GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT UMUM DEWASA DI KELURAHAN MADRAS HULU TENTANG PENYAKIT
JANTUNG KORONER (PJK)
Oleh:
NUR RUZANNA BT ZULKIFLI
NIM: 070100297
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT UMUM DEWASA DI KELURAHAN MADRAS HULU TENTANG PENYAKIT
JANTUNG KORONER (PJK)
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh:
NUR RUZANNA BT ZULKIFLI
NIM: 070100297
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Abstrak
Latar Belakang: Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian
nomor satu di Indonesia.Meningkatnya angka penderita PJK disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko penyakit jantung koroner dan kurangnya upaya dalam mencegah penyakit ini.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskritif analitik dengan
desain cross-sectional.Responden yaitu masyarakat umum diberi kuesioner yang terdiri dari 20 soal dan bersifat menguji pengetahuan masyarakat tentang PJK seperti faktor resiko dan pencegahannya. Data yang diperoleh dari responden telah di entry kedalam program komputer yaitu SPSS (Statistical product and service solution) versi 17.0 dan hasil telah ditampilkan dalam tabel distribusi.
Tujuan:. Penelitian ini bertujuan membantu masyarakat umum untuk lebih
mengetahui tentang faktor resiko PJK dan pencegahannya serta melalui penelitian ini juga,dapat diketahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat umum di Kelurahan Madras Hulu tentang PJK.
Hasil: Penelitian ini telah berjaya mencapai tujuan umum serta tujuan khusus yang
dikemukakan saat awal penelitian ini dijalankan.Dari penelitian ini dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa rata-rata masyarakat umum di Kelurahan Madras Hulu mempunyai tingkat pengetahuan sedang seramai 55 orang (55.0%) dengan menjawab 8-15 soalan dari kuesioner dengan betul.Seramai 37 orang (37%) responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dan 8 orang (8%) responden mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik dengan melakukan distribusi sampel umur, jenis kelamin,dan tingkat pendidikan.
Kesimpulan: Kesimpulannya secara keseluruhan masyarakat di Kelurahan Madras
Hulu mempunyai tingkat pengetahuan sedang tentang PJK.Penelitian saya menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pada umumnya baik pada responden dengan tingkat pendidikan terakhirnya SMA yaitu sejumlah 31 orang (41.9%) dan tingkat pengetahuan kurang baik juga pada responden dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sejumlah 4 orang (5.4%). Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan kelompok umur yang mendekati resiko untuk mendapat PJK seperti kelompok umur 45-49 tahun mempunyai tingkat pengetahuan baik.
Kata kunci: tingkat pengetahuan , Penyakit Jantung Koroner, masyarakat umum
Abstract
Background:Coronary Heart Disease (CHD) is the number one cause of death in
Indonesia.Increasing numbers of CHD patients due to lack of public knowledge about risk factors of coronary heart disease and a lack of effort in preventing this disease
Method:The research is an descriptive analytic by using cross-sectional
design.Respondents from public is given a questionnaire consisting of 20 questions and the test is public knowledge about coronary heart disease as risk factors and prevention. Data obtained from each respondent will be entry into a computer program of SPSS (Statistical Product and service solution) version 17.0 and results
were shown in the table of distribution.
Results:
Objective: This study aims to help the general public to be more aware of the risk
factors of CHD and its prevention, and through this,too,can know the level of public knowledge in the Kelurahan Madras Hulu.
This study was able to achieve the general goals and specific objectives set forth the beginning of this study.From the research, we can conclude that the overall average of the general public in the Kelurahan Madras Hulu has a moderate level of knowledge about CHD which consist of 55 people (55.0%). A total of 37 people (37%) respondents had good level of knowledge and 8 respondents (8%) had a bad level of knowledge about the distribution of samples by age, gender, and education level.
Conclusion:The entire community in Kelurahan Madras Hulu had a moderate level
of knowledge about coronary heart disease (CHD). Study shows that in general,a good level of knowledge of the respondents with high school education about 31 people (41.9%) and poor knowledge level of the respondents also High Schools are a total of 4 people (5.4%).
Key words: Knowledge, Coronary Heart Disease, General Public of Kelurahan
Madras Hulu
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yang Maha Esa karena akhirnya
penulis Berjaya menjayakan karya tulis ilmiah ini tepat waktu. Karya tulis ilmiah ini
berjudul ‘Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Umum Dewasa di Kelurahan
Madras Hulu Tentang Penyakit Jantung Koroner (PJK).
Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada dosen pembimbing
Prof dr. Sutomo Kasiman,SpPD,SpJP(K) selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan, saran dan pengarahan sehingga proposal ini dapat
terselesaikan.
Tidak lupa juga kepada dosen-dosen dari Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Kedokteran Komunitas; dr Juliandi H.MA, dr Isti Ilmiati Fujiati,MSc, dr Arlinda Sari
Wahyuni,MKes, dr Yuki Yunanda, dan dr Rina Amelia yang tidak pernah bosan
dalam membantu semua mahasiswa stambuk 07 dalam menyiapkan tugasan ini.
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran mahasiswa
FK USU sesuai dengan area 6 kompetensi utama seorang dokter yang tercantum
dalam Standar Kompetensi Pendidikan Kedokteran Dasar Indonesia (KIPDI III).
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi
penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah penulis yang akan datang.
Pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua teman-teman seangkatan yang turut membantu dalam penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat untuk kita semua.
Medan, 06 Desember 2010
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN……… i
ABSTRAK... ii
ABSTRACT……….. iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI………. v
DAFTAR TABEL………. viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………... 1
1.2. Rumusan Masalah……….. 2
1.3. Tujuan penelitian……….... 3
1.3.1. Tujuan Umum... 3
1.3.2. Tujuan Khusus... 4
1.4. Manfaat Penelitian……….. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan….……….. 5
2.2. Penyakit Jantung Koroner……….………. 6
2.2.1. Definisi Penyakit Jantung Koroner………... 6
2.2.2. Etiologi dan Faktor Resiko PJK………..…….... 8
2.2.3. Manifestasi Klinis PJK……… 15
2.2.5. Tatalaksana PJK……….. 19
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian………. 21
3.2. Definisi Operasional……….. 21
3.3. Cara Ukur... 22
3.4. Alat Ukur... 22
3.5. Hasil Pengukuran... 22
3.6. Skala Pengukuran………...……. 23
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian………... 24
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian……… 24
4.3. Populasi dan Sampel……….. 25
4.4. Teknik Pengumpulan Data………... 26
4.5. Pengolahan dan Analisis Data………... 28
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1.Hasil Penelitian……… 29
5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian……… 30
5.2..Deskripsi Karakteristik Responden………...……….. 30
5.3.Hasil Penelitian………. 34
5.4.Pembahasan……….. 41
5.4.1.Tingkat Pengetahuan………. 41
5.4.2. Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan
Umur,jenis kelamin,dan tingkat pendidikan... 42
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan... 45
6.2.Saran... 45
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
5.1 Karakteristik jantina responden yang mengikuti penelitian 26
5.2 Karakteristik umur responden yang mengikuti penelitian 27
5.3 Karakteristik tingkat pendidikan terakhir responden yang mengikuti penelitian 28
5.4 Hasil analisis tingkat pengetahuan 29
5.5 Sebaran gambaran soal kuesioner tentang PJK 30
5,6 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan umur 31
5,7 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin 32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Subjek Penelitian Lampiran 4 : Surat Validity Content
Abstrak
Latar Belakang: Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian
nomor satu di Indonesia.Meningkatnya angka penderita PJK disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko penyakit jantung koroner dan kurangnya upaya dalam mencegah penyakit ini.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskritif analitik dengan
desain cross-sectional.Responden yaitu masyarakat umum diberi kuesioner yang terdiri dari 20 soal dan bersifat menguji pengetahuan masyarakat tentang PJK seperti faktor resiko dan pencegahannya. Data yang diperoleh dari responden telah di entry kedalam program komputer yaitu SPSS (Statistical product and service solution) versi 17.0 dan hasil telah ditampilkan dalam tabel distribusi.
Tujuan:. Penelitian ini bertujuan membantu masyarakat umum untuk lebih
mengetahui tentang faktor resiko PJK dan pencegahannya serta melalui penelitian ini juga,dapat diketahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat umum di Kelurahan Madras Hulu tentang PJK.
Hasil: Penelitian ini telah berjaya mencapai tujuan umum serta tujuan khusus yang
dikemukakan saat awal penelitian ini dijalankan.Dari penelitian ini dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa rata-rata masyarakat umum di Kelurahan Madras Hulu mempunyai tingkat pengetahuan sedang seramai 55 orang (55.0%) dengan menjawab 8-15 soalan dari kuesioner dengan betul.Seramai 37 orang (37%) responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dan 8 orang (8%) responden mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik dengan melakukan distribusi sampel umur, jenis kelamin,dan tingkat pendidikan.
Kesimpulan: Kesimpulannya secara keseluruhan masyarakat di Kelurahan Madras
Hulu mempunyai tingkat pengetahuan sedang tentang PJK.Penelitian saya menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pada umumnya baik pada responden dengan tingkat pendidikan terakhirnya SMA yaitu sejumlah 31 orang (41.9%) dan tingkat pengetahuan kurang baik juga pada responden dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sejumlah 4 orang (5.4%). Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan kelompok umur yang mendekati resiko untuk mendapat PJK seperti kelompok umur 45-49 tahun mempunyai tingkat pengetahuan baik.
Kata kunci: tingkat pengetahuan , Penyakit Jantung Koroner, masyarakat umum
Abstract
Background:Coronary Heart Disease (CHD) is the number one cause of death in
Indonesia.Increasing numbers of CHD patients due to lack of public knowledge about risk factors of coronary heart disease and a lack of effort in preventing this disease
Method:The research is an descriptive analytic by using cross-sectional
design.Respondents from public is given a questionnaire consisting of 20 questions and the test is public knowledge about coronary heart disease as risk factors and prevention. Data obtained from each respondent will be entry into a computer program of SPSS (Statistical Product and service solution) version 17.0 and results
were shown in the table of distribution.
Results:
Objective: This study aims to help the general public to be more aware of the risk
factors of CHD and its prevention, and through this,too,can know the level of public knowledge in the Kelurahan Madras Hulu.
This study was able to achieve the general goals and specific objectives set forth the beginning of this study.From the research, we can conclude that the overall average of the general public in the Kelurahan Madras Hulu has a moderate level of knowledge about CHD which consist of 55 people (55.0%). A total of 37 people (37%) respondents had good level of knowledge and 8 respondents (8%) had a bad level of knowledge about the distribution of samples by age, gender, and education level.
Conclusion:The entire community in Kelurahan Madras Hulu had a moderate level
of knowledge about coronary heart disease (CHD). Study shows that in general,a good level of knowledge of the respondents with high school education about 31 people (41.9%) and poor knowledge level of the respondents also High Schools are a total of 4 people (5.4%).
Key words: Knowledge, Coronary Heart Disease, General Public of Kelurahan
Madras Hulu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Dewasa ini Penyakit Jantung Koroner / Coronnary Artery Disease (PJK /
CAD) merupakan salah satu penyakit jantung yang sangat penting karena penyakit
ini diderita oleh jutaan orang dan merupakan penyebab kematian utama di beberapa
negara termasuk Indonesia. Berbagai transisi yang ada, baik transisi demografik,
sosio-ekonomi maupun epidemiologi telah menimbulkan pergeseran-pergeseran,
termasuk dalam bidang kesehatan. Angka kematian menurun dan usia harapan hidup
secara umum makin panjang, pola penyakit dan penyebab kematian telah berubah.
Penyakit-penyakit yang mematikan bukan lagi penyakit menular, namun telah
bergeser kearah penyakit-penyakit tak menular, misalnya stroke, penyakit jantung
koroner dan lainnya. PJK juga merupakan penyebab disabilitas dan kerugian
ekonomis yang tertinggi dibanding penyakit lain. Di Indonesia, dilaporkan bahwa
PJK merupakan penyebab kematian nomor satu. Oleh karena itu, diagnosis dan
terapi penyakit yang menjadi pembunuh nomor satu di banyak negara tersebut terus
berkembang.
Sampai saat ini penyebab yang pasti dari PJK tidak jelas, faktor risiko diduga
sangat berpengaruh terhadap timbulnya PJK.Timbulnya PJK didasari oleh
proses aterosklerosis yang bersifat progresif yang mana proses tersebut telah dimulai
sejak masa kanak-kanak dan menjadi nyata pada dekade 3 - 4. (Jurnal Kedokteran,2003)
Penyakit jantung akan menjadi penyebab utama kematian di negara-negara
Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global akibat penyakit
jantung terjadi pada kalangan masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan
kondisi itu, dalam keadaan ekonomi terburuk maka upaya pencegahan merupakan
berkembang dari tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung
koroner akan meningkat 137 % pada laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di
negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada
wanita. Di tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab
kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner
menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia.
Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner
(PJK) mencapai 26%. Dalam sepuluh tahun terakhir, angka tersebut cenderung
mengalami peningkatan. Pada tahun 1991, angka kematian akibat PJK adalah 16 %.
Kemudian pada tahun 2001 angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %. Angka
kematian akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk di negara
kita. Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari rumah sakit, kasus tertinggi
penyakit tantung koroner adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 4.784 kasus
(26,00%) dibanding dengan jumlah keseluruhan kasus penyakit jantung koroner di
kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah. Apabila dilihat berdasarkan jumlah kasus
keseluruhan PTM lain di Kabupaten Klaten adalah 3,82%. Sedangkan kasus tertinggi
kedua adalah Kabupaten Banyumas yaitu sebesar 2.004 kasus (10,89%) dan apabila
dibanding dengan jumlah keseluruhan PTM lain di Kabupaten Banyumas adalah
sebesar 9,87%. Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kabupaten Tegal yaitu 2 kasus
(0,01%). Sedangkan kabupaten Semarang dan Kabupaten Cilacap belum
melaporkan. Rata-rata kasus Jantung Koroner di Jawa Tengah adalah 525,62 kasus.
(Himpunan Mahasiswa Epidemiologi FKM Unhas ,2008)
Tiga faktor resiko utama yang saling terkait sebagai penyebab PJK yaitu
kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik, makan tidak seimbang, kegemukan, diet
rendah serat atau kurang buah dan sayur & tinggi kalori/lemak hewani dan lain-lain
Dislipidemia merupakan salah satu dari 5 faktor risiko primer penyakit
jantung koroner (disamping hipertensi, diabetes mellitus, merokok, dan penurunan
aktivitas fisik). Dislipidemia dapat bermanifestasi baik dalam peningkatan total
kolesterol serum, peningkatan trigliserida, peningkatan LDL darah maupun
penurunan HDL. (Anwar T.B,2004)
Meningkatnya angka penderita PJK yang dilaporkan dari tahun ke tahun
disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko penyakit
jantung koroner dan kurangnya upaya dalam mencegah penyakit ini.
Dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengkajian tentang
gambaran tingkat kesadaran masyarakat tentang PJK di Kelurahan Madras Hulu
serta memberi informasi tentang PJK. Kelurahan Madras Hulu dipilih menjadi lokasi
penelitian karena di sini masyarakat umumnya terdiri dari pelbagai status tingkat
pendidikan serta terdiri daripada pelbagai golongan usia.
Pencegahan
harus diusahakan sedapat mungkin dengan cara pengendalian faktor faktor resiko
PJK dan merupakan hal yang cukup penting dalam usaha pencegahan PJK, baik
primer maupun sekunder. Pencegahan primer lebih ditujukan pada mereka yang
sehat tetapi mempunyai resiko tinggi, sedangkan sekunder merupakan upaya
memburuknya penyakit yang secara klinis telah diderita.
1.2.Rumusan Masalah
Bagaimanakah tingkat kesadaran masyarakat di Kelurahan Madras Hulu tentang
penyakit jantung koroner?
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat kesadaran masyarakat di
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui tentang faktor risiko yang bisa mencetuskan penyakit jantung koroner.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1.Dijadikan bahan bacaan dan sumber rujukan umum
2.Memberi informasi dan pendedahan kepada masyarakat di Kelurahan
Madras Hulu pentingnya gaya hidup dan pola makan yang sehat untuk
menghindari terjadinya PJK
3Meningkatkan kegiatan penyuluhan pada masyarakat terutama bagi yang
mempunyai faktor resiko agar dapat melakukan tindakan pencegahan sedini
mungkin dan menurunkan angka penderita PJK
4.Menambahkan ilmu pengetahuan,pengalaman dan kompetensi penulis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi atau Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu
yang terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan tersebut menjadi panca indera manusia yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh dari mata dan telinga, perilaku dalam bentuk pengetahuan yakni dengan
mengetahui situasi atau rangsangan dari luar. Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila perilaku didasari
pengetahuan, kesadatran dan sikap positif maka perilaku tersebuat akan bersifat
langgeng (long tasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.(Notoatmojo,2003)
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif
mempunyai enam tingkatan yakni:
1. Tahu (Know).
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang diterima.
2. Memahami (Compression).
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).
4. Analisis (Analysis).
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya antara satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis).
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation).
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu suatu
criteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dan kuisioner yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden yang dipilih.
(Henry A.W,2008)
2.2 Penyakit Jantung Koroner
2.2.1 Definisi Penyakit Jantung Koroner
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang timbul akibat
penyempitan pada arteri koronaria. Penyempitan tersebut dapat disebabkan oleh
aterosklerosis, sifilis, dan berbagai penyebab lain. Aterosklerosis pada dasarnya
adalah suatu kelainan yang terdiri atas pembentukan fibrolipid local di dalam bentuk
plak-plak yang menonjol atau penebalan yang disebut ateroma yang terdapat di
berkembang dan ia dapat mengalami berbagai komplikasi termasuk kalsifikasi,
perdarahan, ulserasi, dan thrombosis.(Sastroasmoro S & Madiyono B,1994)
2.2.2 Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner
Menurut estimasi WHO, sekitar 50% dari 12 juta penduduk dunia meninggal
akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Faktor prognosis pasien PJK dapat
diubah dan dikendalikan, dan memungkinkan untuk mencegah kematian akibat PJK.
Penyakit jantung koroner ( PJK ) merupakan problema kesehatan utama di
negara membangun. Di Indonesia telah terjadi pergeseran kejadian penyakit jantung
dan pembuluh darah dari urutan ke-l0 tahun 1980 menjadi urutan ke-8 tahun 1986.
Sedangkan penyebab kematian tetap menduduki peringkat ke-3. Banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner sehingga usaha pencegahan
harus bentuk multifaktorial juga
( Sastroasmoro S & Madiyono B,1994)
.
(Anwar T.B,2004)
Di Indonesia penyakit ini adalah pembunuh nomor satu dan jumlah
kejadiannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Data statistik menunjukkan bahwa
pada tahun 1992 persentase penderita PJK di Indonesia adalah 16,5%, dan pada
tahun 2000 melonjak menjadi 26,4%
Meski menjadi pembunuh utama, tetapi masih sedikit sekali orang yang tahu tentang
PJK ini. Terutama tentang faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penyakit
tersebut. Dalam ilmu epidemiologi, jika faktor risiko suatu penyakit telah diketahui
maka akan lebih mudah untuk melakukan tindakan pencegahan karena mencegah
adalah lebih baik dari mengobati.(Djohan T.B.A,2004)
Penyakit kardiovaskular yang di dalamnya termasuk PJK menempati urutan
tangga (SKRT) 1992 . Pada SKRT 1995 meningkat menjadi 18,9 persen. Hasil
Suskernas 2001 malahan memperlihatkan angka 26,4 persen.(Yahya A.F,2005)
2.2.3 Faktor Resiko Jantung Koroner a. Usia
Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK.
Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan
meningkat dengan bertambahnya umur. Juga didapatkan hubungan antara umur dan
kadar kolesterol yaitu kadar kolesterol total akan meningkat dengan bertambahnya
umur. Di Amerika Syarikat, kadar kolesterol pada laki-laki maupun perempuan
mulai meningkat pada umur 20 tahun. Pada laki-laki kadar kolesterol akan
meningkat sampai umur 50 tahun dan akhirnya akan turun sedikit setelah umur 50
tahun. Kadar kolesterol perempuan sebelum menopause (45-60tahun) lebih rendah
daripada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar kolesterol
perempuan biasanya akan meningkat menjadi lebih tinggi daripada laki-laki .Karena
risiko PJK terutama meninggi pada akhir dekade kehidupan, maka menurunkan
kadar kolesterol pada usia tua sangat bermanfaat. Beberapa penelitian membuktikan
bahwa penderita dengan kadar kolesterol yang tinggi bila dapat menurunkan kadar
kolesterol total 1%, maka terjadi penurunan 2% serangan jantung. Jadi bila kadar
kolesterol dapat diturunkan 15% maka risiko PJK akan berkurang 30% .(Yuniadi
Y,2007)
b. Jenis kelamin
Di Amerika Syarikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1
dari 5 laki laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai
risiko PJK dua hingga tiga kali lebih besar daripada perempuan. Pada beberapa
kadar kolesterol. Pada wanita hamil kadar kolesterolnya akan kembali normal 20
minggu setelah melahirkan. Angka kematian pada laki-laki didapatkan lebih tinggi
daripada perempuan akan tetapi setelah menopause, hampir tidak didapatkan
perbedaan antara risiko pada perempuan dengan laki-laki.(Yuniadi Y,2007)
c. Faktor genetik
Hipertensi dan hiperkolesterolemi dipengaruhi juga oleh faktor genetik.
Sebagian kecil orang dengan makanan sehari-harinya tinggi lemak jenuh dan
kolesterol ternyata kadar kolesterol darahnya rendah, sedangkan kebalikannya ada
orang yang tidak dapat menurunkan kadar kolesterol darahnya dengan diet rendah
lemak jenuh dan kolesterol akan tetapi kelompok ini hanya sebagian kecil saja.
Sebagian besar manusia dapat mengatur kadar kolesterol darahnya dengan diet
rendah lemak jenuh dan kolesterol.(Yuniadi Y,2007)
d.Obesitas
Makanan atau minuman siap saji yang didapat melalui restoran fast food,
maupun melalui makanan instant seperti mie instant, makanan kaleng, dan
sebagainya dapat mengakibatkan obesitas atau kelebihan lemak tubuh. Hal tersebut
diperparah lagi dengan kurangnya gerak tubuh yang dilakukan, baik melalui gerak
fisik saat kerja maupun olah raga. Obesitas akan mengakibatkan terjadinya
peningkatan volume darah sekitar 10 - 20 %, bahkan sebagian ahli menyatakan dapat
mencapai 30 %. Hal ini tentu merupakan beban tambahan bagi jantung, otot jantung
akan mengalami perubahan struktur berupa hipertropi atau hiperplasia yang
keduanya dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pompa jantung atau lazim
disebut sebagai gagal jantung atau lemah jantung, dimana penderita akan merasakan
(tergantung dari derajat lemah jantung). Obesitas dapat mempercepat terjadinya
penyakit jantung koroner melalui berbagai cara, yaitu:
1. Obesitas mengakibatkan terjadinya perubahan lipid darah, yaitu
peninggian kadar kolesterol darah, kadar LDL-kolesterol meningkat (kolesterol
jahat, yaitu zat yang mempercepat penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh
darah), penurunan kadar HDL-kolesterol (kolesterol baik, yaitu zat yang mencegah
terjadinya penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah).
2. Obesitas mengakibatkan terjadinya hipertensi (akibat penambahan
volume darah, peningkatan kadar renin, peningkatan kadar aldosteron dan insulin,
meningkatnya tahanan pembuluh darah sistemik, serta terdapatnya penekanan
mekanis oleh lemak pada dinding pembuluh darah tepi).
Obesitas juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan toleransi glukosa ataupun
kencing manis. Jika berat badan naik 20 % maka angka kematian meningkat 20 %
pada pria dan 10 % pada wanita. Sebaliknya menurut studi Framingham, penurunan
berat badan akan memperpanjang usia dan dengan penurunan berat badan sampai 10
% akan menurunkan insiden penyakit jantung koroner 20 %. Obesitas pada masa
kanak-kanak biasanya akan mempunyai efek atau pengaruh yang lebih buruk
terhadap jantung dibanding jika obesitas didapat setelah usia dewasa. Hal ini
disebabkan oleh karena efek samping obesitas ditentukan oleh
berat dan lamanya obesitas.(Djohan T.B.A,2004)
e. Hipertensi
Tekanan darah tinggi mengakibatkan jantung bekerja keras hingga pada suatu
saat akan terjadi kerusakan yang serius. Pada jantung otot jantung akan menebal
(hipertrofi) dan mengakibatkan fungsinya sebagai pompa menjadi terganggu,
pada jantung, tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah
pada otak, mata (retinopati) dan/atau ginjal (gagal ginjal). Tekanan darah tinggi
merupakan faktor risiko major untuk penyakit jantung koroner. 74% dari penderita
penyakit jantung koroner menderita hipertensi. (American Heart
Association)Perubahan hipertensi khususnya pada jantung disebabkan karena:
1.Meningkatnya tekanan darah. Peningkatan tekanan darah merupakan
beban yang berat untuk jantung, sehingga menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri
(faktor miokard).
2.Mempercepat timbulnya aterosklerosis. Tekanan darah yang tinggi dan
menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah
arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya
f. Dislipidemia
aterosklerosis koroner (faktor
koroner).(Djohan T.B.A,2004)
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar
trigliserida serta penurunan kadar HDL. Dalam proses terjadinya aterosklerosis
semuanya mempunyai peran yang penting dan sangat kaitannya satu dengan yang
lain, sehingga tidak mungkin dibicarakan sendiri-sendiri. Ketiga-tiganya sekaligus
dikenal sebagai TriadLipid.
Aterosklerosis adalah suatu bentuk ateriosklerosis yang terutama mengenai
lapisan intima dan umumnya terjadi di arteri muskuler ukuran besar dan sedang serta
merupakan kelainan yang mendasari penyakit jantung iskemik. Athesklosklerosis
terjadi akibat penimbunan kolesterol, lemak, kalsium, sel-sel radang, dan material
pembekuan darah (fibrin). Timbunan ini disebut dengan plak. Terdapat dua macam
Lesi aterosklerosis diklasifikaiskan alas 3 tahap secara morfologik: bercak
perlemakan, plak fibrosa, dan lesi terkomplikasi. Sebelum terjadinya bercak
perlemakan sudah ada gel-gel busa. Bercak perlemakan sudah bisa ditemukan pada
usia 10 tahun dan meningkat kekerapannya pada usia 30 tahun. Flak fibrosa adalah
bentuk lesi yang khas untuk aterosklerosis yang sudah berkembang. Lesi
terkomplikasi adalah plak fibrosa yang sudah mengalami perubahan oleh
peningkatan nekrosis sel, perdarahan, deposit kalsium atau dikuamasi permukaan
endotel diatasnya dan pembentukan trombus. Lesi terkomplikasi dapat
mengakibatkan gangguan aliran di lumen pembuluh darah.
Tahap awal yang penting pada aterogenesis adalah adanya partikel LDL yang
ada dalam sirkulasi terjebak di dalam intima. LDL ini mengalami oksidasi atau
perubahan lain dan kemudian dipindahkan oleh reseptor "Scavenger" khusus pada
makrofag dan gel -gel mural yang lain. Tidak ada pengendalian umpan balik atas
pembentukan reseptor reseptor ini, dan ester-ester kolesterol kemudian berakumulasi
didalam gel sehingga membentuk gel busa. Set gel busa membentuk bercak
perlemakan yang bisa menyebabkan disrubsi pada endotelium. Akhirnya faktor
pertumbuhan mengakibatkan proliferasi gel dan akhirnya lesi aterosklerosis yang
lanjut.(Anwar T.B,2004)
(Anwar T.B,2004)
g. Merokok
Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan
penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta kematian per tahun di negara industri
maju, lebih dari setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5
juta adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke.
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok
usia dan jumlah rokok yang diisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko
merokok bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak
atau gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK. . Telah ditemukan 4.000 jenis
bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat
karsinogenik misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan
pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali.
Umumnya fokus penelitian ditujukan pada peranan nikotin dan CO. Kedua bahan ini,
selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai oksigen ke otot
jantung sehingga merugikan kerja miokard.Nikotin mengganggu sistem saraf
simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain
menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin,
meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung,
serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf,
otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam
asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan
mempermudah timbulnya penggumpalan darah.Nikotin mengaktifkan trombosit
dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh
darah.
Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan
langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO
menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan
mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah).
Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas
darah,sehingga mempermudah penggumpalan darah.
Di samping itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan
dengan bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah
(trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok
jelas akan merusak pembuluh darah perifer.(WHO,2004)
h. Diabetes mellitus
Gangguan toleransi gula atau kencing manis dapat disebabkan oleh obesitas.
Menurut Westlund dan Nicholay Sen, obesitas sedang akan meningkatkan resiko
penyakit jantung koroner 10 kali lipat, bahkan jika berat badan lebih besar 45 % dari
berat badan standar, maka resiko terjadinya penyakit kencing manis akan meningkat
menjadi 30 kali lipat. Mekanismenya belum jelas, akan tetapi terjadi peningkatan
tipe IV hiperlipidemi dan hipertrigliserid, pembentukan platelet yang abnormal dan
DM yang disertai obesitas dan hipertensi.(Djohan T.B.A,2004)
i. Kurang berolahraga
Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolateral
koroner sehingga risiko PJK dapat dikurangi. Olahraga bermanfaat karena
.memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard ,menurunkan BB sehingga
lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL
kolesterol ,menurunkan kolesterol, trigliserid dan kadar gula darah pada penderita
DM , menurunkan tekanan darah ,meningkatkan kesegaran jasmani. Dari penelitian
di Havard selama 10 tahun (1962-1972) terhadap 16.936 alumni Universitas Havard
di Amerika Serikat menyimpulkan orang dengan latihan fisik yang adekuat
kemungkinan menderita serangan PJK lebih kecil dibandingkan dengan yang kurang
2.2.4. Manifestasi Klinis Penyakit Jantung Koroner
Proses terjadinya atheroskloris dapatg sejak masa kanak-kanak, dapat dapat
berlangsung bertahun-tahun tanpa ada gejala. Kadang-kadang gejala timbul saat usia
30-an. Banyak juga gejala baru timbul saat usia 50-60 tahun. Jika sumbatan makin
bertambah besar, maka aliran darah yang menuju jantung makin berkurang sehingga
menyebabkan apa yang dikenal dengan istilah angina pektoris atau nyeri dada.
Angina ini timbul karena ketidakseimbangan antara kebutuhan otot jantung akan dan
oksigen dan suplai darah oleh pembuluh koroner. Kebutuhan lebih besar dari
suplai.
Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang
berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan pemeriksaan yang
seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat perjalanan penyakit,
pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim
jantung dapat membedakan subset klinis PJK. Manifestasi klinis PJK meliputi : (Sukandi E,2008)
1. Asimptomatik ( Silent Myocardial Ischemia )
2. Angina Pektoris.
a. Angina Pektoris Stabil
b. Angina Pektoris Tidak Stabil
c. Variant Angina ( Prinzmetal Angina )
3. Infark Miokard Akut
4. Dekompensasi Kordis
5. Aritmia Jantung
6. Mati Mendadak
7, Syncope
Pada penderita asimptomatik, penyakit jantung koroner diketahui secara
kebetulan misalnya saat dilakukan check up kesehatan. Kelompok penderita ini tidak
aktifitas. Secara kebetulan penderita menunjukkan iskemia saat dilakukan uji beban
latihan. Ketika EKG menunjukkan depresi segmen ST, penderita tidak mengeluh
adanya nyeri dada. Pemeriksaan fisik, foto dada dan lain-lan dalam batas-batas
normal.
Pada penderita Angina Pektoris Stabil, nyeri dada timbul saat melakukan
aktifitas, bersifat kronis (> 2 bulan). Nyeri precordial terutama di daerah retrosternal,
terasa seperti tertekan benda berat atau terasa panas, seperti di remas ataupun seperti
tercekik.rasa nyeri sering menjalar ke lengan kiri atas / bawah bagian medial, ke
leher, daerah maksila hingga ke dagu atau ke punggung, tetapi jarang menjalar ke
lengan kanan.Nyeri biasanya berlangsung seingkat (1 – 5) menit dan rasa nyeri
hilang bila penderita istirahat. Selain aktifitas fisik, nyeri dada dapat diprovokasi
oleh stress / emosi, anemia, udara dingin dan tirotoksikosis. Pada saat nyeri, sering
disertai keringat dingin. Rasa nyeri juga cepat hilang dengan pemberian obat
golongan nitrat. Jika ditelusuri, biasanya dijumpai beberapa faktor risiko PJK.
Pada penderita yang mengalami Angina Pektoris Tak Stabil, kualitas,
lokasi, penjalaran dari nyeri dada sama dengan penderita angina stabil. Tetapi
nyerinya bersifat progresif dengan frekuensi timbulnya nyeri yang bertambah serta
pencetus timbulnya keluhan juga berubah. Sering timbul saat istirahat. Pemberian
nitrat tidak segera menghilangkan keluhan. Keadaan ini didasari oleh patogenesis
yang berbeda dengan angina stabil. Angina tidak stabil sering disebut sebagai
Pre-Infarction.
Penyakit jantung koroner dapat juga bermanifestasi sebagai infark miokard
akut yang
Pada angina tidak stabil, plaque aterosklerosis mengalami trombosis
sebagai akibat plaque rupture (fissuring), di samping itu diduga juga terjadi spasme
namun belum terjadi oklusi total atau oklusi bersifat intermitten.Pada pemeriksaan
elektrokardiografi didapatkan adanya depresi segmen ST, kadar enzim jantung tidak
mengalami peningkatan.
Keluhan ini menyerupai gambaran angina yang klasik pada saat istirahat sehingga
dianggap terjadi angina tidak stabil. Selain itu penderita sering mengeluh rasa lemah
dan kelelahan. Nyeri dada berlangsung > 30 menit bahkan sampai
berjam-jam. Kualitas nyerinya sering dirasakan seperti menekan,
(compressing), constricting, crushing atau
squeezing (diremas), choocking (tercekik), berat (heavy pain). Kadang juga bisa
tajam (knife like) atau pun seperti terbakar (burning).Lokasi nyeri biasanya
retrosternal, menjalar ke kedua dinding dada terutama dada kiri, ke bawah ke bagian
medial lengan menimbulkan rasa pegal pada pergelangan, tangan dan jari.
Kadang-kadang nyeri dapat dirasakan pada daerah epigastrium hingga merasa perut tidak
enak (abdominal discomfort). Gejala lain yang sering menyertai adalah mual,
muntah, badan lemah, pusing, berdebar dan keringat dingin.(Jurnal Kedokteran,2003)
2.2.5 Diagnosa PJK
Untuk memberikan pengobatan seorang dokter harus mengetahui dulu
penyakit/diagnosis pasiennya. Layaknya detektif, dokter mengumpulkan sebanyak
mungkin keterangan baik subjektif maupun objektif untuk kemudian mengambil
kesimpulan. Pilihan pengobatan ditentukan berdasarkan jenis penyakit dan
derajatnya.(Idham I,2007)
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. Laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol darah dan trigliserida
sebagai faktor risiko. Dari Pemeriksaan darah juga dapat diketahui
ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.
Dari foto rontgen dada dokter dapat melihat ukuran jantung, ada-tidaknya
pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan
pada koroner tidak bisa dilihat dari foto rontgen ini. Dari ukuran jantung
dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut.
Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung.
Gambarannya, biasanya jantung terlihat membesar.
5. Pemeriksaan jantung non-invasif
• EKG istirahat
Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada
tanda-tandanya.Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau
serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan
gambaran yang berbeda.
• Uji latihan jasmani (treadmill)
Treadmill merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi
perubahan gambaran EKG saat aktifitas, yang member petunjuk adanya
PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap,
sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG
tampak normal.
• Monitoring EKG ambulator
• Computed tomografi
Alat ini dapat mendeteksi kalsium dalam lemak yang sempit arteri
koroner. Jika sejumlah besar kalsium ditemukan, penyakit arteri koroner
mungkin terjadi.
• Magnetic resonance arteriography
6. Pemeriksaan invasif menentukan anatomi koroner
Digunakan untuk memeriksa area penyempitan atau penyumbatan -
meskipun rincian mungkin tidak sejelas yang disediakan oleh kateterisasi
• Arteriografi koroner
• Ultrasound intra vaskular (IVUS) (Peter L,2004)
2.2.6 Tatalaksana PJK
A) Modifikasi gaya hidup
1. Diet tinggi serat, rendah kolesterol/lemak, rendah garam
2. Turunkan berat badan menjadi normal
3. Stop rokok/alkohol
4. Olahraga teratur
B) Berbagai obat dapat digunakan untuk mengobati penyakit arteri koroner, termasuk:
1. Obat modifikasi kolesterol. Dengan mengurangi jumlah kolesterol dalam
darah, terutama low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol "buruk" ,
obat-obatan ini mengurangi bahan utama yang menumpuk pada arteri koroner.
Meningkatkan high-density lipoprotein (HDL), atau kolesterol "baik",
mungkin membantu juga. Dokter Anda dapat memilih dari berbagai obat,
termasuk statin, niasin, asam empedu fibrates dan sequestrants.
2. Aspirin. Hal ini dapat mengurangi kecenderungan darah untuk membeku,
yang dapat membantu mencegah penyumbatan arteri koroner Anda. Jika anda
pernah mengalami serangan jantung, aspirin dapat membantu mencegah
serangan di masa depan. Ada beberapa kasus di mana aspirin tidak sesuai,
seperti jika Anda memiliki kelainan pendarahan dimana Anda sudah
menggunakan pengencer darah lain, jadi tanyalah dokter Anda sebelum
3. Beta bloker. Obat-obatan ini memperlambat denyut jantung dan menurunkan
tekanan darah, yang menurunkan permintaan oksigen jantung Anda. Jika
anda pernah mengalami serangan jantung, beta blocker mengurangi risiko
serangan di masa depan.
4. Nitrogliserin. Nitrogliserin tablet, semprotan dan koyo dapat mengontrol
nyeri dada dengan membuka arteri koroner Anda dan mengurangi permintaan
jantung Anda untuk darah.
5. Penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE). Obat-obatan ini
menurunkan tekanan darah dan dapat membantu mencegah perkembangan
penyakit arteri koroner. Jika anda pernah mengalami serangan jantung, ACE
inhibitor mengurangi risiko serangan di masa depan.
6. Calcium channel blocker. Obat-obat ini melemaskan otot-otot yang
mengelilingi arteri koroner Anda dan menyebabkan pembuluh terbuka,
meningkatkan aliran darah ke jantung Anda. Mereka juga mengendalikan
tekanan darah tinggi.
C) Kadang-kadang pengobatan yang lebih agresif diperlukan untuk memeperbaiki
aliran darah.Berikut adalah beberapa pilihan:
1. Angioplasty dan penempatan stent (revaskularisasi koroner perkutan).
2. Operasi bypass arteri koroner.
2.2.7 Pencegahan PJK
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner bisa dikurangi dengan melakukan beberapa
tindakan berikut:
• Berhenti merokok
• Menurunkan tekanan darah
• Mengurangi berat badan
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah:
GAMBAR 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Variabel dan Definisi Operasional
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
masyarakat umum tentang penyakit jantung koroner.
3.2.1. Pengetahuan Tentang Penyakit Jantung Koroner
a. Definisi
Pengetahuan yang dimaksudkan adalah pengetahuan yang meliputi
pengertian penyakit jantung koroner, faktor resiko mendapat penyakit jantung
Masyarakat umum -tingkat pendidikan -usia
koroner, gejala klinis , serta pencegahan penyakit jantung koroner.
Pengetahuan tentang PJK dinilai dengan memberikan kuesioner yang berisi
20 pertanyaan tertutup kepada responden. Seterusnya responden akan
ditentukan sama ada mempunyai tingkat pengetahuan baik,sedang atau buruk
berdasarkan pada nilai total skor yang diperoleh selepas menjawab kuesioner.
Masyarakat umum adalah masyarakat yang tinggal di Kelurahan
Madras Hulu yang memenuhi inklusi yaitu berusia 18 tahun dan ke atas serta
bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar
persetujuan informed consent setelah diberikan penjelasan.
Tingkat pendidikan yang dimaksudkan adalah tingkat pendidikan
formal yang berjaya diselesaikan oleh responden. Dalam penelitian
ini,tingkat pemdidikan dibagi menjadi 5 yaitu SD,SMP,SMA,akademi, dan
juga S1.Tingkat pendidikan
Menurut Notoadmotjo (2003) umur merupakan variabel yang selalu
diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah
satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup
seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur
seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang
dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri
maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain. Dalam penelitian ini,
umur responden dikelompokkan menjadi 11 kelompok yaitu kelompok umur
18-24 tahun,25-29 tahun,30-34 tahun,35-39 tahun,40-44 tahun,45-49
tahun,50-54 tahun,55-59 tahun,60-64 tahun,65-69 tahun,dan 70-74 tahun. menurut Wied Hary A.(1996), menyebutkan
bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula
pengetahuannya. Pada penelitian ini, responden perlu menulis tingkat
b. Cara Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan metode wawancara.
c. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner.
d. Hasil Pengukuran
Menggunakan metode presentasi skoring sebagai berikut:
1. Baik bila >75 % pertanyaan dijawab benar oleh responden. 2. Cukup bila 40-75 % pertanyaan dijawab benar oleh responden. 3. Kurang baik bila <40 % pertanyaan dijawab benar oleh responden (Pratomo, Hadi, Sudarti, 1990)
e. Skala Pengukuran
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskritif analitik
dengan desain cross-sectional (potong lintang). Di mana tiap subjek hanya
diobservasi satu kali dan pengukuran variable subjek dilakukan pada saat
pemeriksaan, maka akan dapat diperoleh gambaran tingkat pengetahuan
masyarakat umum yang tinggal di Kampung Madras mengenai penyakit jantung
koroner melalui data primer yang didapatkan menerusi wawancara dengan
pengisian kuesioner yang akan diedarkan.
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian
Perancangan penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2010 dengan penelusuran
tinjauan pustaka yang merangkumi sumber-sumber dari jurnal,buku,majalah serta
artikel dari internet. Setelah itu disusul dengan penyusunan proposal penelitian
dengan konsultasi dosen pembimbing. Pembentangan proposal di seminar
dilanjutkan pada Mei 2010 serta diteruskan dengan penelitian lapangan yang
dimulai dari pengumpulan data sehingga penulisan laporan tentang hasil
penelitian yang mengambil masa selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus 2010
sehingga Oktober 2010.
4.2.2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kampung Madras, Medan karena kawasan ini
mempunyai jumlah penduduk yang padat,mempunyai tingkat sosioekonomi yang
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah semua masyarakat
umum yang tinggal di Kampung Madras, Medan. Berdasarkan pengambilan data
populasi penduduk dari Kantor Lurah Madras Hulu, jumlah keseluruhan populasi
penduduk adalah sejumlah 3717 orang
.
4.3.2 Sampel
Sampel bagi penelitian ini telah dipilih secara random dari kelompok populasi
terjangkau, yaitu masyarakat umum yang tinggal di Kelurahan Madras Hulu,
Medan yang memenuhi kriteria inklusi serta tidak termasuk dalam kriteria
eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Kriteria Inklusi
1. Masyarakat umum dewasa yang berusia 18 tahun ke atas.
2. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani
lembar persetujuan setelah penjelasan. (informed consent).
b. Kriteria Eksklusi
1. Masyarakat umum yang kondisi fisik dan jiwa yang tidak
memungkinkan dijadikan sampel penelitian.
2. Keluarga yang mendampingi responden tidak menyetujui
responden menjadi subjek penelitian.
Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling di mana setiap
subjek dipilih secara acak dan setiap subjek mempunyai kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi responden penelitian.Semua subjek yang dijumpai dan
memenuhi kriteria pemilihan yaitu 20 tahun dan ke atas dimasukkan dalam
besar sampel penelitian yang representative, penarikan sampel dari populasi
dilakukan dengan menggunakan rumus :
n =
N1+N (d2)
Keterangan : N = jumlah populasi
n = jumlah sampel
d² = tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,1)
n = _______
1+ (3717)(0.1 3717_____
2 )
n = 97,4
Maka jumlah sampel yang diinginkan adalah sejumlah
100
orang4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data
yang didapat langsung dari responden. Pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara langsung dengan kuesioner kepada sampel penelitian.
Menurut Notoatmodjo, 2005, instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan
untuk pengumpulan data.
Instrumen penelitian ini berupa kuesioner sebagai alat bantu dalam pengumpulan
data yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan terbuka dan tertutup untuk
mengumpulkan data mengenai tingkat pengetahuan responden tentang penyakit
jantung koroner.
4.4.3. Teknik Skoring dan Skala
Dalam peneltian ini, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner mengetahui
tingkat pengetahuan masyarakat umum Kampung Madras tentang penyakit
jantung koroner. Kuesioner berisi 20 pertanyaan, yang terdiri dari 20 pertanyaan
tertutup.
Tabel 4.1. Penentuan Nilai dari Kuesioner Pengetahuan (Nilai 0-20)
Pertanyaan No. 1 s.d. 20 (kecuali soal nomor 3) :
Jawaban benar bernilai 1 Jawaban salah bernilai 0
Pada pertanyaan nomor 3, jika responden memilih jawaban A atau B atau C,
diberi nilai 1. Jika responden memilih jawaban D,diberi nilai 0.
Setelah seluruh kuesioner dinilai sesuai dengan tabel di atas, maka tingkat
pengetahuan dikelompokkan berdasarkan kategori berikut : (Pratomo, 1990)
• Baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi
• Sedang, apabila nilai yang diperoleh 40-75% dari nilai tertinggi
Berdasarkan skala pengukuran di atas, maka kategori pengetahuan, sikap dan
tindakan dapat dilihat pada tabel berikut ini ;
Tabel 4.2 Kategori dari Kuesioner Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan Nilai
Baik Bila nilai yang diperoleh 16-20
Sedang Bila nilai yang diperoleh 8-15
Kurang baik Bila nilai yang diperoleh 0-7
4.5 Metode Analisis Data
Pengolahan data yang terkumpul dianalisa secara deskriptif dengan
menggunakan program Statistic Package For Social Science (SPSS). Data yang
telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang.
4.5.1 Data Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
No.Soal Total Pearson
Correlation Status
Cronbach's
Alpha Status
1 0.867 Valid 0.760 Reliabel
2 0.867 Valid 0.760 Reliabel
3 0.906 Valid 0.756 Reliabel
4 0.843 Valid 0.755 Reliabel
5 0.906 Valid 0.756 Reliabel
6 0.843 Valid 0.755 Reliabel
7 0.843 Valid 0.755 Reliabel
8 0.906 Valid 0.756 Reliabel
9 0.843 Valid 0.755 Reliabel
10 0.906 Valid 0.756 Reliabel
11 0.867 Valid 0.760 Reliabel
12 0.867 Valid 0.760 Reliabel
13 0.843 Valid 0.755 Reliabel
14 0.867 Valid 0.760 Reliabel
15 0.867 Valid 0.760 Reliabel
16 0.867 Valid 0.760 Reliabel
17 0.867 Valid 0.760 Reliabel
18 0.867 Valid 0.760 Reliabel
19 0.867 Valid 0.756 Reliabel
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Madras Hulu, Medan, Sumatera Utara.
Kelurahan Madras Hulu adalah nama bagi sebuah kawasan seluas sekitar 10
hektar di
besar. Kawasan ini terletak di sekitar kecamatan
Kawasan tersebut awalnya dipanggil "Kampung Keling", namun
kemudian terjadi perubahan nama menjadi "Kampung
mencerminkan tanah asal para warga keturunan India yang tinggal di sana.
Saat ini, jumlah penduduk yang tinggal di Kelurahan Madras Hulu adalah
sejumlah 4710 orang. Jumlah penduduk laki adalah seramai 2321 orang
manakala jumlah penduduk perempuan seramai 2389 orang. Daripada 4710
orang penduduk,jumlah penduduk dewasa adalah seramai 3717 orang.
5.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini, karakteristik yang diamati pada responden meliputi umur,
jenis kelamin, dan tingkat pendidikan terakhir.
Tabel 5.1 Karakteristik jenis kelamin responden yang mengikuti penelitian
Karakteristik jenis kelamin responden pada penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 5.1 di atas. Seramai 43 orang responden laki – laki dan 57 orang
responden perempuan. Jumlah responden perempuan lebih tinggi daripada
laki-laki sebanyak 14 orang.
Tabel 5.2 Karakteristik umur responden yang mengikuti penelitian
Umur n %
1 18-24 13 13
2 25-29 10 10
3 30-34 11 11
4 35-39 9 9
5 40-44 15 15
6 45-49 18 18
7 50-54 11 11
8 55-59 10 10
9 60-64 1 1
10 65-69 1 1
11 70-74 1 1
Total 100 100
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 43 43
Perempuan 57 57
Karakteristik umur responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.2 di atas yang dibahagikan kepada 11 kelompok umur. Kelompok umur 18-24 tahun
mempunyai 13 orang (13%) responden. Kelompok umur 25-29 tahun mempunyai 10
orang (10%) responden. Kelompok umur 30-34 tahun mempunyai 11 orang (11%)
responden. Kelompok umur 35-39 tahun mempunyai 9 orang (9%) responden.
Kelompok umur 40-44 tahun mempunyai 15 orang (15%) responden. Kelompok
umur 45-49 tahun pula mempunyai18 orang (18%) responden. Kelompok umur
50-54 tahun mempunyai 11 orang (11%) responden. Kelompok umur 55-59 tahun
mempunyai 10 orang (10%) responden. Kelompok umur 60-64 tahun, 65-69 tahun,
dan 70-74 tahun masing-masing mempunyai seorang responden (1%). Daripada tabel
di atas,dapat dikatakan bahwa kelompok umur yang terbanyak yang mengikuti
penelitian ini adalah kelompok umur 45-49 tahun. Kelompok umur yang paling
sedikit mengikuti penelitian ini adalah kelompok umur 60-64 tahun, 65-69 tahun,
Tabel 5.3 Karakteristik tingkat pendidikan terakhir responden yang mengikuti penelitian
Tingkat
pendidikan
n
Percent
1 SD 1 1
2 SMP/ sederajat 6 6
3 SMA/ sederajat 73 73
4 Akademi (D1-D3)
10 10
5 Perguruan tinggi (S1)
10 10
Total 100 100
Karakteristik tingkat pendidikan terakhir responden pada penelitian ini dilihat pada
tabel 5.3 di atas. Responden dengan tingkat pendidikan SD adalah seramai 1 orang
(1%). Jumlah resonden dengan tingkat pendidikan SMP atau sederajat adalah
seramai 6 orang (6%). Jumlah responden dengan tingkat pendidikan SMA atau
sederajat adalah seramai 73 orang (73%) Jumlah responden dengan tingkat
pendidikannya akademi dan perguruan tinggi (S1) masing- masing seramai 10 orang.
Berdasarkan tabel ini, sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan
terakhir SMA atau sederajat. Tingkat pendidikan terakhir yang mempunyai jumlah
5.3. Hasil Penelitian 5.3.1. Pengetahuan
Hasil uji tingkat pengetahuan mengenai penyakit jantung koroner dengan
menggunakan angket dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4 Hasil analisis tingkat pengetahuan
Berdasarkan tabel di atas, daripada 100 orang responden dapat dilihat bahwa
tingkat pengetahuan responden mengenai penyakit jantung koroner paling
banyak berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 55 orang (55%). Tingkat
pengetahuan responden yang paling sedikit adalah kategori kurang baik yaitu
sebanyak 8 orang (8%). Data lengkap distribusi frekuensi jawaban responden
pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.5 Tingkat
pengetahuan
n %
Baik (16-20) 37 37.0
Sedang (8-15) 55 55.0
Kurang baik(0-7) 8 8.0
Total 100 100.0
Tabel 5.5 Sebaran gambaran soal kuesioner
Apakah anda tahu apa itu penyakit jantung koroner? Apakah penyebab PJK?
Dari manakah anda dapat tahu tentang PJK? Apakah keturunan meningkatkan resiko PJK? Gejala yang sering pada PJK?
Buah serta makanan rendah lemak dapat mencegah PJK? Apakah anda tahu maksud obesitas?
Obesitas meninggikan resiko mendapat PJK? Olahraga teratur dapat menyehatkan jantung?
Tekanan darah tinggi disebabkan makanan tinggi garam? Memeriksa TD secara teratur dapat mencegah PJK? Tahukah anda apa itu penyakit kencing manis? Kencing manis meningkatkan resiko PJK?
Kencing manis disebabkan mengkonsumsi makanan apa? Apakah obat sahaja cukup untuk mencegah PJK?
Merokok memicu terjadinya PJK?
Apakah PJK lebih sering pada pria berbanding wanita? Usia yang berisiko tinggi mendapat PJK adalah?
Resiko wanita tinggi mendapat PJK setelah menopause? Jenis makanan yang bagus untuk menghindari PJK ?
Berdasarkan tabel bisa dilihat bahwa terdapat 20 soal.Setiap soal hanya
dijawab ya ataupun tidak. Pada setiap soalan jawaban yang betul bagi soalan yang
ditanya diberi nilai 1 dan yang salah 0. Berdasarkan tabel di atas juga dapat dilihat
bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden adalah
pertanyaan nomor 14 yaitu dengan persentase sebesar 91%, sedangkan pertanyaan
yang paling banyak dijawab dengan salah oleh responden adalah pertanyaan nomor 5
yaitu dengan persentase sebesar 91%. Data lengkap distribusi frekuensi hasil uji
Tabel 5,6 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden berumur 18-24 tahun
sebanyak 4 orang berpengetahuan baik dan 9 orang dengan pengetahuan sedang.
Responden berumur 25-29 tahun sebanyak 2 orang berpengetahuan baik dan 8 orang
berpengetahuan sedang .Seterusnya responden berumur 30-34 tahun sebanyak 7
berpengetahuan kurang baik. Responden berumur 35-39 tahun sebanyak 3 orang
dengan pengetahuan baik dan 6 orang berpengetahuan kurang baik. Responden
berumur 40-44 tahun mempunyai 3 orang berpengetahuan baik , 10 orang
pengetahuan sedang, dan 2 orang berpengetahuan kurang baik. Responden berumur
45-49 tahun pula seramai 8 orang berpengetahuan baik, 9 orang berpengetahuan
sedang, dan seorang berpengetahuan kurang baik. Responden berumur 50-54 tahun
seramai 3 orang dengan pengetahuan baik, 5 orang berpengetahuan sedang dan 3
orang berpengetahuan kurang baik . Responden berumur 55-59 tahun sebanyak 5
orang berpengetahuan baik dan 5 orang berpengetahuan sedang. Responden berumur
60-64 tahun mempunyai seorang yang berpengetahuan baik. Responden berumur
65-69 tahun juga mempunyai seorang yang berpengetahuan kurang baik. Ahkir sekali,
responden berumur 70-74 tahun pula mempunyai seorang yang berpengetahuan
kurang baik. Kelompok umur yang mempunyai tingkat pengetahuan paling baik iaitu
dengan menjawab > 15 pertanyaan dengan benar adalah kelompok umur 45-49
tahun. Kelompok umur yang paling banyak mempunyai tingkat pengetahuan kurang
baik iaitu dengan menjawab < 8 soalan dengan benar adalah responden dari
kelompok umur 50-54 tahun.
Data lengkap distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan
Tabel 5,7 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin
Jenis
Kelamin
Tingkat pengetahuan
Baik (>15) Sedang (8-15) Kurang baik(<7)
n % n % n %
Laki-laki 18
41.9 21 48.8 4 9.3
Perempuan 19 33.3 34 59.6 4 7.0
Total 37 37.0 55 55.0 8 8.0
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden laki-laki seramai 18
orang (41.9%) mempunyai tingkat pengetahuan baik, 21 orang (48.8%) dengan
tingkat pengetahuan sedang dan 4 orang (9.3%) mempunyai tingkat pengetahuan
kurang baik. Bagi responden perempuan pula seramai 19 orang (33.3%) mempunyai
tingkat pengetahuan baik, 34 orang (59.6%) mempunyai tingkat pengetahuan sedang
dan 4 orang (7.0%) lagi mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang baik.
Kelompok jantina yang mempunyai paling banyak responden dengan tingkat
pengetahuan baik yaitu dengan menjawab > 15 pertanyaan dengan benar adalah
responden perempuan yaitu sebanyak 19 orang. Jumlah responden yang mempunyai
tingkat pengetahuan kurang baik adalah sama bagi jenis kelamin laki-laki dan
banyak mempunyai tingkat pengetahuan sedang dengan menjawab antara 8 hingga
15 pertanyaan yaitu seramai 34 orang.
Data lengkap distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat
pendidikan dapat dilihat pada Tabel 5,8.
Tabel 5,8 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan setambuk
Tingkat pengetahuan
Total
Tingkat
Pendidikan
Baik (>15) Cukup (8-15) Kurangbaik(<7)
n % n % n %
SD 0 0 0 0 1 100 1
SMP 2 33 3 50 1 16.7 6
SMA 25 33.8 43 58.1 6 8.1 74
Akademi 3 27.3 8 72.7 0 0 11
S1 7 87.5 1 12.5 0 0 8
Total 37 37 55 55 8 8 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat
pendidikan terakhirnya SD mempunyai seorang (100%) responden yang
berpengetahuan kurang baik. Pada responden dengan tingkat pendidikan terakhir
SMP atau sederajat pula sebanyak 2 orang (33.3%) dengan tingkat pengetahuan baik,
3 orang (50%) dengan pengetahuan sedang dan seorang (16.7%) dengan
pengetahuan kurang baik. Pada responden dengan tingkat pendidikan SMA atau
sederajat, sebanyak 25 orang (33.8%) mempunyai tingkat pengetahuan baik, 43
orang (58.1%) berpengetahuan sedang dan 6 orang (8.1%) lagi dengan pengetahuan
kurang baik. Pada responden dengan tingkat pendidikan akademi serta sederajat