• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS IV B SDN 1 KALIAWI TANJUNGKARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG TP. 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS IV B SDN 1 KALIAWI TANJUNGKARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG TP. 2013/2014"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MEDIA GAMBAR MATA PELAJARAN IPA

MATERI SUMBER DAYA ALAM KELAS IV SD NEGERI 2 KEMILING PERMAI

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

OLEH :

SITI ROGAIYAH NPM. 0913069099

Skirpsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar SARJANA PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

PROGRAM STUDI S1 PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PADA SISWA KELAS IV B SDN 1 KALIAWI TANJUNGKARANG PUSAT

BANDAR LAMPUNG TP. 2013/2014

Oleh

AGUSTIN SRI INDRIANI

Masalah penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IVB SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung. Sebagian besar siswa tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA siswa kelas IV B SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus.Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV B SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung sebanyak 32 siswa. Pengumpulan data menggunakantes dan lembar observasi aktivitas belajar siswa.Untuk data hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajari, digunakan soal pre tes dan post tes (evaluasi). Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik prosentase dengan membandingkan standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan yaitu

Penelitian ini menunjukkan bahwa telah ada peningkatan pada rata-rata aktivitas siswa dari siklus I hingga siklus II. Hal tersebut juga terjadi pada hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IVB SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1 Teori Belajar ... 8

2.1.1 Teori Belajar Behaviorisme ... 8

2.1.2Teori Belajar Kognitivisme ... 9

2.1.3Teori Belajar Konstruktivisme ... 10

2.2 Pengertian Belajar ... 11

2.3 Belajar dan Pembelajaran ... 12

2.4 Aktivitas Belajar ... 13

2.5Hasil Belajar... 14

2.6 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 16

2.6.1 TujuanPembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 17

2.6.2Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 17

2.6.3Ruang Lingkup Materi Pembelajaran IPA Kelas IV di Sekolah Dasar ... 18

2.6.4Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 19

2.7 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 20

2.7.1 KelebihanModel Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 21

2.7.2Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 22

2.7.3Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 22

2.8 Penelitian yang Relevan ... 23

2.9 Kerangka Pikir ... 24

2.10 Hipotesis Tindakan ... 26

BAB IIIMETODE PENELITIAN... 27

3.1Jenis Penelitian ... 27

3.2Setting Penelitian ... 27

3.3Prosedur Penelitian ... 28

3.4Teknik Pengambilan Data ... 30

3.5Teknik Analisis Data ... 31

3.6Indikator Keberhasilan ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

(7)

4.2Hasil Penelitian ... 34

A. Tahap Proses Siklus I ... 34

1. Perencanaan... 34

2. Pelaksanaan ... 35

3. Hasil Penelitian Siklus I ... 35

B.Tahap Proses Siklus II ... 38

1. Pelaksanaan ... 38

2. Hasil Penelitian Siklus II ... 39

4.3 Uji Hipotesis Tindakan ... 41

4.4 Pembahasan... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

5.1 Kesimpulan ... 45

5.2 Saran ... 45

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1Data Aktivitas Siswa di dalam Mengikuti Proses Pembelajaran IPA ... 3

1.2Data Nilai Formatif Siswa ... 4

2.1Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas IV Semester 1 (ganjil) ... 19

2.2Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 22

3.1Aspek Aktivitas Siswa ... 32

3.2Kriteria Tingkat Keberhasilan Siswa ... 32

4.1Data hasil belajar siswa siklus I ... 35

4.2Persentase hasil observasi aktivitas siswa siklus I ... 36

4.3Data hasil belajar siswa siklus II ... 39

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(10)

i

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pemetaan SK/KD siklus I ... 51

2. Silabus siklus I ... 52

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I ... 54

4. Data Hasil Pre Tes Siklus I ... 57

5. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 58

6. Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar Siklus I ... 59

7. Data Hasil Pos Tes Siklus I ... 60

8. Pemetaan SK/KD siklus II ... 61

9. Silabus siklus II ... 62

10.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I ... 64

11.Data Hasil Pre Tes Siklus II ... 67

12.Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 68

13.Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar Siklus II ... 69

14.Data Hasil Pos Tes Siklus II ... 70

15.Soal Evaluasi ... 71

16.Kunci Jawaban ... 72

17.Gambar Alat Indera Manusia ... 73

18.Foto Kegiatan Belajar Mengajar Siklus I ... 78

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah berkaitan dengan mencari

tahu tentang alam semesta beserta isinya. Pendidikan IPA mengarahkan siswa

untuk mengarahkan sendiri pemahaman yang lebih mendalam tentang alam

sekitar. IPA sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang merupakan

program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan,

sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai ciptaan

Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana

bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kemampuan siswa agar dapat memahami alam sekitar secara

ilmiah.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri

(SDN)1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung kelas IV B

memperlihatkan hasil belajar IPA masih rendah terutama untuk materi

mengenal rangka manusia. Hal ini disebabkan karena pembelajaran yang

dilakukan di dalam kelas masih konvensional. Guru masih menggunakan

(12)

kesempatan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara berkelompok

dan melakukan pengamatan tentang materi yang diajarkan. Siswa masih malu

atau takut untuk bertanya kepada guru mengenai materi yang belum mereka

pahami dan menjawab atau menanggapi pertanyaan dari guru. Hal tersebut

berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar

siswa kelas IV B SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung pada

materi mengenal rangka manusia yaitu hanya 13 siswa dari 32 siswa yang

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau 40,62%. Berarti 19 siswa

atau 59,38% yang belum mencapai KKM dimana KKM yang ditetapkan adalah

65. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu tindakan pembelajaran yang dapat

meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Salah satu tindakan yang dianggap

dapat meningkatkan hasil belajar IPA khususnya pada materi mengenal rangka

manusia adalah dengan menggunakan dengan model pembelajaran kooperatif

tipe Student Team Achievement Division(STAD).

Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa

yang berbeda-beda. Di mana model ini dipandang sebagai model pembelajaran

yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan IPA yang dikembangkan

untuk memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru.

Masalah-masalah dalam pembelajaran IPA dapat mereka pecahkan bersama

teman dalam satu kelompoknya. Siswa yang lebih pandai dapat membantu

siswa lain dalam memahami materi yang mereka terima. Seperti yang

(13)

3

pembelajaran kooperatif model STAD adalah model pembelajaran di mana

murid ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat sampai lima

orang murid yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang

berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat murid yang berprestasi

tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis,

atau kelompok social lainnya. Pendapat yang hampir sama juga di kemukakan

oleh Khaeruddin (Usman, 2009 :12 ) bahwa “Dalam STAD, siswa ditempatkan

dalam kelompok belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran

menurut tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku”. Dengan menggunakan

metode pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi mengenal rangka manusia, karena dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD membantu guru dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran dengan lebih mudah.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu kiranya dilakukan perbaikan

kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan

model pembelajaran tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas dan hasil

pembelajaran IPA.

Tabel 1.1 Data aktivitas siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran IPA SDN 1 Kaliawi Tahun Pelajaran 2012/2013

No. Aktivitas Siswa Jumlah Siswa Persentase (%)

1. Aktif dan Kreatif 12 Siswa 37,50

2. Pasif 20 Siswa 62,50

Jumlah 32 Siswa 100

(14)

Tabel 1.2 Data Nilai Formatif Mata Pelajaran IPA Kelas IVSDN 1 Kaliawi Tahun Pelajaran 2012/2013

No. Nilai Jumlah Siswa Persentase (%)

1. 91 - 100 0 0

2. 81 - 90 1 3,13

3. 71 - 80 4 12,50

4. 61 - 70 8 25,00

5. 51 - 60 6 18,75

6. ≤ 50 13 40,62

Jumlah 32 Siswa 100 %

Sumber: SDN 1 Kaliawi, 2013

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti mengidentifikasi masalah

yang ada sebagai berikut:

1) Guru masih menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah

dalam pembelajaran IPA.

2) Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan

kegiatan pembelajaran secara berkelompok.

3) Hasil belajar IPA masih rendah.

1.3Rumusan Masalah dan Permasalahan

Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah masih rendahnya hasil belajar

IPA pada siswa kelas IV di SDN 1 Kaliawi.

(15)

5

1) Bagaimanakah peningkatan aktivitas pembelajaran IPA setelah

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa

kelas IV SDN 1 Kaliawi tahun pelajaran 2013/2014.

2) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar pembelajaran IPA setelah

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa

kelas IV SDN 1 Kaliawi tahun pelajaran 2013/2014.

3) Bagaimanakah hubungan antara aktivitas belajar dengan hasil belajar

dalam pembelajaran IPA setelah menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SDN 1 Kaliawi tahun

pelajaran 2013/2014.

Dengan demikian judul penelitian ini adalah :

“Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

Pada Siswa Kelas IV B SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014”.

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas

ini adalah :

1) Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA pada materi mengenal rangka

manusia melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap

siswa kelas IV B SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Barat Bandar Lampung

(16)

2) Untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada materi mengenal rangka

manusia melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap

siswa kelas IV B SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung

tahun pelajaran 2013/2014.

3) Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas dengan hasil belajar siswa

kelas IV SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung tahun

pelajaran 2013/2014.

1.5Manfaat Penelitian 1) Bagi siswa

a) Dapat meningkatkan hasil belajar IPA kepada siswa kelas IV B

SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung tahun

pelajaran 2013/2014.

b) Meningkatkan proses belajar IPA dengan tidak hanya banyak

mencatat tetapi lebih ke pemahaman konsep-konsep.

c) Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih memudahkan

siswa dalam memahami materi.

2) Bagi guru

a) Sebagai informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelas,

menambah pengetahuan guru serta mengembangkan kemampuan

guru dalam mempersiapkan diri untuk menjadi guru yang

profesional.

b) Berkreasi untuk memperbaiki citra proses pengajaran dan hasil

(17)

7

3) Bagi SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung

a) Memberikan landasan kebijakan yang akan diambil sebagai upaya

untuk perbaikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di

sekolah.

b) Meningkatkan Standar Ketuntasan Minimal pada mata pelajaran

IPA kelas IV.

c) Sebagai bahan masukan bahwa dengan menggunakan metode

pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan hasil belajar

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Teori-Teori Belajar

Dalam psikologi dan pendidikan, pembelajaran secara umum didefinisikan

sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan

pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat

perubahan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris:

2000).Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika

belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan

teori-teori belajar.Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana

orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses

kompleks inheren pembelajaran.

2.1.1Teori Belajar Behaviorisme

Teori behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan

Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori

ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh

terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran

yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada

(19)

9

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,

mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau

perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan. Munculnya perilaku

akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila

dikenai hukuman.

2.2.2 Teori Belajar Kognitivisme

Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model

kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses

infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan

kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan

pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana

informasi diproses.Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing

memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek

pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap

belajar.Bruner dan Gagne bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan

bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik

(20)

2.2.3 Teori Belajar Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan

dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan

hidup yang berbudaya modern.

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)

pembelajarankonstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas

dan tidak sekonyong-konyong.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,

konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus

mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman

nyata.

Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan

masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham

karena mereka terlibat langsungdalam membina pengetahuan baru, mereka

akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi.

Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih

lama semua konsep.

Dari ketiga teori tersebut, penelitian ini mengacu pada teori belajar

behaviorisme yang menekankan pada perubahan tingkah laku sebagai hasil

(21)

11

2.2 Pengertian Belajar

Belajar pada dasarnya adalah mengulang, mengingat dan menghapal sesuatu

agar dapat diketahui secara lebih mendalam yang didapat dari orang lain

maupun atas usaha sendiri. Menurut M. Sobry Sutikno

(2010:5)mengemukakan bahwa, “belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Jika

kaki seseorang patah karena terkena benda yang berat yang terjatuh dari atas

loteng, ini tidak bisa disebut perubahan hasil belajar. Jadi, perubahan yang

dimaksud adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju

untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Menurut Sumiati

(2009:38) “belajar adalah proses perubahan prilaku akibat interaksi individu

dengan lingkungannya”. Jadi perubahan prilakunya adalah hasil belajar.

Artinya seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu

yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Sejalan dengan hal di atas Ketut

Sukardi (2003:15) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah

laku sebagai hasil pengalaman, kecuali perubahan tingkah laku yang

disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang atau perubahan bersifat

temporer.

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam

upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan

memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Yang terpenting dalam

kegiatan pembelajaran adalah proses belajar (learning process). Menurut

(22)

membahas pertanyaan apa, siapa, mengapa, dan bagaimana, dan seberapa

baik tentang pembelajaran. Upaya meningkatkan keberhasilan pembelajaran

merupakan tantangan yang dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung

dalam dunia kependidikan. Banyak upaya yang telah dilakukan, banyak

keberhasilan yang telah dicapai, meskipun disadari bahwa apa yang telah

dicapai belum sepenuhnya memberikan hasil yang memuaskan sehingga

menuntut pemikiran dan kerja keras untuk memecahkan masalah yang

dihadapi.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar dan

pembelajaran pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri

seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Dalam belajar yang terpenting

adalah bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh

dengan usaha sendiri, adapun orang lain atau guru hanya sebagai perantara

atau penunjang dalam kegiatan belajar mengajar agar belajar itu dapat

berhasil dengan baik.

2.3 Belajar dan Pembelajaran 2.3.1 Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan

guru dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Pembelajaran di sekolah

tidak hanya penguasaan meteri belajar oleh siswa, melainkan ditujukan

kepada terbentuknya siswa sebagai manusia yang beriman, beakhlak, dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan

(23)

13

2.4Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang sangat informal sampai

dengan yang sangat formal, dari bahan materi yang sangat sederhana sampai

bahan materi yang sangat rumit. Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses

yang alamiah sampai proses yang ilmiah. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, aktivitas artinya adalah “kegiatan/keaktifan”. W.J.S. Poewadarminto (2010:234) menjelaskan aktivitas sebagai suatu kegiatan atau

kesibukan. S. Nasution (2008:15) menambahkan bahwa aktivitas merupakan

keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan.

Menurut Sudirman (2005:13), Faktor yang mempengaruhi belajar pada

pokoknya mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi

belajar adalah :

1). Faktor indogin, ialah faktor yang datang dari pelajar atau mahasiswa sendiri. Faktor ini meliputi :

a) Faktor biologis (faktor yang bersifat jasmaniah) b) Faktor psychologis (faktor yang bersifat rohaniah)

2). Faktor exogin, ialah faktor yang datang dari luar pelajar atau mahasiswa Faktor ini meliputi :

a) Faktor lingkungan keluarga b) Faktor lingkungan sekolah. c) Faktor lingkungan masyarakat.

Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para ahli

mengadakan klasifikasi. Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2004:101)

menggolongkan aktivitas siswa dalam belajar sebagai berikut :

1) Visual Activities, meliputi kegiatan seperti: membaca, memperhatikan

(gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain)

2) Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

(24)

3) Listening Activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik dan pidato.

4) Writting Activities, seperti: menulis cerita, menulis karangan, menulis

laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.

5) Drawing Activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

6) Motor Activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi,

model, mereparasi, bermain dan berternak.

7) Mental Activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8) Emotional Activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, bergairah,

berani, tenang dan gugup.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksud di sini penekanannya adalah

pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif.

2.5 Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar

merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam

belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan

seorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan

oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Di antara keduanya itu

terdapat suatu interaksi. Kemampuan siswa didapat dari proses belajar

mengajar. Namun para siswa juga harus mendapatkan hasil belajar melalui

kreativitas mereka tanpa adanya intervensi dari orang lain sebagai pengajar.

Oleh karena itu, hasil belajar yang dimaksud di sini adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakuan dari

(25)

15

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya.

Selanjutnya Sudjana mengemukakan ada tiga macam hasil belajar mengajar,

yaitu:

1. Keterampilan dan kebiasaan

2. Pengetahuan dan pengarahan

3. Sikap dan cita-cita.

Sedangkan menurut Darmansyah (2006:13) hasil belajar adalah hasil

penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil

belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani

proses pembelajaran. Cece Rahmat (dalam Zainal Abidin. 2004:1)

mengatakan bahwa “hasil belajar adalah penggunaan angka pada hasil tes

atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan tertentu, atau dengan kata lain

untuk mengetahui daya serap siswa setelah menguasai materi pelajaran yang

telah diberikan.

Selanjutnya peranan hasil belajar menurut Harahap (dalam Abidin 2004:2)

yaitu :

a) Hasil belajar berperan memberikan informasi tentang kemajuan belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

b) Untuk mengetahui keberhasilan komponen-komponen pengajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

(26)

d) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mengalami kegagalan dalam suatu program bahan pembelajaran.

e) Untuk keprluan supervisi bagi kepala sekolah dan penilik agar guru lebih berkompeten.

f) Sebagai bahan dalam memberikan informasi kepada orang tua siswa dan sebagai bahan mengambil berbagai keputusan dalam pengajaran.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang diperoleh siswa

setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat

mengkontruksikan pengetahuan itu ke dalam kehidupan sehari-hari.

2.6Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan

yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP

(Depdiknas, 2006) bahwa “ IPA berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis.” Sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan”.

Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas

tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan

pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hakikatnya

pembelajaran IPA adalah proses yang diwujudkan dengan melaksanakan

pembelajaran yang melatih keterampilan proses bagaimana cara produk IPA

(27)

17

2.6.1 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pelaksanaan pembelajaran IPA juga dipengaruhi oleh tujuan apa yang ingin

dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di SD telah

dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku di Indonesia.

Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP). Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut KTSP

(Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah :

a) Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNYA.

b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat.

d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan,

e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

f) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

2.6.2 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek,

(28)

kegiatan penyelidikan berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreatifitas,

pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep

dalam kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan kurikulum

berbasis kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci

lingkup materi yang terdapat dalam kurikulum KTSP adalah :

a) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

b) Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat,

dan gas.

c) Energi dan perubahannya, meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana.

d) Bumi dan alam semestra, meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek

tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk

memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA.

2.6.3 Ruang Lingkup Materi Pembelajaran IPA Kelas IV di Sekolah Dasar Materi pembelajaran IPA kelas IV di sekolah dasar meliputi:

1. Kerangka manusia dan hewan. Daur hidup hewan. Merawat dan

memelihara hewan. Hubungan antara makhluk hidup. Bagian-bagian

tumbuhan.

2. Sifat benda padat, cair, dan gas. Perubahan wujud benda. Sifat bahan

(29)

19

3. Gaya menyebabkan benda bergerak. Energi. Energi alternatif dan

penggunaannya.

4. Perubahan penampakan pada bumi dan langit. Perubahan lingkungan

fisik dan prosesnya.

2.6.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas IV Semester 1 (ganjil)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya

1.1Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan

fungsinyaMengurutkan bilangan.

1.2Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh Melakukan operasi hitung campuran.

1.3Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya

1.4Menerapkan cara memelihara kesehatan panca Indera

2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya

2.1 Menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya.

2.2 Menjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya.

2.3 Menjelaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya.

2.4 Menjelaskan hubungan antara bunga dengan fungsinya

3. Menggolongkan hewan, berdasarkan jenis

makanannya

3.1 Mengidentifika-si jenis maka-nan hewan 3.2Menggolongkan hewan berdasarkan jenis

makanannya.

3.3Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat.

(30)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 4. Memahami daur hidup

beragam jenis makhluk hidup

4.1 Memahami daur hidup beragam jenis makhluk hidup

4.2 Menunjukkan kepedulian terhadap hewan peliharaan, misalnya kucing, ayam, ikan

5. Memahami hubungan sesama makhluk hidup dan antara makhluk hidup dengan Lingkungannya

5.1 Mengidentifikasi beberapa jenis hubungan khas (simbiosis) dan hubungan “makan dan dimakan” antar makhluk hidup (rantai makanan)

5.2 Mendeskripsikan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya

6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya

6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu.

6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair padat cair; cair gas cair; padat gas.

6.3 Menjelaskan hubungan antara sifat bahan dengan kegunaannya

2.7Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

adalah suatu model pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antara

siswa. Slavin (Marta, 2008: 31) menjelaskan bahwa “Pembelajaran kooperatif

model STAD, murid ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan

empat sampai lima orang murid yang merupakan campuran dari kemampuan

akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat murid

yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin,

kelompok ras dan etnis, atau kelompok sosial lainnya”.

Pendapat yang hampir sama juga di kemukakan oleh Khaeruddin (Usman,

(31)

21

beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja,

jenis kelamin dan suku”.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Model

Pembelajaran STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif

yang terdiri dari 4-5 orang murid yang dibentuk secara heterogen seperti

kemampuan akademik yang berbeda, variasi jenis kelamin, ras maupun etnis.

2.7.1KelebihanModel Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Roestiyah (2001: 17), ada beberapa keuntungan dari model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, antara lain yaitu :

1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan

keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

2. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif

mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.

3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan

keterampilan berdiskusi.

4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai

individu dan kebutuhan belajarnya.

5. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka

lebih aktif dalam diskusi.

6. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan

rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai

(32)

2.7.2 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model pembelajaran STAD, disamping memiliki kelebihan atau keunggulan

juga memiliki kekurangan atau kelemahan. Dess (1991:411)

mengemukakan 4 Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

sebagai berikut:

1. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru

dapat melakukan pembelajaran kooperatif.

2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada

umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

3. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk murid sehingga sulit

mencapai target kurikulum.

4. Menuntut sifat tertentu dari murid, misalnya sifat suka bekerja sama.

[image:32.595.113.521.504.694.2]

2.7.3Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Tabel 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Model Kooperatif tipe STAD

No Tahap Tingkah Laku Guru

1. Tahap

pendahuluan

1. Guru memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan mereka pelajari, tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi agar siswa tertarik pada materi.

2. Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang sudah direncanakan.

3. Mensosialiasakan kepada siswa tentang model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa mengenal dan memahamimya.

(33)

23

2. Tahap

pengembangan

1. Guru mendemonstrasikan konsep atau

keterampilan secara aktif dengan menggunakan alat bantu atau alat peraga.

2. Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) sebagai bahan diskusi kepada masing-masing kelompok.

3. Siswa diberikan kesempatan untuk

mendiskusikan LKS bersama kelompoknya. 4. Guru memantau kerja dari tiap kelompok dan

membimbing siswa yang mengalami kesulitan.

3 Tahap penerapan 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS dengan waktu yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara individu tetapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar pikiran dengan anggota yang lainnya.

2. Setelah siswa selesai mengerjakan soal lembar jawaban, kemudian dikumpulkan untuk dinilai.

2.8 Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang terdahulu yang dilakukan oleh:

1) Teddy (2010) “Peningkatan Hasil Belajar siswa dalam pembelajaran IPA

melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SD N 6 Bukit

Bual Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung”.Penelitian yang

dilakukan mengalami peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar nya

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu

aktivitas dalam belajar IPA mencapai 85% dan hasil belajar siswa

mencapai 80,5%.

2) Arifuddin (2011) “Peningkatan hasil belajar IPA materi gaya melalui

model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Discovery (Penemuan

Terbimbing) pada siswa kelas IV SDN 1 Jambi”.Penelitian yang

(34)

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu

aktivitas dalam belajar IPA mencapai 85% dan hasil belajar siswa

mencapai 80,5%.

3) Martini (2011) “Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa

Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Umbulwidodo Ngemplak

Sleman”.Penelitian yang dilakukan mengalami peningkatan pada aktivitas

dan hasil belajar nya dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD yaitu aktivitas dalam belajar IPA mencapai 85%

dan hasil belajar siswa mencapai 84%.

2.9 Kerangka Pikir

Pada pembelajaran IPA diharapkanadanya suatu model pembelajaran yang

mampu menempatkan siswa pada posisi yang lebih aktif, kreatif, dan

mendorong pengembangan potensi dan kemampuan yang dimiliki serta

menemukan apa yang dipelajarinya.

Salah satu model pembelajaran yang sesuai adalah dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Metode ini sangat menarik

perhatian siswa sehingga menetukan hubungan interaksi sosial yang sudah

dimiliki anak dalam lingkungan sehari-hari. Metode pembelajaran kooperatif

tipe STAD memerlukan adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam

menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu.

Namun demikian, setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada

(35)

25

aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi, saling

membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang

optimal. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD aktivitas dan

hasil belajar siswa meningkat. Secara skematis, kerangka pikir dapat disajikan

[image:35.595.112.458.220.601.2]

sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

2.10Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka yang diuraikan, maka hipotesis penelitian

tindakan kelas adalah:

Siklus II Memanfaatkan pembelajaran tipe STAD yang didemonstrasikan guru, siswa mengikuti dan mencoba. Diduga melalui penggunaan model pembelajaran

kooperative tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada materi rangka manusia

KONDISI AKHIR Siklus 1: Memanfaatkan pembelajaran tipe STAD yang didemonstrasikan guru, siswa melihat pada pembelajaran Memanfaatkan model

pembelajaran kooperative tipe STAD

TINDAKANDI DALAM KELAS Siswa/yang diteliti hasil belajarnya rendah. Guru/peneliti belum menggunakan model pembelajaran

tipe STAD dalam pembelajaran.

(36)

Ha : Ada hubungan antara aktivitas belajar dengan hasil belajar IPA siswa

kelas IV SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung tahun

pelajaran 2013/2014.

Ho : Tidak ada hubungan antara aktivitas belajar dengan hasil belajar IPA

siswa kelas IV SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung tahun

(37)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) adalah satu penelitian yang dilakukan oleh guru di

dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki

kinerjanya sebagai guru, sehingga aktifitas dan hasil belajar siswa menjadi

meningkat. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan satu model

penelitian yang dikembangkan di kelas. Menurut Kurnia Septa (2010) PTK

adalah penelitian ilmiah didasarkan pada adanya masalah pembelajaran dan

tindakan perbaikan untuk memecahkan masalah dalam kelas yang diajar.

Dengan membuat PTK akan mampu menciptakan formula untuk memperbaiki

kualitas hasil belajar siswa. Dengan demikian pendidikan akan lebih baik.

3.2Setting Penelitian 1) Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV B SDN 1

Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung dengan jumlah siswa 32

orang yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki.

2) Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar

(38)

3) Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research)

Siklus I

[image:38.595.144.470.218.506.2]

Siklus II

Gambar 2: Alur pelaksanaan tindakan kelas (Arikunto:2007)

1) Tahap Perencanaan Tindakan

Dalam kegiatan perencanaan ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai

berikut:

a) Menetapkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)

b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan

diterapkan dalam proses belajar mengajar

c) Menentukan skenario pembelajaran

Perencanaan Pelaksanaan

Observasi Refleksi

Perencanaan

Observasi Refleksi

Pelaksanaan

(39)

29

d) Mempersiapkan sumber, bahan dan alat bantu yang dibutuhkan

e) Menyusun lembar kerja siswa (LKS)

f) Mengembangkan format evaluasi untuk mengukur penguasaan siswa

terhadap materi yang disajikan

g) Menyiapkan panduan observasi dan soal-soal tes.

2) Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menerapkan kegiatan

pembelajaran IPA pada materi mengenal rangka manusia dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun urutan kegiatan sebagai

berikut:

a) Mengawali pembelajaran dengan pendahuluan yaitu apersepsi dan

memberikan motivasi

b) Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa untuk tiap

kelompok.

c) Guru memberikan penjelasan tentang materi rangka manusia.

d) Masing-masing kelompok mencari informasi sebanyak-banyaknya

tentang materi dan menjawab tugas yang diberikan guru secara

berkelompok.

e) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

f) Masing-masing siswa menjawab soal evaluasi secara individu untuk

mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.

(40)

h) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara, yaitu:

kerjasama siswa dalam kelompok, cara menyampaikan jawaban hasil

diskusi, lembar kerja siswa, latihan siswa dan tes pada setiap siklus.

3) Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan dengan mengamati aktivitas belajar siswa

selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan observasi, peneliti

dibantu oleh teman sejawat yang telah diberikan ijin oleh kepala sekolah

untuk memperoleh data yang berkaitan dengan aktifitas belajar siswa

dengan memberi tanda checklist (√) pada instrument lembar observasi.

4) Refleksi terhadap tindakan

Setelah melakukan tindakan dan pengamatan peneliti melakukan refleksi

yang mencakup analisis dan penilaian. Dari hasil refleksi kemungkinan

muncul permasalahan yang perlu mendapat perhatian, sehingga peneliti

melakukan perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang serta

refleksi ulang. Tahapan ini akan dilakukan secara berulang dan

berkelanjutan sampai permasalahan sudah bisa diatasi dengan siklus,

rencana, tindakan, observasi dan refleksi.

3.4 Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu: teknik tes

dan teknik non tes. Sumber data penelitian akan diperoleh secara langsung dari

(41)

31

1. Alat pengumpulan data

a) Instrumen observasi

Instrumen observasi digunakan untuk mengetahui aktifitas belajar siswa

dengan menggunakan instrumen lembar observasi.

b) Tes hasil belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil

belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada materi mengenal rangka

manusia.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah yang dibuat

mulai dari tahap persiapan, proses pembelajaran, hingga kegiatan akhir. Apakah

setiap proses kegiatan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Demikian

juga dengan analisis data pada PTK adalah analisis terhadap hasil kegiatan

pembelajaran. Analisis dilakukan untuk memperkirakan apakah semua aspek

pembelajaran yang terlibat di dalamnya sudah sesuai dengan kapasitas.

(Aunurrahman, dkk. 2009 :9).

3.5.1 Analisis Data Aktivitas Belajar

Data aktivitas belajar siswa dianalisi berdasarkan aspek-aspek seperti pada kolom

(42)
[image:42.595.140.485.96.238.2]

Tabel 3.1 Aspek Aktivitas Siswa

No. Aspek Yang Diamati Siklus

Frekuensi %

1. Memperhatikan penjelasan guru 2. Mengeluarkan pendapat

3. Menanggapi pendapat teman 4. Berdiskusi dengan kelompoknya 5. Bertanya kepada guru

6. Mencatat hasil diskusi (Sumber :Nurkencana, 1986)

Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa digunakan pedoman penilaian yang

dikemukakan oleh Memes (2001:36) yaitu :

Nilai Kategori

75,6 – 100 Aktif

59,4 – 75,5 Cukup Aktif

0 – 59,3 Kurang Aktif

3.5.2 Analisis Data Hasil Belajar

Data hasil belajar siswa dianalisis berdasarkan kriteria tingkat keberhasilan

siswa.Nilai yang diperoleh siswa dari soal evaluasi yang dikerjakan dikategorikan

dengan kriteria sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah seperti

[image:42.595.135.485.326.412.2]

pada kolom di bawah ini:

Tabel 3.2Kriteria Tingkat Keberhasilan Siswa

Tingkat Keberhasilan Arti

>80 Sangat tinggi

60-79 Tinggi

40-59 Sedang

20-39 Rendah

>20 Sangat rendah

(43)

33

3.5.3 Analisis Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan rumus korelasi product moment yaitu:

Keterangan:

r_xy=Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

Σxy =Jumlah perkalian antara variabel x dan Y

∑x^2 =Jumlah dari kuadrat nilai X

∑y^2 =Jumlah dari kuadrat nilai Y

(∑x)^2=Jumlah nilai X kemudian dikuadratkan

(∑y)^2=Jumlah nilai Y kemudian dikuadratkan

Selanjutnya hasil rxy dikonsultasikan dengan rtabel product moment dengan a

= 5 %, jika rxy > rtabel maka alat ukur dinyatakan valid.

3.6 Indikator Keberhasilan

Sebagai indikator keberhasilan belajar yang diharapkan dalam penelitian yang

dilakukan ini adalah apabila aktivitas dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran IPA pada materi mengenal rangka manusia dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah menunjukkan

peningkatan pada setiap siklusnya, dan jika >75 % siswa memperoleh nilai

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV B

SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung pada mata pelajaran IPA

dalam materi rangka manusia dapat disimpulkan:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran

IPA dalam materi rangka manusia dapat meningkatkan aktivitas belajar

siswa kelas IV B SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran

IPA dalam materi rangka manusia dapat meningkatkan hasil belajar dan

ketuntasan belajar siswa kelas IV B SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat

Bandar Lampung.

3. Hubungan antara aktivitas belajar dengan hasil belajar siswa kelas IV B

SDN 1 Kaliawi menunjukkan hubungan yang positif dan erat.

5.2 Saran

1. Kepada siswa, untuk senantiasa menjaga dan memupuk motivasi belajar

dengan demikian semangat belajar akan terus terbina yang secara otomatis

(45)

46

2. Kepada guru, untuk senantiasa menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran, karena dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa akan lebih mudah memahami

berbagai materi pelajaran karena siswa dapat saling membantu dalam

memahami pelajaran yang disampaikan. Selain itu model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dapat menciptakan komunitas belajar (learning

comunity) yang pada akhirnya menciptakan kebiasan belajar secara

kontinyu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memberikan

solusi cerdas dalam membantu siswa memahami materi pelajaran karena

dapat mereka dapat membantu satu sama lain.

3. Kepada sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang

mendukung pembelajaran yang masih belum ada, agar proses

pembelajaran dapat berlangsung lebih baik sehingga hasil belajar peserta

didik dapat meningkat. Sekolah juga hendaknya lebih memperhatikan

sistem terpadu yang dapat mendukung segala aktivitas belajar terutama

terkait dengan kedisiplinan para siswa dan kinerja para pendidik.

4. Kepada peneliti lanjutan, agar dapat meningkatkan profesionalisme dan

semangat dalam melakukan penelitian, serta dapat menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam melakukan penelitian serupa.

Agar model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat lebih dikenal,

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2004. Evaluasi Pengajaran.UNP. Padang

Agib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. CV Irama Widya. Bandung.

Arifuddin. 2011. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Gaya melalui Model Kooperatif Tipe STAD dengan Pendekatan Discovery pada Siswa Kelas IV SDN 1 Jambi. Jambi

Aunurrahman. 2009. Penelitian Tidakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Darmansyah. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.UNP. Padang.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta.

Dess. 1991. Kelemahan Model PembelajaranKooperatifTipe-STAD.http:// hayardin-blog.blogspot.com/2013/02/kelemahan-model-pembelajaran– kooperatif-tipe-stad.htm

Illeris. 2000. Macam-Macam Teori Belajar.http://belajarpsikologi.com/ macam- macam- teori-belajar.

Marta. 2008. Pengertian Model Pembelajaran STAD. http://hayardin-blog. blogspot.com/2013/01/pengertian-model-pembelajaran-stad.html

Martini. 2011. Meningkatkan Hasil Belajar IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas IV SDN Umbulwidodo Ngemplak Sleman. Yogyakarta.

Nasution. 2008. Pengertian Aktivitas Belajar Menurut Para Ahli.http:

//www.duasatu.web.id/2012/07/pengertian-aktivitas-belajar-menurut-para.html

Poewadarminto, WJS. 2011. Definisi Aktivitas Belajar. http://www.bukuhalus. com/2011/74/ definisi-aktivitas-belajar.html

Roestiyah. 2001. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. www.artikelbagus.com/2011/kelebihan-dan-kelemahan-model.htm.

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada. Jakarta.

(47)

Sudirman. 2005. Aktivitas Belajar. http://makalahpendidikansudirman.blogspot. com/2012/08/ aktivitas-belajar.html.

Sudjana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Remaja Rosdikarya. Bandung.

Sukardi, Ketut. 2003. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.Usaha Nasional. Surabaya.

Sumiati, & Asra. 2009, Metode Pembelajaran.Wacana Prima. Bandung.

Sutikno, M. Sobry. 2010. Strategi Belajar Mengajar, Refika Aditama. Bandung

Teddy. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SDN 6 Bukit Bual Sijunjung. Sumatera Barat.

Gambar

Tabel 1.1 Data aktivitas siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran IPA SDN                 1 Kaliawi Tahun Pelajaran 2012/2013
Tabel 1.2 Data Nilai Formatif Mata Pelajaran IPA Kelas IVSDN 1                                    Kaliawi Tahun Pelajaran 2012/2013
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran                     IPA Kelas IV Semester 1 (ganjil)
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Model Kooperatif tipe STAD
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan digital library yang ditujukan untuk perpustakaan Smk Yasmida Ambarawa .Teknologi dan komunikasi tak

Audiovisual Dalam Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala II” adalah proses mental yang berhubungan dengan panca indera yang terjadi pada mahasiswa Program Studi

kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil. Apabila sebagian besar atau

Tingkat kesamaan komposisi serangga kanopi pohon apel di Poncokusumo dan Bumiaji yang dikoleksi dengan perangkap bejana warna kuning dan biru pada musim berbunga dan

Untuk menarik minat pencari informasi bentuk elektronik misalnya website, maka dapat dibuatkan tampilan gambar yang menarik sekaligus informasi yang up to date. Pada kesempatan

Dokumen ini adalah f ormulir Resmi VerVal NUPTK periode 2013, untuk inf o lebih lanjut kunjungi http://padamu.kemdikbud.go.id.. FORMULIR

Kedua orang tua peneliti yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil, menuntun peneliti dengan sabar serta doa restu yang selalu diberikan kepada peneliti

Untuk menghitung daya dukung ultimate dan penurunan pondasi tiang pancang dari data Sondir dan SPT digunakan secara analitis dan menggunakan program Metode