• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUDUL INDONESIA: PENGARUH PENGUASAAN KONSEP DIRI SISWA DI SEKOLAH DAN PENEGAKAN PERATURAN TERHADAP TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JUDUL INDONESIA: PENGARUH PENGUASAAN KONSEP DIRI SISWA DI SEKOLAH DAN PENEGAKAN PERATURAN TERHADAP TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PENEGAKAN PERATURAN TERHADAP TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 SUKOHARJO KABUPATEN

PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh EDI SAPUTRA

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh penguasaan konsep diri siswa di sekolah dan penegakan peraturan terhadap tingkat kedisiplinan siswa kelas X SMK Negeri 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif survey dengan pendekatan kuantitatif yang sampel penelitian berjumlah 74 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan teknik analisis data menggunakan regresi.

Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis menunjukan bahwa: 1. Terdapat pengaruh antara penguasaan konsep diri siswa di sekolah terhadap tingkat kedisiplinan siswa kelas X SMK Negeri 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014. 2. Terdapat pengaruh antara penegakan peraturan terhadap tingkat kedisiplinan siswa kelas X SMK Negeri 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014. 3. Terdapat pengaruh antara penguasaan konsep diri siswa di sekolah dan penegakan peraturan terhadap tingkat kedisiplinan siswa kelas X SMK Negeri 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Peneliti dilahirkan di Desa Enggal Rejo Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu pada tanggal 22 Januari 1992 yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Suwarno dan Ibu Paniyah.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh, Sekolah Dasar di MI Sabiluttaufiq Enggal Rejo yang diselesaikan pada tahun 2003 berijazah, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Adiluwih yang diselesaikan pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Sukoharjo yang diselesaikan pada tahun 2009.

(7)

MOTO

”Lebih baik pintar merasa daripada merasa pintar” (Edi Saputra)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT yang tidak terhingga

dan kerendahan hati, ku persembahkan karya sederhana ini

kepada:

Kedua orang tuaku, bapak dan ibu yang sangat kucintai,

kusayangi dan kubanggakan, terima kasih atas cinta, kasih

sayang, do’a, dukungan semangat dan segala

pengorbanannya demi keberhasilanku.

Keluarga besarku yang terus memberikan dukungan dan

do’a dan menanti keberhasilanku.

Seluruh dosen yang telah dengan sabar membimbing dan

mengarahkanku hingga aku berhasil

(9)

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Penguasaan Konsep Diri Siswa Di Sekolah Dan Penegakan Peraturan Terhadap Tingkat Kedisiplinan Siswa Kelas X SMK N 1 Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(10)

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Hi. Iskandarsyah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Hi Buchori Asyik, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PPKn Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan sekaligus pembahas II terima kasih atas masukan, saran dan kritik kepada penulis.

7. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. selaku pembahas I terima kasih atas masukan, saran dan kritik kepada penulis.

8. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si. terima kasih atas bantuan, saran dan masukan serta kritik kepada penulis.

(11)

11. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

12. Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.

13. Bapak Drs. Adi Purwanto, M.M. selaku Kepala SMK Negeri 1 Sukoharjo. 14. Bapak Pratikno, S.Pd. selaku Wakil Kepala Kurikulum SMK N 1 Sukoharjo. 15. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Bapak Suwarno dan Ibu

Paniyah terima kasih atas segala kesabaran, keikhlasan, cinta dan kasih sayang, doa, dukungan dan semangat yang tidak akan pernah bisa terbayarkan oleh apapun.

16. Keluarga besarku yang terus memberikan dukungan dan doa yang selalu menantikan keberhasilanku.

17. Ita Pratiwi, A.Md., Keb. Terimakasih atas kesetiaan, motivasi, dan kesabaranya.

18. Sahabat terbaikku Edward Rukmana, Loli Anggita, Aldi Indra, Niki Kavindo terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah kalian berikan.

(12)

Nur Astri, dan Risky terima kasih atas kebersamaan dan terciptanya persaudaraan dalam perjuangan kita. Beserta keluarga Besar di Ngambur terima kasih atas kekeluargaan yang terjalin selama KKN dan PPL.

21. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/i serta teman-teman berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Aguatus 2014 Penulis

(13)

Halaman

B.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan ... 12

C.Tujuan Disiplin di Sekolah ………. 13

(14)

B.Pengertian Konsep Diri ... 15

C.Pengertian Penguasaan Konsep Diri ... 17

D.Pembentukan Konsep Diri ... 17

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep diri ... 19

F. Bentuk Konsep Diri ... 20

G.Aspek-aspek Konsep Diri ... 22

H.Ciri-ciri Konsep Diri ... 27

I. Implikasi Konsep Diri ... 27

2.1.3. Penegakan Peraturan ………. 30

A.Pengertian Penegakan ... 30

B.Pengartian Peraturan ... 31

C.Pengertian Penegakan Peraturan ... 33

D.Tujuan Penegakan Peraturan ... 34

E. Manfaat Penegakan Peraturan ... 35

2.2.Penelitian yang Relevan ... 36

C. Variabel Penelitian, DevinisiKonseptual, Definisi Operasional, dan Rencana Pengukuran Variabel ... 42

1. VariabelPenelitian ……… . 42

2. DevinisiKonseptual Variabel ………. ... 43

3. Definisi Operasional Variabel ... 43

4. Rencana pengukuran Variabel ... 44

D. Teknik Pengumpulan Data ... 46

1. Teknik Pokok ... 46

2. Teknik Penunjang ... 47

2.1.TeknikStudi Pustaka ……….... 47

2.2.TeknikDokumentasi ………. .. 47

E. Validitas dan Reliabilitas ... 47

1. Uji Validitas... 47

2. Uji Reliabilitas ... 48

F. Pelaksanaan Uji Coba Angket ... 49

(15)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 57

1. Sejarah SMK Negeri 1 Sukoharjo ... 57

2. Profil SMK Negeri 1 Sukoharjo ... 58

3. Visi dan Misi SMK Negeri 1 Sukoharjo ... 59

B. Deskripsi Data ... 60

1. Penyajian Data Penguasaan Konsep Diri Siswa ... 60

a. Indikator Konsep Diri Positif ... 60

b. Indikator Konsep Diri Negatif ... 62

c. Penguasaan Konsep Diri ... 64

2. Penyajian Data Penegakan Peraturan ... 66

a. Indikator Mengatur ... 66

b. Indikator Sanksi ... 68

c. Penegakan Peraturan ... 70

3. Penyajian Data Tingkat Kedisiplinan Siswa ... 72

a. Indikator Memahami Tata Tertib ... 72

b. Indikator Menaati Tata Tertib ... 74

c. Tingkat Kedisiplinan Siswa ... 76

C. Pengujian Hipotesis ... 79

1. Pengaruh Penguasaan Konsep Diri (X1) Siswa Terhadap Tingkat Kedisiplinan Siswa (Y) ... 79

2. Pengaruh Penegakan Peraturan (X2) Siswa Terhadap Tingkat Kedisiplinan Siswa (Y) ... 81

3. Pengujian Hipotesis Secara Simultan ... 83

D. Pembahaan ... 86

1. Pengaruh Penguasaan Konsep Diri (X1) Siswa Terhadap Tingkat Kedisiplinan Siswa ... 86

2. Pengaruh Penegakan Peraturan (X2) Siswa Terhadap Tingkat Kedisiplinan Siswa ... 87

3. Pengaruh Penguasaan Konsep Diri Siswa Di Sekolah Dan Penegakan Peraturan Terhadap Tingkat Kedisiplinan Siswa ... 88

V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 87

B.Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA

(16)

Halaman Tabel 1.1. Data Kehadiran Siswa Kelas X Tidak Masuk Sekolah

Tanpa Keterangan (Alpa) di SMK Negeri 1 Sukoharjo

pada Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 4

Tabel 3.1 Daftar Jumlah siswa kelas X SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013//2014 ... 41

Tabel 3.2 Daftar Jumlah Sampel Penelitian ... 42

Tabel 3.3 Distribusi Hasil Uji Coba Angket pada 10 Responden di Luar Populasi untuk Item Ganjil (X) ... 50

Tabel 3.4 Distribusi Hasil Uji Coba Angket pada 10 Responden di Luar Populasi untuk Item Genap (Y) ... 51

Tabel 3.5 Tabel Kerja Antara Item Ganjil (X) dan Item Genap (Y) ... 51

Tabel 3.6 Interval Koefisien Korelasi... 55

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Konsep Diri Positif ... 61

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Konsep Diri Negatif ... 63

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Penguasaan Konsep Diri ... 65

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Mengatur ... 67

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sanksi ... 69

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Penegakan Peraturan ... 71

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Memahami Tata Tertib ... 74

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Menaati Tata Tertib ... 75

(17)

Tabel 4.12 Uji Determinasi Variabel X1 Terhadap Y ... 81

Tabel 4.13 Uji Korelasi Variabel X2 Terhadap Y ... 82

Tabel 4.14 Uji Persamaan Regresi Variabel X2 Terhadap Y ... 82

Tabel 4.15 Uji Determinasi Variabel X2 Terhadap Y ... 83

Tabel 4.16 Uji Korelasi dan Determinasi Variabel X1 dan X2 Terhadap Y ... 84

(18)

Halaman

1.2 Kerangka Pikir ... 39

4.1 Histagram Penguasaan Konsep Diri ... 66

4.2 Histagram Penegakan Peraturan ... 72

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Disiplin dalam belajar merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap siswa agar dapat tercapai tujuan belajar di sekolah. Akan tetapi pelanggaran terhadap peraturan yang berupa tata tertib sekolah masih sering ditemukan di lingkungan sekolah seperti siswa membolos pada saat jam belajar, menyontek, mencuri, berkelahi, dan lain-lain.

Perilaku menyimpang siswa seperti halnya yang telah disebutkan di atas tidak lain adalah hasil dari kurangnya sikap disiplin siswa di sekolah dan penegakan peraturan yang bisa dikatakan mungkin kurang efektif. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya berbagai macam pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah yang tentunya itu akan sangat mempengaruhi kenyamanan dan keamanan siswa dalam belajar baik bagi si pelanggar maupun bagi siswa lain yang berada di lingkungan sekolah.

(20)

lingkungan sekolah. Disiplin yang dikehendaki disini adalah disiplin yang muncul karena kesadaran bukan karena paksaan. Disiplin yang muncul karena kesadaran disebabkan karena siswa telah menyadari bahwa hanya dengan disiplin akan didapatkan kesuksesan dalam segala hal, dengan disiplin akan dapat menghilangkan kekecewaan orang lain, dan dengan disiplinlah orang lain dapat mengaguminya.

Pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, dengan kata lain disiplin akan menimbulkan rasa hormat terhadap otoritas atau kewenangan.

2. Disiplin dapat dijadikan upaya untuk menanamkan kerja sama baik antar sesama siswa di sekolah, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.

3. Disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.

4. Dengan adanya sikap disiplin dalam proses pembelajaran, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.

(21)

Disiplin tentu tidak akan muncul begitu saja pada diri siswa tanpa didasari dengan penegakan peraturan yang efektif oleh pihak guru di sekolah, melalui penegakan peraturan yang berupa tata tertib sekolah secara baik dan benar.

Arikunto (2006 : 122) berpendapat bahwa : ”Peraturan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa”. Antara peraturan dan tata tertib merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagai pembentukan disiplin siswa dalam mentaati peraturan di dalam kelas maupun di luar kelas.

Selain penegakan peraturan diperlukan juga adanya penguasaan konsep diri yang baik pada diri siswa, karena tanpa konsep diri yang baik mungkin siswa akan mematuhi atau menaati peraturan yang berlaku di sekolah akan tetapi secara terpaksa, karena sikap tersebut muncul bukan dari kesadaran diri siswa melainkan sikap tersebut muncul akibat paksaan untuk mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah.

Penguasaan konsep diri pada siswa serta diimbangi dengan penegakan peraturan yang efektif oleh pihak sekolah, merupakan suatu aspek yang mampu memaksimalkan tingkat kedisiplinan siswa dalam belajar.

(22)

tabel daftar siswa yang tidak masuk kelas tanpa keterangan SMK Negeri 1 Sukoharjo di bawah ini :

Tabel 1.1

Data Kehadiran Siswa Kelas X Tidak Masuk Sekolah Tanpa Keterangan (Alpa) di SMK Negeri 1 Sukoharjo pada Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.

No. Kelas Bulan

Jumlah Juli Agust Sep Okt Nov Des

1. X TITL 3 6 8 12 8 3 40

2. X TKR 1 2 2 5 2 5 - 16

3. X TKR 2 2 4 6 9 8 1 30

4. X TSM 1 5 5 11 - 16 - 37

5. X TSM 2 5 7 16 13 19 4 64

6. X TKJ 1 - 2 3 2 - - 7

7. X TKJ 2 1 1 4 2 8 1 17

8. X MM - - 1 2 1 - 4

Jumlah 18 27 54 42 65 9 215

Sumber : Dokumen Guru Bimbingan dan Konseling.

Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa tingkat kedisiplinan siswa kelas X secara keseluruhan belum dapat dikatakan tinggi, hal tersebut berkaitan dengan beberapa faktor :

1. Penguasaan konsep diri

Penguasaan konsep diri merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa, karena konsep diri dapat mempengaruhi tingkah laku siswa.

(23)

Penegakan peraturan yang efektif di lingkungan sekolah sangat penting agar dapat terciptanya kondisi yang aman dan nyaman di lingkungan sekolah, karena peraturan sekolah akan menjamin bahwa kegiatan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan apa yang diharapkan bersama.

3. Lingkungan teman sebaya

Linkungan teman sebaya dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa karena dalam proses belajar di sekolah biasanya siswa cenderung mengikuti tingkah laku teman yang dianggap baik menurutnya, meskipun hal tersebut bertentangan dengan peraturan.

4. Kakak kelas

Kakak kelas merupakan teladan bagi adik-adik kelasnya, apabila kakak kelas belum dapat menjadi teladan yang baik bagi adik-adik kelasnya, tentu dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan bagi adik-adiknya di lingkungan sekolah, karena kakak kelas merupakan teladan bagi adik kelas di lingkungan sekolah.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Pengaruh Penguasaan Konsep Diri Siswa di Sekolah dan Penegakan Peraturan Terhadap Tingkat Kedisiplinan Siswa kelas X SMK N 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B.Identifikasi Masalah

(24)

1. Penguasaan konsep diri berkaitan dengan tingkat kedisiplinan siswa di sekolah.

2. Penegakan peraturan secara efisien berkaitan dengan tingkat kedisiplinan siswa di sekolah.

3. Lingkungan teman sebaya berkaitan dengan tingkat kedisiplinan siswa di sekolah.

4. Penguasaan konsep diri dan penegakan peraturan dapat meningkatkan tingkat kedisiplinan siswa di sekolah .

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini memfokuskan pada:

1. Penguasaan konsep diri siswa di sekolah. 2. Penegakan peraturan.

3. Tingkat kedisiplinan siswa.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh penguasaan konsep diri terhadap tingkat kedisiplinan siswa kelas X SMK N 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014?.

(25)

3. Apakah terdapat pengaruh penguasaan konsep diri dan penegakan peraturan terhadap tingkat kedisiplinan siswa kelas X SMK N 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014?.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis :

a. Pengaruh penguasaan konsep diri terhadap tingkat kedisiplinan siswa kelas X SMK N 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014.

b. Pengaruh penegakan peraturan terhadap tingkat kedisiplinan siswa kelas X SMK N 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014.

c. Pengaruh penguasaan konsep diri siswa di sekolah dan penegakan peraturan terhadap tingkat kedisiplinan siswa kelas X SMK N 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritis

(26)

pengaruh konsep diri siswa dan penegakan peraturan terhadap tingkat kedisiplinan siswa di SMK N 1 Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.

b. Kegunaan Praktis

a. Guru

Penelitian ini berguna untuk memberikan masukan bagi guru SMK agar dapat mengerti bahwa masing-masing siswa memiliki konsep diri yang berbeda-beda, sehingga guru dapat menciptakan peraturan berupa tata tertib sekolah yang lebih baik lagi guna meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah.

b. Sekolah

Penelitian ini berguna untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di

sekolah, bahwa dengan penguasaan konsep diri yang baik pada siswa

dan penegakan peraturan yang efektif akan menciptakan lingkungan

sekolah yang aman dan nyaman.

c. Siswa

Penelitian ini berguna untuk dapat memberikan pemahaman tentang

pengusaan konsep diri yang positif terhadap siswa.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk ruang lingkup ilmu pendidikan khususnya

pendidikan kewarganegaraan dengan wilayah kajian dimensi pendidikan

(27)

2. Ruang Lingkup Objek

Objek penelitian ini adalah : Penguasaan konsep diri siswa di sekolah, penegakan peraturan, dan tingkat kedisiplinan siswa.

3. Ruang Lingkup Subjek

Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah Siswa kelas X SMK N 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014.

4. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014.

5. Ruang Lingkup Waktu

Waktu dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya Surat

(28)

`

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Teoritis

2.1.1. Kedisiplinan Siswa

A. Pengertian Disiplin

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar orang mengatakan bahwa si A adalah orang yang memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si B orang yang kurang disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan sejenisnya.

Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak dapat mentaati peraturan dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat (konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu

(29)

belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan disekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku disekolahnya.

Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku disekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan, dan tata tertib yang berlaku di sekolah.

Menurut Djamarah (2008 : 17) :

Displin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok. Tata tertib itu bukan buatan binatang, melainkan buatan manusia sebagai pembuat dan pelaku. Sedangkan disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk menaati tata tertib tersebut.

Menurut Khalsa (2008 : xix) “Disiplin merupakan bagian dari proses berkelanjutan pengajaran atau pendidikan”.

(30)

sekolah, guru maupun siswa yang didasari oleh kesadaran dalam menjalankan dan melaksanakan peraturan.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan

Ada beberapa faktor yang memperngaruhi kedisiplinan.

a. Diri sendiri

Disiplin yang muncul karena adanya kesadaran diri sendiri disebabkan seseorang telah menyadari bahwa hanya dengan disiplinlah didapatkan kesuksesan dalam segala hal, dengan disiplinlah dapat menghilangkan kekecewaan orang lain, dan dengan disiplinlah orang lain mengaguminya.

b. Keluarga

Anggota keluarga juga dapat mempengaruhi kedisiplinan seseorang, kebiasaan orang tua secara sadar maupun bawah sadar akan terekam dan kemudian diikuti oleh sang anak.

c. Pergaulan di Lingkungan

(31)

C. Tujuan Disiplin di Sekolah

Tujuan sikap disiplin di sekolah adalah :

a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang,

b. Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar,

c. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan

d. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.

D. Manfaat Kedisiplinan Siswa

Disiplin tidak hanya diperlukan dalam berlalu lintas. Dalam belajar juga diperlukan disiplin. Disiplin dapat melahirkan semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu berlalu dalam kehampaan. Budaya jam karet adalah musuh besar bagi mereka yang mengagungkan disiplin dalam belajar. Mereka benci perbuatan menunda-nunda waktu. Setiap jam dan bahkan setiap detik sangat berarti bagi mereka yang menuntut ilmu dimana pun dan kapan pun.

(32)

ikhlas. Mereka melaksanakanya dengan penuh semangat. Rela mengorbankan apa saja demi perjuangan menegakan disiplin pribadi.

Manfaat kedisiplinan adalah membuat siswa menjadi lebih tertib dan teratur dalam menjalankan kehidupannya, serta siswa juga dapat mengerti bahwa kedisiplinan itu amat sangat penting bagi masa depannya kelak, karena dapat membangun kepribadian siswa yang kokoh dan bisa diharapkan berguna bagi semua pihak.

E. Pelaksanaan Kedisiplinan dalam Lingkungan Sekolah

Dalam pelaksanaan disiplin, harus berdasarkan dari dalam diri siswa. Karena tanpa sikap kesadaran dari diri sendiri, maka apapun usaha yang dilakukan oleh orang disekitarnya hanya akan sia-sia. Berikut ini adalah pelaksanaan kedisiplinan di lingkungan sekolah.

a. Datang ke sekolah tepat waktu. b. Rajin belajar.

c. Mentaati peraturan sekolah. d. Mengikuti upacara dengan tertib.

e. Mengumpulkan tugas yang diberikan guru tepat waktu. f. Melakukan tugas piket sesuai jadwalnya.

g. Memotong rambut jika kelihatan panjang.

(33)

2.1.2. Penguasaan Konsep Diri A. Pengertian Penguasaan

Istilah penguasaan sering ditemukan dalam sebuah kalimat, dan berikut ini merupakan beberapa definisi dari penguasaan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2005 : 604) “penguasaan adalah 1. proses, cara, perbuatan menguasai atau menguasakan: ~atas tanah perkebunan itu tidak sah; 2. Pemahaman atau

kesanggupan untuk menggunakan (pengetahuan, kepandaian, dsb): ~bahasa anak didik perlu ditingkatkan; ”.

Menurut pendapat Alwi dalam

(http://tugasakhiramik.blogspot.com/2013/02/.pengertian-penguasaan-intrinsik-prosa.html) “Penguasaan merupakan proses, cara, perbuatan menguasai, menguasakan atau kesanggupan untuk menggunakan kepandaian”.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penguasaan adalah pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan (pengetahuan, kepandaian, dan sebagainya).

B. Pengertian Konsep Diri

(34)

yang diperolehnya melalui pengetahuan dan proses berpikir yang melalui jalur formal yaitu pendidikan di sekolah maupun non formal.

Konsep diri merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar di sekolah karena konsep diri seseorang akan mempengaruhi tingkah laku orang tersebut. Untuk memperjelas permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka peneliti akan memberikan gambaran mengenai pengertian konsep diri. Berikut ini merupakan beberapa pengertian kosep diri menurut para ahli :

Menurut Wasty (2006 : 185) konsep diri adalah pikiran atau persepsi seseorang tentang dirinya sendiri, merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingkah laku.

Menurut Slameto (2010 : 182) konsep diri adalah persepsi keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri.

Menurut Daryanta dan Tasrial (2012 : 1) konsep diri seorang anak adalah bahwa ia mahluk hidup yang bergantung pada orang lain. Setelah menjadi dewasa ia semakin sadar atas kemampuanya mengambil sikap sendiri.

(35)

perasaanya, sertabagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah pandangan siswa terhadap dirinya sendiri menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilaku, isi pikiran, dan perasaanya. Dan konsep diri merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingkah laku.

C. Pengertian Penguasaan Konsep Diri

Pada bahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai definisi penguasaan dan definisi konsep diri. Maka, dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep diri adalah cara memahami atau kesanggupan siswa untuk menggunakan pengetahuan, pikiran atau persepsi dan pandangan tentang dirinya sendiri, konsep diri merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingkah laku.

D. Pembentukan Konsep Diri

Menurut pemikiran G.H. Mead dalam Slameto (2010 :182) bahwa :

konsep diri sebagai produk sosial yang dibentuk melalui proses internalisasi dan organisasi pengalaman-pengalaman psikologis. Pengalaman-pengalaman psikologis ini merupakan hasil eksplorasi individu terhadap lingkungan fisiknya dan refleksi dari dirinya sendiri yang diterima dari orang-orang yang berpengaruh pada dirinya.

(36)

Konsep diri seseorang mula-mula terbentuk dari perasaan apakah ia diterima dan diinginkan kehadiranya oleh keluarganya. Melalui perlakuan yang berulang-ulang dan setelah menghadapi sikap-sikap tertentu dari ayah-ibu-kaka-adik ataupun orang lain di lingkup kehidupanya, akan berkembanglah konsep diri seseorang. Konsep diri ini yang pada mulanya berasal dari perasaan dihargai atau tidak dihargai. Perasaan inilah yang menjadi landasan dari pandangan atau penilaian seseorang mengenai dirinya sendiri yang keseluruhanya disebut “konsep diri”.

Menurut pendapat Gunawan (2004 : 24) pembentukan konsep diri adalah :

a. Diperoleh melalui proses pembelajaran, bukan faktor keturunan.

b. Diperkuat melalui pengalaman hidup yang dialami setiap hari.

c. Dapat berubah secara drastis.

d. Mempengaruhi semua proses dan perilaku. e. Mempengaruhi proses pembelajaran dan prestasi.

f. Dapat dibangun dan dikembangkan dengan mengganti sistem kepercayaan yang merugikan dan mengganti self talk yang negatif dengan yang positif.

g. Bila konsep diri yang buruk terdapat dalam diri seorang guru ataupun orang tua maka ini akan sampai kepada siswa atau anak baik melalui komunikasi sadar atau komunikasi bawah sadar.

Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seseorang dari kecil hingga dewasa. Menurut pemikiran Erikson dalam Djaali (2007:130) ada lima tahap pembentukan konsep diri pada perkembangan seseorang :

a. Pada usia 1,5 – 2 tahun disebut sense of trust.

(37)

nantinya akan berkembang menjadi berbagai perasaan yang sifatnya positif.

b. Pada usia 2 – 4 tahun disebut sense of anatomy.

Yang terutama berkembang pesat pada usia ini adalah kemampuan motorik dan berbahasa, yang keduanya memungkinkan anak menjadi lebih mandiri (autonomy). Apabila anak diberikan kesempatan untuk melakukan segala sesuatu menurut kemampuanya maka kemandirian anak terbentuk.

c. Pada usia 4 – 7 tahun disebut sense of initiative.

Pada usia ini anak selalu menunjukan perasaan ingin tahu dan mencoba-coba. Apabila anak terlalu sering mendapat hukuman karena perbuatan tertentu yang didorong oleh perasaan ingin tahu, maka keberanian anak untuk mengambil inisiatif akan berkurang.

d. Pada usia 7 – 12 tahun disebut sense of industry.

Masa anak ingin membuktikan keberhasilan dari usahanya. Anak berkompetisi dan berusaha untuk bisa menunjukan prestasi. Kegagalan yang berulang-ulang dapat mematahkan semangat dan menimbulkan perasaan rendah hati.

e. Pada usia 12 tahun keatas disebut sense of identity.

Remaja biasanya sangat besar minatnya terhadap dirinya sendiri. Biasanya mereka ingin memperoleh jawaban tentang siapa dan bagaimana dia. Dalam menemukan jawabanya mereka akan mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan konsep dirinya pada masa lalu.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

(38)

julukan, hubungan keluarga, teman sebaya, kreatifitas, dan cita-cita.

F. Bentuk Konsep Diri

Menurut Jacinta F. Rini (2002 : 1) konsep diri dapat dikategorikan dalam dua kelompok dasar, yakni :

a. Konsep Diri Positif

Konsep diri positif adalah pandangan atau keyakinan terhadap diri yang lebih optimis dan penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu juga termasuk kegagalan yang dialaminya.

b. Konsep Diri Negatif

Konsep diri negatif adalah pandangan atau keyakinan terhadap diri yang cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapi.

Menurut pendapat Yanti Ahmad dalam

(http://bandono.web.id/forum/viewtopic.php?id=51)

ciri-ciri pribadi dan perilaku orang yang memiliki konsep diri yang positif, yaitu :

a. Merasa yakin atau percaya diri akan kemampuanya untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.

b. Merasa setara dengan orang lain. c. Dapat menerima pujian dari orang lain.

d. Mampu memperbaiki dirinya apabila mengalami kegagalan.

e. Mempunyai kepedulian terhadap kepentingan orang lain. Ciri-ciri pribadi yang memiliki konsep diri yang Negatif : a. Tidak mau dikritik oleh orang lain.

b. Senang dipuji oleh orang lain.

c. Suka meremehkan atau mencela orang lain.

d. Merasa tidak disenangi, ditolak atau tidak diperhatikan oleh orang lain.

(39)

Adapun langkah-langkah yang perlu diambil untuk memiliki konsep diri positif, yaitu :

a. Bersikap objektif dalam mengenali diri sendiri

Jangan pernah abaikan pengalaman positif atau keberhasilan sekecil apapun yang pernah dicapai. Lihatlah talenta, bakat, dan potensi yang ada dalam diri dan carilah cara atau kesempatan untuk mengembangkanya. Janganlah terlalu berharap bahwa diri kita dapat melakukan segala sesuatu secara sekaligus.

b. Hargailah diri sendiri

Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain diri sendiri. Jika kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak mampu memandang hal-hal baik dan positif terhadap diri sendiri, bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal-hal baik yang ada pada diri orang lain secara positif. Jika tidak bisa menghargai orang lain, bagaimana orang lain bisa menghargai diri kita.

c. Jangan memusuhi diri sendiri.

Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada permusuhan antara harapan ideal dan kenyataan diri sendiri, akibatnya akan timbul kelelahan mental dan rasa frustasi yang dalam yang akan mengakibatkan negatif dalam dirinya.

(40)

Berfikirlah positif dan rasional dalam memandang segala sesuatu, baik itu persoalan maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai menyesatkan jiwa dan raga.

Tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh cara individu memandang dirinya sendiri. Konsep diri positif maupun negatif akan mengarahkan bagaimana individu tersebut bereaksi terhadap orang lain. Apabila konsep diri positif ada dalam dirinya maka tingkah laku dan penilaianya terhadap orang lain akan positif, tetapi sebaliknya seseorang yang bertingkah laku atau berpandangan buruk terhadap orang lain maka konsep diri negatif ada dalam dirinya.

Menurut pendapat Carl Roger dalam

(http://www.a74.web44.net/KENALI%20KONSEP.htm) konsep diri memiliki 3 dimensi, yaitu :

a. Pengetahuan tentang diri yaitu informasi yang dimiliki tentang diri. Misalkan jenis kelamin, penampilan, dan sebagainya.

b. Penghargaan bagi diri yaitu gagasan tentang kemungkinan apa yang akan terjadi nanti.

c. Penilaian terhadap diri yaitu pengukuran tentang keadaan diri dibandingkan dengan apa yang seharusnya terjadi pada diri. Hasil pengukuran tersebut adalah rasa harga diri. G. Aspek- aspek Konsep Diri

Aspek-aspek konsep diri seseorang dapat digolongkan menjadi dua dimensi besar, yaitu :

(41)

Dimensi internal terdiri atas tiga bagian :

1. Diri identitas yaitu label ataupun simbol-simbol yang dikenakan oleh seseorang untuk menjelaskan dirinya dan membentuk identitasnya. Label-label ini akan senantiasa terus bertambah seiring dengan bertumbuh dan meluasnya kemampuan seseorang dalam segala bidang.

2. Diri pelaku yaitu adanya keinginan pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan rangsang internal maupun eksternal. Konsekuensi perilaku tersebut akan berdampak pada lanjut atau tidaknya perilaku tersebut, sekaligus akan menentukan apakah suatu perilaku akan diabstraksikan, disimbolisasikan, dan digabungkan dalam diri identitas.

3. Diri penilai yaitu yang lebih berfungsi sebagai pengamat, penentu, standar, penghayal, pembanding, dan terutama sebagai penilai. Di samping fungsinya sebagai jembatan yang menghubungkan diri identitas dengan diri perilaku.

b. Dimensi eksternal

Dimensi eksternal terdiri dari enam bagian yaitu :

(42)

kesehatanya, kulitnya, tampan atau cantiknya, serta ukuran tubuh yang ideal. Sebaliknya dianggap sebagai konsep diri yang negatif apabila ia memandang rendah atau memandang sebelah mata kondisi yang melekat pada fisiknya, penampilanya, kondisi kesehatanya, kulitnya, tampan atau cantiknya. Serta ukuran tubuh yang ideal.

2. Konsep diri pribadi yaitu cara seseorang dalam menilai kemampuan yang ada pada dirinya dan menggambarkan identitas dirinya. Konsep diri seseorang dapat dianggap positif apabila ia memandang dirinya sebagai pribadi yang penuh kebahagiaan, memiliki optimisme dalam menjalani hidup, mampu mengontrol diri sendiri, dan sarat akan potensi. Sebalikya seseorang dianggap memiliki konsep diri yang negatif apabila ia memandang dirinya sebagai individu yang tidak pernah (jarang) merasakan kebahagiaan, pesimis dalam menjalani kehidupan, kurang memiliki kontrol terhadap dirinya sendiri, dan potensi yang tidak ditumbuh kembangkan secara optimal.

(43)

pribadi yang hangat, penuh keramahan, memiliki minat terhadap orang lain, memiliki sikap empati, supel, merasa diperhatikan, memiliki sikap tenggang rasa, peduli terhadap nasib orang lain, dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial dilingkunganya. Sebaliknya dapat dianggap sebagai konsep diri negatif apabila ia merasa tidak berminat dengan keberadaan orang lain, acuh tak acuh, tidak memiliki empati pada orang , tidak (kurang) ramah, kurang peduli terhadap perasaan dan nasib orang lain, dan jarang bahkan tidak pernah melibatkan diri dalam aktivitas-aktivitas sosial.

(44)

5. Konsep diri keluarga yaitu berkaitan dengan persepsi, perasaan, pikiran, dan penilaian, seseorang terhadap keluarganya sendiri, dan keberadaanya sendiri sebagai bagian integral dari sebuah keluarga. Seseorang dapat dianggap memiliki konsep diri yang positif apabila ia mencintai serta dicintai oleh keluarganya, merasa bahagia berada ditengah-tengah keluarganya, merasa bangga dengan keluarga yang dimilikinya, dan mendapat banyak bantuan serta dukungan dari keluarganya. Sebaliknya seseorang dianggap memiliki konsep diri yang negatif apabila ia merasa tidak mencintai dan dicintai oleh keluarganya, tidak merasa bahagia berada ditengah-tengah keluarganya, tidak memiliki kebanggaan terhadap keluarganya, serta tidak banyak memperoleh bantuan dari keluarganya.

(45)

mampu berprestasi, merasa tidak disukai oleh teman-temanya di lingkungan tempatnya belajar, tidak menghargai orang yang memberi ilmu kepadanya, serta tidak merasa bangga

Seorang individu mengumpulkan banyak individu yang dipakai untuk membentuk persepsi tentang dirinya sendiri. Untuk sampai pada gambaran umum tentang dirinya ia menginformasikan itu kedalam kategori-kategori yang lebih luas dan banyak.

b. Multifaset

Individu mengkategorikan persepsi diri itu dalam beberapa wilayah (area) misalnya : social acceptance, psysical attractiveness, athletic ability and academic ability.

c. Stabil

Individu tidak hanya membentuk deskripsi dirinya pada situasi yang teristimewa, tetapi juga mengadakan penilaian terhadap dirinya sendiri. Beberapa orang murid percaya bahwa mereka adalah murid yang sukses, sementara murid yang lain mereka tidak layak dan merasa rendah, jika dibandingkan dengan murid-murid satu kelasnya.

I. Implikasi Konsep Diri

(46)

a. Implikasi konsep diri terhadap iklim belajar

konsep diri tentang kedewasaan membawa konsekuensi terhadap penggunaan lingkungan belajar. Lingkungan belajar bagi orang dewasa berbeda dari lingkungan belajar anak-anak. Lingkungan belajar dalam pembelajaran formal adalah kelas dengan segala perlengkapanya. Ruang belajar atau kelas juga dapat merupakan simbol tentang tingkat kedewasaan orang yang menggunakan atau menempati ruangan itu. Rancang bangun dekorasi ruang akan berpengaruh terhadap orang yang memakainya. Ruang bagi pendidikan orang dewasa jelas berbeda dari yang digunakan bagi anak-anak.

Pelajar atau fasilitator akan mempengaruhi iklim belajar. Pada pendidikan orang dewasa, fasilitator akan memperlakukan peserta sebagai orang dewasa. Dengan demikian pendekatan yang digunakan lebih disesuaikan dengan orang yang sama-sama berpengalaman.

b. Implikasi konsep diri terhadap diagnosis kebutuhan

(47)

ditujukan pada keterlibatan peserta dalam proses mendiagnosis sendiri kebutuhan belajarnya.

Proses ini berlangsung melalui empat tahap.

1. Membangun sebuah model tentang kompetensi atau karakteristik yang diingikan menjadi standar bagi pelaksanaan kerja yang baik. Dengan demikian peserta dapat memperoleh gambaran tentang apa yang dianggap baik mengenai pekerjaanya. Dalam tahap pembangunan model inilah nilai-nilai dan harapan pelatih atau fasilitator dan organisasi diintegrasikan dengan harapan peserta. Tujuanya adalah untuk membentuk suatu gambaran tentang tujuan yang diinginkan secara jelas.

2. Menyiapkan peserta agar mampu mendiagnosis pengalamanya sendiri sehingga mereka dapat menilai kemampuanyang dilihatnya sesuai dengan gambaran dari model yang dibuatnya dengan menggunakan beberapa metode.

3. Melalui proses insiden, simulasi atau sosiodrama peserta diharapkan dapat mengetahui kelemahan dan kekuatanya dalam pelaksannan pekerjaanya.

(48)

yang terjadi antara apa yang mereka miliki dan apa yang seharusnya. Hal ini akan membuat mereka mampu mengidentifikasi arah perkembangan yang diharapkan.

c. Implikasi konsep diri terhadap perencanaan

Pembelajaran orang dewasa melibatkan peserta dalam perencanaan program belajar. Fasilitator bertindak sebagai pembimbing dalam melaksanakan prosedur dan mengarahkan isi program.

d. Implikasi konsep diri terhadap pelaksanaan belajar

Fasilitator memfasilitasi proses belajar berdasarkan pengalaman sesuai dengan konsep diri dalam mengarahkan dirinya sendiri, andragogi melaksanakan kegiatan belajar sebagai tanggung jawab bersama antara fasilitator dan peserta.

e. Implikasi konsep diri terhadap evaluasi belajar

Evaluasi pembelajaran adalah fungsi evaluasi diri sendiri. Fungsi fasilitator hanyalah membantu dan membimbing peserta melaksanakan evaluasi diri untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

2.1.3. Penegakan Peraturan

A. Pengertian Penegakan

(49)

B. Pengertian Peraturan

Manusia merupakan mahluk sosial sehingga dalam keseharianya selalu berhubungan dengan manusia yang lain. Karena seringnya terjadi interaksi antara manusia tersebut maka dibutuhkan sesuatu yang bersifat mengatur dan mengikat manusia-manusia tersebut untuk selalu mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Peraturan yang dibuat untuk mengatur manusia yang terdapat pada suatu kelompok untuk menghindari sikap brutal, mau menang sendiri, dan lain-lain.

Peraturan adalah suatu tata cara yang dilakukan oleh pihak tertentu untuk menertibkan dan menyelaraskan dengan keperluan suatu pihak tersebut. Peraturan juga berguna bagi perkembangan psikologis dan mental bagi setiap orang yang menaatinya, serta dapat juga menumbuhkan rasa hormat serta pembentukan pribadi yang baik. Karena dengan peraturan sama saja melatih seseorang untuk menumbuhkan rasa hormat dan percaya terhadap dirinya sendiri.

(50)

batasan-batasan tertentu yang masih bisa dipercayakan kepada kedewasaan siswa.

Menurut pendapat Lydia Harlina Martono dalam

(http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-peraturan-menurut-beberapa.html)

“Peraturan merupakan pedoman agar manusia hidup tertib dan teratur. Jika tidak terdapat peraturan, manusia bisa bertindak sewenang-wenang, tanpa kendali, dan sulit diatur”.

Dalam hal ini peraturan yang dimaksud adalah peraturan sekolah yang berupa tata tertib sekolah dimana setiap sekolah sudah tentu akan mencanangkan tata tertib, dengan melalui tata tertib sekolah akan menjamin bahwa kegiatan pendidikan dan pengajaran berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan bersama.

Menurut Departemen pendidikan dan kebudayaan dalam (http://www.psychologymania.com/201302/pengertian-tata-tertib-sekolah.html) bahwa “tata tertib sekolah adalah aturan atau peraturan yang baik dan merupakan hasil pelaksanaan yang konsisten (tatap azas) dari peraturan yang ada”.

Menurut tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang dalam

(51)

mematuhi ketentuan berupa peraturan-peraturan tentang kehidupan sekolah sehari-hari”.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peraturan sekolah yang berupa tata tertib adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari dan mendukung sanksi terhadap pelanggaranya.

C. Pengertian Penegakan Peraturan

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penegakan peraturan sekolah yang berupa tata tertib adalah perbuatan menegakan ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari dan mendukung sanksi terhadap pelanggaranya.

Tata tertib diwujudkan dalam kehidupan yang berdisiplin di sekolah hendaknya dapat dirumuskan secara tertulis, tata tertib harus mencakup sanksi-sanksi yang akan diterima apabila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang ada.

Adapun tata tertib SMK N 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu adalah sebagai berikut :

1. Siswa diwajibkan melakukan administrasi sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati oleh pihak sekolah dan wali murid.

2. Siswa diwajibkan datang 10 menit lebih awal sebelum proses pembelajaran dimulai.

3. Proses pembelajaran dimulai pukul 07.30 W.I.B.

(52)

5. Siswa diwajibkan memakai sepatu hitam dan kaos kaki putih pada hari senin sampai kamis dan kaos kaki hitam pada hari jumat dan sabtu.

6. Siswa dilarang keluar dari lingkungan sekolah atau meninggalkan sekolah pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.

7. Siswa dilarang membawa hand phone, majalah porno, dan sejenisnya.

8. Siswa laki-laki dilarang berambut panjang atau mewarnai rambut.

9. Setiap pelanggaran akan dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaranya tersebut.

Sumber : Tata tertib SMK N 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.

Setiap sekolah tentunya akan memiliki tata tertib yang berbeda-beda pula tergantung dari kebijakan masing-masing sekolah tersebut, akan tetapi tujuan dari kesemuanya adalah sama.

Pelaksanaan tata tertib sekolah akan dapat berjalan dengan baik jika guru, aparat sekolah dan siswa telah saling mendukung terhadap tata tertib itu sendiri, kurangnya dukungan dari siswa akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib yang berlaku di sekolah.

D. Tujuan Penegakan Peraturan

Tujuan penegakan peraturan yang berupa tata tertib sekolah diantaranya adalah sebagai berikut :

(53)

Tata tertib di sekolah, di tiap-tiap kelas, dan dalam semua kegiatan merupakan syarat mutlak bagi kelancaran proses belajar dan mengajar di sekolah.

b. Membentuk kepribadian

Pembentukan kepribadian akan terlaksana apabila tingkah laku dilandaskan pada asas-asas yang benar dan peraturan yang berlaku di sekolah. Semangat kejujuran, keterbukaan dan disiplin harus menjiwai kesanggupan menaati peraturan-peraturan sekolah.

Dalam menaati peraturan sekolah para siswa hendaknya didorong oleh kesadaran diri dan rasa utang budi serta terimakasih kepada orang tua dan guru, rasa tanggung jawab sesama pelajar dengan membina suasana semangat belajar yang baik sebagai pribadi sosial, dan rasa ikut bertanggung jawab atas masa depan bangsa dan kesejahteraan rakyat.

E. Manfaat Penegakan peraturan

Menurut pendapat Muh. Kharisma dalam

(http://kharismati.blogspot.com/2012/03/peranan-tata-tertib-sekolah.htm) manfaat penegakan peraturan yang berupa tata tertib sekolah antara lain, sebagai berikut :

a. Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.

b. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan.

c. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditujukkan peserta didik terhadap lingkunganya.

(54)

e. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar. f. Peserta didik belajar dan bermanfaat bagi lingkunganya. g. Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan

lingkunganya.

Untuk menegakan peraturan yang berupa tata tertib sekolah haruslah dimulai dan melibatkan unsur-unsur kelompok sekolah itu sendiri, yakni kepala sekolah, guru, dan siswa serta unsur formal lainya. Tanpa adanya kerjasama yang baik antara unsur-unsur kelompok tersebut penegakan peraturan akan sangat sulit tercapai secara baik dan maksimal.

2.2. Penelitian yang Relevan

Dalam hal ini peneliti mengambil skripsi sebelumnya sebagai penelitian terdahulu yang relevan yaitu :

Pengaruh Penguasaan Konsep Diri Terhadap Tingkat Penyesuaian Diri Siswa Dalam Lingkungan Belajar Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012, oleh Ria Widyastuti.

(55)

Penelitian relevan yang terdahulu menjelaskan pengaruh penguasaan konsep diri terhadap tingkat penyesuaian diri siswa dalam lingkungan belajar di SMA Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012. Dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kolerasional. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X yang berjumlah 274 siswa, sedangkan 25% dari jumlah populasi ini dijadikan sampel dalam penelitian yang berjumlah 68 siswa. Teknik pokok pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan teknik penunjang dalam penelitian adalah teknik wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi.

Penelitian relevan yang terdahulu menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara penguasaan konsep diri terhadap tingkat penyesuaian diri siswa dalam lingkungan belajar pada siswa kelas X SMA Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012, dimana konsep diri mempengaruhi tingkat penyesuaian diri siswa dalam lingkungan belajar.

(56)

2.3.Kerangka Pikir

Penguasaan konsep diri berpengaruh terhadap sikap disiplin siswa di sekolah, karena konsep diri merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingkah laku. Melalui penguasaan konsep diri yang baik pada siswa diharapkan dapat menghasilkan tingkah laku yang baik pula, kaitanya dengan kedisiplinan siswa di sekolah.

Selain penguasaan konsep diri yang baik pada siswa, dibutuhkan juga penegakan peraturan yang efektif di sekolah, karena penegakan peraturan merupakan alat untuk mengontrol agar siswa dapat mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah dan berdisiplin diri di lingkungan sekolah.

Dengan demikian. Maka, dengan adanya penguasaan konsep diri yang baik pada siswa di sekolah dan penegakan peraturan yang efektif tentu akan menciptakan rasa aman dan nyaman di lingkungan sekolah, serta dapat meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah.

(57)

Dari uraian di atas dapat digambarkan dalam bentuk kerangka pikir sebagai berikut :

2.4.Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, teori dan kerangka pikir maka hipotesis yang peneliti ajukan adalah:

1. Terdapat pengaruh penguasaan konsep diri siswa di sekolah terhadap tingkat kedisiplinan siswa kelas X SMK N 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Terdapat pengaruh penegakan peraturan terhadap tingkat kedisiplinan siswa kelas X SMK N 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014.

3. Terdapat pengaruh penguasaan konsep diri siswa di sekolah dan penegakan peraturan terhadap tingkat kedisiplinan siswa kelas X SMK N 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014.

Penguasaan Konsep Diri (X1)

1. Konsep diri positif

2. Konsep diri negatif Kedisiplinan Siswa (Y) 1. Memahami tata

tertib

2. Mentaati tata tertib Penegakan Peraturan

(X2)

(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metodologi penelitian sebagai salah satu cara untuk memecahkan suatu masalah atau permasalahan yang dihadapi, memegang peranan penting dalam penelitian ilmiah. Selain memaparkan garis-garis yang cermat, juga akan menentukan harga ilmiah suatu penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif survey dengan pendekatan kuantitatif dan dengan teknik analisis korelasi, penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi ketika penelitian berlangsung dan disajikan sebagaimana adanya. Peneliti menghimpun fakta-fakta sebagaimana adanya dalam bentuk data kuantitatif yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan dalam bentuk uraian.

(59)

peraturan terhadap tingkat kedisiplinan siswa kelas X SMK Negeri 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013 / 2014.

B.Populasi dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014. Adapun data jumlah siswa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1

Sumber : Data siswa kelas X SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Teknik Sampling

(60)

Menurut Arikunto (2006 : 144) “apabila subyek penelitian kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya bila subyeknya lebih besar dari 100 dapat diambil 10 % - 15 % atau 20 % - 25 % atau lebih”.

C.Variabel Penelitian, Devinisi Konseptual, Definisi Operasional, dan Rencana Pengukuran Variabel

1. Variabel Penelitian

(61)

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel yang dipengaruhi atau yang disebut dengan variabel terikat (Y) dalam hal ini adalah tingkat kedisiplinan siswa di lingkungan belajar. b. Variabel yang mempengaruhi atau yang disebut juga variabel bebas (X1),

adalah penguasaan konsep diri dan (X2) adalah penegakan peraturan.

2. Definisi Konseptual Variabel

Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah :

a. Kedisiplinan adalah suatu sikap dan tingkah laku yang menunjukkan kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap peraturan di sekolah.

b. Penguasaan konsep diri adalah cara memahami atau kesanggupan siswa untuk menggunakan pengetahuan, pikiran atau persepsi dan pandangan tentang dirinya sendiri.

c. Penegakan peraturan adalah perbuatan menegakan ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari dan mendukung sanksi terhadap pelanggaranya.

3. Definisi Operasional Variabel

Jenis-jenis variabel dalam penelitian ini agar dapat tergambarkan maka perlu adanya definisi operasional pada variabel yang telah dijelaskan di atas.

(62)

1. Kedisiplinan siswa adalah penilaian terhadap sikap dan tingkah laku siswa yang menunjukkan kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap peraturan di sekolah.

2. Penguasaan konsep diri adalah penilaian terhadap cara memahami atau kesanggupan siswa untuk menggunakan pengetahuan, pikiran atau persepsi dan pandangan tentang dirinya sendiri yang meliputi konsep diri positif dan konsep diri negatif.

3. Penegakan peraturan adalah penilaian terhadap upaya penegakan tata tertib sekolah.

4. Rencana Pengukuran Variabel

Cara mengukur variabel tentang pengaruh penguasaan konsep diri pada siswa di sekolah dan penegakan peraturan terhadap tingkat kedisiplinan siswa kelas X SMK Negeri 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014 digunakan indikator sebagai berikut :

1. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kedisiplinan siswa, indikator kedisiplinan siswa meliputi: mematuhi tata tertib, dan menaati tata tertib. Cara memperoleh data tentang kedisiplinan siswa di sekolah diukur menggunakan berdasarkan skala tiga yaitu skor 3 untuk jawaban setuju, skor 2 untuk jawaban kurang setuju, dan skor 1 untuk jawaban tidak setuju.

2. Variabel bebas

(63)

1. Penguasaan konsep diri

Penguasaan konsep diri siswa di sekolah akan diukur dengan menggunakan skala penilaian, dalam penelitian ini adalah dengan scoring pada alternatif jawaban yang diberikan responden melalui

angket dan skala sikap yang disebarkan oleh peneliti.

Indikator penguasaan konsep diri siswa di sekolah adalah :

a. Konsep diri positif

1. Memiliki rasa percaya diri siswa akan kemampuanya untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

2. Memiliki perasaan setara dengan orang lain. 3. Dapat menerima pujian orang lain.

4. Mampu memperbaiki dirinya apabila mengalami kegagalan. 5. Memiliki kepedulian terhadap kepentingan orang lain. b. Konsep diri negatif

1. Tidak mau dikritik oleh orang lain. 2. Senang dipuji oleh orang lain.

3. Suka meremehkan atau mencela orang lain.

4. Merasa tidak disenangi, ditolak atau tidak diperhatikan oleh orang lain.

5. Bersikap pesimis dalam suasana persaingan, atau pesimis akan masa depanya.

(64)

yang diajukan oleh peneliti, dan responden hanya memilih salah satu alternatif dari beberapa jawaban yang tersedia. Berdasarkan ukuran (baik, sedang, rendah).

2. Penegakan peraturan

Indikator penegakan peraturan meliputi : mengatur, dan sanksi. cara memperoleh data tentang penegakan peraturan sekolah diukur menggunakan berdasarkan skala tiga yaitu skor 3 untuk jawaban setuju, skor 2 untuk jawaban kurang setuju dan skor 1 untuk jawaban tidak setuju.

D.Teknik Pengumpulan Data

Data untuk melengkapi penelitian ini, maka digunakan beberapa teknik pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid, yang nantinya dapat mendukung keberhasilan dalam penelitian ini.

1. Teknik Pokok

Teknik pokok dalm penelitian ini adalah angket atau kuisioner. Teknik angket ini digunakan untuk mendapatkan data primer tentang pengaruh penguasaan konsep diri dan penegakan peraturan terhadap tingkat kedisiplinan siswa dalam linkungan belajar di SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014. Adapun jenis angket pada penelitian ini adalah angket tertutup. Setiap item memiliki tiga alternatif jawaban yaitu : (a), (b), (c), dengan pemberian skor diklasifikasikan sebagai berikut :

(65)

b. Jika siswa memilih alternatif jawaban yang digolongkan sedang diberi skor 2.

c. Jika siswa memilih alternatif jawaban yang dianggap rendah diberi skor 1.

2. Teknik Penunjang

Teknik penunjang dalam penelitian ini adalah studi pustaka, dan teknik dokumentasi. Teknik-teknik tersebut digunakan untuk mendapatkan data pelengkap berupa informasi-informasi yang hasilnya tidak dianalisis.

a. Studi Pustaka

Teknik ini digunakan untuk mencari data dan informasi teoritis dalam menunjang penelitian yang berkenaan dengan masalah penelitian, dengan cara mempelajari berbagai macam buku, media massa, dan sumber lainya yang berhubungan dengan permasalahan.

b. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data sekunder yang berhubungan dengan penelitian ini.

E.Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

(66)

Dalam penelitian ini menentukan validitas item soal dilakukan kontrol langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator yang dipakai. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah logical

validity yaitu dengan mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing,

berdasarkan konsultasi tersebut diadakan revisi sesuai dengan keperluan.

2. Reliabilitas

Uji relibilitas merupakan instrument yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data, karena instrument tersebut sudah cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang terpercaya.

Maka sebelum di uji coba, langkah yang dilakukan sebagai berikut :

1. Menyebarkan angket untuk uji coba kepada 10 orang diluar responden 2. Untuk menguji soal angket digunakan teknik belah dua/ganjil-genap 3. Kemudian mengkorelasikan kelompok ganjil dan genap dengan korelasi

Product Moment yaitu :

r = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y (product moment) X = Variabel bebas

(67)

(Usman Rianse, 2009 : 167)

4. Kemudian untuk mengetahui reliabilitas angket digunakan rumus Sperman Brown, yaitu :

gg gg xy

r r r

1 2

Dimana : xy

r = Koefisien reliabilitas seluruh item

gg

r = Koefisien antara item genap dan ganjil

5. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas, dengan kreteria sebagai berikut :

0,09 – 1,00 = Reliabilitas tinggi 0,50 – 0,89 = Reliabilitas sedang 0,00 – 0,49 = Reliabilitas rendah

F. Pelaksanaan Uji Coba Angket a. Analisis Validitas Angket

(68)

b. Analisis Reliabilitas Angket

Uji coba ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui reliabilitas alat ukur yang digunakan, yaitu dengan cara menyebarkan soal angket kepada 10 orang di luar responden. Kegunaan uji coba angket ini adalah untuk mengetahui apakah setiap pertanyaan yang diajukan mudah dipahami oleh responden dan untuk mengukur apakah reliabilitas atau tidak.

Tabel 3.3

Distribusi Hasil Uji Coba Angket pada 10 Responden di Luar Populasi untuk Item Ganjil (X)

Sumber: Analisis data uji coba angket

Data tabel 4.1 diketahui = 401 yang merupakan hasil penjumlahan hasil skor uji coba angket kepada 10 0rang di luar responden dengan indikator item ganjil. Hasil penjumlahan ini akan dipkai dalam tabel kerja hasil uji coba angket antara item ganjil (X) dengan genap (Y) untuk mengetahui besar reliabilitas kevalidan instrumen penelitian.

(69)

Tabel 3.4

Distribusi Hasil Uji Coba Angket pada 10 Responden di Luar Populasi untuk Item Genap (Y) untuk mengetahui besar reliabilitas kevalidan instrumen penelitian.

Tabel 3.5

Tabel Kerja Antara Item Ganjil (X) dan Item Genap (Y)

(70)

Berdasarkan tabel diketahui data sebagai berikut:

X = 303 X2 = 9205 XY = 9258

Y = 306 Y2 = 9378

Berdasarkan data yang diperoleh, maka untuk mengetahui reliabilitas selanjutnya dikorelasikan dan diolah dengan menggunakan rumus Product Moment. Penghitungan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

rxy =

rxy =

rxy = rxy = rxy = 0,74

Langkah selanjutnya adalah mencari reabilitas alat ukur ini, maka dilanjutkan dengan menggunakan rumus Sperman Brown, agar diketahui koefisien seluruh item dengan langkah sebagai berikut :

rxy =

(71)

rxy =

rxy = 0,85

Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, kemudian penulis mengkorelasikan dengan kriteria reliabilitas sebagai berikut :

0,90 – 1,00 = reliabilitas tinggi

0,50 – 0,89 = reliabilitas sedang

0,00 – 0,49 = reliabilitas rendah

Hasil analisis yang telah dilakukan di atas menunjukan bahwa item pertanyaan menunjukan angka koefisien reliabilitas 0,85 adalah termasuk reliabilitas sedang, oleh karena tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini.

G.Teknik Analisis Data

Tindak lanjut dari pengumpulan data adalah menganalisis data. Dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif yaitu menguraikan kata-kata dalam kalimat serta angka dalam kalimat secara sistematis. Selanjutnya disimpulkan untuk mengelola dan menganalisis data dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi dalam Nafilah (2003:39) yaitu:

1. Untuk mengolah dan menganalisis data, akan digunakan teknik analisis data dengan merumuskan:

K NR NT

(72)

Keterangan :

I : Interval NT : Nilai Tinggi NR : Nilai Rendah K : Kategori Interval

2. Selanjutnya disajikan dalam bentuk presentase pada setiap tabel kesimpulan. Rumus presentase yang digunakan adalah sebagai berikut :

%

100

N

F

P

Keterangan :

P : Presentase

F : Jumlah jawaban dari seluruh item

N : Jumlah perkalian item dengan responden

3. Kemudian, untuk menguji adanya hubungan antara variable bebas dan variabel terikat maka digunakan analisis regresi korelasi sederhana, maka peneliti menggunakan rumus persamaan regresi linier sederhana, dengan rumus sebagai berikut:

a =

(73)

Keterangan :

Y’ : nilai yang diprediksi

X : nilai variabel independen(bebas) a : konstanta atau bila harga X = 0 b : koefisien regresi

4. Setelah menguji hipotesis regresi linier sederhana dilanjutkan dengan uji signifikan dengan rumus seperti di bawah ini :

t

0 = Sb

b

Keterangan :

t0 : Nilai teoritis observasi b : Koefisien arah regresi Sb : Standar devisi

Untuk mengetahui hasil sebuah hipotesis apakah Ho diterima atau ditolak, maka perlu dibandingkan antara t hitung dengan t tabel. Apabila hasil penghitungan dari:

a. Jika , maka Ho diterima dan Ha ditolak. b. Jika , maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Tabel 3.6

Interval Koefisien Korelasi

(74)

5. Selanjutnya data akan di uji dengan menggunakan rumus regresi berganda, hal ini dilakukan untuk mengetahui tentang pengaruh variabel-variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat dengan prosedur analisis sebagai berikut :

Keterangan :

Y’ : Y prediksi ( Y duga )

a : harga Y bila X = 0 (harga konsisten) b : 1,2,3,4 ialah koefisian-koefisien regresi

X : 1,2,3,4 adalah harga-harga variabel bebas 1,2,3,4 yang

disubtitusikan ke dalam persamaan regresi di atas dalam rangkamemprediksi nilai variabel Y.

Selanjutnya untuk membedakan dengan korelasi antara dua variabel X dan Y, yang telah dinyatakan dengan r maka untuk mengukur derajat hubungan antara tiga variabel atau lebih, akan digunakan simbol R, maka R ditentukan oleh rumus :

Gambar

Tabel 4.10
Tabel 1.1 Data Kehadiran Siswa Kelas X Tidak Masuk Sekolah Tanpa
Tabel  3.1 Daftar Jumlah siswa kelas X SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun
Tabel 3.2 Daftar Jumlah Sampel Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Supaya lebih mendapatkan jawaban yang pasti dari pertanyaan yang telah Anda buat tentang berbagai latihan untuk seni peran atau pemeranan juga cara menulis naskah lakon

 menyajikan lagu daerah dan lagu wajib dengan iringan musik sederhana soal-soal uji kompetensi dalam bentuk uraian atau pilihan berganda dan lisan. Melaku- kan kegiatan

dengan metode yang memberikan kesempatan yang sama kepada setiap calon anggota sampel dari anggota populasinya untuk menjadi anggota sampel.. Misalnya dalam suatu proses

menahan diri untuk tidak memukul sebisa mungkin juga merupakan sunnah Nabi SAW, karena Rasulullah tidak pernah memukul istri maupun pembantu beliau kecuali dengan pukulan ringan

Dalam memberikan biaya pengobatan PT.CMKS INDONESIA memberikan hak kepada karyawan untuk berobat dimanapun karyawan tersebut ingin berobat.Karyawan hanya memberikan kwitansi

pencegahannya, siswa dapat menuliskan dua dampak perubahan.. kenampakan bumi akibat erosi, abrasi, longsor, banjir, badai dan..

[r]

Pemberian tunjangan Pranata Hubungan Masyarakat, dihentikan apabila Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, diangkat dalam jabatan struktural atau jabatan