• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Intrapreneurship Karyawan Dan Budaya Organisasi Terhadap Produktivitas Pada Kantor Pos Bandung 40000

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Intrapreneurship Karyawan Dan Budaya Organisasi Terhadap Produktivitas Pada Kantor Pos Bandung 40000"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

Influences Of Employees Intrapreneurship and Cultural Organizational

Towards Productivity at Pos Office Bandung 40000

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang

Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pada Program Studi Manajemen

Oleh :

NAMA : ANDIKA DWIANANTO NIM : 21207018

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

vi Narimawati, Dra. SE.,M.Si.

Masih adanya karyawan yang belum mampu untuk mewujudkan ide-idenya menjadi kenyataan dan rendahnya karyawan dalam bekerja secara kolaboratif untuk memenuhi tujuan organisasi menjadi salah satu sebab produktivitas Kantor Pos Bandung 40000 menurun. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh intrapreneurship karyawan dan budaya organisasi terhadap produktivitas pada Kantor Pos Bandung 40000.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah karyawan Kantor Pos Besar Bandung 40000 yang berjumlah 74 orang sebagai sampel penelitian dengan teknik sampling Jugdmental. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi Pearson, pengujian asumsi klasik, analisis regresi berganda, koefisien determinasi, uji hipotesis, dengan menggunakan bantuan program aplikasi SPSS 13.0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan intrapreneurship karyawan di Kantor Pos Bandung 40000 secara keseluruhan termasuk dalam kriteria baik, namun indikator mendorong terbentuknya tim kerja menunjukkan kriteria kurang baik karena kurangnya penjelasan mengenai penugasan. Begitu pula untuk variabel budaya organisasi termasuk dalam kategori baik, namun indikator indikator misi dan adaptabilitas menunjukkan kriteria kurang baik karena kurangnya respon terhadap klien atau partner. Variabel Produktivitas termasuk ke dalam kategori baik kecuali indikator efektivitas memperoleh tanggapan cukup, hal ini dikarenakan penggunaan waktu yang tidak sesuai dengan jam kerja perusahaan. Intrapreneurship karyawan dan budaya organisasi berdampak positif dan signifikan terhadap produktivitas. Kemudian dampak secara simultan lebih besar dari secara parsial. Hal ini berarti penerapan intrapreneurship dan budaya organisasi sebaiknya memang mempengaruhi secara bersama-sama guna meningkatkan produktivitas.

(3)

v

Still the employees who have not been able to realize his ideas into reality and low employee in working collaboratively to meet the goals of the organization become one of the causes of productivity decline Post Office Bandung 40000. The purpose of this study is to determine the effect of employee intrapreneurship and organizational culture on productivity at the Post Office Bandung 40000.

The method used in this study is qualitative and quantitative methods. The unit of analysis in this study are employees of the General Post Office Bandung 40000, amounting to 74 people as the study sample with Jugdmental sampling techniques. Statistical test used was Pearson's correlation calculation, the classical assumption test, multiple regression analysis, determination coefficient, hypothesis testing, using the help of an application program SPSS 13.0 for Windows.

The results showed that the application of intrapreneurship employees at Pos Office Bandung 40000 as a whole is included in both criteria, but the encourage team work indicators show the criteria was not good, but the indicators led to the formation of work teams showing criteria poorly because of lack of explanation of the assignment. Similarly, for variables including the organizational culture in both categories, but the mission and adaptability indicators show the criteria are less well because of the lack of response to a client or partner. Productivity variables fall into either category unless sufficient indicator of the effectiveness of the response obtained, this is because the use of time does not match the company's working hours. Employee intrapreneurship and organizational culture and a significant positive impact on productivity. Then simultaneously greater impact than partial. This means the application of intrapreneurship and organizational culture should indeed affect together to increase productivity.

(4)

vii

Puji syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT, penulis ucapkan atas

rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyusun

dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Pengaruh Intrapreneurship Karyawan dan Budaya Organisasi Terhadap Produktivitas Pada Kantor Pos Besar Bandung”. Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang S1 pada Program Studi Manajemen

Universitas Komputer Indonesia ( UNIKOM ).

Penulis menyadari keterbatasan, kemampuan, dan pengetahuan yang

dimiliki dalam menyusun skripsi ini, dan banyak kekurangan-kekurangan. Oleh

karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan

sepenuh hati. Semoga skripsi ini akan bermanfaat bagi penulis khususnya dan

semua pihak umumnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak masukan dan dukungan dari

berbagai pihak terutama pembimbing yaitu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,

SE., M.Si selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, dan tak lupa

penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan serta nasihat yang diberikan

(5)

viii setinggi-tinggi nya terutama ditujukan kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Linna Ismawati, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia sekaligus selaku

Penguji I.

4. Dra.Rahma Wahdiniwaty, M.Si dosen Program Studi Manajemen Fakultas

Ekonomi selaku Dosen Wali yang banyak membantu penulis selama

menjadi Mahasiswa.

5. Rizki Zulfikar, SE., M.Si, Koordinator Kemahasiswaan Program Studi

Manajemen selaku Ketua Panitia Sidang Akhir.

6. Windi Novianti, SE.,MM, selaku Koordinator Pendaftaran Sidang.

7. Trustorini Handayani, SE., M.Si selaku Penguji II.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia baik dosen tetap maupun dosen luar biasa

yang telah memberikan ilmu dan perhatiannya kepada penulis.

9. Sekretariat Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi yang banyak

(6)

ix

dari penulis kecil dan sampai dengan sekarang ini, yang selalu dengan

ikhlas mendoakan dan memberi perhatian yang berlimpah, juga dorongan

moril dan material, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

12. Teman-teman MN-1 angkatan 2007 Program Studi Manajemen dan

Rekan-rekan HIMMA yang telah memberi banyak inspirasi.

13. Seluruh pihak yang telah banyak membatu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis mengharapkan penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak dan semoga ALLAH SWT membalas semua pihak yang telah

berjasa kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan dengan pahala yang

berlipat ganda.Jazakumullohu Khoirul Katsiro. Amin

Bandung, Juli 2011

Penulis,

(7)

1

1.1

Latar Belakang Penelitian

Dalam era globalisasi, masalah sumber daya manusia menjadi sorotan

maupun tumpuan bagi perusahaan untuk tetap dapat bertahan. Sumber daya

manusia merupakan peran utama dalam setiap kegiatan perusahaan. Walaupun

banyaknya sarana dan prasarana serta sumber daya, tanpa dukungan sumber daya

manusia kegiatan perusahaan tidak akan berjalan dengan baik. Dengan demikian

sumber daya manusia merupakan kunci pokok yang harus diperhatikan dalam

segala kebutuhannya. Sumber daya manusia akan menentukan keberhasilan

pelaksanaan kegiatan perusahaan. Untuk itu dalam mencapai tujuan organisasi

dibutuhkan produktivitas, kualitas, dan daya saing yang tinggi.

Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur penting penentu

keberhasilan perusahaan. Sumber daya manusia dengan segala potensi yang

dimilikinya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi

perusahaan. Hal tersebut sejalan dengan pengembangan strategi perusahaan agar

dapat memperkokoh posisinya serta pemeliharaan stabilitas perusahaan.

Pengembangan strategi dalam rangka efektivitas perusahaan, seperti

pengembangan usaha dalam bentuk anak perusahaan maupun dalam bentuk

(8)

Salah satu dari Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) adalah PT Pos

Indonesia (Persero) yang merupakan Perusahaan milik Negara dimana

kegiatannya tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai BUMN, PT Pos

Indonesia (Persero) mempunyai misi ganda, disatu pihak sebagai Perusahaan yang

memiliki misi usaha, yaitu harus mampu memupuk kekayaan yang wajar guna

dapat mempertahankan kelangsungan hidup Perusahaan.

Perusahaan ini dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang berskala

menengah, sehingga kompleksitas masalah yang dihadapi manajemen ini akan

mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki

kualitas tertentu. Peran sumber daya manusia sangat penting sebagai sarana untuk

mencapai tujuan perusahaan. Peran tersebut menjadi semakin penting untuk

menciptakan hubungan yang baik antara kepentingan perusahaan dengan

kepentingan karyawan, melalui kebijakan dan kegiatan personalia. Pencapaian

kepentingan antara perusahaan dan karyawan, dari sudut pandang manajemen

sumber daya manusia sendiri tergantung dari bagaimana perusahaan menciptakan

lingkungan kerja yang mendukung pencapaian tujuan.

Produktivitas mutlak diperlukan sebagai faktor pendukung perusahaan

guna menghadapi persaingan yang ketat. Tague (dalam Timpe, 2002) mengatakan

bahwa :

“Kelambatan pertumbuhan produktivitas disebabkan oleh suatu kegagalan

moral organisasi dan merupakan cerminan dari bagaimana cara manajer

(9)

yang berbagi tanggung jawab secara terbuka dan jujur menuntut industri

mereka ke dalam kualitas dan produktivitas.”

Produktivitas merupakan suatu hasil kerja dari seorang karyawan dan

faktor yang sangat mempengaruhi efisien dan efektivitas kelancaran perusahaan

dalam menjalankan usahanya. Hasil kerja karyawan ini merupakan suatu proses

bekerja dari seseorang dalam menghasilkan suatu barang atau jasa.

Berdasarkan wawancara survei awal yang penulis lakukan mengenai

intrapreneurship karyawan, budaya organisasi dan produktivitas terhadap 10

karyawan Kantor Pos Bandung 40000 serta wawancara dengan pemimpin,

penulis menemukan beberapa masalah mengenai intrapreneurship karyawan itu

sendiri. Misalnya masih adanya karyawan yang belum mampu untuk

mewujudkan ide-idenya menjadi kenyataan, dapat beradaptasi dan bekerja secara

efektif dalam situasi yang berbeda. Selain itu pula masih adanya karyawan yang

belum mampu untuk membangun tim kerja dan tim tersebut bekerja dengan

disiplin.

Karyawan Kantor Pos Bandung 40000 juga mempunyai masalah pada

budaya organisasi. Hal itu terlihat dari beberapa masalah yang muncul

diantaranya dari segi misi, karyawan masih belum mampu untuk memberikan

kontribusi untuk keberhasilan organisasi. Selain itu masih rendahnya keterlibatan

karyawan dalam mencapai misi dan bekerja secara kolaboratif untuk memenuhi

tujuan organisasi.

Berdasarkan survei awal wawancara tanggapan responden

(10)

intrapreneurship dan menerapkan budaya organisasi yang kurang tepat akan

berdampak pada kemunduran perusahaan tersebut, sehingga produktivitas

perusahaan pun akan turut mengalami penurunan.

Kantor Pos Bandung 40000 mengalami masalah dengan produktivitasnya,

hal ini diindikasikan dengan terjadinya penurunan pengiriman surat pada tahun

2010. Berikut data pengguna jasa pengiriman surat standar Kantor Pos Bandung

40000 :

Tabel 1.1

Data Pengiriman Surat Standar Kantor Pos Bandung 40000 Tahun 2006 – 2010

No Tahun Jumlah Pengiriman Surat

1 2006 1.850.417 surat

2 2007 1.735.500 surat

3 2008 1.720.125 surat

4 2009 1.614.047 surat

5 2010 1.440.011 surat

Sumber : Data Statistik Surat Standar Kantor Pos Bandung 40000

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah pengiriman surat

standar pada Kantor Pos Bandung 40000 mengalami penurunan yang cukup

signifikan.

Dalam usaha meningkatkan produktivitas perusahaan, salah satu faktor

(11)

ini, intrapreneurship merupakan faktor yang menentukan keberhasilan suatu

usaha. Intrapreneurship dikemukakan oleh Antonic dan Hisrich (2003) :

Intrapreneurship refresh to emergent behavioural intentions and

behaviours that are related to departures from the customary ways of

doing business in existing organizations.”

Jadi intrapreneurship sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam

organisasi yang merupakan jembatan kesenjangan antara ilmu dan keinginan

pasar. Intrapreneurship ditegaskan oleh para karyawan dalam berinisiatif untuk

mencari jalan keluar apabila terjadi suatu masalah.

Namun masih terdapat kecenderungan lemahnya intrapreneurship, hal ini

diindikasikan dengan masih ada karyawan yang pasif dalam bekerja dan

meninggalkan pekerjaannya dengan alasan yang tidak jelas. Apabila karyawan

terus berperilaku seperti ini, maka akan berdampak terhadap produktivitas.

Sementara keberlangsungan suatu usaha selain ditentukan oleh

intrapreneurship karyawan, usaha juga ditentukan oleh budaya organisasi.

Schein (2004) mendefinisikan budaya organisasi sebagai berikut :

“A pattern of shared basic assumptions that the group learned as it solved

its problems of external adaption and internal integration, that has worked

well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new

members as the correct way to perceive, think and feel in relation to those

problems.”

Definisi terdebut menekankan bahwa budaya organisasi merupakan

(12)

ketika mereka belajar mengatasi suatu masalah adaptasi eksternal dan integrasi

internal, yang telah berhasil baik sehingga dianggap sah untuk diajarkan kepada

para anggota baru sebagai cara yang tepat untuk berpikir, melihat, merasakan, dan

memecahkan suatu masalah.

Budaya organisasi yang selama ini dipraktekkan di Kantor Pos Bandung

40000 memperlihatkan adanya kekeluargaan dan kerja tim. Sejalan dengan

penerapan budaya organisasi tersebut, masih terdapat beberapa kelemahan. Nilai

budaya perusahan yang masih dikeluhkan karyawan terutama mengenai perhatian

perusahaan terhadap karyawan, hal ini ditunjukkan dengan keluhan karyawan

mengenai kesejahteraan dan tunjangan-tunjangan yang menurut beberapa

karyawan kurang sepadan dengan pekerjaan yang dijalaninya.

Dari penjelasan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Pengaruh Intrapreneurship Karyawan dan Budaya Organisasi Terhadap Produktivitas Pada Kantor Pos Bandung 40000.”

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa intrapreneurship karyawan dan

budaya organisasi dapat mempengaruhi produktivitas di Kantor Pos Besar

Bandung. Penulis mengidentifikasikan masalah yaitu Kantor Pos Bandung 40000

mengalami penurunan pengiriman surat standar yang terjadi di tahun 2010 sesuai

(13)

1.2.2 Rumusan Masalah

Dalam hal ini penulis membatasi (mengidentifikasi ) masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Intrapreneurship Karyawan pada Kantor Pos Bandung 40000.

2. Bagaimana Budaya Organisasi pada Kantor Pos Bandung 40000.

3. Bagaimana Produktivitas pada Kantor Pos Bandung 40000.

4. Seberapa besar pengaruh Intrapreneurship Karyawan dan Budaya

Organisasi terhadap Produktivitas pada Kantor Pos Bandung 40000. Baik

secara simultan maupun parsial.

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan

menganalisis data mengenai intrapreneurship karyawan dan budaya organisasi

serta pengaruhnya terhadap produktivitas pada Kantor Pos Bandung 40000 yang

diperlukan untuk kepentingan penelitian.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis :

1. Intrapreneurship karyawan Kantor Pos Bandung 40000.

2. Budaya organisasi Kantor Pos Bandung 40000.

(14)

4. Pengaruh intrapreneurship karyawan dan budaya organisasi terhadap

produktivitas Kantor Pos Bandung 40000. Baik secara simultan maupun

parsial.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

1. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan dalam usaha melakukan analisa mengenai

intrapreneurship karyawan, budaya organisasi dan produktivitas.

2. Bagi Karyawan

Diharapkan dapat menambah wawasan mengenai pengaruh

intrapreneurship karyawan dan budaya organisasi terhadap produktivitas.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Bagi Pengembangan Ilmu Manajemen

Kegunaan dari penelitian ini adalah mampu menyumbang khazanah ilmiah

dan kepustakaan baru dalam penelitian sosial. Khususnya dalam bidang

Sumber Daya Manusia (SDM).

Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin mengkaji dalam

(15)

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam memenuhi skripsi ini, penulis melaksanakan penelitian di Kantor Pos

Bandung 40000 yang beralamatkan di JL.Asia Afrika No.49 Bandung 40111.

Tabel 1.2

Rencana dan Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan

Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan

Penelitian 2 Pelaksanaan

Penelitian 3 Pengumpulan

Data

4

Penyusunan Laporan Skripsi 5 Sidang

(16)

10 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Intrapreneurship

2.1.1.1 Pengertian Intrapreneurship

Antonic dan Hisrich (2003) mengemukakan intrapreneurship sebagai

berikut :

Intrapreneurship refers to emergent behavioural intentions and

behaviours that are related to departures from the customary ways of

doing business in existing organizations.”

Definisi tersebut mengungkapkan intrapreneurship sebagai kewirausahaan

yang terjadi di dalam organisasi yang merupakan jembatan kesenjangan antara

ilmu dengan keinginan pasar.

Winardi (2008) mengemukakan intrapreneurship sebagai berikut :

Intrapreneur adalah setiap orang di antara pemimpi yang melaksanakan.”

Definisi tersebut mengungkapkan bahwa intrapreneur adalah orang yang

menerima tanggung jawab langsung guna menciptakan sesuatu inovasi di dalam

sebuah organisasi. Mungkin sang intrepreneur merupakan pencipta, tetapi ia

senantiasa merupakan seorang pemimpi yang mengalihkan sebuah ide menjadi

(17)

Rebecca Harris (2009) mendefinisikan intrapreneur sebagai berikut :

Intrapreneurs are employees within existing corporate structures who are

risk takers.”

Definisi tersebut mengemukakan bahwa intrapreneur adalah karyawan di

perusahaan yang berani untuk mengambil resiko.

Dari kedua definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

intrapreneurship adalah sikap karyawan yang berani mengambil resiko,

menuangkan ide – idenya melalui sebuah inovasi dan bertujuan untuk memajukan

perusahaan.

2.1.1.2 Karakteristik Intrapreneurship

Antonic dan Hisrich (2003) mengemukakan karakteristik intrapreneurship

sebagai berikut :

1. Memahami lingkungan (Understand the environment).

Intrapreneur harus mengerti semua aspek lingkungannya, baik dari lingkungan

intern perusahaan maupun lingkungan ekstern perusahaan.

2. Memilki visi dan dapat menyesuaikan diri (Visionary and flexible).

Intrapreneur harus memilki kemampuan untuk mewujudkan ide-idenya

menjadi kenyataan, dapat beradaptasi dan bekerja secara efektif dalam situasi

(18)

3. Mendorong terbentuknya tim kerja (Encourage team work).

Intrapreneur harus memilki kemampuan untuk membangun tim kerja dan tim

tersebut bekerja dengan disiplin.

4. Mendorong terbentuknya diskusi terbuka (Encourage open discussion).

Intrapreneur harus mengadakan diskusi terbuka dalam usahanya membentuk

tim kerja yang bagus.

5. Membangun koalisi pendukung (Builds a coalition of supporters).

Intrapeneur dapat mencapai tujuannya dengan membangun koalisi untuk

mendukung inovasinya. koalisi dapat terdiri dari pekerja dan manajemen

puncak.

6. Gigih (Persists).

Intrapeneur harus tekun dan gigih dalam bekerja agar tujuan dapat tercapai.

2.1.1.3 Dimensi Intrapreneurship

Antonic dan Hisrich (2003) mengemukakan delapan dimensi

Intrapreneurship, yaitu sebagai berikut :

1. Usaha baru (New Ventures).

Menciptakan unit / divisi atau perusahaan baru.

(19)

Mengejar dan memasuki bisnis baru yang berkaitan dengan produk atau pasar

saat ini.

3. Inovasi produk / jasa (Product / service innovativeness).

Menciptakan produk dan jasa baru.

4. Inovasi proses (Process innovativeness).

Berinovasi di teknik dan proses produksi.

5. Pembaruan diri (Self-renewal).

Reformulasi strategi, reorganisasi, dan perubahan organisasi.

6. Mengambil risiko (Risk taking).

Berani mengambil kesempatan dengan segala risikonya.

7. Aktif (Proactiveness).

Manajemen puncak menjadi panutan bawahannya dalam berinisiatif.

8. Agresivitas bersaing (Competing aggresiveness).

(20)

2.1.1.4 Mengembangkan Intrapreneurship di Perusahaan

Agar intrapreneurship dapat berkembang di dalam suatu perusahaan,

Pinchot (dalam Winardi, 2008) berpendapat bahwa perlu adanya 5 macam “faktor

kebebasan”, yaitu :

1) Seleksi diri.

Perusahaan harus memberikan peluang kepada para inovator untuk

mengemukakan ide-ide mereka, dan bukan menjadikan tanggung jawab

untuk menghasilkan ide-ide baru, tanggung jawab yang ditugaskan kepada

beberapa individu atau kelompok-kelompok tertentu.

2) Jangan ide yang diciptakan di tengah jalan, diserahkan kepada pihak lain.

Setelah ide-ide muncul, para manajer harus membiarkan orang-orang yang

menciptakan ide-ide tersebut melanjutkannya (menerapkannya) dan jangan

menginstruksikannya untuk menyerahkan ide tersebut kepada orang lain.

3) Pihak yang melakukanlah yang mengambil keputusan.

Kepada pihak yang memunculkan ide, perlu diberikan kebebasan tertentu

untuk mengambil keputusan tentang pengembangan dan implementasi ide

tersebut.

4) Perlu diciptakan apa yang dinamakan waktu untuk membantu penciptaan

inovasi

(21)

5) Akhirilah falsafah penemuan “akbar”.

Pada beberapa perusahaan, terlihat gejala bahwa pimpinan puncaknya

hanya berminat pada ide-ide inovatif, yang dapat menciptakan hasil-hasil

luar biasa (dalam kultur demikian intrapreneurship dikekang).

2.1.1.5 Hambatan Intrapreneurship di Perusahaan

Menurut M.E Hill (2003) terdapat delapan hambatan intrapreneurship di

dalam suatu perusahaan, yaitu :

1. Kurangnya penghargaan.

Perusahaan tidak memberikan penghargaan yang layak atas hasil kerja

karyawannya, sehingga karyawan enggan untuk mengeluarkan ide-ide dan

berinisiatif.

2. Hukuman dari kegagalan.

Adanya hukuman bagi karyawan yang mengajukan ide-ide dan

dilaksanakan secara kompeten namun gagal.

3. Cara berpikir yang kuno.

Cara berpikir yang kuno sering berbenturan dengan nilai-nilai

intrapreneurial yang akan dibangun, sehingga menjadi penghalang dalam

(22)

4. Tidak adanya dukungan dari manajemen puncak.

Manajemen puncak tidak siap bawahannya mempunyai mental wirausaha

(mempunyai banyak ide dan inisiatif).

5. Kurangnya percobaan.

Tim intrepreneurship kurang mengadakan percobaan yang lebih

mendalam mengenai produk / jasa inovasi, sehingga hasil yang didapat

pun tidak sesuai harapan.

6. Kurangnya pengetahuan tentang intrapreneurship.

Karyawan kurang memiliki pengetahuan mengenai intrepreneurship

sehingga ide-ide inovatif tidak direalisasikan.

7. Perlawanan terhadap perubahan.

Perusahaan dalam keadaan stabil, sehingga manajemen puncak enggan

untuk melakukan perubahan.

8. Kurangnya bakat intrapreneurial.

Perusahaan memiliki karyawan yang kurang memiliki bakat

intrepreneurial sehingga mereka bekerja berdasarkan deskripsi pekerjaan

(23)

2.1.2 Budaya Organisasi

2.1.2.1 Pengertian Budaya Organisasi

Berikut ini pengertian – pengertian yang dikemukakan oleh beberapa

sumber mengenai budaya organisasi.

Budaya organisasi menurut Robbins (2003) yaitu :

“Budaya perusahaan adalah suatu sistem nilai – nilai yang dirasakan

maknanya oleh seluruh orang dalam organisasi.”

Menurut Kreitner & Kinicki (2009) mendefinisikan budaya organisasi

sebagai berikut :

“Budaya organisasi merupakan bagian nilai – nilai dan kepercayaan yang

mendasari atau menjadi identitas perusahaan atau organisasi.”

Daniel R. Denison (2006) mengemukakan :

“Budaya organisasi adalah nilai – nilai, keyakinan dan prinsip – prinsip

dasar yang merupakan landasan bagi sistem dan praktek – praktek

manajemen serta perilaku yang meningkatkan dan menguatkan prinsip –

prinsip tersebut.”

Menurut Robbins (2001) budaya organisasi adalah :

Organizational culture refers to a system of shared meaning held by

(24)

Definisi tersebut menekankan bahwa budaya organisasi merupakan suatu

sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan

organisasi itu dari organisasi – organisasi lain.

Schein (2004) mendefinisikan budaya organisasi sebagai berikut :

“A pattern of shared basic assumptions that the group learned as it solved

its problems of external adaption and internal integration, that has worked

well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new

members as the correct way to perceive, think and feel in relation to those

problems.”

Definisi tersebut menekankan bahwa budaya organisasi merupakan

pola-pola asumsi dasar yang ditemukan atau dikembangkan oleh sekelompok orang

ketika mereka belajar mengatasi suatu masalah adaptasi eksternal dan integrasi

internal, yang telah berhasil baik sehingga dianggap sah untuk diajarkan kepada

para anggota baru sebagai cara yang tepat untuk berpikir, melihat, merasakan, dan

memecahkan suatu masalah.

Dari beberapa definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

budaya organisasi adalah sesuatu yang tidak tampak dan tidak dapat dirasakan

secara langsung.

2.1.2.2 Karakteristik Budaya Organisasi

Gordon dan Cummins (dalam Andreas Budihardjo, 2003 : 58)

(25)

1. Individual initiative.

Menunjukkan sejauhmana karyawan diberi kebebasan dan tanggung

jawab.

2. Risk tolerance.

Menunjukkan sejauhmana karyawan didorong untuk mengambil risiko.

3. Direction.

Menunjukkan sejauhmana perusahaan menjelaskan tujuan dan prestasi

yang diharapkan.

4. Integration.

Menunjukkan sejauhmana setiap unit perusahaan dikoordinasi dengan

baik.

5. Management support.

Menunjukkan sejauhmana para manajer berkomunikasi dengan jelas dan

mendukung anak buahnya.

6. Control.

Menunjukkan banyaknya peraturan, aturan, penyeliaan yang dilakukan

untuk mengendalikan karyawan.

7. Identitiy.

Menunjukkan sejauhmana karyawan mengidentifikasi dirinya dengan

perusahaan dan bukan pada kelompok.

8. Reward system.

(26)

9. Conflict tolerance.

Menunjukkan sejauhmana konflik dan kritik terbuka diperkenankan.

10. Communication patterns.

Menunjukkan pola komunikasi apakah formal dan hirarkis atau informal

dan lateral.

Daniel R. Denison (2006 : 6-9) dalam jurnal “Diagnosing organizational

culture : Validating a Model and Method” mengemukakan empat karakteristik

budaya organisasi, yaitu :

1. Misi (Misiion).

Sejauh mana organisasi dan anggotanya tahu arah tujuannya, bagaimana

mereka akan ke sana, dan bagaimana setiap individu dapat berkontribusi

untuk keberhasilan organisasi.

2. Keterlibatan (Involvement).

Tingkat dimana individu – individu di semua tingkat organisasi terlibat

dalam mencapai misi dan bekerja secara kolaboratif untuk memenuhi

tujuan organisasi. Keterlibatan, yang mengukur kemampuan perusahaan

untuk mendorong karyawan berkomitmen pada pekerjaan mereka dalam

membangun tanggung jawab.

3. Adaptabilitas (Adaptability).

Kemampuan perusahaan untuk tahu apa yang pelanggan inginkan, dan

(27)

4. Konsistensi (Consistency).

Tingkat konsistensi organisasi dalam mengembangkan pola pikir

mengenai “lakukan” dan “tidak lakukan.”

Fred Lutthans (2002) menyatakan budaya organisasi memiliki enam

karakteristik, yaitu :

1. Peraturan – peraturan perilaku yang harus dipenuhi.

Anggota organisasi saling berinteraksi dengan menggunakan tata cara,

istilah dan bahasa sama yang mencerminkan sikap yang baik dan saling

menghormati.

2. Norma – norma.

Suatu standar yang mengenai perilaku yang ditampilkan termasuk

pedoman tentang apa saja yang harus dilakukan yaitu tidak berlebih tetapi

juga tidak kurang.

3. Nilai – nilai yang dominan.

Adanya nilai-nilai terpenting dalam organisasi yang diharapkan dianut

oleh para anggotanya. Contohnya adalah mutu produk yang tinggi, tingkat

absensi rendah, dan efisiensi yang tinggi.

4. Aturan – aturan.

Terdapat pedoman yang harus ditaati juga bergabung dengan organisasi.

Anggota baru harus mempelajarinya untuk dapat diterima di dalam

(28)

5. Filosofi.

Terdapat kebijakan atau peraturan yang mengarahkan perusahaan tentang

bagaimana memperlakukan karyawan dan atau pelanggan.

6. Iklim organisasi.

Perasaan mengenai perusahaan secara keseluruhan yang dicerminkan oleh

tata letak fisik, cara para anggota berinteraksi, dan cara mereka

berhubungan dengan pelanggan atau lingkungan di luar perusahaan.

2.1.2.3 Fungsi Budaya Organisasi

Fungsi budaya dalam organisasi merupakan kunci untuk mencapai

komitmen, kinerja, dan kemampuan menghasilkan laba dari para anggota

organisasi.

Menurut Stephen P. Robbins (2003) budaya organisasi memiliki beberapa

fungsi, yaitu :

1. Memberikan batasan peran yang menciptakan perbedaan antara budaya

organisasi yang satu dengan yang lain.

2. Memberikan identitas bagi anggota organisasi.

3. Membangun komitmen.

4. Meningkatkan stabilitas sistem sosial.

5. Sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang mempermudah dan

membentuk sikap serta perilaku karyawan.

Budaya organisasi membentuk perilaku manusiadi dalam organisasi.

(29)

tingkat organisasi, maka budaya juga sangat mempengaruhi stabilitas

organisasi untuk mengubah arah strategisnya. Budaya yang kuat tidak hanya

dapat membantu kelangsungan hidup, tetapi juga menciptakan dasar bagi

posisi bersaing yang superior.

2.1.3 Produktivitas

2.1.3.1 Konsep Produktivitas

Produktivitas merupakan suatu elemen yang penting di dalam perusahaan

karena dapat menggambarkan bagaimana kondisi kinerja suatu perusahaan.

Apalagi seiring dengan zaman globalisasi ini yang sering disebut juga dengan

zaman perubahan yang sangat cepat. Menyikapi tantangan tersebut, manajemen

perusahaan harus jeli mengamati tiap perubahan yang terjadi, lalu melakukan

berbagai upaya di dalam perusahaan untuk meningkatkan kinerja. Upaya untuk

menjadikan kinerja perusahaan lebih baik dibandingkan kondisi sebelumnya dan

menjadikan masa mendatang lebih baik dari kondisi saat ini secara filosofi lebih

sering dikenal dengan sebutan produktivitas.

Produktivitas memiliki arti tersendiri yang diambil dari kata “productiv

yang artinya sesuatu yang mengandung potensi untuk digali sehingga dapat

disimpulkan produktivitas adalah sesuatu proses kegiatan yang terencana yang

digunakan untuk menggali potensi yang ada di dalam sebuah komoditi/objek. Di

(30)

sehingga proses produksi berlangsung sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

dengan segala implikasi terutama implikasi biaya.

Di dalam produktivitas memiliki konsep produktivitas yang dapat dilihat

dari dua dimensi, yaitu dimensi individu dan dimensi keorganisasian. Dimensi

individu melihat produktivitas dalam kaitannya dengan karakteristik –

karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam bentuk sikap mental dan

mengandung makna keinginan dan upaya individu yang selalu berusaha untuk

meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan dimensi keorganisasian melihat

produktivitas dalam kerangka hubungan teknis antara masukan (input) dan

keluaran (output).

Kedua pengertian produktivitas tersebut mengandung cara atau metode

pengukuran tertentu yang secara kenyataannya sukar untuk dilakukan. Kesulitan –

kesulitan itu dikarenakan, pertama karakteristik – karakteristik kepribadian

individu bersifat kompleks, sedangkan yang kedua disebabkan masukan sumber

daya bermacam – macam dan dalam proporsi yang berbeda – beda. Oleh sebab

itu, perusahaan harus pintar-pintar untuk menjalankannya supaya mencapai

produktivitas yang tinggi.

2.1.3.2 Pengertian Produktivitas

Greenberg (dalam Sinungan, 2005) menyatakan definisi produktivitas

sebagai berikut :

“Perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi

(31)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa produktivitas adalah suatu

perbandingan antara hasil keluaran dengan hasil masukan. Maksud hasil masukan

disini dapat dilihat dari pemakaiannya yang dibandingkan dengan hasil yang

dicapai. Sedangkan hasil keluaran disini dapat dilihat dari jumlah produksi yang

dapat dihasilkan dengan waktu tertentu.

Whitmore (dalam Sedarmayanti, 2001) mengungkapkan definisi

produktivitas sebagai berikut :

Productivity is a measure of the use of the resource of an organization

and is usually expressed as a ratio of the output obtained by the use

resources to the amount of the resourcesemployed.

Definisi tersebut menyatakan bahwa produktivitas sebagai suatu ukuran

atas penggunaan sumber daya dalam suatu organisasi yang biasanya dinyatakan

sebagai rasio dari keluaran yang dicapai dengan sumber daya yang digunakan.

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

produktivitas adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai hal yang maksimal.

Oleh karena itu untuk mengukur produktivitas, tidak hanya dapat dilihat dari

aspek kuantitasnya saja tetapi juga dari aspek kualitas, yaitu sikap pegawai

terhadap pekerjaan, kemampuan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan, dan

lain sebagainya. Selanjutnya pemahaman tentang produktivitas, dihubungkan

dengan organisasi untuk melihat apakah tujuan yang ingin dicapai dapat

(32)

2.1.3.3 Dimensi Produktivitas

Whitmore (dalam Sedarmayanti, 2001) menyatakan dimensi produktivitas

terbagi atas :

1. Efektivitas.

Berkaitan dengan pencapaian target yang maksimal dan berkaitan juga

dengan kualitas, kuantitas, dan waktu.

2. Efisiensi.

Berkaitan dengan perbandingan antara masukan dan realisasi penggunaan.

2.1.3.4 Pengukuran Produktivitas

Di dalam produktivitas terdapat suatu pengukuran yang dapat digunakan

untuk mengukur tinggi rendahnya produktivitas. Secara umum menurut

Muchdarsyah Sinungan (2005) pengukuran produktivitas dibedakan dalam tiga

jenis yang sangat berbeda yaitu antara lain :

1. Perbandingan – perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan

pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan

sekarang ini memuaskan, namun hanya mengetengahkan apakah

meningkat atau berkurang serta tingkatannya.

2. Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi,

proses) dengan lainnya. Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian

(33)

3. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya dan inilah yang

terbaik sebagai memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan.

2.1.3.5 Manfaat Peningkatan Produktivitas

Perusahaan mengalami manfaat yang beragam dengan adanya peningkatan

produktivitas. Terutama dapat terlihat dalam bidang sumber daya manusia.

Menurut Sedarmayanti (2001) manfaat peningkatan produktivitas dalam bidang

sumber daya manusia antara lain :

1. Meningkatnya pendapatan (income) dan jaminan sosial lainnya.

Hal ini dapat dilihat dari memperbesarnya kemampuan (daya) karyawan

untuk membeli barang atau jasa ataupun keperluan hidup sehari-hari,

sehingga kesejahteraan para karyawan akan lebih baik dan sisanya akan

disimpan untuk digunakan investasi dikemudian hari.

2. Meningkatnya hasrat dan martabat serta pengakuan terhadap prestasi

individu.

Hal ini dapat dilihat dari keinginan yang besar dari masing-masing

individu untuk terus berprestasi.

3. Meningkatkan motivasi kerja dan keinginan berprestasi.

Hal ini dapat dilihat dari para karyawan lebih giat dalam bekerja dan

(34)

2.1.4 Keterkaitan Intrapreneurship Karyawan dan Budaya Organisasi Terhadap Produktivitas

2.1.4.1Hubungan Intrapreneurship Karyawan Dengan Produktivitas

Begitu pentingnya intrapreneurship terhadap produktivitas, dikemukakan

oleh Rebecca Haris (2009) :

Intrapreneurship memiliki karakteristik wirausaha dan diaplikasikan di

dalam sebuah organisasi dimana anggota organisasi tersebut dapat

menyalurkan bakatnya sehingga produktivitas dan inovasi dapat

meningkat.”

2.1.4.2Hubungan Budaya Organisasi Dengan Produktivitas

Penerapan budaya organisasi yang tepat dapat mempengaruhi

produktivitas, dikemukakan oleh Tague (dalam Timpe, 2002) :

“Kelambatan pertumbuhan produktivitas disebabkan oleh suatu kegagalan

organisasi dan merupakan cerminan dari bagaimana cara manajer dan

para pekerja memandang organisasi mereka. Organisasi – organisasi yang

berbagi tanggung jawab secara terbuka dan jujur menuntut industri mereka

(35)

2.2 Kerangka Pemikiran

Membangun intrapreneurship di suatu perusahaan akan membuat

karyawan efektif dalam bekerja. Intrapreneur bertanggung jawab terhadap inovasi

yang ada di perusahaan, intrapreneur membantu karyawan yang mempunyai

ide-ide bagus menyalurkan sumber daya perusahaan untuk membangun produk –

produk yang lebih unggul.

Keberhasilan menerapkan intrapreneurship karyawan di suatu perusahaan

tidak akan terlepas dari budaya organisasi yang dimiliki oleh perusahan tersebut.

Budaya organisasi merupakan pola-pola asumsi dasar yang ditemukan atau

dikembangkan oleh sekelompok orang ketika mereka belajar mengatasi suatu

masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang telah berhasil baik

sehingga dianggap sah untuk diajarkan kepada para anggota baru sebagai cara

yang tepat untuk berpikir, melihat, merasakan, dan memecahkan suatu masalah.

Pada kenyataannya, seringkali ditemui nilai-nilai karyawan tertentu yang

dilakukan sehari – hari dan menjadi kebiasaan. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat

pemahaman atau persepsi karyawan terhadap nilai – nilai yang berlaku serta

menjadi acuan karyawan dalam melaksanakan pekerjaan.

Nilai – nilai yang memiliki makna bersama yang dianut oleh karyawan

dalam organisasi menjadi budaya organisasi. Budaya organisasi ini akan

mempengaruhi penilaian dan persepsi karyawannya terhadap organisasi tempat

(36)

Jika suatu perusahaan melakukan intrapreneurship dan menerapkan

budaya organisasi yang tepat akan berdampak pada kemajuan perusahaan

tersebut, sehingga produktivitas perusahaan pun akan turut mengalami

peningkatan.

Begitu pentingnya intrapreneurship terhadap produktivitas, dikemukakan

oleh Rebecca Haris (2009) :

Intrapreneurship memiliki karakteristik wirausaha dan diaplikasikan di

dalam sebuah organisasi dimana anggota organisasi tersebut dapat

menyalurkan bakatnya sehingga produktivitas dan inovasi dapat

meningkat.”

Sedangkan penerapan budaya organisasi yang tepat dapat mempengaruhi

produktivitas, dikemukakan oleh Tague (dalam Timpe, 2002) :

“Kelambatan pertumbuhan produktivitas disebabkan oleh suatu kegagalan

organisasi dan merupakan cerminan dari bagaimana cara manajer dan para

pekerja memandang organisasi mereka. Organisasi – organisasi yang

berbagi tanggung jawab secara terbuka dan jujur menuntut industri mereka

ke dalam kualitas dan produktivitas.”

Produktivitas merupakan suatu elemen yang penting di dalam perusahaan

(37)

Untuk memperjelas pengaruh intrapreneurship karyawan dan budaya

organisasi terhadap produktivitas dapat dilihat pada gambar 2.3

Variabel dalam model terdiri dari variabel dependent yaitu produktivitas

dan variabel independent yaitu intrapreneurship karyawan dan budaya organisasi.

Pengaruh variabel independent intrapreneurship karyawan terhadap variabel

dependent produktivitas bersifat positif sesuai dengan pendapat Rebecca Haris.

Pengaruh variabel independent budaya organisasi terhadap variabel dependent

produktivitas bersifat positif sesuai dengan pendapat Tague ( dalam Timpe).

Pada tabel 2.2 dibawah ini peneliti paparkan hasil penelitian terdahulu

berikut penjelasan mengenai persamaan serta perbedaan dengan penelitian

sebelumnya :

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Kesimpulan Perbedaan Persamaan

(38)
(39)
(40)
(41)

Berdasarkan kerangka pemikiran dan hasil pemikiran yang telah peneliti

jabarkan diatas, maka dapat digambarkan dalam paradigma kerangka pemikiran

seperti terlihat dibawah ini :

2009 (Rebecca Haris, 2009)

(Tague dalam Timpe, 2002)

Gambar 2.3

Paradigma Kerangka Pemikiran

Pengaruh Intrapreneurship dan Budaya Organisasi Terhadap Produktivitas

(42)

2.3 Hipotesis

Definisi hipotesis menurut Sugiyono (2010:64) sebagai berikut :

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan”

Jawaban dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta – fakta yang

diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai

jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian.

Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran yang telah disampaikan

sebelumnya, maka peneliti mengemukakan hipotesis penelitian“ intrapreneurship

dan budaya organisasi berpengaruh terhadap produktivitas secara parsial dan

(43)

37 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan tujuan tertentu

mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif. Pengertian objek

penelitian menurut Sugiyono (2005:32) adalah sebagai berikut :

“Objek Penelitian merupakan Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.”

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian

digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu. Objek

yang penulis gunakan dalam penelitian adalah intrapreneurship dan budaya

organisasi serta produktivitas. Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Pos Besar

Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara penulis dalam menganalisis data.

Pengertian dari Metode Penelitian adalah sebagai berikut:

Menurut Sugiyono (2010:2) menjelaskan bahwa:

“Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa merupakan cara

(44)

dengan maksud mendapatkan fakta dan kesimpulan agar dapat memahami,

menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan. Metode penelitian juga

merupakan cara kerja untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi

sasaran.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan

metode verifikatif. Metode deskriptif dapat digunakan untuk menjawab tujuan

penelitian point kesatu dan kedua. Nazir (2003:54) mengatakan bahwa :

”Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu

kelas peristiwa pada masa sekarang, dengan tujuan membuat deskripsi, gambaran

atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat

serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.”

Sedangkan menurut Sugiyono (2006:16) mengatakan bahwa : “metode

verifikatif adalah metode yang digunakan untuk memilih metode penelitian,

menyusun instrumen penelitian, mengumpulkan data dan menganalisanya”.

Metode verifikatif juga digunakan untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesis,

sehingga metode verifikatif ini digunakan untuk menjawab penelitian poin ketiga,

yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh intrapreneurship karyawan dan

budaya organisasi terhadap produktivitas. Dengan metode ini dapat diketahui

berapa besarnya pengaruh variabel-variabel independen yang mempengaruhi

(45)

Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah

yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan di

kumpulkan, diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori

yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan dapat ditarik kesimpulan.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan penelitian

agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis serta efektif.

Desain penelitian menurut Moh. Nazir (2005:84), “Desain penelitian adalah

semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”

Adapun pengertian dari desain penelitian menurut Husein Umar

(2000:54-55) adalah “Desain penelitian merupakan rencana dan struktur

penyelidikan yang dibuat sedemikian rupa agar diperoleh jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan penelitian.”

Demikian halnya Umi Narimawati (2010:30) mengatakan bahwa desain

penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh seorang

peneliti, dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan

pada waktu tertentu. Tahapan atau langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian,

selanjutnya dapat ditetapkan judul yang akan diteliti. Dalam penelitian ini

permasalahan yang terjadi difokuskan pada faktor penentu produktivitas yang

dipengaruhi oleh intrapreneurship dan budaya organisasi yang terdapat di

(46)

2. Mengidentifikasi masalah yang terjadi. Dalam penelitian ini permasalahan

yang berhasil diidentifikasi antara lain adalah adanya penurunan pengiriman

surat, yang salah satu penyebab produktivitas yang cenderung menurun.

3. Menetapkan rumusan masalah. Rumusan masalah merupakan suatu

pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Seberapa

besar pengaruh intrapreneurship dan budaya organisasi terhadap

produktivitas pada Kantor Pos Besar Bandung.

4. Menetapkan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh, intrapreneurship dan budaya organisasi terhadap

produktivitas pada Kantor Pos Besar Bandung.

5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori.

Penulis menetapkan hipotesis dalam penelitian ini: intrapreneurship dan

budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap produktivitas pada Kantor

Pos Besar Bandung.

6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang

digunakan. Dalam penelitian ini konsep intrapreneurship mengacu kepada

pendapat Antonic dan Hisrich (2003), budaya organisasi mengacu kepada

pendapat Daniel R. Denison (2006) selanjutnya produktivitas mengacu

kepada pendapat Whitmore (dalam Sedarmayanti, 2001).

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan

(47)

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, kuesioner,

dokumentasi dan, wawancara.

8. Melakukan analisis data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan

metode analisis statistik inferensial. Metode deskriptif dan Verifikatif, dan

analisis regresi berganda.

9. Melaporkan hasil penelitian. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan

paradigma hubungan dua variable bebas secara parsial / bersamaan mampu

mempengaruhi variabel terikat.

Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desain Penelitian 3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Pengertian variabel menurut Sugiyono (2010: 31) adalah “sesuatu hal yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.”

Sedangkan definisi operasionalisasi variabel menurut Nur Indriantoro

(2002:69) sebagai berikut:

“Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi

variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu

Intrapreneurship

(X1)

Budaya Organisasi (X2)

(48)

dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct,

sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi

pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara

pengukuran construct yang lebih baik.”

Operasionalisasi variabel diperlukan dalam menentukan jenis, indikator,

serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam suatu penelitian, sehingga

pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar.

1. Variabel Bebas / Independent (variabel X)

Sugiyono (2010:33) mengemukakan bahwa, “Variabel bebas adalah

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel terikat (dependen)”.

Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang dapat

mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang diukur,

dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan

suatu gejala yang diobservasi.

Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini ada dua, pertama (X1)

adalah intrapreneurship karyawan dan kedua (X2) adalah budaya organisasi.

a. Intrapreneurship (X1)

Antonic dan Hisrich (2003) mengemukakan intrapreneurship sebagai

berikut :

Intrapreneurship refers to emergent behavioural intentions and behaviours that

are related to departures from the customary ways of doing business in existing

(49)

Definisi tersebut mengungkapkan intrapreneurship sebagai kewirausahaan yang

terjadi di dalam organisasi yang merupakan jembatan kesenjangan antara ilmu

dengan keinginan pasar.

b. Budaya Organisasi (X2)

Daniel R. Denison (2006) mengemukakan :

“Budaya organisasi adalah nilai – nilai, keyakinan dan prinsip – prinsip

dasar yang merupakan landasan bagi sistem dan praktek – praktek

manajemen serta perilaku yang meningkatkan dan menguatkan prinsip –

prinsip tersebut.”

2. Variabel tergantung / Dependent (Variabel Y)

Variabel tergantung adalah variabel yang memberikan reaksi/respon jika

dihubungkan dengan variabel bebas. Menurut Sugiyono (2010:39), “Variabel

terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas”.

(50)

Berdasarkan uraian di atas, operasionalisasi variabel penelitian ini dapat

dijelaskan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

VARIABEL KONSEP

VARIABEL

INDIKATOR UKURAN SKALA NOMOR

(51)

serta perilaku

Efektivitas - Pemakaian alat tulis kantor,

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Jenis data yang digunakan peneliti pada penelitian mengenai pengaruh

intrapreneurship dan budaya organisasi terhadap produktivitas adalah data primer

(52)

Menurut Sugiyono (2009:137) menjelaskan data primer sebagai berikut:

“Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data.”

Menggunakan data primer karena peneliti mengumpulkan sendiri

data-data yang dubutuhkan yang bersumber langsung dari objek pertama yang akan

diteliti. Setelah data-data terkumpul, data tersebut akan diolah sehingga akan

menjadi sebuah informasi bagi peneliti tentang keadaan objek penelitian. Data

primer dalam penelitian ini adalah hasil observasi, kuesioner, dan hasil

wawancara, Sedangkan menurut Sugiyono (2009:137) data sekunder adalah:

“Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data.”

Menggunakan data sekunder karena peneliti mengumpulkan informasi dari

data yang telah diolah oleh pihak lain, yaitu informasi mengenai masalah-masalah

pada Kantor Pos Besar Bandung.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Adapun Teknik Penentuan data terbagi menjadi dua bagian, yaitu populasi

dan sampel. Pengertian dari populasi dan sampel itu sendiri adalah sebagai

berikut:

1. Populasi Penelitian

Adapun Pengertian populasi menurut Sugiyono (2006:72) mengemukakan

(53)

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”

Berdasarkan pengertian di atas, populasi merupakan obyek atau subyek

yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan

dengan masalah dalam penelitian maka yang menjadi populasi sasaran dalam

penelitian ini adalah Karyawan Kantor Pos Besar Bandung, seluruhnya berjumlah

279 karyawan.

2. Sampel

Bila jumlah populasi besar dan tidak mungkin dilakukan penelitian terhadap

seluruh anggota populasi maka dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi tersebut. Sugiyono (2010:81) memaparkan bahwa, “Sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Selanjutnya untuk menentukan teknik pengambilan sampel dari populasi

menggunakan metode jugdmental ( aakr et.al, 2004).

Metode penarikan sampel juga dilakukan karena untuk pengisian kuesioner

ini yang akan dijadikan responden adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Karyawan yang memahami intrapreneurship dan budaya organisasi.

2. Sudah memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun.

(54)

Penentuan sampel minimal mengacu kepada pendekatan Slovin, pendekatan

ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan : n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = batas kesalahan yang ditoleransi ( 1%, 5%, 10% )

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diketahui sampel yang akan

diambil dalam penelitian ini melalui perhitungan berikut :

= 73.6 = 74

Dengan demikian, sampel dalam penelitian ini berjumlah 74 karyawan.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung diperusahaan yang menjadi

objek penelitian. Data yang diperoleh merupakan data primer yang diperoleh

(55)

a. Observasi (Pengamatan Langsung)

Dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke perusahaan

Kantor Pos Besar Bandung untuk memperoleh data yang diperlukan.

b. Wawancara Langsung

Teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung

kepada pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti. Dalam hal

ini penulis melakukan wawancara ke bagian yang berkaitan yaitu

mengenai intrapreneurship dan budaya organisasi terhadap produktivitas.

c. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara mencatat data yang berhubungan dengan

masalah yang akan diteliti dari dokumen-dokumen yang dimiliki

perusahaan. Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan memperoleh data

mengenai pengaruh intrapreneurship dan budaya organisasi, pengaruhnya

produktivitas, dan informasi-informasi lain yang diperlukan.

2. Kuesioner

Merupakan teknik pengumpulan data melalui formulir yang berisikan

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau

sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban, tanggapan dan informasi

yang diperlukan oleh peneliti. Peneliti memberikan kuesioner yang berisi

beberapa pertanyaan yang terkait dengan pengaruh intrapreneurship dan

budaya organisasi terhadap produktivitas pada Kantor Pos Besar Bandung.

Teknik pengolahan data hasil kuesioner menggunakan skala likert dimana

(56)

atas jawaban pertanyaan, baik mengenai Intrapreneurship dan budaya

organisasi (independent), maupun Produktivitas (dependent). Karena data

ini berskala ordinal, maka selanjutnya nilai-nilai dari alternatif tersebut

dijumlahkan untuk setiap responden. Sugiyono (2006:89), mengatakan

bahwa jawaban responden diberi skor dengan menggunakan skala likert,

seperti terdapat pada tabel berikut :

Tabel 3.2 Skala Likert

Jawaban Skala Nilai

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Ragu-Ragu 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Sumber : Sugiyono (2006:89)

3. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku di perpustakaan

seperti Buku Manajemen Sumber Daya Manusia dan tulisan-tulisan yang

berkaitan dengan masalah-masalah yang akan diteliti oleh penulis.

3.2.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Sebelum melakukan pengolahan data, terlebih dahulu data yang

dikumpulkan melalui kuesioner diuji melalui pengujian data yaitu uji validitas dan

(57)

dengan cepat dan tepat, maka pengolahan data menggunakan sarana komputer

yaitu aplikasi program SPSS 12.0.

3.2.4.1 Uji Validitas

Menurut Cooper (2006:720) validitas adalah ”Validity is a characteristic

of measuraenment concerned with the extent that a test measures what the

researcher actually wishes to measure”.

Berdasarkan definisi diatas, maka validitas dapat diartikan sebagai suatu

karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test

(kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk

diukur. Suatu alat ukur disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya

dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur.

Pengujian ini dilakukan untuk menguji kesahihan setiap item pernyataan

dalam mengukur variabelnya. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara mengkorelasikan skor masing-masing pertanyaan yang ditujukan

kepada responden dengan total skor untuk seluruh item.

Teknik korelasi yang digunakan untuk menguji validitas butir pernyataan

dalam penelitian ini adalah korelasi person product moment dengan rumus

(58)

Keterangan :

r = Koefisien korelasi

X = Intrapreneurship karyawan dan Budaya organisasi

Y = Produktivitas

n = Banyaknya sampel

Apabila nilai koefisien korelasi butir item pernyataan yang diuji lebih

besar dari 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa item pernyataan tersebut

merupakan konstruksi (construct) yang valid.

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas

Variabel Pertanyaan Koef Validitas Titik Kritis Kesimpulan

(59)

3.2.4.2. Uji Reliabilitas

Menurut Cooper (2006:716) reliabilitas adalah ”Reliability is a characteristic

of measurenment concerned with acuracy, precision, and consistency”.

Berdasarkan definisi tersebut, maka reliabilitas dapat diartikan sebagai suatu

karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian dan kekonsistenan.

Pengujian ini dilakukan terhadap butir pertanyaan yang termasuk dalam

kategori valid. Pengujian reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan internal consistency, yaitu dilakukan dengan cara mencobakan instrumen

sekali saja, kemudian dianalisis dengan menggunakan suatu teknik perhitungan

reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menguji keandalan kuesioner pada

penelitian ini adalah metode split-half dari Spearman-Brown dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membagi pertanyaan menjadi belah dua yaitu item ganjil dan genap

2. Skor untuk masing-masing pertanyaan pada tiap belahan dijumlahkan

sehingga menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden

3. Mengkorelasikan skor total satu dengan skor total dua dengan korelasi

pearson product moment

4. Mencari reliabilitas untuk keseluruhan pertanyaan dengan rumus Spearman

Brown sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono, 2009 2rb

ri =

(60)

Keterangan:

ri = reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.

Sekumpulan butir pertanyaan dalam kuesioner dapat diterima jika

memiliki nilai koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,7.

Tabel 3.4

Standar Penilaian Koefisien Validitas dan Reliabilitas

Criteria Reliability Validity

Good 0,80 0,50

Acceptable 0,70 0,30

Marginal 0,60 0,20

Poor 0,50 0,10

Sumber: Barker et al, 2002; 70

Tabel 3.5

Hasil Korelasi 2 Belahan (instrumen ganjil dan genap) Untuk Variabel X1 (Intrapreneurship Karyawan)

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 13.0 For Windows, dapat diketahui

(61)

Apabila angka hasil korelasi tersebut dimasukkan dalam rumus Spearman Brown,

maka hasilnya adalah sebagai berikut:

596

Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa besarnya

tingkat reabilitas adalah 0,747 dan variabel independent tersebut sudah reliabel

karena sekumpulan butir pernyataan yang mengukur variabel dapat diterima jika

memiliki koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,70 (Barker et al,

2002;70). Oleh karena instrument independent yaitu intrapreneurship karyawan

sudah valid dan reliabel, maka semua instrument dalam variabel independent

dapat dijadikan sebagai dasar pengukuran dalam penelitian tentang pengaruh

intrapreneurship karyawan dan budaya organisasi terhadap produktivitas.

Tabel 3.6

Hasil Korelasi 2 Belahan (instrumen ganjil dan genap) Untuk Variabel X2 (Budaya Organisasi)

Gambar

Tabel 2.2
Gambar 2.3 Paradigma Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

peringati 1000 hari gempa dengan labuhan dan umbul

Warga desa mempersepsikan anggapan kekerasan dalam rumah tangga masalah pribadi, ketimpangan relasi laki-laki dan perempuan, ketergantungan istri terhadap suami, sikap abai

Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku telah mengharamkan perbuatan keji yang nampak dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar,

Terdapat penelitian yang mengatakan bahwa ODD frekuensinya dapat berkurang saat memasuki middle childhood, namun akan meningkat kembali di masa remaja.(Lahey, McBurnett, &

Dari hasil simulasi model ruang panggang oven dengan menggunakan program COSMOSFloWorks diketahui bahwa, model desain ruang panggang yang terbaik adalah desain ruang panggang

Berkendara di jalan raya perlu sikap waspada dan konsentrasi yang tinggi, melakukan persiapan standar berkendara dan mematuhi peraturan lalu lintas, terutama kendaraan roda

Berdasarkan uraian diatas maka muncul beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian pada penelitian ini yaitu: (1) bagaimana profil individu dan profil usaha wanita

Pada kesempatan yang baik ini, tak lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat dan pemikiran dalam penulisan