasal dari kebun sendiri dan kekurangannya wajib dipenuhi dari kebun masyarakat/perusahaan perkebunan lain melalui kemitraan pengolahan berkelanjutan.176 Masyarakat/ perusahaan perkebunan lain yaitu masyarakat/ perusahaan perkebunan yang tidak memiliki unit pengolahan dan belum mempunyai ikatan kemitraan dengan usaha industri pengolahan hasil perkebunan.177Kemitraan pengolahan berkelanjutan dilakukan untuk menjamin ketersediaan bahan baku, terbentuknya harga pasar yang wajar, dan terwujudnya peningkatan nilai tambah secara berkelanjutan bagi Pekebun.178

Kemitraan pengolahan berkelanjutan dilakukan dalam bentuk perjanjian tertulis dan bermeterai cukup untuk jangka waktu paling kurang 10 (sepuluh) tahun sesuai format seperti tercantum dalam lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.

179

Isi perjanjian dapat ditinjau kembali paling singkat setiap 2 (dua) tahun sesuai dengan kesepakatan.180

(17)

seratus) dari luas areal izin usaha perkebunan untuk budidaya (IUP-B) atau izin usaha pengelolaan (IUP).181

Kebun masyarakat yang difasilitasi pembangunannya berada di luar areal izin usaha perkebunan untuk budidaya (IUP-B) atau izin usaha pengelolaan (IUP).

182

Kewajiban memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat sekitar mempertimbangkan ketersediaan lahan, jumlah keluarga masyarakat sekitar yang layak sebagai peserta; dan kesepakatan antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat sekitar dan diketahui kepala dinas provinsi atau kabupaten/kota yang membidangi perkebunan sesuai kewenangannya.

183

Masyarakat sekitar yang layak sebagai peserta masyarakat yang lahannya digunakan untuk pengembangan perkebunan dan berpenghasilan rendah sesuai peraturan perundang-undangan harus bertempat tinggal di sekitar lokasi IUP-B atau IUP dan sanggup melakukan pengelolaan kebun.184

C. Bentuk-bentuk perjanjian pemborongan

Bentuk perjanjian yang memiliki arti penting dalam hubungannya dengan era pembangunan masa sekarang ini salah satunya adalah perjanjian pemborongan, karena dari banyaknya proyek-proyek pembangunan yang dilaksanakan sebagian besar adalah prakarsa pemerintah. Dalam KUHPerdata tidak disebutkan secara sistematis tentang bentuk perjanjian. Namun apabila kita menelaah berbagai ketentuan yang tercantum dalam KUHPerdata maka

(18)

perjanjian menurut bentuknya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu perjanjian lisan dan tertulis. Perjanjian lisan adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak cukup secara lisan atau kesepakatan saja (Pasal 1320 KUHPerdata). Dengan adanya konsensus maka perjanjian itu telah terjadi, yang termasuk dalam golongan ini adalah perjanjian konsensual dan riil. Perjanjian konsensual adalah suatu perjanjian yang terjadi apabila ada kesepakatan para pihak, sedangkan perjanjian riil adalah suatu perjanjian yang dibuat dan dilaksanakan secara nyata. Perjanjian tertulis merupakan perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan. Perjanjian ini dibagi menjadi dua macam, yaitu dalam bentuk akta dibawah tangan dan akta notaris. Akta di bawah tangan adalah akta yang cukup dibuat dan ditandatangani oleh para pihak, sedangkan akta autentik merupakan akta yang dibuat oleh atau di hadapan notaris.

Perjanjian pemborongan bentuknya bebas (vormvrij) artinya perjanjian pemborongan dapat dibuat secara lisan maupun tertulis. Dalam praktek, apabila perjanjian pemborongan menyangkut harga borongan kecil biasanya perjanjian pemborongan dibuat secara lisan, sedangkan apabila perjanjian pemborongan menyangkut harga borongan yang agak besar, biasanya perjanjian dibuat secara tertulis baik dengan akta di bawah tangan atau akta autentik (akta notaris).185

Selain itu perjanjian jasa pemborongan juga bersifat formil, karena khusus dalam proyek-proyek pemerintah harus dibuat secara tertulis dan dalam bentuk perjanjian standar artinya perjanjian pemborongan (surat perintah kerja dan surat perjanjian pemborongan) dibuat dalam model-model formulir tertentu yang isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang memborongkan. Dalam Peraturan

185

(19)

Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pengadaan barang / jasa pemerintah dikenal adanya 3 (tiga) bentuk perjanjian pemborongan yaitu:186

1. untuk pengadaan dengan nilai di bawah Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) bentuk kontrak cukup dengan kuitansi pembayaran dengan materai secukupnya.

2. untuk pengadaan dengan nilai di atas Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), bentuk kontrak berupa surat perintah kerja (SPK) tanpa jaminan pelaksanaan.

3. untuk pengadaan dengan nilai di atas Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), bentuk kontrak berupa kontrak pengadaan barang/jasa (KPBJ) dengan jaminan pelaksanaan.

Pada umumnya, bantuk perjanjian yang dibuat oleh pihak pengguna jasa dan penyedia jasa dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan adalah berbentuk tertulis. Bentuk perjanjian ini dibuat dalam akta di bawah tangan. Karena yang membuat perjanjian itu hanya para pihak. Biasanya pihak pengguna jasa telah menyiapkan substansi perjanjian secara sepihak, sedangkan pihak penyedia jasa tinggal mempelajari substansi perjanjian tersebut. Apabila penyedia jasa menyetujuinya maka ia menandatangani perjanjian tersebut. Pada dasarnya, perjanjian kerja pemborongan ini dibuat secara terpisah sesuai tahapan dalam perjanjian pemborongan, yang terdiri dari perjanjian kerja pemborongan untuk pekerjaan perencanaan, pekerjaan pelaksanaan pemborongan dan perjanjian kerja pemborongan untuk pekerjaan pengawasan. Namun, tidak tertutup kemungkinan

186

(20)

pekerjaan dilakukan secara integrasi antara perjanjian kerja untuk perencanaan, pekerjaan pelaksanaan dan pengawasan.187

a. Perjanjian pelaksanaan pemborongan dengan harga pasti (fixed price). Dalam hal ini harga pemborongan telah ditetapkan secara pasti, baik mengenai harga kontrak maupun harga satuan.

Menurut cara penentuan harganya, perjanjian pelaksanaan pemborongan itu dapat dibedakan atas tiga bentuk, yaitu :

b. Perjanjian pelaksanaan pemborongan dengan harga lumpsum. Dalam hal ini harga borongan diperhitungkan secara keseluruhan.

c. Perjanjian pelaksanaan pemborongan atas dasar harga satuan (unit price), yaitu harga yang diperhitungkan untuk setiap unit. Dalam hal ini luas pekerjaan ditentukan menurut jumlah perkiraan jumlah unit.

d. Perjanjian pelaksanaan pemborongan atas dasar jumlah biaya dan upah (cost plus fee). Dalam hal ini pemberi tugas akan membayar pemborongan dengan jumlah biaya yang sesungguhnya yang telah dikeluarkan ditambah dengan upahnya.

D. Jenis perjanjian pemborongan

Di dalam KUHPerdata dikenal ada dua macam perjanjian pemborongan yaitu :188

1. Perjanjian pemborongan dimana pemborong hanya melakukan pekerjaan saja.

2. Perjanjian pemborongan dimana pemborong selain melakukan pekerjaan juga menyediakan bahan-bahannya.

187

Salim HS, Op.Cit, hal 111

188

(21)

Satu dan lain membawa perbedaan dalam hal tanggungjawabnya si pemborong atas hasilnya pekerjaan yang diperjanjikan. Dalam hal pemborongan harus menyediakan bahan-bahannya, dan hasil pekerjaannya, karena apa pun juga musnah sebelum diserahkan, maka kegiatan itu dipikul oleh pemborong kecuali jika pemberi tugas itu lalai untuk menerima hasil pekerjaan tersebut. Dalam hal pemborong hanya harus melakukan pekerjaan dan hasil pekerjaannya itu musnah, maka ia hanya bertanggungjawab atas kemusnahan itu sepanjang hal itu terjadi karena kesalahannya.189

Subekti mengatakan bahwa apabila dari pihaknya pemborongan ada kesalahan mengenai kejadian itu, hal mana harus dibuktikan oleh pihak yang memborongkan, maka si pemborong dapat dipertanggungjawabkan sekedar kesalahannya itu mengakibatkan kemusnahan bahan-bahan tersebut. Kemudian dalam halnya si pemborong hanya diwajibkan melakukan pekerjaan saja. Dalam Pasal 1607 KUH Perdata dikatakan bahwa jika musnahnya hasil pekerjaan tersebut dalam pasal yang lalu terjadi di luar kesalahan/kelalaian pemborong Pasal 1605 dan 1606 KUH Perdata ketentuan yang terakhir ini mengandung maksud bahwa akibat suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak, yang menimpa bahan-bahan yang telah disediakan oleh pihak yang memborongkan, dipikul pada pundaknya pihak yang memborongkan ini.

Perusahaan lain yang menerima borongan pekerjaan tersebut harus memberi perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja yang sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi kerja atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

189

(22)

sebelum penyerahan dilakukan, sedangkan pemberi tugas pun tidak lalai untuk memeriksa dan menyetujui hasil pekerjaan itu, maka pemborong tidak berhak atas harga yang dijanjikan, kecuali jika barang itu musnah karena bahan-bahannya cacat.190

a. Perjanjian pemborongan pekerjaan dimana pihak pemborong diwajibkan memberikan bahannya untuk pekerjaan tersebut. Si pemborong diwajibkan memberikan bahannya atau menyediakan dan kemudian pekerjaannya dengan cara bagaimanapun musnah sebelum diserahkan kepada pihak yang memborongkan, maka segala kerugian adalah atas tanggungan si pemborong, kecuali apabila pihak yang memborongkan telah lalai untuk menerima hasil pekerjaan itu. Jika si pemborong hanya diwajibkan melakukan pekerjaan saja, dan kemudian pekerjaannya musnah, maka ia hanya bertanggungjawab untuk kesalahannya (Pasal 1605 dan Pasal 1606 KUH Perdata). Ketentuan yang terakhir ini mengandung maksud bahwa akibat suatu peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak, yang menimpa bahan-bahan yang telah disediakan oleh pihak yang memborongkan, dipikulkan pada pundak pihak yang memborongkan ini. Baru apabila dari pihak pemborong ada kesalahan mengenai kejadian itu, maka hal tersebut harus dapat dibuktikan oleh pihak

Apabila dari pihaknya pemborong ada kesalahan mengenai kejadian itu, hal mana harus dibuktikan oleh pihak yang memborongkan, maka si pemborng dapat dipertanggungjawabkan sekedar kesalahannya itu mengakibatkan kemusnahan bahan-bahan tersebut. pihak pemborong kehilangan tenaga dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menggarap pekerjaan.

Perjanjian pemborongan pekerjaan dibagi menjadi dua macam, yaitu:

190

(23)

yang memborongkan, si pemborong dapat mempertanggungjawabkan atas kesalahannya itu mengakibatkan bahan-bahan tersebut musnah.

b. Perjanjian pemborongan pekerjaan dimana si pemborong hanya akan melakukan pekerjaannya saja, dalam hal si pemborong hanya diwajibkan melakukan pekerjaan saja, di dalam Pasal 1607 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa jika musnahnya pekerjaan itu terjadi di luar sesuatu kelalaian dari pihaknya si pemborong, sebelum pekerjaan itu diserahkan, sedang pihak yang memborongkan pekerjaan tidak telah lalai untuk memeriksa dan menyetujui pekerjaannya, maka si pemborong tidak berhak atas harga yang dijanjikan, kecuali apabila musnahnya barang atau pekerjaan itu disebabkan oleh suatu cacad dalam bahannya.

Cara terjadinya, ada tiga jenis perjanjian pemborongan, yaitu191

1. Perjanjian pelaksanaan pemborongan dengan harga pasti (fixed price). Dalam hal ini harga pemborongan telah ditetapkan secara pasti, baik mengenai harga kontrak maupun harga satuan.

2. Perjanjian pelaksanaan pemborongan dengan harga lumpsum. Dalam hal ini harga borongan diperhitungkan secara keseluruhan.

3. Perjanjian pelaksanaan pemborongan atas dasar harga satuan (unit price), yaitu harga yang diperhitungkan untuk setiap unit. Dalam hal ini luas pekerjaan ditentukan menurut jumlah perkiraan jumlah unit.

4. Perjanjian pelaksanaan pemborongan atas dasar jumlah biaya dan upah (cost plus fee). Dalam hal ini pemberi tugas akan membayar pemborongan dengan

191

(24)

jumlah biaya yang sesungguhnya yang telah dikeluarkan ditambah dengan upahnya.

Kontrak pengadaan barang dapat dibedakan berdasarkan bentuk imbalan, jangka waktu dan jumlah penggunaan barang (Pasal 30 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pengadaan barang / jasa pemerintah). Ketiga pembagian tersebut adalah sebagai berikut :

(a) Kontrak berdasarkan imbalan

Kontrak pengadaan barang/jasa berdasarkan bentuk imbalannya, merupakan kontrak yang dibuat berdasarkan atas imbalan atau biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Kontrak pengadaan barang berdasarkan imbalannya dibagi menjadi 5 (lima) macam, yaitu :

1.1 Kontrak lumpsum, adalah :

Kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga yang pasti dan tetap dan semua risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya di tanggung oleh penyedia barang/jasa

1.2 Kontrak harga satuan, adalah :

Kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara, sedangkan pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia barang.

(25)

Kontrak yang merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan.

1.4 Kontrak terima jadi, adalah :

Kontrak pengadaan barang pemborongan, atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh bangunan/konstruksi, peralatan dan jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.

1.5 Kontrak presentase, adalah :

Kontrak pelaksanaan jasa konsultasi di bidang konstruksi atau pekerjaan pemborongan tertentu, di mana konsultan yang bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan persentase tertentu dari nilai pekerjaan fisik konstruksi/pemborongan tersebut.

(b) Kontrak pengadaan barang/jasa berdasarkan jangka waktu

Pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa berdasarkan jangka waktu pelaksanaan, merupakan kontrak atau perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak, di mana dalam kontrak itu ditentukan lamanya kontrak pengadaan dilaksanakan. Kontrak ini dibagi menjadi :

1.1 Kontrak tahun tunggal, adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa satu tahun anggaran.

1.2 Kontrak tahun jamak, adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa lebih dari satu tahun anggaran yang dilakukan atas persetujuan :

(26)

a.2 Gubernur untuk pengadaan yang dibiayai APBD Provinsi Bupati atau Walikota untuk pengadaan barang yang dibiayai APBD Kabupaten/Kota.

(c) Kontrak pengadaan barang/jasa berdasarkan jumlah Penggunaan barang/jasa Kontrak pengadaan barang/jasa ini, merupakan kontrak pengadaan barang/jasa didasarkan pada jumlah lembaga atau institusi yang menggunakan barang tertentu. Para Pihak dalam Kontrak meliputi nama, jabatan dan alamat serta kedudukan para pihak dalam kontrak tersebut. Kontrak pengadaan barang/jasa ini dibagi menjadi :

1.1 Kontrak pengadaan tunggal, adalah kontrak antara satu unit kerja atau satu proyek dengan penyediaan barang tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu. Kontrak yang dibuat oleh satu PPK dengan satu penyedia Barang/Jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.

1.2 Kontrak pengadaan bersama, adalah kontrak antara beberapa unit kerja atau beberapa proyek dengan penyediaan barang tertentu, maka untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu sesuai dengan kegiatan bersama yang jelas dari masing-masing unit kerja dan pendanaan bersama yang dituangkan dalam kesepakatan bersama. Kontrak antara beberapa PPK dengan satu penyedia barang/jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing PPK yang menandatangani Kontrak. 192

192

(27)

BAB IV

ANALISIS HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PRMBORONGAN

MEMBANGUN TANAMAN ULANG KARET TAHUN 2015 ANTARA PT

PERKEBUNAN NUSANTARA III DAN CV. WIRA ANDALAN MANDIRI

A. Aspek hukum dalam perjanjian pemborongan membangun tanaman

ulang karet 2015 antara PT Perkebunan Nusantara III dan CV. Wira

Andalan Mandiri

1. Perkembangan tanaman ulang karet

Persiapan lahan untuk tanaman ulang karet terdiri dari dua cara, yaitu sistem mekanis dan sistem kimia. Sistem mekanis dilakukan untuk areal yang bertopografi rata dan sistem kimia dilakukan untuk areal berbukit dan rendahan. Persiapan lahan secara mekhanis meliputi land clearing, dan pengolahan tanah. Pekerjaan pada land clearing adalah menumbang pohon, bongkar tunggul, merumpuk/mengumpul dan membersihkan sisa tanaman. Pekerjaan land clearing dilakukan dengan menggunakan traktor rantai.193 Setelah pohon karet ditumbang secara sistematis, searah dan tidak malang melintang, tunggul dibongkar sampai akarnya ikut terbongkar. Semua tunggul yang telah terbongkar, cabang dan ranting dikumpulkan dengan traktor rantai dan selanjutnya disingkirkan ke luar areal. Sedapat mungkin pembakaran tidak dilakukan. Setelah selesai pekerjaan land clearing, dilanjutkan dengan pengolahan tanah.194

193

Gayatri Syahrani, Teknis Penanaman Ulang Tanaman Karet, melalu

2916

194

(28)

Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur dan aerasi tanah, mencegah perkembangan penyakit jamur akar putih serta menekan pertumbuhan gulma. Urutan pekerjaan pengolahan tanah adalah sebagai berikut: Ripper I, Ripper II, luku I, luku II dan rajang. Pada setiap selang pekerjaan tersebut dilakukan pekerjaan ayap akar. Ayap akar dilakukan secara manual dengan sistem giring. Ayap akar bertujuan untuk membuang sisa-sisa akar tanaman lama agar tidak menjadi inang penyakit jamur akar putih. Ripper l dan II dilakukan dengan kedalaman 45-50 cm, menggunakan alat Ripper yang ditarik dengan traktor rantai D.6 (atau yang sejenisnya). Interval waktu antara ripper 1 dan II adalah 15-21 hari dan ripper dilakukan menyilang tegak lurus dengan Ripper I, supaya akar-akar sebanyak mungkin terangkat ke permukaan tanah. Luku l dan II dikerjakan dengan menggunakan traktor ban, dengan lebar piringan luku minimal 25 inci, dan kedalaman pengolahan minimal 28 cm. Luku l dilakukan menyilang tegak lurus dengan arah luku l dan interval waktu 21 hari. Selanjutnya pekerjaan rajang atau meratakan tanah dikerjakan dengan traktor ban, menyilang tegak lurus terhadap arah luku II dan interval waktu antara luku II dan rajang adalah 21 hari.195

Persiapan lahan secara kimia dilakukan pada areal bertopografi berbukit dan rendahan, di mana alat-alat berat tidak dapat masuk ke areal. Urutan pekerjaan pada persiapan lahan secara kimia adalah menumbang pohon, merumpuk/mengumpul, meracun/melumas tunggul, mengimas dan

195

(29)

menyemprot rumput/lalang. Pohon karet ditumbang pada ketinggian 30 cm dari permukaan tanah menggunakan chain saw. Penumbangan dilakukan secara teratur. Seluruh sisa batang, cabang dan ranting yang tidak dimanfaatkan dicincang dan dirumpuk secara teratur untuk memudahkan pembersihan areal. Sedapat mungkin tidak melakukan pembakaran. Pohon karet tua yang terserang penyakit JAP harus dibongkar sedalam 1 m dan lebar 2 m, kemudian tunggul disingkirkan ke luar areal. Segera setelah penumbangan pohon, dilakukan peracunan tunggul menggunakan lamtan garlon (10 cc garlon/ltr minyak solar).196

Peracunan tunggul dilakukan dengan mengoles larutan garlon pada sekeliling batang tunggul yang telah dikupas kulitnya terlebih dahulu. Kulit dikupas pada ketinggian 5 cm dari kaki gajah, dengan lebar pengupasan 15 - 20 cm di sekeliling tunggul. Peracunan bertujuan untuk mempercepat pelapukan tunggul. Mengimas dilaksanakan pada areal yang pertumbuhan gulma telah mencapai > 30 cm. Gulma dibabat secara merata dengan tinggi ^ 20 cm dan semua tumbuhan mengayu diimas dan dirumpuk.

197

Penyemprotan rumput dilaksanakan 3 kali rotasi dengan interval penyemprotan 3 minggu, menggunakan herbisida kontak (a.l. Gramoxone) atau sistemik. Konsentrasi larutan herbisida yang digunakan adalah 0,3 dengan dosis 400 - 600 Itr larutan/ha pada penyemprotan I, 200 - 300 Itr/ha pada penyemprotan II dan 100-200 Itr/ha pada penyemprotan III.

196

Hasil Wawancara Tanggal 18 April 2016 dengan narasumber Tengku Syahmi Johan sebagai jabatan Direktur Produksi di PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

197

(30)

Penyemprotan alang-alang dilakukan 2 rotasi dengan menggunakan herbisida sistemik (a.l. glifosat), konsentrasi 1. Dosis per hektar pada penyemprotan l adalah 4-6 liter (400 - 600 Itr larutan/ha) dan pada penyemprotan II 100- 200 Itr larutan per hektar. Penyemprotan dilakukan terhadap alang-alang berdaun muda. Alang-alang berdaun tua terlebih dahulu dibabat dan disemprot setelah berdaun muda kembali.198

2. Proses terjadinya perjanjian pemborongan membangun tanaman

ulang karet 2015

Surat perjanjian membangun tanaman ulang (TU) karet tahun 2015 seluas 69,90 Ha di Afdeling I Kebun Tanah Raja dibuat dan ditandatangani di Medan, pada tanggal Sembilan, bulan Maret tahun dua ribu lima belas oleh para pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) disebut sebagai pihak pertama dan CV. Wira Andalan Mandiri selanjutnya disebut sebagai pihak kedua.199

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Langkah awal Perseroan dimulai pada tahun 1958 dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara Baru cabang Sumatera Utara (PPN Baru). Setelah mengalami beberapa kali perubahan bentuk/status badan hukum sejalan dengan Undang-Undang (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP) yang ada. Pada

198

Gayatri syahrani, Teknis Penanaman Ulang Tanaman Karet, melalui 2016

199

(31)

tahun 1968 PPN tersebut diorganisasikan menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang selanjutnya pada tahun 1994 bentuk hukumnya dialihkan menjadi PT Perkebunan (Persero).200

Pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dan pihak CV. Wira Andalan Mandiri secara sendiri-sendiri disebut sebagai pihak dan secara bersama-sama disebut sebagai para pihak. Para pihak dalam kedudukannya masing-masing terlebuh dahulu menerangkan bahwa pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) sebagai pemberi pekerjaan telah menyelenggaraan pelelangan sederhana sesuai ketentuan yang berlaku di lingkungan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) sebagaimana dimaksud dalam Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Nomor 3.12/SKPTS/01/2014 tanggal 30 Januari 2014.

201

Pihak CV. Wira Andalan Mandiri wajib memulai pelaksanaan pada hari yang sama dengan diterimanya surat perintah mulai kerja (SPMK).

Pihak CV. Wira Andalan Mandiri adalah salah satu peserta dan keluar sebagai pemenang dalam proses pelelangan sederhana yang diselenggaraan oleh panitia pengadaan barang/jasa PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). Pihak CV. Wira Andalan Mandiri menyatakan setuju mengikatkan diri dan menyanggupi untuk menerima dan melaksanakan pekerjaan dari pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) sampai dengan selesai dan sesuai syarat dan ketentuan yang ditetapkan.

200

Hasil Wawancara Tanggal 19 April 2016 dengan narasumber Tengku Syahmi Johan sebagai jabatan Direktur Produksi di PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

201

(32)

Pekerjaan surat perjanjian ini wajib telah dilaksanakan seluruhnya oleh pihak CV. Wira Andalan Mandiri dalam waktu selambat-lambatnya 298 (dua ratus Sembilan puluh delapan) hari kelender terhitung sejak tanggal dikeluarkannya surat perintah mulai kerja (SPMK) dan karenanya harus sudah diserah terimakan paling lambat 31 Desember 2015. Serah terima pekerjaan sah dan mengikat setelah dicantumkan dalam berita acara serah terima pekerjaan.202

Perubahan jangka waktu pekerjaan hanya dibenarkan dalam hal penambahan atau pengurangan pekerjaan atas perintah pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), keadaan kahar (force majeure) yang disetujui pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dan keadaan-keadaan lain yang menurut pertimbangan pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) patut diberikan perubahan jangka waktu pekerjaan. Lamanya perubahan jangaka waktu karena penambahan atau pengurangan pekerjaan akan diputuskan berdasarkan kesepakatan para pihak, sedangkan lamanya perpanjangan waktu karena keadaan kahar (force majeure) ditetapkan oleh pihak CV. Wira Andalan Mandiri setelah mengevaluasi usulan perpanjangan waktu dari pihak CV. Wira Andalan Mandiri.203

Surat perjanjian ini dilengkapi sejumlah dokumen pendukung sebagai dasar pemberian dan pelaksanaan pekerjaan yang emrupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan masing-masing dokumen mengikat para pihak. Apabila terdapat perbedaan penulisan atau penyebutan angka

202

Hasil Wawancara Tanggal 20 April 2016 dengan narasumber Tengku Syahmi Johan sebagai jabatan Direktur Produksi di PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

203

(33)

maupun huruf antara yang tercantum/tertulis dalam surat perjanjian dengan yang ada di dalam dokumen-dokumen pendukung tersebut, maka yang berlaku dan mengikakt para pihak adalah apa yang tercantum dalam surat perjanjian ini. Seluruh ungkapan-ungkapan atau istilah yang dipergunakan dalam dokumen-dokumen pendukung. Rujukan pada setiap pihak pada perjanjian ini mencakup setiap penggantiannya atau kuasa lainnya yang disetujui dan penggunaan setiap dokumen pendukung surat perjanjian atau dokumen lainnya yang lainnya berhubungan dengan perjanjian ini oleh pihak CV. Wira Andalan Mandiri harus dengan ijin tertulis dari pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero).204

3. Hak dan Kewajiban para pihak

Hak-hak pihak pertama dalam hal ini PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dapat disebutkan sebagai berikut:205

a. Merubah luas areal yang telah ditentukan dalam perjanjian baik bertambah/berkurang tergantung kebutuhan/kepentingan pihak pertama dimana alas an perubahan tersebut akan disampaikan pemberitahuan secara tertulis.

b. Memanfaatkan tenaga kerja yang disediakan oleh pihak CV. Wira Andalan Mandiri di bawah tanggungjawab pihak CV. Wira Andalan Mandiri

c. Mengawasi pekerjaan selama jangka waktu perjanjian masih berlaku atau berjalan

204

Surat Perjanjian Nomor : 3.01/SPJ/38/2015mengenai membangun Tanaman Ulang (TU) Karet Tahun 2015 seluas 69,90 Ha di Afdeling I Kebun Tanah Raja

205

(34)

d. Menetapkan denda kepada pihak CV. Wira Andalan Mandiri apabila penyerahan pekerjaan tidak dilakukan tepat waktu

e. Membatalkan keseluruhan pekerjaan apabila penyerahan pekerjaan tidak dilakukan tepat waktu

f. Mengalihkan pekerjaan kepada pihak ketiga apabila pihak CV. Wira Andalan Mandiri melakukan wanprstasi.

Kewajiban-kewajiban pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan bahan yang akan diduplikasikan kepada tanaman

2. Melakukan pembayaran kepada pihak CV. Wira Andalan Mandiri setiap awal bulan sesuai dengan volume kerja yang dilandasi oleh suatu berita acara pemeriksaan pekerjaan.

3. Member ganti rugi yang layak dan perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan apabila terjadi force majeure selama pelaksanaan pekerjaan membangun tanaman ulang (TU) karet tahun 2015.

Disamping hak dan kewajiban pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dalam hal ini pemberi kerja, maka pihak CV. Wira Andalan Mandiri dalam hal ini penerima kerja mempunyai hak dan kewajiban. Hak-hak pihak CV. Wira Andalan Mandiri (pemborong) adalah sebagai berikut:

(35)

2. Menerima ganti rugi yang laya apabila terjadi force majeure selama pelaksanaan pekerjaan membangun tanaman ulang (TU) karet tahun 2015.

3. Menerima bahan-bahan keperluan untuk aplikasi pada tanaman, sesuai jumlah yang ditentukan pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). Kewajiban-kewajiban pihak CV. Wira Andalan Mandiri adalah sebagai berikut :

1. Pihak CV. Wira Andalan Mandiri wajib dan bertanggungajawab melaksanakan seluruh pekerjaan yang diberikan oleh pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dengan dikerjakan oleh tenaga yang memiliki keahlian, pengetahuan dan berpengalaman yang cukup. Pihak CV. Wira Andalan Mandiri tidak diperbolehkan menyerahkan pekerjaan baik sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain tanpa sepengetahuan dan ijin pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). 2. Pihak CV. Wira Andalan Mandiri wajib mematuhi peraturan

perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan dan seluruh peraturan pelaksanaannya, termasuk tetapi tidak terbatas pada pemenuhan kewajiban upah dan hak-hak buruh/pekerja yang dipekerjakan, memenuhi ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja, bertanggungjawab terhadap kecelakaan kerja yanag menimpa pekerjanya atau pihak lain di lokasi pekerjaan dan membayar asuransi tenaga kerja dan seluruh peraturan pelaksanaannya.

(36)

Nusantara III (Persero), apabila kerugian pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) tersebut akibat kelalaian atau kesalahan pihak CV. Wira Andalan Mandiri selama melaksanakan pekerjaan yang diserahkan kepadanya.

4. Pihak CV. Wira Andalan Mandiri wajib dengan sungguh-sungguh dan itikad baik melaksanakan seluruh kewajibannya yang lahir dari surat perjanjian ini.206

4. Cara pembayaran

Terhadap harga yang akan dibayarkan oleh pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) kepada pihak CV. Wira Andalan Mandiri secara bertahap dengan ketentuan sebagai berikut:207

a. Pembayaran tahap pertama sebesar 25% akan diserahkan kepada pihak CV. Wira Andalan Mandiri apabila pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) telah mendapatkan kepastian bahwa pihak CV. Wira Andalan Mandiri telah melakukan pekerjaan dengan kemajuan pekerjaan mencapai 30% dari perkiraan seluruh harga pekerjaan yang diberikan.

b. Pembayaran tahap kedua sebesar 25% akan diserahkan kepada pihak CV. Wira Andalan Mandiri apabila pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) telah mendapatkan kepastian bahwa pihak CV. Wira Andalan Mandiri telah melakukan pekerjaan dengan kemajuan

206

Hasil Wawancara Tanggal 23 April 2016 dengan narasumber Tengku Syahmi Johan sebagai jabatan Direktur Produksi di PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

207

(37)

pekerjaan mencapai 55% dari perkiraa seluruh harga pekerjaan yang diberikan.

c. Pembayaran tahap ketiga sebesar 25% akan diserahan kepada pihak CV. Wira Andalan Mandiri apabila pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) telah mendapat kepastian bahwa pihak CV. Wira Andalan Mandiri telah melakukan pekerjaan dengan kemajuan pekerjaan mencapai 80% dari perkiraan seluruh harga pekerjaan yang diberikan. d. Pembayaran tahap keempat akan dilakukan pihak PT. Perkebunan

Nusantara III (Persero) pada akhir jangka waktu pekerjaan yang disebutkan dalam perjanjian ini. Besarnya pembayaran pada tahap ini didasarkan pada perhitungan sementara yang dilakukan ole pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) atas realisasi pekerjaan pihak CV. Wira Andalan Mandiri dengan ketentuan jumlah pembayaran seluruhnya tiak melebihi 95% dari harga perhitungan sementara. Kelebihan atau kekurangan pembayaran pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) berdasarkan hasil perhitungan sementara akab diselesaikan pada saat pembayaran terakhir.

e. Pembayaran tahap terakhir dilakukan setelah pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) selesai melakukan pengukuran luas definitive atas realisasi pekerjaan pihak CV. Wira Andalan Mandiri dengan ketentuan:

(38)

akhir, tetapi pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) diwajibkan memenuhi kekurangan pembayaran apabila jumlah pembayaran berdasarkan perhitungan sementara ternyata masih kurang dari nilai realisasi pekerjaan berdasarkan perhitungan defenitif. Sebaliknya pihak CV. Wira Andalan Mandiri wajib mengembalikan kelebihan pembayaran sebelumnya, apabila jumlah pembayaran tersebut melebihi nilai realisasi pekerjaan berdasarkan perhitungan definitif.

2) Apabila realisasi pekerjaan pihak CV. Wira Andalan Mandiri berdasarkan definitif lebih dari total nilai pekerjaan yang diserahkan, maka pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) akan membayar secara proporsional kelebihan realisasi pekerjaan pihak CV. Wira Andalan Mandiri.

(39)

(Persero) dan pihak CV. Wira Andalan Mandiri wajib memenuhinya sesuai dengan tahapan masing-masing pembayaran tersebut.208

Setiap pembayaran akan dilakukan pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) kepada pihak CV. Wira Andalan Mandiri dengan cara transfer bank atas nama CV. Wira Andalan Mandiri. Setiap permohonan pembayaran pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ditujukan kepada manager Kebun Tanah Raja untuk kemudian Manager Kebun akan memproses tersebut sesuai dengan ketentuan dan tata cara yang berlaku di pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). Segala sesuatu yang terjadi akibat penyimpangan pembayaran adalah tanggungjawab pihak CV. Wira Andalan Mandiri sendiri. Dengan demikian pihak CV. Wira Andalan Mandiri menyatakan membebaskan pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dari segala tuntutan hukum dari pihak ketiga terkait dengan pembayaran tersebut. Pembayaran tersebut menjadi kewajiban bagi pihak CV. Wira Andalan Mandiri untuk melakukan permintaan pembayaran sesuai dengan hasil/kemajuan pekerjaan yang telah dilakukan. Apabila pihak CV. Wira Andalan Mandiri tidak mengambil uang pembayaran tersebut setelah 60 hari kalender setelah pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) menerbitkan hasil pengukuran defentif, maka pihak CV. Wira Andalan Mandiri setuju untuk melepaskan haknya atas sisa pembayaran yang tidak diambil oleh pihak CV. Wira Andalan Mandiri tersebut dan sisa pembayaran yang tidak diambil tersebut diserahkan oleh pihak CV. Wira

208

(40)

Andalan Mandiri menjadi hak pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero).

5. Penyelesaian perselisihan

Setiap perselisihan atau perbedaan dalam bentuk apapun yang timbul antara pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dan CV. Wira Andalan Mandiri sehubungangan dengan atau sebagai akibat dari adanya perjanjian ini, maka akan diselesaikan secara musyawarah dengan cara berikut:209

a. Pihak yang merasa dirugikan kepentingannya mengirimkan surat permintaan musyawarah dilengkapi dengan uraian mengenai permasalahan dan pandangan pihak tersebut menganai permasalahan yang timbul.

b. Para pihak sepakat bahwa tempat musyawarah ditetapkan ditempat kedudukan pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero).

c. Musyawarah untuk menyelesaikan perselisihan atau perbedaan antara para pihak ditetapkan untuk waktu paling lama 14 hari terhitung sejak surat permintaan musyawarah diterima oleh pihak yang dimintakan untuk musyawarah.

Musyawarah dianggap tidak mencapai kata sepakat apabila jangka waktu musyawarah terlewati tetapi tidak diperoleh mufakat atau apabila para pihak telah sepakat bahwa musyawarah tidak berhasil menghasilkan kemufakatan meskipun jangka waktu untuk bermusyawarah belum berakhir. Oleh karena itu, para pihak sepakat untuk memilih domisili yang

209

(41)

tetap dan umum dikantor Panitera pengadilan Negeri di Medan. Selama proses musyawarah masih berlangsung, pihak CV. Wira Andalan Mandiri tidak diperkenankan menghentikan pekerjaan borongan, kecuali apabila pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) menentukan sebaliknya.210

6. Berakhir perjanjian pemborongan membangun tanaman ulang karet

2015

Perjanjian akan berakhir apabila kedua belah pihak menginginkannya dan karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak, baik itu karena kesengajaan atau ketidaksengajaan, dan wanprestasi itu tidak dengan segera diselesaikan atau tidak ada cara lain untuk menyelesaikannya. Dengan berakhirnya perjanjian pemborongan tersebut, maka akan mengakibatkan putus nya hubungan hukum antara kedua belah pihak, dan berakhir jugalah hak dan kewajiban dari masing-masing pihak, dengan demikian maka hapuslah semua perikatan antara kedua pihak, dan perikatan itu tidak lagi mengikat para pihak.

Pihak kedua mengundurkan diri dan menyatakan tidak sanggup menyelesaikan pekerjaan. Pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dan pihak CV. Wira Andalan Mandiri sepakat bahwa apabila sampai pada tanggal 31 Desember 2015 pihak CV. Wira Andalan Mandiri tidak menyelesaikan keseluruhan pekerjaan, maka pekerjaan akan dihentikan dan dibuat berita acara sebagai bukti penghentian pekerjaan dan terhadap sisa pekerjaan yang belum diselesaikan akan dikenakan denda. Apabila

210

(42)

terjadi pemutusan secara sepihak terhadap surat perjanjian ini oleh pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), maka pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) berhak untuk mencairkan dan memiliki jaminan pelaksanaan (performance bond) milik pihak CV. Wira Andalan Mandiri. Setelah pemutusan surat perjanjian secara sepihak, pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) akan membayar secara proporsional terhadap hasil pekerjaan yang telah dikerjakan oleh pihak CV. Wira Andalan Mandiri dengan terlebih dahulu memotong secara langsung kewajiban-kewajiban pihak CV. Wira Andalan Mandiri seperti denda atau ganti rugi. Apabila terjadi pemutusan perjanjian secara sepihak, pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) berhak untuk mengalihkan pekerjaan dengan menunjuk pihak lain untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum diselesaikan ole pihak CV. Wira Andalan Mandiri.211

B. Prosedur perjanjian pemborongan membangun tanaman ulang karet 2015 antara PT Perkebunan Nusantara III (Persero) dan CV. Wira Andalan Mandiri

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) untuk melakukan membangun tanaman ulang karet 2015 selaus 69,90 Ha di Afdeling I Kebun Tanah Raja. Pembangunan tersebut dilakukan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) berawal dengan melakukan pelelangan. Pelelangan tersebut dilakukan dengan cara pelelangan sederhana. Berdasarkan pelelangan tersebut PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) salah satunya mengundang CV. Wira Andalan Mandiri. Setelah membaca dan mempelajari dengan seksama undangan pelelangan PT. Perkebunan

211

(43)

Nusantara III (Persero), seluruh isi dokumen pelelangan, dan setelah mengadakan kunjungan ke lapangan serta memaklumi dan memahami dengan keadaan setempat, maka CV. Wira Andalan Mandiri ini:212

1. Menyatakan mematuhi ketentuan dalam kontrak

2. Sanggup menyediakan bahan-bahan, peralatan, dan tenaga kerja.

3. Memahami dan telah seksama memperhitungkan kewajiban secara teknis dan finansial.

4. Memeriksa dan meneliti seluruh isi dokumen kontrak. 5. Harga penawaran dengan harga satuan tetap

6. Jangka waktu pelaksanaan 270 hari.

7. Menyanggupi dan bersedia melakukan kerja lembur proyek.

8. Menyanggupi memperbaiki jika pelaksanaan tidak sesuai dengan kontrak 9. Akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum dalam dokumen

lelang.

10. Melampirkan surat kuasa, jaminan penawaran, daftar kuantitas dan harga, analisa harga satuan pekerjaan utama, daftar upah, daftar harga bahan, daftar harga peralatan, metode pelaksanaan, jadwal waktu pelaksanaan, daftar personil inti, daftar peralatan utama, bagian pekerjaan yang disubkontrakkan, rekaman surat perjanjian kemitraan, dan lampiran yang diisyaratkan.

Dasar pemberian pekerjaan dan pelaksanaan yang dimaksud dalam perjanjian ini adalah surat undangan, surat penawaran pekerjaan, berita acara pembukaan penawaran pelelangan sederhana, surat keputusan direksi PT.

212

(44)

Perkebunan Nusantara III (Persero), surat pemberitahuan pemenang pelelangan dan surat perintah mulai kerja (SPMK). Para pihak selanjutnya setuju dan sepakat mengadakan perjanjian ini dengan syarat-syarat dan ketentuan berikut:

No JENIS PEKERJAAN KUANTITAS SATUAN

Areal Mekenis Seluas = 67,90 Ha

1 Bongkar tunggul 67,90 Hektar

2 Mengumpul tunggul ke Rumpukan/ mengeluarkan tunggul

12 Menggaru/Herrow/Rajang 67,90 Hektar

13 Ayap akar V 67,90 Hektar

14 Mobiliasi tenaga u/ayap akar 128 Trip

15 Membuat jalan baru 2,000 Meter

16 Membuat parit uk 1x1x1 sepanjang 8.800 m

8,800 Meterkubik 17 Membuat parit uk 2x2x1 sepanjang 1.800

m

3,600 Meterkubik 18 Mobilisasi alat berat (2 unit) 192 Kilometer

Areal Khemis seluar = 2,00 Ha

1 Mengimas 2,00 Hektar

2 Meracun tunggul 600 Pohon

3 Rencek/rumpuk dan mem.sisa tanaman 2,00 Hektar

4 Pemberantasan Gulma I 2,00 Hektar

5 Pemberantasan Gulma II 2,00 Hektar

Pekerjaan seluas = 69,90 Ha

1 Memancang titik tanam 69,90 Hektar

2 Menanam kacangan mucuna brachteata 69,90 Hektar 3 Melobang dengan Holediger 40,740 Lobang

4 Melobang manual 1,200 Lobang

5 Menabur Bio Fungisida 69,90 Hektar

6 Memupuk Bio Fungisida 69,90 Hektar

7 Transport Bibit 41,940 Pohon

8 Langsir/Ecer Bibit Areal Mekanis 40,740 Pohon 9 Langsir/Ecer Bibit Areal Khemis 1,200 Pohon

(45)

Pemeliharaan seluas = 69,90 Ha

7 Mobilisasi tenaga menyiang 115 Trip

Bahan-bahan dan alat

1 Gilfosat u/Pemb. Gulma 10,00 Liter

2 Gilfosat u/Wiping lelang 13,98 Liter

3 Pancang kepala 2,796 Satuan

4 Pancang isi 41,940 Satuan

5 Kacangan Mucuna Brachteata 41,940 Satuan

6 Garlon untuk racun Pohon 6,00 Liter

7 Solar campuran Garion 54,00 Liter

8 Patok Blok (Inc. Pemasangan 5 Buah

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Pihak CV. Wira Andalan Mandiri dalam melaksanakan pekerjaan wajib mengikuti seluruh ketentuan dan persyaratan tentang spesifikasi pekerjaan baik teknis pelaksanaan maupun bahan baku yang dipersyaratkan dalam spesifikasi teknis dan bestek yang terdapat dalam dokumen pelelangan yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan surat perjanjian ini. Pihak CV. Wira Andalan Mandiri tidak diperkenankan merubah spesifikasi pekerjaan tanpa sepengetahuan dan ijin dari pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero).213

Surat perjanjian ini didasarkan pada harga satuan dengan perkiraan harga seluruh borongan pekerjaan sebesar satu miliar enam ratus puluh satu juta lima ratus dua belas ribu dua ratus dua puluh lima rupiah sudah termasuk di dalamnya PPN sebesar 10%. 214

213

Hasil Wawancara Tanggal 23 April 2016 dengan narasumber Tengku Syahmi Johan sebagai jabatan Direktur Produksi di PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

214

(46)

Harga setiap satuan pekerjaan borongan yang telah disepakati para pihak dalah harga tidak akan berubah walaupun terjadi kenaikan harga dan dalam hal terjadi demikian, maka kenaikan harga apapun akan menjadi tanggungjawab pihak CV. Wira Andalan Mandiri, kecuali adanya peraturan pemerintah yang secara langsung mempengaruhi harga pekerjaan. Apabila setelah ditandatangani perjanjian ini pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan yang secara langsung mempengaruhi harga pekerjaan, maka pihak CV. Wira Andalan Mandiri dapat mengajukan permohonan penyesuaian harga satuan kepada pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), penyesuaian harga satuan dapat berlaku semata-mata atas persetujuan pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero).215

Pihak CV. Wira Andalan Mandiri setelah melaksanakan pekerjaan ternyata realisasi luas, fisik dan/atau biaya yang dikerjakan lebih atau kurang setelah pengukuran defenitif yang dilakukan oleh pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dan pihak CV. Wira Andalan Mandiri sepakat bahwa pembayaran terhadap penambahan dan pengurangan pekerjaan tersebut akan dilakukan sesuai realisasi pekerjaan yang dituangkan dalam berita acara serah terima yang diselesaikan pihak CV. Wira Andalan Mandiri.

216

C. Pelaksanaan perjanjian pemborongan membangun tanaman ulang karet 2015 antara PT Perkebunan Nusantara III DAN CV. Wira Andalan Mandiri

215

Hasil Wawancara Tanggal 23 April 2016 dengan narasumber Tengku Syahmi Johan sebagai jabatan Direktur Produksi di PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

216

(47)

Pelaksanaan perjanjian adalah suatu realisasi atau pemenuhan hak dan kewajiban yang telah diperjanjikan oleh para pihak demi mencapai tujuannya. Tujuan dari perjanjian itu tidak akan terwujud apabila tidak ada pelaksanaan daripada perjanjian itu Agar suatu perjanjian itu dapat terwujud maka dibutuhkan adanya pelaksanaan dari para pihak mengenai apa yang telah disepakati bersama mengenai isi dalamperjanjian.

Pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan antara PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dengan CV. Wira Andalan Mandiri dilaksanakan melalui pelelangan sederhana. Pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) sebagai pekerjaan telah menyelenggarakan pelelangan sederhana sesuai dengan berlaku di lingkungan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam surat keputuan direksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). Pihak CV. Wira Andalan Mandiri adalah salah satu peserta dan keluar sebagai pemenang dalam proses pelelangan sederhana yang diselenggarakan oleh Panitia Pengadaan barang/jasa perusahaan.

Setelah lelang/ tender dilakukan, dan terpilih siapa yang menjadi pemenangnya, maka diterbitkan surat penunjukan penyedia jasa oleh pengguna jasa, kemudian dibuatlah kesepakatan antara kedua belah pihak dalam bentuk surat perjanjian pemborongan pekerjaan (kontrak konstruksi).217

217

Djumialdji I.Op. Cit. hal.21

(48)

standar pembuatan kontrak, dan dalam pelaksanaannyapun tak terlepas adanya kemungkinan cidera janji (wanprestasi).218

suatu perbuatan.

Pihak CV. Wira Andalan Mandiri setuju mengikat diri dan menyanggupi untuk menerima dan melaksanakan pekerjaan dari pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) sampai dengan selesai dan sesuai syarat dan ketentuan yang ditetapkan. Pihak CV. Wira Andalan Mandiri wajib memulai pelaksanaan pekerjaan pada hari yang sama dengan diterimanya surat perintah mulai kerja (SPMK).

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata memberikan petunjuk mengenai perjanjian-perjanjian apa saja yang dapat dilaksanakan secara riil. Petunjuk tersebut terdapat dalam pasal 1240 dan 1241. Pasal-pasal ini meyebutkan bahwa perjanjian yang dapat dilaksanakan secara riil adalah perjanjian yang termasuk dalam golongan perjanjian-perjanjian untuk berbuat sesuatu (melakukan suatu perbuatan) dan perjanjian-perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu (tidak melakukan

219

Pendapat ini didasarkan pada dua alasan yaitu Pertama: Untuk menyerahkan hak milik atas suatu benda tak bergerak, diperlukan suatu akta transport yang merupakan suatu akta bilateral, yang harus diselenggarakan oleh dua pihak dan karena itu tidak mungkin diganti dengan suatu vonis atau putusan Mengenai perjanjian yang pertama, yaitu perjanjian untuk memberikan (menyerahkan) suatu barang, tidak terdapat petunjuk dalam undang-undang. Menurut ahli hukum dan yurisprudensi bahwa barang yang tak tertentu (artinya barang yang sudah ditujui atau dipilih) tidak dapat dieksekusi secara riil.

218

Nazarkhan Yasin. Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2003), hal 245

219

(49)

hakim. Kedua: Alasan acontrario, yaitu dalam pasal 1171 ayat (3) KUH Perdata, ditetapkan (mengenai hipotek), bahwa barang siapa berdasarkan undang-undang dan perjanjian, diwajibkan memberikan hipotek, dapat dipaksa untuk itu dengan putusan hakim yang mempunyai kekuatan yang sama, seolah-olah dia telah memberikan persetujuannya untuk hipotek itu, dan yang dengan terang akan menunjuk benda-benda atas mana akan dilakukan pembukuan.

Guna memberikan jaminan kepastian bahwa pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) akan melaksanakan pekerjaan yang diserahkan kepadanya, maka pihak CV. Wira Andalan Mandiri wajib menyerahkan kepada pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) jaminan pelaksanaan pekerjaan (performance bond) dalam bentuk bank garansi dari salah satu bank yang ditentukan oleh Keputusan menteri Keuangan Republik Indonesia atau surety bond dari salah satu perusahaan asuransi yang memenuhi ketentuan perundang-undangan yang besarnya sekurang-kurangnya sebesar 5% dari harga perkiraan seluruh borongan pekerjaan.220

Performance bond wajib diserahkan oleh pihak CV. Wira Andalan Mandiri kepada pihak pertama c.q bagian keuangan pada saat tanggal perjanjian ini akan dikembalikan oleh pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) kepada pihak CV. Wira Andalan Mandiri setelah pihak CV. Wira Andalan Mandiri melaksanakan seluruh pekerjaan yang dibuktikan dengan diterbitkannya berita acara serah terima pekerjaan setelah pengukuran definitif.

221

220

Hasil Wawancara Tanggal 23 April 2016 dengan narasumber Tengku Syahmi Johan sebagai jabatan Direktur Produksi di PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

221

(50)

Jangka waktu perjanjian berakhir tetapi pihak CV. Wira Andalan Mandiri belum menyelesaikan sleuruh kewajibannya, maka pihak CV. Wira Andalan Mandiri atas biayanya sendiri wajib memperpanjang jangka waktu performance bond sedikit-dikitnya selama berlakunya jangka waktu denda pada perjanjian tersebut. Apabila pihak CV. Wira Andalan Mandiri tidak melaksanakan kewajibannya tersebut dan berakibat performance bond tifak dapat dicairkan oleh pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), maka pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) berhak untuk memotong pembayaran pihak CV. Wira Andalan Mandiri sebesar nilai performance bond yang tidak dapat dicairkan.

Referensi

Dokumen terkait

Yang bertanda tangan di bawah ini telah membaca publikasi dengan judul : PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA KANTOR..

Hasil: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 20 orang subjek penelitian didapatkan hasil yaitu terjadi peningkatan kadar kolesterol HDL setelah melakukan latihan

Pada bab keempat membahas tentang analisis data dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan judul skripsi “bimbingan konseling Islam dengan terapi realitas

Hasil akhir dari penelitian ini didapatkan bahwa sistem pendukung keputusan dengan metode SAW mampu mengatasi permasalahan dalam menyeleksi calon penerima bantuan

Nilai efektivitas bubu tambun untuk menangkap famili Siganidae tertinggi pada bubu dengan umpan B (arginin dan leusin) sebesar 35,56 %, kemudian bubu.. Dari keempat nilai

Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene Tabel 4.1 Rencana Program dan Kegiatan PHBS dan Promosi Higiene Saat ini (Tahun n+1) Rencana Program dan Kegiatan PHBS

Dalam konteks penguatan mutu pendidikan, sistem, dan subsistem sebagaimana yang dimaksud dalam tata organisasi pada umumnya memang harus menjadi perhatian serius

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh praktik income smoothing terhadap return saham dan risiko pasar saham pada perusahaan-perusahaan