UPAYA PENINGKATAN KETETAPAN POKOK MELALUI VERIFIKASI LAPANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP REALISASI
PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
(Study Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Timur Dua)
Oleh
Yunita Rahmawati NIM: 103082029443
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UPAYA PENINGKATAN KETETAPAN POKOK MELALUI VERIFIKASI LAPANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP REALISASI
PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
(Study Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Timur Dua)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat–syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Yunita Rahmawati NIM: 103082029443
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Yessi Fitri, SE., Ak., MSi
NIP. 131 474 891 NIP.150 377 440
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Hari ini Selasa tanggal 2 Oktober Dua Ribu Delapan telah dilakukan ujian komprehensif atas Nama : Yunita Rahmawati, NIM : 103082029443 dengan judul skripsi “ UPAYA PENINGKATAN KETETAPAN POKOK MELALUI
VERIFIKASI LAPANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP
REALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN ” (Study Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Timur Dua). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 4 Februari 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Amilin, SE., Ak., MSi Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM
Ketua Sekretaris
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Yunita Rahmawati
Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 07 Juni 1984
Alamat : Jl. M. Ganda Sasmita No.06 Rt.004/09
Ds. Serua-Ciputat-Tangerang
Banten 15414
No.Telp/HP : 081511094931
Kebangsaan : Indonesia
Pendidikan :
1. SD Negeri Tresnorejo Periode 1992-1997
2. SMP Negeri 1 Petanahan Periode 1997-2000
3. SMU Negeri 1 Petanahan Periode 2000-2003
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2003-2007
Pengalaman Kerja
1. Magang di Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) Jakarta
ABSTRACT
Yunita Rahmawati, title Skripsi ”Effoert to Increase Fundamental
Decision Through Verification Field and Influence to Realizationof Acceptance of
Land Tax and Building”. Skripsi Strata One (SI), Majors of Accountancy of Tax
Concentration ot At Faculty of Economic And Social Science of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta 2008.
Target of this Research is to know the verification field can increasing fundamental decision and try give suggestion solve this problem, how big knowing influence verification field to realization of Acceptance of Land Tax and Building. Research method writer utilize analytical method and this hypothesis test with the multiple regression. Sampel used by is 18 chif of village residing in region of Jakarta East Two Year 2006, by using Purposive Sampling.
Based on the data which is writer get from office servicing on land tax and building Jakarta East Two. After data it is convertion into form Logaritma natural and analized with used SPSS, obtained by doubled equation regretion 1,858+0,829X1+0,660X2+e.
Biside that from result his research can be that verification field to do KP PBB Jakarta East Two have influence equal 22% to realization acceptance, and 78% rest acceptanced by other factor. So that, effort to increase fundamental decision through verification field have part is important in improve realization of acceptance of land tax and building.
ABSTRAK
Yunita Rahmawati, Judul Skripsi “Upaya Peningkatan Ketetapan Pokok Melalui Verifikasi Lapangan dan Pengaruhnya Terhadap Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan”. Skripsi Strata Satu (S1), Jurusan Akuntansi Konsentrasi Perpajakan pada Fakultas Ekonomi Syarif Hidayatullah Jakarta 2008.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah verifikasi lapangan dapat meningkatkan ketetapan pokok dan mencoba memberikan saran pemecahan masalah tersebut, serta mengetahui seberapa besar pengaruh hasil verifikasi lapangan terhadap realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. Adapun metode penelitian yang penulis pergunakan adalah metode analisis, dan uji hipotesis dengan persamaan regresi berganda. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 18 kelurahan yang berada di wilayah Jakarta Timur Dua pada tahun 2006, dengan menggunakanPurposive Sampling.
Berdasarkan data yang penulis peroleh dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) Jakarta Timur Dua. Setelah data tersebut dilakukan konversi ke dalam bentuk Logaritma Natural dan di analisis dengan menggunakan SPSS Ver.15, diperoleh persamaan regresi 1,858+0,829X1+0,660X2+e.
Disamping itu dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dari hasil verifikasi lapangan yang dilakukan KP PBB Jakarta Timur Dua mempunyai pengaruh sebesar 22% terhadap realisasi penerimaan, dan 78% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan demikian, upaya peningkatan ketetapan pokok melalui kegiatan verifikasi lapangan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan realisasi penerimaan PBB
LEMBAR MOTTO
“ Kepuasan terletak pada usaha bukan hasil.
Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki”
Do’a adalah teman yang selalu
mengiringi kita dalam berusaha
untuk
meraih
kemenangan.
Berdo’alah selalu pada Allah dan
yakin bahwa Dia akan selalu
menolong kita”
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dengan nama Allah Yang maha Rahman dan Rahim-Nya, segala puji dan
syukur hanya bagi Allah yang merajai hari akhir, Pemelihara 'Arasy Yang Agung,
yang memiliki segala yang ada di langit dan di bumi, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi
jurusan Akuntansi di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad S.A.W yang telah membawa cahaya kebenaran, yang diutus sebagai
Rahmatan Lil 'Alamin, juga kepada kelurga, sahabat dan semoga sampai kita
selaku umatnya.
Tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan,
tuntunan serta bantuan moril, materiil dan segala bentuk bantuan yang teramat
tinggi nilainya selama menempuh studi, sehingga sekarang penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan
kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Ibunda Nur Khayati dan Ayahanda Mursidin yang
tak pernah putus memberikan dukungan baik moril, spiritual, maupun
material, dengan ketulusan cinta kasih serta untaian do'a selalu tercurahkan
sejak dari buaian hingga Ananda dapat menyelesaikan masa pendidikan ini,
sebagai bekal dalam mengarungi samudra kehidupan di dunia dan di akhirat.
2. Bapak Prof. Ir. Komarudin Hidayat, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dosen Pembimbing I, yang
senantisa ikhlas ditengah kesibukannya untuk meluangkan waktu dalam
menberikan bimbingan, arahan, saran serta motivasi selama penysunan skripsi
4. Ibu Yessi, SE., Ak, MSi selaku Dosen Pembimbing II, di tengah kesibukannya
dengan penuh kesabaran dan kemurahan hatinya membimbing penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Faisal Badroen, MBA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial yang telah mengarahakan penulis selama menggali ilmu di Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba., Ak., MSi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Amilin SE., Ak., MSi, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
8. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial atas semua curahan ilmu,
bantuan, dan perhatiannya.
9. Segenap Staf Akademik dan Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,
serta Staf Perpustakaan Utama, terima kasih atas segala bantuan dan
dukungannya selama penulis menyelesaikan studi dan skripsi ini.
10. Segenap Staf Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perpajakan Kemanggisan
Jakarta Selatan Satu, yang telah berkenan menyediakan dan meminjamkan
buku-buku sumber penulisan skripsi ini.
11. Ibu Fajar Kustini selaku Koorninator Pelaksana (Korlak) Bagian Tata Usaha
Kepegawaian KP PBB Jakarta Timur Dua, yang telah memberikan ijin dan
membantu dalam melakukan riset (penelitian) yang berkaitan dengan judul
skripsi.
12. Keluarga besar Bapak H. Drs. Gembong., M.Sc dan Ibu Hj. Tuti, terima kasih
atas bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.
13. Keluarga besar mbah Munir dan mbah Shokeh yang yuni sayangi, terima
kasih atas dukungan dan do'anya selama ini.
14. SaudaraQu Siti Komariyah terima kasih udah nemenin ngetik. Sorry
15. Sahabat-sahabatQu yang aku cintai (Fajri, Wachi, Nurul, Neneng, Yanti,)
terima kasih atas dukungan, semangat, perhatian dan kasih sayang yang kalian
berikan untukku, semoga persahabatan yang indah dan penuh makna ini akan
tetap terjalin hingga nafas terakhir. You Are my Best Friend.
PesanQu…….."Tetap SmAnGaT 'nDon't Forget Me.OK!" Upss hampir lupa, jangan lupa di AH yach………
16. Sahabat-sahabatku yang baik: Hadi (terima kasih yach, atas semangat dan
motivasinya selama ini), Setyo (yang rukun ma ayang Wachi, ditunggu loch
undangannya), Indra, Riyadi, Lala yang sudah memberikan masukan dalam
penyusunan skripsi ini. Intan, Lisa, Mia, Ekha, Dita, Nina, Zulfah, Mega,
Roni, dan sahabat-sahabatku di kelas Akuntansi C, terima kasih atas
kebersamaan yang kita jalin selama ini. Semoga persahabatan kita tak akan
pernah terputus hingga ujung usia.
17. Ka Hamdan dan FiQi terima kasih atas dukungannya (yang rukun,jangan
marahan ma ayang yanti n ayang Nurul yach……ditunggu undanganya) 18. Teman, Sahabat, sekaligus kekasih baikku "Mas Umar" terima kasih atas
segala bantuan, semangat, do'a dan hari-hari yang menyenangkan selama ini,
semoga Allah meridhoi kebersamaan kita.Amin.
19. Untuk Paguru (Bhiank), terima kasih atas semangat dan motivasinya selama
ini. Sampai kapanpun kamu tetap sahabatku yang baik. SuXeZ buat kamu…! Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namanya
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, semoga segala kebaikan dan
ketulusan serta keikhlasannya menjadi amal shaleh dan dibalas oleh Allah
SWT dengan balasan kebaikan yang berlipat ganda.Amin.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian.
Jakarta, Januari 2008-01-03
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……….. i
ABSTRACT………. ii
ABSTRAK……….. iii
LEMBAR MOTTO……… iv
LEMBAR PERSEMBAHAN……… v
KATA PENGANTAR……… vi
DAFTAR ISI……….. ix
DAFTAR TABEL……….. xii
DAFTAR GAMBAR………. xiii
DAFTAR LAMPIRAN………. xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian……….. 1
B. Perumusan Masalah……… 7
C. Tujuan Penelitian……… 8
D. Manfaat Penelitian………. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Hukum………. 10
B. Sekilas Tentang Lahirnya Pajak Bumi dan Bangunan……….. 11
C. Tinjauan Umum Atas Pajak Bumi dan Bangunan……… 13
2. Subjek, Objek dan Nilai Jual Objek Pajak Bumi
dan Bangunan………. 15
3. Pengecualian dari Objek Pajak Bumi dan Bangunan………. 19
4. Pengertian dan Istilah–istilah ……… 20
D. Teori Mengenai Kegiatan Pendataan……… 25
E. Teknis Pelaksanaan Verifikasi Lapangan...……….. 29
F. Faktor–Faktor Penyebab Perlunya Diadakan Verifikasi Lapangan………. 31
G. Kerangka Pemikiran………. 38
H. Hipotesis……….. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian……… 40
B. Metode Penentuan Sampel……….. 40
C. Metode Pengumpulan Data……….. 41
D. Metode Analisis……… 42
E. Operasional Variabel Penelitian……….. 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Timur Dua……… 49
B. Upaya Peningkatan Ketetapan Pokok Melalui Verifikasi Lapangan……….. 50
2. Hasil Pelaksanaan Verifikasi Lapangan di Wilayah Jakarta
Timur Dua……….. 51
3. Hambatan–Hambatan dalam Pelaksanaan Verifikasi Lapangan……… 61
C. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KP PBB Jakarta Timur Dua……… 67
D. Pengujian Analisis Data………... 68
1. Asumsi Klasik……… 69
2. Pengujian Hipotesis………... 72
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….. 76
B. Implikasi……….. 77
C. Saran……… 78
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
4.1 Monografi dan Statistik Wilayah Cakupan KP PBB 50
Jakarta Timur Dua.
4.2 Daftar Luas Tanah per Kelurahan Hasil Verifikasi 52
4.3 Daftar Luas Bangunan per Kelurahan Hasil Verifikasi 53
4.4 Jumlah OP, Luas Areal dan Ketetapan Pokok sebelum 56
verifikasi
4.5 Jumlah OP, Luas Areal dan Ketetapan Pokok sebelum 57
Verifikasi
4.6 Daftar Jumlah Objek Pajak Hasil Verifikasi Lapangan 58
4.7 Daftar Luas Tanah dan Luas Bangunan hasil verifikasi 59
Lapangan.
4.8 Gambaran umum Remcana dan Realisasi Penerimaan 67
PBB di 18 kelurahan Pada tahun 2006
4.9 Hasil Uji Multikolinieritas 70
4.10 Regresi Berganda (Model Summary) 72
4.11 ANOVA 73
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 38
4.1 Hasil Uji Normalitas 69
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1 Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan 81
2 Output Regresi Berganda dalam SPSS Ver.15 82
3 Struktur Organisasi KP PBB Jakarta Timur Dua 85
4 Surat Keterangan Riset 86
5 Surat Keterangan Skripsi 87
6 Peta Wilayah Kantor Pelayanan PBB Jakarta 88
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini pemerintah lebih memprioritaskan penerimaan dari dalam
negeri untuk menciptakan kemandirian pembiayaan pembangunan.
Pembangunan yang dilaksanakan pada hakekatnya adalah pembangunan
manusia seutuhnya dengan tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang
adil dan makmur materiil, spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah
negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, dan
berkedaulatan rakyat dalam suasana peri kehidupan bangsa yang dinamis,
aman, tentram dan tertib serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang damai,
merdeka dan bersahabat.
Dalam pelaksanaan pembangunan tersebut sangatlah diperlukan
adanya sarana dan prasarana yang menunjang, sehingga pembangunan akan
berjalan lancar sesuai dengan yang telah direncanakan. Salah satu faktor
pendukungnya adalah tersedianya dana yang memadai untuk pembangunan.
Dana yang dibutuhkan untuk pembangunan setiap tahun semakin meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah dan kebutuhan masyarakat. Sumber dana
dapat diperoleh dari penerimaan dalam negeri dan penerimaan luar negeri.
Penerimaan luar negeri antara lain berasal dari pinjaman luar negeri. Pinjaman
ini hanya sebagai pelengkap dana pembangunan, sedangkan dalam struktur
penerimaan yang paling penting dan strategis, terutama pada saat kondisi
sosial ekonomi nasional yang belum normal akibat krisis dewasa ini.
Pemerintah telah mengeluarkan serangkaian penyempurnaan sistem
perpajakan, sekaligus untuk mewujudkan peran serta yang nyata dan
kegotongroyongan masyarakat sebagai potensi yang sangat besar dalam
pembangunan nasional, diawali dengan dilakukannya perubahan yang
mendasar di bidang perpajakan (National Tax Reform). Salah satu hasil pembaharuan atau perbaikan itu adalah dikeluarkannya Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang mulai berlaku
tanggal 1 Januari 1986 sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (selanjutnya disebut Undang-Undang- Undang-Undang Pajak
Bumi dan Bangunan).
Bumi dan Bangunan merupakan Objek Pajak yang dianggap potensial
dan kenyataan, hal ini terlihat dari salah satu pertimbangan yang melandasi
lahirnya undang-undang dimaksud. Bahwasanya bumi dan bangunan
memberikan keuntungan dan atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik
bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh
manfaat daripadanya dan oleh karena itu wajar apabila mereka diwajibkan
memberikan sebagian dari manfaat atau kenikmatan yang diperolehnya
kepada negara melalui pajak, bahkan setelah Undang-Undang Pajak Bumi dan
Bangunan tersebut dilaksanakan ternyata telah memberikan kontribusi yang
cukup besar terutama bagi Pemerintah Daerah, walaupun secara nasional
besar dibandingkan jenis pajak pusat lainnya, akan tetapi sekecil apapun pajak
tetap berguna dalam menopang kas negara untuk pembangunan agar dapat
berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pungutan pajak merupakan dana yang sangat diandalkan untuk
membiayai pembangunan masing-masing daerah, maka jika kendala yang
menghambat kelancaran pemungutannya tidak dapat segera ditanggulangi,
dikhawatirkan akan ikut menghambat pembangunan di daerah yang pada
gilirannya keadaan ini akan menimbulkan kesenjangan yang serius terhadap
peran serta masyarakat dalam memikul tanggung jawab pembangunan.
Banyak faktor yang sangat mempengaruhi jumlah penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan, salah satu diantaranya adalah faktor data tentang Objek
Pajak dan Dasar Pengenaan yang ada atau dimiliki oleh Kantor Palayanan
Pajak Bumi dan Bangunan. Tanpa adanya data yang akurat tersebut maka
tidak mungkin Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga akan mempermudah Wajib
Pajak untuk melakukan penyelundupan pajak.
Mengingat pentingnya faktor data tentang Objek Pajak dan Dasar
Pengenaan Pajak dalam penentuan ketetapan pajak, sudah semestinya Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Timur Dua memberikan
perhatian sepenuhnya terhadap data yang dimilikinya, hal ini akan
mempermudah dalam penetapan dan pencapaian penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan sesuai dengan yang diharapkan. Maka melaui pendataan Objek dan
diperoleh data yang akurat. Saat ini pendataan Objek Pajak Bumi dan
Bangunan dilaksanakan dengan berpedoman pada Surat Keputusan Direktur
Jendral Pajak Nomor: KEP- 533/ PJ-6/ 2000 tentang petunjuk pelaksanaan
pendaftaran, pendataan dan penilaian Objek dan Subjek Pajak Bumi dan
Bangunan dalam rangka pembentukan dan atau Pemeliharaan Basis Data
Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP).
Dengan adanya pertumbuhan penduduk dan pendapatan yang
mendorong pesatnya pembangunan, maka akan cepat berubah pula keadaan
Objek Pajak Bumi dan Bangunan, dengan demikian data yang adapun
berubah. Melalui pendataan ini pula diharapkan adanya penyempurnaan data
Pajak Bumi dan Bangunan dalam meningkatkan sarana tertib administrasi
pada umumnya dan untuk peningkatan jumlah Pokok Ketetapan Pajak Bumi
dan Bangunan pada khususnya. Pandataan yang dilakukan oleh Kantor
Palayanan Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Timur Dua dalam kaitannya
dengan Surat Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor: KEP- 533/ PJ-6/
2000 dilaksanakan dengan alternatif C yaitu Verifikasi Data Objek Pajak
Bumi dan Bangunan. Cara ini diharapkan merupakan alternatif yang tepat
untuk diterapkan diwilayah tersebut, sehingga dapat meliput atau merekam
perubahan-perubahan data akibat dari adanya pertumbuhan penduduk dan
pendapatan seperti tersebut diatas. Oleh karena itu, peliputan atau pendaftaran,
dan pengevaluasian data-data Objek Pajak serta Dasar Pengenaan Pajak yang
tersedia, perlu dilakukan secara berkala dan terus-menerus, agar data yang
memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dalam
undang-undang pajak bumi dan bangunan, yaitu gambaran keadaan objek
pajak pada tanggal 1 Januari tahun pajak yang bersangkutan.
Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh hasil pelaksanaan
verifikasi sebelumnya pernah dilakukan penelitian oleh Sarwin Siregar (2000)
dengan judul “Pelaksanaan Kegiatan Verifikasi Lapangan Pengaruhnya Terhadap Ketetapan Pokok PBB di Wilayah Kantor Pelayanan Pajak Bumi
dan Bangunan Jakarta Selatan Satu”. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data tahun 1998. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
pelaksanaan verifikasi di lapangan yang dilakukan pada tahun 1998 di dua
Kecamatan yaitu Kecamatan Pesanggrahan dan Kecamatan Kebayoran Lama
berpengaruh terhadap ketetapan pokok PBB yaitu 20% untuk setiap kelurahan.
Penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Siti Syarifah tahun 2003
dengan judul “Upaya Peningkatan Ketetapan Pokok PBB dengan Cara Verifikasi Objek Pajak Bumi dan Bangunan di Wilayah Kantor Pelayanan
Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Timur Satu”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan verifikasi objek Pajak Bumi dan Bangunan memberikan
pengaruh terhadap peningkatan ketetapan pokok Pajak Bumi dan Bangunan
sekitar 30%.
Sesuai dengan uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisa
masalah upaya peningkatan ketetapan pokok melalui verifikasi lapangan dan
pengaruhnya terhadap realisasi PBB. Adapun perbedaan penelitian ini dengan
1. Perbedaan variabel penelitian
Pada penelitian ini terdiri dari dua veriabel yaitu verifikasi lapangan dalam
hal ini verifikasi luas tanah (X1) dan verifikasi luas bangunan (X2). Dan
untuk variabel dependennya yaitu realisasi penerimaan PBB. Sedang pada
penelitian sebelumnya ketetapan pokok PBB.
2. Perbedaan jumlah sampel yang digunakan
Pada penelitian ini sampel yang digunakan berjumlah 18 kelurahan yang
berada di wilayah Jakarta Timur Dua. Sedangkan pada penelitian
sebelumnya jumlah sampel yang digunakan 10 kelurahan.
3. Objek penelitian dan tahun dilakukannya penelitian
Pada penelitian ini objek penelitian yakni di lakukan di wilayah Jakarta
Timur Dua dan tahun dilakukannya penelitian yakni tahun 2006.
sedangkan penelitian sebelumnya pada tahun 1998 yang dilakukan oleh
Sarwin Siregar di wilayah KP PBB Jakarata Selatan Satu dan Siti Sarifah
pada tahun 2003 di KP PBB Jakarta Timur Satu.
Berdasarkan pertimbangan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk
meneliti lebih lanjut pelaksanaan verifikasi lapangan tentang objek pajak yang
dilaksanakan oleh Kantor Palayanan Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Timur
Dua dalam upaya menciptakan data yang akurat, yang penulis tuangkan dalam
B. Perumusan Masalah
Di Indonesia Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak pusat yang
sebagian besar penerimaanya diserahkan ke Pemerintah Daerah, sehingga
dalam pelaksanaannya keterikatan tugas antara fiskus (dalam hal ini Kantor
Pelayanan Bumi dan Bangunan) dengan instansi terkait di daerah (yang
antrara lain: PPAT, Notaris, Lurah, Camat, Kepala Desa) yang merupakan
sumber informasi tentang objek pajak dan dan dasar pengenaan Pajak Bumi
dan Bangunan menjadi penentu keberhasilan dalam memenuhi penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan, dengan skala prioritas pada upaya penetapan Nilai
Jual Objek Pajak (NJOP) yang berkualitas dan dapat diterima oleh masyarakat
serta digunakan di pihak lain dengan data pendukung yang dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan kaidah penilaian.
Pendataan Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan dianggap
sebagai ujung tombak dari serangkaian proses pengenaan pajak atas bumi dan
atau bangunan. Untuk memenuhi asas keadilan harus dilaksanakan secara
cermat, agar diperoleh data yang akurat sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya, sehingga diperoleh ketetapan yang benar dalam upaya
peningkatkan penerimaan dalam negeri serta sumbangannya pada pembiayaan
pembangunan daerah. Bertitik tolak dari uraian diatas maka penulis
merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas yaitu :
1. Apakah verifikasi lapangan dapat meningkatkan ketetapan pokok PBB dan
upaya-upaya apa yang efektif dalam memperbaiki kegiatan verififkasi agar
2. Seberapa besar pengaruh hasil pelaksanaan verifikasi lapangan terhadap
realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah verifikasi lapangan dapat meningkatkan
ketetapan pokok dan mencoba memberikan saran alternatif pemecahan
masalah tersebut.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh hasil verifikasi lapangan
terhadap realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini bagi berbagai pihak adalah sebagai
berikut:
1. Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Timur Dua.
Memberikan bahan masukan bagi fiskus untuk dapat melakukan koreksi
atau perbaikan terhadap kinerja yang telah ditunjukkan selama ini,
terutama yang berkaitan dalam tugas pendataan dengan cara verifikasi data
objek PBB, sehingga pada akhirnya dapat mewujudkan profesionalisme
dan integritas seluruh aparatur pajak untuk pencapaian pokok ketetapan
pokok Pokok Bumi dan Bangunan.
2. Masyarakat atau Wajib Pajak.
Memberikan gambaran kepada masyarakat atau Wajib Pajak akan
sehingga tidak ada pihak yang dirugikan serta mendorong kepatuhan untuk
memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik.
3. Penulis
Menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan penulis selama
kuliah, khususnya mata kuliah Perpajakan. Dengan penelitian ini
diharapkan menambah kemampuan berfikir kritis maupun menganalisis
dan mencari solusi dari suatu permasalahan.
4. Akademis
Sebagai bahan bacaan dan untuk menambah koleksi skripsi di Universitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan memiliki kekuatan hukum yang diatur
dalam Undang-Undang, hal tersebut mempunyai tujuan agar tidak terjadi
penyimpangan dari orang-orang yang berniat menyalahgunakan pajak. Dasar
hukum Pajak Bumi dan Bangunan adalah:
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tanggal 27 Desember tentang
Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 selanjutnya di sebut Undang-Undang-Undang-Undang
Pajak Bumi dan Bangunan (UU PBB).
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tanggal 2 Agustus Tahun 2000
tentang perubahan kedua atas undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan selanjutnya disebut
Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan (UU KUP).
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000 tentang pembagian dan
penggunaan biaya pemungutan Pajak Bumi dan bangunan.
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 523/ KMK. 04/ 1994 tentang
klasifikasi Nilai Jual Objek Pajak.
5. Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor: KEP- 533/ PJ-6/ 2000 tentang
petunjuk pelaksanaan pendaftaran, pendataan dan penilaian Objek dan
Subjek PBB.
Dalam rangka pencapaian tujuan negara, yaitu membangun suatu
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan
dengan bertitik tolak dari kenyataan bahwa sebagian besar kehidupan rakyat
dan perekonomian bercorak agraris maka selanjutnya untuk mewujudkan
cita-cita mulia itu diperlukan adanya pengaturan atas bumi termasuk perairan serta
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Bumi termasuk kekayaan alam yang tekandung di dalamnya adalah
merupakan hak negara atau dibawah penguasaan negara yang dipergunakan
seluas-luasnya untuk kemakmuran rakyat. Negara, dalam hal ini pemerintah
berkewajiban mengatur atas pemberian hak dan penggunaan bumi oleh
perorangan atau badan, sehingga bagi mereka yang memperoleh manfaat
secara langsung maupun tidak langsung atas bumi itu, wajar bilamana
menyerahkan sebagian dari kenikmatan yang diperolehnya kepada negara
melalui pembayaran pajak. Sejak jaman kolonial, kita telah mengenal berbagai
macam pajak yang dikenakan tehadap tanah yang dimiliki dan dikelola rakyat,
yang pada masa Pemerintahan Gubernur Jenderal Sir Thomas Stanford Rafles
(1811-1814) dikenal Landrent yaitu pajak atas tanah yang semata-mata hanya untuk kepentingan penjajah, sehingga hal ini semakin memberatkan beban
bagi rakyat. Setelah penjajahan Inggris berakhir, Indonesia dijajah kembali
oleh Belanda, Pajak tersebut diganti dengan nama menjadi “Landrente“ dengan sistem atau cara pengenaan yang sama.
Ordonansi Landrent dihapus dan diganti pada tahun 1951 tantang Pajak Peralihan. Sebelum Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak
Bumi dan bangunan diberlakukan terhadap tanah yang tunduk pada hukum
adat yang dipungut berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Prp tahun 1959,
pajak tanah yang tunduk terhadap hukum barat dengan Ordonansi Verponding
Indonesia 1923 dan Ordonansi Verponding 1928.
Pelaksanaan pungutan pajak yang terjadi secara tumpang tindih seperti
tersebut diatas menimbulkan beban pajak berganda bagi masyarakat serta
tidak efisien dalam pelaksanaannya. Oleh karenanya sesuai dengan amanat
yang terkandung dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) maka perlu
diadakan pembaharuan sistem perpajakan yang lebih sederhana, mudah
pelaksanaannya, adil dan merata, sehingga dapat memberikan kesadaran
membayar pajak bagi masyarakat dan meningkatkan penerimaan pajak.
Undang-undang tersebut dikenal dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun
1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 1994.
Dengan berlakunya undang tersebut diatas maka
undang-undang sebelumnya yang berkaitan dengan Pajak Bumi dan Bangunan tidak
berlaku lagi. Undang-undang tersebut adalah:
1. Ordonansi Pajak Rumah Tangga Tahun 1908
2. Ordonansi Verponding Indonesia Tahun 1923
3. Ordonansi Pajak Kekayaan Tahun 1932
5. Ordonansi Pajak Jalan Tahun 1942
6. Pasal 14 Undang-Undang Darurat Nomor 11 Drt. Tahun1957 Tentang
Peraturan Umum Pajak Daerah.
7. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 11 Prp. Tahun
1959 Tentang pajak Hasil Bumi.
Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan didasarkan pada asas sebagai
berikut:
a. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan
b. Adanya kepastian hukum
c. Mudah dimengerti dan adil
d. Menghindari pajak berganda
C. Tinjauan Umum Atas Pajak Bumi dan Bangunan 1. Pengertian Pajak
Sebelum kita mengetahui apa yang dimaksud dengan Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB), sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan pajak. Banyak para ahli dalam bidang perpajakan
memberikan pengertian atau definisi yang berbeda-beda, namun demikian
berbagai definisi mempunyai tujuan yang sama sehingga mudah dipahami,
perbedaanya terletak pada sudut pandang yang digunakan masing-masing
pihak.
Menurut Siti Resmi (2004:1) pengertian pajak yang dikemukakan
oleh beberapa ahli antara lain:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang -undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Menurut Mr.Dr. N. J. Feldmann
“Pajak adalah prestasi yang dapat dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran umum”.
Menurut S. I. Djajadiningrat
“Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke Kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan suatu hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum”.
Dari ketiga pengertian pajak diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri
pengertian pajak adalah:
1) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang
serta aturan pelaksanaanya yang sifatnya dipaksakan.
2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
3) Pajak dipungut oleh negara baik pemeritah pusat maupun daerah.
4) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang
bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk
membiayaiPublic Investment.
5) Pajak berfungsi sebagai sumber daya yang diperuntukkan bagi
pembiayaan-pembiayaan Negara (fungsi budgetair), contoh:
dan untuk tujuan mengatur dan melaksanakan kebijakan pemerintah
dalam bidang sosial dan ekonomi (fungsi regulerend), contoh:
dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras sehingga
konsumsi minuman keras dapat ditekan. Demikian pula terhadap
barang mewah.
6) Pajak peralihan kekayaan dari orang pribadi atau badan ke pemerintah.
7) Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.
Sedangkan yang dimaksud dengan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 dan telah
disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994 adalah
pungutan yang dikenakan atas bumi dan bangunan.
2. Subjek, Objek dan Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sebelum membahas pokok masalah yang ada dalam penelitian ini,
terlebih dahulu penulis akan menguraikan pengertian dari beberapa istilah
yang berkaitan erat dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian
ini, dengan harapan agar pembaca dapat dengan mudah untuk memahami
isi tulisan ini.
a. Objek Pajak Bumi dan Banganan
Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Pasal 2 ayat (1)
yang menjadi objek pajak adalah bumi dan bangunan. Bumi dan
bangunan yang menjadi objek pajak akan diklasifikasikan menurut
keadaan daerahnya masing-masing dan diatur oleh Menteri Keuangan.
pengelompokan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai
pedoman, serta untuk memudahkan perhitungan pajak terutang.
1) Bumi
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada
dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan
pedalaman (termasuk rawa-rawa tambak perairan) serta laut
wilayah Republik Indonesia.
2) Bangunan
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan untuk tempat
tinggal, tempat usaha dan tempat yang diusahakan.
Termasuk dalam pengertian bangunan adalah :
- Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek
bangunan.
- Jalan tol.
- Kolam renang.
- Tempat olah raga.
- Galangan kapal, dermaga.
- Taman mewah.
- Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak.
- Fasilitas lain yang memberikan manfaat.
- Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
b. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 1994 yang menjadi subjek PBB adalah orang atau
badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan
bangunan atau memperoleh manfaat atas bumi dan memperoleh atas
bangunan.
Orang adalah orang perorangan yang mempunyai hak atas bumi, baik
memiliki, menguasai maupun memanfaatkan. Badan adalah perseroan
terbatas, Perseroan Komanditer, BUMN, BUMD dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
Subjek pajak dapat dikatakan sebagai wajib pajak, objek pajaknya
telah diketahui. Apabila objek pajak sudah diketahui sedangkan wajib
pajaknya belum diketahui maka Direktorat Jenderal Pajak dapat
menentukan atau menunjuk wajib pajaknya. Penunjukan sebagai wajib
pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak bukan merupakan bukti pemilikan
hak dan dapat dibatalkan jika subjek pajak dapat membuktikan bahwa
yang sebenarnya ia bukanlah wajib pajak.
c. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) merupakan harga rata-rata yang
diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan
bilamana tidak terjadi transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui
perolehan harga dengan objek yang sejenis, atau nilai perolehan baru,
atau Nilai Jual Objek Pajak Pengganti.
Yang dimaksud dengan:
- Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, adalah suatu
pendekatan/ metode penetuan nilai jual suatu objek pajak dengan
cara membandingkannya dengan objek pajak lain yang letaknya
berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya.
- Nilai perolehan baru, adalah suatu pendekatan/ metode penentuan
nilai jual suatu objek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya
yang dikeluarkan untuk memproleh objek tersebut pada saat
penilaian dilakukan, dikurangi dengan penyusutan berdasarkan
kondisi fisik objek tersebut.
- Nilai jual pengganti adalah suatu pendekatan/ metode penentuan
nilai jual suatu objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi
objek pajak tersebut.
3. Pengecualian dari Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan menurut
Undang-Undang Nomor12 Tahun 1994 Pasal 3 ayat (1) adalah sebagai
berikut:
a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak
digunakan untuk mencari keuntungan, antara lain di bidang :
- Ibadah, seperti masjid, gereja, wihara dan lain-lain.
- Kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas.
- Pendidikan,seperti madrasah, pesantren, sekolah.
- Kebudayaan nasional, seperti museum, candi.
b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu;
c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah
negara yang belum dibebani suatu hak;
d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsultan berdasarkan asas
perlukan timbal-balik;
e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan.
Objek pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan
pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah. Objek pajak dalam hal ini adalah objek pajak yang
dimiliki/ dikuasai/ digunakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan. Pajak Bumi dan
Bangunan adalah pajak negara yang sebagian besar penerimaannya
merupakan pendapatan daerah antara lain digunakan untuk penyediaan
fasilitas yang juga dinikmati oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah. Oleh sebab itu, wajar wajar jika Pemerintah Pusat juga ikut
membiayai penyediaan fasilitas tersebut melalui pembayaran Pajak Bumi
badan yang digunakan oleh negara, kewajiban perpajakannya tergantung
pada perjanjian yang diadakan.
4. Pengertian dan Istilah-istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dan untuk memperjelas maksud dari
istilah-istilah yang biasa digunakan dalam kegiatan pendataan, maka
penulis akan mengemukakan beberapa pengertian dengan harapan akan
terwujud pemahaman bahasa yang sama antara penulis dan pembaca.
Pengertian dan istilah-istilah di dapat dari situs web (www.pajak.go.id),
sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Pemungutan
Suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data Objek dan
Subjek Pajak, penentuan besarnya pajak terutang sampai kegiatan
penagihan pajak terutang kapada Wajib Pajak serta pengawasan
penyetorannya ke Bank, Kantor Pos dan Giro dan tempat lain yang
ditunjuk.
b. Pelaksanaan Pendataan
Semua kegiatan untuk memperoleh, mengumpulkan dan melengkapi,
termasuk proses penatausahaan data Objek dan Subjek Pajak Bumi dan
Bangunan sebagai bahan penetapan besarnya Pajak Bumi dan
Bangunan yang terutang.
c. Penyusunan Data Awal
Suatu kegiatan pendaftaran seluruh Objek Pajak Bumi dan Bangunan
d. Pemutakhiran Data
Suatu kegiatan yag dilakukan untuk menyesuaikan data yang disimpan
di dalam basis data dengan data yang sebenarnya dilapangan.
e. SPOP
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah surat yang digunakan
oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data objek pajak menurut
ketentuan Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan.
f. SPPT
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah surat yang
digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan
besarnya pajak yang terutang kepada Wajib Pajak.
g. Peta
a) Gambaran permukaan bumi yang diproyeksikan ke dalam bidang
datar, dan dilengkapi skala dan keterangan/ legenda tertentu.
b) Penyajian garafis dari bentuk ruang dan hubungan keruangan
antara berbagai perwujudan yang diwakili.
h. STTS
Surat Tanda Terima Setoran adalah surat yang ditentukan oleh
Direktorat Jendral Pajak sebagi bukti pembayaran pajak terutang.
i. ZNT
Zona Nilai Tanah adalah zona geografis yang terdiri atas sekelompok
Objek Pajak yang mempunyai satu Nilai Indikasi Rata-rata yang
satuan wilayah administrasi pemerintahan desa/ kelurahan tanpa terikat
pada batas blok.
j. SPST
Sistem Pelayanan Satu Tempat merupakan tata cara pemberian
pelayanan urusan Pajak Bumi dan Bangunan kepada Wajib Pajak/
masyarakat pada tempat yang telah ditentukan dan mudah dijangkau.
k. SKP
Surat Ketetapan Pajak adalah surat yang akan diterbitkan Direktorat
Jendral Pajak (dalam hal ini Kantor pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan) terhadap wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban
perpajakan sebagaimana mestinya. Pajak Bumi dan Bangunan terutang
dihitung berdasarkan SPOP ditambah denda administrasi sebesar 25%
dari pokok pajak.
l. Peta Desa
Peta wilayah administrasi desa / kelurahan dengan skala tertentu yang
memuat segala informasi mengenai jenis tanah, batas dan nomor blok,
batas wilayah administrasi pemerintahan, dan keterangan lainnya yang
diperlukan.
m. Peta Zona Nilai tanah
Peta yang menggambarkan suatu zona geografis yang terdiri atas
sekelomok Objek Pajak yang mempunyai satu Nilai Indikasi Rata-rata
(NIR) yang dibatasi oleh batas penguasaan/ kepemilikan Objek Pajak
n. Peta Garis
Peta yang menggambarkan unsur-unsur dipermukaan bumi dalam
bentuk bayangan garis, unsur yang digambarkan dinyatakan dalam
bentuk simbol, serta dilengkapi dengan legenda.
o. Peta Foto
Peta yang detailnya adalah bayangan fotografis yang sudah dibetulkan
serta diberikan keterangan tambahan yaitu data kartogarafis yang
penting sehingga dapat digunakan sebagai peta.
p. DHKP
Daftar Himpunan Ketetapan Pajak yaitu daftar himpunan yang memuat
data nama Wajib Pajak, Letak Objek Pajak, Nomor Objek Pajak besar
serta pembayaran pajak terutang yang dibuat per desa/ kelurahan.
q. Basis Data
Kumpulan informasi Objek dan Subjek pajak Bumi dan Bangunan
serta data pendukung lainnya dalam suatu wilayah administrasi
pemerintahan tertentu serta disimpan dalam media penyimpanan data.
r. Peta Blok
Peta yang menggambarkan suatu zona geografis yang terdiri atas
sekelompok Objek Pajak yang dibatasi oleh batas alam dan/ atau batas
kepentingan pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan dalam satu wilayah
s. NIR
Nilai Indikasi Rata-rata adalah nilai pasar wajar rata-rata yang dapat
mewakili nilai tanah dalam suatu zona nilai tanah.
t. STP
Surat Tagihan pajak yang diterbitkan apabila setelah lewat tanggal
jatuh tempo Pajak Bumi dan Bangunan terutang berdasarkan SKP atau
SPPT tidak dilunasi, dengan denda administrasi 2% tiap bulan.
u. Master File
Data seluruh Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan yang
disimpan dalam suatu media computer.
v. Nomor Objek Pajak (NOP)
Nomor identifikasi Objek Pajak yang mempunyai karakteristik unik,
permanen dan standar dengan satuan blok dalam satu wialayah
administrasi pemerintahan desa/ kelurahan yang berlaku secara
nasional.
w. Verifikasi lapangan adalah kegiatan mencocokkan data objek dan atau
subjek PBB yang sebenarnya di lapangan.
D. Teori Mengenai Kegiatan Pendataan
Mengingat besarnya jumlah objek pajak dan beragam tingkat
pendidikan dan pengetahuan wajib pajak, maka belum seluruhnya Wajib Pajak
dapat melaksanakan kewajiban untuk mendaftarkan Objek Pajak yang
memberikan pelayanan yang lebih baik, maka Direktorat jendral Pajak
mengadakan kegiatan pendataan objek dan subjek Pajak Bumi dan Bangunan.
Pendataan dilakukan dengan menggunakan formulir surat pemberitahuan
objek pajak (SPOP) dan dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) wilayah
administrasi desa atau kelurahan dengan menggunakan salah satu alternatif
dari empat alternatif sebagai berikut :
1. Pendataan dengan penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP.
Pendataan dengan alternatif ini hanya dapat dilaksanakan pada daerah atau
wilayah pada umumnya belum atau mempunyai peta, merupakan
daerah-daerah terpencil atau mempunyai potensi PBB relatif kecil pelaksanaan
dilakukan sebagai berikut.
a. Penyampaian dan pemantauan pengambalian SPOP perorangan.
Penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP perorangan
dilakukan dengan menyebarkan SPOP langsung kepada subjek pajak
atau kuasanya dengan berpedoman pada sket atau peta blok yang telah
ada.
b. Untuk daerah yang potensi Pajak Bumi dan Bangunannya relatif lebih
kecil, cakupan wilayah dan objek pajaknya luas, dapat digunakan
alternatif pendataan dengan penyamaian atau pemantauan
pengembalian SPOP kolektif. Dengan relatif ini, SPOP disebarkan
melalui aparat desa atau kelurahan setelah terlebih dahulu membuat
sket atau peta blok.
Pendataan dengan alternatif ini dapat dilaksanakan pada daerah atau
wilayah yang sudah mempunyai peta garis atau peta foto yang menentukan
posisi Objek Pajak tetapi tidak mempunyai data administrasi pembukuan
PBB. Data tersebut merupakan hasil pendataan secara lengkap tiga tahun
terakhir.
3. Pendataan dengan Verifikasi Data Objek Pajak.
Alternatif ini dapat dilaksanakan pada daerah atau wilayah yang hanya
mempunyai peta garis atau peta foto dan sudah mempunyai data
administrasi pembukuan PBB hasil pendataan secara lengkap tiga tahun
terakhir.
4. Pendataan dengan Pengukuran Bidang Objek Pajak.
Alternatif ini dapat dilaksanakan pada daerah atau wilayah yang hanya
mempunyai sket peta desa atau kelurahan (Misalnya dari Biro Pusat
Statistik atau instansi lainya) dan atau peta garis atau peta foto tetapi
belum dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif Objek Pajak.
Ke-4 (empat) alternatif diatas sangat penting guna menunjang
keakuratan data yang diperlukan, baik untuk aparat pajak maupun Wajib
Pajak.
Data Subjek dan Objek pajak PBB yang ada di Kantor Pelayanan
Pajak Bumi dan bangunan berasal dari dua sumber, yaitu:
1) Dari lapangan Wajib Pajak sendiri (Wajib Pajak mendaftarkan sendiri
2) Dari pendataan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan.
Kegiatan wajib pajak melaporkan objek pajaknya dilakukan melalui
pendaftaran objek pajak, dengan cara wajib pajak mengambil dan mengisi
SPOP dengan jelas, benar dan lengkap. Hal ini bedasarkan Undang-undang
Nomor 12 tahun 1985 Pasal 9, pada dasarnya setiap subjek pajak wajib
melaporkan Objek Pajaknya.
Mengingat Objek Pajak Bumi dan Bangunan yang sangat luas dan
Wajib Pajak Bumi dan Bangunan yang cukup besar, maka kegiatan pendataan
sulit dilakukan secara manual, oleh sebab itu diperlukan suatu sistem
pengolahan administrasi PBB yang lebih sederhana, sistematis dan efisien
yaitu dengan bantuan komputer yang sangat berguna untuk mengolah
keseluruhan informasi atau data objek atau subjek pajak serta membentuk
suatu basis data atau database yang benar, lengap dan jelas.
Sistem tersebut mencakup pengumpulan data, pemberian identitas
Objek dengan Nomor Objek Pajak (NOP), pemeliharaan data sampai dengan
pencetakan hasil keluaran berupa SPPT, STTS, dan Daftar Himpunan
Ketetapan Pajak (DHKP) yang sangat berkaitan dengan program SISTEP, dan
peningkatan pelayanan kepada Wajib Pajak pada satu tempat. Keseluruhan
sistem yang merupakan suatu totalitas tersebut diatas disebut dengan sistem
Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP)
Adapun maksud dan tujuan SISMIOP adalah untuk mengintegrasikan
pelaksanaanya dapat lebih seragam, sederhana, cepat dan efisien, sedangkan
dengan diterapkannya SISMIOP diharapkan dapat tercipta:
1) Pengenaan pajak yang adil dan makmur
2) Peningkatan ketetapan
3) Administrasi yang tertib
4) Peningkatan palayanan secara cepat, tepat dan aman, serta memudahkan
memonitoring perubahan data.
5) Kemudahan pelaksanaan penegakan hukum (Law Enforcement) sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku.
6) Kemudahan dalam pemantauan seluruh kegiatan.
Sasaran tersebut diatas dicapai dengan cara membentuk basis data
Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan yang jelas, benar dan lengkap
serta didukung oleh data pasar Objek Pajak yang dapat dipercaya dan sesuai
dengan perkembangnya.
E. Teknis Pelaksanaan Verifikasi Lapangan
Pelaksanaan verifikasi ini dapat dilakukan pada daerah/ wilayah yang
sudah mempunyai peta garis/ peta foto dan sudah mempunyai data administrai
pembukuan PBB hasil pendataan satu tahun terakhir.
Pekerjaan verifikasi data objek pajak dapat dilaksanakan dengan tahapan kerja
sebagai berikut :
1. Persiapan
Meliputi penelitian pendahuluan, pengadaan peta-peta blok,
termasuk mencari dan mengumpulkan informasi perubahan data objek dan
subjek PBB yang terjadi dilapangan, menentukan wilayah atau lokasi yang
harus diverifikasi Objek Pajaknya serta menginventarisasi
wilayah-wilayah yang akan diverifikasi.
2. Penyusunan Rencana kerja
Data Objek dan Subjek yang berhasil dikumpulkan terlebih dahulu
dianalisis dan selanjutnya dijadikan bahan untuk menyusun rencana kerja.
Materi yang perlu dituangkan dalam rencana kerja tersebut antara lain:
a. Sasaran pendataan
b. Volume pekerjaan
c. Jadwal pelaksanaan pekerjaan
d. Jumlah biaya yang diperlukan
e. Organisasi dan jumlah pelasana
f. Perkiraan peningkatan
- Jumlah Wajib Pajak
- Luas tanah dan bangunan yang dikenakan PBB
- NJOP tanah dan bangunan yang berubah
- Pokok ketetapan
3. Pencocokan Data
Pekerjaan pencocokkan data Objek Pajak Bumi dan Bangunan
meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Mencocokkan data Objek PBB yang dimiliki oleh KPPBB dengan
b. Jika terdapat perubahan data fisik Objek Pajak, misalnya jika
penggabungan atau pemecahan, maka perlu dilakukan pengukuran
ulang atau identifikasi Objek Pajak serta mengadakan perubahan atau
perubahan gambar pada konsep peta blok.
c. Menghitung kembali luas bidang Objek Pajak yang berubah
berdasarkan hasil pengukuran dilapangan.
d. Memberi Nomor Objek Pajak untuk setiap bidang Objek Pajak secara
berurutan dimulai dari sudut kiri atas peta, dan menempelkan disekitar
Nomor Objek Pajak pada Objek Pajak yang ada bangunannya.
4. Pembukuan
a. Mengadakan Perbaikan Buku Induk dan Master File
b. Mengadakam perbaikan peta/ sket.
F. Faktor–Faktor Penyebab Perlunya Diadakan Verifikasi Lapangan Pelaksanaan verifikasi lapangan objek pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak Bumi dan Bangunan dilaksanakan di wilayah Jakarta Timur Dua.
Dilaksanakannya verifikasi dilapangan tersebut dengan alasan sebagai berikut:
1. Data yang sekarang pada umumnya tidak sesuai lagi dengan keadaan yng
sebenarnya;
2. Semakin pesatnya pembangunan perkotaan yang menyebabkan perubahan
nilai jual terhadap Objek Pajak Bumi dan Bangunan;
3. Semakin berkembangnya sektor ekonomi/ perdagangan sehingga banyak
Untuk memperoleh input yang akan diolah untuk menghasilkan
informasi objek pajak yang akan digunakan sebagai dasar pengenaan PBB
maka dibentuklah suatu basis data yang meliputi pendaftaran, pendataan,
penilaian serta pengolahan data subjek dan objek PBB dengan menggunakan
bantuan komputer yang dilaksanakan oleh KP PBBB Jakarta Timur Dua atau
pihak luar yang ditentukan oleh Dirjen Pajak. Namun data yang terbentuk
sesuai dengan perkembangan kemajuan dan waktu sering mengalami
perubahan sehingga perlu disesuikan dengan keadaan sebenarnya dalam
rangka memberikan pelayanan dan rasa keadilan dengan melakukan verifikasi
atau pendataan ulang. Adapun faktor-faktor penyebabnya adalah sebagai
berikut:
1. Perubahan Pemilikan Objek Pajak.
Perubahan objek pajak yang dimaksud adalah pengalihan hak atas objek
pajak seseorang kepada orang lain yang disebabkan karena berbagai alasan
antara lain:
a. Alasan ekonomi
Pemindahan kepemilikan objek pajak ini didorong oleh faktor
ekonomi, seperti jual beli, gadai, sewa dan tukar menukar.
b. Hibah wasiat, yaitu pemberian hak atas tanah dan atau bangunan pada
orang pribadi atau badan hukum tertentu.
c. Penunjukkan pembeli dalam lelang.
d. Pelaksanaan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum
mempunyai kekuatan hukum yang tetap akan terjadi peralihan hak dari
orang pribadi atau badan hukum salah satu pihak pada pihak yang
telah ditentukan dalm putusan hakim tersebut.
e. Hadiah adalah suatu perbuatan hukum berupa penyerahan hak atas
tanah dan bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
hukum kepada penerima hadiah.
Pengalihan hak atas objek pajak diatas menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah harus dilakukan dihadapan
pejabat yang berwenang atau pejabat pembuat akta tanah, tetapi masyarakat
pada umumnya menghindari prosedur yang ada. Dengan adanya perubahan
pemilikan yang tidak dilaporkan kepada KP PBB tersebut, maka didalam
penetapan pajak selanjutnya masih berdasarkan data yang lama yang otomatis
tidak sesuai lagi dengan keadaan sebenarnya.
2. Perubahan Nilai Jual Objek Pajak
a. Tanah
Dasar pengenaan PBB ditentukan dari nilai jual objek pajak yang
diperoleh melalui deskripsi dan ciri-ciri objek pajak yang bersifat
teknis dan selalu berubah-ubah yang dapat terjadi atas tanah dan
bangunan.
Menurut teori penilaian. Tanah tidak mengalami penyusutan tetapi
nilainya tetap atau bahkan cenderung naik dengan cepat untuk
daerah-daerah tertentu yang strategis atau memiliki tingkat kesuburan yang
tanah yang didasarkan pada kemampuan tanah secara ekonomis dalam
hubungannya dengan produktivitas dan strategis ekonomisnya,
sedangkan harga tanah adalah penilaian atas tanah yang diukur
berasarkan harga nominal dalam satuan uang untuk satu satuan luas
tertentu dari tanah tersebut (Abdul Rahman, 2000: 9)
Dari gambaran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa antara nilai
tanah dan harga tanah akan mempunyai hubungan fungsional. Harga
tanah akan ditentukan oleh nilai tanah, atau harga tanah akan
mencerminkan tinggi rendahnya nilai tanah.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai tanah adalah
antara lain:
1) Pertambahan dan pengurangan penduduk
Pertambahan penduduk sangat berpengaruh pada nilai tanah karena
pertambahan penduduk akan membawa peningkatan permintaan
akan lahan untuk melakukan berbagai aktivitas seperti: tempat
kediaman, kegiatan sosial, aktivitas ekonomi dan lain sebagainya,
sehingga dari tekanan permintaan akan meningkatkan nilai tanah.
2) Keadaan lingkungan
Nilai tanah dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitarnya
terhadap bangunan yang sedang dan akan dijalankan
dilingkungannya (Abdul Rahman, 2000:25). Pembangunan jalan,
jalan raya, lapangan udara dan stasiun kereta api akan membawa
perhubungan yang telah terbangun seperti: pembangunan jalan
yang telah selesai dapat meningkatkan nilai tanah disekitarnya.
3) Keadaan ekonomi dan politik
Faktor ekonomi dan politik akan membawa pengaruh terhadap
tingkat permintaan terhadap tanah. Pertumbuhan ekonomi dan
politik yang positif akan meningkatkan kepercayaan masyarakat
dalam negeri dan luar negeri untuk berinvestasi, sehingga
membawa dampak yang positif terhadap pembangunan secara
otomatis mengakibatkan peningkatan terhadap permintaan akan
tanah yang membawa pengaruh terhadap nilai tanah.
b. Bangunan
Sesuai dengan pasal 2 ayat 1 Undang-undang Nomor 12 Tahun
1985 Jo, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1994 objek pajak bumi dan
bangunan adalah: Bumi dan atau Bangunan. Sebagaimana halnya
dengan tanah, objek bangunan juga harus ditentukan nilai jualnya.
Nilai Jual Objek Pajak dihitung berdasarkan biaya pembuatan baru
untuk bangunan tersebut dikurangi dengan penyusutan. Untuk
mempermudahkan perhitungan NJOP harus disusun Daftar Biaya
komponen Bangunan (DBKB). DBKB terdiri dari tiga komponen
yaitu:
1) Komponen utama, meliputi pekerjaan persiapan, pondasi,
2) Komponen material, meliputi atap, dinding, langit-langit dan
lantai.
3) Komponen fasilitas, yaitu komponen yang berfungsi sebagai
pelengkap bangunan seperti: kolam renang, lapangan tenis, AC,
Lift, Eskalator, genset dan perkerasan.
DBKB berlaku untuk setiap daerah tingkat II dan dapat disesuaikan
dengan perkembangan harga bahan dan upah.
Pada dasarnya penetapan NJOP berdasarkan pasal 6 ayat 2
undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 Jo Undang-undang-undang Nomor 12
Tahun 1994 adalah tiga tahun sekali. Namun demikian untuk
daerah tertentu yang karena perkembangan pembangunan
mengakibatkan kenaikan NJOP cukup besar, maka penetapan nilai
jualnya ditetapkan setahun sekali.
Oleh karena ketidakstabilan NJOP tersebut, maka perlu dilakukan
pendataan ulang, agar NJOP yang di data sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
3. Perubahan Peruntukkan Tanah
Dengan semakin meningkatnya perkembangan masyarakat
pembangunan dewasa ini, maka kebutuhan akan lahan semakin meningkat
melakukan aktivitas-aktivitas sehingga mengakibatkan terjadinya
pergeseran peruntukkan tanah seperti:
a. Perubahan dari tanah sawah menjadi tanah darat yang dipergunakan
untuk perumahan dan perkantoran.
b. Perubahan dari tanah rawa menjadi tanah darat yang dipergunakan
untuk kegunaan perindustrian dan pemukiman.
c. Perubahan dari peruntukkan tanah perumahan menjadi perkantoran
dan perdagangan dan lain sebagainya.
Perubahan peruntukkan tanah dapat menyebabkan NJOP tanah tersebut
meningkat pula sehingga perlu dilakukan pendataan agar status tanah dan
jenis penggunaannya sesuai dengan keadaan sebenarnya.
4. Perbaikan Administrasi PBB dalam Rangka Peningkatan Pelayanan
kepada Masyarakat.
Dalam rangka mensukseskan tugas penerimaan PBB yang semakin
berat dan penuh tantangan yang ditandai dengan kompleksitas dan ragam
wajib pajak yang semakin pandai dan kritis maka diperlukan layanan yang
serba berkualitas dan profesional, dimana keberhasilannya sangat
dipengaruhi oleh aparat atau karyawan yang bertugas sebagai ujung
tombak pelayanan pada wajib pajak. Peningkatan pelayanan tersebut
ditandai dengan adanya dan PBB dengan tingkat akurasi yang tinggi,
dimana data-data yang terbentuk disesuaikan dengan keadaan di lapangan
dan perkembangan waktu yang terjadi terhadap subjek dan objek pajak.
diperlukan suatu sistem manajemen yang mengatur subjek dan objek pajak
dalam hal ini yaitu SISMIOP, data-data yang terbentuk dalam SISMIOP
sangat tergantung dengan kegiatan pendataan yang dilakukan oleh
petugas.
Basis data subjek dan objek pajak yang telah terbentuk sebelumnya
tidak tertutup kemungkinan masih terdapat kesalahan mengenai subjek
maupun objek pajak yang disebabkan oleh kesalahan pendataan maupun
kelalaian petugas, disamping itu seiring dengan perkembangan masyarakat
dan kemajuan pembangunan suatu wilayah menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan atau penambahan subjek maupun objek pajak,
sehingga basis data yang terbentuk disesuaikan kembali melalui kegiatan
pendataan ulang atau verifikasi. Jadi pendataan merupakan salah satu
langkah awal untuk menghasilkan data adminitrasi PBB, yang
keakuratannya sangat dipengaruhi kualitas pendataan yang lengkap dan
akurat serta dapat dipertangungjawabkan sehingga akan melahirkan
tingkat kepercayaan yang akan menimbulkan kesadaran untuk
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dengan demikian penerimaan
negara dari sektor pajak dalam hal ini yaitu PBB dapat ditingkatkan dan
dioptimalkan setiap tahunnya.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
H. Hipotesis
I. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Secara teknis
hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan
diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian.
Adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : Upaya Peningkatan Ketetapan
Pokok
Verifikasi Lapangan
Verifikasi Luas Bangunan (X1) Verifikasi Luas Tanah
(X1)
Realisasi Penerimaan PBB (Y)
Pengaruh Hasil Verifikasi Lapangan Terhadap Realisasi Penerimaan PBB
Uji Regresi Linier Berganda
H1 : terdapat pengaruh verifikasi luas tanah terhadap realisasi penerimaan
pajak bumi dan bangunan
H2 : terdapat pengaruh verifikasi luas bangunan terhadap realisasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan yang berlokasi di Jalan Raya Bogor Nomor 46. Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan ini masuk dalam lingkungan kerja
Kantor wilayah Khusus Direktorat Jenderal Pajak.
Berdasarkan uraian masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
penelitian ini akan membahas mengenai upaya peningkatan ketetapan pokok
melalui pelaksanaan verifikasi lapangan serta membahas pengaruhnya
terhadap realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. Dalam penelitian ini
data yang digunakan adalah data tahun 2006.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi
penelitian tersebut adalah kelurahan yang berada di wilayah Jakarta Timur
Dua. Dalam penelitian ini sempel yang di gunakan adalah 18 kelurahan yang
telah diverifikasi dari 37 kelurahan yang berada di wilayah Jakarta Timur Dua.
Sampel tersebut diambil berdasarkan Purposive Sampling yakni penentuan sampel dengan pengambilan data-data tertentu yang dianggap sesuai dan
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang dapat penulis uraikan adalah dengan
menggunakan data primer dan data sekunder yag diperoleh dengan melakukan
wawancara secara langsung serta menyimpulkan data kepustakaan sebagai
dasar untuk mempertkuat skripsi ini.
1. Data Primer
Penelitian didasarkan atas penelitian langsung pada objek yang dituju
guna mendapatkan data yang aktual dan nyata. Dalam hal ini untuk
mendapatkan data dapat dilakukan dengan :
a. Observasi
Observasi adalah penelitian yang pengambilan datanya bertumpu pada
pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Penulis datang
langsung ke lokasi penelitian yaitu Kantor Palayanan Pajak Bumi dan
Bangunan Jakarta Timur Dua untuk mendapatkan data yang objektif.
b. Wawancara
Wawancara adalah metode penelitian yang datanya dikumpulkan
melalui wawancara dengan responden yang disebut “Key Informant” yaitu penulis bertanya langsung dengan pihak yang terkait tentang data
yang penulis ambil.
c. Pencatatan
Pencatatan adalah metode penelitian yang datanya disalin kembali oleh