• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Penggunaan Media Sosial Facebook Dengan Penurunan Tajam Penglihatan Pada Mahasiswa I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Penggunaan Media Sosial Facebook Dengan Penurunan Tajam Penglihatan Pada Mahasiswa I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Mata

Mata adalah suatu organ yang rumit dan sangat berkembang yang peka

terhadap cahaya. Mata dapat melewatkan cahaya dengan bentuk dan intensitas

cahaya serta warna dalam keadaan yang sempurna. Dengan kandungan yang kuat

dan kenyal untuk mempertahankan bentuknya, mata juga dilindungi oleh struktur

tulang yang bersifat protektif dan letaknya disebut dengan orbit. Selain itu, mata

juga memiliki lensa yang merupakan suatu lapisan berisi sel peka cahaya yang dapat

memfokuskan bayangan. Pada mata juga terdapat sel dan saraf yang berfungsi

untuk mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke otak.

Terdapat 3 lapisan yang melengkung pada mata yaitu lapisan terluar yang terdiri

dari kornea dan sklera, lapisan tengah yang terdiri dari koroid, badan silier dan iris

yang disebut juga lapisan vaskuler, dan lapisan dalam yang terdiri dari jaringan

saraf, retina. (Junqueira, 2007)

(2)

Lensa pada mata yang disebut juga lensa kristalin merupakan suatu struktur

bening yang ditahan pada tempatnya oleh suatu ligamen yang berbentuk sirkuler

yang dinamakan lens suspensory ligament (Zonula). Zonula ini melekat pada

bagian yang menebal pada badan koroid yang berisi serat otot sirkuler dan

longitudinal untuk menebalkan dan memipihkan lensa. Didepan lensa juga

memiliki suatu struktur yang berpigmen dan tidak tembus cahaya yang disebut iris.

Iris ini memiliki serat otot sirkuler dan serat otot radial. (Barrett et al, 2010)

Diantara kornea dan lensa terdapat ruangan berisi cairan bening yang

dihasilkan oleh badan silier disebut Aqueous humor. Cairan ini mengalir melalui

pupil dan merupakan sumber nutrisi kornea dan lensa. Sirkulasi cairan ini melalui

canal of Schlemm yang terdapat diantara iris dan kornea. Selain ruangan di diantara

kornea dan lensa terdapat juga ruangan diantara lensa dan retina dimana ruangan

tersebut diisi oleh cairan bersifat gelatin yang bening disebut vitreous humor.

(Barrett et al., 2010)

Pada retina terdapat 2 lapisan yaitu pigmented layer dan neural layer. Pada

pigmented layer terdapat sel epitel yang mengandung melanin yang terletak antara

koroid dan bagian saraf dari retina dimana merupakan pemberi warna pada retina

dan membantu untuk menyerap cahaya. Kemudian pada neural layer, terdapat

beberapa sub lapisan sebelum suatu cahaya bisa berubah menjadi impuls yang

kemudian akan dikirim ke akson saraf optik. Sub lapisan yang terdapat pada lapisan

neural yaitu: photoreceptor layer, bipolar cell layer dan ganglion cell layer. Pada

photoreceptor layer terdapat sel kerucut, sel batang, sel bipolar, sel ganglion dan

amakrin. (Tortora, 2009)

Setiap sel pada photoreceptor layer memiliki kerja yang berbeda. Sel batang

sangat sensitif terhadap cahaya yang berguna untuk penglihatan saat malam hari.

Sel kerucut memberikan penglihatan warna dimana stimulasi sel ini dapat

menyebabkan persepsi dari berbagai warna. Sel bipolar berfungsi untuk

menghubungkan sinaps dari sel batang dan sel kerucut. Sel amakrin berfungsi untuk

(3)

Selain itu, sel amakrin juga berguna untuk meningkatkan sensitivitas dari retina.

(Martini et al., 2012)

Sumber : Tortora, 2009

Gambar 2.2. Lapisan pada Retina

2.2. Proses Penglihatan

Cahaya yang merupakan bentuk radiasi elektromagnet yang dibentuk oleh

suatu partikel dengan energi yang disebut foton. Panjang gelombang cahaya yang

dapat diterima oleh reseptor cahaya yaitu 400-700 nanometer. Cahaya bersifat

memancarkan gelombang ke segala arah dan dapat dibiaskan oleh medium yang

dilewatinya. Suatu proses penglihatan awalnya dimulai dari cahaya yang masuk ke

dalam mata. (Sherwood, 2010)

Karena adanya iris, tidak seluruh cahaya yang merambat ke mata masuk ke

dalam rongga mata. Selain itu, terdapat juga celah yang dibentuk oleh serat otot

pada iris yang disebut pupil. Otot sirkuler menyebabkan konstriksi pada pupil

(4)

diameter pupil sangat berpengaruh terhadap masuknya cahaya yang akan mencapai

retina. (Sherwood, 2010)

Cahaya yang masuk juga mengalami refraksi sehingga cahaya tersebut

dapat menjadi bayangan yang akurat pada retina. Datangnya cahaya dari suatu arah

akan direfraksikan menuju suatu titik dibelakang lensa. Titik tersebut akan jelas jika

jatuh tepat pada retina, dan seluruh titik yang jatuh pada retina akan membentuk

bayangan yang terbalik. (Barrett et al., 2010)

Ketika suatu cahaya jatuh pada pigmented layer dari retina, cahaya tersebut

akan diserap dan dicegah agar tidak mengalami pemantulan cahaya melalui neural

layer. Cahaya tersebut kemudian ditangkap oleh sel kerucut dan sel batang yang

menduduki pigmented layer. Setelah itu, sel batang dan sel kerucut memberi

gambaran terang dan warna dari bayangan. Bayangan tersebut akan diubah menjadi

impuls dan dilanjutkan ke sel ganglion menuju saraf optik. (Martini et al., 2012)

Impuls pada saraf optik akan melewati optic chiasm yang merupakan

persilangan yang berada pada circle of Willis pada otak. Sebagian impuls dari saraf

optik masing-masing bola mata akan bersilangan pada optic chiasm. Kemudian

impuls akan menuju lateral geniculate nuclei yang berada pada ujung optic tract.

Setelah itu, impuls kemudian dilanjutkan geniculocalcarine tract.

Geniculocalcarine tract ini juga disebut sebagai optic radiation karena fungsinya

sebagai penyebar impuls ke bagian dari white matter pada otak. Terakhirnya,

impuls tersebut akan sampai pada primary visual cortex (striate cortex) pada area

(5)

Sumber : Remington, 2012

Gambar 2.3. Jaras Penglihatan

2.3. Tajam Penglihatan

2.3.1. Definisi Tajam Penglihatan

Menurut Westheimer (2010), tajam penglihatan atau visual acuity

merupakan batas kemampuan untuk membedakan objek visual secara detil.

Kemampuan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Pupil, diameter pupil kurang dari 2 mm akan menyebabkan resolusi menjadi

buruk dan diameter pupil lebih dari 6 mm maka akan menyebabkan

perubahan gelombang yang berakibat pada jelasnya gambar yang akan

(6)

2. Defocus, kesalahan dari fokus akibat bayangan yang tidak jatuh tepat pada

retina melainkan jatuh di belakang retina atau di depan retina.

3. Warna, campuran warna yang tidak sesuai.

4. Retinal Eccentricity, lengkungan pada retina perifer bayangan yang jatuh

menjadi tidak jelas.

5. Luminance, pancaran cahaya yang kurang dari suatu sumber yang

mengakibatkan kurangnya intensitas cahaya yang masuk ke dalam mata.

6. Contrast, perbedaan terangnya latar dan objek.

7. Waktu, suatu bayangan tidak dapat diinterpretasi ketika penerimaan suatu

cahaya kurang dari 20 ms.

8. Lelah, melebihi batas kemampuan dalam melakukan suatu penglihatan yang

mempengaruhi pembentukan bayangan ataupun impuls jaras otak.

9. Usia, ketajaman penglihatan bertambah perlahan dari usia 0 bulan hingga

usia 3 tahun.

Ketajaman yang menurun menyebabkan penglihatan menjadi kabur

(Fachrian et al., 2009). Ukuran dari tajam penglihatan sangat dipengaruhi oleh

persepsi seseorang sehingga menyebabkan tajam penglihatan bersifat subjektif

(Riordan-Eva et al., 2007). Subjektivitas ini dipengaruhi oleh keadaan mata saat

menerima stimulus, kemampuan untuk memproses stimulus, dan respon dari subjek.

Oleh karena itu, dibutuhkan alat pemeriksaan yang tepat untuk mengurangi

subjektivitas tersebut (Westheimer,2012).

2.3.2. Pemeriksaan Tajam Penglihatan

Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan suatu pemeriksaan fungsi mata

secara keseluruhan dan merupakan langkah awal untuk menentukan penyebab dari

penurunan tajam penglihatan. Pemeriksaan dapat dilakukan secara masing-masing

(7)

2.3.2.1. Tajam Penglihatan Sentral

Untuk memeriksa tajam penglihatan digunakan suatu alat pemeriksaan

standar yaitu kartu Snellen. Pada kartu Snellen terdapat huruf - huruf yang

merupakan standar dari huruf yang dapat dibaca orang normal pada jarak 20 kaki

atau 6 meter. Hasil dari kartu Snellen dinyatakan dalam bentuk pecahan yang

dimana memiliki pembilang dan penyebut. Pembilang berarti jarak antara huruf

dengan subjek yaitu 20 kaki atau 6 meter dan penyebut berarti jarak huruf yang

dapat dibaca oleh subjek. (Ilyas et al., 2011)

Pemeriksaan dimulai dari menyebutkan huruf terbesar yang kemudian

dilanjutkan dengan huruf yang lebih kecil pada baris selanjutnya dan pengucapan

huruf oleh pemeriksa dilakukan secara jelas dan perlahan. Pemeriksaan diakhiri jika

subjek tidak mengenali huruf yang terletak pada 1 baris tersebut. Subjek yang dapat

membaca secara lengkap dan jelas huruf pada baris 6/6 atau 20/20 pada kartu

Snellen dinyatakan memiliki penglihatan 6/6 atau 20/20. Jika subjek tidak dapat

membaca dengan jelas 1 huruf yang terdapat dalam 1 baris maka hasil penglihatan

yang diambil adalah penglihatan pada baris terakhir dimana subjek dapat membaca

dengan jelas. Subjek yang tidak dapat melihat dengan jelas huruf terbesar maka

dapat dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan buruk. (Ilyas et al., 2011)

2.3.2.2. Tajam Penglihatan Buruk

Jika pada pemeriksaan dengan menggunakan kartu Snellen subjek tidak

dapat melihat huruf pertama yang merupakan huruf terbesar, maka pemeriksaan

dapat dilakukan dengan melihat jumlah jari. Pemeriksaan jumlah jari dimulai dari

jarak 3 meter antara subjek dengan pemeriksa dan kemudian pemeriksa

menunjukkan angka yang akan dilihat dan disebutkan oleh subjek. Pada mata

normal, jumlah jari dapat dilihat dari 60 meter dan jika subjek masih tidak dapat

melihat dari jarak 3 meter maka pemeriksa melangkah 1 meter mendekati subjek

hingga subjek dapat melihat jumlah jari. Hasilnya dinyatakan dalam pecahan yaitu

(8)

Subjek yang masih tidak dapat melihat jumlah jari maka dapat dilakukan

pemeriksaan dengan lambaian tangan dengan jarak 1 meter di depan subjek.

Lambaian tangan pada mata normal dapat dilihat dari jarak 300 meter sehingga

interpretasinya merupakan 1/300 dalam satuan meter. Pada subjek yang ternyata

belum dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter di depan pemeriksa, maka

dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan yang terakhir yaitu proyeksi sinar.

Dengan jarak 1 meter di depan pemeriksa, subjek diberi proyeksi sinar. Jika subjek

masih dapat melihat sinar maka dinyatakan memiliki penglihatan 1/~ dalam satuan

meter. Kemudian, jika pasien tidak dapat melihat adanya proyeksi cahaya maka

dikatakan penglihatannya ada 0 (nol). (Ilyas et al., 2011)

2.3.3. Tajam Penglihatan dan Kekuatan Lensa Mata

Pengaruh kekuatan lensa mata pada pemeriksaan tajam penglihatan sangat

besar. Kesalahan kekuatan lensa pada mata akan menyebabkan suatu bayangan

yang jatuh pada retina tidak tepat sehingga berakibat bayangan tersebut menjadi

tidak jelas (blur). Terdapat rumus yang memperkirakan tajam penglihatan dengan

menggunakan kekuatan lensa mata yaitu :

� =

,5�+ , 5

Dimana :

D = Ukuran tajam penglihatan (dalam penyebut dengan pembilang 20 kaki)

E = Kekuatan lensa mata (dalam dioptri)

Dengan mengetahui kekuatan lensa mata maka dapat diperkirakan tajam

(9)

2.4. Kerusakan Penglihatan

2.4.1. Epidemiologi

Penelitian prevalensi dari gangguan penglihatan di Indonesia sangat jarang

dilakukan. Salah satu penelitian mengenai prevalensi dan penyebab dari

penglihatan kurang oleh Saw et al. (2003) yang dilakukan pada daerah pedesaan di

beberapa provinsi di Pulau Sumatra. Terdapat angka prevalensi 5,8% untuk

penglihatan kurang bilateral dan untuk kebutaan yang bilateral terdapat angka

prevalensi 2,2%. Angka prevalensi untuk penglihatan kurang juga bertambah 1,2%

untuk usia 21-30 hingga 19,8% untuk usia 50 tahun keatas. Dari penelitian ini juga

didapatkan bahwa penghasilan juga berpengaruh dalam penglihatan kurang dimana

dewasa yang berpenghasilan rendah yaitu dibawah Rp 500.000 memiliki rasio yang

lebih tinggi yaitu 2,3% dibandingkan dewasa dengan penghasilan tinggi (Rp

500.000 – Rp 1.000.000 per bulan) yaitu 1,1%. Terdapat juga pengaruh pendidikan terhadap penglihatan kurang dan kebutaan dimana rasio penglihatan kurang dewasa

dengan pendidikan kurang (hanya sampai sekolah dasar) memiliki rasio 6,6% dan

yang berpendidikan lebih tinggi yaitu 1,6%. Penyebab dari penglihatan kurang

hingga kebutaan umumnya katarak kemudian diikuti oleh kesalahan refraktif yang

(10)

2.4.2. Derajat Penglihatan Kurang (Low Vision)

Terdapat kategori untuk menentukan keparahan suatu penglihatan melalui

pemeriksaan tajam penglihatan menurut Ilyas et al. (2011) yaitu sesuai dengan

Tabel 2.1. berikut ini:

Tabel 2.1. Tajam Penglihatan dan Penglihatan Kurang

Kategori Jarak Snellen

Hampir Buta Penglihatan kurang dari 4 kaki ( sekitar 1 meter) untuk hitungan jari

Buta Total Tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali

(11)

Berdasarkan dari kategori dari Tabel 2.1 maka penglihatan kurang atau low

vision diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Low Vision Ringan : Tajam penglihatan kurang dari 6/18 hingga 6/48

atau kurang dari 20/70 hingga 20/160

2. Low Vision Berat : Tajam penglihatan kurang dari 6/48 atau 20/160

2.5. Media Sosial

2.5.1. Fungsi Media Sosial

Kietzmann et al. (2011) menyatakan bahwa penggunaan media sosial tidak

lepas dari fungsinya yang memiliki peran penting dalam melakukan kegiatan

sehari-hari. Masing-masing media sosial memiliki fungsi yang dominan yang

menjadi ciri khas pengguna dunia maya untuk mengakses media sosial tersebut.

Terdapat 7 fungsi yang merupakan dasar dari media sosial yaitu :

1. Identitas

Pengguna berusaha untuk memperkenalkan dirinya pada media sosial

dengan cara meletakkan informasi seperti nama, usia, jenis kelamin,

pekerjaan, lokasi, dan informasi yang khusus mengenai dirinya.

Pengenalan diri pada dunia maya ini terjadi secara sadar dan tidak sadar dari

informasi yang subjektif seperti pemikiran, perasaan, kegemaran dan

ketidaksenangan.

Beberapa media sosial bahkan membutuhkan profil dari pengguna untuk

mencari komunitas yang cocok untuk pengguna. Beberapa pengguna juga

dapat menuliskan hal yang dapat membuat orang lain tertarik dan mengikuti

(12)

2. Pembicaraan

Salah satu ketertarikan pengguna dalam media sosial adalah fasilitas

komunikasi. Komunikasi ini ditujukan secara individual maupun grup dan

terjadi pada segala kondisi.

Pada beberapa perusahaan yang mencoba untuk melakukan iklan pada dunia

maya juga menyediakan suatu forum untuk berbagi tentang produk yang

mereka gunakan dalam keseharian dengan tujuan menambah konsumen

melalui komentar yang baik dari konsumen lain yang menggunakan media

sosial.

3. Berbagi

Dalam kegiatan berbagi, pengguna dapat mendistribusi, bertukar dan

menerima suatu hal. Dengan efek dari berbagi, pengguna media sosial juga

menyatu di dunia maya melalui kesamaan yang mereka miliki bersama.

Pengguna yang berbagi suatu objek yang menjadi ketertarikan dari

pengguna lain akan menciptakan komunitas untuk mengajak lebih banyak

pengguna lagi agar masuk dan meramaikan komunitas tersebut. Tanpa suatu

hal yang dapat dibagi, tidak ada alasan dari satu pengguna untuk

berhubungan dengan pengguna lain.

4. Kehadiran

Dibutuhkannya kehadiran untuk mengetahui apa suatu pengguna dapat

diterima dalam suatu komunitas. Suatu kehadiran dapat ditentukan dengan

mengetahui dimana pengguna tinggal di dunia asli atau keaktifan di suatu

halaman pada dunia maya.

Melalui hubungan-hubungan tersebut, antar pengguna dapat mengetahui

kehadiran seseorang tidak hanya di dalam dunia maya, tetapi juga di dalam

(13)

5. Relasi

Relasi menjelaskan bagaimana antar pengguna dapat menjalin hubungan

yang baik sehingga dapat menciptakan kebersamaan. Pengguna-pengguna

media sosial kemudian dapat bersama-sama melakukan suatu hal yang

sejalan baik dalam kesenangan ataupun keinginan mereka.

Melalui relasi ini juga, pengguna dapat dideskripsikan dalam berbagai jenis.

Beberapa pengguna memilih sebagai penggemar dari pengguna lain akibat

dari suatu hal khusus yang ada pada pengguna tersebut. Selain itu, pengguna

juga memilih untuk hanya berteman dengan pengguna lain walaupun ada

yang memilih untuk lanjut ke tahap yang lebih serius.

6. Reputasi

Keinginan pengguna media sosial tidak hanya terbatas pada identitas

ataupun kehadiran tetapi beberapa pengguna juga mencari reputasi.

Pengguna yang memiliki kesenangan dalam sesuatu akan menjadi

penggemar pengguna lain yang sudah ahli dibidangnya. Reputasi akan

pengguna tersebut akan meningkat dan semakin dikenali didalam dunia

maya.

Melalui reputasi yang didapatkan, suatu pengguna akan menjadi lebih

termotivasi untuk berbagi hal yang dapat menguntungkan bagi pengguna

lain dan dapat menciptakan suatu komunitas baru yang digemari oleh

banyak pengguna.

7. Grup

Pengguna media sosial dapat menciptakan grup yang sesuai untuk dirinya.

Terrdapat 2 grup yang terdapat pada media sosial yaitu dimana grup yang

pertama, individu yang dapat memilih teman-teman nyata, dekat ataupun

orang-orang yang dikenal yang masuk kedalam grup tersebut, sedangkan

yang kedua, grup yang dapat diikuti oleh semua orang, tertutup ataupun

(14)

2.5.2. Kelebihan dan Kekurangan Media Sosial

Penggunaan media sosial sebagai kegiatan sehari-hari juga memiliki

dampak yang positif dan negatif untuk pengguna. Menurut Ali (2013), pengunaan

media sosial banyak dimanfaatkan dalam bidang bisnis. Penggunaan iklan untuk

menambah konsumen juga dilakukan tidak hanya pada televisi dan radio tetapi juga

melalui media sosial. Dengan media sosial, konsumen dapat dengan mudah

mengakses berita yang ada pada iklan dan bahkan dapat melakukan pemesanan

secara langsung. Kegunaan media sosial ini juga menghilangkan batas jarak antar

pengguna di dunia nyata dan dengan media sosial, berbagi pemikiran,

memberitakan suatu kejadian, memperlihatkan hasil karya atau ide pengguna

sendiri menjadi sangat praktis dan cepat.

Dibalik dari semua kelebihan yang terdapat pada media sosial, maka media

sosial juga tidak lepas dari efek negatif. Salah satu yang menjadi permasalahan

pengguna media sosial adalah ketergantungan. Ketergantungan media sosial

mengakibatkan pengguna tidak dapat lepas dari mengakses media sosial sehingga

menyebabkan kehilangan fokus dan konsentrasi pada dunia asli. Hal tersebut

kemudian mengurangi kemampuan bersosialisasi pada dunia nyata. Selain dari

ketergantungan, keamanan dari pengguna juga menjadi masalah yang luas bagi

pengguna dari media sosial. Akibat dari terlalu banyaknya informasi yang

disampaikan oleh seseorang ke media sosial akan menyebabkan seseorang menjadi

rentan menjadi korban dalam suatu kejahatan.

2.6. Media Sosial dan Tajam Penglihatan

Menurut Duggan et al. (2013), pada seluruh penggunaan dunia maya

terdapat sekitar 67% yang mengakses media sosial, peningkatan yang signifikan

juga tidak lepas dari penggunaan perangkat elektronik untuk mengakses dunia

maya. Penggunaan dari perangkat elektronik juga dilakukan dalam jarak dekat

(15)

Ketika mata melihat sesuatu objek yang dekat, maka mata melakukan

mekanisme akomodasi untuk mengatur fokus lensa mata agar cahaya dapat tepat

jatuh di retina. Menurut Rempel et al. (2007), akomodasi yang berlama-lama akan

menyebabkan pengurangan kelenturan dan kapasitas otot mata untuk

mencembungkan lensa mata dan menyebabkan kelelahan pada mata. Tetapi pada

penelitian tersebut tidak terdapat lamanya waktu akomodasi hingga menyebabkan

pengurangan fungsi mata tersebut.

Pada penelitian Shieh (2000), jarak rata-rata mata pengguna dengan layar

komputer yang memiliki ukuran yang berbeda adalah 42,3 cm sedangkan menurut

penelitian Jaschinski (2002), jarak mata pengguna dengan layar komputer secara

rata-rata yaitu 63 cm agar mata tidak mengalami gangguan dalam proses akomodasi

dan gejala-gejala lain yang dapat mengakibatkan penurunan tajam penglihatan.

Penelitian yang dilakukan Abdelaziz et al. (2009), dari 40 pengguna

komputer, menunjukkan adanya gangguan penglihatan pada 29 pengguna yang

telah menggunakan komputer selama 2 hingga 5 tahun dengan penggunaan lebih

dari 10 jam per hari. Gangguan penglihatan juga terjadi pada pengguna yang telah

menggunakan komputer selama 2 hingga 15 tahun.

Penggunaan media sosial melalui telepon genggam menjadi pilihan kedua

dalam survei yang dilakukan oleh Nielsen (2012). Adapun penelitian oleh

Bababekova et al. (2011) yang meneliti jarak rata-rata mata pengguna dengan

perangkat elektronik berupa telepon genggam. Pada penggunaan akses internet,

jarak rata-rata mata dengan layar telepon genggam adalah 36,2 cm sedangkan jarak

yang direkomendasi agar tidak menyebabkan gangguan pada mata adalah 40 cm.

Selain itu, Pada penelitian tersebut didapatkan bahwa untuk membaca tulisan secara

nyaman pada halaman dunia maya diperlukan jarak 3 kali lipat lebih dekat dari

kemampuan tajam mata yang seharusnya. Tulisan yang terdapat pada dunia maya

umumnya memiliki ukuran yang sama dengan huruf ukuran 6/15 pada kartu Snellen

sehingga menyebabkan pengguna melakukan akomodasi hingga tulisan setara

Gambar

Gambar 2.1. Anatomi Bola Mata
Gambar 2.2. Lapisan pada Retina
Gambar 2.3. Jaras Penglihatan
Tabel 2.1. Tajam Penglihatan dan Penglihatan Kurang

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Kamis Tanggal Dua puluh tujuh bulan September tahun Dua ribu dua belas, Kami yang bertanda tangan dibawah ini Panitia Pengadaan Barang/Jasa

Surat undangan ini disamping dikirimkan melalui e-mail juga akan ditempatkan dalam pojok berita website LPSE Kabupaten Semarang, oleh karenanya Panitia Pengadaan tidak dapat

Muhammad Zein Painan akan melaksanakan Pelelangan Sederhana pascakualifikasi secara non elektronik untuk paket pekerjaan pengadaan Jasa Lainnya sebagai berikut:..

The paper outlines a model of how rural households within and adjacent to Mzola State Forest in the Lupane district, Matabeleland northwestern Zimbabwe, allocate their

[r]

The recommenda- tion by the extension service to remove all trees from fields is understandable in this context of high inorganic fertiliser use (another recommendation from

The Random Trees implementation available in eCognition was used to create 1000 trees for classifying high segments into buildings and trees and 1000 trees for

140 menit.. nenek, berkebun, pergi ke kota, dsb). Guru mengingatkan siswa untuk menulis dengan mencantumkan apa yang dilakukan; siapa yang terlibat, kapan dilakukan,