• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efisiensi Pada Usahatani Ubikayu Di Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efisiensi Pada Usahatani Ubikayu Di Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

EFISIENSI PADA USAHATANI UBIKAYU

DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

PROVINSI LAMPUNG

NUNI ANGGRAINI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Efisiensi pada

Usahatani Ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain pada tesis ini telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada daftar pustaka di bagian akhir tesis.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2015

(3)

RINGKASAN

NUNI ANGGRAINI. Efisiensi pada Usahatani Ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. (HARIANTO sebagai ketua, LUKYTAWATI ANGGRAENI sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Komoditas ubikayu di indonesia merupakan komoditas tanaman pangan terbesar kedua dari sisi produksi dengan pangsa produksi sebesar 20.67 persen setelah komoditas padi pada tahun 2012. Salah satu daerah penghasil ubikayu di Indonesia adalah Provinsi Lampung dengan sentra produksinya berada di Kabupaten Lampung Tengah. Apabila dilihat dari sisi produktivitasnya, produktivitas ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah masih rendah. Menurut Kementerian Pertanian (2012), produktivitas potensial ubikayu di Provinsi Lampung dapat mencapai 35-60 ton/ha. Sementara produktivitas ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah baru mencapai 25.78 ton/ha meskipun produktivitas ini sudah lebih tinggi dari produktivitas ubikayu nasional. Hal ini mengindikasikan belum efisiennya pengalokasian faktor-faktor produksi dan kurang memadainya kemampuan petani dalam mengelola usahataninya.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah, (2) menganalisis tingkat efisiensi teknis, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomi usahatani ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah, dan (3) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi pada usahatani ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian ini dilakukan di sentra produksi utama ubikayu Provinsi Lampung, yaitu Kabupaten Lampung Tengah. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling terhadap 78 petani ubikayu. Metode analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubikayu, tingkat efisiensi teknis, dan inefisiensi teknis menggunakan model fungsi produksi stochastic frontier dengan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE). Tingkat efisiensi alokatif dan ekonomi dianalisis dengan menggunakan fungsi biaya dual frontier, sedangkan faktor inefisiensi alokatif dan ekonomi dianalisis menggunakan model tobit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah adalah luas lahan, jumlah bibit, pupuk N, dan pupuk K. Variabel yang memiliki nilai koefisien atau elastisitas tertinggi adalah luas lahan, yang berarti bahwa produksi ubikayu sangat responsif terhadap penggunaan lahan. Usahatani ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah belum efisien baik secara teknis, alokatif maupun ekonomi dengan rata-rata nilai efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi masing-masing sebesar 0.69, 0.71, dan 0.47. Hal ini mengindikasikan bahwa petani ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah belum secara optimal dalam mengalokasikan penggunaan input pada tingkat biaya yang minimum. Faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap inefisiensi teknis adalah umur petani, umur panen, jumlah anggota keluarga, dna akses kredit. Faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap inefisiensi alokatif adalah jarak lahan ke pabrik, sedangkan jumlah anggota keluarga dan akses kredit berpengaruh terhadap inefisiensi ekonomi.

(4)

SUMMARY

NUNI ANGGRAINI. Efficiency of Cassava Farming in Central Lampung Regency Lampung Province. (HARIANTO as leader, LUKYTAWATI ANGGRAENI as a member of the supervising commission).

Cassava in Indonesia is the second largest food crop in terms of production after paddy in 2012. Share of cassava production in Indonesia is 20,67%. One of the cassava producing areas in Indonesia is Lampung Province with production centers in Central Lampung Regency. However, when seen in terms of productivity, the productivity of cassava in Central Lampung Regency is relatively low. According to the Ministry of Agriculture (2012), the potential productivity of cassava in Lampung Province could reach 35-60 tonnes/ha. While the productivity of cassava in Central Lampung Regency reached 25.78 tonnes/ha, although productivity has been higher than the national cassava productivity. It indicates the allocation of production factors is not efficient and the ability of farmers to manage their farming inadequate.

This research aims to : (1) analyze the factors that influence the cassava production in Central Lampung Regency, (2) measure the level of technical, allocative and economic efficiencies of cassava farming in Central Lampung Regency, (3) identify the factors that influence the technical, allocative and economic inefficiencies of cassava farming in Central Lampung Regency. This research was conducted in cassava production center in Lampung Province, namely Central Lampung Regency. A simple random sampling technique was used to select 78 cassava farmers. This research was used the Cobb-Douglas stochastic frontier production function with Maximum Likelihood Estimation procedure to estimate the coefficients of the parameters of the production function and also to predict technical efficiencies of the farmers. The level of allocative and economic efficiencies were analyzed using the dual frontier cost function, whereas the factors that influence the allocative and economic inefficiencies were analyzed using tobit models.

The results showed that the factors affecting the cassava production in Central Lampung Regency were land, seeds used, N fertilizer, and K fertilizer. The variables that have the highest elasticity value is the land area, which means that the production of cassava is very responsive to the use of land. The level of technical, allocative and economic efficiencies of cassava farming were inefficient with average technical, allocative and economic efficiencies value respectively of 0.69; 0.71; and 0.47. This indicates that cassava farmers in Central Lampung regency has not been optimally allocate the use of inputs at the level of the minimum cost. The results also showed that Age of farmer, the time of harvest, household size, and access to credit were statistically significant technical inefficiency factors. Socio-economic variables that significantly affect the allocative inefficiency was distance from the fields to the factory, while the household size and access to credit affect economic inefficiency.

(5)

© Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)

EFISIENSI PADA USAHATANI UBIKAYU

DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

PROVINSI LAMPUNG

NUNI ANGGRAINI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Penguji Luar Komisi Pembimbing : Dr Alla Asmara, SPt MSi

(8)
(9)

PRAKATA

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga Tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih pada penelitian adalah tentang efisiensi usahatani dengan judul Efisiensi pada

Usahatani Ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. Tesis ini disusun sebagai tugas akhir dari tugas belajar pada Program Magister Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak atas bantuan dan dukungan sehingga tesis ini dapat terselesaikan yaitu kepada:

1. Dr Ir Harianto, MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Dr Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si sebagai Anggota Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan koreksi dan telah membimbing dengan baik serta memberikan banyak masukan demi kesempurnaan tesis ini.

2. Dr Ir Alla Asmara, SPt, MSi selaku penguji Luar Komisi dan Prof Dr Ir Sri Hartoyo, MS selaku penguji Wakil Komisi Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian atas semua pertanyaan, masukan dan saran untuk perbaikan yang diberikan kepada penulis.

3. Prof Dr Ir Sri Hartoyo, MS selaku ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis menempuh pendidikan.

4. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor atas segala ilmu yang diberikan selama proses perkuliahan dan Insya Allah ilmu yang telah diberikan akan menjadi bekal dan diamalkan oleh penulis. Begitu juga kepada Kepala Tata Usaha Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian beserta staff atas pelayanan akademik dan kemahasiswaan.

5. Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia atas kesempatan dan dukungan beasiswa BPPDN pendidikan Program Megister di IPB.

6. Pengahargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada keluarga yaitu orang tua penulis Bapak Syamsudin dan Ibu Siti Mrehati, Kakanda Hidayat Saputra SP, M.Si dan adikku Desi Setiawati, S.H, Susi Wulan Sari dan Koharudin atas doa, semangat dan kasih sayang yang tak terhingga.

7. Sahabatku Rini Desfaryani, Ahmad Zainudin, Ahmad Fanani, Gita Vinanda, Joko Adrianto, Moh. Ibrahim, Stevana Astra Jaya, Pebriani Komba yang sudah menjadi sahabat, memberikan dukungan serta semangat dan menjadi keluarga di Bogor.

8. Teman-teman Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) khususnya S2 angkatan 2013 dan juga kepada teman-teman S3 EPN 2012 yang telah berbagi ilmu, berdiskusi dan belajar bersama selama mengikuti kuliah.

Semoga tesis ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dan yang

memerlukannya untuk kepentingan yang lebih baik.

Bogor, Oktober 2015

(10)

DAFTAR ISI

Analisis fungsi produksi stochastic frontier 21 Analisis efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi 22 Analisis inefisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi 24 Analisis pendapatan usahatani ubikayu

Penggunaan Input dan Produksi Usahatani Ubikayu 42

Pendapatan Usahatani Ubikayu 45

5 ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI USAHATANI UBIKAYU

Pendugaan Fungsi Produksi Ubikayu dengan Metode OLS dan MLE

49

Efisiensi Teknis, Alokatif, dan Ekonomi Petani Ubikayu 52

Inefisiensi Teknis Petani Ubikayu 54

(11)

6 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 59

Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 60

LAMPIRAN 65

(12)

DAFTAR TABEL

1 Luas panen, produksi dan produktivitas ubikayu beberapa sentra

di Indonesia Tahun 2012 2

2 Luas panen, produksi dan produktivitas ubikayu menurut

kabupaten di Lampung Tahun 2012 4

3 Penyebaran luas lahan menurut penggunaannya di Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2012 30

4 Jumlah penduduk menurut lapangan pekerjaan utama dan jenis

kelamin di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012 31

5 Luas panen, produksi dan produktivitas tanaman pangan di

Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012 31

6 Luas panen, produksi dan produktivitas ubikayu menurut

kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2013 32 7 Sebaran petani responden berdasarkan umur di Kabupaten

Lampung Tengah 33

8 Sebaran petani responden berdasarkan pendidikan di Kabupaten

Lampung Tengah 34

9 Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman di Kabupaten

Lampung Tengah 34

10 Sebaran petani responden berdasarkan jumlah tanggungan

keluarga di Kabupaten Lampung Tengah 35

11 Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan garapan dan

status kepemilikan lahan di Kabupaten Lampung Tengah 35 12 Keanggotaan petani responden dalam kelompok tani di Kabupaten

Lampung Tengah 36

13 Rata-rata jumlah kredit petani ubikayu berdasarkan skala usaha di

Kabupaten Lampung Tengah 38

14 Penggunaan input dan produksi usahatani ubikayu di Kabupaten

Lampung Tengah 42

15 Rata-rata harga input dan produksi usahatani ubikayu di

Kabupaten Lampung Tengah 45

16 Rata-rata penerimaan, biaya, dan pendapatan per hektar per musim

usahatani ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2015 47 17 Pendugaan fungsi produksi frontier dengan metode pendugaan

MLE ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah 50

18 Sebaran hasil efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi petani ubikayu

di Kabupaten Lampung Tengah 52

19 Hasil pendugaan parameter model efek inefisiensi teknis fungsi produksi stochastic frontier petani ubikayu di Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2015 54

20 Faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi alokatif dan

(13)

DAFTAR GAMBAR

1

2 3 4 5

Luas panen, produksi dan produktivitas ubikayu di Lampung Tahun 2004-2013

Pengukuran efisiensi teknis dan alokatif orientasi input Konsep efisiensi teknis dan alokatif orientasi output Fungsi produksi stochastic frontier

Kerangka konseptual penelitian

3 10 11 13 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil pendugaan parameter fungsi produksi ubikayu di kabupaten

Lampung Tengah dengan metode OLS model 1 67

2 Hasil pendugaan parameter fungsi produksi ubikayu di kabupaten

Lampung Tengah dengan metode OLS model 2 68

3 Hasil pendugaan fungsi produksi dan inefisiensi teknis usahatani ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah dengan metode MLE

menggunakan program Frontier 4.1 69

4 Perhitungan nilai efisiensi alokatif dan ekonomi usahatani ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah dengan menggunakan fungsi dual

frontier 75

5

6

Rata-rata nilai efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi berdasarkan skala usaha

Hasil pendugaan parameter inefisiensi alokatif usahatani ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah dengan menggunakan model Tobit

76

77 7 Hasil pendugaan parameter inefisiensi ekonomi usahatani ubikayu di

(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor ekonomi yang penting kedudukannya di Indonesia sebagai sumber pendapatan masyarakat dan menyediakan lapangan pekerjaan. Data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas harga berlaku menurut sektor usaha pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sektor pertanian menjadi sektor utama kedua yang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Sektor pertanian menyumbang 14.43 persen dari total PDB pada tahun 2013 setelah industri pengolahan (23.69 persen). Melihat pentingnya sektor pertanian, maka diperlukan upaya nyata untuk mengembangkan dan memajukan sektor pertanian secara berkelanjutan (BPS, 2014).

Sektor pertanian secara luas terdiri dari beberapa subsektor yaitu subsektor tanaman pangan, hortikultura, perikanan, kehutanan dan perternakan. Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan wilayah, pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, dan penerimaan devisa. Hal ini terlihat bahwa subsektor tanaman pangan mempunyai kontribusi yang paling besar terhadap PDB sektor pertanian yaitu sebesar 47.43 persen disusul oleh subsektor perikanan (22.26 persen) (BPS, 2014). Sampai saat ini hampir seluruh masyarakat Indonesia masih menjadikan beras sebagai makanan pokok. Oleh karena itu, untuk mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras diperlukan adanya alternatif pangan pengganti beras yang menjadi sumber karbohidrat misalnya ubikayu dalam mewujudkan program diversifikasi pangan.

Seiring berjalannya waktu, ubi kayu tidak hanya digunakan sebagai bahan makanan untuk konsumsi dan bahan baku tapioka melainkan terus dikembangkan untuk industri yang mengembangkan energi nonfosil berupa bioenergi, sebagai pengganti sumber energi bahan bakar minyak. Produk utama yang dihasilkan oleh industri-industri bioenergi antara lain adalah bioetanol atau biofuel. Ubikayu juga memiliki karakteristik yang membuat menarik petani dalam membudidayakannya. Hal ini dikarenakan ubikayu kaya akan karbohidrat, tersedia sepanjang tahun dan lebih toleran terhadap tanah yang memiliki kesuburan yang rendah serta tahan terhadap kekeringan, hama dan penyakit (Aboki et al. 2013).

(15)

Berdasarkan potensi fisik, seperti kesesuaian lahan, iklim, sumber daya manusia, dan tingkat adaptasi teknologi, maka tanaman ubikayu dapat dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia. Data produksi ubikayu di Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan bahwa terdapat empat provinsi yang merupakan sentra produksi ubikayu di Indonesia, yaitu Provinsi Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Provinsi Lampung merupakan sentra produksi ubikayu terbesar di Indonesia. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas panen, produksi, dan produktivitas ubikayu beberapa sentra di Indosesia Tahun 2012

No Propinsi Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

Mengingat potensi pengembangan produk berbasis ubikayu yang cukup luas dan belum jenuhnya potensi pasar ubikayu, baik di dalam maupun di luar negeri, sejalan dengan terus meningkatnya kebutuhan penduduk dan industri, maka pengembangan agribisnis ubikayu di Indonesia umumnya dan di Provinsi Lampung pada khususnya sangat diperlukan. Produksi ubikayu di Provinsi Lampung selama kurun waktu sepuluh tahun (2004-2013) menunjukkan adanya fluktuasi pada luas lahan dan produksinya tetapi produktivitasnya selalu mengalami peningkatan. Penurunan produksi disebabkan karena penurunan luas lahan di beberapa sentra produksi ubikayu di Lampung.

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Luas Panen (ha)

0 5000000 10000000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(16)

Sumber : BPS, 2014

Gambar 1. Luas panen, produksi, dan produktivitas ubikayu di Lampung Tahun 2004-2013

Pada tahun 2012 produksi ubikayu mencapai 8.39 juta ton umbi basah. Produksi ini menyuplai sepertiga produksi ubikayu nasional sehingga menjadikan Provinsi Lampung sebagai penghasil ubikayu terbesar di Indonesia. Produksi ubikayu yang dihasilkan di Lampung merupakan gabungan dari berbagai varietas ubikayu seperti varietas UJ-3 (Thailand), UJ-5 (Cassesart) dan varietas klon lokal. Dua jenis varietas yang banyak ditanam oleh petani adalah varietas UJ-3 (Thailand) dan UJ-5 (Cassesart) dengan rata-rata produktivitas yang bisa dicapai sebesar 35-40 ton/ha (Thailand) dan 45-60 ton/ha (Cassesart) (Kementan, 2012). Populernya ubikayu di Lampung saat ini dikarenakan budidaya ubikayu yang relatif mudah dikembangkan dan cepat terserap di pasar. Selain itu, keberadaan 66 pabrik tapioka yang tersebar di Lampung menjadi penyerap terbesar ubikayu basah di Lampung. Ubikayu di Lampung juga diharapkan menjadi makanan alternatif pengganti beras, dimana telah dikembangkan beras olahan dari ubikayu

yang dinamakan ‘beras siger’.

Kabupaten Lampung Tengah merupakan sentra produksi ubikayu utama di Provinsi Lampung. Pada tahun 2012 produksi ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah sebesar 3.37 juta ton umbi basah atau setara dengan 40.20 persen dari total produksi ubikayu di Provinsi Lampung. Apabila dilihat dari sisi produktivitas, produktivitas tertinggi masih dicapai oleh Kabupaten Mesuji (27.36 ton/ha) sedangkan Kabupaten Lampung Tengah berada pada urutan keenam setelah Kabupaten Mesuji, Tulang Bawang Barat, Tulang Bawang, Lampung Utara, dan Lampung Timur. Produktivitas ubikayu Kabupaten Lampung Tengah yang masih rendah disebabkan oleh keterbatasan penguasaan teknologi produksi, keterbatasan modal usahatani, manajemen budidaya yang belum efisien, serta tidak adanya jaminan pasar yang menyebabkan lemahnya insentif harga yang diterima petani akibat dari posisi tawar (bargaining position) petani terhadap pabrik yang sangat rendah (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2013).

0.00 10.00 20.00 30.00

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Produktivitas (ton/ha)

Produktivitas

c. Produktivitas ubikayu

(17)

Tabel 2. Luas panen, produksi dan produktivitas ubikayu menurut kabupaten di Provinsi Lampung Tahun 2012

No Kabupaten/Kota Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

Permasalahan produktivitas usahatani yang rendah berkaitan erat dengan persoalan efisiensi dalam penggunaan input. Dimana alokasi penggunaan input yang belum sesuai dengan yang dianjurkan. Efisiensi merupakan faktor yang sangat penting dalam penentuan pertumbuhan produktivitas terutama pada pertanian di negara berkembang dimana sumber daya yang terbatas dan kurangnya kesempatan dalam mengembangkan dan mengadopsi teknologi yang lebih baik (Bifarin, 2010). Evaline (2013) menyatakan bahwa efisiensi dapat dicapai dengan baik dengan meminimalkan sumber daya yang dibutuhkan untuk memproduksi output tertentu, atau memaksimalkan output yang dihasilkan dari sumber daya tertentu. Oleh karena itu harus disertai dengan penggunaan sumber daya yang efisien sehingga dapat meningkatkan produktivitas.

(18)

Perumusan Masalah

Ubikayu merupakan komoditi strategis sebagai sumber pendapatan bagi petani yang berperan dalam peningkatan kesejahteraan petani. Ubikayu selain dapat dijadikan bahan pangan juga dimanfaatkan sebagai konsumsi pangan lokal, bahan baku industri, dan pakan ternak. Untuk itu diperlukan adanya skenario dan strategi pencapaian produksi untuk pemenuhan kebutuhan ubikayu dalam negeri, yang akan dilakukan dengan peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam dan optimalisasi pembinaan di daerah sentra produksi maupun daerah pengembangan (Kementan, 2012).

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan usahatani ubikayu Indonesia adalah rendahnya penerapan teknologi, terbatasnya modal usahatani, sempitnya lahan skala usaha, terjadinya fluktuasi produksi dan harga pada saat panen raya dan sifat ubikayu yang mudah rusak. Adanya permasalahan tersebut menyebabkan produktivitas ubikayu yang masih rendah (Darwis et.al. 2008).

Jika dilihat dari sisi produktivitas, produktivitas ubikayu di Provinsi Lampung khususnya di Kabupaten Lampung Tengah masih tergolong rendah. Menurut Kementan (2012), produksi potensial tanaman ubikayu di Provinsi Lampung untuk varietas UJ-3 (Thailand) dan UJ-5 (Cassesart) dapat mencapai rata-rata produktivitas dari varietas tersebut sebesar 35-40 ton/ha (Thailand) dan 45-60 ton/ha (Cassesart), sementara rata-rata produktivitas ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah baru mencapai 25,78 ton/ha meskipun produktivitas ini sudah lebih tinggi dari produktivitas ubikayu nasional. Hal ini mengindikasikan belum efisiennya pengalokasian faktor-faktor produksi dan kurang memadainya kemampuan petani dalam mengelola usahataninya.

Permasalahan produktivitas ubikayu yang masih rendah di Kabupaten Lampung Tengah diduga akibat alokasi penggunaan faktor produksi (input) seperti benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja yang masih belum optimal. Hal ini didukung oleh penelitian Anggraini (2013) yang menunjukkan bahwa rata-rata petani belum secara optimal dalam pengalokasian faktor-faktor produksi dimana penggunaan faktor-faktor produksi oleh petani ubikayu masih belum sesuai dengan anjuran yang telah ditetapkan. Penggunaan rata-rata faktor produksi (input) berupa bibit, pupuk Urea, SP-36, Ponska dan pupuk kandang adalah masing-masing 16 788 stek, 266.89 kg, 59.64 kg, 290.62 kg dan 230.63 kg per hektar. Dosis ini belum sesuai dengan anjuran yaitu bibit 12.500 stek, Urea 200 kg, SP-36 100 kg, Ponska 150 kg, pupuk kandang 5000 kg per hektar. Oleh karena itu, produktivitas ubikayu di Provinsi Lampung khususnya di Kabupaten Lampung Tengah perlu ditingkatkan dengan cara penggunaan input yang optimal dan berkualitas seperti bibit unggul dan pupuk organik. Penggunaan varietas Cassesart dengan sistem tanam double row juga dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan produktivitas ubikayu.

(19)

lingkup yang lebih luas seperti tingkat efisiensi alokatif dan ekonomi juga perlu dilakukan karena selain melihat kombinsi input yang optimal juga perlu memperhitungkan biaya minimum yang dilihat dari harga faktor produksi yang digunakan dan keuntungan yang diperoleh petani. Hal ini didukung oleh penelitian Halil (2013) yang menyatakan bahwa tercapainya efisiensi teknis tidak menjamin tercapainya efisiensi alokatif karena efisiensi alokatif berkaitan dengan harga input.

Penelitian lain yang sudah dilakukan terkait tingkat efisiensi alokatif dan ekonomi usahatani ubikayu (Aboki et al. 2013 dan Ogundari dan Ojo 2007) yang menunjukkan bahwa petani ubikayu di Nigeria sudah efisien baik teknis, alokatif maupun ekonomi yang berarti bahwa petani relatif sangat efisien dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas. Hal ini dikarenakan petani ubikayu telah menggunakan input secara optimal dengan mengkombinasikan input pada tingkat biaya minimum sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum. Pengukuran tingkat efisiensi adalah hal yang penting dalam upaya peningkatan produktivitas karena perluasan areal dan adopsi teknologi baru relatif sulit dilakukan dalam jangka pendek. Pertanyaan yang muncul adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi ubikayu dan bagaimana tingkat efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi yang dicapai oleh petani ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah?

Selain dipengaruhi oleh kombinasi penggunaan input-input produksi maka tingkat efisiensi usahatani ubikayu juga dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi petani yang berasal dari diri petani. Beberapa karakateristik sosial ekonomi petani yang menjadi sumber-sumber inefisiensi adalah umur, pengalaman usahatani, ukuran rumah tangga, tingkat pendidikan, keanggotaan kelompok tani, penyuluhan, akses kredit dan lainnya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan manajerial petani pada produksi ubikayu sehingga akan berpengaruh pada tingkat efisiensi usahatani ubikayu. Oleh karena itu peningkatan efisiensi juga dapat dilakukan dengan memperbaiki kemampuan manajerial petani yang berasal dari diri petani melalui faktor sosial ekonomi.

Penelitian mengenai faktor inefisiensi teknis ubikayu telah dilakukan oleh Ogunniyi et al. 2013, Audu et al. 2013, Ogundari dan Brummer 2011, dan Aboki et al. 2013. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ogunniyi et al. (2013) dan Ogundari dan Brummer (2011) menyebutkan bahwa ketersediaan penyuluhan dapat meningkatkan efisiensi teknis ubikayu dimana penyuluhan dapat membantu petani dalam mengadopsi teknologi baru dan membimbing petani terkait dengan pengguaan sumberdaya. Akan tetapi Aboki et al. (2013) menemukan bahwa ketersediaan penyuluhan meningkatkan inefisiensi teknis.

(20)

sedangkan Oladeebo dan Oluwaranti (2012) menemukan bahwa akses kredit meningkatkan inefisiensi teknis.

Penelitian mengenai faktor inefisiensi ubikayu masih terbatas pada inefisiensi teknis dan belum mengkaji faktor inefisiensi alokatif maupun ekonomi. Kajian mengenai faktor inefisiensi alokatif dan ekonomi juga perlu dilihat karena diduga terdapat perbedaan faktor sosial ekonomi yang akan mempengaruhi kemampuan manajerial petani dalam mengkombinasikan input pada tingkat biaya yang minimum. Penelitian mengenai inefisiensi menunjukkan bahwa perkiraan pada faktor-faktor inefisiensi dapat membantu dalam memutuskan apakah akan meningkatkan efisiensi atau mengembangkan teknologi baru dalam meningkatkan produktivitas. Berdasarkan hal tersebut maka timbul pertanyaan yaitu apakah yang menjadi faktor-faktor inefisiensi pada usahatani ubikayu di Lampung Tengah?

Efisiensi teknis menggambarkan kemampuan dari suatu usahatani memperoleh produksi yang maksimal dari sejumlah input tertentu, sedangkan efisiensi alokatif memperlihatkan bagaimana kemampuan dari suatu usahatani untuk menggunakan proporsi input optimal pada tingkat biaya minimum (least cost combination) dalam menghasilkan output tertentu. Apabila petani dalam mengelola usahatani telah menggunakan kombinasi input secara optimal dan mengkombinasikan input pada tingkat biaya minimum maka tercapai efisiensi ekonomi yang diukur dengan kriteria keuntungan maksimum. Penelitian mengenai efisiensi usahatani ubikayu baik secara teknis, alokatif dan ekonomi serta faktor inefisiensinya perlu dikaji karena selain kombinasi input secara optimal juga memperhitungkan biaya sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal. Selain itu juga perlu dikaji faktor-faktor inefisiensi yang dapat memberikan informasi bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan terkait dengan upaya peningkatan produktivitas ubikayu di Provinsi Lampung sehingga dapat meningkatkan output serta pendapatan yang diperoleh oleh petani ubikayu.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah.

2. Menganalisis efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi petani ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor inefisiensi teknis, alokatif dan ekonomi di Kabupaten Lampung Tengah.

Ruang Lingkup Penelitian dan Keterbatasan Penelitian

(21)

ekonomi serta faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani ubikayu. Data yang digunakan adalah data cross section. Jenis ubikayu dalam penelitian ini hanya meneliti jenis varietas cassesart. Pengukuran efisiensi dalam penelitian ini hanya dilakukan dari sisi input.

(22)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teoritis

Produksi dan fungsi produksi

Menurut Pindyck and Rubinfeld (1999), produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam berproduksi diperlukan sejumlah input, dimana umumnya input yang diperlukan adalah kapital, tenaga kerja dan teknologi. Dengan demikian terdapat hubungan antara produksi dengan input, yaitu output maksimal yang dihasilkan dengan input tertentu atau disebut fungsi produksi.

Fungsi produksi menjelaskan hubungan teknis yang mentransformasikan input atau sumberdaya menjadi output atau komoditas (Debertin 1986). Menurut Coelli et al. (1998) fungsi produksi menerangkan hubungan teknis antara input dan output pada suatu proses produksi. Secara matematis bentuk umum fungsi produksi dapat dirumuskan:

Y = f (X1, X2, …, Xn ) ... (2.1)

Dimana Y merupakan jumlah produksi yang dihasilkan atau output dari penggunaan masukan input, sedangkan X1, X2, …, Xn merupakan faktor-faktor

produksi atau input yang digunakan untuk menghasilkan output.

Ada beberapa fungsi produksi yang selama ini dikenal dan digunakan dalam penelitian. Salah satunya adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Bentuk umum fungsinya adalah :

Y = 0X1 1X2 β ... Xn neu ... (2.2)

Pendugaan akan lebih mudah jika fungsi produksi Cobb-Douglas ditransformasikan kedalam bentuk logaritma natural menjadi :

δn Y = ln 0+ 1lnX1+ 2lnX2 + ... + nlnXn + u ln e ... (2.3)

Konsep Efisiensi Produksi

Farrell (1957) dalam Coelli et al. (1998) memperkenalkan bahwa efisiensi terdiri dari efisiensi teknis (Technical Efficiency-TE) yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan output maksimum dari penggunaan suatu set input (bundle). Efisiensi teknis berhubungan dengan kemampuan suatu perusahaan untuk berproduksi pada kurva frontier isoquant. Seorang petani secara teknis dikatakan lebih efisien dibandingkan dengan petani lainnya jika dengan penggunaan jenis dan jumlah input yang sama menghasilkan output secara fisik yang lebih tinggi. Efisiensi alokatif (Allocative Efficiency-AE) adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menggunakan input pada proporsi yang optimal pada harga dan teknologi produksi tertentu (given). Gabungan kedua efisiensi ini disebut efisiensi ekonomi (Economic Efficiency-EE) atau disebut juga efisiensi total.

(23)

informasi harga input dan sebuah kurva isoquant yang menunjukkan kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output secara maksimal. Pendekatan dari sisi output merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat sejauh mana jumlah output secara proporsional dapat ditingkatkan tanpa mengubah jumlah input yang digunakan.

Gambar β menjelaskan tentang konsep pengukuran efisiensi. Kurva SS’

merupakan isoquant frontier yang menggambarkan kombinasi input minimum untuk menghasilkan output satu unit yang secara teknis paling efisien. Jika untuk menghasilkan output satu unit digunakan kombinasi input pada titik P maka kombinasi input tersebut dikatakan secara teknis tidak efisien. Kombinasi input yang secara teknis efisien adalah di titik Q. Tingkat efisiensi teknis pada penggunaan kombinasi input adalah OQ/OP. Jika rasio harga-harga input X1 dan

X2ditunjukkan oleh garis AA’ maka kombinasi input pada titik Q secara alokatif belum efisien. Efisiensi alokatif dapat ditentukan jika garis AA’ menyinggung kurva isoquant SS’ yaitu pada titik Q’. Efisiensi alokatif terjadi jika untuk

menghasilkan satu unit output digunakan biaya yang terendah yaitu pada garis

AA’ (isocost) seperti yang ditunjukkan pada kombinasi input di titik Q’ atau R sehingga kombinasi input di titik Q sudah efisien secara teknis tetapi belum efisien secara alokatif. Hal ini disebabkan untuk menghasilkan satu unit output masih dapat digunakan kombinasi input yang biayanya terendah yaitu titik R. Berdasarkan uraian di atas maka efisiensi alokatif adalah OR/OQ. Oleh karena

titik R tau Q’ secara teknis dan alokatif efisien maka efisiensi ekonomi adalah

perkalian antara efisiensi teknis dengan efisiensi alokatif yaitu sebesar OR/OP.

Sumber : Farrell (1957)

Gambar 2. Pengukuran efisiensi teknis dan alokatif orientasi input

Coelli et al. (1998) pengertian konsep efisiensi dapat melalui pendekatan output, diilustrasikan menggunakan Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) pada Gambar 3. Diagram pada Gambar 3 menggambarkan fungsi produksi dengan dua output (y1 dan y2) dengan satu input (x). Pada tingkat teknologi tertentu kurva kemungkinan produksi digambarkan dengan garis ZZ’, kurva isorevenue

(24)

diperoleh. Efisiensi Alokatif yang diperoleh sebesar OB/OC. Efisiensi ekonomi merupakan hasil perkalian antara efisiensi teknis dan alokatif yaitu sebesar OA/OC.

Sumber : Coelli et al. 1998

Gambar 3. Konsep efisiensi teknis dan alokatif orientasi output

Efisiensi teknis dapat diukur dengan pendekatan dari sisi output dan sisi input. Pengukuran efisiensi teknis dari sisi output merupakan rasio dari output observasi terhadap output batas. Indeks efisiensi ini digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur efisiensi teknis di dalam analisis stochastic frontier. Dalam penelitian ini pengukuran efisiensi tidak dilakukan dari sisi output. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini hanya menghasilkan satu jenis output yaitu ubikayu dalam bentuk umbi basah sehingga pengukuran efisiensi dalam penelitian ini hanya dilakukan dari sisi input.

Pengukuran efisiensi teknis dari sisi input merupakan rasio dari input atau biaya batas (frontier) terhadap input atau biaya observasi. Bentuk umum dari ukuran efisiensi teknis yang dicapai oleh observasi ke-i pada waktu ke-t didefinisikan sebagai berikut :

... (2.4)

dimana nilai TE

i antara 0 dan 1 atau 0 < TEi < 1.

Pada saat produsen telah menggunakan sumberdayanya pada tingkat produksi yang masih mungkin ditingkatkan, berarti efisiensi teknis tidak tercapai karena adanya faktor-faktor penghambat. Tetapi banyak faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya efisiensi teknis di dalam fungsi produksi. Ada beberapa efek model efisiensi teknis yang sering digunakan dalam penelitian empiris menggunakan analisis stochastic frontier. Coelli et al. (1998) membuat model efek inefisiensi teknis diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan variabel acak yang tidak negatif. Untuk usahatani ke-i pada tahun ke-t, efek inefisiensi teknis u

it diperoleh dengan pemotongan terhadap distribusi

ζ(μit, |), dengan rumus:

μ

(25)

dimana Z

it adalah variabel penjelas yang merupakan vektor dengan ukuran (1xM)

yang nilainya konstan, adalah parameter skalar yang dicari nilainya dengan ukuran (Mx1) dan w

it adalah variabel acak.

Dengan mengasumsikan bahwa sebuah usahatani dalam mencapai keuntungannya harus mengalokasikan biaya secara minimum dari input yang ada, atau berarti sebuah usahatani berhasil mencapai efisiensi alokatif. Dengan demikian, akhirnya akan diperoleh fungsi biaya frontier dual yang bentuk persamaannya sebagai berikut:

i = error term (efek inefisiensi biaya)

Efisiensi ekonomi (economic efficiency) didefiisikan sebagai rasio total biaya produksi minimum yang diobservasi (C*) dengan total biaya produksi aktual (C) Efisiensi ekonomis juga merupakan gabungan dari efisiensi teknis dan alokatif dimana nilai efisiensi ekonomi berkisar antara 0 sampai 1.

Fungsi Produksi Frontier

Produksi frontier memiliki definisi yang hampir sama dengan fungsi produksi dan umumnya banyak digunakan saat menjelaskan konsep pengukuran efisiensi. Frontier digunakan untuk menekankan pada kondisi optimum yang dapat dihasilkan (Coelli et al. 1998). Konsep produksi batas (frontier production function) menggambarkan output maksimum yang dapat dihasilkan dalam suatu proses produksi. Fungsi produksi frontier merupakan fungsi produksi yang paling praktis atau menggambarkan produksi maksimal yang dapat diperoleh dari variasi kombinasi faktor produksi pada tingkat pengetahuan dan teknologi tertentu (doll dan Orazem 1984). Fungsi produksi frontier digunakan untuk menghubungkan titik-titik output maksimum untuk setiap tingkat penggunaan input. Jadi fungsi produksi tersebut mewakili kombinasi input-output secara teknis paling efisien. Frontier stochastic disebut juga composed error model. Variabel i atau dikenal

(26)

pengaruh-pengaruh yang dikombinasikan dari variabel input yang tidak dispesifikasi dalam fungsi produksi. Kesalahan pengukuran dan permodelan juga termasuk dalam variabel vi, sedangkan variabel ui disebut dengan one side

disturbance yang berfungsi untuk menangkap efek inefisiensi. Variabel ui

merupakan variabel non negatif dan diasumsikan terdistribusi secara bebas. Komponen error (galat) yang sifatnya internal dapat dikendalikan petani dan lazimnya berkaitan dengan kapasitas manajerial petani dalam mengelola usahataninya yang dicerminkan oleh ui. Komponen ini sebarannya simetris (one

sided) yakni ui > 0. Jika proses produksi berlangsung efisien (sempurna) maka

ouput yang dihasilkan berimpit dengan potensi maksimalnya yang berarti ui = 0.

Sebaliknya jika ui < 0 bererti berada di bawah potensi maksimalnya.

Fitur dasar dari model stochastic frontier digambarkan dalam dua dimensi pada gambar 4. Input-input diwakili dalam sumbu horizontal dan output dalam sumbu vertikal. Komponen deterministik dari model frontier, y = exp (x ), digambarkan yang mengasumsikan bahwa skala hasil yang menurun digunakan. Input-input dan output-output yang diamati dari dua perusahaan i dan j, dipresentasikan dalam grafik. Perusahaan ke-i menggunakan tingkat input, xi,

untuk menghasilkan output, yi. Nilai input output yang diamati diindikasikan

dengan titik yang ditandai dengan x di atas nilai x1. Nilai dari output stochastic

frontier, yi*=(xi +vi) ditandai dengan titik x di atas fungsi produksi karena

kesalahan acak, vi, adalah positif. Dengan cara yang sama, perusahaan ke-j

menggunakan input, xj, dan menghasilkan output, yi. Akan tetapi, output frontier,

yj*=(xj +vj), di bawah fungsi produksi karena keselahan acak, vj, adalah negatif.

Tentu saja output-output stochastic frontier, yi* dan yj* tidak diamati karena

kesalahan-kesalahan acak, vi dan vj tidak dapat diamati.

Pendugaan Maximum Likelihood Estimation (MLE) pada model stochastic frontier dilakukan melalui proses dua tahap. Tahap pertama menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk menduga parameter teknologi dan

input-input produksi ( j) dan tahap kedua menggunakan metode MLE untuk menduga keseluruhan parameter faktor produksi ( j), intersep ( 0), dan varians dari kedua

komponen kesalahan vi dan ui ( v2dan u2).

Sumber : Coelli et al. (1998)

(27)

Regresi Tobit

Model Tobit mengasumsikan bahwa variabel tidak bebas terbatas nilainya (censored), hanya variabel bebas yang tidak terbatas nilainya, semua variabel (baik bebas maupun tidak bebas) diukur dengan benar, tidak ada autokorelasi, heteroskeditas dan multikolinearitas yang sempurna serta menggunakan model matematis yang tepat. Apabila data yang akan dianalisis memiliki nilai variabel tidak bebas yang terbatas (censored), Ordinary Least Square (OLS) tidak dapat diaplikasikan untuk mengestimasi koefisien regresi. Jika digunakan OLS maka akan terjadi bias dan estimasi parameter yang tidak konsisten. Regresi tobit yang mengikuti konsep maximum likelihood menjadi pilihan yang tepat untuk mengestimasi koefisien regresi (Chu et al. 2010). Secara umum persamaan struktural model Tobit sebagai berikut :

yi* = Xi + i ... (2.8)

Dimana: yi* : Variabel latent; Xi: vektor variabel independen; : Parameter yang diestimasi; i : gangguan acak

Dalam proses produksi, petani akan efisien secara penuh jika berproduksi disepanjang batas (y*) yang juga menggambarkan tingkat teknologi yang digunakan. Batas tersebut menggambarkan posisi titik output dari petani yang best price tanpa memungkinkan untuk dapat menambah proses produksinya. Output petani yang efisien (yi) terhadap output potensial sepanjang batas/frontier adalah

sama (y*=yi). Model tobit untuk faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi

alokatif dan ekonomi (Sibiko et al. 2013) adalah :

∑ ... (2.9)

yi=y* jika 0<y*<1

yi=0 jika y* ≤0

yi=1 jika y* ≥1

Dimana : yi* : inefisiensi latent; : parameter yang terkait dengan variabel

independen yang akan diestimasi; Zi : variabel sosial ekonomi, institusional dan demografi; i : error term

Tinjauan Penelitian Terdahulu

(28)

4 secara berturut-turut sebesar 0.735, 0.395, 0.848 dan 0.696. Secara keseluruhan determinan yang menentukan inefisiensi teknis adalah ketersediaan penyuluhan berdampak pada peningkatan efisiensi teknis sedangkan pendidikan dan pengalaman mempunyai pengaruh yang negatif terhadap efisiensi teknis. Dengan demikian upaya peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menerapkan kebijakan seperti peningkatan akses petani terhadap penyuluhan dan bantuan teknis, untuk memastikan petani menggunakan teknologi yang ada secara lebih efisien. Sam (2013) menggunakan model fungsi produksi Cobb-Dauglas stochastic frontier untuk mengukur produktivitas dan efisiensi teknis petani ubikayu di Nort Central Zone Nigeria. Hasil menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap produksi ubikayu adalah luas lahan, pupuk, pestisida dan biaya transportasi sedangkan faktor ukuran lahan dan status kepemilikan lahan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap efisiensi. Selain itu petani yang mempunyai akses yang rendah terhadap kredit akan berpengaruh terhadap menurunnya efisiensi dan produktivitas dengan rata-rata tingkat efisiensi teknis yang dicapai oleh petani ubikayu sebesar 0.682.

Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aboki et al. (2013) mengenai analisis efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi produksi ubikayu di Taraba State Nigeria. Data yang digunakan adalah data cross section dari 330 petani ubikayu dan dianalisis dengan fungsi produksi Cobb-Douglas stochastic frontier dan fungsi biaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor utama mempengaruhi produksi ubikayu di daerah penelitian adalah luas lahan, tenaga kerja keluarga, tenaga kerja luar keluarga, dan pupuk. Rata-rata nilai efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi secara berturut-turut sebesar 0.887, 0.856 dan 0.825 yang berarti bahwa petani relatif sangat efisien dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas. Faktor-faktor yang berpengaruh secara negatif terhadap inefisiensi teknis adalah tingkat pendidikan, ukuran rumah tangga dan sumber dana.

(29)

Oleh karena itu, petani masih dapat meningkatkan output atau menghemat biaya tanpa perlu mengubah teknologi yang telah ada.

Penelitian mengenai efisiensi juga telah banyak dilakukan di Indonesia. Kurniawan (2008) melakukan penelitian efisiensi ekonomi dan daya saing usahatani jagung pada lahan kering di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan dengan menggunakan pendekatan SFA. Data yang digunakan adalah data cross section dari 80 petani jagung dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas stochastic frontier dan fungsi biaya dual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik variabel luas lahan, benih, pupuk organik, pupuk P, pestisida, tenaga kerja dan pengolahan tanah ditemukan berpengaruh nyata terhadap

produksi jagung pada taraf α =15 persen, sedangkan pupuk N dan K tidak berpengaruh nyata. Rata-rata efisiensi teknis petani di daerah penelitian adalah 0.887 dan rata-rata efisiensi alokatif adalah 0.566. Faktor-faktor umur, pendidikan, pengalaman dan keanggotaan dalam kelompok tani tidak berpengaruh secara nyata terhadap inefisiensi teknis.

Penelitian Snoverson (2013) melakukan penelitian efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi serta faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi usahatani kentang. Data yang digunakan adalah cross section dari 80 petani yang terdiri dari 40 petani yang bermitra dan 40 petani yang tidak bermitra. Analisis yang dilakukan menggunakan stochastic frontier. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata petani kentang di Pangalengan sudah efisien secara teknis tetapi belum secara alokatif atau ekonomi dengan rata-rata efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi masing-masing sebesar 0.71, 0.51 dan 0.36. Hal ini menunjukkan pada tingkat harga output dan input, masih terdapat potensi yang cukup besar dalam mengalokasikan inputnya pada tingkat biaya minimum. Faktor-faktor yang menentukan inefisiensi adalah variabel lama menjadi anggota kelompok tani dan dummy pelatihan kentang tidak berpengaruh secara nyata terhadap inefisiensi teknis tetapi berpengaruh mengurangi inefisiensi alokatif dan inefisiensi ekonomi petani kentang secara signifikan.

Kerangka Konseptual Penelitian

Komoditas tanaman pangan khususnya ubikayu merupakan komoditas yang penting karena merupakan komoditas tanaman pangan terbesar kedua dari sisi produksi dengan pangsa produksi sebesar 20.67 persen setelah komoditas padi pada tahun 2012. Produksi ubikayu di Lampung dimana sentra terbesarnya terletak di Kabupaten Lampung Tengah selama ini memegang peranan yang penting dengan menjadi produsen terbesar di Indonesia dalam kurun waktu yang cukup lama.

(30)

Kabupaten Lampung Tengah yang merupakan salah satu sentra produksi ubikayu terbesar di Provinsi Lampung, dimana produksinya 40.20 persen dari total produksi ubikayu Lampung. Akan tetapi produktivitas ubikayunya yang masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan produktivitas potensial dari varietas yang digunakan oleh petani yaitu 45-60 ton/ha. Rendahnya produktivitas ini diduga disebabkan oleh alokasi penggunaan input produksi yang belum optimal dan pengalokasian inputnya belum pada tingkat biaya yang minimum. Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produksi ubikayu adalah luas lahan, bibit, pupuk organik, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCL, pestisida dan tenaga kerja. Peningkatan dalam penggunaan fakor-faktor tersebut akan meningkatkan produksi ubikayu.

Selain hal tersebut ada sejumlah faktor penentu inefisiensi yang berasal dari diri petani. Diduga semakin tua usia petani semakin meningkatkan inefisiensi karena seiring dengan peningkatan usia kemampuan bekerja yang dimiliki, daya juang dalam beruasaha dan keinginan untuk menerapkan inovasi-inovasi baru juga semakin berkurang. Pengalaman petani mempunyai dampak yang negatif terhadap inefisiensi, dimana petani yang lebih berpengalaman akan lebih efisien karena memiliki kemampuan dan pengetahuan teknologi yang lebih baik. Ukuran keluarga juga diduga dapat mengurangi inefisiensi karena ukuran keluarga adalah proxy bagi tenaga kerja dalam keluarga. Keanggotaan dalam kelompok tani juga akan berpengaruh terhadap efisiensi, dimana petani memiliki akses yang lebih mudah terhadap berbagai sumberdaya yang dibutuhkan didalam pengelolaan usahatani. Selain itu penyuluhan diasumsikan menolong difusi dan adopsi teknologi baru sehingga dapat mengurangi inefisiensi. Faktor akses kredit dapat mengurangi inefisiensi karena petani yang mempunyai akses kredit akan lebih mudah membiayai usahataninya dan lebih mampu membeli input-input usahataninya.

(31)

Usahatani Ubikayu

Produktivitas Rendah

(Produktivitas aktual (25.78 ton/ha) < Produktivitas potensial (35-60 ton/ha))

Faktor Produksi : Luas lahan, bibit, pupuk N, pupuk P, pupuk K, pestisida dan tenaga kerja

Faktor Sosial Ekonomi :

Umur petani, umur panen, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, keanggotaan dalam kelompok tani, akses kredt, dan jarak ke pabrik

Analisis Produksi dan Efisiensi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Produksi

Tingkat Efisiensi Teknis, Alokatif,

dan Ekonomi

Faktor Inefisiensi Teknis, Alokatif

dan Ekonomi

Kesimpulan

Saran Kebijakan Analisis Model

Stochastic Frontier

Analisis Model Tobit

(32)

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran maka dapat disusun hipotesis penelitian: 1. Peningkatan luas lahan, penggunaan jumlah bibit, pupuk N, pupuk P, pupuk

K, herbisida, dan tenaga kerja dapat meningkatkan produksi ubikayu.

2. Usahatani ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah belum efisien baik secara teknis, alokatif maupun ekonomi.

(33)

3

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Lampung Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Lampung Tengah merupakan sentra produksi ubikayu terbesar di Provinsi Lampung tetapi memiliki tingkat produktivitas yang masih rendah. Kontribusi luas panen dan produksi ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah sebesar 40.27 persen dan 40.20 persen terhadap luas panen dan produksi ubikayu di Provinsi Lampung yang tersebar di 14 kabupaten/kota. Kemudian dipilih satu kecamatan yang mempunyai areal panen ubikayu terluas dan produksi tertinggi yaitu Kecamatan Bandar Mataram dengan share luas panen dan produksi sebesar 16.01 persen dan 16.71 persen. Pelaksanaan penelitian dilakukan bulan Maret sampai April 2015.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani ubikayu yang berada di Kecamatan Bandar Mataram. Jumlah populasi petani ubikayu dipilih dari Desa Mataram Udik yang merupakan sentra produksi ubikayu di Kecamatan Bandar Mataram yaitu berjumlah 783 petani ubikayu. Jumlah responden dalam penelitian ini merupakan sepuluh persen dari total populasi petani ubikayu di Kecamatan Bandar Mataram sehingga jumlah responden sebanyak 78 petani ubikayu. Responden dalam penelitian ini hanya petani yang menanam varietas cassesart. Hal ini dikarenakan pihak pabrik di lokasi penelitian hanya menerima jenis ubikayu varietas cassesart karena menggandung kadar pati yang tinggi dan tingkat kadar air yang rendah. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling sehingga semua petani memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan PPL, kepala BP3K, Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Tengah dan Dinas Pertanian Provinsi Lampung.

Jenis dan Sumber Data

(34)

Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Tengah, Badan Koordinasi Penyuluhan, dan berbagai tesis, disertasi serta jurnal ilmiah yang relevan dengan penelitian ini.

Model dan Analisis Data

Tahap awal dari pembentukan model adalah penentuan variabel penelitian. Pemilihan variabel produksi yang diikutsertakan dalam model penduga didasarkan pada teori ekonomi dan hasil-hasil penelitian terdahulu. Untuk mengukur tingkat efisiensi usahatani ubikayu menggunakan alat analisis fungsi produksi stochastic frontier dan fungsi biaya dual frontier. Analisis fungsi produksi stochastic frontier digunakan untuk mengukur efisiensi teknis usahatani ubikayu dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis, sedangkan fungsi biaya dual frontier digunakan untuk mengukur efisiensi alokatif dan ekonomi.

Bentuk fungsi yang biasa digunakan dalam penelitian empiris adalah fungsi produksi translog dan cobb-douglas. Dalam penelitian ini, fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi cobb-douglas stochastic frontier. Pilihan terhadap bentuk fungsi produksi diambil berdasarkan alasan : (1) fungsi produksi cobb-douglas bersifat homogen sehingga dapat digunakan untuk menurunkan fungsi biaya dari fungsi produksi, (2) fungsi produksi cobb-douglass lebih sederhana, (3) jarang menimbulkan masalah multikolinier.

Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Tujuan pertama yaitu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubikayu dianalisis dengan menggunakan model fungsi produksi stochastic frontier. Dalam fungsi produksi, faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi produksi yang dihasilkan adalah faktor-faktor produksi yang digunakan. Faktor-faktor tersebut yang diduga adalah luas lahan, bibit, pupuk N, pupuk P, pupuk K, herbisida dan tenaga kerja. Dengan memasukkan sebanyak tujuh variabel bebas ke dalam persamaan, maka secara matematis model penduga fungsi produksi stochastic frontier usahatani ubikayu selama satu musim tanam adalah sebagai berikut (Coelli et al. 1998) :

Ln Y = β0 + β1lnX1 + β2lnX2 + β3lnX3 + β4lnX4 + β5lnX5 + β6lnX6+ β7lnX7+

(vi-ui) ... (3.1)

dimana :

Y = Produksi ubikayu cassesart (kg) X1 = Luas lahan yang ditanami ubikayu (ha)

X2 = Bibit ubikayu (ikat)

X3 = Pupuk N (kg)

X4 = Pupuk P (kg)

X5 = Pupuk K (kg)

X6 = Herbisida (liter)

(35)

β0 = intersep

βi = parameter yang diestimasi

(vi-ui) = efek inefisensi teknis dalam model

Tanda dan besaran parameter yang diharapkan : β1, β2, β3, β4, β5, β6, β7 >0. Analisis Efisiensi Teknis, Alokatif, dan Ekonomi

Analisis yang digunakan dalam menjawab tujuan kedua menggunakan model stochastic frontier dan fungsi biaya dual frontier. Model stochastic frontier digunakan untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis sedangkan fungsi biaya dual frontier digunakan untuk menganalisis tingkat efisiensi alokatif dan ekonomi. Analisis efisiensi teknis dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Coelli et al. 1998):

TEi = exp (-E[ui|ϵi]) i = 1,2, ... , n ... (3.2)

Dimana Tei adalah efisiensi teknis petani ke-i, exp(-E[[ui|ϵi]) adalah nilai harapan

(mean) dari ui dengan syarat ϵi. ζilai efisiensi teknis 0 ≤ Tei ≤ 1. ζilai efisiensi

teknis tersebut berhubungan terbalik dengan nilai efek inefisiensi teknis dan hanya digunakan untuk fungsi yang memiliki jumlah output dan input tertentu (cross section data).

Dalam mengukur efisiensi alokatif dan ekonomi dapat dilakukan dengan menurunkan fungsi biaya dual frontier dari fungsi produksi cobb-douglas yang homogenous (Debertin 1986). Asumsi yang digunakan adalah bentuk fungsi produksi cobb-douglas dengan menggunakan dua input sebagai berikut :

Y = 0X1 1X2 β ... (3.3)

Dan fungsi biaya inpunya adalah

C = P1X1 + P2X2 ... (3.4)

Bentuk fungsi biaya dual dapat diturunkan dengan menggunakan asumsi minimisasi biaya dengan kendala output Y = Y0. Untuk memperoleh fungsi biaya

dual harus diperoleh nilai expansion path (perluasan skala usaha) yang dapat diperoleh melalui fungsi langrange sebagai berikut :

L = P1X1+ P2X2+ λ (Y- 0X1 1X2 β) ... (3.5)

Untuk memperoleh nilai X1 dan X2 expansion path fungsi langrange di turunkan

pada first-order condition sebagai berikut :

... (3.6)

(36)

... (3.8)

Dari persamaan (3.6) dan (3.7) diperoleh nilai X1dan X2 expansion path yaitu :

... (3.9)

... (3.10)

Setelah itu persamaan (3.10) disubstitusikan ke persamaan (3.8) menjadi :

... (3.11)

Y = ... (3.12)

...(3.13)

Dari persamaan (3.11) maka fungsi permintaan input untuk X1 dan X2 dapat

ditentukan yaitu :

= ... (3.14)

= ... (3.15)

Untuk mendapatkan fungsi biaya dual frontier maka persamaan x1 dan x2

disubstitusikan ke dalam persamaan biaya (3.4) yaitu :

... (3.16)

Menurut Jondrow et al. (1982), efisiensi ekonomi (EE) didefinisikan sebagai rasio antara biaya total produksi minimum yang diobservasi (C*) dengan total biaya produksi aktual (C), seperti terlihat pada persamaan berikut :

... (3.17)

dimana EE bernilai 0≤ EE ≤1.

Efisiensi ekonomi merupakan gabungan antara efisiensi teknis dan efisiensi alokatif sehingga efisiensi alokatif (AE) dapat diperoleh dengan persamaan :

... (3.18)

(37)

Analisis Inefisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi

Tujuan ketiga dianalisis dengan menggunakan model stochastic frontier dan model tobit. Model stochastic frontier digunakan untuk menganalisis inefisiensi teknis sedangkan model tobit digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi alokatif dan ekonomi. Metode inefisiensi teknis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada model pengaruh inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Coelli et al. (1998). Variabel ui yang digunakan untuk

mengukur efek inefisiensi teknis diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N (µi, 2).

Untuk menentukan nilai parameter distribusi (µi) efek inefisiensi teknis pada

penelitian ini digunakan rumus :

Ui= 0+ 1Z1+ 2Z2+ 3Z3+ 4Z4+ω1D1+ω2D2... (3.19)

dimana :

Ui = Efek inefisiensi teknis

Z1 = Umur petani ubikayu (tahun)

Z2 = Umur panen (bulan)

Z3 = Pendidikan petani (tahun)

Z4 = Ukuran rumah tangga (orang)

D1 = Dummy keikutsertaan dalam kelompok tani (ikut dalam kelompok tani =

1 dan tidak ikut dalam kelompok tani =0)

D2 = Dummy akses kredit (akses terhadap kredit = 1 dan tidak akses =0)

Tanda dan besaran parameter yang diharapkan 0, 1> 0 dan 2, 3, 4,ωi < 0.

Pendugaan fungsi produksi dan fungsi inefisiensi (persamaan 3.1 dan 3.19) dilakukan secara simultan dengan program FRONTIER 4.1 (Coelli et al. 1996). Pengujian parameter stochastic frontier dan efek inefisiensi teknis dilakukan

dengan dua tahap. Tahap pertama pendugaan parameter i dengan menggunakan metode OδS. Tahap kedua merupakan pendugaan seluruh parameter 0, i,

varians ui dan vi dengan menggunakan metode Maximum Likelihood Estimation

(MLE) pada tingkat kepercayaan α sebesar 1 persen, 5 persen, 10 persen dan 15 persen.

Hasil pengolahan program FRONTIER 4.1 menurut Jondrow et al. (1982), akan memberikan nilai perkiraan varians dalam bentuk parameterisasi sebagai berikut:

varians ini dapat mencari nilai , sehingga 0≤ ≤1. ζilai parameter merupakan

kontribusi dari efisiensi teknis di dalam pengaruh residual keseluruhan. Suatu

nilai yang lebih dekat dengan nol mengimplikasikan bahwa banyak variasi output yang diobservasi dari output frontier adalah karena pengaruh stochastic

(38)

acak dalam output dijelaskan oleh pengaruh inefisiensi atau perbedaan-perbedaan dalam efisiensi teknis.

Inefisiensi alokatif dan inefisiensi ekonomi dihitung menurut petunjuk Sibiko et al. 2013 dan Akinbode et al. 2011. Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi inefsiensi alokatif dan ekonomi menggunakan model tobit karena memiliki nilai yang terbatas antara 0 dan 1. Dengan demikian persamaaannya adalah (Akinbode et al. 2011) :

EFFj= α0+α1Z1+α2Z2+α3Z3+α5D1+α6D2+ ... (3.22)

dimana :

IEFj = Vektor inefisiensi (j = 1 untuk inefisiensi alokatif dan j = 2 untuk

inefisiensi ekonomi )

Z1 = Umur petani ubikayu (tahun)

Z2 = Jarak lahan ke pabrik (km)

Z3 = Ukuran rumah tangga (orang)

D1 = Dummy keanggotaan kelompok tani (1= anggota dan 0 = bukan anggota)

D2 = Dummy akses kredit (akses terhadap kredit = 1 dan tidak akses =0)

Tanda dan besaran parameter yang diharapkan α0 > 0 dan α1, α2, α3, α4, α5, α6, < 0. Analisis pendapatan usahatani

Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu usahatani. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendapatan yang diterima petani pada usahatani ubikayu dalam satu musim tanam. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total dimana semua input milik keluarga juga diperhitungkan sebagai biaya dalam periode tertentu (Soekartawi et al. 1984). Olah karena itu, rumus untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis pada persamaan berikut :

πtotal = TR – (Bt + Bd) ... (3.23) πtunai = TR – (Bt + Bd) ... (3.24)

dimana :

π = Pendapatan usahatani (Rp) TR = Total penerimaan usahatani (Rp) Bt = Biaya tunai (Rp)

Bd = Biaya diperhitungkan (Rp)

(39)

R/C atas biaya tunai = TR / Bt ... (3.25) R/C atas biaya total = TR / (Bt+Bd) ... (3.26)

Jika R/C > 1, maka usahatani ubikayu yang diusahakan mengalami keuntungan. Jika R/C < 1, maka usahatani ubikayu yang diusahakan mengalami kerugian. Jika R/C =1, maka usahatani ubikayu yang diusahakan berada dalam titik impas.

Definisi Operasional

Untuk mempermudah penelitian yang dilakukan maka variabel-variabel dalam penelitian didefinisikan sebagai berikut :

daerah penelitian, dihitung dengan satuan rupiah per hektar (Rp/ha).

3. Bibit (X2) adalah jumlah bibit yang digunakan petani dalam melakukan

usahatani ubikayu dinyatakan dalam satuan ikat. Jenis bibit yang digunakan dibedakan menjadi dua yaitu thailand dan cassesart. Harga bibit (P2) adalah dalam satuan kilogram (kg). Harga pupuk N (P3) adalah harga pupuk N yang

berlaku umum di daerah penelitian saat penelitian dilakukan dan dihitung dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

5. Pupuk P (X4) adalah jumlah pupuk posfat yang digunakan petani dalam

melakukan usahatani ubikayu dalam satu kali musim tanam yang berasal dari 36 persen P pada pupuk SP-36 dan 15 persen P pada pupuk NPK, dinyatakan dalam satuan kilogram (kg). Harga pupuk P (P4) adalah harga pupuk P di

daerah penelitian saat penelitian dilakukan, dihitung dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

6. Pupuk K (X5) adalah jumlah pupuk kalium yang digunakan petani dalam

melakukan usahatani ubikayu selama satu kali musim tanam yang berasal dari 15 persen K pada pupuk NPK dan 60 persen K pada pupuk KCL, dinyatakan dalam satuan kilogram (kg). Harga pupuk K (P5) adalah harga pupuk K di

daerah penelitian saat penelitian dilakukan, dihitung dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

7. Herbisida (X6) adalah jumlah herbisida yang digunakan dalam melakukan

usahatani ubikayu selama satu kali musim tanam, diukur dalam satuan liter (l). Harga herbisida (P6) adalah harga rata rata pestisida yang berlaku umum di

(40)

8. Tenaga kerja (X7) adalah jumlah total tenaga kerja yang digunakan dalam

melakukan usahatani ubikayu dalam proses produksi untuk berbagai jenis kegiatan, mulai dari persiapan lahan sampai panen selama satu kali musim tanam. Satuan yang digunakan adalah Hari Orang Kerja (HOK). Harga tenaga kerja (P7) dihitung sama dengan besarnya tingkat upah petani yang berlaku

secara umum di daerah penelitian dan dihitung dalam satuan rupiah per HOK (Rp/HOK).

9. Umur petani (Z1) adalah usia petani pada saat penelitian dilakukan dan

dihitung dalam satuan tahun.

10.Umur panen (Z2) adalah usia tanaman ubikayu saat dilakukan pemanenan dan

dihitung dalam satuan bulan.

11.Pendidikan petani (Z3) adalah lamanya waktu petani dalam menempuh

pendidikan formal, dihitung dalam satuan tahun.

12.Ukuran rumah tangga petani (Z4) adalah jumlah anggota keluarga yang

dimiliki petani dan menjadi tanggungan petani, dinyatakan dalam satuan jumlah orang.

13.Dummy keanggotaan dalam kelompok tani (Z5) adalah bernilai satu jika petani

tergabung dalam kelompok tani dan bernilai nol jika petani tidak tergabung dalam kelompok tani.

14.Dummy akses kredit (Z6) adalah bernilai satu jika petani mengakses kredit

(41)

4

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN

KERAGAAN USAHATANI UBIKAYU

Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Keadaan Geografis

Berdasarkan Lampung Tengah Dalam Angka (2013) kondisi fisikKabupaten Lampung Tengah meliputi geografi, topografi, geologi, klimatologi, dan administrasi pemerintahan.

a. Geografi

Kabupaten Lampung Tengah meliputi daratan seluas 4 789 Km2 dan terletak pada bagian tengah Provinsi Lampung berbatasan dengan :

(1) Kabupaten Tulang Bawang dan Lampung Utara di Sebelah Utara (2) Kabupaten Lampung Selatan di Sebelah Selatan

(3) Kabupaten Lampung Timur dan Kota Metro di Sebelah Timur (4) Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat di Sebelah Barat.

Ibukota Lampung Tengah adalah Gunung Sugih. Secara geografis Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104o 35’ Bujur Timur – 105o 50’ Bujur Barat dan 4o 15’-4oγ0’ δintang Selatan.

b. Topografi

Daerah Lampung Tengah dibagi menjadi lima unit topografi, yakni daerah topografi berbukit sampai bergunung, daerah topografi berombak sampai bergelombang, dataran aluvial, daerah pasang surut, dan daerah river basin. Topografi berbukit dan bergunung terdapat pada Kecamatan Padang Ratu dengan ketinggian rata-rata 1 600 m dpl. Daerah topografi berombak sampai bergelombang mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu terdapat bukit-bukit rendah yang dikelilingi dataran-dataran sempit, dengan kemiringan antara 8 persen sampai 15 persen, dan ketinggian antara 300 m sampai 500 m dari permukaan laut. Jenis tanaman yang dapat tumbuh di daerah ini adalah tanaman perkebunan, kopi, cengkeh, lada, serta tanaman pangan seperti padi, jagung, kacang – kacangan, dan sayur – sayuran.

Daerah dataran aluvial sangat luas, meliputi Lampung Tengah sampai mendekati pantai Timur, juga merupakan bagian hilir dari sungai-sungai besar, seperti Sungai Way Seputih dan Way Pengubuan. Ketinggian daerah ini berkisar antara 25 meter sampai 75 meter dari permukaan laut, dengan kemiringan 0 sampai dengan 3 %. Daerah rawa pasang surut terletak di sepanjang Pantai Timur Kabupaten Lampung Tengah, air menggenang menurut pasang surut air laut dan daerah ini mempunyai ketinggian antara 0.5 sampai 1 m di atas permukaan laut.

c. Geologi

Gambar

Tabel 1. Luas panen, produksi, dan produktivitas ubikayu beberapa sentra di Indosesia Tahun 2012
Tabel 2. Luas panen, produksi dan produktivitas ubikayu menurut kabupaten di Provinsi Lampung Tahun 2012
Gambar 3. Konsep efisiensi teknis dan alokatif orientasi output
Gambar 5. Kerangka Konseptual Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari analisis regresi dengan menggunakan pendekatan Taylor Rule, maka dapat disimpulkan bahwa Variabel Bebas (Inflasi dan Output) berpengaruh secara

Bahwa pemahaman belajar siswa pada siklus I mencapai skor rata-rata daya serap klasikal 65,71% pemahaman tersebut berada pada kategori cukup (C). Data yang menunjukkan

Dia kemudian mencatat kaidah hukum Islam “dar’u al-mafasid muqaddamun ‘ala jalbi al-mashalih” (menolak yang berbahaya harus didahulukan daripada mengambil yang

Pemberian insentif sangat penting bagi karyawan, karena besar kecilnya insentif merupakan ukuran terhadap prestasi kerja karyawan, maka apabila sistem insentif yang

kolom pojok dalam Harian Kompas?, (2) Bagaimanakah fungsi implikatur percakapan yang terdapat pada kolom pojok dalam Harian Kompas?, (3)Bagaimanakah implikasi

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang... selaras dengan prinsip HAM yang berlaku universal, juga

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat, hidayah dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan

Atas permasalahan inilah maka Pengadilan Agama Badung melalui penetapannya Nomor: 4/Pdt.P/2013/PA.Bdg tanggal 7 Maret 2013 melakukan terobosan terhadap hukum