• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PAPARAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK HANDPHONE DALAM PERIODE AKUT TERHADAP MEMORI KERJA DAN INTAKE SUKROSA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PAPARAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK HANDPHONE DALAM PERIODE AKUT TERHADAP MEMORI KERJA DAN INTAKE SUKROSA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

EFFECT OF HANDPHONE’S ELECTROMAGNETIC WAVE EXPOSURE IN ACUTE PERIOD TO WORKING MEMORY AND SUCROSE INTAKE

IN WHITE RATS (Rattus norvegicus) Sprague dawley STRAIN BY

ANISA NURAISA DJAUSAL

Electromagnetic wave exposure especially from handphone, influence the physiology of normal brain. The electromagnetic wave could increase the free radical activity in cell which considered as stress by the body. Stress exposure from unknown environment will cause deficit in working memory. To acknowledge the effect of handphone’s electromagnetic wave exposure to working memory and sucrose intake. The sample of this research are 18 white rats (Rattus norvegicus) Sprague dawley strain age 2-3 weeks old that divided into 3 random groups: control (K), 1 hour treatment (P1), and 3 hours treatment (P2) that exposed with handphone’s electromagnetic wave in 7 days. The white rats had time to adapt in 7 days before the trial, and a pre-test in a day before the trial. The sucrose intake been measured everyday in 7 days, and in day 8 the working memory been tested with radial arm maze. The average values of working memory’s pre-test are K:3,83%, P1:3,67%, P2:3,83% and for the post-test are K:1,17%, P1:1,67%, P2:1,33% with Wilcoxon bivariate analysis test in K p=0,020, P1 p=0,026, P2 p= 0,026 (p< 0,05). The average of sucrose intake are K:173,57ml, P1:120ml, P2:134,29ml with p=0,034 (p< 0,05) in Kruskal-Wallis bivariate analysis test. The handphone’s electromagnetic wave exposure in acute period could decrease the working memory and sucrose intake in white rats (Rattus norvegicus).

(2)
(3)
(4)

PENGARUH PAPARAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK HANDPHONE DALAM PERIODE AKUT TERHADAP MEMORI KERJA

DAN INTAKE SUKROSA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley

Oleh

ANISA NURAISA DJAUSAL Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 31 Juli 1993, sebagai anak

terakhir dari 4 bersaudara dari Bapak Anshori Djausal dan Ibu Herawati Soekardi.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK PTPN VII Bandar

Lampung pada tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Al- Azhar 1

Bandar Lampung pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP)

diselesaikan di SMPN 4 Bandar Lampung pada tahun 2008, dan Sekolah

Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 10 Bandar Lampung pada tahun

2011.

Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN) Tertulis.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum Anatomi

tahun 2013-2014 dan aktif pada organisasi Genitalial and Education Health

(7)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Paparan Gelombang Elektromagnetik

Handphone Dalam Periode Akut Terhadap Memori Kerja Dan Intake Sukrosa

Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Galur Sprague Dawley”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat masukan, bantuan,

dorongan, saran, bimbingan, dan kritik dari berbagai pihak. Maka pada

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Dr. Sutyarso, M.Biomed, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung;

3. dr. Anggraeni Janar Wulan, M. Sc, selaku Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu untuk membantu, memberi kritik, saran, dan

(8)

ii

4. dr. Rekha Nova Iyos, selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu

untuk membantu, memberi kritik, saran, dan membimbing dalam

penyelesaian skripsi ini;

5. Dr. Sutyarso, M.Biomed, selaku pembahas yang telah bersedia meluangkan

waktu dan memberikan ilmu, kritik, saran, serta bimbingan dalam skripsi ini;

6. dr. Ety Apriliana, M. Biomed, selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan arahan dan motivasi selama saya menempuh pendidikan di

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ini;

7. Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung

atas ilmu yang telah diberikan kepada saya untuk menambah wawasan yang

menjadi landasan bagi masa depan dan cita-cita;

8. Seluruh staf dan karyawan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

yang membantu dalam proses pembelajaran semasa kuliah dan penyelesaian

skripsi ini;

9. Mama, Papa, Atu Lia, Batin Gita, Abang Zano, Kak Tinus, Mas Didi dan

seluruh keluarga besar atas dukungan, semangat, doa, motivasi, dan kasih

sayang yang selalu menjadi alasan saya untuk terus berjuang sampai saat ini;

10. dr. Exsa Hadibrata, dr. Catur Ariwibowo, dr. Anggraeni Janar Wulan, M. Sc,

dr. Rekha Nova Iyos, Ara, Oci, Pau, Belda, Selvi, Erot dan Desta teman

seper-Anatomi-an, yang telah membantu, menghibur, dan belajar bersama ;

11. Adhein, Yuda, Deo, Egi, Narji, Dhandy, dan Ali yang selalu ada setiap saat,

semoga kita bisa mencapai cita-cita masing-masing, bersama kita bisa!;

(9)

iii

13. Aryati Pratama Putri dan Bela Riski Dinanti (ABC), yang selalu menemani

dikala suka dan duka dan membantu dalam belajar;

14. Oci, Erot, dan Belda teman seperjuangan skripsi, yang selalu membantu dan

menyemangati;

15. Baji, KaTir, Pad, Ate, Topaz, Diano, Nayuv, Dila dan Emon teman

sepertikusan, terima kasih banyak telah saling membantu selama di pet house;

16. Eja, Kak Heru, Gede, Ririn, Robby kotak, Oni, Fila dan teman-teman yang

selalu membantu dalam proses belajar;

17. Tisa, Widya, Hafiz, Ridho, Deri, Levo, Dewangga dan Yasser, yang selalu

ada dari SMP hingga sekarang, semoga kita sukses bersama;

18. Niken Wiandhani dan Okta Casebella yang selalu ada dikala suka dan duka

selama KKN sampai sekarang;

19. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 atas kebersamaannya selama ini.

Semoga kita menjadi dokter-dokter yang profesional;

20. Adik-adik angkatan 2012, 2013, dan 2014, terimakasih atas dukungan dan

doanya, semoga bisa menjadi dokter yang profesional.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena

itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi

perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembacanya.

Bandar Lampung, Januari 2015

Penulis

(10)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN I.1Latar Belakang ... 1

I.2Perumusan Masalah ... 5

I.3Tujuan Penelitian ... 5

I.4Manfaat Penelitian ... 6

I.5 Kerangka Teori... ... 6

I.6 Kerangka Konsep ... 8

I.7 Hipotesis ... 8

II.TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka ... 9

II.1.1Gelombang Elektromagnetik ... 9

II.1.2Efek Paparan Gelombang Elektromagnetik ... 11

II.1.3 Handphone ... 12

II.1.4 Specific Absorption Rate (SAR). ... 14

II.1.5 Stres ... 15

II.1.6 Memori Kerja dan Hippocampus. ... 17

(11)

ii III. METODE PENELITIAN

III.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 23

III.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 23

III.3 Variabel Penelitian ... 23

III.3.1Variabel Bebas ... 23

III.3.2Variabel Terikat ... 23

III.3.3Variabel Perantara... 23

III.4 Populasi dan Sampel ... 24

III.4.1Populasi Penelitan ... 24

III.4.2Sampel Penelitian ... 24

III.4.3Kelompok Perlakuan... 25

III.4.4Kriteria Inklusi ... 25

III.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 26

III.5.1Alat... 26

III.5.2Bahan ... 27

III.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ... 27

III.7 Prosedur Penelitian ... 28

III.8 Pengumpulan Data ... 31

III.9 Pengolahan dan Analisis Data ... 31

III.9.1Pengolahan Data ... 31

III.9.2Analisis Statistika ... 32

III.10 Diagram Alur Penelitian ... 34

III.11 Ethical Clearence ... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. 1Gambaran Umum Penelitian ... . 37

IV. 2Hasil Penelitian ... . 37

IV. 2. 1.Memori Kerja ... . 37

IV. 2. 2.Intake Sukrosa ... . 39

IV. 2. 3.Analisis Bivariat ... . 40

IV. 3Pembahasan ... . 45

(12)

iii IV. 3. 2.Hubungan Stres dengan Intake Sukrosa ... . 51

V. KESIMPULAN

V. 1Kesimpulan ... . 56 V. 2Saran ... . 56

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional ... 27

2. Perlakuan Penelitian... 29

3. Hasil Nilai Rerata UjiMemori Kerja ... 37

4. Hasil Intake Sukrosa ... 39

5. Hasil Uji Normalitas Saphiro- Wilk ... 41

6. Hasil Uji Kruskal- Wallis Memori Kerja ... 42

7. Hasil Uji Wilcoxon Memori Kerja ... 43

8. Hasil Uji Spearman Memori Kerja ... 43

9. Hasil Uji Non-Parametrik Kruskal- Wallis Intake Sukrosa ... 44

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Spektrum Gelombang Elektromagnetik ... 8

2. Handphone ... 11

3. Skema Memori dan Struktur Otak yang Terkait ... 15

4. Hippocampus pada kedua hemisfer tikus ... 17

5. Kerangka Teori ... 21

6. Kerangka Konsep ... 22

7. Radial Arm Maze ... 26

8. Diagram Alur Penelitian ... 34

9. Nilai Rerata Hasil Uji Memori Kerja ... 38

(15)

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sebagai negara dengan populasi terbanyak ke empat di dunia, Indonesia

memiliki pasar yang besar dan cepat berkembang dalam teknologi

handphone. Pada tahun 2013, sekitar 68% dari penduduk Indonesia

memiliki sebuah handphone, dan hanya sekitar 23% dari angka tersebut

yang menggunakan smartphone. Berbeda dengan China dimana 71% dari

penduduknya menggunakan smartphone. Namun, pengguna smartphone di

Indonesia telah diprediksikan meningkat dari 24% menjadi 53% dalam

rentang waktu dari tahun 2013 sampai 2014 (Statistika, 2014).

Pada tahun 2012, total durasi penggunaan handphone di Beijing, China,

adalah 150 juta menit (Statiska, 2014). Sementara penduduk Indonesia

menggunakan ponsel pintar selama 189 menit per hari atau lebih dari 3

jam. Menurut sebuah survei lembaga Nielsen berjudul "Nielsen on Device

Meter" pada akhir 2013, disebutkan bahwa selama 62 menit per hari

penduduk Indonesia menggunakan ponselnya untuk berkomunikasi,

seperti telepon, kirim pesan teks, dan e-mail (Kompas, 2014).

(16)

2

melaporkan bahwa penduduk Indonesia menghabiskan waktu selama 181

menit untuk menggunakan smartphone (Techinasia, 2014).

Menurut Swamardika (2009), paparan gelombang elektromagnetik dari

berbagai frekuensi menimbulkan kekhawatiran karena berpengaruh buruk

terhadap kesehatan fisik manusia. Gangguan tersebut dapat berupa

electrical sensitivity, yaitu gangguan fisiologis dengan tanda dan gejala

neurologis diikuti dengan peningkatan sensitivitas.

Gangguan ini umumnya disebabkan oleh radiasi elektromagnetik yang

berasal dari jaringan listrik tegangan tinggi misalnya Saluran Udara

Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) atau ekstra tinggi, dan berbagai

peralatan elektronik seperti telepon seluler (handphone) maupun

microwave oven. Radiasi tersebut ternyata sangat potensial menimbulkan

berbagai gangguan kesehatan. Handphone merupakan alat komunikasi dua

arah dengan menggunakan gelombang radio atau radio frequency (RF).

Gelombang radio ini menimbulkan radiasi. Oleh karena itu, banyak

kontroversi dari berbagai kalangan tentang keamanan dalam menggunakan

handphone (Anies, 2003; Swamardika, 2009).

Penelitian Hardjono dan Qadrijati (2004) menunjukkan bahwa paparan

medan elektromagnetik menahun dapat menyebabkan perubahan perilaku

dan gangguan memori, antara lain mudah marah, sulit tidur (sleep lost),

suka murung, kurang ramah, perasaan takut, ingatan terganggu,

neurasthenia, iritabilitas. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan adanya

(17)

3

Dampak kesehatan yang terjadi akibat paparan radiasi gelombang

elektromagnetik ionisasi meliputi efek akut dan kronis. Efek akut tersebut

dapat berupa sindrom saraf pusat (Rahmatullah, 2009).

Pada penelitian Desai (2009) menyebutkan bahwa paparan gelombang

elektromagnetik menyebabkan gangguan pada metabolisme Reactive

Oxygen Species (ROS). Radikal bebas adalah molekul reaktif yang

mengandung elektron tidak berpasangan yang merupakan derivat dari

metabolisme oksigen yang dikenal dengan nama ROS. Pada 1992

ditemukan bahwa gelombang elektromagnetik meningkatkan aktivitas

radikal bebas didalam sel. Paparan kronik dapat menurunkan aktifitas

katalase, superoxide dismutase (SOD), dan glutathione peroxidase

(GSH-Px), yang berarti menurunkan kapasitas total dari antioksidan.

Menurut Khadrawy (2009), paparan gelombang elektromagnetik, terutama

yang berasal dari handphone, mempengaruhi fisiologi otak normal. Hal ini

mungkin diakibatkan oleh perubahan eksitabilitas kortikal. Handphone

dapat mengakibatkan kerusakan oksidatif secara biokimiawi dengan

meningkatkan kadar nitric oxide, malondialdehid serta xanthine oxidase

dan aktifitas adenosin deaminase di jaringan otak.

Khadrawy (2009) menyebutkan bahwa terjadi peningkatan metabolisme

serebral setelah paparan gelombang elektromagnetik, yang ditandai

(18)

4

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa stres yang berkepanjangan (stres

kronik) dapat menurunkan memori kerja (Pasiak, 2005; Wiyono, 2007).

Hippocampus dan cortex medial prefrontal merupakan area penting yang

bertanggung jawab terhadap memori kerja (Yoon et al., 2008).

Stres kronik dapat menyebabkan gangguan memori, baik memori spasial

maupun memori non spasial pada tikus. Stres kronik dapat menyebabkan

kerusakan hippocampus, terutama area CA1 yang dapat menyebabkan

gangguan kognitif yang tergantung hippocampus (hippocampal-dependent

cognition) (Wiyono, 2007).

Menurut McEwen (1998), stres akut dapat meningkatkan sekresi kortisol,

yang dapat menekan mekanisme memori jangka pendek pada

hippocampus dan lobus temporal. Hal ini merupakan salah satu dari dua

mekanisme stres dalam menginduksi disfungsi hippocampus dan

gangguan memori. Mekanisme lainnya yaitu atrofi dendrit neuron

piramidal regio CA3 hippocampus melalui mekanisme yang melibatkan

glukokortikoid dan neurotransmitter asam amino eksitatorik yang dilepas

selama dan setelah stres berulang.

Hasil penelitian Zhao (2007) memperlihatkan bahwa pada paparan jangka

pendek emisi radiofrekuensi handphone dapat meningkatkan regulasi jalur

apoptosis pada derivat sel di otak. Terlihat bahwa serabut syaraf lebih

(19)

5

Berdasarkan uraian latar belakang diatas terlihat bahwa penelitian tentang

stres akut menggunakan induksi paparan gelombang elektromagnetik

belum banyak diteliti. Oleh karena itu, penulis berminat untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh paparan gelombang elektromagnetik dalam

periode akut selama 7 hari terhadap memori kerja dan intake sukrosa tikus

putih (Rattus novergicus) galur Sprague dawley.

I.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, didapatkan rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh paparan gelombang elektromagnetik

selama 7 hari terhadap memori kerja pada tikus putih (Rattus

norvegicus) galur Sprague dawley

2. Apakah terdapat pengaruh paparan gelombang elektromagnetik

selama 7 hari terhadap intake sukrosa pada tikus putih (Rattus

norvegicus) galur Sprague dawley

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini berupa:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh paparan elektromagnetik terhadap sistem

syaraf dan perilaku

2. Tujuan Khusus

2.1Untuk mengetahui pengaruh paparan elektromagnetik terhadap

(20)

6

2.2Untuk mengetahui pengaruh paparan elektromagnetik terhadap

intake sukrosa

I.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan hasil yang diperoleh dapat

bermanfaat bagi peneliti dan juga bagi masyarakat luas. Adapun manfaat

penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, sebagai suatu bentuk pengaplikasian disiplin ilmu yang

telah dipelajari selama perkuliahan sehingga dapat mengembangkan

khasanah keilmuan peneliti terutama pengetahuan mengenai pengaruh

elektromagnetik bagi kesehatan khususnya terhadap memori kerja dan

perubahan perilaku.

2. Bagi masyarakat, memperluas wawasan di bidang kesehatan dan

memberikan informasi tambahan mengenai pengaruh penggunaan alat

komunikasi handphone bagi kesehatan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, memberikan gambaran kepada peneliti

selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang fokus yang

serupa.

I.5 Kerangka Teori

Setelah dilakukan tinjauan pustaka, maka didapatkan kerangka teori

bahwa paparan gelombang elektromagnetik dapat mempengaruhi sistem

syaraf terutama memori kerja, dan paparan stres mampu memicu

timbulnya perubahan perilaku. Respon yang terlibat antara lain nampak

(21)

7

makan. Pada tikus yang dipaparkan dengan stres ringan dalam periode

kronik menunjukkan penurunan konsumsi sukrosa per oral (Pothion,

2004).

Gambar 5. Kerangka Teori Keterangan:

: Memacu : Menghambat Variabel yang diperiksa

Variabel yang diperiksa

Paparan Gelombang Elektromagnetik dalam Periode Akut

Stres

Perilaku

Intake

Sukrosa

Kematian sel piramidal di hippocampus

Memori Kerja Glutamat Aksis

Hypothalamus-Pituitaria-Adrenalis

Pelepasan adrenocorticotropinhormone

(ACTH) dari kelenjar pituitaria

Sekresi Hormon Glukokortikoid

(22)

8

I.6 Kerangka Konsep

Gambar 6. Kerangka Konsep

I.7 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Paparan gelombang elektromagnetik dalam periode akut mempunyai

pengaruh terhadap memori kerja tikus putih

2. Paparan gelombang elektromagnetik dalam periode akut mempunyai

pengaruh terhadap intake sukrosa tikus putih Paparan Gelombang

Elektromagnetik Handphone

Memori Kerja

Intake Sukrosa

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Pustaka

II.1.1 Gelombang Elektromagnetik

Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dihasilkan

dari perubahan medan magnet dan medan listrik secara berurutan,

dimana arah getar vektor medan listrik dan medan magnet saling

tegak lurus. Gelombang ini dapat ditimbulkan oleh alat-alat

elektronik saat dialiri listrik. Alat-alat elektronik ini pada akhirnya

akan menimbulkan radiasi elektromagnetik (Rahmatullah, 2009).

Perbedaan frekuensi, panjang gelombang, energi foton, jarak

paparan dari sumber dan lama paparan dapat menyebabkan efek

radiasi yang berbeda. Secara garis besar radiasi elektromagnetik

terbagi 2 kelompok yaitu radiasi pengion (ionisasi) dan radiasi

tidak pengion (non-ionisasi) (Rahmatullah, 2009).

Radiasi gelombang elektromagnetik yang termasuk dalam radiasi

ionisasi adalah sinar X, sinar Gamma, dan sebagian sinar

ultraviolet. Dampak kesehatan yang terjadi akibat paparan radiasi

gelombang elektromagnetik ionisasi meliputi efek akut dan kronis.

(24)

10

dan sindrom saraf pusat. Terdapat kondisi yang muncul akibat

ketiga efek tersebut yaitu mual dan ingin muntah, merasa tidak

enak badan dan lesu, naiknya suhu badan, adanya perubahan pada

pemeriksaan darah. Sedangkan efek kronisnya adalah kanker,

perubahan genetika, memendeknya jangka hidup dan katarak

(Rahmatullah, 2009).

Sedangkan radiasi gelombang elektromagnetik non-ionisasi adalah

radiasi yang tidak memiliki kemampuan untuk mengionisasi

molekul. Termasuk diantaranya adalah sebagian sinar ultraviolet,

sinar tampak, sinar infra merah, gelombang mikro, gelombang

radio, dan medan elektromagnetik berfrekuensi ekstrim rendah

(Rahmatullah, 2009).

Gambar 1. Spektrum Gelombang Elektromagnetik (sumber:

(25)

11

II.1.2 Efek Paparan Gelombang Elektromagnetik 1. Efek Termal

Kenaikan suhu jaringan yang dihasilkan dari paparan

gelombang elektromagnetik disebut sebagai "efek termal"

(Alaa et al., 2011). Panas terutama terkait dengan penyerapan

radiasi gelombang elektromagnetik frekuensi tinggi yang

dihasilkan dari konduktivitas listrik yang ditingkatkan dari

media jaringan. Efek termal dapat menyebabkan gangguan

fungsi sel dan perkembangannya. Kenaikan suhu jaringan

dalam organ berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

timbulnya panas dan pembuangan panas. Generasi panas

tergantung pada Specific Absorption Rate (SAR) dan tingkat

energi (densitas daya) dari gelombang elektromagnetik yang

dipancarkan harus melebihi 100mW/cm2 untuk memiliki

dampak pemanasan pada jaringan biologis.

2. Efek Non-Termal

Efek non-termal mencakup semua interaksi gelombang

elektromagnetik dengan jaringan biologis tanpa produksi panas

atau kenaikan suhu terukur. Secara khusus, medan magnet dari

gelombang elektromagnetik memiliki potensi yang paling

berbahaya pada organisme hidup. Hal ini disebabkan karena

kemampuannya untuk menembus tubuh manusia sementara

medan listrik pada manusia kurang memiliki kemampuan

(26)

12

yang dihasilkan dari paparan medan elektromagnetik telepon

seluler ponsel dapat menjelaskan efek termal non biologis

pada jaringan, tingkat seluler dan sub-seluler (Alaa et al., 2011;

Myung dan Park, 2012).

Medan elektromagnetik mempunyai pengaruh terhadap status

kesehatan manusia baik fisik maupun psikis. Penelitian

menunjukkan bahwa (Hardjono dan Qadrijati, 2004):

1. Terhadap Binatang

Penelitian Soesanto (1996) dengan binatang kecil yang

terpapar medan listrik sampai 100 kV/m menyatakan

pengaruh pada komponen sistem saraf pusat.

2. Terhadap Manusia

Energi yang terkandung pada medan elektromagnetik

terlebih pada frekuensi ekstrim rendah, sebenarnya terlalu

kecil untuk dapat menyebabkan efek biologi. Namun

dengan adanya perbedaan radiosensitivitas berbagai sel

yang membentuk jaringan dan organ tubuh dan

dihubungkan dengan dosis pajanan yang mungkin diterima

memungkinkan terjadinya gangguan yang tidak diinginkan.

II.1.3 Handphone

Handphone (Swamardika, 2009) merupakan alat komunikasi dua

arah dengan menggunakan gelombang radio atau radio frequency

(27)

13

sebuah kode tertentu ke dalam gelombang radio dan selanjutnya

diteruskan melalui antena ponsel menuju ke base station terdekat

dimana dilakukannya panggilan.

Handphone mentransmisikan dan menerima sinyal dari dan ke

substasiun yang ditempatkan di tengah kota. Substasiun yang

menerima sinyal paling jernih dari telepon seluler memberikan

pesan ke jaringan telepon local jarak jauh. Jaringan Personal

Communication Services (PCS) mirip dengan sistem telepon

seluler. Personal Communication Services (PCS) menyediakan

komunikasi suara dan data didesain untuk menjangkau daerah yang

luas. Pita frekuensi 800 sampai dengan 3000 MHz telah dijatahkan

untuk peralatan komunikasi ini. Saat ini Indonesia mempunyai dua

jaringan telepon nirkabel yaitu sistem Global System for Mobile

Communication (GSM) dan sistem Code Division Multiple Access

(CDMA) (Swamardika, 2009).

(28)

14

Global System for Mobile Communication (GSM) menggunakan

frekuensi standar 900Mhz dan frekuensi 1800Mhz dengan nama

Personal Communication Network. Berbeda dengan GSM yang

menggunakan Time Division Multiplexing, CDMA tidak memiliki

frekuensi khusus pada setiap pengguna (Ahong, 2007).

II.1.4 Specific Absorption Rate (SAR)

Menurut Swamardika (2009) pengukuran kadar radiasi sebuah

handphone umumnya disebut dengan Specific Absorption Rate

(SAR). Pengukur energi radio frekuensi atau RF yang diserap oleh

jaringan tubuh pengguna handphone bisa dinyatakan sebagai units

of watts perkilogram (W/kg). Batas SAR yang ditetapkan oleh

ICNIRP adalah 2.0W/kg (watts per kilogram). Sementara The

Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) juga telah

menetapkan sebuah standar baru yang digunakan oleh negara

Amerika dan negara lain termasuk Indonesia adalah dengan

menggunakan batas 1.6W/kg.

Environmental Working Group (EWG) adalah sebuah badan

berbasis di Amerika Serikat yang memberi perhatian terhadap

masalah radiasi handphone, kesehatan manusia dan merilis daftar

handphone yang berbahaya ataupun tak berbahaya bagi kesehatan

manusia. Penyusunan daftar handphone itu berdasarkan pada level

(29)

15

yang diserap oleh tubuh kita. Semakin rendah levelnya, maka

semakin baik untuk meminimalisirkan radiasi (Marcelline,2009).

II.1.5 Stres

Dalam istilah medis, stres didefinisikan sebagai suatu rangsangan

fisik dan psikologi yang menghasilkan reaksi mental dan fisiologi

yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Sedangkan

secara teknis, stres merupakan pengerusakan keseimbangan tubuh

(homeostasis) yang dicetus oleh pengalaman-pengalaman yang

tidak menyenangkan, baik yang nyata maupun yang tidak nyata

(Catootjie, 2007). Stresor adalah suatu keadaan yang

menimbulkan respon stres (Wiyono, 2007).

Stres yang muncul akibat adanya stresor dapat berupa stres akut

(dalam kondisi fight or flight atau pengalaman hidup sehari-hari)

dan stres kronik (beban stres yang terakumulasi hari demi hari).

Keadaan stres dapat menimbulkan respon adaptasi berupa respon

fisiologis maupun psikologis. Gangguan yang muncul akibat

sindroma stres bervariasi,mulai dari gangguan emosi, perilaku,

fungsi reproduksi, pertumbuhan, imunitas dan kognitif (Wiyono,

2007).

Pada saat stres, perhatian akan meningkat dan otak terfokus

terhadap ancaman yang datang. Cardiac output dan pernafasan

(30)

16

diperuntukkan untuk memasok kebutuhan otak, jantung, dan otot

(Tsigos, 2002).

Stres mempunyai peranan terhadap memori, dan paparan stres dari

lingkungan yang tidak dikenal akan menyebabkan defisit dalam

memori kerja yang menandakan kerusakan dari hippocampus

(Bremner, 1999).

Pada keadaan stres disekresikan hormon glukokortikoid (Wiyono,

2007). Pelepasan hormon ini melalui aksis

hipothalamus-pituitaria-adrenalis (aksis HPA). Mekanismenya melalui pelepasan

corticotropinreleasing hormone (CRH) dari hypothalamus.

Hormon ini akan memacu pelepasan adrenocorticotropinhormone

(ACTH) dari kelenjar pituitaria dan selanjutnya terbawa aliran

darah sampai ke cortex adrenalis. Organ ini mensekresikan hormon

glukokortikoid. Selanjutnya hormon ini dapat mempengaruhi

fungsi memori dengan pengaruhnya pada sistem limbik.

Penggunaan obat-obatan seperti glukokortikoid, dexamethasone,

atau kortisol menunjukkan gangguan pada fungsi memori kerja

verbal deklaratif pada orang sehat. Kadar kortisol berhubungan

dengan fungsi memori, yang dibuktikan dengan eksaserbasi defisit

memori dengan stres yang diinduksi oleh kenaikan kadar kortisol

(31)

17

Hormon glukokortikoid dapat masuk ke dalam otak dan berikatan

dengan dua tipe reseptor steroid adrenal intraseluler. Hormon ini

bekerja terutama di hippocampus yang mengandung reseptor

glukokortikoid dengan konsentrasi tertinggi (Wiyono, 2007).

II.1.6 Memori Kerja dan Hippocampus

Memori secara fisiologis merupakan hasil dari perubahan

kemampuan penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron

berikutnya. Perubahan ini menghasilkan jaras-jaras yang

terfasilitasi yang disebut jejak-jejak ingatan (memory traces)

(Guyton, 2006).

Memori Deklaratif (Eksplisit)

Fakta Semantik Kejadian Episodik Hippocampus Korteks Cerebral Hippocampus Korteks Cerebral Keterampilan Motor Cortex (cerebellum) (striatum) Striatum (korteks Cerebral)

Memori Non-Deklaratif (Implisit)

Kategori (Probabilitas)

Korteks Cerebral

Priming Asosiatif Dasar

Jalur Reflek Non-Asosiatif Amigdala (Hippoca mpus) Amigdala (Pleasure System) Pavlovian Skeletal Muskulatural

Instrumental Pavlovian Emosional

Cerebellum (Hippocamp

us)

Gambar 3. Skema Memori dan Struktur Otak yang Terkait (sumber: In

[image:31.595.114.521.341.692.2]
(32)

18

Memori secara traditional terbagi dalam tiga subproses yang

berurutan: encoding, storage, dan retrieval. Encoding adalah

proses memasukan informasi ke dalam sistem saraf. Setelah proses

encoding dilanjutkan dengan proses storage dimana terjadi

penyimpanan informasi ke dalam otak menjadi memori. Bagian

terakhir dari proses pembentukan memori adalah retriveal,

pemanggilan kembali informasi yang telah disimpan (Syaifullah,

2010).

Memori kerja didefinisikan sebagai kemampuan untuk

mempertahankan dan meningkatkan daya ingat terhadap informasi

untuk mengarahkan tindakan yang sedang dilakukan. Komponen

penting dalam memori kerja adalah penyimpanan informasi jangka

pendek yang menyimpan informasi seperti lokasi spatial dan

informasi tentang suatu objek dipertahankan dalam buffer memori

jangka pendek dan dibuang setelah respon yang dibutuhkan telah

dikerjakan. Kesemuanya ini diistilahkan dengan workspace.

Komponen lain dari memori kerja melibatkan proses kognitif

disebut excecutive function, bekerja untuk mengkoordinasikan

semua aktivitas dalam memori kerja, termasuk material (content)

dan proses yang harus dikoordinasikan untuk keluar dan masuk

workspace (Syaifullah, 2010).

Salah satu bentuk memori kerja (Wiyono, 2007) adalah memori

(33)

19

dihubungkan dengan kemampuan individu dan spesies untuk

bertahan hidup. Memori spasial berperan penting dalam foraging

behaviour (perilaku mencari makan) pada hewan rodensia (hewan

pengerat) dan jenis unggas (burung).

Hippocampus dan cortex medial prefrontal merupakan area penting

yang berhubungan dengan memori kerja pada tikus. Cortex medial

prefrontal berhubungan dengan penyimpanan temporer dan

pemrosesan informasi yang berlangsung dalam subdetik hingga

beberapa detik. Sedangkan hippocampus memiliki fungsi yang

lebih penting dalam perpanjangan memori kerja hingga waktu yang

lebih lama. Sehingga kerusakan yang terjadi pada struktur

hippocampus ini akan sangat mempengaruhi kualitas memori kerja

[image:33.595.185.472.470.611.2]

(Yoon et al, 2008).

Gambar 4. Hippocampus pada kedua hemisfer tikus (sumber: Paxinos, 2007)

Peranan dari hormon stres, yaitu glukokortikoid, terhadap

(34)

20

bahwa hippocampus berperan dalam stres yang berhubungan

dengan gangguan psikiatri.

Menurut Wiyono (2007) akibat paparan glukokortikoid dosis tinggi

secara kronik terhadap hippocampus dapat menimbulkan akibat

yang merusak berupa penurunan neurogenesis, atrofi neuronal

disertai penurunan memori, dengan salah satu mekanisme adalah

terjadinya disrupsi metabolik, yaitu glukokortikoid menghambat

uptake glukosa pada neuron maupun astrosit di otak.

Penurunan glukosa sebagai sumber energi ini menyebabkan

peningkatan glutamat di celah ekstraseluler, karena pengendalian

release dan uptake glutamat merupakan proses yang memerlukan

energi dalam jumlah besar. Glukokortikoid meningkatkan

konsentrasi glutamat di celah ekstraseluler. Berbagai bukti

menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi glutamat ektraseluler

dapat menyebabkan apoptosis neuron dan astrosit. Konsentrasi

tinggi glutamat juga akan mengaktivasi reseptor NMDA (

Nmethyl-D-aspartate) yang akan menginduksi terjadinya perubahan

degeneratif, khususnya apoptosis, karena pengaruh glukokortikoid.

Paparan glukokortikoid secara kronik atau stres kronik

menyebabkan perubahan morfologi hippocampus dengan adanya

kematian neuron piramidal, atrofi dan remodeling dendrit terutama

(35)

21

II.1.7 Perubahan Perilaku

Respons normal terhadap stres terdiri atas tiga komponen

(Maramis, 2009), yaitu:

1. Respon emosi dengan perubahan somatis yang menyertainya

Repon emosi terhadap bahaya dan ancaman akan berupa

perasaan takut dan cemas, sedangkan terhadap perpisahan dan

kehilangan akan berupa depresi. Gejala somatik akibat adanya

bahaya dan ancaman adalah keterjagaan autonomik, dan akibat

perpisahan dan kehilangan adalah berkurangnya aktivitas fisik.

2. Respon psikologis yang mengurangi dampak pengalaman itu

Respon psikologis berfungsi untuk mengurangi dampak

pangalaman traumatik dapat berupa kesulitan mengingat

kembali detail pengalaman itu atau kehilangan perasaan

terhadap peristiwa tersebut (mati rasa). Menurut teori Freud,

kedua hal ini diakibatkan oleh represi, yaitu proses mental aktif

yang tidak disadari.

3. Cara menghadapi situasi (coping) dan respons emosi berkaitan

dengan itu

Tidak semua strategi coping bersifat adaptif, ada yang bahkan

bersifat maladaptif. Strategi coping adaptif akan mengurangi

distres jangka pendek dan jangka panjang; termasuk disini

penghindaran situasi yang menimbulkan distres, memecahkan

masalah, dann berdamai dengan situasi. Namun, bila

(36)

22

mencegah terjadinya pemecahan masalah dan berdamai dengan

situasi. Strategi coping maladaptif efektif untuk jangka pendek

tetapi akan menimbulkan kesulitan dalam jangka panjang.

Strategi maladaptif ini dapat berupa penggunaan alkohol dan

zat berlebihan, melepas emosi melalui perilaku histrionik atau

agresif, dan mencederai diri sendiri dengan sengaja.

Secara perilaku, respon terhadap stres dapat dalam kondisi fight or

flight atau perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Sistem

imunitas merespon stres akut dengan cara makan, konsumsi

alkohol, dan merokok.

Pada tikus yang dipaparkan dengan stres ringan dalam periode

kronik menunjukkan penurunan umum dalam merespon, salah

satunya ditunjukkan dengan penurunan konsumsi sukrosa per oral

(Pothion, 2004). Penelitian Murray (2013) menyebutkan juga

bahwa stres kronik yang bersifat ringan menurunkan pilihan

(37)

III. METODE PENELITIAN

III.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis dari penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain

penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

pendekatan Pre and Post Test Control Group Design.

III.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Perlakuan hewan coba dilakukan di animal house Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung dari bulan Oktober - November 2014.

III.3 Variabel Penelitian III.3.1 Variabel Bebas

Pada penelitian ini yang termasuk ke dalam variabel bebas adalah

paparan gelombang elektromagnetik handphone.

III.3.2Variabel Terikat

Pada penelitian ini yang termasuk ke dalam variabel terikat adalah

memori kerja dan intake sukrosa.

III.3.3 Variabel Perantara

Pada penelitian ini, variabel perantara dibagi menjadi dua

(38)

24

1. Dapat dikendalikan

Yang termasuk dalam variabel perantara yang dapat dikendalikan

adalah berat badan, usia, makanan, dan lingkungan tempat tinggal.

2.Tidak dapat dikendalikan

Yang termasuk dalam variabel perantara yang tidak dapat

dikendalikan adalah respon tikus terhadap paparan

III.4 Populasi dan Sampel III.4.1 Populasi Penelitian

Tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley

berumur 2-3 bulan atau 10-12 minggu yang diperoleh dari Institut

Pertanian Bogor.

III.4.2 Sampel Penelitian

Jumlah sampel berdasarkan kriteria sampel WHO yaitu minimal 5

ekor. Sampel sebanyak 18 ekor, dengan masing-masing kelompok

terdiri 6 ekor tikus.

Penentuan besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus

Frederer:

t (n-1) ≥ 15

3 (n-1)≥ 15

3n - 3 ≥ 15 3n ≥ 18

(39)

25

Dari hasil diatas, sampel dibulatkan menjadi 6 ekor tikus putih.

Koreksi untuk tikus yang hilang atau dropout dengan 1

1−F dimana

F adalah proporsi unit eksperimen yang dropout 10%.

− � = − ,6 = , = ekor

III.4.3 Kelompok Perlakuan

1. Kelompok 1 : Kelompok tikus yang tidak dipajankan oleh

gelombang elektromagnetik (Kelompok Kontrol).

2. Kelompok 2 : Kelompok tikus yang dipajankan gelombang

elektromagnetik selama 1 jam per hari selama 7 hari

(Kelompok P1).

3. Kelompok 3 : Kelompok tikus yang dipajankan gelombang

elektromagnetik selama 3 jam per hari selama 7 hari

(Kelompok P2).

III.4.4 Kriteria Inklusi

1. Sehat (tidak nampak sakit, rambut tidak rontok dan tidak

nampak kusam, aktivitas aktif)

2. Jantan

3. Berat Badan 200-300 gram

(40)

26

III.5 Alat dan Bahan Penelitian III.5.1Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Kandang tikus

2. Handphone Blackberry Bold 9790 (SAR 1,56 W/kg)

3. Botol minuman 250ml

4. Tempat makan

5. Radial arm maze

Radial arm maze dibuat dengan panjang lengan 50cm, lebar

lengan 30cm, tinggi platform 40cm, dan diameter tengah 30cm

dengan bentuk seperti pada Gambar 7.

6. Stopwatch

7. Kamera

[image:40.595.263.415.431.606.2]

8. Lazy pod.

Gambar 7. Radial Arm Maze (sumber: https://journals.prous.com)

III.5.2Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 250ml

(41)

27

III.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

Pada penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu variabel dependen

(variabel terikat) dan variabel independen (variabel bebas). Adapun

variabel pada penelitian ini adalah:

1. Variabel independen adalah paparan gelombang

elektromagnetik

[image:41.595.122.505.299.750.2]

2. Variabel dependen adalah memori kerja dan intake sukrosa

Tabel 1. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1

Gelombang

Elektromagnetik

Paparan gelombang

elegtromagnetik yang berasal dari

handphoneBlackberry Bold 9790

((SAR 1,56 W/kg) dengan cara

dihidupkan dan diaktifkan

jaringan komunikasi dan

dilakukan panggilan telepon

Stopwatch

K = kontrol

P1 = 1 jam

P2 = 3 jam

Numerik

2 Memori Kerja

Memori kerja (memori spasial)

yang dinilai dengan

menggunakan alat maze radial 8

lengan Kamera Presentase jumlah lengan yang benar dimasuki oleh tikus dengan menghitung jumlah lengan yang dimasuki

dibagi dengan 4

(jumlah lengan

dengan bait)

lalu dikalikan

100

Numerik

3 Intake Sukrosa

Jumlah air sukrosa yang

(42)

28

III.7 Prosedur Penelitian

1. Ethical Clearence

Penelitian ini dimulai dengan pengajuan proposal ethical

clearence ke Fakultas Kedokteran Universitas Lampung untuk

mendapatkan izin etik penelitian menggunakan 18 ekor tikus

putih (Rattus norvegicus) jantan dengan galur Sprague-Dawley.

2. Pengadaan Hewan Coba

Pada penelitian hewan coba yaitu tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan dengan galur Sprague-Dawley sebanyak 18

ekor yang diperoleh dari Institut Pertanian Bogor (IPB).

3. Pembagian kelompok

Penelitian ini menggunakan 18 ekor tikus putih yang dibagi

secara acak kedalam 3 kelompok percobaan. Selanjutnya

semua tikus diaklimatisasi terhadap radial arm maze selama

1-6 hari. Selama masa adaptasi dan masa perlakuan percobaan

tikus diberi makan pelet ayam serta minuman air dan air

dengan sukrosa.

4. Perlakuan

Pemaparan gelombang elektromagnetik handphone Blackberry

Bold 9790 (SAR 1,56 W/kg) dilakukan dengan menggunakan

kandang modifikasi khusus untuk pemaparan. Handphone

Blackberry Bold 9790 (SAR 1,56 W/kg) diletakkan dalam

(43)

29

khusus handphone, lalu dilakukan panggilan telepon dengan

menggunakan handphone lain. Tikus dimasukkan ke dalam

kandang tanpa fiksasi gerakan dan diberikan paparan sesuai

dengan kelompok perlakuan.

Tabel 2. Perlakuan Penelitian

Kontrol P1 P2

Tidak dipaparkan dengan gelombang elektromagnetik Dipaparkan dengan gelombang elektromagnetik

selama 1 jam dalam

7 hari

Dipaparkan dengan

gelombang

elektromagnetik

selama 3 jam dalam

7 hari

5. Prosedur Pengujian Memori Kerja dengan Radial Arm Maze

Pengujian memori kerja menggunakan radial arm maze

dilakukan di hari setelah aklimatisasi tanpa diberikan paparan

gelombang elektromagnetik handphone. Pada hari ke 1 sampai

hari ke 7 kedua kelompok perlakuan diberikan paparan

gelombang elektromagnetik handphone. Pada hari ke 8

dilakukan kembali pengujian memori kerja dengan

menggunakan radial arm maze.

Prosedur radial arm maze terlebih dahulu diawali dengan

aklimatisasi, yaitu dengan cara menempatkan tikus pada tengah

maze 8 lengan yang tiap ujung lengannya terdapat bait (pelet)

(44)

30

dapat beradaptasi terlebih dahulu. Setelah 30 detik, pintu

gerbung dibuka sehingga tikus dapat bergerak bebas ke segala

arah sampai tikus dapat memakan semua bait (pelet) atau

sampai mencapai waktu maksimal perlakuan 10 menit

(Wiyono, 2007).

Setelah dilakukan adaptasi, maka dapat dilakukan pengujian

kembali pada maze 8 lengan. Pengujiannya dilakukan pada 1

hari sebelum penelitian sebagai nilai pretest dan hari ke 7

sebagai nilai post test. Penilaian akhir dilakukan pada hari ke 8

atau satu hari setelah paparan terkhir. Penilaian

keberhasilannya yaitu apabila tikus memasuki lengan yang

mempunyai bait tanpa kembali ke lengan tersebut. Dikatakan

salah apabila tikus memasuki lengan maze yang baitnya sudah

dimakan sebelumnya, kemudian dilakukan penghitungan

persentase keberhasilan tikus memasuki lengan yang terdapat

makanan.

1. Prosedur Pengujian Intake Sukrosa

Pengujian intake sukrosa dilakukan dengan mengukur

perbandingan konsumsi harian 1) air dan 2) air dengan sukrosa

4% (Pothion et al., 2004) pada hari ke 1 pasca pemaparan

gelombang elektromagnetik handphone sampai hari ke 7.

Pengukuran dilakukan dengan melihat selisih cairan per hari.

(45)

31

mencampurkan 250ml air dengan 10gr sukrosa 4%. Larutan

dibuat dan diganti disetiap kandang per hari.

III.8 Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menghitung:

1. Hasil rata-rata memori kerja yang dinyatakan dalam presentase

pada masing-masing kelompok penelitian

2. Hasil rata-rata intake sukrosa dalam angka (ml) pada

masing-masing kelompok penelitian

III.9 Pengolahan dan Analisis Data

III.9.1 Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan

diubah kedalam bentuk tabel - tabel, kemudian proses

pengolahan data menggunakan program komputer yang terdiri

beberapa langkah:

1. Koding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data

yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang

cocok untuk keperluan analisis.

2. Data entry, memasukkan data kedalam komputer.

3. Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual

terhadap data yang telah dimasukkan kedalam komputer.

4. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh

(46)

32

III.9.2 Analisis Statistika

Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan

menggunakan program komputer dimana akan dilakukan analisa

bivariat. Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk

mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

dengan menggunakan uji statististik.

Hasil penelitian dianalisis apakah memiliki distribusi normal atau

tidak secara statistik dengan uji normalitas Shapiro-Wilk karena

jumlah sampel ≤ 50. Kemudian dilakukan uji Levene’s untuk

mengetahui apakah dua atau lebih kelompok data memiliki varians

yang sama atau tidak. Jika data terdistribusi normal dan memiliki

variansi data homogen maka digunakan metode statistik parametrik,

yaitu uji One Way ANOVA. Bila tidak memenuhi syarat uji

parametrik, digunakan uji non parametrik dengan Kruskal-Wallis.

Hipotesis dianggap bermakna bila p< 0,05. Jika pada uji ANOVA

atau Kruskal-Wallis menghasilkan p< 0,05 maka dilanjutkan dengan

melakukan analisis Post-hoc LSD untuk melihat perbedaan antar

kelompok perlakuan atau uji alternatif dari Post-hoc LSD yaitu

Mann- Whitney (Dahlan, 2009).

Untuk melihat besarnya penurunan memori kerja akibat paparan

gelombang elektromagnetik handphone pada nilai pre-test dan

post-test maka dilakukan uji Paired T-test dikarenakan data tersebut

merupakan data dua kelompok berpasangan. Bila syarat untuk

(47)

33

normal, maka dilakukan uji alternatif yaitu uji Wilcoxon (Dahlan,

2009).

Sedangkan untuk melihat hubungan atau korelasi dari nilai pre-test

dan post-test dilakukan uji korelatif Pearson jika memenuhi syarat

yaitu distribusi data normal. Jika syarat tidak terpenuhi maka

(48)

34

[image:48.595.163.520.116.682.2]

III.10 Diagram Alur Penelitian

Gambar 8. Diagram Alur Penelitian

K P1 P2

Pembagian Kelompok dan Aklimatisasi

Uji Memori Kerja Dengan Tes Radial Arm Maze (Pre-Test)

Tidak Dipapar Selama 7 Hari

Paparan Handphone

Selama 1 Jam Dalam 7 Hari

Paparan Handphone

Selama 3 Jam Dalam 7 Hari

Pengukuran Intake Sukrosa Selama 7 Hari

Interpretasi Hasil Pengamatan Uji Memori Kerja Dengan Tes Radial Arm

(49)

35

III.11 Ethical Clearence

Penelitian ini telah diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, dengan menerapkan

prinsip 3R dalam protokol penelitian, yaitu:

1. Replacement, adalah keperluan memanfaatkan hewan

percobaan sudah diperhitungkan secara seksama, baik dari

pengalaman terdahulu maupun literatur untuk menjawab

pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh makhluk

hidup lain seperti sel atau biakan jaringan.

2. Reduction, adalah pemanfaatan hewan dalam penelitian

sesedikit mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil yang

optimal. Dalam penelitian ini sampel dihitung berdasarkan

rumus Frederer yaitu (n-1) (t-1) ≥ 15, dengan n adalah jumlah

hewan yang diperlukan dan t adalah jumlah kelompok

perlakuan.

3. Refinement, adalah memperlakukan hewan percobaan secara

manusiawi, dengan prinsip dasar membebaskan hewan coba

dalam beberapa kondisi.

a. Bebas dari rasa lapar dan haus, pada penelitian ini hewan

coba diberikan pakan standar dan minum secara ad

libitum.

b. Bebas dari ketidak-nyamanan, pada penelitian hewan coba

ditempatkan di animal house dengan suhu terjaga

(50)

36

kandang. Animal house berada jauh dari gangguan bising

dan aktivitas manusia serta kandang dijaga kebersihannya

sehingga, mengurangi stress pada hewan coba.

c. Bebas dari nyeri dan penyakit dengan menjalankan

program kesehatan, pencegahan, dan pemantauan, serta

pengobatan terhadap hewan percobaan jika diperlukan.

Prosedur pengambilan sampel pada akhir penelitian telah

dijelaskan dengan mempertimbangkan tindakan manusiawi dan

anesthesia serta euthanasia dengan metode yang manusiawi oleh

orang yang terlatih untuk meminimalisasi atau bahkan meniadakan

(51)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V. 1Kesimpulan

Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Gelombang elektromagnetik handphone selama 7 hari merupakan

salah satu faktor yang dapat menurunkan memori kerja tikus putih

jantan (Rattus norvegicus)galur Sprague Dawley.

2. Gelombang elektromagnetik handphone selama 7 hari merupakan

salah satu faktor yang dapat menurunkan intake sukrosa tikus putih

jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley.

V. 2Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Peneliti lain disarankan untuk menggunakan metode paparan stres lain

untuk mengetahui pengaruh paparan gelombang elektromagnetik.

2. Peneliti lain disarankan untuk menggunakan metode uji memori kerja

lain dalam periode waktu yang lebih lama.

3. Peneliti lain disarankan untuk menggunakan metode lain untuk

(52)

55

4. Peneliti lain disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh

gelombang elektromagnetik terhadap organ lain.

5. Peneliti lain disarankan untuk menggunakan sumber gelombang

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Ahong. 2007. Sejarah Telepon Selular dan Perkembangan Teknologi Selular. Tersedia di http://www.bagansiapiapi.net/id/blogdetail.php?id=59. Diakses pada tanggal 10 September 2014.

Alaa, J. H., A. Singh, dan A. Agarwal. 2011. Cell Phones and Their Impact on Male Fertility: Fact or Fiction. The Open Reproductive Science Journal 5: 125-37.

Anies. 2003. Pengendalian Dampak Kesehatan Akibat Radiasi Medan Elektromagnetik. Media Medika Indonesia 38 (4): 213 – 19.

Bremner, J.D. 1999. Does Stress Damage the Brain?. Society of Biological Psychiatry 45: 797–805.

Burnett, A.L. 2006. The role of nitric oxide in erectile dysfunction: implications for medical therapy. J Clin Hypertens 8(4): 53-62.

Catootjie. 2007. Stres Pada Anak: Gejala, Penyebab, Dampak dan

Penanggulannya. Tersedia di

http://kupangbolelebo.blogspot.com/2007/12/stres-pada-anak-gejala-penyebab-dampak. Diakses pada 10 September 2014.

Dahlan, M.S. 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPPS. Jakarta: Salemba Medika

Desai, N.R., K.K. Kesari, dan A. Agarwal. 2009. Pathophysiology of Cell Phone Radiation: Oxidative Stress and Carcinogenesis With Focus On Male Reproductive System. Reproductive Biology and Endocrinology7: 114. Fernandez, J.W., J.A. Grizzell, R.M. Philpot, dan L. Wecker. 2014. Postpartum

depression in rats: differences in swim test immobility, sucrose preference and nurturing behaviors. Behav Brain Res 1(272): 75-82.

Ferreri, F., G. Curcio, P. Pasqualetti, L. De Gennaro, R. Fini, dan P.M. Rossini. 2006. Mobile phone emissions and human brain excitability. Ann Neurol

60(2): 188-96.

(54)

Hao, D., L. Yang, S. Chen, J. Tong, Y. Tian, B. Su, S. Wu, dan Y. Zeng. 2013. Effects of long-term electromagnetic field exposure on spatial learning and memory in rats. Neurol Sci 34(2): 157-64.

Hardjono dan I. Qadrijati. 2004. Pengaruh Paparan Medan Elektromagnetik Terhadap Kecemasan Penduduk. Nexus Medicus 16: 68-78

http://digital-meter-indonesia.com/wp-content/uploads/2014/05/radiasi-hp-berbahaya-unikboss-2.gif. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2014.

http://igadgets.us/wp-content/uploads/2014/03/blackberry-9790-whiteblackberry-bold-9790-white-jpg-kbobchnx.jpg. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2014.

http://id.techinasia.com/orang-indonesia-menggunakan-smartphone-189-menit-tiap-harinya-untuk-apa-saja/. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2014.

https://journals.prous.com/journals/servlet/xmlxsl/pk_journals.xml_summary_pr? p_JournalId=6&p_RefId=485679&p_IsPs=N. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2014.

http://tekno.kompas.com/read/2014/06/10/1625004/Orang.Indonesia.Pakai.Smart phone.3.Jam.Per.Hari. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2014.

http://www.statista.com/statistics/278501/duration-of-mobile-phone-conversations-in-china-by-province/. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2014.

http://www.statista.com/statistics/274659/forecast-of-mobile-phone-users-in-indonesia/. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2014.

Hyland, G.J. 2000. Physics and biology of mobile telephony. Lancet

25;356(9244): 1833-6.

Khadrawy, Y.A., A. Nawal, Ahmed, S. Heba, E. Aboul, dan N.M. Radwan. 2009. Effect of Electromagnetic Radiation From Mobile Phone On The Levels of Cortical Amino Acid Neurotransmitters In Adult and Young Rats.

Romanian J. Biophys 19 (4): 295–305.

Mahardika. 2009. Efek Radiasi Gelombang Elektromagnetik Ponsel terhadap

Kesehatan Manusia. Tersedia di

http://mahardikaholic.files.wordpress.com/2009/12/efek-radiasi-gelombang-elektromagnetik-pada-ponsel. Diakses pada tanggal 10

September 2014.

(55)

Marcelline. 2009. Radiasi Handphone. Tersedia di http://www.vanda-cliine.co.cc/2009_09_01_archive.html. Diakses tanggal 10 September 2014.

Mat, D., F. Kho, A. Joseph, K. Kipli, S. Sahrani, K. Lias et al. 2010. The effect of headset and earphone on reducing electromagnetic radiation from mobile phone toward human head. IEEE: 1-6.

McEwen, B.S., 1998. Protective and Damaging Effects of Stress Mediators. N. Engl. J. Med 338: 171-79.

McEwen, B.S. 2000. The Neurobiology Of Stress : From Serendipity To Clinical Relevance. Brain Res 866: 172-189.

McEwen, B.S. 2010. Stress, sex and neural adaptation to a changing environment: mechanisms of neuronal remodeling. Ann N Y Acad Sci 1204: 38–59.

McEwen, B.S., L. Eiland, R.G. Hunter, M. Melinda, dan Miller. 2012. Stress and anxiety: Structural plasticity and epigenetic regulation as a consequence of stress. Neuropharmacology 62: 3-12.

Mora, F., G. Segovia, A. Del Arco, M. de Blas, P. Garrido. 2012. Stress, neurotransmitters, corticosterone and body-brain integration. Brain Res

1476: 71-85.

Murray,R., K.A. Boss-Williams, J.M. Weiss. 2013. Effects Of Chronic Mild Stress On Rats Selectively Bred For Behavior Related To Bipolar Disorder And Depression.Elsevier Inc 119: 115-29.

Myung, C. G. dan C.J. Park. 2012. Effect of Electromagnetic Filed Exposure On The Reproductive System. Clin ExpReprod Med 39 (1): 1-9.

Narwanto, M.I., S. Aswin, dan Mustofa. 2008. Pemberian Etanol Jangka Panjang Menurunkan Memori Kerja Spasial Pada Tikus. Jurnal Kedokteran Brawijaya 26(2).

Ntzouni, M.P., A. Stamatakis, F. Stylianopoulou, dan L.H. Margaritis. 2011. Short-term memory in mice is affected by mobile phone radiation.

Pathophysiology 18: 193–99.

Pasiak, T., S. Aswin, dan R. Susilowati. 2005. Hubungan Reseptor Dopamin D1 Di Cortex Prefrontalis Tikus (Rattus Norvegicus) Dengan Memori Kerja Setelah Stres Kronik. BNS 6 (3): 155-65.

Paxinos, G. Dan C. Watson. 2007. The Rat Brain In Streotaxic Coordinates.

(56)

Pothion, S., J. C. Bizot, F. Trovero, dan C. Belzung. 2004. Strain Differences In Sucrose Preference and In The Consequences of Unpredictable Chronic Mild Stress. Behav Brain Res 155: 135–46

Rahmatullah, H. 2009. Pengaruh Gelombang Elektromagnetik Frekuensi Ekstrim Rendah Terhadap Kadar Trigliserida Tikus Putih (Rattus norvegicus).

Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Ridwan, E. 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan. J Indon Med Assoc 3 (63): 112-16

Schneiderman, N. G. Ironson, dan S.D. Siegel. 2005. STRESS AND HEALTH: Psychological, Behavioral, and Biological Determinants. Annu Rev Clin Psychol 1: 607–28.

Soesanto, S. S. 1996. Medan Elektromagnetik. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 6 (3): 6-12.

Srikumar, B.N., T.R Raju, dan R.B.S Shankaranarayana Rao. 2007. Contrasting effects of bromocriptine on learning of a partially baited radial arm maze task in the presence and absence of restraint stress. Psychopharmacology

193(3): 363-74.

Strekalova T., Y. Couch, N. Kholod, M. Boyks, D. Malin, P. Leprince et al. 2011. Update in the methodology of the chronic stress paradigm: internal control matters. Behavioral and Brain Functions 7(9): 1-18.

Swamardika, I.B.A. 2009. Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik Terhadap Kesehatan Manusia (Suatu Kajian Pustaka). Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana. Bali.

Syaifullah, M. 2010. Pengaruh Rangsang Elektroakupunktur Terhadap Memori Kerja Tikus Putih (Rattus novergicus) yang Dipapar Stres Kronik. Skripsi.

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Thompson, R.F. 2005. In Search of Memory Traces. Annu Rev Psychol 56: 1-23.

Tsigos, C. dan G.P. Chrousos. 2002. Hypothalamic-Pituitary-Adrenal Axis, Neuroendocrine Factors and Stress. J Psychosom Res 53: 865-71.

Uzwali1, M., L. Nirmala, A. Das, B.H. Paudel, N.N. Mathur dan P.N. Singh. 2012. Effects of electromagnetic waves emitted from mobile phone on auditory evoked potential in school children. Curr Pediatr Res 16 (1): 37-41.

(57)

Wiyono, N. S. Aswin, dan Harijadi. 2007. Hubungan Antara Tebal Lamina Pyramidalis CA1 Hippocampus Dengan Memori Kerja Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Pascastres Kronik. JurnalAnatomi Indonesia 01: 104-11.

Yoon, T., J. Okada, M.W. Jung, et al. 2008. Prefrontal Cortex and Hippocampus Subserve Different Components of Working Memory In Rats. Learn. Mem. 15: 97-105.

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 5. Kerangka Teori
Gambar 6. Kerangka Konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait

Isilah dengan jelas dan benar biodata di bawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. KETERAN GAN PRI

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pemberian vitamin C terhadap persentase penyusutan bobot sapi selama perjalanan (฀&lt;0,05), dimana persentase

Kelas eksperimen dan kontrol diberi tes/soal untuk mengukur penguasaan konsep siswa (pretes).Kemudian,kelas eksperimen (VII B ) diberi perlakuan dengan pembelajaran menggunakan

Metode yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah menggunakan jenis penelitian hukum normatif, yang dimaksudkan sebagai usaha mendekatkan masalah yang

Penelitian yang dilakukan yaitu berupa survei volume lalu lintas (LHR) untuk melihat tingkat kepadatan kendaraan, kemudian survei kecepatan kendaraan dan survey

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chayati (2011) bahwa variasi pencampuran ubi jalar kuning pada pembuatan roti manis mempengaruhi tingk at kesukaan serta

[r]

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 5-6 tahun melalui kegiatan finger painting di TK Pertiwi Sitirejo Tunjungan Blora tahun ajran