Oleh
MUTHIA OKTIFFANY KUSUMA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI
Pada Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
EFFECT OF SOCIO-ECONOMIC STATUS AND CARD USER PEER GROUP AUTOMATED TELLER MACHINE (ATM) CONSUMPTION
PATTERNS OF STUDENTS
By
MUTHIA OKTIFFANY KUSUMA
The purpose of this study was to clarify the effect of socioeconomic status and peer groups ATM card users against student consumption patterns . This study took place at the Department of Sociology Faculty of Social Unila . This study uses quantitative explanatory , which is to get clear or explain a phenomenon , explain the relationship and examine the relationship between the variables studied , as well as to test hypotheses with correlational statistical sample data to generalizations in a population with a draw from a random sample of the population studied . Sampling in this study was purposive sampling . Purposive sampling was chosen as an informant sample deliberate consideration capable of providing the necessary data and information that is being targeted in this study . From the results of this study indicate that there is influence between socioeconomic status and peer groups ATM card users against the consumption patterns of students . the higher the socioeconomic status of the student's parent will mahasiswapun meninggkat consumption patterns . The higher the intensity and quantity of student interaction with their peers , the excessive consumption patterns of students and make students as active ATM card users .
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI DAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA PENGGUNA KARTU ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM)
TERHADAP POLA KONSUMSI MAHASISWA
Oleh
MUTHIA OKTIFFANY KUSUMA
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
RIWAYAT HIDUP ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
SAWACANA .. ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... x
I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Kegunaan Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Tinjauan Tentang Status Sosial Ekonomi ... 6
1. Tingkat Pendidikan ... 6
2. Jenis Pekerjaan ... 8
C. Tinjauan Tentang ATM ... 13
D. Tinjauan Tentang Pola Konsumsi ... 14
E. Pengaruh Status Sosial Ekonomi dan Kelompok Teman Sebaya Pengguna Kartu ATM Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa ... 19
1. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa ... 19
2. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Pengguna Kartu ATM Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa ... 20
F. Kerangka pikir dan Hipotesis ... 21
1. Kerangka Pikir ... 21
2. Hipotesis ... 22
III. METODE PENELITIAN ... 26
A. Tipe Penelitian ... 26
B. Lokasi Penelitian ... 26
C. Definisi Konseptual ... 27
D. Definisi Operasional dan Indikator Variabel ... 27
E. Populasi dan Sampel ... 28
1. Populasi ... 28
2. Sampel ... 30
F. Teknik Pengumpulan Data ... 31
G. Teknik Pengolahan Data ... 33
H. Penentuan Skor dan Kategori ... 34
I. Teknik Analisa Data ... 35
J. Pengujian Hipotesis ... 37
A. Sejarah Singkat ... 41
B. Visi, Misi dan Tujuan ... 43
C. Sasaran Pembangunan ... 45
D. Fasilitas ... 46
V. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN ... 49
A. Hasi Penelitian ... 49
1. Identitas Responden ... 49
1.1. Umur Responden ... 50
1.2. Semester Kuliah ... 50
1.3. Angkatan kuliah ... 51
1.4. Jenis Kelamin ... 52
2. Status Sosial Ekonomi ... 53
2.1. Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 53
2.2. Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 54
2.3. Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 55
2.4. Jenis pemilikan Barang ... 56
3. Kelompok Teman Sebaya Pengguna Kartu ATM ... 60
3.1. Kuantitas Pergaulan ... 60
3.2. intensitas ... 61
4. Pola Konsumsi Mahasiswa ... 64
4.1. Banyaknya ATM yang dimiliki Mahasiswa ... 64
4.2. Uang yang Dihabiskan Dalam Sehari ... 65
4.3. Jenis Barang yang Dibeli Mahasiswa ... 66
4.4. Model Berbelanja Mahasiswa ... 67
5.2. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Pengguna Kartu ATM Terhadap
Pola Konsumsi Mahasiswa ... 74
B. Pembahasan ... 77
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 82
A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 83
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 50
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Semester kuliah ... 51
3. Karakterisrik Responden Angkatan kuliah ... 52
4. karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52
5. Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 54
6. Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 55
7. Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 56
8. Pemilikan Barang Berupa Rumah ... 57
9. Pemilikan Barang berupa Kendaraan Pribadi ... 57
10. Kategorisasi Status Sosial Ekonomi ... 59
11. Kuantitas Pergaulan ... 60
12. Intensitas pergaulan ... 61
13. Kategorisasi Kelompok Teman Sebaya Pengguna kartu ATM ... 63
14. ATM yang Dimiliki Mahasiswa ... 64
15. Uang yang Dihabiska Dalam Sehari ... 65
16. Jenis Barang yang Biasa Mahasiswa Beli ... 66
17. Model Berbelanja Mahasiswa ... 67
18. Kategorisasi Pola Konsumsi Mahasiswa ... 69
19. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Pola Konsumsi Mahasisawa .... 71
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu
masyarakat yang ditinjau dari segi ekonomi, gambaran itu seperti tingkat
pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan pemilikan barang. Setiap individu atau
masyarakat pasti menginginkan status sosial ekonomi yang lebih baik. Namun
pada kenyataannya masih banyak individu atau masyarakat yang berstatus sosial
ekonomi rendah.
Menurut Bome dan Walles (dalam Myers, 1983: 220) individu yang mempunyai
tingkat ekonomi menengah keatas akan cenderung lebih memiliki pola konsumsi
yang berlebihan dari pada mereka yang memiliki tingkat ekonomi menengah
kebawah.
Individu atau masyarakat lebih menghargai kekayaan material dibandingkan
dengan yang lainnya, individu yang mempunyai kekayaan akan menempati posisi
atau lapisan paling atas. Sedangkan mereka yang tidak memiliki kekayaan, akan
selamanya berada dilapisan masyarakat yang paling bawah.
Status sosial ekonomi sangat berpengaruh bagi pemenuhan kebutuhan hidup
sehari- hari. Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai potensi serta kepribadian
Karena setiap individu akan menyalurkan potensinya tersebut untuk kepentigan
tertentu, kemudian individu yang lain dapat menerima dan mengakuinya.
Atas dasar itulah dia akan mendapatkan status itu di dalam kelompok dimana dia
berada.
Masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi tinggi cenderung bergaul dengan
status sosial ekonomi yang sama. Hal ini ini dikarenakan seseorang yang memiliki
latar belakang status sosial ekonomi yang berbeda kurang disenangi dibandingkan
dengan seseorang yang mempunyai latar belakang yang sama.
Adanya perbedaan status sosial ekonomi ini mencerminkan perbedaan yang amat
mencolok, sebagai akibatnya akan mempengaruhi pergaulan yang ada dalam
lingkungan sosialnya, terutama dalam kelompok teman sebaya.
Masyarakat memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima oleh teman
sebaya. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila diterima dan
sebaliknya merasa tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh
teman-teman sebayanya. Bagi kebanyakan masyarakat, pandangan teman sebaya
terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting.
Menurut Santrock (2007), fungsi utama dari teman sebaya adalah memberikan
sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga, sehingga
hubungan dengan teman sebaya yang baik dapat membawa seseorang keperilaku
yang baik dan begitu sebaliknya.
Peran teman sebaya dalam pergaulan remaja menjadi sangat menonjol. Hal ini
sejalan dengan meningkatnya minat individu dalam persahabatan serta
komunitas belajar di mana terjadi pembentukan peran dan standar sosial yang
berhubungan dengan perilaku dan prestasi, (Santrock, 2003: 257).
Namun pada saat ini kelompok teman sebaya cenderung memberikan dampak
yang negatif bagi masyarakat. Hal ini jelas terlihat sekali, para remaja selalu
berperilaku boros demi bisa berkumpul dengan kelompok teman sebayanya.
Perilaku boros remaja mengakibatkan pola konsumsi yang menjadi berlebihan.
Hal ini tidak terlepas dari intensitas dan kuantitas pertemuan dengan teman-teman
sepergaulannya. Teman yang menjadi tempat sosialisasi sekunder memiliki
pengaruh besar terhadap pola hidup individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut. Teman adalah bagian dari kelompok rujukan, dimana setiap
perilaku dan kebiasaan individu tidak terlepas dari kebiasaan kelompok teman
sepergaulannya.
Hal semacam ini juga terjadi dilingkungan Universitas Lampung, khususnya di
jurusan Sosiologi Fisip. Mahasiswa yang berada disana cendrung berkelompok
dengan teman-teman sebayanya. Para mahasiswa senang menghabiskan waktu
dengan teman sebayanya hanya untuk sekedar mengobrol saja.
Pada kalangan mahasiswa, berkumpul dengan teman sebaya yang memiliki status
sosial ekonomi yang sama merupakan sebuah hal yang penting, karena dengan
begitu mereka diakui keberadaannya.
Pada kalangan mahasiswa yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi,
perilaku menggunakan kartu ATM biasa terjadi karena pengaruh dari temannya,
hal ini menjadi salah satu cara mahasiswa beradaptasi dan melebur dalam
kelompok temannya tersebut yang kemudiaan menjadi sebuah kebiasaan. Tanpa
mereka sadari, kebiasaan berkumpul dengan teman sebaya pengguna kartu ATM
Berdasarkan permasalahan yang diungkapkan di atas, maka mendorong penulis
untuk meneliti lebih jauh lagi mengenai “pengaruh status sosial ekonomi dan kelompok teman sebaya pengguna kartu anjungan tunai mandiri (ATM) terhadap
pola konsumsi mahasiswa” sebagai salah satu tulisan ilmiah dalam bentuk skripsi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka muncul
perumusan masalah yang harus dipecahkan. Adapun perumusan masalah tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Apakah status ekonomi mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa?
2. Apakah kelompok teman sebaya pengguna kartu ATM mempengaruhi pola
konsumsi mahasiswa?
3. Bagaimanakah status sosial ekonomi dan kelompok teman sebaya pengguna
kartu ATM mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah tersebut diatas, maka
tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh status ekonomi terhadap pola komsumsi mahasiswa.
2. Mengetahui pengaruh kelompok teman sebaya pengguna kartu ATM
mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa.
3. Menjelaskan pengaruh status sosial ekonomi dan kelompok teman sebaya
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap
dunia akademis dan sebagai titik tolak untuk melakukan penelitian yang lebih
mendalam.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengaruh penggunaan ATM terhadap pola konsumsi mahasiswa. Sehingga
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Status Sosial Ekonomi
Menurut Rossides (dalam Yulisanti: 2000) status sosial ekonomi adalah
kedudukan seseorang dalam suatu rangkaian strata yang tersusun secara hierarkhis
yang merupakan kesatuan tertimbang dalam hal-hal yang menjadi nilai dalam
masyarakat yang biasanya dikenal sebagai previlese berupa kekayaan, serta pendapatan, dan prestise berupa status, gaya hidup dan kekuasaan. Sedangkan menurut Polak (1971:154) status sosial ekonomi adalah kedudukan sosial
seseorang dalam kelompok atau dalam masyarakat.
Dengan demikian dapat disimpulkan dari pendapat diatas bahwa status sosial
ekonomi adalah tingkatan atau kedudukan sebuah keluarga di tengah
kelompoknya dan posisi yang disandangnya dilengkapi dengan berbagai faktor
diantaranya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dan pemilikan
barang yang dapat meningkatkan prestise.
1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang dilakukan manusia,
yang dilakukan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya, baik secara formal,
Tingkat pendidikan atau sering disebut dengan jenjang pendidkan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan, (UU RI No. 20,
2003:3). Sedangkan menurut Fuad Ihsan (2003: 18) tingkat atau jenjang
pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan
pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Jenjang pendidikan sekolah
terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Menurut Fuad Ihsan (2003: 22) pendidikan dasar adalah pendidikan yang
memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang
diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan menengah.
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan
timbal-balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta dapat
mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan,
(Fuad Ihsan, 2003: 23).
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah
yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Perguruan Tinggi dapat
berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas,
(Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 19 dan 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Berdasarkan pendapat diatas, tingkat pendidikan adalah suatu proses yang
berkesinambungan yang dilakukan manusia, yang dilakukan dalam rangka
penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal dan informal yang dimiliki orang
tua mahasiswa jurusan Sosiologi Fisip Unila angkatan 2011-2012.
2. Jenis Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia.
Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang
menghasilkan uang bagi seseorang.
Pekerjaan adalah segala sesuatu yang dikerjakan manusia dengan berbagai tujuan.
Ada yang melakukan dengan terpaksa ada juga yang ikhlas. Ada yang melakukan
pekerjaan karena membutuhkan pekerjaan tersebut dan ada juga yang melakukan
pekerjaan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena itu, jenis-jenis
pekerjaan cukup banyak sesuai dengan keahlian seseorang.
Setiap orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis-jenis pekerjaan
dapat dibedakan berdasarkan hasil dari pekerjaannya, yaitu barang dan jasa.
a. Pekerjaan yang menghasilkan barang
Jenis pekerjaan ini menghasilkan barang yang dapat dipakai untuk
memenuhi kebutuhan hidup, seperti makanan minuman dan perabot rumah
tangga, dan lain-lain. Jenis-jenis pekerjaan serta hasilnya yaitu petani
menghasilkan padi, jagung, dan lain-lain, pengrajin menghasilkan meja,
kursi dan kerajinan lain-lain, peternak menghasilkan telur,daging,dan susu.
b. Pekerjaan yang menghasilkan jasa
Jenis pekerjaan ini menghasilkan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
dan lain-lain. Dokter merupakan pekerjaan yang menghasilkan jasa dalam
bidang kesehatan.
Jenis-jenis pekerjaan serta jasanya yaitu guru berjasa dalam pendidikan, dokter
berjasa dalam kesehatan, sopir berjasa dalam layanan transportasi. Jenis pekerjaan
lain yang menghasilkan jasa ialah montir, pengacara, polisi tentara, jaksa, hakim,
pegawai negeri, perias pengantin, dan perawat (http://syadiashare.com).
Dengan demikian dapat dikatakan jenis pekerjaan adalah segala sesuatu yang
dikerjakan manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Jenis pekerjaan yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jenis pekerjaan tetap dan pekerjaan
sampingan yang dimiliki orang tua mahasiswa yang menghasilkan penghasilan
tiap bulannya.
3. Tingkat Pendapatan
Untuk menjalankan dan mempertahankan kelangsungan hidup seseorang harus
berusaha dan bekerja. Mereka akan mendapatkan imbalan upah atau imbalan dari
hasil pekerjaannya. Upah yang telah diterimanya tersebut, maka dapat membiyai
hidupnya, dengan demikian akan dapat meneruskan dan mempertahankan
eksistensi kehidupannya.
Pendapatan merupakan hal yang penting dalam mendukung kelangsungan
kehidupan suatu keluarga. Dimana orang tua sebagai fungsi ekonomis dalam
keluarga tersebut akan memenuhi semua kebutuhan demi berlangsungnya hidup
keluarganya tersebut. Semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin
Menurut Christpher Pass dan Bryan Lowes (1994: 287), pendapatan (income)
adalah uang yang diterima seseorang dalam perusahaan dalam bentuk gaji, upah,
sewa, bunga, laba dan lain sebagainya, bersama dengan tunjangan pengangguran,
uang pensiun dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Valerie J. Hull (dalam
Masri Singarimbun, 1985: 24), bahwa jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan
keluarga termasuk barang dan hewan peliharaan dipakai untuk membagi keluarga
ke dalam tiga kelompok pendapatan yaitu pendapatan tinggi, pendapatan
menengah dan pendapatan rendah.
Sementara itu menurut Kadariyah (1981: 26), pendapatan seseorang terdiri dari
penghasilan berupa upah/gaji, bunga sewa, dividend, keuntungan, dan merupakan
suatu arus uang yang diukur dalam suatu jangka waktu, umpamanya seminggu,
sebulan atau setahun. Selain itu, pendapatan atau income dari seseorang adalah
hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor
produksi, (Boediono, 1996: 170).
Sumardi (1982:92) membagi pendapatan menjadi tiga macam yaitu :
1. Pendapatan pokok, artinya pendapatan utama dan pokok, yaitu hasil yang
didapat oleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukan secara teratur dan
tetap untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
2. Pendapatan tambahan, yaitu pendapatan yang tidak tetap dan tidak teratur
namun hasilnya dapat membantu untuk menambah pendapatan setiap
bulan, dan selalu berusaha untuk mencari tambahan serta usaha yang dapat
menambah penghasilan rumah tangga.
3. Pendapatan keseluruhan, yaitu pendapatan pokok ditambah pendapatan
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, pendapatan tidak hanya berupa uang tetapi
juga berupa barang dan sejumlah kekayaan yang dimiliki oleh lembaga tertentu.
Pendapatan yang dimaksud adalah seluruh penerimaan baik berupa barang atau
uang dari pihak lain atau hasil kerjanya sendiri, termasuk dari anggota lainnya,
menilainya dengan berupa uang atau barang yang dinilai harganya dalam satuan
rupiah saat ini.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendapatan yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah tingkat pendapatan keseluruhan yang dimiliki orang
tua mahasiswa dalam setiap bulannya.
4. Pemilikan Barang
Selain pekerjaan, pendidikan dan pendapatan yang menjadi ukuran status social
ekonomi seseorang, masih ada lagi yaitu pemilikan barang. Pemilikan barang-barang
yang berhargapun dapat digunakan untuk ukuran tersebut. Semakin banyak seseorang
itu memiliki sesuatu yang berharga seperti rumah dan tanah, maka dapat dikatakan
bahwa orang itu mempunyai kemampuan ekonomi yang tinggi dan mereka semakin
dihormati oleh orang-orang disekitarnya.
Apabila seseorang memiliki tanah, rumah sendiri, sepeda motor, mobil, komputer,
televisi dan tape biasanya mereka termasuk golongan orang mampu atau kaya.
Apabila seseorang belum mempunyai rumah dan menempati rumah dinas, punya
kendaraan, televisi, tape, mereka termasuk golongan sedang. Sedang apabila
seseorang memiliki rumah kontrakan, sepeda dan radio biasanya termasuk golongan
Yang dimaksudkan pemilikan barang dalam penelitian ini adalah dilihat dari status
kepilikan rumah yang mahasiswa dan orang tua tempati, dan kendaraan yang
mahasiswa miliki.
B. Tinjauan Tentang Kelompok Teman Sebaya
Teman sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang kira-kira
sama (Santrock 2007). Pada fase ini, remaja sudah mulai keluar dari lingkungan
keluarganya dan memasuki lingkungan pergaulan sosial dalam masyarakat yang
lebih luas dan di dalam lingkungan yang baru inilah para remaja membentuk
kelompok-kelompok, (Gunarsa SD & Gunasa Y 2003).
Kelompok sebaya ini sangat berpengaruh terhadap perilaku individu dibandingkan
dengan kelompok teman sebaya sebelumnya. Karena dalam kelompok sebaya ini
remaja merasa mendapatkan teman dan juga dukungan dari teman-temannya.
Melalui kelompok sebaya itu anak belajar menjadi manusia yang baik sesuai
dengan gambaran dan cita-cita masyarakatnya tentang kejujuran, keadilan
kerjasama tanggung jawab, tentang peranan sosialnya sebagai pria dan wanita,
memperoleh berbagai macam informasi, meskipun kadang-kadang infosrmasi
yang menyesatkan, serta mempelajari kebudayaan khusus masyarakatnya yang
bersifat etnik, keagamaan, kelas sosial, dan kedaerahan, (St. Vembriarto,
1993:61).
Dalam penelitian ini, pengaruh teman sebaya dilihat dari kuantitas dan intensitas
pergaulan. Kuantitas pergaulan adalah seberapa sering mahasiswa melakukan
pergaulan dengan teman sebayanya dikampus. Sedangkan intensitas adalah
Dari berbagai macam pendapat dan berdasarkan pada penjelasan di atas, dapat
diketahui bahwa perilaku konsumsi pengguna ATM yang dipengaruhi oleh faktor
kelompok teman sebaya adalah kuantitas dan intensitas pergaulan. Perilaku
konsumsi yang dipengaruhi oleh faktor kelompok teman sebaya dikarenakan
kelompok teman sebaya tersebut memperlihatkan perilaku dan gaya hidup baru
atau pola hidup dalam konsumsi. Kelompok teman sebaya juga seringkali
memperlihatkan penggunaan kartu ATM dalam pergauulan mereka. Hal ini
menjadikan mahasiswa sebagai pengguna kartu ATM aktif.
C. Tinjauan Tentang ATM
ATM dalam bahasa inggris dikenal dengan Automatic teller machine, atau dalam
bahasa Indonsia dikenal dengan Anjungan Tunai Mandiri. ATM merukan alat
elektronik yang diberikan oleh bank yang kepada pemilik rekening yang dapat
digunakan untuk bertransaksi secara elektronis seperti mengecek saldo,
mentransfer uang dan juga mengambil uang dari mesin ATM tanpa perlu dilayani
seorang teller. Setiap pemegang kartu diberikan PIN (personal identification
number), atau nomor pribadi yang bersifat rahasia untuk keamanan dalam
penggunaan ATM lalu apa beda kartu ATM dengan kartu Debit.
Kartu Debit dan Kartu ATM berguna sebagai alat bantu untuk melakukan
transaksi dan memperoleh informasi perbankan secara elektronis. Jenis transaksi
1. Penarikan tunai
2. Setoran tunai
3. Transfer dana
4. Pembayaran
5. Pembelanjaan
Jenis informasi yang tersedia antara lain:
1. Informasi saldo
2. Informasi kurs
Dalam penggunaan kartu ATM pasti memiliki keuntungan-keuntungan yang dapat
mempremudah masyarakat. Keuntungan menggunakan kartu ATM adalah:
1. Mudah, tidak perlu datang ke bank untuk melakukan transaksi atau
memperoleh informasi.
2. Aman, tidak perlu membawa uang tunai untuk melakukan transaksi belanja.
3. Fleksibel, transaksi penarikan tunai/pembelanjaan via ATM/EDC dapat
dilakukan dijaringan bank sendiri, jaringan lokal dan internasional.
4. Leluasa, dapat bertransaksi setia saat meskipun hari libur.
(http://ridwanaz.com/umum/pengertian-kartu-atm-dan-kartu-debit/)
Berdasarkan pendapat di atas kartu ATM adalah sebuah alat elektronik yang
mengijinkan nasabah Bank untuk mengambil uang dan mengecek rekening
mereka tanpa perlu dilayani oleh seorang pegawai Bank atau teller.
Pada saat ini banyak remaja yang menggunakan kartu ATM. faktor yang
memotivasi kepemilikan kartu ATM di kalangan mahasiswa adalah karena
ATM, para mahasiswa mendapatkan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan
hidup mereka sehari – hari. Namun tidak dapat dipungkiri, mahasiswa yang memiliki kartu ATM cenderung berperilaku konsumtif. Hal ini dikarenakan,
dengan adanya kartu ATM mereka dapat mengambil uang atau melakukan
transaksi penarikan uang tunai tanpa batas waktu karena jika uang cash mereka
bawa habis, mereka tinggal pergi ke mesin ATM terdekat dan melakukan
penarikan uang tunai.
Kegiatan konsumsi yang dilakukan mahasiswa kebanyakan juga berdasarkan
keinginan bukan atas dasar kebutuhan. Tidak jarang mahasiswa membeli suatu
barang tanpa ada perencanaan terlebih dahulu.
D. Tinjauan Tentang Pola Konsumsi
Pola adalah suatu bentuk, sistem, atau pun cara kerja yang biasanya berlangsung
secara terus menerus baik mengalami perubahan ataupun tidak. Konsumsi adalah
kegiatan menghabiskan, memakai, menggunakan, atau mengurangi kegunaan
suatu barang untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut Mankiw (2000) konsumsi adalah barang atau jasa yang dibeli oleh
Sedangkan menurut Samuelson & Nordhaus (1996) konsumsi adalah pengeluaran
untuk pembelian barang-barang dan jasa akhir guna mendapatkan kepuasan
ataupun memenuhi kebutuhannya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pola
konsumsi adalah suatu bentuk kegiatan manusia yang secara langsung maupun
tidak langsung yang dilakukan secara berulang-ulang menggunakan barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan
yang berakibat mengurangi ataupun menghabiskan nilai guna suatu barang/jasa.
Contoh dari kegiatan konsumsi antara lain: makan, minum, naik kendaraan
umum, menonton film di bioskop.
Sebagian besar tindakan yang dilakukan konsumen untuk melakukan pembelian
suatu barang atau jasa adalah karena suatu kebutuhan. Walaupun kebutuhan
primer merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat melangsungkan
hidup, namun bukan berarti kebutuhan sekunder dapat dikesampingkan. Hal ini
merupakan konsekuensi dalam hidup di masyarakat yang senantiasa menuntut
kebutuhan-kebutuhan lain yang harus dipenuhi. Remaja termasuk bagian
masyarakat pun melakukan hal tersebut.
Pada masyarakat Indonesia yang saat ini sudah sangat modern, identitas seseorang
saat ini biasanya dipengaruhi oleh pemahaman simbolik atas barang-barang yang
dimilikinya. Kepemilikan materipun juga menempatkan seseorang dalam
lingkungan sosial material. Terlebih lagi kepemilikan materi memberi informasi
kepada seseorang tentang identitas orang lain. Pola konsumsi remaja saat ini
sedikit banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai kebudayaan pop yang merefleksikan
Gaya hidup sebagai pembeda kelompok, akan muncul dalam masyarakat yang
terbentuk atas dasar stratifikasi sosial. Setiap kelompok dalam masyarakat akan
memiliki gaya hidup yang khas. Dapat dikatakan bahwa gaya hidup inilah yang
menjadi simbol-simbol prestise dalam setiap stratifikasi sosial.
Budaya konsumen telah menyumbang pada suatu hubungan yang reflektif yang
kemudian meningkat terhadap identitas diri melalui pembagiannya dalam
seperangkat pengetahuan keahlian, contohnya dalam hubungan dengan gaya
hidup, selera, fashion dan lain lain.
Menurut Mary Douglas dan Baron Isherwood (dalam Lury, 1998:16-17),
konsumsi yang terjadi dalam masyarakat adalah merupakan fenomena budaya
sebagaimana halnya sebuah fenomena ekonomi. Hal ini berkaitan dengan makna,
nilai, dan komunikasi seerat kaitan antara pertukaran, harga, dan ekonomi.
Kegunaan barang-barang selalu dibingkai oleh konteks budaya, bahkan
benda-benda sederhana dalam kehidupan sehari-hari memilki makna budaya.
Benda-benda mampu menciptakan atau menggerakkan asumsi-asumsi dan keyakinan
budaya, dan menjadikan keyakinan tersebut sebagaisebuah realitas, sebuah fakta,
yang disebut sebagai kekonkritan.
Kebangkitan budaya konsumen dicirikan dengan gaya hidup. Produksi,
pertukaran, dan pemanfaatan barang-barang konsumsi makin distrukturkan oleh
aspek-aspek akspresif yang disadari atau aspek simbolis barang-barang tersebut.
Gaya hidup (lifestyle) merujuk pada kepekaan konsumen baru yang diidentifikasikasi sebagai karakter konsumsi modern. Melalui gaya hidup, para
konsumen dianggap membawa kesadaran atau kepekaan yang lebih tinggi
hal itu merujuk pada cara orang-orang berusaha menampilkan individulitas
mereka dan cita rasa mereka melalui pemilihan barang-barang yang mereka
konsumsi seperti pakaian, makanan, minuman, alat komunikasi, ataupun
kendaraan. Hal tersebut mendukung pandangan bahwa praktek-praktek konsumsi
dapat dipahami dalam konteks sebuah perjuangan memperoleh posisi sosial.
Budaya konsumen membuka peluang untuk konsumsi produktif, dalam arti
menjanjikan kehidupan pribadi yang lebih indah dan memuaskan, menentukan
kepribadian melalui perubahan diri dan gaya hidup. Budaya konsumen dapat
dikatakan merupakan unsur utama dalam produksi budaya masa kini. Hal ini
disebabkan, karena meskipun kelompok-kelompok yang berada diluar atau
menjauhi diri dari jangkauan pasar dan perilaku yang melawan arus, seperti
sub-budaya remaja dan gerakan-gerakan sosial baru, dinamika proses pasar yang
selalu mengejar hal yang baru itu menyebabkan budaya konsumen dapat merajut
dan mengolah ulang tradisi dan gaya hidup mutakhir.
Budaya konsumen tidak dapat dianggap sekedar suatu budaya materialis rasional.
Budaya ini tidak hanya menimbulkan pergantian konsumsi barang atau nilai
pakai, yang memiliki makna tetap, dengan perhitungan nilai tukar. Lebih dari itu,
nilai tukar cenderung melonggarkan atau meninggalkan nilai pakai semula dan
menyingkapkan asal usul sosialnya, yang membuka jalan untuk pandangan
E. Pengaruh Status Sosial Ekonomi dan Kelompok Teman Sebaya Pengguna Kartu ATM Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa
1. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa Pola konsumsi seringkali dilakukan secara berlebihan sebagai usaha seseorang
untuk memperoleh kesenangan, meskipun sebenarnya kebahagiaan yang diperoleh
hanya bersifat semu. Dalam setiap perilaku konsumsi tentu saja ada faktor-faktor
yang mempengaruhinya, diantaranya adalah status sosial ekonomi.
Dalam penelitian ini status sosial ekonomi yang dimaksud adalah status sosial
ekonomi yang dimiliki oleh orang tuanya. Mahasiswa yang memiliki orangtua
yang status sosial ekonominya tinggi belum tentu dirinya merasa sebagai orang
yang memiliki status sosial ekonomi tinggi. Sebaliknya ada mahasiswa yang
memiliki orang tua yang berstatus sosial sedang, tetapi merasa seperti orang kaya,
oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola konsumsi
mahasiswa yang dipengaruhi oleh status sosial ekonomi orang tua.
Pada kenyataannya saat ini orang-orang yang mempunyai perilaku konsumsi
tinggi adalah orang-orang yang mempunyai penghasilan tinggi, karena untuk
mengkonsumsi suatu barang menghabiskan uang yang tidak sedikit. Selain pada
penghasilan yang tinggi perilaku konsumsi juga dipengaruhi oleh adanya tingkat
pendidikan seseorang sehingga bisa terlihat jelas cara seseorang dalam
mengkonsumsi suatu barang atau jasa ada pembedaan-pembedaan untuk
menunjukkan bahwa seseorang tersebut mempunyai taraf hidup yang lebih baik.
Dengan adanya hal tersebut maka kemungkinan besar mahasiswa yang
mempunyai orang tua dengan penghasilan dan pendidikan tinggi maka pola
yang tinggi, status sosial ekonomi orang tua yang dilihat dari penilaian orang yang
menganggap seseorang tersebut terpandang , terkenal serta kedudukan nya di
dalam suatu lingkungan, juga menentukan perilakunya dalam mengkonsumsi
suatu barang atau jasa karena untuk menunjukkan prestise dalam pergaulannya.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat penulis simpulkan bahwa, status sosial
ekonomi orang tua sangat berperan dalam menentukan pola konsumsi mahasiswa.
Jadi semakin tingginya status sosial ekonomi orang tua maka pola konsumsi
mahasiswa juga meningkat atau konsumtif.
2. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Pengguna Kartu ATM Terhadap Pola Konsumsi Mahasiswa
Usia remaja adalah usia dimana terjadi peralihan dalam mencari identitas diri.
Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi
bagian dari lingkungan itu. Kelompok sebaya ini sangat berpengaruh terhadap
perilaku individu dibandingkan dengan kelompok teman sebaya sebelumnya.
Karena dalam kelompok sebaya ini remaja merasa mendapatkan teman dan juga
dukungan dari teman-temannya.
Pada kalangan mahasiswa perilaku menggunakan kartu ATM biasa terjadi karena
pengaruh dari temannya, hal ini menjadi salah satu cara mahasiswa beradaptasi
dan melebur dalam kelompok temannya tersebut yang kemudiaan menjadi sebuah
kebiasaan. Tanpa mereka sadari, kebiasaan berkumpul dengan teman sebaya
pengguna kartu ATM mengakibatkan mereka memiliki pola konsumsi yang
berlebihan.
perilaku konsumsi mahasiswa pengguna kartu ATM yang berlebihan ini, tidak
Teman yang menjadi tempat sosialisasi sekunder memiliki pengaruh besar
terhadap pola hidup mahasiswa.
Berdasarkan peryataan diatas, peran teman sebaya pengguna kartu ATM sangat
mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa. Sehingga mahasiswa dapat diakui
keberadaannya di dalam kelompok jika mereka memiliki ATM.
F. Kerangka Pikir dan Hipotesis 1. Kerangka Pikir
Mahasiswa zaman sekarang mempunyai pola konsumtif yang sangat tinggi, hal ini
didukung oleh fasilitas umum yang sekarang ini sangatlah praktis dengan adanya
kartu ATM yang memudahkan pemiliknya dalam hal berbelanja karena tidak
perlu membawa banyak uang apabila mau bepergian ataupun akan berbelanja.
Hanya dengan menggesek ATM pada alat yang biasanya disediakan oleh suatu
tempat pembelanjaan dari mitra khusus bank yang mengeluarkan kartu tersebut
ataupun melakukan penarikan uang tunai dengan menggunakan kartu ATM dari
mesin ATM khusus yang tersebar di fasilitas-fasilitas umum kita sudah bisa
berbelanja ataupun mendapat uang tunai kapanpun kita perlukan.
ATM sekarang ini menjadi trend alat pembayaran baru dikalangan para
mahasiswa, para mahasiswa banyak menggunakan fasilitas ATM untuk bebelanja
di mall, menonton bioskop atau pun untuk membayar jasa seperti pergi ke salon
ataupun ke restoran. Hal ini tidak lepas dari faktor pendorong dan faktor penarik
dari penggunaan ATM itu sendiri karena selain untuk memberikan fasilitas bagi
para pemiliknya, sekarang ini ATM bergeser fungsi sebagai identitas status sosial
seseorang. Para orang tua yang kebanyakan memberikan fasilitas ini pada anaknya
tersebut dan tidak juga memikirkan akibat-akibat negatif yang menyertai
penggunaan ATM ini oleh para mahasiwa.
Kerangka pikir dalam penelitian ini yaitu pekerjaan yang dimilki orang tua,
karena orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi maka semakin tinggi
pendapatan yang diperoleh, selain itu apabila mahasiswa yang orangtua nya
memiliki pekerjaan dengan tingkat pendidikan tinggi, pendapatan yang tinggi, dan
pemilikan barang yang mewah maka akan menyebabkan perilaku konsumsi
seorang mahasiswa pengguna ATM menjadi berlebihan. Hal ini merupakan
bagian dari status ekonomi orang tua mahasiswa yang mempengaruhi perilaku
konsumsi.
Faktor lain yang mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa yaitu kelompok teman
sebaya pengguna ATM, yang menjadi teman sepermainannya dalam lingkungan
kampus. Kelompok teman sebaya adalah sekolompok orang yang menjadi acuan
seorang mahasiswa dalam berperilaku konsumsi. Kelompok teman sebaya dalam
penelitian ini dipengaruhi oleh kuantitas dan intensitas pergaulan. Kuantitas
pergaulan adalah seberapa sering mahasiswa melakukan pergaulan dengan teman
sepermainannya di kampus, dan intensitas pergaulan adalah seberapa dekat
hubungan mahasiswa dengan teman sepermainannya di kampus. Kuantitas dan
intensitas pergaulan bisa menjadikan mahasiswa memiliki pola konsumsi yang
berlebihan. Pola konsumsi yang berlebihan ini dikarenakan kelompok teman
sebaya tersebut memperlihatkan perilaku dan gaya hidup baru atau pola hidup
Bagan Skema Kerangka Pikir
2. Hipotesis
Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa
ditinggalkan, karena ia merupakan insrumen kerja dari teori. Sebagai hasil
deduksi dari teori atau proposisi, hipotesa lebih spesifik sifatnya, sehingga lebih
siap untuk diuji secara empiris (Singarimbun dan effendi,1987: 43).
Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau salah, atau palsu dan diterima
jika fakta-fakta membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis dengan
begitu sangat tergantung pada hasil-hasil penyelidikan terhadap fakta-fakta yang
dikumplkan. Suatu hipotesa selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang
menghubungkan antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitin ini menggunakan
hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Status sosial
ekonomi (X1)
Kelompok teman
sebaya (X2)
pendidikan
pekerjaan
pendapatan
Kuantitas
pergaulan
Intensistas pergaulan
Pola
konsumsi (Y) Pemilikan
Dimana jika hipotesis alternatif (Ha) diterima maka, hopotesis nol (Ho) ditolak.
Begitu juga sebaliknya, jika hipotesis nol (Ho) diterima maka, hopotesis alternatif
(Ha) ditolak.
Hipotesis Mayor
Ho: tidak ada pengaruh status sosial ekonomi terhadap pola konsumsi
mahasiswa
Ha: ada pengaruh status sosial ekonomi terhadap pola konsumsi mahasiswa
Ho: tidak ada pengaruh kelompok teman sebaya pengguna kartu ATM terhadap
pola konsumsi mahasiswa
Ha: ada pengaruh kelompok teman sebaya pengguna kartu ATM terhadap pola
konsumsi mahasiswa
Hipotesis Minor
1. Semakin tinggi tingkat pendapatan orang tua maka mempengaruhi pola
konsumsi mahasiswa
2. Semakin tinggi tigkat pendidikan orang tua maka mempengaruhi pola
konsumsi mahasiswa
3. Perbedaan jenis pekerjaan orang tua mempengaruhi pola konsumsi
mahasiswa
4. Jenis kepimilakan barang orang tua mempengaruhi pola konsumsi
5. Kuantitas pergaulan mahasiswa mempengaruhi pengguna kartu ATM
terhadap pola konsumsi mahasiswa
6. Intensitas pergaulan mahasiswa mempengaruhi pengguna kartu ATM
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Menurut Sumardjono (1997:42), yang dimaksud dengan penelitian adalah
penelitian merupakan proses penemuan kebenaran yang dijabarkan dalam bentuk
kegiatan yang sistematis dan terencana yang dilandasi metode Ilmiah.
Tipe penelitian ini adalah kuantitatif eksplanatoris, yaitu untuk memperoleh
kejelasan atau menjelaskan suatu fenomena, menjelaskan hubungan dan menguji
hubungan antar variabel yang diteliti. Penelitian eksplanasi ini dilakukan untuk
menguji hipotesis dengan statistik korelasional untuk generalisasi data sampel
pada populasi dengan menarik sampel random dari suatu populasi yang diteliti.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung yang beralamat di Jalan Prof. Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedung
Meneng Rajabasa Bandar Lampung. Adapun alasan peneliti memilih FISIP
sebagai tempat penelitian, dikarenakan lokasi ini cukup terjangkau oleh peneliti
karena masih berlokasi di kota yang sama dan lokasi ini bertempat dikampus
peneliti sendiri, yaitu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
C. Definisi Konseptual
Untuk memudahkan dalam memahami dan menafsirkan berbagai teori yang
berhubungan dengan penelitian ini, maka ditentukan konsep-konsep yang
digunakan dengan menjelaskannya dalam definisi konseptual berikut:
Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau tingkat ekonomi seseorang dilihat
dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan keadaan ekonomi atau tingkat
pendapatan seseorang, (Harton, 1993: 46). Status sosial ekonomi juga dapat
dilihat dari kepemilikan barang seseorang.
Kelompok teman sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang
kira-kira sama, (Santrock, 2007).
Pola konsumsi adalah suatu bentuk kegiatan yang secara langsung maupun tidak
langsung yang dilakukan secara berulang-ulang menggunakan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan yang
berakibat mengurangi ataupun menghabiskan nilai guna suatu barang/jasa.
Mahasiswa adalah individu atau sekelompok individu yang sedang menuntut ilmu
dan terikat dengan perguruan tinggi.
D. Definisi Operasional dan Indikator Variabel
Definisi operasional merupakan penjabaran dari masing-masing variabel tersebut.
Penjabaran definisi operasional dan indikator-indikator yang digunakan untuk
a. Status sosial ekonomi adalah kedudukan yang diukur dari pendidikan,
pekerjaan, tingkat pendapatan dan pemilikan barang yang diperoleh seseorang.
Indikatornya adalah:
1) tingkat pendidikan
dalam penelitian ini tingakat pendidikan yang dimaksud adalah
kepemilikan ijazah yang pernah ditempuh (SD, SMP, SMA dan Perguruan
Tinggi).
2) jenis pekerjaan
dalam penelitian ini jenis pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan
pokok orang tua, seperti buruh, karyawan, pegawai dan wiraswasta.
3) tingkat pendapatan
dalam penelitian ini tingkat pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan
pokok yang dihasilkan orang tua.
4) pemilikan barang
dalam penelitian ini pemilikan barang yang dimaksud adalah harta benda
pribadi yang dimiliki oleh orang tua dan mahasiswa, seperti rumah,
kendaraan pribadi dan kepemilikan alat-alat elektronik.
b. Kelompok teman sebaya adalah sekumpulan orang yang menjadi acuan
seseorang dalam berperilaku konsumsi. Indikatornya adalah:
1) kuantitas pergaulan adalah seberapa sering mahasiswa melakukan
2) intensitas pergaulan adalah seberapa dekat mahasiswa dengan teman
sepermainannya dikampus.
c. Pola konsumsi adalah suatu bentuk kegiatan yang secara langsung maupun
tidak langsung yang dilakukan secara berulang-ulang menggunakan barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan untuk memperoleh
kepuasan yang berakibat mengurangi ataupun menghabiskan nilai guna suatu
barang/jasa. Indikatornya adalah:
1) seberapa tinggi, sedang dan rendah mahasiswa membelanjakan uangnya
untuk memenuhi kebutuhannya.
2) jenis barang.
3) tempat berbelanja (mall dan pasar).
4) model belanja (langsung dan online).
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (1989:18), populasi adalah jumlah
keseluruhan unit analisis yang akan diteliti. Adapun yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah Jurusan Sosiologi Fisip Unila yang diambil dari tahun
2011-2012. Alasanya adalah karena dalam rentang tahun angkatan tersebut mahasiswa
masih aktif di kampus (masih memiliki mata kuliah) dan belum lulus (wisuda).
Jumlah mahasiswa Jurusan Sosiologi Fisip Unila angkatan tahun 2011-2012
2. Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (2006), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan
diteliti. Sedangkan menurut Surakhmad (1987:115), sampel adalah bagian dari
populasi yang memiliki sifat-sifat utama dari suatu populasi. Dalam penelitian ini
banyaknya sampel penelitian digunakan rumus sebagai berikut:
N
n =
N.(d)² +1
Keterangan :
N : banyaknya populasi
n : banyaknya sampel
d : Sampling error (ditetapkan 10 %)
(Jalaludin Rahmat 1997:82)
Berdasarkan rumus pengambilan sampel, maka banyaknya sampel penelitian
adalah : 193
n =
193
n =
2.93
= 65.87
Maka sampel pada penelitian ini adalah 65.87 dibulatkan menjadi 66 mahasiswa.
Teknik penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu sampel dipilih sebagai informan secara sengaja dengan pertimbangan mampu
memberikan data dan informasi yang dibutuhkan yang menjadi target dalam
penelitian ini.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang benar-benar akurat dan sesuai dengan yang
diharapkan, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Kuesioner
Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar
pertanyaan tertulis yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga
responden tinggal mengisi dan menandainya dengan cepat.
Adapun tujuannya ialah:
a. Untuk memproleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian.
b. Untuk memperoleh reabilitas dan validitas setinggi-tingginya (Masri
Di dalam pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner ini pertama-tama
penulis membuat pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dalam bentuk angket,
kemudian disebarkan kepada para responden. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan informasi mengenai perilaku konsumsi mahasiswa jurusan Sosiologi
angkatan 2011-2012 Universitas Lampung.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan langsung dengan tujuan-tujuan tertentu
dengan menggunakan format Tanya jawab yang terencana, untuk mengumpulkan
data-data yang berhubungan dengan kelengkapan informasi. Hendaknya
wawancara dijalankan secara personal (Masri Singarimbun, 1981: 174).
Untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang siapa yang menjadi
kelompok teman sebaya mahasiswa, dalam perilaku konsumsi dengan
aspek-aspek pendapatan orang tua, uang saku, pola makan, alat transportasi yang
dipakai, alat komunikasi, kepemilikan alat-alat elektronik dan penggunaan ATM,
maka penulis melakukan wawancara terhadap beberapa responden dengan tujuan
dapat diperoleh informasi secara mendetail mengenai pola konsumsi mahasiswa.
3. Studi Pustaka
Teknik ini dilakukan dengan mencari literatur dan referensi dari buku-buku
bacaan yang mengandung teori, keterangan atau laporan yang berhubungan
G. Tehnik Pengolahan Data
1. Tahap Editing
Pada tahap ini data yang dapat diperiksa kembali apakah ada kesalahan dalam
melakukan pengisian yang tidak lengkap atau tidak jelas. Dalam tahap ini penulis
melakukan pengecekan terhadap kuesioner yang telah diisi oleh para responden
untuk menyeleksi apakah kuesioner tersebut diisi dengan benar atau tidak oleh
responden secara asal-asalan, sehingga kuesioner yang tidak sesuai tersebut tidak
digunakan dalam hasil penelitian.
2. Tahap Koding
Tahap mengklasifikasikan jawaban-jawaban yang diberikan oleh responden
menurut jenis pertanyaan kuesioner dengan memberikan kode tertentu pada setiap
jawaban. Setelah penulis melakukan pengecekan terhadap kuesioner kemudian
penulis memberikan kode buat masing-masing pertanyaan yang ada di dalam
kuesioner tersebut.
3. Tahap Tabulating
Pada tahap ini hasil kuesioner dimasukkan ke dalam table dan kemudian di
interpretasikan. Dalam tahap ini setelah kuesioner selesai diberi kode maka
kuesioner tersebut disajikan di dalam bentuk tabel dengan menggunakan
kode-kode yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian isi dari tabel tersebut
diinterpretasikan atau dijelaskan dalam bentuk kalimat agar lebih mudah untuk
4. Tahap Interpretasi
Tahap ini dari penelitian yang berupa data yang diinterpretasikan agar lebih
mudah dipahami yang kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Dalam tahap
ini, setelah data-data tersebut selesai dijadikan tabel dan dihitung kemudian
penulis menginterpretasikan hasil tabel dan perhitungan tersebut dan mengambil
kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.
H. Penentuan Skor dan kategori
Aspek-aspek yang dievaluasi dalam kuesioner akan dibuat pertanyaan-pertanyaan
untuk masing-masing variabel X dan Y dengan tiga alternatif jawaban untuk
setiap pertanyaan akan diberikan penilaian atau skor yaitu sebagai berikut:
1. untu jawaban yang diharapkan yaitu A diberikan skor 4
2. untuk jawaban yang diharapkan yaitu B diberikan skor 3
3. untuk jawaban yang diharapkan yaitu C diberikan skor 2
4. untuk jawaban yang diharapkan yaitu D diberikan skor 1
Selanjutnya untuk mengkategorikan jawaban responden pada setiap variabel
penelitian digunakan rumus interval sebagai berikut:
NT - NR
I =
Keterangan:
I = Interval
NT = Nilai tertinggi
NR = Nilai terendah
K = Kategori jawaban
(Sutisno Hadi, 1990 :112)
I. Tehnik Analisa Data
Pada penelitian ini analisa data yang digunakan adalah analisa data kuantitatif.
Analisakuantitatif yaitu jenis data yang dapat diukur secara langsung atau lebih
tepatnya dapat dihitung. Setelah diadakan pengolahan data, maka analisa yang
digunakan adalah dengan menggunakan tabel silang. Untuk meguji hipotesis
dalam penelitian ini, analisisdengan menggunakan metode statistik adapun teknik
statistic yang digunakan untuk analisa data adalah sebagai berikut:
1. Analisis Koefesien Determinasi (R2)
Koefesien determinasi ini mencerminkan seberapa besar variasi dan untuk
mrngrtahui persentase sumbangan pengaruh serentak variabel-variabel bebas
terhadap variabel terikat. Langkah perhitungannya sebagai berikut:
Keterangan:
Kd = koefesien determinasi yang digunakan untuk mengukur besarnya konstribusi
variabel x terhadap variabel y
r = koefesien korelasi
2. Analisis Korelasi (R)
Korelasi yang digunakan adalah korelasi product moment dari persons yang dilakukan dengan program SPSS of windows. Adapun tujuan yang digunakan program tersebut adalah dengan harapan bahwa dalam penggunaan program ini
tingkat kesalahan akan semakin kecil. Rumus product moment sebagai berikut:
�= �Σ − Σ .Σ
�Σ 2−(Σ )2][(�Σ 2− Σ 2]
Keterangan:
r = Koefisien korelasi
X = Skor yang diperoleh dari variabel bebas
Y = Skor yang diperoleh dari variabel terkait
XY = jumlah X dikali Y
N = jumlah subyek atau responden (sampel)
Apabila nilai r telah ditentukan, kemudian kita melihat tabel korelasi untuk
mengetahui apakah nilai r tersebut signifikan atau tidak dengan taraf signifikansi
95%. Apabila r hitung ≥ r tabel, maka nilai r yang diperoleh signifikan apabila
Untuk mengetahui bagaimana nilai korelasi Product Moment tersebut kita dapat melihat kriteria korelasi yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1983 :116)
sebagai berikut:
0,81-1,00 : korelasi sempurna (sangat tinggi)
0,61-0,80 : korelasi kuat (tinggi)
0,41-0,60 : korelasi sedang
0,21-0,40 : korelasi rendah
0,00-0,20 : korelasi sangat rendah
J. Pengujian Hipotesis
Selanjutnya untuk menguji hubungan kedua variabel, maka diuji dengan
menggunakan rumusan sebagai berikut:
1. Uji Statistik F (Uji Simultan)
Uji F merupakan uji model secara keseluruhan (simultan) atau dengan kata lain
pengujian secara serentak atau bersama-sama, ada tidaknya pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama, pengujian ini menggunakan distribusi F yaitu
membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel. Oleh sebab itu Uji F ini lebih
relevan dilakukan pada regresi berganda. Uji F dilakukan untuk melihat apakah
semua koefisien regresi berbeda dengan nol atau dengan kata lain model diterima.
Dimana jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima atau variabel bebas (independen)
secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikat
(dependen) tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (independen),
dimana tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5 %.
2. Uji Statistik t (Uji Parsial)
� =� � −2 1− �2
Keterangan:
t = statistic t
r = koefisien korelasi
n = banyaknya sampel
n-2 = derajat bebas
pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung
dan t-tabel pada taraf signifikan 95%, ketentuan yang dipakai dalam perbandingan
ini adalah sebagai berikut:
jika nilai t-hitung > t-tabel dengan taraf signifikan 95%, maka koefisien
korelasinya signifikan yang berarti hipotesisnya diterima.
Jika nilai t-hitung < t-tabel dengan taraf signifikan 95%, maka koefisien
K. Uji Validitas dan Reabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas instrument penelitian digunakan untuk mengetahui tingkat kesahihan
atau kevalidan kuesioner penelitian. Pengujian validitas dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi product moment. Setelah perhitungan per item pertanyaan dengan menggunakan rumus korelasi Product moment diperoleh (r-hitung) maka angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka
kritik tabel korelasi nilai r (r-tabel).
Jika nilai hitung product moment lebih kecil atau di bawah angka kritik tabel korelasi nilai r maka pertanyaan tersebut tidak valid. Sebaliknya jika nilai hitung
product moment lebih besar atau diatas angka kritik tabel korelasi nilai r maka pertanyaan tersebut valid (Singarimbun dan Efendi, 1989:137).
2. Uji Reabilitas
Uji reabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument
sudah baik. Instrument yang sudah baik tidak bersifat tendensus mengarahkan
responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrument yang sudah dapat
dipercaya, yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.
Apabila data yang terkumpul memang benar atau sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kalipun tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat
keterandalan sesuatu (instrument). Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat
Untuk mencari realibilitas keseluruhan item adalah dengan mengkoreksi angka
korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya dalam rumus Koefisien Alfa
(Croncbach). Instrument penelitian dikatakan memenuhi syarat jika koefisien alfa
. r-tabel, lalu diinterpretasikan pada tabel interpretasi nilai r.
Rumus koefisien Alfa (Croncbach) yang digunakan adalah:
� = �
� −1 − 1− Σ��2
��2
α = Nilai reabilitas
k = Jumlah item pertanyaan
��2 = Nilai Varians masing-masing item
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Berdirinya Jurusan Sosiologi FISIP Unila
Lampung terdiri dari beraneka macam suku dan budaya. Keanekaragaman suku
dan budaya di daerah Lampung merupakan modal dasar dan potensial bagi
pembangunan apabila dikelola secara tepat, baik dan benar Masyarakat dapat
diarahkan untuk berubah dan mengembangkan tingkat kehidupannya secara
progresif. Oleh karena itu, diperlukan sistem pendidikan yang multi-disiplin guna
memenuhi tuntutan pembangunan dan perkembangan IPTEK. Hal inilah yang
mendasari Unila dan Pemda Tingkat I Lampung bersepakat untuk mengarahkan
pengembangan PT dengan jalan membuka jurusan dan program studi yang
relevan bagi pembangunan daerah.
Dalam Rancangan Pola Dasar Pembangunan Daerah Tingkat I Lampung, pada
sektor pendidikan telah ditetapkan Unila akan dikembangkan menjadi 9
fakultas. Sosiologi merupakan salah satu jurusan di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Unila, yang pada awalnya masih berupa program studi di bawah
koordinasi Persiapan Fisip pada tahun 1983.
Program Studi Sosiologi sebagai Persiapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
mulai melaksanakan kegiatannya setelah keluar Surat Keputusan Rektor
Panitia Pendirian Persiapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung.
Selanjutnya pada tanggal 21 Agustus 1984 keluar Surat Keputusan Dirjen Dikti
Depdikbud No. 103/DIKTI/Kep/1984 tentang Jenis dan Jumlah Program Studi
pada setiap jurusan di lingkungan Universitas Lampung. SK Dirjen Dikti inilah
yang mengukuhkan keberadaan Program Studi Sosiologi berada dalam
lingkungan Fakultas Hukum sebagai induk Persiapan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik dengan menetapkan Drs. Abdulkadir, M.S sebagai Ketua Program
Studi Sosilogi. Oleh karena itu mulai tahun akademik 1985/1986 Persiapan Fisip
Unila menerima mahasiswa baru melalui jalur Penelusuran Minat dan
Kemampuan (PMDK) dan jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(Sipenmaru).
Pada tahun 1991/1992 diadakan pergantian personalia unsur pimpinan Persiapan
FISIP dan penyempurnaan struktur organisasi yang juga merubah unsur pimpinan
Ketua Program Studi Drs. A. Kantan Abdulah. Pada tahun 1995 Ketua Program
Studi Sosiologi dijabat oleh Drs. Hodlan Pangihutan, M.Si.
Berdasarkan SK Mendikbud No. 0333/O/1195, tanggal 15 Nopember 1995,
Tentang Pembukaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada Universitas
Lampung, maka persiapan Fisip resmi menjadi Fakulatas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik.
Terbitnya SK Dirjen Dikti Depdikbud RI No. 37/DIKTI/Kep/1997, tanggal 27
Pebruari 1997, maka status Program Studi Sosiologi ditingkatkan menjadi Jurusan
Sosiologi adalah Drs. Hartoyo, M.Si. sebagai Ketua Jurusan Sosiologi, Drs.
Sindung Haryanto, M.Si. sebagai Sekretaris Jurusan Sosiologi dan Kepala
Laboratorium Sosiologi dijabat oleh Drs. Benyamin, M.S.
Pada tahun 2001 Struktur manjemen Jurusan Sosiologi adalah sebagai berikut:
Drs. Hartoyo, M.Si. (Ketua Jurusan Sosiologi) dan Drs. Suwarno, M.H (Sekretaris
Jurusan Sosiologi). Sejak tahun 2004/2005 perubahan struktur manajemen di
Jurusan Sosiologi adalah sebagai berikut: Drs. Ikram M.Si. (Ketua Jurusan
Sosiologi) dan Drs. Benyamin, M.Si. (Sekretaris Jurusan Sosiologi). Dan sekarang
manajemen di Jurusan Sosiologi adalah sebagai berikut: Drs. Susetyo, M.Si.
(Ketua Jurusan Sosiologi) dan Dra. Anita Damayantie, M.H (Sekretaris Jurusan
Sosiologi).
Pengembangan Jurusan Sosiologi yang terus-menerus dilakukan untuk
meningkatkan kinerja dan kualitas Jurusan Sosiologi. Hingga pada tahun 2000
Jurusan Sosiologi memperoleh Sertifikat dari BADAN AKREDITASI
NASIONAL PERGURUAN TINGGI dengan kualifikasi Akreditasi B.
B. Visi, Misi dan Tujuan Jurusan Sosiologi Fisip Unila
1. Visi Jurusan Sosiologi Fisip Unila
“Pada tahun 2025 Jurusan Sosiologi Fisip Universitas Lampung menjadi jurusan
2. Misi Jurusan Sosiologi Fisip Unila
a. Menyelenggarakan pendidikan Sarjana Strata 1 (S1) yang bermutu tinggi untuk
memenuhi berbagai kebutuhan pemberdayaan masyarakat, sehingga
menghasilkan lulusan yang bermutu tinggi dan berketrampilan khusus, serta
mampu bersaing di tingkat lokal maupun nasional;
b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi sosial
melalui penyelenggaraan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, yang
berorientasi pada pengembangan manajemen pemberdayaan masyarakat;
c. Menciptakan iklim akademik yang kondusif untuk mendorong sivitas
akademika dalam meningkatkan kinerja secara berkesinambungan;
d. Mengembangkan jaringan kerjasama (kemitraan) di bidang pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berorientasi pada
pengembangan manajemen pemberdayaan masyarakat, baik di tingkat lokal,
nasional maupun internasional;
e. Mengembangkan manajemen kelembagaan jurusan yang profesional dan
bertanggung jawab.
3. Tujuan Jurusan Sosiologi Fisip unila
a. Menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dalam hal: penguasaan
konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan, teknologi, dan teori-teori sosial; mampu
menganalisis masalah-masalah sosial yang timbul pada masyarakat yang
mampu menetapkan alternatif pemecahannya; mampu mengembangkan teori,
metode, model dan konsepsi-konsepsi sosial yang ilmiah dalam rangka
peningkatan keahlian dan ketrampilan.
b. Menghasilkan temuan atau inovasi model-model pemberdayaan masyarakat
berdasarkan disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi sosial melalui berbagai
kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
c. Mengamalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sosial dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menunjang pelaksanaan otonomi
daerah guna menuju terciptanya masyarakat madani.
d. Mengembangkan manajemen pemberdayaan masyarakat melalui penguatan
basis data dan fungsi konsultasi pembangunan komunitas, khususnya pada
masyarakat perdesaan.
C. Sasaran Pengembangan Jurusan Sosiologi
1. Terselenggaranya proses pembelajaran yang bermutu tinggi dengan
menggunakan prinsip-prinsip andragogi dengan sistem menejemen yang efektif
dan profesional; inovasi ipteks sosial, publikasi/didesiminasi, dan aplikasi di
masyarakat;
2. SDM berkualitas dan mandiri;
3. Terwujudnya iklim akademik yang kondusif, dinamis dan demokratis bagi
4. Terbentuknya jaringan kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai
pihak dalam meningkatkan kinerja jurusan.
D. Fasilitas Jurusan Sosiologi Fisip Unila
Sebagian besar ruang kuliah telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana proses
pembelajaran yang relative memadai, seperti wireless, white board, dan OHP.
Bahkan mulai semester genap tahun akademik 2005/2006 ini, Jurusan Sosiologi
telah memiliki sebuah ruang kuliah bermutu yang nyaman ( ber-AC) dengan
ukuran yang relatif memadai (tidak terlalu besar) dan dilengkapi berbagai alat
pembelajaran, antara lain : papan tulis, OHP, Slide Projector, LCD, dan
seperangkat komputer. Dengan dimilikinya ruang kuliah bermutu tersebut
diharapkan suasana proses pembelajaran menjadi lebih baik, dosen dapat
mengembangkan berbagai model-model pembelajaran dan mahasiswa nyaman
dalam terlibat dalam pembelajaran, sehingga mendukung pencapaian kompetansi
mata kuliah.
Jurusan Sosiologi telah memiliki ruangan sendiri (ruang jurusan) sebagai pusat
operasional dan pengendalian kegiatan akademik dan administrasi. Selain itu,
Jurusan Sosiologi juga memiliki beberapa ruang kerja dosen. Luas rata-rata
ruangan adalah 20 m². Setiap ruangan rata-rata untuk tiga sampai empat dosen.
Setiap ruang kerja dosen dilengkapi dengan seperangkat komputer yang telah
dilengkapi fasilitas internet. Penyediaan komputer ini tak hanya bermanfaat untuk
upaya pengembangan diri dosen, namun juga untuk memperlancar pelaksanaan
tugas-tugas dosen, terutama dalam kaitannya penggunaan fasilitas SIAKAD-On
Fasilitas lain yang dimiliki oleh jurusan Sosiologi adalah laboratorium. Terdapat
dua laboratorium yang dimiliki oleh jurusan Sosiologi, yakni Laboratorium
Sosial dan Laboratorium Komputer Sosiologi. Kedua laboratorium tersebut telah
memiliki ruang tetap. Aktivitas utama yang dilakukan oleh Laboratorium Sosial
adalah koordinasi pelaksanaan PKL untuk mahasiswa Jurusan Sosiologi. Untuk
peningkatan peran Laboratorium Sosial ini, Jurusan Sosiologi melakukan
lokakarya untuk penyusunan Program Kerja Laboratorium Sosial pada bula
Oktober 2004. Sementara itu, laboratorium komputer Sosiologi telah
dipersiapkan pengoperasionalannya. Fasilitas laboratorium komputer telah
dilengkapi dengan jaringan LAN dan Internet. Selama ini, labotorium komputer
telah dimanfaatkan untuk pelayanan proses pembelajaran mata kuliah-mata kuliah
yang memerlukan sarana komputer, seperti mata kuliah Metode Penelitian Survei,
Aplikasi Komputer, dan Statistik. Disamping itu, juga telah dimanfaatkan untuk
pelatihan-pelatihan pengembangan diri dosen dan mahasiswa, misalnya: Pelatihan
Pengolahan Data Penelitian dan Pelatihan Pembuatan Sarana Publikasi Ilmiah.
Penambahan fasilitas komputer untuk Jurusan Sosiologi juga diupayakan. Dalam
tahun anggaran 2004 Jurusan Sosiologi telah memenangkan Block Grant
Bersaing SP4 2004 yang dalam programnya juga direncanakan penambahan
fasilitas komputer d