• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Abu Kerak Boiler Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Campuran Semen Pada Beton

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemanfaatan Abu Kerak Boiler Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Campuran Semen Pada Beton"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN ABU KERAK BOILER CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI CAMPURAN SEMEN PADA BETON

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

PORDINAN SIREGAR 040801007

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN

Judul : PEMANFAATAN ABU KERAK BOILER

CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI CAMPURAN SEMEN PADA BETON

Kategori : SKRIPSI

Nama : PORDINAN SIREGAR

Nomor Induk Mahasiswa : 040801007

Program Studi : SARJANA (S1) FISIKA

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

Diluluskan di

Medan, September 2008

Diketahui Oleh,

Ketua Departemen Fisika Pembimbing

Dr. Marhaposan Situmorang Drs.Aditia Warman,M.Si

(3)

PERNYATAAN

PEMANFAATAN ABU KERAK BOILER CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI CAMPURAN SEMEN PADA BETON

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, September 2008

(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah kurnia-Nya kertas kajian ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Drs. Aditia Warman,M.Si selaku pembimbing Akademik, Bapak Bagus Giri, ST selaku pembimbing di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Brigjen Katamso serta kepada Bapak Subandi serta saudara Tami sebagai pembimbing di Teknik Sipil Universitas Sumatera Uatara (USU) pada penyelesaian skripsi ini yang telah memberikan panduan kepada saya untuk menyempurnakan kajian ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Dr. Marhaposan Situmorang dan Dra. Justinon, M.Si., Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, dan semua Dosen pada Departemen Fisika FMIPA USU, Pegawai di FMIPA USU, rekan-rekan mahasiswa khususnya stambuk 2004, yang turut serta membantu dalam penyelesaian kajian ini.

(5)

ABSTRAK

(6)

ABSTRAC

(7)

DAFTAR ISI

BAB II Tinjauan Pustaka

(8)

BAB III Metodologi Penelitian

3.3 Pengujian Sampel 3.3.1 Sifat Mekanik

3.3.1.1 Kuat Tekan (Compresive Strength) 30 3.3.2 Sifat Fisis

3.3.2.1 Penyerapan Air (Water Absorbtion) 30

3.3.2.2 Porositas 31

BAB IV Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Pengujian Kuat Tekan (Compresive Strength) 32 4.1.2 Pengujian Penyerapan Air (Water Absorbtion) 34

4.1.3 Pengujian Porositas 34

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengujian Kuat Tekan (Compresive Strength) 36 4.2.2 Pengujian Penyerapan Air (Water Absorbtion) 37

4.2.3 Pengujian Porositas 38

BAB V Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 39

5.2 Saran 40

Daftar Pustaka 41

Lampiran

Lampiran 1.Hasil Analisis Laboratorium

Abu Kerak Boiler Cangkang Kelapa Sawit 42 Lampiran 2. Proporsi Campuran Beton (Teknik Sipil USU) 43

Lampiran 3.Rencana Komposisi Beton Silinder 44

Rencana Komposisi Beton Kubus 46

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kelas dan Mutu beton 8

Tabel 2.2 Komposisi Kimia Abu Kerak Boiler Cangang Kelapa Sawit 14

Tabel 2.3 Jenis-jenis Semen Portland 15

Tabel 2.4 Persyaratan Jumlah Semen Minimum

dan Faktor Air Semen (FAS) Maksimum Untuk Berbagai Macam

Pembetonan Dalam Lingkungan Khusus 16

Tabel 2.5 Persyaratan Kimia Pozzolan 17

Tabel 2.6 Persyaratan Gradasi Untuk Agregat

Pada Beton Berbobot Normal (ASTM C-33) 19

Tabel 3.1 Komposisi Adukan Beton Rencana 23

Tabel 3.2 Data Perbandingan Komposisi Benda Uji Beton Silinder 24 Tabel 3.3 Data Perbandingan Komposisi Benda Uji Beton Kubus 24 Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Tekanan Beton (Compresive Strength) 33 Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Penyerapan Air (Water Absorption)

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kelapa Sawit dan Hasilnya 10

Gambar 2.2 Skema Boiler 12

Gambar 4.1 Grafik Tekanan Beton (MPa) Terhadap Persentase Campuran

Abu Kerak Boiler Cangkang Kelapa Sawit (%) 36 Gambar 4.2 Grafik Penyerapan Air (%)

Terhadap Persentase Campuran

Abu Kerak Boiler Cangkang Kelapa Sawit (%) 37 Gambar 4.3 Grafik Porositas Air (%)

Terhadap Persentase Campuran

(11)

ABSTRAK

(12)

ABSTRAC

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang banyak digunakan dalam

pelaksanaan struktur bangunan modern. Beton diperoleh dengan cara mencampurkan

semen portland, air dan agregat dan kadang-kadang bahan tambah (admixture) yang

berupa bahan kimia, serat, bahan non kimia dengan perbandingan tertentu.

Penggunaan beton pada dasarnya memiliki keunggulan-keunggulann diantaranya

memiliki kuat tekan yang tinggi, perawatan dan pembentukan yang mudah, serta

mudah mendapatkan bahan penyusunnya. Berbagai upaya telah dilakukan penelitian

guna memperoleh kemajuan dalam teknologi beton yakni penambahan bahan

admixture yang bertujuan mengurangi pemakaian semen agar lebih ekonomis, namun

tidak menghilangkan sifat dari karakteristik beton itu sendiri. Upaya yang telah

dilakukan tersebut adalah pemanfaatan terhadap limbah buangan agrikultur dan

industri yang tidak digunakan semaksimal mungkin.

Berdasarkan data didunia, Indonesia merupakan salah satu negara agraris

yang terbesar di dunia yang memiliki kekayaan alam dari struktur perkebunan

diantaranya adalah perkebunan kelapa sawit. Hampir seluruh daerah di Indonesia

memiliki lahan kelapa sawit yang luas dan tidak menutup kemungkinan limbah kelapa

sawit akan melimpah pula.

Produksi minyak kelapa sawit khususnya di Indonesia yang terus meningkat

membawa dampak terhadap peningkatan limbah dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS).

Sejauh ini sebagian limbah kelapa sawit telah dimanfaatkan semaksimal mungkin

diantaranya diproduksi menjadi pupuk kompos dan beberapa industri papan telah

memanfaatkan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), pelepah serta batang pohon

(14)

satu limbah dari pabrik kelapa sawit yaitu Abu Kerak Boiler Cangkang Kelapa Sawit

yang terdapat pada mesin boiler sebagai penguat campuran semen.

Salah satu alternatif yang telah dicoba yaitu peningkatan kualitas dari beton

dengan penggunaan berbagai jenis bahan alam sebagai bahan tambah maupun bahan

pengganti yang mampu memberi konstribusi kekuatan pada beton. Dalam hal

penyediaan bahan material yang memenuhi persyaratan inilah yang sering timbul

masalah, dimana saat ini ditentukan kondisi semakin tidak mudah dan semakin

membutuhkan biaya yang besar dalam pengadaan bahan material yang dimaksud.

Sehingga mulailah muncul banyak pemikiran untuk pengadaan bahan material

alternatif sebagai pengganti dari material yang lazim digunakan

Abu kerak boiler cangkang kelapa sawit adalah abu yang telah mengalami

proses penggilingan dari kerak pada proses pembakaran cangkang dan serat buah pada

suhu 500 – 700 oC pada dapur tungku boiler yang dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), dari pembakaran tersebut diperoleh kerak boiler.

Abu kerak boiler cangkang kelapa sawit merupakan biomass dengan

kandungan silika (SiO2

±

) yang potensial dimanfaatkan. Pembakaran cangkang dan

serat buah menghasilkan kerak yang keras berwarna putih – keabuan akibat

pembakaran dengan suhu yang tinggi dengan kandungan silika 71,14 %. Berdasarkan

data pabrik kelapa sawit PTPN NUSANTARA II Padang Brahrang menunjukan lebih

dari 100 ton/minggunya dihasilkan cangkang dan serabut buah sawit yang

dimanfaatkan sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), akan

menghasilkan 3 - 5 ton/minggu kerak boiler. Namun selama ini, pemamfaatan

limbah ini hanya sebagai pengeras jalan.

Adapun pemilihan abu kerak boiler cangkang kelapa sawit sebagai bahan

campuran semen pada beton, yaitu :

1. Pengadaannya cukup mudah dan murah sehingga bila ditinjau dari segi

ekonomis akan lebih menguntungkan.

2. Abu kerak boiler cangkang kelapa sawit sisa pembakaran dari Pabrik Kelapa

(15)

3. Abu kerak boiler cangkang kelapa sawit memiliki kandungan Silica (SiO2

4. Pemilihan abu kerak boiler cangkang kelapa sawit sebagai campuran semen

yang memiliki Silica (SiO

)

yang cukup tinggi dapat menjadi patokan terhadap bahan campuran semen

tanpa mengurangi kualitas beton.

2

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis mencoba melakukan penelitian

terhadap pemanfaatan abu kerak boiler cangkang kelapa sawit sebagai campuran

semen pada beton.

1.2.BATASAN MASALAH

Adapun batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : ) cukup tinggi merupakan pengikat agregat yang

baik.

1. Menerangkan secara rinci pembuatan beton dengan menggunakan abu kerak

boiler cangkang kelapa sawit sebagai bahan campuran.

2. Menjelaskan secara garis besar fungsi abu kerak boiler cangkang kelapa sawit

sebagai campuran dalam pembuatan beton.

3. Melakukan pengujian kekuatan mekanik dan fisis pada campuran beton yang

meliputi:

a. Pengujian Tekanan Beton.

b. Pengujian Penyerapan Air ( Water Absorption ).

c. Pengujian Porositas.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui pengaruh abu kerak boiler cangkang kelapa sawit sebagai

campuran terhadap kekuatan beton.

2. Membandingkan kekuatan beton normal dengan beton campuran abu kerak

(16)

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui fungsi lebih

dari abu kerak boiler cangkang kelapa sawit. Selain itu diharapkan abu kerak boiler

cangkang kelapa sawit sebagai bahan campuran dalam pembuatan beton dapat

digunakan dalam teknologi beton.

1.5 TEMPAT PENELITIAN

LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU)

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan masing-masing bab adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Bab ini mencakup latar belakang penelitian, tujuan penelitian, batasan

masalah, manfaat penelitian, tempat penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian.

BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini membahas tentang diagram alir penelitian, peralatan, bahan –

bahan, pembuatan sampel uji, pengujian sampel.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan menganalisis data yang

(17)

BAB V Kesimpulan & Saran

Menyimpulkan hasil – hasil yang didapat dari penelitian dan

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Beton

Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu

pasir, batu atau bahan lainnya, dengan menambah secukupnya bahan perekat/pengikat

semen, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses

pengerasan dan perawatan beton berlangsung.

Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

membuat suatu campuran yang mempunyai proporsi tertentu dari semen, pasir dan

koral atau agregat lainnya, dan air untuk membuat campuran tersebut menjadi keras

dalam cetakan sesuai dengan bentuk dan dimensi struktur yang diinginkan. Kumpulan

meterial tersebut terdiri dari agregat halus dan agregat kasar. Semen dan air

berinteraksi secara kimiawi untuk mengikat partikel – partikel agregat tersebut

menjadi suatu massa yang padat.

Nilai kuat beton relatif tinggi dibanding dengan kuat tariknya, dan beton

merupakan bahan bersifat getas. Nilai kuat tariknya hanya berkisar 9%-15% saja dari

kuat tekannya. Pada penggunaan sebagai komponen struktural bangunan, umumnya

beton diperkuat dengan batang tulangan baja/besi sebagai bahan yang dapat bekerja

sama dan mampu membantu kelemahannya, terutama pada bagian yang menahan

gaya tarik. Dengan demikian tersusun pembagian tugas, dimana batang tulangan

baja/besi bertugas memperkuat dan menahan gaya tarik, sedangkan beton hanya

diperhitungkan untuk menahan gaya tekan. Komponen struktur beton dengan

kerjasama seperti itu disebut sebagai beton bertulangan baja/besi atau lazim disebut

(19)

Faktor – faktor yang membuat beton banyak digunakan karena memiliki

keunggulan – keunggulannya antara lain :

1. Kemudahan pengolahannya

yaitu dalam keadaan plastis, beton dapat diendapkan dan diisi dalam

cetakan.

2. Material yang mudah didapat

Sebagian besar dari material – material pembentuknya, biasanya tersedia

dilokasi dengan harga murah atau pada tempat yang tidak terlalu jauh dari

lokasi konstruksi.

3. Kekuatan tekan tinggi

Seperti juga kekuatan tekan pada batu alam, yang membuat beton cocok

untuk dipakai sebagai elemen yang terutama memikul gaya tekan, seperti

kolom dan konstruksi busur.

4. Daya tahan yang tinggi terhadap api dan cuaca merupakan bukti dari

kelebihannya.

Perancangan beton perlu dilakukan untuk menentukan perbandingan campuran

bahan guna mendapatkan beton dengan sifat yang diperlukan. Sifat yang diminta

tergantung pada penggunaan beton. Sifat yang dapat diatur oleh perbandingan

campuran adalah kekuatan, ketahanan kedap air dan kemampuan pengerjaan. Sifat

yang paling penting dari beton yang telah diset adalah sifat mekanik. Kekuatan tekan

beton dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perbandingan air, semen, jenis agregat

dan sebagainya.

2.1.1 Beton Normal

Menurut pedoman beton 1989, Draft Konsensus (SKBI.1.4.53, 1989 : 4-5)

beton normal didefinisikan sebagai campuran semen portland atau sembarang semen

(20)

Proses awal terjadinya beton adalah pasta semen yaitu proses hidrasi antara air

dengan semen, selanjutnya jika ditambah dengan agregat halus dan kasar akan

menjadi beton.

2.1.2 Kinerja dan Mutu Beton

Sampai saat ini beton masih menjadi pilihan utama dalam pembuatan struktur.

Sifat-sifat dan karakteristik material penyusun beton akan mempengaruhi kinerja

beton yang dibuat. Kinerja beton ini harus disesuaikan dengan kelas dan mutu beton

yang dibuat. Sehingga dalam penggunaannya dapat disesuaikan dengan bangunan

ataupun konstruksi yang akan dibangun untuk mendapatkan hasil yang memuaskan

dan sesuai dengan dibutuhkan. Menurut PBI’ 71 beton dibagi dalam kelas dan mutu

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kelas dan Mutu Beton

Kelas Beton Mutu Beton Kekuatan

Tekan

III K>225 >225 Jembatan,Bangunan

tinggi, Terowongan kereta

api

(sumber : Gunawan, 2000)

Untuk kepentingan pengendalian mutu disamping pertimbangan ekonomis, beton dengan mutu Bo (beton dengan f 50-80 MPa), perbandingan jumlah agregat c' (pasir, kerikil atau batu pecah) terhadap jumlah semen tidak boleh melampaui 8:1.

Untuk Beton dengan mutu B1

'

c f

(21)

'

c

f minimum 125 MPa), dapat memakai perbandingan campuran unsur bahan beton dalam takaran volume 1 pc : 2 Ps : 3 kr atau 3/2 ps : 5/2 kr (pc = semen portland, ps =

pasir, kr = kerikil). Apabila hendak menentukan perbandingan antar-fraksi bahan

beton mutu K175 dan mutu lainnya yang lebih tinggi harus dilakukan percobaan

campuran rencana guna dapat menjamin tercapainya suatu karakteristik yang

diinginkan dengan menggunakan bahan-bahan susunan yang ditentukan.

2.1.3 Perawatan Beton (Curing)

Prosedur curing mengacu pada standar ASTM C-192-81, tujuan dari perwatan

(curing) adalah mencegah penguapan air secara berlebihan dari lapisan beton yang

belum mengeras, dan mencegah pengurangan kebutuhan air selama proses hidrasi

semen. Peralatan yang dipakai adalah bak curing dengan air tawar. Perawatan ini

dilakukan setelah beton mengalami final setting, artinya beton telah mengeras.

Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan beton

yang tinggi tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton,

ketahanan terhadap aus dan dimensi struktur. Proses perawatan dilakukan berlangsung

sampai satu hari sebelum melakukan pengujian kuat tekan beton.

2.2. Kelapa Sawit

Kelapa sawit bukanlah tanaman asli Indonesia, kelapa sawit adalah tanaman

yang berasal dari daerah hutan tropis di Afrika Barat. Tanaman kelapa sawit itu

sendiri berada di Indonesia pada tahun 1848 didatangkan oleh pemerintahan

Hindia-Belanda dan untuk pertama kalinya tanaman ini ditanam di perkebunan raya bogor

dan mulai di tanam di Sumatera Utara pada tahun 1870-an di daerah Deli. Pada

awalnya jenis kelapa sawit yang ditanam adalah jenis dura yang induknya ada di

Bogor dan di kembangkan di Deli. Saat ini kelapa sawit berkembang pesat yang

akhirnya menjadi salah satu komoditi perkebunan yang diandalkan oleh Sumatera

Utara khususnya Indonesia.

(22)

kelapa sawit ini adalah buah. Bagian dari buah kelapa sawit ini, adalah sebagai

berikut:

1. Eksoskrap, bagian kulit buah kemerahan dan licin

2. Mesoskrap, ini adalah serabut buah

3. Endoskrap, ini merupakan cangkang pelindung inti

4. Inti sawit (biji)

Dari hasil proses pembuatan Crude Palm Oil (CPO) maka akan dihasilkan limbah

padat diantaranya serabut buah dan cangkang kelapa sawit itu sendiri, namun ini tidak

menjadi masalah bagi Pabrik Kelapa sawit (PKS) karena limbah ini akan menjadi

bahan bakar daripada boiler.

Gambar 2.1 : Kelapa Sawit dan Hasilnya

Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit

dibagi menjadi:

1. Dura

2. Psifera

3. Tenera

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga

dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya

besar-besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya

tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang

(23)

ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan

sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul

persentase daging perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak

pertandannya dapat mencapai 28%, dan pada penelitian ini berdasarkan keterangan

Pabrik Kelapa Sawit Padang Brahrang PTPN NUSANTARA II , jenis kelapa sawit

yang ditanam adalah jenis tenera.

2.3 Boiler

Boiler atau dikenal sebagai ketel uap adalah sebuah bejana yang dipergunakan

sebagai tempat memproduksi uap (steam), dimana bejana ini berisi bahan bakar dari

limbah agrikultur ataupun pertambangan, dalam hal ini pada Pabrik Kelapa Sawit

(PKS) menggunakan bahan bakar boiler adalah cangkang dan serat buah kelapa sawit.

Boiler atau ketel uap adalah pembangkit uap yang terdiri atas dua bagian utama yaitu:

1. Furnance atau Tungku Pembakaran

Dimana berfungsi sebagai tempat bahan bakar yang akan menjadi

penyedia panas.

2. Tabung Air Boiler

Yakni suatu alat dimana panas mengubah air menjadi uap. Uap atau

cairan panas itu nantinya akan di sirkulasikan keluar dari boiler untuk

digunakan dalam bermacam-macam proses yang memerlukan panas.

(24)

Gambar 2.2 : Skema Boiler

Boiler atau ketel uap merupakan salah satu penentu kualitas minyak kelapa

sawit dan menjadi sentral dalam berbagai tingkatan proses ekstraksi buah kelapa sawit

( Tandan Buah Segar, TBS kelapa sawit ) menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan produk

turunannya. Sehingga boiler merupakan peralatan utama pada industri pengolahan

minyak kelapa sawit atau turunannya.

Cangkang dan serat buah kelapa sawit yang akan dibakar dimasukan melalui

hopper ke chain grate stoker, semacam conveyor yang kemudian masuk ke furnance

(tungku pembakaran) dengan kecepatan tertentu. Emisi panas yang dihasilkan

kemudian dimanfaatkan untuk mengkonversi air umpan didalam pipa menjadi uap,

dan uap inilah yang dipakai untuk memanaskan/merebus Tandan Buah Segar (TBS) di

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) ataupun ekstraksi minyak sawit.

Cangkang dan serat buah sawit yang sudah terbakar akan menghasilkan

sisa-sisa pembakaran yang nantinya akan menjadi limbah daripada boiler atau furnance

(tungku pembakaran) berupa:

1. Abu, yakni abu yang berada dibawah tungku tepatnya ditempat

pengumpulan abu dan abu ini relatif berat.

2. Kerak Cangkang Boiler Kelapa Sawit, yakni kerak yang melekat pada

dinding boiler.

(25)

Cangkang (tempurung atau Endoskrap) kelapa sawit merupakan limbah padat

sawit hasil pemisahan daripada inti sawit dengan menggunakan alat Hydrocyclone

separator yang dapat dimanfaatkan sebagai pengeras jalan atau dibuat arang atau briket untuk keperluan industri. Pemanfaatan cangkang sebagai bahan bakar karena

mengandung karbon aktif maka dapat langsung dipakai, oleh karena itu pada Pabrik

Kelapa Sawit limbah padat ini digunakan sebagai sumber penghasil panas pada

tungku boiler.

2.3.2 Abu Kerak Boiler Cangkang Kelapa Sawit

Abu kerak boiler ini berasal daripada kerak boiler yang mengalami proses

penggilingan atau yang telah dihaluskan. Salah satu limbah boiler ini pada dasarnya

adalah abu yang mengeras pada setiap dinding-dinding boiler akibat endapan-endapan

abu yang terperangkap pada mesin siklon saat terjadinya pembakaran cangkang dan

serat buah kelapa sawit pada tungku pembakaran boiler.

Kerak/slag boiler yang disebabkan adanya endapan-endapan deposit mineral

yang mengeras. Fenomena ini sangat merugikan bagi pembakaran pada boiler, karena

akan mengurangi efisiensi pertukaran panas. Penyebab fenomena ini adalah tekanan

gas yang berbeda pada setiap bahan bakar yang mengakibatkan percikan pijar api dan

partikel yang relatif ringan, namun tidak mampu keluar daripada mesin pengendap

siklon dan akan melekat pada dinding-dinding boiler. Sedangkan partikel yang ringan

akan dikeluarkan melalui cerobong asap dan partikel yang relatif berat dan habis

terbakar akan tertampung pada tempat abu yang berada dibawah tungku.

Slag/kerak boiler kelapa sawit ini adalah memiliki massa yang lebih berat

daripada fly ash (abu terbang) yang keluar daripada cerobong asap, dan kerak boiler

ini relatif memiliki pori-pori yang banyak. Pada Umumnya kerak ini digunakan oleh

Pabrik Kelapa Sawit sebagai pengeras jalan di sekitar pabrik, adapun komposisi kimia

yang telah di teliti di Lembaga Pusat Penelitian Laboratorium Uji Mutu Sumatera

Utara adalah sebagai berikut:

(26)

ANALISIS

1 SiO2 % 89,9105 Termogavimetri

2 CaCO3 % 2,4751 Titrimetri

3 MgCO3 % 0,7301 Titrimetri

4 Fe2O3 % 0,1958 Spektrofotometri

5 Al2O3 % 0,0012 Gravimetri

2.4. Semen

Material semen adalah material yang memilik sifat adhesif (adhesive) dan

kohesif (cohesive) yang memungkinkan untuk mengikat fragmen-fragmen

mineral/agregat-agregat menjadi suatu massa yang padat mempunyai kekuatan.

Semen yang mengeras dengan adanya air yang dinamakan dengan semen hidraulis

(hidraulic cement). Semen jenis ini terdiri dari silikat dan lime yang terbuat dari batu

kapur dan tanah liat yang digerinda, dicampur, dibakar dalam pembakaran kapur

(klin), kemudian dihancurkan menjadi tepung. Semen hidrolik biasa yang dipakai

untuk beton dinamakan semen portland (portland cement).

2.4.1 Semen Portland (Portland Cement)

Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara

menggiling halus didalam klinker yang bersifat hidrolis dan gips sebagai bahan

pembantu. Bahan mentah utama untuk membuat semen Portland adalah:

- kapur ( CaO ) : dari batu kapur

- silica ( SiO2 ) : dari lempung - alumina ( Al2O3 ) : dari lempung

Semen portland biasa ini diidentifikasikan oleh ASTM (American Society for Testing

Materials) C150 yang mana digunakan sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen portland dibagi menjadi beberapa jenis, sebagai berikut:

(27)

Jenis Penggunaan

I Untuk konstruksi pada umumnya, dimana tidak diminta

persyaratan khusus

II Untuk konstruksi umumnya terutama sekali bila diisyaratkan

agak tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi yang sedang.

III Untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan

kekuatan awal yang tinggi.

IV Untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan panas

hidrasi yang rendah.

V Untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan sangat

tahan terhadap sulfat.

Beton yang dibuat dari semen Portland biasanya memerlukan waktu sekitar 14

hari untuk mencapai kekuatan yang cukup pada saat cetakan – cetakan dari gelagar

dan plat dapat dibuka dan dapat memikul beban yang sesuai struktur beton tersebut

yang akan mencapai kekuatan rencana setelah 28 hari dan setelah massa tersebut

kekuatannya akan terus bertambah sedikit demi sedikit.

Kekuatan semen merupakan hasil dari proses hidrasi. Proses kimiawi ini

berupa rekristalisasi dalam bentuk interlocking-crystals (ikatan kristal) sehingga

membentuk gel semen yang akan mempunyai kekuatan tekan yang tinggi apabila

mengeras. Jika semen portland dicampur dengan air, maka komponen kapur

dilepaskan dari senyawa. Banyaknya kapur dilepaskan ini sekitar 20% dari berat

semen.

2.4.2 Kadar Semen dan Faktor Air Semen (FAS)

Beton harus menggunakan cukup semen untuk mencapai kekuatan tekan yang

disyaratkan, disamping harus cukup pula untuk mencegah tulangnya terhadap

serangan karat. Hasilnya harus diperiksa dengan menggunakan daftar semen minimum

(28)

faktor air semen yang digunakan pada umumnya adalah 50% dari berat semen

minimum dalam 1m3 beton. Adapun pemakaian jumlah semen minimum dalam 1m3

Deskripsi

beton (kg) dan Faktor Air Semen (FAS) pada suatu lingkungan atau kondisi tertentu

sebagai berikut :

Tabel 2.4 Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen Maksimum Untuk Berbagai Macam Pembetonan dalam Lingkungan Khusus

Jumlah Semen

Minimum

dalam 1m3 FAS beton

(kg)

Beton didalam ruangan bangunan :

a. Keadaan keliling non korosif

b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi

atau uap korosif

275

325

0,60

0,52

Beton diluar ruang bangunan

a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung

b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung

325

275

0,60

0,60

Beton yang masuk kedalam tanah

a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti

b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari tanah atau air

tanah

325

375

0,55

0,52

Beton yang terus-menerus berhubungan dengan air

a. Air laut

Sumber : Pedoman Praktek beton

2.4.3 Pozzolan

Pozzolan adalah bahan alam atau buatan yang sebagian besar terdiri dari

(29)

yang dimaksud untuk memperbaiki kinerja beton. Pada saat ini, bahan pozzolan ini

lebih banyak memperbaiki kinerja beton, sehingga bahan tambah mineral atau

pozzolan itu cenderung bersifat penyemenan, namun tidak mempunyai sifat-sifat

layaknya seperti semen tetapi dalam keadaan halus, jika dicampur dengan kapur

padam dan air setelah beberapa waktu dapat mengeras pada suhu kamar sehingga

membentuk suatu massa yang padat dan sukar larut dalam air. Pozzolan terbagi dua

yaitu :

1. Pozzolan alam

Yaitu bahan alam yang merupakan sedimentasi dari abu atau lava gunung yang

mengandung silika aktif, yang bila dicampur dengan kapur padam akan

mengadakan proses sedimentasi, contohnya : tras alam, semen merah hasil

gilingan tanah liat yang dibakar (pecahan batu merah).

2. Pozzolan buatan

Jenis ini banyak macamnya baik merupakan sisa pembakaran dari tungku,

maupun pemanfaatan limbah yang diolah menjadi abu yang mengandung

silika reaktif dengan proses pembakaran dan pada pertambangan misalnya :

abu terbang (fly ash), kerak nikel, gilingan kerak dapur tinggi, dan banyak

jenis lainnya.

Tabel 2.5 Persyaratan Kimia Pozzolan

No SENYAWA KADAR ( % )

1

Jumlah senyawa oksida SiO2 + Al2O3 + Fe2O3

minimum 70

2 SO3 maksimum 5

3 Hilang pijar maksimum 6

4 Kadar air maksimum 3

5 Total alkali dihitung sebagai Na2O maksimum 1.5 Sumber : Kuat Tekan Beton Menggunakan Tambahan Abu Sekam Padi, Fx.Nurwadji Wibowo.

Abu kerak boiler cangkang kelapa sawit yang merupakan salah satu pozzolan

buatan yang memiliki silika yang cukup tinggi maka pozzolan ini dapat dipakai

sebagai bahan tambahan atau sebagai pengganti semen portland. Bila di pakai sebagai

(30)

mengurangi pemuaian beton yang terjadi akibat proses reaksi alkali agregat dengan

demikian mengurangi retak – retak beton akibat reaksi tersebut.

2.5 Agregat

Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi biasanya

komposisi agregat tersebut berkisar 60%-70% dari berat campuran beton. Walaupun

fungsinya hanya sebagai pengisi,tetapi karena komposisinya yang cukup besar,agregat

inipun menjadi penting. Karena itu perlu dipelajari karakteristik agregat yang akan

menentukan sifat beton yang akan dihasilkan.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam

atau buatan. Secara umum, agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, agregat

kasar dan agregat halus.

Agregat Halus

Agregat halus adalah pengisi yang berupa pasir, agregat yang terdiri dari

butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak

pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.

Ukurannya bervariasi antara ukuran No. 4 – No. 100 atau dengan kata lain agregat

(31)

Tabel 2.6. Persyaratan Gradasi Untuk Agregat Pada Beton Berbobot Normal

(32)

2.5.2. Agregat Kasar

Agregat kasar adalah agregat yang terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak

berpori . Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai,

apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak lebih dari 20% dari berat agregat

seluruhnya, agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.75

mm (Standar ASTM). Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras

dan daya tahannya terhadap disentegrasi beton, cuaca, dan efek – efek perusak

lainnya. Agregat kasar ini harus bersih dari bahan – bahan organic, dan harus

mempunyai ikatan yang baik dengan gel semen.

Jenis agregat kasar yang umum adalah :

1. Batu pecah alami : Bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah alami yang digali, yang berasal dari gunung api.

2. Kerikil alami : Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir.

3. Agregat kasar buatan : terutama berupa slag atau shale yang biasa digunakan untuk beton berbobot ringan . Biasanya merupakan hasil dari proses lain

seperti dari blast-furnance dan lain – lain.

4. Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat : Dengan adanya tuntutan yang spesifik pada zaman atom yang sekarang ini, juga untuk pelindung dari

radiasi nuklir sebagai akibat dari banyaknya pembangkit atom dan stasiun

tenaga nuklir, maka perlu ada beton yang dapat melindungi dari sinar X, sinar

Gamma, dan neutron. Pada beton demikian syarat ekonomis maupun syarat

kemudahan pengerjaan tidak begitu menentukan. Agregat yang

(33)

2.6 Air

Air yang dimaksud disini adalah air sebagai bahan pembantu dalam konstruksi

bangunan meliputi kegunaannya dalam pembuatan dan perawatan beton. Air

diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen, membasahi

agregat dan memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton. Kekuatan dari pasta

pengerasan semen ditentukan oleh perbandingan berat antara semen dan faktor air.

Persyaratan Mutu Air menurut PUBI 1982, adalah sebagai berikut:

1. Air harus bersih

2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat

dilihat secara visual dan tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari

2gr/l.

3. Tidak mengandung garam yang dapat larut dan dapat merusak beton

(asam-asam,zat organik dan sebagainya).

(34)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu:

1. Universal Testing Machine (Merk Bundreg, England)

2. Neraca Analitik

3. Gelas ukur 100 ml

4. Cetakan

1. kubus ( 10cm x 10cm x 10cm), sebanyak 15 buah.

2. silinder (Ø7,5cm x 20cm ), sebanyak 15 buah.

5. Timbangan

6. Ayakan (200 mesh, 18 mesh, dan Ø 25,4 mm)

7. Batang perojok besi

8. Skrap

3.1.2 Bahan – bahan

Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Semen Portland type 1 ( Merk Semen Padang )

2. Abu Kerak Boiler Cangkang Kelapa Sawit

Lolos ayakan 200 mesh

3. Pasir

Berdasarkan ASTM E 11 dengan diameter 1,00 mm

4. Kerikil

Lolos ayakan Ø25,4 mm

(35)

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1 Prosedur Pembuatan Benda Uji

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Persiapan alat dan bahan

Seluruh peralatan dan bahan disiapkan, guna memudahkan dalam pengerjaan

pengadonan dan pencetakan benda uji.

2. Perencanaan campuran beton

Pada penelitian ini digunakan campuran beton berdasarkan tabel dibawah ini

dimana telah dilakukan penelitian terhadap berapa banyaknya digunakan komposisi

beton tiap m yaitu: 3

Tabel 3.1 Komposisi Adukan Beton Rencana

Nama Bahan Jumlah Material

(kg)

Perbandingan

Semen 367,4 1

Pasir 720,5 2

Kerikil 1127,0 3

Air 185,0 0,5

Sumber : Laboratorium Teknik sipil USU

Untuk menghindari hilangnya beton pada waktu pengecoran maka dilakukan

penambahan material dengan tidak mengubah perbandingannya yang disebut dengan

Safety Factor (SF) sebanyak 20 % atau SF = 1,2.

Dari perbandingan komposisi adukan beton pada tabel diatas maka didapatkan

perbandingan material ( semen : pasir : kerikil : air : abu kerak boiler kelapa sawit )

pada setiap sampel. Sampel dibuat dengan membuat variasi abu kerak boiler cangkang

kelapa sawit : 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%. Campuran dilakukan dengan mengurangi

pemakaian semen sebanyak : 5%, 10%, 15% dan 20% dengan komposisi sebagai

(36)

Tabel 3.2 Data Perbandingan Komposisi Benda Uji Beton Silinder

Tabel 3.3 Data Perbandingan Komposisi Benda Uji Beton Kubus

Persentase

3. Pengadonan dan Pencetakan

Adapun pembuatan benda uji yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan bahan-bahan campuran beton yaitu semen, pasir, kerikil dan air.

2. Mempersiapkan abu kerak boiler cangkang kelapa sawit yang telah diayak

(37)

3. Setelah semua bahan disediakan maka dimasukkan bahan pada tempat

pengadonan yaitu pasir, kerikil, dan semen dan diaduk sampai rata dan diberi

air pada bagian tengan adonan serta dibiarkan ± 2 – 5 menit agar campuran

saling mengikat.

4. Kemudian diaduk dan dicampur semua pasta beton sampai campuran

benar-benar homogen.

5. Setelah pengadonan selesai dilakukan pencetakan dengan cara memasukkan

pasta beton ke dalam cetakan setinggi 1/3 tinggi cetakan, kemudian dirojok

dengan batang perojok besi untuk menjamin kepadatan susunan campuran.

6. Dimasukkan kembali 1/3 bagian campuran pasta beton ke dalam cetakan

kemudian dirojok kembali.

7. Dimasukkan kembali pasta beton kedalam cetakan sampai penuh kemudian

dirojok kembali.

8. Permukaan cetakan diratakan dengan skrap dan benda uji diletakkan pada

ruangan perawatan.

9. Setelah beton berumur 24 jam cetakan dibuka.

10.Untuk penambahan abu kerak boiler cangkang kelapa sawit caranya sama

dengan pengecoran beton normal (tanpa abu kerak boiler cangkang kelapa

sawit). Perbedaannya terletak pada penambahan abu kerak boiler cangkang

kelapa sawit bersamaan dengan memasukan kerikil ke dalam tempat

(38)

3.2.2 Prosedur Pengujian

3.2.2.1 Pengujian Tekanan Beton ( Compresive Test )

Pengujian tekanan beton dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari benda uji.

Benda uji yang dipakai adalah silinder Ø7,5cm x 20cm. Pengujian kuat tekan

dilakukan saat beton berumur 28 hari. Jumlah beton yang di uji pada umur 28 hari,

yaitu terdiri dari : 3 buah beton normal, 3 buah beton dengan campuran 5% abu kerak

boiler cangkang kelapa sawit, 3 buah beton dengan campuran 10% abu kerak boiler

cangkang kelapa sawit, 3 buah beton dengan campuran 15% abu kerak boiler

cangkang kelapa sawit dan 3 buah beton dengan campuran 20% abu kerak boiler

cangkang kelapa sawit.

Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:

1. Benda uji yang telah dilepaskan dari cetakan kemudian direndam dalam bak

perendaman.

2. Dikeluarkan benda uji setelah berumur 27 hari dari bak perendaman dan

diletakan pada ruangan sampai sampel kering dan hal ini dilakukan selama 24

jam tepatnya benda uji mencapai umur 28 hari.

3. Beban tekan diberikan secara perlahan-lahan pada benda uji dengan cara

mengoperasikan tuas pompa sehingga benda uji runtuh.

4. Pada saat jarum penunjuk skala beban tidak naik lagi atau bertambah, maka

skala yang ditunjukan oleh jarum tersebut dicatat sebagai beban maksimum

yang dapat dipikul oleh benda uji tersebut.

5. Prosedur ini dilakukan untuk sampel benda uji kuat tekan yang lain.

(39)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya air yang diserap oleh

beton setelah direndam pada waktu tertentu. Uji penyerapan air ( water absorption )

menggunakan benda uji berbentuk kubus 10cm x 10cm 10cm. Penyerapan beton

dilakukan pada saat beton berumur 28 hari, dimana jumlah beton yang akan diuji yaitu

15 buah, yang terdiri dari : 3 buah beton normal, 3 buah beton dengan campuran 5%

abu kerak boiler cangkang kelapa sawit, 3 buah beton dengan campuran 10% abu

kerak boiler cangkang kelapa sawit, 3 buah beton dengan campuran 15% abu kerak

boiler cangkang kelapa sawit dan 3 buah beton dengan campuran 20% abu kerak

boiler cangkang kelapa sawit.

3.2.2.3 Pengujian Porositas

Prosedur pengujian porositas dilakukan untuk mengetahui besarnya porositas

yang terdapat pada benda uji. Pengujian porositas menggunakan benda uji berbentuk

kubus. Pengujian porositas dilakukan pada beton uji penyerapan air. Sehingga

pengujian porositas dapat langsung bersamaan dengan uji penyerapan air.

Adapun prosedur pengujian Penyerapan Air dan Porositas adalah sebagai

berikut :

1. Benda uji yang telah dilepaskan dari cetakan kemudian di biarkan pada

ruangan perawatan.

2. Benda uji pada umur 27 hari diambil dari ruangan dan ditimbang guna

mengambil massa keringnya (mk).

3. Kemudian benda uji dilakukan perendaman didalam bak perawatan selama 24

jam.

4. Setelah perendaman benda uji dikeluarkan, tepatnya benda uji berumur 28 hari

(40)

5. Maka benda uji tersebut ditimbang kembali untuk memperoleh massa basah

benda uji (mb) tersebut.

6. Prosedur ini dilakukan untuk sampel benda uji yang lain.

(41)

BATU PECAH

Pengujian yang dilakukan meliputi sifat mekanis dan sifat fisis dari beton.

3.3.1 Sifat Mekanik

(42)

Kekuatan tekanan beton pada dasarnya adalah sebuah fungsi dari volume

pori/rongga dari beton itu sendiri. Pengujian tekanan beton dilakukan pada saat beton

berumur 28 hari, dimana pada saat umur 27 hari benda uji dikeluarkan dari bak

perendaman dan pada hari ke 28 benda uji dikeringkan dengan udara bebas. Pengujian

tekanan dilakukan dengan menggunakan alat Universal Testing Machine hingga

didapatkan beban maksimumnya.

Tekanan beton dapat diperoleh dengan rumus, sebagai berikut :

A P

fc' = (3.1)

dengan:

'

c

f = Tekanan  2

cm kgf

P = Beban maksimum

( )

kg A = Luas bidang permukaan

( )

2

cm

3.3.2 Sifat Fisis

3.3.2.1 Pengujian Penyerapan Air ( Water Absorption )

Pengujian ini, dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya air yang diserap

oleh beton direndam pada periode tertentu. Dalam pengujian ini beton yang sudah

mengalami aging selama 28 hari ditimbang dengan maksud mendapatkan massa

kering dari beton (mk) setelah itu beton direndam selama 24 jam untuk memperoleh

massa basah beton (mb), namun dalam hal ini beton dilap terlebih dahulu agar basah

daripada beton tidak berlebihan

(43)

Penyerapan Air (%) = − × 100%

Pengujian porositas dilakukan pada benda uji yang sama terhadap pengujian

penyerapan air (water absorption) jadi pengujian ini dilakukan guna memperoleh

massa basah (mb) setelah beton direndam dan diperoleh massa kering (mk

%

Porositas dari benda uji dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(44)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Pengujian Tekanan (Compresive Test)

Pengujian besarnya tekanan dilakukan dengan menggunakan alat Universal

Testing Machine. Tekanan depat diperoleh dengan menggunakan rumus:

Tekanan beton dapat diperoleh sesuai dengan persamaan (3.1) sebagai berikut:

A P fc' =

dengan :

'

c

f = Tekanan  2

cm kgf

P = Beban maksimum

( )

kg A = Luas bidang permukaan

( )

2

(45)
(46)

4.1.2 Pengujian Penyerapan Air (Water Absorption)

Pengujian penyerapan air (water absorption) dilakukan pada saat beton

berumur 28 hari. Penyerapan air dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan

(3.2) sebagai berikut :

Penyerapan Air (%) = − × 100%

4.1.3 Pengujian Porositas

Pengujian porositas dilakukan pada saat beto berumur 28 hari. Porositas beton

dapat diperole dengan menggunakan persamaan (3.3) sebagai berikut:

(47)

Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian

Penyerapan Air (Water Absorption) dan Porositas

(48)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengujian Tekanan Beton (Compresive Test)

Pengujian Tekanan beton dilakukan setelah beton berumur 28 hari sejak

pengecoran. Data hasil pengujian, diperoleh tekanan rata-rata beton normal adalah

11,09 Mpa, beton dengan campuran abu kerak boiler cangkang kelapa sawit 5%

sebesar 11,55 Mpa, beton dengan campuran abu kerak boiler cangkang kelap sawit

10% sebesar 13,89 MPa, beton dengan campuaran abu kerak boiler 15% sebesar 12,05

MPa, dan beton dengan campuran abu kerak boiler cangkang kelapa sawit 20%

sebasar 9,89 Mpa. Maka dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 4.1 Grafik Tekanan Beton (Mpa) Terhadap Persentase Campuran Abu Kerak

Boiler Cangkang Kelapa Sawit (%)

9.89

Persentase Campuran Abu Kerak Boiler Cangkang Kelapa Sawit (%)

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa dari hasil pengujian campuran abu

kerak boiler cangkang kelapa sawit sebesar 5%, 10%, dan15% menunjukan kekuatan

beton yang lebih baik dibandingkan beton normal dengan persentase kenaikan

kekuatan beton berturut-turut adalah 4,2 %, 25,4 %, dan 8,7 % jadi dapat diperoleh

kekuatan beton terbesar diperoleh pada beton dengan campuran abu kerak boiler

cangkang kelapa sawit 15 % sedangkan pada beton dengan campuran abu kerak boiler

(49)

kerak boiler cangkang kelapa sawit tidak lagi menjadi pengikat namun menjadi

pengisi pada pori-pori beton.

4.2.2 Pengujian Penyerapan Air ( Water Absorption )

Pengujian penyerapan air dilakukan setelah beton berumur 28 hari sejak

pengecoran. Data hasil pengujian, diperoleh penyerapan air rata-rata beton normal

adalah 4,3 %, beton dengan campuran abu kerak boiler cangkang kelapa sawit 5%

sebesar 4,07 %, beton dengan campuran abu kerak boiler cangkang kelap sawit 10%

sebesar 4,02 %, beton dengan campuaran abu kerak boiler 15% sebesar 3,87 %, dan

beton dengan campuran abu kerak boiler cangkang kelapa sawit 20% sebasar 3,74 %.

Maka dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Gambar 4.2 Grafik Penyerapan Air (%) Terhadap Persentase Campuran Abu Kerak Boiler

Cangkang Kelapa Sawit (%)

3.74

Persentase Campuran Abu Kerak Boiler Cangkang Kelapa Sawit (%)

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa dari hasil pengujian campuran abu

kerak boiler cangkang kelapa sawit sebesar 5%, 10%, 15 % dan 20 % menunjukan

penyerapan air yang lebih baik dibandingkan beton normal dengan persentase

penurunan penyerapan air adalah 5,3 %, 6,5 %, 10 %, dan 13 %, hal ini dikarenakan

(50)

4.2.3 Pengujian Porositas

Pengujian penyerapan air dilakukan setelah beton berumur 28 hari sejak pengecoran.

Data hasil pengujian, diperoleh porositas rata-rata beton normal adalah 9,98 %, beton

dengan campuran abu kerak boiler cangkang kelapa sawit 5% sebesar 9,43 %, beton

dengan campuran abu kerak boiler cangkang kelapa sawit 10% sebesar 9,4 %, beton

dengan campuaran abu kerak boiler 15% sebesar 8,97 %, dan beton dengan campuran

abu kerak boiler cangkang kelapa sawit 20% sebasar 8,68 %. Maka dapat dilihat pada

grafik dibawah ini:

Gambar 4.3 Grafik Porositas (%) Terhadap Persentase Campuran Abu Kerak Boiler

Cangkang Kelapa Sawit (%)

8.68

Persentase Campuran Abu Kerak Boiler Cangkang Kelapa Sawit (%)

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa dari hasil pengujian campuran abu

kerak boiler cangkang kelapa sawit sebesar 5%, 10%, 15 % dan 20 % menunjukan

porositas yang lebih baik dibandingkan beton normal dengan persentase penurunan

porositas adalah 5,5 %, 5,8 %, 10,1 %, dan 13,03 %, hal ini dikarenakan abu kerak

boiler cangkang kelapa sawit dapat menjadi pengisi sehingga dapat mengurangi

(51)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Dari hasil pengujian diperoleh tekanan beton normal yaitu sebesar 11,09 MPa.

Sedangkan tekanan beton dengan campuran abu kerak boiler cangkang kelapa

sawit 5 %, 10 %, 15 %, dan 20 % berturut-turut adalah 11,55 MPa, 13,89 MPa,

12,05 MPa, 9,89 MPa. Sehingga abu kerak boiler cangkang kelapa sawit dapat

menjadi bahan campuran semen dalam pembuatan beton dengan persentase

tertentu.

2. Nilai penyerapan air yang di peroleh dari pengujian dengan abu kerak boiler

cangkang kelapa sawit menunjukkan penyerapan air yang lebih baik yaitu

lebih kecil dari 4,3 % dengan pengertian bahwa dapat diketahui bahwa abu

kerak boiler sangat baik menjadi pengisi pada beton.

3. Dari hasil pengamatan besarnya porositas adalah lebih kecil dari 9,98 % untuk

setiap penambahan abu kerak boiler cangkang kelapa sawit dengan pengertian

besarnya penyerapan air (water absorption) berbanding lurus dengan besarnya

porositas.

4. Dapat diketahui juga bahwa beton dengan menggunakan abu kerak boiler

cangkang kelapa sawit merupakan beton ringan, hal ini dapat dilihat dari berat

bobot beton yang mengalami penurunan pada saat kering 28 hari pada

(52)

5.2 Saran

1. Perlu kiranya diteliti lebih lanjut penggunaan abu kerak boiler cangkang

kelapa sawit dengan persentase yang berbeda untuk mendapatkan persentase

yang optimal terhadap kekuatan beton.

2. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan melakukan pengujian lainnya,

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Amran, T., 2005, Pengaruh Arang Cangkang Kelapa Sawit Terhadap Sifat Mekanik

Ribbed Smoked sheet-1 (RSS-1), Skripsi, FMIPA Unimed, Medan.

Butar-butar. R., 2005, Petunjuk Pratikum Uji Bahan Beton, Teknik Sipil, USU,

Medan.

Dipohusodo, 1996, Struktur Beton Bertulang, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Daryanto, 1994, Pengetahuan Teknik Bangunan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Lawrence H. Van Vlack, 1989, Ilmu dan Teknologi Bahan, Edisi Kelima, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Mulyono, T., 2003, Teknologi Beton, Penerbitn Andi, Yogyakarta.

Murdock, L. J. dan Brook, K. M., 1999, Ahli Bahasa Stephanus Hindarko, Bahan

danh Praktek Beton, Edisi Keempat, Penerbit ERlangga, Jakarta.

Surdia, T. dan Saito, S., 1995, Pengetahuan Bahan Teknik, Penerbit PT. Pradnya

Paramita, Jakarta.

Wang, C. K. dan Salmon, C. G., 1990, Desain Beton Bertulang, Alih Bahasa Binsar

Hariandja, edisi Keempat, penerbit ERlangga, Jakarta.

(54)

LAMPIRAN 3

Nama Bahan

RENCANA KOMPOSISI BETON SILINDER Ø 7,5 cm x 20 cm

Table. Komposisi Rencana Beton Untuk Silinder

Jumlah Material

(kg)

Perbandingan

Semen 367,4 1

Pasir 720,5 2

Kerikil 1127,0 3

Air 185,0 0,5

Volume beton 1 buah silinder adalah:

Silinder dengan : Diameter, Ø 3 inc = Ø 7,5 cm

Maka jari-jari, r = ½ (7,5 cm)

= 3,75 cm

Tinggi, t = 20 cm

Volume beton = πx ( r )2 x t

= ( 3,14 ) x ( 3,75cm )2 x ( 20cm ) = ( 3,14 ) x ( 14,0625cm2 ) x ( 20cm ) = 883,13 cm3

= 0,00088313 m3

Untuk menghindari hilangnya beton pada waktu pengecoran maka dilakukan

Safety Factor (SF) = 1,2, maka Volume beton yang diaduk untuk 1 buah beton

silinder dengan SF = 1,2 adalah:

Volume 1 buah silinder = 0,00088313 m3 x 1,2 = 0,0010598 m3

Maka Massa komposisi pasta dari beton untuk 1 buah silinder dengan volume

(55)

Contoh Perhitungan :

Massa Pada Semen = 0,0010598 m3 x 367,4 = 0,4 kg/m

Nama Bahan 3

Jumlah Material

(kg)

Perbandingan

Semen 0,4 1

Pasir 0,8 2

Kerikil 1,2 3

Air 0,2 0,5

Maka Untuk 3 buah Silinder

Contoh Perhitungan :

• Untuk beton normal (tanpa menggunakan abu kerak boiler cangkang kelapa sawit)

Massa Semen = 0,4 x 3 = 1,2 kg

Massa Pasir = 0,8 x 3 = 2,4 kg

Massa Kerikil = 1,2 x 3 = 3,6 kg

Massa Air = 0,2 x 3 = 0,6 kg

• Untuk beton dengan campuran abu kerak boiler cangkang kelapa sawit 5%

Massa Semen = 0,4 kg x 3 = 1,2 kg

Massa Abu kerak boiler cangkang kelapa sawit

= x 1,2kg

100 5

= 0,06 kg

Massa Semen = 1,2 kg – 0,06 kg = 1,14 kg

Massa Pasir = 0,8 x 3 = 2,4 kg

(56)

Persentase

RENCANA KOMPOSISI BETON KUBUS 10 cm x 10 cm x 10 cm

Volume beton 1 buah kubus adalah

Untuk menghindari hilangnya beton pada waktu pengecoran maka dilakukan

Safety Factor (SF) = 1,2, maka Volume beton yang diaduk untuk 1 buah beton kubus

dengan SF = 1,2 adalah

Volume 1 buah kubus = 0,001 m3 x 1,2 = 0,0012 m3

Maka Massa komposisi pasta dari beton untuk 1 buah silinder dengan volume 0,0012

m3 adalah sebagai berikut ;

(57)

Massa Pada Semen = 0,0012 m3 x 367,4 = 0,44 kg/m

Nama Bahan 3

Jumlah Material

(kg)

Perbandingan

Semen 0,44 1

Pasir 0,86 2

Kerikil 1,35 3

Air 0,22 0,5

Maka Untuk 3 buah Silinder atau per sampel :

Contoh Perhitungan :

• Untuk beton normal (tanpa menggunkan abu kerak boiler cangkang kelapa sawit )

Massa Semen = 0,44 x 3 = 1,32 kg

Massa Pasir = 0,86 x 3 = 2,58 kg

Massa Kerikil = 1,35 x 3 = 4,05 kg

Massa Air = 0,22 x 3 = 0,66 kg

• Untuk beton dengan campuran abu kerak boiler cangkang kelapa sawit 5%

Massa Semen = 0,44 kg x 3 = 1,32 kg

Massa Abu kerak boiler cangkang kelapa sawit

= x 1,32kg

100 5

= 0,066 kg

Massa Semen = 1,32 kg – 0,066 kg = 1,254 kg

Massa Pasir = 0,86 x 3 = 2,58 kg

Massa Kerikil = 1,35 x 3 = 4,05 kg

(58)

Persentase

Abu Kerak Boiler

Cangkang Kelapa

Sawit (%)

Air

(kg)

Pasir

(kg)

Kerikil

(kg)

Semen

(kg)

Abu Kerak

Boiler Cangkang

Kelapa Sawit

(kg)

0 %

(normal)

0,66 2,58 4,05 1,32 -

5 % 0,66 2,58 4,05 1,254 0,066

10% 0,66 2,58 4,05 1,188 0,132

15 % 0,66 2,58 4,05 1,122 0,198

(59)

LAMPIRAN 4

I. Perhitungan Tekanan (Compresive Test)

Contoh perhitungan pengujian kuat tekan sebagai berikut:

 Tekanan

Untuk perhitungan kuat tekan rata-rata:

Kuat Tekan Rata-rata ( f ) = c'

II. Perhitungan Penyerapan Air (Water Absorption)

Contoh perhitungan pengujian penyerapan air sebagai berikut:

 Penyerapan air

(60)

Maka:

Untuk perhitungan penyerapan air rata-rata:

Penyerapan Air Rata-rata (%) =

III. Perhitungan Porositas

Contoh perhitungan pengujian porositas sebagai berikut:

(61)

Untuk perhitungan porositas rata-rata:

Porositas Rata-rata (%) =

3

% 75 , 9 %

6 , 10 %

6 ,

9 + +

Gambar

Tabel 2.1 Kelas dan Mutu Beton
Gambar 2.1 : Kelapa Sawit dan Hasilnya
Gambar 2.2 : Skema Boiler
Tabel 2.3 Jenis-jenis Semen Portland
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan Tugas Akhir yang berjudul “ PEMANFAATAN ABU BOILER PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN FILLER TERHADAP NILAI MARSHALL TEST PADA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi abu boiler kelapa sawit sebagai campuran terhadap kekuatan beton, mengetahui hasil pengujian mekanik

Telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan limbah abu cangkang kelapa sawit sebagai bahan pengisi aspal modifikasi.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Penelitian rumah kaca membandingkan abu boiler pabrik kelapa sawit dengan pupuk MOP (KCl) sebagai sumber Kalium pada tanah Inseptisol.. Penelitian ini dirancang

limbah padat yang berupa cangkang digunakan sebagai bahan bakar boiler untuk.. menghasilkan energi mekanik dan panas pada penggilingan minyak kelapa

PEMANFAATAN ABU BOILER PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN FILLER TERHADAP NILAI MARSHALL TEST.. PADA CAMPURAN ATB adalah hasil karya saya,

Metode penelitian dilakukan dengan menambahkan pencampuran abu sekam padi dan abu kelapa sawit pada komposisi (5%, 10%, 15%, dan 20%) dan dilakukan perendaman dalam jangka waktu

Proses aktivasi perendaman abu boiler pabrik kelapa sawit selama 24 jam dengan larutan H 3 PO 4 10%... 36 Abu boiler pabrik