• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Lama Penggunaan Media Sosial Facebook Dengan Penurunan Tajam Penglihatan Pada Mahasiswa/I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Lama Penggunaan Media Sosial Facebook Dengan Penurunan Tajam Penglihatan Pada Mahasiswa/I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

EDRIC CHANDRA

100100095

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL FACEBOOK

DENGAN PENURUNAN TAJAM PENGLIHATAN PADA MAHASISWA/I

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANGKATAN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

EDRIC CHANDRA

NIM : 100100095

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL FACEBOOK

DENGAN PENURUNAN TAJAM PENGLIHATAN PADA MAHASISWA/I

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANGKATAN 2010

Nama : Edric Chandra

NIM : 100100095

Pembimbing Penguji I

(dr. Aryani Atiyatul Amra, Sp.M) (dr. Murniati Manik, M.Sc, Sp.KK. Sp.GK)

NIP. 19640502 199203 2 003 NIP. 19530719 198003 2 001

Penguji II

(dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes)

NIP. 19731015 200112 2 002

Medan, 02 Januari 2014

Dekan Fakultas Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH)

(4)

ABSTRAK

Latar belakang : Perkembangan teknologi yang semakin pesat menyebabkan manusia dapat memperoleh informasi dan berkomunikasi jarak jauh dalam waktu singkat. Kemampuan ini didukung dengan berbagai jenis media sosial elektronik yang ada di dunia sekarang ini sehingga dapat melakukan berbagai aktivitas dengan berbagai cara. Salah satu media sosial yang banyak digunakan yaitu Facebook. Banyak kemudahan yang dirasakan oleh pengguna sehingga menyebabkan ketergantungan. Oleh sebab itu, pengguna dapat menghabiskan waktu yang lama di depan layar komputer yang kemudian berdampak pada penurunan tajam penglihatan.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mencari apakah ada hubungan lama penggunaan media sosial Facebook dengan penurunan tajam penglihatan.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi cross sectional yang dilakukan pada bulan Agustus 2013 dengan sampelnya yaitu mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling yang merupakan jenis non-probabilitas. Informasi yang diperlukan dari sampel didapatkan melalui wawancara dan untuk tajam penglihatan dilakukan pengukuran secara langsung dengan kartu Snellen. Semua data yang telah diperoleh kemudian dihubungkan dengan menggunakan uji regresi logistik.

Hasil : Jumlah seluruh sampel yang didapatkan yaitu 80 subjek. Data kemudian diuji dengan regresi logistik.

Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan antara lamanya penggunaan media sosial Facebook dengan penurunan tajam penglihatan.

(5)

ABSTRACT

Background : Rapid development of technology nowadays have made people to obtain information and communicate easily in a short time. These capabilities are supported by various types of latest electronic social media which can perform multiple activities in many ways. As an example, Facebook, one of several widely used social media. Many users find themselves addicted to the social media and spent most of their time in front of monitor which caused bad impact to their visual acuity.

Objective : The aim of this study is to acknowledge whether there is a relationship between length of usage of Facebook and decreased of visual acuity.

Methods : This study was an analytic study with cross-sectional design which enrolled in August 2013 with participants from 2010 batch, Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara. Samples were obtained through consecutive sampling. Information needed from sample acquired through interviews and Snellen chart was used to measure visual acuity directly.

Result : There were 80 samples obtained in this study. The data are analyzed with logistic regression.

Conclusion : There was no correlation between length of usage of Facebook and decreased of visual acuity.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya tulis ilmiah ini

disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program

studi Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis memgucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada :

1. dr. Aryani Atiyatul Amra, Sp.M selaku dosen pembimbing penulis yang

memberikan arahan, bimbingan, dan dukungan sehingga karya tulis ilmiah

dapat terselesaikan dengan baik.

2. dr. Murniati Manik, M.Sc, Sp.KK, Sp.GK selaku dosen penguji I dan dr.

Mutiara Indah Sari, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah banyak

memberikan masukan dan saran sehingga karya tulis ilmiah dapat menjadi

karya tulis ilmiah yang lebih baik dari sebelumnya

3. Para staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

4. Seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas

partisipasi dan bantuan dalam proses pengumpulan data penelitian.

5. Orang tua dan saudara yang sangat penulis sayangi yang telah memberikan

dukungan dan nasehat untuk menambah semangat mengerjakan karya tulis

ilmiah.

6. Seluruh rekan mahasiswa/i yang telah membantu memberikan saran dan

dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Untuk bantuan baik secara moril maupun materil yang diberikan selama ini,

(7)

dapat memberikan pahala sebesar-besarnya kepada seluruh orang yang telah

menjadi bagian dari proses dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Selama penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari

bahwa karya tulis ini masih memliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis

sangat mengharapkan saran dan tanggapan dari berbagai pihak guna memperbaiki

kesalahan dan kekurangan tersebut pada masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah ini memiliki manfaat dan nilai bagi

kita semua dan dimasa yang akan datang sekiranya dapat menjadi rujukan untuk

penulisan yang lebih baik lagi.

Medan, November 2013

Penulis

Edric Chandra

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Anatomi dan Fisiologi Mata ... 6

2.2. Proses Penglihatan ... 8

(9)

2.3.2. Pemeriksaan Tajam Penglihatan ... 11

2.3.3. Tajam Penglihatan dan Kekuatan Lensa Mata ... 13

2.4. Kerusakan Penglihatan ... 14

2.4.1. Epidemiologi ... 14

2.4.2. Derajat Penglihatan Kurang (Low Vision) ... 15

2.5. Media Sosial ... 16

2.5.1. Fungsi Media Sosial... 16

2.5.2. Kelebihan dan Kekurangan Media Sosial ... 19

2.6. Media Sosial dan Tajam Penglihatan ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 21

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 21

3.2. Definisi Operasional ... 22

3.3. Hipotesis ... 23

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 24

4.1. Jenis Penelitian ... 24

4.2. Tempat Penelitian ... 24

4.3. Waktu Penelitian ... 24

4.4. Populasi ... 24

4.5. Sampel ... 24

4.6. Teknik Pengumpulan Data ... 25

4.7. Pengolahan dan Analisis Data ... 26

(10)

5.1. Hasil Penelitian ... 27

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 27

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 28

5.1.3. Hasil Analisis Data ... 31

5.2. Pembahasan ... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

6.1. Kesimpulan ... 33

6.2. Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1. Tajam Penglihatan dan Penglihatan Kurang 15

5.1. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis

Kelamin

28

5.2. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia 28

5.3. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Lama

Penggunaan

29

5.4. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Tajam

Penglihatan

30

5.5. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Penurunan

Tajam Penglihatan

30

5.6. Distribusi Silang Lama Penggunaan Facebook dengan

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Anatomi Bola Mata 6

2.2. Lapisan pada Retina 8

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran I Daftar Riwayat Hidup 39

Lampiran II Izin Survei Awal Penelitian 40

Lampiran III Lembar Penjelasam 41

Lampiran IV Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan 43

Lampiran V Izin Penelitian 44

Lampiran VI Lampiran 45

Lampiran VII Ethical Clearance 46

Lampiran VIII Tabel Data Induk Penelitian 47

(14)

ABSTRAK

Latar belakang : Perkembangan teknologi yang semakin pesat menyebabkan manusia dapat memperoleh informasi dan berkomunikasi jarak jauh dalam waktu singkat. Kemampuan ini didukung dengan berbagai jenis media sosial elektronik yang ada di dunia sekarang ini sehingga dapat melakukan berbagai aktivitas dengan berbagai cara. Salah satu media sosial yang banyak digunakan yaitu Facebook. Banyak kemudahan yang dirasakan oleh pengguna sehingga menyebabkan ketergantungan. Oleh sebab itu, pengguna dapat menghabiskan waktu yang lama di depan layar komputer yang kemudian berdampak pada penurunan tajam penglihatan.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mencari apakah ada hubungan lama penggunaan media sosial Facebook dengan penurunan tajam penglihatan.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi cross sectional yang dilakukan pada bulan Agustus 2013 dengan sampelnya yaitu mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling yang merupakan jenis non-probabilitas. Informasi yang diperlukan dari sampel didapatkan melalui wawancara dan untuk tajam penglihatan dilakukan pengukuran secara langsung dengan kartu Snellen. Semua data yang telah diperoleh kemudian dihubungkan dengan menggunakan uji regresi logistik.

Hasil : Jumlah seluruh sampel yang didapatkan yaitu 80 subjek. Data kemudian diuji dengan regresi logistik.

Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan antara lamanya penggunaan media sosial Facebook dengan penurunan tajam penglihatan.

(15)

ABSTRACT

Background : Rapid development of technology nowadays have made people to obtain information and communicate easily in a short time. These capabilities are supported by various types of latest electronic social media which can perform multiple activities in many ways. As an example, Facebook, one of several widely used social media. Many users find themselves addicted to the social media and spent most of their time in front of monitor which caused bad impact to their visual acuity.

Objective : The aim of this study is to acknowledge whether there is a relationship between length of usage of Facebook and decreased of visual acuity.

Methods : This study was an analytic study with cross-sectional design which enrolled in August 2013 with participants from 2010 batch, Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara. Samples were obtained through consecutive sampling. Information needed from sample acquired through interviews and Snellen chart was used to measure visual acuity directly.

Result : There were 80 samples obtained in this study. The data are analyzed with logistic regression.

Conclusion : There was no correlation between length of usage of Facebook and decreased of visual acuity.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan media sosial tidak terasa sudah sedemikian pesatnya

mengikuti perkembangan zaman. Berdasarkan definisi, media sosial merupakan

bentuk dari komunikasi elektronik yang menghubungkan komunitas di dalam dunia

maya melalui suatu sistem khususnya sistem telekomunikasi ataupun komputer.

Selain itu, media sosial juga berguna untuk berbagi informasi, pesan, ide, lagu, dan

lain-lain. (Merriam-Webster, 2013)

Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi antar

sesama manusia (Gripaldo, 2008). Kebutuhan akan media sosial yang

menghubungkan antar manusia menyebabkan perkembangan di berbagai media

sosial. Awalnya, kata media sosial bahkan tidak dikenal. Yang dikenal hanyalah

jaringan sosial dimana merupakan suatu jaringan untuk berkomunikasi antar teman,

kerabat dan keluarga (Dictionary.com, 2013). Kata dari jaringan sosial tersebut

diperkenalkan di dunia maya pada tahun 1995. (Goble, 2012)

Pada saat itu, jaringan sosial hanya terdapat pada 1 komunitas di suatu

daerah saja yang merupakan jaringan antar komputer. Tetapi perkembangan yang

tidak hentinya terjadi dan pada akhirnya sampailah ke tahap jaringan sosial yang

dapat menghubungkan komunitas dari seluruh dunia. Ide yang membawa jaringan

sosial ini ke dalam dunia maya sekaligus dimulainya era media sosial datang dari

Jonatan Abrams yang merupakan pendiri dari Friendster pada tahun 2002. (Chafkin,

2007)

Kejayaan Friendster dimulai dari penyediaan fasilitas berupa informasi

pengguna hingga berita-berita dunia yang dapat diulas oleh seluruh pengguna.

Tetapi kemudian Friendster digantikan Facebook pada tahun 2006, pendiri dari

Facebook, Mark Zuckerberg, menanamkan ide berkomunikasi melalui tulisan

(17)

menjadikan Facebook sebagai primadona jaringan sosial sekaligus media sosial.

(Goble, 2012)

Kemunculan media sosial ini juga menyebabkan perkembangan dalam

mengolah pesan pendek. Pada tahun yang sama, Twitter juga diluncurkan oleh Jack

Dorsey untuk menggantikan fungsi telepon seluler dalam mengolah pesan pendek.

Tidak hanya itu, Twitter juga menambahkan fungsi menyebarkan berita dimana

pesan pendek tersebut tidak hanya dapat dibaca oleh orang yang dituju tetapi juga

dapat dibaca oleh seluruh pengguna Twitter. (Johnson, 2013)

Sebagai salah satu media sosial terbesar di dunia, Facebook memiliki lebih

dari 1.056.000.000 akun pengguna yang aktif di seluruh dunia pada akhir tahun

2012 (FACEBOOK, INC., 2013) dan di Indonesia tercatat sekitar 48.000.000 akun

pengguna pada April 2013 dan menduduki posisi keempat setelah Amerika, Brazil

dan India secara berurutan. Akun sekitar 20.000.000 pengguna merupakan

pengguna dengan usia berkisar antara 18-24 tahun dengan perbandingan jenis

kelamin pria : wanita yaitu sekitar 6 : 4. (Checkfacebook.com, 2013)

Banyaknya pengguna juga tidak lepas dari keberagaman alat elektronik dan

komunikasi yang dapat digunakan untuk mengakses seluruh media sosial yang ada

dan juga merupakan faktor penting dalam pertumbuhan dari pengguna-pengguna

media sosial tersebut. Adapun berdasarkan kesimpulan survei Nielsen (2012) dari

sekitar 400.000.000 pengguna media sosial, sekitar 94% pengguna menggunakan

komputer, 46% menggunakan telepon seluler, 16% menggunakan tablet dan 7%

menggunakan pemutar lagu genggam untuk mengakses media sosial.

Media sosial yang semakin praktis dan ramai digunakan kemudian

menyebabkan ketertarikan yang berlebihan. Menurut Priyatna (2013), media sosial

memiliki peran penting dalam perkembangan pada masa remaja. Media sosial

menjadi tempat bagi sebagian remaja untuk berbagi ide dan kreasi dalam bentuk

gambar maupun video. Selain itu, media sosial juga merupakan tempat

menyalurkan perasaan yang terdapat pada diri mereka dalam bentuk tulisan. Tidak

(18)

mendapatkan informasi, berbagi berita ataupun bertukar pikiran. Beberapa remaja

bahkan mencari teman melalui media sosial dan berkomunikasi melalui dunia maya

dengan tulisan, suara, ataupun keduanya. Oleh sebab itu, tidak sedikit remaja yang

dapat menghabiskan waktunya didepan alat elektronik untuk mengakses media

sosial tersebut dalam waktu lama (Bjerregaard, 2010).

Penggunaan berlebih dari alat elektronik memiliki dampak yang tidak baik

untuk penglihatan pada mata. Menurut Gutherie et al. (2013), menatap layar dalam

waktu lama dan tulisan yang kecil pada alat elektronik dapat menurunkan

ketajaman penglihatan. Akan tetapi, dampak-dampak tersebut belum dapat

dibuktikan sepenuhnya karena jarang terdapat penelitian mengenai hal tersebut.

Atas alasan itulah, penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara lama

penggunaan media sosial yaitu Facebook dengan penurunan dari ketajaman

penglihatan. Dipilihlah tempat penelitian yaitu Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara yang memiliki komposisi mahasiswa/i yang memiliki umur sekitar

(19)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ditulis di atas, maka penulis merumuskan

masalah penelitian sebagai berikut :

Apakah lama penggunaan media sosial Facebook berhubungan dengan penurunan

tajam penglihatan?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui hubungan lama penggunaan media sosial Facebook

dengan penurunan tajam penglihatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui penurunan tajam penglihatan mahasiswa/i Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010.

2. Untuk mengetahui lama penggunaan Facebook mahasiswa/i Fakultas

(20)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat :

1. Menjadi masukan berupa dampak dari lama penggunaan Facebook terhadap

penurunan tajam penglihatan bagi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

2. Menjadi dasar peneliti lain untuk menggali lebih dalam pada saat

melakukan penelitian selanjutnya.

3. Menjadi pengalaman dan menambah wawasan peneliti untuk melakukan

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Mata

Mata adalah suatu organ yang rumit dan sangat berkembang yang peka

terhadap cahaya. Mata dapat melewatkan cahaya dengan bentuk dan intensitas

cahaya serta warna dalam keadaan yang sempurna. Dengan kandungan yang kuat

dan kenyal untuk mempertahankan bentuknya, mata juga dilindungi oleh struktur

tulang yang bersifat protektif dan letaknya disebut dengan orbit. Selain itu, mata

juga memiliki lensa yang merupakan suatu lapisan berisi sel peka cahaya yang dapat

memfokuskan bayangan. Pada mata juga terdapat sel dan saraf yang berfungsi

untuk mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke otak.

Terdapat 3 lapisan yang melengkung pada mata yaitu lapisan terluar yang terdiri

dari kornea dan sklera, lapisan tengah yang terdiri dari koroid, badan silier dan iris

yang disebut juga lapisan vaskuler, dan lapisan dalam yang terdiri dari jaringan

saraf, retina. (Junqueira, 2007)

Sumber : Tortora, 2009

(22)

Lensa pada mata yang disebut juga lensa kristalin merupakan suatu struktur

bening yang ditahan pada tempatnya oleh suatu ligamen yang berbentuk sirkuler

yang dinamakan lens suspensory ligament (Zonula). Zonula ini melekat pada

bagian yang menebal pada badan koroid yang berisi serat otot sirkuler dan

longitudinal untuk menebalkan dan memipihkan lensa. Didepan lensa juga

memiliki suatu struktur yang berpigmen dan tidak tembus cahaya yang disebut iris.

Iris ini memiliki serat otot sirkuler dan serat otot radial. (Barrett et al, 2010)

Diantara kornea dan lensa terdapat ruangan berisi cairan bening yang

dihasilkan oleh badan silier disebut Aqueous humor. Cairan ini mengalir melalui

pupil dan merupakan sumber nutrisi kornea dan lensa. Sirkulasi cairan ini melalui

canal of Schlemm yang terdapat diantara iris dan kornea. Selain ruangan di diantara

kornea dan lensa terdapat juga ruangan diantara lensa dan retina dimana ruangan

tersebut diisi oleh cairan bersifat gelatin yang bening disebut vitreous humor.

(Barrett et al., 2010)

Pada retina terdapat 2 lapisan yaitu pigmented layer dan neural layer. Pada

pigmented layer terdapat sel epitel yang mengandung melanin yang terletak antara

koroid dan bagian saraf dari retina dimana merupakan pemberi warna pada retina

dan membantu untuk menyerap cahaya. Kemudian pada neural layer, terdapat

beberapa sub lapisan sebelum suatu cahaya bisa berubah menjadi impuls yang

kemudian akan dikirim ke akson saraf optik. Sub lapisan yang terdapat pada lapisan

neural yaitu: photoreceptor layer, bipolar cell layer dan ganglion cell layer. Pada

photoreceptor layer terdapat sel kerucut, sel batang, sel bipolar, sel ganglion dan

amakrin. (Tortora, 2009)

Setiap sel pada photoreceptorlayer memiliki kerja yang berbeda. Sel batang

sangat sensitif terhadap cahaya yang berguna untuk penglihatan saat malam hari.

Sel kerucut memberikan penglihatan warna dimana stimulasi sel ini dapat

menyebabkan persepsi dari berbagai warna. Sel bipolar berfungsi untuk

menghubungkan sinaps dari sel batang dan sel kerucut. Sel amakrin berfungsi untuk

(23)

Selain itu, sel amakrin juga berguna untuk meningkatkan sensitivitas dari retina.

(Martini et al., 2012)

Sumber : Tortora, 2009

Gambar 2.2. Lapisan pada Retina

2.2. Proses Penglihatan

Cahaya yang merupakan bentuk radiasi elektromagnet yang dibentuk oleh

suatu partikel dengan energi yang disebut foton. Panjang gelombang cahaya yang

dapat diterima oleh reseptor cahaya yaitu 400-700 nanometer. Cahaya bersifat

memancarkan gelombang ke segala arah dan dapat dibiaskan oleh medium yang

dilewatinya. Suatu proses penglihatan awalnya dimulai dari cahaya yang masuk ke

dalam mata. (Sherwood, 2010)

Karena adanya iris, tidak seluruh cahaya yang merambat ke mata masuk ke

dalam rongga mata. Selain itu, terdapat juga celah yang dibentuk oleh serat otot

pada iris yang disebut pupil. Otot sirkuler menyebabkan konstriksi pada pupil

(24)

diameter pupil sangat berpengaruh terhadap masuknya cahaya yang akan mencapai

retina. (Sherwood, 2010)

Cahaya yang masuk juga mengalami refraksi sehingga cahaya tersebut

dapat menjadi bayangan yang akurat pada retina. Datangnya cahaya dari suatu arah

akan direfraksikan menuju suatu titik dibelakang lensa. Titik tersebut akan jelas jika

jatuh tepat pada retina, dan seluruh titik yang jatuh pada retina akan membentuk

bayangan yang terbalik. (Barrett et al., 2010)

Ketika suatu cahaya jatuh pada pigmented layer dari retina, cahaya tersebut

akan diserap dan dicegah agar tidak mengalami pemantulan cahaya melalui neural

layer. Cahaya tersebut kemudian ditangkap oleh sel kerucut dan sel batang yang

menduduki pigmented layer. Setelah itu, sel batang dan sel kerucut memberi

gambaran terang dan warna dari bayangan. Bayangan tersebut akan diubah menjadi

impuls dan dilanjutkan ke sel ganglion menuju saraf optik. (Martini et al., 2012)

Impuls pada saraf optik akan melewati optic chiasm yang merupakan

persilangan yang berada pada circle of Willis pada otak. Sebagian impuls dari saraf

optik masing-masing bola mata akan bersilangan pada optic chiasm. Kemudian

impuls akan menuju lateral geniculate nuclei yang berada pada ujung optic tract.

Setelah itu, impuls kemudian dilanjutkan geniculocalcarine tract.

Geniculocalcarine tract ini juga disebut sebagai optic radiation karena fungsinya

sebagai penyebar impuls ke bagian dari white matter pada otak. Terakhirnya,

impuls tersebut akan sampai pada primary visual cortex (striate cortex) pada area

(25)

Sumber : Remington, 2012

Gambar 2.3. Jaras Penglihatan

2.3. Tajam Penglihatan

2.3.1. Definisi Tajam Penglihatan

Menurut Westheimer (2010), tajam penglihatan atau visual acuity

merupakan batas kemampuan untuk membedakan objek visual secara detil.

Kemampuan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Pupil, diameter pupil kurang dari 2 mm akan menyebabkan resolusi menjadi

buruk dan diameter pupil lebih dari 6 mm maka akan menyebabkan

perubahan gelombang yang berakibat pada jelasnya gambar yang akan

(26)

2. Defocus, kesalahan dari fokus akibat bayangan yang tidak jatuh tepat pada

retina melainkan jatuh di belakang retina atau di depan retina.

3. Warna, campuran warna yang tidak sesuai.

4. Retinal Eccentricity, lengkungan pada retina perifer bayangan yang jatuh

menjadi tidak jelas.

5. Luminance, pancaran cahaya yang kurang dari suatu sumber yang

mengakibatkan kurangnya intensitas cahaya yang masuk ke dalam mata.

6. Contrast, perbedaan terangnya latar dan objek.

7. Waktu, suatu bayangan tidak dapat diinterpretasi ketika penerimaan suatu

cahaya kurang dari 20 ms.

8. Lelah, melebihi batas kemampuan dalam melakukan suatu penglihatan yang

mempengaruhi pembentukan bayangan ataupun impuls jaras otak.

9. Usia, ketajaman penglihatan bertambah perlahan dari usia 0 bulan hingga

usia 3 tahun.

Ketajaman yang menurun menyebabkan penglihatan menjadi kabur

(Fachrian et al., 2009). Ukuran dari tajam penglihatan sangat dipengaruhi oleh

persepsi seseorang sehingga menyebabkan tajam penglihatan bersifat subjektif

(Riordan-Eva et al., 2007). Subjektivitas ini dipengaruhi oleh keadaan mata saat

menerima stimulus, kemampuan untuk memproses stimulus, dan respon dari subjek.

Oleh karena itu, dibutuhkan alat pemeriksaan yang tepat untuk mengurangi

subjektivitas tersebut (Westheimer,2012).

2.3.2. Pemeriksaan Tajam Penglihatan

Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan suatu pemeriksaan fungsi mata

secara keseluruhan dan merupakan langkah awal untuk menentukan penyebab dari

penurunan tajam penglihatan. Pemeriksaan dapat dilakukan secara masing-masing

(27)

2.3.2.1. Tajam Penglihatan Sentral

Untuk memeriksa tajam penglihatan digunakan suatu alat pemeriksaan

standar yaitu kartu Snellen. Pada kartu Snellen terdapat huruf - huruf yang

merupakan standar dari huruf yang dapat dibaca orang normal pada jarak 20 kaki

atau 6 meter. Hasil dari kartu Snellen dinyatakan dalam bentuk pecahan yang

dimana memiliki pembilang dan penyebut. Pembilang berarti jarak antara huruf

dengan subjek yaitu 20 kaki atau 6 meter dan penyebut berarti jarak huruf yang

dapat dibaca oleh subjek. (Ilyas et al., 2011)

Pemeriksaan dimulai dari menyebutkan huruf terbesar yang kemudian

dilanjutkan dengan huruf yang lebih kecil pada baris selanjutnya dan pengucapan

huruf oleh pemeriksa dilakukan secara jelas dan perlahan. Pemeriksaan diakhiri jika

subjek tidak mengenali huruf yang terletak pada 1 baris tersebut. Subjek yang dapat

membaca secara lengkap dan jelas huruf pada baris 6/6 atau 20/20 pada kartu

Snellen dinyatakan memiliki penglihatan 6/6 atau 20/20. Jika subjek tidak dapat

membaca dengan jelas 1 huruf yang terdapat dalam 1 baris maka hasil penglihatan

yang diambil adalah penglihatan pada baris terakhir dimana subjek dapat membaca

dengan jelas. Subjek yang tidak dapat melihat dengan jelas huruf terbesar maka

dapat dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan buruk. (Ilyas et al., 2011)

2.3.2.2. Tajam Penglihatan Buruk

Jika pada pemeriksaan dengan menggunakan kartu Snellen subjek tidak

dapat melihat huruf pertama yang merupakan huruf terbesar, maka pemeriksaan

dapat dilakukan dengan melihat jumlah jari. Pemeriksaan jumlah jari dimulai dari

jarak 3 meter antara subjek dengan pemeriksa dan kemudian pemeriksa

menunjukkan angka yang akan dilihat dan disebutkan oleh subjek. Pada mata

normal, jumlah jari dapat dilihat dari 60 meter dan jika subjek masih tidak dapat

melihat dari jarak 3 meter maka pemeriksa melangkah 1 meter mendekati subjek

hingga subjek dapat melihat jumlah jari. Hasilnya dinyatakan dalam pecahan yaitu

(28)

Subjek yang masih tidak dapat melihat jumlah jari maka dapat dilakukan

pemeriksaan dengan lambaian tangan dengan jarak 1 meter di depan subjek.

Lambaian tangan pada mata normal dapat dilihat dari jarak 300 meter sehingga

interpretasinya merupakan 1/300 dalam satuan meter. Pada subjek yang ternyata

belum dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter di depan pemeriksa, maka

dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan yang terakhir yaitu proyeksi sinar.

Dengan jarak 1 meter di depan pemeriksa, subjek diberi proyeksi sinar. Jika subjek

masih dapat melihat sinar maka dinyatakan memiliki penglihatan 1/~ dalam satuan

meter. Kemudian, jika pasien tidak dapat melihat adanya proyeksi cahaya maka

dikatakan penglihatannya ada 0 (nol). (Ilyas et al., 2011)

2.3.3. Tajam Penglihatan dan Kekuatan Lensa Mata

Pengaruh kekuatan lensa mata pada pemeriksaan tajam penglihatan sangat

besar. Kesalahan kekuatan lensa pada mata akan menyebabkan suatu bayangan

yang jatuh pada retina tidak tepat sehingga berakibat bayangan tersebut menjadi

tidak jelas (blur). Terdapat rumus yang memperkirakan tajam penglihatan dengan

menggunakan kekuatan lensa mata yaitu :

� =

,5�+ , 5

Dimana :

D = Ukuran tajam penglihatan (dalam penyebut dengan pembilang 20 kaki)

E = Kekuatan lensa mata (dalam dioptri)

Dengan mengetahui kekuatan lensa mata maka dapat diperkirakan tajam

(29)

2.4. Kerusakan Penglihatan

2.4.1. Epidemiologi

Penelitian prevalensi dari gangguan penglihatan di Indonesia sangat jarang

dilakukan. Salah satu penelitian mengenai prevalensi dan penyebab dari

penglihatan kurang oleh Saw et al. (2003) yang dilakukan pada daerah pedesaan di

beberapa provinsi di Pulau Sumatra. Terdapat angka prevalensi 5,8% untuk

penglihatan kurang bilateral dan untuk kebutaan yang bilateral terdapat angka

prevalensi 2,2%. Angka prevalensi untuk penglihatan kurang juga bertambah 1,2%

untuk usia 21-30 hingga 19,8% untuk usia 50 tahun keatas. Dari penelitian ini juga

didapatkan bahwa penghasilan juga berpengaruh dalam penglihatan kurang dimana

dewasa yang berpenghasilan rendah yaitu dibawah Rp 500.000 memiliki rasio yang

lebih tinggi yaitu 2,3% dibandingkan dewasa dengan penghasilan tinggi (Rp

500.000 – Rp 1.000.000 per bulan) yaitu 1,1%. Terdapat juga pengaruh pendidikan

terhadap penglihatan kurang dan kebutaan dimana rasio penglihatan kurang dewasa

dengan pendidikan kurang (hanya sampai sekolah dasar) memiliki rasio 6,6% dan

yang berpendidikan lebih tinggi yaitu 1,6%. Penyebab dari penglihatan kurang

hingga kebutaan umumnya katarak kemudian diikuti oleh kesalahan refraktif yang

(30)

2.4.2. Derajat Penglihatan Kurang (Low Vision)

Terdapat kategori untuk menentukan keparahan suatu penglihatan melalui

pemeriksaan tajam penglihatan menurut Ilyas et al. (2011) yaitu sesuai dengan

Tabel 2.1. berikut ini:

Tabel 2.1. Tajam Penglihatan dan Penglihatan Kurang

Kategori Jarak Snellen

Hampir Buta Penglihatan kurang dari 4 kaki ( sekitar 1

meter) untuk hitungan jari

Buta Total Tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali

(31)

Berdasarkan dari kategori dari Tabel 2.1 maka penglihatan kurang atau low

vision diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Low Vision Ringan : Tajam penglihatan kurang dari 6/18 hingga 6/48

atau kurang dari 20/70 hingga 20/160

2. Low Vision Berat : Tajam penglihatan kurang dari 6/48 atau 20/160

2.5. Media Sosial

2.5.1. Fungsi Media Sosial

Kietzmann et al. (2011) menyatakan bahwa penggunaan media sosial tidak

lepas dari fungsinya yang memiliki peran penting dalam melakukan kegiatan

sehari-hari. Masing-masing media sosial memiliki fungsi yang dominan yang

menjadi ciri khas pengguna dunia maya untuk mengakses media sosial tersebut.

Terdapat 7 fungsi yang merupakan dasar dari media sosial yaitu :

1. Identitas

Pengguna berusaha untuk memperkenalkan dirinya pada media sosial

dengan cara meletakkan informasi seperti nama, usia, jenis kelamin,

pekerjaan, lokasi, dan informasi yang khusus mengenai dirinya.

Pengenalan diri pada dunia maya ini terjadi secara sadar dan tidak sadar dari

informasi yang subjektif seperti pemikiran, perasaan, kegemaran dan

ketidaksenangan.

Beberapa media sosial bahkan membutuhkan profil dari pengguna untuk

mencari komunitas yang cocok untuk pengguna. Beberapa pengguna juga

dapat menuliskan hal yang dapat membuat orang lain tertarik dan mengikuti

(32)

2. Pembicaraan

Salah satu ketertarikan pengguna dalam media sosial adalah fasilitas

komunikasi. Komunikasi ini ditujukan secara individual maupun grup dan

terjadi pada segala kondisi.

Pada beberapa perusahaan yang mencoba untuk melakukan iklan pada dunia

maya juga menyediakan suatu forum untuk berbagi tentang produk yang

mereka gunakan dalam keseharian dengan tujuan menambah konsumen

melalui komentar yang baik dari konsumen lain yang menggunakan media

sosial.

3. Berbagi

Dalam kegiatan berbagi, pengguna dapat mendistribusi, bertukar dan

menerima suatu hal. Dengan efek dari berbagi, pengguna media sosial juga

menyatu di dunia maya melalui kesamaan yang mereka miliki bersama.

Pengguna yang berbagi suatu objek yang menjadi ketertarikan dari

pengguna lain akan menciptakan komunitas untuk mengajak lebih banyak

pengguna lagi agar masuk dan meramaikan komunitas tersebut. Tanpa suatu

hal yang dapat dibagi, tidak ada alasan dari satu pengguna untuk

berhubungan dengan pengguna lain.

4. Kehadiran

Dibutuhkannya kehadiran untuk mengetahui apa suatu pengguna dapat

diterima dalam suatu komunitas. Suatu kehadiran dapat ditentukan dengan

mengetahui dimana pengguna tinggal di dunia asli atau keaktifan di suatu

halaman pada dunia maya.

Melalui hubungan-hubungan tersebut, antar pengguna dapat mengetahui

kehadiran seseorang tidak hanya di dalam dunia maya, tetapi juga di dalam

(33)

5. Relasi

Relasi menjelaskan bagaimana antar pengguna dapat menjalin hubungan

yang baik sehingga dapat menciptakan kebersamaan. Pengguna-pengguna

media sosial kemudian dapat bersama-sama melakukan suatu hal yang

sejalan baik dalam kesenangan ataupun keinginan mereka.

Melalui relasi ini juga, pengguna dapat dideskripsikan dalam berbagai jenis.

Beberapa pengguna memilih sebagai penggemar dari pengguna lain akibat

dari suatu hal khusus yang ada pada pengguna tersebut. Selain itu, pengguna

juga memilih untuk hanya berteman dengan pengguna lain walaupun ada

yang memilih untuk lanjut ke tahap yang lebih serius.

6. Reputasi

Keinginan pengguna media sosial tidak hanya terbatas pada identitas

ataupun kehadiran tetapi beberapa pengguna juga mencari reputasi.

Pengguna yang memiliki kesenangan dalam sesuatu akan menjadi

penggemar pengguna lain yang sudah ahli dibidangnya. Reputasi akan

pengguna tersebut akan meningkat dan semakin dikenali didalam dunia

maya.

Melalui reputasi yang didapatkan, suatu pengguna akan menjadi lebih

termotivasi untuk berbagi hal yang dapat menguntungkan bagi pengguna

lain dan dapat menciptakan suatu komunitas baru yang digemari oleh

banyak pengguna.

7. Grup

Pengguna media sosial dapat menciptakan grup yang sesuai untuk dirinya.

Terrdapat 2 grup yang terdapat pada media sosial yaitu dimana grup yang

pertama, individu yang dapat memilih teman-teman nyata, dekat ataupun

orang-orang yang dikenal yang masuk kedalam grup tersebut, sedangkan

yang kedua, grup yang dapat diikuti oleh semua orang, tertutup ataupun

(34)

2.5.2. Kelebihan dan Kekurangan Media Sosial

Penggunaan media sosial sebagai kegiatan sehari-hari juga memiliki

dampak yang positif dan negatif untuk pengguna. Menurut Ali (2013), pengunaan

media sosial banyak dimanfaatkan dalam bidang bisnis. Penggunaan iklan untuk

menambah konsumen juga dilakukan tidak hanya pada televisi dan radio tetapi juga

melalui media sosial. Dengan media sosial, konsumen dapat dengan mudah

mengakses berita yang ada pada iklan dan bahkan dapat melakukan pemesanan

secara langsung. Kegunaan media sosial ini juga menghilangkan batas jarak antar

pengguna di dunia nyata dan dengan media sosial, berbagi pemikiran,

memberitakan suatu kejadian, memperlihatkan hasil karya atau ide pengguna

sendiri menjadi sangat praktis dan cepat.

Dibalik dari semua kelebihan yang terdapat pada media sosial, maka media

sosial juga tidak lepas dari efek negatif. Salah satu yang menjadi permasalahan

pengguna media sosial adalah ketergantungan. Ketergantungan media sosial

mengakibatkan pengguna tidak dapat lepas dari mengakses media sosial sehingga

menyebabkan kehilangan fokus dan konsentrasi pada dunia asli. Hal tersebut

kemudian mengurangi kemampuan bersosialisasi pada dunia nyata. Selain dari

ketergantungan, keamanan dari pengguna juga menjadi masalah yang luas bagi

pengguna dari media sosial. Akibat dari terlalu banyaknya informasi yang

disampaikan oleh seseorang ke media sosial akan menyebabkan seseorang menjadi

rentan menjadi korban dalam suatu kejahatan.

2.6. Media Sosial dan Tajam Penglihatan

Menurut Duggan et al. (2013), pada seluruh penggunaan dunia maya

terdapat sekitar 67% yang mengakses media sosial, peningkatan yang signifikan

juga tidak lepas dari penggunaan perangkat elektronik untuk mengakses dunia

maya. Penggunaan dari perangkat elektronik juga dilakukan dalam jarak dekat

(35)

Ketika mata melihat sesuatu objek yang dekat, maka mata melakukan

mekanisme akomodasi untuk mengatur fokus lensa mata agar cahaya dapat tepat

jatuh di retina. Menurut Rempel et al. (2007), akomodasi yang berlama-lama akan

menyebabkan pengurangan kelenturan dan kapasitas otot mata untuk

mencembungkan lensa mata dan menyebabkan kelelahan pada mata. Tetapi pada

penelitian tersebut tidak terdapat lamanya waktu akomodasi hingga menyebabkan

pengurangan fungsi mata tersebut.

Pada penelitian Shieh (2000), jarak rata-rata mata pengguna dengan layar

komputer yang memiliki ukuran yang berbeda adalah 42,3 cm sedangkan menurut

penelitian Jaschinski (2002), jarak mata pengguna dengan layar komputer secara

rata-rata yaitu 63 cm agar mata tidak mengalami gangguan dalam proses akomodasi

dan gejala-gejala lain yang dapat mengakibatkan penurunan tajam penglihatan.

Penelitian yang dilakukan Abdelaziz et al. (2009), dari 40 pengguna

komputer, menunjukkan adanya gangguan penglihatan pada 29 pengguna yang

telah menggunakan komputer selama 2 hingga 5 tahun dengan penggunaan lebih

dari 10 jam per hari. Gangguan penglihatan juga terjadi pada pengguna yang telah

menggunakan komputer selama 2 hingga 15 tahun.

Penggunaan media sosial melalui telepon genggam menjadi pilihan kedua

dalam survei yang dilakukan oleh Nielsen (2012). Adapun penelitian oleh

Bababekova et al. (2011) yang meneliti jarak rata-rata mata pengguna dengan

perangkat elektronik berupa telepon genggam. Pada penggunaan akses internet,

jarak rata-rata mata dengan layar telepon genggam adalah 36,2 cm sedangkan jarak

yang direkomendasi agar tidak menyebabkan gangguan pada mata adalah 40 cm.

Selain itu, Pada penelitian tersebut didapatkan bahwa untuk membaca tulisan secara

nyaman pada halaman dunia maya diperlukan jarak 3 kali lipat lebih dekat dari

kemampuan tajam mata yang seharusnya. Tulisan yang terdapat pada dunia maya

umumnya memiliki ukuran yang sama dengan huruf ukuran 6/15 pada kartu Snellen

sehingga menyebabkan pengguna melakukan akomodasi hingga tulisan setara

(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

FACEBOOK

LAMA PENGGUNAAN RATA-RATA KOMPUTER

CAHAYA DAN UKURAN MONITOR

KEMAMPUAN KONTRAKSI OTOT

SILIARIS MATA BERKURANG

PENURUNAN TAJAM PENGLIHATAN JARAK MONITOR

(37)

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Media sosial elektronik merupakan bentuk komunikasi yang

diperantai oleh jaringan dunia maya dimana memungkinkan

seseorang berinteraksi dengan suatu komunitas dalam waktu yang

sama pada tempat yang berbeda. Media sosial pada dunia maya yang

banyak digunakan yaitu Facebook. Lama penggunaan dari media

sosial bergantung pada berapa lamanya akses pada situs media sosial

tersebut dengan menggunakan komputer.

3.2.2. Tajam penglihatan adalah kemampuan mata untuk membedakan

objek dengan tepat dan jelas yang dipengaruhi beberapa faktor oleh

komponen pada mata.

a. Cara Ukur : Pengukuran Langsung

b. Alat Ukur :

1. Kartu Snellen

2. Hitung Jari

c. Hasil Ukur :

1. Tajam Penglihatan Normal : 6/7,5 atau diatasnya

2. Tajam Penglihatan Menurun : dibawah 6/7,5

(38)

3.3. Hipotesis

Dengan mempertimbangkan landasan teori yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka penelitian ini memiliki hipotesis :

Semakin lama penggunaan media sosial Facebook, maka semakin besar

(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian jenis analitik dengan

desain Cross Sectional yang menggunakan data yang diperoleh melalui pengukuran

secara langsung terhadap subjek.

4.2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara Medan.

4.3. Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan bulan Agustus hingga September 2013.

4.4. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua mahasiswa/i Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 yang berjumlah 393 orang.

4.5. Sampel

Sampel pada penelitian ini dipilih dengan menggunakan pengambilan

sampel secara non-probabilitas jenis consecutive sampling. Pengambilan sampel

dengan cara ini dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

(Wahyuni, 2007)

Adapun kriteria-kriteria yang telah ditetapkan yaitu :

1. Kriteria inklusi

- Seluruh mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010

- Yang menggunakan media sosial dengan komputer

(40)

- Yang setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini setelah diberikan penjelasan

2. Kriteria eksklusi

- Yang tidak menjawab pertanyaan dengan lengkap

Perhitungan jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian dilakukan

dengan menggunakan rumus :

Melalui survei awal pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

didapatkan bahwa jumlah mahasiswa angkatan 2010 yang masih aktif dalam

perkuliahan yang menjadi populasi penelitian ini adalah sebanyak 393 orang.

Proporsi yang ditentukan oleh peneliti yaitu 0,5. Dengan rentang kepercayaan 95%

dan kesalahan yg dapat ditoleransi adalah 10%, maka didapatkan perkiraan jumlah

sampel yang dibutuhkan yaitu sekitar 78 subjek.

� =

. ,, + , . , . − , . , . − ,

=

,

4.6. Teknik Pengumpulan Data

(41)

pemeriksaan langsung untuk menentukan tajam penglihatan dengan menggunakan

kartu Snellen. Selanjutnya, melalui wawancara juga diketahui ukuran dioptri lensa

mata sampel. Maka dapat dibandingkan ukuran kacamata dan tajam penglihatan

saat ini. Untuk data sekunder, diperoleh dari Subbag Pendidikan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai data mahasiswa angkatan 2010

yang masih aktif dalam menjalankan perkuliahan.

4.7. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data mengenai rata-rata lama penggunaan media sosial Facebook

terhadap tajam penglihatan dilakukan dengan menggunakan software statistik. Data

diolah secara manual dengan memasukkan tajam penglihatan saat ini dan lama

waktu penggunaan media sosial Facebook. Tajam penglihatan sebelumnya

ditentukan dari ukuran dioptri lensa bola mata yang dikonversi menjadi tajam

penglihatan. Dengan membandingkan tajam penglihatan saat ini dan sebelumnya,

(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada pengambilan data penelitian, sebanyak 80 orang mahasiswa dan

mahasiswi yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian dilakukan wawancara

untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan pemeriksaan dengan

menggunakan kartu Snellen serta menandatangani lembar informed consent sebagai

tanda bahwa subjek bersedia untuk menjadi sampel penelitian.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

yang beralamat Jalan Dokter Mansyur Nomor 5, Medan, Kecamatan Medan Baru

dengan batas wilayah :

a. Batas Utara : Jalan Dokter Mansyur, Padang Bulan

b. Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

c. Batas Timur : Jalan Universitas, Padang Bulan

d. Batas Barat : Fakultas Psikologi USU

Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara memiliki luas

sekitar 122 Ha dengan zona akademik seluas sekitar 100 Ha yang berada di

(43)

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Pria 39 48,8

Wanita 41 51,3

Total 80 100

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, sampel yang lebih banyak adalah

sampel yang berjenis kelamin wanita. Terdapat 41 subjek berjenis kelamin wanita

dengan persentase 51,3% dari jumlah seluruh sampel dan 39 subjek berjenis

kelamin pria dengan persentase 48,8% dari jumlah seluruh sampel. Jumlah seluruh

sampel pada penelitian ini yaitu 80 subjek.

Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase

19 tahun 3 3,8

Berdasarkan karakteristik usia, sampel yang paling banyak pada penelitian

ini adalah yang berusia 21 tahun dengan jumlah 54 subjek. Median usia sampel

adalah 21 tahun dan rata-rata usia sampel adalah 20,9 tahun dengan usia minimum

(44)

Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Lama Penggunaan

Lama Penggunaan Frekuensi Persentase

0,5 Jam 2 2,5

Berdasarkan karakteristik lama penggunaan, penggunaan 2 jam per minggu

adalah yang terbanyak dengan jumlah 16 subjek. Rata-rata penggunaan adalah

7,688 jam per minggu dengan minimum penggunaan adalah 0,5 jam per minggu

(45)

Tabel 5.4. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Tajam Penglihatan

Tajam Penglihatan Frekuensi Persentase

Normal 14 17,5

Kurang 66 82,5

Total 80 100

Berdasarkan karakteristik tajam penglihatan yang diperoleh berdasarkan

pemeriksaan tajam penglihatan menggunakan kartu Snellen, dari 80 subjek yang

memenuhi kriteria sampel penelitian, terdapat 14 subjek dengan persentase 17,5%

yang memiliki tajam penglihatan normal dan 66 subjek dengan persentase 82,5%

yang memiliki tajam penglihatan kurang dari 6/7,5.

Tabel 5.5. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Penurunan Tajam Penglihatan

Penurunan Tajam Penglihatan Frekuensi Persentase

Tidak 34 42,5

Ada 46 57,5

Total 80 100

Berdasarkan karakteristik penurunan tajam penglihatan yang diperoleh

dengan menghitung perkiraan tajam penglihatan menggunakan kekuatan lensa mata,

didapatkan 34 subjek yang tidak mengalami penurunan tajam penglihatan dengan

persentase 42,5% dari seluruh jumlah sampel dan 46 subjek yang mengalami

(46)

5.1.3. Hasil Analisis Data

(47)

Data pada tabel 5.2. diuji dengan uji regresi logistik yang kemudian

didapatkan p value sebesar 0,412 dengan tingkat signifikansi 5%. Dari hasil tersebut,

dengan p value lebih besar dari α = 5% yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan

antara lama penggunaan media sosial Facebook dengan penurunan tajam

penglihatan.

5.2. Pembahasan

Tajam penglihatan merupakan kemampuan mata untuk membedakan

bentuk dan rincian benda ditentukan dengan kemampuan melihat benda terkecil

yang masih dapat dilihat pada jarak tertentu. Dengan menggunakan kartu Snellen

sebagai alat ukur, pemeriksaan tajam penglihatan dapat dijadikan sebagai awal

pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan lebih lanjut. (Ilyas et al., 2011)

Pada pernyataan hasil tajam penglihatan, terdapat 2 cara yaitu dengan

menggunakan sistem pecahan dan sistem desimal. Tajam penglihatan disebut

kurang apabila seseorang memiliki tajam penglihatan kurang dari 6/7,5 atau 20/25

atau 0,8. (Ilyas et al., 2011)

Dari hasil penelitian ini, tidak terbukti adanya hubungan antara lama

penggunaan media sosial Facebook dengan penurunan tajam penglihatan. Beberapa

kemungkinan yang menyebabkan penelitian ini tidak sesuai dengan teori dan juga

menjadi kelemahan didalam penelitian ini, yakni :

1. Pengukuran tajam penglihatan dengan kartu Snellen dilakukan secara

langsung tanpa mengistirahatkan mata setelah lama menggunakan kacamata

menyebabkan pengukuran langsung saat mata lelah dan tidak dapat

berakomodasi dengan optimal.

2. Bentuk penelitian yang bersifat cross sectional yang bersifat

mengumpulkan data satu kali dalam satu waktu yang dapat berakibat

terjadinya bias.

3. Tidak dilakukan penelitian sejak kapan penggunaan dan sudah berapa lama

(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Tidak terdapat hubungan antara lama penggunaan media sosial Facebook

dengan penurunan tajam penglihatan pada mahasiswa/i Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010.

6.2. Saran

Dalam melakukan pengukuran diharapkan peneliti berikutnya dapat

memperhatikan dengan cakupan yang lebih luas sehingga didapatkan hasil

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Abdelaziz, M.M., Fahim, S.A., Mousa, D.B., Gaya, B.I., 2009. Effects of Computer

use on Visual Acuity and Colour Vision Among Computer Workers in Zaria.

European Journal of Scientific Research. EuroJournals Publishing, Inc., 35

(1) : 99-105. From :

http://www.researchgate.net/publication/237150365_EFFECTS_OF_COMP

UTER_USE_ON_VISUAL_ACUITY_AND_COLOUR_VISION_AMON

G_COMPUTER_WORKERS_IN_ZARIA/file/60b7d51b9b6aea2f70.pdf

[Accessed 19 December 2013]

Ali, I., 2013. Positive and Negative Effects of Social Media on Society. Available

From:

http://www.techbead.com/positive-and-negative-effects-of-social-media-on-society/ [Accessed 22 April 2013]

Bababekova, Y., Rosenfield, M., Hue, J.E., Huang, R.R., 2011. Font Size and

Viewing Distance of Handheld Smart Phones. Optometry and Vision Science,

88 (7) : 795-797.

Barrett, K., Brooks, H., Boitano, S., Barman, S., 2010. Ganong's Review of Medical

Physiology. 23rd Edition. United States: The McGraw-Hill Companies, Inc.,

181-182.

Bjerregaard, M., 2010. FACEBOOK'S EFFECTS ON SUBTLE EMOTION

DECODING ACADEMIC PERFORMANCE, AND IDENTITY

PROTECTION. Available from:

http://www.suu.edu/hss/comm/masters/Capstone/Thesis/Bjerregaard_M.pdf

[Accessed 13 April 2013]

Chafkin, M., 2007. How to Kill a Great Idea!. Inc. Mag. Available from:

(50)

Checkfacebook.com, 2013. Facebook. Available from:

http://www.checkfacebook.com/ [Accessed 11 April 2013]

Curtis, A., 2013. The Brief History of Social Media. University of North Carolina.

Accessed from:

http://www.uncp.edu/home/acurtis/NewMedia/SocialMedia/SocialMediaHis

tory.html [Accessed 11 April 2013]

Duggan, M., Brenner, J., 2013. The Demographics of Social Media Users — 2012.

PewResearchCenter. Available from:

http://pewinternet.org/~/media//Files/Reports/2013/PIP_SocialMediaUsers.p

df [Accessed 19 April 2013]

Dictionary.com, 2013. Social network. Available from:

http://dictionary.reference.com/browse/social+network [Accessed 11 April

2013]

FACEBOOK, INC. 2013. Facebook Annual Reports 2012. Available from :

http://investor.fb.com/common/download/download.cfm?companyid=AMD

A-NJ5DZ&fileid=658233&filekey=46826077-D2FD-4E84-9BBE-C3F844B547A0&filename=FB_2012_10K.pdf [Accessed 22 May 2013]

Fachrian, D., Rahayu, A.B., Naseh., A.J., Rerung, N.E.T., Pramesti, M., Sari, E.A.,

Rutelica, Suarthana,E., 2009. Prevalensi Kelainan tajam Penglihatan pada

Pelajar SD "X" Jatinegara Jakarta Timur. Maj Kedokt Indon, 59 (6) : 260-264.

Goble, G., 2012. THE HISTORY OF SOCIAL NETWORKING. Available from:

(51)

Available from: http://books.google.co.id/books?isbn=1565182588

[Accessed 11 April 2013]

Gutherie, A.H., Uslan, M., Schuchard, R.A., Smith, J., 2013. Standards for Small

Visual Displays. American Foundation for the Blind. Available from:

http://www.afb.org/section.aspx?FolderID=3&SectionID=53&TopicID=386

&DocumentID=4438 [Accessed 13 April 2013]

Ilyas, H.S., Yulianti, S.R., 2011. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4. Jakarta: Badan

Penerbit FKUI, 64-69.

Jaschinski, W., 2002. The Proximity-Fixation-Disparity Curve and the Preferred

Viewing Distance at a Visual Display as an Indicator of Near Vision Fatigue.

Optometry and Vision Science, 79 (3) : 158-169.

Johnson, M., 2013. The History of Twitter. Available from:

http://www.socialnomics.net/2013/01/23/the-history-of-twitter/ [Accessed

11 April 2013]

Junqueira, L.C., 2007. Histologi Dasar: Teks & Atlas. Edisi 10. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC, 451.

Kietzmann, J.H., Hermkens, K., McCarthy, I.P., Silvestre, B.S., 2011. Social media?

Get serious! Understanding the functional building blocks of social media.

Business Horizons, 54 : 241-251.

Lenhart, A., Purcell, K., Smith, A., Zickuhr, K., 2010. Social Media and Young

Adults. Pew Internet & American Life Project : 4. Available from :

http://www.pewinternet.org/Reports/2010/Social-Media-and-Young-Adults.aspx [Accessed 29 May 2013]

Martini, F.H., Nath, J.L., Bartholomew, E.F., 2012. Fundamentals of Anatomy &

Physiology. 9th Edition. San Fransisco: Pearson Education, Inc., 565.

Meister, D., Sheedy, J.E., 2010. Introduction to Ophthalmic Optics. San Diego :

(52)

www.opticampus.com/files/introduction_to_ophthalmic_optics.pdf

[Accessed 29 May 2013]

Merriam-Webster, 2013. Social Media. Available from:

http://www.merriam-webster.com/dictionary/social%20media [Accessed 11 April 2013]

Merriam-Webster, 2013. Online. Available from:

http://www.merriam-webster.com/dictionary/online [Accessed 11 April 2013]

Mukhtar, Z., Haryuna, T.S.H., Effendy, E., Rambe, A.Y.M., Betty, Zahara, D.,

media-report-2012.html [Accessed 13 April 2013]

Priyatna, A.H., 2013. Peranan Media Sosial Untuk Remaja. Available from:

http://www.didno76.com/2013/03/peranan-media-sosial-dalam-remaja.html

[Accessed 18 April 2013]

Remington, L.A., 2012. Clinical Anatomy and Physiology of the Visual System. 3rd

Edition. Missouri: Butterworth-Heinemann, 233-240.

Rempel, D., Willms, K., Anshel, J., Jaschinski, W., Sheedy, J., 2007. The Effects

of Visual Display Distance on Eye Accommodation, Head Posture, and

Vision and Neck Symptoms. Human Factors, 49 (5): 830-838.

Riordan-Eva, P., Whitcher, J.P., 2007. Chapter 2. Ophthalmologic Examination.

Vaughan & Asbury's General Ophthalmology. 17th Edition. McGraw-Hill

Companies.

Saw, S-M., Husain,R., Gazzard, G.M., Koh, D., Widjaja, D., Tan, D.T.H., 2003.

Causes of low vision and blindness in rural Indonesia. Br J Ophthalmol 87 :

(53)

Shieh, K-K., 2000. Effects of reflection and polarity on LCD viewing distance.

International Journal of Industrial Ergonomics, 25: 275-282.

Smith,C., 2013. How Many People Use the Top Social Media, Apps & Services?.

Available from:

http://expandedramblings.com/index.php/category/social-media/twitter/ [Accessed 15 April 2013]

Youtube.com, 2013. Statistics. Available from:

http://www.youtube.com/yt/press/statistics.html [Accessed 11 April 2013]

Tortora, G.J., Derrickson, B., 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th

Edition. United States: John Wiley & Sons, Inc., 609-611.

Wahyuni, Arlinda Sari, 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea

Communication, 110-116.

Westheimer, G., 2010. Visual Acuity and Hyperacuity. California: Mc-Graw Hill

Companies. Available from:

(54)

LAMPIRAN I

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Edric Chandra

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 30 April 1992

Agama : Buddha

Alamat : Jl. Laboratorium II No. 6A, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. TK Sutomo 1 Medan 1997

2. SD Sutomo 1 Medan 1998

3. SMP Sutomo 1 Medan 2004

4. SMA Sutomo 1 Medan 2007

5. Fakultas Kedokteran USU 2010

Riwayat Pelatihan : -

(55)
(56)

LAMPIRAN III

LEMBAR PENJELASAN

Dengan Hormat,

Saya selaku mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan :

Nama : Edric Chandra

Angkatan : 2010

Akan melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan Lama Penggunaan Media Sosial Facebook dengan Penurunan Tajam Penglihatan pada

Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan

2010”.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan lama

penggunaan media sosial Facebook dengan penurunan ketajaman penglihatan. Pada

penelitian ini, diperlukan beberapa data yang akan dikumpulkan seperti nama

lengkap, usia, jenis kelamin, gangguan penglihatan, penggunaan alat bantu

penglihatan, lama penggunaan media sosial per minggu, dan nilai ketajaman

penglihatan.

Data nilai ketajaman penglihatan diukur melalui kartu Snellen yang

merupakan alat standar yang umum digunakan untuk menentukan ketajaman

penglihatan secara kuantitatif. Caranya adalah dengan meminta subjek untuk

membaca huruf yang terdapat pada kartu Snellen yang telah disediakan oleh peneliti.

Terdapat wawancara yang akan digunakan untuk menambah informasi yang

dibutuhkan di dalam penelitian. Lama wawancara dan pengukuran mata untuk

setiap subjek akan memakan waktu sekitar 5 menit.

(57)

hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Untuk penelitian ini, Saudara/i tidak

akan dikenakan biaya apapun.

Apabila masih terdapat ketidakjelasan dalam hal pelaksanaan penelitian,

segala pertanyaan yang ada dapat secara langsung ditanyakan kepada peneliti yang

dapat dihubungi pada nomor telepon 081362333369. Demikian informasi ini saya

sampaikan, atas bantuan dan kesediaan Saudara/i menjadi partisipan dalam

penelitian ini, saya menyampaikan terima kasih.

Medan, 2013

Peneliti,

(58)

LAMPIRAN IV

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan dari peneliti tentang “Hubungan

Lama Penggunaan Media Sosial Facebook dengan Penurunan Tajam

Penglihatan pada Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara Angkatan 2010”, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya

menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2013

(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)

LAMPIRAN IX

Statistics

umur jeniskelamin lamaguna HasilPemeriksa

an

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Pria 39 48.8 48.8 48.8

Wanita 41 51.3 51.3 100.0

(66)

lamaguna

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Normal 14 17.5 17.5 17.5

Kurang 66 82.5 82.5 100.0

(67)

HasilPenglihatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases

Included in Analysis 80 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 80 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 80 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Normal 0

a. Constant is included in the model.

(68)

Variables in the Equation

a. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter

estimates changed by less than .001.

(69)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a lamaguna -.024 .029 .673 1 .412 .976

Constant .490 .323 2.301 1 .129 1.632

Gambar

Gambar 2.1. Anatomi Bola Mata
Gambar 2.2. Lapisan pada Retina
Gambar 2.3. Jaras Penglihatan
Tabel 2.1. Tajam Penglihatan dan Penglihatan Kurang
+6

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS SENTRAL DENGAN PENURUNAN FAAL PARU PADA.. MAHASISWA ANGKATAN 2008 – 2010 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan yang sedang melakukan penelitian berjudul “ Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Judul penelitian: Gambaran Pengetahuan Mengenai Obesitas dan Kejadian Obesitas pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2007 dan Angkatan 2010 di

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuihubungan tingkat kedisiplinan pemakaian kacamata las dengan penurunan tajam penglihatan pada pekerja pengelasan di Kecamatan

Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan penurunan tajam penglihatan mata kanan dan mata kiri.Hasil uji korelasi nilai

Saya telah diminta untuk berpartisipasi dalam studi tentang Hubungan Lama Menstruasi dengan Tingkat Keparahan Dismenore Primer Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan yang sedang melakukan penelitian berjudul “ Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Judul : Pengaruh Kebiasaan Merokok dengan Peak Expiratory Flow Rate pada Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera. Utara