SKRIPSI
ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG BMT (Baitul
Maal Wat Tamwil) DI KOTA MEDAN
OLEH
YOGA HADRY PRATAMA
080501018
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
Nama : Yoga Hadry Pratama
PERSETUJUAN PENCETAKAN
NIM : 080501018
Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah
Judul : Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Baitul Maal Wat Tamwil di Kota Medan
Tanggal:……….. Ketua Program Studi,
NIP. 19710503 200312 1 003 Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph,D
Tanggal:……….. Ketua Departemen,
NIP. 19730408 199802 1 001
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
Nama : Yoga Hadry Pratama
PERSETUJUAN PERCETAKAN
NIM : 080501018
Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah
Judul : Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Baitul Maal Wat Tamwil di Kota Medan
Tanggal:……….. Dosen Pembimbing,
NIP. 19730325 200801 2 007
Ilyda Sudardjat, S.Si, M.Si
Tanggal:……….. Dosen Pembaca,
NIP. 19710503 200312 1 003
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang bejudul “Analisis Persepsi Masyarakat
Tentang BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) di Kota Medan” adalah benar hasil
karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan
beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari lembaga dan yang saya
kutip dari karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditentukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Juni 2014
080501018
ABSTRAK
Penelitian ini berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan Baitul Maal Wattamwil (BMT).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat keberadaan Baitul Maal Wattamwil (BMT) dan mengetahui perkembangan Baitul Mal Wattamwil (BMT) di kota Medan, serta mengetahui besarnya ketertarikan masyarakat untuk menjadi nasabah Baitul Mal Wattamwil (BMT).
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari wawancara secara langsung dan data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Pada penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah dengan metode analisis deskriptif, penulis menggunakan program komputer SPSS versi 17.0 untuk pengolahan data. Data-data penelitian yang dihimpun hasilnya dan dikelompokkan/diklasifikasikan dalam bentuk tabel dan bentuk gambar (diagram).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan kemudahan dalam bertransaksi dan mendapatkan informasi menjadi faktor utama nasabah memilih Baitul Mal Wattamwil (BMT) dan faktor yang kedua adalah produk-produknya tidak bertentangan dengan agama. Selain itu produk pembiayaan mudharabah menjadi produk yang banyak dipilih nasabah karena kebanyakan nasabah berasal dari kalangan wirausaha dan ibu rumah tangga.
Masalah yang dihadapi oleh nasabah adalah kecilnya nilai pinjaman yang diberikan serta hanya yang punya usaha saja yang diberikan pinjaman oleh Baitul Mal Wattamwil (BMT). Selain Terlepas dari masalah yang dihadapi oleh para nasabah terkait produknya, para nasabah juga memperoleh manfaat adanya Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) di Kota Medan, yaitu usaha mereka dapat terbantu, mendapatkan modal tambahan, dan dapat membeli barang yang mereka butuhkan dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan nasabah itu sendiri.
ABSTRACT
This research deals with the public perception of the existence of Baitul Maal Wattamwil (BMT). This study aims to determine the benefits of the existence of Baitul Maal Wattamwil (BMT), to know the development of the Baitul Mal Wattamwil (BMT) in Medan, and to determine the public interest to be customer of Baitul Mal Wattamwil (BMT).
The data which is used in this study is primary data that obtained from direct interviews and collected data by using a questionnaire. In this study, the method of analysis used is method of descriptive analysis, the author uses the computer program SPSS version 17.0 for data processing. Data were collected and the results are grouped in the form of tables and forms a diagram.
The results showed that the reason for the ease in transaction and obtain customer information as a major factor in choosing the Baitul Mal Wattamwil (BMT) and the second factor is that its products are not opposed to religion. Addition of mudharabah financing products which is chosen by some customers because most customers come from entrepreneurs and housewives.
The problem faced by the customer is the small of value loans as well as the only business that has been lent by the Baitul Mal Wattamwil (BMT). Besides Regardless of the problems faced by the customers related products, customers also benefit from the presence of Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) in Medan, in example they can be helped business, additional capital, and can buy the goods they need with the terms that does not burden the customer itself.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkah dan izin-Nya, saya
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat berserta salam untuk Nabi Muhammad
SAW yang telah memberi inspirasi kepada kita umatnya untuk selalu mencari
ilmu dan mengamalkannya dengan baik. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan
dari berbagai pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Teristimewa untuk kedua orang tua saya, Ayahanda Riady Dharma dan Ibunda
Syafrida yang telah memberi dukungan dan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs.
Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis, S.E, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan
selaku dosen penasihat akademi dan Bapak Paidi Hidayat, S.E, M.Si selaku
Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Ilyda Sudardjat, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara yang telah membagi ilmu pengetahuan yang pasti akan bermanfaat bagi
saya.
7. Seluruh Pegawai dan Staf Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu saya
8. Rekan-rekan mahasiswa stambuk 2008 program Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, sangat baik jika ada kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan
skripsi ini. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Medan, Juni 2014
080501018
3.7. Jenis Data ... 38
4.2.2. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47
4.2.3. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 48 4.2.4. Data Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 49
4.2.5. Data Responden Berdasarkan Pendapatan ... 50
4.2.6. Data Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah Baitul Mal Wattamwil (BMT) ... 51
4.2.7. Alasan Responden Memilih Baitul Mal Wattamwil 52 4.2.8. Produk Yang Telah Diketahui Nasabah ... 54
4.2.9. Tanggapan Responden Terhadap Lokasi Baitul Mal Wattamwil (BMT) Di Kota Medan .. 56
4.2.10. Masalah Yang Dihadapi Selama Menjadi Nasabah Baitul Mal Wattamwil (BMT) ... 58
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
3.1. Tabel Tempat Penelitian ... 33
4.1. Profil Responden Menurut Jenis Kelamin ... 47
4.2. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 48
4.3. Data Responden Berdasarkan Latar Belakang Pekerjaan ... 49
4.4. Data Responden Berdsarkan Pendapatan ... 51
4.5. Data Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah ... 52
4.6. Alasan Responden memilih Baitul Mal Wattamwil (BMT) .. 53
4.7. Produk Baitul Mal Wattamwil Yang Diketahui Masyarakat . 55 4.8. Tanggapan Responden Terhadap Lokasi Baitul Mal Wattamwil di Kota Medan ... 57
4.9. Tanggapan Responden Terhadap Masalah Yang Dihadapi Selama Menjadi Nasabah Baitul Mal Wattamwil (BMT) ... 59
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN 4.1. Alasan Memilih BMT ... 54 4.2. Produk Baitul Mal Wattamwil (BMT) Yang Diketahui
Masyarakat ... 56 4.3. Tanggapan Responden Terhadap Lokasi Baitul Mal
Wattamwil Di Medan ... 58 4.4. Tanggapan Responden Terhadap Masalah Yang Dihadapi
Selama Menjadi Baitul Mal Wattamwil (BMT) ... 60 4.5. Tanggapan Responden Terhadap Manfaat Yang diperoleh
ABSTRAK
Penelitian ini berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan Baitul Maal Wattamwil (BMT).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat keberadaan Baitul Maal Wattamwil (BMT) dan mengetahui perkembangan Baitul Mal Wattamwil (BMT) di kota Medan, serta mengetahui besarnya ketertarikan masyarakat untuk menjadi nasabah Baitul Mal Wattamwil (BMT).
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari wawancara secara langsung dan data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Pada penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah dengan metode analisis deskriptif, penulis menggunakan program komputer SPSS versi 17.0 untuk pengolahan data. Data-data penelitian yang dihimpun hasilnya dan dikelompokkan/diklasifikasikan dalam bentuk tabel dan bentuk gambar (diagram).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan kemudahan dalam bertransaksi dan mendapatkan informasi menjadi faktor utama nasabah memilih Baitul Mal Wattamwil (BMT) dan faktor yang kedua adalah produk-produknya tidak bertentangan dengan agama. Selain itu produk pembiayaan mudharabah menjadi produk yang banyak dipilih nasabah karena kebanyakan nasabah berasal dari kalangan wirausaha dan ibu rumah tangga.
Masalah yang dihadapi oleh nasabah adalah kecilnya nilai pinjaman yang diberikan serta hanya yang punya usaha saja yang diberikan pinjaman oleh Baitul Mal Wattamwil (BMT). Selain Terlepas dari masalah yang dihadapi oleh para nasabah terkait produknya, para nasabah juga memperoleh manfaat adanya Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) di Kota Medan, yaitu usaha mereka dapat terbantu, mendapatkan modal tambahan, dan dapat membeli barang yang mereka butuhkan dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan nasabah itu sendiri.
ABSTRACT
This research deals with the public perception of the existence of Baitul Maal Wattamwil (BMT). This study aims to determine the benefits of the existence of Baitul Maal Wattamwil (BMT), to know the development of the Baitul Mal Wattamwil (BMT) in Medan, and to determine the public interest to be customer of Baitul Mal Wattamwil (BMT).
The data which is used in this study is primary data that obtained from direct interviews and collected data by using a questionnaire. In this study, the method of analysis used is method of descriptive analysis, the author uses the computer program SPSS version 17.0 for data processing. Data were collected and the results are grouped in the form of tables and forms a diagram.
The results showed that the reason for the ease in transaction and obtain customer information as a major factor in choosing the Baitul Mal Wattamwil (BMT) and the second factor is that its products are not opposed to religion. Addition of mudharabah financing products which is chosen by some customers because most customers come from entrepreneurs and housewives.
The problem faced by the customer is the small of value loans as well as the only business that has been lent by the Baitul Mal Wattamwil (BMT). Besides Regardless of the problems faced by the customers related products, customers also benefit from the presence of Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) in Medan, in example they can be helped business, additional capital, and can buy the goods they need with the terms that does not burden the customer itself.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sektor yang berperan vital bagi pertumbuhan ekonomi suatu
negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian
bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang atau kredit bagi
masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu, bank juga dikenal sebagai
tempat untuk menukar uang, atau menerima segala macam bentuk pembayaran
dan setoran (Kashmir, 2004:23). Di Indonesia terdapat dua jenis bank yang
melakukan aktivitas dalam lingkup yang berbeda, yaitu bank konvensional
dengan konsep bunga dan bank syariah (Bank Islam) dengan konsep bebas
bunga serta bagi hasil. Bagi bank yang berdasarkan pada prinsip syariah tidak
dikenal bunga dalam memberikan jasa simpanan maupun pinjaman. Di bank ini
jasa bank yang diberikan disesuaikan dengan hukum Islam. Prinsip pembiayaan
syariah yang diterapkan oleh bank syariah adalah pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan
modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah) atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni
tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa aqtina) (Kashmir,
Di Indonesia pelaksanaan sistem ekonomi Islam sudah dimulai sejak tahun
1992 dan semakin marak dengan bertambahnya jumlah lembaga keuangan Islam
baik bank maupun non bank. Dikenal dua jenis lembaga keuangan syari`ah bank
yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank Perkreditan Rakyat Syari`ah
(BPRS). Sedangkan lembaga keuangan syari`ah non bank diwujudkan dalam
bentuk Asuransi Takaful (AT), Baitul Maal wat Tamwil (BMT), Unit Simpan
Pinjam Syari`ah (USPS) dan Koperasi Pesantren (Kopontren) di berbagai wilayah
di Indonesia.
BMT termasuk pada kategori lembaga keuangan mikro non bank yang
bersifat informal, disebut informal karena keberadaan BMT tidak memerlukan
legitimasi formal karena keberadaan BMT tidak memerlukan legitimasi formal
dari pemerintah / instansi terkait. Kinerja baitul maal wat tamwil hampir sama
dengan koperasi dimana di dalamnya terdapat pula berbagai produk baik untuk
pengumpulan dana maupun penyaluran dana. Untuk operasionalnya sendiri
hampir sama dengan operasional bank Syariah yaitu dengan penerapan sistem
bagi hasil.
Dengan semakin bertambahnya jaman, sudah banyak lembaga keuangan
baru berbentuk BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) bermunculan yang berbasis
Syariah serta kemunculan sebagai organisasi yang relatif baru. BMT (Baitul Maal
Wat Tamwil) merupakan lembaga swadaya masyarakat, yang didirikan dan
dikembangkan oleh masyarakat. BMT didirikan dengan menggunakan modal
Pendirian dari BMT bukan hanya dari masyarakat yang bertempat tinggal di
lokasi berdirinya BMT tetapi mendapatkan bantuan dari luar.
Fungsi dasar dari lembaga keuangan syariah yaitu sebagai lembaga
perantara atau intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang
kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dana. Bank syariah sebagai
salah satu jenis lembaga keuangan syariah pada kenyataannya masih belum
mampu menjangkau Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Padahal
lapisan inilah penyedia lapangan kerja terbesar di Indonesia. Kenyataan di
lapangan membuktikan bahwa layanan pembiayaan dengan menggunakan
pendekatan perbankan sulit dilakukan dan tidak menjangkau UMKM dikarenakan
adanya faktor yang membatasi hubungan UMKM dengan perbankan, yaitu
masalah agunan dan formalitas (Suhendi, 2004). Namun demikian saat ini telah
ada lembaga keuangan syariah yang berpihak pada pengusaha mikro yaitu Baitul
Mal Wat Tamwil (BMT).
Menurut Ridwan (2004), BMT merupakan sebuah lembaga yang tidak saja
berorientasi bisnis tetapi juga sosial, dan juga lembaga yang tidak melakukan
pemusatan kekayaan pada sebagian kecil orang tetapi lembaga yang kekayaannya
terdistri Bina Ummat Sejahterai secara merata dan adil. BMT juga merupakan
lembaga keuangan syariah yang jumlahnya paling banyak dibandingkan
lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya. Menurut Aziz (2004), pada tahun 2001 jumlah
BMT yang terdaftar sebanyak 2938 sedangkan Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha
PINBUK merupakan lembaga yang mempelopori berdirinya ribuan
BMT. Selama ini, perkembangan BMT di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
peran Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) dalam mendorong pendirian
BMT-BMT di Indonesia. PINBUK merupakan salah satu lembaga swadaya
masyarakat yang memiliki kepedulian untuk mengembangkan usaha kecil dan
menengah di Indonesia.
Bank Indonesia tahun 2008 merilis kredit UMKM (Mikro Kecil dan
Menengah) sendiri tetap mengalami pertumbuhan, kendati tren pertumbuhannya
hampir sejajar dengan non MKM, akan tetapi terdapat konsistensi yang
diharapkan dapat menjadi pijakan untuk ditingkatkan, data BI menunjukkan
bahwa kredit Usaha Kecil menyumbang peningkatan yang lebih besar daripada
usaha besar, dan perkembangan paling kecil disumbang oleh usaha mikro. Namun
sayang, perkembangan tersebut lebih banyak disumbang oleh penggunaan yang
bersifat konsumtif, terlihat dari data berdasar jenis penggunaan, pada akhir
Triwulan III 2008, sebesar Rp334,1 triliun (51,6%) dari kredit MKM merupakan
kredit konsumsi, selebihnya sebesar Rp256,2 triliun (39,6%) digunakan sebagai
kredit modal kerja dan Rp56,7 triliun (8,8%) sebagai kredit investasi.
Berdasarkan data BMT Center, total pembiayaan yang dilakukan
BMT-BMT anggota meningkat sebesar 81% pada 2008 atau sebesar Rp 792,5 miliar,
tumbuh dari Rp 436,7 miliar pada 2007. Berdasarkan jenis penggunaan, 65%
pembiayaan terserap sebagai modal kerja, 12% investasi, sisanya konsumtif. BMT
tumbuh sekaligus menunjukkan bahwa secara umum pengaruh krisis global
terhadap usaha mikro belum kelihatan. Perkembangan BMT ini didasari pada
kenyataan bahwa keberadaan perbankan syari`ah masih berpusat di masyarakat
perkotaan dan lebih melayani pada usaha-usaha golongan menengah keatas.
Sementara kebanyakan pelaku usaha mikro dan kecil (UKM) berada dipinggiran
kota dan desa. Mereka umumnya memiliki jenis usaha yang relatif kecil dan
terbatas sehingga mengalami kesulitan akses modal. Karena itulah dikembangkan
lembaga-lembaga keuangan syari`ah mikro yang dapat berinteraksi dengan
masyarakat di desa dengan kemudahan memberikan pembiayaan usaha-usaha
kecil seperti BMT.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Baitul Maal Wat
Tamwil di Kota Medan”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang dapat diambil
sebagai dasar dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap keberadaan Baitul Maal Wat
Tamwil?
2. Bagaimana perkembangan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)?
3. Bagaimana manfaat Baitul Mal wat Tamwil (BMT) bagi masyarakat
4. Bagaimana ketertarikan masyarakat untuk menjadi nasabah Baitul Mal
Wat Tamwil (BMT)?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan Baitul Maal
Wat Tamwil (BMT).
2. Untuk mengetahui perkembangan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) di kota
Medan.
3. Untuk mengetahui manfaat Baitul Mal wat Tamwil (BMT) bagi
masyarakat umum.
4. Untuk mengetahui ketertarikan masyarakat untuk menjadi nasabah Baitul
Mal Wat Tamwil (BMT).
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau instansi-instansi
terkait seperti Badan Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah (BAZIS),
Departemen Agama, Lembaga Amil Zakat (LAZ), Badan Kenaziran
Mesjid (BKM), Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, dan lainnya.
2. Sebagai sarana belajar dan masukan bagi penulis salam mengaplikasikan
3. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa fakultas ekonomi
terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian Persepsi
Menurut kamus Bahasa Indonesia (2001), persepsi adalah tanggapan,
penerimaan langsung dari suatu serapan, atau merupakan proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi merupakan hal yang
mempengaruhi sikap, dan sikap akan menentukan perilaku. Dengan kata lain
dapat disimpulkan bahwa persepsi akan mempengaruhi perilaku seseorang atau
perilaku merupakan cermin persepsi yang dimilikinya.
Feming dan Levie dalam Mahmudah (2006) menyatakan bahwa persepsi
adalah suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang menerima
atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Persepsi bersifat:
1. Relatif, tidak absolut, tergantung pada pengalaman sebelumnya.
2. Selektif, tergantung pada pengalaman, minat, kebutuhan, dan kemampuan
untuk mengadakan persepsi, dan
3. Teratur, sesuatu yang tidak teratur akan sukar untuk dipersepsikan
Persepsi didefinisikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari
sesuatu atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca
inderanya. Menurut Gibson et al. Dalam Mahmudah (2006), persepsi merupakan
proses mental dan kognitif yang memungkinkan individu Menafsirkan dan
memahami informasi tentang lingkungan, baik untuk penglihatan, pendengaran,
Menurut Pearson dalam Sutyastuti (2003), perbedaan persepsi disebabkan
oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Faktor fisiologis yang mencakup gender, panca indera dan lain
sebagainya.
2. Pengalaman dan peranan, yaitu apa yang dialami pada masa lalu dan
peranan individu yang diajak diskusi.
3. Budaya yang merupakan sistem kepercayaan, nilai, kebiasaan, dan
perilaku yang digunakan dalam masyarakat tertentu.
4. Perasaan dan keadaan misalnya sugesti tertentu dalam suatu hal.
2.1.1 Jenis-jenis Persepsi
Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh
indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis.
1. Persepsi Visual
Persepsi visual didapatkan dari penglihatan. Penglihatan adalah
kemampuan untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari
indra. Alat tubuh yang digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak
binatang yang indra penglihatannya tidak terlalu tajam dan menggunakan
indra lain untuk mengenali lingkungannya, misalnya pendengaran untuk
kelelawar. Manusia yang daya penglihatannya menurun dapat
menggunakan alat bantu atau menjalani operasi lasik untuk memperbaiki
Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan
mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual
merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus
persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks
sehari-hari.
2. Persepsi Auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia
dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem
pendengaran yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf, dan otak. Tidak semua
suara dapat dikenali oleh semua binatang. Beberapa spesies dapat
mengenali amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia dapat mendengar
dari 20 Hz sampai 20.000 Hz. Bila dipaksa mendengar frekuensi yang
terlalu tinggi terus menerus, sistem pendengaran dapat menjadi rusak.
3. Persepsi Perabaan
Persepsi perabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit. Kulit dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu bagian epidermis, dermis, dan subkutis. Kulit
berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang;
sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka
terhadap berbagai rangsangan; sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu
tubuh. Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi
menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya
berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang
sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis.
4. Persepsi Penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu
hidung. Penciuman, penghiduan, atau olfaksi, adalah penangkapan atau
perasaan bau. Perasaan ini dimediasi oleh sel sensor tespesialisasi pada
rongga hidung vertebrata, dan dengan analogi, sel sensor pada antena
invertebrata. Untuk hewan penghirup udara, sistem olfaktori mendeteksi
zat kimia asiri atau, pada kasus sistem olfaktori aksesori, fase cair.Pada
organisme yang hidup di air, seperti ikan atau krustasea, zat kimia
terkandung pada medium air di sekitarnya. Penciuman, seperti halnya
pengecapan, adalah suatu bentuk kemosensor.
5. Persepsi Pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu
lidah. Pengecapan atau gustasi adalah suatu bentuk kemoreseptor langsung
dan merupakan satu dari lima indra tradisional. Indra ini merujuk pada
kemampuan mendeteksi rasa suatu zat seperti makanan atau racun. Pada
manusia dan banyak hewan vertebrata lain, indra pengecapan terkait
dengan indra penciuman pada persepsi otak terhadap rasa.
Belakangan, ahli-ahli psikofisik dan neurosains mengusulkan untuk
menambahkan kategori lain, terutama rasa gurih (umami) dan asam
lemak.Pengecapan adalah fungsi sensoris sistem saraf pusat. Sel reseptor
pengecapan pada manusia ditemukan pada permukaan lidah, langit-langit
lunak, serta epitelium faring dan epiglotis.
2.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Seseorang belum tentu mempunyai persepsi yang sama tentang suatu
objek yang sama. Perbedaan ini ditentukan bukan hanya pada stimulusnya sendiri,
tetapi juga pada latar belakang keadaan stimulus itu (Mahmud 1990:41). Latar
belakang yang dimaksud mencakup pengalaman-pengalaman sensoris, perasaan
saat terjadinya suatu peristiwa, prasangka, keinginan, sikap, dan tujuan.
Arikunto dalam Ali (2004:19), menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi
faktor-faktor yaitu :
1. Ciri khas objek stimulus yang memberikan nilai bagi orang yang
mempersiapkannya dan seberapa jauh objek tertentu dapat menyenangkan
bagi seseorang.
2. Faktor-faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas individu, seperti taraf
kecerdasan, minat, emosional dan lain sebagainya.
3. Faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain di lingkungannya
dapat memberikan arah kesuatu tingkah laku.
Sedangkan menurut Walgito (2002:70), faktor-faktor yang berperan dalam
persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu :
1. Objek yang dipersiapkan
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersiapkannya tetapi
juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung
mengenai syaraf yang bekerja sebagai reseptor.
2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus di
samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan
stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai
pusat kesadaran
3. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka
mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari
seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan
objek.
1. Faktor Internal
faktor internal yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang
berasal dalam diri individu (Niven N, 2002). Diantara faktor internal tersebut
adalah:
a. Pengalaman
Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani,
dirasai,
ditanggung) ( KBBI, 2005). Pengalaman merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia sehari – harinya. Pengalaman juga
sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat diberikan
kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta
pembelajaran manusia.
b. Motif
Dijelaskan bahwa motif menunjukan suatu dorongan yang timbul dari
dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak
melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah ” pendorongan” suatu
usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia
tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai
hasil atau tujuan tertentu. (Purwanto, 2002: 71).
c. Minat
Menurut Joko Sudarsono (2003:8) “Minat merupakan bentuk sikap
ketertarikan atau sepenuhnya terlibat dengan suatu kegiatan karena
d. Harapan
Menurut Ristiyanti Prasetijo (2005 : 78) mengungkapkan bahwa harapan
adalah dibentuk dari pengalaman sebelumnya, dari informasi yang dia
peroleh melalui media massa dan dari kenalannya, atau juga dari apa yang
dilihat, didengar dan diraba saat itu.
e. Sikap
Azwar S. (2000 : 6) menyatakan sikap adalah merupakan reaksi atau
respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap dapat menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek. Sikap juga dapat
f. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana
penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan persepsi yang terjadi karena adanya
rangsang yang datang dari luar individu yang meliputi:
a. Kondisi Stimulus
2.2. Ruang Lingkup Baitul Mal Wattamwil 2.2.1 Pengertian Baitul Mal Wattamwil (BMT)
Baitul Maal Wattamwil (BMT) merupakan suatu lembaga yang terdiri dari
dua istilah, yaitu baitulmaal dan baitul tamwil. Baitul Maal terdiri dari kata bait
yang berarti rumah sedangkan maal berasal dari kata mall yang artinya harta,
jadi baitul maal artinya rumah harta. Baitul maal lebih mengarah kepada
usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti: zakat, infaq,
dan sedekah serta mengoptimalkan pendistribusiannya sesuai dengan peraturan
dan amanah. Sedangkan baittul tamwiil secara etimologi berasal dari kata baitun
dan mawala, tetapi jamaknya tamwil yang artinya berputar atau produktif
sehingga dana yang ada dapat disimpan untuk dibiayakan atau diputar melalui
usaha agar produktif. Dengan kata lain baittul tamwil adalah usaha yang
melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain
mendorong kegiatan menabung dan menunjang kegiatan ekonomi. Lembaga ini
didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak
terjangkau oleh pelayanan bank Islam atau BPRS. BMT memiliki pangsa pasar
tersendiri, yaitu masyarakat kecil yang mengalami hambatan psikologis bila
berhubungan dengan pihak bank.
Kegiatan utama BMT antara lain adalah menyumbangkan usaha-usaha
produktif dan investasi-investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi
pengusaha kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang
menerima titipan BAZIS dari dana zakat, infaq, dan sedekah dan menjalankan
sesuai dengan peraturan serta amanahnya sehingga fungsi BMT tidak hanya profit
oriented, tetapi juga social oriented.
2.2.2 Kedudukan dan Status Baitul Maal Wattamwil (BMT)
Sama halnya dengan lembaga-lembaga ekonomi lainnya, kedudukan dan
status BMT merupakan lembaga keuangan yang memiliki badan hukum. Tiga
landasan pokok pendirian BMT (Solehudin dalam Endang, 2012) yakni:
1. Filosofis
Gagasan pendirian BMT didasarkan kepada kepentingan menjabarkan
prinsip-prinsip ekonomi Islam (fiqh al-muamalah) dalam praktek.
Prinsip-prinsip ekonomi Islam sejenis tauhid, keadilan, persamaan, kebebasan,
tolong-menolong, dan toleransi menjadi kerangka filosofis bagi pendirian
BMT di Indonesia. Selain itu, azas-azas muamalah seperti kekeluargaan,
gotong-royong, mengambil manfaat dan menjauhi mudharat serta
kepedulian terhadap golongan ekonomi lemah menjadi dasar utama bagi
kepentingan mendirikan BMT di Indonesia.
2. Sosiologis
Pendirian BMT di Indonesia lebih didasarkan kepada adanya tuntutan dan
dukungan dari umat Islam bagi adanya lembaga keuangan berdasarkan
syariah. Seperti diketahui, umat Islam merupakan mayoritas penduduk
gilirannya, ide pembentukan BMT semakin mencuat ke permukaan di
awal tahun 1990-an (Antonio, 2001: 25).
3. Yuridis
Pendirian BMT di Indonesia diilhami oleh keluarnya kebijakan pemerintah
berdasarkan UU No. 7 / 1992 dan PP No. 72 / 1992 tentang Perbankan.
Ketika bank-bank syariah banyak didirikan diberbagai wilayah, pada saat
bersamaan BMT-BMT pun tumbuh subur mengikuti kebijakan pemerintah
tersebut.
BMT berasaskan Pancasila dan UUD 45 serta berlandaskan prinsip syariah
Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah), kekeluargaan / koperasi, kebersamaan,
kemandirian dan profesionalisme. Dengan demikian keberadaan BMT menjadi
organisasi yang sah dan legal. Sebagi lembaga keuangan syariah, BMT harus
berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah. Keimanan menjadi landasan atas
keyakinan untuk mau tumbuh dan berkembang. Keterpaduan mengisyaratkan
adanya harapan untuk mencapai sukses di dunia dan di akhirat juga keterpaduan
antara sisi maal dan tamwil (sosial dan bisnis). Kekeluargaan dan kebersamaan
berarti upaya untuk mencapai kesuksesan tersebut diraih secara bersama.
Kemandirian berarti BMT tidak dapat hidup hanya dengan bergantung pada
uluran tangan pemerintah, tetapi harus berkembang dari meningkatnya partisipasi
2.2.3 Karakteristik Baitul Maal Wattamwil (BMT)
Sebagai lembaga usaha yang mandiri, BMT memiliki karakteristik
(Suhendi, 2004: 29-30) sebagai berikut:
1. Berorientasi bisnis, yakni memiliki tujuan mencari laba bersama dan
meningkatkan pemanfaatan segala potensi ekonomi yang
sebanyak-banyaknya bagi para anggotra dan lingkungannya.
2. Bukan merupakan lembaga sosial, tetapi dapat dimanfaatkan untuk
mengelola dana sosial umat seperti zakat, infaq, sedekah, hibah, dan
wakaf.
3. Lembaga ekonomi umat yang dibangun dari bawah secara swadaya yang
melibatkan peran serta masyarakat disekitarnya.
4. Lembaga ekonomi milik bersama antara kalangan masyarakat bawah dan
kecil serta bukan milik perorangan atau kelompok tertentu diluar
masyarakat sekitar BMT.
5. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif dan dinamis, berpandangan
positif, dan produktif dalam menarik dan mengelola dana masyarakat.
6. Kantor BMT dibuka pada waktu tertentu dan ditunggui oleh sejumlah staf
dan karyawan untuk memberikan pelayanan kepada nasabah. Sebagian
lainnya terjun langsung ke lapangan mencari nasabah, menarik, dan
menyalurkan dana kepada nasabah, menyetor dana ke kas BMT,
memonitor, dan melakukan supervisi.
7. BMT memiliki komitmen melakukan pertemuan dengan semua komponen
pendidikan, dan kegiatan sosial-ekonomi yang berimplikasi kepada
kegiatan produktif di bidang ekonomi.
8. Manajemen dan operasional BMT dilakukan menurut pendekatan
profesional dengan cara-cara Islami.
2.2.4 Fungsi dan Peran Baitul Maal Wattamwil (BMT) Adapun Fungsi BMT (Soemitra,2009:448)
1. Mengindentifikasi, memobilisasi, mengorganisir, mendorong, dan
mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota, kelompok
usaha anggota muamalat (Pokusma) dan daerah kerjanya,
2. Mempertinggi kualitas SDM anggota dan Pokusma menjadi lebih
profesional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh menghadapi
tantangan global,
3. Menggalang dan mengorganisir potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota,
4. Menjadi peranan keunagan antara gharim (yang berhutang) sebagai
shahibul maal dengan dhuafa sebagai mudharib, terutama untuk dana
sosial seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah dll.
5. Menjadi perantara keuangan antara pemilik dana baik sebagai pemodal
maupun penyimpan dengan pengguna dana untuk pengembangan usaha
produktif.
Adapun peranan BMT (Musfidin dalam Endang, 2012) antara lain adalah
1. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi yang bersifat non-syariah.
Aktif dalam melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti
penting sistem ekonomi islam. Hal ini biasa dilakukan dengan
pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi islami.
2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap
aktif menjalankan fungsi lembaga keuangan mikro, misalnya dengan
jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan terhadap
usaha-usaha nasabah.
3. Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat masih tergantung
pada rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi masyarakat dalam
memenuhi dana segera. Maka BMT harus mampu melayani masyarakat
lebih baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat, birokrasi yang
sederhana, dan lain sebagainya.
4. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata.
2.2.5 Visi dan Misi Baitul Maal Wattamwil (BMT)
Semakin banyaknya lembaga keuangan syariah bank dan non-bank, maka
semakin banyak masyarakat beralih memanfaatkan pelayanan jasa keuangan
syariah yang ditawarkan. Mereka menuntut suatu kepercayaan bahwa sistem bagi
hasil di lembaga keuangan syariah tidak akan membebani mereka dalam aspek
pengembalian kredit dan pembiayaan seperti di lembaga keuangan konvensional.
Dalam hal ini, BMT pun hendaknya mempertegas kembali visinya (Suhendi,
1. Mengusahakan pengelolaan modal yang berasal dari simpanan-simpanan
anggota dengan sistem syariah dan usaha lain yang tidak bertentangan
dengan misi BMT.
2. Memberikan pelayanan pembiayaan kepada para anggota untuk
tujuan-tujuan produktif dengan sistem pelayanan yang cepat, layak, dan tepat
sasaran.
3. Mengusahakan program pendidikan secara intensif dan teratur bagi
anggota untuk menambah pengetahuan dan keterampilan para
kewirausahaan anggota.
4. Melakukan program pembinaan keagamaan kepada para anggota BMT.
5. Usaha-usaha lain yang bermanfaat bagi anggota dan tidak bertentangan
dengan misi BMT.
Disamping mempertegas visinya, BMT pun hendaknya mempertegas pula
misinya yaitu:
1. Meningkatkan kesejahteraan dikalangan anggota pada khususnya dan
kemajuan ekonomi dilingkungan kerja pada umumnya.
2. Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggota
dengan prinsip syariah.
3. Mengembangkan sikap hemat dari kegiatan menyimpang.
4. Menumbuhkembangkan usuha-usaha yang produktif ditengah masyarakat
dan anggotanya di lingkungannya.
5. Memperkuat bargaining power, sikap amanah, dan jaringan komunikasi
2.2.6 Manfaat dan Tujuan Baitul Maal Wattamwil (BMT)
Sebagai lembaga pengelola dana masyarakat dalam skala kecil dan
menengah, BMT sesungguhnya menawarkan pelayanan jasa dalam bentuk kredit
dan pembiayaan kepada masyarakat. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari
pelayanan BMT (Suhendi, 2004: 41), antara lain:
1. Meraih keuntungan bagi hasil dan investasi dengan cara syariah.
2. Pengelolaan dana berdasarkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan akan
menjadikan setiap simpanan dan pinjaman di BMT aman baik secara
syari’i maupun ekonomi.
3. Komitmen kepada ekonomi kerakyatan, di mana BMT membuat setiap
transaksi keuangan, memperoeh kredit berikut pengelolaannya bermanfaat
bagi pengembangan ekonomi umat Islam.
4. BMT dan masyarakat dapat berperan membangun citra perekonomian
yang dikelola umat Islam.
5. Menggairahkan usaha-usaha kecil produktif dan membebaskan mereka
dari jeratan rentenir.
6. Partisipasi positif bagi kemajuan lembaga-lembaga keuangan dan
perbankan Islam termasuk di dalamnya BMT.
Jika dilihat dalam kerangka sistem ekonomi Islam, tujuan BMT (Suhendi,
2004: 33) adalah sebagai berikut:
1. Membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi umat dalam
2. Memberikan sumbangan aktif terhadap upaya pemberdayaan dan
peningkatan kesejahteraan umat.
3. Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggota
dengan prinsip syariah.
4. Mengembangkan sikap hemat dan mendorong kegiatan gemar menabung.
5. Menumbuhkembangkan usaha-usaha yang produktif dan sekaligus
memberikan bimbingan dan konsultasi bagi anggota di bidang usahanya.
6. Meningkatkan wawasan dan kesadaran umat tentang sistem dan pola
perekonomian Islam.
7. Membantu para pengusaha lemah untuk mendapatkan modal pinjaman.
8. Menjadi lembaga keuangan alternatif yang dapat menopang percepatan
pertumbuhan ekonomi nasional.
2.2.7 Prinsip Operasional Baitul Mal wa Tamwil (BMT)
a. Pertumbuhan
• Tumbuh dari masyarakat sendiri dengan dukungan tokoh
masyarakat, orang berada (aghnia) dan Kelompok Usaha
Muamalah (POKUSMA) yang ada didaerah tersebut.
• Modal awal (Rp 20-30 Juta) dikumpulkan dari para pendiri dan
POKUSMA dalam bentuk Simpanan Pokok dan Simpanan Pokok
Khusus.
• Landasan sebaran keanggotaan yang kuat sehingga BMT tidak
• BMT adalah lembaga bisnis, membuat keuntungan, tetapi juga
memiliki komitmen yang kuat untuk membela kaum yang lemah
dalam penanggulangan kemiskinan, BMT menggunakan dana
maal.
b. Profesional
• Pengelola profesional, bekerja penuh waktu, pendidikan S1
minimum D3, mendapat pelatihan pengelolaan BMT oleh
PINBUK selama 2 minggu, memiliki komitmen kerja, penuh
waktu, penuh hati, dan perasaanya untuk mengembangkan bisnis
dan lembaga BMT.
• Menjemput bola, aktif membaur dalam masyarakat.
• Pengelola profesional berlandaskan sifat-sifat amannah, siddiq,
tabligh, fattonah, sabar, dan istiqomah.
• Berlandaskan sistem dan prosedur: SOP dan Sistem Akuntansi
yang memadai.
• Bersedia mengikat kerjasama dengan PINBUK untuk menerima
dan membayar secara cicilan, jasa manajemen, dan teknologi
informasi.
• Pengurus mampu melakukan pengawasan yang efektif.
• Akuntabilitas dan transparansi dalam pelaporan.
c. Prinsip Islamiyah
• Rumusan penghargaan dan sanksi yang jelas dan penerapannya
yang tegas dan lugas.
• Berpihak pada yang lemah.
• Program pengajian/penguatan ruhiyah yang teratur dan
berkelanjutan sebagai program dari BMT.
2.3Produk-Produk Jasa Keuangan BMT
Sama halnya dengan lembaga keuangan syariah lainnya, BMT menawarkan berbagai jenis produk yang dikumpulkan dan disalurkan kembali
kepada masyarakat. Produk-produk BMT (Yusup dalam Endang, 2012) tersebut
mencakup atas:
2.3.1 Produk Pengumpulan Dana Masyarakat
Pelayanan jasa simpanan yang diselenggarakan oleh BMT merupakan
suatu bentuk simpanan yang terkait dan tidak terikat atas jangka waktu dan
syarat-syarat tertentu dalam penyertaan dan penarikannya. Berkenaan dengan hal
tersebut, maka jenis simpanan yang dapat ditawarkan oleh BMT relatif sangat
beragam sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan yang dimiliki simpanan
tersebut. Sedangkan transaksi yang mendasari bagi berlakunya simpanan BMT
adalah akad wadi’ah dan mudharabah.
a. Simpanan Wadi’ah adalah titipan dana ynag dilakukan setiap waktu dan
dapat ditarik pemilik atau nasabah dengan cara mengeluarkan semacam
Pihak-pihak penyimpan dana dapat menerima keuntungan bagi hasil yang
sesuai dengan jumlah dana yang diinvestasikan di BMT. Simpanan terbagi
dua yaitu wadi’ah dhomanah dan wadi’ah amanah.
b. Simpanan Mudharabah adalah simpanan para pemilik dana yang
penyetoran dan atau penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
c. Selain kedua jenis simpanan tersebut, BMT juga mengelola dana ibadah
seperti zakat, infaq, sedekah (ZIS) yang dalam hal ini BMT berfungsi
sebagai badan amil. Zakat adalah salah satu rukun Islam yang wajib
dipenuhi oleh setiap muslim.
2.3.2 Produk Penyaluran Dana
BMT bukan sekedar lembaga keuangan non-bank yang berfungsi sosial,
tetapi juga dapat menjadi lembaga bisnis yang berperan dalam meningkatkan dan
membangun sistem perekonomian umat. Sejalan dengan kedua fungsi tersebut,
maka kumpulan dana dari nasabah yang dikelola oleh BMT selanjutnya
disalurkan dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat (nasabah). Pinjaman yang
diberikan oleh BMT kepada masyarakat disebut kredit pembiayaan. Kredit
pembiayaan merupakan suatu fasilitas produk yang diberikan oleh BMT kepada
anggotanya untuk digunakan sebagai dana pendukung kegiatan usaha. Berbagai
bentuk pembiayaan yang ditawarkan oleh BMT kepada masyarakat bergantung
pembiayaan yang sudah umum dikembangkan oleh BMT maupun lembaga
keuangan syariah lainnya (Yusup dalam Endang, 2012) adalah:
a. Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil
Pembiayaan berakad jual-beli adalah suatu perjanjian pembiayaan yang
disepakati antara BMT dengan anggotanya, dimana BMT menyediakan
dana investasi atau berupa pembelian barang modal dan usaha anggotanya
yang kemudian proses pembayarannya dilakukan secara mencicil atau
angsuran. Jumlah kewajiban yang harus dibayarkan oleh pemnjam adalah
jumlah atas harga barang modal dan mark-up yang telah disepakati
bersama.
b. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan berakad jual-beli. Pembiayaan murabahah pada dasarnya
merupakan kesepakatan antara BMT dengan pemberi modal dan anggota
sebagai peminjam. Prinsip yang digunakan adalah sama seperti
pembiayaan BBA, tetapi proses pengembaliannya akan dibayarkan pada
saat jatuh tempo.
c. Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan dengan akad syirkah adalah suatu perjanjian pembiayaan
antara BMT dan anggota, di mana BMT menyediakan dana untuk
penyediaan modal kerja sedangkan peminjam berupaya mengelola dana
d. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan dengan akad syirkah adalah penyertaan BMT sebagai pemilik
modal dalam kegiatan usaha, di mana terjadinya kesepakatan untuk
menanggung resiko dan keuntungan yang berimbang sesuai dengan
penyertaan modal masing-masing.
e. Pembiayaan Qardhul Hasan
Pinjaman kebajikan yaitu suatu perjanjian antara BMT sebagai pemberi
pinjaman dengan nasabah sebagai penerima pinjaman, baik berupa uang
maupun barang tanpa persyaratan adanya tambahan atau biaya apa pun.
Peminjam (nasabah) berkewajiban mengembalikan uang atau barang yang
dipinjam, dengan jumlah yang sama dengan pokok pinjaman. BMT
sebagai pemberi pinjaman tidak diperbolehkan meminta peminjam untuk
membayar lebih dari jumlah pokok pinjaman, akan tetapi BMT dibenarkan
untuk menerima kelebihan pembayaran secara sukarela yang besarnya
tidak ditentukan sebelum akad, ini hukumnya sunnah. Tujuan utama
pembiayaan Qardhul Hasan adalah untuk menolong peminjam yang
berada dalam keadaan terdesak, baik untuk hal-hal yang bersifat konsumtif
maupun produktif. Peminjam dipilih secara selektif dan hati-hati terutama
kepada peminjam yang dinilai jujur dan mempunyai reputasi baik. Dana
Qardhul Hasan ini berasal dari dana zakat, infaq, dan sedekah yang
Dana Qardhul Hasan ini dapat bersumber dari bagian modal BMT,
keuntungan BMT yang disisihkan, atau dari lembaga lain atau individu
yang mempercayakan penyaluran infaknya kepada BMT. Dasar hukum
dari Qardhul Hasan adalah sebagai berikut:
1. Q.S. Al-Baqarah (2): 282, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu
bermuamalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara
tertulis…”
2. Q.S. Al-Hadid (57): 11, “Siapakah yang mau meminjamkan kepada
Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan
(balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala
yang banyak.”
3. HR. Muslim “Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitan
dunia, Allah akan melepaskan kesulitan di hari kiamat; dan Allah
senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong
saudaranya.”
Adapun ketentuan mengenai Qardhul Hasan telah diatur dalam fatwa
DSN No. 19/DSN-MUI/IX/2000. Dalam fatwa ini, ketentuan umum
Qardhul Hasan adalah sebagai berikut:
a. Qardhul Hasan adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah
(muqtaridh) yang memerlukan.
b. Nasabah Qardhul Hasan wajib mengembalikan jumlah pokok yang
diterima pada waktu yang telah disepakati bersama.
d. Bank dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang
perlu.
e. Nasabah Qardhul Hasan bisa memberikan tambahan (sumbangan)
dengan sukarela kepada bank selama tidak diperjanjikan dalam akad.
f. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh
kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan nasabah telah
memastikan ketidakmampuannya, maka dapat memperpanjang waktu
pengembalian, atau menghapus (write off) sebagian atau seluruh
kewajibannya.
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian pertama yaitu “Persepsi Masyarakat Propinsi Banten Terhadap
Perbankan Syariah” yang diteliti oleh Zulpahmi, Sumardi, dan Wardah Al
Farisiah Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi antara masyarakat
yang ada di Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten
Pandeglang. Sampel yang digunakan sebesar 1000 responden dengan cara
penyebaran kuesioner, namun hanya 857 kuesioner yang dapat diolah untuk
ditindaklanjuti. Hasilnya disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara
masyarakat di Banten yang terdiri dari tiga kota atau kabupaten yaitu kota
Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Pandeglang terhadap
Penelitian yang kedua diteliti oleh Dian Ariani (2007) yaitu “Persepsi
Masyarakat Umum Terhadap Bank Syariah Di Medan”. Data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu data primer melalui interview dan kuesioner. Total
sampel 100 responden dan menggunakan metode Non Probability Sampling.
Hasil dari pengolahan dengan menggunakan metode analisis regresi menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara variabel pendidikan,
usia dan pelayanan dengan persepsi masyarakat umum terhadap Bank Syariah di
Medan. Namun dari ketiga variable yang berkaitan tersebut, hanya variabel
pelayanan lah yang memberikan kontribusi paling besar terhadap persepsi bank
Syariah di Medan.
Penelitian yang ketiga yaitu “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Masyarakat (Nasabah) Melakukan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan” yang
diteliti oleh Endang Tri Astuty (2012). Penelitian ini mengambil sampel sebanyak
40 nasabah yang menerima pembiayaan Qardhul Hasan dari BMT Waashil
Medan, digunakan metode descriptive analyze dengan bantuan software SPSS
16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan kemudahan peminjaman
menjadi faktor utama nasabah memilih pembiayaan Qardhul Hasan dan faktor
utama yang kedua adalah tidak adanya jaminan dan bunga dalam peminjaman.
Dari ketiga penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat
memiliki persepsi yang positif terhadap lembaga keuangan syariah khususnya
Baitul Maal Wat Tamwill.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
secara faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau
populasi tertentu tanpa membuat prediksi atau mencari pemecahan atas masalah
yang ada dalam objek tersebut.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 4 (empat) BMT yang ada di kota Medan, yaitu:
Tabel 3.1
Tabel Tempat Penelitian
No NAMA BMT ALAMAT
1 BMT WAASHIL Jl. Gatot Subroto Sei Kambing Medan
2 BMT MES Jl. Gagak Hitam
3 BMT AR-RIDWAN Jl. Ayahanda – Gatot Subroto
4 BMT USWATUN HASANAH Jl. Williem Iskandar Gedung Baziz lantai II
3.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada persepsi masyarakat
Selain itu penelitian ini juga akan meneliti dampak dari pemahaman masyarakat
terhadap keberadaan Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) di Medan.
3.4 Defenisi Operasional
1. Persepsi adalah Tingkat pemahaman masyarakat terhadap suatu hal
tertentu.
2. Nasabah BMT Kota Medan adalah orang yang biasa berhubungan
dengan atau menjadi pelanggan dalam lembaga keuangan syariah
BMT di Kota Medan.
3. Masyarakat adalah Warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di
Kota Medan
4. Baitul Maal Wal Tamil adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya
berdasarkan hukum Islam.
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
nominal. Skala nominal merupakan skala pengukuran yang menyatakan kategori,
kelompok, atau klasifikasi konstruk yang diukur dalam bentuk variabel. Nilai
variabel dengan skala nominal hanya menjelaskan kategori, tidak menjelaskan
nilai peringkat, jarak, atau perbandingan.
3.6 Populasi dan Sampel
Populasi atau sering juga disebut universe adalah keseluruhan atau
Ciri-ciri populasi disebut parameter. Oleh karena itu, populasi juga sering
diartikan sebagai kumpulan objek penelitian dari mana data akan dijaring atau
dikumpulkan. Populasi dalam penelitian (penelitian komunikasi) bisa berupa
orang (individu, kelompok, organisasi, komunitas, atau masyarakat) maupun
benda, misalnya jumlah terbitan media massa, jumlah artikel dalam media massa,
jumlah rubrik, dan sebagainya (terutama jika penelitian kita menggunakan teknik
analisis isi (content analysis).
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel
sendiri secara harfiah berarti contoh). Alasan perlunya pengambilan sampel
adalah sebagai berikut :
1. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.
2. Lebih cepat dan lebih mudah.
3. Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam.
4. Dapat ditangani lebih teliti.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi berapa besar sampel yang harus
diambil, yaitu sebagai berikut.
1. Heterogenitas dari populasi
Semakin heterogen sebuah populasi semakin, jumlah sampel yang diambil
pun harus semakin besar sehingga seluruh karakteristik populasi dapat
terwakili
2. Jumlah variabel yang digunakan
Semakin banyak jumlah variabel yang ada, jumlah sampel yang diambil
hubungan (misalnya dengan chi-square test of independent yangn tidak
memungkinkan adanya sel dengan nilai yang diharapkaan < 1 yang dalam
perhitungannya dipengaruhi oleh besaran sampel)
3. Teknik penarikan sampel yang digunakan
Jika peneliti menggunakan teknik penarikan sampel acak sederhana,
otomatis jumlah sampel tidak terlalu berpengaruh dibandingkan dengan
penggunaan teknik penarikan acak terlapis. Semakin banyak lapisan maka
membutuhkan sampel yang lebih besar pula.
Pada penelitian ini telah ditetapkan populasi penelitian adalah seluruh
BMT yang berada di Kota Medan. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah
masyarakat (nasabah) BMT yang berada di Kota Medan.
3.6.1 Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ada dua teknik pengambilan sampel yang biasa
digunakan yaitu teknik pengambilan sampel probabilitas (probability sampling)
dan teknik pengambilan non probalilitas (non probability sampling). Sampel
probabilitas atau disebut juga sampel random (sampel acak) adalah sampel yang
pengambilannya berlandaskan pada prinsip teori peluang, yakni prinsip
memberikan peluang yang sama kepada seluruh unit populasi untuk dipilih
sebagai sampel, teknik probability sampling ini digunakan apabila factor
keterwakilan (representativeness) oleh sampel terhada populasi sangat dibutuhkan
dalam penelitian agar hasil penelitian dapat digeneralisasi secara lebih luas.
random sampling), sistematik, klaster (cluster ramdom sampling), bertingkat
(stratified random sampling). Sebaliknya, sampel non probabilitas atau sampel
non random (sampel tak acak) adalah sampel yang pengambilannya didasarkan
pada pertimbangan-pertimbangan tertentu (bisa pertimbangan penelitian maupun
pertimbangan peneliti), terdiri dari purposive (purposeful sampling), bola salju
(snowball sampling), dan kuota (quota sampling).
Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
teknik sampel acak sederhana (simple random sampling). Sampel acak sederhana
(simple random sampling) adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa
sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Peluang yang dimiliki oleh
setiap unit penelitian untuk dipilh sebagai sampel sebesar n/N, yakni ukuran
sampel yang dikehendaki dibagi dengan ukuran populasi.
Dari berbagai rumus yang ada, ada sebuah rumus yang dapat digunakan
untuk menentukan besaran sampel, yaitu Rumus Slovin:
� = �
1 +��2
n = Besaran Sampel
N = Besaran Populasi
E = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran
ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel)
Pada penelitian ini besarnya populasi adalah sebesar 37936 orang nasabah
yang tersebar di 53 BMT di Kota Medan. Dengan nilai kritis sebesar 10%, maka
� = �
1 +��2
� = 37936
1 + 37936 (0.1)2
� = 37936
380.36
� = 99.7
� = 100
Jadi sampel yang akan digunakan pada penelitian ini sebanyak 100 orang
nasabah (responden) Baitul Mal Wa Tamwil (BMT). Setelah menentukan besaran
sampel, maka harus memilih sampel.
Pada penelitian ini telah ditetapkan sampel penelitian adalah masyarakat
nasabah BMT yang berada di Kota Medan. Besarnya sampel adalah 100, maka
peneliti dapat memilih secara bebas sampel/responden dengan karateristik yang
telah ditentukan.
3.7 Jenis Data
Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer, yaitu data yang di peroleh dari hasil penyebaran kuisioner
secara langsung kepada masyarakat kota Medan
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti:
buku, literatur, media internet, serta bahan bacaan lainnya yang
berhubungan dengan penelitian ini.
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah melalui:
1. Kuesioner
Kuesioner atau angket merupakan cara pengumpulan data dengan
memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi (Soeratno dan
Lincolin Arsyad, 1993:96).
2. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek
yang diteliti, dalam hal ini pengamatan langsung ke BMT yang berada di
kota Medan.
3. Studi Kepustakaan dan Studi Dokumentasi. Studi Kepustakaan yaitu
mengumpulkan data dan informasi melalui telaah berbagai literatur yang
relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada di dalam
penelitian skripsi ini, dapat diperoleh dari buku-buku, internet, dan
lain-lain. Sedangkan, Studi Dokumentasi yaitu mengadakan pencatatan
langsung terhadap dokumen atau arsip yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti.
Berdasarkan rumusan masalah dan karakteristik objek penelitian, maka
metode penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner atau angket
merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada
responden untuk diisi (Soeratno dan Lincolin Arsyad, 1993:96).
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kuesioner adalah
mengenai data pribadi responden. hal itu dikarenakan data pribadi menunjukkan
keberadaan responden secara riil agar tidak terjadi responden fiktif. Daftar
1. Ketertarikan menjadi nasabah Baitul Maal Wattamwil (BMT)
2. Keberadaan Baitul Maal Wattamwil (BMT)
3. Perkembangan Baitul Maal Wattamwil (BMT)
4. Manfaat Baitul Maal Wattamwil (BMT) terhadap Masyarakat
3.9 Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah dengan metode
analisis deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang dilakukan dengan
cara menyusun data, mengelompokkannya untuk dianalisis sehingga dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai fakta-fakta dan sifat serta
hubungan-hubungan antar fenomena yang sedang diteliti. Data-data yang diperoleh
dianalisis dengan cara tabulasi, sehingga diperoleh jumlah dan persentase dari
variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan program
komputer SPSS versi 17.0 untuk pengolahan data. Data-data penelitian yang
dihimpun hasilnya akan dikelompokkan/diklasifikasikan dalam bentuk tabel dan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum PINBUK 4.1.1 Latar Belakang
Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) atau Centre for Micro
Enterprise Incubation didirikan pada tanggal 13 Maret 1995 di Jakarta oleh
Prof.DR. B.J. Habibie Ketua Umum ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim
Se-Indonesia), alm. K.H. Hasan Basri Ketua Umum MUI (Majelis Ulama Indonesia)
dan Zainul Bahar Noor, SE. direktur utama Bank Muamalat Indonesia (BMI).
PINBUK didirikan karena adanya tuntutan yang cukup kuat dari masyarakan yang
menginginkan adanya perubahan dalam struktur ekonomi masyarakat yang
dikuasai oleh beberapa gelintir orang tertentu, utamanya dari ekonomi
konglomerasi kepada ekonomi yang berbasis masyarakat banyak yang khususnya
ekonomi kerakyatan yang berbasis syariah.
Besarnya jumlah penduduk miskin dan unit usaha mikro mengharuskan
penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha mikro sebagai prioritas
utama dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Dalam hal ini, PINBUK yang
didirikan sejak 1995 dengan mengembangkan model Lembaga keuangan
Mikro-Baitul Maal wat Tamwil (LKM BMT) sebagai pemberdayaan masyarakat melalui
penumbuhkembangan keswadayaan dan kelembagaan sosial ekonomi yang dapt
menjangkau dan melayani banyak unit usaha mereka yang tidak mungkin
PBB melalui “Millenium Development Goals (MDGs)” telah menargetkan
penurunan kemiskinan hingga tahun 2015 sebesar 50% dari 1,5 milyar jumlah
penduduk miskin dunia saat ini melalui layanan Lembaga Keuangan MIkro
(LKM). Demikian juga Indonesia, pada tanggal 26 Februari 2005 presiden RI,
Susilo Bambang Yudhoyono, telah mencanangkan tahun 2005 sebagai Tahun
Keuagan Mikro Indonesia. Hal ini semakin mengukuhkan apa yang sudah dan
sedang terus dilakukan oleh PINBUK selama ini melalui pengembangan
merupakan strategi yang tepat dalam pemberdayaan masyarakat.
Semangat ini juga yang mengiringi proses kelahiran PINBUK Sumatera
Utara sebagai perwakilan dari PINBUK pusat yang berada di Jakarta yang
didirikan pada tanggal 5 Mei 1996. Disamping itu, diharapkan pendirian PINBUK
di daerah-daerah adalah sebagai upaya untuk berbagai peran sesuai dengan
kondisi dan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah. Sampai saat ini telah berdiri
PINBUK Perwakilan di setiap Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara yang telah
terbentuk di 20 Daerah, dengan harapan sebagai perpanjangan tangan dari PINBK
Perwakilan SUMUT sehingga dapat merayap aspirasi BMT-BMT yang ada di
daerah masing-masing.
4.1.2 Visi
Menjadi lembaga yang terpercaya di Indonesia yang khususnya di
SUMUT dalam penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat
melalui pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Baitul Maal
berkelanjutan dan mengakar di masyarakat sehingga tercapainya tujuan mulia
yang berdasarkan hakekat hukum islam.
4.1.3 Misi
Mewujudkan kehidupan “Rahmatan Lil ‘Alamin”, rahmat bagi semua,
dengan:
1. Membangun keswadayaan masyarakat dan pengembangan LKMS/BMT
dan kelompok-kelompok Usaha Mikro yang mandiri, berkelanjutan dan
mengakar di masyarakat.
2. Menumbuhkembangkan praktek-praktek kewirausahaan yang bermutu dan
profesional yang berstandarkan perbankan.
3. Menciptakan akses yang lebih mudah hingga masyarakat miskin dan
Usaha Mikro mampu menjangkau Peluang, informasi dan sumber daya
untuk pengembangan usaha.
4. Mengembangkan sumberdaya manusia dan sumberdaya ekonomi
masyarakat miskin dan usaha mikro serta lembaga-lembaga pendukung
dalam pengembangannya.
5. Mendorong terwujud kebijakan publik yang mendukung pada peningkatan
akses masyarakat miskin da usaha mikro kepada sumberdaya ekonomi
melalui pengembangan LKMS/BMT.
6. Mengembangkan lembaga-lembaga pendukung/infrastruktur dalam
pengembangan kualitas dan kuantitas LKMS serta layanan pengembangan