• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH KUALITAS AUDIT, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP

OPINI AUDIT GOING CONCERNPADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI

OLEH

NAJMI BERAMPU

100503048

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI DAN BISNIS

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skripsi saya yang berjudul ―ANALISIS PENGARUH KUALITAS

AUDIT, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, DAN PERTUMBUHAN

PERUSAHAAN TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA

PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI‖ adalah

benar hasil karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna

menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,

dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau

dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan penulisan

ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam

skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Agustus 2015

Yang membuat pernyataan,

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern. Apakah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di bursa Efek Indonesia.

Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id. Diperoleh 40 perusahaan pertambangan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan metode purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 11 perusahaan sebagai objek penelitian selama tiga tahun (2011-2013). Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan. Variabel dependen nya adalah penerimaan opini going concern. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi logistik.

Hasil penelitian ini bahwa ketiga variabel independen berpengaruh signifikan secara bersama-sama. Secara parsial kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan dengan koefisien negatif terhadap penerimaan opini going concern, sementara variabel opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh secara signifikan dengan koefisien positif terhadap penerimaan opini going concern.

(4)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know and to analyze the factors that influence receiving going concern audit opinion. There are profitability audit quality, previous year‟s audit opinion and corporation growth predicted partially or simultaneously influence toward receiving going concern audit opinion in mining company listed on Indinesian Stock Exchange at 2010-2013.

Data used in this research is financial statement from each company published through in website www.idx.co.id. The population are 40 mining companies. Sampling method used purposive sampling and there are 11 companies as a research object for 3 years (2011-2013). This research is classified as causal research and replication of former researches. The independent variables for this research are audit quality, previous year‟s audit opinion and corporation growth. The dependent variable is receiving going concern audit opinion. Analysis method that used in this research is method analysis logistic regression.

This research concludes that all three of the independent variables have significant influence towards receiving going concern audit opinion in simultaneous, in partial audit quality and corporation growth have not significant with coefficient negatively influence towards receiving going concern audit opinion, but previous year‟s audit opinion have not significant with coefficient positively influence towards receiving going concern audit opinion.

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil„alamin. segala puji hanyalah milik Allah SWT,

Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang selalu melimpahkan

rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul ―Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun

Sebelumnya dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit

Going Concern Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI‖ dengan

baik dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi dari Program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta doa dari

berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Teristimewa untuk kedua orang tua

saya yang sangat saya sayangi dan cintai, Alm. Zainudin Berampu dan Restina

Kudadiri yang senantiasa melimpahkan cinta dan kasih sayangnya, mengorbankan

segalanya demi kepentingan anak-anaknya, serta selalu mendoakan dan

mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis

juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak selaku Ketua

Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku

Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

(6)

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S-1

Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Sekretaris Program

Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

Utara.

4. Bapak Drs. Syamsul Bahri, MM, Ak yang juga selaku Dosen Pembimbing

saya yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,

pengarahan, dan perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Dosen Pembanding/ Penguji dan

Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Dosen Ketua Koordinator

Penguji yang telah membantu penulis dalam memberikan saran dan kritik

yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Buat kakak-kakak tersayang Erni Irawati Berampu, Wasidi, Alwiyah

Berampu, Arkam Markum Berampu, Fitrianto Berampu dan Ridoni Berampu

yang selalu memberikan dukungan baik berupa materi maupun do’a dan

motivasi serta kasih sayang yang tulus selama ini. Buat adik Nurul Ilmi

Berampu yang selalu sabar dan pengertian kepada penulis.

7. Buat saudara seperjuangan Entywe Habeahan, SKM dan Muhammad Emir

Aulia serta seluruh keluarga Fahmil Qur’an USU yang selalu mengingatkan,

mendoakan, memotivasi dan selalu setia menemani penulis dalam suka

maupun duka. Untuk sahabat seperjuangan dalam Badan Pengurus dan

Pengembangan Mushalla (BP2M) Baiturrahmah FE USU, Unit Kegiatan

(7)

Tilawatil Qur’an (LPTQ USU) yang namanya tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi.

Medan, Agustus 2015

Najmi Berampu

(8)

DAFTAR ISI

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 34

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 34

3.2.1 Variabel Dependen ... 35

3.2.2 Variabel Independen ... 35

3.3 Populasi dan Sampel ... 38

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 41

(9)

3.6 Metode Analisis Data ... 42

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 28

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37

Tabel 3.2 Proses Sampel Berdasarkan Penelitian ... 40

Tabel 3.3 Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian ... 41

Table 4.1 Sampel Penelitian ... 50

Table 4.2 Statistik Deskriptif ... 51

Table 4.3 Hasil Uji Multikolonieritas ... 53

Table 4.4 Nilai -2 Log Likelihood (-2LL awal) ... 54

Table 4.5 Nilai -2 Log Likelihood (-2LL akhir) ... 56

Table 4.6 Hosmer and Lemeshow Test ... 57

Table 4.7 Contigency Table for Hosmer and Lemeshow Test ... 58

Table 4.8 Ikhtisar Pengolahan Data ... 60

Table 4.9 Uji T Parsial ... 61

Table 4.10 Uji Omnibus (simultan) ... 64

Table 4.11 Koefisien Determinasi... 65

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Populasi, Kriteria Perusahaan, dan Sampel... 75

Lampiran 2 Data Variabel Penelitian Tahun 2011 ... 76

Lampiran 3 Data Variabel Penelitian Tahun 2012 ... 76

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern. Apakah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di bursa Efek Indonesia.

Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id. Diperoleh 40 perusahaan pertambangan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan metode purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 11 perusahaan sebagai objek penelitian selama tiga tahun (2011-2013). Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan. Variabel dependen nya adalah penerimaan opini going concern. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi logistik.

Hasil penelitian ini bahwa ketiga variabel independen berpengaruh signifikan secara bersama-sama. Secara parsial kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan dengan koefisien negatif terhadap penerimaan opini going concern, sementara variabel opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh secara signifikan dengan koefisien positif terhadap penerimaan opini going concern.

(14)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know and to analyze the factors that influence receiving going concern audit opinion. There are profitability audit quality, previous year‟s audit opinion and corporation growth predicted partially or simultaneously influence toward receiving going concern audit opinion in mining company listed on Indinesian Stock Exchange at 2010-2013.

Data used in this research is financial statement from each company published through in website www.idx.co.id. The population are 40 mining companies. Sampling method used purposive sampling and there are 11 companies as a research object for 3 years (2011-2013). This research is classified as causal research and replication of former researches. The independent variables for this research are audit quality, previous year‟s audit opinion and corporation growth. The dependent variable is receiving going concern audit opinion. Analysis method that used in this research is method analysis logistic regression.

This research concludes that all three of the independent variables have significant influence towards receiving going concern audit opinion in simultaneous, in partial audit quality and corporation growth have not significant with coefficient negatively influence towards receiving going concern audit opinion, but previous year‟s audit opinion have not significant with coefficient positively influence towards receiving going concern audit opinion.

(15)

BAB I

PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam, baik dari

daratan maupun lautan. Sumber daya daratan yang bermacam-macam jenisnya,

mulai dari hasil hutan, perkebunan dan juga pertambangan. Begitu juga dengan

sumber daya lautan tidak kalah melimpahnya dibanding dengan sumber daya

daratan. Oleh karena melimpahnya sumber daya di Indonesia, menyebabkan

banyak pihak asing yang mencoba mengelola sumber daya alam tersebut. Dalam

hal ini, sumber daya yang difokuskan adalah sumberdaya pertambangan.

Melihat begitu potensialnya sumber daya tambang Indonesia

menyebabkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan

berkembang pesat sampai saat ini. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya

jumlah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

dari tahun 2011 sampai tahun 2013. Seiring dengan perkembangan perusahaan

pertambangan tersebut, semakin menarik perhatian pihak investor untuk

menanamkan modalnya pada perusahaan pertambangan, baik investor yang

berasal dari luar negeri maupun dalam negeri. Oleh karena itu penulis tertarik

untuk membahas kelangsungan usaha (going concern) pada perusahaan

pertambangan yang terdaftar di BEI.

Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan

manajemen dalam mengelola perusahaan. Setiap investor pasti mengharapkan

(16)

satu pertimbangan investor ketika ingin menginvestasikan modalnya pada suatu

perusahaan adalah sebesar-besar kemungkinan pengembalian investasi secara

jangka panjang. Peningkatan nilai investasi pada perusahaan tambang,

mengharuskan pihak internal perusahaan untuk menyusun laporan keuangan dan

laporan audit yang mana laporan tersebut sangat diperlukan oleh pihak investor

untuk menilai tingkat efektivitas investasi yang akan ditanamkan.

Asumsi dasar suatu perusahaan adalah adanya harapan kelangsungan

hidup perusahaan atau biasa disebut going concern. Oleh karena itu, untuk

mengetahui tingkat perkembangan usaha, perusahaan menyusun laporan keuangan

sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan

ini terdapat kepentingan internal perusahaan tersendiri yang berbeda dengan

kepentingan pihak eksternal perusahaan, seperti investor. Terkadang investor

tidak terlalu percaya dengan laporan yang hanya dibuat oleh internal perusahaan.

Teori agensi (agency theory) merupakan hubungan keagenan suatu kontrak

antara pemilik (principal) dengan manajer (agent). Agar hubungan kontraktual

ini dapat berjalan dengan baik, maka principal akan mendelegasikan otoritas

pembuatan keputusan kepada agent. Hubungan inilah disebut dengan teori

keagenan. Pemisahan dalam teori keagenan ini menandakan principal tidak lagi

terlibat dalam pengelolaan perusahaan karena telah dialihkan kepada agent. Pihak

principal hanya bertindak sebagai pengawas dengan memonitor kinerja

perusahaan melalui laporan yang diberikan oleh agent. Namun, adanya pemisahan

(17)

berusaha memaksimumkan kesejahteraannya masing-masing (Jensen dan

Meckling, 1976).

Perbedaan kepentingan dari dua pihak ini menyebabkan perlunya pihak

ketiga sebagai penyelaras, yaitu auditor. Selain memberikan opini pada laporan

keuangan tersebut, auditor eksternal dengan harapan untuk mengetahui

kemungkinan suatu perusahaan untuk melanjutkan usahanya. Dalam hal ini,

auditor memberikan opini going concern dengan berbagai pertimbangan.

Penerbitan pendapat mengenai going concern perusahaan merupakan pekerjaan

yang krusial bagi seorang auditor karena auditor harus menilai kemampuan

perusahaan untuk bertahan hidup melalui investigasi yang komprehensif tentang

kejadian-kejadian yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan

tersebut.

Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor

untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan kata lain, opini going concern

yang diterima oleh sebuah perusahaan menunjukkan adanya kondisi dan peristiwa

yang menimbulkan keraguan auditor akan kelangsungan hidup perusahaan.

Pemberian opini going concern merupakan langkah yang sulit dan dilematis,

sebagaimana dikutip oleh Louwers pada penelitian Chow, NcNamee dan Plumme

(1987) ― the going concern determination is one of the most difficult and complex

(18)

Auditor dituntut profesional dan mentaati ketentuan audit sesuai dengan

prinsip audit agar tidak timbul kesalahan dalam menentukan kelangsungan hidup

perusahaan klien. Beberapa penyebabnya antara lain, pertama, masalah self

fulfilling prophecy yang mengakibatkan auditor tidak akan mengungkapkan status

going concern yang muncul ketika auditor khawatir apabila opini going concern

yang dikeluarkan dapat mempercepat kegagalan perusahaan yang bermasalah

(Venuti, 2007). Auditor sering menghadapi masalah dalam hal penerbitan opini

going concern, diantaranya jika opini going concern diterbitkan dan pada tahun

selanjutnya perusahaan auditee tidak mengalami kebangkrutan sedangkan dengan

opini tersebut, banyak investor yang akan menarik investasinya dari perusahaan

auditee, namun jika opini audit tidak diberikan sedangkan keadaan perusahaan

auditee yang sedang terancam dan pada tahun selanjutnya mengalami

kebangkrutan, maka auditor sendiri yang akan terjerat karena merupakan

tanggungjawab auditor. Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah

terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun

sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (SA seksi 341). Dalam hal

ini, auditor hanya bertanggungjawab dalam audit kelangsungan hidup perusahaan,

bukan bertanggungjawab pada kelangsungan hidup perusahaan auditee. Opini

audit going concern ini perlu diungkapkan untuk menghindari adanya kecurangan

dalam penyusunan laporan keuangan oleh manajemen seperti yang pernah terjadi

(19)

berimbas pada perekonomian global. Kondisi tersebut menyebabkan anjloknya

nilai tukar rupiah, turunnya indeks harga saham karena larinya investor asing dan

pelarian modal baik dari pasar saham maupun obligasi pemerintah di Indonesia.

Selain itu, kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan besar di Amerika

berdampak pada entitas bisnis di Indonesia yang menyebabkan banyak perusahaan

mengalami kebangkrutan karena tidak mampu mempertahankan kelangsungan

hidup perusahaan.

Keberlangsungan usaha (going concern) dapat dinilai dari banyak aspek,

jika dilihat dari aspek internal perusahaan, beberapa faktor yang mempengaruhi

keberlangsungan usaha, yaitu pertumbuhan perusahaan, leverage, finacial

distress, dan lain-lain. Sedangkan dari aspek eksternal perusahaan,

keberlangsungan usaha dapat dinilai dari kualitas audit, dan opini audit tahun

sebelumnya, reputasi auditor, dan lain-lain.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, hubungan kualitas audit,

pertumbuhan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya terhadap audit going

concern berbeda antara satu penelitian dengan yang lainnya. Jessica (2014)

melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI), menyatakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan Miryam

(2014) melakukan penelitian pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI

menyatakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

penerimaan opini audit going concern. Pada penelitian yang dilakukan oleh

(20)

tertarik untuk meneliti kembali penelitian terdahulu dengan beberapa variabel

yang lain dengan judul ―analisis pengaruh kualitas audit, opini audit tahun

sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern

pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia‖.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan

masalah penelitian; pakah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya dan

pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas audit, opini audit tahun

sebelumnya dan pertumbuhan perushaan secara parsial dan simultan

terhadap opini audit going concern pada perusahaan pertambangan yang

terdaftar di BEI.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Secara akademis bagi penulis, memperdalam pengetahuan dan

(21)

menambah wawasan diharapkan dapat menjadi referensi

penelitian selanjutnya.

2. Bagi investor dan calon investor, sebagai informasi mengenai

kelangsungan usaha pada perusahaan pertambangan yang

beroperasi di Indonesia dan terdaftar di BEI, sehingga

membantu investor dalam pengambilan keputusan untuk

berinvestasi.

3. Bagi manajemen perusahaan, diharapakan penelitian ini dapat

menambah informasi dalam pengambilan keputusan dalam hal

mempertahankan kinerja peusahaan dan kelangsungan usaha

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Menurut Jensen dan Meckling (1976) ―mendefinisikan teori agensi

merupakan hubungan keagenan suatu kontrak antara pemilik (principal)

dengan manajer (agent). Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan

baik, maka principal akan mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan

kepada agent”.

Tujuan dari teori agensi adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemampuan individu (baik prinsipal maupun agen) dalam

mengevaluasi lingkungan dimana keputusan harus diambil (The belief

revision role).

2. Mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna mempermudah

pengalokasian hasil antara prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak kerja

(Theperformance evaluation role), Hubungan inilah disebut dengan teori

keagenan.

Pemisahan dalam teori keagenan ini menandakan principal tidak lagi

terlibat dalam pengelolaan perusahaan karena telah dialihkan kepada agent.

Pihak principal hanya bertindak sebagai pengawas dengan memonitor kinerja

(23)

keagenan yang didasarkan pada adanya perbedaan kepentingan. Principal dan

agent sama–sama berusaha memaksimumkan kesejahteraannya

masing-masing.

Secara garis besar teori agensi dikelompokkan menjadi dua yaitu ‖positive

agency research dan principal agent research. Positive agent research

memfokuskan pada identifikasi situasi dimana agen dan prinsipal mempunyai

tujuan yang bertentangan dan mekanisme pengendalian yang terbatas hanya

menjaga perilaku self serving agen‖. Principal agent research mengungkapkan

bahwa hubungan agent - principal dapat diaplikasikan secara lebih luas,

misalnya untuk menggambarkan hubungan pekerja dan pemberi kerja, lawyer

dengan kliennya, auditor dengan auditee.

Menurut Scott (2000) ada dua jenis asymmetric informationyaitu ―adverse

selection dan moral hazard”. Adverse selection adalah suatu tipe informasi

asimetri (asymmetric information) dimana satu orang atau lebih pelaku-pelaku

bisnis atau transaksi-transaksi potensial yang dapat mengamati

kegiatan-kegiatan mereka secara penuh dibandingkan dengan pihak lain, sedangkan

moral hazard ini terjadi karena pihak-pihak diluar perusahaan (investor)

mendelegasikan tugas dan kewenangannya kepada manajer, tetapi investor

tidak dapat sepenuhnya memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian

tersebut. Dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada

hubungan antara prinsipal dan agen yang berfungsi untuk memonitor perilaku

(24)

adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal

(shareholders) dengan pihak manajer dalam mengelola keuangan perusahaan.

2.1.2 Teori Sinyal (Signaling Theory).

Menurut Mamduh (2004:314) menyatakan bahwa ―perusahaan dapat

meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri‖. Salah

satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan

sinyal pada pihak luar termasuk investor.

Teori sinyal (signaling theory) adalah teori yang menjelaskan tentang

bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna

laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah

dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal

dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan

tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa

pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi.

Auditing dapat mengurangi asimetri informasi antara manajemen dan

stakeholders perusahaan, karena memungkinkan pihak diluar perusahaan untuk

memverifikasi validitas laporan keuangan dengan memberikan opini audit.

2.1.3 Auditing

Pengertian Auditing menurut (Alvin A. Arens, Mark S. Beasley dan

(25)

Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.

Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa auditing terdiri dari

beberapa kegiatan, yaitu ; akumulasi dan evaluasi bukti yang berkaitan dengan

laporan keuangan perusahaan untuk menentukan apakah laporan keuangan

yang telah disajikan memang telah sesuai dengan ketentuan yang diterima

umum dan telah dapat dipercaya. Untuk meningkatkan keakuratan informasi

ini, dibutuhkan seorang auditor yang handal, dan dapat dipercaya, tidak

memihak kepada siapapun yang berkepentingan dengan informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan.

Pengertian auditing menurut tokoh lain, dalam hal ini penulis kutip dari

Mulyadi (2002) menyatakan bahwa

Auditing merupakan suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antar pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Sedangkan pengertian auditing menurut Konrath (2002:5) dalam

Sukrisno Agoes (2012:2) mendefinisikan auditing sebagai: ―Suatu proses

sistematis untuk secara objektif mendapatkan untuk mengevaluasi bukti

mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi

(26)

telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.‖

Beberapa poin penting yang dapat penulis rangkum dari ketiga

pengertian auditing diatas, yaitu auditing merupakan :

a. Suatu proses akumulasi yang sistematis

Auditing merupakan proses pengumpulan informasi-informasi

keuangan yang disajikan oleh auditee secara terstuktur, terorganisir, dan

memiliki tujuan yang jelas.

b. Mengevaluasi bukti yang dikumpulkan secara objektif

Salah satu bagian dari proses yang sistematis sebagaimana yang telah

disebutkan diatas adalah pengumpulan bukti sebagai dasar untuk pernyataan

(asersi) yang dibuat oleh individu atau badan usaha yang membuat asersi

tersebut, tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti yang telah

dikumpulkan.

c. Menilai dan membandingkan kesesuaian antara informasi yang

disajikan dengan apa yang terjadi pada kenyataannya

Bukti yang terkumpul dibandingkan dengan melihat nilai riil dari yang

terdapat pada bukti tersebut. Hal ini dapat dilakukan sesuai dengan program

audit yang telah direncanakan oleh auditor. Standar yang dipakai sebagai

(27)

oleh suatu badan tertentu; anggaran atau ukuran prestasi pemilik satuan

usaha; standar Akuntansi Keuangan (SAK)

d. Menyampaikan hasil dari temuan yang diperoleh dari proses audit

Setelah membandingkan antara bukti dan nilai riilnya, maka temuan

temuan yang didapat disampaikan kepada pihak perusahaan yang kemudian

akan ditetapkan apakah sesuai atau tidaknya laporan perusahaan. Hal

tersebut disampaikan dalam bentuk laporan audit (audit report). Laporan

audit baku terdiri dari tiga paragraf yaitu paragraf pangantar (introductory

paragraph), paragraf lingkup (scope paragraph), dan paragraf pendapat

(opinion paragraph). Tujuan dari penyampaian ini adalah untuk

memberikan informasai dan membantu pihak eksternal perusahaan yang

memiliki kepentingan terhadap perusahaan untuk memberikan keputusan

yang berkaitan dengan laporan keuangan perusahaan.

e. Seseorang yang melakukan audit (auditor) bersifat independen

Auditor haruslah bersifat independen, artinya tidak memihak pada

kepentingan pihak internal maupun ekternal perusahaan. Tujuannya adalah

untuk meningkatkan keakuratan dari informasi audit yang disampaikan.

2.1.4 Opini Audit

Bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit adalah pemberian

opini atas laporan keuangan yang disajikan auditee. Opini audit disajikan

pada paragraf terakhir laporan audit. Laporan yang telah diperiksa

(28)

Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga

auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas

laporan keuangan yang diauditnya. Opini audit menurut kamus standar

akuntansi (Ardiyos, 2007) ―laporan yang diberikan seorang akuntan publik

terdaftar sebagai hasil penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang

disajikan perusahaan‖.

Dalam melakukan suatu proses audit, auditor melakukan pemeriksaan

dan penelusuran terhadap dokumen pendukung yang berkaitan dengan

informasi akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan untuk memperoleh

keyakinan atas kewajaran penyajian laporan keuangan tersebut. Setelah

melakukan serangkaian tahapan dalam suatu penugasan audit, barulah auditor

dapat menentukan pendapat atas laporan keuangan perusahaan yang telah

disajikan yang dinyatakan dalam laporan auditor independen. Laporan auditor

independen memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan

secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas,

hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi keuangan di

Indonesia. (SPAP, 2011:508.2).

Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik – PSA 29 SA Seksi

508 (2011), terdapat lima jenis opini auditor, yaitu:

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan

(29)

material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai

dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang

ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku (unqualified opinion

with explanatory language)

Auditor menyatakan bahwa keadaan tertentu sering kali

mengharuskan auditor untuk menambahkan paragraf penjelasan (atau

bahasa penjelasan lain) dalam laporan auditor bentuk baku. Keadaan

tersebut meliputi:

a. Pendapatan auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor

independen lain.

b. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena

keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan

menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh

Institut Akuntan Publik Indonesia.

c. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor

yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup

entitas, namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen,

auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat

secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah

memadai.

d. Di antara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam

(30)

e. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas

laporan keuangan komparatif.

f. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan

Pengawas Pasar Modal (Bapepam) namun tidak disajikan atau tidak

di-review.

g. Informasi tambahan yang diharuskan oleh Institut Akuntan Publik

Indonesia—Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah dihilangkan,

yang penyajiannya menyimpang jauh dari panduan yang dikeluarkan

oleh Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur

audit yang berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak

dapat menghilangkan keragu-raguan yang besar apakah informasi

tambahan tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh

Dewan tersebut.

h. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan

auditan secara material tidak konsisten dengan informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan.

Selain itu, auditor dapat menambahkan paragraf penjelasan untuk

menekankan suatu hal tentang laporan keuangan.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan secara wajar, dalam

semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas

(31)

untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.

Pendapat ini dinyatakan bilamana:

a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan

terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan

bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian

(unqualified opinion) dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak

memberikan pendapat (disclaimer opinion).

b. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi

penyimpangan dari standar akuntansi keuangan di Indonesia, yang

berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan

pendapat tidak wajar (adverse opinion).

4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara

wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai

dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Pendapat ini dinyatakan

bila, menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan

tidak disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan di

Indonesia.

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)

Auditor tidak memberikan pendapat atas suatu laporan keuangan

perusahaan. Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia

tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang

(32)

Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor

harus memberikan semua alasan substantif yang mendukung

pernyataannya tersebut.

2.1.5 Opini Audit Going Concern

Going concern adalah kemampuan perusahaan dalam menjalankan

aktivitas operasional usahanya dalam kurun waktu yang lama pada masa yang

akan datang. Kosasih (1985: 33) menyatakan bahwa istilah ini diartikan

sebagai anggapan bahwa operasi satuan ekonomi akan berlangsung terus di

masa yang akan datang. Going concern merupakan suatu asumsi akan

kelangsungan hidup perusahaan yang berkaitan erat dengan kemampuan

perusahaan dalam melunasi utang-utangnya, dan kemampuan perusahan dalam

menagih piutangnya. Carmichael dalam The Auditor‟s Reporting Obligation

menyatakan bahwa going concern dipengaruhi oleh ketidakpastian yang sangat

material yang mengancam kelangsungan hidup suatu entitas atau perusahaan.

Menurut Altman dan McGough (1974) masalah going concern terbagi

dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas,

defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta

masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus-menerus, prospek

pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian

yang lemah atas operasi.

(33)

1. Pemberi pinjaman (kreditur), melalui informasi going concern kredtur

dapat menentukan apakah akan memberikan pinjaman pada

perusahaan tersebut atau tidak, kepada perusahaan apa saja ia akan

memberikan pinjamannya, dan dapat memonitor pinjaman yang teah ia

berikan kepada perusahaan yang bersangkutan.

2. Investor, melalui informasi going concern dapat melihat apakah

perusahaan masih dapat bertahan hidup dan mengambil keputusan

untuk berinvestasi atau tidak; dan keputusan mengenai menarik

investasi atau menambah investasi.

Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor

untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan

untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (SA Seksi 341). Dalam

melaksanakan prosedur audit, auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi

adanya kondisi yang dapat menimbulkan kesangsian besar terhadap

kemampuan perusahaan untuk mempertahankan hidupnya (SA Seksi 341,

paragraf 02).

Pada saat menentukan opini going concern, auditor dapat

mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu, jika

dipertimbangkan secara keseluruhan akan menunjukkan adanya kesangsian

besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan

hidupnya dalam jangka waktu yang diharapkan. Signifikan atau tidaknya

(34)

diantaranya kemungkian hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama

dengan kondisi atau peristiwa yang lain. Berikut ini beberapa contoh peristiwa

yang menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going

concern − dalam hal ini tidak hanya terbatas pada pristiwa berikut−

diantaranya :

1. Trend negatif, misalnya kerugian operasi yang berulang kali terjadi,

kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan perusahaan, dan

rasio keuangan penting yang menunjukkan nilai dibawah standar

perusahaan.

2. Kesulitan keuangan, misalnya kegagalan melunasi kewajiban yang

telah jatuh tempo, penunggakan pembayaran deviden, dan

restrukturisasi utang.

3. Masalah intern, misalnya adanya karyawan yang melakukan mogok

kerja, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen

yang panjang yang tidak ekonomis, dan kebutuhan untuk secara

signifikian memperbaiki operasi.

4. Masalah luar, misalnya masalah gugatan pengadilan baik yang

dilakukan oleh pemasok, maupun pelanggan yang merasa tidak puas

dengan pelayanan perusahaan, kehilangan pelanggan dan pemasok

utama, kerugian akibat bencana besar, keluarnya undang-undang yang

mengancam keberadaan perusahaan, kehilangan franchise, lisensi atau

(35)

Auditor perlu mempertimbangkan rencana manajemen dalam mengatasi

kondisi buruk yang mungkin akan terjadi pada masa yang akan datang dalam

periode tidak lebih dari satu tahun. Dalam SA (Standar Auditing) Seksi 341

dinyatakan pertimbangan – pertimbangan tersebut antara lain:

1. Rencana untuk menjual aktiva.

2. Rencana penarikan utang atau restrukturisasi.

3. Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran.

4. Rencana untuk menaikkan modal pemilik.

Perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian bukan

berarti telah bebas dari kebangkrutan. Oleh karena itu auditor mengevaluasi

tingkat kekuatan kelangsungan hidup perusahaan klien. Berikut beberapa

pedoman yang diberikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia mengenai dampak dari

pengaruh kelangsungan hidup perusahaan terhadap opini yang dikeluarkan oleh

auditor, yaitu :

1. Tanggungjawab auditor

Seorang auditor bertanggungjawab dalam mengevaluasi kelangsungan

hidup perusahaan klien. Jika auditor menemukan adanya tanda-tanda yang

menunjukkan gangguan operasional perusahaan, maka auditor harus :

a. Berkordinasi dengan pihak manajemen dan memastikan apa rencana

manajemen dalam meminimalisir atau menghilangkan dampak yang

akan mungkin terjadi pada masa yang akan datang dari temuan

(36)

b. Memastikan rencana tersebut efektif dan aman jika direalisasikan, dan

memastikan pada manajemen bahwa mereka akan melaksanakan

rencana tersebut.

2. Prosedur audit

Prosedur audit adalah tindakan yang dilakukan atau metode dan teknik

yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan atau mengevaluasi bukti

audit. Auditor cukup membuat suatu prosedur yang dapat menggambarkan

kondisi klien yang sesungguhnya dimana dalam prosedur tersebut dapat dilihat

kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang

yang dapat merugikan iinternal maupun eksternal perusahaan. Berikut contoh

prosedur audit yang dapat dibuat oleh auditor, yaitu :

a. Prosedur ananalitik,

b. Review terhadap peristiwa kemudian,

c. Review terhadap kepatuhan atas syarat-syarat utang,

d. Pembacaan notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komite

penting yang dibentuk,

e. Permintaan keterangan kepada penasehat hokum entitas dan pendapatnya,

f. Konfirmasi dengan pihak-pihak yang mepunyai hubungan istimewa.

3. Pertimbangan atas kondisi peristiwa

Auditor dapat mempertimbangkan suatu peristiwa yang terjadi pada

(37)

pihak yang berkaitan dengan perusahaan klien kemudian menentukan seberapa

tingkat pengaruh kejadian tersebut terhadap operasional perusahaan.

4. Pertimbangan atas manajemen

Rencana manajemen perusahaan klien juga perlu dipertimbangkan dalam

hal pemberian opini going concern. Hal ini apat dilihat pada contoh berikut :

a. Apabila manajemen tidak memiliki rencana dalam hal pengurangan

resiko buruk suatu peristiwa untuk mempertahankan kelangsung hidup

suatu perusahaan, maka auditor harus mempertimbangkan untuk

menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).

b. Apabila manajemen memiliki rencana untuk mengurangi resiko buruk

yang terjadi pada perusahaan, maka auditor memiliki dua pilihan,

diantaranya :

 Jika menurut auditor rencana yang dibuat manajemen perusahaan

tidak efektif, maka auditor mempertimbangkan untuk menyatakan

tidak memberikan opini (disclaimer opnion).

 Jika menurut auditor rencana yang dibuat manajemen perusahaan

efektif dan mampu mempertahankan kelangsungan hidup

perusahaan, serta manajemen mengungkapkan rencana tersebut

dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor dapat

mempertimbangkan untuk memberikan pendapat wajar tanpa

pengecualian (unqualified opinion).

 Jika menurut auditor rencana manajemen tersebut efektif, namun

(38)

auditor dapat mempertimbangkan untuk memberikan pendapat

wajar dengan pengecualian (qualified opinion) atau pendapat tidak

wajar (adverse opinion).

5. Pertimbangan Dampak Informasi Kelangsungan Hidup Entitas Terhadap

Laporan Auditor

Setelah auditor mempertimbangkan rencana manajemen, maka apabila

auditor mendapat kesangsian akan kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan kelangsungan hidup dalam jangka waktu pantas, auditor

harus mempertimbangkan dampak yang kemungkinan timbul atas laporan

keuangan dan cukup atau tidaknya pengungkapannya. Berikut beberapa

informasi yang dapat diungkapkan, yaitu :

a. Kondisi atau peristiwa yang menimbulkan kesangsian besar mengenai

kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya

dalam waktu pantas.

b. Dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kondisi atau peristiwa tersebut.

c. Evaluasi manajemen terhadap signifikan atau tidaknya kondisi atau

peristiwa dan factor-faktor yang melemahkan dampak negatifnya.

d. Kemungkinan diberhentikan operasi satuan waktu.

e. Rencana manajemen (termasuk informasi keuangan prospektif yang

relevan).

f. Informasi mengenai kemungkinan pulihnya kembali keadaan satuan usaha

(39)

2.1.6 Kualitas Audit

De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas

dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu

pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas

audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan diatas, dapat dipahami

bahwa kualitas audit berkaitan dengan kemampuan auditor dalam menemukan,

mengidentifikasi, dan melaporkan pelanggaran yang dilakukan oleh klien

diserta dengan bukti-bukti yang ditemukan. Semakin besar KAP-nya, semakin

tinggi kualitas auditnya.

Dalam penelitian yang lain yang dilakukan oleh Deis dan Giroux

(1992), dikatakan bahwa beberapa hal yang mempengaruhi kualitas audit yaitu:

1. Lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu

perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan

audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan

semakin rendah.

2. Jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan

semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan

berusaha menjaga reputasinya.

3. Kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien

maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor

(40)

4. Review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor

tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh

pihak ketiga.

Dari berbagai faktor diatas, dalam penelitian ini lebih menekankan pada

ukuran Kantor Akuntan Publik sebagai tolok ukur kualitas audit. Adapun

ukuran perusahaan tersebut diproksikan pada big four dan non big four. Berikut

nama-nama perusahaan yang tergolong dalam KAP big four, yaitu :

1. Price Water House Coopers (PWC), yang bekerjasama dengan KAP

Haryanto Sahari dan rekan.

2. Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerjasama dengan KAP Osman

Bing Satrio dan rekan.

3. Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, yang

bekerjasama dengan KAP Siddharta dan Widjaja.

4. Ernst and Young (E&Y), yang bekerjasama dengan KAP Purwantoro,

Sarwoko, dan Sandjaja. Suherman & Surja.

2.1.7 Pertumbuhan Perusahaan

Salah satu hal yang menjadi pertimbangan bagi investor untuk

menanamkan modalnya adalah pertumbuhan perusahaan. Pada umumnya,

pertumbuhan perusahaan diproksikan pada tingkat rasio penjualan. Hal ini

disebabkan karena penjualan merupakan aktivitas utama dan merupakan

(41)

mengatakan bahwa ―rasio penjualan mengukur seberapa baik perusahaan

mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam

kegiatan ekonomi secara keseluruhan.‖ Sedangkan menurut Fabozzi (2000)

dalam Sinaga (2009) pertumbuhan penjualan merupakan perubahan penjualan

pada laporan keuangan pertahun. Dengan demikian, pertumbuhan perusahaan

juga menjadi salah satu poin penting bagi auditor dalam memberikan opini

audit.

Semakin tinggi rasio penjualan perusahaan, berarti semakin tinggi

pertumbuhan perusahaannya dan semakin kecil kemungkinan untuk mendapat

opini audit going conern, dan semakin meningkatkan kepercayaan investor

untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Sebaliknya, semakin

kecil rasio penjualan perusahaannya, semakin besar kemungkinan untuk

mendapat opini going concern, dan semakin kecil pula kepercayaan investor

menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Perusahaan dengan rasio

pertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba

sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan,

perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan

hidupnya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai

pengaruh opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, dan kualitas

(42)

menggunakan variabel independen yang berbeda-beda dari tahun ke tahun, dan

hasil penelitiannya juga berbeda-beda diantara masing-masing peneliti. Berikut ini

adalah beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang

akan dilakukan

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti

Variabel Penelitian Hasil penelitian 1, Ompusungg opni audit going concern.

Sedangkan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

2. Doris (2010)

Variabel independen :

quick ratio, long term debt to asset ratio, return on asset, kualitas audit, pertumbuhan perusahaan

Variabel dependen: opini audit wajar dengan pernyataan going concern

Long term debt to asset ratio

(43)

Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Peneliti terdahulu yang menggunakan variabel kualitas audit pada

perusahaan pertambangan menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh

terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini dilihat dari penelitian

Concern. opini audit going concern..

Sedangkan kualitas audit, perusahaan, debt default, dan kualitas audit tidak

berpengaruh signifikan

(44)

yang dilakukan oleh Ompusunggu (2014) dan penelitian yang dilakukan oleh

Susarni dan Jatmiko (2011).

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur

yang menggunakan variabel kualitas audit. Doris (2010) mendapatkan hasil

penelitian yang menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh positif terhadap

penerimaan opini audit going concern. Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh

Magdalena (2012), Demak (2012) dan Setyarno dkk (2006) menunjukkan hasil

bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

audit going concer pada perusahaan manufaktur.

Penelitian terdahulu yang menggunakan variabel opini audit tahun

sebelumnya menunjukkan hasil bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh

secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern baik pada

perusahaan manufaktur maupun pada perusahaan pertambangan. Penelitian yang

menggunakan variabel pertumbuhan perusahaan menunjukkan hasil bahwa

pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimnaan opini audit

going concern pada perusahaan manufaktur. Sedangkan peneliti belum

menemukan pada penelitian terdahulu pengaruh pertumbuhan perusahaan

terhadap opini audit going concern pada perusahaan pertambangan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada variabel

(45)

Opini Audit Going Concern

(Y) 2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan uraian teoritis diatas, peneliti mengambil kualitas audit,

pertumbuhan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya sebagai variabel

independen dan opini audit going concern sebagai variabel dependen.

Hubungan antara kualitas audit, pertumbuhan perusahaan dan opini audit

tahun sebelumnya dengan opini audit going concern dapat digambarkan sebagai

berikut :

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas audit (Ruiz

et.al, 2004). Semakin tinggi reputasi auditor semakin bagus kualitas audit yang

didapat, dan semakin tinggi pula tingkat kepercayaan para investor untuk

menanamkan modal pada perusahaan auditan. Kualitas audit juga sering

dihubungkan dengan ukuran KAP. Semakin besar ukuran KAP auditor, auditor

semakin independen dan memiliki kekuatan yang lebih besar untuk

mengungkapkan temuan pada laporan keuangan jika ditemui adanya Kualitas Audit (X1)

Opini Audit Tahun sebelumnya (X2) Pertumbuhan Perusahaan

(46)

penyimpangan yang dilakukan oleh klien. Selain itu, semakin besar ukuran KAP

auditor, berarti semakin besar pula kemampuan auditor jika dituntut dalam

pengadilan, sehingga semakin kecil kemungkinan auditor untuk tidak memberikan

opini audit going concern pada perusahaan auditan.

Pertumbuhan perusahaan sering diproksikan pada tingkat penjualan.

Semakin tinggi rasio penjualan perusahaan, berarti semakin baik pertumbuhan

perusahaan dan semakin besar kekuatan perusahaan untuk mempertahankan

kelangsungan operasional perusahaan. Kemampuan perusahaan meningkatkan

rasio penjualannya mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mampu

mempertahankan pangsa pasar ekonominya. Hal ini disebabkan karena penjualan

merupakan aktivitas utama operasional dan sumber pendapatan utama perusahaan.

Semakin kuat perusahaan mempertahankan kelangsungan operasional perusahaan

maka semakin kecil kemungkinan utnuk mendapat opini going concern.

Pada saat melakukan audit pada laporan keuangan perusahaan, auditor akan

melihat bagaimana kinerja perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya. Apakah

perusahaan klien pernah mengalami kerugian pada periode yang lalu atau tidak.

Jika perusahaan pernah mengalami kerugian pada periode yang lalu maka

kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan opini going concern akan semakin

tinggi. Oleh karena itu opini laporan keuangan perusahaan pada tahun lalu juga

bagian dari pertimbangan auditor dalam memberikan opini going concern pada

(47)

2.4 Hipotesisi Penelitian

Menurut Erlina (2008 : 49) ―Hipotesis merupakan penjelasan sementara

tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan

terjadi‖. Karena hipotesis hanya berfungsi sebagai jawaban sementara, maka perlu

dilakukan pembuktian atas jawaban tersebut melalui data empiris. Dari kerangka

konseptual diatas, penulis mengajukan hipotesis penelitian ini sebagai berikut :

H1 : Kualitas audit berpengaruh terhadap opini audit going concern. H2 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh pada opini audit going

concern.

H3 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit

going concern.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Menurut Erlina (2011 : 73) ―desain penelitian merupakan rencana induk

yang berisi metode dan prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis

informasi yang dibutuhkan, menetapkan sumber-sumber informasi, teknik yang

akan digunakan, metode sampling sampai dengan analisis data untuk dapat

(48)

2.4 Hipotesisi Penelitian

Menurut Erlina (2008 : 49) ―Hipotesis merupakan penjelasan sementara

tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan

terjadi‖. Karena hipotesis hanya berfungsi sebagai jawaban sementara, maka perlu

dilakukan pembuktian atas jawaban tersebut melalui data empiris. Dari kerangka

konseptual diatas, penulis mengajukan hipotesis penelitian ini sebagai berikut :

H1 : Kualitas audit berpengaruh terhadap opini audit going concern. H2 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh pada opini audit going

concern.

H3 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit

going concern.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Menurut Erlina (2011 : 73) ―desain penelitian merupakan rencana induk

yang berisi metode dan prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis

informasi yang dibutuhkan, menetapkan sumber-sumber informasi, teknik yang

(49)

menggunakan desain kausal. Menurut Sugiyono (2005 : 15) ―desain kausal

berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel

lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.‖

Dalam penelitian ini menggunakan desain kausal yang terdapat variabel

independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang

dipengaruhi). Penelitian ini akan menjelaskan pengaruh kualitas audit, opini audit

tahun sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit

going concern.

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Menurut Jogiyanto (2010 : 62) ―definisi operasional menjelaskan

karakteristik dari objek (perusahaan) kedalam elemen-elemen yang dapat

diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan di

dalam riset.‖ Menurut Hermawan (2003 : 32) ―variabel independen atau variabel

terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi terikat, karena

adanya variabel bebas.‖ Dalam penelitian ini peneliti mengklarifikasikan variabel

menjadi dua yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat

(dependent variable). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah kualitas

audit, opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan, sedangkan

variabel terikatnya adalah opini audit going concern.

3.2.1 Variabel Terikat (Dependent Vaariable)

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerimaan

(50)

dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat

mempertahankan kelangsungan hidupnya atau tidak (SPAP, 2001). Going concern

disebut juga sebagai kontinuitas akuntansi yang memperkirakan suatu bisnis akan

terus berlanjut dalam waktu tidak terbatas (Syahrul, 2000). Variabel ini

menggunakan variabel dummy. Nilai 1 bila opini audit unqualified dengan going

concern atau Going Concern Audit Report (GCAR), sedangkan nilai 0 bila opini

audit unqualified dengan non-going concern atau Non-Going Concern Audit

Report (NGCAR)

3.2.2 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Kualitas audit

Kualitas auditor diukur dengan reputasi auditor yang merupakan

prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar

yang dimiliki auditor tersebut. Kualitas audit yang diproksikan dengan

KAP The Big Four dan KAP The Non Big Four. Variabel ini digunakan

dengan variabel dummy. Angka 1 diberikan kepada perusahaan yang

menggunakan jasa KAP yang berafiliasi dengan KAP The Big Four

auditor. Sedangkan angka 0 diberikan kepada perusahaan yang tidak

menggunakan jasa KAP yang berafiliasi dengan KAP The Big Four

auditor.

(51)

Opini audit yang diambil pada penelitian ini adalah opini audit 1 tahun

sebelumnya. Dalam hal ini laporan keuangan yang diteliti periode

2011-2013. Variabel ini diukur dengan variabel dummy, dimana opini audit

going concern / going concern audit opinion (GCAO) diberi kode 1,

sedangkan opini audit non going concern / non going concern audit

opinion (NGCAO) diberi kode 0. Data opini audit tahun sebelumnya

disajikan dalam skala nominal.

3. Pertumbuhan perusahaan

Rasio pertumbuhan penjualan digunakan untuk mengukur kemampuan

auditee dalam pertumbuhan tingkat penjualan.Dalam penelitian ini

pertumbuhan perusahaan diukur dengan rasio pertumbuhan penjualan.

Pertumbuhan Penjualan = –

Data ini diperoleh dengan menghitung sales growth ratio berdasarkan

laporan laba/rugi masing – masing auditee. Hasil perhitungan rasio

pertumbuhan penjualan disajikan dengan skala rasio.

Tabel 3.1

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

No Nama

Variabel

Definisi Operasional Alat Ukur Skala

(52)

3.3 Populasi dan Sampel

Menurut Usman dan Akbar (2009 : 79) ―populasi adalah sebuah nilai baik

hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif daripada

karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek atau subjek yang lengkap dan

jelas‖. Menurut Erlina (2011), populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap

yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik

tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu

Four dan KAP The Non concern yang diberikan oleh auditor tentang kelangsungan hidup perusahaan yang tidak menerima opini audit dengan pengungkapan

going concern

(53)

yang berkaitan dengan masalah penelitian.‖ Populasi yang diambil pada penlitian

ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2011-2012.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002 :

109). Sedangkan menurut Usman dan Akbar (2009 : 80) ―Sampel adalah sebagian

anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut

dengan teknik sampling‖. Untuk menghindari sampel yang tidak representative,

maka teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan teknik purposive sampling. Menurut Jogiyanto (2010 : 79) ―purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu

kriteria tertentu. Adapun kriteria sampel yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada periode 2011 - 2013

dan tidak delisting pada periode tersebut.

2. Sampel yang diambil adalah perusahan pertambangan yang telah listing di

BEI sebelum periode pengamatan (sebelum 1 Januari 2011).

3. Mengalami rugi bersih setelah pajak sekurang-kurangnya satu periode

laporan keuangan (satu tahun) selama periode pengamatan (2011-2013).

Pemilihan sampel hanya pada perusahaan yang pernah mengalami rugi

bersih karena perusahaan yang mendapat opini audit going concern merupakan

perusahaan yang memiliki rugi bersih. Auditor memiliki kesangsian bahwa

perusahaan yang mengalami kerugian tidak memiliki kemampuan untuk

mempertahankan usahanya. Dengan demikian perusahaan yang sehat selama

(54)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka didapat sampel perusahaan berjumlah

12 perusahaan, dengan 3 tahun pengamatan dengan proses seleksi sampel sebagai

berikut :

Table 3.2

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No. Kriteria Sampel

Jumlah Pelanggaran

Kriteria

Akumulasi

1. Total perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode pengamatan (2011-2013)

39

2. Perusahan pertambangan yang tidak

listing di BEI sebelum periode

pengamatan (sebelum 1 Januari 2011)

(12) 27

3. Perusahaan yang tidak mengalami rugi bersih setelah pajak sekurang-kurangnya satu periode laporan keuangan (satu tahun) selama periode pengamatan (2011-2013).

(16) 11

Jumlah perusahaan sampel 11

Tahun pengamatan 3

Jumlah sampel total selama periode

penelitian (2011-2013) 33

Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Setelah dilakukan teknik purposive sampling, maka emiten yang menjadi

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan KriteriaTable 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Penelitian tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Kampung Legok Makmur Kota Magelang) menurut tingkat eksplanasi dan jenis

PEMERINTAH KABUPATEN MUARA ENIM DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. SMPN 3

Universitas Negeri

Universitas Negeri

Sebelum dilakukan pemberdayaan wartawan siswa dalam pembuatan majalah sekolah, siswa-siswi telah memiliki media untuk menyalurkan bakat menulis mereka melalui majalah

Dalam hal Anggota Kliring membatalkan jaminan terhadap Anggota Bursa tertentu, maka Anggota Kliring yang bersangkutan wajib untuk memberitahukan kepada Lembaga Kliring dan Bursa