• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Administrasi Pembangunan (Studi Pada PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Hilimo’asio Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Administrasi Pembangunan (Studi Pada PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Hilimo’asio Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias)"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF ADMINISTRASI

PEMBANGUNAN

(Studi Pada PNPM Mandiri Perdesaan Di Desa Hilimo’asio Kecamatan Idanogawo, Kabupaten Nias)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun oleh :

JOHNI ELVIS HURA

070903029

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur buat Tuhan Yesus Kristus buat penyertaan-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif

Administrasi Pembangunan (Studi Pada PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Hilimo’asio Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias)”.

Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala keterbatasan kemampuan, pengetahuan

dan pengalaman yang dimiliki, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Demi

penyempurnaannya, penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari semua pihak yang

berkompeten dalam bidang ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu dan memberikan motivasi dan dukungan baik melalui kata-kata

penguatan,dukungan moril maupun materil. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. H. M Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utama

3. Ibu Dra. Nurlela Ketaren, M.SP selaku dosen pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu dan membimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar hingga

selesainya skripsi ini

4. Ibu Dra. Beti Nasution, M.si selaku dosen pembimbing magang.

5. Seluruh Dosen Administrasi Negara, terimakasih buat ilmu dan pengetahuan yang telah

diberikan kepada saya.

6. Kak Mega dan Kak Dian yang telah membantu dalam proses administrasi selama masa

(3)

7. Kepada perangkat pemerintahan kecamatan Idanogawo dan pemerintahan desa

Hilimo’asio yang telah dengan senag hati menyambut kehadiran penulis dan membantu

penulis dalam segala urusan administrasi.

8. Buat keluarga besarku, bapak dan mama serta kakak, abang dan adek-adekku yang sangat

kukasihi dan kucinta yang selalu mendukungku untuk menyiapkan skripsi, selalu

memberi semangat dan meyakinkan aku kalau aku pasti bisa.

9. Buat teman-temanku Hiking & main futsal; Afandi, Juli, Doro, Parda, Paul, Gunawan,

Tommy, Nandez, Hotdin n’ Bobby f, pengalaman bersama teman-teman takkan

terlupakan menjelajah alam bebas serta kumpul-kumpulnya yang kata orang kajol dan

buang-buang waktu, banyak orang ngk tau kalo kita orang-orang yang sangat berpotensi

Heheheheh.

10.Teman-teman UKM Bola Fisip USU, b’ dhany, b’topan, b’ hendra, b’ipin b’franklin

(Gattuso) n katua Junjung Manik, yang bersama-sama menyalurkan hobi, meningkatkan

skill main bola dengan tensi tinggi dalam turnamen tuk memperjuangkan nama

departemen serta tak lupa tradisi ke buah habis latihannya yaaa .

11.Sahabat-sahabat ku Adrey, Wilfried, Sonya, Erny, Laura, Roma, Yuni, Gita, Mala, Wirda,

Maria, Tere, Hilda, Erma makasih buat segala semangatnya selama penyusunan skripsi

ini.

12.Buat seluruh teman-teman AN 07, Terima kasih buat bantuannya selama perkuliahan.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini tidak terlepas dari

keterbatasan-keterbatasan dalam penulisannya oleh karena itu penulis mengharapkan akan adanya kritik

dan saran yang membangun. Akhir kata, besar harapan bagi penulis bahwa skripsi ini akan

membawa manfaat baik bagi kalangan akademisi, masyarakat maupun bagi ilmu administrasi

(4)

Medan, Juni 2011

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL ... iv

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1Latar Belakang ...1

1.2Rumusan Masalah ...12

1.3Tujuan Penelitian ...12

1.4Manfaat Penelitian ...13

1.5Kerangka Teori ...13

1.5.1 Pemberdayaan ...14

1.5.1.1 Pengertian Pemberdayaan ...14

1.5.1.2 Pemberdayaan Masyarakat ...16

1.5.1.3 Indikator Pemberdayaan ...17

1.5.2 Administrasi Pembangunan ...20

1.5.2.1 Administrasi ...20

1.5.2.2 Pembangunan ...21

1.5.2.3 Paradigma Pembangunan ...24

1.5.2.4 Administrasi Pembangunan ...28

1.5.3 Pembangunan Desa ...36

1.5.3.1 Ruang Lingkup Pembangunan Desa ...38

1.5.3.2 Tiga Prinsip Pokok Pembangunan Desa...38

1.5.3.3 Tujuan Pembangunan Desa ...39

1.5.4 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa ...40

1.5.5 PNPM Mandiri Pedesaan ...43

1.5.5.1 Defenisi PNPM Mandiri Pedesaan ...43

1.5.5.2 Visi, Misi, dan Tujuan PNPM Mandiri Pedesaan ...44

1.5.5.2 Prinsip Dasar PNPM Mandiri Pedesaan ...45

1.5.5.4 Ketentuan Dasar PNPM Mandiri Pedesaan ...47

1.5.5.5 Komponen Program Pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan ...52

1.5.5.6 Strategi PNPM Mandiri Pedesaan ...54

1.5.5.7 Pendekatan PNPM Mandiri Pedesaan ...55

1.5.5.8 Kategori Program PNPM ...55

1.5.5.9 Ruang Lingkup PNPM ...56

1.6 Defenisi Konsep ...57

1.7 Sistematika Penulisan ...58

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ...59

2.1 Bentuk Penelitian ...59

2.2 Lokasi Penelitian ...59

2.3 Informan Penelitian ...59

2.4 Teknik Pengumpulan Data ...61

2.5 Teknik Analisa Data ...62

BAB III DESKRIPSI LOKASI...63

3.1 Deskripsi Wilayah ...63

3.2 Keadaan Demografi ...64

3.3 Organisasi Pemerintahan Desa ...67

BAB IV PENYAJIAN DATA ...79

(6)

4.2 Data Variabel Penelitian ...82

4.2.1 Pelaksaan PNPM Mandiri Pedesaan ...82

BAB V ANALISA DATA ...114

5.1 Peranan Pemerintah Daerah Khususnya Pemerintahan Desa Dalam Melaksanakan PNPM Mandiri Perdesaan Desa Hilimoasio ...116

5.2 Peranan Program PNPM Perdesaan Mandiri Desa Hilimoasio ...117

5.3 Kondisi Masyarakat Desa Hilimoasio ...118

5.4 Implementasi PNPM Mandiri Perdesaan Desa Hilimoasio ...121

BAB VI PENUTUP ...130

6.1 Kesimpulan ...130

6.2 Saran ...131

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pengklasifikasian Luas Wilayah di Desa Hilimo’asio ... 61

Tabel 3.2 Tabel Klasifikasi Penduduk Desa Hilimo’asio Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kepala Keluarga ... 62

Tabel 3.3 Tabel Jumlah Penduduk di Desa Hilimo’asio Berdasarkan Agama ... 63

Tabel 3.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Hilimo’asio ... 63

Tabel 3.5 Distribusi Penduduk berdasarkan Pekerjaan di Desa Hilimo’asio ... 64

Tabel 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 77

Tabel 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 77

Tabel 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Usia... 78

Tabel 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan ... 78

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Mengenai PNPM Mandiri Perdesaan dalam memberikan Penyuluhan Kepada Masyarakat ... 95

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keberadaan Kepala Desa Dalam Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan...96

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Visi Misi Kepala Desa Dalam Melaksanakan PNPM Mandiri Perdesaan ... Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Tentang Komitmen Kepala Desa Dalam Pembangunan ... 98

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keputusan Dan Arahan Kepala Desa ... 100

Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keputusan Kepala Desa Dalam Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan ... 101

Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Responden Tentang Berlaku Adilnya Kepala Desa Bagi Masyarakatnya Dalam Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan ... 102

Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Musyawarah Yang Dipimpin Oleh Kepala Desa Dalam Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan ... 103

Tabel 4.13 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemahaman Mengenai PNPM Mandiri Perdesaan ... 104

Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Mengetahui Pelaksanaan Program PNPM Mandiri Perdesaan ... 105

Tabel 4.15 Distribusi Jawaban Responden Tentang Disiplin Dalam Pelaksanakan Program PNPM Mandiri Perdesaan Selalu Dilaksanakan ... 105

(8)

Dan Prasarana di Desa Hilimoasio ... 107 Tabel 4.18 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sosialisasi

PNPM Mandiri Perdesaan Oleh Pemerintah ... 107 Tabel 4.19 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Peranan

Perangkat Desa Dalam Mensukseskan Program

PNPM Mandiri Perdesaan ... 108 Tabel 4.20 Distribusi Jawaban Responden Mengenai PNPM Mandiri

Pedesaan Menjadi Program Pemerintah Dalam

Mengentaskan Kemiskinan ... 109 Tabel 4.21 Distribusi Jawaban Responden Tentang

Jalannya Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan

Sesuai Dengan Rencana ... 110 Tabel 4.22 Distribusi Jawaban Responden Tentang Ada Peningkatan

Kinerja PNPM Mandiri Perdesaan ... 111 Tabel 4.23 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pelaksanaan

PNPM Mandiri Perdesaan Menimbulkan

(9)

ABSTRAK

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF ADMINISTRASI NEGARA

(Studi Pada PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Hilimo’asio Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias)

Nama : Johni Elvis Hura

NIM : 070903029

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren, M.SP

Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Pemecahan masalah kemiskinan memerlukan pendekatan terpadu, terencana, berkesinambungan, dan menuntut keterlibatan berbagai pihak. Pendekatan yang dilakukan yaitu dengan Pemberdayaan Masyarakat melalui PNPM Mandiri Perdesaan yang meliputi kegiatan pembimbingan, penyuluhan, pelayanan, pelatihan dan pemfasilitasan kepada masyarakat yang dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat yang sesuai dengan tujuan administrasi pembangunan dalam memenuhi kebutuhan hidup seperti kesehatan, pendapatan, pendidikan dan konsumsi sehari-hari.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Administrasi Pembangunan yang dilakukan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Hilimo’asio Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peranan PNPM Mandiri Perdesaan terhadap Pemberdayaan Masyarakat dalam perspektif Administrasi Negara di desa tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data-data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan menyebarkan angket/kuesioner kepada responden sebanyak 50 responden

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia,

sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini

sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial,

ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal di

belahan dunia, khususnya Indonesia yang merupakan Negara berkembang. Kemiskinan telah

membuat jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan,

kurangnya tabungan dan investasi, dan masalah lain yang menjurus ke arah tindakan

kekerasan dan kejahatan.

Kemiskinan yang terjadi dalam suatu negara memang perlu dilihat sebagai suatu

masalah yang sangat serius, karena saat ini kemiskinan, membuat banyak masyarakat

Indonesia mengalami kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Persoalan

kemiskinan ini lebih dipicu karena masih banyaknya masyarakat yang mengalami

pengangguran dalam bekerja. Pengangguran yang dialami sebagian masyarakat inilah yang

membuat sulitnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga angka kemiskinan selalu

ada.

Angka statistik selalu memberikan informasi bahwa masih banyaknya jumlah penduduk

miskin. Jumlah penduduk miskin di Indonesia yang di kategorikan supermiskin oleh World

Bank pada tahun 2007 mencapai 39 juta orang atau 17,75 persen dari total populasi. Badan

pusat statistik (BPS) mencatat, bahwa pada tahun 2007 jumlah orang miskin di Indonesia

mencapai 37,17 juta dari seluruh penduduk Indonesia. Dan pada tahun 2008 jumlah orang

miskin mencapai 34,96 juta atau 15 persen dari total penduduk Indonesia. Dan pada tahun

(11)

penduduk Indonesia. Meski menunjukkan angka penurunan, bukan berarti upaya pengentasan

kemiskinan yang dilakukan pemerintah sudah berhasil secara maksimal karena angka

kemiskinan sering bergerak secara fluktuatif dari tahun ke tahun1

Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak

secara bersama dan terkoordinasi. Namun penangannya selama ini cenderung parsial dan

tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal.

Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting

pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu

diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan

kemiskinan.

.

Dalam buku karangan Remi dan Tjiptoherijanto (2002) yang berjudul Kemiskinan dan

Ketidakmerataan di Indonesia disebutkan bahwa penyebab utama kemiskinan suatu rumah

tangga adalah rendahnya pendapatan yang mereka terima. Sedangkan karakteristik penduduk

miskin tersebut antara lain adalah memiki rata-rata jumlah tanggungan yang banyak. Jumlah

anggota rumah tangga adalah indikasi yang dominan dalam menentukan miskin atau

ketidakmiskinannya rumah tangga. Tingkat pendidikan juga jauh lebih rendah jika

dibandingkan dengan rumah tangga bukan miskin.

2

Program-program pengentasan kemiskinan sudah banyak dilakukan di berbagai negara.

Di Indonesia sendiri sudah banyak program-progam penanggulangan kemiskinan

dilaksanakan, seperti Inpres desa tertinggal, pemberian BLT, raskin, kompensasi BBM

pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampung, gerakan terpadu pengentasan kemiskinan

dan berbagai program lain. Hingga saat ini bangsa Indonesia juga belum benar-benar terlepas

dari kemiskinan sejak krisis berkepanjangan. Disamping itu, terlepas dari kemiskinan

(12)

dapat dikurangi. Menurut program ini,akar permasalahan kemiskinan adalah pada manusia itu

sendiri sehingga upaya penanggulanggannya pun tentu harus menitik beratkan pada

pengembangan dan pemberdayaan manusia itu sendiri, yakni mendorong manusia agar dapat

menemukan kembali jati dirinya sebagai pengelola alam semesta. Dengan adanya

pemberdayaan demikian manusia tersebut akan memiliki keahlian dalam melakukan sesuatu

yang dapat memperbaiki kehidupannya.

Menurut Ritonga3

3

http://www.duniaesai.com/direktori/esai/37-ekonomi/114-mengapakemiskinan-di-indonesia-menjadi-masalah-berkelanjutan.html di akses pada tanggal 12/03/2011

pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan

kegagalan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program-program

penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan

sosial untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan

yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan

ketergantungan. Program-program bantuan yang berorientasi pada kedermawanan pemerintah

ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin. Program bantuan untuk

orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif

dan mampu membebaskan ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak,

program-program bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam penyalurannya.

Alangkah lebih baik apabila dana-dana bantuan tersebut langsung digunakan untuk

peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), seperti dibebaskannya biaya sekolah,

seperti sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP), serta dibebaskannya

biaya-biaya pengobatan di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Faktor kedua yang dapat

mengakibatkan gagalnya program penanggulangan kemiskinan adalah kurangnya

pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga

program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan, yang

(13)

Berdasarkan penjelasan Ritonga di atas bahwa penyebab kegagalan program-program

penanggulangan kemiskinan selama ini disebabkan penanggulang yang tidak bersifat

pemberdayaan, dan kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu

sendiri. Batten (dalam Ndraha 1990:110) menyatakan bahwa pembangunan masyarakat

adalah suatu proses dimana masyarakat membahas dan merumuskan kebutuhan mereka,

merencanakan usaha pemenuhannya, dan melaksanakan rencana itu sebaik-baiknya. Proses

ini dapat diringkas dengan nama partisipasi. Maka dalam setiap program yang bertujuan

menciptakan kehidupan yang layak bagi masyarakat harus melibatkan masyarakat itu sendiri

dalam setiap tahapan dan proses dalam kegiatan tersebut. Karena peran masyarakat sangat

penting dimana masyarakat yang tahu apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan masyarakat

tersebut.

Untuk mengatasi penyebab kemiskinan tersebut, terdapat tiga pendekatan dalam

pemberdayaan masyarakat miskin yaitu : pertama, pendekatan yang terarah, artinya

pemberdayaan masyarakat masyarakat tersebut harus terarah yakni harus berpihak kepada

orang/ masyarakat miskin. Kedua, pendekatan kelompok, artinya secara bersama-sama untuk

memudahkan pemecahan masalah yang dihadapi.ketiga, pendekatan pendampingan, artinya

selama proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok masyarakat miskin perlu di

dampingi oleh pendamping yang profesional sebagai fasilitator, komunikator, dan

dinamisator terhadap kelompok untuk mempercepat tercapainya kemandirian (Soetomo,

2006:283)4

Program-program pengentasan kemiskinan sudah banyak dilakukan di berbagai negara

yang terbukti dengan adanya Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang upaya, sasaran

dan target-target pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan yang terkenal dengan

4

(14)

nama Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2000 yang di ikuti oleh 189

negara di dunia. Deklarasi itu pada intinya merupakan komitmen bersama untuk menurunkan

tingkat kemiskinan global, dengan sejumlah tujuan yang ingin dicapai pada tahun 2015.5

Pembangunan nasional Indonesia mengambil konsep dasar pembangunan sesuai

dengan kondisi terkini dari negara bangsa Indonesia, yaitu adanya keragaman dari potensi,

kecakapan, keinginan dari setiap daerah di Indonesia, dan telah disepakatinya desentralisasi

sebagai pola penyelenggaraan pembangunan, di mana otonomi daerah diletakkan pada

tingkat Kabupaten dan Kota. Pemerintah Kabupaten dan Kota melaksanakan sesuai dengan

potensi, kecakapan, dan aspirasinya. Pemerintah propinsi bertugas untuk menjadi

pendamping dan penyelaras pembangunan antar daerah otonom tersebut. Tugas pendamping

dari pemerintah propinsi didukung oleh departemen teknis yang terkait dengan sektor yang

dibangun di daerah.

Pembangunan nasional adalah berpola kepada rakyat, untuk rakyat. Peran pemerintah

adalah menjaga agar proses pembangunan dengan pola ini berjalan dengan baik.

Pembangunan nasional berbasiskan partisipasi dan pemberdayaan. Partisipasi adalah kunci

dari keberhasilan yang berkesinambungan, sebab pihak yang berhasil mencapai keberhasilan

dari usahanya sendiri. Pemberdayaan adalah suatu proses awal untuk menjadikan mereka

yang belum mampu berpartisipasi (dalam pembangunan) untuk menjadi mampu

berpartisipasi. Pemberdayaan adalah konsep pemihakan kepada mereka yang tertinggal dan

dilakukan secara aktif oleh pemerintah dan mereka yang lebih maju (intervensi)

6

Mengingat konsep dasar pembangunan tersebut, maka strategi pembangunan nasional

Indonesia disusun oleh Pemerintah Republik Indonesia adalah menyusun secara rinci secara

sektoral strategi-strategi pembangunan di mana setiap daerah (otonom) dapat memilih sektor

5

.

6

(15)

serta strateginya sesuai dengan potensi, kecakapan, dan aspirasi lokal. Jadi ibaratnya, strategi

pembangunan nasional adalah “menu” yang lengkap untuk diberikan kepada masyarakat

membangun di daerah untuk dapat memilih sesuai prioritas pembangunan di daerahnya

masing-masing. secara sektoral, bidang-bidang pembangunan adalah ekonomi, politik, sosial

budaya, dan pertahanan keamanan. Di luar itu, sesuai dengan U No. 32 Tahun 2004, maka

terdapat beberapa sektor pembangunan yang masih dilakukan oleh pusat (nasional), yaitu

hubungan luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter dan fiskal, hukum, dan agama.

Pembangunan nasional hanya akan memberikan hasil optimal jika diselenggarakan

secara bersama-sama oleh warga negara Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Jadi

pembangunan perlu kesatuan dan kesatuan. Pada akhirnya, fondasi pembangunan sebagai

bagian dari proses berkehidupan bersama dalam wadah negara bangsa Indonesia harus

kembali kepada kesepakatan paling dasar dari dasar kehidupan bersama yang paling

universal, yaitu demokrasi yang berarti dari-oleh-untuk rakyat, kembali kepada landasan

pembangunan yang paling alami yaitu partisipasi dan pemberdayaan, serta landasan

kesepakatan hidup bersama dari rakyat Indonesia.

Sejalan dengan disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,

perencanaan pembangunan dan pelaksanannya harus berorientaasi ke bawah dan melibatkan

masyarakat luas. Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang dimulai pelaksanaannya

sejak tahun 1998, semakin dewasa belajar dari pengalaman untuk melakukan transisi

pengelolaan program pemberdayaan secara bertahap kepada pemerintah daerah. Sebagai

sebuah program pemberdayaan, PPK telah menjadi sarana belajar bagi setiap stakeholder di

daerah, khususnya Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk melaksanakan pembangunan

yang bertumpu pada perencanaan dari bawah bukan lagi perencanaan dari atas. Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) merupakan usaha pemerintah Indonesia untuk mengurangi

(16)

Selain Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Pemerintah Indonesia sejak tahun 2007

juga mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM MANDIRI).

(Departemen Dalam Negeri. 2007. PTO PNPM-PPK. Jakarta : Tim Koordinasi PNPM-PPK).

Pendekatan PNPM Mandiri merupakan pengembangan dari Program Pengembangan

Kecamatan (PPK) yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapata

bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektifitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan

kebersamaan dan partisipasi masyarakat.

Penyempurnaan program terus dilakukan oleh Pemerintah dan pada 1 September 2006

Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dirubah menjadi Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat dan terakhir pada tanggal 30 April 2007 disempurnakan menjadi

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) yang mengadopsi

mekanisme dan skema PPK. PNPM Mandiri terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan untuk

masyarakat daerah Kabupaten, PNPM Mandiri Perkotaan untuk masyarakat daerah Kota,

PNPM Mandiri Daerah Tertinggal dan Khusus, PNPM Mandiri Infrastruktur Perdesaan, dan

PNPM Mandiri Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah. Oleh karena itu PNPM Mandiri

diharapkan dapat menjadi suatu sistem pembangunan yang dapat diakses secara adil dan

merata oleh semua komponen bangsa ini karena program ini mengusung sistem

pembangunan follow up planning.

Program PNPM-MP yang dirancang sebagai bagian dari proses percepatan

penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan kemampuan kelembagaan masyarakat dan

aparat, dengan memberikan modal usaha untuk pengembangan usaha ekonomi produktif dan

pembangunan prasarana dan sarana yang mendukung kegiatan ekonomi pedesaan. Program

(17)

melalui proses kegiatan pengambilan keputusan yang demokratis, baik dalam perencanaan,

pelaksanaan dan pelestarian kegiatan.

Pengelolaan program ini diberikan secara langsung kepada masyarakat. Dengan model

pengelolaan seperti itu diharapkan kelompok masyarakat sasaran, dapat melaksanakannya

secara optimal. Disamping program seharusnya dapat dilaksanakan secara total dengan

menggerakkan segala bentuk upaya dan cara yang mendukung kesuksesan program,

diantaranya yang penting adalah kejelasan tugas dan fungsi dalam pelaksanaan program.

Masyarakat di Desa Hilimo’asio sebagian besar mengandalkan tanah ladang di desanya

dan tanah sawah di desa lain sebagai sumber mata pencahariannya. Oleh karena itulah, Desa

Hilimo’asio memiliki wilayah seluas 987 ha yang diperuntukkan untuk perladangan. Selain

tanah ladang, sebagian masyarakat lain mengandalkan tanah sawah yang berada di luar desa

hilimo’asio yang dikarenakan kontur tanah di Desa Hilimo’asio tidak sesuai untuk

menggarap sawah yang berada di daerah pegunungan sehingga mayoritas dari penduduk

tersebut bergantung pada hasil pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Hanya sedikit

masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari pekerjaan sebagai buruh atau pegawai di

desa ini.

Kehidupan masyarakat di Hilimo’asio yang terletak di Kecamatan Idanogawo,

Kabupaten Nias, Sumatera Utara tidak lebih baik dibandingkan desa lainnya di Kecamatan

Idanogawo. Hal ini disebabkan Desa Hilimo’asio merupakan desa yang bisa dikatakan sedikit

terisolir yang disebabkan tidak adanya moda transportasi yang bisa melewati desa ini untuk

menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat. Masalah ini disebabkan oleh faktor alam dan

kondisi wilayah dimana desa ini berada. Untuk masuk ke wilayah Desa Hilimo’asio ini harus

melewat sungai yang cukup lebar dengan arus yang cukup deras dan tidak adanya jembatan

yang menyambungkan desa ini ke desa lainnya. Sehingga dapat peneliti simpulkan bahwa

(18)

geliat ekonomi yang signifikan. Namun, seiring dengan adanya program PNPM Mandiri

Perdesaan yang telah menjalankan fungsinya yang salah satunya dengan pembangunan

infrastruktur berupa pengerasan jalan sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat desa.

Desa Hilimo’asio memiliki potensi alam yang cukup baik untuk peningkatan ekonomi

masyarakatnya. Dengan kehadiran PNPM Mandiri Pedesaan, kemampuan masyarakat dalam

mengolah sumber daya alam tersebut seyogianya akan semakin baik, sehingga berpengaruh

pula terhadap peningkatan taraf hidup masyarakatnya.

Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan secara umum masalah yang sering terjadi

yang menyebabkan pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan tidak berjalan dengan baik yakni

adanya kendala pada rendahnya partisipasi dari masyarakat yang terlibat didalamnya,

kemudian pelaksanaan yang tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis Operasional (PTO)

Berdasarkan uraian-uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Administrasi

Pembangunan Studi pada PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Hilimo’asio, Kecamatan

Idanogawo, Kabupaten Nias”.

1.2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting dalam suatu penelitian agar diketahui arah jalannya

penelitian tersebut. Arikunto (1993:17) menguraikan bahwa agar penelitian dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya sehingga

jelas dari mana memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa ia melakukan penelitian.

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah

(19)

“Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Administrasi Pembangunan Studi pada PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Hilimo’asio, Kecamatan Idanogawo,

Kabupaten Nias?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam

proses penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Peranan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Perdesaan di Desa Hilimo’asio.

2. Untuk mengetahui Peranan Pemerintah Daerah Khususnya Pemerintahan Desa dalam

melaksanakan Program Pemberdayaan Masyarakat di Desa Hilimoasio.

3. Untuk mengetahui kondisi kehidupan masyarakat di Desa Hilimo’asio.

4. Untuk mengetahui implementasi/pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Kecamatan Idanogawo khususnya Desa

Hilimo’asio.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi diri sendiri

maupun pihak lain yang berkepentingan yaitu:

1. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir

ilmiah, sistematis dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah

berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi

(20)

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau sumbangan

pemikiran bagi Pemerintah serta masyarakat luas mengenai pengentasan kemiskinan

melalui program pemberdayaan masyarakat, terutama bagi masyarakat Kabupaten Nias.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara

langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi

Negara.

1.5. Kerangka Teori

Kerangka teori ini diperlukan untuk memudahkan penelitian, sebab itu merupakan

pedoman berpikir bagi peneliti. Oleh karena itu, seseorang peneliti harus terlebih dahulu

memiliki suatu kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut

mana peneliti menyoroti masalah yang dipilihnya. Kerangka teori adalah serangkaian asumsi,

konsep dan konstruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial

secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.7

Beberapa ahli di bawah mengemukakan defenisi pemberdayaan dilihat dari tujuan,

proses, dan cara-cara pemberdayaan

Berdasarkan rumusan di atas, maka dalam kerangka teori ini penulis akan

mengemukakan teori, pendapat, gagasan yang akan dijadikan titik landasan berpikir dalam

penelitian ini.

1.5.1 Pemberdayaan

1.5.1.1 Pengertian Pemberdayaan

8

1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau

tidak beruntung (lfe, 1995)

:

7

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. Metode Penelitian survey. Yogyakarta : LP3ES, 1997, hal. 37

8

(21)

2. Pemberdayaan adalah suatu proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk

berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap,

kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan

menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang

cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi

perhatiannya (Parsons, et.al., 1994).

3. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui

pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin, 1987).

4. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas

diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya (Rappaport, 1984).

Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan di atas dicapai melalui

penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan,

Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan9

1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat.

:

2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam

memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka.

3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak

tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.

4. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu

menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

5. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan

distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus

9

(22)

mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.

Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,

pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan

kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah

kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang

ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki

kekuasaan atau mempunyai pengetahuan, dan kemampuan dalam memenuhi hidupnya baik

yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti yang memiliki kepercayaan diri, mampu

menyampaikan aspirasi, mempunyai matapencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial,

dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.10

Dalam PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa, pemberdayaan masyarakat memiliki

makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan di desa ditujukan untuk

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat malalui penetapan kebijakan,

program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi dan prioritas kebutuhan masyarakat. Pada

dasarnya pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat

masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap

kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, Kartasasmita mengungkapkan

pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. 1.5.1.2 Pemberdayaan Masyarakat

11

Kartasasmita mengungkapkan pemberdayaan masyarakat (community empowerment)

adalah perwujudan capita building yang bernuansa pada pemberdayaan sumber daya manusia

10

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Bandung: PT Refika Aditama, 2009, hal. 61.

11

(23)

melalui pengembangan kelembagaan, pembangunan sistem sosial ekonomi rakyat, sarana dan

prasarana, serta pengembangan 3P, yaitu:12

1. Pendampingan, yang dapat menggerakaan partisipasi total masyarakat.

2. Penyuluhan, yang dapat merespon dan memantau ubahan-ubahan yang terjadi di

masyarakat, dan

3. Pelayanan, yang berfungsi sebagai unsur pengendali ketetapan distribusi aset sumber

daya fisik dan non fisik yang diperlukan masyarakat.

1.5.1.3 Indikator Pemberdayaan

Sculer, Hashemi, dan Riley mengembangkan delapan indikator pemberdayaan, yang

mereka sebut sebagai empowerment index pemberdayaan. Keberhasilan pemberdayaan

masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi,

kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, kemampuan kultural dan politis. Ketiga aspek

tersebut dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan, yaitu: kekuasaan di dalam (power

within), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power over) dan kekuasaan dengan

(power with), yakni sebagai berikut:13

1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi keluar rumah atau wilayah tempet

tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, bioskop, rumah ibadah, ke rumah tetangga.

Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian.

2. Kemampuan membeli komoditas kecil: kemampuan individu untuk membeli

barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari (beras, minyak tanah, minyak goreng, bumbu),

kebutuhan dirinya (minyak rambut, sabun mandi, rokok, bedak, shampo). Individu

12

Ginanjar Kartasasmita, Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan yang berakar pada Masyarakat, Jakarta: Bappenas, 1996, Hal. 249.

13

(24)

dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika dia dapat membuat keputusan

sendiri tanpa meminta ijin pasangannya, terlebih jika dia dapat membeli barang-barang

tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.

3. Kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan individu untuk membeli

barang-barang sekunder atau tersier seperti lemari pakaian, TV, radio, koran, majalah, pakaian

keluarga. Seperti halnya indikator diatas, poin tinggi diberikan terhadap individu yang

dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya, terlebih jika dia dapat

membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.

4. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga, mampu membuat

keputusan secara sendiri maupun bersama suami/istri mengenai keputusan-keputusan

keluarga misalnya, mengenai renovasi rumah, pembelian kambing untuk diternakan,

memperoleh kredit usaha.

5. Kebebasan relatif dari dominasi keluarga: responden ditanya mengenai apakah dalam satu

tahun terakhir ada seseorang (suami, istri, anak-anak, mertua) yang mengambil uang,

tanah, perhiasan dari dia tanpa ijinnya, yang melarang mempunyai anak atau melarang

bekerja di luar rumah.

6. Kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah seorang pegawai pemerintahan

desa/kelurahan, seorang anggota DPRD setempat, nama presiden, mengetahui pentingnya

memiliki surat nikah dan hukum-hukum waris.

7. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes: seorang dianggap berdaya jika dia

terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain melakukan protes, misalnya terhadap

suami yang memukul istri, istri yang mengabaikan suami dan keluarganya, gaji yang

tidak adil, penyalahgunaan bantuan sosial, atau penyalahgunaan kekuasaan polisi dan

(25)

8. Jaminan ekonomi dalam kontribusi terhadap keluarga: memiliki rumah, aset produktif,

tabungan, seseorang dianggap memiliki poin tinggi jika dia memiliki aspek-aspek tertentu

secara sendiri atau terpisah dar pasangannya.

1.5.2 Administrasi Pembangunan

1.5.2.1 Administrasi

Istilah administrasi berasal dari bahasa latin yaitu “Ad” dan “ministrate” yang artinya

pemberian jasa atau bantuan, yang dalam bahasa Inggris disebut “Administration” artinya

“To Serve”, yaitu melayani dengan sebaik-baiknya.

Pengertian administrasi dapat dibedakan menjadi 2 pengertian yaitu :

1. Administrasi dalam arti sempit. Menurut Soewarno Handayaningrat mengatakan:

Administrasi secara sempit berasal dari kata Administratie (bahasa Belanda) yaitu

meliputi kegiatan cata-mencatat, surat-menyurat, pembukuan ringan, keti-mengetik,

agenda dan sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan”(1988:2). Dari definisi

tersebut dapat disimpulkan administrasi dalam arti sempit merupakan kegiatan

ketatausahaan yang meliputi kegiatan cata-mencatat, surat-menyurat, pembukuan dan

pengarsipan surat serta hal-hal lainnya yang dimaksudkan untuk menyediakan informasi

serta mempermudah memperoleh informasi kembali jika dibutuhkan.

2. Administrasi dalam arti luas. Menurut The Liang Gie mengatakan “Administrasi secara

luas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu

kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu”(1980:9). Administrasi secara luas dapat

disimpulkan pada dasarnya semua mengandung unsur pokok yang sama yaitu adanya

kegiatan tertentu, adanya manusia yang melakukan kerjasama serta mencapai tujuan yang

(26)

Pendapat lain mengenai administrasi dikemukan oleh Sondang P. Siagian

mengemukakan “Administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara 2 orang atau

lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya” (1994:3). Berdasarkan uraian dan definisi tersebut maka dapat diambil

kesimpulan bahwa administrasi adalah seluruh kegiatan yang dilakukan melalui kerjasama

dalam suatu organisasi berdasarkan rencana yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan.

1.5.2.2 Pembangunan

Penggunaan kata pembangunan telah dipopulerkan oleh para sarjana dan pembuat

kebijakan di Amerika Serikat, dan diperkenalkan ke Eropa Barat dan negara-negara dunia

ketiga yang sedang berkembang. Pembangunan berasal dari kata development. Kata

development ini diartikan sebagai pembangunan atau perkembangan dan perubahan sosial.

Menurut Sondang P. Siagian pembangunan didefenisikan sebagai rangkaian usaha

mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar dalam rangka

pembinaan bangsa.14

Pembangunan menurut Alexander adalah proses perubahan yang mencakup seluruh

sistem sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan

teknologi, kelembagaan, dan budaya. Portes mendefenisiskan pembangunan sebagai

transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang

direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Menurut Deddy

T. Tikson bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi

ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah

yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui

14

(27)

peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa, sehingga

kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar.15

Menurut Todaro pembangunan merupakan suatu proses berdimensi jamak yang

melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan

kelembagaan nasional, seperti halnya percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan

ketidakmerataan, dan pemberantasan kemiskinan absolut.16

1. Pembangunan bukan hanya diarahkan untuk peningkatan income, tetapi juga pemerataan. Menurut Todaro defenisi di atas

memberikan beberapa implikasi bahwa:

2. Pembangunan juga harus memperhatikan aspek kemanusiaan seperti:

a. Life sustenance: kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.

b. Self-Esteem: kemampuan untuk menjadi orang yang utuh yang memiliki harga diri

dan tidak diisap orang lain.

c. Freedom From Servitude: Kemampuan untuk melakukan berbagai pilihan dalam

hidup, yang tentunya tidak merugikan orang lain.

Konsep dasar di atas telah melahirkan beberapa arti pembangunan yang sekarang ini

menjadi popular, yaitu:

1. Capacity: hal ini yang menyangkut aspek kemampuan meningkatkan income atau

produktivitas.

2. Equity: hal ini menyangkut aspek pengurangan kesenjangan antara berbagai lapisan

masyarakat dan daerah.

3. Enpowerment: hal ini menyangkut pemberdayaan masyarakat agar dapat menjadi aktif

dalam memperjuangkan nasibnya dan sesamanya.

15

2011 jam 07:05 WIB

16

(28)

4. Suistanable: hal ini menyangkut usaha untuk menjaga kelestarian pembangunan.

Esensi dari pembangunan ternyata tidak hanya dapat dilihat dari sisi pengertian dan

defenisi tetapi dapat juga beranjak dari segi tujuan pembangunan tersebut. Hal ini sesuai

dengan pendapat Gant seperti yang dikutip oleh Arifin17

17

M. Arifin NST, Perencanaan Pembangunan Daerah,(Medan:FISIP USU Press), hal 42

yang melihat makna pembangunan

tersebut. Dalam hal ini Gant menyebutkan tujuan pembangunan ada dua tahap. Tahap

pertama, pada hakikatnya pembangunan bertujuan untuk mengapuskan kemiskinan. Apabila

tujuan ini sudah mulai dirasakan hasilnya maka tahap kedua adalah menciptakan

kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.

Berdasarkan pendapat di atas menunjukkan bahwa pembangunan memiliki tujuan yang luas

dan mulia yang menyangkut pada kesempatan pada keseluruhan kebutuhan manusia dalam

mewujudkan dan memenuhi kebutuhan masyarakat secara luas baik dalam bentuk materi

maupun non materi.

1.5.2.3 Paradigma Pembangunan

Paradigma pembangunan adalah cara pandang terhadap suatu persoalan pembangunan

yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pembangunan dalam arti pembangunan baik

sebagai proses maupun sebagai metode untuk mencapai peningkatan kualitas hidup manusia

dan kesejahteraan rakyat. Paradigma pembangunan pada suatu waktu tertentu dipergunakan

sebagai acuan pada proses pembangunan bangsa di suatu negara, sebagai upaya

meningkatkan kualitas pembangunannya. Peningkatan kualitas pembangunan yang

benar-benar berorientasi untuk peningkatan kualitas hidup manusia dan kepentingan kesejahteraan

rakyat merupakan salah satu perwujudan good governance yang diagendakan dalam

(29)

Dalam perkembangannya, pembangunan bangsa-bangsa di dunia mengalami beberapa

pergeseran pola atau model atau paradigma pembangunan mulai dari paradigma

pertumbuhan, paradigma kesejahteraan, paradigma neo - ekonomi, paradigma dependencia

sampai paradigma pembangunan manusia. Dalam tulisan ini secara terbatas dilakukan

pengkajian pada tiga paradigma saja yang dipandang cukup dominan, khususnya di negara

kita, yaitu :

a. Paradigma Pertumbuhan(Growth Paradigm)

Pelaksanaan pembangunan dinegara berkembang (developing countries), penekanannya

pada upaya peningkatan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan pendapatan nasional.

Penerapan paradigma pertumbuhan dalam pelaksanaan pembangunan berorientasi pada

pertumbuhan ekonomi. Dalam hubungan ini PBB mencanangkan dasawarsa pembangunan

pertama berlangsung pada dasawarsa 1960-1970 dengan strategi pertumbuhan ekonomi

negara berkembang sebesar 5% pertahun. Pada periode ini ternyata mengabaikan masalah

distribusi pendapatan nasional, sehingga timbul masalah kemiskinan, penganguran dan

kesenjangan pembagian pendapatan, urbanisasi dan kerusakan lingkungan.

Melihat kenyataan itu terjadilah pergeseran dari strategi pertumbuhan ekonomi menjadi

strategi pertumbuhan dan pemerataan pembangunan Selanjutnya timbul pemikiran paradigma

baru yaitu paradigma kesejahteraan (welfare paradigm)

b. Paradigma Kesejahteraan(welfare paradigm):

Pada awal dasawarsa 1970 – an muncul pemikiran baru dalam pelaksanaan

pembangunan yaitu paradigma kesejahteraan (welfare paradigm) yang orientasinya ingin

mewujudkan peningkatan kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial dalam waktu sesingkat

mungkin.

Pada periode dasawarsa pembangunan kedua (1971-1980) pelaksanaan pembangunan

(30)

pemerataan pembangunan (growth and equity of strategy development) menuju industrialisasi

dengan strategi pertumbuhan ekonomi sebesar 6% pertahun dengan tujuan pemerataan

pembangunan di bidang pendapatan, kesehatan, keadilan, pendidikan, kewirausahaan,

keamanan, kesejahteraan sosial termasuk pelestarian dan penyelamatan lingkungan dari

kerusakan. Dalam dasawarsa ini ternyata juga belum mampu merubah ketergantungan negara

berkembang terhadap negara maju ditandai dengan ketergantungan investasi, bantuan dan

pinjaman luar negeri.

Penerapan paradigma kesejahteraan ini cenderung pelaksanaan pembanagunan bersifat

sentralistik (top down) sehingga cenderung menumbuhkan hubungan ketergantungan antara

rakyat dan proyek-proyek pembangunan (birokrasi pemerintah) yang dilakukan oleh

pemerintah. Pada gilirannya dapat membahayakan keberlanjutan proyek pembangunan itu,

karena pembangunan sifatnya tidak menumbuhkan pemberdayaan (disempowering) rakyat

agar mampu menjadi subyek dalam pembangunan.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan pembangunan dengan orientasi pada

pertumbuhan ekonomi menjadikan paradigma pertumbuhan menjadi semakin dominan. Akan

tetapi keberhasilan itu tidak terlepas dari berbagai resiko negatif yang terjadi. Sebagaimana

dinyatakan oleh Tjokrowinoto (1999:10) bahwa paradigma pertumbuhan cenderung

menciptakan efek negatif tertentu yang akibatnya menurunkan derajat keberlanjutan

pembangunan. Selanjutnya muncul gagasan baru dalam strategi pembangunan untuk

menjamin keberlanjutan pembangunan yaitu pembangunan berkelanjutan (sustained

development).

Strategi pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) ini belajar dari

pengalaman pelaksanaan pembangunan pada dasawarsa ketiga dengan munculnya konsep

tata ekonomi dunia baru sebagai upaya perbaikan sosial ekonomi negara berkembang dengan

(31)

proses pembangunan berkaitan dengan masalah kependudukan yang meningkat pesat

(population boom), urbanisasi, kemiskinan, kebodohan, partisipasi masyarakat, organisasi

sosial politik, kerusakan lingkungan dan masyarakat pedesaan. Dalam dasawarsa ini masih

manghadapi masalah yakni pelaksanaan pembangunan tidak berdemensi pada pembangunan

manusia, sehingga pada gilirannya berpengaruh pada timbulnya masalah ketidak adilan,

kelangsungan hidup dan ketidak terpaduan pembangunan.

c. Paradigma Pembangunan Manusia (People Centered Development Paradigm)

Belajar dari pengalaman pada dasawarsa ketiga pada awal 1980-an di negara

berkembang penerapan konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)

didukung dengan pendekatan pembangunan manusia (human development) yang ditandai

dengan pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada pelayanan sosial melalui

pemenuhan kebutuhan pokok berupa pelayanan sosial di sektor kesehatan, perbaikan gizi,

sanitasi, pendidikan dan pendapatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di samping

itu juga diarahkan pada upaya mewujudkan keadilan, pemerataan dan peningkatan budaya,

kedamaian serta pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered development)

dan berorientasi pada pemberdayaan masyarakat (public empowerment) agar dapat menjadi

aktor pembangunan sehingga dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan, kemandirian dan etos kerja.

Fokus perhatian dari paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia ini (people

centered development paradigm) ini adalah perkembangan manusia (human-growth),

kesejahteraan (well-being), keadilan (equity) dan berkelanjutan (sustainability). Dominasi

pemikiran dalam paradigma ini adalah keseimbangan ekologi manusia (balanced human

ecology), sumber pembangunannya adalah informasi dan prakarsa yang kreatif dengan tujuan

(32)

dalam Tjokrowinoto, 1999:218) . Dalam paradigma pembangunan manusia yang

mendapatkan perhatian dalam proses pembangunan adalah :

a. Pelayanan sosial (social service);

b. Pembelajaran sosial (social learning);

c. Pemberdayaan (empowerment);

d. Kemampuan (capacity);

e. Kelembagaan (institutional building).

1.5.2.4 Administrasi Pembangunan

Dr. Mustopadidjaya (1997:7) menyatakan administrasi pembangunan adalah ilmu dan

seni tentang bagaimana pembangunan suatu sistem administrasi tersebut mampu

menyelenggarakan berbagai fungsi pemerintahan dan pembangunan secara efektif dan

efisien.

Pengertian pembangunan dapat ditinjau dari berbagai segi. Kata pembangunan secara

sederhana sering diartikan sebagai proses perubahan ke arah keadaan yang lebih baik. Seperti

dikatan oleh Seers (1969) di sini ada pertimbangan nilai (value judgment). Atau menurut

Riggs (1966) ada orientasi nilai yang menguntungkan (favourable value orientation).

Namun, ada perbedaan antara arti pembangunan dan perkembangan. Pembangunan

adalah perubahan ke arah kondisi yang lebih melalui upaya yang dilakukan secara terencana,

sedangkan perkembangan adalah perubahan yang dapat lebih baik atau lebih buruk, dan tidak

perlu ada upaya tertentu. Adanya upaya yang diselenggarakan secara berencana, merupakan

unsur penting dalam pembangunan.

Tujuan pokok pembangunan adalah memperluas pilihan-pilihan manusia (UI Haq, 1995

dalam Nurlela 2008)18

18

Nurlela Ketaren, 2008. Buku Ajar Administrasi Pembangunan, FISIP USU, Hal 218

(33)

kemampuan/kapabilitas manusia, seperti tercemin dalam kesehatan, pengetahuan, dan

keahlian yang meningkat. Kedua, penggunaan kemampuan yang telah dipunyai untuk

bekerja, untuk menikmati kehidupan, atau untuk aktif dalam kegiatan kebudayaan, sosial dan

politik. Paradigma pembangunan manusia yang disebut sebagai sebuah konsep yang holistik

ini mempunyai 4 unsur penting, yakni: (1) peningkatan produktivitas, (2) pemerataan

kesempatan, (3) kesinambungan pembangunan, dan (4) pemberdayaan manusia.

Konsep ini diprakarsai dan ditunjang oleh United Nation Development Program

(UNDP), yang mengembangkan Indeks Pembangunan Manusia dan Human Devlopment

Index (HDI). Indeks ini merupakan indikator komposit/gabungan yang terdiri dari 3 ukuran,

yaitu: kesehatan (sebagai ukuran longevity), pendidikan (sebagai ukuran knowledge), dan

tingkatan pendapatan riil (sebagai ukuran living standards).

Administrasi pembangunan tidak lain adalah administrasi negara juga (yang lebih

ditujukan) untuk mendukung proses pembangunan. Administrasi pembangunan lebih bersifat

pembaharuan, merintis atau mempelopori sehingga terjadi proses perubahan yang

dikehendaki (inovatif, degree of pioneering). Agar administrasi pembangunan lebih

mendukung proses pembangunan, maka pada umumnya terikat hubungannya dengan

perencanaan pembangunan. Administrasi pembangunan oleh karena itu adalah pembangunan

administrasi negara dan penyempurnaan administrasi bagi penyelenggaraan proses

pembangunan.

Administrasi pembangunan berkembang karena adanya kebutuhan di negara-negara

yang sedang membangun untuk mengembangkan lembaga-lembaga dan pranata-pranata

sosial, politik, dan ekonominya, agar pembangunan dapat berhasil. Dari sudut praktik, dan

ekonominya, agar pembangunan merangkum dua kegiatan besar dalam satu kesatuan

(34)

Administrasi pembangunan bersumber dari administrasi negara. Dengan demikian,

kaidah-kaidah umum administrasi negara berlaku pula pada administrasi pembngunan.

Namun administrasi pembangunan memberi perhatian lebih luas daripada hanya membahas

penyelenggaraan administrasi pemerintahan dalam pengertian umum, seperti memelihara

keamanan, hukum dan ketertiban, mengumpulkan pajak, memberikan pelayanan publik, dan

menyelenggarakan hubungan dengan negara lain. Administrasi pembangunan bersifat

dinamis dan inovatif, karena menyangkut upaya mengandalkan perubahan-perubahan sosial.

Dalam upaya itu administrasi pembangunan sangat berkepentingan dan terlibat dalam

pengerahan sumber daya dan pengalokasiannya untuk kegiatan pembangunan (Katz, 1971).

Perbedaan tersebut kini tidak terlalu tajam lagi karena pada dasarnya administrasi

negara modern juga menghendaki perubahan dalam dirinya dan ingin memprakarsai

pembaharuan lingkungan sosialnya, seperti tercermin dalam paradigma administrasi negara

baru. Perbedaannya mungkin terletak pada di mana diterapkannya konsep itu. Administrasi

pembangunan adalah untuk negara berkembang, dan umumnya tidak diterapkan di negara

maju, meskipun administrasi negara di negara maju juga secara aktif terlibat dalam upaya

memperbaiki diri dan kehidupan masyarakatnya.

Pentingnya Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat

Semua konsep pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan manusia. Namun, kesejahteraan tersebut ingin dicapai dengan membangun

harkat dan sesuai dengan martabat kemanusiaan. Karena, pada dasarnya manusia

berkeinginan untuk membangun kehidupan dan meningkatkan kesejahteraannya dengan

berlandaskan pada kemampuannya dan dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Berdasarkan pandangan tersebut, pemerintah Indonesia mengembangkan konsep

(35)

Pembangunan yang berorientasi kerakyatan dan berbagai kebijaksanaan yang

berpihak pada kepentingan rakyat tidak berarti akan menghambat upaya mempertahankan

atau meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan akan berkesinambungan

dalam jangka panjang jika sumber utamanya berasal dari rakyat sendiri, baik itu produktifitas

rakyat maupun sumber daya yang berkembang melalui penguatan ekonomi rakyat.

Dalam rangka pemikiran itulah dikembangkan konsep pemberdayaan masyarakat

sebagai sebuah strategi untuk membangun kesejahteraan sebagai upaya yang

berkesinambungan dan berkeadilan19

Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris, empowerment. Jika dirincikan akan cukup

banyak sumber yang dapat menghasilkan power, yaitu kekayaan, pendidikan , status sosial,

legitimasi sosial, penguasaan atas informasi, dan pengetahuan, ketrampilan kekuatan fisik

dan sebagainya. Di bidang ekonomi kemampuan untuk memperoleh akses dan menguasai

akses produktif seperti modal, lahan, teknologi dan sebagainya merupakan sumber kekuatan.

Di bidang politik, keabsahan karena kekuasaan formal juga menjadi sumner kekuatan.

Banyaknya pengikut juga akan memberi kekuatan. Di bidang sosial, taraf pengetahuan dsan

pendidikan bahkan juga kesehatan fisik dapat merupakan unsur yang menjadi sumber

kekuatan.20 Demikian uraian mengenai empowerment atau pemberdayaan sebagai konsep

pembangunan, yang mencoba memecahkan masalah pembangunan untuk menghasilkan

peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan dan berkesinambungan21

Pembangunan masyarakat dan pemberdayaan rakyat tidak mungkin dipisahkan dari

arena konteks dimana ia beroperasi. Pemberdayaan masyarakat merupakan bagian dari

strategi dan program pembangunan kesejahteraan sosial. Keberhasilan pemberdayaan .

19

Agus R. Sarjono, 1999, Pembebasan Budaya-budaya Kita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Hal. 191

20

Ibid, Hal. 194

21

(36)

masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi,

kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, dan kemampuan kultural dan politis22

Shardlow menggambarkan bahwa pemberdayaan sebagai sebuah gagasan yang tidak

jauh beda dari gagasan Biestek yang dikenal di bidang pendidikan Ilmu Kesejahteraan Sosial

dengan nama “Self-Determination” yang dikenal sebagai salah satu prinsip dasar dalam

bidang pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial. Prinsip ini pada intinya mendorong klien

untuk menentukan sendiri apa yang harus dilakukan dalam kaitan dengan upaya dalam

mengatasi permasalahan yang dihadapi. Sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan

penuh dalam membentuk hari depannya

.

23

Kebijaksanaan langsung diarahkan pada pemberdayaan masyarakat secara nasional

dalam bentuk penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung kebutuhan dasar berupa

pangan, sandang, perumahan, kesehatan, dan pendidikan, peningkatan produktifitas dan

pendapatan khusus bagi masyarakat yang berpendapatan rendah .

24

1. Berkurangnya jumlah penduduk miskin,

.

Indikator keberhasilan yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan program-program

pemberdayaan masyarakat mencakup:

2. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin

dengan memanfatkan sumber daya yang tersedia,

3. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga

miskin di lingkungannya,

22

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Bandung: PT Refika Aditama, 2009, Hal. 1

23

Isbandi Rukminto Andi,2003. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas: Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, Jakarta: Universitas Indonesia, Hal. 55.

24

(37)

4. Meningkatkan kemandirian kelompok yang di tandai dengan semakin berkembangnya

usaha produktif anggota dan kelompok, semakin kuatnya permodalan kelompok, semakin

rapinya sistem administrasi kelompok, serta semakin luasnya interaksi kelompok dengan

kelompok lain di dalam masyarakat, serta

5. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang di tandai oleh

peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan

kebutuhan sosial dasarnya25.

Secara nasional, strategi pemberdayaan masyarakat erat kaitannya dengan penciptaan

kesempatan kerja dan peluang berusaha yang memberikan pendapatan yang memadai bagi

masyarakat. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring

dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat agar rakyat mampu mewujudkan

kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang

berkelanjutan26

1. Pembangunan/Penyempurnaan Administrasi Negara

.

Fungsi Administrasi Pembangunan :

a. Kepemimpinan administratif, kepemimpinan inovatif dan administrator

pembangunan.

b. Pendayagunaan kelembagaan (organisasi-organisasi pemerintah untuk melaksanakan

pembangunan).

c. Pendayagunaan kepegawaian (pengadaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan).

d. Pendayagunaan ketatalaksanaan (jika dikaitkan dengan organisasi disebut masalah

organisasi dan tata laksana termasuk prosedur dan tata kerja)

25

Ibid, Hal. 138-139

26

(38)

2. Penyempurnaan administrasi bagi penyelenggaraan proses pembangunan

a. Administrasi perencanaan dan pemrograman pembangunan (misalnya kemampuan

dan mekanisme analisa dan pembentukan kebijaksanaan pembangunan, sistem

perencanaan dan penganggaran).

b. Administrasi pembiayaan pembangunan (penyaluran biaya untuk berbagai macam

kegiatan pembangunan yang berbeda-beda sifatnya).

c. Administrasi/ manajemen program dan proyek pembangunan, termasuk berbagai cara

koordinasinya.

d. Administrasi/ sistem pengendalian dan pengawasan (pengawasan atasan langsung

fungsional).

1.5.3. Pembangunan Desa

Pembangunan pedesaan sangat penting dilakukan untuk Indonesia karena sebagian

besar penduduk Indonesia, yaitu kurang lebih 60% melakukan kegiatan pertanian sebagai

mata pencaharian, dan mereka tinggal di pedesaan. Pembangunan atau pengembangan

pedesaan meurut Mosher yang dikuti oleh Jayadinata dan Pramandika27

Maksud pembangunan pedesaan adalah menghilangkan atau mengurangi berbagai

hambatan dalam kehidupan sosial-ekonomi, seperti kurang pengetahuan dan keterampilan,

kurang kesempatan kerja, dan sebagainya. Sasaran dari program pembangunan pedesaan

adalah meningkatkan kehidupan sosial dan kehidupan ekonomi keluarga petani sehingga

mereka mendapat kesejahteraan, yang berarti mereka memperoleh tingkat kepuasan dalam , dapat mempunyai

tujuan yaitu pertumbuhan sektor pertanian, integrasi nasional yaitu membawa seluruh

penduduk suatu negeri ke dalam pola utama kehidupan yang sesuai, dan keadilan ekonomi

yakni bagaimana pendapatan itu dibagi-bagi kepada seluruh penduduk.

27

(39)

pemenuhan kebutuhan material (makanan-minuman, pakaina, perumahan, alat-alat, dsb) dan

kebutuhan spiritualnya (pendidikan, agama, ilmu, keamanan, kepercayaan terhadap diri

sendiri, dsb).

Pembangunan desa harus dilihat sebagai upaya mempercepat pembangunan pedesaan

melalui penyediaan prasarana dan sarana untuk memberdayakan masyarakat dan upaya

mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kokoh.28

1. Pembangunan sarana dan prasarana pedesaan (meliputi pengairan, jaringan jalan,

lingkungan pemukiman dan lainnya).

Tujuan pembangunan

desa jangka panjang adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan secara langsung

melalui peningkatan kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan berdasarkan

pendekatan bina lingkungan, bina usaha dan bina manusia, dan secara tidak langsung adalah

meletakkan dasar-dasar yang kokoh bagi pembangunan nasional. Sedangkan tujuan jangka

pendeknya adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan ekonomi dan

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya alam. Sasaran pembangunan desa adalah

terciptanya peningkatan produkti dan produktivitas, percepatan pertumbuhan desa,

peningkatan keterampilan dalam berproduksi dan pengembangan lapangan kerja dan

lapangan usaha produktif, peningkatan prakarsa dan partisipasi masyarakat, dan perkuatan

kelembagaan. Pembangunan pedesaan seharusnya menerapkan prinsi-prinsip yaitu

transparansi, partisipasi, dapat dinikmati masyarakat, dapat dipertanggung jawabkan, dan

berkelanjutan. Pembangunan desa yang dilaksanakan harus sesuai dengan masalah yang

dihadapi, potensi yang dimiliki, serta aspirasi dan prioritas masyarakat pedesaan.

1.5.3.1 Ruang Lingkup Pembangunan Pedesaan

Pengembangan pedesaan mempunyai ruang lingkup, yaitu:

28

(40)

2. Pemberdayaan masyarakat.

3. Pengolahan sumber daya alam (SDA), dan sumber daya manusia (SDM).

4. Penciptaan lapangan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan (khususnya

terhadap kawasan-kawasan miskin).

5. Penataan keterkaitan antar kawasan-kawasan dengan kawasan perkotaan (inter

rural-urban relationship)

1.5.3.2 Tiga Prinsip Pokok Pembangunan Desa

Pembangunan pedesaan dilakukan dengan pendekatan secara multisektoral (holistic),

partisipatif, berlandaskan pada semangat kemandirian, berwawasan lingkungan dan

berkelanjutan serta melaksanakan pemanfaatan sumber daya pembangunan secara serasi dan

selaras dan sinergi sehingga tercapai optimalitas. Ada tiga prinsip pokok pembangunan

pedesaan, yaitu:

1. Kebijakan dan langkah-langkah pembangunan di setiap desa mengacu kepada pencapaian

Trilogi Pembangunan. Ketiga unsur Trilogi Pembangunan tersebut yaitu pemerataan

pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan stabilitas

yang sehat dan dinamis, diterapkan di sektor, termasuk desa dan kota, di setiap wilayah

dan antar wilayah secara saling terkait, serta dikembangkan secara selaras dan terpadu.

2. Pembangunan desa dilakukan dengan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan.

Penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan mensyaratkan setiap daerah lebih

mengandalkan sumber-sumber alam yang terbaharui sebagai sumber pertumbuhan. Di

samping itu setiap desa perlu memanfaatkan SDM secara luas, memanfaatkan modal

fisik, prasarana mesin-mesin, dan peralatan seefisien mungkin.

3. Meningkatkan efisiensi masyarakat melalui kebijaksanaan deregulasi, debirokratisasi, dan

(41)

1.5.3.3 Tujuan Pembangunan Desa

Salah satu faktor pembentuk kemampuan untuk untuk mewujudkan masa depan yang

direncanakan menurut Bryant & White (1987:24) adalah empowerment. Dengan

empowerment masyarakat mempunyai kesempatan untuk terus mengembangkan kemampuan

dan peranannya dalam merencanakan dan melaksanakan sendiri perubahan-perubahan yang

mereka kehendaki untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik. Pembangunan yang

terkait dengan empowerment adalah pembangunan desa, yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat dan lembaga desa secara simultan. Dengan tujuan itu pembangunan

desa dirancang untuk menjadi landasan yang kokoh bagi pembangunan daerah dan

pembangunan nasional, selain itu pembangunan desa juga diharapkan dapat menjadi

pembangunan yang berwawasan masa depan dan berkelanjutan.

1.5.4. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan menurut Tjokroamidjojo (1984:224)

merupakan bagian yang integral yang harus ditumbuhkembangkan yang pada akhirnya akan

menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa tanggung jawab (sense of

responsibility) dari masyarakat secara sadar, bergairah dan bertanggung jawab, karena

partisipasi merupakan kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai

kemampuan setiap orang.

Partisipasi masyarakat menurut Adisasmita (2006:41) adalah pemberdayaan

masyarakat, peran sertanya dalam kegiatan penyusunan perencanaan, dan implementasi

program/proyek pembangunan dan merupakan aktualisasi dan kesediaan dan kemauan

masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi program

pembangunan. Dan agar partisipasi dapat memberikan hasil yang berdaya guna, Adisasmita

Gambar

Tabel 3.1
Tabel Klasifikasi Penduduk Desa Hilimo’asio
Tabel 3.4
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan penelitian di lapangan, dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan baik pada

“Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) Bidang Prasarana dan Sarana di Desa Silo Kecamatan Silo Kabupaten Jember”;

Unit populasi dalam penelitian ini adalah seluruh fasilitator Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MPd) di Kabupaten Jombang, yang berjumlah

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PEMINJAMAN DANA PNPM-MPd (PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN.. MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN) KECAMATAN MAJENANG

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa alokasi anggaran PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Tobelo telah sesuai atau tepat pemanfaatannya, bahwa masyarakat

Berdasarkan penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa Evaluasi Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan khususnya pada pembangunan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM- MP) memiliki pengaruh terhadap ekonomi

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) dilakukan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh pengelola Program Nasional Pemberdayaan