• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Umum Dewasa di Kelurahan Madras Hulu Tentang Penyakit Jantung Koroner (PJK).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Umum Dewasa di Kelurahan Madras Hulu Tentang Penyakit Jantung Koroner (PJK)."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT UMUM DEWASA DI KELURAHAN MADRAS HULU TENTANG PENYAKIT

JANTUNG KORONER (PJK)

Oleh:

NUR RUZANNA BT ZULKIFLI

NIM: 070100297

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT UMUM DEWASA DI KELURAHAN MADRAS HULU TENTANG PENYAKIT

JANTUNG KORONER (PJK)

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

NUR RUZANNA BT ZULKIFLI

NIM: 070100297

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Abstrak

Latar Belakang: Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian

nomor satu di Indonesia.Meningkatnya angka penderita PJK disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko penyakit jantung koroner dan kurangnya upaya dalam mencegah penyakit ini.

Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskritif analitik dengan

desain cross-sectional.Responden yaitu masyarakat umum diberi kuesioner yang terdiri dari 20 soal dan bersifat menguji pengetahuan masyarakat tentang PJK seperti faktor resiko dan pencegahannya. Data yang diperoleh dari responden telah di entry kedalam program komputer yaitu SPSS (Statistical product and service solution) versi 17.0 dan hasil telah ditampilkan dalam tabel distribusi.

Tujuan:. Penelitian ini bertujuan membantu masyarakat umum untuk lebih

mengetahui tentang faktor resiko PJK dan pencegahannya serta melalui penelitian ini juga,dapat diketahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat umum di Kelurahan Madras Hulu tentang PJK.

Hasil: Penelitian ini telah berjaya mencapai tujuan umum serta tujuan khusus yang

dikemukakan saat awal penelitian ini dijalankan.Dari penelitian ini dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa rata-rata masyarakat umum di Kelurahan Madras Hulu mempunyai tingkat pengetahuan sedang seramai 55 orang (55.0%) dengan menjawab 8-15 soalan dari kuesioner dengan betul.Seramai 37 orang (37%) responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dan 8 orang (8%) responden mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik dengan melakukan distribusi sampel umur, jenis kelamin,dan tingkat pendidikan.

Kesimpulan: Kesimpulannya secara keseluruhan masyarakat di Kelurahan Madras

Hulu mempunyai tingkat pengetahuan sedang tentang PJK.Penelitian saya menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pada umumnya baik pada responden dengan tingkat pendidikan terakhirnya SMA yaitu sejumlah 31 orang (41.9%) dan tingkat pengetahuan kurang baik juga pada responden dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sejumlah 4 orang (5.4%). Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan kelompok umur yang mendekati resiko untuk mendapat PJK seperti kelompok umur 45-49 tahun mempunyai tingkat pengetahuan baik.

Kata kunci: tingkat pengetahuan , Penyakit Jantung Koroner, masyarakat umum

(4)

Abstract

Background:Coronary Heart Disease (CHD) is the number one cause of death in

Indonesia.Increasing numbers of CHD patients due to lack of public knowledge about risk factors of coronary heart disease and a lack of effort in preventing this disease

Method:The research is an descriptive analytic by using cross-sectional

design.Respondents from public is given a questionnaire consisting of 20 questions and the test is public knowledge about coronary heart disease as risk factors and prevention. Data obtained from each respondent will be entry into a computer program of SPSS (Statistical Product and service solution) version 17.0 and results

were shown in the table of distribution.

Results:

Objective: This study aims to help the general public to be more aware of the risk

factors of CHD and its prevention, and through this,too,can know the level of public knowledge in the Kelurahan Madras Hulu.

This study was able to achieve the general goals and specific objectives set forth the beginning of this study.From the research, we can conclude that the overall average of the general public in the Kelurahan Madras Hulu has a moderate level of knowledge about CHD which consist of 55 people (55.0%). A total of 37 people (37%) respondents had good level of knowledge and 8 respondents (8%) had a bad level of knowledge about the distribution of samples by age, gender, and education level.

Conclusion:The entire community in Kelurahan Madras Hulu had a moderate level

of knowledge about coronary heart disease (CHD). Study shows that in general,a good level of knowledge of the respondents with high school education about 31 people (41.9%) and poor knowledge level of the respondents also High Schools are a total of 4 people (5.4%).

Key words: Knowledge, Coronary Heart Disease, General Public of Kelurahan

Madras Hulu

(5)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yang Maha Esa karena akhirnya

penulis Berjaya menjayakan karya tulis ilmiah ini tepat waktu. Karya tulis ilmiah ini

berjudul ‘Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Umum Dewasa di Kelurahan

Madras Hulu Tentang Penyakit Jantung Koroner (PJK).

Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada dosen pembimbing

Prof dr. Sutomo Kasiman,SpPD,SpJP(K) selaku dosen pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan, saran dan pengarahan sehingga proposal ini dapat

terselesaikan.

Tidak lupa juga kepada dosen-dosen dari Ilmu Kesehatan Masyarakat dan

Kedokteran Komunitas; dr Juliandi H.MA, dr Isti Ilmiati Fujiati,MSc, dr Arlinda Sari

Wahyuni,MKes, dr Yuki Yunanda, dan dr Rina Amelia yang tidak pernah bosan

dalam membantu semua mahasiswa stambuk 07 dalam menyiapkan tugasan ini.

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran mahasiswa

FK USU sesuai dengan area 6 kompetensi utama seorang dokter yang tercantum

dalam Standar Kompetensi Pendidikan Kedokteran Dasar Indonesia (KIPDI III).

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi

penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah penulis yang akan datang.

Pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua teman-teman seangkatan yang turut membantu dalam penyelesaian

Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat untuk kita semua.

Medan, 06 Desember 2010

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN……… i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT……….. iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI………. v

DAFTAR TABEL………. viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………... 1

1.2. Rumusan Masalah……….. 2

1.3. Tujuan penelitian……….... 3

1.3.1. Tujuan Umum... 3

1.3.2. Tujuan Khusus... 4

1.4. Manfaat Penelitian……….. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan….……….. 5

2.2. Penyakit Jantung Koroner……….………. 6

2.2.1. Definisi Penyakit Jantung Koroner………... 6

2.2.2. Etiologi dan Faktor Resiko PJK………..…….... 8

2.2.3. Manifestasi Klinis PJK……… 15

(7)

2.2.5. Tatalaksana PJK……….. 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian………. 21

3.2. Definisi Operasional……….. 21

3.3. Cara Ukur... 22

3.4. Alat Ukur... 22

3.5. Hasil Pengukuran... 22

3.6. Skala Pengukuran………...……. 23

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian………... 24

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian……… 24

4.3. Populasi dan Sampel……….. 25

4.4. Teknik Pengumpulan Data………... 26

4.5. Pengolahan dan Analisis Data………... 28

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1.Hasil Penelitian……… 29

5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian……… 30

5.2..Deskripsi Karakteristik Responden………...……….. 30

(8)

5.3.Hasil Penelitian………. 34

5.4.Pembahasan……….. 41

5.4.1.Tingkat Pengetahuan………. 41

5.4.2. Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan

Umur,jenis kelamin,dan tingkat pendidikan... 42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan... 45

6.2.Saran... 45

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1 Karakteristik jantina responden yang mengikuti penelitian 26

5.2 Karakteristik umur responden yang mengikuti penelitian 27

5.3 Karakteristik tingkat pendidikan terakhir responden yang mengikuti penelitian 28

5.4 Hasil analisis tingkat pengetahuan 29

5.5 Sebaran gambaran soal kuesioner tentang PJK 30

5,6 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan umur 31

5,7 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin 32

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Subjek Penelitian Lampiran 4 : Surat Validity Content

(11)

Abstrak

Latar Belakang: Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian

nomor satu di Indonesia.Meningkatnya angka penderita PJK disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko penyakit jantung koroner dan kurangnya upaya dalam mencegah penyakit ini.

Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskritif analitik dengan

desain cross-sectional.Responden yaitu masyarakat umum diberi kuesioner yang terdiri dari 20 soal dan bersifat menguji pengetahuan masyarakat tentang PJK seperti faktor resiko dan pencegahannya. Data yang diperoleh dari responden telah di entry kedalam program komputer yaitu SPSS (Statistical product and service solution) versi 17.0 dan hasil telah ditampilkan dalam tabel distribusi.

Tujuan:. Penelitian ini bertujuan membantu masyarakat umum untuk lebih

mengetahui tentang faktor resiko PJK dan pencegahannya serta melalui penelitian ini juga,dapat diketahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat umum di Kelurahan Madras Hulu tentang PJK.

Hasil: Penelitian ini telah berjaya mencapai tujuan umum serta tujuan khusus yang

dikemukakan saat awal penelitian ini dijalankan.Dari penelitian ini dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa rata-rata masyarakat umum di Kelurahan Madras Hulu mempunyai tingkat pengetahuan sedang seramai 55 orang (55.0%) dengan menjawab 8-15 soalan dari kuesioner dengan betul.Seramai 37 orang (37%) responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dan 8 orang (8%) responden mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik dengan melakukan distribusi sampel umur, jenis kelamin,dan tingkat pendidikan.

Kesimpulan: Kesimpulannya secara keseluruhan masyarakat di Kelurahan Madras

Hulu mempunyai tingkat pengetahuan sedang tentang PJK.Penelitian saya menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pada umumnya baik pada responden dengan tingkat pendidikan terakhirnya SMA yaitu sejumlah 31 orang (41.9%) dan tingkat pengetahuan kurang baik juga pada responden dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sejumlah 4 orang (5.4%). Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan kelompok umur yang mendekati resiko untuk mendapat PJK seperti kelompok umur 45-49 tahun mempunyai tingkat pengetahuan baik.

Kata kunci: tingkat pengetahuan , Penyakit Jantung Koroner, masyarakat umum

(12)

Abstract

Background:Coronary Heart Disease (CHD) is the number one cause of death in

Indonesia.Increasing numbers of CHD patients due to lack of public knowledge about risk factors of coronary heart disease and a lack of effort in preventing this disease

Method:The research is an descriptive analytic by using cross-sectional

design.Respondents from public is given a questionnaire consisting of 20 questions and the test is public knowledge about coronary heart disease as risk factors and prevention. Data obtained from each respondent will be entry into a computer program of SPSS (Statistical Product and service solution) version 17.0 and results

were shown in the table of distribution.

Results:

Objective: This study aims to help the general public to be more aware of the risk

factors of CHD and its prevention, and through this,too,can know the level of public knowledge in the Kelurahan Madras Hulu.

This study was able to achieve the general goals and specific objectives set forth the beginning of this study.From the research, we can conclude that the overall average of the general public in the Kelurahan Madras Hulu has a moderate level of knowledge about CHD which consist of 55 people (55.0%). A total of 37 people (37%) respondents had good level of knowledge and 8 respondents (8%) had a bad level of knowledge about the distribution of samples by age, gender, and education level.

Conclusion:The entire community in Kelurahan Madras Hulu had a moderate level

of knowledge about coronary heart disease (CHD). Study shows that in general,a good level of knowledge of the respondents with high school education about 31 people (41.9%) and poor knowledge level of the respondents also High Schools are a total of 4 people (5.4%).

Key words: Knowledge, Coronary Heart Disease, General Public of Kelurahan

Madras Hulu

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dewasa ini Penyakit Jantung Koroner / Coronnary Artery Disease (PJK /

CAD) merupakan salah satu penyakit jantung yang sangat penting karena penyakit

ini diderita oleh jutaan orang dan merupakan penyebab kematian utama di beberapa

negara termasuk Indonesia. Berbagai transisi yang ada, baik transisi demografik,

sosio-ekonomi maupun epidemiologi telah menimbulkan pergeseran-pergeseran,

termasuk dalam bidang kesehatan. Angka kematian menurun dan usia harapan hidup

secara umum makin panjang, pola penyakit dan penyebab kematian telah berubah.

Penyakit-penyakit yang mematikan bukan lagi penyakit menular, namun telah

bergeser kearah penyakit-penyakit tak menular, misalnya stroke, penyakit jantung

koroner dan lainnya. PJK juga merupakan penyebab disabilitas dan kerugian

ekonomis yang tertinggi dibanding penyakit lain. Di Indonesia, dilaporkan bahwa

PJK merupakan penyebab kematian nomor satu. Oleh karena itu, diagnosis dan

terapi penyakit yang menjadi pembunuh nomor satu di banyak negara tersebut terus

berkembang.

Sampai saat ini penyebab yang pasti dari PJK tidak jelas, faktor risiko diduga

sangat berpengaruh terhadap timbulnya PJK.Timbulnya PJK didasari oleh

proses aterosklerosis yang bersifat progresif yang mana proses tersebut telah dimulai

sejak masa kanak-kanak dan menjadi nyata pada dekade 3 - 4. (Jurnal Kedokteran,2003)

Penyakit jantung akan menjadi penyebab utama kematian di negara-negara

Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global akibat penyakit

jantung terjadi pada kalangan masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan

kondisi itu, dalam keadaan ekonomi terburuk maka upaya pencegahan merupakan

(14)

berkembang dari tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung

koroner akan meningkat 137 % pada laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di

negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada

wanita. Di tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab

kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner

menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia.

Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner

(PJK) mencapai 26%. Dalam sepuluh tahun terakhir, angka tersebut cenderung

mengalami peningkatan. Pada tahun 1991, angka kematian akibat PJK adalah 16 %.

Kemudian pada tahun 2001 angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %. Angka

kematian akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk di negara

kita. Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari rumah sakit, kasus tertinggi

penyakit tantung koroner adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 4.784 kasus

(26,00%) dibanding dengan jumlah keseluruhan kasus penyakit jantung koroner di

kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah. Apabila dilihat berdasarkan jumlah kasus

keseluruhan PTM lain di Kabupaten Klaten adalah 3,82%. Sedangkan kasus tertinggi

kedua adalah Kabupaten Banyumas yaitu sebesar 2.004 kasus (10,89%) dan apabila

dibanding dengan jumlah keseluruhan PTM lain di Kabupaten Banyumas adalah

sebesar 9,87%. Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kabupaten Tegal yaitu 2 kasus

(0,01%). Sedangkan kabupaten Semarang dan Kabupaten Cilacap belum

melaporkan. Rata-rata kasus Jantung Koroner di Jawa Tengah adalah 525,62 kasus.

(Himpunan Mahasiswa Epidemiologi FKM Unhas ,2008)

Tiga faktor resiko utama yang saling terkait sebagai penyebab PJK yaitu

kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik, makan tidak seimbang, kegemukan, diet

rendah serat atau kurang buah dan sayur & tinggi kalori/lemak hewani dan lain-lain

(15)

Dislipidemia merupakan salah satu dari 5 faktor risiko primer penyakit

jantung koroner (disamping hipertensi, diabetes mellitus, merokok, dan penurunan

aktivitas fisik). Dislipidemia dapat bermanifestasi baik dalam peningkatan total

kolesterol serum, peningkatan trigliserida, peningkatan LDL darah maupun

penurunan HDL. (Anwar T.B,2004)

Meningkatnya angka penderita PJK yang dilaporkan dari tahun ke tahun

disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko penyakit

jantung koroner dan kurangnya upaya dalam mencegah penyakit ini.

Dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengkajian tentang

gambaran tingkat kesadaran masyarakat tentang PJK di Kelurahan Madras Hulu

serta memberi informasi tentang PJK. Kelurahan Madras Hulu dipilih menjadi lokasi

penelitian karena di sini masyarakat umumnya terdiri dari pelbagai status tingkat

pendidikan serta terdiri daripada pelbagai golongan usia.

Pencegahan

harus diusahakan sedapat mungkin dengan cara pengendalian faktor faktor resiko

PJK dan merupakan hal yang cukup penting dalam usaha pencegahan PJK, baik

primer maupun sekunder. Pencegahan primer lebih ditujukan pada mereka yang

sehat tetapi mempunyai resiko tinggi, sedangkan sekunder merupakan upaya

memburuknya penyakit yang secara klinis telah diderita.

1.2.Rumusan Masalah

Bagaimanakah tingkat kesadaran masyarakat di Kelurahan Madras Hulu tentang

penyakit jantung koroner?

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat kesadaran masyarakat di

(16)

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengetahui tentang faktor risiko yang bisa mencetuskan penyakit jantung koroner.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1.Dijadikan bahan bacaan dan sumber rujukan umum

2.Memberi informasi dan pendedahan kepada masyarakat di Kelurahan

Madras Hulu pentingnya gaya hidup dan pola makan yang sehat untuk

menghindari terjadinya PJK

3Meningkatkan kegiatan penyuluhan pada masyarakat terutama bagi yang

mempunyai faktor resiko agar dapat melakukan tindakan pencegahan sedini

mungkin dan menurunkan angka penderita PJK

4.Menambahkan ilmu pengetahuan,pengalaman dan kompetensi penulis

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi atau Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu

yang terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan tersebut menjadi panca indera manusia yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh dari mata dan telinga, perilaku dalam bentuk pengetahuan yakni dengan

mengetahui situasi atau rangsangan dari luar. Pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila perilaku didasari

pengetahuan, kesadatran dan sikap positif maka perilaku tersebuat akan bersifat

langgeng (long tasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh

pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.(Notoatmojo,2003)

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkatan yakni:

1. Tahu (Know).

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang diterima.

2. Memahami (Compression).

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar.

(18)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).

4. Analisis (Analysis).

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke

dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya antara satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis).

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation).

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu suatu

criteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dan kuisioner yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden yang dipilih.

(Henry A.W,2008)

2.2 Penyakit Jantung Koroner

2.2.1 Definisi Penyakit Jantung Koroner

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang timbul akibat

penyempitan pada arteri koronaria. Penyempitan tersebut dapat disebabkan oleh

aterosklerosis, sifilis, dan berbagai penyebab lain. Aterosklerosis pada dasarnya

adalah suatu kelainan yang terdiri atas pembentukan fibrolipid local di dalam bentuk

plak-plak yang menonjol atau penebalan yang disebut ateroma yang terdapat di

(19)

berkembang dan ia dapat mengalami berbagai komplikasi termasuk kalsifikasi,

perdarahan, ulserasi, dan thrombosis.(Sastroasmoro S & Madiyono B,1994)

2.2.2 Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner

Menurut estimasi WHO, sekitar 50% dari 12 juta penduduk dunia meninggal

akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Faktor prognosis pasien PJK dapat

diubah dan dikendalikan, dan memungkinkan untuk mencegah kematian akibat PJK.

Penyakit jantung koroner ( PJK ) merupakan problema kesehatan utama di

negara membangun. Di Indonesia telah terjadi pergeseran kejadian penyakit jantung

dan pembuluh darah dari urutan ke-l0 tahun 1980 menjadi urutan ke-8 tahun 1986.

Sedangkan penyebab kematian tetap menduduki peringkat ke-3. Banyak faktor yang

mempengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner sehingga usaha pencegahan

harus bentuk multifaktorial juga

( Sastroasmoro S & Madiyono B,1994)

.

(Anwar T.B,2004)

Di Indonesia penyakit ini adalah pembunuh nomor satu dan jumlah

kejadiannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Data statistik menunjukkan bahwa

pada tahun 1992 persentase penderita PJK di Indonesia adalah 16,5%, dan pada

tahun 2000 melonjak menjadi 26,4%

Meski menjadi pembunuh utama, tetapi masih sedikit sekali orang yang tahu tentang

PJK ini. Terutama tentang faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penyakit

tersebut. Dalam ilmu epidemiologi, jika faktor risiko suatu penyakit telah diketahui

maka akan lebih mudah untuk melakukan tindakan pencegahan karena mencegah

adalah lebih baik dari mengobati.(Djohan T.B.A,2004)

Penyakit kardiovaskular yang di dalamnya termasuk PJK menempati urutan

(20)

tangga (SKRT) 1992 . Pada SKRT 1995 meningkat menjadi 18,9 persen. Hasil

Suskernas 2001 malahan memperlihatkan angka 26,4 persen.(Yahya A.F,2005)

2.2.3 Faktor Resiko Jantung Koroner a. Usia

Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK.

Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan

meningkat dengan bertambahnya umur. Juga didapatkan hubungan antara umur dan

kadar kolesterol yaitu kadar kolesterol total akan meningkat dengan bertambahnya

umur. Di Amerika Syarikat, kadar kolesterol pada laki-laki maupun perempuan

mulai meningkat pada umur 20 tahun. Pada laki-laki kadar kolesterol akan

meningkat sampai umur 50 tahun dan akhirnya akan turun sedikit setelah umur 50

tahun. Kadar kolesterol perempuan sebelum menopause (45-60tahun) lebih rendah

daripada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar kolesterol

perempuan biasanya akan meningkat menjadi lebih tinggi daripada laki-laki .Karena

risiko PJK terutama meninggi pada akhir dekade kehidupan, maka menurunkan

kadar kolesterol pada usia tua sangat bermanfaat. Beberapa penelitian membuktikan

bahwa penderita dengan kadar kolesterol yang tinggi bila dapat menurunkan kadar

kolesterol total 1%, maka terjadi penurunan 2% serangan jantung. Jadi bila kadar

kolesterol dapat diturunkan 15% maka risiko PJK akan berkurang 30% .(Yuniadi

Y,2007)

b. Jenis kelamin

Di Amerika Syarikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1

dari 5 laki laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai

risiko PJK dua hingga tiga kali lebih besar daripada perempuan. Pada beberapa

(21)

kadar kolesterol. Pada wanita hamil kadar kolesterolnya akan kembali normal 20

minggu setelah melahirkan. Angka kematian pada laki-laki didapatkan lebih tinggi

daripada perempuan akan tetapi setelah menopause, hampir tidak didapatkan

perbedaan antara risiko pada perempuan dengan laki-laki.(Yuniadi Y,2007)

c. Faktor genetik

Hipertensi dan hiperkolesterolemi dipengaruhi juga oleh faktor genetik.

Sebagian kecil orang dengan makanan sehari-harinya tinggi lemak jenuh dan

kolesterol ternyata kadar kolesterol darahnya rendah, sedangkan kebalikannya ada

orang yang tidak dapat menurunkan kadar kolesterol darahnya dengan diet rendah

lemak jenuh dan kolesterol akan tetapi kelompok ini hanya sebagian kecil saja.

Sebagian besar manusia dapat mengatur kadar kolesterol darahnya dengan diet

rendah lemak jenuh dan kolesterol.(Yuniadi Y,2007)

d.Obesitas

Makanan atau minuman siap saji yang didapat melalui restoran fast food,

maupun melalui makanan instant seperti mie instant, makanan kaleng, dan

sebagainya dapat mengakibatkan obesitas atau kelebihan lemak tubuh. Hal tersebut

diperparah lagi dengan kurangnya gerak tubuh yang dilakukan, baik melalui gerak

fisik saat kerja maupun olah raga. Obesitas akan mengakibatkan terjadinya

peningkatan volume darah sekitar 10 - 20 %, bahkan sebagian ahli menyatakan dapat

mencapai 30 %. Hal ini tentu merupakan beban tambahan bagi jantung, otot jantung

akan mengalami perubahan struktur berupa hipertropi atau hiperplasia yang

keduanya dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pompa jantung atau lazim

disebut sebagai gagal jantung atau lemah jantung, dimana penderita akan merasakan

(22)

(tergantung dari derajat lemah jantung). Obesitas dapat mempercepat terjadinya

penyakit jantung koroner melalui berbagai cara, yaitu:

1. Obesitas mengakibatkan terjadinya perubahan lipid darah, yaitu

peninggian kadar kolesterol darah, kadar LDL-kolesterol meningkat (kolesterol

jahat, yaitu zat yang mempercepat penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh

darah), penurunan kadar HDL-kolesterol (kolesterol baik, yaitu zat yang mencegah

terjadinya penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah).

2. Obesitas mengakibatkan terjadinya hipertensi (akibat penambahan

volume darah, peningkatan kadar renin, peningkatan kadar aldosteron dan insulin,

meningkatnya tahanan pembuluh darah sistemik, serta terdapatnya penekanan

mekanis oleh lemak pada dinding pembuluh darah tepi).

Obesitas juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan toleransi glukosa ataupun

kencing manis. Jika berat badan naik 20 % maka angka kematian meningkat 20 %

pada pria dan 10 % pada wanita. Sebaliknya menurut studi Framingham, penurunan

berat badan akan memperpanjang usia dan dengan penurunan berat badan sampai 10

% akan menurunkan insiden penyakit jantung koroner 20 %. Obesitas pada masa

kanak-kanak biasanya akan mempunyai efek atau pengaruh yang lebih buruk

terhadap jantung dibanding jika obesitas didapat setelah usia dewasa. Hal ini

disebabkan oleh karena efek samping obesitas ditentukan oleh

berat dan lamanya obesitas.(Djohan T.B.A,2004)

e. Hipertensi

Tekanan darah tinggi mengakibatkan jantung bekerja keras hingga pada suatu

saat akan terjadi kerusakan yang serius. Pada jantung otot jantung akan menebal

(hipertrofi) dan mengakibatkan fungsinya sebagai pompa menjadi terganggu,

(23)

pada jantung, tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah

pada otak, mata (retinopati) dan/atau ginjal (gagal ginjal). Tekanan darah tinggi

merupakan faktor risiko major untuk penyakit jantung koroner. 74% dari penderita

penyakit jantung koroner menderita hipertensi. (American Heart

Association)Perubahan hipertensi khususnya pada jantung disebabkan karena:

1.Meningkatnya tekanan darah. Peningkatan tekanan darah merupakan

beban yang berat untuk jantung, sehingga menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri

(faktor miokard).

2.Mempercepat timbulnya aterosklerosis. Tekanan darah yang tinggi dan

menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah

arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya

f. Dislipidemia

aterosklerosis koroner (faktor

koroner).(Djohan T.B.A,2004)

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar

trigliserida serta penurunan kadar HDL. Dalam proses terjadinya aterosklerosis

semuanya mempunyai peran yang penting dan sangat kaitannya satu dengan yang

lain, sehingga tidak mungkin dibicarakan sendiri-sendiri. Ketiga-tiganya sekaligus

dikenal sebagai TriadLipid.

Aterosklerosis adalah suatu bentuk ateriosklerosis yang terutama mengenai

lapisan intima dan umumnya terjadi di arteri muskuler ukuran besar dan sedang serta

merupakan kelainan yang mendasari penyakit jantung iskemik. Athesklosklerosis

terjadi akibat penimbunan kolesterol, lemak, kalsium, sel-sel radang, dan material

pembekuan darah (fibrin). Timbunan ini disebut dengan plak. Terdapat dua macam

(24)

Lesi aterosklerosis diklasifikaiskan alas 3 tahap secara morfologik: bercak

perlemakan, plak fibrosa, dan lesi terkomplikasi. Sebelum terjadinya bercak

perlemakan sudah ada gel-gel busa. Bercak perlemakan sudah bisa ditemukan pada

usia 10 tahun dan meningkat kekerapannya pada usia 30 tahun. Flak fibrosa adalah

bentuk lesi yang khas untuk aterosklerosis yang sudah berkembang. Lesi

terkomplikasi adalah plak fibrosa yang sudah mengalami perubahan oleh

peningkatan nekrosis sel, perdarahan, deposit kalsium atau dikuamasi permukaan

endotel diatasnya dan pembentukan trombus. Lesi terkomplikasi dapat

mengakibatkan gangguan aliran di lumen pembuluh darah.

Tahap awal yang penting pada aterogenesis adalah adanya partikel LDL yang

ada dalam sirkulasi terjebak di dalam intima. LDL ini mengalami oksidasi atau

perubahan lain dan kemudian dipindahkan oleh reseptor "Scavenger" khusus pada

makrofag dan gel -gel mural yang lain. Tidak ada pengendalian umpan balik atas

pembentukan reseptor reseptor ini, dan ester-ester kolesterol kemudian berakumulasi

didalam gel sehingga membentuk gel busa. Set gel busa membentuk bercak

perlemakan yang bisa menyebabkan disrubsi pada endotelium. Akhirnya faktor

pertumbuhan mengakibatkan proliferasi gel dan akhirnya lesi aterosklerosis yang

lanjut.(Anwar T.B,2004)

(Anwar T.B,2004)

g. Merokok

Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan

penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta kematian per tahun di negara industri

maju, lebih dari setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5

juta adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke.

Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

(25)

usia dan jumlah rokok yang diisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko

merokok bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak

atau gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK. . Telah ditemukan 4.000 jenis

bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat

karsinogenik misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan

pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali.

Umumnya fokus penelitian ditujukan pada peranan nikotin dan CO. Kedua bahan ini,

selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai oksigen ke otot

jantung sehingga merugikan kerja miokard.Nikotin mengganggu sistem saraf

simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain

menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin,

meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung,

serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf,

otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam

asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan

mempermudah timbulnya penggumpalan darah.Nikotin mengaktifkan trombosit

dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh

darah.

Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan

langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO

menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan

mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah).

Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas

darah,sehingga mempermudah penggumpalan darah.

Di samping itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan

dengan bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah

(26)

(trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok

jelas akan merusak pembuluh darah perifer.(WHO,2004)

h. Diabetes mellitus

Gangguan toleransi gula atau kencing manis dapat disebabkan oleh obesitas.

Menurut Westlund dan Nicholay Sen, obesitas sedang akan meningkatkan resiko

penyakit jantung koroner 10 kali lipat, bahkan jika berat badan lebih besar 45 % dari

berat badan standar, maka resiko terjadinya penyakit kencing manis akan meningkat

menjadi 30 kali lipat. Mekanismenya belum jelas, akan tetapi terjadi peningkatan

tipe IV hiperlipidemi dan hipertrigliserid, pembentukan platelet yang abnormal dan

DM yang disertai obesitas dan hipertensi.(Djohan T.B.A,2004)

i. Kurang berolahraga

Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolateral

koroner sehingga risiko PJK dapat dikurangi. Olahraga bermanfaat karena

.memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard ,menurunkan BB sehingga

lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL

kolesterol ,menurunkan kolesterol, trigliserid dan kadar gula darah pada penderita

DM , menurunkan tekanan darah ,meningkatkan kesegaran jasmani. Dari penelitian

di Havard selama 10 tahun (1962-1972) terhadap 16.936 alumni Universitas Havard

di Amerika Serikat menyimpulkan orang dengan latihan fisik yang adekuat

kemungkinan menderita serangan PJK lebih kecil dibandingkan dengan yang kurang

(27)

2.2.4. Manifestasi Klinis Penyakit Jantung Koroner

Proses terjadinya atheroskloris dapatg sejak masa kanak-kanak, dapat dapat

berlangsung bertahun-tahun tanpa ada gejala. Kadang-kadang gejala timbul saat usia

30-an. Banyak juga gejala baru timbul saat usia 50-60 tahun. Jika sumbatan makin

bertambah besar, maka aliran darah yang menuju jantung makin berkurang sehingga

menyebabkan apa yang dikenal dengan istilah angina pektoris atau nyeri dada.

Angina ini timbul karena ketidakseimbangan antara kebutuhan otot jantung akan dan

oksigen dan suplai darah oleh pembuluh koroner. Kebutuhan lebih besar dari

suplai.

Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang

berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan pemeriksaan yang

seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat perjalanan penyakit,

pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim

jantung dapat membedakan subset klinis PJK. Manifestasi klinis PJK meliputi : (Sukandi E,2008)

1. Asimptomatik ( Silent Myocardial Ischemia )

2. Angina Pektoris.

a. Angina Pektoris Stabil

b. Angina Pektoris Tidak Stabil

c. Variant Angina ( Prinzmetal Angina )

3. Infark Miokard Akut

4. Dekompensasi Kordis

5. Aritmia Jantung

6. Mati Mendadak

7, Syncope

Pada penderita asimptomatik, penyakit jantung koroner diketahui secara

kebetulan misalnya saat dilakukan check up kesehatan. Kelompok penderita ini tidak

(28)

aktifitas. Secara kebetulan penderita menunjukkan iskemia saat dilakukan uji beban

latihan. Ketika EKG menunjukkan depresi segmen ST, penderita tidak mengeluh

adanya nyeri dada. Pemeriksaan fisik, foto dada dan lain-lan dalam batas-batas

normal.

Pada penderita Angina Pektoris Stabil, nyeri dada timbul saat melakukan

aktifitas, bersifat kronis (> 2 bulan). Nyeri precordial terutama di daerah retrosternal,

terasa seperti tertekan benda berat atau terasa panas, seperti di remas ataupun seperti

tercekik.rasa nyeri sering menjalar ke lengan kiri atas / bawah bagian medial, ke

leher, daerah maksila hingga ke dagu atau ke punggung, tetapi jarang menjalar ke

lengan kanan.Nyeri biasanya berlangsung seingkat (1 – 5) menit dan rasa nyeri

hilang bila penderita istirahat. Selain aktifitas fisik, nyeri dada dapat diprovokasi

oleh stress / emosi, anemia, udara dingin dan tirotoksikosis. Pada saat nyeri, sering

disertai keringat dingin. Rasa nyeri juga cepat hilang dengan pemberian obat

golongan nitrat. Jika ditelusuri, biasanya dijumpai beberapa faktor risiko PJK.

Pada penderita yang mengalami Angina Pektoris Tak Stabil, kualitas,

lokasi, penjalaran dari nyeri dada sama dengan penderita angina stabil. Tetapi

nyerinya bersifat progresif dengan frekuensi timbulnya nyeri yang bertambah serta

pencetus timbulnya keluhan juga berubah. Sering timbul saat istirahat. Pemberian

nitrat tidak segera menghilangkan keluhan. Keadaan ini didasari oleh patogenesis

yang berbeda dengan angina stabil. Angina tidak stabil sering disebut sebagai

Pre-Infarction.

Penyakit jantung koroner dapat juga bermanifestasi sebagai infark miokard

akut yang

Pada angina tidak stabil, plaque aterosklerosis mengalami trombosis

sebagai akibat plaque rupture (fissuring), di samping itu diduga juga terjadi spasme

namun belum terjadi oklusi total atau oklusi bersifat intermitten.Pada pemeriksaan

elektrokardiografi didapatkan adanya depresi segmen ST, kadar enzim jantung tidak

mengalami peningkatan.

(29)

Keluhan ini menyerupai gambaran angina yang klasik pada saat istirahat sehingga

dianggap terjadi angina tidak stabil. Selain itu penderita sering mengeluh rasa lemah

dan kelelahan. Nyeri dada berlangsung > 30 menit bahkan sampai

berjam-jam. Kualitas nyerinya sering dirasakan seperti menekan,

(compressing), constricting, crushing atau

squeezing (diremas), choocking (tercekik), berat (heavy pain). Kadang juga bisa

tajam (knife like) atau pun seperti terbakar (burning).Lokasi nyeri biasanya

retrosternal, menjalar ke kedua dinding dada terutama dada kiri, ke bawah ke bagian

medial lengan menimbulkan rasa pegal pada pergelangan, tangan dan jari.

Kadang-kadang nyeri dapat dirasakan pada daerah epigastrium hingga merasa perut tidak

enak (abdominal discomfort). Gejala lain yang sering menyertai adalah mual,

muntah, badan lemah, pusing, berdebar dan keringat dingin.(Jurnal Kedokteran,2003)

2.2.5 Diagnosa PJK

Untuk memberikan pengobatan seorang dokter harus mengetahui dulu

penyakit/diagnosis pasiennya. Layaknya detektif, dokter mengumpulkan sebanyak

mungkin keterangan baik subjektif maupun objektif untuk kemudian mengambil

kesimpulan. Pilihan pengobatan ditentukan berdasarkan jenis penyakit dan

derajatnya.(Idham I,2007)

1. Anamnesa

2. Pemeriksaan fisik

3. Laboratorium

Dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol darah dan trigliserida

sebagai faktor risiko. Dari Pemeriksaan darah juga dapat diketahui

ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.

(30)

Dari foto rontgen dada dokter dapat melihat ukuran jantung, ada-tidaknya

pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan

pada koroner tidak bisa dilihat dari foto rontgen ini. Dari ukuran jantung

dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut.

Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung.

Gambarannya, biasanya jantung terlihat membesar.

5. Pemeriksaan jantung non-invasif

• EKG istirahat

Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada

tanda-tandanya.Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau

serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan

gambaran yang berbeda.

• Uji latihan jasmani (treadmill)

Treadmill merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi

perubahan gambaran EKG saat aktifitas, yang member petunjuk adanya

PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap,

sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG

tampak normal.

• Monitoring EKG ambulator

• Computed tomografi

Alat ini dapat mendeteksi kalsium dalam lemak yang sempit arteri

koroner. Jika sejumlah besar kalsium ditemukan, penyakit arteri koroner

mungkin terjadi.

• Magnetic resonance arteriography

6. Pemeriksaan invasif menentukan anatomi koroner

Digunakan untuk memeriksa area penyempitan atau penyumbatan -

meskipun rincian mungkin tidak sejelas yang disediakan oleh kateterisasi

(31)

• Arteriografi koroner

Ultrasound intra vaskular (IVUS) (Peter L,2004)

2.2.6 Tatalaksana PJK

A) Modifikasi gaya hidup

1. Diet tinggi serat, rendah kolesterol/lemak, rendah garam

2. Turunkan berat badan menjadi normal

3. Stop rokok/alkohol

4. Olahraga teratur

B) Berbagai obat dapat digunakan untuk mengobati penyakit arteri koroner, termasuk:

1. Obat modifikasi kolesterol. Dengan mengurangi jumlah kolesterol dalam

darah, terutama low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol "buruk" ,

obat-obatan ini mengurangi bahan utama yang menumpuk pada arteri koroner.

Meningkatkan high-density lipoprotein (HDL), atau kolesterol "baik",

mungkin membantu juga. Dokter Anda dapat memilih dari berbagai obat,

termasuk statin, niasin, asam empedu fibrates dan sequestrants.

2. Aspirin. Hal ini dapat mengurangi kecenderungan darah untuk membeku,

yang dapat membantu mencegah penyumbatan arteri koroner Anda. Jika anda

pernah mengalami serangan jantung, aspirin dapat membantu mencegah

serangan di masa depan. Ada beberapa kasus di mana aspirin tidak sesuai,

seperti jika Anda memiliki kelainan pendarahan dimana Anda sudah

menggunakan pengencer darah lain, jadi tanyalah dokter Anda sebelum

(32)

3. Beta bloker. Obat-obatan ini memperlambat denyut jantung dan menurunkan

tekanan darah, yang menurunkan permintaan oksigen jantung Anda. Jika

anda pernah mengalami serangan jantung, beta blocker mengurangi risiko

serangan di masa depan.

4. Nitrogliserin. Nitrogliserin tablet, semprotan dan koyo dapat mengontrol

nyeri dada dengan membuka arteri koroner Anda dan mengurangi permintaan

jantung Anda untuk darah.

5. Penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE). Obat-obatan ini

menurunkan tekanan darah dan dapat membantu mencegah perkembangan

penyakit arteri koroner. Jika anda pernah mengalami serangan jantung, ACE

inhibitor mengurangi risiko serangan di masa depan.

6. Calcium channel blocker. Obat-obat ini melemaskan otot-otot yang

mengelilingi arteri koroner Anda dan menyebabkan pembuluh terbuka,

meningkatkan aliran darah ke jantung Anda. Mereka juga mengendalikan

tekanan darah tinggi.

C) Kadang-kadang pengobatan yang lebih agresif diperlukan untuk memeperbaiki

aliran darah.Berikut adalah beberapa pilihan:

1. Angioplasty dan penempatan stent (revaskularisasi koroner perkutan).

2. Operasi bypass arteri koroner.

2.2.7 Pencegahan PJK

Resiko terjadinya penyakit arteri koroner bisa dikurangi dengan melakukan beberapa

tindakan berikut:

• Berhenti merokok

• Menurunkan tekanan darah

• Mengurangi berat badan

(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian

ini adalah:

GAMBAR 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan

masyarakat umum tentang penyakit jantung koroner.

3.2.1. Pengetahuan Tentang Penyakit Jantung Koroner

a. Definisi

Pengetahuan yang dimaksudkan adalah pengetahuan yang meliputi

pengertian penyakit jantung koroner, faktor resiko mendapat penyakit jantung

Masyarakat umum -tingkat pendidikan -usia

(34)

koroner, gejala klinis , serta pencegahan penyakit jantung koroner.

Pengetahuan tentang PJK dinilai dengan memberikan kuesioner yang berisi

20 pertanyaan tertutup kepada responden. Seterusnya responden akan

ditentukan sama ada mempunyai tingkat pengetahuan baik,sedang atau buruk

berdasarkan pada nilai total skor yang diperoleh selepas menjawab kuesioner.

Masyarakat umum adalah masyarakat yang tinggal di Kelurahan

Madras Hulu yang memenuhi inklusi yaitu berusia 18 tahun dan ke atas serta

bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar

persetujuan informed consent setelah diberikan penjelasan.

Tingkat pendidikan yang dimaksudkan adalah tingkat pendidikan

formal yang berjaya diselesaikan oleh responden. Dalam penelitian

ini,tingkat pemdidikan dibagi menjadi 5 yaitu SD,SMP,SMA,akademi, dan

juga S1.Tingkat pendidikan

Menurut Notoadmotjo (2003) umur merupakan variabel yang selalu

diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah

satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup

seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur

seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang

dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri

maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain. Dalam penelitian ini,

umur responden dikelompokkan menjadi 11 kelompok yaitu kelompok umur

18-24 tahun,25-29 tahun,30-34 tahun,35-39 tahun,40-44 tahun,45-49

tahun,50-54 tahun,55-59 tahun,60-64 tahun,65-69 tahun,dan 70-74 tahun. menurut Wied Hary A.(1996), menyebutkan

bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya

semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula

pengetahuannya. Pada penelitian ini, responden perlu menulis tingkat

(35)

b. Cara Pengukuran

Pengukuran dilakukan dengan metode wawancara.

c. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner.

d. Hasil Pengukuran

Menggunakan metode presentasi skoring sebagai berikut:

1. Baik bila >75 % pertanyaan dijawab benar oleh responden. 2. Cukup bila 40-75 % pertanyaan dijawab benar oleh responden. 3. Kurang baik bila <40 % pertanyaan dijawab benar oleh responden (Pratomo, Hadi, Sudarti, 1990)

e. Skala Pengukuran

(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskritif analitik

dengan desain cross-sectional (potong lintang). Di mana tiap subjek hanya

diobservasi satu kali dan pengukuran variable subjek dilakukan pada saat

pemeriksaan, maka akan dapat diperoleh gambaran tingkat pengetahuan

masyarakat umum yang tinggal di Kampung Madras mengenai penyakit jantung

koroner melalui data primer yang didapatkan menerusi wawancara dengan

pengisian kuesioner yang akan diedarkan.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Perancangan penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2010 dengan penelusuran

tinjauan pustaka yang merangkumi sumber-sumber dari jurnal,buku,majalah serta

artikel dari internet. Setelah itu disusul dengan penyusunan proposal penelitian

dengan konsultasi dosen pembimbing. Pembentangan proposal di seminar

dilanjutkan pada Mei 2010 serta diteruskan dengan penelitian lapangan yang

dimulai dari pengumpulan data sehingga penulisan laporan tentang hasil

penelitian yang mengambil masa selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus 2010

sehingga Oktober 2010.

4.2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kampung Madras, Medan karena kawasan ini

mempunyai jumlah penduduk yang padat,mempunyai tingkat sosioekonomi yang

(37)

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah semua masyarakat

umum yang tinggal di Kampung Madras, Medan. Berdasarkan pengambilan data

populasi penduduk dari Kantor Lurah Madras Hulu, jumlah keseluruhan populasi

penduduk adalah sejumlah 3717 orang

.

4.3.2 Sampel

Sampel bagi penelitian ini telah dipilih secara random dari kelompok populasi

terjangkau, yaitu masyarakat umum yang tinggal di Kelurahan Madras Hulu,

Medan yang memenuhi kriteria inklusi serta tidak termasuk dalam kriteria

eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Kriteria Inklusi

1. Masyarakat umum dewasa yang berusia 18 tahun ke atas.

2. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani

lembar persetujuan setelah penjelasan. (informed consent).

b. Kriteria Eksklusi

1. Masyarakat umum yang kondisi fisik dan jiwa yang tidak

memungkinkan dijadikan sampel penelitian.

2. Keluarga yang mendampingi responden tidak menyetujui

responden menjadi subjek penelitian.

Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling di mana setiap

subjek dipilih secara acak dan setiap subjek mempunyai kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi responden penelitian.Semua subjek yang dijumpai dan

memenuhi kriteria pemilihan yaitu 20 tahun dan ke atas dimasukkan dalam

(38)

besar sampel penelitian yang representative, penarikan sampel dari populasi

dilakukan dengan menggunakan rumus :

n =

N

1+N (d2)

Keterangan : N = jumlah populasi

n = jumlah sampel

d² = tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,1)

n = _______

1+ (3717)(0.1 3717_____

2 )

n = 97,4

Maka jumlah sampel yang diinginkan adalah sejumlah

100

orang

4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data

yang didapat langsung dari responden. Pengumpulan data dilakukan melalui

wawancara langsung dengan kuesioner kepada sampel penelitian.

(39)

Menurut Notoatmodjo, 2005, instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan

untuk pengumpulan data.

Instrumen penelitian ini berupa kuesioner sebagai alat bantu dalam pengumpulan

data yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan terbuka dan tertutup untuk

mengumpulkan data mengenai tingkat pengetahuan responden tentang penyakit

jantung koroner.

4.4.3. Teknik Skoring dan Skala

Dalam peneltian ini, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner mengetahui

tingkat pengetahuan masyarakat umum Kampung Madras tentang penyakit

jantung koroner. Kuesioner berisi 20 pertanyaan, yang terdiri dari 20 pertanyaan

tertutup.

Tabel 4.1. Penentuan Nilai dari Kuesioner Pengetahuan (Nilai 0-20)

Pertanyaan No. 1 s.d. 20 (kecuali soal nomor 3) :

Jawaban benar bernilai 1 Jawaban salah bernilai 0

Pada pertanyaan nomor 3, jika responden memilih jawaban A atau B atau C,

diberi nilai 1. Jika responden memilih jawaban D,diberi nilai 0.

Setelah seluruh kuesioner dinilai sesuai dengan tabel di atas, maka tingkat

pengetahuan dikelompokkan berdasarkan kategori berikut : (Pratomo, 1990)

• Baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi

• Sedang, apabila nilai yang diperoleh 40-75% dari nilai tertinggi

(40)

Berdasarkan skala pengukuran di atas, maka kategori pengetahuan, sikap dan

tindakan dapat dilihat pada tabel berikut ini ;

Tabel 4.2 Kategori dari Kuesioner Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Nilai

Baik Bila nilai yang diperoleh 16-20

Sedang Bila nilai yang diperoleh 8-15

Kurang baik Bila nilai yang diperoleh 0-7

4.5 Metode Analisis Data

Pengolahan data yang terkumpul dianalisa secara deskriptif dengan

menggunakan program Statistic Package For Social Science (SPSS). Data yang

telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang.

(41)

4.5.1 Data Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

No.Soal Total Pearson

Correlation Status

Cronbach's

Alpha Status

1 0.867 Valid 0.760 Reliabel

2 0.867 Valid 0.760 Reliabel

3 0.906 Valid 0.756 Reliabel

4 0.843 Valid 0.755 Reliabel

5 0.906 Valid 0.756 Reliabel

6 0.843 Valid 0.755 Reliabel

7 0.843 Valid 0.755 Reliabel

8 0.906 Valid 0.756 Reliabel

9 0.843 Valid 0.755 Reliabel

10 0.906 Valid 0.756 Reliabel

11 0.867 Valid 0.760 Reliabel

12 0.867 Valid 0.760 Reliabel

13 0.843 Valid 0.755 Reliabel

14 0.867 Valid 0.760 Reliabel

15 0.867 Valid 0.760 Reliabel

16 0.867 Valid 0.760 Reliabel

17 0.867 Valid 0.760 Reliabel

18 0.867 Valid 0.760 Reliabel

19 0.867 Valid 0.756 Reliabel

(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Madras Hulu, Medan, Sumatera Utara.

Kelurahan Madras Hulu adalah nama bagi sebuah kawasan seluas sekitar 10

hektar di

besar. Kawasan ini terletak di sekitar kecamatan

Kawasan tersebut awalnya dipanggil "Kampung Keling", namun

kemudian terjadi perubahan nama menjadi "Kampung

mencerminkan tanah asal para warga keturunan India yang tinggal di sana.

Saat ini, jumlah penduduk yang tinggal di Kelurahan Madras Hulu adalah

sejumlah 4710 orang. Jumlah penduduk laki adalah seramai 2321 orang

manakala jumlah penduduk perempuan seramai 2389 orang. Daripada 4710

orang penduduk,jumlah penduduk dewasa adalah seramai 3717 orang.

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, karakteristik yang diamati pada responden meliputi umur,

jenis kelamin, dan tingkat pendidikan terakhir.

(43)

Tabel 5.1 Karakteristik jenis kelamin responden yang mengikuti penelitian

Karakteristik jenis kelamin responden pada penelitian ini dapat dilihat pada

tabel 5.1 di atas. Seramai 43 orang responden laki – laki dan 57 orang

responden perempuan. Jumlah responden perempuan lebih tinggi daripada

laki-laki sebanyak 14 orang.

Tabel 5.2 Karakteristik umur responden yang mengikuti penelitian

Umur n %

1 18-24 13 13

2 25-29 10 10

3 30-34 11 11

4 35-39 9 9

5 40-44 15 15

6 45-49 18 18

7 50-54 11 11

8 55-59 10 10

9 60-64 1 1

10 65-69 1 1

11 70-74 1 1

Total 100 100

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 43 43

Perempuan 57 57

(44)

Karakteristik umur responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.2 di atas yang dibahagikan kepada 11 kelompok umur. Kelompok umur 18-24 tahun

mempunyai 13 orang (13%) responden. Kelompok umur 25-29 tahun mempunyai 10

orang (10%) responden. Kelompok umur 30-34 tahun mempunyai 11 orang (11%)

responden. Kelompok umur 35-39 tahun mempunyai 9 orang (9%) responden.

Kelompok umur 40-44 tahun mempunyai 15 orang (15%) responden. Kelompok

umur 45-49 tahun pula mempunyai18 orang (18%) responden. Kelompok umur

50-54 tahun mempunyai 11 orang (11%) responden. Kelompok umur 55-59 tahun

mempunyai 10 orang (10%) responden. Kelompok umur 60-64 tahun, 65-69 tahun,

dan 70-74 tahun masing-masing mempunyai seorang responden (1%). Daripada tabel

di atas,dapat dikatakan bahwa kelompok umur yang terbanyak yang mengikuti

penelitian ini adalah kelompok umur 45-49 tahun. Kelompok umur yang paling

sedikit mengikuti penelitian ini adalah kelompok umur 60-64 tahun, 65-69 tahun,

(45)

Tabel 5.3 Karakteristik tingkat pendidikan terakhir responden yang mengikuti penelitian

Tingkat

pendidikan

n

Percent

1 SD 1 1

2 SMP/ sederajat 6 6

3 SMA/ sederajat 73 73

4 Akademi (D1-D3)

10 10

5 Perguruan tinggi (S1)

10 10

Total 100 100

Karakteristik tingkat pendidikan terakhir responden pada penelitian ini dilihat pada

tabel 5.3 di atas. Responden dengan tingkat pendidikan SD adalah seramai 1 orang

(1%). Jumlah resonden dengan tingkat pendidikan SMP atau sederajat adalah

seramai 6 orang (6%). Jumlah responden dengan tingkat pendidikan SMA atau

sederajat adalah seramai 73 orang (73%) Jumlah responden dengan tingkat

pendidikannya akademi dan perguruan tinggi (S1) masing- masing seramai 10 orang.

Berdasarkan tabel ini, sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan

terakhir SMA atau sederajat. Tingkat pendidikan terakhir yang mempunyai jumlah

(46)

5.3. Hasil Penelitian 5.3.1. Pengetahuan

Hasil uji tingkat pengetahuan mengenai penyakit jantung koroner dengan

menggunakan angket dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Hasil analisis tingkat pengetahuan

Berdasarkan tabel di atas, daripada 100 orang responden dapat dilihat bahwa

tingkat pengetahuan responden mengenai penyakit jantung koroner paling

banyak berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 55 orang (55%). Tingkat

pengetahuan responden yang paling sedikit adalah kategori kurang baik yaitu

sebanyak 8 orang (8%). Data lengkap distribusi frekuensi jawaban responden

pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.5 Tingkat

pengetahuan

n %

Baik (16-20) 37 37.0

Sedang (8-15) 55 55.0

Kurang baik(0-7) 8 8.0

Total 100 100.0

(47)

Tabel 5.5 Sebaran gambaran soal kuesioner

Apakah anda tahu apa itu penyakit jantung koroner? Apakah penyebab PJK?

Dari manakah anda dapat tahu tentang PJK? Apakah keturunan meningkatkan resiko PJK? Gejala yang sering pada PJK?

Buah serta makanan rendah lemak dapat mencegah PJK? Apakah anda tahu maksud obesitas?

Obesitas meninggikan resiko mendapat PJK? Olahraga teratur dapat menyehatkan jantung?

Tekanan darah tinggi disebabkan makanan tinggi garam? Memeriksa TD secara teratur dapat mencegah PJK? Tahukah anda apa itu penyakit kencing manis? Kencing manis meningkatkan resiko PJK?

Kencing manis disebabkan mengkonsumsi makanan apa? Apakah obat sahaja cukup untuk mencegah PJK?

Merokok memicu terjadinya PJK?

Apakah PJK lebih sering pada pria berbanding wanita? Usia yang berisiko tinggi mendapat PJK adalah?

Resiko wanita tinggi mendapat PJK setelah menopause? Jenis makanan yang bagus untuk menghindari PJK ?

(48)

Berdasarkan tabel bisa dilihat bahwa terdapat 20 soal.Setiap soal hanya

dijawab ya ataupun tidak. Pada setiap soalan jawaban yang betul bagi soalan yang

ditanya diberi nilai 1 dan yang salah 0. Berdasarkan tabel di atas juga dapat dilihat

bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden adalah

pertanyaan nomor 14 yaitu dengan persentase sebesar 91%, sedangkan pertanyaan

yang paling banyak dijawab dengan salah oleh responden adalah pertanyaan nomor 5

yaitu dengan persentase sebesar 91%. Data lengkap distribusi frekuensi hasil uji

(49)

Tabel 5,6 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden berumur 18-24 tahun

sebanyak 4 orang berpengetahuan baik dan 9 orang dengan pengetahuan sedang.

Responden berumur 25-29 tahun sebanyak 2 orang berpengetahuan baik dan 8 orang

berpengetahuan sedang .Seterusnya responden berumur 30-34 tahun sebanyak 7

(50)

berpengetahuan kurang baik. Responden berumur 35-39 tahun sebanyak 3 orang

dengan pengetahuan baik dan 6 orang berpengetahuan kurang baik. Responden

berumur 40-44 tahun mempunyai 3 orang berpengetahuan baik , 10 orang

pengetahuan sedang, dan 2 orang berpengetahuan kurang baik. Responden berumur

45-49 tahun pula seramai 8 orang berpengetahuan baik, 9 orang berpengetahuan

sedang, dan seorang berpengetahuan kurang baik. Responden berumur 50-54 tahun

seramai 3 orang dengan pengetahuan baik, 5 orang berpengetahuan sedang dan 3

orang berpengetahuan kurang baik . Responden berumur 55-59 tahun sebanyak 5

orang berpengetahuan baik dan 5 orang berpengetahuan sedang. Responden berumur

60-64 tahun mempunyai seorang yang berpengetahuan baik. Responden berumur

65-69 tahun juga mempunyai seorang yang berpengetahuan kurang baik. Ahkir sekali,

responden berumur 70-74 tahun pula mempunyai seorang yang berpengetahuan

kurang baik. Kelompok umur yang mempunyai tingkat pengetahuan paling baik iaitu

dengan menjawab > 15 pertanyaan dengan benar adalah kelompok umur 45-49

tahun. Kelompok umur yang paling banyak mempunyai tingkat pengetahuan kurang

baik iaitu dengan menjawab < 8 soalan dengan benar adalah responden dari

kelompok umur 50-54 tahun.

Data lengkap distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan

(51)

Tabel 5,7 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin

Jenis

Kelamin

Tingkat pengetahuan

Baik (>15) Sedang (8-15) Kurang baik(<7)

n % n % n %

Laki-laki 18

41.9 21 48.8 4 9.3

Perempuan 19 33.3 34 59.6 4 7.0

Total 37 37.0 55 55.0 8 8.0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden laki-laki seramai 18

orang (41.9%) mempunyai tingkat pengetahuan baik, 21 orang (48.8%) dengan

tingkat pengetahuan sedang dan 4 orang (9.3%) mempunyai tingkat pengetahuan

kurang baik. Bagi responden perempuan pula seramai 19 orang (33.3%) mempunyai

tingkat pengetahuan baik, 34 orang (59.6%) mempunyai tingkat pengetahuan sedang

dan 4 orang (7.0%) lagi mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang baik.

Kelompok jantina yang mempunyai paling banyak responden dengan tingkat

pengetahuan baik yaitu dengan menjawab > 15 pertanyaan dengan benar adalah

responden perempuan yaitu sebanyak 19 orang. Jumlah responden yang mempunyai

tingkat pengetahuan kurang baik adalah sama bagi jenis kelamin laki-laki dan

(52)

banyak mempunyai tingkat pengetahuan sedang dengan menjawab antara 8 hingga

15 pertanyaan yaitu seramai 34 orang.

Data lengkap distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat

pendidikan dapat dilihat pada Tabel 5,8.

Tabel 5,8 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan setambuk

Tingkat pengetahuan

Total

Tingkat

Pendidikan

Baik (>15) Cukup (8-15) Kurangbaik(<7)

n % n % n %

SD 0 0 0 0 1 100 1

SMP 2 33 3 50 1 16.7 6

SMA 25 33.8 43 58.1 6 8.1 74

Akademi 3 27.3 8 72.7 0 0 11

S1 7 87.5 1 12.5 0 0 8

Total 37 37 55 55 8 8 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat

pendidikan terakhirnya SD mempunyai seorang (100%) responden yang

berpengetahuan kurang baik. Pada responden dengan tingkat pendidikan terakhir

SMP atau sederajat pula sebanyak 2 orang (33.3%) dengan tingkat pengetahuan baik,

3 orang (50%) dengan pengetahuan sedang dan seorang (16.7%) dengan

pengetahuan kurang baik. Pada responden dengan tingkat pendidikan SMA atau

sederajat, sebanyak 25 orang (33.8%) mempunyai tingkat pengetahuan baik, 43

orang (58.1%) berpengetahuan sedang dan 6 orang (8.1%) lagi dengan pengetahuan

kurang baik. Pada responden dengan tingkat pendidikan akademi serta sederajat

Gambar

GAMBAR 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.2 Kategori dari Kuesioner Pengetahuan
Tabel 5.2 Karakteristik umur responden yang mengikuti penelitian
Tabel 5.3 Karakteristik tingkat pendidikan terakhir responden yang mengikuti penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Populasi penelitian adalah seluruh kepala keluarga yang ada dan tinggal menetap di Kecamatan Tomohon Utara Kelurahan Kakaskasen 1 Lingkungan 8, dengan jumlah kepala

Dengan itu, penelitian ini bertujuan unuk melakukan pengkajian tentang tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pasien yang menderita penyakit jantung koroner di

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan Ibu rumah tangga di kelurahan Tembung masih rendah.Oleh karena itu,perlu dilakukan penyuluhan yang

Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah atas segala limpahan nikmat, rahmat dan hidayahnya sehingga skripsi penelitian dengan “Gambaran Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat RW.IV Kelurahan Fontein Kota Kupang terhadap penggunaan antibiotik, yang berpengetahuan baik

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosmiatin (2012) tentang analisis faktor- faktor risiko terhadap kejadian penyakit jantung koroner

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap Ibu yang mempunyai balita terhadap pencegahan penyakit difteri di kelurahan Korong Gadang

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa walaupun sebagian besar masyarakat kelurahan Mahena, Tahuna sudah memiliki tingkat pengetahuan cukup tentang epilepsi, masih