• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budidaya Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) di Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta dengan aspek khusus panen dan pascapanen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Budidaya Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) di Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta dengan aspek khusus panen dan pascapanen"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

BUDIDAYA BUAH NAGA PUTIH (

Hylocereus undatus

)

DI SABILA FARM, SLEMAN, YOGYAKARTA DENGAN

ASPEK KHUSUS PANEN DAN PASCAPANEN

OKTIADEWI KRISTRIANDINY

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Budidaya Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) di Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta dengan Aspek Khusus Panen dan Pascapanen adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

OKTIADEWI KRISTRIANDINY. Budidaya Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) di Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta dengan Aspek Khusus Panen dan Pascapanen. Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO.

Kegiatan magang dilaksanakan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman teknis dan manajerial budidaya buah naga serta mempelajari aspek panen dan pascapanen buah naga putih. Kegiatan magang dilaksanakan di Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta pada bulan Februari–Juni 2013. Hasil menunjukkan bahwa budidaya buah naga putih yang diterapkan di Sabila Farm secara keseluruhan sudah cukup baik. Sistem panen yang dilakukan di Sabila Farm tidak dilaksanakan secara serempak setiap bulannya, tetapi berdasarkan pesanan konsumen dan keperluan agrowisata. Pemanenan buah naga putih oleh tenaga kerja dilakukan secara manual sesuai dengan karakteristik umur panen. Tenaga kerja panen di Sabila Farm memiliki keterampilan yang cukup baik sehingga kerusakan hasil panen akibat kerusakan mekanis jarang terjadi. Kerusakan hasil panen yang terjadi di Sabila Farm disebabkan oleh hama burung dan ayam. Berdasarkan hasil uji korelasi dan hasil analisis regresi, produktivitas dan jumlah bunga Hylocereus undatus dipengaruhi oleh salah satu faktor lingkungan yaitu curah hujan, terutama pada fase pembungaan curah hujan yang paling mempengaruhi adalah curah hujan dua bulan sebelumnya. Pengelolaan pascapanen buah naga putih di Sabila Farm secara keseluruhan sudah cukup baik, tetapi kriteria grading masih jarang dilakukan dan pada kegiatan pengemasan untuk penjualan di kebun sekat pembatas buah terkadang tidak digunakan karena permintaan konsumen.

Kata kunci: buah naga, budidaya, panen, pascapanen, Sabila Farm ABSTRACT

OKTIADEWI KRISTRIANDINY. Dragon Fruit (Hylocereus undatus) Cultivation at Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta with Special Aspects Harvest and Postharvest. Supervised by SLAMET SUSANTO.

(6)

for the flowering phase. The management of dragon fruit postharvesting in Sabila Farm overall was conducted properly, however in terms of grading and using bulkhead in packaging when selling it at the farm has not been implemented properly.

(7)

BUDIDAYA BUAH NAGA PUTIH (

Hylocereus undatus

)

DI SABILA FARM, SLEMAN, YOGYAKARTA DENGAN

ASPEK KHUSUS PANEN DAN PASCAPANEN

OKTIADEWI KRISTRIANDINY

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala karena atas rahmat-Nya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam magang yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai Juni 2013 ini ialah budidaya, dengan judul Budidaya Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) di Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta dengan Aspek Khusus Panen dan Pascapanen.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc selaku pembimbing skripsi, kepada Bapak Prof Dr Ir Memen Surahman, MScAgr selaku pembimbing akademik, kepada Ibu Dr Ir Endah Retno Palupi, MSc yang telah banyak memberi dukungan dan saran selaku dosen supervisi, Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS yang telah banyak memberi bimbingan dan saran selaku koordinator magang, Bapak Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc yang telah memberikan saran dan masukan selaku dosen penguji perwakilan program studi, serta Ibu Dr Ir Ketty Suketi, MSi yang telah memberikan dukungan selama penulisan skripsi dan memberikan saran selaku dosen penguji. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak M. Gunung Soetopo dan Ibu Elly Mulyati beserta staf Sabila Farm yang telah membantu selama kegiatan magang berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, almarhum ayah, seluruh keluarga, serta teman-teman kampus maupun luar kampus, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Magang 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

METODE MAGANG 8

Tempat dan Waktu 8

Metode Pelaksanaan 8

Pengamatan dan Pengumpulan Data 9

Analisis Data dan Informasi 9

KEADAAN UMUM 9

Letak Wilayah Administratif 9

Keadaan Iklim dan Tanah 10

Luas Areal dan Tata Guna Lahan 10

Keadaan Tanaman dan Produksi 11

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 12

HASIL KEGIATAN MAGANG 14

Aspek Teknis 14

Aspek Manajerial 26

PEMBAHASAN 27

KESIMPULAN DAN SARAN 36

DAFTAR PUSTAKA 36

LAMPIRAN 39

(14)

DAFTAR TABEL

6 Hubungan curah hujan terhadap produktivitas buah naga putih 30 7 Hubungan curah hujan terhadap jumlah bunga yang menjadi buah 31 8 Perbandingan pengaruh curah hujan terhadap jumlah bunga 32 9 Hasil panen dan kerusakan hasil panen buah naga putih 33 13 Pembersihan menggunakan kuas (a) dan pembuangan bagian sulur

pada pangkal buah menggunakan gunting pangkas (b) 22 22 Tahap perkembangan buah naga putih: bakal buah (a), kuncup bunga

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di Sabila

Farm, Sleman, Yogyakarta 39

2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di

Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta 40

3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten kebun di

Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta 41

4 Peta lokasi Sabila Farm 43

5 Curah hujan tahun 2007-2013 di Pakem, Sleman, Yogyakarta 44 6 SK pelepasan buah naga putih varietas unggul (Sabila Putih) 45 7 Hasil analisis nutrisi buah naga putih dan merah di Sabila Farm 46 8 Ketentuan buah naga berdasarkan ukuran menurut CODEX STAN

237-2003 47

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Buah naga atau dragon fruit merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memang belum lama dikenal, dibudidayakan dan diusahakan di Indonesia. Tanaman buah naga yang awalnya dikenal sebagai tanaman hias ini sudah cukup lama dikenal masyarakat Taiwan, Vietnam, maupun Thailand. Buah naga termasuk dalam famili Cactacea dengan karakteristik memiliki duri pada setiap ruas batangnya. Tanaman ini disebut buah naga karena seluruh batangnya yang menjulur panjang seperti naga. Hylocereus undatus merupakan jenis buah naga yang lebih dulu dikenal oleh masyarakat Indonesia (Kristanto 2010).

Chusna (2011) mengemukakan bahwa buah naga berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan namun sekarang juga dibudidayakan di negara-negara Asia termasuk Indonesia. Pengembangan agribisnis komoditas ini mempunyai prospek yang baik untuk peluang ekspor dan pasarnya masih terbuka lebar serta memiliki potensi yang sangat baik untuk pasar di dalam negeri.

Djamila et al. (2010) mengemukakan bahwa buah naga relatif baru keberadaannya di Indonesia, namun beberapa daerah telah mulai mengembangkan tanaman buah ini. Kegiatan budidaya buah naga di Indonesia sangat menguntungkan karena disamping memberi keuntungan secara ekonomi pada petani, hal ini juga akan mengurangi impor buah, bahkan ada kemungkinan untuk menembus pasar ekspor. Tahun 2006 total produksi buah naga dari perkebunan di Malang, Yogyakarta, Semarang, Pasuruan, Jombang dan Klaten sebesar 1 341 ton/tahun. Produksi buah naga terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen.

Produk hortikultura merupakan produk yang mudah rusak (perisable) sehingga butuh penanganan khusus pada tahapan pascapanen. Penanganan pascapanen buah dan sayuran seperti Indonesia belum mendapat perhatian yang cukup. Hal ini terlihat dari kerusakan-kerusakan pascapanen sebesar 25–28%. Oleh sebab itu, perlu penanganan pascapanen yang benar dan sesuai agar produk hortikultura terutama buah-buahan dan sayuran dapat sampai ke tangan konsumen dalam kondisi baik. Bila pascapanen dilakukan dengan baik, kerusakan-kerusakan yang timbul dapat diperkecil bahkan dihindari, sehingga kerugian di tingkat konsumen dapat ditekan (Sukardi 1992).

Pengelolaan panen dan pascapanen buah naga putih memerlukan penanganan yang teliti dan hati-hati untuk tetap mempertahankan kualitas buah. Buah naga putih juga perlu disortir agar dapat dipisahkan antara buah yang layak dan buah yang tidak layak untuk didistribusikan atau dijual ke pasar swalayan, toko buah, dan pasar lainnya. Pengemasan buah naga memerlukan ketelitian agar kualitas buah tetap terjaga mulai dari panen sampai ke tangan konsumen. Kondisi buah naga putih yang baik antara lain tidak mengalami cacat pada kulit buah dalam bentuk apapun untuk menghindari busuk buah, kelembaban dan suhu buah terjaga dan hal-hal lain yang menunjang kualitas buah naga putih tersebut.

(18)

2

budidaya buah naga khususnya dalam aspek pengelolaan panen dan pascapanen buah naga putih dilaksanakan di Sabila Farm.

Tujuan

Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan proses kerja secara nyata, meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai budidaya buah naga, serta meningkatkan kemampuan manajerial mahasiswa dalam mengolah kebun buah naga. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah mempelajari dan menganalisis aspek panen dan pascapanen yang diterapkan oleh Sabila Farm sehingga mampu memecahkan masalah yang terkait dengan pengelolaan panen dan pascapanen buah naga putih.

TINJAUAN PUSTAKA

Buah Naga

Buah naga mungkin masih awam didengar di telinga masyarakat, karena pada tahun 1960 buah ini hanya ada di Israel, Australia, Thailand dan Vietnam, tetapi sekarang sudah mulai merambah pasaran Indonesia. Saat ini Thailand dan Vietnam merupakan pemasok buah naga terbesar dunia, tetapi permintaan yang dapat dipenuhi masih kurang dari 50%. Pada tahun 1977 buah ini dibawa ke Indonesia dan berhasil disemaikan kemudian dibudidayakan. Buah naga kaya akan vitamin dan mineral dengan kandungan serat cukup banyak sehingga cocok untuk diet (Supriyanto 2012).

Andoko dan Nurrasyid (2012) mengemukakan bahwa buah naga juga dikenal dengan nama pitaya dalam ilmu klasifikasi tanaman atau taksonomi. Buah naga atau dragon fruit saat ini banyak dikembangkan di Indonesia. Buah yang berasal dari Meksiko ini berbeda dengan famili Cactaceae lainnya, yakni memiliki rasa yang manis dan segar. Umayah dan Amrun (2007) mengemukakan bahwa ciri khas lain dari tanaman ini adalah pada tiap nodus batang terdapat duri. Bunga mekar pada malam hari dan layu pada pagi hari (night blooming).

Tanaman buah naga merupakan salah satu tanaman buah yang tergolong baru yang dibudidayakan di Indonesia mulai dari tahun 2000. Tanaman buah ini memiliki potensi yang baik dilihat dari permintaan yang selalu meningkat yang diikuti dengan teknik budidaya yang mudah untuk dilakukan (Jaya 2010).

Tanaman buah naga merupakan tanaman asli dari Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman ini tumbuh subur di dataran rendah dengan ketinggian 0–350 m di atas permukaan laut, suhu udara yang ideal bagi tanaman buah naga yaitu 26–36 oC dan kelembaban antara 70–90%, dengan curah hujan 60–270 mm/tahun (Bellec et al. 2006).

(19)

sedangkan jika penanaman menggunakan benih maka tanaman akan berbuah 4–5 tahun. Jarak tanam sekitar 2.5 m × 2.0 m dengan 2–3 tanaman per lubang tanam. Pemberian pupuk kandang yaitu sekitar 10 kg per lubang tanam.

Menurut Direktorat Budidaya Tanaman Buah (2009), buah naga yang dibudidayakan ada empat jenis, yaitu buah naga kulit merah berdaging putih (Hylocereus undatus), buah naga kulit merah berdaging merah (Hylocereus polyrhizus), buah naga kulit merah berdaging sangat merah (Hylocereus costaricencis) dan buah naga kulit kuning (Selenicereus megalanthus). Buah naga yang banyak dikembangkan di Indonesia dari keempat jenis tersebut adalah buah naga kulit merah berdaging putih (Hylocereus undatus).

Hylocereus undatus yang lebih dikenal dengan sebutan white pitaya adalah buah naga dengan kulit berwarna merah dan daging berwarna putih. Berat buah rata-rata 400–650 g dan dibanding dengan jenis yang lain, kadar kemanisannya tergolong rendah, yaitu sekitar 10–13 obrix. Tanaman ini lebih banyak dikembangkan di negara-negara produsen utama buah naga dibanding jenis lainnya (Kristanto 2010).

Budidaya Buah Naga

Persiapan Bibit Tanaman

Persiapan pembibitan dengan stek tanaman buah naga dari cabang atau batang yang sudah berbuah dengan panjang 30 cm, dipilih batang yang sehat dan tidak berpenyakit. Perbanyakan tanaman buah naga tidak hanya dari vegetatif, tetapi juga bisa dari perbanyakan generatif (biji). Bibit disemaikan dalam media polybag yang berisi campuran tanah, pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 3:2:1. Sebelum disemaikan stek naga dipotong kerucut agar mudah ditanam. Bibit dimasukkan ke dalam media sekitar 4 cm. Satu polybag hanya ditanami satu bibit pada media yang cukup lembab. Bibit siap ditanam pada umur 3 bulan (Politeknik Banjarnegara 2010).

Menurut Andoko dan Nurrasyid (2012) teknik yang paling memungkinkan dan praktis untuk perbanyakan tanaman buah naga yang tidak berkayu adalah stek batang maupun cabang. Kelemahannya adalah jumlah yang dihasilkan relatif sedikit. Namun, tanaman yang dihasilkan cepat berbuah dan sifat tanaman baru sama persis dengan induknya. Tanaman induk memiliki kriteria cukup tua, sehat dan sudah berproduksi 3–4 kali. Batang atau cabang dipilih yang keras dan berwarna hijau kelabu. Bagian pangkal stek yang akan ditanam dipotong miring. Alat potong berupa pisau atau gunting yang tajam disterilkan dengan alkohol sebelum dipakai. Stek tersebut dikeringanginkan selama 1–2 hari untuk mencegah pembusukkan.

Ukuran stek pada tanaman buah naga yang ideal yaitu antara 20–30 cm, tetapi ada juga yang membuat stek dengan panjang 40 cm. Batang yang dipilih harus memiliki minimal empat mata tunas atau lebih sehingga dapat membentuk tunas baru dan tunas yang tumbuh akan cepat membesar (Renasari 2010).

(20)

4

berproduksi serta sifat tanaman baru mungkin menyimpang dari tanaman induk. Bibit yang baik tampak kekar, keras dan berpenampilan tua dengan warna hijau kebiruan. Selain itu, bibit yang baik juga berdiameter 4–5 cm dengan panjang ideal 50–80 cm. Namun, bibit dengan panjang 40 cm masih bisa digunakan. Bibit harus terlihat sehat, bebas dari bekas serangan hama atau penyakit dan di bagian pangkalnya sudah memiliki akar (Andoko dan Nurrasyid 2012).

Persiapan Tiang Panjatan

Buah naga termasuk tanaman merambat sehingga membutuhkan panjatan untuk menopang pertumbuhan batang dan cabangnya. Tiang panjatan harus kuat dan mampu bertahan selama beberapa tahun karena usia tanaman buah naga yang panjang. Oleh karena itu, tiang panjatan biasanya terbuat dari semen beton atau pipa PVC. Bentuk atau model tiang panjatan ada dua macam, yaitu bentuk tunggal dan bentuk kelompok atau pagar (Hardjadinata 2010).

Hardjadinata (2010) menyatakan bahwa tiang panjatan bentuk tunggal bisa menggunakan beton dan panjatan hidup atau batang tanaman yang hidup. Kedua jenis panjatan ini digunakan untuk menopang sebanyak empat tanaman yang berproduksi dengan produktivitas rata-rata 3 kg per tanaman. Bentuknya persegi dengan ukuran 10 cm × 10 cm, bulat berdiameter 10 cm atau bentuk segitiga sama sisi 15 cm. Tinggi tiang panjatan 1.5–2 m. Jika jarak tanamnya 2.5 m × 2 m dan setiap tiang penyangga ditanami 4 tanaman maka untuk luasan 1 ha dibutuhkan sekitar 2 000 tiang penyangga dan 8 000 bibit tanaman buah naga. Tiang panjatan hidup, memiliki tinggi minimal 2 m dan berdiameter 10 cm agar kuat menopang tanaman buah naga yang berat. Panjang tiang beton atau panjatan hidup

Persiapan lahan bertujuan untuk memberikan kondisi lingkungan yang sesuai dengan perkembangan tanaman dan pembentukan hasil. Sebelum menanam, diperlukan pembersihan lahan dari gulma, semak dan sampah atau kotoran. Lahan yang sudah bersih diolah ringan dengan cangkul atau hand tractor di sekitar penanaman buah naga yang bertujuan untuk memecah tanah menjadi agregat-agregat kecil dan membalik tanah agar humus yang ada pada lapisan bawah terangkat ke permukaan. Tanah akan menjadi gembur dan subur, sehingga memudahkan akar tanaman menyerap air dan hara. Lahan yang terlalu masam (pH < 5) diberi kapur terlebih dahulu untuk meningkatkan pH tanah hingga mencapai pH optimum yaitu pH 6–7 (Yuliarti 2012).

(21)

Penanaman

Bibit yang telah siap tanam (berumur 3 bulan) harus segera ditanam di lahan atau kebun. Penanaman bibit di lahan harus dilakukan dengan seksama, karena prosedur yang salah akan mengakibatkan bibit stres sehingga pertumbuhannya terhambat. Bibit yang ditanam harus memperhatikan kedalaman tanam. Penanaman yang terlalu dalam akan menghambat pertumbuhannya dan rawan busuk batang. Kedalaman penanaman idealnya 20% dari panjang bibit. Misal, bibit yang berukuran panjang 50–80 cm maka kedalamannya sekitar 10–15 cm (Hardjadinata 2010).

Pemupukan

Andoko dan Nurrasyid (2012) mengemukakan bahwa sebagai tanaman yang memiliki respons pertumbuhan tinggi, buah naga perlu dipupuk secara berkala. Pemupukan berkala adalah pemupukan yang dilaksanakan sepanjang tahun dengan interval yang berbeda sesuai dengan kebutuhan tanaman buah naga. Umur produktif tanaman buah naga mencapai 20 tahun, sehingga pemupukan harus disesuaikan dengan kelangsungan hidup tanaman dalam jangka panjang.

Penggunaan pupuk organik tidak akan merusak tanaman. Pemberian pupuk secara teratur dilakukan untuk menjamin produksi buah yang berkelanjutan dan kualitas buah yang prima. Pemupukan tanaman buah naga dengan pupuk organik adalah dengan pupuk kandang, dengan interval pemberian 3 bulan sekali, sebanyak 5–10 kg. Penambahan pupuk kandang secara rutin setiap tahun di lahan buah naga sangat dianjurkan, karena dapat meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah serta mikroorganisme tanah akan hidup dengan penambahan pupuk kandang (Yuliarti 2012).

Pengaturan atau Pengikatan Batang dan Cabang

Menurut Hardjadinata (2010) letak batang atau cabang perlu diatur agar pertumbuhan tanaman normal dan tidak salah bentuk serta dapat menghasilkan buah seperti yang dikehendaki. Selain bertujuan mengatur pembuahan, pengaturan batang dan cabang juga dilakukan untuk menjaga kesehatan tanaman dan berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman. Pengaturan batang dan cabang dilakukan dengan cara pengikatan seiring pertumbuhan cabang yang bertambah panjang.

Pengikatan dilakukan setiap 20–25 cm pada batang atau cabang agar batang mengarah ke atas. Bahan pengikat dapat berupa kawat alumunium, tali rafia, atau

tali lunak lainnya. Ikatan membentuk angka “8”. Pengikatan sebaiknya tidak terlalu kencang agar tidak menyebabkan batang atau cabang terjepit atau luka bahkan patah, sehingga akar udara lebih mudah menempel pada tiang rambatan untuk memperkokoh posisi tanaman seutuhnya. Pengikatan biasanya dilakukan pada saat tinggi tanaman 50–60 cm. Jika tinggi tanaman telah melebihi 50 cm, biasanya dipasangkan kawat ram sebagai tempat memanjat. Tanaman akan diikat di kawat ram tersebut hingga tingginya 140–150 cm. Selanjutnya sulur-sulur akan jatuh menjuntai pada kawat penyangga paling atas (Hardjadinata 2010).

Pemangkasan

(22)

6

kerdil atau lurus. Batang atau cabang yang tidak produktif akan menghambat pembentukan tunas baru dan buah karena berkompetisi dengan batang produktif dalam memperoleh hara. Pemangkasan harus dilakukan sedini mungkin. Pemangkasan vegetatif dilakukan di awal penanaman untuk membentuk batang dan percabangan yang baik, sedangkan pemangkasan generatif dilakukan untuk membentuk cabang produktif (Hardjadinata 2010).

Sanitasi Kebun

Tujuan sanitasi kebun adalah untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit. Kebersihan kebun bisa dilakukan dengan menyiangi gulma secara teratur di sekitar penanaman buah naga dan tidak membiarkan sampah (seperti bekas pangkasan tanaman) menumpuk di areal penanaman. Tumpukan bekas pangkasan dapat menjadi sarang lalat buah dan bekicot (Hardjadinata 2010).

Panen

Daya simpan buah merupakan kemampuan untuk mempertahankan kualitas mutu buah selama penyimpanan sehingga buah masih layak dikonsumsi. Daya simpan buah dapat dilihat dari kelayakan mutu buah meliputi kesegaran, kelunakan dan rasa manis daging buah dalam jangka waktu tertentu (Peter et al. 2007).

Setelah dipanen, mutu buah-buahan tidak dapat diperbaiki, tetapi dapat dipertahankan. Mutu yang baik diperoleh bila umur panen tepat. Buah-buahan yang belum masak, jika dipanen akan menghasilkan mutu yang tidak baik dan proses pematangan yang salah. Sebaliknya, penundaan umur panen akan meningkatkan kepekaan buah terhadap pembusukan. Hal ini dapat mengakibatkan mutu dan nilai jual buah menjadi rendah (Pantastico et al. 1986).

Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh petani adalah memanen buah terlalu awal ketika mereka belum matang dan belum menghasilkan rasa yang enak. Tanaman hortikultura pada umumnya jika dipanen bersamaan maka dapat dipastikan banyak produk yang belum matang atau terlalu matang. Indeks kematangan dapat digunakan sebagai standar panen untuk mengurangi susut saat pre-sortasi. Selain itu, kerusakan mekanis dapat menjadi masalah serius, karena kerusakan tersebut menentukan cepatnya produk untuk membusuk, meningkatnya kehilangan cairan dan meningkatnya laju respirasi serta produksi etilen yang berakibat pada cepatnya kemunduran produk. Pemanen atau pemetik secara manual sebaiknya terlatih dengan baik agar dapar memanen dengan cara yang benar untuk mengurangi kerusakan dan bahan yang tidak bermanfaat (waste), dan harus mengetahui secara baik tingkat kematangan produk yang mereka tangani. Pemetik harus bisa memanen dengan hati-hati, yakni memetik, memotong atau menarik buah dari tanaman induknya dengan cara yang dapat menimbulkan kerusakan seminim mungkin (Kitinoja dan Kader 2002).

(23)

biasanya bunga akan mekar setelah kuncup bunga mencapai ukuran panjang 25– 30 cm. Perkembangan buah sejak bunga mekar hingga matang (dapat dipanen) memerlukan waktu 32–35 hari. Pemanenan dilakukan secara manual dengan menggunakan gunting pangkas pada tangkal buah yang telah masak. Cabang pendukung buah harus dipotong dengan menyisakan 2 atau 3 mata diatas pangkal untuk regenerasi cabang baru yang diharapkan akan menghasilkan buah pada musim berikutnya. Cabang pendukung buah yang telah dipanen pada umumnya apabila dipertahankan untuk dibuahkan lagi pada musim berikutnya memberikan hasil yang kurang produktif. Produktivitas buah naga cukup tinggi dengan hasil mencapai 50–80 ton ha-1 tahun-1, dengan syarat budidaya dilakukan dengan baik.

Pascapanen

Setyabudi (2003) menyatakan bahwa pada umumnya buah merupakan komoditas yang mudah rusak (bulky dan perishable) sehingga memerlukan penanganan ekstra hati-hati setelah buah dipanen, agar mutunya terjaga sampai kepada konsumen. Aneka buah harus melalui tahapan penanganan yang dimulai dari panen atau pemetikan buah hingga ke bangsal penanganan untuk menjaga mutu buah. Semakin banyak tahapan yang dilalui dan semakin lama penanganan berlangsung, risiko kehilangan dan kerusakan juga semakin besar. Penelitian buah telah banyak dilakukan oleh para peneliti di dalam negeri maupun luar negeri, namun untuk penanganan segar secara menyeluruh dalam rantai bangsal penanganan pascapanen khususnya untuk buah Nusantara belum banyak dilakukan.

Penanganan pascapanen buah naga hasil produksi dalam negeri meliputi sortasi, grading, pengemasan, dan transportasi. Sortasi dan grading buah masih dilakukan secara manual yakni menggunakan cara visual sehingga hasil sortasinya kurang seragam dan tidak sesuai dengan mutu dalam buah naga (Djamila et al. 2010).

(24)

8

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta. Magang dilaksanakan selama 4 bulan, mulai Februari sampai Juni 2013.

Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan magang merupakan praktik kerja di kebun selama 4 bulan dengan pembagian kerja sesuai dengan tingkatan struktur organisasi Sabila Farm. Pembagian kerja yang dilaksanakan adalah 1 bulan sebagai karyawan harian lepas, 1 bulan sebagai pendamping mandor dan 2 bulan sebagai pendamping asisten kebun.

Selama menjadi karyawan harian lepas (KHL), kegiatan yang dilakukan adalah mempelajari dan melakukan seluruh tugas dan kegiatan budidaya di lapang bersama dengan pekerja lainnya yang terdiri dari pembibitan, persiapan dan penanaman bahan tanam, pemeliharaan tanaman, pemanenan, serta pengelolaan pascapanen didampingi dengan mengisi jurnal harian yang diketahui pembimbing lapangan dan mencatat prestasi kerja yang diperoleh mahasiswa dan karyawan setiap kali mengikuti kegiatan. Jurnal kegiatan harian sebagai karyawan harian lepas dapat dilihat pada Lampiran 1.

Selama menjadi pendamping mandor, kegiatan yang dilakukan yaitu membantu dan mempelajari aspek manajerial seluruh kegiatan budidaya terutama pada pengelolaan panen dan pascapanen, mengawasi dan mengorganisir karyawan harian pada setiap kegiatan yang dilakukan, membuat analisis pekerjaan dan membuat jurnal harian yang berisikan waktu kegiatan, jenis perkerjaan serta jumlah karyawan yang diawasi, dan melaksanakan manajemen panen dan pascapanen. Jurnal kegiatan harian sebagai pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 2.

Selama menjadi pendamping asisten kebun, kegiatan yang dilakukan adalah mempelajari kegiatan manajerial di tingkat bagian kebun, membantu pembuatan laporan anggaran bulanan, membantu pembuatan laporan asisten, membantu pengelolaan dan pengawasan tenaga kerja yang menjadi tanggung jawabnya, melakukan analisis terhadap setiap kegiatan lapangan dan membuat jurnal kegiatan harian sebagai pendamping asisten kebun. Jurnal kegiatan harian sebagai pendamping asisten kebun dapat dilihat pada Lampiran 3.

(25)

(packaging) dan pengangkutan. Selama kegiatan magang berlangsung penulis didampingi oleh pembimbing lapang dan pekerja dalam pelaksanaan kegiatan panen dan pascapanen. Selama kegiatan magang, pengamatan di lapang yang dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai buah naga putih yaitu mulai dari pemanenan hingga siap dipasarkan, menginventarisasi kendala dalam pengelolaan panen dan pascapanen buah naga putih dan mengupayakan solusinya. Aspek manajerial atau pengelolaan usaha serta kegiatan administrasi perusahaan juga dipelajari selama kegiatan magang berlangsung. Kegiatan ini dilakukan dengan cara berdiskusi langsung dengan pekerja yang menangani panen dan pascapanen buah naga.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan pada saat mengikuti kegiatan di lapangan. Data primer merupakan hasil pengamatan kegiatan budidaya buah naga secara keseluruhan di lapangan terutama pada aspek panen yang meliputi sistem panen, karakteristik umur panen, tenaga kerja panen, pengaruh curah hujan terhadap produktivitas dan jumlah bunga buah naga putih, serta kerusakan hasil panen, sedangkan pada aspek pascapanen yaitu meliputi pengkelasan dan pengemasan.

Data sekunder diperoleh dari data perusahaan dengan cara wawancara dan diskusi dengan pihak perusahaan. Data sekunder merupakan data yang mendukung pelaksanaan teknis lapangan, antara lain letak wilayah administratif, keadaan tanah, topografi dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, keadaan tanaman dan produksi, struktur organisasi dan ketenagakerjaan.

Analisis Data dan Informasi

Analisis yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dari kegiatan magang adalah analisis secara deskriptif dan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rataan, persentase, uji korelasi dan analisis regresi. Uji korelasi pada taraf 5% digunakan untuk mengetahui hubungan antara curah hujan dengan produksi dan jumlah bunga buah naga putih, sedangkan analisis regresi digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh curah hujan terhadap produktivitas dan jumlah bunga buah naga putih. Data disajikan dalam bentuk kurva dan tabel.

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administratif

(26)

10

buah naga putih dan merah, srikaya, delima, sirsak, pepaya, jambu kristal, jambu biji dan nangkadak (nangka-cempedak). Sabila Farm memiliki prinsip membudidayakan buah-buahan yang bermanfaat dan berkhasiat. Basis pertanian yang digunakan Sabila Farm adalah organik dengan tujuan perusahaan yaitu pemenuhan kebutuhan buah-buahan dalam negeri, sehingga untuk saat ini Sabila Farm belum menerima pelayanan ekspor buah. Sabila Farm didirikan pada 2 April 2005 oleh Ir M. Gunung Soetopo sebagai pimpinan perusahaan dan Ir Elly Mulyati sebagai manager perusahaan.

Sabila Farm berlokasi di Jalan Kaliurang KM 18.5, Desa Kertodadi, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman pada ketinggian 500 mdpl. Pemilihan lokasi kebun Sabila Farm didasarkan atas letak geografisnya yang memang mudah diakses masyarakat dan menjangkau pasar serta layak untuk ditanami buah naga. Batas areal Sabila Farm sebelah timur berbatasan dengan Dusun Demen, sebelah barat berbatasan dengan Dusun Wonogiri, sebelah utara berbatasan dengan Dusun Purwodadi, dan sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Balong. Peta lokasi Sabila Farm dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Tanah, Topografi dan Iklim

Jenis tanah di Sabila Farm adalah regosol dengan pH 5.9–6.2. Topografi lahannya bergelombang/melandai dengan tingkat kemiringan 9%. Berdasarkan data curah hujan di Sabila Farm selama 6 tahun terakhir (2007–2012) menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan berkisar 2 923.9 mm per tahun. Tipe iklim menurut Schmidt-Ferguson berdasarkan curah hujan adalah tipe C dengan rata-rata 8 bulan basah (BB) dan 3 bulan kering (BK). Suhu harian rata-rata di Sabila Farm berkisar antara 20–30 oC dengan kelembaban udara (RH) berkisar 65%. Keadaan curah hujan di Sabila Farm dapat dilihat pada Lampiran 5.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

(27)

Tabel 1 Luas areal dan tata guna lahan di Sabila Farm tahun 2013 olahan buah naga dan bibit buah naga. Selain itu, Sabila Farm juga memproduksi komoditas lain seperti srikaya, delima, sirsak, jambu, pepaya dan nangkadak.

Varietas buah naga yang digunakan di Sabila Farm yaitu Sabila Putih untuk buah naga kulit merah dengan daging putih dan Sabila Merah untuk buah naga kulit merah dengan daging merah. Varietas Sabila Merah terdiri dari dua macam jenis buah naga, yaitu Hylocereus polyrhizus dan Hylocereus costaricensis. Sabila Putih dan Sabila Merah dapat beradaptasi dengan baik pada dataran rendah sampai tinggi dengan altitude 1–1 000 mdpl, persentase perkembangan bunga menjadi buah tinggi dan apabila panen ditunda buah tidak mudah retak. Varietas Sabila Merah memiliki kelebihan yaitu cabang yang sudah berbuah dapat berbuah lagi. Kedua varietas ini merupakan hasil dari penelitian (pengamatan dan pengujian) dan pembudidayaan yang dilakukan oleh Pak Gunung Soetopo yang kemudian diajukan sebagai bibit varietas unggul.

(28)

12

perhitungan secara matematis, populasi buah naga putih 1 700 tanaman. Hal ini diakibatkan karena tidak semua lahan digunakan untuk penanaman buah naga, antara lain digunakan untuk jalan sebagai jalur transportasi kendaraan angkut dan sarana agrowisata.

Kebun buah naga putih mulai berproduksi pada tahun 2008 karena tahun tanam pertama adalah 2005. Produksi dan produktivitas buah naga putih di Sabila Farm selama 4 tahun terakhir (2008–2012) yaitu memiliki rata-rata produksi 14 722.20 kg/tahun dan rata-rata produktivitas 8 660.12 kg ha-¹ tahun-¹. Rincian produksi dan produktivitas buah naga putih selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Produksi dan produktivitas buah naga putih di Sabila Farm tahun 2008-2012

Bulan/Tahun Luas Produksi Produktivitas

(ha) (kg/tahun) (kg/ha/tahun) November 2008–Mei 2009 1.7 10 644.00 6 261.18 November 2009–Mei 2010 1.7 28 398.00 16 704.71 November 2010–Mei2011 1.7 8 848.80 5 205.18 November 2011–Mei 2012 1.7 10 998.00 6 469.41

Total 58 888.80 34 640.48

Rata–rata 14 722.20 8 660.12

Sumber: Sabila Farm 2013

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Struktur organisasi Sabila Farm masih bersifat sederhana. Sabila Farm dipimpin oleh pemilik perusahaan itu sendiri (owner). Owner dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh seorang manager. Pembagian kerja di Sabila Farm terdiri atas asisten kebun, mandor dan karyawan harian. Struktur organisasi di Sabila Farm dapat dilihat pada Gambar 1.

Owner

Asisten Kebun Manager

Mandor

(29)

Tugas dan wewenang pemilik perusahaan atau owner diantaranya adalah membawahi dan bertanggung jawab pada semua bagian yang terdapat dalam perusahaan serta memimpin dan mengawasi seluruh kegiatan yang ada. Manager memiliki tugas dan wewenang yaitu bertanggung jawab dalam hal surat-menyurat (korespondensi), mengontrol kebun sewaktu-waktu, mengontrol laporan keuangan dan administrasi serta mewakili owner sebagai penanggung jawab pada semua bagian bila owner tidak ada di tempat. Asisten kebun bertugas untuk mengelola dan mengawasi semua kegiatan tenaga kerja yang menjadi tanggung jawabnya, yaitu mandor dan karyawan harian. Selain itu, asisten kebun juga harus mencatat laporan anggaran harian perusahaan, mengontrol pesanan dan pengiriman produk untuk pelanggan serta menjual produk segar dan hasil olahan kebun. Mandor bertugas untuk mengontrol dan mengawasi pelaksanaan kegiatan karyawan harian dan melaporkan hasil kegiatan serta menyampaikan pesan atau tugas dari asisten kebun kepada para karyawan harian, sedangkan tugas karyawan harian adalah menjalankan kegiatan aspek teknis dengan baik dan benar dan bertanggung jawab atas tugas tersebut.

Jumlah tenaga kerja yang bekerja di Sabila Farm berjumlah 12 orang. Tenaga kerja tersebut terdiri dari 10 orang laki-laki meliput dan 2 orang perempuan. Spesifikasi karyawan yang ada di Sabila Farm dapat dilihat pada Tabel 3. Karyawan kebun yang bekerja di Sabila Farm mendapat fasilitas yaitu rumah kebun sebagai tempat tinggal. Jarak rumah tinggal tersebut sangat dekat dengan kebun karena letak rumah masih bearada di areal kebun. Jumlah hari kerja karyawan yaitu 6 hari efektif. Karyawan hanya mendapatkan satu hari libur dalam satu minggu, yaitu hari Jumat. Penentuan hari libur karyawan diluar hari Jumat diperbolehkan dengan izin dan alasan yang dapat diterima dan dilakukan secara bergilir karena cukup padatnya kunjungan, pemeliharaan kebun yang harus kontinyu, dan tenaga kerja yang terbatas.

Tabel 3 Jumlah tenaga kerja di Sabila Farm bulan Februari-Juni 2013

Sumber: Sabila Farm 2013

(30)

14

HASIL KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pembibitan

Pembibitan merupakan tahap awal dari proses budidaya tanaman buah naga. Pembibitan buah naga putih di Sabila Farm dilakukan secara vegetatif, yaitu dengan stek batang atau sulur. Pembibitan dilakukan langsung di lapang dengan cara memotong sulur-sulur tua (minimal berumur 2 tahun) dan produktif (sudah pernah berbuah). Sulur yang telah didapat kemudian dipotong kembali dengan ukuran panjang ideal stek untuk tumbuh dengan baik yaitu 30–35 cm. Bagian ujung bawah stek dibuat meruncing untuk merangsang dan mempermudah pertumbuhan akar serta sebagai penanda bagian yang akan ditanam ke dalam tanah. Selanjutnya stek dikeringanginkan selama 2–3 minggu untuk mengeringkan luka bekas potongan. Setelah dikeringkan, bahan stek siap ditanam ke lahan. Penulis melakukan kegiatan pembuatan stek dengan prestasi kerja 117 bibit/HK, sedangkan prestasi kerja yang diperoleh karyawan adalah 150 bibit/HK. Kegiatan pembuatan stek dan contoh bahan stek yang siap tanam (telah dikeringanginkan dan ukuran sesuai ketentuan) dapat dilihat pada Gambar 2.

(31)

Gambar 3 Bahan stek buah naga putih (a) dan merah (b)

Perbedaan sulur stek buah naga putih dan merah perlu dikenali agar lebih mudah dalam pemisahan atau pengelompokkan ketika akan disimpan di gudang penyimpanan. Sulur buah naga putih memiliki garis abu-abu pada tepi sulur dan tepinya lebih bergelombang (Gambar 3a), sementara sulur buah naga merah tidak bergaris abu-abu pada tepi sulurnya serta tepi sulur tidak terlalu bergelombang atau tidak terlalu tegas gelombang tepinya (Gambar 3b).

Luas areal rumah stek yang digunakan untuk penyimpanan bibit stek adalah 0.0096 ha. Stek-stek yang telah dipotong dikeringanginkan terlebih dahulu dengan menyimpannya di dalam rumah stek. Posisi penyimpanan stek sebaiknya mendatar agar akar tidak tumbuh sebelum stek ditanam. Stek dengan penyimpanan mendatar dapat bertahan optimal selama 6 bulan. Rumah penyimpanan stek dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Rumah penyimpanan stek

Penanaman

Cabang atau sulur tanaman buah naga pada prinsipnya akan menghasilkan buah apabila terkena matahari langsung. Jarak tanam harus disesuaikan dengan kondisi lahan dan juga sistem penanaman yang akan dipakai. Jarak tanam yang diterapkan di Sabila Farm adalah 2.5 m × 2.5 m. Media tanam yang diperlukan untuk setiap 4 buah stek batang buah naga antara lain adalah campuran antara tanah dengan pupuk kandang 10–12 kg, kapur dolomit 2 kg, pupuk NPK 50 g dan sekam bakar 1–2 kg.

(32)

16

panjatan ini dapat berupa beton atau kayu tanaman hidup. Sabila Farm menggunakan kedua jenis tiang panjatan ini dalam penanaman tanaman buah naga (Gambar 6). Tiang panjatan beton (Gambar 6b) yang digunakan berbentuk segiempat dengan ukuran 10 cm × 10 cm. Beton terbuat dari adukan semen, koral atau split, dan pasir dengan perbandingan 1:3:5. Rangka besi (Gambar 5) berdiameter 8 mm dengan panjang 2 m terdapat dalam tiang panjatan beton. Kerangka besi tiang panjatan beton dapat dilihat pada Gambar 5. Sabila Farm menggunakan tanaman Jaranan (Crataeva nurvala) yang berasal dari Probolinggo, Jawa Timur untuk tiang panjatan hidup (Gambar 6a). Kayu ini berdiameter 10 cm dengan tinggi 2 m.

Penanaman tanaman buah naga diawali dengan membuat areal penanaman berukuran 60 cm × 60 cm × 30 cm yang biasa disebut dengan lubang pertama. Tanah hasil penggalian lubang pertama harus dipisahkan antara tanah bagian atas (topsoil) dan tanah bagian bawah (subsoil). Kemudian di tengah lubang pertama dibuat lubang tanam untuk tiang panjatan dengan kedalaman 50 cm berukuran 10 cm × 10 cm yang disebut dengan lubang kedua. Tiang panjatan dimasukkan ke dalam lubang kedua, lalu padatkan dengan tanah di sekitarnya hingga tiang menancap dengan kuat. Kemudian pupuk kandang, pupuk NPK, dan kapur dolomit dicampur dengan topsoil dan dimasukkan ke dalam lubang pertama. Sekam bakar selanjutnya disebar di sekitar tiang sebelum stek batang ditanam. Bibit stek batang kemudian ditanam mengelilingi tiang panjatan dengan kedalaman ±5 cm. Bagian sisi datar stek harus menempel pada tiang panjatan beton, sedangkan pada tiang panjatan hidup bibit stek ditanam tidak menempel tetapi agak miring dengan jarak ±3–5 cm dari tiang kayu. Selanjutnya keempat bibit stek buah naga tersebut diikat dengan tali rafia. Pengikatan sebaiknya tidak terlalu erat agar tidak merusak permukaan bibit. Penulis melakukan kegiatan penanaman buah naga putih dengan prestasi kerja 7 pohon/HK, sedangkan prestasi kerja yang diperoleh karyawan harian adalah 15 pohon/HK.

(33)

Gambar 6 Pohon buah naga putih dengan tiang panjatan hidup (a) dan tiang panjatan beton (b)

Pemupukan

Pemupukan pada tanaman buah naga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hara yang diperlukan oleh tanaman untuk mencapai produksi yang optimal. Pemupukan di Sabila Farm menggunakan dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang digunakan di Sabila Farm adalah sekam bakar dan pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi dan kambing. Pupuk anorganik yang digunakan di Sabila Farm yaitu pupuk NPK dan kapur dolomit.

Sabila Farm mengaplikasikan pupuk NPK, kapur dolomit dan sekam bakar hanya pada saat awal penanaman buah naga. Pupuk kandang diaplikasikan pada saat awal penanaman dan pemupukan lanjutan secara berkala. Pemupukan lanjutan atau susulan yang dilakukan di Sabila Farm adalah setiap 4 bulan setelah penanaman. Pemupukan susulan hanya menggunakan pupuk kandang dengan dosis 10–20 kg. Waktu yang baik untuk aplikasi pemupukan adalah pada bulan April, Agustus dan Desember.

Pengaturan Letak dan Pengikatan Cabang Sulur

(34)

18

Gambar 7 Kegiatan pengikatan cabang sulur buah naga putih

Pemangkasan

Pemangkasan adalah kegiatan membuang cabang atau sulur untuk membentuk percabangan dan cabang produktif serta memperoleh keseimbangan pertumbuhan. Pemangkasan pada buah naga dilakukan dengan menggunakan gunting pangkas. Penulis melakukan kegiatan pemangkasan pada buah naga putih dengan prestasi kerja 101 pohon/HK, sedangkan prestasi kerja yang diperoleh karyawan harian adalah 197 pohon/HK.

Pemangkasan pada buah naga memiliki empat kriteria. Kriteria pertama dilakukan pada cabang yang tumbuh dari cabang utama atau primer. Tujuannya adalah agar pertumbuhan tanaman fokus pada cabang utama hingga sampai di ujung tiang. Jika tinggi cabang utama telah mencapai ujung tiang panjatan, maka cabang-cabang yang tumbuh selanjutnya dapat dibiarkan sebagai sulur penghasil buah. Kriteria kedua dilakukan pada cabang yang sudah tidak produktif lagi, atau biasa disebut siwing. Cabang ini biasanya terlihat sudah kering dan tua. Kriteria ketiga adalah cabang yang telah berumur lebih dari dua tahun, dan kriteria keempat adalah sulur-sulur yang terhalang mendapatkan sinar matahari. Sulur dengan kondisi seperti ini harus dipangkas karena akan sulit berproduksi jika kekurangan cahaya matahari langsung. Sulur-sulur ini biasanya terdapat di bagian dalam dari kanopi pohon.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma yang dilakukan di Sabila Farm meliputi tiga cara, yaitu manual, mekanis, dan kimiawi (Gambar 8). Pengendalian dengan cara manual dilakukan dengan menggunakan cangkul dan tangan (Gambar 8a). Gulma yang tumbuh di sekitar lubang tanam pohon buah naga dibersihkan dengan cangkul, sedangkan gulma yang tumbuhnya terlalu dekat dengan pohon sebaiknya diambil atau dicabut langsung dengan tangan, karena apabila menggunakan cangkul dikhawatirkan dapat melukai pohon tersebut. Penulis melakukan kegiatan pengendalian gulma secara manual dengan prestasi kerja 89 pohon/HK, sedangkan prestasi kerja yang diperoleh karyawan harian adalah 124 pohon/HK.

(35)

kegiatan pengendalian gulma secara mekanis dengan prestasi kerja 0.05 ha/HK, sedangkan prestasi kerja yang diperoleh karyawan harian adalah 0.1 ha/HK.

Pengendalian dengan cara kimiawi (Gambar 8c) dilakukan dengan menggunakan bahan kimia, yaitu herbisida dengan bahan aktif Isopropilamin glifosat dengan merk dagang Roundup 486 SL. Konsentrasi herbisida yang digunakan yaitu 0.167%. Sabila Farm melakukan pengendalian gulma dengan cara kimiawi biasa dilakukan hanya sekitar satu atau dua kali dalam setahun, bahkan terkadang tidak dilakukan sama sekali. Hal ini disebabkan karena bagi mereka gulma tidak terlalu mengganggu pertumbuhan tanaman buah naga dan agar perusahaan tetap mengarah pada basis pertanian organik. Penulis melakukan kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi dengan prestasi kerja 0.08 ha/HK, sedangkan prestasi kerja yang diperoleh karyawan harian adalah 0.17 ha/HK.

Gambar 8 Pengendalian gulma secara manual (a), mekanis (b), dan kimiawi (c)

Pengendalian Hama & Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit bertujuan untuk menekan populasi serangan hama dan penyakit agar kehilangan hasil dan penurunan mutu buah sebagai kerugian ekonomi dapat dihindari serta kesehatan tanaman dan kelestarian lingkungan hidup tetap terjaga. Jenis hama yang menyerang tanaman buah naga di Sabila Farm adalah bekicot (Achatina fulica), burung dan ayam (Gallus gallus).

Bekicot atau Achatina fulica (Gambar 9) menyerang tunas–tunas muda calon cabang buah naga. Bekas serangan bekicot akan mengundang serangan jamur atau bakteri yang menyebabkan tanaman layu. Pengendalian bekicot dilakukan dengan membuang dan membasmi semua bekicot yang berada di tanaman dan sekitar tanaman. Sanitasi kebun perlu dilakukan untuk menjaga kebersihan kebun, sehingga kehadiran hama ini dapat dicegah. Penulis melakukan kegiatan pengendalian bekicot dengan prestasi kerja 41 pohon/HK, sedangkan prestasi kerja yang diperoleh karyawan harian adalah 82 pohon/HK.

(36)

20

Jenis penyakit yang menyerang tanaman buah naga di Sabila Farm adalah busuk lunak batang yang disebabkan oleh Phytophthora sp. Gejala serangan busuk lunak batang ditandai dengan sulur yang berair dan busuk berwarna coklat. Penyakit busuk lunak batang dapat menyerang sulur di bagian tengah, pangkal maupun ujung sulur. Penanggulangan penyakit busuk lunak batang di Sabila Farm dilakukan dengan eradikasi atau pemotongan batang yang berpenyakit secara tuntas, sehingga penyebaran penyakit pada tanaman yang sehat di sekitarnya dapat dicegah.

Pembungkusan Buah

Buah naga yang diberikan perlakuan pembungkusan biasa dilakukan pada buah yang letaknya agak ke bawah untuk melindungi buah dari patokan ayam. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan pembungkus buah berjaring-jaring kecil atau polynet dengan bahan sejenis acrylic atau plastik. Buah yang sudah mulai matang, dengan warna kulit yang mulai merah, dibungkus dengan pembungkus buah yang kemudian bagian yang terbuka dirapatkan dengan menggunakan stapler. Penulis melakukan kegiatan pembungkusan buah naga putih dengan prestasi kerja 32 pohon/HK, sedangkan prestasi kerja yang diperoleh karyawan harian adalah 50 pohon/HK. Pembungkusan buah naga putih dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Pembungkusan buah naga putih

Pemanenan

(37)

keranjang buah, selanjutnya keranjang diangkut dengan angkong menuju kendaraan roda tiga terbuka. Kemudian semua keranjang buah dibawa dengan kendaraan roda tiga menuju rumah pascapanen.

Gambar 11 Sarana panen: gunting pangkas (a), keranjang (b), dan angkong (c)

Pascapanen

Penanganan pascapanen bertujuan agar hasil tanaman dalam kondisi baik dan sesuai untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk bahan baku pengolahan. Kegiatan penanganan pascapanen yang dilakukan di Sabila Farm antara lain adalah sortasi, pembersihan, pengkelasan, pemberian label, pengemasan dan pengangkutan atau transportasi.

Sortasi (sorting). Sortasi merupakan kegiatan menyeleksi dan memisahkan buah berdasarkan kondisi buah sehingga buah yang rusak, busuk atau cacat dengan yang utuh terpisah. Kegiatan sortasi buah naga di Sabila Farm dilakukan secara visual berdasarkan tampilan fisik (warna dan bentuk). Buah naga putih yang telah dipanen harus diangkut dari kebun menuju tempat pengumpulan atau rumah pascapanen untuk segera disortasi. Buah naga yang baik (Gambar 12b) memiliki warna kulit buah dan jumbai sesuai karakteristik panen serta kulit buah yang mulus tanpa rusak, cacat, memar dan luka apapun yang kemudian buah naga tersebut dipisahkan untuk penanganan pascapanen selanjutnya. Buah naga yang tidak layak jual (Gambar 12a) dengan kondisi luka, memar, bolong dan sebagainya apabila masih ada bagian daging buah yang bisa dimanfaatkan, maka buah-buah tersebut akan dijadikan bahan baku makanan olahan dari buah naga putih, seperti puding, kue, es buah dan lain-lain, sedangkan buah naga dengan kondisi busuk akan segera dibuang.

(38)

22

panen yang dilakukan di Sabila Farm adalah dengan menggunakan kuas dan gunting pangkas. Kegiatan pembersihan hasil panen buah naga putih dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Pembersihan menggunakan kuas (a) dan pembuangan bagian sulur pada pangkal buah menggunakan gunting pangkas (b)

Pembersihan dengan menggunakan kuas (Gambar 13a) bertujuan untuk membersihkan kotoran-kotoran seperti tanah atau debu, sedangkan pembersihan dengan menggunakan gunting pangkas (Gambar 13b) digunakan untuk membuang bagian sulur yang masih menempel pada pangkal buah naga. Hal ini disebabkan karena pada bagian sulur yang tertinggal masih terdapat duri-duri, sehingga bagian yang tidak dikehendaki tersebut harus dibuang agar tidak melukai tangan.

Pengkelasan (grading). Pengkelasan adalah kegiatan menyeleksi dan memisahkan buah berdasarkan ukuran buah. Pengkelasan buah naga putih yang dilakukan di Sabila Farm (Gambar 14) dibagi menjadi empat kelas, yaitu kelas Super, kelas A, kelas B dan kelas C. Kelas Super (Gambar 14c) merupakan kelas buah naga putih yang memiliki bobot > 700 g, sedangkan kelas A (Gambar 14b) adalah kelas buah naga putih yang memiliki bobot antara 600–700 g. Buah naga putih kelas B (Gambar 14c) memiliki bobot antara 500–600 g dan buah naga putih kelas C memiliki bobot antara 400–500 g.

(39)

Gambar 15 Pemberian label pada buah naga putih

Pengemasan (packaging). Pengemasan adalah kegiatan memasukkan dan menata buah ke dalam wadah kemasan sebelum dilakukan pengiriman pada konsumen. Pengemasan bertujuan untuk melindungi buah dari kerusakan fisik selama proses penyimpanan dan pengangkutan. Sabila Farm menggunakan kemasan kotak kardus bersekat dengan logo Sabila Farm (Gambar 16b) dalam kegiatan pengemasan buah naga (Gambar 16a). Kotak kardus ini berkapasitas 5 kg, sedangkan berat kardusnya sendiri 0.5 kg. Ukuran kardus sebesar 32 cm × 32 cm dengan tinggi 16 cm. Kardus harus dilubangi setiap sisinya sebanyak 4 lubang sebagai sirkulasi udara, sehingga total lubang pada setiap satu kardus adalah 16 lubang. Apabila di dalam kotak kardus diberi sekat, maka buah naga yang dapat masuk sebanyak 9 buah. Sekat dalam kardus berfungsi untuk menghindari pergesekan antar buah naga ketika dalam perjalanan, sehingga kerusakan buah secara fisik dapat dicegah. Posisi pangkal buah naga harus berada di bagian bawah ketika meletakkan buah di dalam kardus dengan tujuan agar buah tidak cepat rusak.

Gambar 16 Kegiatan pengemasan (a) dan kemasan buah naga (b)

Pengangkutan atau transportasi. Transportasi atau pengangkutan merupakan kegiatan memindahkan buah segar hasil panen dari kebun ke tempat pengumpulan (rumah pascapanen) atau merupakan upaya mendistribusikan atau memasarkan buah segera kepada konsumen. Pengangkutan yang dilakukan di Sabila Farm menggunakan angkong atau kendaraan roda tiga terbuka dalam pengangkutan buah naga dari lapang ke rumah pascapanen, sedangkan pengangkutan buah untuk distribusi dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda tiga tertutup.

(40)

24

bahwa terdapat beberapa buah naga yang busuk dan rusak ketika sampai di tujuan. Hal inilah yang menyebabkan Sabila Farm menghentikan pengangkutan atau transportasi dengan menggunakan truk bak terbuka dan menggantinya dengan menggunakan jasa pengiriman barang. Buah naga yang telah dikemas diangkut dengan kendaraan roda tiga tertutup langsung menuju outlet-outlet jasa pengiriman barang. Sabila Farm menggunakan jasa pengiriman ini dengan tujuan menghindari kehilangan hasil panen di perjalanan dan buah naga dapat sampai dalam kurun waktu yang cukup singkat dengan kondisi kualitas buah yang tetap terjaga.

Kendaraan angkut roda tiga tertutup yang digunakan memiliki penutup berbahan besi untuk melindungi buah naga dari sinar matahari langsung selama perjalanan menuju outlet pengiriman. Kendaraan angkut roda tiga memiliki ukuran keseluruhan 305 cm × 125 cm × 135 cm, sedangkan ukuran bak pengangkut 150 cm × 125 cm × 51 cm. Kendaraan angkut roda tiga juga memiliki daya angkut sebesar 500 kg. Kendaraan angkut roda tiga dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17 Kendaraan angkut roda tiga

Agrowisata

Kebun buah naga milik Sabila Farm memiliki empat fungsi, yaitu budidaya, produksi, edukasi dan rekreasi. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Sabila Farm dalam rangka mendukung fungsi kebun sebagai tempat edukasi dan rekreasi adalah agrowisata. Kegiatan agrowisata yang bersifat edukatif ini dapat dilakukan indoor (Gambar 19) dan outdoor (Gambar 18) yang diantaranya adalah wisata kebun dan petik buah naga sendiri, pelatihan budidaya buah naga, dan acara motivasi untuk bertani buah naga. Agrowisata yang disediakan oleh Sabila Farm juga bersifat fleksibel, artinya rangkaian dan jenis kegiatannya disesuaikan dengan keinginan pengunjung.

(41)

Gambar 18 Kegiatan outdoor agrowisata (a dan b)

Gambar 19 Kegiatan indoor agrowisata

Pemasaran

Salah satu kegiatan pemasaran yang dilakukan di Sabila Farm adalah penjualan buah naga segar dan hasil produksi lainnya yang berasal dari Sabila Farm. Kegiatan penjualan ini dilakukan setiap hari Jumat, mulai pukul 07.00– 10.00 WIB di salah satu pasar lokal di Yogyakarta, yaitu Pasar Tani, Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pasar Tani diselenggarakan setiap hari Jumat oleh Dinas Pertanian DIY dan Sabila Farm telah terdaftar menjadi salah satu perusahaan yang berkomitmen secara kontinu menjual hasil produksinya di pasar tersebut. Kegiatan pemasaran buah naga dapat dilihat pada Gambar 20.

(42)

26

Aspek Manajerial

Pendamping Mandor

Mandor merupakan pimpinan dari beberapa karyawan harian yang bertanggung jawab atas berbagai kegiatan di lapang. Mandor berkoordinasi dengan asisten kebun dalam melaksanakan tugasnya sehingga kewenangan mandor dalam mengambil keputusan mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan di lapang harus mendapat persetujuan dari asisten kebun. Tugas mandor antara lain adalah melakukan absensi karyawan harian, melakukan pengawasan terhadap kegiatan di lapang, dan memberikan laporan harian mengenai hasil kerja di lapang.

Selama satu bulan, penulis bekerja sebagai pendamping mandor. Penulis bekerja bersama dengan mandor dan mempelajari tugas dan wewenang yang dimiliki oleh mandor kebun. Penulis juga membantu menyelesaikan tugas mandor dan ikut membantu dalam pengawasan kegiatan kerja karyawan harian, terutama pada kegiatan panen dan pascapanen. Apabila penulis menemukan kendala di lapang atau mendapat laporan atau keluhan kendala dari karyawan harian, maka harus segera disampaikan kepada mandor untuk mencari solusinya. Selain itu, penulis membuat jurnal harian sebagai pendamping mandor selama satu bulan tersebut.

Pendamping Asisten Kebun

Asisten kebun merupakan pimpinan dari mandor dan tenaga kerja harian yang bertanggung jawab langsung kepada pemilik perusahaan atau manager. Kendala yang terjadi di lapang baik yang ditemukan sendiri atau hasil laporan dari mandor harus segera disampaikan dan dibicarakan kepada pemilik perusahaan. Tugas utama asisten kebun diantaranya adalah mengawasi kinerja mandor dan karyawan harian secara keseluruhan, membuat laporan anggaran harian, mengontrol pesanan dan pengiriman produk serta menjual produk langsung di kebun.

(43)

PEMBAHASAN

Sistem Panen

Masa panen buah naga putih di Sabila Farm adalah 6 bulan, yaitu pada bulan November sampai Mei. Pemanenan buah naga putih di Sabila Farm selama 6 bulan tersebut tidak dilakukan secara serempak setiap bulannya. Sistem pemanenan buah naga putih di Sabila Farm dilakukan dengan dua cara, yaitu berdasarkan pesanan dari konsumen dan berdasarkan keperluan agrowisata. Hasil produksi buah naga putih di Sabila Farm sebesar 40% dialokasikan untuk pesanan konsumen, sedangkan untuk agrowisata sebesar 60%.

Konsumen memesan buah naga putih berdasarkan jumlah berat (kg) yang diinginkan. Buah naga putih akan dipanen pada waktu tertentu hingga jumlah beratnya mencapai jumlah berat sesuai dengan pesanan, sehingga buah yang berada di kebun tidak dipanen sampai habis. Konsumen yang melakukan pemesanan buah naga putih dalam bentuk segar berasal dari berbagai kota di Indonesia, baik yang merupakan pelanggan tetap maupun bukan pelanggan tetap.

Buah naga putih yang tidak dipanen sengaja dibiarkan untuk keperluan agrowisata. Selain untuk estetika kebun, buah-buah tersebut tidak segera dipanen agar pengunjung kebun Sabila Farm saat melakukan agrowisata dapat melihat buah naga putih yang siap panen dan pengunjung juga mendapat kesempatan untuk memanen buah naga sendiri. Buah yang telah dipanen selanjutnya ditimbang dan dikemas.

Karakteristik Umur Panen

Buah naga mulai berbuah pada umur 1.5–2 tahun setelah tanam. Kegiatan pemanenan yang baik harus dilakukan pada umur panen yang tepat sehingga buah yang dihasilkan sesuai dengan tingkat kematangan yang diinginkan konsumen dan sesuai dengan standar pasar yang dituju. Umur panen buah naga yang tepat adalah sekitar 53 hari. Bunga yang muncul mulai dari duri hingga mekar sekitar 20 hari, sedangkan mulai dari bunga mekar hingga menjadi buah yang siap petik adalah 33 hari. Masa panen buah naga yaitu 6 bulan dalam setahun, sedangkan umur produktif tanaman buah sekitar 20 tahun. Panen buah naga yang dilakukan di Sabila Farm dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Masa panen dan fase pembungaan buah naga di Sabila Farm Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Masa panen

Fase

(44)

28

Buah naga termasuk ke dalam buah non klimaterik. Secara praktis, perbedaan antara buah klimaterik dan non klimaterik adalah menyangkut perolehan buah matang. Kematangan buah klimaterik dapat diperoleh melalui pemeraman, sedangkan buah non klimaterik kematangannya hanya dapat diperoleh di pohon atau tidak dapat diperam. Hal ini menunjukkan bahwa apabila buah naga dipanen saat tingkat kematangan belum mencapai optimal atau umur panen tidak tepat, maka kualitas buah yang dihasilkan adalah kualitas buah yang belum optimal tersebut, dan tidak dapat mengalami perubahan rasa, warna kulit dan ukuran atau tidak mengalami peningkatan kualitas buah selama hari penyimpanan. Broto (2003) menyatakan bahwa perkembangan mutu yang diinginkan dan daya simpan buah sangat ditentukan oleh karakter fisiologisnya. Oleh karena itu, karakter fisiologis menjadi pertimbangan utama bagi pelaku usaha pascapanen untuk memperlakukan buah dalam bangsal penanganan agar mutu prima buah selalu terjaga hingga ke tangan konsumen.

Karakteristik panen yang dapat dilihat sebagai penanda buah naga telah mencapai tingkat kematangan optimal yaitu warna kulit buah dan jumbai buah, sulur pada tangkai buah dan ukuran mahkota buah. Buah naga yang telah masak optimal warna kulit buahnya akan berubah dari hijau menjadi merah magenta atau merah mengkilap. Warna jumbai buah juga berubah dari hijau menjadi kemerahan. Selain itu, apabila buah telah matang optimal sulur pada tangkai buah akan retak (Gambar 21) serta ukuran mahkota buah naga akan mengecil. Tahap perkembangan buah naga putih dapat dilihat pada Gambar 22. Bakal buah pada Gambar 22a berumur sekitar 4 hari, sedangkan kuncup bunga pada Gambar 22b berumur sekitar 15 hari. Bunga Hylocereus undatus pada Gambar 22c mekar sekitar pukul 20.00 WIB, sedangkan buah matang yang telah siap petik pada Gambar 22d berumur sekitar 27 hari setelah antesis.

Broto (2003) mengemukakan bahwa tingkat ketuaan buah menjadi kunci bagi mutu buah segar yang dihasilkan. Tingkat ketuaan buah dapat ditentukan secara subjektif melalui pengamatan perubahan tambilan buah menyangkut bentuk, ukuran, dan aroma yang timbul.

(45)

Gambar 22 Tahap perkembangan buah naga putih: bakal buah (a), kuncup bunga (b), bunga mekar (c), dan buah matang (d)

Tenaga Kerja Panen

Kegiatan panen membutuhkan manajemen tenaga kerja yang baik sehingga dapat menghasilkan buah dengan kualitas yang diinginkan. Tenaga kerja panen merupakan karyawan yang bertugas untuk memanen buah naga yang telah matang optimal sesuai dengan karateristik panen. Tenaga kerja panen membutuhkan keterampilan yang baik agar kualitas buah tetap terjaga mulai dari pemetikan buah hingga buah segar sampai ke tangan konsumen. Prestasi kerja panen penulis dan karyawan di Sabila Farm dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 5 Prestasi kerja panen buah naga putih Periode

panen ke–

Prestasi kerja panen (kg) Penulis Karyawan

1 50.0 110.0

2 15.0 24.5

3 14.0 25.0

4 10.0 20.5

5 7.6 17.0

Rata–rata 19.4 39.4

(46)

30

Pengaruh Curah Hujan terhadap Hasil Tanaman Buah Naga Putih

Produktivitas Tanaman Buah Naga Putih

Produksi buah dipengaruhi berbagai faktor lingkungan yang salah satunya adalah air. Hujan merupakan salah satu sumber air bagi tanaman. Erwiyono et al. (2009) menyatakan bahwa air memiliki peran yang sangat penting karena air menjadi salah satu unsur penting dalam metabolisme tanaman, yang lebih lanjut menentukan produktivitas tanaman. Hubungan antara curah hujan terhadap produktivitas buah naga putih pada bulan November 2008 sampai Mei 2012 dapat dilihat pada Tabel 6. Pengaruh curah hujan terhadap produktivitas buah naga putih pada bulan November 2008 sampai Mei 2012 dapat dilihat pada Gambar 23. Tabel 6 Hubungan curah hujan terhadap produktivitas buah naga putih

Bulan/Tahun Produktivitas

(kg/ha/tahun) Curah hujan (mm/tahun)

Nov 2008–Mei 2009 6 261.18 2 649.8

Nov 2009–Mei 2010 16 704.71 2 855.5

Nov 2010–Mei 2011 5 205.18 2 440.2

Nov 2011–Mei 2012 6 469.41 2 307.9

r (Koefisien) 0.805

P Valuea 0.195*

a* = Berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji korelasi)

Gambar 23 Pengaruh curah hujan terhadap produktivitas buah naga putih Berdasarkan Tabel 6 nilai korelasi antara curah hujan dengan produktivitas buah naga putih selama 4 tahun menunjukkan hasil sebesar 0.805. Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor tersebut memiliki tingkat keeratan yang tinggi dan memiliki hubungan yang positif. Semakin tinggi curah hujan maka produktivitas buah naga akan semakin tinggi.

(47)

dua faktor tersebut adalah y = 0.0359x + 2 252.7. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa setiap kenaikan curah hujan sebesar 1 mm dapat meningkatkan produktivitas buah naga sebesar 0.0359 kg. Pengaruh curah hujan terhadap produksi ditunjukan dengan nilai determinasi (R2) sebesar 0.6476. Hal ini menunjukkan bahwa curah hujan mempengaruhi produktivitas buah naga putih yang menjadi buah sebesar 64.76%.

Kebutuhan air atau efisiensi penggunaan air untuk setiap jenis tanaman sangat bervariasi. Erwiyono et al. (2009) menyatakan bahwa peran air pada metabolisme tanaman terkait ketersediaan air baik dalam hal volume maupun sebarannya, dapat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Secara alami dinamika ketersediaan air dalam lingkungan tertentu secara makro ditentukan oleh pola curah hujan setempat. Merten (2003) mengemukakan meskipun tanaman buah naga merupakan kaktus, tetapi tanaman ini menyerap air lebih banyak dibandingkan dengan jenis tanaman kaktus gurun lainnya. Buah naga adalah tanaman yang berasal dari areal yang memiliki curah hujan dan kelembaban yang tinggi. Air dalam jumlah yang sedikit setiap harinya untuk tanaman ini akan lebih bermanfaat dibandingkan dengan kekurangan air dalam jumlah yang banyak dan sering. Buah naga merupakan salah satu tanaman yang memiliki lintasan fotosintesis CAM (Crassulacean Acid Metabolism), sehingga sangat efisien dalam penggunaan air (Luders dan McMahon 2006, Mizrahi et al. 2007).

Jumlah Bunga yang Menjadi Buah

Fase pembungaan buah naga di Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta berlangsung pada bulan September-Maret (Tabel 4) dan puncak pembungaan buah naga berlangsung pada bulan Desember-Februari (Sabila Farm 2013). Hasil panen atau produksi Hylocereus undatus pada bulan Februari-Mei 2013 (Tabel 8) merupakan hasil pembentukan buah dari fase pembungaan pada bulan Desember 2012 sampai Maret 2013, karena mulai dari bakal buah hingga menjadi buah matang dibutuhkan waktu sekitar 53 hari. Hubungan antara curah hujan terhadap jumlah bunga yang menjadi buah pada bulan Desember 2012 sampai Maret 2013 dapat dilihat pada Tabel 7. Pengaruh curah hujan terhadap jumlah bunga yang menjadi buah pada bulan Desember 2012 sampai Maret 2013 dapat dilihat pada Gambar 24.

Tabel 7 Hubungan curah hujan terhadap jumlah bunga yang menjadi buah Bulan/Tahun Jumlah bunga (unit) Curah hujan (mm/bulan)

(48)

32

Gambar 24 Pengaruh curah hujan terhadap jumlah bunga yang menjadi buah Berdasarkan Tabel 7 nilai korelasi antara curah hujan dengan jumlah bunga selama 4 bulan (Desember 2012-Maret 2013) menunjukkan hasil sebesar 0.548. Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor tersebut memiliki tingkat keeratan yang rendah dan memiliki hubungan yang negatif. Semakin tinggi curah hujan maka jumlah bunga Hylocereus undatus akan semakin rendah.

Hasil analisis regresi pengaruh curah hujan terhadap jumlah bunga menunjukkan pola garis linear (Gambar 24). Persamaan regresi antara dua faktor tersebut adalah y = -0.0072x + 464.37. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa setiap kenaikan curah hujan sebesar 1 mm dapat menurunkan jumlah bunga Hylocereus undatus sebesar 0.0072 unit. Pengaruh curah hujan terhadap jumlah bunga ditunjukan dengan nilai determinasi (R2) sebesar 0.2053. Hal ini menunjukkan bahwa curah hujan pada bulan yang sama mempengaruhi jumlah bunga yang menjadi buah sebesar 20.53%.

Tabel 8 Perbandingan pengaruh curah hujan terhadap jumlah bunga

Pengaruh curah hujan pada y R2

1 bulan sebelum -0.0022x + 466.04 0.0250

2 bulan sebelum -0.0275x + 485.41 0.8173

3 bulan sebelum -0.0252x + 334.98 0.6187

4 bulan sebelum -0.0177x + 216.04 0.2932

Gambar

Tabel 1  Luas areal dan tata guna lahan di Sabila Farm tahun 2013
Gambar 1  Struktur organisasi Sabila Farm
Gambar 3  Bahan stek buah naga putih (a) dan merah (b)
Gambar 5  Kerangka besi tiang  panjatan beton
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jalinan kerja sama yang baik antara masyarakat adat dengan pemerintah daerah setempat perlu dibina dalam rangka meningkatkan usaha kebun budidaya Durio di daratan Kalimantan

Dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana ekspresi bentuk arsitektural pada bangunan Christ Church Malaka, bagaimana keterkaitan antara ekspresi bentuk arsitektural

Pengukuran aktivitas penangkapan radikal bebas dilakukan dengan menggunakan metode DPPH terhadap ekstrak etanol daun dan kulit batang G.. mangostana L., DPPH (1,1

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM untuk menguji pengaruh kepercayaan pada merk dan kepuasan terhadap loyalitas merek, maka dapat diambil kesimpulan

Begitu juga dengan Lapas, dimana untuk menanggulangi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika di kalangan narapidana, Lapas dapat berpartisipasi aktif dalam hal

Pada dasarnya pembelajaran IPS berupaya mengembangkan kesadaran siswa dalam berhubungan dengan orang lain disekitarnya. Siswa diharapkan mampu memahami kondisi sosial

From our knowledge of homogeneous linear differential equations with constant coefficients, we know that the only real-valued functions annihilated by constant-coefficient operators