PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MEDIA GAMBAR MATA PELAJARAN IPA
MATERI SUMBER DAYA ALAM KELAS IV SD NEGERI 2 KEMILING PERMAI
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
OLEH :
SITI ROGAIYAH NPM. 0913069099
Skirpsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar SARJANA PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
PROGRAM STUDI S1 PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
PADA SISWA KELAS IV B SDN 1 KALIAWI TANJUNGKARANG PUSAT
BANDAR LAMPUNG TP. 2013/2014
Oleh
AGUSTIN SRI INDRIANI
Masalah penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IVB SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung. Sebagian besar siswa tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA siswa kelas IV B SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus.Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV B SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung sebanyak 32 siswa. Pengumpulan data menggunakantes dan lembar observasi aktivitas belajar siswa.Untuk data hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajari, digunakan soal pre tes dan post tes (evaluasi). Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik prosentase dengan membandingkan standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan yaitu
Penelitian ini menunjukkan bahwa telah ada peningkatan pada rata-rata aktivitas siswa dari siklus I hingga siklus II. Hal tersebut juga terjadi pada hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IVB SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... i
DAFTAR GAMBAR ... ii
DAFTAR LAMPIRAN ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Rumusan Masalah ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8
2.1 Teori Belajar ... 8
2.1.1 Teori Belajar Behaviorisme ... 8
2.1.2Teori Belajar Kognitivisme ... 9
2.1.3Teori Belajar Konstruktivisme ... 10
2.2 Pengertian Belajar ... 11
2.3 Belajar dan Pembelajaran ... 12
2.4 Aktivitas Belajar ... 13
2.5Hasil Belajar... 14
2.6 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 16
2.6.1 TujuanPembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 17
2.6.2Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 17
2.6.3Ruang Lingkup Materi Pembelajaran IPA Kelas IV di Sekolah Dasar ... 18
2.6.4Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 19
2.7 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 20
2.7.1 KelebihanModel Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 21
2.7.2Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 22
2.7.3Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 22
2.8 Penelitian yang Relevan ... 23
2.9 Kerangka Pikir ... 24
2.10 Hipotesis Tindakan ... 26
BAB IIIMETODE PENELITIAN... 27
3.1Jenis Penelitian ... 27
3.2Setting Penelitian ... 27
3.3Prosedur Penelitian ... 28
3.4Teknik Pengambilan Data ... 30
3.5Teknik Analisis Data ... 31
3.6Indikator Keberhasilan ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34
4.2Hasil Penelitian ... 34
A. Tahap Proses Siklus I ... 34
1. Perencanaan... 34
2. Pelaksanaan ... 35
3. Hasil Penelitian Siklus I ... 35
B.Tahap Proses Siklus II ... 38
1. Pelaksanaan ... 38
2. Hasil Penelitian Siklus II ... 39
4.3 Uji Hipotesis Tindakan ... 41
4.4 Pembahasan... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45
5.1 Kesimpulan ... 45
5.2 Saran ... 45
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1Data Aktivitas Siswa di dalam Mengikuti Proses Pembelajaran IPA ... 3
1.2Data Nilai Formatif Siswa ... 4
2.1Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas IV Semester 1 (ganjil) ... 19
2.2Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 22
3.1Aspek Aktivitas Siswa ... 32
3.2Kriteria Tingkat Keberhasilan Siswa ... 32
4.1Data hasil belajar siswa siklus I ... 35
4.2Persentase hasil observasi aktivitas siswa siklus I ... 36
4.3Data hasil belajar siswa siklus II ... 39
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
i
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pemetaan SK/KD siklus I ... 51
2. Silabus siklus I ... 52
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I ... 54
4. Data Hasil Pre Tes Siklus I ... 57
5. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 58
6. Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar Siklus I ... 59
7. Data Hasil Pos Tes Siklus I ... 60
8. Pemetaan SK/KD siklus II ... 61
9. Silabus siklus II ... 62
10.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I ... 64
11.Data Hasil Pre Tes Siklus II ... 67
12.Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 68
13.Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar Siklus II ... 69
14.Data Hasil Pos Tes Siklus II ... 70
15.Soal Evaluasi ... 71
16.Kunci Jawaban ... 72
17.Gambar Alat Indera Manusia ... 73
18.Foto Kegiatan Belajar Mengajar Siklus I ... 78
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah berkaitan dengan mencari
tahu tentang alam semesta beserta isinya. Pendidikan IPA mengarahkan siswa
untuk mengarahkan sendiri pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar. IPA sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang merupakan
program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kemampuan siswa agar dapat memahami alam sekitar secara
ilmiah.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri
(SDN)1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung kelas IV B
memperlihatkan hasil belajar IPA masih rendah terutama untuk materi
mengenal rangka manusia. Hal ini disebabkan karena pembelajaran yang
dilakukan di dalam kelas masih konvensional. Guru masih menggunakan
kesempatan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara berkelompok
dan melakukan pengamatan tentang materi yang diajarkan. Siswa masih malu
atau takut untuk bertanya kepada guru mengenai materi yang belum mereka
pahami dan menjawab atau menanggapi pertanyaan dari guru. Hal tersebut
berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar
siswa kelas IV B SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung pada
materi mengenal rangka manusia yaitu hanya 13 siswa dari 32 siswa yang
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau 40,62%. Berarti 19 siswa
atau 59,38% yang belum mencapai KKM dimana KKM yang ditetapkan adalah
65. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu tindakan pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Salah satu tindakan yang dianggap
dapat meningkatkan hasil belajar IPA khususnya pada materi mengenal rangka
manusia adalah dengan menggunakan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Division(STAD).
Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa
yang berbeda-beda. Di mana model ini dipandang sebagai model pembelajaran
yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan IPA yang dikembangkan
untuk memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru.
Masalah-masalah dalam pembelajaran IPA dapat mereka pecahkan bersama
teman dalam satu kelompoknya. Siswa yang lebih pandai dapat membantu
siswa lain dalam memahami materi yang mereka terima. Seperti yang
3
pembelajaran kooperatif model STAD adalah model pembelajaran di mana
murid ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat sampai lima
orang murid yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang
berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat murid yang berprestasi
tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis,
atau kelompok social lainnya. Pendapat yang hampir sama juga di kemukakan
oleh Khaeruddin (Usman, 2009 :12 ) bahwa “Dalam STAD, siswa ditempatkan
dalam kelompok belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran
menurut tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku”. Dengan menggunakan
metode pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi mengenal rangka manusia, karena dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD membantu guru dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran dengan lebih mudah.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu kiranya dilakukan perbaikan
kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
model pembelajaran tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
pembelajaran IPA.
Tabel 1.1 Data aktivitas siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran IPA SDN 1 Kaliawi Tahun Pelajaran 2012/2013
No. Aktivitas Siswa Jumlah Siswa Persentase (%)
1. Aktif dan Kreatif 12 Siswa 37,50
2. Pasif 20 Siswa 62,50
Jumlah 32 Siswa 100
Tabel 1.2 Data Nilai Formatif Mata Pelajaran IPA Kelas IVSDN 1 Kaliawi Tahun Pelajaran 2012/2013
No. Nilai Jumlah Siswa Persentase (%)
1. 91 - 100 0 0
2. 81 - 90 1 3,13
3. 71 - 80 4 12,50
4. 61 - 70 8 25,00
5. 51 - 60 6 18,75
6. ≤ 50 13 40,62
Jumlah 32 Siswa 100 %
Sumber: SDN 1 Kaliawi, 2013
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti mengidentifikasi masalah
yang ada sebagai berikut:
1) Guru masih menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah
dalam pembelajaran IPA.
2) Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan
kegiatan pembelajaran secara berkelompok.
3) Hasil belajar IPA masih rendah.
1.3Rumusan Masalah dan Permasalahan
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah masih rendahnya hasil belajar
IPA pada siswa kelas IV di SDN 1 Kaliawi.
5
1) Bagaimanakah peningkatan aktivitas pembelajaran IPA setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa
kelas IV SDN 1 Kaliawi tahun pelajaran 2013/2014.
2) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar pembelajaran IPA setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa
kelas IV SDN 1 Kaliawi tahun pelajaran 2013/2014.
3) Bagaimanakah hubungan antara aktivitas belajar dengan hasil belajar
dalam pembelajaran IPA setelah menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SDN 1 Kaliawi tahun
pelajaran 2013/2014.
Dengan demikian judul penelitian ini adalah :
“Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
Pada Siswa Kelas IV B SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014”.
1.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas
ini adalah :
1) Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA pada materi mengenal rangka
manusia melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap
siswa kelas IV B SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Barat Bandar Lampung
2) Untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada materi mengenal rangka
manusia melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap
siswa kelas IV B SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung
tahun pelajaran 2013/2014.
3) Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas dengan hasil belajar siswa
kelas IV SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung tahun
pelajaran 2013/2014.
1.5Manfaat Penelitian 1) Bagi siswa
a) Dapat meningkatkan hasil belajar IPA kepada siswa kelas IV B
SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung tahun
pelajaran 2013/2014.
b) Meningkatkan proses belajar IPA dengan tidak hanya banyak
mencatat tetapi lebih ke pemahaman konsep-konsep.
c) Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih memudahkan
siswa dalam memahami materi.
2) Bagi guru
a) Sebagai informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelas,
menambah pengetahuan guru serta mengembangkan kemampuan
guru dalam mempersiapkan diri untuk menjadi guru yang
profesional.
b) Berkreasi untuk memperbaiki citra proses pengajaran dan hasil
7
3) Bagi SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung
a) Memberikan landasan kebijakan yang akan diambil sebagai upaya
untuk perbaikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah.
b) Meningkatkan Standar Ketuntasan Minimal pada mata pelajaran
IPA kelas IV.
c) Sebagai bahan masukan bahwa dengan menggunakan metode
pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan hasil belajar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Teori-Teori Belajar
Dalam psikologi dan pendidikan, pembelajaran secara umum didefinisikan
sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan
pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat
perubahan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris:
2000).Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika
belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan
teori-teori belajar.Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana
orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses
kompleks inheren pembelajaran.
2.1.1Teori Belajar Behaviorisme
Teori behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori
ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran
yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
9
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan. Munculnya perilaku
akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila
dikenai hukuman.
2.2.2 Teori Belajar Kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model
kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses
infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan
kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana
informasi diproses.Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing
memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek
pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap
belajar.Bruner dan Gagne bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan
bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik
2.2.3 Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan
dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan
hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
pembelajarankonstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas
dan tidak sekonyong-konyong.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan
masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham
karena mereka terlibat langsungdalam membina pengetahuan baru, mereka
akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi.
Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih
lama semua konsep.
Dari ketiga teori tersebut, penelitian ini mengacu pada teori belajar
behaviorisme yang menekankan pada perubahan tingkah laku sebagai hasil
11
2.2 Pengertian Belajar
Belajar pada dasarnya adalah mengulang, mengingat dan menghapal sesuatu
agar dapat diketahui secara lebih mendalam yang didapat dari orang lain
maupun atas usaha sendiri. Menurut M. Sobry Sutikno
(2010:5)mengemukakan bahwa, “belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Jika
kaki seseorang patah karena terkena benda yang berat yang terjatuh dari atas
loteng, ini tidak bisa disebut perubahan hasil belajar. Jadi, perubahan yang
dimaksud adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju
untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Menurut Sumiati
(2009:38) “belajar adalah proses perubahan prilaku akibat interaksi individu
dengan lingkungannya”. Jadi perubahan prilakunya adalah hasil belajar.
Artinya seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu
yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Sejalan dengan hal di atas Ketut
Sukardi (2003:15) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku sebagai hasil pengalaman, kecuali perubahan tingkah laku yang
disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang atau perubahan bersifat
temporer.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam
upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan
memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Yang terpenting dalam
kegiatan pembelajaran adalah proses belajar (learning process). Menurut
membahas pertanyaan apa, siapa, mengapa, dan bagaimana, dan seberapa
baik tentang pembelajaran. Upaya meningkatkan keberhasilan pembelajaran
merupakan tantangan yang dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung
dalam dunia kependidikan. Banyak upaya yang telah dilakukan, banyak
keberhasilan yang telah dicapai, meskipun disadari bahwa apa yang telah
dicapai belum sepenuhnya memberikan hasil yang memuaskan sehingga
menuntut pemikiran dan kerja keras untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar dan
pembelajaran pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri
seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Dalam belajar yang terpenting
adalah bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh
dengan usaha sendiri, adapun orang lain atau guru hanya sebagai perantara
atau penunjang dalam kegiatan belajar mengajar agar belajar itu dapat
berhasil dengan baik.
2.3 Belajar dan Pembelajaran 2.3.1 Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan
guru dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Pembelajaran di sekolah
tidak hanya penguasaan meteri belajar oleh siswa, melainkan ditujukan
kepada terbentuknya siswa sebagai manusia yang beriman, beakhlak, dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan
13
2.4Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang sangat informal sampai
dengan yang sangat formal, dari bahan materi yang sangat sederhana sampai
bahan materi yang sangat rumit. Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses
yang alamiah sampai proses yang ilmiah. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, aktivitas artinya adalah “kegiatan/keaktifan”. W.J.S. Poewadarminto (2010:234) menjelaskan aktivitas sebagai suatu kegiatan atau
kesibukan. S. Nasution (2008:15) menambahkan bahwa aktivitas merupakan
keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan.
Menurut Sudirman (2005:13), Faktor yang mempengaruhi belajar pada
pokoknya mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi
belajar adalah :
1). Faktor indogin, ialah faktor yang datang dari pelajar atau mahasiswa sendiri. Faktor ini meliputi :
a) Faktor biologis (faktor yang bersifat jasmaniah) b) Faktor psychologis (faktor yang bersifat rohaniah)
2). Faktor exogin, ialah faktor yang datang dari luar pelajar atau mahasiswa Faktor ini meliputi :
a) Faktor lingkungan keluarga b) Faktor lingkungan sekolah. c) Faktor lingkungan masyarakat.
Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para ahli
mengadakan klasifikasi. Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2004:101)
menggolongkan aktivitas siswa dalam belajar sebagai berikut :
1) Visual Activities, meliputi kegiatan seperti: membaca, memperhatikan
(gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain)
2) Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
3) Listening Activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik dan pidato.
4) Writting Activities, seperti: menulis cerita, menulis karangan, menulis
laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.
5) Drawing Activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
6) Motor Activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model, mereparasi, bermain dan berternak.
7) Mental Activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.
8) Emotional Activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, bergairah,
berani, tenang dan gugup.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksud di sini penekanannya adalah
pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif.
2.5 Hasil Belajar
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar
merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam
belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan
seorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan
oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Di antara keduanya itu
terdapat suatu interaksi. Kemampuan siswa didapat dari proses belajar
mengajar. Namun para siswa juga harus mendapatkan hasil belajar melalui
kreativitas mereka tanpa adanya intervensi dari orang lain sebagai pengajar.
Oleh karena itu, hasil belajar yang dimaksud di sini adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakuan dari
15
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya.
Selanjutnya Sudjana mengemukakan ada tiga macam hasil belajar mengajar,
yaitu:
1. Keterampilan dan kebiasaan
2. Pengetahuan dan pengarahan
3. Sikap dan cita-cita.
Sedangkan menurut Darmansyah (2006:13) hasil belajar adalah hasil
penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil
belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani
proses pembelajaran. Cece Rahmat (dalam Zainal Abidin. 2004:1)
mengatakan bahwa “hasil belajar adalah penggunaan angka pada hasil tes
atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan tertentu, atau dengan kata lain
untuk mengetahui daya serap siswa setelah menguasai materi pelajaran yang
telah diberikan.
Selanjutnya peranan hasil belajar menurut Harahap (dalam Abidin 2004:2)
yaitu :
a) Hasil belajar berperan memberikan informasi tentang kemajuan belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b) Untuk mengetahui keberhasilan komponen-komponen pengajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
d) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mengalami kegagalan dalam suatu program bahan pembelajaran.
e) Untuk keprluan supervisi bagi kepala sekolah dan penilik agar guru lebih berkompeten.
f) Sebagai bahan dalam memberikan informasi kepada orang tua siswa dan sebagai bahan mengambil berbagai keputusan dalam pengajaran.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang diperoleh siswa
setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengkontruksikan pengetahuan itu ke dalam kehidupan sehari-hari.
2.6Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP
(Depdiknas, 2006) bahwa “ IPA berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis.” Sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan”.
Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas
tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan
pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hakikatnya
pembelajaran IPA adalah proses yang diwujudkan dengan melaksanakan
pembelajaran yang melatih keterampilan proses bagaimana cara produk IPA
17
2.6.1 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pelaksanaan pembelajaran IPA juga dipengaruhi oleh tujuan apa yang ingin
dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di SD telah
dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku di Indonesia.
Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut KTSP
(Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah :
a) Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNYA.
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan,
e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
f) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.
2.6.2 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek,
kegiatan penyelidikan berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreatifitas,
pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep
dalam kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci
lingkup materi yang terdapat dalam kurikulum KTSP adalah :
a) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
b) Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat,
dan gas.
c) Energi dan perubahannya, meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.
d) Bumi dan alam semestra, meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek
tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk
memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA.
2.6.3 Ruang Lingkup Materi Pembelajaran IPA Kelas IV di Sekolah Dasar Materi pembelajaran IPA kelas IV di sekolah dasar meliputi:
1. Kerangka manusia dan hewan. Daur hidup hewan. Merawat dan
memelihara hewan. Hubungan antara makhluk hidup. Bagian-bagian
tumbuhan.
2. Sifat benda padat, cair, dan gas. Perubahan wujud benda. Sifat bahan
19
3. Gaya menyebabkan benda bergerak. Energi. Energi alternatif dan
penggunaannya.
4. Perubahan penampakan pada bumi dan langit. Perubahan lingkungan
fisik dan prosesnya.
2.6.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas IV Semester 1 (ganjil)
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya
1.1Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan
fungsinyaMengurutkan bilangan.
1.2Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh Melakukan operasi hitung campuran.
1.3Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya
1.4Menerapkan cara memelihara kesehatan panca Indera
2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya
2.1 Menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya.
2.2 Menjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya.
2.3 Menjelaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya.
2.4 Menjelaskan hubungan antara bunga dengan fungsinya
3. Menggolongkan hewan, berdasarkan jenis
makanannya
3.1 Mengidentifika-si jenis maka-nan hewan 3.2Menggolongkan hewan berdasarkan jenis
makanannya.
3.3Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat.
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 4. Memahami daur hidup
beragam jenis makhluk hidup
4.1 Memahami daur hidup beragam jenis makhluk hidup
4.2 Menunjukkan kepedulian terhadap hewan peliharaan, misalnya kucing, ayam, ikan
5. Memahami hubungan sesama makhluk hidup dan antara makhluk hidup dengan Lingkungannya
5.1 Mengidentifikasi beberapa jenis hubungan khas (simbiosis) dan hubungan “makan dan dimakan” antar makhluk hidup (rantai makanan)
5.2 Mendeskripsikan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya
6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya
6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu.
6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair padat cair; cair gas cair; padat gas.
6.3 Menjelaskan hubungan antara sifat bahan dengan kegunaannya
2.7Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
adalah suatu model pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antara
siswa. Slavin (Marta, 2008: 31) menjelaskan bahwa “Pembelajaran kooperatif
model STAD, murid ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan
empat sampai lima orang murid yang merupakan campuran dari kemampuan
akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat murid
yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin,
kelompok ras dan etnis, atau kelompok sosial lainnya”.
Pendapat yang hampir sama juga di kemukakan oleh Khaeruddin (Usman,
21
beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja,
jenis kelamin dan suku”.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Model
Pembelajaran STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif
yang terdiri dari 4-5 orang murid yang dibentuk secara heterogen seperti
kemampuan akademik yang berbeda, variasi jenis kelamin, ras maupun etnis.
2.7.1KelebihanModel Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Roestiyah (2001: 17), ada beberapa keuntungan dari model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, antara lain yaitu :
1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
2. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi.
4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai
individu dan kebutuhan belajarnya.
5. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka
lebih aktif dalam diskusi.
6. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai
2.7.2 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model pembelajaran STAD, disamping memiliki kelebihan atau keunggulan
juga memiliki kekurangan atau kelemahan. Dess (1991:411)
mengemukakan 4 Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
sebagai berikut:
1. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru
dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada
umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
3. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk murid sehingga sulit
mencapai target kurikulum.
4. Menuntut sifat tertentu dari murid, misalnya sifat suka bekerja sama.
[image:32.595.113.521.504.694.2]2.7.3Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Tabel 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Model Kooperatif tipe STAD
No Tahap Tingkah Laku Guru
1. Tahap
pendahuluan
1. Guru memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan mereka pelajari, tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi agar siswa tertarik pada materi.
2. Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang sudah direncanakan.
3. Mensosialiasakan kepada siswa tentang model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa mengenal dan memahamimya.
23
2. Tahap
pengembangan
1. Guru mendemonstrasikan konsep atau
keterampilan secara aktif dengan menggunakan alat bantu atau alat peraga.
2. Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) sebagai bahan diskusi kepada masing-masing kelompok.
3. Siswa diberikan kesempatan untuk
mendiskusikan LKS bersama kelompoknya. 4. Guru memantau kerja dari tiap kelompok dan
membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
3 Tahap penerapan 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS dengan waktu yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara individu tetapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar pikiran dengan anggota yang lainnya.
2. Setelah siswa selesai mengerjakan soal lembar jawaban, kemudian dikumpulkan untuk dinilai.
2.8 Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang terdahulu yang dilakukan oleh:
1) Teddy (2010) “Peningkatan Hasil Belajar siswa dalam pembelajaran IPA
melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SD N 6 Bukit
Bual Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung”.Penelitian yang
dilakukan mengalami peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar nya
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu
aktivitas dalam belajar IPA mencapai 85% dan hasil belajar siswa
mencapai 80,5%.
2) Arifuddin (2011) “Peningkatan hasil belajar IPA materi gaya melalui
model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Discovery (Penemuan
Terbimbing) pada siswa kelas IV SDN 1 Jambi”.Penelitian yang
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu
aktivitas dalam belajar IPA mencapai 85% dan hasil belajar siswa
mencapai 80,5%.
3) Martini (2011) “Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa
Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Umbulwidodo Ngemplak
Sleman”.Penelitian yang dilakukan mengalami peningkatan pada aktivitas
dan hasil belajar nya dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yaitu aktivitas dalam belajar IPA mencapai 85%
dan hasil belajar siswa mencapai 84%.
2.9 Kerangka Pikir
Pada pembelajaran IPA diharapkanadanya suatu model pembelajaran yang
mampu menempatkan siswa pada posisi yang lebih aktif, kreatif, dan
mendorong pengembangan potensi dan kemampuan yang dimiliki serta
menemukan apa yang dipelajarinya.
Salah satu model pembelajaran yang sesuai adalah dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Metode ini sangat menarik
perhatian siswa sehingga menetukan hubungan interaksi sosial yang sudah
dimiliki anak dalam lingkungan sehari-hari. Metode pembelajaran kooperatif
tipe STAD memerlukan adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam
menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu.
Namun demikian, setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada
25
aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi, saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
optimal. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD aktivitas dan
hasil belajar siswa meningkat. Secara skematis, kerangka pikir dapat disajikan
[image:35.595.112.458.220.601.2]sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
2.10Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka yang diuraikan, maka hipotesis penelitian
tindakan kelas adalah:
Siklus II Memanfaatkan pembelajaran tipe STAD yang didemonstrasikan guru, siswa mengikuti dan mencoba. Diduga melalui penggunaan model pembelajaran
kooperative tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada materi rangka manusia
KONDISI AKHIR Siklus 1: Memanfaatkan pembelajaran tipe STAD yang didemonstrasikan guru, siswa melihat pada pembelajaran Memanfaatkan model
pembelajaran kooperative tipe STAD
TINDAKANDI DALAM KELAS Siswa/yang diteliti hasil belajarnya rendah. Guru/peneliti belum menggunakan model pembelajaran
tipe STAD dalam pembelajaran.
Ha : Ada hubungan antara aktivitas belajar dengan hasil belajar IPA siswa
kelas IV SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung tahun
pelajaran 2013/2014.
Ho : Tidak ada hubungan antara aktivitas belajar dengan hasil belajar IPA
siswa kelas IV SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung tahun
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) adalah satu penelitian yang dilakukan oleh guru di
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga aktifitas dan hasil belajar siswa menjadi
meningkat. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan satu model
penelitian yang dikembangkan di kelas. Menurut Kurnia Septa (2010) PTK
adalah penelitian ilmiah didasarkan pada adanya masalah pembelajaran dan
tindakan perbaikan untuk memecahkan masalah dalam kelas yang diajar.
Dengan membuat PTK akan mampu menciptakan formula untuk memperbaiki
kualitas hasil belajar siswa. Dengan demikian pendidikan akan lebih baik.
3.2Setting Penelitian 1) Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV B SDN 1
Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung dengan jumlah siswa 32
orang yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki.
2) Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar
3) Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research)
Siklus I
[image:38.595.144.470.218.506.2]Siklus II
Gambar 2: Alur pelaksanaan tindakan kelas (Arikunto:2007)
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Dalam kegiatan perencanaan ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a) Menetapkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
diterapkan dalam proses belajar mengajar
c) Menentukan skenario pembelajaran
Perencanaan Pelaksanaan
Observasi Refleksi
Perencanaan
Observasi Refleksi
Pelaksanaan
29
d) Mempersiapkan sumber, bahan dan alat bantu yang dibutuhkan
e) Menyusun lembar kerja siswa (LKS)
f) Mengembangkan format evaluasi untuk mengukur penguasaan siswa
terhadap materi yang disajikan
g) Menyiapkan panduan observasi dan soal-soal tes.
2) Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menerapkan kegiatan
pembelajaran IPA pada materi mengenal rangka manusia dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun urutan kegiatan sebagai
berikut:
a) Mengawali pembelajaran dengan pendahuluan yaitu apersepsi dan
memberikan motivasi
b) Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa untuk tiap
kelompok.
c) Guru memberikan penjelasan tentang materi rangka manusia.
d) Masing-masing kelompok mencari informasi sebanyak-banyaknya
tentang materi dan menjawab tugas yang diberikan guru secara
berkelompok.
e) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
f) Masing-masing siswa menjawab soal evaluasi secara individu untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.
h) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara, yaitu:
kerjasama siswa dalam kelompok, cara menyampaikan jawaban hasil
diskusi, lembar kerja siswa, latihan siswa dan tes pada setiap siklus.
3) Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan dengan mengamati aktivitas belajar siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan observasi, peneliti
dibantu oleh teman sejawat yang telah diberikan ijin oleh kepala sekolah
untuk memperoleh data yang berkaitan dengan aktifitas belajar siswa
dengan memberi tanda checklist (√) pada instrument lembar observasi.
4) Refleksi terhadap tindakan
Setelah melakukan tindakan dan pengamatan peneliti melakukan refleksi
yang mencakup analisis dan penilaian. Dari hasil refleksi kemungkinan
muncul permasalahan yang perlu mendapat perhatian, sehingga peneliti
melakukan perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang serta
refleksi ulang. Tahapan ini akan dilakukan secara berulang dan
berkelanjutan sampai permasalahan sudah bisa diatasi dengan siklus,
rencana, tindakan, observasi dan refleksi.
3.4 Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu: teknik tes
dan teknik non tes. Sumber data penelitian akan diperoleh secara langsung dari
31
1. Alat pengumpulan data
a) Instrumen observasi
Instrumen observasi digunakan untuk mengetahui aktifitas belajar siswa
dengan menggunakan instrumen lembar observasi.
b) Tes hasil belajar
Tes hasil belajar digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada materi mengenal rangka
manusia.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah yang dibuat
mulai dari tahap persiapan, proses pembelajaran, hingga kegiatan akhir. Apakah
setiap proses kegiatan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Demikian
juga dengan analisis data pada PTK adalah analisis terhadap hasil kegiatan
pembelajaran. Analisis dilakukan untuk memperkirakan apakah semua aspek
pembelajaran yang terlibat di dalamnya sudah sesuai dengan kapasitas.
(Aunurrahman, dkk. 2009 :9).
3.5.1 Analisis Data Aktivitas Belajar
Data aktivitas belajar siswa dianalisi berdasarkan aspek-aspek seperti pada kolom
Tabel 3.1 Aspek Aktivitas Siswa
No. Aspek Yang Diamati Siklus
Frekuensi %
1. Memperhatikan penjelasan guru 2. Mengeluarkan pendapat
3. Menanggapi pendapat teman 4. Berdiskusi dengan kelompoknya 5. Bertanya kepada guru
6. Mencatat hasil diskusi (Sumber :Nurkencana, 1986)
Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa digunakan pedoman penilaian yang
dikemukakan oleh Memes (2001:36) yaitu :
Nilai Kategori
75,6 – 100 Aktif
59,4 – 75,5 Cukup Aktif
0 – 59,3 Kurang Aktif
3.5.2 Analisis Data Hasil Belajar
Data hasil belajar siswa dianalisis berdasarkan kriteria tingkat keberhasilan
siswa.Nilai yang diperoleh siswa dari soal evaluasi yang dikerjakan dikategorikan
dengan kriteria sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah seperti
[image:42.595.135.485.326.412.2]pada kolom di bawah ini:
Tabel 3.2Kriteria Tingkat Keberhasilan Siswa
Tingkat Keberhasilan Arti
>80 Sangat tinggi
60-79 Tinggi
40-59 Sedang
20-39 Rendah
>20 Sangat rendah
33
3.5.3 Analisis Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus korelasi product moment yaitu:
Keterangan:
r_xy=Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
Σxy =Jumlah perkalian antara variabel x dan Y
∑x^2 =Jumlah dari kuadrat nilai X
∑y^2 =Jumlah dari kuadrat nilai Y
(∑x)^2=Jumlah nilai X kemudian dikuadratkan
(∑y)^2=Jumlah nilai Y kemudian dikuadratkan
Selanjutnya hasil rxy dikonsultasikan dengan rtabel product moment dengan a
= 5 %, jika rxy > rtabel maka alat ukur dinyatakan valid.
3.6 Indikator Keberhasilan
Sebagai indikator keberhasilan belajar yang diharapkan dalam penelitian yang
dilakukan ini adalah apabila aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA pada materi mengenal rangka manusia dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah menunjukkan
peningkatan pada setiap siklusnya, dan jika >75 % siswa memperoleh nilai
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV B
SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung pada mata pelajaran IPA
dalam materi rangka manusia dapat disimpulkan:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran
IPA dalam materi rangka manusia dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa kelas IV B SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran
IPA dalam materi rangka manusia dapat meningkatkan hasil belajar dan
ketuntasan belajar siswa kelas IV B SDN 1 Kaliawi Tanjungkarang Pusat
Bandar Lampung.
3. Hubungan antara aktivitas belajar dengan hasil belajar siswa kelas IV B
SDN 1 Kaliawi menunjukkan hubungan yang positif dan erat.
5.2 Saran
1. Kepada siswa, untuk senantiasa menjaga dan memupuk motivasi belajar
dengan demikian semangat belajar akan terus terbina yang secara otomatis
46
2. Kepada guru, untuk senantiasa menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran, karena dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa akan lebih mudah memahami
berbagai materi pelajaran karena siswa dapat saling membantu dalam
memahami pelajaran yang disampaikan. Selain itu model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat menciptakan komunitas belajar (learning
comunity) yang pada akhirnya menciptakan kebiasan belajar secara
kontinyu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memberikan
solusi cerdas dalam membantu siswa memahami materi pelajaran karena
dapat mereka dapat membantu satu sama lain.
3. Kepada sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang
mendukung pembelajaran yang masih belum ada, agar proses
pembelajaran dapat berlangsung lebih baik sehingga hasil belajar peserta
didik dapat meningkat. Sekolah juga hendaknya lebih memperhatikan
sistem terpadu yang dapat mendukung segala aktivitas belajar terutama
terkait dengan kedisiplinan para siswa dan kinerja para pendidik.
4. Kepada peneliti lanjutan, agar dapat meningkatkan profesionalisme dan
semangat dalam melakukan penelitian, serta dapat menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam melakukan penelitian serupa.
Agar model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat lebih dikenal,
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 2004. Evaluasi Pengajaran.UNP. Padang
Agib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. CV Irama Widya. Bandung.
Arifuddin. 2011. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Gaya melalui Model Kooperatif Tipe STAD dengan Pendekatan Discovery pada Siswa Kelas IV SDN 1 Jambi. Jambi
Aunurrahman. 2009. Penelitian Tidakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.
Darmansyah. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.UNP. Padang.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta.
Dess. 1991. Kelemahan Model PembelajaranKooperatifTipe-STAD.http:// hayardin-blog.blogspot.com/2013/02/kelemahan-model-pembelajaran– kooperatif-tipe-stad.htm
Illeris. 2000. Macam-Macam Teori Belajar.http://belajarpsikologi.com/ macam- macam- teori-belajar.
Marta. 2008. Pengertian Model Pembelajaran STAD. http://hayardin-blog. blogspot.com/2013/01/pengertian-model-pembelajaran-stad.html
Martini. 2011. Meningkatkan Hasil Belajar IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas IV SDN Umbulwidodo Ngemplak Sleman. Yogyakarta.
Nasution. 2008. Pengertian Aktivitas Belajar Menurut Para Ahli.http:
//www.duasatu.web.id/2012/07/pengertian-aktivitas-belajar-menurut-para.html
Poewadarminto, WJS. 2011. Definisi Aktivitas Belajar. http://www.bukuhalus. com/2011/74/ definisi-aktivitas-belajar.html
Roestiyah. 2001. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. www.artikelbagus.com/2011/kelebihan-dan-kelemahan-model.htm.
Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sudirman. 2005. Aktivitas Belajar. http://makalahpendidikansudirman.blogspot. com/2012/08/ aktivitas-belajar.html.
Sudjana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Remaja Rosdikarya. Bandung.
Sukardi, Ketut. 2003. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.Usaha Nasional. Surabaya.
Sumiati, & Asra. 2009, Metode Pembelajaran.Wacana Prima. Bandung.
Sutikno, M. Sobry. 2010. Strategi Belajar Mengajar, Refika Aditama. Bandung
Teddy. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SDN 6 Bukit Bual Sijunjung. Sumatera Barat.