SKRIPSI
ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN NASABAH TERHADAP
PRODUK BAITUL MAAL WAT TAMWIL DI KOTA MEDAN
OLEH
DITA FADILLA TARIGAN
090501105
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman nasabah terhadap produk Baitul Maal Wat Tamwil di Kota Medan. Penelitian ini juga membahas perkembangan BMT Kota Medan dari segi jumlah nasabah, jumlah karyawan, serta sarana dan prasarananya.
Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 80 nasabah dari 3 BMT terpilih yang ada di Kota Medan, menggunakan metode analisis deskriptif dengan bantuan software SPSS 17.0 descriptive analysis. Dalam penelitian ini penulis juga meneliti perkembangan BMT di kota Medan dengan menggunakan analisis deskiptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nasabah pada umumnya paham terhadap produk BMT di Kota Medan yang mana untuk tabugan wadiah tingkat pemahamannya 67,5%, tabungan mudharabah tingkat pemahamannya 86,3%, dan untuk deposito mudharabah tingkat pemahamannya 77,5%. Pemahaman terhadap produk tersebut meliputi produk penghimpun dana dan produk pembiayaan. Faktor dominan yang mempengaruhi pemahaman nasabah adalah pameran yang dilakukan oleh pihak BMT. Sedangkan untuk perkembangan BMT di Kota Medan menunjukkan adanya peningkatan dari segi jumlah nasabah, jumlah karyawan serta sarana dan prasarananya.
ABSTRACT
This research aims to determine customer understanding of the product Baitul Maal Wat Tamwil in Medan. This research also discusses the development of Medan BMT including number of customers, number of employees, facilities and infrastructure.
This research took a sample of 80 customers of 3 BMT selected in Medan city, used by descriptive analysis method with SPSS 17.0 software. Ini this research the author also examine the development of BMT in Medan by using descriptive analysis.
The results of this research shown that customers are generally understood about the product BMT in Medan . Understanding of the product includes the product fund raising and financing product. Dominant factor affecting customer understanding is the exhibition conducted by BMT. Whereas for the development of BMT in Medan showed an increase in terms of number of customers, number of employees, facilities and infrastructure.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Shalawat beriring salam juga senantiasa tercurah kepada
Nabi Besar Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul “Analisis Tingkat Pemahaman Nasabah Terhadap
Produk Baitul Maal Wat Tamwil di Kota Medan”. Penulis telah banyak menerima
bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu
kepada :
1. Kedua Orang Tua tercinta, Ayahanda H.Saifuddin Tarigan, M.H dan
Ibunda Hj.Dra.Rosnita Sebayang. Saudara-saudara, abang, kakak dan adik
tercinta, beserta teman-teman seperjuanganku yang selalu memberikan
semangat dan dukungan beserta doa untuk keselamatan dan keberhasilan
penulis.
2. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc. Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan, sekaligus Dosen Pembimbing yang telah
memberikan penulis dorongan, masukan dan saran yang berguna dalam
menyempurnakan skripsi ini dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, selaku
Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris
Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec., Ak. selaku Dekan Fakultas
5. Kepada Ibu Ilyda Sudardjat, S.Si, M.Si selaku dosen pembaca penilai yang
telah memberikan kritik dan saran pada penulis.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Ekonomi
Pembangunan yang telah memberikan berbagai ilmunya kepada penulis.
7. Bapak dan Ibu staf administrasi Fakultas Ekonomi, khususnya
Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah dengan ikhlas melayani
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada pengurus BMT GPA Mandiri, BMT Waasil, BMT Ar-Roudah
Kota Medan yang telah membantu dalam proses penelitian penulis demi
menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengaharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat
dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa
Ekonomi Pembangunan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Medan, 30 Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) ... 9
2.1.8. Struktur Organisasi Baitul Maal Wat Tamwil ... 18
2.2.Produk-Produk Baitul Maal Wat Tamwil ... 19
2.2.1. Produk Penghimpunan Dana ... 20
2.2.2. Produk Pembiayaan ... 22
2.2.2.1. Sistem Bagi Hasil ... 22
2.2.2.2. Sistem Jual Beli ... 24
2.2.2.3. Sistem Jasa ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 28
3.2. Jenis Data dan Sumber ... 28
3.3.Teknik Pengumpulan Data ... 28
3.4. Metode Pemilihan Populasi dan Sampel ... 29
3.5.Metode Analisis dan Pengelolaan Data ... 30
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Baitul Maal wat Tamwil Kota Medan ... 32
4.1.1. Sejarah Singkat Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Bisnis ... 32
4.1.2. Kegiatan usaha PINBUK ... 33
4.1.3. Visi dan Misi BAZDASU ... 36
4.1.3.1. Visi ... 36
4.1.3.2. Misi ... 37
4.1.4. Profil Baitul Maal Wat Tamwil Kota Medan ... 38
4.2. Hasil Analisis Data dan Pembahasan ... 40
4.2.1. Profil Responden ... 40
4.2.2. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40
4.2.3. Data Responden Berdasarkan Kelompok Usia ... 41
4.2.4. Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendidikan 42 4.2.5.Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan . 43 4.2.6. Lama Responden Menjadi Nasabah BMT ... 44
4.2.7. Data Responden Berdasarkan Media yang Digunakan Untuk Mengetahui Tentang BMT ... 46
4.2.8. Hasil Analisis Data dan Deskriptif Penelitian ... 47
4.2.8.1.Pemahaman Nasabah Terhadap Produk-ProdukBMT di Kota Medan ... 48
4.2.8.2. Faktor-faktor yang MempengaruhiPemahaman Nasabah Tentang Produk BMT ... 62
4.2.8.3. Perkembangan BMT di Kota Medan ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 72
5.2. Saran ... 74
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Daftar BMT Aktif di Kota Medan ... 5
1.2 Kajian Objek Terpilih ... 29
4.1 Daftar Nama BMT Berdasarkan Kecamatan di Kota Medan ... 39
4.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40
4.3 Data Responden Berdasarkan Usia ... 41
4.4 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan danTingkat Pendidikan ... 42
4.5 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan ... 43
4.6 Lama Responden Menjadi Nasabah BMT ... 45
4.7 Data Responden Berdasarkan Media yang DigunakanUntuk MengetahuiTentang BMT ... 47
4.8 Pemahaman Produk Tabungan Wadiah BerdasarkanLamanya Menjadi Nasabah ... 49
4.9 Pemahaman Tentang Produk Tabungan MudharabahBerdasarkan Lamanya Menjadi Nasabah ... 51
4.10 Pemahaman Tentang Produk Deposito MudharabahBerdasarkanLamanya Menjadi Nasabah ... 53
4.11 Pemahaman Tentang Sistem Bagi Hasil ... 54
4.12 Pemahaman Tentang Sistem Jual Beli ... 56
4.13 Pemahaman Tentang Sistem Jasa ... 58
4.14 Pemahaman Prinsip-Prinsip BMT dan Tingkat Pendidikan ... 60
4.15 Penilaian Tentang Produk BMT dan Lama MenjadiNasabah ... 62
4.16 Faktor Dominan yang Mempengaruhi Pemahaman Nasabah ... 63
4.17 Pengaruh Promosi Terhadap Tingkat Pemahaman NasabahTentang Produk BMT dan Tingkat Pendidikan ... 65
4.18 Faktor Dominan yang Mempengaruhi Pemahaman Nasabah ... 66
4.19 Perkembangan Jumlah Nasabah BMT ... 67
4.20 Perkembangan Jumlah Karyawan BMT ... 69
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
4.1 Lama Menjadi Nasabah... 46
4.2 Pemahaman Produk Tabungan Wadiah ... 50
4.3 Pemahaman Produk Tabungan Mudhorabah ... 52
4.4 Pemahaman Produk Deposito Mudhorabah ... 54
4.5 Pemahaman Sistem Bagi Hasil ... 55
4.6 Pemahaman Sistem Jual Beli ... 57
4.7 Pemahaman Sistem Jasa ... 59
4.8 Pemahaman Prinsip-Prinsip BMT dan Tingkat Pendidikan .. 61
4.9 Faktor-Faktor Penentu Dalam Memilih Produk BMT ... 64
4.10 Perkembangan Jumlah Nasabah BMT ... 68
4.11 Perkembangan Jumlah karyawan BMT ... 69
DAFTAR RINGKASAN
BMT = Baitul Maal Wat Tamwil
ZIS = Zakat, Infaq, Shadaqah
PINBUK = Pusat Inkubasi Usaha Kecil
SHU = Sisa Hasil Usaha
DSN = Dewan Syariah Nasional
ICMI = Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia
MUI = Majelis Ulama Indonesia
BMI = Bank Muamalat Indonesia
LPSM = Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat
BDS-P = Business Developmen Service-Provider
SDM = Sumber Daya Manusia
LKMS = Lembaga Keuangan Mikro Syariah
SVC = Seven Value Character
CSR = Corporate Social Responsibility
UEP = Usaha Ekonomi Produktif
UKS = Usaha Kesejahteraan Sosial BAZIS = Badan Amil Zakat Infaq Sedekah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman nasabah terhadap produk Baitul Maal Wat Tamwil di Kota Medan. Penelitian ini juga membahas perkembangan BMT Kota Medan dari segi jumlah nasabah, jumlah karyawan, serta sarana dan prasarananya.
Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 80 nasabah dari 3 BMT terpilih yang ada di Kota Medan, menggunakan metode analisis deskriptif dengan bantuan software SPSS 17.0 descriptive analysis. Dalam penelitian ini penulis juga meneliti perkembangan BMT di kota Medan dengan menggunakan analisis deskiptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nasabah pada umumnya paham terhadap produk BMT di Kota Medan yang mana untuk tabugan wadiah tingkat pemahamannya 67,5%, tabungan mudharabah tingkat pemahamannya 86,3%, dan untuk deposito mudharabah tingkat pemahamannya 77,5%. Pemahaman terhadap produk tersebut meliputi produk penghimpun dana dan produk pembiayaan. Faktor dominan yang mempengaruhi pemahaman nasabah adalah pameran yang dilakukan oleh pihak BMT. Sedangkan untuk perkembangan BMT di Kota Medan menunjukkan adanya peningkatan dari segi jumlah nasabah, jumlah karyawan serta sarana dan prasarananya.
ABSTRACT
This research aims to determine customer understanding of the product Baitul Maal Wat Tamwil in Medan. This research also discusses the development of Medan BMT including number of customers, number of employees, facilities and infrastructure.
This research took a sample of 80 customers of 3 BMT selected in Medan city, used by descriptive analysis method with SPSS 17.0 software. Ini this research the author also examine the development of BMT in Medan by using descriptive analysis.
The results of this research shown that customers are generally understood about the product BMT in Medan . Understanding of the product includes the product fund raising and financing product. Dominant factor affecting customer understanding is the exhibition conducted by BMT. Whereas for the development of BMT in Medan showed an increase in terms of number of customers, number of employees, facilities and infrastructure.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang berlandaskan kepada
Al’Quran dan Hadist dan bertujuan untuk kesejahteraan umat. Kegiatan ekonomi
Islam harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang menjunjung
tinggi nilai-nilai keseimbangan dan keadilan. Oleh karena itu untuk memajukan
kegiatan perekonomian masyarakat sangat membutuhkan lembaga keuangan yang
berfungsi untuk menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat.
Lembaga keuangan telah berperan sangat besar dalampengembangan dan
pertumbuhan masyarakat industri modern. Produksiberskala besar dengan
kebutuhan investasi yang membutuhkan modalyang besar tidak mungkin dipenuhi
tanpa bantuan lembaga keuangan.Lembaga keuangan merupakan tumpuan bagi
para pengusaha untukmendapatkantambahan modalnya melalui mekanisme kredit
danmenjadi tumpuan investasi melalui mekanismesaving. Lembaga keuangan
juga memainkan peranan dalam mendistribusikan sumber-sumber daya ekonomi
dikalangan masyarakat,meskipun tidak sepenuhnya dapat mewakili kepentingan
masyarakatluas.
Dari persoalan di atas, mendorong munculnya lembaga keuangansyariah
yakni sebuah lembaga yang tidak saja berorientasibisnis tetapi juga sosial.
Lembaga yang tidak melakukan pemusatankekayaan pada sebagian kecil orang
pemilik modal (pendiri) denganpenghisapan pada mayoritas orang, tetapi lembaga
akhir-akhir ini banyak bermunculan di Indonesia, banyak pula bermunculan
lembaga keuangan mikro swasta yang berprinsip syariah diantaranya adalah
Baitul Maal Wat Tamwil. Lembaga ini terlahir dari kesadaranumat dan
ditakdirkan untuk menolong kelompok mayoritas yaknipengusaha kecil atau
mikro. Lembaga tersebut adalah Baitul Maal Wat Tamwil(Ridwan, 2005:73).
Baitul Maal Wat Tamwil atau biasa dikenal dengan sebutan BMT,dari segi
bahasa atau bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti rumah uang dan
rumah pembiayaan, sehingga bila diartikansecara terpisah, baitul maal adalah
rumah uang. Baitul maaladalah lembaga keuangan berorientasi sosial keagamaan
yang kegiatanutamanya menampung serta menyalurkan harta masyarakat berupa
Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS). Sedangkan baituttamwil adalah
lembagakeuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana masyarakat
dalambentuk tabungan (simpanan) maupun deposito dan menyalurkan
kembalikepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsipsyariah
melalui mekanisme yang lazim dalam dunia perbankan (Ilmi, 2002:67). BMT
sebagai salah satu lembaga keuangan Islam dalam operasionalnya juga tidak
menggunakan sistem bunga seperti yang dilakukan bank konvensional.
Pada awalnya Baitul maal wat Tamwil(BMT)berkembang dari kegiatan
Baitulmaalyang bertugas menghimpun,mengelola dan menyalurkan Zakat,Infak
dan Shadaqoh (ZIS) dari muzzaki untuk diberikan kepada para mustahik dalam
mencukupi kebutuhan hidupnya sebagai bagian yang menitikberatkan pada aspek
sosial. Pada perkembangan selanjutnya untuk pemberdayaan ekonomi sebagai
dibentuklah Baitul Tamwilyang berkonsentrasi kepada pembinaan dan
pengembangan usaha kecil dengan sistem syariah yang berbagi hasil dan
merupakan lembaga komersial (wordpress.com.mulyaningrum).
Perkembangan dan manfaat oleh BMT relatif dirasakan oleh pedagang
kecil, setidaknya mereka tidak perlu lagi bergantung dengan para rentenir yang
meminjamkan modal dengan bunga yang sangat besar. Pedagang-pedagang ini
mendapatkan pinjaman modal yang cukup untuk lebih mengembangkan usaha
mereka.
BMT juga sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah
pembiayaan, karena kegiatan BMT sebagai lembaga keuangan pemberi
pembiayaan merupakan kegiatan utamanya. Pembiayaan merupakan penyaluran
dana BMT kepada pihak ketiga berdasarkan kesepakatan pembiayaan antara BMT
dengan pihak lain dengan harga ditetapkan sebesar biaya perolehan barang
ditambah margin keuntungan yang disepakati untuk keuntungan
BMT(Widodo,1999:37).
Keberadaan BMT merupakan representatif dari kehidupanmasyarakat
dimana BMT itu berada, karena dengan jalan ini BMT mampumengakomodir
kepentingan ekonomi masyarakat. Peran umum BMTyang dilakukan adalah
melakukan pembinaan dan pendanaan yangberdasarkan sistem syariah.
KeberadaanBMT ini diharapkan mampuuntuk berperan aktif dalam memperbaiki
kondisi masyarakat yangsebagian harus menghadapirentenir-renteniryang
nantinya masyarakatakan terjerumus pada masalah ekonomi(Sudarsono, 2005:96).
bangsa Indonesia, khususnya umat Islam untuk membangun ekonomi kerakyatan
yang bernafaskan syariah Islam.
Kehadiran BMT di Kota Medan merupakan langkah awal yang sangat baik
bagi perkembangan usaha kecil menengah yang berdasarkan syariah Islam dengan
sistem bagi hasil.Berdasarkan data yang diperoleh dari data PINBUK SUMUT
jumlah BMT yang aktif di Kota Medan saat ini mencapai 32 BMT (Pinbuk Sumut
2012) padahalpotensi dari aktifitas perekonomian Kota Medan yang tinggi,
seharusnya mampu dimanfaatkan oleh BMT untuk meningkatkan kemajuan
perkembangannya.
Lembaga-lembaga BMT yang ada pada tabel 1.1 memberikan peranan
pembiayaan kepada masyarakat terutama pengusaha-pengusaha kecil. Eksistensi
lembaga ini turut mempermudah pengusaha dan pedagang dalam menjalankan
aktifitas mereka terutama dari segi aspek dana dan permodalan.
Pedagang-pedagang kecil Kota Medan yang jumlahnya cukup banyak
dapat menjadi sasaran utama bagi BMT untuk terus meningkatkan kualitas dan
kuantitasnya. BMT perlu melakukan penyuluhan tentang produk yang ditawarkan
kepada masyarakat tentang manfaat dan tujuan yang akan diperoleh, sehingga
dalam hal ini BMT perlu mendapat dukungan dari perbankan syariah untuk
Berikut tabel daftar BMT yang aktif di Kota Medan:
Tabel 1.1
Daftar BMT Aktif di Kota Medan
NO NAMA BMT ALAMAT JUMLAH
NASABAH
1 BMT Bina Mitra
Mandiri Jl. H.M Yamin No.504 5000 Orang 2 BMT El-Hafiz Jl. Bromo No.28 1200 Orang 3 BMT Qania Jl. Bromo Gg. Aman No.10 1600 Orang
4 BMT UB Amanah
Syariah Jl. Perhubungan No.17 1000 orang
5 BMT Al-Munawar
Jl. A.R Hakim No.135 Kel.Pasar Merah Timur, Medan
Area
1200 Orang
6 BMT Amanah Ray Jl. Sutrisno No.732 3500 Orang 7 BMT El-Ikla Jl. Brigjen Katamso 150 Orang 8 BMT GPA Mandiri Jl. Sisingamangaraja No.114 250 Orang
9 BMT PT3 Jl. Kota Garu III Kios No.149
Pasar Petisah 500 Orang 10 BMT Ananda Putra Jl. Bersama No.122 A 200 Orang
11 BMT Harapan
Mandiri Klambir 5 200 orang
12 BMT P3TM Pulo Brayan
Jl. K.L. Yos Sudarso Komplek Masji Al-Jihad Pulo Brayan
Kota
350 Orang
13 BMT El-Hijrah 01 Jl. Beringin Pasar VII No.59 200 Orang
14 BMT Ar-Roudah
Jl. Setia Budi Simpang Selayang/ Jl. Jamin Ginting
KM.11 Paya Budung
400 Orang
15 BMT MES Jl. Gagak Hitam 300 Orang
16 BMT El-Sabil Jl. B.Zein Hamid Gg, Sepakat
No. 2A Titi Kuning. Medan 500 Orang 17 BMT Zam Zam Jl. Ibrahim Umar 30 Orang
18 BMT Amanah
Sejahtera Jl. Besar Tembung No.01 150 Orang 19 BMT Al-Amelina Jl. Mahkamah 200 Orang 25 BMT Delima Mas Jl.Al=Falah Kec Medan Johor 250 Orang
26 BMT Aman Mandiri Jl. Jati Dusun II Desa Sei
Mencirim Kec, Sunggal 200 Orang
Beberapa produk yang ditawarkan dalam BMT terbagi dalam dua kategori
besar yaitu produk penghimpunan dana dan produk pembiayaan. Produk
penghimpunan dana antara lain Simpanan Wadiah, Simpanan Pendidikan,
Simpanan Qurban, Simpanan Walimah, Simpanan Wisata, Simpanan
Mudharabah. Sementara produk pembiayaan yaitu Pembiayaan Murabahah,
Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Ijarah,
Pembiayaan Gadai dan Pembiayaan Qardhul Hasan (Soemitra,2010:463).
Produk-produk yang ditawarkan oleh BMT tersebut sayangnya tidak
diimbangi dengan pemahaman masyarakat, karena produk BMT umumnya
menggunakan bahasa asing terutama Bahasa Arab. Istilah-istilah yang digunakan
produk BMT tersebut kemungkinan hanya dapat dipahami oleh sebagian kalangan
seperti masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan sekolah Islam.
Apabila istilah-istilah tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat hal ini dapat
memberikan peluang bagi BMT untuk mempengaruhi masyarakat
agarmenggunakan jasa BMT. Selain itu, bagi nasabah BMT itu sendiri
memudahkan mereka untuk memilih produk apa yang mereka inginkan.
Produk-produk BMT yang bermacam-macam tersebut disediakan untuk
masyarakat, misalnya kredit atau pembiayaan yang diberikan kepada sektor
pertanian, industri, perdagangan barang dan jasa, koperasi, pedagang kecil dan
lainnya. Kredit diberikan untuk mengembangkan dan meningkatkan produktivitas
usahanya. Produktivitas perlu ditingkatkan karena merupakan faktor terpenting
dalam suatu usaha yang dijalankan agar tetap dapat tumbuh dan berkembang,
Keberagaman produk-produk yang ditawarkan oleh BMT belum banyak
diketahui oleh masyarakat pada umumnya padahal BMT menawarkan
produk-produk yang sangat menguntungkan kepada masyarakat khususnya
pedagang-pedagang kecil yang memerlukan kredit untuk mengembangkan usahanya.
Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap produk-produk BMT diyakini
merupakan satu faktor penyebab masyarakat ragu untuk mempercayakan transaksi
keuangan di lembaga ini.
Berdasarkan latar belakang diatas dimana kurangnya pemahaman
masyarakat terhadap produk-produk BMT maka penulis tertarik mengambil judul
skripsi “Analisis Tingkat Pemahaman Nasabah Terhadap Produk Baitul
Maal Wat Tamwil di Kota Medan”. 1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang dapat
diambil sebagai dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pemahaman nasabah terhadap produk Baitul Maal Wat
Tamwil khususnya di Kota Medan ?
2. Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi pemahaman masyarakat
terhadap Baitul Maal Wat Tamwil yang ada di Kota Medan ?
3. Bagaimana perkembangan Baitul Maal Wat Tamwil apabila ditinjau
dari jumlah nasabah, jumlah pembiayaan produk, dan jumlah
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah nasabah paham terhadap produk Baitul Maal
Wat Tamwil yang ada di Kota Medan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktorapakah yang mempengaruhi pemahaman
masyarakat terhadap Baitul Maal watTamwilyang ada di Kota Medan.
3. Untuk mengetahui bagaimanakah perkembangan,
jumlahpembiayaanproduk, danjumlahpengumpulandana Zakat, Infaq,
danShadaqah.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau instansi-instansi
terkait seperti Baitul Maal Wat Tamwil dan lembaga keuangan lainnya.
2. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi
terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan
penelitian selanjutnya.
3. Bagi masyarakat sebagai salah satu wadah untuk mendapatkan informasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ruang Lingkup Baitul Maal wat Tamwil 2.1.1. Sejarah Berdirinya Baitul Maal wat Tamwil
Keberadaan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai salah satu perintis
lembaga keuangan dengan prinsip syariah di Indonesia, dimulai dari ide para
aktivis
Teknosa pada 1980. Koperasi inilah yang menjadi cikal bakal BMT yang berdiri
pada tahun 1
Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang secara operasional
ditindaklanjuti oleh Pusat Inkubasi Usaha Kecil (PINBUK). PINBUK didirikan
karena adanya tuntutan yang cukup kuat dari masyarakat yang menginginkan
adanya perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial untuk pengembangan usaha
mikro dan kecil yang berbasis kepada kepentingan masyarakat (Pinbuk Sumatera
Utara).
Perkembangan zaman yang mengubah pola hidup masyarakat mulai dari
yang kekurangan hingga yang berkecukupan memunculkan kekhawatiran
timbulnya pengikisan akidah, sesuai dengan hadist yang riwiyatkan Nabi
Muhammad SAW bahwa “kefakiran itu mendekati kekufuran”. Kondisi
perekonomian seseorang yang lemah sering memungkinkan seseorang itu berbuat
sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai akidah. Oleh karena itu, BMT
diharapkan mampu menjadi suatu lembaga yang dapat mengatasi kondisi tersebut
2.1.2 Pengertian Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal
dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan
dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infak dan sedekah. Sedangkan
baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial
(Sudarsono, 2004:64).
Dalam pengertian lebih jelasnya baitul tamwilyaitu rumah pengembangan
harta yang melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan
investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil
dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan
kegiatan ekonomi. Baitul maal menerima titipan dana zakat, infaq dan sedekah
serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanah.
BMT juga merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial sebagai
lembaga bisnis.BMT lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan yakni
simpan pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan, yakni menghimpun dana
anggota dan calon anggota (nasabah) serta menyalurkannya pada sektor ekonomi
yang halal dan menguntungkan. Namun demikian, terbuka luas bagi BMT untuk
mengembangkan lahan bisnisnya pada sektor riil maupun sektor keuangan lain
yang dilarang dilakukan oleh lembaga keuangan bank. Karena BMT bukan bank,
maka ia tidak tunduk pada aturan perbankan (Ridwan,2003:126).
BMT berasaskan Pancasila dan UUD 1945 serta berlandaskan prinsip
syariah Islam, keimanan, kekeluargaan, kebersamaan, kemandirian dan
dan legal. Sebagai lembaga keuangan syariah, BMT harus berpegang teguh pada
prinsip-prinsip syariah. Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk tumbuh
dan berkembang. Keterpaduan mengisyaratkan adanya harapan untuk mencapai
sukses di dunia dan di akhirat juga keterpaduan antara sisi maal dan tamwil (sosial
dan bisnis). Kekeluargaan dan kebersamaan berarti upaya untuk mencapai
kesuksesan tersebut diraih secara bersama. Kemandirian berarti BMT tidak dapat
hidup hanya dengan bergantung pada uluran tangan pemerintah, tetapi harus
berkembang dari meningkatnya partisipasi anggota dan masyarakat, sehingga pola
pengelolaannya harus profesional (Soemitra,2010:453).
2.1.3 Visi dan Misi Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
Visi BMT yaitu menjadi lembaga keuangan yang mandiri, sehat dan kuat,
yang kualitas ibadah anggotanya meningkat sedemikian rupa sehingga mampu
berperan menjadi wakil pengabdi Allah memakmurkan kehidupan anggota pada
khususnya dan umat manusia pada umumnya.
Misi BMT yaitu mewujudkan gerakan pembebasan anggota dan
masyarakat dari belenggu rentenir, jerat kemiskinan ekonomi ribawi, gerakan
pemberdayaan meningkatkan kapasitas dalam kegiatan ekonomi riil dan
kelembagannya menuju tatanan perekonomian yang makmur dan maju dan
gerakan keadilan membangun struktur masyarakat madani yang adil dan
berkemakmuran berkemajuan, serta makmur maju berkeadilan berlandaskan
2.1.4 Fungsi dan Peran Baitul Mal wa Tamwil ( BMT )
Tujuan didirikannya BMT untuk meningkatkan kualitas ekonomi untuk
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Pengertian ini dapat dipahami bahwa BMT berorientasi pada upaya peningkatan
kesejahteraan anggota dan masyarakat. Para anggota harus diberdayakan agar
mandiri. Dengan menjadi anggota BMT masyarakat dapat meningkatkan taraf
hidup melalui peningkatan usahanya. Pemberian modal dapat memandirikan
ekonomi para peminjamnya.
Adapun beberapa fungsi dari BMT (Widodo, 1999:44) :
1. Penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT,
uang tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus
(pihak yang memiliki dana berlebih) dan unit defisit (pihak yang kekurangan
dana).
2. Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pembayaran yang sah
yang mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban suatu
lembaga/perorangan.
3. Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi
pendapatan kepada para pegawainya.
4. Pemberi informasi, memberi informasi kepada masyarakat mengenai risiko
keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut.
Untuk mewujudkan masyarakat adil dan efisien, maka setiap tipe dan
lapisan masyarakat harus terwadahi, namun perbankan belum bisa menyentuh
tidak terfasilitasi misalnya masyarakat yang secara legal dan administrativ tidak
memenuhi kriteria perbankan. Prinsip kehati-hatian yang diterapkan oleh bank
menyebabkan sebagian masyarakat tidak mampu terlayani. Mereka yang
bermodal kecil dan penghindar resiko tersebut, jumlahnya cukup signifikan dalam
Negara-negara Muslim seperti Indonesia, yang sebenarnya secara agregat
memegang dana yang cukup besar.
Keberadaan BMT setidaknya mempunyai beberapa peran (Sudarsono,
2004:97-98) antara lain :
1. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah. Aktif
melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting sistem
ekonomi Islam. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan
mengenai cara-cara bertransaksi yang Islami. Misalnya, supaya ada bukti
dalam transaksi dilarang curang dalam menimbang barang,jujur terhadap
konsumen dan sebagainya.
2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap
aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro. Misalnya
dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan
terhadap usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum.
3. Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang masih
tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan
masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera.Maka BMT harus
mampu melayani masyarakat lebih baik,misalnya melalui tersedia dana
4. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata.
Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks
dituntut harus pandai bersikap,oleh karena itu langkah-langkah untuk
melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus
diperhatikan misalnya dalam masalah pembiayaan, BMT harus
memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis
pembiayaan.
2.1.5 Ciri-Ciri Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Secara umumBMT merupakan lembaga ekonomi bukan bank yang dapat
dijangkau dan mampu menjangkau nasabah kecil bawah (mikro) beroperasi secara
syariah dengan potensi jaminan dari dalam atau sekitar lingkungannya sendiri.
Selain itu bukan lembaga sosial, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan
penggunaan zakat, infak dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak.
Adapun ciri-ciri BMT (Soemitra, 2010:454) adalah sebagai berikut :
1. Lembaga sosial tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan
penggunaan zakat, infak dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak.
2. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan
ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya.
3. Milik bersama masyarakat kecil dan bawah dari lingkungan BMT itu
Sebagai lembaga milik dan dibawah kendali masyarakat setempat
sehingga keuntungan yang diperolehnya adalah juga akan menjadi milik dan hak
masyarakat setempat itu, disamping itu maju mundurnya BMT ini akan sangat
ditentukan oleh masyarakat setempat itu sendiri. Di samping ciri-ciri utama diatas,
BMT juga memiliki ciri-ciri khusus yaitu (Soemitra, 2010:455):
1. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif, dinamis, berpandangan,
produktif, tidak menunggu tetapi menjemput nasabah, baik sebagai penyetor
dana maupun sebagai penerima pembiayaan usaha.
2. Kantor dibuka dalam waktu tertentu dan ditunggui oleh sejumlah staf yang
terbatas, karena sebagian besar staf harus bergerak di lapangan untuk
mendapatkan nasabah penyetor dana, memonitor, dan mensupervisi usaha
nasabah.
3. BMT mengadakan pengajian rutin secara berkala yang waktu dan tempatnya,
biasanya di madrasah, masjid atau mushala, ditentukan sesuai dengan kegiatan
nasabah dan anggota BMT. Setelah pengajian biasanya dilanjutkan dengan
perbincangan bisnis dari para nasabah BMT.
4. Manajemen BMT diselenggarakan secara profesional dan Islami, di mana :
- Administrasi keuangan, pembukuan dan prosedur ditata dan dilaksanakan
dengan sistem akuntansi sesuai dengan standar akuntansi yang disesuaikan
dengan prinsip-prinsip syariah.
- Aktif, menjemput bola, beranjangsana, berprakarsa,proaktif,menemukan
masalah dengan tajam dan menyelesaikan masalah dengan bijak, bijaksana,
2.1.6 Pendirian BMT
BMT dapat didirikan dan dikembangkan dengan suatu proses legalitas
hukum yang bertahap. Pada awalnya dapat dimulai dengan kelompok swadaya
masyarakat dengan mendapatkan sertifikiat operasi kemitraan dari PINBUK dan
bila mencapai nilai aset tertentu bisa segera menjadi badan hukum
koperasi(Karmen, 1996:216). Menurut aturan yang berlaku pihak yang berhak
menyalurkan dan menghimpun dana masyarakat adalah bank umum dan bank
perkreditan rakyat, baik dioperasikan dengan cara konvensional maupun dengan
prinsip bagi hasil.
Berdasarkan buku “Pedoman Cara Pembentukan BMT”, yang disusun
oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) sebuah LSM yang mendapat
pengakuan BI dalam kaitan kerjasama pengembangan usaha kecil disebutkan
bahwa anggota pendiri BMT harus terdiri dari 20-44 orang. Modal awal yang
dibutuhkan BMT tersebut bisa diperoleh dari patungan para pendiri tersebut.
Modal awal yang diperoleh dari para pendiri itu disebut simpanan pokok khusus.
Simpanan ini mendapat prioritas atau penghargaan yang lebih dari Sisa Hasil
Usaha (SHU). Di samping itu, para pendiri itu juga mendapat porsi SHU lainnya
sesuai dengan keterlibatannya dalam usaha-usaha BMT.
Pembiayaan pada usaha mikro dengan bagi hasil disampaikan kepada
BMT sesuai dengan akad. Dari bagi hasil ini, pengelola membayar honor pada
pengelola semampunya secara bertahap, membesar, sewa kantor. Yang paling
penting adalah bahwa dari bagi hasil ini, pengelola membayar pula bagi hasil
penyimpan menyimpannya di bank konvensional, dengan demikian akan terdapat
dorongan material bagi penyimpan untuk menyimpan dananya di BMT, selain
mengharapkan pahala dan ridha dari Allah swt. Dengan memberikan bagi hasil
pada penabung dan penjelasan yang tepat tentang visi, misi, tujuan dan
usaha-usaha BMT, kekayaan BMT akan semakin bertambah, diimbangi dengan
pembiayaan pada usaha mikro dan kecil semakin banyak dan lancar. BMT akan
semakin maju dan berkembang.
2.1.7 Prinsip Operasional BMT
Prinsip operasional BMT antara lain:
- Tumbuh dari masyarakat sendiri dengan dukungan tokoh masyarakat,
orang berada dan kelompok yang ada di daerah tersebut.
- Modal awal (Rp. 20 – Rp. 30 Juta) dikumpulkan dari para pendiri bentuk
Simpanan Pokok dan Simpanan Pokok Khusus.
- Jumlah pendiri minimum 20 orang
- Landasan sebaran keanggotaan yang kuat sehingga BMT tidak dikuasai
oleh perseorangan dalam jangka panjang
- BMT adalah lembaga bisnis, membuat keuntungan, tetapi juga memiliki
komitment yang kuat untuk membela kaum yang lemah dalam
2.1.8 Struktur Organisasi Baitul Maal Wat Tamwil
Struktur organisasi BMT menunjukkan adanya garis wewenang dan
tanggungjawab,garis komando serta cakupan bidang pekerjaan
masing-masing.Struktur ini menjadi sangat penting supaya tidak terjadi benturan
pekerjaan serta memperjelas fungsi dan peran masing-masing bagian dalam
organisasi.Tentu saja masing-masing BMT dapat memiliki karakteristik tersendiri,
sesuai dengan besar kecilnya organisasi. Namun demikian, struktur organisasi
dalam setiap BMT terdiri dari (Ridwan,2003:141):
- Musyawarah Anggota Tahunan
Ini dilaksanakan setiap tahun sekali, yang dihadiri oleh semua anggota
atau perwakilannya.
- Dewan Pengurus
Dewan Pengurus BMT pada hakekatnya adalah wakil dari anggota dalam
melaksanakan hasil keputusan musyawarah tahunan.Oleh karenanya,
pengurus harus dapat menjaga amanah yang telah dibebankan kepadanya.
- Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah memiliki tugas utama dalam pengawasan BMT
terutama yang berkaitan dengan sistem syariah yang dijalankannya.
Landasan kerja dewan ini berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional
(DSN)
- Dewan Pengawas Manajemen
Dewan pengawas Manajemen merupakan representasi anggota terutama
dengan pengurus. Anggota dewan pengawas manajemen dipilih dan
disahkan dalam musyawarah anggota tahunan. Setiap anggota BMT
memiliki hak yang sama untuk dipilih menjadi dewan pengawas
manajemen.
- Pengelola yang terdiri minimal terdapat Manajer, Marketing, Accounting
dan Kasir
Pengelola merupakan satuan kerja yang dibentuk oleh dewan
pengurus.Mereka merupakan wakil pengurus dalam menjalankan fungsi
operasional keseharian.Ia bertanggungjawab kepada pengurus dan jika
diminta dapat memberikan penjelasan kepada anggota dalam musyawarah
anggota. Satuan kerja pengelola dipimpin oleh manajer atau direktur
diusulkan oleh pengurus dan ditetapkan dalam musyawarah tahunan.
Namun demikian, pengurus dapat mengusulkan diadakan musyawarah
bersama pengawas untuk memberikan dan mengganti direksi atau manajer,
jika nyata-nyata manajer/direktur telah melanggar aturan BMT.
2.2 Produk-Produk Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)
Pendirian BMT didesain untuk bermitra dengan usaha-usaha mikro yang
tidak bisa dijamah oleh perbankan, baik konvensional maupun syariah.Kegiatan
utama BMT adalah menghimpun dana dan mendistribusikan kembali kepada
anggota dengan imbalan bagi hasil atau mark up atau margin sesuai syariah.
Dasar-dasar pengelolaan BMT dengan sistem syariah tidak menggunakan
bunga sebab bunga adalah riba. Komitmen ini berdasarkan pada pengertian
MUI, dalam Rakernas di Jakarta Desember 2004, menyatakan fatwanya bahwa
bunga bank haram hukumnya sebab bunga bank adalah riba.Seiring dengan
gagasan Islamisasi perbankan, maka BMT pun mempedomani prinsip bagi hasil
sebagai pengganti sistim bunga.
Dalam pembiayaan, fungsi dan layanan BMT tidak berbeda dengan bank
syariah. BMT juga menjadi penyandang dana bagi pengusaha yang datang
kepadanya untuk mengajukan permohonan dana. Besar kecil dana dalam
permohonan pengusaha itu pada akhirnya mendapatkan ketetapannya dari pihak
BMT. Produk-produk dan jasa-jasa yang ditawarkan oleh BMT kepada
nasabahnya dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu: produk penghimpunan
dana dan produk pembiayaan (Widodo,1999:83)
2.2.1. Produk Penghimpunan Dana
Pada sistem operasional BMT syariah, pemilik dana menanamkan
uangnya di BMT tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka
mendapatkan keuntungan bagi hasil. Produk penghimpunan dana lembaga
keuangan syariah diantaranya.
1. Tabungan Wadiah
Tabungan Wadiah adalah produk simpanan yang bisa ditarik kapan
saja.Dana nasabah dititipkan di BMT dan boleh dikelola.Setiap dan berhak
mendapatkan bonus dari keuntungan pemanfaatan tabungan oleh BMT.Besarnya
bonus tidak ditetapkan di muka tetapi benar-benar merupakan kebijaksanaan
BMT.Sungguhpun demikian nominalnya diupayakan sedemikian rupa untuk
2. Tabungan Mudharabah
Dana yang disimpan nasabah akan dikelola BMT, untuk memperoleh
keuntungan. Keuntungan akandiberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan
nasabah.Nasabah bertindak sebagai shahibul maal danlembaga keuangan syariah
bertindak sebagai mudharib (Fatwa DSN-MUI No. 02/DSN-MUI/IV/2000).
3. Deposito Mudharabah
BMT bebas melakukan berbagai usaha yang tidak bertentangan dengan
syariah dan mengembangkannya. BMT bebas mengelola dana (Mudharabah
Mutaqah). BMT berfungsi sebagai mudharib sedangkan nasabah juga shahibul
maal.Ada juga dana nasabah yang dititipkan untuk usaha tertentu. Nasabah
memberi batasan penggunaan dana untuk jenis dan tempat tertentu. Jenis ini
disebutMudharabah Muqayyadah.
Beberapa produk simpanan ini diantaranya adalah :
- Simpanan Aqiqah
Merupakan tabungan yang sengaja dipersiapkan untuk melaksanakan
qurban pada hari raya Idul Adha atau pada penyembelihan aqiqah.
Tabungan dapat diambil pada saat akan melaksanakan qurban pada hari
raya atau pada saat aqiqah. Pihak BMT memberikan bagi hasil yang
dihitung berdasarkan saldo rata-rata tiap bulan.
- Simpanan Hari Raya
Merupakan simapanan nasabah atau penabung yang dijamin keutuhan
nilainya dan tabungan tersebut dapat diambil pada saat menjelang hari
bagi hasil yang di hitung berdasarkan saldo rata-rata tiap bulan.
- Simpanan Wadiah
Merupakan simpanan nasabah atau penabung yang sifatnya adalah titipan
dan dapat diambil pada saat diperlukan. Pihak BMT memberikan bagi
hasil berdasarkan saldo rata-rata tiap bulan.
- Simpanan Tarbiyah
Merupakan simpanan nasabah atau penabung bagi pelajar/mahasiwa yang
dapat diambil pada waktu tertentu untuk kebutuhan biaya pendidikan dan
dijamin keutuhannya.
2.2.2. Produk Pembiayaan
Dalam pembiayaan, fungsi dan layanan BMT tidak berbeda dengan bank
syari’ah. BMT juga menjadi penyandang dana bagi pengusaha yang datang
kepadanya untuk mengajukan permohonan dana. Besar kecil dana dalam
permohonan pengusaha itu pada akhirnya mendapatkan ketetapannya dari pihak
BMT. Beberapa produk pembiayaan diantaranya:
2.2.2.1.Sistem Bagi Hasil
1. Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan
pihak lainnya menjadi pengelola dan keuntungan usaha dibagi sesuai dengan
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak(Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003 :
Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa BMT menanggung seluruh
modal sedangkan nasabah hanya memiliki modal keahlian (tetapi tidak
mempunyai dana). Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan sedangkan
kerugian seluruhnya ditanggung oleh pemilik modal (BMT) selama bukan akibat
kelalaian si pengelola.
Aplikasi dalam BMT untuk mudharabah dari sisi pembiayaan adalah:
1. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.
2. Investasi khusus (mudharabah muqayyadah), dimana sumber dana khusus
dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang tetapkan oleh
shahibul maal.
2. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Himpunan Fatwa DSN-MUI,
2003 : 50).Dari pengertian di atas, dapat dilihat ciri-ciri dari perjanjian/akad
musyarakah, yaitu kontribusi dana berasal dari dua pihak (BMT dan nasabah) dan
bagi hasil berdasarkan kontribusi modal. Dalam musyarakah, kepemilikan dua
orang atau lebih terbagi dalam sebuah aset nyata. Dalam hal pengelolaan usaha,
Aplikasi BMT untuk akad musyarakah adalah (Antonio, 1999:197):
1. Pembiayaan Proyek. Nasabah dan BMT sama-sama menyediakan dana
untuk membiayai proyek. Setelah proyek selesai, nasabah mengembalikan
dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati bersama.
2. Modal Ventura. Pada BMT-BMT yang dibolehkan melakukan investasi
dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diterapkan dalam skema
modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu,
dan setelah itu BMT melakukan divestasi, baik secara singkat maupun
bertahap.
2.2.2.2.Sistem jual beli
1. Murabahah
BMT membeli barang kemudian menjualnya kepada nasabah dengan
harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. BMT harus memberitahu secara
jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
Nasabahmembayar harga barang yang telah disepakati dalam jangka waktu
tertentu (Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000).
Dalam hal ini BMT bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai
pembeli. Dalam murabahah penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli
dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
Sistem ini diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian
barang-barang investasi, baik domestik maupun luar negeri, seperti melalui letter of credit
(L/C). Skema ini paling banyak digunakan karena sederhana dan tidak terlalu
2. Bai as-salam
Bai as-salam jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran
hargalebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu. Pembayaran harus dilakukan
padasaat kontrak disepakati. Waktu penyerahan barangditetapkan berdasarkan
kesepakatan dengan kualitas dan jumlah yang telah disepakati pula
(HimpunanFatwaDSN-MUI, 2003 : 30).
3. Bai al-istishna
Bai al-istishna merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengankriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati
antarapemesan (pembeli, mustashni) dan penjual (pembuat, shani) (Himpunan
Fatwa DSN-MUI,2003:36). Transaksi Bai al-istishna biasanya dipakai untuk
pembiayaan konstruksi dan barang-barang manufaktur jangka pendek. Kontrak
Bai al-istishna walaupun kelihatan sama dengan bai’ as-salam tetapi berbeda.
2.2.2.3.Sistem Jasa
Di samping produk pembiayaan, BMT syariah juga mempunyai
produk-produk jasa atau pelayanan. Produk ini juga merupakan penerapan dari akad-akad
syariah. Produk jasa yang lazim diterapkan BMT syariah diantaranya adalah
(Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003) :
1. Wakalah
Wakalah berarti pelimpahan kekuasan dari satu pihak ke pihak lain dalam
hal-hal yang boleh diwakilkan (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003:66). Prinsip
perwakilan diterapkan dalam BMT syariah dimana BMT bertindak sebagai wakil
Prinsip ini diterapkan untuk pengiriman uang atau transfer, penagihan
(collection/inkasso), dan letter of credit (L/C). Sebagai imbalan, BMT
mengenakan fee atau biaya atas jasanya terhadap nasabah.
2. Kafalah
Kafalah berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin
dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin (Antonio,
1999:231).Dalam pengertian lain, kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh
penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau
yang ditanggung.
Prinsip penjaminan yang diterapkan oleh BMT syariah di mana BMT
bertindak sebagai penjamin sedangkan nasabah sebagai pihak yang dijamin.
Seperti halnya dalam wakalah, untuk jasa al kafalah BMT syariah pun mendapat
bayaran dari nasabahnya.
3. Hawalah
Hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada
orang lain yang wajib menanggungnya(Antonio, 1999:201).Prinsip ini diterapkan
oleh BMT syariah di mana BMT bertindak sebagai penerima pengalihan piutang
dan nasabah bertindak sebagai pengalih piutang. Untuk jasa ini BMT syariah
mendapatkan upah pengalihan dari nasabah.Aplikasi dalam BMT untuk jasa ini
adalah factoring atau anjak piutang, post-date check, bill discounting.
4. Rahn
Rahn adalah menahan harta milik si peminjam sebagi jaminan atas
ekonomis (Antonio, 1999:213).Dalam jasa ini pihak yang menahan memperoleh
jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara
sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan hutang atau
gadai.
5. Qardh
Qardh adalah pinjamam yang diberikan kepada nasabah yang memerlukan.
Nasabah wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang
telah disepakati bersama (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003:111).
Penerapannya produk ini adalah :
1. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan
bonafiditasnya yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif
pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang
dipinjamkannya itu.
2. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat sedangkan ia tidak bisa
menarik dananya karena, misalnya tersimpan dalam bentuk deposito.
3. Sebagai produk untuk menyumbang usaha sangat kecil atau membantu sektor
sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk khusus yaitu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat
pemahaman nasabah terhadap produk Baitul Maal Wat Tamwil di Kota Medan.
Penulis memilih 3 BMT yang ada di Kota Medan sebagai objek dalam penelitian
ini.
3.2. Jenis Data dan Sumber
Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer, diperoleh dari wawancara secara langsung yaitu kepada para
nasabah BMT Kota Medan melalui daftar pertanyaan atau kuesioner yang
telah disediakan.
2. Data sekunder, data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku,
literatur, media internet, serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan
dengan penelitian ini.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut :
1. Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui telah
berbagai literatur yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan
yang ada di dalam penulisan skripsi ini, dapat diperoleh dari buku-buku,
internet dan lain-lain.
2. Kuesioner, penulis membuat daftar pertanyaan yang relevan dengan
yang melakukan transaksi di BMT Kota Medan. Jawaban atas pertanyaan
ini digunakan sebagai data dalam penelitian.
3.4. Metode Pemilihan Populasi dan Sampel
Dalampenentuan sample dikemukakanbahwa “apabilasubjeknyakurang
dari 100 orang,
lebihbaikdiambilsemuasehinggapenelitianmerupakanpenelitianpopulasi.Selanjutn
yajikajumlahsubjeknyalebihdari 100 orang makadapatdiambilantara 10%-15%,
20%-25% (Arikunto, 1994:104).Dari 32 BMT yang aktif di Kota Medan penulis
mengambil 3 BMT sebagai objek kajian mewakili BMT Kota Medan yaitu BMT
GPA Mandiri, BMT Ar – Roudah, dan BMT Waasil. Berikut tabel kajian objek
terpilih:
Sumber : Data Pinbuk 2013yang Telah Diolah
Dari tabel diatas besarnyapopulasidari 3 BMT yang diambil sebagai objek
kajian terpilih berjumlah 800 nasabah, maka sample yang
akandiambiluntukdijadikansebagairespondendalampenelitianiniadalahsebesar
10% dari total jumlah nasabah 3 BMT Kota Medan, sehingga jumlah samplenya
sebanyak 80orang responden. Penulis mengambil objek kajian terpilih tersebut
karena berada dilokasi yang cukup strategis di Kota Medan. 3 BMT tersebut
masyarakat. Dalammenentukan sample menggunakanmetodepengambilan sample
dengan Simple Random Sampling yaitusalahsatumetode sample
probabilitasdilakukandengancaraacaksederhanadansetiaprespondenmemilikikemu
ngkinan yang samauntukdipilihsebagai sample (Muhammad Teguh,1999:160).
Metodepengumpulan data untuk variable diatasmenggunakanself administered
survey, yaiturespondendimintauntukmengisikuesioner yang diberikan.
3.5. Metode Analisis dan Pengelolaan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan program komputer SPSS
(Statistic Product and Service Solution) versi 17,0. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis deskriptif, dimana
data yang diperoleh dianalisis sehingga diperoleh berbagai gambaran yang
menunjukkan pemahaman nasabah terhadap produk yang ditawarkan BMT dalam
hal ini produk penghimpunan dana dan produk pembiayaan. Disamping itu
dilakukan pula dengan bentuk analisis lain seperti:
1. Grafik, yaitu tabel yang berupa angka-angka yang disajikan kedalam
bentuk gambar. Analisis yang dilakukan oleh penulis menunjukkan
persantase pemahaman nasabah terhadap produk-produk BMT.
2. Tabulasi silang (cross tab), merupakan cara termudah bagi penulis untuk
melihat asosiasi dalam sejumlah data dengan perhitungan persentase.
3. Tabel frekuensi, yaitu salah satu bentuk penyajian data. Tabel ini dibuat
agar data yang telah dikumpulkan dalam jumlah yang sangat banyak dapat
disajikan dalam bentuk yang jelas. Tabel ini juga dibuat untuk
menyajikan kepada para pembaca dapat dengan mudah dipahami atau
dinilai.
3.6. Defenisi Operasional
1. Baitul Maal Wat Tamwil adalah Suatu lembaga keuangan mikro di Kota
Medan yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil.
2. Nasabah BMT adalah masyarakat Kota Medan yang menggunakan jasa
BMT baik berupa kredit maupun simpan pinjam.
3. Pemahaman adalah proses pengetahuan nasabah dalam hal ini nasabah
BMT Kota Medan mengetahui tentang seluk beluk produk yang ada pada
lemabaga keuagan BMT kota Medan.
4. Produk BMT adalah produk-produk atau jasa-jasa yang ditawarkan oleh
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Baitul Maal wat Tamwil Kota Medan.
4.1.1 Sejarah Singkat Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK)
PINBUK didirikan pada 13 Maret 1995 oleh Ikatan Cendikiawan Muslim
Se-Indonesia (ICMI), Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan Bank
Muamalat Indonesia (BMI) dengan latar belakang adanya tuntutan yang kuat dari
masyarakat yang menginginkan adanya perubahan dalam sistem dan struktur
ekonomi dan sosial untu k pengembangan usaha mikro dan kecil yang berbasis
kepada kepentingan masyarakat banyak. Untuk itu selama bertahun–tahun,
berhadapan dengan perubahan kondisi pemerintah dan kehidupan sosial ekonomi
bangsa. PINBUK berikhtiar untuk selalu istiqamah dalam program-program
pemberdayaan masyarakat untuk membebaskan masyarakat dari kemiskinan
dengan cara berkeadilan. Upaya-upaya dalam membawa perubahanmasyarakat,
PINBUK bekerja pada layanan-layanan seperti ; Pelatihan dan pendidikan atau
peningkatan kapasitas khusus untuk peningkatan kapasitas kewirausahaan, dan
transformative leadership, pengembangan keterampilan informasi dan teknologi
serta penyediaan lembaga modal yang berbasis anggota yang dikenal dengan
nama LKM/BMT.
Sejak awal pendiriannya, PINBUK memposisikan diri untuk menjadi
pioner Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM) khususnya dalam
mendorong gerakan masyarakat berswadaya menumbuhkembangkan Lembaga
yang berbasis potensi dan kepentingan masyarakat tingkat akar rumput.
PINBUK Indonesia, dengan pengalaman yang cukup lama juga telah memiliki
infrastruktur pendukung; Unit Usaha/Badan Otonom/BUMP, mulai dari
pengembangan kelembagaan, SDM, teknologi informasi, akses pembiayaan
hingga riel bisnis (non finance),tiba saatnya untuk mengembangkan sistem standar
yang diaplikasikan untuk perwakilannya (yang kemudian diistilahkan dengan
Gugus Wilayah/GUSWIL) di berbagai wilayah di Indonesia dengan pendekatan
semi franchise/waralaba dimana setiap perwakilan wajib mengikuti segala
ketentuan standar yang ditetapkan oleh PINBUK Indonesia sehingga diharapkan
menghasilkan efektifitas dan efesiensi yang tinggi yang pada gilirannya dapat
mempercepat pencapaian visi dan misinya dalam pemberdayaan umat di
Indonesia.
PINBUK di Sumatera Utara didirikan sesuai dengan surat keputusan
PINBUK Pusat NOMOR: 05l/KPTS-PINBUK/V/2011 tentang struktur
kepengurusan Badan Pekerja Perwakilan PINBUK (BPP PINBUK) pada tanggal
10 Mei 2011. Kehadiran PINBUK di Kota Medan diyakini dapat mempengaruhi
perkembangan BMT, hal ini dapat terlihat dalam tabel 1.1 yang menunjukkan
banyaknya jumlah BMT yang berdiri di Kota Medan.
4.1.2 Kegiatan Usaha PINBUK
Sebagai Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM) yang
berorientasi “gerakan pemberdayaan masyarakat” dan sekaligus sebagai
Business Development Service–Provider(BDS-P) yang berorientasi “layanan
A. Layanan Penumbuhkembangan BMT
1. Konsultasi Pendirian BMT Swadaya Masyarakat
2. Konsultasi Pengembangan BMT Berbasis Program (Pemda, BUMN,
CSR Perusahaan, dsb)
Perlunya fasilitas layanan untuk mengembangakn BMT dilakukan
dengan tujuan agar masyarakat semakin mengenal fungsi dan peran BMT.
Layanan konsultasi BMT swadaya masyarakat diharapkan menjadi wadah bagi
mereka untuk mengetahui dan menarik minat menjadi nasabah di BMT. Selain
itu BMT dapat melakukan pengembangan programnya dengan dukungan
Pemda, BUMN, dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan.
B. Layanan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
1. Pembuatan Modul
2. Rekrutmen SDM
3. Pelatihan BMT Berbasis Komunitas
4. Pelatihan BMT Berbasis Kompetensi
5. Sertifikasi Kompetensi SDM BMT
Kelima layanan pengembangan SDM di desain secara khusus untuk
memenuhi kebutuhan pengembangan BMT dalam rangka pengembangan
potensi-potensi dari pengurus dan pengelola agar menjadi SDM yang
berkualitas. Hal ini dilakukan agar SDM tersebut mampu mengembangkan
BMT dan membawa BMT menjadi lembaga yang dapat mengakomodir
C. Layanan Pembiayaan & Pendampingan BMT
1. Akses Pembiayaan BMT
2. Pendampingan/TechnicalAssistance
Dalam menjaga keberlangsungan dan menjalankan fungsi BMT sebagai
lembaga keuangan diperlukan pengelolaan manajemen yang baik. Melalui akses
pembiayaan BMT yang baik akan memberikan dampak kepercayaan yang tinggi
dari nasabah. Begitu pula dengan layanan pendampingan dari BMT akan
menciptakan kepercayaan yang tinggi sehingga dapat menjadikan nasabah
menjadi loyal.
D. Layanan Teknologi Informasi
1. Software Aplikasi Untuk “Core-Micro-Banking” BMT/KJKS
2. Software Aplikasi Untuk Online Report Center
3. Software Aplikasi Untuk IBS Mobile Colecting (HP &Mini Printer)
Angsuran & Tabungan
4. Software Aplikasi Untuk Virtual Payment Mobile
5. Software Aplikasi Untuk Laboratorium Banking/BMT
Teknologi berperan dalam menumbuhkembangkan BMT menjadi
lembaga keuangan masyarakat yang berkompeten. Dengan memanfaatkan
kecanggihan teknologi informasi dapat mempermudah akses layanan BMT
E. Layanan Pengembangan Bisnis dan Kewirausahaan
1. Pengembangan Usaha Bersama Masyarakat Berbasis Sentra/Klaster
2. Pengembangan Wirausaha dengan pola Waralaba/Franchise
3. Pengembangan Wirausaha dengan pola Mentoring/Coaching
Layanan pengembangan bisnis dan kewirausahaan di BMT tidak hanya
menunjukkan fungsi BMT yang hanya sebagai fungsi sosial tetapi juga berperan
dalam fungsi ekonomi. Berperannya fungsi BMT tersebut dapat membawa
dampak kesejahteraan bagi nasabah pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
F. Layanan Penguatan Ruhiyah
1. Pelatihan Seven Value Character (SVC) for Business (BMT)
2. Pelatihan Seven Value Character (SVC) for Teacher/Fasilitator
Kedua pelatihan diatas dilakukan BMT untuk menambah wawasan bagi
BMT dan pengurus/pengawas dalam upaya pengembangan kualitas SDM. SDM
yang berkualitas pasti mampu meningkatkan ilmu pengetahuan dan
kreativitasnya dalam mengembangkan BMT.
4.1.3. Visi dan Misi PINBUK 4.1.3.1. Visi PINBUK
Menjadi lembaga yang terpercaya di Indonesia dalam penanggulangan
kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dan
kelompok-kelompok Usaha Mikro yang mandiri, berkelanjutan dan mengakar di
pendukung kegiatan ekonomi masyarakat menengah kebawah dengan landasan
sistem syariah.
4.1.3.2.Misi PINBUK
Mewujudkan kehidupan “Rahmatan lil’Alamin”, Rahmat bagi semua,
dengan:
1. Membangun kesadaran dan keswadayaan masyarakat dalam
pengembangan LKMS/BMT dan kelompok-kelompok usaha mikro yang
mandiri, berkelanjutan dan mengakar di masyarakat, dengan menguatkan
komitmen sosial dan spiritual.
2. Menumbuhkembangkan praktek-praktek kewirausahaan yang bermutu
dan profesional.
3. Menciptakan akses yang lebih mudah hingga masyarakat miskin dan
usaha mikro mampu menjangkau peluang, informasi dan sumberdaya
untuk pengembangan usaha.
4. Mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya ekonomi
masyarakat miskin dan usaha mikro serta lembaga-lembaga pendukung
dalam pengembangannya.
5. Mendorong terwujudnya kebijakan publik yang mendukung pada
peningkatan akses masyarakat miskin dan usaha mikro kepada
sumber daya ekonomi melalui pengembangan LKM/BMT.
6. Mengembangkan lembaga-lembaga pendukung/infrastruktur dalam
pengembangan kualitas dan kuantitas LKM serta layanan pengembangan
7. Melaksanakan pemberdayaan masyarakat yang terpadu dalam aspek
usaha ekonomi produktif (UEP) dan usaha kesejahteraan sosial (UKS)
pada berbagai kelompok masyarakat.
8. Memasyarakatkan ekonomi syariah di level masyarakat akar rumput.
Untuk mencapai visi yang disusun oleh PINBUK, kedelapan misi diatas
harus dilaksanakan secara konsisten. Melalui program-program yang terangkum
dalam misi PINBUK tersebut diharapkan dapat mengakomodir aspirasi yang
berkembang di masyarakat melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan
serta menjadi lembaga yang berbasis ekonomi kerakyatan.
4.1.4 Profil Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Kota Medan
Baitul Maal Wat Tamwil merupakan badan usaha kecil mikro dengan
sistem syariah yang berbagi hasil dimana kegiatan usahanya dibawah naungan
Pusat Inkubasi Bisinis Usaha Kecil (PINBUK). BMT melakukan kegiatan
transaksi keuangan berupa pendanaan, pembiayaan dan produk jasa. Program
tersebut sangat baik untuk dilakukan karena mampu membantu masyarakat
pengusaha kecil atau mikro. Oleh karena itu, pihak BMT harus selalu
melakukan pengawasan dan pembinaan yang rutin kepada para nasabah
khususnya kepada pengusaha baru ataupun terhadap usaha yang telah ada
sehingga kemunduran dalam usaha mampir diatasi secara cepat dan tepat.
BMT Kota Medan didirikan dengan tujuan untuk mewujudkan
kehidupan keluarga anggota dan masyarakat disekitar BMT yang penuh
keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan. Dengan tujuan ini maka anggota dan
akhirat. Kehadiran BMT di Kota Medan sampai saat ini sudah cukup banyak,
ada 26 BMT yang aktif di Kota Medan. Berikut daftar BMT yang ada di Kota
Medan berdasarkan kecamatan.
Tabel 4.1
Daftar Nama BMT Berdasarkan Kecamatan di Kota Medan
No Nama Kecamatan Nama BMT
1 Medan Area
4 Medan Peijuangan
BMT Bina Mitra Mandiri BMT Zam Zam BMT Putri Batuah
5 Medan Johor BMT El-Sabil
BMT Deli Mas
6 Medan Polonia BMT UB Amanah Syariah
7 Medan Maimun BMT El-Ikla
9 Medan Selayang BMT Ar-Roudah
BMT Al-Kautsar
10 Medan Helvetia BMTHarapan Mandiri
11 Medan Barat BMT P3TM Pulo Brayan
12 Medan Kota BMT Al-Amelina
Sumber : Data Pinbuk 2014 yang Telah Diolah
4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan 4.2.1 Profil Responden
Responden penelitian ini berjumlah 80 orang. Responden merupakan
nasabah BMT di Kota Medan. Penulis memperoleh profil responden dengan
mendatangi kantor BMT terpilih dalam penelitian ini yang ada di Kota Medan.
Nasabah yang menjadi responden diberikan beberapa pertanyaan dalam bentuk
kuesioner dimana jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut akan
disajikan dalam bentuk tabulasi silang (crosstab),tabel, frekuensi, dan grafik.
4.2.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Perbandingan jenis kelamin nasabah dapat dilihat dari hasil kuesioner
yang telah disebar. Perbandingan jenis kelamin ini dapat digunakan untuk
mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman nasabah terhadap produk-produk
BMT. Dari jumlah responden yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian
yaitu sebanyak 80 orang, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.2
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-Laki 36 45
Perempuan 44 55
Total 80 98,8
Sumber : Data Primer (2014)
Berdasarkan Tabel 4.2 dijelaskan bahwa dari hasil penelitian yang
dilakukan terhadap 80 orang responden dapat diketahui bahwa jumlah nasabah
perempuan lebih banyak dari pada jumlah nasabah laki-laki. Dilihat dari
frekuensi dan persentasenya maka jumlah nasabah perempuan sebanyak 44
Sedangkan untuk nasabah laki-laki beijumlah 36 orang dengan tingkat
persentase sebesar 45% dari total jumlah responden yang ada. Data ini
menunjukkan bahwa rasio nasabah
4.2.3. Data Responden Berdasarkan Kelompok Usia
Latar belakang nasabah dalam menggunakan produk BMT pasti berbeda-
beda. Salah satu faktor yang melatarbelakanginya dapat dilihat dari kelompok
usia responden. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui data responden
berdasarkan kelompok usia, yang akan dijelaskan tabel berikut:
Tabel 4.3
Data Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase (%)
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dijelaskan dari hasil penelitian yang
dilakukan terhadap 80 orang responden dapat diketahui bahwa jumlah nasabah
dengan kelompok umur < 20 tahun sebanyak 10 orang (12,5%), kelompok umur
21-30 tahun sebanyak 40 orang (50%), kelompok usia 31-40 tahun 30%, dan
kelompok umur > 40 tahun sebanyak 6 orang (7,5%). Dari tabel 4.3 mayoritas
responden berumur 21-30 tahun yaitu sebanyak 40 orang dan yang lainnya
berada pada setiap kelompok umur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden adalah nasabah pada usia produktif dan semua kelompok
4.2.4. Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan
Pekerjaan dan tingkat pendidikan merupakan hal yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan yang baik manusia akan mampu
meningkatkan kesejahteraan hidup baik dari segi pekerjaaan dan pendapatannya.
Dalam penelitian ini penulis menggabungkan data responden antara pekerjaan
dengan tingkat pendidikan yang akan dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan
Pekerjaan Keterangan
Berdasarkan Tabel 4.4 antara pekerjaan dan tingkat pendidikan, dapat
diketahui bahwa tingkat pendidikan nasabah didominasi oleh tingkat pendidikan
sarjana (S1,S2) yang berjumlah 45 orang atau 56,3% dan pekerjaan sebagai
pegawai swasta yang berjumlah 39 orang atau 48,8%. Kemudian tingkat SMA
dengan jumlah sebanyak 21 orang (26,3%) mayoritas pekerjaan adalah wiraswasta
yang berjumlah 10 orang (12,5%). Untuk tingkat Diploma (D1,D2,D3) sebanyak