BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Auditing
2.1.1. Pengertian Auditing
Arens et.al. (2008 : 4) mendefenisikan auditing sebagai “pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk
menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu
dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh
orang yang kompeten dan independen”.
Sementara itu menurut Mulyadi (2002:11), auditing adalah :
suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
Dari defenisi tersebut, terdapat beberapa unsur penting yang
mendasari akuntansi menurut Mulyadi (2011:9), yaitu :
1. Suatu Proses Sistematik
Auditing merupakan suatu proses sistematik yaitu berupa
terorganisasi. Auditing dilaksanakan dengan suatu urutan langkah
yang direncanakan, terorganisasi, dan bertujuan.
2. Untuk memperoleh dan Mengevaluasi Bukti Secara Objektif
Proses sistematik tersebut ditujukan untuk memperoleh bukti
yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan
usaha, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka
terhadap bukti-bukti tersebut.
3. Pernyataan Mengenai Kegiatan dan Kejadian Ekonomi
Yang dimaksud dengan pernyataan mengenai kegiatan dan
kejadian ekonomi disini adalah hasil proses akuntansi. Akuntasi
merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran, dan
penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan
uang. Proses akuntansi ini menghasilkan suatu pernyataan yang
disajikan dalam laporan keuangan, yang umumnya terdiri dari lima
laporan keuangan pokok : neraca, laporan laba rugi komprehensif,
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan. Laporan keuangan dapat pula berupa laporan
biaya pusat pertanggungjawaban tertentu dalam perusahaan.
4. Menetapkan Tingkat Kesesuaian
Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi
terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk
menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang
5. Kriteria yang Telah Ditetapkan
Kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk
menilai pernyataan (yang berupa hasil proses akuntansi) dapat
berupa :
a. Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif.
b. Anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh
manajemen.
c. Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
6. Penyampaian Hasil
Penyampaian hasil auditing sering disebut dengan asestasi
(attestation). Penyampaian hasil ini dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report). Pengesahan dalam bentuk laporan tertulis ini dapat menaikkan atau menurunkan tingkat
kepercayaan masyarakat atas laporan keuangan yang dibuat oleh
suatu perusahaan.
7. Pemakai yang Berkepentingan
Dalam dunia bisnis, pemakai yang berkepentingan terhadap
laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan seperti :
pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor, organisasi
buruh, dan kantor pelayanan pajak.
2.1.2. Jenis-Jenis Audit
Menurut Rahayu dan Suhayati (2010 : 4), jenis audit terdiri
1. Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan
apakah laporan keuangan telah disajikan wajar, sesuai dengan
kriteria-kriteria tertentu.
2. Audit Operasional
Perkembangan bisnis membuat pemegang saham sudah
tidak dapat mengikuti semua kegiatan operasi perusahaannya
sehari-hari, sehingga mereka membutuhkan auditor manajemen
yang profesional untuk membantu mereka dalam mengendalikan
operasional perusahaan.
3. Audit Kepatuhan
Audit Kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah
auditee (yang diperiksa) telah mengikuti kebijakan, prosedur, dan peraturan yang telah ditentukan pihak yang otoritasnya lebih
tinggi.
2.1.3 Opini Audit
Auditor terlebih dahulu harus mengumpulkan bukti dengan
memeriksa catatan akuntansi yang mendukung laporan keuangan
ketika melakukan audit. Opini audit merupakan bagian dari laporan
audit sebagai informasi utama dari laporan audit. Tugas umum dari
auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan.
Dalam melaksanakan proses audit, auditor dituntut tidak hanya
juga harus lebih mewaspadai kelangsungan hidup perusahaan dalam
batas waktu tertentu (SPAP SA 341).
Ada lima tipe pendapat audit menurut (SPAP, 2011 : PSA 29
SA Seksi 508) yaitu:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh
auditor jika laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam
semua hal yang material, posisi keuangan (neraca), hasil usaha
atau laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, sesuai dengan
SAK/ ETAP/ IFRS. Penjelasan laporan keuangan juga
telah disajikan secara memadai, informatif dan tidak
menimbulkan pemahaman yang menyesatkan.
2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan
yang Ditambahkan dalam Laporan Audit Bentuk Baku
(Unqualified Opinion With Explanatory Language)
Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu
yang mengharuskan auditor menambahkan paragraph penjelasan
(atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun
tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang
dinyatakan oleh auditor. Keadaan tersebut meliputi :
1. Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan
2. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak
menyesatkan karena keadaan-keadaan yang luar
biasa, laporan keuangan disajikan menyimpang
dari suatu standar akuntansi yang dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia.
3. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula
menyebabkan auditor yakin tentang adanya
kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas
namun setelah mempertimbangkan rencana
manajemen auditor berkesimpulan bahwa rencana
manajemen tersebut dapat secara efektif
dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu
telah memadai.
4. Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu
perubahan material dalam penggunaan standar
akuntansi atau dalam metode penerapannya.
5. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan
laporan audit atas laporan keuangan komparatif.
6. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan
oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
namun tidak disajikan atau tidak di review.
7. Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan
keuangan telah dihilangkan, yang penyajiannya
menyimpang jauh dari pedoman yang dikeluarkan
oleh Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat
melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan
informasi tersebut, atau auditor tidak dapat
menghilangkan keraguan yang besar apakah
informasi tambahan tersebut sesuai dengan
panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa
laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas
dan arus kas sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS, kecuali untuk
dampak hal-hal yang dikecualikan. Pendapat ini dinyatakan
apabila terdapat keadaan sebagai berikut :
1. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya
pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan
auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan
pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan
tidak menyatakan tidak memberikan pendapat.
2. Auditor yakin atas dasar auditnya, bahwa laporan
yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk
tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
3. Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan
pengecualian, ia harus menjelaskan semua alasan yang
menguatkan dalam satu atau lebih paragraf terpisah yang
dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Ia harus juga
mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan
menunjuk ke paragraph penjelasan di dalam paragraf
pendapat. Pendapat wajar dengan pengecualian harus
berisi kata kecuali atau pengecualian dalam suatu frasa
seperti kecuali untuk atau dengan pengecualian untuk.
Frasa seperti tergantung atas atau dengan penjelasan
berikut ini memiliki makna yang tidak jelas atau tidak
cukup kuat, oleh karena itu pemakaiannya harus dihindari.
Karena catatan atas laporan keuangan merupakan bagian
laporan keuangan auditan, kata-kata seperti disajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, jika dibaca
sehubungan dengan catatan 1 mempunyai kemungkinan
untuk disalahtafsirkan dan okeh karena itu pemakaiannya
harus dihindari.
4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor jika laporan
usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan
SAK/ETAP/IFRS. Auditor memberikan pendapat tidak wajar
jika ia dibatasi ruang lingkupnya, sehingga ia tidak dapat
mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung
pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar
oleh auditor maka informasi yang disajikan klien dalam laporan
keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga ia tidak
dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk
pengambilan keputusan.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat ( Disclaimer Opinion). Pernyataan tidak memberikan pendapat diberikan oleh
auditor karena auditor mengalami pembatasan yang luar biasa
sifatnya terhadap lingkungan audit dan auditor tidak independen
dalam hubungannya dengan klien.
2.1.4. Opini Audit Going Concern
Going concern adalah salah satu konsep yang paling penting
yang mendasari pelaporan keuangan (Gray & Manson, 2000).
Berdasarkan lima tipe pendapat audit menurut (SPAP, 2011 : PSA 29
SA Seksi 508), opini audit going concern termasuk ke dalam kategori
opini audit pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa
penjelasan yang ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku
kelayakan dari persiapan laporan keuangan menggunakan dasar going
concern dan tanggung jawab auditor untuk meyakinkan dirinya bahwa
penggunaan dasar going concern oleh perusahaan adalah layak dan
diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan. Dengan
adanya asumsi going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang
Menurut Altman dan McGough (1974), masalah going concern
terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi)
likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, dan kesulitan
memperoleh dana.
2. Masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang
terus-menerus, prospek pendapatan yang merugikan, kemampuan
operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas
organisasi.
PSA 30 menyatakan bahwa going concern dapat dipakai
sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti
adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya
informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi
kelangsungan hidup suatu badan usaha adalah berhubungan dengan
ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajibannya pada
kepada pihak luar secara bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan
operasi yang dipaksakan dari luar atau kegiatan serupa lainnya.
Pernyataan Standar Auditing (PSA) 29 paragraf 11 huruf d
(IAI, 2001: SA Seksi 508, paragraf 11) menyatakan bahwa keraguan
yang besar tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya (going concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa
penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi
pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), yang dinyatakan oleh auditor.
Auditor harus mengevaluasi kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas
(IAI, 2001: SA Seksi 341, paragraf 03), dengan cara sebagai berikut :
1. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang
dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit
untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian auditnya, dapat
mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara
keseluruhan manunjukkan adanya kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam jangka waktu pantas.
2. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai
kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen
yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan
peristiwa tersebut.
b. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara
efektif dilaksanakan.
3. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia
mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian
besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.
Auditor perlu mempertimbangkan rencana manajemen dalam
mengatasi kondisi buruk dalam periode tidak lebih dari satu tahun.
Pertimbangan tersebut (IAI, 2004: SA Seksi 341, paragraf 07) antara
lain :
1. Rencana untuk menjual aktiva
2. Rencana penarikan utang atau restrukturisasi
3. Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran
4. Rencana untuk menaikkan modal pemilik
Dalam SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) seksi 341
juga dijelaskan panduan untuk mempertimbangkan pernyataan
pendapat atau tidak memberikan pendapat dalam hal auditor
menghadapi masalah kesangsian atas kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya, dapat dilihat pada gambar
Ya
Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern (Sumber: IAI,2001: SA Seksi 341.Lampiran) Apakah ada kondisi
dan/ atau peristiwa yang berdampak
terhadap kelangsungan hidup
entitas?
Apakah auditor sangsi atas kelansungan hidup entitas?
SA Seksi 508
(PSA No. 29)
Apakah ada rencana manjemen?
Apakah rencana manjemen dapat dilaksanakan?
Apakah cukup pengungkapan?
Pendapat wajar tanpa pengecualian
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan berkaitan dengan kelangsungan hidup entitas atau penekanan
atas suatu hal (Emphasis of a Master)
Pendapat wajar dengan pengecualian
2.1.5. Reputasi Auditor
Reputasi auditor sering dinilai dari kepercayaan pemakai jasa
auditor bahwa auditor memiliki kekuatan monitoring yang secara umum tidak dapat diamati dan auditor yang memiliki reputasi baik
akan cenderung untuk mempertahankan kualitas auditnya agar
reputasinya terjaga dan tidak kehilangan klien. Teori reputasi
memprediksikan adanya hubungan positif antara ukuran KAP dengan
reputasi auditor (Lennox, 2000). Dopuch dan Simunich (1980) dan
Deangelo (1981) dalam Schwartz (1996) beragumentasi bahwa ukuran
audit berhubungan positif dengan reputasi auditor.
Kantor akuntan publik (KAP) sebagai salah satu variabel
kontrol yang mempengaruhi keputusan opini audit going concern,
didasarkan atas pemikiran logis bahwa auditor independen sebagai
sumber daya manusia dan subyek yang memiliki peran penting dalam
mengevaluasi dan membuat keputusan opini audit going concern
(Geiger dan Raghunandan, 2002).
IAI dalam Buku Direktori Ikatan Akuntan Indonesia
2001-2002, membedakan KAP yang beroperasi di wilayah Indonesia
menjadi dua;yaitu 1) bekerjasama dengan kantor akuntan asing, dan 2)
tidak bekerjasama dengan kantor akuntan asing. Dalam penelitian
sebelumnya Setyarno (2006) mengklasifikasikan kantor akuntan
publik menjadi dua yaitu kantor akuntan publik yang berafiliasiasi
KAP yang Big Four. Umumnya KAP The big four memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP non-big four karena auditor yang bekerja pada KAP big four akan lebih memperlihatkan independensi dibandingkan auditor yang berafiliasi pada KAP non big four .
2.1.6. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan (Kasmir,2008:196)
perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304).
Tingkat profitabilitas yang tinggi dapat mengindikasikan
kemampuan perusahaan untuk going concern. Profitabilitas yang tinggi juga dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajibannya.
Rasio profitabilitas sebenarnya ada beberapa seperti Gross profit margin (GPM), Net profit margin (NPM), Return on asset
(ROA), Return on equity (ROE), Earning per share (EPS) dan Payout ratio (PR) tetapi peneliti dalam penelitian ini membatasi rasio yang digunakan dalam mengukur tingkat profitabilitas perusahaan adalah
bersih dengan total aktiva. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan.
Peneliti hanya menggunakan rasio ROA karena dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pandapatan.
ROA = Net Income Total Assets
2.1.7. Solvabilitas
Rasio Solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang
(Kasmir, 2008:151). Rasio Solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini berhubungan dengan keputusan pendanaan dimana perusahaan lebih memilih pembiayaan hutang dibandingkan modal sendiri. Rasio solvabilitas yang tinggi dapat berdampak buruk bagi kondisi keuangan perusahaan. Semakin tinggi
rasio solvabilitas, semakin menunjukkan kinerja keuangan perusahaan
kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan
lebih berpeluang mendapatkan opini audit going concern.
Rasio solvabilitas juga terdiri dari beberapa rasio seperti Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Equity Multiplier
(EM), Interest coverage (IC). Dalam penelitian ini, peneliti membatasi penggunaan rasio solvabilitas yang digunakan yaitu
dengan menggunakan debt to equity ratio (DER). Menurut Kasmir (2008), “Debt to equity ratio merupakan rasio menilai utang dengan ekuitas”.
Alasan penggunan rasio ini oleh peneliti karena dengan
menggunakan rasio DER, kita dapat mengukur sampai seberapa besar
jumlah rupiah modal sendiri yang dijaminkan atas utang. Semakin
besar rasio ini akan semakin menguntungkan perusahaan, sedangkan
bagi pihak bank akan mengakibatkan semakin besar risiko yang
ditanggungnya. Rumusnya sebagai berikut:
DER = Long Term Debt Stocholder’s Equity
2.1.8. Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima
pada tahun sebelumnya. Opini audit tahun sebelumnya dapat dibagi
maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan
kembali opini audit going cocern pada tahun berikutnya.
Mutchler (1985) menguji pengaruh ketersediaan informasi
publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa
model discriminant analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling
tinggi sebesar 89,9 % dibanding model yang lain.
Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya ditemukan
bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini going concern jika opini tahun sebelumnya adalah opini going concern. Sehingga dapat disimpulkan bahwa opini tahun sebelumnya berpengaruh positif
terhadap pengungkapan opini going concern.
2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Berikut ini adalah beberapa penelitian terlebih dahulu :
Tabel 2.1.
Tinjauan Peniliti Terdahulu Peneliti/
Tahun
Judul Variabel
Penelitian Opini Audit Tahun
Sebelumnya terhadap
Variabel dependen:
opini audit
Peneliti/ Tahun
Judul Variabel Penelitian Opini Audit Going Conern Pada
Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel Opini Audit Tahun
Sebelumnya
opini audit
going concern
sedangkan
opini audit tahun
opini audit
going concern Opini Audit Terhadap
Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Variabel dependen:
opini audit
going
Kualitas Audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan
opini audit
going concern
sedangkan Likuiditas, Opini Audit berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit
going concern
Opini audit
going concern Variabel
Kualitas audit dan
terhadap opini audit,sedangkan Kondisi
Peneliti/ Tahun
Judul Variabel
Penelitian
Opini Audit
Going Opini audit tahun
sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan
dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh Signifikan terhadap opini audit going concern
Siagian (2009)
Pengaruh ProksiGoing concern dan Opini Audit Tahun
Sebelumnya Terhadap
Opini Audit Tahun
Berjalan pada Bank Umum
Opini audit tahun berjalan
Variabel independen : Quick Ratio (QR), Loan to Asset Ratio (LAR), Long Term Debt to Assets Ratio (LTDAR)
,Debt to Equity Ratio (DER) , Opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit tahun berjalan.
Opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit tahun sebelumnya.
Sianturi (2012)
Pengaruh Kualitas Audit, Opini Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan, dan Audit Report Lag
Variabel dependen:
Penerimaan opini audit
going concern
Regresi Logistik
Kualitas audit, Ukuran
perusahaan dan Audit Report Lag
berpengaruh negatif dan tidak
Peneliti/ Tahun
Judul Variabel
Penelitian Penerimaan Opini Audit
Going
Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Variabel independen:
Kualitas Audit, Opini Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan, dan Audit Report Lag
terhadap penerimaan opini audit
going concern. Sedangkan Opini audit tahun positif dan siginifkan terhadap penerimaan opini audit
going concern.
Surbakti (2011)
Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit
Going Concern
(Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia)
Variabel dependen: Penerimaan opini audit going concern
2.3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan urutan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka
variabel independen penelitian adalah kualitas audit, opini audit tahun
sebelumnya, debt default dan opinion shopping dan variabel dependennnya adalah opini going concern yang diterima. Hubungan antara debt default,
kualitas audit dan opinion shopping terhadap penerimaan opini going
concern dapat digambarkan dalam kerangka sebagai berikut:
H1 H2
H3 H4
Gambar 2.2.
Kerangka Konseptual Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial dan tidak dapat
mengetahui pengaruhnya secara simultan karena hasil pengujian dengan
metode regresi logistik hanya ada pengujian secara parsial.
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya
atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam
menganalisis. Berdasarkan perumusan masalah dan tinjauan pustaka maka
hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
Penerimaan Opini
Audit Going
Concern
Reputasi Auditor
Rasio Profitabilitas
Rasio Solvabilitas
H1 : Reputasi Auditor berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern.
H2 : Rasio Profitabilitas berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern.
H3 : Rasio Solvabilitas berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern.