• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DENGAN PENDEKATAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X SMA NEGERI 1 MARTAPURA KABUPATEN OKU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DENGAN PENDEKATAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X SMA NEGERI 1 MARTAPURA KABUPATEN OKU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2014/2015"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

AKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DENGAN PENDEKATAN PETA PIKIRAN TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X SMA NEGERI 1 MARTAPURA KABUPATEN OKU TIMUR

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2014/2015

Oleh Kyky Zeptiana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan aktivitas dan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran quantum learning pendekatan peta pikiran dengan aktivitas dan hasil belajar siswa yang menggunakan model konvensional pada mata pelajaran geografi materi hidrosfer di SMA Negeri 1 Martapura Kabupaten Oku Timur Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dan subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IIS 1 sebagai kelas eksperimen dan X IIS 2 sebagai kelas kontrol yang berjumlah masing-masing 39 siswa dan 37 siswa. pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling, dengan pengambilan sampel 2 kelas dari jumlah populasi sebanyak 4 kelas. Proses pengumpulan data menggunakan instrumen tes untuk mengumpulkan data tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test), dan menggunakan lembar observasi untuk memperoleh data aktivitas siswa. Analisis yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan aktivitas dan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran quantum learning pendekatan peta pikiran dengan aktivitas dan hasil belajar siswa yang menggunakan model konvensional digunakan analisis uji t-test. Dari hasil penelitian diketahui bahwa: ada perbedaan aktivitas dan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning pendekatan peta pikiran dengan aktivitas dan hasil belajar siswa yang menggunakan model konvensional.

(2)

ABSTRACT

THE ACTIVITIES OF QUANTUM LEARNING MODEL APPLICATION AND MIND MAP APPROACH TO STUDENT’S LEARNING RESULT IN

GEOGRAPHY SUBJECT OF GRADE X IN STATE SENIOR HIGH SCHOOL 1 IN MARTAPURA OF EAST OKU DISTRICT

OF SOUTH SUMATERA PROVINCE IN 2014/2015

By Kyky Zeptiana

The objective of this research was to find out the activity differences and student’s learning result between students who used quantum learning and mind map approach and those students who used conventional learning model in hydrosphere material of geography subject in State Senior High School 1 in Martapura of East Oku district of South Sumatera province. This was a quasi-experiment research and research subjects were 39 students of Grade X in X IIS 1 classroom and 37 students of Grade X in X IIS 2 classroom. Samples were taken using purposive sampling, by taking two classrooms from population of 4 classrooms. Data were collected with pretest and posttest instruments, by using observation sheets to obtain data of students’ activities. Data were analyzed using t-test analysis. The results showed that there were differences of students’ activities and learning results between students who used quantum learning and mind map approach and those students who used conventional model.

(3)

AKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DENGAN PENDEKATAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

GEOGRAFI KELAS X SMA NEGERI 1 MARTAPURA KABUPATEN OKU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN

TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

KYKY ZEPTIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Martapura, Kabupaten Oku Timur pada tanggal 03 September 1993, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Jauhari dan Ibu Zalimah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 11 Martapura pada tahun 2005, melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Martapura pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Unggulan Martapura pada tahun 2011.

(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahhirabbil’alamiin.

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT yang selalu memberikan karunia dan nikmat-Nya, dengan kerendahan hati kupersembahkan karya kecilku ini untuk:

1. Ayah (Jauhari) dan Ibu (Zalimah) tercinta yang telah mendoakan, menyayangi, mendidik dan selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Terimakasih atas semua pengorbanan dan kasih sayang yang Ayah dan Ibu berikan selama ini. 2. Adik-adikku tercinta dan tersayang dek Wira dan dek Ella, yang senantiasa

berdo’a dan memberi semangat untuk menantikan keberhasilanku.

3. Seluruh keluarga besar Almarhum H. Zakaria.

Para pendidik dan Almamater tercinta Universitas Lampung.

(9)

MOTO

“Orang yang meraih kesuksesan tidak selalu orang yang pintar,

tapi orang yang meraih kesuksesan adalah orang yang gigih

dan pantang menyerah”

“Seberat apapun harimu, jangan pernah biarkan seseorang

membuatmu merasa bahwa kamu tidak pantas untuk

mendapatkan apa yang kamu inginkan”

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S., selaku Dosen Pembimbing I, Bapak Drs. Rosana, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan saran dan kritik kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta dan saudara-saudaraku yang tak henti menyayangiku, memberikan doa, dukungan, semangat serta menantikan keberhasilanku.

(11)

telah memberikan motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus sebagai Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik, dan saran selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

5. Bapak Dencik Marbun, S.Pd., M.M., selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Martapura dan Ibu Yunita Amelia, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu penulis untuk melaksanakan penelitian.

6. Bapak. Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

terimakasih atas izin dan pelayanan yang telah diberikan.

7. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si.,selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terimakasih atas izin

dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

8. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

terimakasih atas izin dan pelayanan yang telah diberikan.

(12)

dan menggapai impian.

11. Teman-teman KKN PPL seperjuanganku di Pekon Karangrejo, Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tanggamus, SMA Negeri 1 Karangrejo.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, 27 Juli 2015 Penulis,

(13)
(14)

xiv

2. Hasil Belajar Geografi (post-test) Kelas Eksperimen dan Kontrol 75

3. Hasil Observasi Aktivitas Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 76

(15)

xv DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1Hasil Nilai MID Semester Pelajaran Geografi di Kelas X IIS SMA N 1

Martapura Tahun Ajaran 2014-2015 ... 4

3.1 Desain Penelitian Eksperimental Semu (Quasi Experimental dengan Nonequivalent Control Group Design ... 41

3.2 Populasi kelas X IIS SMA Negeri 1 Martapura ... 42

3.3 Sampel kelas X IIS SMA Negeri 1 Martapura... 42

3.4 Indikator Aktifitas Siswa ... 47

3.5 Kriteria Ketuntasan Minimum SMA Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2014-2015 ... 49

3.6 Kisi-Kisi Instrumen Observasi Aktivitas Siswa ... 57

3.7 Klasifikasi Koefisien Validitas Tes ... 59

3.8 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Tes ... 60

3.9 klasifikassi Gain Ternormalisasi ... 63

3.10 Variabel Aktivitas Belajar Siswa ... 65

3.11 Variabel Hasil Belajar Siswa ... 65

3.12 Variabel Aktivitas dan Variabel Hasil Kelas Eksperimen ... 65

3.13 Variabel Aktivitas dan Variabel Hasil Kelas Eksperimen ... 66

4.1 Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Tes ... 72

4.2Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen Tes... 73

(16)

xvi

dan Kelas Kontrol ... 75

4.6 Deskripsi Hasil Observasi aktivitas siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 76

4.7Tabel Tunggal Variabel Aktivitas Belajar Siswa ... 78

4.8 Tabel Tunggal Variabel Hasil Belajar Siswa ... 78

4.9 Tabel Silang Kelas Eksperimen ... 79

4.10 Tabel Silang Kelas Kontrol ... 79

4.11 Rata-rata Indeks Gain Ternormalisasi ... 80

4.12 Uji Normallitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 81

4.13 Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 82

4.14 Hasil Uji Hipotesis (1) ... 83

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Daftar Nilai Pre-test dan Post-test 2. Daftar Nilai Aktivitas

3. Daftar Nilai Gain Ternormalisasi 4. Sialbus

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 6. Bahan Ajar

7. Soal Pre-test dan Post-test 8. Uji Validitas

9. Uji Reliabilitas

10. Daya Beda Soal dan Tingkat Kesukaran Soal 11. Uji Normalitas Kelas Eksperimen

12. Uji Normalitas Kelas Kontrol 13. Uji Homogenitas

(18)

xvii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Contoh Peta Pikiran (Mind Mapping) ... 28

2.2 Faktor-faktor Pengaruh Hasil Belajar ... 32

2.3 Kerangka Pikir Penelitian ... 38

4.1 Peta Lokasi SMA Negeri 1 Martapura ... 68

(19)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara mengajar itu sendiri dengan belajar. Jalinan komunikasi yang harmonis inilah yang menjadi

indikator suatu aktivitas proses pengajaran itu akan belajar dengan baik.

Kegiatan belajar mengajar adalah terjadinya interaksi antara guru dan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Anak didik adalah orang yang digiring ke dalam lingkungan belajar yang telah diciptakan oleh guru. gaya mengajar guru sangat mempengaruhi gaya belajar anak didik.

(20)

anak didik. Berkenaan dengan hal tersebut menurut Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2010: 37), menyatakan bahwa suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis yaitu kegiatan pembelajaran yang tidak menimbulkan hubungan emosional yang positif antara guru dan anak didik, kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pengajaran.

Menurut Bahri dan Aswan Zain (2010: 33); Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang ikut menentukan keberhasilan, yakni pengaturan proses belajar mengajar, pengajaran itu sendiri, dan keduanya mempunyai saling ketergantungan satu sama lain. Kemampuan mengatur proses belajar mengajar yang baik, akan menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar, sehingga merupakan titik awal suatu keberhasilan pengajaran. Siswa dapat belajar dalam suasana wajar tanpa tekanan dan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar.

(21)

Seorang guru dalam menyampaikan materi perlu memilih metode mana yang sesuai dengan keadaan kelas atau siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan. Namun, sampai saat ini masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga siswa hanya berfungsi sebagai objek atau penerima perlakuan saja dan siswa cenderung kurang aktif. Guru bukan sebagai pusat pembelajaran, melainkan sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator. Selama kegiatan berlangsung, siswalah yang dituntut untuk aktif sehingga guru bukan sebagai peran utama dalam proses pembelajaran. Banyak cara yang dapat dilaksanakan agar siswa dapat menjadi lebih aktif, salah satunya yaitu dengan pemilihan model pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran geografi, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan model harus mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir logis, kritis, dan kreatif.

(22)

Pembelajaran geografi di SMASN 1 Martapuran ini tidak diselingi dengan model-model pembelajaran yang inovatif, dan cenderung bersifat hafalan dan bukan bersifat memaknai. Sehingga siswa mengalami kebosanan dan kesulitan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa mengalami kesulitan dalam memanggil kembali ingatannya karena terlalu banyak suatu materi pelajaran yang dihafalkan, dan merasa sungkan untuk belajar geografi sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Masih rendahnya nilai siswa pada mata pelajaran geografi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1 Hasil Nilai MID Semester Pelajaran Geografi di Kelas X IIS SMA N 1 Martapura Tahun Ajaran 2014-2015

No. Interval Frekuensi Persentase

1 75 (tuntas) 51 33,30

2 < 75 (tidak tuntas) 102 66,70

Jumlah 153 100,00

Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2014/2015

Untuk itu siswa memerlukan pembelajarn yang menyenangkan yang bisa menarik minat belajar siswa untuk belajar geografi, dan siswa memerlukan suatu cara agar siswa bisa memaknai suatu pelajaran dan bukan menghafal, sehingga siswa akan dengan mudah memanggil kembali ingatannya saat diperlukan kembali.

(23)

pembelajaran yang bisa membuat siswa merasa tenang, senang, dan bisa memancing kreativitas siswa sehingga siswa tidak merasa bosan saat belajar. Hal ini dapat diwujudkan dengan menyatukan unsur hiburan, permainan, penggunaan warna dan gambar, serta berpikir positif saat proses pembelajaran berlangsung. Karena dengan perasaan tenang, nyaman, senang dan menggunakan warna dan gambar seperti poster dan tulisan bergambar di saat proses pembelajaran akan membantu siswa untuk memasukan informasi ke dalam otaknya, serta meningkatkan daya ingat, minat, aktivitas, dan hasil belajar siswa.

(24)

Sedangkan peta pikiran merupakan suatu cara untuk mengungkapkan hal yang dipikirkan melalui suatu catatan yang menggambarkan hubungan antarkata, warna, dan gambar sehingga materi dapat dipahami dan diingat. Peta pikiran ini di dukung juga oleh pernyataan Buzan dalam Sumarmi (2012: 77) yang menyatakan bahwa, peta pikiran memiliki ciri khas bagan warna, bercabang, dan memunculkan gambar. Gambar merupakan bagian dari kerangka peta pikiran karena gambar “bernilai seribu kata”. Oleh karena itu, gambar sering lebih meningkatkan daya ingat daripada kata, meningkatkan berpikir kreatif dan memori. Sedangkan Wycoff dalam Sumarmi (2012: 78) juga mengemukakan bahwa, peta pikiran akan membantu siswa menyampaikan pesan secara visual ke dalam benak, dan gambar disertai dengan warna dapat menggairahkan dan menenangkan pikiran.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Geografi di kelas X SMA Negeri 1 Martapura.

2. Pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat oleh guru bidang studi Geografi di kelas X SMA Negeri 1 Martapura.

(25)

4. Model quantum learning dengan pendekatan peta pikiran belum diterapkan dalam proses pembelajaran dalam mata pelajaran Geografi di kelas X SMA Negeri 1 Martapura.

C.Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, agar masalah dalam penelitian ini tidak meluas, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini hanya pada “Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning dengan Pendekatan Peta Pikiran, Aktifitas Belajar, dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X SMA Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2014/2015”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran oleh guru yang masih tradisional sehingga rendahnya hasil belajar geografi kelas X di SMAN 1 Martapura.

Dengan demikian permasalahan/ pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:

(26)

2. Apakah ada perbedaan hasi belajar yang menggunakan model pembelajaran quantum learning pendekatan peta pikiran dengan hasil belajar yang menggunakan

model konvensioanal pada mata pelajaran geografi kelas X SMAN 1 Martapura tahun ajaran 2014/2015.

Atas dasar rumusan masalah tersebut, maka judul penelitian ini adalah “Aktivitas Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning Pendekatan Peta Pikiran terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X SMA Negeri 1 Martapura, Kabupaten Oku Timur, Provinsi Sumatera Selatan”.

E. Tujuan Penelitian

(27)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai berikut:

1. Bagi siswa, (a) sebagai sarana dalam mempermudah pemahaman terhadap materi pembelajaran; (b) mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar; (c) memberikan pengalaman kepada siswa dalam belajar menggunakan model Quantum Learning. 2. Bagi guru, sebagai model pembelajaran alternative yang dapat diterapkan dalam

kegiatan belajar mengajar sehingga mempermudah guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.

3. Bagi peneliti, sebagai informasi untuk meningkatkan pemahaman tentang penggunaan model Quantum Learning.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian sebagai berikut: 1. Ruang Lingkup Subjek

Subjek yang diteliti adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Martapura tahun ajaran 2014/2015.

2. Ruang Lingkup Objek

Objek penelitian ini adalah model pembelajaran quantum learning dengan pendekatan peta pikiran pada mata pelajaran Geografi.

3. Ruang Lingkup Tempat

(28)

4. Ruang Lingkup Waktu

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. 5. Ruang Lingkup Ilmu

(29)

II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIIS

A. Teori-teori Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut rumusan Kimble dalam Lisnawaty Simanjuntak, dan kawan-kawan (1993: 38) belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam potensi tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan penguatan dan tidak termasuk perubahan-perubahan karena kematangan, kelelahan atau kerusakan pada susunan saraf, atau dengan kata lain bahwa mengetahui dan memahami sesuatau sehingga terjadi perubahan dalam diri seseorang yang belajar.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 2) mengatakaan bahwa belajar adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja oleh individu yang ditandai dengan adanya perubahan dalam hal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap pada diri individu tersebut.

(30)

terjadi selama murid menjalani pengalaman edukatif, untuk mencapai suatu tujuan.

Jadi, dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan baik sengaja maupun tidak sengaja yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami sesuatu sehingga terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, baik perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada diri individu.

Sardiman, A.M. (1994: 33) mengemukakan prinsip-prinsip dalam belajar sebagai berikut:

1. Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya.

2. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.

3. Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya.

4. Belajar adalah perkembangan ke arah diferensiasi yang lebih luas.

5. Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.

6. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang menggerakan seluruh organisme.

7. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.

2. Teori-teori Belajar Modern yang Melandasi Model Pembelajaran

(31)

a. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berusaha dengan susah payah menggunakan ide-ide.

b. Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.

c. Teori Pemrosesan Informasi

Teori ini menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali dari otak. Peristiwa mental diuraikan sebagai transformasi-transformasi informasi dari input ke output. Informasi dapat digambarkan sebagai kumpulan kotak-kotak yang dihubungkan dengan garis-garis.

d. Teori Belajar Bermakna Ausabel

(32)

terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui siswa.

e. Teori Penemuan Jerome Bruner

Bruner menganggap belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah, serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

f. Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky

Menurut Vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi apabila anak-anak bekerja dan menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut zone of proximal development, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini.

2. Landasan Teori Belajar yang Melandasi Perlunya Penggunaan Quantum Learning dan Peta Pikiran (Sumarmi, 2012: 82)

Teori belajar yang melandasi perlunya penggunaan peta pikiran ialah teori belajar berpikir kreatif dari Buzan. menurut Buzan dalam teorinya “Basic Ordering

(33)

B.Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan rangkaian dari satu kesatuan yang utuh antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang terbentuk dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. (Hosnan, 2014: 189)

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) dalam Hosnan, (2014: 189) mengetengahkan 4 kelompok model pembelajaran, yaitu (1) model interaksi sosial, (2) model pengolahan informasi, (3) model personal humanistik dan (4) model modifikasi tingkah laku.

Hamzah (2008: 25) mengemukakan tentang model pembelajaran sosial, model pembelajaran sosial merupakan pendekatan pembelajaran yang termasuk dalam kategori model yang menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model-model dalam kategori ini difokuskan pada peningkatan kemampuan individu dalam berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat.

(34)

(1) Model Pembelajaran Bermain Peran

Melalui permainan peran, siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk mengenal perasaannya sendiri dan perasaan orang lain. Mereka memperoleh cara berprilaku baru untuk mengatasi masalah seperti dalam permainan perannya dan dapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah.

(2) Model Simulasi Sosial

Permainan simulasi dapat merangsang berbagai bentuk belajar, seperti belajar tentang persaingan (kompetisi), kerja sama, empati, sistem, sosial, konsep, keterampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan, dan lain-lain.

(3) Model Pembelajaran Telaah Yurisprudensi

Model pembelajaran telaah yurisprudensi adalah model pembelajaran yang ditujukan untuk membantu siswa belajar berfikir secara sistematis tentang isu-isu yang sedang terjadi di masyarakat.

C.Model Quantum Learning

1. Pengertian Quantum Learning

Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2013: 14) quantum learning merupakan gabungan dari sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP (Neurolinguistik merupakan suatu penelitian bagaimana otak mengatur informasi) yang disesuaikan dengan teori keyakinan dan metode tersendiri yang telah disesuaikan. Berdasarkan pendapat tersebut, metode pembelajaran quantum learning merupakan metode pembelajaran yang mencakup aspek global atau me

(35)

Pendekatan global learning dimaksudkan untuk menutup kekurangan dalam gaya masing-masing siswa dalam belajar dengan pendekatan berbagai macam segi atau aspek yang ada untuk mempercepat dalam memahami dan menyerap informasi yang diberikan sesuai dengan kecenderungan siswa dalam belajar. Sebagai contoh untuk mengembangkan dan meningkatkan fungsi motor sensorik yang merupakan bagian dari struktur otak yang dapat ditingkatkan dengan kontak langsung atau berinteraksi langsung dengan lingkungannya. Pada model quantum learning banyak cara yang dapat dilakukan untuk medapatkan hasil belajar yang maksimal, salah satunya adalah peta pikiran.

Mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti antara hubungan bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru.

Agus N. Cahyo (2013: 159) mengatakan bahwa Quantum learning ialah pengajaran yang dapat mengubah suasana belajar yang menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Quantun learning merupakan orkestrasi bermacam-macam interaksi yang di dalam dan sekitar momen belajar atau suatu pembelajaran yang mempunyai misi utama untuk mendesain suatu proses belajar yang menyenangkan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.

(36)

suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Kerangka pemikiran yang dibangun oleh ciri pembelajaran quantum learning ini adalah adanya sikap positif yang dibangun dalam diri siswa, dengan menyakinkan siswa bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan pikiran yang tidak terbatas. Pembelajaran pada quantum learnig menuntut setiap siswa untuk bisa membaca secara cepat dan

membuat ringkasan berupa catatan sesuai dengan kenyamanan dan kemampuan mereka dalam meringkus pelajaran. (Agus N. Cahyo, 2013: 159).

2. Prinsip-prinsip dalam Quantum Learning

Qunatum learning model memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Menurut Agus N. Cahyo (2013: 161) Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

a. Segalanya Berbicara

Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dan kertas yang guru bagikan hingga rancangan pelajaran guru, semuanya mengirim pesan tentang belajar.

b. Segalanya Bertujuan

Semua yang terjadi dalam pengubahan guru mempunyai tujuan. Tujuannya tiada lain adalah mewujudkan pembelajaran dan pencapaian quantum learning tersebut.

c. Pengalaman Sebelum Pemberian Nama

(37)

d. Akui Setiap Usaha

Belajar mengandung risiko, belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah itu, mereka patut mendapat pengakuan atas kecapain dan kepercayaan diri mereka.

e. Jika Layak Dipelajari, Layak Pula Dirayakan

Perayaan adalah sarapan pelajar sang juara. Perayaaaan adalah umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.

3. Pendukung Model Quantum Learning

Dalam belajar quantum learning, perlu pendukung agar bisa berjalan dengan baik. Menurut Agus N. Cahyo (2013: 159) Pendukung tersebut harus dibuat oleh guru dan siswa, diantaranya sebagai berikut:

a. Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling berfungsi sebagai fasilitator.

b. Bagi kebanyakan orang, belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar atau cahaya yang baik sehingga peserta merasa santai dan relaks.

c. Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja, dan berpikir yang unik, dan berbeda yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu mengubahnya.

(38)

e. Dalam menyerap dan mengolah informasi otak menguraikan dalam bentuk simbol atau asosiatif sehingga materi akan lebih mudah dicerna jika lebih banyak disajikan dalam bentuk gambar, diagram, flow, atau simbol.

f. Kunci menuju kesuksesan model quantum learning adalah latar belakang (backgrounnd) musik klasik atau instrumental yang telah terbukti memberikan pengaruh positif dalam proses pembelajaran. Musik klasik dari Mozart, Bach, Beathoven, dan Vivaldi dapat meningkatkan kemampuan mengingat, mengurangi stres, meredakan ketegangan, meningkatkan energi dan membesarkan daya ingat. Musik menjadikan orang lebih cerdas karena kejiwaan bekerja.

g. Penggunaan warna dalam quantum learning dapat meningkatkan daya tangkap dan ingat sebanyak 78%.

h. Metode peran dimana siswa berperan lebih aktif dalam membahas materi sesuai dengan pengalamannya melalui pendekatan terbalik yaitu membuat belajar serupa bekerja (pembelajaran orang dewasa).

i. Umpan balik yang positif akan memotivasi anak untuk berprestasi namun umpan balik negative akan membuat anak menjadi frustasi.

4. Kelebihan Quantum Learning

Kelebihan quantum learning menurut Agus N. Cahyo (2013: 166) adalah sebagai beikut:

(39)

memahami peserta didik. Ini menjadi modal utama yang luar biasa untuk mewujudkan metode yang lebih efektif, yaitu metode belajar mengajar yang lebih menyenangkan.

 Model pembelajaran lebih santai dan menyenangkan, sebab proses belajar diiringi dengan musik. Hal ini untuk mendukung proses belajar karena musik akan meningkatkan kinerja otak sehingga diasumsikan bahwa belajar dengan diiringi musik akan mewujudkan suasana yang lebih menenangkan dan materi yang disampaikan lebih mudah diterima.

 Penyajian materi pelajaran yang secara alami merupakan proses belajar yang paling baik, yaitu terjadi ketika siswa telah mendapatkan dan mengalami informasi sebelum mereka memperoleh penjelasan untuk apa yang mereka pelajari. Sehingga, siswa berada pada zona nyaman untuk kemudian sedikit demi sedikit keluar dari zona nyaman untuk melakukan penjelajahan yang sesungguhnya yaitu kegiatan belajar itu sendiri.

(40)

Selain kelebihan tersebut, menurut Agus N. Cahyo (2013: 168) ada beberapa manfaat lain dari pembelajaran model quantum learning yang bisa menjadi kelebihan belajar. Diantaranya sebagai berikut:

1. Sikap positif. Sugesti sangat mempengaruhi terhadap tingkah laku siswa. Quantum learning lebih menekankan pada sugesti positif dan lebih menghindari sugesti negatif, tujuannya adalah untuk menanamkan sikap positif pada siswa. Karena, sugesti positif akan mengarahkan pikiran anak terhadap perasaan dan tingkah laku dari suatu keadaan yang dikehendaki.

2. Motivasi. Motivasi dan aktivitas menentukan intensitas usaha anak dalam belajar. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari dengan adanya motivasi, maka seorang anak akan dapat melahirkan suatu prestasi yang baik. Makin tepat motivasi disampaikan, makin berhasil pelajaran itu.

3. Kepercayaan diri. Dengan mengetahui dan melaksanakan beberapa keterampilan yang ada dalam quantum learning, seseorang akan merasa percaya diri dengan potensi yang dimilikinya. Sebab, quantum learning membimbing seseorang menuju arah keberhasilan, maka ia akan bangga dengan apa yang telah dilakukan.

5. Kelemahan Quantum Learning

Kelemahan dari quantum learning menurut Tiny Buzan dalam Agus N. Cahyo (2013: 170) adalah sebagai berikut:

(41)

2. Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.

3. Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar, dan menuntut situasi dan kondisi serta waktu yang lebih banyak.

6. Aplikasi Model Quantum Learning

langkah-langkah praktis pembelajaran melalui konsep quantum learning menurut De Porter, Bobby, dan Mike Hernachi (2009) dalam Agus N. Cahyo (2013: 276) adalah sebagai berikut:

a. Kekuatan Ambak

Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini, siswa akan diberi motivasi oleh guru agar siswa dapat mengidentifikasi dan mengetahui manfaat atau makna dari setiap pengalaman atau peristiwa yang dilaluinya dalam hal ini adalah proses belajar. b. Penataan Lingkungan Belajar

(42)

c. Memupuk Sikap Juara

Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar siswa, seorang guru hendaknya jangan segan-segan untuk memberikan pujian atau hadiah pada siswa yang telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan juga mencemooh siswa yang belum mampu menguasai materi. Dengan memupuk sikap juara ini siswa akan lebih merasa dihargai.

d. Bebaskan gaya belajarnya

Ada berbagai gaya belajar yang dipunyai oleh siswa, gaya belajar tersebut yaitu: visual, auditorial, dan kinestetik. Dalam quantum learning, guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya dan janganlah terpaku pada suatu gaya belajar saja.

e. Membiasakan mencatat

Belajar akan benar-benar dipahamai sebagai aktifitas kreasi ketika siswa tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali apa yang didapatkan menggunakan bahasa hidup dengan cara dan ungkapan sesuai gaya belajar siswa itu sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan simbol-simbol atau gambar-gambar yang mudah dimengerti oleh siswa itu sendiri, simbol-simbol tersebut dapat berupa tulisan atau yang lainnya.

f. Membiasakan Membaca

(43)

g. Jadikan Anak Lebih Kreatif

Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba, dan senang bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik, siswa akan mampu menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya.

h. Melatih Kekuatan Memori

Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga siswa perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik.

D.Pendekatan Peta Pikiran

1. Pengertian Peta Pikiran

Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2013: 152) pendekatan peta pikiran merupakan pendekatan keseluruhan otak yang membuat kita mampu membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman. Dengan menggunakan citra visual dan perangkat grafis lainnya, peta pikiran akan memberikan kesan yang lebih dalam.

Sedangkan menurut Sumarmi (2012: 75), peta pikiran merupakan suatu cara untuk mengungkapkan hal yang dipikirkan melalui suatu catatan yang menggambarkan hubungan antar kata, warna dan gambar sehingga materi dapat dipahami dan diingat.

Novak dan Gowin dalam Sumarmi (2012: 75), menyatakan bahwa “peta konsep

(44)

dan peta pikiran sama yaitu menggambarkan pikiran seseorang yang diungkapkan melalui tulisan. Yang membedakan yaitu peta pikiran menggunakan kata kunci yang dihubungkan dengan kata kunci lainnya dengan cabang garis lengkung, dimana setiap cabang memiliki warna yang berbeda dengan cabang yang lainnya dan disertai gambar. Peta pikiran dibuat setelah seseorang telah memahami sesuatu dan mengungkapkan hal yang dipikirkannya.

Kelebihan peta pikiran dibanding dengan peta konsep adalah pada warna, cabang, dan gambar. Prinsip peta pikiran disesuaikan dengan prinsip kerja otak, yaitu menghubungkan kemampuan otak kiri (kata, logika) dengan otak kanan ( warna, gambar) sehingga seseorang lebih mudah memahami dan mengingat suatu pengetahuan. Oleh karena gambar lebih mengandung seribu makna maka seseorang lebih mampu mengingat gambar daripada kata. Jadi, salah satu tujuan membuat peta pikiran adalah untuk membantu mengingat pengetahuan dengan adanya gambar, warna, dan kata.

(45)

gambar pada peta pikiran akan membantu siswa menyampaikan pesan secara visual ke dalam otak, dan penggunaan warna pada gambar akan dapat menggairahkan dan menenangkan pikiran.

2. Membuat Peta Pikiran

Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2013: 154) untuk membuat peta pikiran, gunakan pulpen berwarna dan mulailah dari bagian tengah kertas. Kalau bisa, gunakan secara melebar untuk mendapatkan lebih banyak tempat. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Tulis gagasan utamanya di tengah-tengah kertas dan lingkupilah dengan lingkaran, persegi, atau bentuk lain. Misalnya, peta pikiran dilingkupi oleh gambar boklam.

2. Tambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utama. Jumlah cabang-cabangnya akan bervariasi, bergantung dari jumlah gagasan atau segmen. Gunakan warna yang berbeda untuk tiap-tiap cabang.

3. Tulislah kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan untuk detail. Kata-kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memicu ingatan.

(46)

Sumber: (http://supersuga.wordpress.com/2008/03/14/peta-pikiran-membuat sinergi-belajar/ (diakses pada tanggal 16 November 2014, Pukul 10.33 WIB)

Gambar 2.1 Contoh Peta Pikiran (Mind Mapping)

E.Pembelajaran Geografi

Menurut Wardiyatmoko (2013: 6) ilmu geografi berasal dari bahasa Yunani: geo berarti bumi dan graphein berarti tulisan. Secara harfiah geografi berarti tulisan tentang bumi. Oleh karena itu, geografi sering disebut ilmu bumi. Akan tetapi, yang dipelajari dalam geografi tidak hanya berfokus pada berbagai hal yang ada di permukaan bumi, tetapi juga benda-benda yang ada di luar angkasa. Nursid Sumaatmadja (2001: 12) menyatakan bahwa pembelajaran geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek keruangan di permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan segala variasinya.

(47)

mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang aspek keruangan di permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan manusia, dan tentang persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan, dan kelingkungan dalam konteks keruangan. Objek studi geografi tidak lain adalah geosfer, yaitu permukaan bumi yang hakikatnya merupakan bagian dari bumi yang terdiri atas atmosfer (lapisan udara), litosfer (lapisan batuan), hidrosfer (lapisan air), antroposfer (manusia), dan biosfer (lapisan kehidupan).

Berdasarkan teori lingkungan hidup, Wardiyatmoko (2002: 7) menyatakan bahwa permukaan bumi dapat dikelompokan menjadi tiga lingkungan, yaitu sebagai berikut:

1. Lingkungan fisik atau lingkingan abiotik

Adalah segala sesuatu disekitar manusia yang berupa benda tak hidup, misalnya tanah, udara, air, dan sinar matahari.

2. Lingkungan biologis atau lingkungan biotik

(48)

3. Lingkungan sosisal

Adalah segala sesuatu di sekitar manusia yang berwujud tindakan atau aktifitas manusia, baik hubungannya dengan lingkungan alam maupun interaksi antarmanusia.

Tujuan dari pembelajaran geografi adalah agar siswa mampu mempelajari gejala ligkungan alam dan kehidupan di muka bumi serta permasalahan yang dihadapi sebagai akibat saling mempengaruhi antara manusia dan lingkungannya.

F. Aktivitas Belajar

Sardiman (2000: 100) menyatakan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Djamarah (2010: 67) mengemukakan bahwa belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak anak didik. Sardiman (2003: 95) mengemukakan sebagai berikut:

“Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas belajar. Tanpa adanya aktivitas, belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktivan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.”

Dierich dalam Sardiman, (2003: 95) menyatakan bahwa jenis kegiatan siswa digolongkan ke dalam 8 kelompok, sebagai berikut:

1. Visual activities, seperti: membaca dan memperhatikan.

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, dan diskusi.

3. Listening activities, seperti: mendengarkan uraian dan diskusi. 4. Writing activities, seperti: menulis laporan dan menyalin.

5. Drawing activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta dan diagram.

(49)

7. Mental activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, mellihat hubungan, dan mengambil kesimpulan.

8. Emosional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Aktivitas yang diliputi dalam penelitian ini meliputi memperhatikan penjelasan guru, mencari atau mencatat materi pembelajaran, berdiskusi antar siswa antar kelompok, bekerja memecahkan masalah (melakukan penyelidikan), memberikan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan memberikan tanggapan.

G.Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Kasmadi dan Nia Siti Sunariah dalam Hamzah (2008: 20) Hasil belajar secara normatif merupakan hasil penilaian terhadap kegiatan pembelajaran sebagai tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam memahami pembelajaran yang dinyatakan dengan nilai berupa huruf atau angka. Akan tetapi, secara psikologis menampakan perubahan perilaku pada siswa.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

(50)

bersumber dari luar diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor eksternal.

1. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor biologis dan psikologis. Yang dapat dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain usia, kematangan dan kesehatan, sedangkan yang dapat dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar.

2. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar dapat dikategorikan menjadi dua juga, yakni faktor manusia (human) dan faktor non manusia seperti alam benda, hewan dan lingkungan fisik.

Secara ringkas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar menurut Suharsimi Arikunto (1993:20), dapat digambarkan dalam bagan seperti di bawah ini.

Sumber: Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: PT. Rinaka Cipta.

Gambar 2.2 Faktor-faktor Pengaruh Hasil Belajar

(51)

performance (penampilan) yaitu dua istilah yang menunjukan sesuatu yang dapat diamati oleh orang lain.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010: 105) menyatakan bahwa indikator keberhasilan dalam suatu proses belajar mangajar dianggap berhasil apabila telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus TIK telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

Bloom dalam Sardiman (1994: 30) menyatakan bahwa hasil belajar meliputi 3 ranah/matra yaitu:

a. Ranah Kognitif:

a. Knowledge (pengetahuan dan ingatan)

b. Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, dan contoh). c. Analysis (menguraikan dan menentukan hubungan).

d. Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, dan membentuk bangunan baru).

e. Evaluation (menilai) f. Application (menerapkan) b. Ranah Affective:

(52)

d. Organizatiton (organisasi)

Keberhasilan proses mengajar dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Menurut Syaiful Bahri Djamarahh dan Drs Aswan Zain (2010: 107) tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

2. Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar(76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh

siswa.

3. Baik/minimmal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai siswa.

4. Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

H.Penelitian terdahulu yang Relevan

Fuat Muhclisin, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengarun Pembelajaran

Quantum Learning dengan Pendekatan Peta Pikiran terhadap Prestasi Siswa Pada

(53)

Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Peelitian ini merupakan penelitian eksperimen dan subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII TKR 3 sebagai kelas kontrol dan kelas XII TKR 4 sebagai kelas eksperimen angkatan 2012/2013 yang berjumlah masing-masing 32 siswa dan 30 siswa. Pengambilan sampel digunakan acak kelas dengan engambilan sampel 2 kelas dari jumlah populasi sebanyak 4 kelas. Proses pengumpulan data menggunakan metode test, yaitu pengumpulan data menggunakan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) setelah dilaksanakan treatment. Analisis yang digunakan untuk mengetahui perbedaan prestasi siswa antara kelas ekperimen dan kelas kontrol digunakan analisis uji t-test. Sebelum dilaksanakan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji instrumen dan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas, dan uji homogenitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa, prestasi siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran quantum learning dengan pendekatan peta pikiran terhadap prestasi siswa lebih tinggi bila dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Teknolodi Diesel di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, hal ini ditunjukan dengan hasil uji-t sebesar 0,1746 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,00. Uji homogenitas pretest kelas kelas kontrol dan eksperimen sebesar (Fh=1,3366<Ft=1,89) sehingga kemampuan awal siswa homogen.

Sedangkan posttest kelas kontrol 72,78 dan posttest kelas eksperimen sebesar 73,08. Besarnya selisih prestasi siswa antara posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar 0,412%.

Puji Auliyah, Dedi Rohendi, dan Eka Fitrajaya Rahman, penelitian yang berjudul

“Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Quantum Learning Tipe

(54)

Algoritma dan Pemrograman”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain nonekuivalen kontrol grup. Sampel penelitiannya adalah siswa kelas X SMK TI Garuda Nusantara Cimahi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa pretest, posttest, praktikum, dan lembar observasi. Berdasarkn hasil penelitian, peningkatan belajar kognitif pada kelas eksperimen sebesar 67,73 sedangkan pada kelas kontrol peningkatannya sebesar 20,12. Sementara berdasarkan hasil belajar psikomotor diperoleh data bahwa 48,48 % siswa pada kelas eksperimen mampu menyelesaikan tes praktek dengan sangat tepat dan 51,52% masuk dalam kategori tepat, sedangkan pada kelas kontrol 21,21% siswa masuk kategori agak tepat, 72,73% masuk dalam kategori tidak tepat, dan 6,06% masuk kategori tepat. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jadi, kesimpulannya adalah hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning tipe Kinesthetic lebih baik dari siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

I. Kerangka Pikir

(55)

keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih, menyampaikan, menggunakan berbagai sarana, serta fasilitas ataupun strategi, pendekatan, metode, dan model pembelajaran yang digunakan. Penerapan model yang tepat akan mempengaruhi hasil belajar siswa, dengan menciptakan proses belajar–mengajar yang kondusif, yaitu siswa terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran.

Dalam penelitian ini akan digunakan model pembelajaran quantum learning dengan pendekatan peta pikiran di SMA Negeri 1 Martapura tahun pelajaran 2014/2015. Dari hasil penelitian akan dibahas tentang aktivitas dan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran quantum learning dengan pendekatan peta pikiran dan yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

Quantum Learning merupakan model pembelajaran kooperatif yang mengedepankan pembelajaran yang imajinatif dan teknik-teknik yang efektif dalam belajar. Quantum learning memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi dengan

kegembiraan”. Cara ini menyatukan unsur-unsur hiburan, permainan, warna, cara

berpikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatan emosional untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah aktivitas belajar yang menggunakan model quantum learning pendekatan peta pikiran dan aktivitas belajar yang menggunakan model

(56)

Hasil

variabel bebas dan variabel terikat ditunjukan pada bagan kerangka pikir di bawah ini.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 110) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian selesai, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Hipotesis (1)

H0 = Tidak ada perbedaan aktivitas belajar yang menggunakan model

pembelajaran quantum learning pendekatan peta pikiran dengan aktivitas belajar yang menggunakan model konvensional pada mata pelajaran geografi kelas X SMAN 1 Martapura tahun ajaran 2014/2015.

H1 = Ada perbedaan aktivitas belajar yang menggunakan model pembelajaran

(57)

Hipotesis (2)

H0 = Tidak ada perbedaan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran

quantum learning pendekatan peta pikiran dengan hasil belajar yang menggunakan model konvensional pada mata pelajaran geografi kelas X SMAN 1 Martapura tahun ajaran 2014/2015.

H1 = Ada perbedaan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran

(58)

III METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian eksperimen. Wiersma (1991: 99) dalam Emzir (2014: 63) mendefinisikan eksperimen sebagai situasi penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut sebagai variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti. Dalam studi eksperimental, peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel, mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengobservasi efek/pengaruhnya terhadap satu atau lebih variabel terikat.

B.Desain penelitian

(59)

Perlakuan yang diberikan adalah model pembelajaran quantum learning pendekatan peta pikiran pada kelas eksperimen. Garis besar pelaksanaan penelitian digambarkan dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Desain Penelitian Eksperimental Semu (Quasi Experimental) dengan Nonequivalent Control Group Design

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Kelas Eksperimen O1 X1 O2

Kelas Kontrol O3 X2 O4

Sumber. Emzir. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. PT. RajaGrafindo Persada Jakarta.

Keterangan:

O1 : Pretest kelas eksperimen

O2 : Posttest kelas eksperimen

O3 : Pretest kelas kontrol

O4 : Posttest kelas kontrol

X1 : Perlakuan di kelas eksperimen

X2 : Perlakuan di kelas kontrol, (Emzir, 2014: 97)

C.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 di SMA N 1 Martapura Kabupaten Oku Timur, pada tanggal 10 Maret-2 April 2015.

D.Populasi dan Sampel

1. Populasi

(60)

Tabel 3.2 Populasi kelas X IIS SMA Negeri 1 Martapura

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah total

Laki-laki Perempuan

1. X IIS 1 14 25 39

2. X IIS 2 14 23 37

3. X IIS 3 15 23 38

4. X IIS 4 16 21 37

JUMLAH 59 94 151

Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 1 Martapura Tahun Pelajaran 2014/2015

2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 117) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sedangkan menurut Sugiyono (2013 : 81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Purposive Sampling, yaitu cara mengambil subjek bukan didasarkan atas tujuan tertentu (Suharsimi Arikunto, 2010: 183). Sampel dalam penelitian ini diambil 2 kelas dari 4 kelas siswa kelas X IIS SMA Negeri 1 Martapura. Sampel yang ditentukan adalah kelas X IIS 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X IIS 2 sebagai kelas kontrol.

Tabel 3.3. Sampel kelas X IIS SMA Negeri 1 Martapura

Kelas Kelompok Jenis Kelamin Jumlah Total

Laki-laki Perempuan

X IIS 1 Eksperimen 14 25 39

X IIS 2 Kontrol 14 23 37

JUMLAH 28 50 76

(61)

E.Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Sugiyono (2008: 61) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini terdapat varibel bebas, varibel terikat.

a. Variabel bebas (X)

Aktivitas belajar yang menggunakan model quantum learning pendekatan peta pikiran dan aktivitas belajar yang menggunakan model konvensional. b. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini hasil belajar siswa.

F. Definisi Operasional Variabel

Devinisi operasional adalah definisi yang akan dioperasionalkan dan dapat diukur, setiap variabel akan dirumuskan dalam bentuk rumusan tertentu. Hal ini berguna untuk membatasi ruang lingkup yang dimaksud untuk memudahkan pengukurannya, agar setiap variabel dalam penelitian ini dapat diukur atau dapat diamati. Dengan kata lain definisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989: 46).

1. Model pembelajaran quantum learning dengan pendekatan peta pikiran

(62)

menyatukan unsur hiburan, permainan dan warna. Pembelajaran pada quantum learning menuntut setiap siswa untuk bisa membaca secara cepat dan membuat

ringkasan berupa catatan sesuai dengan kenyamanan dan kemampuan mereka dalam meringkus pelajaran. Dalam penelitian ini siswa diarahkan untuk mencatat dengan menggunakan peta pikiran (mind mapping). Peta pikiran (mind mapping) merupakan pendekatan keseluruhan otak yang membuat kita mampu membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman dengan menggunakan citra visual dan perangkat grafis. Peta pikiran merupakan teknik pencatat yang dikembangkan oleh Tony Buzan dan didasarkan pada riset tentang cara kerja otak.

1.1 Aplikasi Quantum Learning dalam Pembelajaran

Kekuatan Ambak

Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini, siswa akan diberi motivasi oleh guru agar siswa dapat mengidentifikasi dan mengetahui manfaat atau makna dari setiap pengalaman atau peristiwa yang dilaluinya dalam hal ini adalah proses belajar.

Penataan Lingkungan Belajar

(63)

lingkungan belajar yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri siswa.

Memupuk Sikap Juara

Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar siswa, seorang guru hendaknya jangan segan-segan untuk memberikan pujian atau hadiah pada siswa yang telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan juga mencemooh siswa yang belum mampu menguasai materi. Dengan memupuk sikap juara ini siswa akan lebih merasa dihargai.

Bebaskan gaya belajarnya

Ada berbagai gaya belajar yang dipunyai oleh siswa, gaya belajar tersebut yaitu: visual, auditorial, dan kinestetik. Dalam quantum learning, guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya dan janganlah terpaku pada suatu gaya belajar saja.

Membiasakan mencatat

Belajar akan benar-benar dipahamai sebagai aktifitas kreasi ketika siswa tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali apa yang didapatkan menggunakan bahasa hidup dengan cara dan ungkapan sesuai gaya belajar siswa itu sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan simbol-simbol atau gambar-gambar yang mudah dimengerti oleh siswa itu sendiri, simbol-simbol tersebut dapat berupa tulisan atau yang lainnya.

Membiasakan Membaca

(64)

wawasan dan daya ingat. Seorang guru hendaknya membiasakan siswa untuk membaca, baik buku pelajaran maupun buku-buku yang lain.

Jadikan Anak Lebih Kreatif

Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba, dan senang bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik, siswa akan mampu menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya.

Melatih Kekuatan Memori

Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga siswa perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik.

1.2 Aplikasi Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran

Overview:

Tinjauan menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran umum pada siswa tentang topik yang akan dipelajari. Khusus untuk pertemuan pertama, Overview diisi dengan kegiatan untuk membuat rangkuman dari seluruh topik yang akan diajarkan. dengan demikian, sejak awal siswa sudah mengetahui topik apa saja yang akan dipelajarinya sehingga membuka peluang bagi siswa yang aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu.

Preview:

(65)

Inview:

Tinjauan mendalam yang merupakan inti dari suatu proses pembelajaran, dimana suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci dan mendalam. Selama Inview ini, siswa diharapkan dapat mencatat informasi, konsep atau rumus penting beserta grafik, daftar atau diagram untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan yang diajarkan.

Review:

Tinjaun ulang yang dilakukan menjelang berakhirnya jam peajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada informasi, konsep atau rumus penting yang harus diingat atau harus diakui oleh siswa. hal ini akan membantu siswa untuk fokus dalam mempelajari ulang seluruh bahan yang diajarkan di sekolah pada saat di rumah. Review juga dilakukan saat pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya untuk membantu siswa mengingatkan kembali bahan yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.

2. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa selama proses pembelajaran. Indikator aktivitas siswa yang diukur dalam penelitian ini terdapat pada tabel 3.4:

Tabel 3.4 Indikator Aktivitas Siswa

No. Dimensi Indikator

1. Visual Aktivities Membaca dan memperhatikan

2. Oral Aktivities bertanya dan mengeluarkan pendapat. 3. Listening Aktivities Mendengarkan penjelasan guru. 4. Writing Aktivities Menulis/ mencatat

(66)

setiap siswa diamati aktivitasnya dalam setiap pertemuan dengan memberi tanda

ceklis ( √ ) pada lembar observasi yang telah disediakan sesuai dengan indikator

yang telah ditentukan. Seorang siswa dikategorikan aktif apabila minimal 65% dari jenis kegiatan yang ada dilakukan atau siswa dikatakan aktif jika telah melakukan 4 indikator aktivitas dari 5 indikator aktivitas yang ada. Untuk menentukan persentase aktivitas yang dilakukan siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

%A = × 100%

Keterangan

%A : Persentase aktivitas siswa

Na : Jumlah kategori aktivitas terkategori aktif yang dilakukan siswa N : Jumlah indikator aktivitas keseluruhan

Pemilihan presentase keaktifan siswa di dukung oleh Arikunto (1993: 17) yaitu: a) A = aktif (61%-100%)

b) CA = cukup aktif (41%-60%) c) TA = tidak aktif (0%-40%)

3. Hasil Belajar

(67)

Tabel 3.5 Kriteria Ketuntasan Minimum SMA Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2014-2015

Kkriteria Ketuntasan Minimum Keterangan ≥ 75

< 75

Tuntas Tidak Tuntas Sumber: Data SMA Negeri 1 Martapura Tahun Pelajaran 2014-2015

Tes diberikan setelah siswa diberi perlakuan untuk kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran quantum learning dengan pendekatan peta pikiran. Adapun perangkat tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda. Instrumen tes menggunakan 25 soal tes pilihan ganda dengan pemberian skor untuk setiap soal diberi nilai 1, sedangkan siswa yang menjawab salah diberi nilai 0 (nol). Untuk menghitung hasil belajar kognitif siswa digunakan rumus sebagai berikut:

Hasil belajar =

× 100%

Tingkat hasil belajar siswa dalam penelitian ini dibedakan menjadi 4 tingkatan sebagai berikut:

a. Tinggi : 76-100 b. Sedang : -51-75 c. Renda h : 26-50 d. Sangat rendah : 0-25

G.Pelaksanaan Penelitian

(68)

1) Tahap Pra Penelitian

Persiapan yang harus direncanakan sebelum penelitian dilaksanakan, yaitu: a) Membuat surat izin penelitian sekolah.

b) Melakukan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah sebagai tempat diadakannya penelitian untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti, serta mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi guru saat ini.

c) Menentukan kelas untuk dijadikan sampel.

d) Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi pokok.

e) Membuat instrumen tes hasil belajar kognitif siswa berupa soal-soal pilihan ganda.

f) Membuat lembar observasi aktivitas siswa.

g) Melakukan uji instrumen pada siswa di luar sampel yang akan diteliti sebelum soal disebar pada siswa yang akan dijadikan sampel penelitian. h) Mengumpulkan soal pretest-posttest yang merupakan produk yang

dihasilkan.

2) Pelaksanaa Penelitian

(69)

 Pertemuan pertama

Selasa, 10 Maret 2015 Kelas eksperimen Kamis 12 Maret 2015 Kelas kontrol

Pada pertemuan pertama dilakukan pretes terlebih dahulu pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, kemudian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan tentang materi siklus hirologi, kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran quantum learning dengan pendekatan peta pikiran sedangkan kelas kontrol dengan metode konvensional (ceramah).

 Pertemuan kedua

Selasa, 17 Maret 2015 Kelas eksperimen Kamis, 19 Maret 2015 Kelas kontrol

Membahas tentang klasifikasi jenis laut, morfologi laut dan salinitas air laut.

 Pertemuan ketiga

Selasa, 24 Maret 2015 Kelas eksperimen Kamis, 26 Maret 2015 Kelas kontrol

membahas tentang pemanfaatan perairan laut dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE).

 Pertemuan ke empat

Gambar

Tabel
Gambar 2.1 Contoh Peta Pikiran (Mind Mapping)
Gambar 2.2 Faktor-faktor Pengaruh Hasil Belajar
Gambar 2.3. Kerangka Pikir Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berbicara mengenai peran komunikasi dalam proses politik khususnya media massa, dalam kamus Analisa Politik ditanyakan bahwa proses komunikasi politik melakukan proses

Hasil dari penelitian ini adalah tingkat kesehatan Bank ditinjau dari aspek Risk Profile, Earnings, Good Corporate Governance , dan Capital pada Bank Negara

• Pernyataan PesaN Pengaruh adlh; • Jika anda melakukan X, maka anda. akan

Besarnya Nilai Jual Objek Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan pemerintah kabupaten / kota dengan peraturan daerah sebesar RP 10.000.000,00 untuk setiap wajib

Dari kedua sample input maupun output video virtual diatas, untuk video komputer graphis maka bisa di tarik kesimpulan yaitu terjadinya perbedaan sudut-sudut phase pada video

“Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Pengguna Jasa Lapangan Futsal (Studi Kasus Pada IFI Futsal Bandung)”. Bandung: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

STUDI PEMBINAAN KETERAMPILAN MENULIS BAGI SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ARAB. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |