SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH KUALITAS AUDIT, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP
OPINI AUDIT GOING CONCERNPADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI
OLEH
NAJMI BERAMPU
100503048
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI DAN BISNIS
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul ―ANALISIS PENGARUH KUALITAS
AUDIT, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, DAN PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA
PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI‖ adalah
benar hasil karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna
menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan penulisan
ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Agustus 2015
Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern. Apakah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id. Diperoleh 40 perusahaan pertambangan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan metode purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 11 perusahaan sebagai objek penelitian selama tiga tahun (2011-2013). Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan. Variabel dependen nya adalah penerimaan opini going concern. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi logistik.
Hasil penelitian ini bahwa ketiga variabel independen berpengaruh signifikan secara bersama-sama. Secara parsial kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan dengan koefisien negatif terhadap penerimaan opini going concern, sementara variabel opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh secara signifikan dengan koefisien positif terhadap penerimaan opini going concern.
ABSTRACT
The purpose of this research is to know and to analyze the factors that influence receiving going concern audit opinion. There are profitability audit quality, previous year‟s audit opinion and corporation growth predicted partially or simultaneously influence toward receiving going concern audit opinion in mining company listed on Indinesian Stock Exchange at 2010-2013.
Data used in this research is financial statement from each company published through in website www.idx.co.id. The population are 40 mining companies. Sampling method used purposive sampling and there are 11 companies as a research object for 3 years (2011-2013). This research is classified as causal research and replication of former researches. The independent variables for this research are audit quality, previous year‟s audit opinion and corporation growth. The dependent variable is receiving going concern audit opinion. Analysis method that used in this research is method analysis logistic regression.
This research concludes that all three of the independent variables have significant influence towards receiving going concern audit opinion in simultaneous, in partial audit quality and corporation growth have not significant with coefficient negatively influence towards receiving going concern audit opinion, but previous year‟s audit opinion have not significant with coefficient positively influence towards receiving going concern audit opinion.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil„alamin. segala puji hanyalah milik Allah SWT,
Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang selalu melimpahkan
rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul ―Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun
Sebelumnya dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI‖ dengan
baik dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi dari Program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta doa dari
berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Teristimewa untuk kedua orang tua
saya yang sangat saya sayangi dan cintai, Alm. Zainudin Berampu dan Restina
Kudadiri yang senantiasa melimpahkan cinta dan kasih sayangnya, mengorbankan
segalanya demi kepentingan anak-anaknya, serta selalu mendoakan dan
mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis
juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak selaku Ketua
Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S-1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Sekretaris Program
Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara.
4. Bapak Drs. Syamsul Bahri, MM, Ak yang juga selaku Dosen Pembimbing
saya yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
pengarahan, dan perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Dosen Pembanding/ Penguji dan
Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Dosen Ketua Koordinator
Penguji yang telah membantu penulis dalam memberikan saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Buat kakak-kakak tersayang Erni Irawati Berampu, Wasidi, Alwiyah
Berampu, Arkam Markum Berampu, Fitrianto Berampu dan Ridoni Berampu
yang selalu memberikan dukungan baik berupa materi maupun do’a dan
motivasi serta kasih sayang yang tulus selama ini. Buat adik Nurul Ilmi
Berampu yang selalu sabar dan pengertian kepada penulis.
7. Buat saudara seperjuangan Entywe Habeahan, SKM dan Muhammad Emir
Aulia serta seluruh keluarga Fahmil Qur’an USU yang selalu mengingatkan,
mendoakan, memotivasi dan selalu setia menemani penulis dalam suka
maupun duka. Untuk sahabat seperjuangan dalam Badan Pengurus dan
Pengembangan Mushalla (BP2M) Baiturrahmah FE USU, Unit Kegiatan
Tilawatil Qur’an (LPTQ USU) yang namanya tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi.
Medan, Agustus 2015
Najmi Berampu
DAFTAR ISI
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 34
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 34
3.2.1 Variabel Dependen ... 35
3.2.2 Variabel Independen ... 35
3.3 Populasi dan Sampel ... 38
3.4 Jenis dan Sumber Data ... 41
3.6 Metode Analisis Data ... 42
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 28
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37
Tabel 3.2 Proses Sampel Berdasarkan Penelitian ... 40
Tabel 3.3 Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian ... 41
Table 4.1 Sampel Penelitian ... 50
Table 4.2 Statistik Deskriptif ... 51
Table 4.3 Hasil Uji Multikolonieritas ... 53
Table 4.4 Nilai -2 Log Likelihood (-2LL awal) ... 54
Table 4.5 Nilai -2 Log Likelihood (-2LL akhir) ... 56
Table 4.6 Hosmer and Lemeshow Test ... 57
Table 4.7 Contigency Table for Hosmer and Lemeshow Test ... 58
Table 4.8 Ikhtisar Pengolahan Data ... 60
Table 4.9 Uji T Parsial ... 61
Table 4.10 Uji Omnibus (simultan) ... 64
Table 4.11 Koefisien Determinasi... 65
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1 Populasi, Kriteria Perusahaan, dan Sampel... 75
Lampiran 2 Data Variabel Penelitian Tahun 2011 ... 76
Lampiran 3 Data Variabel Penelitian Tahun 2012 ... 76
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern. Apakah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id. Diperoleh 40 perusahaan pertambangan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan metode purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 11 perusahaan sebagai objek penelitian selama tiga tahun (2011-2013). Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan. Variabel dependen nya adalah penerimaan opini going concern. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi logistik.
Hasil penelitian ini bahwa ketiga variabel independen berpengaruh signifikan secara bersama-sama. Secara parsial kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan dengan koefisien negatif terhadap penerimaan opini going concern, sementara variabel opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh secara signifikan dengan koefisien positif terhadap penerimaan opini going concern.
ABSTRACT
The purpose of this research is to know and to analyze the factors that influence receiving going concern audit opinion. There are profitability audit quality, previous year‟s audit opinion and corporation growth predicted partially or simultaneously influence toward receiving going concern audit opinion in mining company listed on Indinesian Stock Exchange at 2010-2013.
Data used in this research is financial statement from each company published through in website www.idx.co.id. The population are 40 mining companies. Sampling method used purposive sampling and there are 11 companies as a research object for 3 years (2011-2013). This research is classified as causal research and replication of former researches. The independent variables for this research are audit quality, previous year‟s audit opinion and corporation growth. The dependent variable is receiving going concern audit opinion. Analysis method that used in this research is method analysis logistic regression.
This research concludes that all three of the independent variables have significant influence towards receiving going concern audit opinion in simultaneous, in partial audit quality and corporation growth have not significant with coefficient negatively influence towards receiving going concern audit opinion, but previous year‟s audit opinion have not significant with coefficient positively influence towards receiving going concern audit opinion.
BAB I
PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam, baik dari
daratan maupun lautan. Sumber daya daratan yang bermacam-macam jenisnya,
mulai dari hasil hutan, perkebunan dan juga pertambangan. Begitu juga dengan
sumber daya lautan tidak kalah melimpahnya dibanding dengan sumber daya
daratan. Oleh karena melimpahnya sumber daya di Indonesia, menyebabkan
banyak pihak asing yang mencoba mengelola sumber daya alam tersebut. Dalam
hal ini, sumber daya yang difokuskan adalah sumberdaya pertambangan.
Melihat begitu potensialnya sumber daya tambang Indonesia
menyebabkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan
berkembang pesat sampai saat ini. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya
jumlah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dari tahun 2011 sampai tahun 2013. Seiring dengan perkembangan perusahaan
pertambangan tersebut, semakin menarik perhatian pihak investor untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan pertambangan, baik investor yang
berasal dari luar negeri maupun dalam negeri. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk membahas kelangsungan usaha (going concern) pada perusahaan
pertambangan yang terdaftar di BEI.
Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan
manajemen dalam mengelola perusahaan. Setiap investor pasti mengharapkan
satu pertimbangan investor ketika ingin menginvestasikan modalnya pada suatu
perusahaan adalah sebesar-besar kemungkinan pengembalian investasi secara
jangka panjang. Peningkatan nilai investasi pada perusahaan tambang,
mengharuskan pihak internal perusahaan untuk menyusun laporan keuangan dan
laporan audit yang mana laporan tersebut sangat diperlukan oleh pihak investor
untuk menilai tingkat efektivitas investasi yang akan ditanamkan.
Asumsi dasar suatu perusahaan adalah adanya harapan kelangsungan
hidup perusahaan atau biasa disebut going concern. Oleh karena itu, untuk
mengetahui tingkat perkembangan usaha, perusahaan menyusun laporan keuangan
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan
ini terdapat kepentingan internal perusahaan tersendiri yang berbeda dengan
kepentingan pihak eksternal perusahaan, seperti investor. Terkadang investor
tidak terlalu percaya dengan laporan yang hanya dibuat oleh internal perusahaan.
Teori agensi (agency theory) merupakan hubungan keagenan suatu kontrak
antara pemilik (principal) dengan manajer (agent). Agar hubungan kontraktual
ini dapat berjalan dengan baik, maka principal akan mendelegasikan otoritas
pembuatan keputusan kepada agent. Hubungan inilah disebut dengan teori
keagenan. Pemisahan dalam teori keagenan ini menandakan principal tidak lagi
terlibat dalam pengelolaan perusahaan karena telah dialihkan kepada agent. Pihak
principal hanya bertindak sebagai pengawas dengan memonitor kinerja
perusahaan melalui laporan yang diberikan oleh agent. Namun, adanya pemisahan
berusaha memaksimumkan kesejahteraannya masing-masing (Jensen dan
Meckling, 1976).
Perbedaan kepentingan dari dua pihak ini menyebabkan perlunya pihak
ketiga sebagai penyelaras, yaitu auditor. Selain memberikan opini pada laporan
keuangan tersebut, auditor eksternal dengan harapan untuk mengetahui
kemungkinan suatu perusahaan untuk melanjutkan usahanya. Dalam hal ini,
auditor memberikan opini going concern dengan berbagai pertimbangan.
Penerbitan pendapat mengenai going concern perusahaan merupakan pekerjaan
yang krusial bagi seorang auditor karena auditor harus menilai kemampuan
perusahaan untuk bertahan hidup melalui investigasi yang komprehensif tentang
kejadian-kejadian yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan
tersebut.
Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor
untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan kata lain, opini going concern
yang diterima oleh sebuah perusahaan menunjukkan adanya kondisi dan peristiwa
yang menimbulkan keraguan auditor akan kelangsungan hidup perusahaan.
Pemberian opini going concern merupakan langkah yang sulit dan dilematis,
sebagaimana dikutip oleh Louwers pada penelitian Chow, NcNamee dan Plumme
(1987) ― the going concern determination is one of the most difficult and complex
Auditor dituntut profesional dan mentaati ketentuan audit sesuai dengan
prinsip audit agar tidak timbul kesalahan dalam menentukan kelangsungan hidup
perusahaan klien. Beberapa penyebabnya antara lain, pertama, masalah self
fulfilling prophecy yang mengakibatkan auditor tidak akan mengungkapkan status
going concern yang muncul ketika auditor khawatir apabila opini going concern
yang dikeluarkan dapat mempercepat kegagalan perusahaan yang bermasalah
(Venuti, 2007). Auditor sering menghadapi masalah dalam hal penerbitan opini
going concern, diantaranya jika opini going concern diterbitkan dan pada tahun
selanjutnya perusahaan auditee tidak mengalami kebangkrutan sedangkan dengan
opini tersebut, banyak investor yang akan menarik investasinya dari perusahaan
auditee, namun jika opini audit tidak diberikan sedangkan keadaan perusahaan
auditee yang sedang terancam dan pada tahun selanjutnya mengalami
kebangkrutan, maka auditor sendiri yang akan terjerat karena merupakan
tanggungjawab auditor. Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah
terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun
sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (SA seksi 341). Dalam hal
ini, auditor hanya bertanggungjawab dalam audit kelangsungan hidup perusahaan,
bukan bertanggungjawab pada kelangsungan hidup perusahaan auditee. Opini
audit going concern ini perlu diungkapkan untuk menghindari adanya kecurangan
dalam penyusunan laporan keuangan oleh manajemen seperti yang pernah terjadi
berimbas pada perekonomian global. Kondisi tersebut menyebabkan anjloknya
nilai tukar rupiah, turunnya indeks harga saham karena larinya investor asing dan
pelarian modal baik dari pasar saham maupun obligasi pemerintah di Indonesia.
Selain itu, kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan besar di Amerika
berdampak pada entitas bisnis di Indonesia yang menyebabkan banyak perusahaan
mengalami kebangkrutan karena tidak mampu mempertahankan kelangsungan
hidup perusahaan.
Keberlangsungan usaha (going concern) dapat dinilai dari banyak aspek,
jika dilihat dari aspek internal perusahaan, beberapa faktor yang mempengaruhi
keberlangsungan usaha, yaitu pertumbuhan perusahaan, leverage, finacial
distress, dan lain-lain. Sedangkan dari aspek eksternal perusahaan,
keberlangsungan usaha dapat dinilai dari kualitas audit, dan opini audit tahun
sebelumnya, reputasi auditor, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, hubungan kualitas audit,
pertumbuhan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya terhadap audit going
concern berbeda antara satu penelitian dengan yang lainnya. Jessica (2014)
melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI), menyatakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan Miryam
(2014) melakukan penelitian pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI
menyatakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
penerimaan opini audit going concern. Pada penelitian yang dilakukan oleh
tertarik untuk meneliti kembali penelitian terdahulu dengan beberapa variabel
yang lain dengan judul ―analisis pengaruh kualitas audit, opini audit tahun
sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia‖.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan
masalah penelitian; pakah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya dan
pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas audit, opini audit tahun
sebelumnya dan pertumbuhan perushaan secara parsial dan simultan
terhadap opini audit going concern pada perusahaan pertambangan yang
terdaftar di BEI.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Secara akademis bagi penulis, memperdalam pengetahuan dan
menambah wawasan diharapkan dapat menjadi referensi
penelitian selanjutnya.
2. Bagi investor dan calon investor, sebagai informasi mengenai
kelangsungan usaha pada perusahaan pertambangan yang
beroperasi di Indonesia dan terdaftar di BEI, sehingga
membantu investor dalam pengambilan keputusan untuk
berinvestasi.
3. Bagi manajemen perusahaan, diharapakan penelitian ini dapat
menambah informasi dalam pengambilan keputusan dalam hal
mempertahankan kinerja peusahaan dan kelangsungan usaha
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut Jensen dan Meckling (1976) ―mendefinisikan teori agensi
merupakan hubungan keagenan suatu kontrak antara pemilik (principal)
dengan manajer (agent). Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan
baik, maka principal akan mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan
kepada agent”.
Tujuan dari teori agensi adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kemampuan individu (baik prinsipal maupun agen) dalam
mengevaluasi lingkungan dimana keputusan harus diambil (The belief
revision role).
2. Mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna mempermudah
pengalokasian hasil antara prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak kerja
(Theperformance evaluation role), Hubungan inilah disebut dengan teori
keagenan.
Pemisahan dalam teori keagenan ini menandakan principal tidak lagi
terlibat dalam pengelolaan perusahaan karena telah dialihkan kepada agent.
Pihak principal hanya bertindak sebagai pengawas dengan memonitor kinerja
keagenan yang didasarkan pada adanya perbedaan kepentingan. Principal dan
agent sama–sama berusaha memaksimumkan kesejahteraannya
masing-masing.
Secara garis besar teori agensi dikelompokkan menjadi dua yaitu ‖positive
agency research dan principal agent research. Positive agent research
memfokuskan pada identifikasi situasi dimana agen dan prinsipal mempunyai
tujuan yang bertentangan dan mekanisme pengendalian yang terbatas hanya
menjaga perilaku self serving agen‖. Principal agent research mengungkapkan
bahwa hubungan agent - principal dapat diaplikasikan secara lebih luas,
misalnya untuk menggambarkan hubungan pekerja dan pemberi kerja, lawyer
dengan kliennya, auditor dengan auditee.
Menurut Scott (2000) ada dua jenis asymmetric informationyaitu ―adverse
selection dan moral hazard”. Adverse selection adalah suatu tipe informasi
asimetri (asymmetric information) dimana satu orang atau lebih pelaku-pelaku
bisnis atau transaksi-transaksi potensial yang dapat mengamati
kegiatan-kegiatan mereka secara penuh dibandingkan dengan pihak lain, sedangkan
moral hazard ini terjadi karena pihak-pihak diluar perusahaan (investor)
mendelegasikan tugas dan kewenangannya kepada manajer, tetapi investor
tidak dapat sepenuhnya memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian
tersebut. Dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada
hubungan antara prinsipal dan agen yang berfungsi untuk memonitor perilaku
adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal
(shareholders) dengan pihak manajer dalam mengelola keuangan perusahaan.
2.1.2 Teori Sinyal (Signaling Theory).
Menurut Mamduh (2004:314) menyatakan bahwa ―perusahaan dapat
meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri‖. Salah
satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan
sinyal pada pihak luar termasuk investor.
Teori sinyal (signaling theory) adalah teori yang menjelaskan tentang
bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna
laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah
dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal
dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan
tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa
pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi.
Auditing dapat mengurangi asimetri informasi antara manajemen dan
stakeholders perusahaan, karena memungkinkan pihak diluar perusahaan untuk
memverifikasi validitas laporan keuangan dengan memberikan opini audit.
2.1.3 Auditing
Pengertian Auditing menurut (Alvin A. Arens, Mark S. Beasley dan
Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.
Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa auditing terdiri dari
beberapa kegiatan, yaitu ; akumulasi dan evaluasi bukti yang berkaitan dengan
laporan keuangan perusahaan untuk menentukan apakah laporan keuangan
yang telah disajikan memang telah sesuai dengan ketentuan yang diterima
umum dan telah dapat dipercaya. Untuk meningkatkan keakuratan informasi
ini, dibutuhkan seorang auditor yang handal, dan dapat dipercaya, tidak
memihak kepada siapapun yang berkepentingan dengan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan.
Pengertian auditing menurut tokoh lain, dalam hal ini penulis kutip dari
Mulyadi (2002) menyatakan bahwa
Auditing merupakan suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antar pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Sedangkan pengertian auditing menurut Konrath (2002:5) dalam
Sukrisno Agoes (2012:2) mendefinisikan auditing sebagai: ―Suatu proses
sistematis untuk secara objektif mendapatkan untuk mengevaluasi bukti
mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi
telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.‖
Beberapa poin penting yang dapat penulis rangkum dari ketiga
pengertian auditing diatas, yaitu auditing merupakan :
a. Suatu proses akumulasi yang sistematis
Auditing merupakan proses pengumpulan informasi-informasi
keuangan yang disajikan oleh auditee secara terstuktur, terorganisir, dan
memiliki tujuan yang jelas.
b. Mengevaluasi bukti yang dikumpulkan secara objektif
Salah satu bagian dari proses yang sistematis sebagaimana yang telah
disebutkan diatas adalah pengumpulan bukti sebagai dasar untuk pernyataan
(asersi) yang dibuat oleh individu atau badan usaha yang membuat asersi
tersebut, tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti yang telah
dikumpulkan.
c. Menilai dan membandingkan kesesuaian antara informasi yang
disajikan dengan apa yang terjadi pada kenyataannya
Bukti yang terkumpul dibandingkan dengan melihat nilai riil dari yang
terdapat pada bukti tersebut. Hal ini dapat dilakukan sesuai dengan program
audit yang telah direncanakan oleh auditor. Standar yang dipakai sebagai
oleh suatu badan tertentu; anggaran atau ukuran prestasi pemilik satuan
usaha; standar Akuntansi Keuangan (SAK)
d. Menyampaikan hasil dari temuan yang diperoleh dari proses audit
Setelah membandingkan antara bukti dan nilai riilnya, maka temuan
temuan yang didapat disampaikan kepada pihak perusahaan yang kemudian
akan ditetapkan apakah sesuai atau tidaknya laporan perusahaan. Hal
tersebut disampaikan dalam bentuk laporan audit (audit report). Laporan
audit baku terdiri dari tiga paragraf yaitu paragraf pangantar (introductory
paragraph), paragraf lingkup (scope paragraph), dan paragraf pendapat
(opinion paragraph). Tujuan dari penyampaian ini adalah untuk
memberikan informasai dan membantu pihak eksternal perusahaan yang
memiliki kepentingan terhadap perusahaan untuk memberikan keputusan
yang berkaitan dengan laporan keuangan perusahaan.
e. Seseorang yang melakukan audit (auditor) bersifat independen
Auditor haruslah bersifat independen, artinya tidak memihak pada
kepentingan pihak internal maupun ekternal perusahaan. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan keakuratan dari informasi audit yang disampaikan.
2.1.4 Opini Audit
Bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit adalah pemberian
opini atas laporan keuangan yang disajikan auditee. Opini audit disajikan
pada paragraf terakhir laporan audit. Laporan yang telah diperiksa
Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga
auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas
laporan keuangan yang diauditnya. Opini audit menurut kamus standar
akuntansi (Ardiyos, 2007) ―laporan yang diberikan seorang akuntan publik
terdaftar sebagai hasil penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang
disajikan perusahaan‖.
Dalam melakukan suatu proses audit, auditor melakukan pemeriksaan
dan penelusuran terhadap dokumen pendukung yang berkaitan dengan
informasi akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan untuk memperoleh
keyakinan atas kewajaran penyajian laporan keuangan tersebut. Setelah
melakukan serangkaian tahapan dalam suatu penugasan audit, barulah auditor
dapat menentukan pendapat atas laporan keuangan perusahaan yang telah
disajikan yang dinyatakan dalam laporan auditor independen. Laporan auditor
independen memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas,
hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia. (SPAP, 2011:508.2).
Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik – PSA 29 SA Seksi
508 (2011), terdapat lima jenis opini auditor, yaitu:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan
material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang
ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku (unqualified opinion
with explanatory language)
Auditor menyatakan bahwa keadaan tertentu sering kali
mengharuskan auditor untuk menambahkan paragraf penjelasan (atau
bahasa penjelasan lain) dalam laporan auditor bentuk baku. Keadaan
tersebut meliputi:
a. Pendapatan auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor
independen lain.
b. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena
keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan
menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia.
c. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor
yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup
entitas, namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen,
auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat
secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah
memadai.
d. Di antara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam
e. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas
laporan keuangan komparatif.
f. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) namun tidak disajikan atau tidak
di-review.
g. Informasi tambahan yang diharuskan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia—Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah dihilangkan,
yang penyajiannya menyimpang jauh dari panduan yang dikeluarkan
oleh Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur
audit yang berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak
dapat menghilangkan keragu-raguan yang besar apakah informasi
tambahan tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh
Dewan tersebut.
h. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan
auditan secara material tidak konsisten dengan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan.
Selain itu, auditor dapat menambahkan paragraf penjelasan untuk
menekankan suatu hal tentang laporan keuangan.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan secara wajar, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas
untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
Pendapat ini dinyatakan bilamana:
a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan
bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian
(unqualified opinion) dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak
memberikan pendapat (disclaimer opinion).
b. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari standar akuntansi keuangan di Indonesia, yang
berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan
pendapat tidak wajar (adverse opinion).
4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara
wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Pendapat ini dinyatakan
bila, menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan
tidak disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)
Auditor tidak memberikan pendapat atas suatu laporan keuangan
perusahaan. Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia
tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang
Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor
harus memberikan semua alasan substantif yang mendukung
pernyataannya tersebut.
2.1.5 Opini Audit Going Concern
Going concern adalah kemampuan perusahaan dalam menjalankan
aktivitas operasional usahanya dalam kurun waktu yang lama pada masa yang
akan datang. Kosasih (1985: 33) menyatakan bahwa istilah ini diartikan
sebagai anggapan bahwa operasi satuan ekonomi akan berlangsung terus di
masa yang akan datang. Going concern merupakan suatu asumsi akan
kelangsungan hidup perusahaan yang berkaitan erat dengan kemampuan
perusahaan dalam melunasi utang-utangnya, dan kemampuan perusahan dalam
menagih piutangnya. Carmichael dalam The Auditor‟s Reporting Obligation
menyatakan bahwa going concern dipengaruhi oleh ketidakpastian yang sangat
material yang mengancam kelangsungan hidup suatu entitas atau perusahaan.
Menurut Altman dan McGough (1974) masalah going concern terbagi
dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas,
defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta
masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus-menerus, prospek
pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian
yang lemah atas operasi.
1. Pemberi pinjaman (kreditur), melalui informasi going concern kredtur
dapat menentukan apakah akan memberikan pinjaman pada
perusahaan tersebut atau tidak, kepada perusahaan apa saja ia akan
memberikan pinjamannya, dan dapat memonitor pinjaman yang teah ia
berikan kepada perusahaan yang bersangkutan.
2. Investor, melalui informasi going concern dapat melihat apakah
perusahaan masih dapat bertahan hidup dan mengambil keputusan
untuk berinvestasi atau tidak; dan keputusan mengenai menarik
investasi atau menambah investasi.
Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor
untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (SA Seksi 341). Dalam
melaksanakan prosedur audit, auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi
adanya kondisi yang dapat menimbulkan kesangsian besar terhadap
kemampuan perusahaan untuk mempertahankan hidupnya (SA Seksi 341,
paragraf 02).
Pada saat menentukan opini going concern, auditor dapat
mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu, jika
dipertimbangkan secara keseluruhan akan menunjukkan adanya kesangsian
besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam jangka waktu yang diharapkan. Signifikan atau tidaknya
diantaranya kemungkian hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama
dengan kondisi atau peristiwa yang lain. Berikut ini beberapa contoh peristiwa
yang menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going
concern − dalam hal ini tidak hanya terbatas pada pristiwa berikut−
diantaranya :
1. Trend negatif, misalnya kerugian operasi yang berulang kali terjadi,
kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan perusahaan, dan
rasio keuangan penting yang menunjukkan nilai dibawah standar
perusahaan.
2. Kesulitan keuangan, misalnya kegagalan melunasi kewajiban yang
telah jatuh tempo, penunggakan pembayaran deviden, dan
restrukturisasi utang.
3. Masalah intern, misalnya adanya karyawan yang melakukan mogok
kerja, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen
yang panjang yang tidak ekonomis, dan kebutuhan untuk secara
signifikian memperbaiki operasi.
4. Masalah luar, misalnya masalah gugatan pengadilan baik yang
dilakukan oleh pemasok, maupun pelanggan yang merasa tidak puas
dengan pelayanan perusahaan, kehilangan pelanggan dan pemasok
utama, kerugian akibat bencana besar, keluarnya undang-undang yang
mengancam keberadaan perusahaan, kehilangan franchise, lisensi atau
Auditor perlu mempertimbangkan rencana manajemen dalam mengatasi
kondisi buruk yang mungkin akan terjadi pada masa yang akan datang dalam
periode tidak lebih dari satu tahun. Dalam SA (Standar Auditing) Seksi 341
dinyatakan pertimbangan – pertimbangan tersebut antara lain:
1. Rencana untuk menjual aktiva.
2. Rencana penarikan utang atau restrukturisasi.
3. Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran.
4. Rencana untuk menaikkan modal pemilik.
Perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian bukan
berarti telah bebas dari kebangkrutan. Oleh karena itu auditor mengevaluasi
tingkat kekuatan kelangsungan hidup perusahaan klien. Berikut beberapa
pedoman yang diberikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia mengenai dampak dari
pengaruh kelangsungan hidup perusahaan terhadap opini yang dikeluarkan oleh
auditor, yaitu :
1. Tanggungjawab auditor
Seorang auditor bertanggungjawab dalam mengevaluasi kelangsungan
hidup perusahaan klien. Jika auditor menemukan adanya tanda-tanda yang
menunjukkan gangguan operasional perusahaan, maka auditor harus :
a. Berkordinasi dengan pihak manajemen dan memastikan apa rencana
manajemen dalam meminimalisir atau menghilangkan dampak yang
akan mungkin terjadi pada masa yang akan datang dari temuan
b. Memastikan rencana tersebut efektif dan aman jika direalisasikan, dan
memastikan pada manajemen bahwa mereka akan melaksanakan
rencana tersebut.
2. Prosedur audit
Prosedur audit adalah tindakan yang dilakukan atau metode dan teknik
yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan atau mengevaluasi bukti
audit. Auditor cukup membuat suatu prosedur yang dapat menggambarkan
kondisi klien yang sesungguhnya dimana dalam prosedur tersebut dapat dilihat
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang
yang dapat merugikan iinternal maupun eksternal perusahaan. Berikut contoh
prosedur audit yang dapat dibuat oleh auditor, yaitu :
a. Prosedur ananalitik,
b. Review terhadap peristiwa kemudian,
c. Review terhadap kepatuhan atas syarat-syarat utang,
d. Pembacaan notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komite
penting yang dibentuk,
e. Permintaan keterangan kepada penasehat hokum entitas dan pendapatnya,
f. Konfirmasi dengan pihak-pihak yang mepunyai hubungan istimewa.
3. Pertimbangan atas kondisi peristiwa
Auditor dapat mempertimbangkan suatu peristiwa yang terjadi pada
pihak yang berkaitan dengan perusahaan klien kemudian menentukan seberapa
tingkat pengaruh kejadian tersebut terhadap operasional perusahaan.
4. Pertimbangan atas manajemen
Rencana manajemen perusahaan klien juga perlu dipertimbangkan dalam
hal pemberian opini going concern. Hal ini apat dilihat pada contoh berikut :
a. Apabila manajemen tidak memiliki rencana dalam hal pengurangan
resiko buruk suatu peristiwa untuk mempertahankan kelangsung hidup
suatu perusahaan, maka auditor harus mempertimbangkan untuk
menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).
b. Apabila manajemen memiliki rencana untuk mengurangi resiko buruk
yang terjadi pada perusahaan, maka auditor memiliki dua pilihan,
diantaranya :
Jika menurut auditor rencana yang dibuat manajemen perusahaan
tidak efektif, maka auditor mempertimbangkan untuk menyatakan
tidak memberikan opini (disclaimer opnion).
Jika menurut auditor rencana yang dibuat manajemen perusahaan
efektif dan mampu mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan, serta manajemen mengungkapkan rencana tersebut
dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor dapat
mempertimbangkan untuk memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian (unqualified opinion).
Jika menurut auditor rencana manajemen tersebut efektif, namun
auditor dapat mempertimbangkan untuk memberikan pendapat
wajar dengan pengecualian (qualified opinion) atau pendapat tidak
wajar (adverse opinion).
5. Pertimbangan Dampak Informasi Kelangsungan Hidup Entitas Terhadap
Laporan Auditor
Setelah auditor mempertimbangkan rencana manajemen, maka apabila
auditor mendapat kesangsian akan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan hidup dalam jangka waktu pantas, auditor
harus mempertimbangkan dampak yang kemungkinan timbul atas laporan
keuangan dan cukup atau tidaknya pengungkapannya. Berikut beberapa
informasi yang dapat diungkapkan, yaitu :
a. Kondisi atau peristiwa yang menimbulkan kesangsian besar mengenai
kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam waktu pantas.
b. Dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kondisi atau peristiwa tersebut.
c. Evaluasi manajemen terhadap signifikan atau tidaknya kondisi atau
peristiwa dan factor-faktor yang melemahkan dampak negatifnya.
d. Kemungkinan diberhentikan operasi satuan waktu.
e. Rencana manajemen (termasuk informasi keuangan prospektif yang
relevan).
f. Informasi mengenai kemungkinan pulihnya kembali keadaan satuan usaha
2.1.6 Kualitas Audit
De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas
dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu
pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas
audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan diatas, dapat dipahami
bahwa kualitas audit berkaitan dengan kemampuan auditor dalam menemukan,
mengidentifikasi, dan melaporkan pelanggaran yang dilakukan oleh klien
diserta dengan bukti-bukti yang ditemukan. Semakin besar KAP-nya, semakin
tinggi kualitas auditnya.
Dalam penelitian yang lain yang dilakukan oleh Deis dan Giroux
(1992), dikatakan bahwa beberapa hal yang mempengaruhi kualitas audit yaitu:
1. Lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu
perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan
audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan
semakin rendah.
2. Jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan
semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan
berusaha menjaga reputasinya.
3. Kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien
maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor
4. Review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor
tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh
pihak ketiga.
Dari berbagai faktor diatas, dalam penelitian ini lebih menekankan pada
ukuran Kantor Akuntan Publik sebagai tolok ukur kualitas audit. Adapun
ukuran perusahaan tersebut diproksikan pada big four dan non big four. Berikut
nama-nama perusahaan yang tergolong dalam KAP big four, yaitu :
1. Price Water House Coopers (PWC), yang bekerjasama dengan KAP
Haryanto Sahari dan rekan.
2. Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerjasama dengan KAP Osman
Bing Satrio dan rekan.
3. Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, yang
bekerjasama dengan KAP Siddharta dan Widjaja.
4. Ernst and Young (E&Y), yang bekerjasama dengan KAP Purwantoro,
Sarwoko, dan Sandjaja. Suherman & Surja.
2.1.7 Pertumbuhan Perusahaan
Salah satu hal yang menjadi pertimbangan bagi investor untuk
menanamkan modalnya adalah pertumbuhan perusahaan. Pada umumnya,
pertumbuhan perusahaan diproksikan pada tingkat rasio penjualan. Hal ini
disebabkan karena penjualan merupakan aktivitas utama dan merupakan
mengatakan bahwa ―rasio penjualan mengukur seberapa baik perusahaan
mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam
kegiatan ekonomi secara keseluruhan.‖ Sedangkan menurut Fabozzi (2000)
dalam Sinaga (2009) pertumbuhan penjualan merupakan perubahan penjualan
pada laporan keuangan pertahun. Dengan demikian, pertumbuhan perusahaan
juga menjadi salah satu poin penting bagi auditor dalam memberikan opini
audit.
Semakin tinggi rasio penjualan perusahaan, berarti semakin tinggi
pertumbuhan perusahaannya dan semakin kecil kemungkinan untuk mendapat
opini audit going conern, dan semakin meningkatkan kepercayaan investor
untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Sebaliknya, semakin
kecil rasio penjualan perusahaannya, semakin besar kemungkinan untuk
mendapat opini going concern, dan semakin kecil pula kepercayaan investor
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Perusahaan dengan rasio
pertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba
sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan,
perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai
pengaruh opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, dan kualitas
menggunakan variabel independen yang berbeda-beda dari tahun ke tahun, dan
hasil penelitiannya juga berbeda-beda diantara masing-masing peneliti. Berikut ini
adalah beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang
akan dilakukan
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
Variabel Penelitian Hasil penelitian 1, Ompusungg opni audit going concern.
Sedangkan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
2. Doris (2010)
Variabel independen :
quick ratio, long term debt to asset ratio, return on asset, kualitas audit, pertumbuhan perusahaan
Variabel dependen: opini audit wajar dengan pernyataan going concern
Long term debt to asset ratio
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Peneliti terdahulu yang menggunakan variabel kualitas audit pada
perusahaan pertambangan menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini dilihat dari penelitian
Concern. opini audit going concern..
Sedangkan kualitas audit, perusahaan, debt default, dan kualitas audit tidak
berpengaruh signifikan
yang dilakukan oleh Ompusunggu (2014) dan penelitian yang dilakukan oleh
Susarni dan Jatmiko (2011).
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur
yang menggunakan variabel kualitas audit. Doris (2010) mendapatkan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh positif terhadap
penerimaan opini audit going concern. Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh
Magdalena (2012), Demak (2012) dan Setyarno dkk (2006) menunjukkan hasil
bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini
audit going concer pada perusahaan manufaktur.
Penelitian terdahulu yang menggunakan variabel opini audit tahun
sebelumnya menunjukkan hasil bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh
secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern baik pada
perusahaan manufaktur maupun pada perusahaan pertambangan. Penelitian yang
menggunakan variabel pertumbuhan perusahaan menunjukkan hasil bahwa
pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimnaan opini audit
going concern pada perusahaan manufaktur. Sedangkan peneliti belum
menemukan pada penelitian terdahulu pengaruh pertumbuhan perusahaan
terhadap opini audit going concern pada perusahaan pertambangan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada variabel
Opini Audit Going Concern
(Y) 2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian teoritis diatas, peneliti mengambil kualitas audit,
pertumbuhan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya sebagai variabel
independen dan opini audit going concern sebagai variabel dependen.
Hubungan antara kualitas audit, pertumbuhan perusahaan dan opini audit
tahun sebelumnya dengan opini audit going concern dapat digambarkan sebagai
berikut :
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas audit (Ruiz
et.al, 2004). Semakin tinggi reputasi auditor semakin bagus kualitas audit yang
didapat, dan semakin tinggi pula tingkat kepercayaan para investor untuk
menanamkan modal pada perusahaan auditan. Kualitas audit juga sering
dihubungkan dengan ukuran KAP. Semakin besar ukuran KAP auditor, auditor
semakin independen dan memiliki kekuatan yang lebih besar untuk
mengungkapkan temuan pada laporan keuangan jika ditemui adanya Kualitas Audit (X1)
Opini Audit Tahun sebelumnya (X2) Pertumbuhan Perusahaan
penyimpangan yang dilakukan oleh klien. Selain itu, semakin besar ukuran KAP
auditor, berarti semakin besar pula kemampuan auditor jika dituntut dalam
pengadilan, sehingga semakin kecil kemungkinan auditor untuk tidak memberikan
opini audit going concern pada perusahaan auditan.
Pertumbuhan perusahaan sering diproksikan pada tingkat penjualan.
Semakin tinggi rasio penjualan perusahaan, berarti semakin baik pertumbuhan
perusahaan dan semakin besar kekuatan perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan operasional perusahaan. Kemampuan perusahaan meningkatkan
rasio penjualannya mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mampu
mempertahankan pangsa pasar ekonominya. Hal ini disebabkan karena penjualan
merupakan aktivitas utama operasional dan sumber pendapatan utama perusahaan.
Semakin kuat perusahaan mempertahankan kelangsungan operasional perusahaan
maka semakin kecil kemungkinan utnuk mendapat opini going concern.
Pada saat melakukan audit pada laporan keuangan perusahaan, auditor akan
melihat bagaimana kinerja perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya. Apakah
perusahaan klien pernah mengalami kerugian pada periode yang lalu atau tidak.
Jika perusahaan pernah mengalami kerugian pada periode yang lalu maka
kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan opini going concern akan semakin
tinggi. Oleh karena itu opini laporan keuangan perusahaan pada tahun lalu juga
bagian dari pertimbangan auditor dalam memberikan opini going concern pada
2.4 Hipotesisi Penelitian
Menurut Erlina (2008 : 49) ―Hipotesis merupakan penjelasan sementara
tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan
terjadi‖. Karena hipotesis hanya berfungsi sebagai jawaban sementara, maka perlu
dilakukan pembuktian atas jawaban tersebut melalui data empiris. Dari kerangka
konseptual diatas, penulis mengajukan hipotesis penelitian ini sebagai berikut :
H1 : Kualitas audit berpengaruh terhadap opini audit going concern. H2 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh pada opini audit going
concern.
H3 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit
going concern.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Menurut Erlina (2011 : 73) ―desain penelitian merupakan rencana induk
yang berisi metode dan prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis
informasi yang dibutuhkan, menetapkan sumber-sumber informasi, teknik yang
akan digunakan, metode sampling sampai dengan analisis data untuk dapat
2.4 Hipotesisi Penelitian
Menurut Erlina (2008 : 49) ―Hipotesis merupakan penjelasan sementara
tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan
terjadi‖. Karena hipotesis hanya berfungsi sebagai jawaban sementara, maka perlu
dilakukan pembuktian atas jawaban tersebut melalui data empiris. Dari kerangka
konseptual diatas, penulis mengajukan hipotesis penelitian ini sebagai berikut :
H1 : Kualitas audit berpengaruh terhadap opini audit going concern. H2 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh pada opini audit going
concern.
H3 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit
going concern.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Menurut Erlina (2011 : 73) ―desain penelitian merupakan rencana induk
yang berisi metode dan prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis
informasi yang dibutuhkan, menetapkan sumber-sumber informasi, teknik yang
menggunakan desain kausal. Menurut Sugiyono (2005 : 15) ―desain kausal
berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel
lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.‖
Dalam penelitian ini menggunakan desain kausal yang terdapat variabel
independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang
dipengaruhi). Penelitian ini akan menjelaskan pengaruh kualitas audit, opini audit
tahun sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit
going concern.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Menurut Jogiyanto (2010 : 62) ―definisi operasional menjelaskan
karakteristik dari objek (perusahaan) kedalam elemen-elemen yang dapat
diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan di
dalam riset.‖ Menurut Hermawan (2003 : 32) ―variabel independen atau variabel
terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi terikat, karena
adanya variabel bebas.‖ Dalam penelitian ini peneliti mengklarifikasikan variabel
menjadi dua yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
(dependent variable). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah kualitas
audit, opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan, sedangkan
variabel terikatnya adalah opini audit going concern.
3.2.1 Variabel Terikat (Dependent Vaariable)
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerimaan
dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya atau tidak (SPAP, 2001). Going concern
disebut juga sebagai kontinuitas akuntansi yang memperkirakan suatu bisnis akan
terus berlanjut dalam waktu tidak terbatas (Syahrul, 2000). Variabel ini
menggunakan variabel dummy. Nilai 1 bila opini audit unqualified dengan going
concern atau Going Concern Audit Report (GCAR), sedangkan nilai 0 bila opini
audit unqualified dengan non-going concern atau Non-Going Concern Audit
Report (NGCAR)
3.2.2 Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Kualitas audit
Kualitas auditor diukur dengan reputasi auditor yang merupakan
prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar
yang dimiliki auditor tersebut. Kualitas audit yang diproksikan dengan
KAP The Big Four dan KAP The Non Big Four. Variabel ini digunakan
dengan variabel dummy. Angka 1 diberikan kepada perusahaan yang
menggunakan jasa KAP yang berafiliasi dengan KAP The Big Four
auditor. Sedangkan angka 0 diberikan kepada perusahaan yang tidak
menggunakan jasa KAP yang berafiliasi dengan KAP The Big Four
auditor.
Opini audit yang diambil pada penelitian ini adalah opini audit 1 tahun
sebelumnya. Dalam hal ini laporan keuangan yang diteliti periode
2011-2013. Variabel ini diukur dengan variabel dummy, dimana opini audit
going concern / going concern audit opinion (GCAO) diberi kode 1,
sedangkan opini audit non going concern / non going concern audit
opinion (NGCAO) diberi kode 0. Data opini audit tahun sebelumnya
disajikan dalam skala nominal.
3. Pertumbuhan perusahaan
Rasio pertumbuhan penjualan digunakan untuk mengukur kemampuan
auditee dalam pertumbuhan tingkat penjualan.Dalam penelitian ini
pertumbuhan perusahaan diukur dengan rasio pertumbuhan penjualan.
Pertumbuhan Penjualan = –
Data ini diperoleh dengan menghitung sales growth ratio berdasarkan
laporan laba/rugi masing – masing auditee. Hasil perhitungan rasio
pertumbuhan penjualan disajikan dengan skala rasio.
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No Nama
Variabel
Definisi Operasional Alat Ukur Skala
3.3 Populasi dan Sampel
Menurut Usman dan Akbar (2009 : 79) ―populasi adalah sebuah nilai baik
hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif daripada
karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek atau subjek yang lengkap dan
jelas‖. Menurut Erlina (2011), populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap
yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik
tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu
Four dan KAP The Non concern yang diberikan oleh auditor tentang kelangsungan hidup perusahaan yang tidak menerima opini audit dengan pengungkapan
going concern
yang berkaitan dengan masalah penelitian.‖ Populasi yang diambil pada penlitian
ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2011-2012.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002 :
109). Sedangkan menurut Usman dan Akbar (2009 : 80) ―Sampel adalah sebagian
anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut
dengan teknik sampling‖. Untuk menghindari sampel yang tidak representative,
maka teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan teknik purposive sampling. Menurut Jogiyanto (2010 : 79) ―purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu
kriteria tertentu. Adapun kriteria sampel yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada periode 2011 - 2013
dan tidak delisting pada periode tersebut.
2. Sampel yang diambil adalah perusahan pertambangan yang telah listing di
BEI sebelum periode pengamatan (sebelum 1 Januari 2011).
3. Mengalami rugi bersih setelah pajak sekurang-kurangnya satu periode
laporan keuangan (satu tahun) selama periode pengamatan (2011-2013).
Pemilihan sampel hanya pada perusahaan yang pernah mengalami rugi
bersih karena perusahaan yang mendapat opini audit going concern merupakan
perusahaan yang memiliki rugi bersih. Auditor memiliki kesangsian bahwa
perusahaan yang mengalami kerugian tidak memiliki kemampuan untuk
mempertahankan usahanya. Dengan demikian perusahaan yang sehat selama
Berdasarkan kriteria tersebut, maka didapat sampel perusahaan berjumlah
12 perusahaan, dengan 3 tahun pengamatan dengan proses seleksi sampel sebagai
berikut :
Table 3.2
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
No. Kriteria Sampel
Jumlah Pelanggaran
Kriteria
Akumulasi
1. Total perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode pengamatan (2011-2013)
39
2. Perusahan pertambangan yang tidak
listing di BEI sebelum periode
pengamatan (sebelum 1 Januari 2011)
(12) 27
3. Perusahaan yang tidak mengalami rugi bersih setelah pajak sekurang-kurangnya satu periode laporan keuangan (satu tahun) selama periode pengamatan (2011-2013).
(16) 11
Jumlah perusahaan sampel 11
Tahun pengamatan 3
Jumlah sampel total selama periode
penelitian (2011-2013) 33
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Setelah dilakukan teknik purposive sampling, maka emiten yang menjadi