iv
KATA PENGAN TAR ... i
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek ... 1
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek... 3
1.3 Kegunaan Kerja Praktek ... 4
1.4 Metode Kerja Praktek ... 4
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek ... 5
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung... 7
2.1.1Visi Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung ... 13
2.1.2Misi Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung ... 15
2.2 Tujuan dan Sasaran ... 16
2.2.1Cara Pencapaian Tujuan dan Sasaran ... 17
2.3 Susunan Organisasi Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung ... 19
2.4 Uraian Tugas Tiap Bidang ... 20
BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek ... 27
v
3.3 Pembahasan Hasil Kerja Praktek ... 30
3.3.1Jenis-jenis Reklame yang Dikenakan Pajak ... 30
3.3.2Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak
Reklame ... 37
3.3.3Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Reklame ... 43
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ... 48
4.2 Saran... 49
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
PADA DINAS PELAYANAN PAJAK (DISYANJAK) KOTA
BANDUNG
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang Strata I Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh:
EGI NUGRAHA SAPUTRA 21110042
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
Keputusan Walikota Bandung Nomor 1133 Tahun 2003 Tentang Perhitungan Hasil Sewa Reklame Dan Masa Pajak Reklame.
Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah.
Peraturan Walikota Bandung Nomor 389 Tahun 2012 Tentang Tata Cara
Pemungutan Pajak Reklame.
Peraturan Walikota Bandung Nomor 294 Tahun 2013 Tentang Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas Dan Tata Kerja Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung.
Peraturan Walikota Bandung Nomor 407 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Reklame.
Peraturan Walikota Bandung Nomor 054 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Reklame.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Wardana, W.M. (2009). Tinjauan Terhadap Prosedur Pemotongan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 23 Badan Pada PT. Inti (Persero). Bandung
Watini, S., & Lingga, I.S. (2010). Pengaruh Pemungutan Pajak Reklame
Nama : Egi Nugraha Saputra
Tempat/ Tanggal Lahir : Bandung, 25 Agustus 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Pasundan Gg. Wakaf No. 72/18 A RT/RW 02/04
Kecamatan Regol
Kelurahan Balonggede
Agama : Islam
Status : Mahasiswa
Nama Orang Tua
Ayah : Asum
Ibu : Entin
Alamat : Jl. Pasundan Gg. Wakaf No. 71/18 A RT/RW 02/04
Kecamatan Regol
Kelurahan Balonggede
Riwayat Pendidikan
Pendidikan KETERANGAN Tahun Lulus
SD SD Negeri Balonggede 1-3 Bandung 1999
SLTP/ MTs PERSIS Pajagalan 1-2 Bandung 2004
SLTA SMA Pasundan 1 Bandung 2007
i
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
mencurahkan Rahmat dan Karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kerja Praktek dengan judul “Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame Pada
Dinas Pelayanan Pajak (DISYANJAK) Kota Bandung”.
Adapun tujuan penulisan Laporan Kerja Praktek ini adalah sebagai salah
satu syarat dalam menempuh Strata I pada Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dan
memberikan dorongan semangat, baik moril maupun materil dari mulai persiapan
hingga selesainya Penulisan Laporan Kerja Praktek ini, terutama kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto., M.Sc, selaku Rektor Universitas
Komputer Indonesia Bandung.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini. SE., Spec. Lic. Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.
3. Ibu Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi.
4. Ibu Lilis Puspitawati, SE., M.Si., Ak., CA selaku Koordinator Kerja
ii
meluangkan waktunya kepada penulis dan dengan sabar serta tekun dalam
membimbing penulis dalam menyusun Laporan Kerja Praktek ini.
6. Seluruh Bapak/ Ibu Dosen dan Karyawan/I Universitas Komputer
Indonesia Bandung.
7. Bapak Drs.H.R.A.Tadjudin Sastrawinata M.Si selaku Kepala Bidang Pajak
Penetapan.
8. Ibu Rukayah, SE., M.Si selaku Kepala Seksi Penagihan.
9. Seluruh Staff dan Pegawai yang bekerja di Dinas Pelayan Pajak
(DISYANJAK) Kota Bandung.
10.Bapak dan Mamah terima kasih atas kasih sayang, dukungan moril
maupun materil, do’a dan nasihat, serta pengorbanan dan segala yang telah
di berikan dalam membesarkan dan mendidik penulis sampai penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini.
11.Kakak ku tersayang (Rustini dan Yuyun Sriwahyuni) yang telah
memberikan kasih sayang, semangat dan dukungannya.
12.Hafsah Qudwatun Nisa As’Syafa, terima kasih atas kasih sayang, do’a dan
dorongannya sehingga Laporan ini selesai.
13.Teman-temanku: Rahmat, Gunawan, Vandi, Andriansyah, Yudi, Tiko,
Toni, Rezha, Anna, Susan, Rindi, Vita, Fitriana, Endang, Ai.
14.Rekan-rekan mahasiswa SI Akuntansi Angkatan 2010 Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia Khususnya kelas AK-1 yang tidak dapat
iii
manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Bandung, Desember 2013
Penulis
Egi Nugraha Saputra
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Pajak adalah Iuran rakyat kepada Negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah Negara
yang dibayar oleh masyarakat dan sebagai iuran pemungutan yang dapat
dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan serta sebagai perwujudan peran serta masyarakat atau wajib
pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban
perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan Negara dan pembangunan
nasional.
Berdasarkan kewenangan yang memungut atau lembaga pemungutnya maka
pajak dapat dikelompokkan menjadi pajak Negara (pajak pusat) dan pajak daerah.
Pajak Negara antara lai meliputi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Bea Materai,
sedangkan pajak daerah menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2009 yang merupakan perubahan terakhir tentang Pajak Daerah da
Retribusi Daerah, meliputi 5 (Lima) jenis Pajak Provinsi dan 11 (sebelas) jenis
Pajak Kabupaten/ Kota. Pajak Provinsi terdiri Pajak Kendaraan Bermotor, Bea
Air Permukaan dan Pajak Rokok. Sedangkan Pajak Kabupaten/ Kota terdiri dari
Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan
Jakan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah,
Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan,
dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Setiap daerah di Indonesia melalui Dinas Pendapatan Daerah mempunyai
kewenangan untuk memungut pajak atas semua objek pajak di daerahnya,
demikian pula halnya dengan Kota Bandung yang pembangunannya semakin
berkembang dan maju secara pesat seiring dengan berlakunya otonomi daerah dan
masuknya para investor baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan berlakunya
era perdagangan bebas, maka persaingan usaha semakin ketat dan tajam. Kondisi
seperti itu menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan
agar dapat terus berkembang mempertahakan eksistensinya. Setiap perusahaan
yang ada selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal. Oleh
karena itu, perusahaan-perusahaan berusaha untuk menarik perhatian konsumen
dengan cara melakukan promosi-promosi baik untuk memperkenalkan maupun
memasarkan produknya.
Salah satu wewenang Dinas Pelayanan Pajak adalah untuk memungut pajak
reklame. Pengertian Reklame menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08
Tahun 2003 tentang Pajak Reklame dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah adalah benda, alat, perbuatan atau
media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersil,
barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu
barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan/ atau
di dengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah,
sedangkan menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan reklame
adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya
dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan,
mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa,
orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau
dinikmati oleh umum.
Salah satu strategi yang dilakukan perusahaan dalam memperkenalkan dan
memasarkan produknya sehingga penjualan (pendapatan) perusahaan meningkat
serta dapat memperluas pangsa pasar melalui media periklanan (reklame). Dengan
demikian penerimaan pajak reklame di Kota Bandung diproyeksikan akan selalu
mengalami peningkatan dengan bertambah banyaknya perusahaan yang
menggunakan media periklanan (reklame) untuk tujuan komersial. Latar belakang
tersebut mendorong dilakukannya pembahasan mengenai “Tata Cara
Pemungutan Pajak Reklame Pada Dinas Pelayanan Pajak (DISYANJAK) Kota Bandung”.
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
2. Untuk mengetahui dasar pengenaan, tarif dan cara perhitungan pajak
reklame.
3. Untuk mengetahui tentang tata cara pembayaran dan penagihan pajak
reklame.
1.3 Kegunaan Kerja Praktek
Kerja Praktek yang dilakukan pada Dinas Pelayanan Pajak (DISYANJAK)
ini penulis banyak mengharapkan manfaat yang di peroleh walaupun dalam
penyajian masih jauh dari kesempurnaan. Kegunaan penelitian yang dilakukan
Penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Dapat berguna dalam memberikan tambahan dan mengetahui bagaimana
tata cara pemungutan Pajak Reklame.
2. Bagi Perusahaan
Agar berguna sebagai bahan masukan dalam melaksanakan ketentuan di
bidang perpajakan.
3. Bagi rekan-rekan mahasiswa/i dan Pihak-pihak lain yang mempelajari
untuk mendalami bidang studi perpajakan, hasil penelitian ini di
harapkan dapat menjadi bahan masukan dan kajian lebih lanjut.
1.4 Metode Kerja Praktek
Metode yang dilakukan dalam membuat laporan kerja praktek adalah
dengan metode Block Release yaitu, penelitian yang dilakukan pada waktu
Adapun cara dalam pengumpulan data dan informasi sebagai bahan pendukung
dalam penyajian laporan ini adalah:
1. Field Research
Dimana dalam mencari informasi penulis melakukan interview
(wawancara) kepada pembimbing dan staff juga kepada bagian-bagian
yang terkait secara langsung di lapangan.
2. Studi Pustaka
Penulis mencari informasi berdasarkan beberapa reverensi yang
mendukung pembuatan laporan kerja praktek, serta kesesuaian aturan
yang berlaku dalam pelaksanaan topic yang penulis tinjau di lapangan.
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini, penulis memilih tempat di Dinas
Pelayanan Pajak (DISYANJAK) yang beralamat di Jalan Cianjur No. 34, Kota
Bandung. Penulis melakukan Kerja Praktek ini selama 1 bulan terhitung mulai
Tabel 1.1
Schedule Pelaksanaan Kerja Praktek
7
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1Sejarah Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung 1. Sejarah Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung
Sejarah Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung sejauh ini telah
mengalami perubahan yaitu :
a. Berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat
II Bandung Dinas Pendapatan Kota Bandung membawahi 5 (lima)
satuan kerja yaitu:
1. Bagian Perpajakan dan Retribusi (BAPAR)
2. Bagian Iuran Rehabilitasi Daerah (IREDA)
3. Bagian Eksploitasi Parkir (BEP)
4. Bagian Perusahaan Pasar (BPP)
5. Bagian Tata Usaha Dalam (TUD)
b. Pada tahun 1980, dikeluarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah
Tingkat II Bandung Nomor : 09/PD 1980 tanggal 10 Juli 1980, dimana
Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung
mengalami perubahan, semula membawahi 5 (lima) satuan unit kerja
dirubah menjadi 7 (tujuh) satuan unit kerja, yaitu:
1. Sub Bagian Tata Usaha
2. Seksi Pajak
4. Seksi IPEDA
5. Seksi Perencanaan, Penelitian dan Pembangunan
6. UPTD Pasar
7. UPTD Parkir dan Terminal
2. Sistem Kinerja Mapenda – Mapatda
Dalam kegiatan satuan operasional satuan unit kerja tersebut diatas,
khususnya dalam bidang pemungutan pajak/ retribusi, dipakai sistem
MAPENDA (Manual Administrasi Pendapatan Daerah) sebagai landasan bagi Penyelenggaraan Pengelolaan Pendapatan Daerah serta
Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I maupun Tingkat II yang merupakan
pedoman dalam Pengelolaan Pendapatan Daerah yang diatur dalam
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 970-830 Tahun 1981 serta
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. KUPD 7/12/41-101 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/
Kotamadya Daerah Tingkat II. Dengan sistem MAPENDA, petugass
melakukan kegiatan pemungutan pajak/ retribusi secara langsung kepada
Wajib Pajak/ Wajib Retribusi “door to door”.
Guna terdapat keseragaman Struktur Dinas Pendapatan Daerah di
seluruh Indonesia, dikeluarkan Keputusan menteri Dalam Negeri Nomor :
23 Tahun 1989 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Pendapatan Daerah Tingkat II, yang ditindak lanjuti oleh Peraturan Daerah
Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung, yaitu peraturan Daerah
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya
Daerah Tingkat II Bandung. Dengan dikelurakan Keputusan Mendagri No.
23 Tahun 1989 perlu disusun sistem dan prosedur Perpajakan, Retribusi
Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan yang lebih mutakhir sebagai penyempurnaan dari sistem dan
prosedur yang telah ditetapkan terlebih dahulu dengan Keputusan
Mendagri No. 102 Tahun 1990 Tentang Sistem Prosedur Perpajakan
Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya, serta pemungutan Pajak
Bumi dan Bangunan di Kabupaten/ Kotamadya Daerah Tingkat II seluruh
Wilayah Indonesia atau yang lebih dikenal dengan nama MAPATDA
(Manual Pendapatan Daerah). Dengan diberlakukannya MAPATDA,
maka Sistem Pemungutan Retribusi Daerah yang sebelumnya dilakukan
secara “Door to Door” Menjadi “Self Assesment” yaitu Wajib Pajak dan
Wajib Retribusi menyetor langsung kewajiban Pembayaran Pajak/
Retribusi ke Dinas Pendapatan Daerah. Dengan berlakunya
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, maka Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 978-893 Tahun
1981 tentang Manual Administrasi Pendapatan Daerah dan Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 102 Tahun 1990 tentang Sistem dan
Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan lainnya serta
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten/ Kotamadya Daerah
Tingkat II seluruh Wilayah Indonesia, sudah tidak sesuai lagi, berdasarkan
Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan Lain-lain perlu diatur
kembali dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri, Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Lain-lain Menteri Dalam Negeri. Dalam pasal 2 Keputusan ini menyatakan bahwa Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak daerah terdiri dari:
a. Pendaftaran dan Pendataan;
b. Penetapan;
c. Penyetoran;
d. Angsuran dan Permohonan Penundaan Pembayaran;
e. Pembukuan dan Pelaporan;
f. Keberatan Banding;
g. Penagihan;
h. Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan ketetapan dan penghapusan
atau pengurangan sanksi administrasi, dan
i. Pengembalian kelebihan pembayaran.
3. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Dinas
a. Kedudukan
Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung sebagaimana diatur dalam:
1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Kota-kota Besar di lingkungan Propinsi Jawa Timur/ Tengah/
2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 43 Tahun 1999;
3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang pembentukan
Peraturan Perundang-undangan;
5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaiman telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8
Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah menjadi Undang-undang;
6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Selanjutnya
diubah dengan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004) telah
menetapkan Pembagian Keuangan (Power Sharing) fan Pembagian
Keuangan (Financial Sharing) antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1987 tentang Perubahan
Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung dengan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota;
10.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah;
11.Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah;
12.Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah
dan Penerimaan Lain-lain Menteri Dalam Negeri;
13.Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 10 Tahun 1989 tentang
Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung;
14.Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 06 Tahun 2006 tentang
Pemekaran dan Pembentukan Wilayah Kerja Kecamatan dan
Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung;
15.Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2007 tentang
Urusan Pemerintah Kota Bandung;
16.Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota
Bandung, berkedudukan sebagai Unsur Perumus Pelaksana
17.Peraturan Walikota Bandung Nomor 475 Tahun 2008 tentang
Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi pada Dinas
Daerah Kota Bandung.
b. Tugas Pokok
Merumuskan dan Melaksanakan Kebijakan Operasional di bidang
Pendapatan yang merupakan sebagian kewenangan Daerah Kota
Bandung.
c. Fungsi Dinas
Untuk melaksanakan tugas pokoknya Dinas Pelayanan Pajak Kota
Bandung mempunyai fungsi:
1. Merumuskan kebijakan teknis operasional di bidang Pendapatan;
2. Menyelenggarakan Pelayanan Umum di bidang Pendapatan;
3. Menyelenggarakan Kesekretarisan.
2.1.1 Visi Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung
“Profesional Dalam Pengelolaan Pendapatan Daerah, Prima Dalam
Pelayanan Menuju Kota Jasa Yang Bermartabat”
Dalam pernyataan Visi tersebut terdapat tiga unsur sebagai berikut:
1. Profesionalisme;
2. Pengelolaan Pendapatan Daerah;
1. Profesionalisme
Profesionalisme artinya suatu kondisi yang harus ada dan dimiliki dalam
melaksanakan kewenangan, tugas dan fungsi meliputi kompetisi dalam arti
mempunyai keterampilan dan pengetahuan serta sikap dan perilaku yang harus
dimiliki oleh setiap aparatur agar dapat melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya secara berdaya guna dan berhasil guna serta memiliki komitmen,
tanggung jawab, kritis dan cepat tanggap.
2. Pengelolaan Pendapatan Daerah
Pendapatan Daerah yang dimaksud adalah yang sesuai dengan
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai pengganti Undang-Undang-undang Nomor 34
Tahun 2000 (perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentag
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Menurut Undang-undang tersebut dan
berdasarkan potensi yang ada, jenis pajak yang dikelola oleh Dinas
Pendapatan Kota Bandung terdiri dari:
a. Pajak Hotel;
h. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan;
3. Prima dan Pelayanan
Pelayanan yang terbaik artinya pelayanan yang diberikan dalam bidang
administrasi pemerintahan, administrasi pembangunan dan administrasi umum
kepada Perangkat Daerah secara akomodatif, efektif dan efisien. Akomodatif
yaitu mampu memenuhi tuntutan pelaksanaan kewenangan tugas dan fungsi
Perangkat Daerah.
2.1.2 Misi Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung
Dalam mewujudkan Visi yang telah disepakati dan ditetapkan, disusun
Misi organisasi yang merupakan dasar/ alasan keberadaan suatu organisasi
serta bidang garapan suatu organisasi. Menurut Kotler bahwa misi merupakan
pernyataan tentang tujuan organisasi yang diwujudkan dalam produk dan
pelayanan. Dari batasan tersebut di atas ada beberapa hal yang diperhatikan
dalam perumusan misi organisasi, meliputi produk atau pelayanan yang
ditawarkan, tingkat kebutuhan pelanggan akan produk, memiliki sasaran yang
akan dilayani, aspiratif terhadap keadaan yang diinginkan di masa mendatang.
Mengacu kepada uraian tersebut diatas, sebagai bentuk nyata dari visi
organisasi yang telah ditetapkan, maka dirumuskan 3 (tiga) misi Dinas
Pendapatan yang menggambarkan hal-hal yang seharusnya terlaksana dalam
mencapai visi tersebut, yaitu:
1. Meningkatkan kualitas dan pendayagunaan sumberdaya aparatur;
2. Penataan Sistem dan Prosedur pemungutan serta pengawasan dan
3. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sarana dan prasarana.
2.2Tujuan Dan Sasaran 1. Tujuan
Tujuan merupakan implementasi atau penjabaran dari Misi yang
merupakan suatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun
waktu tertentu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun kedepan. Berdasarkan uraian
diatas, maka Disyanjak menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam
upaya mewujudkan Kota Bandung sebagai Kota Jasa, menuju kota yang
BERMARTABAT sebagai berikut:
1. Misi pertama merupakan implementasi visi pengelolaan pendapatan
daerah yang membantu aparat Dinas Pendapatan dalam merumuskan
kebijakan sebagai suatu sistem dalam merumuskan kebijakan sebagai
suatu sistem dalam rangka penyelenggaraan pendapatan yang efektif
dan efisien.
2. Misi kedua merupakan tujuan umum pengelolaan pendapatan yang
akuntabel yang didukung dengan sistem dan prosedur pemungutan
serta pedoman/ acuan penyelenggaraan pelaksanaan tugas dan fungsi
perangkat Daerah yang merupakan prosedur dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan untuk mencapai pendapatan daerah
yang efektif transparan.
3. Misi ketiga ini merupakan perwujudan keinginan Disyanjak untuk
meningkatkan pelayanan prima dengan mendekatkan diri kepada wajib
berkualitas, sehingga tercapai pelayanan yang prima untuk mendukung
profesionalisme aparat.
2. Sasaran
Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan secara terukur yang
akan dicapai secara nyata dalam jangka waktu tahunan, semesteran atau
bulanan. Sasaran merupakan bagian integral dalam proses perencanaan
strategis pemerintah daerah. Fokus utama sasaran adalah tindakan dan
alokasi sumberdaya dalam kegiatan organisasi/ pemerintah daerah.
Sasaran harus bersifat spesifik, dapat dinilai, terukur, menantang, namun
dapat dicapai, berorientasi pada hasil dan dapat dicapai dalam periode 1
(satu) tahun kedepan.
Berdasarkan pengertian tersebut maka Disyanjak menetapkan sasaran
umum organisasi dalam jangka adalah sebagai berikut:
1. Tersedianya sumberdaya manusia yang kompeten dan jujur;
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melunasi kewajiban
membayar pajak;
3. Meningkatnya kualitas pendaftaran, pendataan, penetapan, pembukuan
dan pelaporan serta penagihan pajak;
4. Tercapainya target peningkatan pendapatan daerah;
5. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
2.2.1 Cara Pencapaian Tujuan Dan Sasaran
Dari tujuan sasaran yang telah ditetapkan, maka langkah selanjutnya
mencapai tujuan dan sasaran meliputi program, kegiatan kebijakan yang akan
menjadi landasan dalam sistem operasional dan aktivitas organisasi. Adapun
kebijakan tersebut adalah:
1. Peningkatan penyuluhan kepada masyarakat wajib pajak, secara kontinyu
serta membuat solusi apabila ditemukan sesuatu permasalahan;
2. Pemberdayaan informasi, komunikasi dalam berbagai media seperti media
elektronik dan media cetak;
3. Peningkatan kualitas sumber daya manusia aparat, melalui berbagai
pendidikan;
4. Peningkatan sistem penagihan mempermudah dan mempercepat bagi
wajib pajak dalam pembayaran, dengan memperbanyak tempat
pembayaran dan penagihan;
5. Penegakan sanksi hokum bagi petugas dan wajib pajak yang melanggar
Peraturan Perundang-undangan.
Untuk pelakasanaan penyelenggaraan pelayanan, secara umum dari hasil
analisis lingkungan strategis serta faktor kunci keberhasilan Disyanjak dapat
merumuskan Program Operasional sebagai berikut;
1. Program Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak
2. Program Peningkatan Pelayanan Publik
3. Pengembangan Sumber Daya
Sebagai operasional dari program-program yang telah ditetapkan, Disyanjak
melakukan kegiatan operasional sebagai berikut:
2. Melaksanakan kegiatan menghitung potensi pajak
3. Melaksanakan kegiatan pembukuan dan pelaporan wajib pajak
4. Melaksanakan kegiatan penagihan pajak
5. Melaksanakan kegiatan perencanaan dan pembinaan teknis pemungutan
6. Melaksanakan kegiatan dan penggalian potensi pajak
7. Melaksanakan kegiatan penyuluhan, baik langsung mauoun tidak langsung
dengan melalui berbagai media
8. Melaksanakan kegiatan penyusunan database PAD
9. Melaksanakan kegiatan penyempurnaan pengolahan data pajak
10.Melaksanakan kegiatan penyempurnaan administrasi dan klarifikasi
perhitungan data pajak
11.Melaksanakan kegiatan penataan kearsipan data pajak
12.Melaksanakan kegiatan penyempurnaan organisasi Dinas Pendapatan
13.Melaksanakan kegiatan penataan ruang kantor Dispenda
2.3Susunan Organisasi Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung (Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2009)
Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Kota Bandung sesuai dengan Peraturan
Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007 terdiri dari;
I. Kepala Dinas Pendapatan
II. Sekretariat, membawahi:
1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
III. Bidang Perencanaan,membawahi:
1) Seksi Data dan Potensi Pajak
2) Seksi Program
3) Seksi Analisa dan Pelaporan
IV. Bidang Pajak, membawahi:
1) Seksi Pelayanan dan Pengaduan
2) Seksi Penetapan dan Pembukuan
3) Seksi Penagihan
V. Bidang Pengendalian, membawahi:
1) Seksi Pembinaan Internal
2) Seksi Pengawasan dan Pemeriksaan
3) Seksi Penyuluhan Monitoring dan Evaluasi
VI. Bidang Pendapatan Bukan Pajak Daerah, membawahi:
1) Seksi Administrasi Bagi Hasil Pajak Pusat
2) Seksi Administrasi Bagi Hasil Pajak Propinsi
3) Seksi Administrasi Pelaporan Pendapatan Bukan Pajak Daerah
VII. UPP
VIII. Kelompok Jabatan Fungsional
2.4Uraian Tugas Tiap Bidang
Uraian tugas Kepala Bidang Pajak Penetapan adalah sebagai berikut:
a. Menyusun rencana dan program di bidang Pajak Penetapan sebagai
b. Menjelaskan dan membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan rencana
program yang telah ditetapkan agar program dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien;
c. Mengkaji bahan kebijakan teknis penilaian dan pengaduan, penetapan dan
pembukuan, serta penagihan;
d. Mengkaji dan mengoreksi bahan pedoman pembinaan, monitoring,
evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup penilaian dan pengaduan,
penetapan dan pembukuan, serta penagihan;
e. Mengkaji bahan kebijakan pembinaan, monitoring dan evaluasi serta
pelaporan pelaksanaan di bidang Pajak Penetapan;
f. Menetapkan dan menandatangani, Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD),
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), Surat Ketetapan
Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT), Surat Ketetapan
Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB), Surat Ketetapan Pajak Daerah
Nihil (SKPDN), Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD), pembetulan,
pembatalan, pengurangan ketetapan, mutasi, kompensasi, penentuan
kembali tanggal jatuh tempo serta penghapusan atau pengurangan sanksi
administrative;
g. Membuat telaahan staf sebagai bahan perumusan kebijakan Bidang Pajak
Penetapan;
h. Melakukan hubungan kerja fungsional dengan SKPD, Pemerintah Provinsi
i. Melaksanakan pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan tugas sebagai bahan pertanggungjawaban kepada atasan; dan
j. Melaksanakan tugas lain dari atasan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
Uraian tugas Kepala Seksi Penilaian dan Pengaduan adalah sebagai berikut;
a. Menyusun rencana teknis operasional dan program kerja di bidang
Penilaian dan Pengaduan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b. Menjelaskan dan membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan rencana
program yang telah ditetapkan agar program dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien;
c. Memeriksa data sebagai penyusunan bahan kebijakan Pendaftaran dan
Pendataan;
d. Penerimaan dan pengusulan penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah
(NPWPD) bagi wajib pajak baru untuk Pajak Air Bawah Tanah dan Pajak
Reklame;
e. Menyusun dan menyiapkan bahan laporan hasil pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan Penilaian dan Pengaduan;
f. Menyusun dan menyiapkan bahan koordinasi dan konsultasi pelaksanaan
Penilaian dan Pengaduan;
g. Menganalisa data untuk bahan kajian pengembangan Penilaian dan
Pengaduan;
h. Melaksanakan lingkup Pendaftaran dan Pendataan yang meliputi
intensifikasi dan ekstensifikasi pajak, dan penerimaan surat permohonan
dari wajib pajak terkait pembetulan, pembatalan, keberatan, mutasi,
konpensasi/restitusi, penentuan kembali tanggal jatuh tempo, pengurangan
ketetapan serta pengahapusan atau pengurangan sanksi administratif;
i. Membuat telaahan staf sebagai bahan kajian kebijakan umum di bidang
Penilaian dan Pengaduan oleh pimpinan;
j. Melakukan hubungan kerja fungsional dengan SKPD, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Pusat;
k. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program
Seksi Penilaian dan Pengaduan sebagai bahan pertanggungjawaban kepada
atasan; dan
l. Melaksanakan tugas lain dari atasan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
Uraian tugas Kepala Seksi Penetapan dan Pembukuan adalah sebagai berikut;
a. Menyusun rencana teknis operasional dan program kerja di bidang
Penetapan dan Pembukuan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b. Menjelaskan dan membagi tugas kepada bawahan agar program dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien;
c. Memeriksa data sebagai penyusunan bahan kebijakan Penetapan dan
Pembukuan;
d. Menyusun dan menyiapkan bahan laporan hasil pemantauan dan evaluasi
e. Menyusun dan menyiapkan bahan koordinasi dan konsultasi pelaksanaan
Penetapan dan Pembukuan;
f. Menganalisa data untuk bahan kajian Penetapan dan Pembukuan;
g. Melaksanakan penetapan dan pembukuan yang meliputi penerbitan Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan
(SKPDKBT), Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB), dan
Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN);
h. Membuat telaahan staf sebagai bahan kajian kebijakan umum di bidang
Penetapan dan Pembukuan oleh pimpinan;
i. Melakukan hubungan kerja fungsional dengan SKPD, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Pusat;
j. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program
Seksi Penetapan dan Pembukuan sebagai bahan Pertanggungjawaban
kepada atasan; dan
k. Melaksanakan tugas lain dari atasan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
Uraian tugas Kepala Seksi Penagihan adalah sebagai berikut:
a. Menyusun rencana teknis operasional dan program kerja di bidang
Penagihan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b. Menjelaskan dan membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan rencana
program yang telah ditetapkan agar program dapat dilaksanakan secara
c. Memeriksa data sebagai penyusunan bahan kebijakan lingkup Penagihan;
d. Menyusun dan menyiapkan bahan laporan hasil pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan Penagihan;
e. Menyusun dan menyiapkan bahan koordinasi dan konsultasi pelaksanaan
Penagihan;
f. Menganalisa data untuk bahan kajian Penagihan;
g. Melaksanakan pengusulan surat teguran, surat peringatan dan surat sejenis
sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak;
h. Melaksanakan pengusulan keputusan pengurangan, keputusan restitusi,
keputusan kompensasi, keputusan keringanan, keputusan pembetulan dan
pembatalan ketetapan pajak serta penghapusan dan pengurangan sanksi
administrasi;
i. Melaksanakan pengusulan surat keberatan dan penghapusan piutang
pajak;
j. Membuat telaahan staf sebagai bahan kajian kebijakan umum di bidang
pengusulan surat teguran, surat peringatan dan surat sejenis sebagai awal
tindakan pelaksanaan penagihan pajak oleh pimpinan;
k. Melakukan hubungan kerja fungsional dengan SKPD, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Pusat;
l. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program
Seksi Penagihan meliputi pengusulan surat teguran, surat peringatan dan
surat sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak sebagai
m. Melaksanakan tugas lain dari atasan sesuai dengan tugas pokok dan
27
BAB III
PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan penulis yaitu di bidang Kasie
Penagihan pada Dinas Pelayanan Pajak (DISYANJAK) Bandung. Pelaksanaan
kerja praktek dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas atau kegiatan yang
dilakukan di Kasie Penagihan yang khususnya mengenai Pemungutan Pajak
Reklame pada Dinas Pelayanan Pajak (DISYANJAK) Bandung.
Dalam rangka upaya peningkatan pembinaan, pengaturan, pengendalian
dan pengawasan terhadap pembayarannya, pajak terbagi dalam berbagai kelas dan
jenis, tergantung dari fungsi dan manfaatnya serta penggunaannya oleh
masyarakat. Pajak-pajak tersebut diberi maksud dan kriteria yang memungkinkan
masyarakat memahaminya. Seperti halnya pajak reklame.
3.1.1 Pemungutan
Pengertian Pemungutan menurut Pasal 1 Angka 13 UU Nomor 34 Tahun
2000 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan
data objek dan subjek pajak atau Retribusi, penentuan besarnya pajak atau
Retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau Retribusi kepada
Wajib Pajak atau Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya.
Dan menurut Pasal 1 Angka 49 UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
dari penghimpunan data objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya
pajak atau retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi
kepada Wajib Pajak atau Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya.
3.1.2 Pajak Reklame
Menurut Kesit Bambang Prakoso (2005:125) yang dimaksud dengan pajak
reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame dan menurut Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2003 tentang Pajak
Reklame, yang dimaksud Pajak Reklame adalah Pajak atas penyelenggaraan
reklame sedangkan menurut Peraturan Walikota Bandung Nomor 407 Tahun 2007
sebagaimana telah diubah terakhir menjadi Peraturan Walikota Bandung Nomor
054 Tahun 2010 tentang penyelenggaraan Reklame, yang dimaksud dengan pajak
reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame dengan pembayaran pajak
dibayar sekaligus dimuka.
3.1.3 Reklame
Pengertian reklame menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08
Tahun 2003 tentang Pajak Daerah adalah benda, alat, perbuatan atau media yang
menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersil, dipergunakan untuk
memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang,
ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang
yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar dari suatu
tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah, sedangkan menurut
dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan reklame adalah benda, alat,
perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan
komersil, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan
suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada
suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca
dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum.
Pengertian Reklame menurut Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2011
tentang Pajak Daerah, Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang
bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial, memperkenalkan,
menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap
barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan,
dan/atau dinikmati oleh umum.
Penyelenggaraan Reklame menurut Peraturan Daerah Kota Bandung
Nomor 08 Tahun 2003 tentang Pajak Reklame, adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan hukum yang menyelenggarakan reklame
baik untuk dan atas nama sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang
menjadi tanggungannya.
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan penulis yaitu di Bidang Kasie
Penagihan pada Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Bandung. Dilaksanakan
selama 25 hari tertanggal 15 Juli sampai dengan 15 Agustus 2013 setiap hari
3.3 Pembahasan Hasil Kerja Praktek
3.3.1 Jenis-jenis Reklame yang dikenakan Pajak
Menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2003 tentang
Pajak Reklame, Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 17 Tahun 2001
sebagaimana telah diubah terakhir menjadi Peraturan Walikota Bandung Nomor
02 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Reklame, dan Peraturan Walikota
Bandung Nomor 407 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah terakhir menjadi
Peraturan Walikota Bandung Nomor 054 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Penyelenggaraan Reklame dan Perda No. 20 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.
A. Objek pajak reklame meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Reklame papan atau billboard atau videotron atau megatron
a. Reklame papan atau billboard adalah reklame yang terbuat dari papan
kayu, collibrite, vyril termasuk seng atau bahan lain yang sejenis
dipasang atau digantungkan termasuk yang digambar pada bangunan,
halaman, di bahu jalan atau berm, median jalan, Jembatan
Pemyebrangan Orang (JPO), Bando Jalan, Shelter Bus, Pos Jaga dan
Pengatur (Pos Gatur) dan titik lokasi yang sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan Walikota.
b. Reklame Megatron atau Videotron atau Large Electronik Display
(LED) adalah reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa
program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan/atau tulisan
berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram dan difungsikan
2. Reklame kain
Reklame kain adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan
bahan kain, termasuk kertas, plastic, karet atau bahan lain yang sejenis
dengan itu.
3. Reklame melekat (stiker)
Reklame melekat (stiker) adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas,
diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta
ditempelkan, dilekatkan, dipasang, digantungkan pada suatu benda.
4. Reklame selebaran
Reklame selebaran adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas
diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta
dengan ketentuan tidak untuk ditempel, dilekatkan, dipasang,
digantungkan pada suatu benda lain.
5. Reklame berjalan termasuk pada kendaraan
Reklane berjalan atau kendaraan adalah reklame yang ditempelkan atau
dilekatkan pada kendaraan.
6. Reklame udara
Reklame udara adalah reklame yang diselenggarakan di udara dengan
menggunakan gas pesawat atau alat lain yang sejenis.
7. Reklame film atau slide
Reklame slide atau reklame film adalah reklame yang diselenggarakan
dengan menggunakan klise berupa kaca atau film, atau bahan-bahan lain
layar atau benda lain atau dipancarkan dan/atau diperagakan melalui
pesawat televisi.
8. Reklame peragaan
Reklame peragaan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara
memperagakan suatu produk barang dan/atau merk tertentu dengan atau
tanpa disertai suara.
9. Reklame tembok/dinding.
B. Tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame adalah sebagai berikut;
1. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televise, radio, warta harian,
warta mingguan, warta bulanan dan sejenisnya;
2. Label/ merk produk yang melekat pada barang, yang diperdagangkan,
yang berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya;
3. Nama pengenal profesi, perusahaan, produk usaha yang dihasilkan yang
dipsang melekat pada bangunan atau diatas tanah persil dan
diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal
tersebut, dengan ketentuan tidak melebihi 2 m2 (dua meter persegi)
4. Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah,
dan;
5. Reklame yang dipasang untuk kegiatan-kegiatan amal dan sosial pada
lokasi yang diperbolehkan.
Sedangkan menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun
2003 tentang Pajak Reklame, yang dikecualikan dari objek pajak reklame
warta mingguan, warta bulanan, dab reklame yang diadakan khusus untuk
kegiatan social, pendidikan, keagamaan dan politik tanpa sponsor.
Adapun subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan atau melakukan pemesanan reklame dan wajib pajak
reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame.
Tarif pajak ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima persen).
Berdasarkan Peraturan Walikota Bandung Nomor 207 Tahun 2007
tentang Petunjuk Penyelenggaraan Reklame, reklame dibagi menjadi dua
menurut ijin penyelenggaraannya, yaitu:
1. Reklame permanen
Adalah reklame yang ijin penyelenggaraannya sekurang-kurangnnya 1
(satu) tahun, yang terdiri dari:
a. Reklame papan atau billboard
b. Reklame Megatron/ Videotron/ Large Elektronik Display (LED)
c. Reklame berjalan/kendaraan
d. Running Text
Adalah jenis reklame yang menayangkan naskah dan diatur secara
elektronik.
e. Neon Box
Adalah jenis reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan
konstruksi tertentu yang menggunakan lampu penerangan di dalamnya
aspek estetika serta terintegrasi dengan lingkungannya sebagai
aksesoris kota.
f. Gravity
Adalah reklame yang berupa tulisan atau gambar yang dibuat pada
dinding bangunan, benteng, bangunan jembatan dan/atau bangunan
lainnya.
2. Reklame tidak permanen (reklame incidental)
Adalah reklame yang ijin penyelenggaraannya sekurang-kurangnya 1
(satu) hari, yang terdiri dari:
a. Reklame layar
b. Reklame udara
c. Reklame melekat (stiker)
d. Reklame selebaran
e. Reklame suara
f. Reklame slide atau reklame film
g. Reklame peragaan
Penyelenggaraan reklame menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 17
Tahun 2001 sebagaimana telah diubah terakhir menjadi Peraturan Daerah
Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan Reklame,
dibedakan menurut:
1. Tempat
a. Kawasan Bebas adalah kawasan yang sama sekali tidak diperbolehkan
diselenggarakan kegiatan reklame yaitu lokasi pemerintahan, lokasi
pendidikan, tempat-tempat ibadah dan rumah sakit, lokasi militer,
lokasi perumahan dan permukiman, taman kota, Jalan Asia Afrika,
Jalan Braga, Jalan R.A.A Wiranatakusumah, Jalan Pajajaran, Jalan Ir.
H. Juanda, Jalan Dr. Junjunan serta kawasan bebas lainnya yang
berdasarkan aspek teknis dan estetika tidak memungkinkan adanya
pemasangan reklame, yang penetapannya lebih lanjut diatur oleh
walikota.
b. Kawasan Khusus yaitu kawasan dengan karakter atau ciri tertentu yang
memiliki kualitas lingkungan dan arsitektur bangunan yang baik,
diperbolehkan diselenggarakan kegiatan reklame dengan menempel
dibagian depan bangunan.
c. Kawasan Selektif adalah kawasan yang diperbolehkan diselenggarakan
kegiatan dan titik reklame terpilih yang meliputi lokasi bersejarah,
lokasi konservasi dan preservasi, lokasi lain yang dipertimbangkan dan
ditetapkan oleh Walikota berdasarkan rekomendasi tim teknis.
d. Kawasan Umum yaitu kawasan yang diperbolehkan diselenggarakan
kegiatan dan titik reklame di luar kawasan khusus.
2. Jenis
a. Reklame papan atau billboard, videotron dan megatron;
b. Reklame layar;
d. Reklame selebaran atau brosur;
e. Reklame berjalan termasuk pada kendaraan;
f. Reklame udara;
g. Reklame film atau slide;
h. Running teks.
3. Ukuran, yang diatur lebih lanjut oleh Walikota.
4. Konstruksi
a. Konstruksi berat, untuk reklame jenis megatron, video wall, dinamics
board, billboard atau bando jalan, terdiri dari:
1) Kaki tunggal adalah sarana reklame yang sistem kaki
konstruksinya hanya satu;
2) Kaki ganda adalah sarana reklame yang sistem kaki konstruksinya
terdiri atas dua tiang;
3) Rangka adalah sarana reklame yang sistem kaki konstruksinya
berbentuk rangka dengan mempertimbangkan estetika;
4) Menempel adalah sarana reklame yang konstruksinya menyatu
pada bagian bangunan dengan memakai konstruksi-konstruksi
tambahan yang menyatu dengan konstruksi bangunan tersebut.
b. Konstruksi ringan, untuk jenis reklame yaitu reklame papan atau
billboard, videotron dan megatron, reklame layar, reklame melekat
(stiker) dan reklame selebaran atau brosur.
5. Kelas Jalan
b. Jalan Kolektor;
c. Jalan Lokal;
d. Jalan Tol;
e. Jalan Kereta Api.
3.3.2 Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Reklame
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2003
tentang Pajak Reklame, dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa
reklame. Adapun rumus Nilai Sewa Reklame (NSR) adalah:
NJOR = (Ukuran Reklame x Harga Dasar Ukuran Reklame) +
(Ketinggian Reklame x Harga Dasar Ketinggian Reklame)
NSPR = (NFR + NSP + NFJ) x Harga Dasar NSPR
Keterangan:
NJOR = Nilai Jual Objek Reklame merupakan keseluruhan pembayaran
atau pengeluaran biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pemilik
dan/atau penyelenggara reklame termasuk dalam hal ini adalah
biaya/ harga beli bahan reklame, konstruksi, instalasi listrik,
pembayaran atau ongkos perakitan, pemancaran, peragaan,
penayangan, pengecetan, pemasangan dan transportasi
pengangkutan dan lain sebagainya sampai dengan bangunan
reklame selesai, depancarkan, diperagakan, ditayangkan dan/atau
terpasang ditempat yang telah diijinkan. Besarnya NJOR dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
NSPR = Nilai Strategis Pemasangan Reklame adalah ukuran nilai yang
ditetapkan pada titik lokasi pemasangan reklame berdasarkan
kriteria kepadatan pemanfaatan tata ruang kota untuk berbagai
aspek kegiatan. Besarnya NSPR dapat dilihat pada Tabel 3.2.
NFR = Nilai Fungsi Ruang didapat dengan mengalikan bobot sebesar
60% dengan skor. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2.
NSP = Nilai Sudut Pandang didapat dengan mengalikan bobot sebesar
25% dengan skor. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2.
NFJ = Nilai Fungsi Jalan didapat dengan mengalikan bobot sebesar
15% dengan skor. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Bagi semua objek pajak reklame yang mempromosikan rokok dan
minuman beralkohol sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
maka akan dikenakan tambahan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari nilai
sewa reklame.
Besarnya pajak reklame dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak
reklame dengan dasar pengenaan pajak yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pajak Reklame = Tarif Pajak Reklame x Dasar Pengenaan Pajak
Menurut Peraturan Walikota Bandung Nomor 407 Tahun 2007
sebagaimana telah diubah terakhir menjadi Peraturan Walikota Bandung Nomor
054 tahun 2010 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Reklame dan Peraturan Daerah
Kota Bandung Nomor 17 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah terakhir menjadi
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan
Reklame, yang dimaksud tinggi reklame adalah jarak antara ambang paling atas
bidang reklame dari permukaan tanah rata-rata atau bidang atap datar/plat beton
dan sejenisnya yang memenuhi kelayakan konstruksi tempat kedudukan peletakan
konstruksi reklame. Adapun masa pajak adalah jangka waktu tertentu yang
lamanya sama dengan jangka waktu penyelenggaraan reklame. Masa pajak untuk
setiap jenis reklame sesuai dengan Keputusan Walikota Bandung Nomor 1133
tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.1
Nilai Jual Objek Reklame
No Jenis Reklame
Nilai Jual Objek Reklame (NJOR) Harga
Dasar
Videotron 1.500.000 2.000.000 2.500.000 /m2 200.000/m
a. Megatron b. Videotron
- Video wall 2.000.000 2.500.000 3.000.000 /m2 200.000/m
- Dinamics Board 1.000.000 1.500.000 2.000.000 /m2 200.000/m
2 Billboard/ Papan
a. bando Jalan/JPO 1.500.000 2.000.000 2.500.000 /m2 100.000/m
Leafleat Folio
5 Berjalan/kendaraan 3.500.000 /m2
6 Melekat
b. Tidak Permanen 10.000 /Lokasi
9 Film/slide 1.000 /10 dtk
10 Peragaan
a. Permanen 50.000 /Lokasi
b. Tidak Permanen 30.000 /Lokasi
Sumber: Keputusan Walikota Bandung Nomor 1133 Tahun 2003
Tabel 3.2
Nilai Strategis Pemasangan Reklame Nilai Strategis Pemasangan Reklame (NSPR)
Nilai Fungsi Ruang Nilai Fungsi Jalan Nilai Sudut Pandang Bobot 60% Skor Bobot 15% Skor Bobot 25% Skor
Ukuran Reklame = 50 m2 = Rp 2.500.000 Ukuran Reklame diantara 10-50 m2 = Rp 1.000.000 Ukuran Reklame diantara 3-9,9 m2 = Rp 500.000 Ukuran Reklame = 2,99 m2 = Rp 200.000 Khusus Kain/ Spanduk/ Umbul-umbul/ Banner = Rp 25.000 2. Sudut Pandang dibedakan berdasarkan lokasi titik reklame terhadap jumlah arah arus lalu lintas disekitar perempatan yang dapat ditentukan dari
persimpangan lima, persimpangan empat, jalan dua arah dan jalan satu arah. 3. Untuk Reklame dalam ruangan (indoor), Jumlah Sudut Pandang = 1
Sumber: Keputusan Walikota Bandung Nomor 1133 Tahun 2003
Tabel 3.3 Masa Pajak Reklame
No Jenis Reklame Masa Pajak
1 Megatron/ Videotron: Per-tahun
a. Megatron b. Videotron
- Video Wall Per-tahun
- Dinamics Board Per-tahun
2 Billboard/ Papan:
a. Bando Jalan /JPO Per-tahun
b. Papan/ Neon Sign/ Neon Per-tahun
c. Baligo Per-hari
3 Kain/ Spanduk/ Umbul-umbul/ Banner Per-hari
4 Selebaran/ Brosur/ Leafleat Per-Penyelenggaraan
5 Berjalan/ Kendaraan Per-tahun
6 Melekat:
a. Poster/ Melekat/ Striker Per-bulan
b. Timplate Per-bulan
7 Udara/ Balon Per-bulan
8 Suara
Tarif Pajak Reklame untuk kota Bandung yang ditetapkan berdasarkan
Undang-undang R.I. No. 28 Tahun 2009 yang merupakan perubahan atas
Undang-undang RI No 24 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
serta Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2003 adalah sebesar 25%.
Mekanisme Pajak
Wajib pajak harus memahami tentang pengertian, fungsi, kedudukan,
kegunaan, proses pembayaran, dan perhitungan reklame yang menjadi tanggung
jawabnya. Dalam hal ini adalah penyelenggara perusahaan jasa periklanan atau
pemasangan reklame (advertising) dan pengusaha pemilik perusahaan pengguna
jasa periklanan atau jasa advertising.
Mekanisme pemungutan, penyetoran dan pelaporan pajak reklame ada
pada pengusaha pengguna jasa reklame dan pengusaha pengelola jasa reklame.
Agar dalam pelaksanaan pembayaran dan pengelolaan pajak tidak menimbulkan
satu urusan yang berkenaan dengan sanksi administrasi dan sanksi pidana, karena
pelanggaran yang berkenaan dengan pajak dapat dikenakan KUHP. Masyarakat
pun harus mengetahui macam-macam pajak yang ada di Indonesia. Komponen
yang menentukan potensi reklame (Kesit Bambang Prakoso, 2005:151) adalah:
1. Jumlah reklame
b. Tidak Permanen Per-Penyelenggaraan
9 Film/ Slide Per-bulan
10 Peragaan
a. Permanen Per-bulan
2. Luas atau ukuran reklame
3. Jumlah dari atau waktu pemasangan
4. Tarif
Sedangkan potensi reklame non selebaran atau sejenisnya adalah:
Jumlah reklame dikalikan ukuran/luas, dikalikan dengan jumlah hari dikalikan
tarif atau (Kesit Bambang Prakoso, 2005:151)
PPRk = R x S x D x Pr
Keterangan: PPrk : Potensi reklame
R : Jumlah reklame
S : Ukuran/ Luas reklame
D : Jumlah hari
Pr : Tarif reklame
3.3.3 Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Reklame
Menurut Peraturan Walikota Bandung Nomor 389 Tahun 2012 tentang
Tata Cara Pemungutan Pajak reklame, yaitu:
1. Pemungutan Pajak Reklame dilarang diborongkan.
2. Hasil pemungutan pajak merupakan penerimaan daerah dan disetor ke Kas
Daerah.
3. Kegiatan penghitungan besarnya pajak terutang, pengawasan, penyetoran
pajak, dan penagihan pajak dilarang dikerjasamakan dengan pihak ketiga.
4. Dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), adalah
penerapan teknologi informasi, pencetakan formulir perpajakan,
pengiriman surat kepada wajib pajak atau penghimpun data objek dan
subjek pajak.
Tata Cara Pendaftaran
1. Setiap wajib pajak yang baru wajib mendaftarkan diri dan/atau
melaporkan usahanya kepada Dinas dengan menggunakan formulir
pendaftaran wajib pajak.
2. Formulir pendaftaran wajib pajak dapat diperoleh wajib pajak atau
penanggung pajak dengan cara:
a. Mengambil sendiri ke Dinas;
b. Dikirim oleh petugas dinas; atau
c. Mengakses secara online pada situs Dinas.
3. Formulir wajib pajak wajib diisi dan ditulis dengan benar, jelas dan
lengkap serta ditandatangani oleh wajib pajak atau penganggung pajak
dengan melampirkan nota pengantar perhitungan pajak.
4. Terhadap wajib pajak yang telah mendaftarkan diri dan melaporkan
usahanya diberikan NPWPD.
Menurut Peraturan Walikota Bandung Nomor 389 Tahun 2012 tentang
Pemungutan Pajak reklame pasal 9. Tata cara pembayaran pajak reklame yaitu:
1. Pembayaran pajak dilakukan pada Kas Daerah atau Bendahara Penerima
atau tempat lain yang ditunjuk oleh Walikota sesuai waktu yang
2. Apabila pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil
pembayaran pajak harus disetor ke Kas Daerah paling lambat 1 x 24 (satu
kali dua puluh empat) jam.
3. Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
dilakukan dengan menggunakan SSPD atau dokumen lain yang
dipersamakan, serta harus dibayar sekaligus atau lunas.
4. Pajak terutang dalam SKPD atau STPD wajib dibayar sekaligus dimuka
paling lambat 15 (lima belas) hari kalender setelah tanggal diterbitkan
SKPD.
5. Pajak terutang dalam SKPD atau STPD yang tidak atau kurang dibayar
setelah jatuh tempo pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
sebulan dan ditagih dengan STPD.
6. Apabila batas waktu pembayaran jatuh pada hari libur maka batas waktu
pembayaran jatuh pada hari kerja berikutnya.
Menurut Peraturan Walikota Bandung Nomor 389 Tahun 2012 tentang
Pemungutan Pajak reklame pasal 10. Tata cara Penagihan pajak reklame yaitu:
1. Tahapan pelaksanaan penagihan pajak terutang yang tidak atau kurang
bayar setelah jatuh tempo pembayaran diatur sebagai berikut:
a. Surat Peringatan atau Surat Teguran sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari kalender
b. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak tanggal surat
peringatan atau surat teguran atau surat lain yang sejenis, Wajib
Pajak harus melunasi pajak yang terutang;
c. Surat peringatan atau surat teguran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, diberikan sebanyak 3 (tiga) kali;
d. Dalam jumlah pajak yang belum dibayar tidak dilunasi dalam
jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam surat peringatan atau
surat teguran atau surat lain yang sejenis, Kepala Dinas menerbitkan
surat paksa setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari kalender sejak
surat peringatan atau surat teguran atau surat lain yang sejenis.
2. Dengan surat paksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa tidak mengakibatkan
penundaan hak Wajib Pajak mengajukan keberatan pajak serta
mengajukan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan
penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi.
Dan di dalam Pasal 11 juga dikatakan, bahwa:
1. Penagihan pajak dapat dilakukan seketika dan sekaligus tanpa menunggu
jatuh tempo pembayaran apabila:
a. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak akan meninggalkan Daerah
untuk selama-lamanya;
b. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak memindahkan barang yang
mengecilkan kegiatan perusahaan atau pekerjaan yang dilakukan di
Daerah;
c. Terdapat tanda-tanda bahwa Wajib Pajak atau Penanggung Pajak
akan membubarkan badan usahanya atau menggabungkan usahanya
atau memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau
dikuasainya atau melakukan perubahan bentuk lainnya;
d. Terjadi penyitaan atas barang Wajib Pajak atau Penanggung Pajak
oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.
2. Kepala Dinas menetapkan jadwal waktu tindakan penagihan pajak yang
menyimpang dari jadwal waktu yang telah ditentukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dengan memperhatikan situasi dan kondisi
48
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1Kesimpulan
Reklame memberikan keuntungan dan kedudukan sosial ekonomi yang
lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau
memperoleh manfaat, daripadanya, dan oleh karena itu wajar apabila mereka
diwajibkan memberikan sebagian dari manfaat yang diperolehnya kepada
Negara melalui pajak.
1. Bentuk reklame yang ditarik pajak atau dikenai pajak di kota Bandung
diatur menurut Peraturan Daerah No 20 Tahun 2011 adalah Reklame
Papan/billboard/videotron/megatron, Reklame Kain, Reklame Melekat,
Reklame Selebaran, Reklame Kendaraan, Reklame Udara, Reklame
Filme/slide, Reklame Peragaan dan Reklame Tembok.
2. Dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame dengan rumus
NSR = NJOR + NSPR. Dimana NJOR di dapat dari (ukuran reklame x
harga dasar ukuran reklame) + (ketinggian reklame x harga dasar
ketinggian reklame). Dan NSPR di dapat dari (NFR + NSP + NFJ) x harga
dasar NSPR. Tarif penyelenggaraan reklame adalah 25%. Besarnya pajak
reklame dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak reklame dengan
dasar pengenaan pajak yang dapat dirumuskan dengan Pajak Reklame =
3. Pembayaran pajak reklame yang diselenggarakan baik oleh orang pribadi
atau badan penyelenggara reklame dibayarkan melalui Dinas Pendapatan
Daerah dan hasil pemungutan pajak merupakan penerimaan daerah dan
disetor ke Kas Daerah. Pembayaran pajak dilakukan pada Kas Daerah atau
Bendahara Penerima atau tempat lain yang ditunjuk oleh Walikota sesuai
waktu yang ditentukan dalam SKPD atau STPD. Penagihan pajak dapat
dilakukan seketika dan sekaligus tanpa menunggu jatuh tempo
pembayaran yang sesuai dengan pasal 11 peraturan walikota bandung
nomor 389 tahun 2012 tentang tata cara pemungutan pajak reklame.
4.2Saran
1. Perlu dilakukannya sosialisasi kepada masyarakat mengenai
penyelenggaraan reklame yang dikenai pajak melalui media masa
sehingga masyarakat menyadari untuk membayar pajak reklame dan tidak
sembarang memasang reklame tanpa membayar pajak reklame.
2. Karena dalam pemasangan reklame sering menggunakan jasa advertising,
maka kepada pengelola pajak reklame diharapkan agar lebih tegas dalam
pengawasan pemasangan, sesuai atau tidak dengan perijinan.
3. Kepada pribadi atau badan penyelenggara reklame diharapkan untuk lebih
memperhatikan mekanisme pembayaran pajak reklame dan bisa lebih