SKRIPSI
PENGARUH CURRENT RATIO DAN DEBT RATIO TERHADAP
FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH :
ARTATI 130521051
PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
PENGARUH CURRENT RATIO DAN DEBT RATIO TERHADAP FINANCIAL
DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
current ratio dan debt ratio terhadap financial distress pada perusahaan property
dan real estate di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan model Alman Z”-score pada tahun 2011-2014. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 16 (Enam belas) perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel jenuh, sedangkan analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara serempak current ratio dan debt ratio
berpengaruh signifikan terhadap financial distress pada perusahaan property dan
real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2014. Secara parsial current ra tio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan debt ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2014.
ABSTRACT
EFFECT OF CURRENT RATIO AND DEBT RATIO OF FINANCIAL
DISTRESS IN PROPERTY AND REAL ESTATE LISTED IN
INDONESIA STOCK EXCHANGE
This study aims to identify and analyze the influence of current ratio and
debt ratio to financial distress at the company's property and real estate in the Indonesia Stock Exchange (BEI) using the model Alman Z "-score in 2011-2014. The sample used in this study was 16 (Sixteen) property and rea l estate
companies listed on the Stock Exchange. The sampling technique used is saturated samples, whereas the method of analysis used is multiple linear regression analysis. The results showed that simultaneous current ratio and debt ratio significantly influence financial distress in the property and real estate
companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) in the period 2011-2014. Partially current ratio negative and significant impact on the financial distress in the property and real estate companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI). While the debt ratio and significant positive effect on the
financial distress in the property and real estate companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) Period 2011-2014.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah Swt segala berkat, kasih
dan rahmat-Nya, terutama dalam perkuliahan, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH CURRENT RATIO DAN
DEBT RATIO TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN
PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA”.
Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua terkasih
ayahanda Alm. Paino dan Ibunda Ariani yang selalu menjadi inspirasi dan
motivasi peneliti serta selalu memberikan yang terbaik kepada peneliti.
Peneliti juga telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa
dari berbagai pihak selama penelitian skripsi ini. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M. Ec. Ac. Ak., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME dan Ibu Dra. Marhayanie, M. Si., selaku
Ketua dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M. Si., dan Ibu Dra. Friska Sipayung, M.
Si., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Manajemen Fakultas
4. Bapak Drs. Syahyunan, M. Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan koreksi dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Beby Kendida, M. Si., selaku Dosen Pembaca Penilai yang banyak
membantu dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Kakak peneliti (Poppy Syahfriana S. Pd, M. Si., Vivi Agus Andreana, Nova
Trimalinda) yang selalu memotivasi sehingga skripsi ini selesai tepat pada
waktunya.
7. Sahabat peneliti (Devi Masriani Amd, Citra Amelia Amd, Sakti Parlindungan
Amd, Arif Hidayat Amd, Nova Christina Panggabean SE, Ade Soraya lbs
S.Ab, Auliyani S.Kom) yang sudah membantu peneliti menyelesaikan skripsi
tepat pada waktunya.
8. Relawan Palang Merah Indonesia yang sudah memberika kehidupan atas
dasar kemanusiaan.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, November 2015
Yang Membuat Pernyataan,
Artati
DAFTAR ISI
2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 44
2.3 Kerangka Konseptual ... 47
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 52
3.9 Uji Asumsi Klasik ... 57
3.9.1 Pengujian Hipotesis ... 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 63
4.2 Hasil Penelitian ... 78
4.2.1 Analisis Deskriptif ... 78
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 79
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 79
4.2.2.1.1 Analisis Statistik ... 79
4.2.2.1.2 Analisis Grafik ... 80
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 82
4.2.2.3 Uji Heteroskedisitas ... 83
4.2.2.4 Uji Autokorelasi ... 84
4.2.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 84
4.2.4 Hasil Uji Hipotesis ... 85
4.2.4.1 Uji F(F-test) ... 85
4.2.4.2 Uji t (t-test) ... 86
4.3 Pembahasan ... 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………. 90
5.2 Saran ………... 90
DAFTAR PUSTAKA ……… 92
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Daftar Aktiva Lancar dan Hutang Lancar Perusahaan
Property dan Real Estate……….... 8
1.2 Daftar Total Hutang dan Total Asset Perusahaan Property dan Real Esate……… 12
2.1 Tabel Klasifikasi Alman Z-Score………... 41
2.2 Tabel Klasifikasi Alman Z’-Score……….. 42
2.3 Tabel Klasifikasi Alman Z”-Score………. 43
2.4 Riview Penelitian Terdahulu……….. 45
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian……….. 54
3.2 Daftar Sampel Perusahaan Property dan Real Estate……. 55
3.3 Operasinalisasi Indikator Variabel dan Pengukuran Variabel Alman Z”-Score………... 55
4.1 Hasil Analisis Deskriptif Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI……….. 78
4.2 Hasil Analisis Statistik pada Perusahaan Property dan Real Estateyang Terdaftar di BEI……….. 79
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas……….. 82
4.4 Hasil Uji Autokorelasi……… 84
4.5 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda……… 84
4.6 Hasil Uji F (F-test)………. 85
DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual………... 48
4.1 Hasil Analisis Grafik pada Perusahaan Property dan
Real Estateyang Terdaftar di BEI………... 80
4.2 Hasil Uji Heteroskedisitas pada Perusahaan Property
dan Real Estateyang Terdaftar di BEI……… 83
DAFTAR LAMPIRAN
Perusahaan Cowell Development Tbk (COWL)………... 97
3 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman
Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan
Perusahaan Ciputra Development Tbk (CTRA)………… 98
4 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman
Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan
Perusahaan Ciputra Property Tbk (CTRP)……… 99
5 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman
Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan
Perusahaan Ciputra Surya Tbk (CTRS)………. 100
6 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman
Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan Perusahaan Duta Anggada Realty Tbk (DART)………… 101 7 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman
Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan
Perusahaan Bakrieland Development Tbk (ELTY)……… 102
8 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman
Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan Perusahaan Megapolitan Development Tbk (EMDE)…… 103 9 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman
Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan
Perusahaan Gowa Makasar TourismDevelompment Tbk.. 104
10 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman
Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan
Perusahaan Jaya Realty Property Tbk (JPRT)……… 105
11 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman
Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan Perusahaan Kawasan Industri jababeka Tbk (KIJA)……. 106
15 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman
Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan
Perusahaan Metro Realty Tbk (MTSM)………. 110
16 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan Perusahaan Pakuwon Jati Tbk (PWON)………. 111
17 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan Perusahaan Roda Vivatex Tbk (RDTX)………. 112
18 Perhitungan Prediksi Kebangkrutan Model Alman Z”-Score pada Perusahaan Property dan Real Estate……. 113
19 Perhitungan Current Ratio pada Perusahaan Property dan Rea l Estateyang Terdaftar di BEI……….. 114
20 Perhitungan Debt Ratio pada Perusahaan Property dan Rea l Estateyang Terdaftar di BEI……….. 117
21 Hasil Analisis Deskriptif………. 119
22 Hasil Uji Normalitas……… 120
23 Hasil Uji Grafik………... 122
ABSTRAK
PENGARUH CURRENT RATIO DAN DEBT RATIO TERHADAP FINANCIAL
DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
current ratio dan debt ratio terhadap financial distress pada perusahaan property
dan real estate di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan model Alman Z”-score pada tahun 2011-2014. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 16 (Enam belas) perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel jenuh, sedangkan analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara serempak current ratio dan debt ratio
berpengaruh signifikan terhadap financial distress pada perusahaan property dan
real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2014. Secara parsial current ra tio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan debt ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2014.
ABSTRACT
EFFECT OF CURRENT RATIO AND DEBT RATIO OF FINANCIAL
DISTRESS IN PROPERTY AND REAL ESTATE LISTED IN
INDONESIA STOCK EXCHANGE
This study aims to identify and analyze the influence of current ratio and
debt ratio to financial distress at the company's property and real estate in the Indonesia Stock Exchange (BEI) using the model Alman Z "-score in 2011-2014. The sample used in this study was 16 (Sixteen) property and rea l estate
companies listed on the Stock Exchange. The sampling technique used is saturated samples, whereas the method of analysis used is multiple linear regression analysis. The results showed that simultaneous current ratio and debt ratio significantly influence financial distress in the property and real estate
companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) in the period 2011-2014. Partially current ratio negative and significant impact on the financial distress in the property and real estate companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI). While the debt ratio and significant positive effect on the
financial distress in the property and real estate companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) Period 2011-2014.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak akhir tahun 1997 yaitu
merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat telah berdampak
luas pada kehidupan politik dan ekonomi perusahaan-perusahaan publik di
Indonesia menjadi semakin lemah dan terpuruk. Dengan melihat kondisi
tersebut, maka suatu perusahaan diharapkan secara cepat dan tepat untuk
membuat keputusan dan melakukan tindakan untuk memperbaiki situasi ini.
Beberapa perusahaan publik ada yang tetap survive, dapat meraih keuntungan
atau tidak mengalami financial distress, dan sebagian lagi mengalami financial
distress. Dalam berinvestasi setiap investor akan selalu mempertimbangkan dua
hal utama, yaitu hasil yang diharapkan dan resiko investasi. Investor
menginginkan pengembalian (return) yang maksimal dengan resiko tertentu
(Tandelilin, 2001:47).
Dalam setiap pengambilan keputusan investasi, investor selalu dihadapkan
pada kondisi ketidakpastian. Kesulitan Keuangan yang dialami perusahaan dapat
mengakibatkan kerugian bagi banyak pihak. Oleh karena itu, banyak penelitian
yang dilakukan untuk melakukan identifikasi kelangsungan hidup perusahaan.
Dalam kenyataannya, banyak perusahaan yang diperkirakan mengalami
penurunan masih tetap eksis sampai sekarang.
Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Model financial distress
perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk
mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kesulitan keuangan yang menuju
pada kebangkrutan. Melakukan identifikasi terhadap laporan keuangan dari
sebuah perusahaan merupakan aspek penting untuk mengetahui keadaan
perusahaan bagi manajemen dan pemilik perusahaan dalam mengantisipasi
kemungkinan adanya potensi kebangkrutan.
Salah satu informasi yang dapat dipakai investor sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi adalah melalui analisis
perusahaan. Untuk melakukan analisis perusahaan maka dapat dilakukan dengan
menggunakan identifikasi terhadap risiko keuangan perusahaan. Dengan adanya
risiko investasi tersebut seorang investor dituntut untuk lebih jeli, teliti dan cermat
dalam menentukan investasi pada perusahaan yang bagaimana yang layak dalam
menanamkan modal yang dimilikinya.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya kondisi kesehatan
perusahaan yang mencerminkan kemampuan menghasilkan laba suatu
perusahaan. Juga ada beberapa sumber risiko yang dapat mempengaruhi besarnya
bisnis, risiko financial, risiko likuidasi, risiko nilai tukar mata uang dan resiko
negara (Tandelilin, 2001:48-51).
Pada umumnya perusahaan dalam setiap operasinya mempunyai tujuan
untuk menentukan kelangsungan perusahaan di masa yang akan datang. Salah
satu tujuan utama didirikannya perusahaan adalah dengan harapan akan
menghasilkan keuntungan sehingga mampu bertahan dan berkembang dalam
Dalam mengantisipasi ketidakpastian di masa yang akan datang,
diperlukan suatu penilaian terhadap kondisi perusahaan. Penilaian terhadap
kondisi perusahaan merupakan cara bagi manajemen untuk melakukan evaluasi
kinerja perusahaan dalam menggunakan sumber-sumber dana yang tersedia.
Adanya penilaian kondisi perusahaan agar sedapat mungkin perusahaan
menyadari kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi di masa yang akan
datang dan menemukan cara untuk menyiasatinya sejak dini.
Identifikasi tentang kondisi perusahaan yang kesulitan keuangan (financial
distress), yang kemudian mengalami kebangkrutan dapat diamati dengan
mencermati memburuknya rasio-rasio keuangan dari tahun ke tahun. Situasi krisis
seperti itu mempunyai pengaruh yang sangat besar karena operasi perusahaan
yang tidak efisien akan sangat mempengaruhi kinerja perusahaan. Krisis ekonomi
yang berkepanjangan menyebabkan financial distress bagi perusahaan. Hal ini
ditandai dengan merosotnya nilai rupiah. Sehingga memicu terjadinya penurunan
kinerja perusahaan. Kesulitan keuangan (financial distrsess) merupakan
identifikasi utama kebangkrutan perusahaan. Kesehatan suatu perusahaan akan
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menjalankan usaha, distribusi
aktiva, keefisienan penggunaan aktiva, hasil usaha atau pendapatan yang telah
dicapai serta potensi kebangkrutan yang akan dikendalikan.
Ada dua macam kegagalan yang dapat menyebabkan terjadinya
kebangkrutan, yaitu kegagalan ekonomi dan kegagalan keuangan. Kegagalan
ekonomi suatu perusahaan dikaitkan dengan ketidakseimbangan antara
disebabkan oleh biaya modal perusahaan yang lebih besar dari tingkat laba atas
biaya historis investasi. Sementara itu, sebuah perusahaan dikategorikan bangkrut
keuangannya jika perusahaan tersebut tidak mampu membayar kewajibannya
pada waktu jatuh tempo, meskipun total aktiva melebihi kewajibannya keadaan
ini sering didefinisikan sebagai insolvensi teknis. Tentu saja sebuah perusahaan
juga akan didepan (Brigham dan Houston, 2006:32).
Laporan keuangan merupakan alat penting untuk mendapatkan informasi
yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah
dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang akan diterapkan.
Dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan, maka pimpinan
perusahaan dapat mengetahui keadaan serta perkembangan financial perusahaan
serta hasil-hasil yang telah dicapai di waktu lampau dan di waktu yang sedang
berjalan. Selain itu dengan menganalisis laporan keuangan di waktu lampau maka
dapat diketahui kelemahan-kelemahan perusahaan serta hasil-hasilnya yang
dianggap telah cukup baik dan mengetahui potensi kebangkrutan perusahaan
tersebut. Perusahaan di nyatakan pailit jika total kewajibannya melebihi nilai
wajar dari total aktiva.
Laporan keuangan yang biasa dianalisis adalah (1) Laporan keuangan
yang menggambarkan harta (aset), hutang (kewajiban), dan modal yang dimiliki
perusahaan pada saat tertentu, biasanya akhir tahun atau kwartal/triwulan.
Laporan keuangan ini berupa neraca; (2) Laporan keuangan yang menggambarkan
besarnya pendapatan, biaya-biaya, pajak dan laba atau rugi perusahaan pada suatu
laporan rugi laba. Dengan mengadakan analisis laporan keuangan terhadap data
keuangan perusahaan antara neraca dan laporan rugi laba, akan dapat mengetahui
perkembangan keuangan perusahaan dan dapat diketahui hasil-hasil keuangan
atau operasi yang telah dicapai di waktu-waktu lalu dan waktu yang sedang
berjalan. Dengan mengadakan analisis laporan keuangan dari tahun-tahun lalu,
dapat diketahui kelemahan-kelemahan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang
dianggap cukup baik.
Analisis rasio adalah salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasikan
informasi akuntansi. Dengan analisis rasio ini dapat diketahui kekuatan dan
kelemahan perusahaan di bidang keuangan. Analisis rasio keuangan dapat dipakai
sebagai model sistem peringatan dini (early warning system) terhadap
menurunnya kondisi keuangan dari suatu perusahaan. Model ini dapat digunakan
sebagai alat untuk mengenali gejala awal kondisi financial distress untuk
selanjutnya dilakukan upaya memperbaiki kondisi sebelum sampai pada kondisi
krisis atau kebangkrutan. Rasio keuangan banyak dipakai oleh berbagai penelitian
karena rasio keuangan terbukti berperan penting dalam evaluasi kinerja keuangan
dan dapat digunakan untuk memprediksi kelangsungan usaha baik yang sehat
maupun yang tidak sehat. Yang dimana alat ukur yang digunakan dari rasio
keuangan tersebut adalah current ratio dan debt ratio untuk melihat ada atau tidak
nya kemungkinan terjadi financial distress pada perusahaan property dan real
estate te Perusahaan-perusahaan yang menawarkan sahamnya di Bursa Efek
Indonesia (BEI), antara lain dari jenis usaha property dan real estate, jasa. Banyak
karena harga tanah dan bangunan yang cenderung naik tiap tahunnya.
Penyebabnya adalah supply tanah bersifat tetap sedangkan demand akan selalu
lebih besar seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Investasi pada industri
property dan real estate pada umumnya bersifat jangka panjang dan akan tumbuh
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Namun terjadinya krisis keuangan global
tahun 2008 lalu yang menghempaskan negara Amerika Serikat utamanya di awali
dari jatuhnya industri property dan real estate dan akhirnya berdampak di
wilayah Asia. Krisis yang diawali dari kredit macet untuk perumahan tersebut
sebenarnya sudah menunjukkan indikasi sekitar pertengahan Juni 2004 ketika ada
kenaikan suku bunga untuk kredit perumahan.
Amerika Serikat memiliki peranan yang besar dalam perekonomian dunia
dengan nilai PDB sebesar USD 15,5 Triliun pada akhir tahun 2011 (seperempat
dari PDB dunia), negara tersebut selama ini menjadi tujuan ekspor bagi
negara-negara lain, serta transaksi di pasar modal yang diikuti banyak negara-negara terbilang
sangat besar. Menurut Crockett (1997) dalam (Hadad, dkk, 2004) stabilitas
keuangan erat kaitannya dengan kesehatan suatu perekonomian. Semakin sehat
sektor keuangan di suatu negara, semakin sehat pula perekonomian, demikian
pula sebaliknya. Dengan demikian perkembangan sektor keuangan, termasuk di
dalamnya pasar modal, merupakan salahsatu indikator yang perlu diperhatikan
untuk menjaga kesehatan atau kestabilan perekonomian. Pergerakan harga saham,
obligasi, dan sebagainya di pasar modal suatu negara disebabkan oleh persepsi
investor terhadap kondisi pasar modal tersebut. Persepsi ini pada akhirnya akan
mempengaruhi keadaan perekonomian negara yang bersangkutan. Hal tersebut
bukan hanya terjadi di Amerika Serikat, namun juga melanda Eropa dan Asia.
Indonesia merupakan merupakan salah satu negara yang terkena dampak
krisis yang terjadi di Amerika Serikat. Sebagian besar Industri di Indonesia
terkena dampak krisis tersebut, tak terkecuali Property dan Real Esta te yang
berhubungan dengan industri perbankan. Perbankan akan berhati hati memberikan
kredit perumahan kepada nasabah.
Dampak dari pengaruh krisis keuangan global mulai menganggu sektor
Property dan real estate, salah satunya pengembang mulai menahan dana ( Wait
dan see) untuk berinvestasi. Tingkat suku bunga acuan ( BI rate ) yang pasca
krisis global berada pada posisi 9.50 persen diakui telah membebani pengembang
saat ini, utamanya dalam memasarkan perumahan mereka, perbankan
meneluarkan kredit investasi, yang menyebabkan sektor property dan real estate
semakin sulit bertahan. Dampak dari pengetatan yang diberlakukan oleh
perbankan naik 50% dari harga rumah dari sebelum krisis global terjadi sekitar 20
% - 30 %. ( http://mitachalik.wordpress.com ).
Analisis rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan
menjadi topik menarik setelah Altman tahun 1968 menemukan suatu formula
untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan dengan istilah yang sangat dikenal
yaitu Z-Score Altman. Z-Score merupakan skor yang ditentukan dari hitungan
standar dikalikan rasio-rasio keuangan yang akan menunjukkan tingkat
Fakta yang terjadi adalah terdapat beberapa peusahaan property dan real
estate di Indonesia yang mengalami penurunan pendapatan secara terus menerus,
bahkan ada yang mengalami kebangkrutan. Salah satu contoh kasus adalah New
Century Development Tbk (PTRA) sebagai salah satu perusahaan property dan
real estate yang terdaftra di bursa efek Indonesia sejak 28 Maret 1994 harus
delisting dari bursa efek Indonesia (BEI) pada 24 Januari 2011. Hal ini bisa saja
dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam perusahaan tetapi faktanya New Century
Development Tbk memiliki penurunan laba dan New Century memiliki aktiva
lancar lebih kecil dari pada utang lancar dan total hutang yang lebih besar dari
pada total aktiva. Hal ini merupakan suatu peringatan bagi perusahaan property
dan real estate dalam menghadapi kemungkinan terjadinya kebangkrutan. Berikut
disajikan aktiva lancar, utang lancar, total utang dan total asset perusahaan
property dan real estate di BEI.
Tabel 1.1
Berdasarkan data Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa perusahaan COWL
mengalami peningkatan aktiva lancar di tahun 2012 sebesar 170,338,097,182, pada tahun 2013 mengalami penurunan aktiva lancar sebesar 190,016,556,298, dan pada tahun 2014 perusahaan mengalami peningkatan aktiva lancar sebesar
264,529,916,014. sedangkan untuk utang lancar yang dimiliki perusahaan COWL 2012 mengalami peningkatan hutang lancar sebesar 103,449,490,237, pada tahun 2013 mengalami peningkatan hutang lancar sebesar 34,673,123,570 dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan hutang lancar sebesar 170,047,920,627. Pada setiap tahunnya perusahaan COWL mengalami peningkatan hutang lancar.
Pada perusahaan COWL memiliki Current ratio di tahun 2011 sebesar
1.2766, artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih besar daripada hutang
lancar perusahaan. Pada tahun 2012 current ratio sebesar 1.4175, artinya aktiva
lancar perusahaan lebih besar dari pada hutang lancar perusahaan. Pada tahun
2013 perusahaan memiliki current ratio sebesar 0,6651, artinya aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan lebih kecil daripada hutang lancar perusahaan. Pada tahun
2014 current ratio perusahaan sebesar 0.9378, artinya aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan lebih kecil daripada hutang lancar perusahaan.
pada perusahaan ELTY mengalami penurunan aktiva lancar di tahun 2012
sebesar 1,801,446,001,849, pada tahun 2013 mengalami penurunan aktiva lancar sebesar 1,050,103,392,953, dan pada tahun 2014 perusahaan mengalami peningkatan aktiva lancar sebesar 1,978,044,567,098. sedangkan untuk utang lancar yang dimiliki perusahaan ELTY 2012 mengalami peningkatan hutang
lancar sebesar 75,173,722,634 dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan hutang lancar sebesar 748,936,169,764.
Pada perusahaan ELTY memiliki current ratio di tahun 2011
sebesar1.3434, artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih besar daripada
utang lancar perusahaan. Pada tahun 2012 current ratio sebesar 0.8560, artinya
aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada hutang lancar
perusahaan. Pada tahun 2013 perusahaan memiliki current ratio sebesar 0,6317,
artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada hutang lancar
perusahaan. Pada tahun 2014 current ratio perusahaan sebesar 0.9247, artinya
aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada hutang lancar
perusahaan.
pada perusahaan JPRT mengalami peningkatan aktiva lancar di tahun
2012 sebesar 146,534,866, pada tahun 2013 mengalami peningkatan aktiva lancar sebesar 81,957,229, dan pada tahun 2014 perusahaan mengalami peningkatan aktiva lancar sebesar 148,324,474. sedangkan untuk utang lancar yang dimiliki perusahaan ELTY tahun 2012 mengalami peningkatan hutang lancar sebesar
501,739,555, pada tahun 2013 mengalami peningkatan hutang lancar sebesar 696,617,200 dan pada tahun 2014 mengalami penurunan hutang lancar sebesar 16,657,793.
Pada perusahaan JPRT memiliki current ratio di tahun 2011 sebesar
1.0326, artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih besar daripada utang
lancar perusahaan. Pada tahun 2012 current ratio sebesar 0.8757, artinya aktiva
Pada tahun 2013 perusahaan memiliki current ratio sebesar 0,7033 , artinya aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada hutang lancar perusahaan.
Pada tahun 2014 current ratio perusahaan sebesar 0.7544, artinya aktiva lancar
yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada hutang lancar perusahaan.
pada perusahaan MDLN mengalami peningkatan aktiva lancar di tahun
2012 sebesar 1,113,889,080,245 , pada tahun 2013 mengalami peningkatan aktiva lancar sebesar 96,591,633,198, dan pada tahun 2014 perusahaan mengalami peningkatan aktiva lancar sebesar 24,546,781,631. sedangkan untuk utang lancar yang dimiliki perusahaan ELTY tahun 2012 mengalami peningkatan hutang
lancar sebesar 531,343,307,935 , pada tahun 2013 mengalami peningkatan hutang lancar sebesar 916,249,585,599 dan pada tahun 2014 mengalami penurunan hutang lancar sebesar 734,553,836,253.
Pada perusahaan MDLN memiliki current ratio di tahun 2011 sebesar
0,8311 artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada utang
lancar perusahaan. Pada tahun 2012 current ratio sebesar 1.2718, artinya aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan lebih besar daripada hutang lancar perusahaan.
Pada tahun 2013 perusahaan memiliki current ratio sebesar 0.8341 , artinya aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada hutang lancar perusahaan.
Pada tahun 2014 current ratio perusahaan sebesar 1.2074, artinya aktiva lancar
Tabel 1.2
Daftar Total Hutang dan Total Asset Perusahaan Property dan Real Estate
No Nama
Berdasarkan data Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa perusahaan pada perusahaan
COWL mengalami peningkatan total hutang di tahun 2012 sebesar
422,684,176,021, pada tahun 2013 mengalami peningkatan total hutang sebesar
117,782,920,892 , dan pada tahun 2014 perusahaan mengalami peningkatan total
hutang sebesar 1,582,079,927,953 . pada setiap tahunnya perusahaan COWL
mengalami peningkatan total hutang.
sedangkan untuk total asset yang dimiliki perusahaan COWL 2012
mengalami peningkatan total hutang sebesar 1,392,747,346,885.00, pada tahun
2013 mengalami peningkatan total asset sebesar 166,484,842,275 dan pada tahun
2014 mengalami peningkatan total asset sebesar1,737,478,737,864 . Pada setiap
tahunnya perusahaan COWL mengalami peningkatan total asset.
Pada perusahaan COWL memiliki debt ratio di tahun 2011 sebesar 0,5752,
artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset
perusahaan. Pada tahun 2012 debt ratio sebesar 0,3624, artinya total hutang yang
perusahaan memiliki debt ratio sebesar 0,3920, artinya total hutang yang dimiliki
perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan. Pada tahun 2014 debt ratio
perusahaan sebesar 0.6367, artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih
kecil daripada total asset perusahaan .
pada perusahaan ELTY mengalami penurunan total hutang di tahun 2012
sebesar 734,147,256,825, pada tahun 2013 mengalami penurunan total hutang
sebesar-936,000,000,000 , dan pada tahun 2014 perusahaan mengalami
peningkatan total hutang sebesar 1,756,390,644,681. sedangkan untuk total asset
yang dimiliki perusahaan ELTY 2012 mengalami penurunan total asset sebesar
1,472,316,715,223, pada tahun 2013 mengalami penurunan total asset sebesar
3,934,508,564,128 dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan total asset
sebesar 2,204,999,077,797.
Pada perusahaan ELTY memiliki debt ratio di tahun 2011 sebesar 0,3843,
artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset
perusahaan. Pada tahun 2012 debt ratio sebesar 0.3720, artinya total hutang yang
dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan. Pada tahun 2013
perusahaan memiliki debt ratio sebesar 0,4175, artinya total hutang yang dimiliki
perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan. Pada tahun 2014 debt ratio
perusahaan sebesar 0,4751, artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih
kecil daripada total asset perusahaan.
pada perusahaan JPRT mengalami peningkatan total hutang di tahun 2012
sebesar 592,735,400, pada tahun 2013 mengalami peningkatan total hutang
total hutang sebesar 2,801,251. sedangkan untuk total asset yang dimiliki
perusahaan ELTY tahun 2012 mengalami peningkatan total asset sebesar
154,111,313, pada tahun 2013 mengalami peningkatan total asset sebesar
1,164,916,966 dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan total asset sebesar
521,085,042 .
Pada perusahaan JPRT memiliki debt ratio di tahun 2011 sebesar 0,5397,
artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset
perusahaan. Pada tahun 2012 debt ratio sebesar 0.5556, artinya total hutang yang
dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan. Pada tahun 2013
perusahaan memiliki debt ratio sebesar 0,5646, artinya total hutang yang dimiliki
perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan. Pada tahun 2014 debt ratio
perusahaan sebesar 0.5210, artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih
kecil daripada total asset perusahaan.
pada perusahaan MDLN mengalami peningkatan total hutang di tahun
2012 sebesar 1,028,238,494,196, pada tahun 2013 mengalami peningkatan total
hutang sebesar 2,606,206,434,270 , dan pada tahun 2014 perusahaan mengalami
peningkatan total hutang sebesar 143,689,426,443. sedangkan untuk total asset
yang dimiliki perusahaan ELTY tahun 2012 mengalami peningkatan total asset
sebesar 2,085,890,329,536, pada tahun 2013 mengalami peningkatan total asset
sebesar 5,055,893,033,552 dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan total
asset sebesar 799,094,615,617.
Pada perusahaan MDLN memiliki debt ratio di tahun 2011 sebesar 0,5338
perusahaan. Pada tahun 2012debt ratio sebesar 0,5132, artinya total hutang yang
dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan . Pada tahun 2013
perusahaan memiliki debt ratio sebesar 0.5254, artinya total hutang yang dimiliki
perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan. Pada tahun 2014 debt ratio
perusahaan sebesar 0,4897, artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih
kecil daripada total asset perusahaan .
Berdasarkan data Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa perusahaan
property dan real estate memiliki aktiva lancar, hutang lancar dan Total Hutang,
Total asset yang tidak stabil, di beberapa perusahaan bahkan cenderung menglami
penurunan yang berkelanjutan. Kondisi keuangan ini tentu merupakan cerminan
untuk mengetahui kelancaran aktivitas peusahaan. Untuk menilai kondisi
keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
pengukuran.
Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk memprediksi kebangkrutan
dengan analisis laporan keuangan perusahaan. Diantarannya menggunakan model
Alman Z”-Score. Model analisis ini banyak digunakan untuk memprediksi
kebangkrutan karena relative mudah untuk dipublikasikan, serta tingkat
akurasinya cukup tinggi.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penelitian bertujuan
melakukan pengujian secara empiris untuk mengetahui apakah ada pengaruh
current ratio dan debt ratio terhadap financial distress perusahaan property dan
real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 – 2014 yang
pemilihan sampel adalah karena perusahaan property dan real estate dinilai
mampu memberikan gambaran yang lebih baik dalam melihat apakah akan terjadi
kondisi financial distress pada perusahaan . Oleh karena itu penulis memberi
judul penelitian ini “Pengaruh current ratio dan debt Ratio terhadap F inancial
Distress Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, peruusan masalah pada penelitian ini adalah
“Apakah Current Ratio dan Debt Ratio berpengaruh terhadap financial distress
pada perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?”
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah: Untuk mengetahui dan
Menganalisis Pengaruh Current Ratio dan Debt Ratio terhadap Financial Distress
Pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan data memberikan manfaat bagi bebraa pihak
terkait, yaitu :
1. Bagi Perusahaan Property dan Real Estate
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan masukan untuk menghindari terjadinya financial
2. Bagi Investor
Sebagai pemberi informasi dan bahan pertimbangan kepada investor yang
akan melakukan investasi.
3. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan
mempertajam daya piker ilmiah mengenai financial distress perusahaan
property dan real estate yang terdaftar di bursa efek Indonesia.
4. Bagi Pembaca dan Peneliti Lain
Sebagai bahan referensi oleh peneliti selanjutnya untuk melakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Laporan Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan dapat dinilai dan dianalisa dengan
menggunakan suatu analisa keuangan yang disebut analisa rasio keuangan. Untuk
mendapatkan keadaan tentang perkembangan kinerja perusahaan, perlu diadakan
interprestasi atau analisis terhadap data keuangan dari perusahaan yang
bersangkutan dan data tersebut tercermin dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input informasi
untuk pengambilan keputusan. Menurut Hanafi (2009:105) laporan keuangan
akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas yang
semuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan Periode
penerbitan laporan keuangan pada umumnya diterbitkan setiap tahun operasi atau
lebih dikenal dengan laporan keuangan tahunan (financial statement). Menurut
Harahap (2010: 121) bahwa laporan keuangan memiliki pengertian sebagai
berikut:
Sarana Pengkomunikasian Informasi keuangan utama kepada pihak-pihak
diluar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang kuantitatif
dalam menilai moneter atau satuan uang berkenaan dengan sumber daya ekonomi
dan kewajiban dari sutu perusahaan bisnis dan aktivitas ekonomi untuk mengubah
Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang
berguna bagi keputusan investasi dan kredit. Untuk menyediakan informasi yang
berguna dalam menilai arus kas masa depan. Untuk menyediakan informasi
mengenai sumber daya perusahaan, Klaim terhadap sumber daya tersebut dan
perubahaan di dalamnya.
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan maupun
perkembangan suatu perusahaan adalah para pemilik, serta pihak-pihak lain
termasuk investor di dalamnya. Oleh karena itu, interprestasi terhadap laporan
keuangan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat untuk dapat mengetahui
keadaan dan perkembangan kinerja suatu perusahaan. Khususnya bagi para calon
investor yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan sebagai alat
analistik dalam rangka penetuan kebijaksanaan penanaman modalnya. Apakah
perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan
ataukah akan memberikan kerugian di masa yang akan datang. Jadi pengertian
Financial Distress adalah perusahaan yang mengalami rugi selama dua tahun
berturut-turut dan Non Financial Distress adalah perusahaan yang mengalami
laba selama dua tahun berturut-turut.
2.1.2 Jenis-jenis Laporan Keuangan
Jenis-jenis laporan keuangan (financial statement) yang sering disajikan ada
4 (empat) yaitu :
1. Laporan Laba Rugi
Laporan Laba Rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama
2. Laporan Ekuitas Pemilik
Laporan Ekuitas Pemilik adalah suatu ikhtisar perubahan ekuitas pemilik
yang terjadi selama periode tertentu.
3. Neraca
Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik pada
tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun.
4. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas adalah suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas
selama peroide waktu tertentu.
2.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Dalam Standart Akuntansi keuangan 2002 dijelaskan bahwa karakteristik
kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan
berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu :
1. Mudah dipahami
Kualitas penting informasi yang ada dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pemakai atau penggunanya.
Maksudnya adalah pemakai di asumsikan memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk
mempelajari informasi dari laporan keuangan yang terkandung di dalamnya
dengan wajar.
2. Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses
memiliki kualitas yang relevan jika dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa
lalu, masa kini dan masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil
evaluasi mereka di masa lalu.
3. Keandalan
Informasi dikatakan handal yaitu informasi harus bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya di sajikan atau yang
secara wajar di harapkan dapat di sajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan dari perusahaan tersebut. Pemakai harus juga dapat
memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relative
agar pemakai betul-betul mengetahui hasil perbandingan dan perubahan
laporan keuangan perusahaan yang di bandingkan tersebut.
2.1.4 Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input yaitu
informasi yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan
akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas,
yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihakpihak yang berkepentingan.
keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil sehingga dapat dipahami
dengan tujuan mengetahui kondisi keuangan dalam proses pengambilan
keputusan. Analisis laporan keuangan sangat membantu manajemen dalam
menilai kinerja perusahaannya sehingga dapat mengambil keputusan lebih lanjut
baik itu dalam hal investasi, ekspansi, ataupun pendanaan perusahaan. Di lain
pihak analisis laporan keuangan juga membantu investor yang ingin menanamkan
dananya ke dalam perusahaan. Dalam analisis laporan keuangan, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam analisis, analisa juga harus mengidentifikasi adanya trend-trend
tertentu dalam laporan keuangan.
2. Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu
diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka
yang dicapai oleh perusahaan. Rata-rata industri bias dan biasa dipakai
sebagai pembanding. Tetapi rata-rata industri tetap bisa dipakai untuk
perbandingan. Alternatif lain apabila rata-rata industri tidak ada adalah
dengan membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis.
Perusahaan yang menjadi pembanding bisa jadi perusahaan yang menjadi
leader dalam industri.
3. Informasi tambahan di luar laporan keuangan diperlukan untuk memberikan
analisis yang lebih tajam lagi. Untuk memudahkan pembacaan data-data
keuangan untuk beberapa periode (untuk mencari trend-trend tertentu) dapat
rekening dalam laporan labarugi dan neraca, serta dapat menggunakan
analisis rasio.
Tujuan analisis laporan keuangan menurut Prastowo dan Juliaty dalam Saragih
(2010) antara lain :
a) sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau
masalah lainnya.
b) sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasI ataumerger,
c) sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan dimasa
datang,
d) sebagai alat evaluasi terhadap manajemen. Ada beberapa jenis analisa yang
dapat digunakan dalam melakukan analisa terhadap sebuah laporan
keuangan, yaitu:
a. Analisa Internal
Analisa internal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak manajemen
dalam rangka mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang
terjadi dalam kondisi keuangan perusahaan. Selain menghasilkan laporan
yang biasa diumumkan pada pihak di luar perusahaan, analisa ini juga
menghasilkan laporan yang tidak untuk diumumkan atau dipublikasikan
tetapi hanya dipakai untuk maksud-maksud internal saja.
b. Analisa Eksternal
Analisa eksternal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihakpihak di
luar manajemen perusahaan misalnya bank, calon pemegang saham, dan
memperoleh data secara terperinci, hanya informasi yang sifatnya
diterbitkan untuk umum. Analisa ini juga ditujukan guna menilai kinerja
perusahaan yang bersangkutan, sebelum pihak eksternal melakukan
kerjasama finansial dengan perusahaan tersebut.
c. Analisa Horizontal (Analisa Dinamis)
Analisa horizontal merupakan analisa perkembangan data keuangan dan
data operasi perusahaan dari tahun ke tahun atau dengan kata lain
mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode
waktu tertentu dengan menetapkan salah satu periode sebagai periode
dasar pembanding. Dari analisa ini akan dapat terlihat perkembangan
maupun penurunan operasional perusahaan.
d. Analisa Vertikal (Analisa Statis)
Analisa vertikal merupakan analisa laporan keuangan yang terbatas pada
satu periode akuntansi saja, sehingga hanya membandingkan antara pos
yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut untuk
mengetahui keadaan keuangan atau hasil usaha pada periode itu saja.
2.1.5 Analisis Rasio Keuangan
Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu
perusahaan, seorang penganalisa memerlukan adanya ukuran atau “yard-stick”
tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah “rasio”.
Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam
dua macam data keuangan. Menurut Riyanto (2010:329), analisa rasio keuangan
dapat dilakukan dengan dua macam cara pembandingan yaitu:
1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari
waktu-waktu yang lalu (ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang
diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang
sama.
2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio
perusahaan/company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain
yang sejenis atau industri (rasio industri/ rasio rata-rata/ rasio standard)
untuk waktu yang sama. Pada dasarnya jumlah angka rasio banyak sekali
karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Menurut Riyanto
(2010:331) penggolongan rasio keuangan adalah sebagai berikut:
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek yang harus segera dipenuhi,
atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada
saat ditagih. Yang termasuk dalam rasio likuiditas yaitu:
1. Rasio lancar (current ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar (kewajiban Lancar).
2. Rasio cepat (quick ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan
menggunakan aktiva lancarnya yang likuid, yaitu aktiva lancer diluar
persediaan.
3. Rasio modal kerja terhadap total aktiva (working capital to total assets
ratio) menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang
terjadi antara aktiva lancar dengan hutang lancer(kewajiban lancar).
b. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan
menggunakan sumber daya yang dimiliki, atau dengan kata lain sejauh mana
efektifitas penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas asset. Yang
termasuk dalam rasio aktivitas diantaranya:
1. Rasio periode pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui
berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi
uang tunai.
2. Rasio tingkat perputaran piutang digunakan untuk mengukur berapa
kali tingkat perputaran piutang dalam satu tahunnya.
3. Rasio tingkat perputaran persediaan menunjukkan tingkat efektifitas
manajemen persediaan, yaitu menunjukkan lamanya dana tertanam
dalam persediaan.
4. Rasio tingkat perputaran aktiva tetap menunjukkan sejauh mana
efektifitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi
rasio berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya.
c. Rasio Laverage atau Solvabilitas Rasio laverage atau solvabilitas digunakan
kawajiban-kewajiban jangka panjangnya. Yang termasuk dalam rasio laverage atau
solvabilitas diantaranya:
1. Rasio hutang (debt ratio) mengukur sejauhmana kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
2. Rasio kewajiban terhadap modal (debt to equity ratio) menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua total kewajibannya
dengan menggunakan modal sendiri.
3. Time interest earned ratio mengukur kemampuan perusahaan
membayar bunga hutang dengan laba sebelum bunga dan pajak atau
dengan kata lain seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang
tersedia untuk menutup beban bunga.
4. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar
total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban lancar.
5. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa
besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban bukan
lancar.
d. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas Rasio rentabilitas atau profitabilitas
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu. Yang termasuk dalam rasio rentabilitas atau profitabilitas
diantaranya:
1. Marjin laba kotor mencerminkan mark-up terhadap harga pokok
meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan
penjualan yang dilakukan perusahaan.
2. Margin laba usaha mencerminkan kemampuan manajemen untuk
menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha dan harga pokok
penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan.
3. Margin laba bersih mencerminkan kemampuan manajemen untuk
menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi atau
usaha, beban lain-lainnya dan pajak dalam hubungannya dengan
penjualan.
4. Return On Investment (ROI) mencerminkan kemampuan manajemen
dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai
laba bersih yang diinginkan.
e. Rasio Pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku
perusahaan. Disamping itu, analisis rasio juga memiliki keterbatasan.
Menurut Harahap (2010:298) keterbatasan analisis rasio adalah:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi
keterbatasan teknik ini seperti:
a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak
mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau
b. Nilai yang tekandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai
perolehan (cost) bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.
d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bias
diterapkan bebeda oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron
5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang
dipakai tidak sama, oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa
menimbulkan kesalahan.
Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini, adalah variable rasio
keuangan yang sama seperti penelitan yang dilakukan oleh Altman (1968), yaitu:
1. Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva
Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva jangka
pendek. Modal kerja kotor didefisinikan sebagai total aktiva lancer
perusahaan, sedangkan modal kerja bersih didefinisikan sebagai aktiva lancar
dikurangi dengan hutang lancar.
2. Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva
Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana sendiri. Besarnya laba ditahan
dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan dana perusahaan dan mengurangi
perusahaan dioperasionalkan. Semakin kecil rasio menunjukkan kecilnya
peranan laba ditahan dalam bentuk dana perusahaan.
3. Rasio EBIT terhadap Total Aktiva
EBIT merupakan laba yang diperoleh perusahaan sebelum dikurangi pajak dan
bunga. Semakin kecil rasio ini menunjukkan semakin kecilnya EBIT
perusahaan dengan menggunakan total aktivanya.
4. Nilai Buku Modal terhadap Nilai Buku Hutang
Nilai buku perusahaan adalah jumlah saham yang beredar dikalikan dengan
nilai pasarnya. Nilai buku hutang merupakan biaya historis dari aktiva fisik
perusahaan. Semakin kecil hasil dari perhitungan rasio ini maka perusahaan
akan dapat dikatakan semakin buruk kondisinya.
2.1.5.1 Current Ratio (Rasio Lancar)
2.1.5.1.1 Pengertian Current Ratio (Rasio Lancar)
Current ratio (Rasio Lancar) menurut kasmir (2008:134) merupakan
“rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan.’’ Masih menurut kasmir dalam halaman yang sama, ia menyatakan
bahwa rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat
keamanan suatu perusahaan.
Menurut Kuswadi (2005:78) rasio lancar merupakan “perbandingan
antara harta lancar atau aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek bias dipakai
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
Menurut Brigham dan Houston dalam Leon F Lbn Batu (2011) “rasio
lancar mengukur kemampuan aktiva lancar membayar hutang lancar.’’ Current
ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur
likuiditas atau kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa
menghadapi kesulitan. Semakin besar Current Ratio menunjukan semakin tinggi
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Unsur
yang mempengaruhi nilai current ratio adalah aktiva lancar dan hutang jangka
pendek. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara
total aktiva lancar dengan total hutang lancar. Rumus mencari current ratio atau
rasio lancar dapat digunakan sebagai berikut:
Menurut Kasmir (2008:135) dari hasil pengukuran rasio apabila rasio
lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar
utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi
perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan
sebaik mungkin.
2.1.5.2 Komponen Current Ratio (Rasio Lancar) 2.1.5.2.1 Current Assets (Aktiva Lancar)
Menurut Kasmir (2008:134) pengertian Current Assets atau aktiva lancar
merupakan “ harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat
berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih
harus di terima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya.
Aktiva lancar menurut Kieso dalam bukunya Akuntansi Intemediate yang
diterjemahkan oleh Emil Salim (2002:220) menyebutkan bahwa “kas dan aktiva
lainnya yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas, dijual, atau dikonsumsi
dalam satu tahun atau dalam satu silus operasi, tergantung mana yang paling
lama.’’
Aktiva lancar menurut Munawir (2004:117-119) yang termasuk dalam
kelompok aktiva lancar adalah sebagai berikut:
a) Kas: meliputi uang tunai,cek,simpanan dibank (yang dapat di ambil setiap
saat)
b) Investasi jangka pendek: berupa obligasi, saham, deposito bank, investasi
jangka pendek ini disajikan dalam neraca sebesar harga perolehannya atau
harga pasar mana yang lebih rendah.
c) Piutang wesel: tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan
dalam suatu wesel atau perjanjian yang dalam undang-undang.
d) Piutang dagang: tagihan kepada pihak lain sebagai akibat dari adanya
penjualan barang secara kredit.
e) Persediaan: barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal
neraca masih di gudang atau belum terjual.
f) Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus di terima:
penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan
g) Biaya yang dibayar di muka: pengeluaran untuk memperoleh jasa dari
pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya, jasa pihak lain
tersebut belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada
periode lainnya.
2.1.5.2.2 Current Liabilities (Hutang Lancar)
Menurut Kasmir (2008:134-135), hutang lancar merupakan “kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimal satu tahun).’’ Artinya hutang ini harus
segera dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. Komponen hutang lancar
terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, hutang gaji, utang
pajak, utang dividen, biaya diterima di muka, utang jangka panjang yang sudah
hampir jatuh tempo, serta utang jangka pendek lainnya.
Menurut Munawir (2004:18) defenisi hutang lancar adalah “kewajiban
keuangan perusahaan yang pelunasan pembayarannya dilakukan dalam jangka
pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan,”
Mengacu pada Munawir utang lancar meliputi antara lain:
a) Hutang dagang: Hutang yang disebabkan pembelian barang dagang secara
kredit.
b) Hutang Wesel: Hutang yang disertai dengan janji tertulis untuk melakukan
pembayaran pada waktu tertentu di masa yang akan dating.
c) Hutang pajak: meliputi pajak perusahaan maupun pajak pendapatan
d) Biaya yang harus dibayar: Biaya- biaya yang sudah terjadi tetapi belum
dilakukan pembayarannya.
e) Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo: Hutang jangka panjang
telah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dibayar.
f) Penghasilan diterima dimuka: Kewajiban yang disebabkan perusahaan
menerima pembayaran terlebih dahulu tetapi penyerahan barang atau jasa
belum dilaksanakan.
2.1.5.3 Debt to Assets Ratio (Debt Ratio)
2.1.5.3.1 Pengertian Debt Ratio
Menurut Kasmir (2008:156) debt ratio merupakan “rasio hutang yang
digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total
aktiva.’’ Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahanan dibiayai oleh
hutang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan
aktiva.
Menurut Darsono (2005:54), Debt to asset ratio yaitu “ rasio total kewajiban terhadap asset.’’ Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang
dengan jalan menunjukan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh
hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan
dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa
mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukan
peningkatan dari risiko kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam
Sedangkan menurut Lukman (2007:54) debt ratiomerupakan “pengukuran
jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari
kreditur.’’
Rumus untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut:
Menurut Kasmir (2008:156) dari hasil pengukuran apabila rasionya tinggi,
artinya pendanaan dengan hutang semakin banyak, maka semakin sulit bagi
perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan
perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang
dimilikinya. Demikian pula sebaliknya apabila rasionya rendah, semakin kecil
perusahaan dibiayai oleh hutang. Standart pengukuran untuk mengukur baik
tidaknya rasio perusahaan digunakan rasio rata-rata industri sejenis.
2.1.5.3.2 Komponen Debt to Assets Ratio (Debt Ratio)
2.1.5.3.2.1 Total Assets
Pengertian aktiava tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang
berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum
dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang
akan datang serta aktiva yang tidak berwujud lainnya misalnya goodwill, hak
paten, hak menerbitkan dan sebagainya.
Menurut Djarwanto dalam kutipan Kaerudin (2010:9) pengertian aktiva
adalah sebagai berikut “aktiva merupakan bentuk dari penanaman modal
perusahaan, bentuk-bentuknya dapat berupa harta kekayaan atau hak atas
Menurut Hanafi dalam kutipan Kaerudin (2010:9) pengertian aktiva adalah
“sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan darinya manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diraih oleh
perusahaan.”
Sedangkan menurut Priatma (2010:36), harta aktiva adalah “keseluruhan
sumber daya ekonomi yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan aktivitas
usahanya.’’ Klasifikasi yang umum berlaku untuk harta adalah:
1. Harta Lancar (Current Assets)
2. Harta tetap (Fixed Assets)
3. Harta Tidak Berwujud (Intangible Assets)
2.1.5.3.2.2 Total Liabilities
Menurut Hendrikson yang dialibahasakan oleh Wibowo (Seperti dalam
kutipan Suvryanatha, 2009:25-26) mendefinisikan kewajiban (Liabilities) sebagai
“kewajiban ekonomi suatu badan usaha yang diakui dan diukur sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.”
Sedangkan menurut Priatna (2010:38) kewajiban atau utang adalah
“kewajiban yang harus diselesaikan oleh perusahaan kepada pihak di luar
perusahaan akibat transaksi di masa lalu.” Sering juga dikatakan bahwa kewajiban
atau utang ini merupakan modal yang berasal dari pihak di luar perusahaan.
Klasifikasi kewajiban diatur berdasarkan urutan jatuh temponya meliputi:
1. Kewajiban jangka pendek (Current Liabilities)
2.1.6. Prediksi Financial Distress
Menurut Ramadhani dan Lukviarman dalam Ferbianasari (2012)
menyimpulkan bahwa financial distress adalah suatu situasi dimana arus kas
operasi perusahaan tidak memadai untuk melunasi kewajiban-kewajiban lancar
(seperti hutang dagang atau beban bunga) dan perusahaan terpaksa melakukan
tindakan perbaikan. Financial distress adalah masalah likuiditas yang sangat
parah yang tidak bisa dipecahkan tanpa perubahan ukuran dari operasi atau
struktur perusahaan. Informasi financial distress ini dapat dijadikan sebagai
peringatan dini atas kebangkrutan sehingga manajemen dapat melakukan tindakan
secara cepat untuk mencegah masalah sebelum terjadinya kebangkrutan. Menurut
Riyanto (2001:315) faktor-faktor yang merupakan penyebab kegagalan suatu
perusahaan pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Sebab Intern adalah sebab-sebab yang timbul dari dalam perusahaan itu
sendir, yang meliputi:
a) Sebab-sebab yang menyangkut bidang finansiil meliputi:
1) Adanya utang yang terlalu besar sehingga memberikan beban tetap
yang kuat bagi perusahaan
2) Adanya current liabilities yang terlalu besar diatas current assets
3) Lambatnya pengumpulan piutang atau banyaknya bad-debts (piutang
tak tertagih)
4) Kesalahan dalam dividen-policy
5) Tidak cukupnya dana-dana penyusutan
b) Sebab-sebab yang menyangkut bidang non finansiil meliputi: