(Periode 2011 – 2015)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE. Sy)
Oleh: SRI WAHYUNI NIM. 1112046100022
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
v
Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015). Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing, Financing to Deposit Ratio, dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas (ROA dan ROE) Bank Umum Syariah (2011-2015), serta menganalisis apakah Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing, Financing to Deposit Ratio, dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh secara parsial terhadap Profitabilitas (ROA dan ROE) Bank Umum Syariah (2011-2015), dan untuk menganalisis faktor mana yangpeling berpengaruh terhadap profitanilitas (ROA dan ROE)
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa secara simultan variabel dependen (ROA dan ROE) dapat dijelaskan oleh variabel independen yang terdiri dari CAR, NPF, FDR dan BOPO. Namun hasil analisis Fixed Effect Model (variabel dependen ROA) dari regresi panel menunjukan bahwa secara parsial variabel CAR dan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, sementara variabel NPF dan FDR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Sementara hasil analisis Random Effect Model (variabel dependen ROE) dari regresi panel menunjukan bahwa secara parsial variabel CAR, NPF dan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE, sementara variabel FDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE. Dan dari keempat variabel independen hanya BOPO yang paling mempengaruhi terhadap profitabilitas (ROA dan ROE).
Kata Kunci : Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing, Financing to Deposit Ratio, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Profitabilitas, Return On Asset
dan Return On Equity
vi
Alhamdulillahi rabbil „alamin. ungkapan puji syukur tak terhingga
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurah kehadirat Rasul pembawa cahaya, Muhammad
SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul
“Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011 – 2015)”, sebagai syarat untuk mendapat gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE. Sy) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Maka penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Sebagai Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarih Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak AM. Hasan Ali, MA., dan Dr. Abdurrauf, MA.,sebagai Ketua
Program Studi Muamalat dan Sekertaris Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarih Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Edi Setiadi MM., sebagai dosen pembimbing skripsi yang
selalu memberikan arahan dan bimbingannya bagi penulis
4. Bapak Muh. Fudhail Rahman, Lc. MA. sebagai dosen Pembimbing
Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan penulis selama
menuntut ilmu di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarih
vii
dan motivasi untuk menyelesaikan pendidikan
6. Ayahanda Sakam dan Ibunda Roiyah, yang tak hentinya memberi doa,
cinta, dan dukungan sepenuh hati serta selalu memberikan cahaya
inspirasi dalam melewati setiap langkah kehidupan penulis. Tak lupa
juga Adik penulis, Ade Risman, serta Kakak penulis, Asih, Robi,
Ratih, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil
selama penulis menjalani studi dibangku kuliah. Serta M. Rizcky
orang yang selalu menemani penulis dengan sepenuh hati.
7. Teman-teman terbaik “Aggashi” Mentari, Lala, Deti, Eva, Mulki, Seli,
Rahmi, Ifa, Friska, Nada, Nia, Ais dan Ifat yang selalu bersama. Tak
lupa juga pada Putri Anggraini yang selalu memberikan penjelasan
ketika penulis mengalami kesulitan menyelesaikan olah data.
8. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian
skripsi ini dan tidak dapat di sebut satu persatu.
Jakarta, 10 September 2016
viii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GRAFIK ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah... 14
C. Perumusan Masalah ... 15
D. Tujuan dan Manfaat ... 15
E. Penelitian Terdahulu ... 16
F. Kerangka Pemikiran ... 20
G. Sistematika Penulisan ... 21
BAB II LANDASAN TEORI A. Bank Syariah ... 22
1. Pengertian Bank Syariah ... 22
2. Peran dan Fungsi Bank Syariah ... 24
B. Gambaran Umum Perusahaan (Bank yang Diteliti)... 26
1. Bank Muamalat ... 26
2. Bank Syariah Mandiri ... 28
3. Bank Mega Syariah ... 30
4. Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah ... 33
5. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah ... 34
6. Bank Syariah Bukopin ... 36
ix
3. Penilaian Kualitas Manajemen ... 43
4. Penilaian Rentabilitas ... 44
5. Penilaian Likuiditas ... 45
6. Sensitivity To Market Risk ... 45
E. Rasio-Rasio Keuangan Perbankan ... 46
1. Return On Asset (ROA) ... 47
2. Return on Equity (ROE) ... 48
3. Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 48
4. Non performing Finance (NPF/NPL) ... 50
5. Financing to Deposit Ratio (FDR) atau Loan to Deposit Ratio (LDR) ... 51
6. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional ... 51
F. Pengaruh Antar Variabel ... 52
1. Pengaruh CAR Terhadap Profitabilitas ... 52
2. Pengaruh NPF Terhadap Profitabilitas ... 53
3. Pengaruh FDR Terhadap Profitabilitas ... 53
4. Pengaruh BOPO Terhadap Profitabilitas ... 55
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian ... 56
B. Jenis dan Sumber Data ... 56
C. Populasi dan Sampel ... 56
D. Operasional Variabel ... 57
E. Metode Analisis Data ... 61
F. Uji Asumsi Klasik ... 62
1. Uji Normalitas ... 62
2. Uji Multikolinearitas ... 63
3. Uji Heteroskedastisitas ... 63
4. Uji Autokorelasi ... 64
x
H. Tahap Analisis Data ... 68
1. Uji Chow ... 68
2. Uji Hausman ... 69
3. Uji Langrange Multiplier (LM) Test ... 70
I. Uji Signifikansi ... 71
1. Koefisien Determinasi ... 71
2. Uji Statistik F ... 73
3. Uji Statistik t ... 75
J. Hipotesis ... 76
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif ... 80
B. Uji Asumsi Klasik (Variabel Dependen ROA) ... 82
1. Uji Normalitas ... 82
2. Uji Multikolinearitas ... 83
3. Uji Heteroskedastisitas ... 83
4. Uji Autokorelasi ... 84
C. Uji Asumsi Klasik (Variabel Dependen ROE) ... 84
5. Uji Normalitas ... 84
6. Uji Multikolinearitas ... 85
7. Uji Heteroskedastisitas ... 85
8. Uji Autokorelasi ... 86
D. Estimasi Model Data Panel ... 86
1. Estimasi Model Data Panel (Variabel Dependen ROA) ... 86
a. Hasil Estimasi CEM ... 86
b. Hasil Estimasi FEM ... 87
c. Hasil Estimasi REM ... 88
2. Uji Pemilihan Model Regresi Panel ... 88
xi
b. Uji F ... 95
c. Uji t ... 95
4. Estimasi Model Data Panel (Variabel Dependen ROE) ... 95
a. Hasil Estimasi CEM ... 97
b. Hasil Estimasi FEM ... 98
c. Hasil Estimasi REM ... 99
5. Uji Pemilihan Model Regresi Panel ... 99
a. Uji Chow ... 100
b. Uji Hausman ... 102
c. Uji Langrange Multiplier Test (LM) Test ... 104
6. Uji Signifikansi (Uji Model Regresi Data Panel Terpilih)... 106
a. Koefisien Determinasi ... 108
b. Uji F ... 108
c. Uji t ... 109
7. Interpretasi... 111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 116
xii
Tabel 4.3 Uji Heteroskedastisitas (ROA)...83
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi (ROA) ...84
Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas (ROE) ...85
Tabel 4.6 Uji Heteroskedastisitas (ROE) ...85
Tabel 4.7 Uji Autokorelasi (ROE) ...86
Tabel 4.8 Hasil Estimasi CEM (ROA) ...86
Tabel 4. 9 Hasil Estimasi FEM (ROA) ...87
Tabel 4.10 Hasil Estimasi REM (ROA) ...87
Tabel 4. 11 Uji Chow (ROA) ...89
Tabel 4.12 Uji Hausman (ROA) ...91
Tabel 4.13 Uji Signifikansi (ROA) ...93
Tabel 4.14 Hasil Estimasi CEM (ROE) ...97
Tabel 4. 15 Hasil Estimasi FEM (ROE) ...98
Tabel 4.16 Hasil Estimasi REM (ROE) ...99
Tabel 4.17 Uji Chow (ROE) ...100
Tabel 4.18 Uji Hausman (ROE) ...102
Tabel 4.19 Uji Langrange Multiplier (LM) Test (Residual) ...104
Tabel 4.20 Uji Langrange Multiplier (LM) Test (Residual Kuadrat) ...105
xiii Daftar Grafik
xiv
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran ...20
Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas (ROA) ...81
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Praktik perbankan telah ada sejak zaman Babylonia, Yunani, dan
Romawi, meskipun pada saat tersebut bentuk praktik perbankan tidak seperti
saat ini. Pada awalnya hanya terbatas pada tukar-menukar uang, namun
berkembang menjadi usaha menerima tabungan, menitipkan ataupun
meminjamkan uang dengan memungut bunga pinjaman. Dan hal tersebut
semakin berkembang menjadi perbankan yang modern yang saat ini
dilaksanakan secara umum diseluruh dunia1
Pada abad ke-20 muncul sebuah wacana perlunya bank syariah yang
bebas bunga, demi melayani kebutuhan kaum muslim yang tidak berkenan
dengan penerapan bunga dalam perbankan karena termasuk dalam riba. Hal ini
menandakan salah satu momentum kebangkitan ekonomi islam di dunia,
terutama perkembangan pada sector keuangan syariah.2
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang menjalankan fungsi
prantara (intermediary) dalam penghimpunan dana masyarakat, serta menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah3. Lembaga keuangan perbankan memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian serta pembangunan Negara seperti yang dapat kita lihat
dari fungsinya yaitu sebagai lembaga intermediary.
1
M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-dasar Ekonomi Islam, (Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011), h. 293
2
M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-dasar Ekonomi Islam, h. 293 3
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, sudah selayaknya
Indonesia menjadi pelopor dan kiblat pengembangan keuangan syariah di
dunia. Hal ini bukan merupakan „impian yang mustahil‟ karena potensi
Indonesia untuk menjadi global player keuangan syariah sangat besar,
diantaranya: (i) jumlah penduduk muslim yang besar menjadi potensi nasabah
industri keuangan syariah; (ii) prospek ekonomi yang cerah, tercermin dari
pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi (kisaran 6,0%-6,5%) yang ditopang
oleh fundamental ekonomi yang solid; (iii) peningkatan sovereign credit rating
Indonesia menjadi investment grade yang akan meningkatkan minat investor
untuk berinvestasi di sektor keuangan domestik, termasuk industri keuangan
syariah; dan (iv) memiliki sumber daya alam yang melimpah yang dapat
dijadikan sebagai underlying transaksi industri keuangan syariah.1
Jika melihat kondisi persaingan antar lembaga keuangan di indonesia
terutama lembaga perbankan yang sangat ketat terdapat berbagai macam
ancaman, salah satunya seperti ancama likuidasi bagi bank-bank yang
bermasalah sehingga membuat para banker harus bekerja lebih keras untuk
terus menigkatkan kinerjanya sehingga kesehatan bank dapat dijaga bahkan
dipertahankan. Tingakt kesehatan bank merupakan suatu nilai yang harus
dipertahankan oleh tiap bank, karena baik buruknya tingkat kesehatan bank
akan mempengaruhi tingkakat kepercayaan pihak-pihak yang berhubungan
dengan bank yang bersangkutan (Ismah Wati 2012). Ditambah pada tahun
2016 akan diwarnai oleh tingkat kompetisi bisnis jasa keuangan yang semakin
1
ketat, karena mulai berlakunya masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) dimana
untuk industri perbankan hal ini tertuang dalam ASEAN Banking Integration
Framework (ABIF). Semakin sengitnya persaingan di industri jasa keuangan
akan berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan syariah karena masih
terkendala beberapa masalah seperti keterbatasan modal, sumber dana, SDM
dan TI yang belum mumpuni.2 Hal tersebut sangatlah memprihatinkan, ditambah pada tahun lalu pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan yang
dibarengi oleh meningkatnya risiko kredit perbankan. Iklim bisnis yang makin
tak kondusif ini kemudian menyebabkan kredit bermasalah perbankan
mengalami kenaikan. Hal itu yang kini dialami oleh industri perbankan syariah.
Berdasarkan statistik perbankan Indonesia (SPI) periode Oktober 2015 yang
dipublikasi OJK, pada 2011 posisi NPF bank syariah mencapai 2,52%. Lalu
NPF bank syariah meningkat kembali dari 2,22% pada 2012, menjadi 2,62%
pada akhir 2013. Namun, pada 2014 posisi NPF bank syariah kembali
melonjak sangat drastis menjadi 4,33%, kemudian rasio pembiayaan
bermasalah perbankan ini mengalami kenaikan lagi menjadi 4,73% pada Juni
2015. Secara nominal, pembiayaan perbankan syariah yang berstatus kredit
bermasalah meningkat sebesar 28,71% dari Rp7,54 triliun menjadi Rp9,71
triliun.3 Hal ini sangat berdampak pada kondisi capital adequacy ratio (CAR) karena CAR sangat tergantung pada rasio pembiayaan bermasalah karena dia
menggerus modal. Tidak ada ekspansi pembiayaan.
2
http://infobanknews.com/tantangan-perbankan-syariah-di-2016/. Diakses pada tanggal 10-01-2016.
3
Sementara hal yang menyebabkan kenaikan NPF perbankan syariah pada
Februari 2015 yaitu karena pembiayaan yang melambat (Mulya E Siregar).4 Pembiayaan BUS dan UUS naik sangat tipis pada Februari 2015. Dari bulan
sebelumnya pembiayaan perbankan syariah hanya naik Rp 264 miliar. “Karena
pembiayaan tidak meningkat signifikan, jadi NPF naik. Di sektor riil semua
wait and see, sehingga memang terjadi perlambatan. Pada bulan yang sama
Februari 2015 BUS dan UUS menyalurkan total pembiayaan sebesar Rp
197,54 triliun. Dari jumlah tersebut sebanyak Rp 10 triliun masuk dalam
kategori pembiayaan bermasalah, naik Rp 400 miliar dari pembiayaan
bermasalah Januari 2015 yang sebesar Rp 9,6 triliun. Pada Januari 2015 total
pembiayaan BUS dan UUS sebesar Rp 197,27 triliun.5 ..
Selain itu hal lain yang menyebabkan naiknya NPF yaitu karena rencana
bisnis dua bank syariah terbesar di Indonesia yang lebih mengutamakan
konsolidasi sehingga mengerem laju kenaikan pembiayaan, yang mana dua
bank syariah ini menguasai hampir 50% pembiayaan, sementara kreditnya
tidak jalan, sehingga angka macetnya jadi besar (Mulya E Siregar). Adapun,
hingga paruh pertama tahun ini, ada dua BUS yang memiliki pangsa perbankan
syariah terbesar. Per Juni 2015, PT Bank Syariah Mandiri mencatatkan nilai
aset Rp66,95 triliun atau naik tipis dari Rp66,94 triliun di akhir tahun lalu.
4
Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan OJK 5
Menyusul PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. tercatat memiliki aset sebesar
Rp55,85 triliun, terkoreksi 10,5% dari Rp62,41 triliun pada akhir tahun lalu.6 Selain itu pada rasio rentabilitas seperti Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional bank syariah di Indonesia masih tinggi, level BOPO
yang tinggi ini selain disebabkan oleh opex (operational expenses), juga disebabkan oleh pencadangan yang terbentuk akibat pembiayaan bermasalah
(non performing financing/NPF), beberapa bank syariah membuat cadangan yang lebih karena di tengah kondisi ekonomi seperti sekarang ini NPF pasti
meningkat, selain itu penyebab lainnya yaitu karena biaya investasi, terutama
gaji pegawai hal ini disebabkan perbankan syariah umurnya masih relatif muda
dibandingkan perbankan konvensional (Dinno Indiano: 2015).7 Selain itu penyebab BOPO perbankan syariah masih tinggi juga diakibatkan oleh biaya
provisi (Agus Sudiarto: 2015).8 Biaya provisi masih tinggi, itu tandanya kualitas pembiayaan existing masih perlu perbaikan.9
Adapun data SPI OJK menunjukkan, total beban operasional terhadap
pendapatan operasional (BOPO) BUS di Tanah Air mencapai 97,30% pada
Agustus 2015, bank syariah di Indonesia masih muda dan tengah dalam tahap
investasi. Hal tersebut yang membuat rasio BOPO mereka tinggi.10
6
.http://finansial.bisnis.com/read/20150828/90/466883/npf-merangkak-naik-harapan-besar-pada-2-bank-umum-syariah. Diakses pada tanggal 23-02-2015
7
Direktur Utama PT BNI Syariah 8
Direktur Utama PT Bank Syariah Mandiri 9
http://syariah.bisnis.com/read/20150921/232/474745/ini-penyebab-bopo-bank-syariah-masih-tinggi. Diakses pada tanggal 23-02-2016
10
Gambar 1.1
Grafik Rasio Keuangan BUS (BMI, BSM, BMS, BNIS, BRIS dan Bank Bukopin
Syariah)
Grafik rasio keuangan perbankan syariah (data diolah)
Pada grafik di atas dapat kita lihat antara garis CAR, ROA dan ROE
menunjukan adanya hubungan yang mana apabila CAR menigkat maka ROA
dan ROE juga menigkat dan sebaliknya misalnya seperti data pada bank
muamalat (tahun 2014) pada triwulan 1 yang mana nilai CAR 17,61% dengan
nilai ROA 1,44%, kemudian nilai CAR pada triwulan 2 turun menjadi 16,31%
dengan nilai ROA yang ikut turun juga menjadi 1,03. Begitupun nilai CAR dan
ROE, ketika nilai CAR sbesar 12,07% dengan nilai ROA 26,03% di triwulan
ke 1 (2012), yang kemudian pada triwulan ke 2 mengalami penigkatan dengan
nilai CAR sebesar 14,54% dengan nilai ROE yang menigkat pula yaitu sebesar
27,72%. Akan tetapi hal tersebut tidaklah konsisten, karena ada juga pengaruh
yang berlawanan arah antara pengaruh CAR terhadap ROA dan ROE misalnya 0
20 40 60 80 100 120
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
201120122013201420152011201220132014201520112012201320142015201120122013201420152011201220132014201520112012201320142015
BMI BSM BMS BNIS BRIS BUKOPIN
SYARIAH
ROA
ROE
CAR
NPF
FDR
seperti pada bank muamalat di tahun 2013 (triwulan 1-4) ketika nilai CAR
12,02% dengan nilai ROA 1,72% pada triwulan pertama, yang kemudian di
susul pada triwulan kedua dengan nilai CAR yang lebih meningkat dari
triwulan sebelumnya yaitu 12,41% sementara ROA menurun mennjadi 1,69%,
pada triwuan ketiga CAR kembali meningkat dengan nilai 12,75% sementara
ROA menurun, selanjutnya triwulan ketiga CARpun kembali meningkat
dengan nilai 15,87% sementara ROA menurun dengan nilai 0,5%. Begitupun
pengaruh CAR dan ROE yang memiliki pengaruh terbalik ini (negatif) terjadi
pada bank mega syariah (triwulan 1-4 2015) yang mana pada triwulan pertama
nilai CAR sebesar 15,62% dengan nilai ROE 9,96%, pada triwulan kedua nilai
CAR naik menjadi 16,54% namun ROE turun menjadi 5,77%, triwulan ketiga
nilai CAR masih tetap naik menjadi 17,81% sementara ROE masih tetap turun
dengan nilai 2,59%, dan pada triwulan keempat nilai CARpun masih naik
menjadi 18,74 sementara ROE masih tetap berlawanan negatif yaitu turun
menjadi 1,61%. Hal ini menjadi ketidak konsistenan antara pengaruh CAR
terhadap profitabilitas perbankan syariah (ROA dan ROE). Dari beberapa data
yang di uraikan di atas menyebabkan adanya ketidak konsistenan antara
pengaruh CAR terhadap profitabilitas, sehingga perlu dilakukan penelitian
lanjutan
Pada rasio NPF dapat kita lihat bahwa penyumbang terbesar rasio NPF
terdapat pada bank Muamalat Indonesia pada tahun 2014 di triwulan ketiga
sebesar 4,74% yang kemudian naik kembali pada triwulan keempat menjadi
Syariah Mandiri pada tahun 2015 (triwulan 2) sebesar 4,70% yang mana angka
tersebut hampir mendekati angka 5% (batas pengukuran tingkat rasio NPF
terhadap kesehatan bank). NPF merupakan kredit macet, sehingga apabila NPF
naik maka ROA atau ROE akan turun.
Pada rasio FDR menyatakan bahwa adanya hubungan yang positif pada
rasio FDR terhadap profitabilitas (ROA dan ROE) misalnya hubungan antara
FDR terhadap ROA yang terdapat pada Bank Syariah Mandiri tahun 2013
triwulan 3 dengan nilai FDR 91,29% dan ROA 1,51%, pada triwulan ke 4 nilai
FDR turun menjadi 89,37% yang diikuti dengan penurunan nilai ROA sebesar
1,53%, kemudian pada 2014 triwulan 1 naik kembali nilai FDR menjadi
90,34% yang diikuti dengan kenaikan nilai ROA sebesar 1,77%, selanjutnya
pada triwulan ke 2 nilai FDR turun kembali menjadi 89,91% yang diikuti
dengan turunnya nilai ROA menjadi 0,66%. Hal ini menunjukan adanya
hubungan yang positif antara FDR terhadap ROA. Kemudian hubungan antara
FDR terhadap ROE misalnya ditunjukan pada Bank Muamalat Indonesia pada
tahun 2014 triwulan pertama nilai FDR sebesar 105,4% dan nlai ROE sebesar
21,77%, kemudian triwulan kedua nilai FDR mengalami penurunan menjadi
96,78% yang diikuti dengan penurunan nilai ROE menjai 15,96%. Contoh lain
pada bank BNI Syariah tahun 2011 triwulan 3 yang memiliki nilai FDR sebesar
86,13% dengan nilai ROE 11,65%, pada triwulan ke dua mengalami penurunan
menjadi 78,60% yang diikuti dengan penurunan ROE menjadi 6,63%. Ini
menunjukan bahwa hubungan antara FDR dan ROE adalah positif. Akan tetapi
negatif antara FDR, ROA dan ROE. Misalnya terdapat pada Bank Muamalat
Indonesia tahun 2014 triwulan kedua yang memiliki nilai FDR sebesar 96,78%
dengan nilai ROA 1,03%, pada triwulan ke tiga nilai FDR mnegalami
peningkatan sebesar 98,81% akan tetapi ROA mengalami penurunan menjadi
0,1%. Ini menunjukan adanya hubungan yang negatif antara FDR dan ROA.
Pada tahun 2014 triwulan kedua nilai FDR sebesar 96,78% dengan nlai ROE
sebesar 15,96%, kemudian FDR mengalami kenaikan pada triwulan ketiga
menjadi 98,81% akan tetapi nilai ROE turun drastis menjadi 1,56%. Ini
menunjukan adanya hubungan yang negatif antara FDR dan ROE. Dari
beberapa data yang di uraikan di atas menyebabkan adanya ketidak konsistenan
antara pengaruh FDR terhadap profitabilitas, sehingga perlu dilakukan
penelitian lanjutan.
Pada rasio BOPO dapat kita lihat bahwa penyumbang terbesar rasio
BOPO terdapat pada bank mega syariah (BMS) yang memiliki nilai BOPO
tertinngi dengan nilainya yaitu sebesar 110,53%, 104,80%, 102,33% dan 99,51
pada triwulan pertama sampai keempat tahun 2015, kemudian pada Bank
Rakyat Indonesia Syariah (BRIS) raso BOPO tertingginya sebesar 101,38%
pada triwulan pertama dan triwulan kedua 100,30% (tahun 2011), kemudia
pada Bank Syariah Mandiri (BSM) rasio BOPO tertingginya sebesar 98,46%
pada triwulan keempat 2014, selanjutnya Bank Muamalat Indonesia (BMI)
dengan rasio tertinggi BOPO sebesar 98,32% pada triwulan ketiga 2014,
kemudian Bank Bukopin Syariah memiliki nilai rasio BOPO tertinggi sebesar
(BNIS) memiliki nilai BOPO tertinggi sebesar 92,81%. Bank Indonesia
menetapkan angka untuk rasio BOPO adalah di bawah 90%, jika lebih dari
90% atau mendekati 100% maka bank tersebut dikategorikan tidak efisien
dalam menjalankan operasinya. Rasio biaya operasional adalah perbandingan
antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasi.11 Semakin besar BOPO menunjukan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasionalnya yang mengakibatkan
kerugian yang di sebabkan bank kurang efisien dalam mengelola usahanya.
Sementara dari data di atas masih banyak menunjukan nilai rasio BOPO yang
masih kurang efisien.
Dapat kita lihat dari paparan diatas bahwa kierja perbankan syariah
masih sangat harus diperhatikan lagi terutama pada bagian manajemen
perusahaan dan juga rasio-rasio keuangannya yang sering mengalami
fluktuatif, karena tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang
terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan maksimal, disamping
hal-hal lainnya. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah
ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik,
karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru.
Oleh karena itu manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut harus
mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan, artinya besarnya
keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan dan bukan berarti
11
asal untung. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan digunakan
rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga dengan rasio
rentabilitas.12
Rasio profitabilitas atau rentabilitas adalah kempuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal yang tertanam
didalamnya.13 Atau bisa di katakana rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini
ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukan efisiensi perusahaan. Rasio
profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara
berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan
neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat di lakukan untuk beberapa
periode operasi. Tujuannnya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan
dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari
penyebab perubahan tersebut.14
Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja
manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak.
Jika berhasil mencapai target yang telah ditentukan mereka dikatakan telah
berhasil mencapai target untuk periode atau beberapa periode. Namun
sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencari target yang telah ditentukan,
12
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 196 13
Budi Rahardjo, Laporan Keuangan Perusahaan ( membaca, memahami, dan menganalisis), (Yogyakarta: Gajah Mada University, 2003), h. 122
14
ini akan menjadi pelajaran bagi manajemen untuk periode kedepan. Kegagalan
ini harus diselidiki, dimana letak kesalahan dan kelemahannya sehingga
kejadian tersebut tidak terulang. Kemudian, kegagalan atau keberhasilan dapat
dijadikan sebagai bahan acuan untuk perencanaan laba kedepan, sekaligus
kemungkinan untuk menggantikan manajemen yang baru terutama setelah
manajemen lama mengalami kegagalan. Oleh karena itu rasio ini sering diebut
sebagai salah satu alat ukur kinerja manajemen.15
Sesuai dengan tujuannya terdapat beberapa rasio profitabilitas yang
dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio profitabilitas digunakan untuk
menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode
tertentu atau untuk beberapa periode tertentu. Penggunaan seluruh atau
sebagian rasio profitabilitas tergantung dari kebijakan manajemen. Jelasnya,
semakin lengkap jenis rasio yang digunakan, semakin besar pula hasil yang
akan dicapai. Artinya pengetahuan tentang kondisi dan posisi profitabilitas
perusahaan dapat diketahui secara sempurna.
Indikator yang paling tepat digunakan untuk mengukur kinerja
perbankan yaitu profitabilitas. Ukuran profitabilitas pada industri perbankan
yang digunakan pada umumnya adalah Return On Equity (ROE) dan Return On Asset (ROA).
Return On Asset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total asset bank, rasio ini
menujukan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank yang
15
bersangkutan.16 ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam opersasinya, sedangkan Return On Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang menunjukan perbandingan antara laba (setelah
pajak dengan modal (modal inti) bank, rasio ini menunjukan tingkat %
(persentase) yang dapat di hasilkan17. ROE hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Siamat,
2002).
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas,
dengan kinerja keuangan yang masih harus lebih diperhatikan lagi seperti
angka NPF yang semakin tinggi yang mana Hal ini sangat berdampak pada
kondisi capital adequacy ratio (CAR) karena CAR sangat tergantung pada
rasio pembiayaan bermasalah karena dia menggerus modal sehingga
mengakibatkan tidak adanya ekspansi pembiayaan, apalagi jika dilihat dari data
di atas yangmenunjukan ketidak konsistenannya pengaruh CAR terhadap
profitabilitas sehingga hal ini perlu dilakukannya penelitian ulang. Kemudian
ditambah lagi dengan BOPO yang masih tergolong tinggi pada beberapa
periode di bank syariah. Hal demikianlah yang membuat peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap suatu kinerja perbankan atau faktor-faktor
mempengaruhi profitabilitas perbankan, sehingga peneliti mengangkat judul
penelitian “Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas
Bank Umum Syariah, Periode 2011-2015”
16
Selamet Riyadi, Banking Assets And Liability Management, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,2006), h.156
17
Dalam penelitian terhadap faktor profitabilitas atau rentabilitas ini
meliputi komponen-komponen pencapaian Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) sebagai variabel dependen. Untuk mengukur efisiensi tersebut digunakan rasio keuangan perbankan diantaranya: CAR (capital adequacy ratio), NPF (non Performing Financing), FDR ( financing to deposito ratio) dan BOPO (biaya oprasional terhadap pendapatan oprasional) sebagai variabel independen.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis, akhirnya
penulispun menemukan topik yang akan dijadikan penelitian untuk peneliti
selanjutnya dari penelitian yang telah ada sebelumnya, dimana penelitian
selanjtnya yang akan dibahas itu yaitu tentang “Pengaruh CAR, NPF, FDR dan
BOPO Terdahap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)”
Dalam penelitian ini penulis memberikan batasan masalah, diantaranya:
1. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data triwulan Bank
Syariah Mandiri (BSM), Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Negara
Indonesia Syariah (BNIS), Bank Mega Syariah (BMS), Bank Rakyat
Indonesia Syariah (BRIS) dan Bank Bukopin Syariah periode Maret
2011 – Desember 2015
2. Variabel yang akan digunakan untuk meneliti adalah variabel CAR, FDR,
NPF, BOPO, terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah
3. Kinerja profitabilitas pada penelitian ini menggunakan return on assets
4. Bank yang diteliti berjumlah 6 bank, yaitu: Bank Syariah Mandiri (BSM),
Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Mega Syariah (BMS), Bank
Negara Indonesia Syariah (BNIS) ank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS)
dan Bank Bukopin Syariah.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merumuskan masalah pada
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO terhadap kinerja
profitabilitas Bank Umum Syariah (periode 2011 – 2015) secara
simultan?
2. Bagaimana pengaruh CAR terhadap kinerja profitabilitas Bank Umum
Syariah periode 2011 – 2015?
3. Bagaimana pengaruh NPF terhadap kinerja profitabilitas Bank Umum
Syariah periode 2011 – 2015?
4. Bagaimana pengaruh FDR terhadap kinerja profitabilitas Bank Umum
Syariah periode 2011 – 2015?
5. Bagaimana pengaruh BOPO terhadap kinerja profitabilitas Bank Umum
Syariah periode 2011 – 2015?
D. Tujuan dan Manfaat penelitian: 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penellitian
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh CAR, NPF, FDR dan
BOPO terhadap kinerja profitabilitas Bank Umum Syariah
(periode 2011 – 2015) secara simultan
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh CAR terhadap kinerja
profitabilitas Bank Umum Syariah periode 2011 – 2015
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh NPF terhadap kinerja
profitabilitas Bank Umum Syariah periode 2011 – 2015
4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh FDR terhadap kinerja
profitabilitas Bank Umum Syariah periode 2011 – 2015
5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh BOPO terhadap kinerja
profitabilitas Bank Umum Syariah periode 2011 – 2015
2. Manfaat penelitian
1. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca
maupun peneliti pribadi.
2. Penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian
sejenis dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dari
penelitian yang telah ada maupun yang akan dilakukan.
3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran bagaimana
E. Penelitian Terdahulu
Desi Ariyani (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap profitabilitas pada PT Bank
Muamalat Indonesia Tbk. (Januari 2005-April 2008)” yang mana hasil
penelitiannya disebutkan bahwa CAR dan BOPO menunjukan hubungan yang
kuat dan berlawanan arah (memiliki hubungan yang negative) terhadap ROE.
Koerlasi variabel independen dan dependen tersebut signifikan karena angka
signifikansinya < 0.05, dan CAR dan BOPO secara parsial terdapat pengaruh
yang signifikan, sedangkan fariabel FDR dan NPF secara parsial tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas PT. Bank
Muamalat Indonesia, sementara korelasi antara FDR dan NPF menunjukan
hubungan yang lemah dan searah terhadap ROE dan tingkat signifikansinyapun
tidak signifikan karena tingkat signifikansinya > 0.05.
Thyas Rafelia, Moh. Didik Ardiyanto (2013) dalam penelitiannya yang
berjudul “Pengaruh, CAR, FDR, NPF dan BOPO Terhadap ROE Bank Syariah
Mandiri. Periode Desember 2008 – Agustus 2012”. Hasil penelitiannya
menyebutkan bahwa CAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
ROE BSM, sedangkan FDR dan NPF berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ROE BSM, sementara BOPO berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROE BSM.
Ishmah Wati (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Pengaruh Efisiensi Oprasional Terhadap Kinerja Profitabilitas Pada Sektor
tidak signifikan terhadap ROA, sedangkan terhadap ROE pengaruhnya
negative dan signifikan. Sedangkan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap
ROA dan ROE. Jika BOPO berpengaruh negative dan signifikan terhadap
ROA dan ROE. Kemudian FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap
ROA, Sedangkan dengan ROE, FDR tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan.
Hartini Ningsih (2008) penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengarus
Total Asset Turn Over dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Syariah”,
menyebutkan bahwa Total asset turn over memiliki hubungan positif dengan tingkat profitabilitas bank syariah, sedangkan BOPO memiliki hubungan
negative dengan profitabilitas bank syariah. besarnya kemampuan variable
independent (TATO dan BOPO) menjelaskan variable dependen yaitu profitabilitas bank syariah adalah 62,7% dan sisanya 27,3% dijelaskan oleh
variable lain yang tidak dimasukan kedalam model. Variable BOPO menjadi
variable yang paling dominan mempengaruhi profitabilitas bank syariah.
Aluisius Wishnu Nugroho. Penelitiannya yang berjudul “Analisis
Pengaruh FDR, NPF,BOPO, KAP dan PLO, terhadap Return On Asset”
menyebutkan bahwa NPF dan BOPO berpengaruh negative dan signifikan
terhadap ROA bank syariah., sementara FDR berpengaruh positif pada ROA
bank syariah, dan variabel KAP dan PLO tidak berpengaruh signifikan
terhadap ROA bank syariah.
Amrina Rosyada. Penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kualitas
(ROA) Perbankan Syariah”. Dalam penelitiannya memberikan hasil bahwa
secara bersama-sama ROA dapat dijelaskan oleh KAP dan NPF dengan nilai
R-Square sebesar 75,3172%. Sementara hasil analisis Model Fixed Effect dari regresi panel menunjukan bahwa secara parsial variabel KAP dan NPF
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA (KAP berpengaruh positif
dan signifikan terhadap ROA, kemudian NPF berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap ROA.)
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti selanjutnya tertarik untuk
meneliti “Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas (ROA
dan ROE) Perbankan Syariah”.
F. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini akan mengukur kinerja profitabilitas (ROA dan ROE)
Bank Umum Syariah Devisa Periode 2011 – 2015yang kemudian akan di olah
menggunakan software Eviews 9.0 sehingga akan menghasilkan analisis-analisis dari variabel-variabel independen terhadap variabel dependen yang
mana analisis tersebut merupakan penilaian terhadap kinerja bank yang diteliti
tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan menguraikan beberapa hal
yang dijadikan landasan sebagai pegangan dalam memecahkan masalah yang
Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran
Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas (ROA dan ROE)
Bank Umum Syariah
Laporan Keuangan Bank Umum Syariah 2011-2015
Variabel Terikat (Y)
ROA dan ROE
Variabel Bebas (X)
CAR, NPF, FDR dan BOPO
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas 2. Uji Multikolinieritas 3. Uji Heteroskedastisitas 4. Uji Autokorelasi
Estimasi Data Panel
Common Effect Model Random Effect Model
Fixed Effect Model
Uji Langrange Multiplier Uji Pemilihan Model
Uji Chow Uji Hausman
Koefisien Determinasi; Uji F (Simultan); uji t (Parsial)
Interpretasi
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka disusun sistematika
penulisan yang terdiri dari 5 (lima) bab yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, uraian review studi
terdahulu, kerangka pemikiran teoritis dan sistematika penulisan penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi gambaran umum tentang perbankan syariah serta
menjelaskan tentang gambaran perusahaan yang akan diteliti dan penjelasan
mengenai variabel-variabel dependen dan independen seperti ROA, ROE,
CAR, NPF, FDR dan BOPO.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi jenis dan sumber data yang digunakan peneliti, identifikasi
variabel dependen dan variabel independen serta metode analisis data.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil perhitungan data yang diperoleh dalam
penelitian sehingga akan diketahui bagaimana hasil analisisnya dan penjelasan
kenapa hal itu bisa terjadi sehingga dapat disimpulkan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil-hasil perhitungan analisis dan
berisi saran yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi.
22 1. Pengertian Bank Syariah
Menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 Bank Syariah adalah bank
yang menjalankan kegiatan uahanya berdasarkan prinsip syariah da n menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS). Sementara Unit Usaha Syariah menurut Undang-undang No
2008 adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional (BUK)
yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, ataun unit kerja di kantor cabang
dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional yang berfungsi sebagain kantor induk dari kantor
cabang pembantu syariah dan atau unit syariah.1
Bank syariah secara umum adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberika pembiayaan dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan
prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan dengan
masalah uang sebagai dagangan utamanya2
Dalam oprasinya bank syariah tidak mengandalkan pada bunga, atau
bank Islam biasa disebut dengan bank tanpa bunga, karena pemungutan bunga
1
M.Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, (Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011), h. 296
2
termasuk perbuatan riba, dalam bank Islam oprasional dan produknya
dikembangkan dengan berdasarkan pada Al-Qur‟an dan Hadits. Seperti yang
dijalaskan dalam QS Al-Baqarah ayat 275 – 276:
Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Peran dan fungsi bank syariah yang diantaranya tercantum dalam
pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution), sebagai berikut3. 1. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.
2. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya
maupun dana nasabah yang dipercayakan padanya.
3. Penyedia jasa keuangan dn lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat
melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layana perbankan sebagaimana
lazimnya.
4. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan syariah, bank islam juga wajib memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan dan mengelola ( menghimpun, mengadministrasikan dan
mendistribusikan ) zakat serta dana-dana sosial lainnya.
5. Bank syariah mempunyai beberapa tujuan,
6. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara
islam,khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan agar
terhindar dari praktik-praktik riba atau jenis-jenis usaha tersebut, selain
dilarang dalam islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap
kehidupan ekonomi rakyat
7. Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
3
kesenjangan yang lebar antara pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan dana.
8. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang
usaha yang lebih besar terutama kelompok miskin yang diarahkan pada
kegiatan usaha yang produktif menuju terciptanya kemandirian usaha.
9. Untuk menanggulani masalah kemiskina yang pada umumnya merupakan
program utama bagi negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank
syariah didalam mengentaskan kemiskinan berupa pembinaan nasabah
yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap
seperti program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan pedagang
perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan modal
kerja dan program pengembangan usaha bersama.
10. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank
syariah akan mampu menghindari pemasaran ekonomiakibat adanya
inflasi, menghindari persaingan yang tidak sehat antaralembaga
keuangan.
11. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terhadap bank
konvensional yang masih menerapkansistem bunga.
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani
1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan
operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan
dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim
se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank
Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari
komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat
penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara
silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh
tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam
modal senilai Rp 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan,
Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa.
Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank
syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa
maupun produk yang terus dikembangkan. Pada akhir tahun 90an,
Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian
besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional
tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun
terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF)
miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari
sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat
mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh
Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab
Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah
satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu
antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh
tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun
waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi
menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang
oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat,
serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari
keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana
seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank
Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan
penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari
para pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap
sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak
memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan
dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun
dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di
tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan
menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank
Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa
Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru
memasuki tahun 2004 dan seterusnya.
2. Bank Syariah Mandiri
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan
hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.
Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997,
yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik
nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat
terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia
usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang
didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.
Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan
merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang
Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB
berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger
dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat
(Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo)
menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada
tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga
menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai
pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan
Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan
perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai
respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi
peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional
menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan
Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga
kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang
beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah
Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No.
23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi
bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui
SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya,
1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank
Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut,
PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin
tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai
bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai
rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara
idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu
keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan
Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju
Indonesia yang lebih baik.
3. Bank Mega Syariah
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum
yang didirikan pada 14 Juli 1990 tersebut diakuisisi CT Corpora (d/h
Para Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan
PT Para Rekan Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham
memang ingin mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank
umum syariah. Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia
mengizinkan Bank Tugu dikonversi menjadi PT Bank Syariah Mega
Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004. Pengonversian tersebut dicatat
dalam sejarah perbankan Indonesia sebagai upaya pertama
Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga tahun
kemudian, pada 7 November 2007, pemegang saham memutuskan
perubahan bentuk logo BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional
yang menjadi sister company-nya, yakni PT Bank Mega, Tbk., tetapi
berbeda warna. Sejak 2 November 2010 sampai dengan sekarang, bank
ini berganti nama menjadi PT Bank Mega Syariah.
Untuk mewujudkan visi “Bank Syariah Kebanggaan Bangsa”, CT
Corpora sebagai pemegang saham mayoritas memiliki komitmen dan
tanggung jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega Syariah sebagai
bank umum syariah terbaik di industri perbankan syariah nasional.
Komitmen tersebut dibuktikan dengan terus memperkuat modal bank.
Dengan demikian, Bank Mega Syariah akan mampu memberikan
pelayanan terbaik dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan
kompetitif di industri perbankan nasional. Misalnya, pada 2010, sejalan
dengan perkembangan bisnis, melalui rapat umum pemegang saham
(RUPS), pemegang saham meningkatkan modal dasar dari Rp400 miliar
menjadi Rp1,2 triliun dan modal disetor bertambah dari Rp150,060
miliar menjadi Rp318,864 miliar. Saat ini, modal disetor telah mencapai
Rp769,814 miliar.
Di sisi lain, pemegang saham bersama seluruh jajaran manajemen
Bank Mega Syariah senantiasa bekerja keras, memegang teguh prinsip
kehati-hatian, serta menjunjung tinggi asas keterbukaan dan
juga terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta
didukung infrastrukur layanan perbankan yang semakin lengkap dan
luas, termasuk dukungan 393 jaringan di seluruh Indonesia.
Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sekaligus
mengukuhkan semboyan “Untuk Kita Semua”, pada 2008, Bank Mega
Syariah mulai memasuki pasar perbankan mikro dan gadai. Strategi
tersebut ditempuh karena ingin berperan lebih besar dalam peningkatan
perekonomian umat yang mayoritas memang berbisnis di sektor usaha
mikro dan kecil.
Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank
devisa. Dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi
devisa dan terlibat dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu
juga telah memperluas jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya
menjangkau ranah domestik, tetapi juga ranah internasional. Strategi
peluasan pasar dan status bank devisa itu akhirnya semakin
memantapkan posisi Bank Mega Syariah sebagai salah satu bank umum
syariah terbaik di Indonesia.
Selain itu, pada 8 April 2009, Bank Mega Syariah memperoleh izin
dari Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI) sebagai bank
penerima setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH).
Dengan demikian, bank ini menjadi bank umum kedelapan sebagai BPS
BPIH yang tersambung secara online dengan Sistem Komputerisasi Haji
Bank Mega Syariah untuk semakin melengkapi kebutuhan perbankan
syariah umat Indonesia.
4. Bank Negara Indonesia Syariah
Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan
sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu
adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat
terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Selain adanya demand dari
masyarakat terhadap perbankan syariah, untuk mewujudkan visinya (yg
lama) menjadi “universal banking” , BNI membuka layanan perbankan
yang sesuai dengan prinsip syariah dengan konsep dual system banking,
yakni menyediakan layanan perbankan umum dan syariah sekaligus. Hal
ini sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1998 yang memungkinkan
bank-bank umum untuk membuka layanan syariah
Di awali dengan pembentukan Tim Bank Syariah di Tahun 1999,
Bank Indonesia kemudian mengeluarkan ijin prinsip dan usaha untuk
beroperasinya unit usaha syariah BNI. Dengan berlandaskan pada
Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000
didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin
usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS
BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan
tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank
Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak
terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu
dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan
perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan
produk perbankan syariah juga semakin meningkat. Hingga padatangga
9 Juli 2010 BNI Syariah menjadi Bank Umum Syariah Devisa
5. Bank Rakyat Indonesia (BRIS)
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah
mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui
suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November
2008 PT. Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT.
Bank BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional
secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan
berdasarkan prinsip syariah Islam.
Dua tahun lebih PT. Bank BRISyariah hadir mempersembahkan
sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai
kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih
excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan
nasabah dengan prinsip syariah.
Kehadiran PT. Bank BRISyariah di tengah-tengah industri
perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang
mengikuti logo perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan
tuntutan masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank
BRISyariah yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan
modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan dari
warna biru dan putih sebagai benang merah dengan brand PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19
Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT.
Bank BRISyariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1
Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir
selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan
Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRISyariah.
Saat ini PT. Bank BRISyariah menjadi bank syariah ketiga terbesar
berdasarkan aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat baik dari
sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan
berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRISyariah
menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai
Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRISyariah merintis
sinergi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan
memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),
Tbk., sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis
yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan
kegiatan konsumer berdasarkan prinsip Syariah.
6. Bank Syariah Bukopin
PT Bank Syariah Bukopin (selanjutnya disebut Perseroan) sebagai
bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula masuknya
konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank
Persyarikatan Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT Bank
Bukopin, Tbk., proses akuisisi tersebut berlangsung secara bertahap
sejak 2005 hingga 2008, dimana PT Bank Persyarikatan Indonesia yang
sebelumnya bernama PT Bank Swansarindo Internasional didirikan di
Samarinda, Kalimantan Timur berdasarkan Akta Nomor 102 tanggal 29
Juli 1990 merupakan bank umum yang memperolah Surat Keputusan
Menteri Keuangan nomor 1.659/ KMK.013/1990 tanggal 31 Desember
1990 tentang Pemberian Izin Peleburan Usaha 2 (dua) Bank Pasar dan
Peningkatan Status Menjadi Bank Umum dengan nama PT Bank
Swansarindo Internasional yang memperoleh kegiatan operasi
berdasarkan surat Bank Indonesia (BI) nomor 24/1/UPBD/PBD2/Smr
tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin Usaha Bank Umum dan
Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh Organisasi
Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT Bank Swansarindo
Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia yang
memperoleh persetujuan dari (BI) nomor 5/4/KEP. DGS/2003 tanggal
24 Januari 2003 yang dituangkan ke dalam akta nomor 109 Tanggal 31
Januari 2003. Dalam perkembangannya kemudian PT Bank
Persyarikatan Indonesia melalui tambahan modal dan asistensi oleh PT
Bank Bukopin, Tbk., maka pada tahun 2008 setelah memperolah izin
kegiatan usaha bank umum yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah
melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia nomor
10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008 tentang Pemberian
Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank
Syariah, dan Perubahan Nama PT Bank Persyarikatan Indonesia
Menjadi PT Bank Syariah Bukopin dimana secara resmi mulai efektif
beroperasi tanggal 9 Desember 2008, kegiatan operasional Perseroan
secara resmi dibuka oleh Bapak M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden
Republik Indonesia periode 2004 -2009. Sampai dengan akhir Desember
2014 Perseroan memiliki jaringan kantor yaitu 1 (satu) Kantor Pusat dan
Operasional, 11 (sebelas) Kantor Cabang, 7 (tujuh) Kantor Cabang
Pembantu, 4 (empat) Kantor Kas, 1 (satu) unit mobil kas keliling, dan 76
(tujuh puluh enam) Kantor Layanan Syariah, serta 27 (dua puluh tujuh)
C. Laporan Keuangan
1. Pengertian laporan keuangan
a. Laporan keuangan secara umum
Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan tidak dibuat
secara serampangan, tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan
atau standar yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan
mudah dibaca dan dimengerti. Laporan keuangan yang disajikan
perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan. Di
samping itu banyak pihak yang memerlukan dan berkepentingan terhadap
laporan keuangan yang dibuat perusahaan, seperti pemerintah, kreditor,
investor maupun para supplier.4
Laporan keuangan biasanya dibuat per periode, seperti tiga bulan
(triwulan) atau enam bulan (semester) untuk kepentingan internal
perusahaan. Sementara untuk laporan luas dilakuakn satu tahun sekali.
Selain itu dapat diketahui posisi perusahaan terkini setelah menganalisis
laporan keuangan tersebut5
b. Laporan Keuangan Bank Syariah
Laporan keuangan pada sektor perbankan syariah, sama seperti
sektor lainnya, yaitu untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan yang
rasional, seperti: shahibul maal; pihak-pihak yang memanfaatkan dan menerima penyaluran dana; pembayar zakat, infak dan shadaqah;
4
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta : Rajawali Pers 2014) h. 6 5
pemegang saham; otoritas pengawasan; Bank Indonesia; Pemerintahan;
lembaga penjamin simpanan; dan masyarakat.6
Dalam pengenrtian yang sederhana, laporan keuangan adalah:
laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau
dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan menggambarkan pos-pos
keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Dalam
praktinya dikenal beberapa macam laporan keuangan seperti :7 1. Neraca
Nerca merupsksn laporan yang menunjukan jumlah aktiva
(harta), kewajiban (hutang) dan modal perusahaan (ekuitas)
perusahaan pada saat tertentu. Pembuatan neraca biasanya dibuat
berdasarkan periode tertentu (tahunan). Akan tetapi, pemilik atau
manajemen dapat pula meminta laporan neraca sesuai lebutuhan
untuk mengetahui secara persis berapa harta, utang