• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Media Kampanye Cinta Pedestrian Di Kota Bukittinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Media Kampanye Cinta Pedestrian Di Kota Bukittinggi"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE CINTA

PEDESTRIAN DI KOTA BUKITTINGGI

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh:

Fajrul Huda 51908800 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum, Wr. Wb

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat serta

karuniaNya, sehingga penulis dapat menyusun Laporan Pengantar Proyek

Tugas Akhir dengan judul “PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE CINTA PEDESTRIAN DI KOTA BUKITTINGGI”. Laporan ini disusun sebagai syarat kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir untuk Program Studi Desain Komunikasi

Visual (DKV) di Universitas Komputer Indonesia.

Selama proses penyusunan laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir ini

tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen

Pembimbing, Dosen Penguji dan rekan-rekan yang selalu memberi

dukungan, masukan yang sangat berguna bagi penulis, sehingga laporan ini

dapat diselesaikan.

Dengan segala keterbatasan dan kekurangan ilmu pengetahuan dan

pengalaman yang penulis miliki, penulis berharap agar laporan ini dapat

bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Wassalammualaikum, Wr. Wb.

Bandung, 20 Juli 2011

(3)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring kemajuan peradaban yang ditandai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini manusia

semakin berusaha mengurangi ketergantungan terhadap kondisi

lingkungan alam. Namun usaha tersebut direalisasikan tanpa

pemahaman tentang upaya menjaga kelestarian lingkungan dengan

tetap mempertahankan karakter alami dari lingkungan tersebut untuk

memperoleh kenyamanan bermukim, yang terjadi justru manipulasi

keadaan lingkungan untuk memperoleh kenyamanan tersebut, seperti

perluasan daerah pemukiman dan fasilitas pendukungnya tanpa

memperhitungkan persentasi kawasan hijau yang dipakai untuk

perluasan tersebut.

Disadari atau tidak, pengaruh kualitas lingkungan terhadap

terjadinya kegiatan di luar ruangan secara umum mendasari

penciptaan area pejalan kaki atau pedestrian di perkotaan. Kota-kota

pada masa lalu pada umumnya berkarakter sebagai lingkungan yang

(4)

2 Berjalan kaki merupakan ativitas fisik untuk pergerakan internal

kota, satu-satunya alat untuk memenuhi kebutuhan interaksi sosial

dengan tatap muka yang ada di dalam aktivitas komersial dan kultural

di lingkungan kehidupan kota.

Namun dengan maraknya kehadiran kendaraan bermotor yang

semakin banyak dan beraneka ragam, karakter lingkungan kota

berubah bukan lagi diperuntukkan bagi pejalan kaki, tetapi untuk lalu

lintas kendaraan beroda. Kehadiran kendaraan bermotor

menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak seimbang antara

kendaraan bermotor dengan pejalan kaki untuk menggunakan ruang

kota. Kecepatan laju kendaraan beroda membahayakan keselamatan,

gas buangan mengotori udara, dan kebisingan menyebabkan ketidak

nyamanan pejalan kaki. Hal ini mengakibatkan kualitas kondisi

lingkungan pejalan kaki menurun secara cepat.

Perubahan karakter lingkungan bagi pejalan kaki di pusat kota

ini telah menyulut ide untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas

lingkungan tersebut dan mendorong upaya membentuk area baru bagi

pejalan kaki yang tanggap terhadap berbagai pengaruh lingkungan

sekaligus untuk memenuhi kebutuhan tersedianya lingkungan pejalan

kaki yang nyaman, sehingga membentuk karakter kota menjadi lebih

manusiawi. Ide inilah yang menyebabkan munculnya kawasan

(5)

3 Kota Bukittinggi sebagai salah satu tujuan pariwisata dan telah

menjadi tujuan utama wisatawan mancanegara dan domestik di

provinsi Sumatera Barat berencana menerapkan program pedestrian

di wilayah administratif kota Bukittinggi dengan program pedestrian

yang terpusat pada kawasan wisata Jam Gadang dan objek wisata di

sekitar kawasan tersebut. Wilayah pedestrian sebenarnya telah

banyak digagas oleh kota lainnya di Indonesia seperti Jalan Satrio di

Jakarta Pusat, Jalan Malioboro Jogjakarta, kawasan pantai Kuta Bali,

dan lainnya, namun program tersebut belum berjalan sebagaimana

mestinya.

Bukittinggi sebagai kota yang memiliki kepadatan penduduk

cukup tinggi dan ditunjang dengan peningkatan jumlah kendaraan

yang meningkat dari tahun ke tahun, mengakibatkan penurunan

kualitas dan kuantitas pejalan kaki. Hal ini berdampak buruk pada

peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota Bukittinggi

yang merupakan sumber pendapatan daerah utama kota Bukittinggi.

Program pedestrian yang sedang dilaksanakan di kota Bukittinggi

dianggap sebagai sebuah solusi efektif untuk menyelesaikan masalah

di atas.

Saat ini program pedestrian tersebut telah mulai direalisasikan

dengan telah dibangun taman - taman kota disekitar kawasan Jam

Gadang dan akan dilanjutkan dengan pembangunan di beberapa

(6)

4 dengan sikap positif dari masyarakat kota Bukittinggi. Masyarakat

cenderung hanya menikmati kawasan pedestrian tersebut tanpa

menyadari kalau kawasan pedestrian tersebut diperuntukkan untuk

berjalan kaki. Hal ini merupakan dampak dari belum adanya

kesadaran masyarakat kota Bukittinggi untuk berjalan kaki dan lebih

memilih menggunakan kendaraan bermotor. Jika hal ini terus

berlanjut, bukan tidak mungkin kawasan pedestrian di kota Bukittinggi

hanya menjadi sebuah alun alun kota dimana tidak adanya prioritas

untuk pejalan kaki.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan

beberapa permasalahan, antara lain:

a. Belum ada kesadaran masyarakat untuk membiasakan

berjalan kaki baik di tempat umum ataupun di kawasan

pedestrian.

b. Masih banyak masyarakat kota Bukittinggi yang

menggunakan kendaraan bermotor terutama sepeda motor

di kawasan pedestrian.

c. Belum ada sosialisasi yang efektif dari pemerintah

mengenai program pedestrian kepada masyarakat kota

(7)

5

1.3. Fokus Permasalahan

Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah dikemukakan,

maka yang menjadi fokus permasalahan dalam perancangan ini

adalah sosialisasi mengenai batasan penggunaan kendaran bermotor

di kawasan pedestrian dan manfaat berjalan kaki kepada masyarakat

kota Bukittinggi.

1.4. Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan media kampanye batasan penggunaan

kendaraan bermotor di kawasan pedestrian kota Bukittinggi:

a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat kota Bukittinggi

untuk ikut serta mensukseskan program pedestrian di kota

Bukittinggi.

b. Mengajak masyarakat kota Bukittinggi untuk mulai berjalan

kaki dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.

c. Masyarakat kota Bukittinggi dapat memahami manfaat dari

(8)

6

BAB II

BUKITTINGGI KOTA PEJALAN KAKI

2.1. Tentang Pedestrian

Pedestrian berasal dari kata Pedos (Yunani) yang berarti kaki.

Pedestrian merupakan kawasan untuk berjalan menggunakan kaki

area lapang, jalur tersendiri, atau menyatu dengan jalan raya.

Kegiatan yang ada di suatu ruas jalan secara umum bisa

diklasifikasikan menjadi tiga macam, pertama adalah pergerakan bagi

bukan pejalan kaki atau nonpedestrian yang utamanya terdiri dari

pergerakan kendaraan beroda. Sedangkan dua lainnya terdiri dari

pergerakan pejalan kaki, yaitu kegiatan pedestrian dinamis seperti

kegiatan berjalan kaki, berlari, dan berjalan-jalan, dan yang lain

adalah kegiatan pedestrian statis yang meliputi kegiatan berdiri,

bersandar, duduk, berjongkok, berbaring, dan sebagainya (Priyanto,

2004).

Untuk mendefinisikan ruas jalan sebagai area pedestrian

(pedestrian street) Untermann dalam Priyanto (2004) menekankan

fungsi area pedestrian, yaitu “a street where pedestrians are given

precedence over automobiles and other motorized transportation”.

Walaupun pejalan kaki memperoleh prioritas utama namun area

pedestrian tidaklah perlu harus bebas kendaraan. Area pedestrian

bisa diciptakan melalui berbagai cara seperti desain fisik atau

(9)

7

2.1.1. Kebutuhan Pedestrian

Dalam penciptaan area pedestrian hal yang perlu

diperhatikan adalah bahwa area tersebut harus memberi

kesempatan bagi pedestrian untuk mengembangkan kehendak

sosialisasi, rekreasi, dan kebebasan. Menurut Priyanto (2004)

yang menjadi kebutuhan pedestrian adalah sebagai berikut:

a. Rasa Aman

Pedestrian perlu mendapat perlindungan dari

kecelakaan lalu lintas kendaraan, ancaman kriminal, dan

bahaya ancaman fisik yang lain. Kecelakaan lalu lintas

merupakan ancaman yang perlu diperhatikan secara

sungguh – sungguh. Selain itu perlu perlindungan dari

kecelakaan jatuh karena tersandung atau adanya

perbedaan ketinggian antara permukaan elemen jalan.

b. Rasa Nyaman

Pergerakan pedestrian tidak akan terpisahkan

dengan keadaan lingkungannya. Banyak para pejalan kaki

berjalan sambil berekreasi. Untuk itu mereka membutuhkan

lingkungan yang nyaman. Rasa nyaman akan timbul bila

lingkungannya menarik, menyenangkan, terpelihara, dan

memberi kesempatan untuk terjadinya kegiatan luar ruang

(outdoor activities). Lingkungan akan memberi rasa nyaman

(10)

8 memungkinkan kegiatan pedestrian untuk berjalan, berdiri,

dan duduk secara bebas.

c. Kemudahan Akses

Pedestrian berbeda dengan pengendara mobil.

Tanpa tergantung jenis kelamin, umur, dan kemampuan

fisik pengendara mobil bisa berjalan dengan kecepatan dan

jarak yang sama. Tidak demikian adanya bagi pedestrian,

kemampuan mereka berjalan akan tergantung kepada jenis

kelamin, umur, dan kondisi fisik. Anak muda akan mampu

lebih cepat dan lebih jauh berjalan dari pada orang tua.

Oleh karena itu lingkungan bagi pedestrian harus dibuat

semudah mungkin bagi berbagai golongan dan kondisi

pedestrian.

2.1.2. Manfaat Berjalan Kaki

Disadari atau tidak, berjalan kaki merupakan sebuah

kegiatan yang dilakukan hampir setiap hari tanpa mengetahui

manfaat yang didapat dari berjalan kaki. Menurut Diffely dalam

Marthadani (2010) ada beberapa manfaat yang didapat dari

berjalan kaki, antara lain:

a. Memperbaiki efektifitas jantung dan paru – paru

Otot jantung membutuhkan aliran darah lebih deras

(11)

9 bugar dan berfungsi normal memompakan darah tanpa

henti. Otot jantung membutuhkan aliran darah yang lebih

deras dan lancar. Berjalan kaki dapat mempercepat aliran

darah ke dalam koroner jantung. Dengan demikian

kecukupan oksigen otot jantung terpenuhi dan otot jantung

terjaga untuk bisa tetap cukup berdegup.

b. Membakar lemak dalam tubuh

Berjalan kaki satu jam selama lima hari dalam satu

minggu dan mengkonsumsi 1.500 kalori tiap hari, dapat

mengurangi berat badan sebanyak 11,3 kilogram dalam

setahun. Dengan jalan kaki dapat menghindari obesitas

yang sering memicu berbagai penyakit.

c. Meningkatkan metabolisme tubuh

Berjalan kaki dapat membakar kalori lebih cepat

sekalipun pada saat istirahat. Dengan membiasakan

berjalan kaki rutin, laju metabolisme tubuh dapat

ditingkatkan. Selain sejumlah kalori terbuang oleh aktivitas

berjalan kaki, kelebihan kalori yang mungkin ada akan

terbakar oleh meningkatnya metabolisme tubuh, sehingga

kenaikan berat badan tidak terjadi.

d. Membuat tidur lebih nyenyak

Berjalan cepat di sore hari akan membuat tidur lebih

nyenyak. Para ahli mengatakan bahwa berjalan kaki akan

(12)

10 nyaman. Namun yang harus diperhatikan adalah

menghindari berjalan kaki dua jam sebelum tidur.

e. Membantu menyembuhkan stress

Berjalan kaki 90 menit selama lima kali dalam

seminggu bisa membuat lebih bahagia, karena tubuh

manusia memproduksi endorphin, yaitu semacam hormon

yang membuat orang menjadi bahagia.

f. Memperlambat penuaan

Beberapa studi yang telah dilakukan menyarankan

pada manula untuk lebih sering berjalan kaki karena dapat

mengurangi terkena risiko penyakit alzheimer. Berjalan kaki

juga membuat otak menjadi aktif.

g. Mengurangi rasa sakit dan pegal – pegal

Berjalan kaki secara rutin akan membuat tubuh

merasa nyaman karena adanya gerakan yang terjadi pada

tubuh, termasuk pergerakan tangan dan yang paling utama

adalah kaki. Berjalan kaki akan mengurangi risiko cedera

atau kram dan membuat tubuh terasa lebih baik.

h. Menurunkan tingkat kolesterol dalam darah

Kolesterol baik yang bekerja sebagai penyaring

penyerap kolesterol jahat akan meningkat dengan berjalan

kaki. Tidak banyak cara diluar obat yang dapat

meningkatkan kadar kolesterol baik selain dengan bergerak

(13)

11

i. Menurunkan tingkat darah tinggi

Kelenturan pembuluh darah arteri tubuh yang terlatih

menguncup dan mengembang akan terbantu oleh

mengecangnya otot – otot tubuh yang berada di sekitar

dinding pembuluh darah sewaktu melakukan kegiatan

berjalan kaki. Hasil akhirnya, tekanan darah cenderung

menjadi lebih rendah, perlengketan antar sel darah yang

bisa berakibat gumpalan bekuan darah penyumbat

pembuluh juga akan berkurang.

j. Membantu mencegah dan mengontrol diabetes

Selain bisa mengundang komplikasi, diabetes

membuat seseorang bergantung pada obat dan harus

menjalani diet ketat seumur hidup. Salah satu kiat untuk

mencegah penyakit ini sebenarnya mudah, cukup rajin

berjalan kaki minimal selama 45 menit per hari. Kegiatan

tersebut dapat membantu penderita diabetes mengontrol

kadar gula dalam tubuhnya lebih baik. Tim peneliti Magnetic

Resonance Imaging (MRI) melakukan studi terhadap 10

pasang penderita diabetes tipe dua yang memiliki kondisi

yang sama termasuk tinggi badan, berat badan dan usia

serta meminta mereka untuk berjalan lebih dari 10.000

langkah perhari. Hasil dari tes menunjukkan, orang yang

berjalan lebih dari 45 menit per hari dapat membakar 20%

(14)

12 untuk menyimpan gula dalam darah dan mengontrol

diabetes.

k. Menurunkan resiko terkena kanker prostat dan payudara

Berjalan kaki secara rutin dapat menghindari terkena

kanker usus besar (colorectal carcinoma). Menggerakkan

badan ikut melancarkan peristaltik usus, sehingga buang

air besar lebih teratur. Kanker usus terjadi karena

tertahannya tinja lebih lama di saluran pencernaan.

Journal of The American Medical Association (2008)

menyebutkan bahwa berjalan kaki beberapa jam saja

dalam sepekan bisa mengurangi bahaya resiko terkena

kanker payudara. Ketika berjalan kaki, lemak pada

perempuan akan berkurang dan menjadi sumber estrogen.

Dalam studi ini disimpulkan 74.000 perempuan mengalami

post-menopause yang berumur antara 50-79 tahun dengan

berat badan normal, ternyata mengalami penurunan resiko

kanker payudara sebesar 30%, dan sekitar 10-20% bagi

perempuan yang kelebihan berat badan.

l. Membantu rehabilitasi penderita serangan jantung dan stroke

Sebagaimana penjelasan Dr. Handrawan Nadesul di

laman kompas.com (2011), manfaat berjalan kaki terhadap

(15)

13 jantung koroner, beberapa studi menunjukkan hasil yang

menggembirakan. Bukti alami dari nenek-moyang yang

lebih banyak melakukan kegiatan berjalan kaki setiap hari,

kasus stroke zaman dulu tidak sebanyak sekarang. Salah

satu studi terhadap 70 ribu perawat (Harvard School of

Public Health) yang dalam bekerja tercatat melakukan

kegiatan berjalan kaki sebanyak 20 jam dalam seminggu,

risiko mereka terserang stroke menurun dua pertiga.

m. Memperkuat otot kaki, paha dan tulang

Dengan gerak badan dan berjalan kaki cepat, bukan

saja otot – otot badan yang diperkokoh tapi juga tulang.

Untuk metabolisme kalsium, bergerak badan diperlukan

juga, selain butuh paparan cahaya matahari pagi. Tak

cukup ekstra kalsium dan vitamin D saja untuk mencegah

atau memperlambat proses osteoporosis. Tubuh juga

membutuhkan gerak badan dan memerlukan waktu paling

kurang 15 menit terpapar matahari pagi agar terbebas dari

(16)

14

2.2. Tentang Bukittinggi

Seperti tercantum pada laman www.bukittinggikota.go.id,

berikut rangkumannya:

Kota Bukittinggi saat ini mempunyai luas ± 25.239 km2 terletak

di tengah – tengah provinsi Sumatera Barat dengan ketinggian antara

909m – 941m diatas permukaan laut. Suhu udara berkisar 17,1o C

sampai 24,9o C, merupakan iklim udara yang sejuk. Posisinya yang

strategis merupakan segitiga perlintasan menuju ke utara, timur dan

selatan Sumatera.

Menurut BPS Bukittinggi (2010), dari total luas wilayah kota

Bukittinggi saat ini (25,24 km²), 82.8% telah diperuntukan menjadi

lahan pemukiman, sedangkan sisanya merupakan wilayah konservasi.

Bidang kepariwisataan ditetapkan sebagai potensi unggulan

daerah Kota Bukittinggi didasari oleh kondisi alam dan geografis

Kota Bukittinggi sendiri. Topografi kota yang berbukit dan berlembah

dengan panorama alam yang indah serta dikelilingi oleh tiga gunung,

Merapi, Singgalang dan Sago. Disamping itu, Bukittinggi juga

dilengkapi dengan peninggalan sejarah seperti, Lobang Jepang,

benteng Fort De Kock, Jam Gadang, dan lainnya. Untuk mendukung

sektor pariwisata ini disamping objek alam yang ada dalam kota

Bukittinggi, juga menyediakan paket – paket wisata ke daerah –

daerah sekitarnya. Dalam hal ini Bukittinggi akan berperan sebagai

(17)

15 (2010) menyebutkan, saat ini di kota Bukittinggi terdapat sebanyak 55

hotel dengan rincian 13 hotel berbintang dan 44 hotel non bintang.

Menurut laman www.bukittinggikota.go.id (2010), Bukittinggi

ditetapkan sebagai kota wisata dan sekaligus Kota Tujuan Wisata

Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 11 Maret 1984, dan pada

bulan Oktober 1987 ditetapkan sebagai daerah Pengembangan

Pariwisata Provinsi sumatera Barat dengan keluarnya Perda Nomor

25 tahun 1987.

Pariwisata sejarah dan alam yang ada di kota Bukittingi, juga

ditunjang dengan wisata belanja dan kuliner. Bukittinggi merupakan

sentra jual beli souvenir dan kerajinan tangan di Sumatera, begitu pula

dengan kuliner. Kota Bukittinggi yang merupakan bagian dari wilayah

Sumatera Barat termasuk daerah yang menyediakan makanan khas

Minangkabau. Masakan di kota Bukittinggi mayoritas berbasis santan,

daging, dan rempah rempah alam. Hal ini berbanding lurus dengan

peningkatan jumlah penderita stroke, kolesterol tinggi, asam urat,

obesitas dan serangan jantung di kota Bukittnggi.

Dalam penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan sejak

tahun 2002, dalam dalam kurun waktu lima tahun, angka penderita

stroke meningkat empat kali lipat di kota Bukittinggi dan membuat

angka kematian akibat penyakit ini juga meningkat antara 20% – 30%.

Sedangkan angka kecacatan belum terukur. Hal ini ditengarai oleh

(18)

16 makanan berlemak tinggi juga membuat penderita diabetes meningkat

sekitar dua hingga empat persen.

Perencanaan wilayah pedestrian di sebuah kota tidak dapat

berdiri sendiri. Perencanaan tersebut harus memperhatikan elemen –

elemen rancang kota yang lainnya agar tercipta keharmonisan sistem

rancang kota yang diistilahkan dengan urban design. Urban design

berkepentingan dengan proses perwujudan ruang kota yang

berkualitas tinggi dilihat dari kemampuan ruang tersebut di dalam

membentuk pola hidup masyarakat urban yang sehat. Untuk itu maka

unsur - unsur arsitektur kota yang berpengaruh terhadap proses

pembentukan ruang yang dimaksud harus diarahkan serta

dikendalikan perancangannya sesuai dengan skenario pembangunan

yang telah digariskan.

Dalam wawancara dengan wakit ketua komisi B DPRD kota

Bukittinggi (2010), program pedestrian di kota Bukittinggi dianggarkan

oleh Kementrian Perhubungan Republik Indonesia dan biaya

anggaran ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah pusat. Program

pejalan kaki di kota Bukittinggi diperkirakan bernilai sebesar Rp. 2,5

milyar. Realisasi program Pedestrian ini telah berjalan semenjak

pertengahan bulan Agustus 2010 dengan pembuatan taman taman

(19)

17

2.2.1. Pembagian Wilayah dan Perkembangan Program Pedestrian di Kota Bukittinggi

Menurut Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan

Informasi Kota Bukittinggi (2010), pedestrianisasi kawasan Jam

Gadang ini dibagi beberapa segmen, yaitu :

a. Segmen A yang berlokasi jl. Istana Bung Hatta dan sisi kawasan jam Gadang

b. Segmen B lokasi jl. Minangkabau

c. Segmen C lokasi terusan jalan A. Yani dan jl. Imam Bonjol d. Segmen D lokasi jl. A. Yani (depan Ramayana)

(20)

18 Gambar 2.2. Segmen B Kawasan Pedestrian Kota Bukittinggi

sumber: dokumen pribadi

(21)

19 Gambar 2.4. Segmen D Kawasan Pedestrian Kota Bukittinggi

sumber: dokumen pribadi

Gambar 2.5. Pemetaan Kawasan Pedestrian Kota Bukittinggi sumber : http://www.wikimapia.com

diakses pada 10 November 2010

B

D

C

(22)

20

2.2.2. Permasalahan yang Terjadi dalam Program Pedestrian di Kota Bukittinggi

a. Belum ada kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian kawasan pedestrian

Selain dari banyaknya pedagang kaki lima liar yang

berjualan di kawasan pedestrian, pengunjung kawasan

pedestrian tersebut juga tidak mengindahkan larangan

untuk tidak mengendarai kendaraan di kawasan pedestrian

di kota Bukittinggi. Hal ini sangat sering terjadi pada saat

tingkat intensitas pengunjung kawasan pedestrian tersebut

tinggi, yaitu pada sore hari sekitar pukul 15.00 – 18.00 WIB.

Pengguna kendaraan bermotor tersebut mayoritas adalah

pelajar dan remaja.

Masalah ini berawal dari rendahnya keinginan

masyarakat kota Bukittinggi untuk berjalan kaki. Kawasan

pedestrian yang ada di kota Bukittinggi bertujuan untuk

meningkatkan minat masayarakat kota Bukittinggi untuk

berjalan kaki, namun karena tidak ada sosialisasi yang

efektif dari pemerintah kota, maka kondisi diatas terjadi.

Hal ini telah ditanggulangi dengan pemasangan

larangan untuk kendaraan bermotor untuk memasuki

(23)

21 mematuhi aturan tersebut. Kondisi ini menjadi masalah

tersendiri dan jika dibiarkan terus berlanjut, maka kawasan

pedestrian tersebut tidak akan menjadi kawasan pejalan

kaki yang nyaman dan aman lagi bagi para pengguna

kawasan pedestrian tersebut.

Gambar 2.6.

Sisi kanan kawasan Jam Gadang yang telah menjadi kawasan pedestrian sumber: dokumen pribadi

b. Belum ada sosialisasi yang efektif mengenai program Pedestrian dari Pemda kepada masyarakat kota Bukittinggi

Program pedestrian di kota Bukittinggi adalah sebuah

pilot project dari pemerintah pusat untuk pengadaan

kawasan ecotourism di daerah lain di Indonesia. Setelah

(24)

22 untuk direalisasikan, sampai saat ini belum ada sosialisasi

yang efektif dari pemda kepada masyarakat kota Bukittinggi.

Sosialisasi program pedestrian ini hanya sebatas

penyampaian berita melalui media massa baik cetak

maupun elektronik. Sosialisasi tersebut tidak mencakup

seluruh aspek masyarakat yang berkaitan langsung dengan

kesuksesan program pedestrian tersebut. Materi pesan

sosialisasi yang disampaikan pemerintah kota Bukittinggi

melalui media massa setempat hanya sebatas himbauan

untuk mendukung program pedestrian tersebut dan juga

informasi mengenai pembangunan kawasan pedestrian di

kota Bukittinggi. Masyarakat cenderung hanya menikmati

kawasan pedestrian tanpa mengetahui tujuan dan manfaat

serta larangan larangan yang ada dari kawasan tersebut

tanpa ada andil untuk ikut serta dalam menjaga kelestarian

kawasan pedestrian.

Hal ini telah membentuk sebuah kesalah-pahaman

tentang pengertian dan maksud kawasan pedestrian

tersebut di tengah masyarakat. Masyarakat cenderung

menganggap kawasan pedestrian di kota Bukittinggi seperti

sebuah alun alun kota dimana mereka bebas untuk

beraktivitas tanpa ada batasan penggunaan kendaraan

(25)

23 pedagang kaki lima terhadap kawasan pedestrian tersebut.

Mereka menganggap bahwa tidak ada larangan untuk

berjualan di kawasan pedestrian tersebut.

Sosialisasi yang tidak efektif pada masa transisi

perubahan sikap masyarakat mengenai pemanfaatan

kawasan pedestrian dapat menyebabkan kawasan

pedestrian di kota Bukittinggi menjadi berubah fungsi

menjadi alun – alun kota.

2.3. Solusi Penyelesaian Masalah Bukittinggi sebagai Kota Pedestrian

Sosialisasi program pedestrian di kota Bukittinggi sudah

selayaknya dilakukan oleh pemerintah kota agar masyarakat ikut serta

dalam mensukseskan program pedestrian tersebut. Karena tanpa ada

peran serta dari masyarakat, program pedestrian ini akan menjadi

sebuah program yang gagal dan berakhir seperti halnya rencana

program pedestrian lainnya di Indonesia.

Masa transisi perubahan kawasan lalu lintas menjadi kawasan

pedestrian tersebut membawa dampak kepada masyarakat kota

Bukittinggi. Mereka yang terbiasa mengendarai kendaraan bermotor di

daerah tersebut perlu diberi pemahaman tentang program pedestrian

(26)

24 hanya kepada pengendara kendaraan saja, namun juga kepada

pedagang kaki lima dan pengguna kawasan pedestrian tersebut.

Perlu diupayakan sebuah media kampanye yang dapat

menjangkau seluruh lapisan masyarakat kota Bukittinggi untuk

memulai berjalan kaki bukan hanya di kawasan pedestrian, sehingga

ketika kawasan pedestrian telah siap untuk dioperasikan, masyarakat

Bukittinggi pun telah bersiap untuk mensukseskan program tersebut.

Termasuk menjaga kawasan pedestrian, karena merupakan aset

berharga bagi kota Bukittinggi, untuk mempertahan eksistensi kota

Bukittinggi sebagai kota wisata yang memperhatikan sistem tata kota

dan wilayah konservasi dengan efektif dan memanfaatkan potensi

tersebut semaksimal mungkin.

2.4. Studi Target audiens

2.4.1. Demografis

a. Usia : 18 – 25 tahun

b. Pekerjaan : Pekerja, pelajar dan mahasiswa

c. Jenis Kelamin : Laki laki dan perempuan

(27)

25

2.4.2. Geografis

Target audiens dari media kampanye ini adalah

masyarakat kota Bukittinggi yang bertempat tinggal di kawasan

administratif kota Bukittinggi, dan memiliki ativitas di sekitar

kawasan Bukittinggi, terutama di kawasan pedestrian.

2.4.3. Psikografis

Target audiens dari media kampanye ini adalah

penduduk berumur 18-25 tahun di kota Bukittinggi yang suka

bersosialisasi dangan kerabat maupun relasi – relasi mereka.

Kelompok ini juga memiliki pola hidup yang sudah teratur,

dimana ativitas di pagi hari diisi dengan bekerja atau belajar.

Sementara pada sore hari adalah waktu untuk bersosialisasi

dan hiburan. Kegiatan untuk mengisi waktu luang biasanya

digunakan untuk bermain, berkumpul bersama kerabat, berolah

raga, berbelanja, dan kegiatan lainnya.

Target audiens juga tertarik dengan hal - hal yang

bersifat sederhana, modern. Mereka juga menyukai hal hal

yang teratur dan tertata rapi. Target audiens pada dasarnya

mulai menunjukkan jati diri dan tingkat kedewasaan. Mereka

berbaur dengan masyarakat dan bisa menerima perubahan

yang bersifat membangun namun tidak begitu menyukai

(28)

26

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1. Strategi Perancangan

Strategi perancangan yang akan dilakukan dan diuraikan dari

pemecahan masalah kampanye cinta pedestrian ini adalah

merancang media kampanye yang bersifat mengingatkan dan

mengajak masyarakat untuk menyadari pentingnya berjalan kaki.

Secara khusus mengetahui manfaat dari berjalan kaki sehingga pada

akhirnya tumbuh keinginan dalam diri target audiens untuk memulai

berjalan kaki dan ikut serta melestarikan kawasan pedestrian di kota

Bukittinggi.

3.2. Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi merupakan salah satu langkah awal

dalam merancang suatu pesan yang akan diterima oleh masyarakat

dalam bentuk verbal ataupun visual. Sedangkan menurut bentuk

komunikasi, ada yang disebut dengan komunikasi satu arah yang

berarti sebuah pesan dikirim dari pengirim ke penerima tanpa ada

umpan balik dan komunikasi dua arah yang terjadi apabila pengiriman

pesan dilakukan dan mendapatkan umpan balik dari target audiens.

Kemudian komunikasi berdasarkan besarnya sasaran terdiri dari

(29)

27 perorangan. Sedangkan komunikasi berdasarkan arah pesan terbagi

atas komunikasi satu arah dan komunikasi timbal balik.

Bentuk komunikasi yang digunakan dalam perancangan media

kampanye ini adalah komunikasi massa. Komunikasi massa adalah

proses dimana organisasi media membuat dan menyebarkan pesan

kepada khalayak banyak (publik). Dalam komunikasi massa, media

menjadi otoritas tunggal yang menyeleksi, memproduksi pesan, dan

menyampaikannya pada khalayak. Pada perancangan media

kampanye ini penulis menitikberatkan pada ajakan untuk berjalan

kaki.

Walaupun tema utama dari media kampanye ini adalah

pembatasan target audiens untuk mengendarai sepeda motor

terutama di kawasan pedestrian, pesan yang disampaikan dalam

media ini tidak membahas tentang larangan ataupun batasan

tersebut. Hal ini dilakukan agar target audiens memiliki kesadaran dari

dalam diri mereka sendiri akan pentingnya berjalan kaki, sehingga

pada akhirnya mereka akan mengurangi mengendarai sepeda motor

atas kesadaran sendiri. Kampanye ini diharapkan tidak hanya

menyadarkan target audiens untuk berjalan kaki di kawasan

pedestrian saja, namun juga dikawasan non pedestrian, sehingga

mereka berjalanan kaki atas keinginan dan kesadaran mereka akan

(30)

28

3.2.1. Tema dan Pesan Utama

Tema dasar kampanye diperlukan sebagai teknik

pendekatan yang akan digunakan dalam menyampaikan

pesan. Adapun pesan yang akan disampaikan adalah

mengajak target audiens untuk membiasakan diri berjalan kaki,

bukan hanya di kawasan pedestrian namun juga di tempat

tempat lainnya.

3.2.2. Pendekatan Bahasa

Bahasa yang digunakan sederhana, singkat dan jelas.

penggunaan bahasa baku dan sederhana agar target audiens

akan lebih mudah mengerti dan memahaminya. Bahasa lokal

kota Bukittinggi yaitu bahasa Minangkabau juga digunakan

untuk tagline kampanye ini dengan tujuan menjelaskan bahwa

kampanye ini dilaksanakan di kota Bukittinggi.

3.2.3. Materi Pesan

Materi pesan yang digunakan pada perancangan

kampanye cinta pedestrian ini mengacu pada tujuan

perancangannya itu sendiri. Materi pesan tersebut berisi ajakan

untuk memulai berjalan kaki karena banyak manfaat yang

didapat ketika target audiens berjalan kaki. Pesan ini

bermaksud untuk memberikan informasi kepada masyarakat

sehingga akan timbul keinginan untuk berjalan kaki, dan mulai

mengurangi penggunaan sepeda motor, tidak hanya di

(31)

29

3.2.4. Tagline Kampanye

Tagline yang digunakan dalam media kampanye ini

adalah “Langkah Kito Pamenan Diri jo Alam” sementara

headline mengikuti visual yang digunakan. Tagline “Langkah

Kito Pamenan Diri jo Alam” membawa pesan kepada target

audiens, bahwa dengan berjalan bisa memberikan manfaat

postif tidak hanya bagi diri sendiri tapi juga bagi alam. Isi

pesan dalam menyesuaikan visual yang digunakan, namun

memiliki kesamaan tujuan pada setiap alternatif visual yang

digunakan, yaitu tentang manfaat berjalan kaki dan

menumbuhkan kesadaran target audiens untuk berjalan kaki.

Gambar 3.7. Tagline Kampanye

3.3. Identitas Kampanye

Logo adalah sebuah simbol yang dirancang untuk mewakili

karakter dan menjadi identitas dari sebuah perusahaan, lembaga atau

produk. Logo terdiri dari dua bagian yaitu logogram dan logotype.

Untuk logo dalam kampanye ini konsep awal menggunakan

gambaran umum dari pedestrian, yaitu berjalan kaki. Dari proses mind

mapping diperoleh bentuk dasar yaitu jejak kaki atau alas kaki,

(32)

30 pedestrian, yaitu berjalan kaki. Jejak kaki tersebut dikombinasikan

dengan simbol hati, yang merepresentasikan kata cinta.

Gambar 3.8. Logo Kampanye

Logo kampanye ini terdiri dari bagian, yaitu logogram dan

logotype. Logogram merupakan kombinasi dari simbol hati dan

penyederhanaan bentuk jejak alas kaki. Sementara logotype terdapat

kata kata “Kampanye Cinta Pedestrian” yang menjelaskan bahwa

kampanye ini pada dasarnya mengajak target audiens untuk

mengubah kebiasaan mereka mengurangi penggunaan kendaraan

bermotor, terutama di kawasan pedestrian. Logotype pada logo

tersebut mengajak target audiens untuk membiasakan diri menjadi

pejalan kaki (pedestrian) dan mencintai program pedestrian di kota

Bukittinggi.

Ukuran dan grid system logo kampanye ini dapat dijelaskan

(33)

31 Gambar 3.9. Grid System Logo Kampanye

Pengaplikasian logo kampanye ini dan aturan penggunaannya

dapat dijelaskan dari gambar berikut :

Gambar 3.10.

(34)

32

Keterangan :

1. Logo Tidak boleh tiga dimesi 2. Logo tidak boleh gradasi

3. Komposisi logo tidak boleh dirubah 4. Logo tidak boleh dirotasi

Gambar 3.11.

Perubahan logo kampanye yang dilarang

3.4. Strategi Kreatif

Setiap target audiens memiliki karakteristik yang berbeda-beda,

sehingga diperlukan sebuah strategi yang kreatif agar penyampaian

pesan berjalan efektif. Begitu pula dalam strategi kreatif yang

digunakan kepada target audiens dalam kampanye ini. Dalam

perancangan media kampanye ini teknik yang digunakan adalah

melalui teknik fotografi agar target audiens lebih cepat mengerti dan

terlihat menarik.

Dalam menyampaikan pesan, pendekatan yang dilakukan

antara lain adalah strategi penyampaian pesan atau informasi harus

dapat menarik perhatian target audiens, lalu menumbuhkan

ketertarikan target audiens akan informasi yang diberikan melalui

(35)

33 keinginan untuk mengetahui lebih jauh tentang isi dari informasi yang

diberikan.

Isi pesan sendiri haruslah mempunyai legalitasnya sehingga

akan timbul suatu kepercayaan target audiens terhadap pesan yang

diberikan, terakhir dalam penyampaian informasi adalah membujuk

target audiens agar dapat merubah perilakunya terdahulu dan

mengikuti pola perilaku yang dikampanyekan. Semua hal itu

membutuhkan suatu komposisi yang kreatif dan efektif melalui

penggunaan illustrasi yang tepat sasaran, pemakaian warna yang

menyimbolkan suatu karakter, headline dan tagline yang mudah

dimengerti.

Strategi kreatif pengemasan media kampanye cinta pedestrian

disampaikan melalui beberapa media yang dikemas dengan

menggabungkan unsur fotografi, dan tipografi yang sesuai dan

didukung oleh media media lainnya. Agar kampanye ini berjalan

dengan lancar, dan sesuai dengan apa yang diharapkan, maka

kampanye harus dilakukan dengan seefektif dan sekreatif mungkin.

Hal ini agar target audiens bisa terpengaruh dengan kampanye sosial

ini.

Pada media kampanye ini setiap media bertujuan mengajak

target audiens untuk berjalan kaki dan ajakan ini disampaikan dengan

pendekatan personal kepada target audiens. Pendekatan ini berupa

ajakan untuk menyadarakan target audiens akan berjalan kaki dan

(36)

34

3.5. Strategi Media

Strategi media yang digunakan dalam sosialisasi ini adalah

media media yang secara pendistribusiaannya tidak menyulitkan bagi

target audiens. Agar pesan yang akan diinformasikan dapat dengan

mudah untuk diterima target audiens. Dan pemilihan media media

tersebut didasari dengan sifat dan fungsi dari setiap media informasi

yang akan dipublikasikan.

3.5.1. Pemilihan Media

3.5.1.1. Media Utama (Billboard)

Billboard adalah jenis reklame media luar ruang

(outdoor) dengan ukuran yang besar yang terpasang

di jalan – jalan raya. Pesan yang disampaikan dalam

billboard ini adalah untuk mengajak target audiens

menjaga kelestarian areal pedestrian di kota

Bukittinggi, salah satunya dengan cara

menghentikan kebiasaan mengendarai kendaraan

bermotor di areal pedestrian dan memulai untuk

berjalan kaki.

3.5.1.2. Media Pendukung a. Baligho

Baligho merupakan media yang cukup

besar dan memuat informasi lebih banyak maka

(37)

35

informasi kepada target audiens ketika berada

dijalan.

atau seluruhnya visual. Poster dirancang untuk

menarik perhatian sekaligus menyampaikan

informasi langsung dimana target sasaran

berada.

d. X-Banner

Konsep yang digunakan hampir sama

dengan poster, hanya yang membedakan adalah

teknis ukuran dan penempatan. X-banner ini

ditempatkan di toko – toko yang berada di sekitar

areal pedestrian dan berpotensi dikunjungi target

sasaran. Biasanya, mereka tidak memiliki tempat

(38)

36 penempatan iklan dikonsep oleh perancang

dengan ijin pemilik toko tersebut.

e. Umbul – Umbul

Umbul – umbul adalah jenis reklame luar

ruangan (outdoor) yang mirip bendera dengan

ukuran memanjang keatas yang terpasang dijalan

raya dengan menggunakan bambu.

f. Handbook

Handbook adalah sejenis buku berukuran

kecil yang bisa ditempatkan di ruang kecil seperti

tas, saku, dompet, dan lain – lain. Handbook

digunakan untuk memberikan informasi bersifat

sederhana.

g. One Way Vision Sticker

One way vision sticker adalah jenis media

yang ditempel pada badan kendaraan roda empat

seperti angkot, bis kota dan juga mobil milik

perusahaan itu sendiri dengan ukuran menutupi

seluruh badan kendaraan atau hanya sebagian

saja.

h. Informasi Surat Kabar

Informasi surat kabar adalah jenis media

yang dipasang pada surat kabar dengan ukuran

(39)

37

i. Peta Kreatif

Peta kreatif merupakan sebuah media

yang memberikan informasi tentang pembagian

kawasan pedestrian di kota Bukittinggi. Dalam

peta kreatif tersebut, dijelaskan mengenai jalan

mana saja yang menjadi kawasan bebas

kendaraan (pedestrian) maupun jalan yang bukan

merupakan kawasan pedestrian.

3.5.2. Strategi Distibusi

Agar kampanye ini sampai pada target audiens maka

perlu adanya strategi dalam mendistribusikan media kampanye

yang dibuat, hal ini dilakukan agar apa yang diharapakan

dalam pendistribusian media kampanye ini tepat sasaran,

untuk itu maka perlu adanya langkah – langkah dengan

menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah yaitu Dinas

Perhubungan, Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) kota

Bukittinggi dibawah lindungan langsung dari Pemerintah Kota

Bukittinggi. Kerja sama ini dilakukan untuk membuka jalur

kemudahan dalam pendistribusian media informasi yang

(40)

38 Gambar 3.12. Jalur Distribusi Media

3.5.3. Jadwal Distribusi Media

Distribusi media akan berjalan dengan lancar apabila

segala sesuatunya terkoordinir dengan baik. Oleh karena itu

dibutuhkan strategi penyebaran yang efektif agar pesan yang

disampaikan dapat diterima dengan baik oleh target audiens.

Berikut adalah tabel dari daftar media dan jadwal distribusi

media kampanye Cinta Pedestrian di Kota Bukittinggi, dengan

(41)

39

Jadwal Distribusi Media Kampanye Cinta Pedestrian Kota Bukittinggi

Gambar 3.13. TabelJadwal Distribusi Media

3.6. Konsep Visual

Konsep visual merupakan suatu konsep yang berawal dari

bahasa verbal yang diolah menjadi bahasa visual, pada dalam konsep

visual terdapat beberapa unsur, seperti kreativitas, estetika, efisiensi,

komunikatif dan lain-lain agar dapat diterima oleh target audiens.

dalam mengolah visual dibutuhkan komposisi layout, tipografi, warna

dan illustrasi agar muncul visual yang kuat dan pesan yang

(42)

40 Tema dari media kampanye ini adalah pengenalan program

pedestrian kepada masyarakat kota Bukittinggi terutama masyarakat

pada kisaran umur 18 - 25 tahun, dengan menempatkan unsur –

unsur grafis yang disusun sedemikian rupa agar informasi yang

disampaikan terlihat lebih menarik dan informatif.

Konsep visual yang ditampilkan dari media kampanye ini

adalah ilustrasi dengan pengadaan sebuah visual yang yang memberi

daya tarik utama dari media kampanye ini. Hal ini mengacu pada hasil

studi target audiens yang lebih menyukai kesederhanaan, rapi, bersih,

modern dan dinamis. Media kampanye tersebut juga ditunjang dengan

tipografi yang memiliki tingkat keterbacaan tinggi namun tetap

menampung karakter dari target audiens.

Ada lima visualisasi yang digunakan dalam kampanye sosial

ini. Setiap objek visual menggambarkan manfaat dari berjalan kaki

dan kerugian berkendaraan bermotor. Pemilihan visual visual tersebut

didasari dari manfaat berjalan kaki baik dari sisi kesehatan, finansial,

maupun alam. Konsep visual dan hubungannya dengan manfaat

berjalan kaki dalam media kampanye ini dapat digambarkan dari

(43)

41 Gambar 3.14. Skema konsep visual

Visualisasi yang menjelaskan tentang kesehatan menjadi objek

visual utama dalam media kampanye ini. Pemilihan visualisasi

tersebut didasari akan informasi yang disampaikan yaitu

menggambarkan manfaat berjalan kaki secara keseluruhan.

Sementara yang lain menjadi visualisasi alternatif sesuai dengan

(44)

42 Gambar 3.15. Visual utama

(45)

43

3.6.1. Format Desain

Format desain yang digunakan dalam media kampanye

ini mengacu pada teori Frank Jefkins yang berjudul The Law Of

Proportion mengatakan dimana format desain yang digunakan

mempunyai ukuran yang lebih panjang pada satu sisinya baik

horizontal maupun vertikal, maka bentuk seperti ini akan

nampak menarik daripada sebuah bujur sangkar yang kedua

sisinya sama.

3.6.2. Tata Letak (Layout)

Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen

gambar dan teks agar menjadi komunikatif sehingga dapat

memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan.

Dalam setiap media, layout yang disusun mengacu pada

konsep awal yaitu penempatan unsur – unsur grafis yang

disusun sedemikian rupa untuk mendapatkan kesan yang

menarik dan informatif.

Untuk mendapatkan kesan tersebut, maka dibuat variasi

– variasi yang berupa perbedaan ketebalan dan ukuran huruf

yang dipergunakan untuk memberikan penekanan –

(46)

44 Gambar 3.17. Layout Media Vertikal

Contoh yang dipakai dengan menggunakan layout

vertikal adalah poster, iklan koran, billboard, baligho, x banner

dan umbul-umbul.

Gambar 3.18. Layout Media Horizontal

Contoh yang dipakai dengan menggunakan layout

horizontal adalah spanduk, billboard, dan one way vision

(47)

45 Tata letak layout pada setiap media terfokus ditengah

agar target audiens dengan mudah menerima pesan yang

disampaikan dari media kampanye ini.

3.6.3. Tipografi

Pada dasarnya huruf memiliki energi yang dapat

mengaktifkan gerak mata. Energi ini dapat dimanfaatkan

secara positif apabila dalam penggunaannya senantiasa

diperhatikan kaidah – kaidah estetika, kenyamanan,

keterbacaannya serta interaksi huruf terhadap ruang dan

elemen elemen visual disekitarnya. Oleh karena itu huruf yang

baik mengacu pada keterbacaan dan daya tarik juga

kesesuaian dengan tema yang diambil.

Huruf tertentu dapat menciptakan kesan atau karakter

dari subjek yang ditampilkan. Pemilihan huruf yang diambil

adalah berdasarkan pertimbangan atas kesan visual yang ingin

dicapai. Huruf yang digunakan dalam media kampanye ini

adalah jenis ITC American Typewriter dan Ace Bingham SH.

(48)

46

a. ITC American Typewriter

Jenis font ini digunakan pada headline dan tagline

untuk media kampanye, font ini dipilih karena

karakteristiknya yang unik namun masih memilik tingkat

keterbacaan yang baik dan kesan yang ditimbulkan adalah

serius dan bersahabat dan mempertegas pesan.

b. Ace Bingham SH

Jenis font Ace Bingham SH merupakan jenis font tipe

handwriting. Font ini memiliki kesan yang bersahabat,

santai sehingga baik digunakan dalam penekanan pesan

yaitu pada penulisan tagline kampanye sosial ini.

3.6.4. Ilustrasi

Ilustrasi yang digunakan dalam media kampanye ini

menggunakan teknik fotografi yang menceritakan tentang

keadaan target audiens dengan segala ativitasnya. Hal utama

(49)

47 perilaku target audiens yang bisa memberikan efek negatif

dalam kehidupan mereka, namun hal tersebut dapat

diantisipasi dengan kegiatan berjalan kaki dan mengurangi

pemakaian kendaraan bermotor terutama sepeda motor.

Gambar 3.20. Ilustrasi

3.6.5. Warna

Setiap warna memiliki karakteristik yang berbeda beda,

yang dimaksud karakteristik disini adalah sifat khas yang

dimiliki suatu warna tersebut. Sebagai bagian dari elemen tata

rupa, warna memegang peran sebagai sarana untuk lebih

(50)

48 karya desain. Lebih lanjut dikatakan oleh Henry Dreyfuss dalam

Marthadani (2010), bahwa “warna digunakan dalam simbol

simbol grafis untuk mempertegas maksud dari simbol simbol

tersebut”. Pemilihan warna pada perancangan media

kampanye cinta pedestrian antara lain:

a. Biru

Gambar 3.21. Warna Biru

Warna biru memiliki makna kepercayaan, keamanan,

kebersihan dan keteraturan dan warna yang sering

digunakan untuk hal hal yang memerlukan ketenangan, dan

pencitraan sesuatu yang dalam dan penuh makna.. Warna

biru digunakan sebagai warna dominan dalam media

kampanye ini karena kedekatan pencitraan warna biru

(51)

49

b. Hitam

Gambar 3.22. Warna Hitam

Warna hitam memiliki makna kekuatan, kecanggihan.

Hitam dapat menggambarkan keheningan, kematangan

berpikir dan kedalaman akal, dan juga sangat digemari

sekaligus menampilkan kesan elegan dan mewah. Warna

hitam adalah warna yang paling mudah untuk

dikombinasikan dengan warna lainnya. Pada media

kampanye ini warna hitam menjadi warna yang digunakan

(52)

50

BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4.1. Konsep Media

4.1.1. Media Utama (Billboard)

Dalam kampanye ini billboard menjadi media utama

dalam penyampaian informasi yang terdapat dalam kampanye

sosial ini. Visual dalam media ini dibuat menggunakan teknik

fotografi dengan sentuhan digital imaging untuk menarik target

audiens. Sistem tata letak dan penggunaan elemen visual

mengacu pada konsep visual yang telah dijelaskan pada

pembahasan konsep visual.

(53)

51

4.1.2. Media Pendukung a. Baligho

Baligho sebagai media pendukung juga sebagai media

kampanye lanjutan dari billboard. Dengan dimensi media

yang besar dan berada di luar ruangan, media ini bersifat

menyampaikan informasi yang hampir sama dengan media

utama, yang menjadi perbedaan dalah penempatan baligho

yang lebih diutamakan pada persimpangan jalan dan

kawasan padat kendaraan karena pesan yang disampaikan

mengenai bahaya kendaraan bermotor bagi alam.

(54)

52

b. Spanduk

Media spanduk dalam kampanye ini menyampaikan

tentang manfaat berjalan kaki bagi kesehatan. Konsep yang

digunakan hampir sama dengan media billboard. Pada

media spanduk terdapat perubahan komposisi layout karena

mengikuti dimensi media spanduk tersebut.

Gambar 4.25. Konsep Media Spanduk

c. Poster

Media poster memiliki pesan yang sama dengan media

billboard. Komposisi dan layout sesuai dengan konsep

visual media kampanye ini seperti yang telah dijelaskan

(55)

53 Gambar 4.26. Konsep Media Spanduk

d. X-Banner

X – Banner pada kampanye ini juga menjelaskan

tentang manfaat dan ajakan untuk berjalan kaki. Sedangkan

komposisi dan layout berbeda dengan media lainnya. Pada

media x- banner headline, tagline, dan bodycopy berada

pada bagian atas media, dan objek visual memenuhi

dimensi media. Visualisasi utama berada pada bagian

(56)

54 Gambar 4.27. Konsep Media x-banner

e. Umbul – Umbul

Dalam konsep media umbul – umbul, pesan yang

disampaikan berupa ajakan untuk berjalan kaki dan

manfaatnya.

(57)

55

f. Handbook

Handbook merupakan media yang memberikan

informasi tentang manfaat berjalan kaki. Informasi yang

disampaikan dalam handbook dikemas dengan visual yang

mengilustrasikan pesan yang ada pada handbook tersebut.

Handbook dibagikan secara gratis kepada pengunjung

kawasan pedestrian kota Bukittinggi.

g. One Way Vision Sticker

One way vision sticker pada dasarnya adalah

penghalang cahaya matahari pada kendaraan. Namun pada

pengaplikasiannya, one way vision sticker banyak

digunakan untuk mempromosikon suatu produk atau jasa

maupun sebagai media kampanye.

Dalam kampanye ini, one way vision sticker

ditempatkan pada angkutan kota yang ada di kota

Bukittinggi untuk memberikan kesadaran kepada target

audiens akan bahaya kendaraan beermotor baik bagi alam

maupun kesehatan. Pesan yang disampaikan pada media

ini sama dengan baligho karena bersentuhan langsung

dengan target audiens ketika berkendaraan.

h. Informasi Surat Kabar

Pada surat kabar, pesan yang disampaikan sama

dengan pesan yang terdapat pada media billboard, yaitu

(58)

56

i. Peta Kreatif

Peta kreatif merupakan media yang memberikan informasi

tentang jalan mana saja yang merupakan kawasan

pedestrian di kota Bukittinggi, sehingga target audiensdapat

mengetahui dan tidak mengendarai kendaraan mereka ke

kawasan tersebut. Media ini ditempatkan pada jalan – jalan

yang bersinggungan langsung dengan kawasan pedestrian,

sehingga media ini dapat memberikan informasi yang efektif

dan juga sebagai peringatan kepada target audiens untuk

tidak membawa kendaran mereka ke kawasan pedestrian.

4.2. Teknis Produksi Media dan Penempatan 4.2.1. Billboard

Media billboard sebagai media utama memiliki

kekhususan penempatan media. Lokasi penempatan media

billboard ini meliputi:

a. Jl. Veteran (Simpang Tembok)

b. Jl. Jend. Sudirman (Stasiun Lama)

c. Jl. Diponegoro (Pusat Perbelanjaan dan Terminal Aur

Kuning)

d. Jl. Jambu Air (Batas Kota Bukittinggi dengan Kabupaten

Agam)

e. Jl. Mandiangin (Simpang Landbouw)

(59)

57 Gambar 4.29. Billboard horizontal dan vertikal

Gambar 4.30. Penempatanbillboard

Format : Potrait dan Landscape

Ukuran : 350 x 600 cm (horizontal), 600 x 350 cm (vertikal)

Bahan : Fronlite

(60)

58

4.2.2. Baligho

Baligho digunakan untuk publikasi lebih lanjut dari

publikasi billboard, ditempatkan di pinggiran jalan raya atau di

wilayah sekitar pemukiman penduduk. Material yang digunakan

yaitu fronlite dengan ukuran 4m x 6m. Lokasi penemepatan

baligho meliputi:

a. Jl. Adinegoro (Tanah jua)

b. Jl. Batang Masang (Belakang Balok)

c. Simpang Aua Kuniang

d. Jl. Jend. Sudirman (Simpang Lapangan Wirabraja)

e. Jl. Ahmad Yani (Simpang Mesjid Nurul Haq)

(61)

59

Format : Potrait

Ukuran : 400 x 600 cm

Bahan : Fronlite

Teknis produksi : Digital printing

4.2.3. Spanduk

Media yang akan dipasang ditempat umum seperti

penempatannya di area pinggiran jalan raya, wilayah

pemukiman penduduk.

Format : Landscape

Ukuran : 200 x 50 cm

Bahan : Fronlite

Teknis produksi : Digital printing

Gambar 4.33. Visualisasi spanduk

(62)

60

4.2.4. Poster

Poster berukuran 42 x 59,4 cm (potrait) dengan lima

desain berbeda yang berisi tentang materi pesan yang

disampaikan dari kampanye sosial ini. Pemilihan visualisasi

dari media poster disesuaikan dengan tempat pendistribusian

poster dan hubungannya dengan kegiatan target audiens.

Format : Potrait

Ukuran : 42 x 59,4 cm

Bahan : Art Paper 220 gsm

Teknis produksi : Cetak offset (separasi)

Gambar 4.35. Visualisasi Poster

(63)

61

4.2.5. X-Banner

X-Banner merupakan media yang dipasang pada

kawasan perkantoran dan lembaga pendidikan.

Format : Potrait

Ukuran : 60 x 160 cm

Bahan : Fronlite

Teknis produksi : Digital printing

(64)

62 Gambar 4.38. Penempatan X Banner

4.2.6. Umbul – Umbul

Umbul-umbul yaitu kelanjutan dari publikasi spanduk,

yang penempatannya di area pinggiran jalan raya, wilayah

pemukiman komplek, kawasan pedestrian.

Format : Potrait

Ukuran : 110 x 350 cm

Bahan : Albatros

(65)

63 Gambar 4.39. Umbul - Umbul

4.2.7. Handbook

Format : Potrait

Ukuran : 8 x 12 cm

Bahan : Art Paper 150 gsm

Teknis produksi : Cetak offset (separasi)

(66)

64 Gambar 4.41. Visualisasi handbook

4.2.8. One Way Vision Sticker

Penempatan media one way vision sticker dipasang

pada angkutan umum yang ada di kota Bukittinggi.

Format : Landscape

Ukuran : 160 x 30 cm

Bahan : Backlite

Teknis produksi : High resolution print

(67)

65 Gambar 4.43.

Penempatan One Way Vision Sticker pada angkutan kota

4.2.9. Informasi Surat Kabar

Surat kabar yang dipilih sebagai media informasi koran

adalah surat kabar Warta Sumbar, Padang Ekspress, dan

Singgalang. Surat kabar ini dididtribusikan di wilayah kota

Bukittinggi sesuai dengan studi geografis target audiens ini.

Material yang digunakan yaitu di sesuaikan dengan surat kabar

tersebut, dengan ukuran 140 mm x 200 mm.

Format : Potrait

Ukuran : 14 x 20 cm

Bahan : Kertas Koran

(68)

66 Gambar 4.44.

Visualisasi iklan koran pada surat kabar Warta Sumbar

4.2.10. Peta Kreatif

Peta kreatif ditempatkan pada jalur jalan yang

bersinggunan langsung dengan kawasan pedestrian. Peta

kreatif juga ditempatkan pada kawasan pedestrian.

Format : Potrait

Ukuran : 300 x 500 cm

Bahan : Fronlite

(69)

67 Gambar 4.45. Peta kreatif kawasan pedestrian kota Bukittinggi

(70)

68

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Djakapermana, R. D. (2010). Pengembangan Wilayah Melalui Pendekatan

Kesisteman. Bogor: IPB Press.

Hartmann, Thom, (2008). Terapi Jalan Kaki. Jakarta: Serambi.

Marthadani,F. (2010). Perancangan Media Kampanye Hidup Sehat Dengan

Jalan Kaki. Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir, universitas

Komputer Indonesia. Bandung : Unikom

Priyanto, T. (1990). Reconciling Vehicular Traffic with Pedestrian Movement

in a Pedestrian Street. The Faculty of Architecture and Planning, The

University of Melbourne.

Priyanto, T. (2004). Lingkungan Perkotaan yang Ramah Bagi Pejalan Kaki.

Pengantar Falsafah Sains Pendidikan Pasca Sarjana, Institut Pertanian

Bogor.

Suwantoro, G. (1997). Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Wawancara

Juniamri (29 Maret 2011). Perkembangan Program Pedestrian Di Kota

(71)

69 Marlen,U (16 September 2010). Bukittinggi Kota Pejalan Kaki. (F. Huda,

Pewawancara)

Marlen,U (25 Desember 2010). Perkembangan Program Pedestrian Di Kota

Bukittingi. (F. Huda, Pewawancara)

Syamsyumar (25 Maret 2011). Perkembangan Program Pedestrian Di Kota

Bukittingi (F. Huda, Pewawancara)

Produk Hukum

Gubernur Provinsi Sumatera Barat. Peraturan Daerah Perda Nomor 25

tahun 1987, tentang Pengembangan Pariwisata Provinsi Sumatera

Barat

Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 63 Tahun 2002, tentang Hutan kota

Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.

18 tahun 1994, tentang Pengusahaan Pariwisata Alam Di Zona

Pemanfaatan Taman Nasional,Taman Hutan Raya, Dan Taman Wisata

Alam

Presiden Republik Indonesia. UU no. 5 Tahun 1990, tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

Laman Website

AdPRO Indonesia. (2011). Manfaat Jalan Kaki, Diakses pada 3 Mei 2011

(72)

70 John J. Fruin, Ph.D. (2004). Pedestrian Planning and Design, Diakses pada

20 Mei 2011. Tersedia di : http//:www.elevatorbooks.stores.yahoo.net

Pemerintah Kota Bukittinggi. (25 April 2009). Bidang Kepariwisataan.

Tersedia di : http://www.bukittinggikota.go.id/v2/index.php [25 Oktober

2010]

Pemerintah Kota Bukittinggi. Profil Masyarakat Kota Bukittinggi. Tersedia di :

http://www.bukittinggikota.go.id [3 Oktober 2010]

Pemerintah Kota Bukittinggi.Sejarah Pembentukan Bukittinggi. Tersedia di :

http://www.bukittinggikota.go.id/v2/index.php?class=text&file_id=127

Bukittinggi [2 Oktober 2010]

Salim, I. (21 September 2010). Pedestrian Dilaksanakan Menjadi Tiga

Tahap. Tersedia di :

http://www.padang-today.com/?mod=berita&today=detil&id=21087 [10 November 2010]

Yendra, M. (24 Juni 2010). Jam Gadang jadi Surga Pejalan Kaki. Tersedia di:

http://www.padang-today.com/?mod=berita&today [10 November 2010].

Yendra, M. (26 Juni 2010). Jam Gadang akan "Menyatu" dengan Istana

Bung Hatta. Tersedia di :

http://www.padang-today.com/?mod=berita&today [ 10 November 2010]

Gambar

Gambar 3.8. Logo Kampanye
Gambar 3.10.
Gambar 3.12. Jalur Distribusi Media
Gambar 3.13. Tabel Jadwal Distribusi Media
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan ini dilakukan agar Kota Bekasi menjadi kota yang hijau, juga dalam menanggapi permasalahan RTH sebesar 13% yang menyebabkan masyarakat Bekasi tidak

1.Mengadakan sebuah kampanye yang mengenalkan tanaman air kepada masyarakat termasuk program kewirausahaan dari budidaya tanaman air 2.Mendesain media visual yang efektif

 Media informasi yang belum efektif dan interaktif dari segi visual untuk mengajak masyarakat lebih cerdas dan pintar mengolah sampah sehingga sampah itu

Setelah peneliti melakukan penelitian dengan masyarakat, tokoh masyarakat serta institusi yang ada pada pemerintahan Kota Bukittinggi tentang implementasi kebijakan Peraturan

Kota Bukittinggi memiliki potensi Gempa bumi yang sangat besar oleh karena itu untuk meminimalisir dampak negatif yang di akibatkan oleh bencana, masyarakat diharapkan

Temuduga yang penulis lakukan kepada bererapa masyarakat Islam Kota Bukittinggi mendapati pelbagai cara mereka mewasiatkan harta mereka seperti Menulis surat wasiat, secara

Media yang digunakan dalam alih media arsip konvensioanal di kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Bukittinggi yaitu dengan menggunakan CD (Compact Disc)

Melihat hasil analisis tersebut dapat dijelakan bahwa dari tiga variabel bebas ternyata ada dua variabel yang berpengaruh terhadap perilaku memilih masyarakat kota bukittinggi dalam