Konsumen Baik Hanya Tertarik Beli yang Baik
Perkebunan kelapa sawit memang menjadi satu dari sekian banyak
bisnis yang paling menjanjikan di Indonesia. Luasan lahan gambut salah
satunya di Pulau Kalimantan kerap menjadi sasaran perkebunan beribu
hektar sawit. Aneka ragam hasil produk berasal dari sawit. ‘Di Indonesia
hampir semua bahan makanan digoreng, bahkan daging yang kandungan
lemaknya tinggi saja pun digoreng.
Sejak zaman dulu kelapa melimpah sehingga semua makanan
digoreng, demikian juga sekarang produksi minyak sawit melimpah,
sehingga kebiasaan menggoreng makanan terus berlanjut. Faktanya
konsumsi terbesar yang paling familiar di kalangan ibu rumah tangga dan
pebisnis kuliner adalah minyak goreng yang biasa digunakan untuk
mengolah makanan. Sayangnya, dampak positif dan negatif kelapa sawit jika
ditinjau lebih lanjut seperti dua sisi pada satu koin mata uang. Selain sangat
bermanfaat juga tidak terlepas dari dampak negatif yang diakibatkan
produktivitasnya. Seperti yang kita ketahui bahwa banyak fakta yang
menunjukkan adanya perluasan lahan untuk keperluan perkebunan sawit
selain mengancam ekosistem dan habitat penghuni asli juga sering memicu
konflik masyarakat.
Permasalahan dari segi biologis dan sosilogis tersebut dilengkapi pula
bidang perkebunan minyak sawit, dalam memenuhi standar RSPO
(Roundtable of Sustainable Palm Oil) atau Prinsip-prinsip Organisasi Kelapa
Sawit Berkelanjutan. Apakah yang dimaksud dengan RSPO? RSPO adalah
suatu konferensi atau perundingan para pemangku kepentingan untuk
menciptakan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan. Inisiasi tersebut
dilatarbelakangi oleh banyaknya pembukaan lahan untuk perkebunan yang
dilakukan dengan tidak bertanggungjawab.
Adapun ke-delapan prinsip RSPO1 adalah komitmen perusahaan
terhadap transparansi, mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku,
komitmen terhadap kelayakan ekonomi dan keuangan jangka panjang,
penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik, tanggung
jawab lingkungan dan konservasi kekayaan alam dan keanekaragaman
hayati, pertimbangan bertanggung jawab atas karyawan, individu, dan
komunitas yang terkena dampak perkebunan dan pabrik, pengembangan
perkebunan baru yang bertanggung jawab, dan komitmen terhadap
perbaikan yang dilakukan terus menerus terhadap wilayah utama aktivitas
perusahaan. Adanya RSPO menunjukkan adanya keinginan dari pemerintah
maupun perusahaan untuk turut berperan dalam pelestarian lingkungan di
tengah arus ekonomi dan pembangunan yang semakin pesat. Upaya yang
datang dari pelaku usaha dan pemerintah tersebut sepatutnya didukung
1http://www.rspo.org/files/resource_centre/RSPO%20Criteria%20Final
pula oleh konsumen sebagai pasar terbesar bagi bisnis perkebunan kelapa
sawit.
Sebagai konsumen apa yang harus kita lakukan untuk turut berperan
dalam memperkecil celah akibat buruk dari berbagai pemanfaatan sawit?
Beberapa cara yang dapat kita lakukan sebagai seorang konsumen adalah;
Pertama, menyadari bahwa peran kita sebagai individu yang dibutuhkan
oleh perusahaan produksi minyak goreng. Kenapa? Masih ingat kan dengan
slogan “pembeli adalah raja” ? Karena peran sebagai individu adalah sama
dengan peran sebagai seorang konsumen, bayangkan konsumen yang
tersebar di seluruh Indonesia jika dikelompokkan menjadi satu. Mungkin
jumlahnya cukup untuk membangun puluhan bahkan ratusan pabrik produksi
minyak goreng. Sebagai konsumen, perusahaan tersebutlah yang
membutuhkan kita sebagai pasar bagi mereka, sehingga apabila kita tidak
membeli produk yang mereka produksi, maka mereka akan kehilangan pasar
sebagai sumber penghasilan utama. Kedua; belajarlah menjadi konsumen
bijak. Bagaimana caranya? Sangat mudah. Pada masyarakat Eropa untuk
menjadi konsumen bijak dicontohkan dengan tidak membeli produk-produk
yang tidak pro -lingkungan. Hal tersebut bahkan pernah terjadi pada produk
Indonesia. Saat itu beberapa perusahaan ternama, Unilever, pernah menolak
menggunakan bahan produksi kelapa sawit dari perusahaan Indonesia yang
tidak memenuhi standar RSPO. So, apa salahnya kita mencontoh hal
alasan bagi kita sebagai konsumen lokal untuk masih bersikap skeptis? Yuk,
mulai sekarang jangan membeli produk minyak goreng dari perusahaan
produksi yang tidak memenuhi standar RSPO.
Mungkin di antara kita masih ada yang berpikir bahwa harga murah
adalah segalanya sedangkan kualitas adalah nomor sekian dan yang paling
penting sama-sama bisa digunakan. Wah ngeri juga yaa.. ingat loh kita
hanya menumpang di bumi ini, selanjutnya akan ada anak cucu kita nanti
yang akan menumpang hidup di bumi ini. Bahkan dalam peraturan
perundang-undangan dikenalkan pula prinsip keadilan antar generasi.
Prinsip Keadilan Antar Generasi (Intergenerational Equity) didasari
sumber daya alam yang ada di bumi ini adalah sebagai titipan (in trust) untuk
dipergunakan generasi yang akan datang. Setiap generasi merupakan
penjaga dari planet bumi ini untuk kemanfaatan generasi berikutnya dan
sekaligus sebagai penerima manfaat dari generasi sebelumnya. Intinya
adalah kekayaan alam yang digunakan oleh generasi kita saat ini bukanlah
milik kita, namun kita pinjam dari anak dan cucu kita. Yuk, mulai besok jika
melihat kemasan minyak goreng, pastikan dahulu minyak goreng tersebut
diproduksi oleh perusahaan yang yang memenuhi standar RSPO. Sekadar
informasi, sebagaian besar perusahaan kelapa sawit di Indonesia telah
mendapatkan sertifikat ISO 90001 dan 14001. Beberapa diantaranya yang
telah mendapatkan RSPO antara lain2 PT. Musim Mas, PT. PP London
Sumatera Indonesia, Tbk, PT. Hindoll, PTPN III, PT Bakrie Sumatera
Plantation, PT. Agrowiratama, PT. Berkat Sawit Sejati, dan beberapa lainnya.
Data perusahaan anggota RSPO tersebut sering-sering diperiksa yah
sebelum membeli produk. Keluar rupiah lebih sedikit banyak tidak masalah
dari pada turut serta dalam kerusakan lingkungan. Konsumen yang bijak