• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEGIATAN EKONOMI PEMULUNG SAMPAH DAUR ULANG DI KELURAHAN TERJUN, KECAMATAN MEDAN MARELAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEGIATAN EKONOMI PEMULUNG SAMPAH DAUR ULANG DI KELURAHAN TERJUN, KECAMATAN MEDAN MARELAN."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

ASHRI MAULIDA. Analisis Kegiatan Ekonomi Pemulung Sampah Daur Ulang di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan 2017.

Pengelolaan sampah dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, bahkan jika sampah dikelola dengan baik mempunyai nilai ekonomi yang cukup menjanjikan. Daur ulang adalah salah satu usaha minimisasi sampah di tingkat sumber timbulan seperti Rumah Tangga dan Pasar sehingga penanganannya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) semakin efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi sampah bagi pemulung. Apakah kegiatan ini mempunyai prosfek untuk dikembangkan?. Penelitian ini diharapkan juga dapat membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan antara lain (1) pengentasan kemiskinan; (2) untuk mengetahui karakteristik sampah; (3) untuk mengetahui nilai jual sampah anorganik; (4) nilai margin pemasaran usaha daur ulang. Untuk itu ditentukan variabel- variabel yang diperkirakan mempengaruhi ekonomi pemulung yaitu radius pengambilan sampah, pengalaman kerja, jenis kelamin dan moda angkutan yang digunakan pemulung.

Data primer diperoleh dari rumah tangga, pasar, para pemulung, agen kecil dan agen besar usaha daur ulang sampah anorganik. Metode analisis deskriptif antara lain analisis perilaku, analisis karakteristik sampah Rumah Tangga, analisis nilai sampah anorganik dan analisis margin. Metode analisis Regresi Linear Berganda (Ordinary Least Square) untuk melihat pengaruh variabel- variabel tersebut terhadap ekonomi pemulung pada jalur Rumah Tangga dan jalur Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel radius pengambilan sampah dan pengalaman kerja pemulung berpengaruh positif terhadap nilai ekonomi pemulung baik pada jalur TPA maupun jalur Rumah Tangga. Sampah aqua gelas, sampah kertas HVS, sampah tembaga dan sampah botol kaca bening adalah jenis sampah anorganik yang memiliki nilai jual tinggi per kilogram. Pemasaran sampah jalur Rumah Tangga lebih efektif dan menguntungkan daripada jalur TPA. Pemulung jalur Rumah Tangga lebih sejahtera daripada Pemulung jalur TPA. Kesadaran masyarakat masih rendah dalam menjaga lingkungannya. Pengembangan kegiatan pada program Bank Sampah mempunyai prospek untuk mengentaskan kemiskinan.

(5)

ABSTRACT

ASHRI MAULIDA. Analysis of Economic Activity Scavenger Waste Recycling in Falls Village, District of Medan Marelan. Graduate Program, State University of Medan in 2017.

Waste management can reduce negative impacts on the environment, even if garbage is properly managed has economic value that is promising. Recycling is one of the businesses on waste minimization at the source of generation such as the Household and the Market must be addressed in the Final Disposal (TPA) more effective. This study aims to determine the economic value for the garbage collector. Does this activity has to be developed prosfek?. This research is also expected to assist the government in formulating policies, among others, (1) the alleviation of poverty; (2) to determine the characteristics of the waste; (3) to determine the value of the sale of inorganic waste; (4) the value of marketing margin recycling efforts. For that determined the variables expected to affect the economy of scavengers that radius trash pickup, work experience, gender and the mode of transport used scavengers.

Primary data were collected from households, markets, scavengers, agents of small and large agents inorganic waste recycling business. Descriptive analysis methods include behavioral analysis, analysis of the characteristics of household rubbish, garbage value analysis of inorganic and margin analysis. Linear Regression analysis method (Ordinary Least Square) to see the effect of these variables on the path towards economic scavengers Household and track Landfill (TPA).

The results of this study indicate that the variable radius waste pick-up and work experience scavengers positive effect on the economic value of the landfill scavengers either on line or lines of Household. Trash aqua glass, waste paper HVS, copper and garbage bins clear glass bottle is a kind of inorganic waste which has a high sales value per kilogram. Household garbage Marketing paths more effectively and profitably than the path landfill. Household scavenger pathway is more prosperous than landfill scavengers path. Public awareness is still low in maintaining the environment. Development activities in the Garbage Bank program has prospects for poverty reduction.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Syukur

senantiasa Penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Penyayang atas petunjuk,

rahmat, kasih sayang, karuniaNya penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian dan

penyusunan tesis ini, dengan judul “Analisis Kegiatan Ekonomi Pemulung Sampah Daur Ulang di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan”.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan ribuan terima kasih kepada

Ayahanda Syamsir, ST dan Ibunda Yenny Mushlihah, S. Pd, karena doa dan

dukungan mereka penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dan kepada My

Special Man, Hengki Frans Simatupang, S. Kom yang terus mendukung Penulis,

mendorong dan menyemangati, serta kakak dan adik- adikku, Minny Syamsiah,

Nurul fajar, Abdurrasyid Fakhrurrozy, dan Syamsul Aulia Rahman yang selalu siap

membantu, memberikan doa serta semangat kepada penulis untuk menyelesaikan

penulisan tesis ini.

Peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini dengan

usaha, bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis

dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat menyampaikan ucapan terima kasih

yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom,M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri

Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, selaku Direktur Program Pascasarjana

(7)

vi

3. Ibu Dr. Fitrawaty, M.Si, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Ekonomi Universitas Negeri Medan sekaligus Penguji dan Bapak M. Fitri

Rahmadhana, M. Si selaku Sekretaris Prodi Magister Ilmu Ekonomi, Dosen

Pembimbing semasa S1, juga Dosen paling kece yang begitu sering direpotin

sama saya hehehe.. Terima kasih banyak ya Pak.... 

4. Bapak Dr. Zahari Zein, M. Sc selaku Pembimbing I, dan Bapak Dr. Rahmat

Mulyana, M. Si selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan

bimbingan, masukan dan saran bagi penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Terima kasih banyak dan maaf sering merepotkan ya Pak... 

5. Bapak Dr. Rahmanta Ginting , M.Si , dan Bapak Dr. H. Muhammad Yusuf,

M.Si, selaku Penguji yang telah banyak memberikan masukan yang sangat

berharga bagi Penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan

dengan segenap hati 

7. Bapak dan Ibu staf Administrasi Program Pascasarjana Universitas Negeri

Medan.

8. Rekan- rekan mahasiswa satu angkatan, rekan seperjuangan, terutama

teman-teman di kelas Eksekutif (B) Angkatan 2014 Prodi Ekonomi yang penulis tak

dapat sebutkan satu persatu yang telah mendorong dan memberikan bantuan

moril kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini. Terima kasih

(8)

vii

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, maka perlu masukan

maupun kritikan yang membangun untuk penelitian tesis ini. Semoga karya ini dapat

bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan,

Semoga rahmat Allah senantiasa tercurah kepada kita semua.

Medan, Januari 2017

Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman:

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI……… i

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 21

1.3 Pembatasan Masalah... 22

1.4 Rumusan Masalah………... 22

1.5 Tujuan Penelitian………... 23

1.6 Manfaat penelitian………... 23

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori………...…... 25

2.1.1 Hukum Termodinamika... 25

2.1.2 Teori Eksternalitas………...…………... 27

2.1.3 Teori Produktifitas... 34

2.1.3.1 Fungsi Produksi... 36

2.1.3.2 Fungsi Produksi Coub Douglas... 38

2.1.4 Produksi Sampah... 42

2.1.5 Teori Elastisitas...………... 43

2.1.6 Sistem Pengelolaan Sampah... 46

2.1.6.1 Teknis Operasional Pengelolaan sampah... 47

2.1.6.2 Aspek Kelembagaan & Organisasi... 57

2.1.6.3 Aspek Pembiayaan Pengelolaan Sampah... 58

2.1.6.4 Aspek Hukum & Peraturan... 59

2.1.6.5 Aspek Peran Serta Masyarakat... 60

2.1.7 Perilaku Manusia Dalam Mengelola Sampah... 61

2.1.8 Daur Ulang sebagai Usaha Minimisasi Sampah... 64

2.1.9 Jenis- Jenis Bahan yang dapat didaur ulang…..…... 68

2.1.9.1 Kaca... 68

2.1.9.2 Plastik... 72

2.1.9.3 Kertas... 77

2.1.9.4 Logam... 79

2.1.10 Sampah dan Negara Berkembang... 83

2.1.11 Menatap Masa Depan...………... 84

2.1.11.1 Nol Limbah... 85

2.1.11.2 Menggunakan Material yang Berkesinambungan.... 86

2.1.11.3 Menutup Simpul... 87

(10)

Nilai Ekonomi Sampah Padat... 88

2.2 Penelitian Terdahulu………... 91

2.3 Kerangka Berpikir……….….... 96

2.4 Hipotesis……….... 98

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 100

3.2 Lokasi Penelitian………... 100

3.3 Jenis dan Sumber Data... 100

3.4 Populasi dan Sampel………... 101

3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional………... 103

3.6 Teknik Pengumpulan Data……….... 105

3.7 Teknik Analisis Data………... 106

3.7.1 Analisis Deskriptif... 106

3.7.2 Analisis Regresi Berganda... 110

3.7.3 Analisis Parameter Model Regresi Linear Berganda... 114

3.8 Uji Asumsi Klasik………... 115

3.9 Uji Hipotesis………... 119

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 120

4.2 Deskripsi Karakteristik Responden... 121

4.2.1 Rumah Tangga... 121

4.2.2 Pasar... 122

4.2.3 Pemulung... 124

4.3 Hasil Analisis Deskriptif... 126

4.3.1 Analisis Perilaku RT... 126

4.3.1.1 Pengetahuan dan Sikap RT Dalam Mengelola Sampah... 127

4.3.1.2 Tindakan RT Terhadap Mengelola Sampah... 131

4.3.2 Analisis Perilaku Pasar... 133

4.3.3 Analisis Perilaku RT Pemulung... 135

4.3.4 Analisis Karakteristik Sampah RT yang Memiliki Nilai Jual. 140 4.3.5 Analisis Nilai Sampah Anorganik... 141

4.3.6 Analisis Margin... 144

4.3.6.1 Analisis Marketing Margin... 145

4.3.6.1.1 Analisis Marketing Margin Jalur TPA... 145

4.3.6.1.2 Analisis Marketing Margin Jalur RT... 146

4.3.6.2 Analisis Profit Margin... 148

4.3.7 Pembahasan Hasil Analisis Deskriptif... 150

4.4 Hasil Analisis Regresi... 155

4.4.1 Hasil Analisis Regresi Jalur TPA... 155

4.4.1.1 Hasil Uji Asumsi Klasik Jalur TPA... 155

4.4.1.1.1 Uji Normalitas Jalur TPA... 155

4.4.1.1.2 Uji Multikolinearitas Jalur TPA... 156

4.4.1.1.3 Uji Autokorelasi Jalur TPA... 157

4.4.1.1.4 Uji Heteroskedasitas Jalur TPA... 158

(11)

4.4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Jalur TPA... 162

4.4.1.3.1 Uji F Jalur TPA... 162

4.4.1.3.2 Uji t Jalur TPA... 163

4.4.1.3.3 Uji Koefisien Determinan R2 Jalur TPA... 164

4.4.1.4 Pembahasan Hasil Uji dan Variabel Penelitian Pada Jalur TPA... 165

4.4.2 Hasil Analisis Regresi Jalur RT... 170

4.4.2.1 Hasil Uji Asumsi Klasik Jalur RT... 170

4.4.2.1.1 Uji Normalitas Jalur RT... 171

4.4.2.1.2 Uji Multikolinearitas Jalur RT... 171

4.4.2.1.3 Uji Autokorelasi Jalur RT... 172

4.4.2.1.4 Uji Heteroskedasitas Jalur RT... 173

4.4.2.2 Hasil Analisis Model Regresi Jalur RT... 174

4.4.2.3 Hasil Uji Hipotesis Jalur RT... 177

4.4.2.3.1 Uji F Jalur RT... 177

4.4.2.3.2 Uji t Jalur RT... 178

4.4.2.3.3 Uji Koefisien Determinan R2 Jalur RT... 179

4.4.2.4 Pembahasan Hasil Uji dan Variabel Penelitian Pada Jalur RT... 180

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 187

5.2 Saran... 190

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman:

Tabel 1.1 : Jumlah Timbulan Sampah Berdasarkan Jumlah

Penduduk Kota Medan 2010-2015... 5

Tabel 1.2 : Jumlah Lapangan Pekerjaan Per Juta Ton Sampah yang Diproses... 15

Tabel 2.1 : Jenis Elastisitas Berdasarkan Nilai Koefisien Elastisitasnya... 45

Tabel 2.2 : Simbol Jenis Plastik... 75

Tabel 2.3 : Persentase Kemasaan Baja yang di Daur Ulang... 82

Tabel 3.1 : Lokasi Penelitian... 100

Tabel 3.2 : Jenis dan Sumber Data... 101

Tabel 3.3 : Jumlah Populasi Penelitian... 101

Tabel 3.4 : Jumlah Sample... 103

Tabel 3.5 : Lay Out Angket... 105

Tabel 3.6 : Kriteria dari Statistik DW dan Keputusannya... 116

Tabel 4.1 : Rekapitulasi Persentase Karakteristik RT... 121

Tabel 4.2 : Karakteristik Pedagang Pasar Deli... 122

Tabel 4.3 : Karakteristik Pemulung RT dan TPA... 124

Tabel 4.4 : Pengetahuan dan Sikap RT Terhadap Indikator Pengumpulan Sampah... 127

Tabel 4.5 : Pengetahuan dan Sikap RT Terhadap Indikator Pemisahan Sampah... 128

Tabel 4.6 : Pengetahuan dan Sikap RT Terhadap Indikator Pembakaran Sampah... 129

Tabel 4.7 : Pengetahuan dan Sikap RT Terhadap Indikator Penimbunan Sampah... 130

Tabel 4.8 : Tindakan RT Terhadap Pengelolaan Sampah... 131

Tabel 4.9 : Harga Jual Sampah Anorganik tahun 2014-2016 pada Tingkat Agen Besar... 142

Tabel 4.10 : Daftar Harga Beli dan Harga Jual Sampah Anorganik dari Tingkat Pemulung- Pabrik... 142

Tabel 4.11 : Marketing Margin Jalur TPA Per Jalur Distribusi... 145

Tabel 4.12 : Alur Marketing Margin Jalur TPA... 146

Tabel 4.13 : Marketing Margin Jalur RT Per Jalur Distribusi... 147

Tabel 4.14 : Alur Marketing Margin Jalur RT... 147

Tabel 4.15 : Daftar Biaya Perlakuan Sampah dalam 1x Penjualan... 148

Tabel 4.16 : Nilai Matriks Korelasi Variabel Bebas Jalur TPA... 156

Tabel 4.17 : Nilai VIF dari Korelasi variabel Bebas Jalur TPA... 157

Tabel 4.18 : Hasil Uji LM Jalur TPA... 158

Tabel 4.19 : Koefisien R2 jalur TPA Tanpa Metode White Heteroskedaticity... 158

Tabel 4.20 : Koefisien R2 jalur TPA Dengan Metode White Heteroskedaticity... 159

Tabel 4.21 : Hasil Estimasi Regresi Berganda Jalur TPA... 160

(13)

Tabel 4.23 : Hasil Uji t Jalur TPA... 163

Tabel 4.23 : Nilai Matriks Korelasi Variabel Bebas Jalur RT... 171

Tabel 4.24 : Nilai VIF dari Korelasi variabel Bebas Jalur RT... 172

Tabel 4.25 : Hasil Uji LM Jalur RT... 173

Tabel 4.26 : Koefisien R2 jalur RT Tanpa Metode White Heteroskedaticity... 173

Tabel 4.27 : Koefisien R2 jalur RT Dengan Metode White Heteroskedaticity... 174

Tabel 4.28 : Hasil Estimasi Regresi Berganda Jalur RT... 175

Tabel 4.29 : Hasil Uji F Jalur RT... 177

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman:

Gambar 1.1 : Grafik pertumbuhan sampah perhari dan pertahun

berdasarkan jumlah penduduk kota Medan... 6

Gambar 1.2 : Proses kegiatan daur ulang... 13

Gambar 1.3 : Grafik jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta berdasarkan jumlah sampah yang diproses... 15

Gambar 1.4 : Pengelolaan sampah terpadu... 16

Gambar 2.1 : Simbol daur ulang... 65

Gambar 2.2 : Kaca yang akan didaur ulang... 70

Gambar 2.3 : Simbol dan jenis plastik yang dapat didaur ulang... 75

Gambar 2.4 : Identifikasi jenis plastik... 76

Gambar 2.5 : Kertas daur ulang... 78

Gambar 2.6 : Grafik persentase kemasan baja yang didaur ulang... 83

Gambar 2.7 : Skema kerangka berpikir... 96

Gambar 3.1 : Alur analisis marketing margin... 108

Gambar 4.1 : Harga Jual Sampah Anorganik di Tingkat Agen Besar. 143 Gambar 4.2 : Alur Marketing Margin Jalur TPA dan RT... 147

Gambar 4.3 : Uji Normalitas JB- Test Jalur TPA... 155

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabulasi Responden RT

Lampiran 2 : Tabulasi Responden Pedagang Pasar Deli Lampiran 3 : Tabulasi Hasil Pengetahuan Dan Sikap RT

Dalam Mengelola Sampah

Lampiran 4 : Tabulasi Hasil Tindakan RT Dalam Mengelola Sampah

Lampiran 5 : Rekapitulasi Kuesioner RT Lampiran 6 : Perilaku Pedagang Pasar Deli Lampiran 7 : Kondisi RT Pemulung

Lampiran 8 : Perilaku RT Pemulung

Lampiran 9 : Tabulasi Nilai Jual Sampah Anorganik Pemulung RT

Lampiran 10 : Tabulasi Nilai Jual Sampah Anorganik Pemulung TPA

Lampiran 11 : Daftar Barang Sisa dan Harga Jual/ kg Pada Tingkat Pemulung RT

Lampiran 12 : Uji Asumsi Klasik Jalur TPA

Lampiran 13 : Hasil Perhitungan Regresi dan Uji Asumsi Klasik Nilai Ekonomi Jalur TPA Berdasarkan Jenis Sampah Anorganik

Lampiran 14 : Hasil Perhitungan Nilai Ekonomi Sampah Jalur TPA Tanpa Berdasarkan Jenis Sampah

Lampiran 15 : Hasil Perhitungan Regresi dan Uji Asumsi Klasik Nilai Ekonomi Sampah Jalur TPA Tanpa Berdasarkan Jenis Sampah Anorganik Lampiran 16 : Uji Asumsi Klasik Pada Jalur RT

Lampiran 17 : Hasil Perhitungan Regresi dan Uji Asumsi Klasik Nilai Ekonomi Jalur RT Berdasarkan Jenis Sampah Anorganik

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sampah merupakan konsekuensi dari semua aktifitas yang dilakukan

manusia. Dalam kegiatan memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia menghasilkan

“sisa”. Hal ini terjadi karena setiap aktivitas manusia pada dasarnya adalah sebuah

proses pengubahan zat atau energi dari suatu bentuk ke bentuk lainnya. Setiap

proses tersebut tidak dapat sepenuhnya mampu diubah melainkan selalu ada

“sisa” atau disebut entropy yang kemudian menjadi sampah atau limbah yang

masuk ke lingkungan. Hal ini juga dijelaskan dalam hukum termodinamika II.

Dalam UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, sampah

diartikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang

berbentuk padat. Menurut M. Satori dalam Suyoto (2008) pada umumnya orang

sering memandang sampah sebagai “sisa” dan keberadaannya akan mengganggu

estetika lingkungan. Wajar apabila orang berpendapat bahwa sampah harus

“disingkirkan”. Pemahaman masyarakat tentang pengelolaan sampah dengan

metode ambil- angkut- buang tanpa disertai pengawasan yang baik akan

menambah kompleknya masalah sampah.

Berdasarkan data BPS tahun 2000 dalam Wibowo dan Djajawinata dalam

Pemerintahan Kota Medan 2013 dari 384 kota di Indonesia menimbulkan sampah

sebesar 80.235,87 ton setiap hari, penanganan sampah yang diangkut dan dibuang

ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sebesar 4,2 %, yang dibakar sebesar

37,6% , yang dibuang ke sungai 4,9 % dan tidak tertangani sebesar 53,3 %. Hal

tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya pertambahan penduduk dan

(17)

2

arus urbanisasi yang pesat telah menyebabkan timbulan sampah pada perkotaan

semakin tinggi, kendaraan pengangkut yang jumlah maupun kondisinya kurang

memadai, sistem pengelolaan TPA yang kurang tepat dan tidak ramah lingkungan,

dan belum diterapkannya pendekatan reduce, reuse dan recycle (3 R).

Sampah adalah masalah kursial yang dihadapi oleh masyarakat, tidak hanya

diperkotaan namun juga yang tinggal di pinggiran kota. Belakangan sampah

menjadi persoalan kian rumit terutama di metropolitan dan kota- kota besar di

Indonesia. Kasus sampah mencuat terjadi di Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang

dan Bekasi (Jabodetabek) serta Bandung Raya yang pada akhir tahun 2005 dan

awal tahun 2006 dilanda lautan sampah. Kondisi tumpukan sampah di TPA yang

tidak diolah dapat menyebabkan malapetaka sampah seperti meledak dan longsor

yang telah banyak memakan korban.

Permasalahan sampah juga dialami oleh kota Medan sebagai salah satu kota

besar di Indonesia. Pemerintah kota Medan (2015) menjelaskan setiap hari

produksi sampah kota Medan mencapai 1.725 ton dan sampah yang terangkut

hanya 525 ton/ hari yang terdiri dari 48% sampah organik dan 52% sampah

anorganik. Dan peningkatan timbulan sampahnya mencapai 2-4 persen setiap

tahunnya namun disayangkan peningkatan ini tidak diikuti dengan ketersediaan

prasarana dan sarana persampahan yang memadai sehingga sisa sampah yang

belum terangkut merusak keindahan kota.

Apabila diamati, timbulnya masalah persampahan tidak dapat lepas dari

perilaku manusia/ masyarakat sebagai penghasil dan pengelola sampah. Sejauh ini

dirasakan bahwa pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam kebersihan belum

(18)

3

sampah sembarangan, padahal tempat sampah tersedia. Mereka juga belum sadar

bahwa sampah memiliki nilai ekonomis yang dapat memberi nilai tambah pada

pereonomian rumah tangga jika dikelola dengan baik dan tekun. Masalah sampah

tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung

jawab seluruh masyarakat dalam usaha meminimisasi jumlah sampah yang

diproduksinya setiap hari.

Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang

pengelolaan sampah meliputi pengurangan sampah dan penanganan sampah.

Dimana pengurangan sampah merupakan kegiatan untuk mengatasi timbulnya

sampah sejak dari produsen sampah (RT, Pasar, dan lainnya), menggunakan ulang

sampah dari sumbernya, dan daur ulang dari sumbernya. Dan upaya penanganan

sampah mencakup pemilahan, pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan hasil

akhir. Jika pengelolaan sampah semakin baik ditingkat hulu (sumbernya) maka

sampah yang dibawa ke bagian hilirnya (TPA) akan semakin sedikit jumlahnya.

Maka masalah yang ditimbulkan oleh sampah tentu akan semakin berkurang pula.

Agar partisipasi masyarakat dapat terwujud secara nyata, perlu ada usaha

yang dapat membangkitkan motivasi, kemampuan, kesempatan dan menggali

serta mengembangkan sumber-sumber yang ada pada masyarakat, sehingga

masyarakat bersedia berpartisipasi dalam pengelolaan persampahan secara

konsisten dan berkesinambungan. Mengingat perilaku masyarakat besar

pengaruhnya terhadap kebersihan, maka masyarakat harus pula berperan secara

aktif dalam pengelolaan sampah yang optimal.

Sampah timbul dari berbagai sumber seperti permukiman yang biasanya

(19)

4

pertanian dan perkebunan seperti jerami maupun sisa pestisida. Sampah yang

timbul dari sisa bangunan dan konstruksi gedung seperti kayu, bambu, triplek,

semen, batu bata dan sebagainya. Sedangkan dari perdagangan (pasar) seperti sisa

sayur mayur dan bungkus makanan. Dan yang berasal dari perkantoran seperti

sisa- sisa alat tulis, kertas- kertas yang tidak lagi terpakai dan juga sampah dari

industri seperti plastik, logam, kaca, mortar yang tidak lagi dipakai.

Timbulan sampah adalah sampah yang dihasilkan oleh sumber sampah.

Menurut SNI- S- 04- 1993- 03 dalam Pemerintahan Kota Medan (2013), satuan

timbulan sampah pada kota besar mencapai 0,7- 0,8 kg/ hari. Sedangkan satuan

timbulan sampah pada pasar mencapai 0,10- 0,30 kg/ meter/ hari. Dengan laju

pertumbuhan sampah pada kota besar mencapai 0,8 ton/ tahunnya. Artinya, jika

tahun 2015 kota Medan telah memproduksi sampah 1.725 ton setiap harinya,

maka di tahun 2016 diproyeksikan sampah yang diproduksi kota Medan mencapai

2.208 ton setiap harinya.

Timbulan sampah yang selalu bertambah tiap tahunnya juga menambah

volume sampah secara kumulatif, menyebabkan banyak permasalahan terjadi di

Tempat Pembuangan Akhir. Banyak faktor yang mempengaruhi timbulan sampah

perkotaan. Pemerintah kota Medan (2013) menjelaskan faktor- faktor yang

mempengaruhi timbulan sampah yaitu jumlah penduduk, keadaan sosial ekonomi,

dan kemajuan teknologi.

Jumlah penduduk yang terus meningkat akan semakin menambah jumlah timbulan

sampah. Berikut data jumlah penduduk beserta timbulan sampah kota Medan tahun 2010-

(20)

5

Tabel 1.1 : Jumlah timbulan sampah berdasarkan jumlah penduduk kota Medan Tahun 2010- 2015

Tahun penduduk Jumlah

Satuan timbulan sampah kota besar (kg/ orang/ hari) Jumlah timbulan sampah perhari (kg) Jumlah timbulan sampah pertahun (ton)

2010 2.097.610 0,8 1.678.088 612.502

2011 2.117.224 0,8 1.693.779 618.229

2012 2.122.804 0,8 1.698.243 619.859

2013 2.123.210 0,8 1.698.568 619.977

2014 2.191.140 0,8 1.752.912 639.813

2015 2.210.624 0,8 1.768.499 645.502

Sumber: BPS, data diolah

0,8 satuan timbulan sampah kota besar (SNI- S- 04- 1993- 03 dalam Pemerintahan Kota Medan, 2013)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tahun 2010 dengan jumlah penduduk

sebanyak 2.097.610 orang, timbulan sampah yang dihasilkan pada tahun tersebut

sebanyak 1.678.088 kg/ hari dan mencapai 612.502 ton/ tahun. Dan jumlah

timbulan sampah semakin meningkat di tahun- tahun berikutnya. Hingga

mencapai 1.768.499/ kg/ hari dan mencapai 645.502/ ton/ tahun dengan jumlah

penduduk sebanyak 2.210.624 orang di tahun 2015. Tabel ini memperlihatkan

bahwa pertumbuhan penduduk mempengaruhi jumlah timbulan sampah.

Meningkatnya populasi penduduk disetiap daerah/kota maka jumlah sampah yang

dihasilkan setiap rumah tangga semakin meningkat.

Tren kenaikan timbulan sampah di kota Medan beiringan dengan kenaikan

(21)

6

Gambar 1.1 : Grafik pertumbuhan sampah per hari dan per tahun berdasarkan jumlah penduduk kota Medan

Apabila penduduk di suatu kota berjumlah besar sedangkan luas

daerahnya relatif kecil, maka sampah yang terkumpul setiap harinya harus segera

dikumpulkan, diangkut, dan dibuang agar tidak menggunung. Jika tidak,

akibatnya seluruh kota akan menjadi kotor, merusak keindahan kota,

menimbulkan bau busuk, serta membahayakan kesehatan masyarakat karena

tumpukan sampah itu menjadi sarang lalat, tikus dan binatang lainnya.

Tidak hanya jumlah penduduk, keadaan sosial ekonomi masyarakat juga

akan mempengaruhi jumlah timbulan sampah. Semakin tinggi keadaaan sosial

ekonomi seseorang akan semakin banyak timbulan sampah yang dihasilkannnya.

Masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi cenderung memilih gaya hidup

instan. Mereka lebih suka membeli makanan dari restauran dan berbelanja di

supermarket sehingga sampah yang ditimbulkan banyak berupa sampah

non-organik. Laju produksi sampah akan terus meningkat. Tidak saja sejajar dengan

pertumbuhan penduduk tetapi juga sejalan dengan meningkatnya pola konsumsi

masyarakat (Suyoto, 2008).

Kemajuan teknologi juga mempengaruhi jumlah timbulan sampah. Seperti

barang elektronik, pada masa lalu orang lebih suka memperbaiki sesuatu daripada 0

1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000

(22)

7

membuangnya sehingga penggunaan suatu barang lebih lama. Namun sekarang,

orang cenderung membuang sesuatu yang sudah tidak dapat digunakan karena

lebih murah membeli barang baru daripada memperbaikinya (Morgan, 2009).

Dalam teori Duncan juga dijelaskan bahwa masalah lingkungan (khususnya

lingkungan urban) mempunyai hubungan interdepedensi dengan aspek demografi,

organisasi, dan teknologi yang dikenal dengan model POET yaitu populasi (P),

organisasi (O), enviromental (E), teknologi (T). Perubahan yang terjadi pada

populasi, organisasi, dan teknologi memberikan dampak perubahan terhadap

lingkungan alam (Tabara dan Wostl, 2007)

Pemerintah kota Medan (2013) juga menjelaskan bahwa pertambahan

jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat telah

meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis dan juga keberagaman karakteristik

sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok

dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang

pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi besar terhadap

kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan.

Dalam hal penanganan sampah dapat diasumsikan bahwa laju produksi

sampah tidak sebanding dengan proses penanganannya. Jika permasalahan

sampah tidak ditangani sebagaimana mestinya, maka dapat menimbulkan

berbagai masalah, sampai pada resiko bagi kesehatan manusia serta makhluk

lainnya. Pengelolaan sampah yang baik merupakan suatu rangkaian kegiatan yang

mencakup pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan dan pembuangannya (Rizal,

(23)

8

Soekamana (2010) juga menjelaskan bahwa pengelolaan sampah adalah

sebuah upaya komperhensif menangani sampah- sampah yang dihasilkan dari

berbagai aktivitas manusia, dikelompokkan menjadi enam elemen terpisah yaitu

pengendalian bangkitan (control of generation), penyimpanan (storage),

pengumpulan (collection), pemindahan dan pengangkutan (transfer and

transport), pemrosesan (processing) dan pembuangan (diposal).

Senada dengan itu menurut Annihayah (2006) pengelolaan sampah

merupakan permasalahan yang kompleks yang melibatkan pemerintah,

masyarakat dan pelaku usaha dalam penanganannya dan mencakup aspek teknis,

ekonomis, dan sosio politis. Aspek teknis pengelolaan sampah meliputi

manajemen sampah yang terdiri dari lima tahap yaitu dari tahap penampungan,

pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Aspek

ekonomi berkaitan dengan persoalan perbandingan antara input retribusi sampah

yang diterapkan dengan output yang dikeluarkan Pemda untuk mengelola sampah.

Aspek ekonomi erat kaitannya dengan aspek pembiayaan. Ditinjau dari

aspek pembiayaan, pengelolaan sampah perkotaan di Indonesia masih

memerlukan subsidi yang cukup besar. Biaya untuk pengelolaan persampahan

kota besar disyaratkan minimal lebih kurang 10% dari APBD (SNI

–T-12-1991-03 dalam Riyanto, 2008). Sedangkan dari aspek sosio- politik pengelolaan sampah

akan berkaitan dengan persoalan hubungan atau kerjasama pemerintah daerah

dalam menangani sampah. Masalah sampah mutlak harus ditangani secara

bersama-sama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat

itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran dan komitmen bersama menuju

(24)

9

Sampah yang semakin banyak tentu memberikan dampak pada

lingkungan, kesehatan, dan sosial. Sampah yang tidak dikelola dengan baik tentu

akan merusak lingkungan seperti bencana banjir, dan pencemaran air, tanah, juga

udara. Bagi kesehatan, sampah dapat menyebabkan penyebaran penyakit, dari

diare sampai kanker paru- paru. Serta secara sosial, akibat sampah dapat

mengurangi estetika lingkungan dan menganggu ketentraman hidup manusia

(Suyoto, 2008). Melihat dampaknya tentu saja sampah harus dikelola dengan baik

agar tidak merugikan kehidupan manusia.

Di sebagian rumah tangga, sampah yang timbul selama ini dikumpulkan

dan dipisahkan. Namun ada juga rumah tangga yang hanya mengumpulkan

sampahnya di tempat sampah, dipinggir jalan raya, di bawah pohon, di bawah

tiang listrik tanpa ada upaya memanfaatkannya bahkan sebagaian dimusnahkan

dan cara dibakar atau ditimbun. Sampah yang dipisahkan oleh RT dapat dijual

kembali ke pemulung yang mencari sampah di lingkungan rumah mereka. sampah

yang dikumpulkan dalam wadah dan tidak dimanfaatkan sebagian diangkut

menggunakan jasa petugas kebersihan dengan membayar retribusi setiap bulannya

lalu dibawa ke TPS atau langsung ke TPA. Sampah yang masuk ke TPA menjadi

lahan rezeki untuk pemulung yang memilah sampah langsung di TPA yang akan

dijual kepada pegepul kecil. Dan selanjutnya sampah dijual kembali ke agen besar

dan pabrik daur ulang untuk dijadikan sebagai bahan dasar produk.

Cara pemusnahan dengan cara pembakaran tidak menyelesaikan masalah

sampah. Bahkan keberadaanya mendorong orang- orang untuk memproduksi

lebih banyak sampah karena menganggap sampah dapat dibakar. Di pasar, para

(25)

10

lebih dalam penanganan sampah. Sampah dibiarkan oleh mereka menumpuk di

pojok meja jualannya menjadi tanggung jawab petugas kebersihan karena mereka

merasa telah membayar retribusi.

Murtadho dan Gumbira dalam Martinasari (2009) menjelaskan sampah

yang dihasilkan masyarakat berdasarkan sifatnya terbagi menjadi dua jenis yaitu,

sampah organik meliputi limbah padat semi basah yang berupa bahan organik,

pada umumnya berasal dari limbah hasil pertanian. Sampah ini memiliki sifat

mudah terurai oleh mikroorganisme dan mudah membusuk karena memiliki rantai

karbon relatif pendek. Sedangkan sampah anorganik berupa sampah padat yang

cukup kering dan sulit terurai oleh mikroorganisme karena memiliki rantai karbon

yang panjang dan kompleks seperti kaca, besi, plastik, logam, dan lain-lain.

Sampah- sampah yang dihasilkan oleh masyarakat berakhir di tempat

pembuangan akhir (TPA). Pemerintahan Kota Medan (2013) menjabarkan

terdapat 2 TPA yang ada di Kota Medan yaitu TPA Namo Bintang yang berada di

Pancur Batu dan dan TPA Terjun yang berada di Kecamatan Medan Marelan.

Namun secara operasional, sejak tahun 2013 TPA Terjun yang beroperasi

menampung seluruh sampah dari 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan. Karena

TPA Namo Bintang telah berhenti beroperasi pada tahun 2013. Hal ini tentu salah

satu penyebab TPA menjadi over load.

TPA Terjun yang telah beroperasi sejak tahun 1993 dengan luas 137.563

Ha menampung sampah 1.725 ton setiap hari (pada tahun 2015). Sampah yang

masuk ke TPA Terjun beraneka ragam jenisnya. Setiap harinya terdiri dari 77,3 %

sampah organik, 2,99% sampah kertas, 8,85% sampah plastik, 2,24% sampah

(26)

11

sampah pampers dan pembalut, 2,855% sampah lainnya (Pemerintahan Kota

Medan, 2015).

TPA Terjun dioperasikan menggunakan sistem terbuka (open dumping).

Sistem ini adalah sistem yang paling sederhana dan murah karena sampah hanya

ditumpuk di lokasi tertentu tanpa perlakuan khusus. Namun sistem pengolahan ini

memberi pengaruh negatif pada lingkungan berupa pencemaran air dan tanah

akibat air lindinya. Lindi adalah substansi cairan yang dihasilkan dalam proses

pembusukan sampah. Contoh lebih baik ditunjukkan oleh TPA di Kota Depok, air

lindi yang dihasilkan TPAnya ditampung ke penampungan air lindi, disaring dan

baru dialirkan ke sungai. Namun bau busuk yang disebabkan oleh air lindi itu

tetap menggangu kualitas udara terutama untuk warga yang tinggal sekitar TPA.

Sampah yang masuk ke TPA Terjun hanya dikumpul dan diratakan oleh

alat berat serta dibiarkan mengering terpapar oleh sinar matahari, terkadang

hangus terbakar akibat gas metana yang ditimbulkan oleh sampah. Saat musim

hujan tiba, masalah sampah semakin bertambah. Armada yang mengangkat

sampah akan mengalami antrian panjang untuk meletakkan sampah di puncak

gunung sampah, karena jalanannya basah dan licin dapat menyebabkan armada

mudah tergelincir.

Sampah yang masuk hanya ditumpuk tanpa pengolahan mengakibatkan

peningkatan volume sampah. Hal ini mampu memperpendek umur TPA dan dapat

membawa dampak pada pencemaran lingkungan, baik air, tanah, maupun udara.

Di samping itu, sampah juga berpotensi menurunkan kualitas sumber daya alam,

menyebabkan banjir dan konflik sosial, serta menimbulkan berbagai macam

(27)

12

menyimpang dari kontrol yang seharusnya diberikan akan mengakibatkan

kerugian yang nyata dan langsung.

Sistem pengelolahan sampah di TPA Terjun hanya menggunakan sistem

open dumping terhitung sudah sejak 23 tahun (1993- 2016) TPA tersebut

beroperasi. Sedangkan menurut UU No. 18 Tahun 2008 pasal 44 ayat 2 dikatakan

bahwa “pemerintah daerah harus menutup tempat pembuangan akhir (TPA) yang

menggunakan sistem open dumping paling lama 5 tahun terhitung sejak

berlakunya Undang- Undang ini. Dan pada tahun ini, Undang- Undang tersebut

sudah berjalan selama 8 tahun, dan TPA Terjun masih beroperasi seperti biasanya.

TPA ini sudah sangat mengalami kejenuhan dan dapat menyebabkan masalah

yang lebih berbahaya lagi untuk kemashalatan hidup manusia di sekitarnya.

Jika lahan pembuangan akhir telah penuh, alternatif yang realistis selain dari

pembakaran sampah adalah daur ulang sebagai usaha minimisasi sampah masuk

ke TPA. Harus diingat bahwa selalu ada biaya lingkungan atas proses daur ulang,

tetapi lebih sedikit jika dibandingkan dengan menggunakan bahan mentah yang

berasal dari alam. Mendaur ulang sampah akan lebih menghemat energi daripada

membakarnya. Mendaur ulang kertas menghemat energi sebesar tiga kali dari

pada membakarnya, plastik lima kali dan kain enam kali (Morgan, 2009).

Pemahaman masyarakat terhadap sampah sebagai barang sisa yang tidak

dipakai dan dibuang (end of pipe) harus diganti dengan pendekatan pengelolaan

sampah yang sebagai barang yang memiliki nilai ekonomis. Dalam UU No. 18

Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, bahwa dalam pengelolaan sampah

didasarkan pada asas nilai ekonomis dan manfaat yang bertujuan untuk

(28)

13

Salah satu kegiatan pengelolaan sampah dalam usaha minimisasi sampah

yang mengandung keuntungan nilai ekonomis adalah daur ulang. Kegiatan daur

ulang adalah salah satu teknik pengolahan limbah padat menjadi barang yang

berdaya guna sehingga dapat dipakai kembali yang terdiri dari tahap pemilihan,

pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan material bekas pakai,

pembelian material bekas pakai. Proses kegiatan daur ulang dilakukan oleh sektor

informal yaitu pemulung dan pengepul barang bekas (kecil dan besar)

(Martinasari, 2009)

Gambar 1.2 : Proses Kegiatan Daur Ulang

Pada tahap pemilihan, sampah dipilih yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Pada tahap pengumpulan, sampah yang telah dipilih lalu dikumpulkan pada

pengepul kecil atau pengepul besar. Lalu sampah yang telah dikumpulkan oleh

pengepul dibersihkan dan dikelompokkan sesuai jenisnya dan setelah itu

didistribusikan ke pabrik- pabrik daur ulang sampah sebagai bahan dasar

pembuatan material produk bekas.

Kegiatan daur ulang ini dapat diterapkan oleh siapa pun baik perorangan,

rumah tangga, instansi dan juga pemerintah kota. Recycle (daur ulang) juga

dilakukan secara formal dan informal oleh para pelaku daur ulang sampah

diperkotaan. Pelaku formal daur ulang sampah perkotaan adalah steakholder yang

Pemilihan Pengumpulan Pendistribusian

(29)

14

diberikan wewenang oleh pemerintah kota untuk menjalankan dan mengelola

sampah. Dan pelaku informal adalah para pemulung, lapak kecil dan lapak besar

yang biasanya mendaur ulang sampah dengan nilai ekonomis tertentu. (Peter J.M

Nas dan Rivke Jaffe dalam Andriyani dan Maryono, 2010).

Sektor informal daur ulang sampah adalah sektor yang melakukan kegiatan

aktivitas daur ulang skala kecil, baik yang dilakukan oleh perorangan dalam

rumah tangga atau usaha daur ulang. Kegiatan sektor informal ini juga disebut

dengan “sektor abu- abu”. Sektor ini memiliki peran yang penting dalam

pertumbuhan ekonomi (William dalam Andriyanti dan Maryono, 2010)

Menurut Andriyanti (2009) Keuntungan kegiatan daur ulang tidak hanya

membantu dalam penanganan masalah sampah perkotaan baik, namun memiliki

fungsi dalam aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Dalam segi penanganan

masalah persampahan perkotaan, manfaat daur ulang sampah untuk mengurangi

jumlah timbulan sampah yang masuk ke TPA dan keindahan kota dapat terjaga

(aspek lingkungan).

Dalam aspek ekonomi, kegiatan daur ulang sampah dapat mengurangi biaya

operasional pengelolaan sampah yaitu menghemat biaya pengangkutan sampah.

Secara umum alokasi pembiayaan sektor persampahan masih dibawah 5% dari

total APBD. Selain itu daur ulang juga membuka lapangan pekerjaan di sektor

informal seperti pemulung dan pelapak sehingga dapat mengurangi pengangguran

(aspek sosial).

Senada dengan itu Morgan (2009) juga menjelaskan bahwa di negara

berkembang maupun negara maju, daur ulang menyediakan banyak lapangan

(30)

15

Amerika Utara, ada banyak perusahaan dengan teknologi tinggi yang membuat

produk dari bahan- bahan daur ulang. Sedangkan di negara- negara berkembang

proyek daur ulang memberikan lapangan pekerjaan bagi anggota masyarakat yang

paling miskin.

Semua jenis pemrosesan sampah menciptakan lapangan pekerjaan, tetapi

program daur ulang yang dilakukan secara intensif memerlukan tenaga kerja dan

menciptakan jauh lebih banyak lapangan kerja. Ini merupakan hal penting bagi

negara- negara yang memiliki tingkat pengangguran cukup tinggi. Seperti data

yang dipaparkan oleh komunitas Friends of Earth dalam Morgan (2009), jumlah

lapangan pekerjaan yang tercipta dari jumlah sampah yang diproses (per juta ton)

[image:30.595.60.553.137.690.2]

di bawah ini:

Tabel 1.2 : Jumlah lapangan kerja per juta ton sampah yang diproses

Jenis pemrosesan sampah Jumlah lapangan pekerjaan

Tempat pembuangan sampah 40-60

Insinerator 100-290

Pembuatan kompos 200-300

Daur ulang 400-590

Sumber data: friends of earth (Morgan, 2009)

Gambar 1.3 : grafik jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta berdasarkan jumlah sampah yang diproses

0 100 200 300 400 500 600 t.pembuangan Sampah insinerator pembuatan kompos daur ulang

jenis pengelolahan sampah

(31)

16

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa proses daur ulang yang intensif tentu

akan memerlukan tenaga kerja yang banyak sehingga memungkinkan dapat

menciptakan lapangan kerja yang banyak, serta akan mengurangi jumlah sampah

dengan signifikan.

Kegiatan daur ulang sampah diantara pelaku daur ulang sampah (pemulung,

pelapak kecil, dan pelapak besar) dapat dipandang sebagai suatu hubungan antar

sistem yang dapat dikategorikan sebagai node, subpoint, dan centerpoint (Sejati

dalam Andriyani, 2009). Suatu area pelaksanaan kegiatan daur ulang sampah

dikatakan sebagai suatu area terbuka maupun tertutup, dimana terjadi interaksi

antara node, sub point, dan center point. Sebagai representasi dari interaksi dan

hubungan transfer sampah daur ulang antara pemulung, lapak kecil, dan lapak

besar.

Menurut Sejati dalam Andriyani (2009) hubungan interaksi yang mungkin

terjadi diantara pelaku menurut hirarkinya adalah sampah daur ulang dari node

dibawa ke subpoint kemudian dikirim ke centerpoint. Node adalah area dimana

pemulung beraktivitas, sub point adalah area dimana lapak kecil beraktivitas dan

[image:31.595.52.556.558.669.2]

centerpoint adalah area dimana lapak besar beraktivitas.

(32)

17

Karakteristik pemulung dalam melakukan kegiatan pemilahan sampah

terbagi menjadi dua, yaitu pemulung menggunakan moda dan tanpa moda.

Pemulung yang menggunakan moda terbagi menjadi bermotor (misalnya motor

sampah, dll) dan nonmotor (menggunakan becak, sepeda,dll). Sedangkan

pemulung tanpa moda hanya mengandalkan tenaga misalnya berjalan kaki

maupun mendorong gerobak.

Peran pengepul berada pada tahap pengumpulan, pemrosesan dan

pendistribusian. Setelah sampah dipilah dan dikumpulkan oleh pemulung, sampah

anorganik dilakukan pengepakan sampah kemudian disetorkan ke pabrik daur

ulang sampah. Menurut Poerwadarminta dalam Andriyani (2009), pengertian

lapak adalah tempat pengumpulan barang bekas. Lapak sampah terbagi menjadi

dua yaitu lapak besar dan kecil. Lapak kecil tidak melakukan pendistribusian ke

pabrik daur ulang. Sedangkan lapak besar adalah lapak yang langsung

mendistribusikan kumpulan sampah anorganik yang telah diterima menuju ke

pabrik pabrik pembuatan produk/ material barang bekas.

Namun, para pelapak kecil di TPA Terjun selain menerima sampah yang

dikumpulkan oleh pemulung, juga mengambil sampah langsung dari truk- truk

sampah yang akan masuk ke TPA dan juga saling membeli barang dengan para

pengepul kecil di wilayah studi untuk memenuhi permintaan pasar setiap harinya.

Para pekerja lapak kecil juga melakukan pemilahan sampah yang langsung

diturunkan truk sampah ke dalam lapak mereka.

Minimal sebanyak 23 ton/ hari sampah (jumlah ini yang hanya diolah oleh

pengepul sekitar TPA) diolah mereka untuk dijual ke pengepul besar maupun

(33)

18

pelaku daur ulang ini akan jauh lebih banyak, karena pada hari libur jumlah

pemulung semakin bertambah. Di wilayah studi terdapat banyak pemulung yang

mengumpulkan sampah langsung diTPA, dan beberapa pemulung mengumpulkan

sampah langsung ke RT, juga terdapat 8 pengepul kecil di dekat TPA, dan 22

agen besar dari berbagai daerah yang menjadi pelanggan pengepul kecil di sekitar

TPA Terjun. Namun, pengepul besar yang menjadi pelanggan mereka yang

berada dekat dengan wilayah studi hanya 5 pengepul besar (hasil observasi).

Andriyani (2009) menjelaskan proses kegiatan daur ulang dilakukan oleh

sektor informal perkotaan yaitu pemulung, pengepul, dan pabrik daur ulang

sampah. Proses pemilahan sampah dilakukan diberbagai sumber timbulan sampah

seperti kawasan permukiman, pendidikan, perdagangan, perkantoran, industri,

TPS, maupun di TPA. Sampah yang dipilah oleh pemulung adalah sampah yang

memiliki nilai ekonomis tinggi.

Nilai ekonomis yang dimaksud adalah nilai jual sampah yang didapatkan

oleh pemulung dari hasil pemilahan sampah yang disetorkan ke pengepul kecil

atau besar dan nilai jual sampah yang diterima pengepul kecil ke pengepul besar.

Besarnya nilai jual yang didapatkan pemulung dipengaruhi oleh volume sampah,

harga sampah, radius pengambilan sampah, marketing margin dan pengalaman

kerjanya juga jenis kelaminnya.

Volume sampah adalah jumlah sampah yang berhasil dikumpulkan

pemulung yang terdiri dari berbagai jenis sampah yang dapat dijual kembali untuk

didaur ulang. Jenis sampah yang biasa didaur ulang adalah sampah anorganik

seperti kertas, plastik, kaca dan logam. Sampah kertas yang memiliki nilai jual

(34)

19

Sampah plastik seperti botol air minum kemasan, mainan plastik, ember dan lain-

lain. Sampah kaca seperti gelas, botol kaca, baik kaca yang bening maupun

berwarna dan lain- lain. Dan sampah logam seperti besi, tembaga, kuningan,

aluminium dan lain- lain (Andriyani dan Maryono, 2010).

Menurut penelitian BPP Teknologi dalam Andriyani (2009), sampah yang

dipilah oleh pemulung tersebut mempunyai harga jual yang tinggi di pusat daur

ulang. Harga jual sampah tembaga per kg sebesar Rp. 25.000, besi sebesar Rp.

2.500, kuningan sebesar Rp. 15.000, botol/gelas aqua sebesar Rp. 2000. Setiap

jenis sampah memiliki harga jualnya sendiri. Semakin banyak jumlah (volume)

sampah dari berbagai jenis sampah anorganik yang berhasil dikumpulkan tentu

akan menghasilkan nilai ekonomis yang semakin besar pula.

Tidak hanya harga kebutuhan pokok yang mengalami fluktuasi, namun

harga sampah pun juga mengalaminya. Harga sampah ditentukan ditingkat pabrik

dalam jangka waktu yang tidak tertentu. Hal ini tentu akan menyulitkan para

pendaur ulang termasuk pemulung yang bersentuhan langsung dengan sampah.

Karena nilai ekonomis yang mereka dapatkan dari sampah diperoleh dari volume

sampah yang berhasil mereka kumpulkan dikali dengan harga sampah tersebut.

Jika harga cenderung tidak stabil maka pendapatan mereka pun akan terganggu.

Banyaknya jumlah sampah yang dapat dikumpulkan berhubungan dengan

jauh dekatnya (jarak) pengambilan sampah. semakin jauh radius pengambilan

sampah maka akan semakin banyak sampah yang dapat dikumpulkan dan semakin

besar pula nilai jual sampah yang akan diterima. Merujuk pada penelitian Sejati

dalam Andriyani dan Maryono (2010), interaksi daur ulang sampah ini dapat

(35)

20

pada kenyataan bahwa semakin luas dan banyak interaksi yang terjadi antara

pelaku daur ulang sampah maka semakin besar nilai ekonomi yang didapatkan.

Pendapat ini didasarkan pada perilaku yang terjadi di centerpoint (pusat lapak

besar), dimana semakin besar dan banyak jaringannya maka akan semakin besar

produksi dan volume daur ulang sampah yang dihasilkan.

Maka dari itu, pemanfaatan nilai ekonomis sampah akan terasa apabila

dilakukan dengan tekun. Seseorang yang melakukan pekerjaan di satu bidang

dalam waktu yang lama, maka ia akan cenderung mahir mengerjakan

pekerjaannya tersebut. Tentu hal ini juga akan mempengaruhi nilai ekonomis

sampah yang akan didapatkan. Semakin lama pemulung menggeluti profesinya,

maka ia akan semakin tahu mana sampah yang memiliki nilai jual tinggi dan

menguasai teknisnya. Sehingga ia mampu mengumpulkan sampah yang lebih

banyak untuk menambah penghasilannya, bekerja dengan cara efektif dan efisien

serta memperoleh hasil yang lebih banyak. Namun perolehan jumlah sampah

antara pemulung laki- laki dan perempuan cenderung berbeda. Hal ini

dikarenakan faktor ketahanan dan motivasi yang berbeda antara keduanya. Hal ini

tentu akan mempengaruhi jumlah sampah yang diperoleh keduanya, sehingga

perolehan nilai ekonomis sampah pun akan berbeda diantara keduanya. Selain itu,

moda (angkutan) yang digunakan pemulung untuk mengangkut sampahnya akan

mempengaruhi banykanya sampah yang dapat mereka jual sehingga moda juga

akan mempengaruhi nilai ekonomis sampah yang mereka dapatkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka sangat menarik untuk menganalisis pola

perilaku daur ulang sampah padat di sekitar TPA Terjun. Selain minimisasi

(36)

21

daur ulang sampah membantu mengokang pertumbuhan ekonomi (sektor abu-

abu). Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian dalam bentuk tesis dengan judul

“Analisis Kegiatan Ekonomi Pemulung Sampah Daur Ulang di Kelurahan

Terjun, Kecamatan Medan Marelan”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang akan menjadi

identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perilaku Rumah Tangga di sekitar wilayah TPA Terjun dalam

mengelola sampah yang dihasilkannya?

2. Bagaimana perilaku pasar di sekitar wilayah TPA Terjun dalam mengelola

sampah yang dihasilkannya?

3. Bagaimana sistem pengelolaan sampah di TPA Terjun?

4. Bagaimana perilaku pemulung di sekitar wilayah TPA Terjun dalam

mengelola sampah?

5. Bagaimana perilaku RT pemulung dalam memenuhi kebutuhan rumah

tangganya?

6. Bagaimana analisis karakterisitik sampah dan marketing margin sampah

padat antara pemulung sampai ke tingkat pabrik?

7. Bagaimana pengaruh radius pengambilan sampah yang dilakukan oleh

pemulung terhadap nilai ekonomis sampah yang ia peroleh?

8. Bagaimana pengaruh pengalaman kerja pemulung terhadap nilai ekonomis

(37)

22

9. Bagaimana pengaruh jenis kelamin pemulung terhadap nilai ekonomis

sampah yang diperolehnya?

10. Bagaimana pengaruh moda (angkutan) yang digunakan pemulung untuk

mengangkut sampahnya terhadap nilai ekonomis sampah?

1.3Pembatasan Masalah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda mengenai masalah yang akan

diteliti, maka perlu adanya pembatasan masalah untuk mempermudah penelitian

dan tercapainya hasil penelitian yang lebih baik. Oleh karena itu, penelitian ini

hanya dibatasi pada pengaruh radius pengambilan sampah, pengalaman kerja

pemulung, jenis kelamin dan moda (angkutan pemulung membawa sampah)

terhadap nilai ekonomis sampah padat di TPA Terjun, analisis karakteristik

sampah dan marketing margin sampah padat di TPA Terjun, juga analisis pola

perilaku para RT dan Pasar dalam mengelola sampah padat di sekitar TPA Terjun,

serta analisis kesejahteraan RT para pemulung.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. “Bagaimana pengaruh radius pengambilan sampah, pengalaman kerja,

jenis kelamin dan moda (angkutan) pemulung terhadap nilai ekonomis

(38)

23

2. “Bagaimana analisis karakteristik sampah, nilai jual sampah anorganik dan

marketing margin dalam pemasaran sampah padat yang menjadi bahan

daur ulang di TPA Terjun?”

3. “Bagaimana analisis perilaku RT, Pasar dalam mengelola sampah di

Kelurahan Terjun?”.

4. “Bagaimana analisis kesejahteraan rumah tangga pemulung?”.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul dan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui pengaruh radius pengambilan sampah, pengalaman

kerja, jenis kelamin dan moda (angkutan) pemulung terhadap nilai

ekonomis sampah padat di TPA Terjun.

2. Untuk mengetahui analisis karakteristik sampah, nilai jual sampah

anorganik dan marketing margin dalam pemasaran sampah padat yang

menjadi bahan daur ulang di TPA Terjun.

3. Untuk mengetahui perilaku RT, Pasar dalam mengelola sampah di

Kelurahan Terjun.

4. Untuk mengetahui kesejahteraan rumah tangga pemulung di Kelurahan

Terjun.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang hal- hal yang berhubungan

(39)

24

2. Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas dan luas bagi masyarakat

dalam mengelola sampah khususnya mendaur ulang sebagai salah satu

usaha minimisasi sampah di TPA Terjun. Kegiatan daur ulang sampah

selain dapat mengurangi jumlah sampah, juga dapat menciptakan lapangan

kerja baru di sektor informal seperti pemulung, bandar (pemilik lapak

kecil), pemasok (lapak besar), dan industri daur ulang.

3. Sebagai referensi bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam

pemantapan program daur ulang di kota Medan dalam usaha minimisasi

sampah perkotaan. Bahwa teknik pengolahan sampah melalui daur ulang

diperlukan untuk keberlanjutan lingkungan (environment sustainablity)

karena dapat mencegah polusi udara, air, dan tanah. Selain itu daur ulang

dapat mengurangi sampah yang masuk ke TPA dan memiliki nilai

ekonomis yang besar. Kegiatan daur ulang yang dilakukan oleh sektor

informal perkotan dapat mengurangi biaya operasional pengelolaan

sampah.

4. Sebagai bahan referensi untuk penelitian- penelitian sejenis yang akan

(40)

Daftar Puskata

Andriyanti, Riki. 2009. “Pemodelan Grafis Perilaku Daur Ulang Sampah di Lapak Besar Kelurahan Panggung Lor, Kuningan, dan Bandarharjo”. Tugas akhir Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang

Andriyani, Riki dan Maryono. 2010. “Interaksi Pelaku Daur Ulang Sampah Melalui Uji Regresi Linear di Kelurahan Panggung Lor, Kuningan dan Bandar Harjo Kota Semarang”. Jurnal PRESIPITASI Vol. 7 No. 1 ISSN 1907- 187X

Ardi, M, Abdul Hamid Aras, Syahradi, dan Yusuf Marsuku. 1992. “Dampak Pembangunan Jaringan Irigasi Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani dan Efisiensi Penggunaan Faktor- Faktor Produksi di

Provinsi Sulawesi Selatan”, Hasil Penelitian Perguruan Tinggi,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bogor.

BPS Sumatera Utara, Kependudukan. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut kabupaten/ kota 2012

. Kependudukan. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut kabupaten/ kota 2013

. Kependudukan. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut kabupaten/ kota 2014

. Kependudukan. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut kabupaten/ kota 2015

Djajadiningrat, Surna Tjahja dkk. 2011. “ Ekonomi Hijau”. Bandung: Rekayasa Sains

Fauzi, Ahmad. 2010. “Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan”. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi

Fisher, R.C. 1996. “State and Local Public Finance”. New York: Irwin.

Gujarati, Damodar. 2004. “Basic Econometrics”. Edisi ke empat. New York: McGraw Hill.

Gumbira , E dan Harizt Intan. 2001. “Manajemen Agribisnis”, Jakarta: Ghalia Indonesia

(41)

Hyman, D.N. 1999. “Public Finance: A Contemporary Application of Theory to Policy”. Sixth edition. , New York: The Drisden Press.

Mandailing, M. Muslim. 2001. “Partisipasi Pedagang dalam Program Kebersihan dan Pengelolaan Sampah Pasar.” Tesis Program Pasca Sarjana IPB, Bogor.

Martinasari, Mona. 2009. “Pola Persebaran dan Jangkauan Pelayanan Pengepul Besar Dalam Kegiatan Daur Ulang Sampah Kota Semarang (studi kasus: kelurahan kuningan, panggung lor dan bandarharjo)”. Tugas Akhir Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang

Mas-Colell, A., Whinston, M.D., dan J.R Green. 1995. “Microeconomic Theory”. Oxford: Oxford University Press.

Mishan,E.J. 1971.”The Post-War Literaure on Externalities:An Interpretive Essay”, Journal of Economic Literature, 9:1–28.

Morgan, Sally. 2009. “Daur Ulang Sampah”. (Terj) Inik B. Utami Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Mukhlis, Imam. 2009. “Eksternalitas, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pembangunan Berkelanjutan dalam Persfektif Teoritis”. Jurnal Ekonomi Bisnis Tahun 14 No. 3 ISSN 0853- 7283

Oswari, Teddy dkk. 2006. “Potensi Nilai Ekonomi Pengelolaan Sampah Di Kota Medan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis No. 2 Jilid 11

Pemerintah Kota Medan. 2013. “Kajian Model Pengelolaan sampah dan SDM Kebersihan di Kota Medan”. Provinsi Sumatera Utara

Pemerintah Kota Medan. 2015. “Pelaksanaan Focused Group Discussion (FGD) Pengelolaan Sampah dengan Cara 3R Berbasis Masyarakat.” Diakses tanggal 12 Juni 2016 pada halaman

www.pemkomedan.go.id

Rahardyan B. Dan Widagdo A.S. 2005. “Peningkatan Pengelolaan Persampahan Perkotaan Melalui Pengembangan Daur Ulang. Materi Lokakarya 2 Pengelolaan Persampahan di Provinsi DKI Jakarta”. Jakarta

Rahman, Haikal. 2012. “Valuasi ekonomi alternatif teknologi pengelolaan sampah perkotaan”. QE Journal | Vol.01 - No.01 – 44

(42)

Sepdian, Ana Afita. 2006. “Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola Sampah”. Skripsi Prodi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.

Soekarwati. 2003. “Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Coub Douglas”. Jakarta: Raja Grafindo

Soemarwoto, Otto. 2004. “Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan”. Edisi Kesepuluh, Jakarta: Djambatan

Standart Nasional Indonesia Nomor SNI-19-2454-2002 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah Perkotaan, Badan Standart Nasional (BSN)

Sudirman, B, 1989, “Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi dalam Usaha Tani di Kabupaten Sindereng Rappang: pendekatan ekonometri”. Tesis

Sugiyono. 2008. “Metode Penelitian dan Pendidikan”. Bandung: CV. Alfabeta. Suharno, B dan Nazaruddin, 2006, “Ternak Komersial”, penerbit Swadaya,

jakarta.

Surjandari, Isti dkk. 2009. “Model Dinamis Pengelolaan Sampah Untuk Mengurangi Beban Penumpukan”. Jurnal Teknik Industri Vol. 11 No. 2 pp. 134- 147 ISSN 1411- 2485

Suyoto. 2008. “Rumah Tangga Peduli Lingkungan”. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Prima Infosarana Media

Syafrudin dan Priyambada I. B. 2001. “Pengelolaan Limbah Padat”. Diklat Kuliah Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Undip, Semarang.

Tabara, J. David and Wostl, Claudia Pahl. 2007. “Sustainability Learning in Natural Resources Use and Management”. Ecology and Society 12 (2): 3

Todaro, Micheal P. 1983. “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”. (Terj) Aminuddin dan Drs. Mursid. Cetakan kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia

Verhoef, E.T. 1999. “Externalities”, dalam Jeroen C.J.M Van Den Bergh (ed),

Handbook of Environmental Economics and Management,24:101–

118.

(43)

Gambar

Tabel 4.23 Tabel 4.23
Tabel 1.1 : Jumlah timbulan sampah berdasarkan jumlah penduduk
Gambar 1.1 : Grafik pertumbuhan sampah per hari dan per tahun
Gambar 1.2 : Proses Kegiatan Daur Ulang
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran yang sesungguhnya adalah pembelajaran yang tidak hanya sekedar mentransfer ilmu. Akan tetapi yang memberi inspirasi untuk dapat menyelesaikan

[r]

Dalam Rapat Anggota yang dilaksanakan secara langsung maupun dengan sistem perwakilan, Rapat Pengurus memilih maksimal 30 (tiga puluh) orang dari Anggota Luar Biasa untuk

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Enita di RSUD Sragen dengan jumlah 60 responden didapatkan hasil bahwa sistem penghargaan

Organisasi lain dalam industri atau jenis usaha yang sama yang menyediakan barang dan jasa kepada sekelompok pelanggan yang sama..

Model penelitian pengembangan bahan ajar berbasis kontekstual materi komitmen dan kontijensi sebagai acuan dalam penelitian ini yaitu menurut Thiagarajan 4D terdiri empat

α -viniferin (1) termasuk senyawa bersifat toksik tetapi tidak aktif terhadap sel kanker murin leukemia P-388, sedangkan vatikanol B (2) merupakan senyawa yang tidak bersifat toksik

[r]