• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI DAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA PENGGUNA KARTU ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM) TERHADAP POLA KONSUMSI MAHASISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI DAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA PENGGUNA KARTU ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM) TERHADAP POLA KONSUMSI MAHASISWA"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

MUTHIA OKTIFFANY KUSUMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

EFFECT OF SOCIO-ECONOMIC STATUS AND CARD USER PEER GROUP AUTOMATED TELLER MACHINE (ATM) CONSUMPTION

PATTERNS OF STUDENTS

By

MUTHIA OKTIFFANY KUSUMA

The purpose of this study was to clarify the effect of socioeconomic status and peer groups ATM card users against student consumption patterns . This study took place at the Department of Sociology Faculty of Social Unila . This study uses quantitative explanatory , which is to get clear or explain a phenomenon , explain the relationship and examine the relationship between the variables studied , as well as to test hypotheses with correlational statistical sample data to generalizations in a population with a draw from a random sample of the population studied . Sampling in this study was purposive sampling . Purposive sampling was chosen as an informant sample deliberate consideration capable of providing the necessary data and information that is being targeted in this study . From the results of this study indicate that there is influence between socioeconomic status and peer groups ATM card users against the consumption patterns of students . the higher the socioeconomic status of the student's parent will mahasiswapun meninggkat consumption patterns . The higher the intensity and quantity of student interaction with their peers , the excessive consumption patterns of students and make students as active ATM card users .

(3)

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI DAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA PENGGUNA KARTU ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM)

TERHADAP POLA KONSUMSI MAHASISWA

Oleh

MUTHIA OKTIFFANY KUSUMA

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

SAWACANA .. ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Tinjauan Tentang Status Sosial Ekonomi ... 6

1. Tingkat Pendidikan ... 6

2. Jenis Pekerjaan ... 8

(9)

C. Tinjauan Tentang ATM ... 13

D. Tinjauan Tentang Pola Konsumsi ... 14

E. Pengaruh Status Sosial Ekonomi dan Kelompok Teman Sebaya Pengguna Kartu ATM Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa ... 19

1. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa ... 19

2. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Pengguna Kartu ATM Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa ... 20

F. Kerangka pikir dan Hipotesis ... 21

1. Kerangka Pikir ... 21

2. Hipotesis ... 22

III. METODE PENELITIAN ... 26

A. Tipe Penelitian ... 26

B. Lokasi Penelitian ... 26

C. Definisi Konseptual ... 27

D. Definisi Operasional dan Indikator Variabel ... 27

E. Populasi dan Sampel ... 28

1. Populasi ... 28

2. Sampel ... 30

F. Teknik Pengumpulan Data ... 31

G. Teknik Pengolahan Data ... 33

H. Penentuan Skor dan Kategori ... 34

I. Teknik Analisa Data ... 35

J. Pengujian Hipotesis ... 37

(10)

A. Sejarah Singkat ... 41

B. Visi, Misi dan Tujuan ... 43

C. Sasaran Pembangunan ... 45

D. Fasilitas ... 46

V. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasi Penelitian ... 49

1. Identitas Responden ... 49

1.1. Umur Responden ... 50

1.2. Semester Kuliah ... 50

1.3. Angkatan kuliah ... 51

1.4. Jenis Kelamin ... 52

2. Status Sosial Ekonomi ... 53

2.1. Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 53

2.2. Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 54

2.3. Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 55

2.4. Jenis pemilikan Barang ... 56

3. Kelompok Teman Sebaya Pengguna Kartu ATM ... 60

3.1. Kuantitas Pergaulan ... 60

3.2. intensitas ... 61

4. Pola Konsumsi Mahasiswa ... 64

4.1. Banyaknya ATM yang dimiliki Mahasiswa ... 64

4.2. Uang yang Dihabiskan Dalam Sehari ... 65

4.3. Jenis Barang yang Dibeli Mahasiswa ... 66

4.4. Model Berbelanja Mahasiswa ... 67

(11)

5.2. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Pengguna Kartu ATM Terhadap

Pola Konsumsi Mahasiswa ... 74

B. Pembahasan ... 77

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 50

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Semester kuliah ... 51

3. Karakterisrik Responden Angkatan kuliah ... 52

4. karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

5. Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 54

6. Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 55

7. Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 56

8. Pemilikan Barang Berupa Rumah ... 57

9. Pemilikan Barang berupa Kendaraan Pribadi ... 57

10. Kategorisasi Status Sosial Ekonomi ... 59

11. Kuantitas Pergaulan ... 60

12. Intensitas pergaulan ... 61

13. Kategorisasi Kelompok Teman Sebaya Pengguna kartu ATM ... 63

14. ATM yang Dimiliki Mahasiswa ... 64

15. Uang yang Dihabiska Dalam Sehari ... 65

16. Jenis Barang yang Biasa Mahasiswa Beli ... 66

17. Model Berbelanja Mahasiswa ... 67

18. Kategorisasi Pola Konsumsi Mahasiswa ... 69

19. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Pola Konsumsi Mahasisawa .... 71

(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu

masyarakat yang ditinjau dari segi ekonomi, gambaran itu seperti tingkat

pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan pemilikan barang. Setiap individu atau

masyarakat pasti menginginkan status sosial ekonomi yang lebih baik. Namun

pada kenyataannya masih banyak individu atau masyarakat yang berstatus sosial

ekonomi rendah.

Menurut Bome dan Walles (dalam Myers, 1983: 220) individu yang mempunyai

tingkat ekonomi menengah keatas akan cenderung lebih memiliki pola konsumsi

yang berlebihan dari pada mereka yang memiliki tingkat ekonomi menengah

kebawah.

Individu atau masyarakat lebih menghargai kekayaan material dibandingkan

dengan yang lainnya, individu yang mempunyai kekayaan akan menempati posisi

atau lapisan paling atas. Sedangkan mereka yang tidak memiliki kekayaan, akan

selamanya berada dilapisan masyarakat yang paling bawah.

Status sosial ekonomi sangat berpengaruh bagi pemenuhan kebutuhan hidup

sehari- hari. Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai potensi serta kepribadian

(14)

Karena setiap individu akan menyalurkan potensinya tersebut untuk kepentigan

tertentu, kemudian individu yang lain dapat menerima dan mengakuinya.

Atas dasar itulah dia akan mendapatkan status itu di dalam kelompok dimana dia

berada.

Masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi tinggi cenderung bergaul dengan

status sosial ekonomi yang sama. Hal ini ini dikarenakan seseorang yang memiliki

latar belakang status sosial ekonomi yang berbeda kurang disenangi dibandingkan

dengan seseorang yang mempunyai latar belakang yang sama.

Adanya perbedaan status sosial ekonomi ini mencerminkan perbedaan yang amat

mencolok, sebagai akibatnya akan mempengaruhi pergaulan yang ada dalam

lingkungan sosialnya, terutama dalam kelompok teman sebaya.

Masyarakat memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima oleh teman

sebaya. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila diterima dan

sebaliknya merasa tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh

teman-teman sebayanya. Bagi kebanyakan masyarakat, pandangan teman sebaya

terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting.

Menurut Santrock (2007), fungsi utama dari teman sebaya adalah memberikan

sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga, sehingga

hubungan dengan teman sebaya yang baik dapat membawa seseorang keperilaku

yang baik dan begitu sebaliknya.

Peran teman sebaya dalam pergaulan remaja menjadi sangat menonjol. Hal ini

sejalan dengan meningkatnya minat individu dalam persahabatan serta

(15)

komunitas belajar di mana terjadi pembentukan peran dan standar sosial yang

berhubungan dengan perilaku dan prestasi, (Santrock, 2003: 257).

Namun pada saat ini kelompok teman sebaya cenderung memberikan dampak

yang negatif bagi masyarakat. Hal ini jelas terlihat sekali, para remaja selalu

berperilaku boros demi bisa berkumpul dengan kelompok teman sebayanya.

Perilaku boros remaja mengakibatkan pola konsumsi yang menjadi berlebihan.

Hal ini tidak terlepas dari intensitas dan kuantitas pertemuan dengan teman-teman

sepergaulannya. Teman yang menjadi tempat sosialisasi sekunder memiliki

pengaruh besar terhadap pola hidup individu-individu yang berada dalam

kelompok tersebut. Teman adalah bagian dari kelompok rujukan, dimana setiap

perilaku dan kebiasaan individu tidak terlepas dari kebiasaan kelompok teman

sepergaulannya.

Hal semacam ini juga terjadi dilingkungan Universitas Lampung, khususnya di

jurusan Sosiologi Fisip. Mahasiswa yang berada disana cendrung berkelompok

dengan teman-teman sebayanya. Para mahasiswa senang menghabiskan waktu

dengan teman sebayanya hanya untuk sekedar mengobrol saja.

Pada kalangan mahasiswa, berkumpul dengan teman sebaya yang memiliki status

sosial ekonomi yang sama merupakan sebuah hal yang penting, karena dengan

begitu mereka diakui keberadaannya.

Pada kalangan mahasiswa yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi,

perilaku menggunakan kartu ATM biasa terjadi karena pengaruh dari temannya,

hal ini menjadi salah satu cara mahasiswa beradaptasi dan melebur dalam

kelompok temannya tersebut yang kemudiaan menjadi sebuah kebiasaan. Tanpa

mereka sadari, kebiasaan berkumpul dengan teman sebaya pengguna kartu ATM

(16)

Berdasarkan permasalahan yang diungkapkan di atas, maka mendorong penulis

untuk meneliti lebih jauh lagi mengenai “pengaruh status sosial ekonomi dan kelompok teman sebaya pengguna kartu anjungan tunai mandiri (ATM) terhadap

pola konsumsi mahasiswa” sebagai salah satu tulisan ilmiah dalam bentuk skripsi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka muncul

perumusan masalah yang harus dipecahkan. Adapun perumusan masalah tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Apakah status ekonomi mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa?

2. Apakah kelompok teman sebaya pengguna kartu ATM mempengaruhi pola

konsumsi mahasiswa?

3. Bagaimanakah status sosial ekonomi dan kelompok teman sebaya pengguna

kartu ATM mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah tersebut diatas, maka

tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh status ekonomi terhadap pola komsumsi mahasiswa.

2. Mengetahui pengaruh kelompok teman sebaya pengguna kartu ATM

mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa.

3. Menjelaskan pengaruh status sosial ekonomi dan kelompok teman sebaya

(17)

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap

dunia akademis dan sebagai titik tolak untuk melakukan penelitian yang lebih

mendalam.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pengaruh penggunaan ATM terhadap pola konsumsi mahasiswa. Sehingga

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Status Sosial Ekonomi

Menurut Rossides (dalam Yulisanti: 2000) status sosial ekonomi adalah

kedudukan seseorang dalam suatu rangkaian strata yang tersusun secara hierarkhis

yang merupakan kesatuan tertimbang dalam hal-hal yang menjadi nilai dalam

masyarakat yang biasanya dikenal sebagai previlese berupa kekayaan, serta pendapatan, dan prestise berupa status, gaya hidup dan kekuasaan. Sedangkan menurut Polak (1971:154) status sosial ekonomi adalah kedudukan sosial

seseorang dalam kelompok atau dalam masyarakat.

Dengan demikian dapat disimpulkan dari pendapat diatas bahwa status sosial

ekonomi adalah tingkatan atau kedudukan sebuah keluarga di tengah

kelompoknya dan posisi yang disandangnya dilengkapi dengan berbagai faktor

diantaranya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dan pemilikan

barang yang dapat meningkatkan prestise.

1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang dilakukan manusia,

yang dilakukan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya, baik secara formal,

(19)

Tingkat pendidikan atau sering disebut dengan jenjang pendidkan adalah tahapan

pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,

tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan, (UU RI No. 20,

2003:3). Sedangkan menurut Fuad Ihsan (2003: 18) tingkat atau jenjang

pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan

pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Jenjang pendidikan sekolah

terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Menurut Fuad Ihsan (2003: 22) pendidikan dasar adalah pendidikan yang

memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang

diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti

pendidikan menengah.

Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan

timbal-balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta dapat

mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan,

(Fuad Ihsan, 2003: 23).

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah

yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan

doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Perguruan Tinggi dapat

berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas,

(Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 19 dan 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Berdasarkan pendapat diatas, tingkat pendidikan adalah suatu proses yang

berkesinambungan yang dilakukan manusia, yang dilakukan dalam rangka

(20)

penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal dan informal yang dimiliki orang

tua mahasiswa jurusan Sosiologi Fisip Unila angkatan 2011-2012.

2. Jenis Pekerjaan

Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia.

Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang

menghasilkan uang bagi seseorang.

Pekerjaan adalah segala sesuatu yang dikerjakan manusia dengan berbagai tujuan.

Ada yang melakukan dengan terpaksa ada juga yang ikhlas. Ada yang melakukan

pekerjaan karena membutuhkan pekerjaan tersebut dan ada juga yang melakukan

pekerjaan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena itu, jenis-jenis

pekerjaan cukup banyak sesuai dengan keahlian seseorang.

Setiap orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis-jenis pekerjaan

dapat dibedakan berdasarkan hasil dari pekerjaannya, yaitu barang dan jasa.

a. Pekerjaan yang menghasilkan barang

Jenis pekerjaan ini menghasilkan barang yang dapat dipakai untuk

memenuhi kebutuhan hidup, seperti makanan minuman dan perabot rumah

tangga, dan lain-lain. Jenis-jenis pekerjaan serta hasilnya yaitu petani

menghasilkan padi, jagung, dan lain-lain, pengrajin menghasilkan meja,

kursi dan kerajinan lain-lain, peternak menghasilkan telur,daging,dan susu.

b. Pekerjaan yang menghasilkan jasa

Jenis pekerjaan ini menghasilkan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

(21)

dan lain-lain. Dokter merupakan pekerjaan yang menghasilkan jasa dalam

bidang kesehatan.

Jenis-jenis pekerjaan serta jasanya yaitu guru berjasa dalam pendidikan, dokter

berjasa dalam kesehatan, sopir berjasa dalam layanan transportasi. Jenis pekerjaan

lain yang menghasilkan jasa ialah montir, pengacara, polisi tentara, jaksa, hakim,

pegawai negeri, perias pengantin, dan perawat (http://syadiashare.com).

Dengan demikian dapat dikatakan jenis pekerjaan adalah segala sesuatu yang

dikerjakan manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Jenis pekerjaan yang

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jenis pekerjaan tetap dan pekerjaan

sampingan yang dimiliki orang tua mahasiswa yang menghasilkan penghasilan

tiap bulannya.

3. Tingkat Pendapatan

Untuk menjalankan dan mempertahankan kelangsungan hidup seseorang harus

berusaha dan bekerja. Mereka akan mendapatkan imbalan upah atau imbalan dari

hasil pekerjaannya. Upah yang telah diterimanya tersebut, maka dapat membiyai

hidupnya, dengan demikian akan dapat meneruskan dan mempertahankan

eksistensi kehidupannya.

Pendapatan merupakan hal yang penting dalam mendukung kelangsungan

kehidupan suatu keluarga. Dimana orang tua sebagai fungsi ekonomis dalam

keluarga tersebut akan memenuhi semua kebutuhan demi berlangsungnya hidup

keluarganya tersebut. Semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin

(22)

Menurut Christpher Pass dan Bryan Lowes (1994: 287), pendapatan (income)

adalah uang yang diterima seseorang dalam perusahaan dalam bentuk gaji, upah,

sewa, bunga, laba dan lain sebagainya, bersama dengan tunjangan pengangguran,

uang pensiun dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Valerie J. Hull (dalam

Masri Singarimbun, 1985: 24), bahwa jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan

keluarga termasuk barang dan hewan peliharaan dipakai untuk membagi keluarga

ke dalam tiga kelompok pendapatan yaitu pendapatan tinggi, pendapatan

menengah dan pendapatan rendah.

Sementara itu menurut Kadariyah (1981: 26), pendapatan seseorang terdiri dari

penghasilan berupa upah/gaji, bunga sewa, dividend, keuntungan, dan merupakan

suatu arus uang yang diukur dalam suatu jangka waktu, umpamanya seminggu,

sebulan atau setahun. Selain itu, pendapatan atau income dari seseorang adalah

hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor

produksi, (Boediono, 1996: 170).

Sumardi (1982:92) membagi pendapatan menjadi tiga macam yaitu :

1. Pendapatan pokok, artinya pendapatan utama dan pokok, yaitu hasil yang

didapat oleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukan secara teratur dan

tetap untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

2. Pendapatan tambahan, yaitu pendapatan yang tidak tetap dan tidak teratur

namun hasilnya dapat membantu untuk menambah pendapatan setiap

bulan, dan selalu berusaha untuk mencari tambahan serta usaha yang dapat

menambah penghasilan rumah tangga.

3. Pendapatan keseluruhan, yaitu pendapatan pokok ditambah pendapatan

(23)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, pendapatan tidak hanya berupa uang tetapi

juga berupa barang dan sejumlah kekayaan yang dimiliki oleh lembaga tertentu.

Pendapatan yang dimaksud adalah seluruh penerimaan baik berupa barang atau

uang dari pihak lain atau hasil kerjanya sendiri, termasuk dari anggota lainnya,

menilainya dengan berupa uang atau barang yang dinilai harganya dalam satuan

rupiah saat ini.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendapatan yang dimaksudkan

dalam penelitian ini adalah tingkat pendapatan keseluruhan yang dimiliki orang

tua mahasiswa dalam setiap bulannya.

4. Pemilikan Barang

Selain pekerjaan, pendidikan dan pendapatan yang menjadi ukuran status social

ekonomi seseorang, masih ada lagi yaitu pemilikan barang. Pemilikan barang-barang

yang berhargapun dapat digunakan untuk ukuran tersebut. Semakin banyak seseorang

itu memiliki sesuatu yang berharga seperti rumah dan tanah, maka dapat dikatakan

bahwa orang itu mempunyai kemampuan ekonomi yang tinggi dan mereka semakin

dihormati oleh orang-orang disekitarnya.

Apabila seseorang memiliki tanah, rumah sendiri, sepeda motor, mobil, komputer,

televisi dan tape biasanya mereka termasuk golongan orang mampu atau kaya.

Apabila seseorang belum mempunyai rumah dan menempati rumah dinas, punya

kendaraan, televisi, tape, mereka termasuk golongan sedang. Sedang apabila

seseorang memiliki rumah kontrakan, sepeda dan radio biasanya termasuk golongan

(24)

Yang dimaksudkan pemilikan barang dalam penelitian ini adalah dilihat dari status

kepilikan rumah yang mahasiswa dan orang tua tempati, dan kendaraan yang

mahasiswa miliki.

B. Tinjauan Tentang Kelompok Teman Sebaya

Teman sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang kira-kira

sama (Santrock 2007). Pada fase ini, remaja sudah mulai keluar dari lingkungan

keluarganya dan memasuki lingkungan pergaulan sosial dalam masyarakat yang

lebih luas dan di dalam lingkungan yang baru inilah para remaja membentuk

kelompok-kelompok, (Gunarsa SD & Gunasa Y 2003).

Kelompok sebaya ini sangat berpengaruh terhadap perilaku individu dibandingkan

dengan kelompok teman sebaya sebelumnya. Karena dalam kelompok sebaya ini

remaja merasa mendapatkan teman dan juga dukungan dari teman-temannya.

Melalui kelompok sebaya itu anak belajar menjadi manusia yang baik sesuai

dengan gambaran dan cita-cita masyarakatnya tentang kejujuran, keadilan

kerjasama tanggung jawab, tentang peranan sosialnya sebagai pria dan wanita,

memperoleh berbagai macam informasi, meskipun kadang-kadang infosrmasi

yang menyesatkan, serta mempelajari kebudayaan khusus masyarakatnya yang

bersifat etnik, keagamaan, kelas sosial, dan kedaerahan, (St. Vembriarto,

1993:61).

Dalam penelitian ini, pengaruh teman sebaya dilihat dari kuantitas dan intensitas

pergaulan. Kuantitas pergaulan adalah seberapa sering mahasiswa melakukan

pergaulan dengan teman sebayanya dikampus. Sedangkan intensitas adalah

(25)

Dari berbagai macam pendapat dan berdasarkan pada penjelasan di atas, dapat

diketahui bahwa perilaku konsumsi pengguna ATM yang dipengaruhi oleh faktor

kelompok teman sebaya adalah kuantitas dan intensitas pergaulan. Perilaku

konsumsi yang dipengaruhi oleh faktor kelompok teman sebaya dikarenakan

kelompok teman sebaya tersebut memperlihatkan perilaku dan gaya hidup baru

atau pola hidup dalam konsumsi. Kelompok teman sebaya juga seringkali

memperlihatkan penggunaan kartu ATM dalam pergauulan mereka. Hal ini

menjadikan mahasiswa sebagai pengguna kartu ATM aktif.

C. Tinjauan Tentang ATM

ATM dalam bahasa inggris dikenal dengan Automatic teller machine, atau dalam

bahasa Indonsia dikenal dengan Anjungan Tunai Mandiri. ATM merukan alat

elektronik yang diberikan oleh bank yang kepada pemilik rekening yang dapat

digunakan untuk bertransaksi secara elektronis seperti mengecek saldo,

mentransfer uang dan juga mengambil uang dari mesin ATM tanpa perlu dilayani

seorang teller. Setiap pemegang kartu diberikan PIN (personal identification

number), atau nomor pribadi yang bersifat rahasia untuk keamanan dalam

penggunaan ATM lalu apa beda kartu ATM dengan kartu Debit.

Kartu Debit dan Kartu ATM berguna sebagai alat bantu untuk melakukan

transaksi dan memperoleh informasi perbankan secara elektronis. Jenis transaksi

(26)

1. Penarikan tunai

2. Setoran tunai

3. Transfer dana

4. Pembayaran

5. Pembelanjaan

Jenis informasi yang tersedia antara lain:

1. Informasi saldo

2. Informasi kurs

Dalam penggunaan kartu ATM pasti memiliki keuntungan-keuntungan yang dapat

mempremudah masyarakat. Keuntungan menggunakan kartu ATM adalah:

1. Mudah, tidak perlu datang ke bank untuk melakukan transaksi atau

memperoleh informasi.

2. Aman, tidak perlu membawa uang tunai untuk melakukan transaksi belanja.

3. Fleksibel, transaksi penarikan tunai/pembelanjaan via ATM/EDC dapat

dilakukan dijaringan bank sendiri, jaringan lokal dan internasional.

4. Leluasa, dapat bertransaksi setia saat meskipun hari libur.

(http://ridwanaz.com/umum/pengertian-kartu-atm-dan-kartu-debit/)

Berdasarkan pendapat di atas kartu ATM adalah sebuah alat elektronik yang

mengijinkan nasabah Bank untuk mengambil uang dan mengecek rekening

mereka tanpa perlu dilayani oleh seorang pegawai Bank atau teller.

Pada saat ini banyak remaja yang menggunakan kartu ATM. faktor yang

memotivasi kepemilikan kartu ATM di kalangan mahasiswa adalah karena

(27)

ATM, para mahasiswa mendapatkan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan

hidup mereka sehari – hari. Namun tidak dapat dipungkiri, mahasiswa yang memiliki kartu ATM cenderung berperilaku konsumtif. Hal ini dikarenakan,

dengan adanya kartu ATM mereka dapat mengambil uang atau melakukan

transaksi penarikan uang tunai tanpa batas waktu karena jika uang cash mereka

bawa habis, mereka tinggal pergi ke mesin ATM terdekat dan melakukan

penarikan uang tunai.

Kegiatan konsumsi yang dilakukan mahasiswa kebanyakan juga berdasarkan

keinginan bukan atas dasar kebutuhan. Tidak jarang mahasiswa membeli suatu

barang tanpa ada perencanaan terlebih dahulu.

D. Tinjauan Tentang Pola Konsumsi

Pola adalah suatu bentuk, sistem, atau pun cara kerja yang biasanya berlangsung

secara terus menerus baik mengalami perubahan ataupun tidak. Konsumsi adalah

kegiatan menghabiskan, memakai, menggunakan, atau mengurangi kegunaan

suatu barang untuk memenuhi kebutuhan.

Menurut Mankiw (2000) konsumsi adalah barang atau jasa yang dibeli oleh

(28)

Sedangkan menurut Samuelson & Nordhaus (1996) konsumsi adalah pengeluaran

untuk pembelian barang-barang dan jasa akhir guna mendapatkan kepuasan

ataupun memenuhi kebutuhannya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pola

konsumsi adalah suatu bentuk kegiatan manusia yang secara langsung maupun

tidak langsung yang dilakukan secara berulang-ulang menggunakan barang dan

jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan

yang berakibat mengurangi ataupun menghabiskan nilai guna suatu barang/jasa.

Contoh dari kegiatan konsumsi antara lain: makan, minum, naik kendaraan

umum, menonton film di bioskop.

Sebagian besar tindakan yang dilakukan konsumen untuk melakukan pembelian

suatu barang atau jasa adalah karena suatu kebutuhan. Walaupun kebutuhan

primer merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat melangsungkan

hidup, namun bukan berarti kebutuhan sekunder dapat dikesampingkan. Hal ini

merupakan konsekuensi dalam hidup di masyarakat yang senantiasa menuntut

kebutuhan-kebutuhan lain yang harus dipenuhi. Remaja termasuk bagian

masyarakat pun melakukan hal tersebut.

Pada masyarakat Indonesia yang saat ini sudah sangat modern, identitas seseorang

saat ini biasanya dipengaruhi oleh pemahaman simbolik atas barang-barang yang

dimilikinya. Kepemilikan materipun juga menempatkan seseorang dalam

lingkungan sosial material. Terlebih lagi kepemilikan materi memberi informasi

kepada seseorang tentang identitas orang lain. Pola konsumsi remaja saat ini

sedikit banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai kebudayaan pop yang merefleksikan

(29)

Gaya hidup sebagai pembeda kelompok, akan muncul dalam masyarakat yang

terbentuk atas dasar stratifikasi sosial. Setiap kelompok dalam masyarakat akan

memiliki gaya hidup yang khas. Dapat dikatakan bahwa gaya hidup inilah yang

menjadi simbol-simbol prestise dalam setiap stratifikasi sosial.

Budaya konsumen telah menyumbang pada suatu hubungan yang reflektif yang

kemudian meningkat terhadap identitas diri melalui pembagiannya dalam

seperangkat pengetahuan keahlian, contohnya dalam hubungan dengan gaya

hidup, selera, fashion dan lain lain.

Menurut Mary Douglas dan Baron Isherwood (dalam Lury, 1998:16-17),

konsumsi yang terjadi dalam masyarakat adalah merupakan fenomena budaya

sebagaimana halnya sebuah fenomena ekonomi. Hal ini berkaitan dengan makna,

nilai, dan komunikasi seerat kaitan antara pertukaran, harga, dan ekonomi.

Kegunaan barang-barang selalu dibingkai oleh konteks budaya, bahkan

benda-benda sederhana dalam kehidupan sehari-hari memilki makna budaya.

Benda-benda mampu menciptakan atau menggerakkan asumsi-asumsi dan keyakinan

budaya, dan menjadikan keyakinan tersebut sebagaisebuah realitas, sebuah fakta,

yang disebut sebagai kekonkritan.

Kebangkitan budaya konsumen dicirikan dengan gaya hidup. Produksi,

pertukaran, dan pemanfaatan barang-barang konsumsi makin distrukturkan oleh

aspek-aspek akspresif yang disadari atau aspek simbolis barang-barang tersebut.

Gaya hidup (lifestyle) merujuk pada kepekaan konsumen baru yang diidentifikasikasi sebagai karakter konsumsi modern. Melalui gaya hidup, para

konsumen dianggap membawa kesadaran atau kepekaan yang lebih tinggi

(30)

hal itu merujuk pada cara orang-orang berusaha menampilkan individulitas

mereka dan cita rasa mereka melalui pemilihan barang-barang yang mereka

konsumsi seperti pakaian, makanan, minuman, alat komunikasi, ataupun

kendaraan. Hal tersebut mendukung pandangan bahwa praktek-praktek konsumsi

dapat dipahami dalam konteks sebuah perjuangan memperoleh posisi sosial.

Budaya konsumen membuka peluang untuk konsumsi produktif, dalam arti

menjanjikan kehidupan pribadi yang lebih indah dan memuaskan, menentukan

kepribadian melalui perubahan diri dan gaya hidup. Budaya konsumen dapat

dikatakan merupakan unsur utama dalam produksi budaya masa kini. Hal ini

disebabkan, karena meskipun kelompok-kelompok yang berada diluar atau

menjauhi diri dari jangkauan pasar dan perilaku yang melawan arus, seperti

sub-budaya remaja dan gerakan-gerakan sosial baru, dinamika proses pasar yang

selalu mengejar hal yang baru itu menyebabkan budaya konsumen dapat merajut

dan mengolah ulang tradisi dan gaya hidup mutakhir.

Budaya konsumen tidak dapat dianggap sekedar suatu budaya materialis rasional.

Budaya ini tidak hanya menimbulkan pergantian konsumsi barang atau nilai

pakai, yang memiliki makna tetap, dengan perhitungan nilai tukar. Lebih dari itu,

nilai tukar cenderung melonggarkan atau meninggalkan nilai pakai semula dan

menyingkapkan asal usul sosialnya, yang membuka jalan untuk pandangan

(31)

E. Pengaruh Status Sosial Ekonomi dan Kelompok Teman Sebaya Pengguna Kartu ATM Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa

1. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa Pola konsumsi seringkali dilakukan secara berlebihan sebagai usaha seseorang

untuk memperoleh kesenangan, meskipun sebenarnya kebahagiaan yang diperoleh

hanya bersifat semu. Dalam setiap perilaku konsumsi tentu saja ada faktor-faktor

yang mempengaruhinya, diantaranya adalah status sosial ekonomi.

Dalam penelitian ini status sosial ekonomi yang dimaksud adalah status sosial

ekonomi yang dimiliki oleh orang tuanya. Mahasiswa yang memiliki orangtua

yang status sosial ekonominya tinggi belum tentu dirinya merasa sebagai orang

yang memiliki status sosial ekonomi tinggi. Sebaliknya ada mahasiswa yang

memiliki orang tua yang berstatus sosial sedang, tetapi merasa seperti orang kaya,

oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola konsumsi

mahasiswa yang dipengaruhi oleh status sosial ekonomi orang tua.

Pada kenyataannya saat ini orang-orang yang mempunyai perilaku konsumsi

tinggi adalah orang-orang yang mempunyai penghasilan tinggi, karena untuk

mengkonsumsi suatu barang menghabiskan uang yang tidak sedikit. Selain pada

penghasilan yang tinggi perilaku konsumsi juga dipengaruhi oleh adanya tingkat

pendidikan seseorang sehingga bisa terlihat jelas cara seseorang dalam

mengkonsumsi suatu barang atau jasa ada pembedaan-pembedaan untuk

menunjukkan bahwa seseorang tersebut mempunyai taraf hidup yang lebih baik.

Dengan adanya hal tersebut maka kemungkinan besar mahasiswa yang

mempunyai orang tua dengan penghasilan dan pendidikan tinggi maka pola

(32)

yang tinggi, status sosial ekonomi orang tua yang dilihat dari penilaian orang yang

menganggap seseorang tersebut terpandang , terkenal serta kedudukan nya di

dalam suatu lingkungan, juga menentukan perilakunya dalam mengkonsumsi

suatu barang atau jasa karena untuk menunjukkan prestise dalam pergaulannya.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat penulis simpulkan bahwa, status sosial

ekonomi orang tua sangat berperan dalam menentukan pola konsumsi mahasiswa.

Jadi semakin tingginya status sosial ekonomi orang tua maka pola konsumsi

mahasiswa juga meningkat atau konsumtif.

2. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Pengguna Kartu ATM Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa

Usia remaja adalah usia dimana terjadi peralihan dalam mencari identitas diri.

Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi

bagian dari lingkungan itu. Kelompok sebaya ini sangat berpengaruh terhadap

perilaku individu dibandingkan dengan kelompok teman sebaya sebelumnya.

Karena dalam kelompok sebaya ini remaja merasa mendapatkan teman dan juga

dukungan dari teman-temannya.

Pada kalangan mahasiswa perilaku menggunakan kartu ATM biasa terjadi karena

pengaruh dari temannya, hal ini menjadi salah satu cara mahasiswa beradaptasi

dan melebur dalam kelompok temannya tersebut yang kemudiaan menjadi sebuah

kebiasaan. Tanpa mereka sadari, kebiasaan berkumpul dengan teman sebaya

pengguna kartu ATM mengakibatkan mereka memiliki pola konsumsi yang

berlebihan.

perilaku konsumsi mahasiswa pengguna kartu ATM yang berlebihan ini, tidak

(33)

Teman yang menjadi tempat sosialisasi sekunder memiliki pengaruh besar

terhadap pola hidup mahasiswa.

Berdasarkan peryataan diatas, peran teman sebaya pengguna kartu ATM sangat

mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa. Sehingga mahasiswa dapat diakui

keberadaannya di dalam kelompok jika mereka memiliki ATM.

F. Kerangka Pikir dan Hipotesis 1. Kerangka Pikir

Mahasiswa zaman sekarang mempunyai pola konsumtif yang sangat tinggi, hal ini

didukung oleh fasilitas umum yang sekarang ini sangatlah praktis dengan adanya

kartu ATM yang memudahkan pemiliknya dalam hal berbelanja karena tidak

perlu membawa banyak uang apabila mau bepergian ataupun akan berbelanja.

Hanya dengan menggesek ATM pada alat yang biasanya disediakan oleh suatu

tempat pembelanjaan dari mitra khusus bank yang mengeluarkan kartu tersebut

ataupun melakukan penarikan uang tunai dengan menggunakan kartu ATM dari

mesin ATM khusus yang tersebar di fasilitas-fasilitas umum kita sudah bisa

berbelanja ataupun mendapat uang tunai kapanpun kita perlukan.

ATM sekarang ini menjadi trend alat pembayaran baru dikalangan para

mahasiswa, para mahasiswa banyak menggunakan fasilitas ATM untuk bebelanja

di mall, menonton bioskop atau pun untuk membayar jasa seperti pergi ke salon

ataupun ke restoran. Hal ini tidak lepas dari faktor pendorong dan faktor penarik

dari penggunaan ATM itu sendiri karena selain untuk memberikan fasilitas bagi

para pemiliknya, sekarang ini ATM bergeser fungsi sebagai identitas status sosial

seseorang. Para orang tua yang kebanyakan memberikan fasilitas ini pada anaknya

(34)

tersebut dan tidak juga memikirkan akibat-akibat negatif yang menyertai

penggunaan ATM ini oleh para mahasiwa.

Kerangka pikir dalam penelitian ini yaitu pekerjaan yang dimilki orang tua,

karena orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi maka semakin tinggi

pendapatan yang diperoleh, selain itu apabila mahasiswa yang orangtua nya

memiliki pekerjaan dengan tingkat pendidikan tinggi, pendapatan yang tinggi, dan

pemilikan barang yang mewah maka akan menyebabkan perilaku konsumsi

seorang mahasiswa pengguna ATM menjadi berlebihan. Hal ini merupakan

bagian dari status ekonomi orang tua mahasiswa yang mempengaruhi perilaku

konsumsi.

Faktor lain yang mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa yaitu kelompok teman

sebaya pengguna ATM, yang menjadi teman sepermainannya dalam lingkungan

kampus. Kelompok teman sebaya adalah sekolompok orang yang menjadi acuan

seorang mahasiswa dalam berperilaku konsumsi. Kelompok teman sebaya dalam

penelitian ini dipengaruhi oleh kuantitas dan intensitas pergaulan. Kuantitas

pergaulan adalah seberapa sering mahasiswa melakukan pergaulan dengan teman

sepermainannya di kampus, dan intensitas pergaulan adalah seberapa dekat

hubungan mahasiswa dengan teman sepermainannya di kampus. Kuantitas dan

intensitas pergaulan bisa menjadikan mahasiswa memiliki pola konsumsi yang

berlebihan. Pola konsumsi yang berlebihan ini dikarenakan kelompok teman

sebaya tersebut memperlihatkan perilaku dan gaya hidup baru atau pola hidup

(35)

Bagan Skema Kerangka Pikir

2. Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa

ditinggalkan, karena ia merupakan insrumen kerja dari teori. Sebagai hasil

deduksi dari teori atau proposisi, hipotesa lebih spesifik sifatnya, sehingga lebih

siap untuk diuji secara empiris (Singarimbun dan effendi,1987: 43).

Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau salah, atau palsu dan diterima

jika fakta-fakta membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis dengan

begitu sangat tergantung pada hasil-hasil penyelidikan terhadap fakta-fakta yang

dikumplkan. Suatu hipotesa selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang

menghubungkan antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitin ini menggunakan

hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Status sosial

ekonomi (X1)

Kelompok teman

sebaya (X2)

pendidikan

pekerjaan

pendapatan

Kuantitas

pergaulan

Intensistas pergaulan

Pola

konsumsi (Y) Pemilikan

(36)

Dimana jika hipotesis alternatif (Ha) diterima maka, hopotesis nol (Ho) ditolak.

Begitu juga sebaliknya, jika hipotesis nol (Ho) diterima maka, hopotesis alternatif

(Ha) ditolak.

Hipotesis Mayor

Ho: tidak ada pengaruh status sosial ekonomi terhadap pola konsumsi

mahasiswa

Ha: ada pengaruh status sosial ekonomi terhadap pola konsumsi mahasiswa

Ho: tidak ada pengaruh kelompok teman sebaya pengguna kartu ATM terhadap

pola konsumsi mahasiswa

Ha: ada pengaruh kelompok teman sebaya pengguna kartu ATM terhadap pola

konsumsi mahasiswa

Hipotesis Minor

1. Semakin tinggi tingkat pendapatan orang tua maka mempengaruhi pola

konsumsi mahasiswa

2. Semakin tinggi tigkat pendidikan orang tua maka mempengaruhi pola

konsumsi mahasiswa

3. Perbedaan jenis pekerjaan orang tua mempengaruhi pola konsumsi

mahasiswa

4. Jenis kepimilakan barang orang tua mempengaruhi pola konsumsi

(37)

5. Kuantitas pergaulan mahasiswa mempengaruhi pengguna kartu ATM

terhadap pola konsumsi mahasiswa

6. Intensitas pergaulan mahasiswa mempengaruhi pengguna kartu ATM

(38)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Menurut Sumardjono (1997:42), yang dimaksud dengan penelitian adalah

penelitian merupakan proses penemuan kebenaran yang dijabarkan dalam bentuk

kegiatan yang sistematis dan terencana yang dilandasi metode Ilmiah.

Tipe penelitian ini adalah kuantitatif eksplanatoris, yaitu untuk memperoleh

kejelasan atau menjelaskan suatu fenomena, menjelaskan hubungan dan menguji

hubungan antar variabel yang diteliti. Penelitian eksplanasi ini dilakukan untuk

menguji hipotesis dengan statistik korelasional untuk generalisasi data sampel

pada populasi dengan menarik sampel random dari suatu populasi yang diteliti.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung yang beralamat di Jalan Prof. Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedung

Meneng Rajabasa Bandar Lampung. Adapun alasan peneliti memilih FISIP

sebagai tempat penelitian, dikarenakan lokasi ini cukup terjangkau oleh peneliti

karena masih berlokasi di kota yang sama dan lokasi ini bertempat dikampus

peneliti sendiri, yaitu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

(39)

C. Definisi Konseptual

Untuk memudahkan dalam memahami dan menafsirkan berbagai teori yang

berhubungan dengan penelitian ini, maka ditentukan konsep-konsep yang

digunakan dengan menjelaskannya dalam definisi konseptual berikut:

Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau tingkat ekonomi seseorang dilihat

dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan keadaan ekonomi atau tingkat

pendapatan seseorang, (Harton, 1993: 46). Status sosial ekonomi juga dapat

dilihat dari kepemilikan barang seseorang.

Kelompok teman sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang

kira-kira sama, (Santrock, 2007).

Pola konsumsi adalah suatu bentuk kegiatan yang secara langsung maupun tidak

langsung yang dilakukan secara berulang-ulang menggunakan barang dan jasa

untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan yang

berakibat mengurangi ataupun menghabiskan nilai guna suatu barang/jasa.

Mahasiswa adalah individu atau sekelompok individu yang sedang menuntut ilmu

dan terikat dengan perguruan tinggi.

D. Definisi Operasional dan Indikator Variabel

Definisi operasional merupakan penjabaran dari masing-masing variabel tersebut.

Penjabaran definisi operasional dan indikator-indikator yang digunakan untuk

(40)

a. Status sosial ekonomi adalah kedudukan yang diukur dari pendidikan,

pekerjaan, tingkat pendapatan dan pemilikan barang yang diperoleh seseorang.

Indikatornya adalah:

1) tingkat pendidikan

dalam penelitian ini tingakat pendidikan yang dimaksud adalah

kepemilikan ijazah yang pernah ditempuh (SD, SMP, SMA dan Perguruan

Tinggi).

2) jenis pekerjaan

dalam penelitian ini jenis pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan

pokok orang tua, seperti buruh, karyawan, pegawai dan wiraswasta.

3) tingkat pendapatan

dalam penelitian ini tingkat pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan

pokok yang dihasilkan orang tua.

4) pemilikan barang

dalam penelitian ini pemilikan barang yang dimaksud adalah harta benda

pribadi yang dimiliki oleh orang tua dan mahasiswa, seperti rumah,

kendaraan pribadi dan kepemilikan alat-alat elektronik.

b. Kelompok teman sebaya adalah sekumpulan orang yang menjadi acuan

seseorang dalam berperilaku konsumsi. Indikatornya adalah:

1) kuantitas pergaulan adalah seberapa sering mahasiswa melakukan

(41)

2) intensitas pergaulan adalah seberapa dekat mahasiswa dengan teman

sepermainannya dikampus.

c. Pola konsumsi adalah suatu bentuk kegiatan yang secara langsung maupun

tidak langsung yang dilakukan secara berulang-ulang menggunakan barang dan

jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan untuk memperoleh

kepuasan yang berakibat mengurangi ataupun menghabiskan nilai guna suatu

barang/jasa. Indikatornya adalah:

1) seberapa tinggi, sedang dan rendah mahasiswa membelanjakan uangnya

untuk memenuhi kebutuhannya.

2) jenis barang.

3) tempat berbelanja (mall dan pasar).

4) model belanja (langsung dan online).

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (1989:18), populasi adalah jumlah

keseluruhan unit analisis yang akan diteliti. Adapun yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah Jurusan Sosiologi Fisip Unila yang diambil dari tahun

2011-2012. Alasanya adalah karena dalam rentang tahun angkatan tersebut mahasiswa

masih aktif di kampus (masih memiliki mata kuliah) dan belum lulus (wisuda).

Jumlah mahasiswa Jurusan Sosiologi Fisip Unila angkatan tahun 2011-2012

(42)

2. Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (2006), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan

diteliti. Sedangkan menurut Surakhmad (1987:115), sampel adalah bagian dari

populasi yang memiliki sifat-sifat utama dari suatu populasi. Dalam penelitian ini

banyaknya sampel penelitian digunakan rumus sebagai berikut:

N

n =

N.(d)² +1

Keterangan :

N : banyaknya populasi

n : banyaknya sampel

d : Sampling error (ditetapkan 10 %)

(Jalaludin Rahmat 1997:82)

Berdasarkan rumus pengambilan sampel, maka banyaknya sampel penelitian

adalah : 193

n =

(43)

193

n =

2.93

= 65.87

Maka sampel pada penelitian ini adalah 65.87 dibulatkan menjadi 66 mahasiswa.

Teknik penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu sampel dipilih sebagai informan secara sengaja dengan pertimbangan mampu

memberikan data dan informasi yang dibutuhkan yang menjadi target dalam

penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar-benar akurat dan sesuai dengan yang

diharapkan, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar

pertanyaan tertulis yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga

responden tinggal mengisi dan menandainya dengan cepat.

Adapun tujuannya ialah:

a. Untuk memproleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian.

b. Untuk memperoleh reabilitas dan validitas setinggi-tingginya (Masri

(44)

Di dalam pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner ini pertama-tama

penulis membuat pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dalam bentuk angket,

kemudian disebarkan kepada para responden. Hal ini bertujuan untuk

mendapatkan informasi mengenai perilaku konsumsi mahasiswa jurusan Sosiologi

angkatan 2011-2012 Universitas Lampung.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan langsung dengan tujuan-tujuan tertentu

dengan menggunakan format Tanya jawab yang terencana, untuk mengumpulkan

data-data yang berhubungan dengan kelengkapan informasi. Hendaknya

wawancara dijalankan secara personal (Masri Singarimbun, 1981: 174).

Untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang siapa yang menjadi

kelompok teman sebaya mahasiswa, dalam perilaku konsumsi dengan

aspek-aspek pendapatan orang tua, uang saku, pola makan, alat transportasi yang

dipakai, alat komunikasi, kepemilikan alat-alat elektronik dan penggunaan ATM,

maka penulis melakukan wawancara terhadap beberapa responden dengan tujuan

dapat diperoleh informasi secara mendetail mengenai pola konsumsi mahasiswa.

3. Studi Pustaka

Teknik ini dilakukan dengan mencari literatur dan referensi dari buku-buku

bacaan yang mengandung teori, keterangan atau laporan yang berhubungan

(45)

G. Tehnik Pengolahan Data

1. Tahap Editing

Pada tahap ini data yang dapat diperiksa kembali apakah ada kesalahan dalam

melakukan pengisian yang tidak lengkap atau tidak jelas. Dalam tahap ini penulis

melakukan pengecekan terhadap kuesioner yang telah diisi oleh para responden

untuk menyeleksi apakah kuesioner tersebut diisi dengan benar atau tidak oleh

responden secara asal-asalan, sehingga kuesioner yang tidak sesuai tersebut tidak

digunakan dalam hasil penelitian.

2. Tahap Koding

Tahap mengklasifikasikan jawaban-jawaban yang diberikan oleh responden

menurut jenis pertanyaan kuesioner dengan memberikan kode tertentu pada setiap

jawaban. Setelah penulis melakukan pengecekan terhadap kuesioner kemudian

penulis memberikan kode buat masing-masing pertanyaan yang ada di dalam

kuesioner tersebut.

3. Tahap Tabulating

Pada tahap ini hasil kuesioner dimasukkan ke dalam table dan kemudian di

interpretasikan. Dalam tahap ini setelah kuesioner selesai diberi kode maka

kuesioner tersebut disajikan di dalam bentuk tabel dengan menggunakan

kode-kode yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian isi dari tabel tersebut

diinterpretasikan atau dijelaskan dalam bentuk kalimat agar lebih mudah untuk

(46)

4. Tahap Interpretasi

Tahap ini dari penelitian yang berupa data yang diinterpretasikan agar lebih

mudah dipahami yang kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Dalam tahap

ini, setelah data-data tersebut selesai dijadikan tabel dan dihitung kemudian

penulis menginterpretasikan hasil tabel dan perhitungan tersebut dan mengambil

kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

H. Penentuan Skor dan kategori

Aspek-aspek yang dievaluasi dalam kuesioner akan dibuat pertanyaan-pertanyaan

untuk masing-masing variabel X dan Y dengan tiga alternatif jawaban untuk

setiap pertanyaan akan diberikan penilaian atau skor yaitu sebagai berikut:

1. untu jawaban yang diharapkan yaitu A diberikan skor 4

2. untuk jawaban yang diharapkan yaitu B diberikan skor 3

3. untuk jawaban yang diharapkan yaitu C diberikan skor 2

4. untuk jawaban yang diharapkan yaitu D diberikan skor 1

Selanjutnya untuk mengkategorikan jawaban responden pada setiap variabel

penelitian digunakan rumus interval sebagai berikut:

NT - NR

I =

(47)

Keterangan:

I = Interval

NT = Nilai tertinggi

NR = Nilai terendah

K = Kategori jawaban

(Sutisno Hadi, 1990 :112)

I. Tehnik Analisa Data

Pada penelitian ini analisa data yang digunakan adalah analisa data kuantitatif.

Analisakuantitatif yaitu jenis data yang dapat diukur secara langsung atau lebih

tepatnya dapat dihitung. Setelah diadakan pengolahan data, maka analisa yang

digunakan adalah dengan menggunakan tabel silang. Untuk meguji hipotesis

dalam penelitian ini, analisisdengan menggunakan metode statistik adapun teknik

statistic yang digunakan untuk analisa data adalah sebagai berikut:

1. Analisis Koefesien Determinasi (R2)

Koefesien determinasi ini mencerminkan seberapa besar variasi dan untuk

mrngrtahui persentase sumbangan pengaruh serentak variabel-variabel bebas

terhadap variabel terikat. Langkah perhitungannya sebagai berikut:

(48)

Keterangan:

Kd = koefesien determinasi yang digunakan untuk mengukur besarnya konstribusi

variabel x terhadap variabel y

r = koefesien korelasi

2. Analisis Korelasi (R)

Korelasi yang digunakan adalah korelasi product moment dari persons yang dilakukan dengan program SPSS of windows. Adapun tujuan yang digunakan program tersebut adalah dengan harapan bahwa dalam penggunaan program ini

tingkat kesalahan akan semakin kecil. Rumus product moment sebagai berikut:

�= �Σ − Σ .Σ

�Σ 2−(Σ )2][(�Σ 2− Σ 2]

Keterangan:

r = Koefisien korelasi

X = Skor yang diperoleh dari variabel bebas

Y = Skor yang diperoleh dari variabel terkait

XY = jumlah X dikali Y

N = jumlah subyek atau responden (sampel)

Apabila nilai r telah ditentukan, kemudian kita melihat tabel korelasi untuk

mengetahui apakah nilai r tersebut signifikan atau tidak dengan taraf signifikansi

95%. Apabila r hitung ≥ r tabel, maka nilai r yang diperoleh signifikan apabila

(49)

Untuk mengetahui bagaimana nilai korelasi Product Moment tersebut kita dapat melihat kriteria korelasi yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1983 :116)

sebagai berikut:

0,81-1,00 : korelasi sempurna (sangat tinggi)

0,61-0,80 : korelasi kuat (tinggi)

0,41-0,60 : korelasi sedang

0,21-0,40 : korelasi rendah

0,00-0,20 : korelasi sangat rendah

J. Pengujian Hipotesis

Selanjutnya untuk menguji hubungan kedua variabel, maka diuji dengan

menggunakan rumusan sebagai berikut:

1. Uji Statistik F (Uji Simultan)

Uji F merupakan uji model secara keseluruhan (simultan) atau dengan kata lain

pengujian secara serentak atau bersama-sama, ada tidaknya pengaruh yang

signifikan secara bersama-sama, pengujian ini menggunakan distribusi F yaitu

membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel. Oleh sebab itu Uji F ini lebih

relevan dilakukan pada regresi berganda. Uji F dilakukan untuk melihat apakah

semua koefisien regresi berbeda dengan nol atau dengan kata lain model diterima.

Dimana jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima atau variabel bebas (independen)

secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikat

(50)

(dependen) tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (independen),

dimana tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5 %.

2. Uji Statistik t (Uji Parsial)

� =� � −2 1− �2

Keterangan:

t = statistic t

r = koefisien korelasi

n = banyaknya sampel

n-2 = derajat bebas

pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung

dan t-tabel pada taraf signifikan 95%, ketentuan yang dipakai dalam perbandingan

ini adalah sebagai berikut:

jika nilai t-hitung > t-tabel dengan taraf signifikan 95%, maka koefisien

korelasinya signifikan yang berarti hipotesisnya diterima.

Jika nilai t-hitung < t-tabel dengan taraf signifikan 95%, maka koefisien

(51)

K. Uji Validitas dan Reabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas instrument penelitian digunakan untuk mengetahui tingkat kesahihan

atau kevalidan kuesioner penelitian. Pengujian validitas dilakukan dengan

menggunakan rumus korelasi product moment. Setelah perhitungan per item pertanyaan dengan menggunakan rumus korelasi Product moment diperoleh (r-hitung) maka angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka

kritik tabel korelasi nilai r (r-tabel).

Jika nilai hitung product moment lebih kecil atau di bawah angka kritik tabel korelasi nilai r maka pertanyaan tersebut tidak valid. Sebaliknya jika nilai hitung

product moment lebih besar atau diatas angka kritik tabel korelasi nilai r maka pertanyaan tersebut valid (Singarimbun dan Efendi, 1989:137).

2. Uji Reabilitas

Uji reabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument

sudah baik. Instrument yang sudah baik tidak bersifat tendensus mengarahkan

responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrument yang sudah dapat

dipercaya, yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

Apabila data yang terkumpul memang benar atau sesuai dengan kenyataannya,

maka berapa kalipun tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat

keterandalan sesuatu (instrument). Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat

(52)

Untuk mencari realibilitas keseluruhan item adalah dengan mengkoreksi angka

korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya dalam rumus Koefisien Alfa

(Croncbach). Instrument penelitian dikatakan memenuhi syarat jika koefisien alfa

. r-tabel, lalu diinterpretasikan pada tabel interpretasi nilai r.

Rumus koefisien Alfa (Croncbach) yang digunakan adalah:

� = �

� −1 − 1− Σ��2

��2

α = Nilai reabilitas

k = Jumlah item pertanyaan

��2 = Nilai Varians masing-masing item

(53)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya Jurusan Sosiologi FISIP Unila

Lampung terdiri dari beraneka macam suku dan budaya. Keanekaragaman suku

dan budaya di daerah Lampung merupakan modal dasar dan potensial bagi

pembangunan apabila dikelola secara tepat, baik dan benar Masyarakat dapat

diarahkan untuk berubah dan mengembangkan tingkat kehidupannya secara

progresif. Oleh karena itu, diperlukan sistem pendidikan yang multi-disiplin guna

memenuhi tuntutan pembangunan dan perkembangan IPTEK. Hal inilah yang

mendasari Unila dan Pemda Tingkat I Lampung bersepakat untuk mengarahkan

pengembangan PT dengan jalan membuka jurusan dan program studi yang

relevan bagi pembangunan daerah.

Dalam Rancangan Pola Dasar Pembangunan Daerah Tingkat I Lampung, pada

sektor pendidikan telah ditetapkan Unila akan dikembangkan menjadi 9

fakultas. Sosiologi merupakan salah satu jurusan di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Unila, yang pada awalnya masih berupa program studi di bawah

koordinasi Persiapan Fisip pada tahun 1983.

Program Studi Sosiologi sebagai Persiapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

mulai melaksanakan kegiatannya setelah keluar Surat Keputusan Rektor

(54)

Panitia Pendirian Persiapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung.

Selanjutnya pada tanggal 21 Agustus 1984 keluar Surat Keputusan Dirjen Dikti

Depdikbud No. 103/DIKTI/Kep/1984 tentang Jenis dan Jumlah Program Studi

pada setiap jurusan di lingkungan Universitas Lampung. SK Dirjen Dikti inilah

yang mengukuhkan keberadaan Program Studi Sosiologi berada dalam

lingkungan Fakultas Hukum sebagai induk Persiapan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik dengan menetapkan Drs. Abdulkadir, M.S sebagai Ketua Program

Studi Sosilogi. Oleh karena itu mulai tahun akademik 1985/1986 Persiapan Fisip

Unila menerima mahasiswa baru melalui jalur Penelusuran Minat dan

Kemampuan (PMDK) dan jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

(Sipenmaru).

Pada tahun 1991/1992 diadakan pergantian personalia unsur pimpinan Persiapan

FISIP dan penyempurnaan struktur organisasi yang juga merubah unsur pimpinan

Ketua Program Studi Drs. A. Kantan Abdulah. Pada tahun 1995 Ketua Program

Studi Sosiologi dijabat oleh Drs. Hodlan Pangihutan, M.Si.

Berdasarkan SK Mendikbud No. 0333/O/1195, tanggal 15 Nopember 1995,

Tentang Pembukaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada Universitas

Lampung, maka persiapan Fisip resmi menjadi Fakulatas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik.

Terbitnya SK Dirjen Dikti Depdikbud RI No. 37/DIKTI/Kep/1997, tanggal 27

Pebruari 1997, maka status Program Studi Sosiologi ditingkatkan menjadi Jurusan

(55)

Sosiologi adalah Drs. Hartoyo, M.Si. sebagai Ketua Jurusan Sosiologi, Drs.

Sindung Haryanto, M.Si. sebagai Sekretaris Jurusan Sosiologi dan Kepala

Laboratorium Sosiologi dijabat oleh Drs. Benyamin, M.S.

Pada tahun 2001 Struktur manjemen Jurusan Sosiologi adalah sebagai berikut:

Drs. Hartoyo, M.Si. (Ketua Jurusan Sosiologi) dan Drs. Suwarno, M.H (Sekretaris

Jurusan Sosiologi). Sejak tahun 2004/2005 perubahan struktur manajemen di

Jurusan Sosiologi adalah sebagai berikut: Drs. Ikram M.Si. (Ketua Jurusan

Sosiologi) dan Drs. Benyamin, M.Si. (Sekretaris Jurusan Sosiologi). Dan sekarang

manajemen di Jurusan Sosiologi adalah sebagai berikut: Drs. Susetyo, M.Si.

(Ketua Jurusan Sosiologi) dan Dra. Anita Damayantie, M.H (Sekretaris Jurusan

Sosiologi).

Pengembangan Jurusan Sosiologi yang terus-menerus dilakukan untuk

meningkatkan kinerja dan kualitas Jurusan Sosiologi. Hingga pada tahun 2000

Jurusan Sosiologi memperoleh Sertifikat dari BADAN AKREDITASI

NASIONAL PERGURUAN TINGGI dengan kualifikasi Akreditasi B.

B. Visi, Misi dan Tujuan Jurusan Sosiologi Fisip Unila

1. Visi Jurusan Sosiologi Fisip Unila

“Pada tahun 2025 Jurusan Sosiologi Fisip Universitas Lampung menjadi jurusan

(56)

2. Misi Jurusan Sosiologi Fisip Unila

a. Menyelenggarakan pendidikan Sarjana Strata 1 (S1) yang bermutu tinggi untuk

memenuhi berbagai kebutuhan pemberdayaan masyarakat, sehingga

menghasilkan lulusan yang bermutu tinggi dan berketrampilan khusus, serta

mampu bersaing di tingkat lokal maupun nasional;

b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi sosial

melalui penyelenggaraan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, yang

berorientasi pada pengembangan manajemen pemberdayaan masyarakat;

c. Menciptakan iklim akademik yang kondusif untuk mendorong sivitas

akademika dalam meningkatkan kinerja secara berkesinambungan;

d. Mengembangkan jaringan kerjasama (kemitraan) di bidang pendidikan,

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berorientasi pada

pengembangan manajemen pemberdayaan masyarakat, baik di tingkat lokal,

nasional maupun internasional;

e. Mengembangkan manajemen kelembagaan jurusan yang profesional dan

bertanggung jawab.

3. Tujuan Jurusan Sosiologi Fisip unila

a. Menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dalam hal: penguasaan

konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan, teknologi, dan teori-teori sosial; mampu

menganalisis masalah-masalah sosial yang timbul pada masyarakat yang

(57)

mampu menetapkan alternatif pemecahannya; mampu mengembangkan teori,

metode, model dan konsepsi-konsepsi sosial yang ilmiah dalam rangka

peningkatan keahlian dan ketrampilan.

b. Menghasilkan temuan atau inovasi model-model pemberdayaan masyarakat

berdasarkan disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi sosial melalui berbagai

kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

c. Mengamalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sosial dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menunjang pelaksanaan otonomi

daerah guna menuju terciptanya masyarakat madani.

d. Mengembangkan manajemen pemberdayaan masyarakat melalui penguatan

basis data dan fungsi konsultasi pembangunan komunitas, khususnya pada

masyarakat perdesaan.

C. Sasaran Pengembangan Jurusan Sosiologi

1. Terselenggaranya proses pembelajaran yang bermutu tinggi dengan

menggunakan prinsip-prinsip andragogi dengan sistem menejemen yang efektif

dan profesional; inovasi ipteks sosial, publikasi/didesiminasi, dan aplikasi di

masyarakat;

2. SDM berkualitas dan mandiri;

3. Terwujudnya iklim akademik yang kondusif, dinamis dan demokratis bagi

(58)

4. Terbentuknya jaringan kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai

pihak dalam meningkatkan kinerja jurusan.

D. Fasilitas Jurusan Sosiologi Fisip Unila

Sebagian besar ruang kuliah telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana proses

pembelajaran yang relative memadai, seperti wireless, white board, dan OHP.

Bahkan mulai semester genap tahun akademik 2005/2006 ini, Jurusan Sosiologi

telah memiliki sebuah ruang kuliah bermutu yang nyaman ( ber-AC) dengan

ukuran yang relatif memadai (tidak terlalu besar) dan dilengkapi berbagai alat

pembelajaran, antara lain : papan tulis, OHP, Slide Projector, LCD, dan

seperangkat komputer. Dengan dimilikinya ruang kuliah bermutu tersebut

diharapkan suasana proses pembelajaran menjadi lebih baik, dosen dapat

mengembangkan berbagai model-model pembelajaran dan mahasiswa nyaman

dalam terlibat dalam pembelajaran, sehingga mendukung pencapaian kompetansi

mata kuliah.

Jurusan Sosiologi telah memiliki ruangan sendiri (ruang jurusan) sebagai pusat

operasional dan pengendalian kegiatan akademik dan administrasi. Selain itu,

Jurusan Sosiologi juga memiliki beberapa ruang kerja dosen. Luas rata-rata

ruangan adalah 20 m². Setiap ruangan rata-rata untuk tiga sampai empat dosen.

Setiap ruang kerja dosen dilengkapi dengan seperangkat komputer yang telah

dilengkapi fasilitas internet. Penyediaan komputer ini tak hanya bermanfaat untuk

upaya pengembangan diri dosen, namun juga untuk memperlancar pelaksanaan

tugas-tugas dosen, terutama dalam kaitannya penggunaan fasilitas SIAKAD-On

(59)

Fasilitas lain yang dimiliki oleh jurusan Sosiologi adalah laboratorium. Terdapat

dua laboratorium yang dimiliki oleh jurusan Sosiologi, yakni Laboratorium

Sosial dan Laboratorium Komputer Sosiologi. Kedua laboratorium tersebut telah

memiliki ruang tetap. Aktivitas utama yang dilakukan oleh Laboratorium Sosial

adalah koordinasi pelaksanaan PKL untuk mahasiswa Jurusan Sosiologi. Untuk

peningkatan peran Laboratorium Sosial ini, Jurusan Sosiologi melakukan

lokakarya untuk penyusunan Program Kerja Laboratorium Sosial pada bula

Oktober 2004. Sementara itu, laboratorium komputer Sosiologi telah

dipersiapkan pengoperasionalannya. Fasilitas laboratorium komputer telah

dilengkapi dengan jaringan LAN dan Internet. Selama ini, labotorium komputer

telah dimanfaatkan untuk pelayanan proses pembelajaran mata kuliah-mata kuliah

yang memerlukan sarana komputer, seperti mata kuliah Metode Penelitian Survei,

Aplikasi Komputer, dan Statistik. Disamping itu, juga telah dimanfaatkan untuk

pelatihan-pelatihan pengembangan diri dosen dan mahasiswa, misalnya: Pelatihan

Pengolahan Data Penelitian dan Pelatihan Pembuatan Sarana Publikasi Ilmiah.

Penambahan fasilitas komputer untuk Jurusan Sosiologi juga diupayakan. Dalam

tahun anggaran 2004 Jurusan Sosiologi telah memenangkan Block Grant

Bersaing SP4 2004 yang dalam programnya juga direncanakan penambahan

fasilitas komputer d

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa LAR secara parsial memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public

Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian Asih yuli Astuti dan Syahyunan (2013, Yoga (2009) yang menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak memiliki

Ucapan syukur yang selalu saya ucapkan kepada Allah SWT dan Rasuln-Nya yang telah memberikan kelancaran dalam penulisan skripsi dari awal hingga saya dinyatakan

Oleh karena itu penelitian ini diberi judul: “Peran Konseling, Pengawasan, dan Pemeriksaan Pajak Dalam Mendorong Kepatuhan Wajib Pajak dan Dampaknya Terhadap Penerimaan Negara dari

Fungsi eksponensial yang penting dan sering kita jumpai adalah fungsi eksponensial dengan eksponen negatif; fungsi ini dianggap mulai muncul pada x = 0 walaupun faktor u

Yaitu dengan melakukan pencuplikan (bisa dibayangkan berapa banyak data yang tersimpan jika masih bersifat kontinu? Karena antara t=0 detik hingga t=1 detik bisa

Tingkat keterampilan dasar bermain bolabasket siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bolabasket di SMA Negeri 1 Prambanan Klaten dideskripsikan berdasarkan rangkaian tes item