• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fuzzy Linear Programming (FLP) Dengan Konstanta Sebelah Kanan Berbentuk Bilangan Fuzzy Dan Berbentuk Trapezoidal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Fuzzy Linear Programming (FLP) Dengan Konstanta Sebelah Kanan Berbentuk Bilangan Fuzzy Dan Berbentuk Trapezoidal."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

F UZZY LINEAR PROGRAMMING

(FLP) DENGAN KONSTANTA

SEBELAH KANAN BERBENTUK BILANGAN

F UZZY

DAN

BERBENTUK TRAPEZOIDAL

SKRIPSI

DEWI YANNI FRANSISKA SAMOSIR

070803046

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

FUZZY LINEAR PROGRAMMING (FLP) DENGAN KONSTANTA SEBELAH KANAN BERBENTUK BILANGAN FUZZY DAN BERBENTUK TRAPEZOIDAL

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

DEWI YANNI FRANSISKA SAMOSIR

070803046

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PERSETUJUAN

Judul : FUZZY LINEAR PROGRAMMING (FLP) DENGAN KONSTANTA SEBELAH KANAN BERBENTUK BILANGAN FUZZY DAN BERBENTUK

TRAPEZOIDAL

Kategori : SKRIPSI

Nama : DEWI YANNI FRANSISKA SAMOSIR

Nomor Induk Mahasiswa : 070803046

Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, September 2011

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Drs. Ujian Sinulingga, M.Si Drs. Faigiziduhu Bu‟ulölö, M.Si

NIP 19560303 198403 1 004 NIP 19531218 198003 1 003

Diketahui/ Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

Prof. Dr. Tulus, M.Si

(4)

PERNYATAAN

FUZZY LINEAR PROGRAMMING (FLP) DENGAN KONSTANTA SEBELAH KANAN BERBENTUK BILANGAN FUZZY DAN BERBENTUK TRAPEZOIDAL

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan,

(5)

PENGHARGAAN

Hanya pujian dan ucapan syukur yang bisa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, buat setiap kebaikan, pertolongan dan penyertaan-Nya yang boleh dirasakan penulis dalam keseluruhan hidup yang dipercayakan-Nya, terkhusus buat pertolongan-Nya dalam pengerjaan skripsi ini mulai dari awal sampai akhir. Terpuji termulialah DIA.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu baik dalam dukungan dana, pemikiran dan doa sehingga skripsi ini dapat selesai. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Faigiziduhu Bu‟ulölö, M.Si dan Drs. Ujian Sinulingga, M.Si sebagai Dosen Pembimbing, Bapak Drs. Suyanto, M.Kom dan Drs. Rachmad Sitepu, M.Si sebagai Dosen Pembanding/ Penguji, atas bimbingan, kritikan dan saran untuk perbaikan skripsi ini. Dan juga kepada Bapak O. Samosir dan Ibu L. Hutapea sebagai orangtua tercinta, yang dengan penuh kesabaran memberikan dukungan kepada penulis, dan kepada adik-adik yaitu Delviana, Dollian, Dian yang juga selalu memberikan semangat, dan juga seluruh keluarga besar Samosir dan Hutapea yang terus mendukung dan mendoakan. Dan kepada KTB Florence dan KK Diselva, dan juga teman-teman seperjuangan di Matematika 2007 USU.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pengerjaan skripsi ini. Oleh karena itu penulis juga mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Medan, September 2011

Penulis

(6)

ABSTRAK

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam permasalahan program linier adalah asumsi kepastian (Deterministik/ Certainty), di mana asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter dalam program linier harus bernilai tetap dan diketahui secara pasti. Akan tetapi dalam kenyataannya asumsi ini jarang dipenuhi karena pada umumnya permasalahan program linier diselesaikan untuk memilih suatu tindakan atau keputusan yang akan digunakan untuk waktu yang akan datang. Maka parameter-parameter yang digunakan adalah suatu prediksi untuk waktu yang akan datang yang bersifat tidak pasti. Dengan adanya faktor ketidakpastian tersebut, maka permasalahan program linier dengan kondisi parameter yang tidak pasti di dekati dengan teori himpunan fuzzy dalam pengerjaannya. Dalam tulisan ini dibahas suatu bentuk fuzzy linear programming (FLP) di mana hanya konstanta sebelah kanan berbentuk bilangan fuzzy dan juga berbentuk trapezoidal beserta contoh numeriknya, di mana permasalahan dikonversikan ke dalam bentuk program linier biasa dan juga menggunakan variabel dummy dan 0 1. Selanjutnya untuk memperoleh solusi optimalnya digunakan bantuan metode simpleks dan program QM.

(7)

ABSTRACT

One of assumption that must be fulfilled in linear programming problem is the certainty assumption (Deterministic/ Certainty) where this assumption declares that all parameters in linear programming must have permanent value and known surely. But practically, this assumption is seldom to be fulfilled because in generally linear programming problem is finished to choose an action or a decision that will be used for in the future. So parameters are the prediction that will be used for an uncertainty time in future. Because of the existence of the uncertainty factor, so linear programming problem with the uncertainty parameter condition was discussed with fuzzy set theory. In this writing, was discussed about a form of fuzzy linear programming (FLP) where only right side constanta formed fuzyy numeral and Trapezoidal along with the numeric example, and the problem was conversed into classic linear programming and also use dummy variable and 0

1. The next is to get the optimal solution using simplex method and QM software.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 2

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Tinjauan Pustaka 3

1.5 Tujuan Penelitian 5

1.6 Kontribusi Penelitian 5

1.7 Metodologi Penelitian 5

Bab 2 Landasan Teori 6

2.1 Program Linier 6

2.2 Asumsi-asumsi Yang Harus Dipenuhi Dalam Program Linier 8

2.3 Metode Simpleks 9

(9)

2.3.2 Program QM 13

2.4 Teori Himpunan Crisp Dan Teori Himpunan Fuzzy 13

2.5 Fungsi Keanggotaan Trapezoidal (Trapesium) 14

2.6 Fuzzzy Linear Programming (FLP) 15

2.6.1 Program Linier Dengan Koefisien Teknologi

Berbentuk Bilangan Fuzzy 16

2.6.2 Program Linier Dengan Koefisien Teknologi

Dan Konstanta Sebelah Kanan Berbentuk Bilangan

Fuzzy 19

Bab 3 Pembahasan 23

3.1 Program Linier dengan Hanya Konstanta Sebelah

Kanan Berbentuk Bilangan Fuzzy 23

3.2 Pembahasan Contoh Numerik 25

Bab 4 Kesimpulan dan Saran 40

4.1 Kesimpulan 40

4.2 Saran 40

Daftar Pustaka 42

Lampiran

(10)

DAFTAR TABEL

Halama n

Tabel 2.1 Bentuk Umum Tabel Simplek Awal 11

Tabel 3.1 Tabel Simplek Awal 1 34

Tabel 3.2 Tabel Simplek Iterasi Pertama 1 35

Tabel 3.3 Tabel Simplek Iterasi Kedua 1 36

Tabel 3.4 Tabel Simplek Iterasi Ketiga 1 37

Tabel 3.5 Tabel Simplek Awal 2 38

Tabel 3.6 Tabel Simplek Iterasi Pertama 2 39

Tabel 3.7 Tabel Simplek Iterasi Kedua 2 40

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(12)

ABSTRAK

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam permasalahan program linier adalah asumsi kepastian (Deterministik/ Certainty), di mana asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter dalam program linier harus bernilai tetap dan diketahui secara pasti. Akan tetapi dalam kenyataannya asumsi ini jarang dipenuhi karena pada umumnya permasalahan program linier diselesaikan untuk memilih suatu tindakan atau keputusan yang akan digunakan untuk waktu yang akan datang. Maka parameter-parameter yang digunakan adalah suatu prediksi untuk waktu yang akan datang yang bersifat tidak pasti. Dengan adanya faktor ketidakpastian tersebut, maka permasalahan program linier dengan kondisi parameter yang tidak pasti di dekati dengan teori himpunan fuzzy dalam pengerjaannya. Dalam tulisan ini dibahas suatu bentuk fuzzy linear programming (FLP) di mana hanya konstanta sebelah kanan berbentuk bilangan fuzzy dan juga berbentuk trapezoidal beserta contoh numeriknya, di mana permasalahan dikonversikan ke dalam bentuk program linier biasa dan juga menggunakan variabel dummy dan 0 1. Selanjutnya untuk memperoleh solusi optimalnya digunakan bantuan metode simpleks dan program QM.

(13)

ABSTRACT

One of assumption that must be fulfilled in linear programming problem is the certainty assumption (Deterministic/ Certainty) where this assumption declares that all parameters in linear programming must have permanent value and known surely. But practically, this assumption is seldom to be fulfilled because in generally linear programming problem is finished to choose an action or a decision that will be used for in the future. So parameters are the prediction that will be used for an uncertainty time in future. Because of the existence of the uncertainty factor, so linear programming problem with the uncertainty parameter condition was discussed with fuzzy set theory. In this writing, was discussed about a form of fuzzy linear programming (FLP) where only right side constanta formed fuzyy numeral and Trapezoidal along with the numeric example, and the problem was conversed into classic linear programming and also use dummy variable and 0

1. The next is to get the optimal solution using simplex method and QM software.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep program linier ditemukan dan diperkenalkan pertamakali oleh George Dantzig

yang berupa metode mencari solusi masalah program linier dengan banyak variabel

keputusan. Dantzig bekerja di bidang penelitian teknis matematis untuk memecahkan

masalah logistik militer angkatan udara Amerika Serikat selama perang dunia II.

Penelitiannya didukung oleh J. Von Neumann, L. Hurwich dan T. C. Koopmans yang

bekerja dalam bidang yang sama. Adapun teknik yang asli adalah program saling

ketergantungan kegiatan-kegiatan dalam suatu struktur linier dan kemudian

disederhanakan menjadi program linier.

Penerapan program linier pertama kalinya adalah dalam bidang perencanaan

militer, khususnya dalam perang Perang Dunia II oleh angkatan bersenjata Amerika

Serikat dan Inggris. Sejak itulah seiring dengan berkembangnya waktu, dalam bidang

teknologi dan pembangunan, teknik-teknik analisis program linier dengan cepat sekali

menjalar dan diterapkan dalam berbagai bidang dan disiplin ilmu dalam rangka

memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi.

Model program linier mengandung asumsi-asumsi implisit tertentu yang harus

dipenuhi agar definisinya sebagai suatu masalah program linier menjadi absah. Dan salah

satu asumsi dasar dalam permasalahan program linier adalah asumsi kepastian

(deterministik/ certainty), di mana setiap parameter yaitu data-data dalam pemodelan

program linier yang terdiri dari koefisien-koefisien fungsi tujuan, konstanta-konstanta

sebelah kanan dan koefisien-koefisien teknologi diketahui secara pasti. Tetapi dalam

(15)

persoalan program linier diselesaikan untuk memilih suatu tindakan atau sebuah

keputusan yang bisa dipergunakan untuk waktu yang akan datang. Jadi

parameter-parameter yang digunakan didasarkan atas suatu prediksi mengenai kondisi di waktu yang

akan datang (belum terjadi/ tidak pasti). Dengan adanya ketidakpastian tersebut maka

biasanya akan dilakukan analisa kepekaan (sensitivitas) setelah diperoleh penyelesaian

optimalnya, supaya dari hasil analisa sensitivitas itu dapat dilihat parameter-parameter

yang sensitif. Hasil dari analisa sensitivitas ini juga akan dijadikan acuan dalam

memprediksi parameter-parameter untuk kondisi yang akan datang tersebut. Dalam

pengambilan keputusan dari suatu permasalahan program linier yang semakin kompleks,

kadang-kadang tingkat ketidakpastian yang muncul juga akan semakin kompleks untuk

melakukan analisa sensitivitas. Untuk mengakomodasikan tingkat ketidakpastian tersebut

maka akan didekati dengan teori himpunan fuzzy. Dan dengan adanya tingkat

ketidakpastian tersebut, maka permasalahan program linier pun mengalami

perkembangan menjadi permasalahan fuzzy linier programming (FLP). Dalam tulisan ini

akan diselesaikan suatu permasalahan fuzzy linear programming (FLP) di mana hanya

konstanta sebelah kanan yang berbentuk bilangan fuzzy dan berbentuk trapezoidal.

Dengan alasan di atas maka penulis mengerjakan skripsi ini dengan judul: “F uzzy

Linear Programming (FLP) dengan Konstanta Sebelah Kanan Berbentuk Bilangan

F uzzydan Berbentuk Trapezoidal”.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam tulisan ini penulis menyelesaikan suatu permasalahan fuzzy linear programming

(FLP) dengan salah satu parameternya (konstanta sebelah kanan) tidak pasti dengan

menggunakan pendekatan teori himpunan fuzzy sehingga permasalahan dapat dibuat ke

dalam bentuk program linier biasa dan dengan menggunakan metode simpleks dan

program QM diperoleh solusi optimal dari permasalahan fuzzy linear programming (FLP)

(16)

1.3 Batasan Masalah

Tulisan ini dibatasi pada permasalahan fuzzy linear programming (FLP) dengan

parameter-parameter yaitu hanya konstanta sebelah kanan yang berupa bilangan fuzzy dan

konstanta sebelah kanan tersebut juga berbentuk trapezoidal. Penulis juga membatasi

kasus yang dibahas yaitu hanya kasus maksimasi.

1.4 Tinjauan Pustaka

Sri Mulyono (2004) dalam bukunya „Riset Operasi‟ mengatakan bahwa program linier

adalah salah satu teknik operasi riset atau metode matematik dalam mengalokasikan

sumber daya yang langka untuk mencapai tujuan tunggal seperti memaksimumkan

keuntungan atau meminimumkan biaya,

Fien Zulfikarijah (2004) dalam bukunya „Operation Research‟ mengatakan bahwa dalam model linear programming terdapat asumsi-asumsi yang harus dipenuhi agar

permasalahan linear programming menjadi absah, yaitu kesebandingan (proportionality),

penambahan (additivity), pembagian (divisibility), dan kepastian (deterministic/

certainty).

Basuki Rahmat, dkk dalam jurnal (2005) „Aplikasi Fuzzy Linear Programming Untuk Optimasi Hasil Perencanaan Produksi‟ mengatakan bahwa fuzzy linear programming (FLP) adalah metode linear programming yang diaplikasikan dalam

lingkungan fuzzy. Dalam fuzzy linear programming (FLP), fungsi objektif dan batasan

tidak lagi mempunyai arti yang benar-benar tegas karena ada beberapa hal yang perlu

mendapat pertimbangan dalam sistem.

Sri Kusuma Dewi dan Hari Purnomo (2004) dalam bukunya „Aplikasi Logika Fuzzy Untuk Pendukung Keputusan‟ mengatakan bahwa salah satu model program linier

klasik, adalah:

(17)

=

Dengan batasan (kendala):

� , 0

Di mana , ∈ , ∈ ,� ∈ ×

Atau untuk kasus minimasi, adalah:

Minimumkan:

=

Dengan batasan (kendala):

� , 0

Dimana , ∈ , ∈ ,� ∈ ×

�, , adalah bilangan-bilangan crisp, tanda “ ” pada kasus maksimasi dan tanda “ ”

pada kasus minimasi juga bermakna tegas/ jelas (crisp), demikian juga perintah

“maksimumkan” dan “minimumkan” merupakan bentuk imperatif tegas. Jika di

asumsikan bahwa keputusan permasalahan program linier akan dibuat pada kondisi/

lingkungan fuzzy, maka model klasik permasalahan program linier di atas akan

mengalami sedikit perubahan, yaitu:

1. Bentuk imperatif pada fungsi objektif tidak lagi benar-benar “maksimumkan” atau

“minimumkan”, karena adanya beberapa hal yang perlu mendapat pertimbangan

dalam suatu sistem.

2. Tanda “ ” pada batasan dalam kasus maksimasi dan tanda “ ” pada batasan

dalam kasus minimasi tidak lagi bermakna tegas (crisp) secara matematis, namun

sedikit mengalami pelanggaran makna. Hal ini juga disebabkan karena adanya

beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam sistem yang mengakibatkan

batasan tidak dapat didekati secara tegas.

Pada umumnya pemecahan permasalahan fuzzy linear programming (FLP)

(18)

klasik. Hasil akhirnya diperoleh dalam bentuk bilangan nyata yang menggambarkan

kompromi dari bilangan-bilangan fuzzy yang diproses didalamnya.

1.5 Tujuan Penelitian

Dalam tulisan ini penulis memusatkan pembicaraan pada permasalahan fuzzy linear

programming (FLP) dengan tujuan untuk memperlihatkan bagaimana mengatasi suatu

permasalahan fuzzy linear programming (FLP) dengan hanya konstanta sebelah kanan

yang berupa bilangan fuzzy dan berbentuk trapezoidal sehingga memperoleh solusi

optimal.

1.6 Kontribusi Penelitian

Tulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam penyelesaian

permasalahan program linier dengan kondisi parameter-parameter yang tidak pasti (fuzzy

linear programming) dan salah satunya parameter konstanta sebelah kanan yang

berbentuk bilangan fuzzy dan berbentuk trapezoidal.

1.7 Metodologi Penelitian

Tulisan ini bersifat literatur dengan menggunakan tahapan-tahapan berikut dalam

pengerjaannya, yaitu:

1. Menjelaskan tentang program linier, asumsi-asumsi dasar dalam program linier,

metode simpleks, program QM, teori himpunan crisp dan teori himpunan fuzzy,

fungsi keanggotaan trapezoidal dan fuzzy linear programming (FLP).

2. Menjelaskan tentang program linier dengan hanya konstanta sebelah kanan yang

(19)

3. Menyelesaikan suatu contoh permasalahan program linier dengan hanya konstanta

sebelah kanan yang berbentuk bilangan fuzzy dan berbentuk trapezoidal.

4. Menarik kesimpulan yang berupa solusi optimal dari permasalahan fuzzy linear

(20)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Program linier

Program linier adalah suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan

dengan cara menentukan terlebih dahulu fungsi tujuan (memaksimalkan atau

meminimalkan) dan kendala-kendala yang ada ke dalam model matematik persamaan

linier. Metode analisis yang paling bagus untuk menyelesaikan persoalan alokasi sumber

ialah metode program linier. Pokok pikiran yang utama dalam menggunakan program

linier ialah merumuskan masalah dengan jelas dengan menggunakan sejumlah informasi

yang tersedia. Sesudah masalah terumuskan dengan baik, maka langkah berikutnya ialah

menerjemahkan masalah yang ada ke dalam model matematika.

Program linier sering digunakan dalam menyelesaikan problema-problema alokasi

sumber daya, seperti dalam bidang manufacturing, pemasaran, keuangan, personalia,

administrasi dan lain sebagainya.

Bentuk standar dari permasalahan program linier adalah:

a. Penulisan dalam bentuk skalar untuk kasus maksimasi

Maksimumkan :

1, 2,…, = = 1 1+ 2 2+ + (2.1)

Dengan kendala :

11 1+ 12 2+ + 1 = 1

21 1+ 22 2+ + 2 = 2

(21)

1, 2, , 0

Atau dapat juga ditulis dengan menggunakan lambang penjumlahan yaitu:

Maksimumkan :

1, 2,…, = = =1 (2.2)

Dengan kendala:

=1 = , = 1, 2, ,

0, = 1, 2, ,

Di mana , dan diketahui konstan.

Keterangan:

= parameter yang dijadikan kriteria optimisasi, atau koefisien peubah pengambilan

keputusan dalam fungsi tujuan. Untuk kasus maksimasi menunjukkan

keuntungan atau penerimaan per unit, sementara dalam kasus minimasi

menunjukkan biaya per unit.

� = peubah pengambilan keputusan atau kegiatan (yang ingin dicari; yang tidak diketahui). Karena = 1, 2, , berarti dalam hal ini terdapat variabel keputusan.

= koefisien teknologi peubah pengambilan keputusan dalam kendala ke- .

= sumber daya yang terbatas, yang membatasi kegiatan atau usaha yang

bersangkutan; disebut juga konstanta sebelah kanan dari kendala ke- . Karena

= 1, 2, , berarti dalam hal ini terdapat jenis sumber daya. = Nilai skalar kriteria pengambilan keputusan nilai fungsi tujuan.

b. Penulisan dalam bentuk matriks untuk kasus maksimasi

Maksimumkan :

= � (2.3)

(22)

Dimana � =

2.2 Asumsi-asumsi yang Harus Dipenuhi dalam Program Linier

Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam merumuskan suatu problema keputusan

ke dalam model matematik persamaan linier sehingga problema itu dapat dikatakan absah

menjadi suatu permasalahan program linier, yaitu:

a. Asumsi Linierity (Linieritas)

Asumsi ini menyatakan bahwa fungsi tujuan dan semua kendala harus berbentuk linier.

Dengan kata lain, apabila suatu kendala melibatkan dua variabel keputusan maka dalam

diagram dimensi dua kendala tersebut akan berupa suatu garis lurus. Demikian juga

apabila suatu kendala melibatkan tiga variabel akan menghasilkan suatu bidang datar dan

kendala yang melibatkan variabel akan menghasilkan hyperplane (bentuk geometris

yang rata) dalam ruang berdimensi .

b. Asumsi Additivity (Aditivitas/ Penambahan)

Asumsi ini menyatakan bahwa nilai parameter suatu kriteria optimasi (koefisien variabel

keputusan dan fungsi tujuan) merupakan jumlah dari individu-individu dalam program

linier. Misalnya, keuntungan total yang merupakan variabel keputusan, sama dengan

jumlah keuntungan yang diperoleh dari masing-masing kegiatan ( ). Dan juga, seluruh

sumber daya yang digunakan untuk semua kegiatan harus sama dengan jumlah sumber

daya yang digunakan untuk masing-masing kegiatan.

c. Asumsi Proportionality (Proporsionalitas/ Kesebandingan)

Asumsi ini menyatakan bahwa jika variabel keputusan ( ) mengalami perubahan, maka

(23)

( ) dan juga pada kendalanya ( ). Misalnya, apabila variabel keputusan dinaikkan

dua kali. Maka secara proporsional (seimbang dan serasi) nilai-nilai fungsi tujuan dan

kendalanya juga akan menjadi dua kali lipat.

d. Asumsi Divisibility (Divisibilitas/ Pembagian)

Asumsi ini menyatakan bahwa nilai variabel keputusan ( ) yang diperoleh tidak harus

berupa bilangan bulat, artinya nilai variabel keputusan bisa diperoleh pada nilai pecahan.

e. Asumsi Certainty (Deterministik/ Kepastian)

Asumsi ini menghendaki bahwa semua parameter dalam program linier ( , dan ) harus bernilai tetap dan diketahui atau ditentukan secara pasti.

2.3 Metode Simpleks

Pada umumnya permasalahan program linier dapat diselesaikan dengan menggunakan

metode grafik dan metode simpleks. Kedua metode ini tentunya memiliki kebaikan dan

kelemahannya. Aplikasi kedua metode ini tergantung atas problema yang dihadapi.

Metode grafik digunakan apabila jumlah variabel keputusan hanya dua dan jumlah

kendala dalam model sedikit (pada umumnya tidak lebih dari 4 kendala). Apabila jumlah

kendalanya banyak (> 4 kendala), maka akan sukar untuk melukiskan garis kendalanya

dalam grafik.

Sehingga meskipun permasalahan program linier dapat diselesaikan dengan

menggunakan metode grafik, akan tetapi untuk permasalahan program linier dengan lebih

dari 3 variabel maka metode grafik ini tidak dapat digunakan. Oleh karena itu, pada tahun

1947 George Dantzig mengajukan satu metode yang paling berhasil untuk menyelesaikan

suatu permasalahan program linier, dan metode itu dinamakan metode simpleks dan telah

(24)

Metode simpleks adalah suatu metode yang secara sistematis dimulai dari suatu

pemecahan dasar yang fisibel ke pemecahan dasar fisibel (feasible) lainnya dan ini

dilakukan berulang-ulang (dengan jumlah ulangan yang terbatas) sehingga akhirnya

tercapai suatu pemecahan dasar yang optimum dan pada setiap step/ iterasi menghasilkan

suatu nilai dari fungsi tujuan yang selalu lebih besar atau sama dari step-step sebelumnya

(Supranto, 1983).

2.3.1 Langkah-langkah Metode Simpleks

Mengubah bentuk baku model program linier ke dalam bentuk tabel akan memudahkan

proses perhitungan simpleks. Langkah-langkah perhitungan dalam algoritma simpleks

adalah:

a. Berdasarkan bentuk baku, tentukan solusi awal (initial basic feasible solution)

dengan menetapkan n-m variabel nonbasis sama dengan nol. Di mana n jumlah variabel

dan m banyaknya kendala.

b. Kemudian dipilih sebuah entering variable (variabel yang masuk) di antara yang

sedang menjadi variabel nonbasis, yang jika dinaikkan di atas nol, dapat memperbaiki

nilai fungsi tujuan. Apabila tidak ada maka berhenti, berarti solusi sudah optimal. Jika

tidak, maka lanjutkan ke langkah c.

c. Selanjutnya pilih sebuah leaving variable (variabel yang keluar) di antara yang

sedang menjadi variabel basis yang harus menjadi nonbasis (nilainya menjadi nol) ketika

entering variable menjadi variabel basis.

d. Tentukan solusi yang baru dengan membuat entering variable dan leaving

variable menjadi nonbasis. Selanjutnya kembali ke langkah b.

Selanjutnya akan dijelaskan langkah-langhkah penyelesaian persoalan yang

formulasinya mempunyai bentuk sebagai berikut:

Maksimumkan:

(25)

=1 ,

0, = 1, 2, , , = 1, 2, ,

Perhitungan simpleks yang lebih rinci akan diterangkan dengan langkah berikut:

Langkah 1 : Mengubah fungsi tujuan dan fungsi kendala.

Fungsi tujuan diubah menjadi bentuk implisit dengan jalan menggeser semua ke kiri.

Fungsi kendala selain kendala nonnegatif diubah menjadi bentuk persamaan dengan

menambahkan variabel slack, yaitu suatu variabel yang mewakili tingkat pengangguran

kapasitas yang merupakan batasan.

Langkah 2 : Mentabulasikan persamaan-persamaan yang diperoleh pada langkah 1.

Tabel 2.1 Bentuk Umum Tabel Simplek Awal

Basis 1 2 . . 0 0 . . 0 Solusi

� � . . � . .

0 11 12 . . 1 1 0 . . 0 1

0 21 22 . . 2 0 1 . . 0 2

. . . .

. . . .

0 1 2 . . 0 0 . . 1

− − 1 − 2 . . − 0 0 . . 0 0

Kolom baris menunjukkan variabel yang sedang menjadi basis yaitu 1, 2, , yang

nilainya ditunjukkan oleh kolom solusi. Secara tidak langsung ini menunjukkan bahwa

variabel nonbasis 1, 2, , (yang tidak ditunjukkan pada kolom basis) sama dengan

(26)

Langkah 3 : Menentukan entering variable (variabel yang masuk).

Tabel di atas memperlihatkan bahwa pada baris − kolom 1, 2, , nilainya

negatif. Untuk persoalan dengan fungsi maksimasi, baris − dapat diperbaiki dengan

meningkatkan nilai 1, 2, , pada baris − menjadi tidak negatif. Untuk itu pilihlah kolom pada baris − (termasuk kolom slack) yang mempunyai nilai negatif

terbesar, selanjutnya kolom ini digunakan sebagai entering variable. Jika ditemukan lebih

dari satu nilai negatif angka terbesar pilihlah salah satu, sebaliknya jika tidak ditemukan

nilai negatif berarti solusi sudah optimal.

Sebaliknya untuk kasus minimasi, pilihlah kolom pada baris − yang nilainya positif

terbesar. Jika tidak ditemukan nilai positif berarti solusi sudah optimal.

Dan pada persoalan di atas kolom 2 merupakan entering variable.

Langkah 4 : Menentukan leaving variable (variabel yang keluar).

Leaving variable dipilih dari rasio yang nilainya positif terkecil. Rasio diperoleh dengan

cara membagi nilai solusi dengan koefisien pada kolom entering nya.

= (2.5)

Baris yang memiliki rasio yang nilainya positif terkecil selanjutnya akan digunakan

sebagai leaving variable. Jika tidak ada elemen yang nilainya positif dalam kolom kunci

(kolom entering variable) ini, maka persoalan tidak memiliki pemecahan.

Kolom pada entering variable dinamakan entering column, dan baris yang berhubungan

dengan leaving variable dinamakan persamaan pivot. Elemen pada perpotongan entering

column dan persamaan pivot dinamakan elemen pivot.

Langkah 5 : Menentukan persamaan pivot baru.

(27)

Langkah 6 : Menentukan persamaan-persamaan baru selain persamaan pivot baru.

Persamaan baru = (Persamaan lama) (Koefisien kolom entering x persamaan pivot

baru) (2.7)

Langkah 7 : Lanjutkan perbaikan-perbaikan.

Lakukan langkah perbaikan dengan cara mengulang langkah 3 sampai langkah 6 hingga

diperoleh hasil optimal.

2.3.2 Program QM

Program QM adalah paket program komputer untuk menyelesaikan persoalan-persoalan

metode kuantitatif, manajemen sains atau riset operasi. Program QM juga adalah salah

satu software yang dapat digunakan untuk membantu perhitungan masalah program

linier.

(28)

2.4 Teori Himpunan Crisp Dan Teori Himpunan F uzzy

Himpunan Crisp A didefinisikan oleh item-item yang ada pada himpunan itu. Pada teori

himpunan Crisp, keberadaan suatu elemen pada suatu himpunan A, hanya akan memiliki

dua kemungkinan keanggotaan, yaitu menjadi anggota A atau tidak menjadi anggota A

(Chak, 1998). Suatu nilai yang menunjukkan seberapa besar tingkat keanggotaan suatu

elemen dalam suatu himpunan A, sering disebut dengan nama nilai keanggotaan atau derajat keanggotaan, dinotasikan dengan . Pada himpunan Crisp, hanya ada 2 nilai keanggotaan, yaitu = 1 untuk menjadi anggota A, dan = 0 untuk bukan anggota A.

Teori himpunan fuzzy yang ditemukan oleh Lotfi A. Zadeh pada tahun 1965

merupakan kerangka matematis yang digunakan untuk mempresentasikan ketidakpastian,

ketidakjelasan, ketidaktepatan, kekurangan informasi, dan kebenaran parsial (Tettamanzi,

2001). Himpunan fuzzy didasarkan pada gagasan untuk memperluas jangkauan fungsi

karakteristik sedemikian hingga fungsi tersebut akan mencakup bilangan real pada

interval 0, 1 . Nilai keanggotaannya menunjukkan bahwa suatu item dalam semesta pembicaraan tidak hanya berada pada 0 atau 1, namun juga nilai yang terletak

diantaranya. Dengan kata lain, nilai kebenaran suatu item tidak hanya bernilai benar atau

salah. Nilai 0 menunjukkan salah, nilai 1 menunjukkan benar, dan masih ada nilai-nilai

yang terletak antara benar dan salah.

Menurut (Kusumadewi, 2002)

Misalkan dimiliki variabel umur yang dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:

MUDA umur < 35 tahun

SETENGAH BAYA 35 tahun umur 55 tahun

TUA umur > 55 tahun

Dengan menggunakan pendekatan himpunan Crisp, amatlah tidak adil untuk

menetapkan nilai SETENGAH BAYA. Pendekatan ini bisa saja dilakukan untuk hal-hal

(29)

sangatlah jauh berbeda, di mana umur 55 tahun termasuk dalam setengah baya,

sedangkan umur 56 tahun termasuk sudah tua. Demikian juga halnya untuk klasifikasi

muda dan tua. Orang yang berumur 34 tahun dikatakan muda, sedangkan orang yang

berumur 35 tahun sudah tidak muda lagi. Orang yang berumur 55 tahun termasuk stengah

baya menurut pengklasifikasian, tetapi orang yang berumur 55 tahun lebih 1 hari sudah

tidak setengah baya lagi tetapi sudah termasuk tua.

2.5 Fungsi Keanggotaan Trapezoidal (Trapesium)

Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang menunjukkan

pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya (sering juga disebut dengan

derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 sampai 1. Atau dapat dinotasikan

sebagai berikut :

�: � → 0, 1

Untuk x ∈� maka µA(x) adalah derajat keanggotaan x dalam A.

Suatu fungsi keanggotaan himpunan fuzzy disebut fungsi keanggotaan trapezoidal

jika mempunyai empat buah parameter, yaitu , , , ∈ ℝ dengan < < < , dan dinyatakan dengan , , , , dengan aturan:

− untuk (2.8)

1 untuk

; , , , = −

− untuk

0 untuk lainnya

Fungsi keanggotaan tersebut dapat juga dinyatakan dengan formula sebagai

(30)

; , , , = −

− , 1, −

− , 0 (2.9)

2.6 F uzzy Linear Programming (FLP)

Dalam fuzzy linear programming akan dicari suatu nilai yang merupakan fungsi

objektif yang akan dioptimasikan sedemikian hingga tunduk pada batasan-batasan yang

dimodelkan dengan menggunakan himpunan fuzzy.

Bentuk umum dari fuzzy linear programming (FLP) untuk kasus maksimasi

adalah:

Maksimumkan:

= =1 (2.10) Dengan kendala:

=1 , = 1, 2, , 0 , = 1, 2, ,

Di mana , , dan semuanya adalah bilangan fuzzy.

Keterangan:

= Fungsi tujuan

= Nilai kontribusi

= Variabel keputusan

= Koefisien teknologi

= Konstanta sebelah kanan (sumber daya)

2.6.1 Program Linier Dengan Koefisien Teknologi Berbentuk Bilangan F uzzy

Bentuk umum dari program linier dengan koefisien teknologi berbentuk bilangan fuzzy

(31)

Maksimumkan:

= =1 (2.11) Dengan kendala:

=1 , = 1, 2, ,

0, = 1, 2, ,

Untuk kasus program linier dengan koefisien teknologi berbentuk bilangan fuzzy,

terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi, yaitu:

Asumsi 1: Koefisien teknologi dikatakan berbentuk bilangan fuzzy apabila memenuhi syarat fungsi keanggotaan linier berikut:

1 jika < (2.12)

= + − jika <

0 jika +

di mana ∈ dan > 0 untuk semua = 1, 2, , , = 1, 2, , .

Defuzzyfikasi adalah perubahan dari suatu besaran fuzzy ke suatu besaran

numerik, sedangkan fuzzyfikasi adalah perubahan dari besaran numerik ke suatu besaran

fuzzy.

Untuk mendefuzzyfikasi permasalahan ini, pertama-tama fungsi objektif (tujuan)

harus diubah ke dalam kondisi fuzzy, yaitu dengan menghitung batas bawah ( ) dan batas

atas ( ) dari nilai optimal awal. Batas-batas dari nilai optimal ini akan diperoleh dengan

menyelesaikan permasalahan program linier standar berikut:

Maksimumkan:

1 = =1 (2.13) Dengan kendala:

(32)

0, = 1, 2, ,

Dan juga

Maksimumkan:

2 = =1 (2.14) Dengan kendala:

=1 + , = 1, 2, ,

0, = 1, 2, ,

Dari persamaan di atas, nilai dari fungsi objektif (tujuan) berada di antara 1 dan 2 di

mana nilai koefisien teknologi mengalami perubahan di antara dan + . Dengan nilai batas bawah = 1, 2 dan nilai batas atas = 1, 2 .

Asumsi 2: Permasalahan linier crisp yaitu persamaan 1 dan 2 di atas memiliki nilai optimal yang terbatas. Pada kasus ini nilai optimal dari himpunan fuzzy �, di mana merupakan himpunan bagian dari , dalam buku Klir dan Yuan didefinisikan sebagai:

0 jika =1 < (2.15)

� =

=1 −

− jika =1 <

1 jika =1

Himpunan fuzzy dari kendala ke- , yaitu yang merupakan himpunan bagian dari ,

didefinisikan ke dalam persamaan:

0 , < =1 (2.16) = − =1

=1

, =1 < =1 +

(33)

Dengan menggunakan definisi keputusan fuzzy yang diperkenalkan oleh Bellman dan

Zadeh, maka terdapat:

= , min (2.17)

Untuk kasus ini keputusan fuzzy yang optimal adalah solusi dari permasalahan:

max 0 = max 0 , min (2.18)

Dengan demikian bentuk umum dari program linier dengan koefisien teknologi

berbentuk bilangan fuzzy menjadi permasalahan optimisasi:

Maksimumkan:

= (2.19) Dengan kendala:

, = 1, 2, ,

0, 0 1

Dengan menggunakan persamaan (2.15) dan (2.16), permasalahan di atas dapat ditulis ke

dalam bentuk:

Maksimumkan:

= (2.20) Dengan kendala:

− − =1 + 0

=1 + − 0, = 1, 2, , , = 1, 2, ,

0, 0 1

Dengan catatan kendala dalam permasalahan ini mengandung aturan cross product yaitu

(34)

penyelesaian khusus yang diadopsi dari penyelesaian permasalahan optimisasi

nonkonveks.

2.6.2 Program Linier Dengan Koefisien Teknologi Dan Konstanta Sebelah Kanan Berbentuk Bilangan F uzzy

Bentuk umum dari program linier dengan koefisien teknologi dan konstanta sebelah

kanan berbentuk bilangan fuzzy untuk kasus maksimasi adalah:

Maksimumkan:

= =1 (2.21) Dengan kendala:

=1 , = 1, 2, ,

0, = 1, 2, ,

Untuk kasus program linier dengan koefisien teknologi dan konstanta sebelah kanan

berbentuk bilangan fuzzy, terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi, yaitu:

Asumsi 1: Koefisien teknologi dan konstanta sebelah kanan dikatakan berbentuk bilangan fuzzy apabila memenuhi syarat fungsi keanggotaan linier berikut:

1 jika < (2.22)

= + − jika < +

0 jika +

(35)

1 jika < (2.23)

= + − jika < +

0 jika +

Di mana ∈ . Untuk mendefuzzyfikasi permasalahan ini, pertama-tama akan dicari nilai optimal dari batas atas dan batas bawah permasalahan tersebut. Nilai batas-batas tersebut akan diperoleh dengan menyelesaikan permasalahan program linier

standar, dengan mengasumsikan bahwa batas-batas tersebut memiliki nilai optimal yang

terbatas.

Untuk 1 , persamaannya adalah:

Maksimumkan:

1 = =1 (2.24) Dengan kendala:

=1 + , = 1, 2, ,

0, = 1, 2, ,

Untuk 2 , persamaannya adalah:

Maksimumkan:

2 = =1 (2.25) Dengan kendala:

=1 + , = 1, 2, ,

0, = 1, 2, ,

Untuk 3, persamaannya adalah:

Maksimumkan:

3 = =1 (2.26) Dengan kendala:

(36)

0, = 1, 2, ,

Dan untuk 4, persamaannya adalah:

Maksimumkan:

4 = =1 (2.27) Dengan kendala:

=1 , = 1, 2, ,

0, = 1, 2, ,

Maka batas bawah = 1, 2, 3, 4 dan batas atas = 1, 2, 3, 4 .

Nilai dari fungsi objektif berada di antara batas bawah dan batas atas sementara nilai

koefisien teknologi berada di antara dan + , dan nilai konstanta sebelah kanan berada di antara dan + .

Asumsi 2: Nilai optimal himpunan fuzzy�, didefinisikan sebagai:

0 jika =1 < (2.28)

� = =1− jika =1 <

1 jika =1

Himpunan fuzzy dengan kendala ke- yaitu yang merupakan himpunan bagian dari

didefinisikan ke dalam:

0 , < =1 (2.29) = − =1

=1

, =1 =1 +

1 , =1 + +

Dengan menggunakan metode defuzzyfikasi, permasalahan direduksi menjadi:

Maksimumkan:

(37)

Dengan kendala:

− − =1 + 0

=1 + + − 0, = 1, 2, , , = 1, 2, , 0, 0 1

Dengan catatan seperti pada kasus program linier dengan koefisien teknologi berupa

(38)

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Program Linier dengan Hanya Konstanta Sebelah Kanan Berbentuk Bilangan

F uzzy

Salah satu bentuk dari fuzzy linear programming (FLP) adalah program linier dengan

hanya konstanta sebelah kanan yang berbentuk bilangan fuzzy.

Bentuk umum dari program linier dengan konstanta sebelah kanan berbentuk

bilangan fuzzy untuk kasus maksimasi adalah:

Maksimumkan:

= =1 (3.1) Dengan kendala:

=1 , = 1, 2, ,

0, = 1, 2, ,

Program linier dengan konstanta sebelah kanan yang berbentuk bilangan fuzzy maka

harus memenuhi asumsi berikut:

Asumsi 1: Konstanta sebelah kanan dikatakan berbentuk bilangan fuzzy apabila mengikuti fungsi keanggotaan linier berikut:

1 jika <

= + − jika + (3.2)

(39)

Di mana ∈ . Untuk mendefuzzyfikasi permasalahan ini, pertama-tama akan dicari nilai optimal dari batas atas dan batas bawah permasalahan tersebut. Nilai batas-batas tersebut akan diperoleh dengan menyelesaikan permasalahan program linier

standar, dengan mengasumsikan bahwa batas-batas tersebut memiliki nilai optimal yang

terbatas.

Untuk 1 , persamaannya adalah:

Maksimumkan:

1 = =1 (3.3) Dengan kendala:

=1 , = 1, 2, ,

0, = 1, 2, ,

Dan untuk 2 , persamaannya adalah:

Maksimumkan:

2 = =1 (3.4) Dengan kendala:

=1 + , = 1, 2, ,

0, = 1, 2, ,

Maka batas bawah = 1, 2 dan batas atas = 1, 2 . Nilai

dari fungsi objektif berada di antara batas bawah dan batas atas sementara nilai konstanta

sebelah kanan berada di antara dan + .

Asumsi 2: Permasalahan linier crisp yaitu persamaan (3.3) dan (3.4) di atas memiliki nilai optimal yang terbatas. Pada kasus ini nilai optimal dari himpunan fuzzy �, di mana merupakan himpunan bagian dari , dalam buku Klir dan Yuan didefinisikan sebagai:

0 jika =1 <

(40)

1 jika =1

Sehingga untuk setiap solusi layak , tingkat pencapaian fungsi objektif diperoleh dengan

memaksimumkan tingkat pencapaian , yaitu dengan menggunakan variabel dummy

yaitu , di mana 0 1.

Dengan demikian bentuk umum dari program linier dengan koefisien teknologi

berbentuk bilangan fuzzy menjadi permasalahan optimisasi:

Maksimumkan:

= (3.6) Dengan kendala:

0, 0 1

Dengan menggunakan (3.5) , permasalahan (3.6) dapat ditulis ke dalam bentuk:

Maksimumkan:

= (3.7) Dengan kendala:

− − =1 + 0

+ =1 − + 0, = 1, 2, , , = 1, 2, ,

0, (0 1)

Dengan catatan kendala dalam permasalahan ini mengandung aturan cross product yaitu

adalah bukan konveks. Oleh Karena itu solusi dari permasalahan ini memerlukan

penyelesaian khusus yang diadopsi dari penyelesaian permasalahan optimisasi

(41)

3.2 Pembahasan Contoh Numerik

Pabrik Alfa-Beta memproduksi 3 jenis produk yaitu �1, �2, dan �3 dalam sehari di mana ketiga produk tersebut dibuat dengan menggunakan dua bahan baku dan . Informasi

yang tersedia untuk menyelesaikan persoalan produksi ialah:

Jenis Bahan

Berdasarkan pengalaman produksi sebelumnya, bahan baku masih bisa ditambah

sampai dengan 900 per hari, dan bahan baku masih bisa ditambah sampai dengan 1.200

per hari. Untuk memaksimumkan keuntungan bersih, berapa unit produk �1, �2 dan �3 yang harus diproduksi setiap harinya oleh pabrik Alfa-Beta.

Dari permasalahan di atas diperoleh:

1. Variabel keputusan

Variabel keputusan adalah jumlah produk �1, �2 dan �3 yang diproduksi per hari. Ini berarti ada tiga variabel keputusan yang akan dicari besar nilainya.

1 = jumlah unit produk �1 yang diproduksi setiap hari 2 = jumlah unit produk �2 yang diproduksi setiap hari 3 = jumlah unit produk �3 yang diproduksi setiap hari

2. Nilai kontribusi

Nilai kontribusi adalah laba yang diharapkan dari penjualan produk �1, �2 dan �3

per unit.

1 = laba yang diharapkan dari penjualan produk �1 per unit

= Rp 30.000,-/ unit

(42)

= Rp 20.000,-/ unit

3 = laba yang diharapkan dari penjualan produk �3 per unit

= Rp 35.000,-/ unit

3. Koefisien teknologi

Koefisien teknologi adalah jumlah bahan baku masing-masing dan yang

dibutuhkan untuk memproduksi setiap unit produk �1, �2 dan �3. Dengan demikian dapat disusun koefisien teknologi untuk masing-masing produk dan

jenis bahan baku.

11 = jumlah jenis bahan baku untuk memproduksi produk �1

= 10

12 = jumlah jenis bahan baku untuk memproduksi produk �2

= 20

13 = jumlah jenis bahan baku untuk memproduksi produk �3

= 15

21 = jumlah jenis bahan baku untuk memproduksi produk �1

= 20

22 = jumlah jenis bahan baku untuk memproduksi produk �2

= 10

23 = jumlah jenis bahan baku untuk memproduksi produk �3

= 25

4. Sumber daya/ Konstanta sebelah kanan

Sumber daya yang tersedia adalah jumlah bahan baku dan yang dibutuhkan

untuk memproduksi produk �1, �2 dan �3. Letak sumber daya dalam model matematik program linier adalah pada sisi bagian kanan kendala masing-masing

jenis bahan baku

1 = jumlah bahan baku untuk memproduksi produk �1, �2 dan �3

dalam satu hari

(43)

2 = jumlah bahan baku untuk memproduksi produk �1, �2 dan �3

dalam satu hari

= 1.000 2 1.200

5. Tanda ketidaksamaan kendala

Karena sumber daya yang tersedia untuk memproduksi produk �1, �2 dan �3 sifatnya terbatas, maka tanda ketidaksamaan dalam setiap kendala adalah lebih

kecil atau sama dengan .

Permasalahan di atas merupakan bentuk permasalahan program linier dengan hanya

konstanta sebelah kanan yang berbentuk bilangan fuzzy dan berbentuk trapezoidal.

Dikatakan berbentuk bilangan fuzzy karena konstanta sebelah kanannya tidak merupakan

suatu bilangan yang pasti, tetapi dalam bentuk interval yaitu 800 1 900 dan

1.000 2 1.200. Dikatakan berbentuk trapezoidal karena terdapat empat buah

parameter < < < yaitu 800 < 900 < 1.000 < 1.200 yang merupakan parameter untuk konstanta sebelah kanan dari permasalahan tersebut.

Selanjutnya akan dibuat ke dalam bentuk matematis fuzzy linear programming

(FLP) berikut:

Maksimumkan:

= 30.000 1+ 20.000 2+ 35.000 3

Dengan kendala:

10 1+ 20 2+ 15 3 1

20 1+ 10 2+ 25 3 2

Dengan 1, 2, 3 0.

Karena konstanta sebelah kanan berbentuk bilangan fuzzy, maka dalam

permasalahan di atas dapat didefinisikan ke dalam fungsi keanggotaan linier (menurut

(44)

1 , < 800 permasalahan tersebut. Nilai batas-batas tersebut akan diperoleh dengan menyelesaikan

permasalahan program linier standar, dengan mengasumsikan bahwa batas-batas tersebut

memiliki nilai optimal yang terbatas.

Untuk 1, persamaannya adalah:

Maksimumkan:

Untuk mencari solusi optimal dari permasalahan ini maka akan digunakan metode

simpleks, yaitu:

Bentuk kanonik untuk persamaan 1 adalah:

Maksimumkan:

1−30.000 1 −20.000 2−35.000 3 = 0

Dengan kendala:

(45)

Dengan 1, 2, 3, 1, 2 0.

4. Persamaan pivot baru (menurut persamaan (2.6))

(46)

(15) × pers. pivot baru 12 6 15 0 3 5

600 (-)

Pers. 1 baru -2 14 0 1

−35 200

Persamaan-persamaan di atas dapat dibuat ke dalam tabel simplek iterasi pertama berikut:

Tabel 3.2 Tabel Simplek Iterasi Pertama

Basis 30.000 20.000 35.000 0 0 Solusi

1. Dari tabel simplek iterasi pertama di atas diperoleh entering variable yaitu -6.000

pada kolom 2

dan nilai positif terkecil yaitu 200

14, maka leaving variable adalah

1

3. Elemen pivot adalah 14

4. Persamaan pivot baru (menurut persamaan (2.6))

(47)

(-6.000) × pers.

Persamaan-persamaan di atas dapat dibuat ke dalam tabel simplek iterasi kedua berikut:

Tabel 3.3 Tabel Simplek Iterasi Kedua

Basis 30.000 20.000 35.000 0 0 Solusi

1. Dari tabel simplek iterasi kedua di atas diperoleh entering variable yaitu −20.000

7

dan nilai positif terkecil yaitu 240

6 , maka leaving variable adalah 3

3. Elemen pivot adalah 6

(48)

4. Persamaan pivot baru (menurut persamaan (2.6))

Persamaan-persamaan di atas dapat dibuat ke dalam tabel simplek iterasi ketiga berikut:

Tabel 3.4 Tabel Simplek Iterasi Ketiga

(49)

− 0 0 10.000

Karena baris − sudah tidak ada yang negatif, maka pada iterasi ketiga sudah dicapai

kondisi optimal. Dan dari tabel simplek iterasi ketiga di atas diperoleh nilai 1 = 40,

2 = 20, 3 = 0, dan 1 = 1.600.000.

Untuk 2, persamaannya adalah:

Maksimumkan:

Untuk mencari solusi optimal dari permasalahan ini maka akan digunakan metode

simpleks, yaitu:

Bentuk kanonik untuk persamaan 2 adalah:

(50)

Catatan:

4. Persamaan pivot baru (menurut persamaan (2.6))

3 4

(51)

Tabel 3.6 Tabel Simplek Iterasi Pertama

1. Dari tabel simplek iterasi pertama di atas diperoleh entering variable yaitu -6.000

pada kolom 2

dan nilai positif terkecil yaitu 180

14, maka leaving variable adalah

1

3. Elemen pivot adalah 14

4. Persamaan pivot baru (menurut persamaan (2.6))

(52)

Pers. 3 lama 4

Persamaan-persamaan di atas dapat dibuat ke dalam tabel simplek iterasi kedua berikut:

Tabel 3.7 Tabel Simplek Iterasi Kedua

Basis 30.000 20.000 35.000 0 0 Solusi

1. Dari tabel simplek iterasi kedua di atas diperoleh entering variable yaitu −20.000

7

pada kolom 1

2. Rasio = 300

6 dan nilai positif terkecil yaitu 50, maka leaving variable adalah 3

3. Elemen pivot adalah 6

7

4. Persamaan pivot baru (menurut persamaan (2.6))

(53)

Pers. − lama

Persamaan-persamaan di atas dapat dibuat ke dalam tabel simplek iterasi ketiga berikut:

Tabel 3.8 Tabel Simplek Iterasi Ketiga

Basis 30.000 20.000 35.000 0 0 Solusi

Karena baris − sudah tidak ada yang negatif, maka pada iterasi ketiga sudah dicapai

kondisi optimal. Dan dari tabel simplek iterasi ketiga di atas diperoleh nilai 1 = 50,

(54)

Dengan demikian diperoleh nilai batas bawah , yaitu:

= 1, 2

= 1.600.000 , 1.900.000 = 1.600.000

Dan nilai batas atas , yaitu:

= 1, 2

= 1.600.000 , 1.900.000 = 1.900.000

Selanjutnya permasalahan dibuat ke dalam bentuk persamaan (3.7), sebagai berikut:

Maksimumkan:

=

Dengan kendala:

1.900.000−1.600.000 − 30.000 1+ 20.000 2+ 35.000 3 −1.600.000

100 + 10 1+ 20 2+ 15 3−900 0

200 + 20 1 + 10 2 + 25 3−1.200 0

Dengan , 1, 2, 3 0

Dapat juga dibuat ke dalam bentuk berikut:

Maksimumkan:

=

Dengan kendala:

30.000 1+ 20.000 2+ 35.000 3−300.000 1.600.000 10 1+ 20 2+ 15 3+ 100 900

20 1+ 10 2+ 25 3+ 200 1.200

(55)

Untuk mencari solusi optimal dari permasalahan ini tidak dapat digunakan langkah

metode simpleks biasa, maka digunakan bantuan program QM. Dengan memisalkan

= 4, maka permasalahan menjadi:

Maksimumkan:

= 4

Dengan kendala:

30.000 1+ 20.000 2 + 35.000 3−300.000 4 1.600.000 10 1+ 20 2+ 15 3+ 100 4 900

20 1+ 10 2+ 25 3+ 200 4 1.200

Dengan 1, 2, 3, 4 0.

Berdasarkan penyelesaian dengan menggunakan program QM (dapat dilihat pada

lampiran), pada iterasi keenam sudah diperoleh solusi optimalnya yaitu, = 4 = 0,5 , 1 = 45 , 2 = 20, dan 3 = 0.

Sehingga jumlah produk �1, �2, dan �3 yang harus diproduksi per hari adalah: �1 = 1 = 45 unit

�2 = 2 = 20 unit �3 = 3 = 0 unit

Untuk memperoleh total laba maksimum per hari maka jumlah produk �1, �2, dan �3 disubstitusikan ke persamaan fungsi tujuan awal yaitu:

= 30.000 1+ 20.000 2+ 35.000 3

Dengan demikian total laba maksimum per hari yang akan diperoleh adalah:

= 30.000 45 + 20.000 20 + 35.000 0 = 1.350.000 + 400.000 + 0

(56)

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Permasalahan fuzzy linear programming (FLP) dapat diselesaikan dengan pendekatan

teori himpunan fuzzy sehingga dapat diselesaikan dengan mengkonversikan ke dalam

bentuk program linier biasa dan dengan menggunakan variabel dummy . Dan untuk

fuzzy linear programming dengan parameter konstanta sebelah kanan yang berbentuk

bilangan fuzzy pada persoalan ini diselesaikan dengan lebih dahulu dikonversikan ke

dalam bentuk program linier biasa dengan menggunakan data pada proses produksi

sebelumnya dan untuk memperoleh solusi optimalnya digunakan bantuan metode

simpleks dan program QM.

Hasil perhitungan dari contoh numerik yang dikerjakan dalam skripsi ini diperoleh

jumlah produk �1,�2 dan �3 yang harus diproduksi per hari yaitu �1 sebanyak 45 unit, �2

sebanyak 20 unit, dan �3 sebanyak 0 unit artinya tidak memproduksi produk �3. Dan laba total yang akan diperoleh per hari adalah sebesar Rp 1.750.000,-.

4.2 Saran

Dalam skripsi ini penulis hanya membahas program linier dengan hanya konstanta

sebelah kanan yang berbentuk bilangan fuzzy dan berbentuk trapezoidal. Penulis

menyarankan pembaca dapat melanjutkan pembahasan untuk bentuk fuzzy linear

programming (FLP) lainnya, seperti program linier di mana hanya koefisien teknologi

(57)

sebelah kanan berbentuk bilangan fuzzy, dan juga program linier di mana fungsi tujuan,

koefisien teknologi, dan juga konstanta sebelah kanan berbentuk bilangan fuzzy. Dan

permasalahan fuzzy linear programming (FLP) juga dapat dikembangkan dengan bentuk

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Gasimov, R. N. dan Yenilmez, K. 2002. “Solving Fuzzy Linear Programming Problems

With Linear Membership Functions”. Jurnal Turk J Math, halaman 375-396.

Klir, G. J. dan B. Yuan. 1995. Fuzzy Sets And Fuzzy Logic Theory And Application.

Prentice Hall.

Kusumadewi, Sri. 2002. Analisis Desain Sistem Fuzzy Menggunakan Tool Box Matlab.

Yogyakarta. Graha Ilmu.

Kusumadewi, Sri. dan Hari, P. 2004. Aplikasi Logika Fuzzy Untuk Pendukung Keputusan.

Edisi Pertama. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Kusumadewi, Sri. dkk. 2006. Fuzzy Multi-Atributte Decision Making (Fuzzy MADM.

Edisi Pertama. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Lieberman, G. J. dan F. S. Hittler. 1990. Introduction to Operation Research. Fifth

Edition, Mc Graw – Hill.

Mulyono, Sri. 2004. Riset Operasi. Edisi Revisi. Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia.

Mustafa, Zainal. Dan Parkhan, Ali. 2000. Belajar Cepat Linear Programming dengan QS

(Quantitative Systems). Edisi Pertama. Yogyakarta. Ekonisia.

Nasendi, B. D. dan Anwar Affendi. 1984. Program Linier dan Variansinya. Bogor.

Fakultas Kehutanan, Fakultas Pertanian, Fakultas Pasca Sarjana Institu Pertanian

Bogor.

Rao, S. S. 1977. Optization Theory And Aplications. Second Edition. San Diego, USA.

(59)

Siagian, P. 1987. Penelitian Operasional, Teori dan Praktek. Cetakan 2006. Jakarta.

UI-Press.

Supranto, J. 1983. Linear Programming. Edisi Kedua. Jakarta. Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Susilo, Frans. 2006. Himpunan dan Logika Kabur serta Aplikasinya. Edisi kedua.

Yogyakarta. Graha Ilmu.

Sutapa, Nyoman. 2000. “Masalah Programa Linier Fuzzy Dengan Fungsi

Keanggotaan Linier”. Jurnal Teknik Industri Volume 2, nomor 1: halaman 28-33.

Zulfikarijah, Fien. 2004. Operation Research. Malang. Bayumedia Publishing.

Gambar

Tabel 2.1 Bentuk Umum Tabel Simplek Awal
Tabel 3.1 Tabel Simplek Awal ��
Tabel 3.2 Tabel Simplek Iterasi Pertama ��
Tabel 3.3 Tabel Simplek Iterasi Kedua ��
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tulisan ini dibahas metode untuk menilai kemampuan proses (Perbandingan Kemampuan Proses) dengan menggunakan bilangan fuzzy yang mempunyai fungsi keanggotaan

Pemrograman linear fuzzy digunakan untuk mencari solusi yang optimal seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya berdasarkan kendala dan kriteria yang dinyatakan

Penelitian ini menggunakan Fuzzy Linear Programming yang menghasilkan nilai yang tepat untuk mengetahui berapa banyak hijab yang harus diproduksi untuk tiap-tiap

Penelitian ini mengembangkan model fuzzy multi objective linear programming yang merupakan modifikasi dari model multi objective linear programming untuk menyelesaikan

Sistem persamaan linear dengan sebagian atau seluruh unsur-unsur yang berada pada matriks A , vektor x dan vektor b merupakan bilangan fuzzy menjadi suatu topik yang sangat

Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan optimasi produksi hijab dengan bahan baku (kain) dan tenaga kerja yang terbatas menggunakan Fuzzy Linear Programming

menyelesaikan masalah program linier fuzzy tidak penuh dengan bilangan trapezoidal fuzzy non simetris khususnya pada bentuk program linier dengan koefisien fungsi

Penelitian selanjutnya yang menggunakan metode Fuzzy Linear Programming adalah penelitian Shilda Aini dkk yang mengoptimasi keuntungan produksi makanan dengan metode simpleks dari